Makalah Agama
-
Upload
mohammad-lutfi-fauzan -
Category
Documents
-
view
45 -
download
8
Transcript of Makalah Agama
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kesehatan kepada kami, sehingga tugas makalah Agama Islam yang telah ditugaskan
kepada kami , dapat kami selesaikan dengan tepat waktu. Dalam makalah kali ini
kami mengangkat judul tentang “Masyarakat Madani dan Kerukunan Umat
Beragama”.
Dalam kesempatan kali ini juga, kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya, dan tepat pada waktunya. Dan terutama kepada
dosen mata kuliah Agama Islam yaitu Bapak Syamsul Arifin, DRS.MAG yang telah
memberikan arahan dan pandangan-pandangan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak, kami menyadari di dalam penyampaiannya,
kami sangat menyadari akan kekurangan-kekurangan yang ada, maupun penyampaian
yang mungkin kurang tepat ataupun salah. Karena memang pembelajaran bagi kami
untuk memperbaikinya, perlu proses dan wawasan yang baik. Tetapi dalam
banyaknya kekurangan-kekurangan yang ada, kami telah berusaha sebaik mungkin
agar memenuhi criteria yang diharapkan. Oleh karena itu, kami berharap bahwa
adanya makalah ini dapat membantu kami dalam memenuhi penilaian yang baik
dalam mata kuliah Agama Islam.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep
civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam
ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara
festival istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar
Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok
masyarakat yang memiliki peradaban maju. Lebih jelas Anwar Ibrahim
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sistem
sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.
Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat terbaik
karena sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru
kepada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-
nilai Allah (al-ma’ruf) dan mencegah kemunkaran. Selanjutnya Shihab
menjelaskan, kaum Muslim awal menjadi “khairu ummah” karena mereka
menjalankan amar ma’ruf sejalan dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya. (Quraish
Shihab, 2000, vol.2: 185).
Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan
pada peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi
masyarakat ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan
dengan petunjuk Ilahi, maupun persatuan yang kesatuan yang ditunjuk oleh ayat
sebelumnya (lihat, QS. Ali Imran [3]: 105). Adapun cara pelaksanaan amar
ma’ruf nahi mungkar yang direstui Ilahi adalah dengan hikmah, nasehat, dan tutur
kata yang baik sebagaimana yang tercermin dalam QS an-Nahl [16]: 125. Dalam
i
rangka membangun “masyarakat madani modern”, meneladani Nabi bukan hanya
penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat berhubungan
dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga persatuan
umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil
kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur
lainnya.
Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak
mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan
dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka
bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat.
Jika sikap yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam
saat ini, maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dan karakteristik masyarakat madani?
1.2.2 Apa peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani?
1.2.3 Apa misi perdamain dan kerahmatan bagi seluruh alam?
1.2.4 Apa makna ukhuwah islamiyah dan ukhuwah insaniyah?
1.2.5 Bagaimana kebersamaan pluralitas agama?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik masyarakat madani
1.3.2 Untuk mengetahui peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat
madani
1.3.3 Untuk mengetahui misi perdamaian dan kerahmatan bagi seluruh alam
1.3.4 Untuk mengetahui makna ukhuwah islamiyah dan ukhuwah insaniyah
1.3.5 Untuk mengetahui kebersamaan pluralitas agama
i
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan karakteristik masyarakat madani
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan
firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15: Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda
(kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah
kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari
rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha
Pengampun”.
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai
masyarakat madani, yaitu:
1) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara
Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang
beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj.
Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk
saling menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial,
menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW
sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusan-
keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk
memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya.
i
Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif
kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang
mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan
alternatif.
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh
negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena
keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-
masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-
rejim totaliter.
6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-
individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri.
7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial
dengan berbagai ragam perspektif.
8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang
beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan
sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu
maupun secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang
dapat mengurangi kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah
diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa
terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
i
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan untuk umat manusia.
14. Berakhlak mulia.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat
madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya
menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan
mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya
memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk
mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya. Namun
demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang
hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah onsep yang cair
yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus
menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju yang sudah dapat
dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa prasyarat yang
harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya democratic
governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih dan berkuasa secara
demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup
menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).
2.2 Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat
Islam terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan
kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, militer,
ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat Islam menjadi
kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir
pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan
yang lain.
i
Kualitas SDM umat islam dalam Q.S. Ali Imran ayat 11: Artinya:Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya
ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Dari ayat
tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam adalah umat
yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di antara aspek
kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan kualitas SDMnyadibanding umat non
Islam. Keunggulan kualitas umat Islam yang dimaksud dalam Al-Qur’an itu
sifatnya normatif, potensial, bukan riil.
SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang
unggul. Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik, ekonomi,
militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu menunjukkan
perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam lebih dari 85%, tetapi
karena kualitas SDM nya masih rendah, juga belum mampu memberikan peran
yang proporsional. Hukum positif yang berlaku di negeri ini bukan hukum Islam.
Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam,
bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam.
2.3 Misi Perdamaian Dan Kerahmatan Bagi Seluruh Alam
Terdapat sejumlah argumentasi yang dapat digunakan untuk menyatakan
misi ajaran Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam, yaitu:
Pertama, dapat dilihat dari pengertian atau makna asli dari islam itu sendiri yaitu
masuk dalam perdamaian, dan orang muslim adalah orang yang damai dengan
Allah dan damai dengan manusia. Berdamai dengan Allah artinya berserah diri
sepenuhnya kepada kehendak-Nya, dan damai dengan manusia bukan saja
berarti menyingkiri berbuat jahat dan sewenang-wenang kepada sesamanya.
i
Kedua, misi ajaran islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari peran yang
dimainkan islam dalam menangani berbagai problematika agama, social,
ekonomi , politik, hukum, pendidikan kebudayaan, dan sebagainya.
Dalam keadaan umat manusia yang kacau balau Nabi Muhammad datang
membawa ajaran islam yang didalamnya bukan hanya mengandung ajaran
akidah atau hubungan manusia dengan Tuhannya saja, melainkan juga hubungan
dengan sesama manusia dan alam semesta.
Dari sejak kelahirannya Islam sudah memiliki komitmen dan respon yang
tinggi untuk ikut serta dalam memecahkan berbagai masalah tersebut diatas. Hal-
hal yang demikian itu dapat dikemukakan sebgai berikut:
Pertama, dalam bidang social, Islam memperkenalkan ajaran yang bersifat
egaliter atau kesetaraan dan kesederajatan antara manusia dengan manusia lain.
Satu dan lannya sama makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan segala
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Orang yang memilki kelebihan
dalam bidang tertentu misalnya ia memiliki kekurangan dalam bidang tertentu
lainnya. Orang yang memiliki kekurangan dalam bidang tertentu, tetepi memiliki
kelebihan dalam bidang lainnya. Kelebihan yang dimiliki yang satu digunakan
untuk menutupi kekurangan yang satunya lagi. Demikian seterusnya.Kelebihan
yang dimiliki oleh seseorang bukan untuk memeras yang lain. Orang berkulit
putih tidaklah lebih mulia dari yang berkulit hitam, dan orang yang berkulit
hitam tidaklah lebih rendah dari yang berkulit putih. Yang paling mulia disisi
Allah adalah yang paling bertakwa, sebagaimana dalam surat Al-Hujurat, 49:13.
Demikian pula dalam sebuah hadis Nabi menyatakan: “Tidak ada kelebihan bagi
orang arab atas orang yag bukan arab, dan orang yang berkulit puti atas orang
yang berkulit hitam, kecuali siapa diantara mereka yang peling bertakwa.” (HR.
Muslim)
Kedua, misi Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam dapat dilihat dari
ajaran dalam bidang ekonomi yang bersendikan asas keseimbangan dan
pemerataan. Selain itu misi dalam bidang ekonomi ini dapat dilihat pula dari
i
perintah berdagang dengan cara yang jujur. Sebaimana disebutkan dalan surat
Al-Isra, 17:35. Lebih lanjut ajaran Islam sangat melarang keras melakukan
praktik riba, atau membungakan uang yang menguntungkan secara berlipat
ganda, tanpa memperhitungkan kemampuan orang yang meminjamnya. Praktik
riba inj sangat dilarang dalam islam sebaimana yang dinyatakan dalam surat Ali
Imran ,3:130.
Ketiga, dalam bidang poitik terlihat dari perintah Al-qur’an agar seorang
pemerintah bersikap adil, bijaksana terhadap rakyat yang dipimpinnya,
memperhatikan aspirasi dan kepentingan rakyat yang
dipimpinnya,mendahulukan kepentingan rakyat daripada kepentingannya sendiri,
melindungi dan mengayomi rakyat, membrikan keamanan dan ketentraman
kepada masyarakat. sebagaimana yang disebutkan dalam surat An-Nisa, 4:58
Keempat, dalam bidang hukum yaitu sebaimana yang disebutkan dalam surat
An-Nisa, 4:58. Ayat tersebut memerintahkan seorang hakim agar berlaku adil
dan bijaksana dalam memutuskan perkara dengan tidak memandang adanya
perbedaan pada orang yang sedang berperkara.
Kelima, dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari ajaran islam yang
memberikan kepada manusia hak-haknya dalam bidang pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas terlihat dengan jelas bahwa misi utama ajaran islam
adalah membawa rahmat bagi seluruh umat manusia dengan cara menata aspek
kehidupan social, ekonomi, politik, hukum, pendidikan dan sebagainya.
Keenam, misi islam dapat pula dilihat dari misi ajaran yang dibawa dan
dipraktikan oleh Nabi Shallallahu alahi Wa sallam. Hal ini disebutkan dengan
tegas dalam surat Al-Anbiya ayat ke 10, dan juga terlihat dalam praktik
kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang dikenal dengan
seorang yang sayang dengan umatnya dan kepada manusia umumnya.
Ketujuh, misi Islam dapat dilihat pula pada kedudukannya sebagai sumber nilai
dan pandangan hidup manusia. Dalam hal ini Islam telah memainkan empat
peran sebagi berikut. Pertama sebagai faktor kreatif, yaitu ajaran agama yang
i
mendorng manusia melakukan kerja produktif dan kreatif. Kedua, faktor
motifatif, yaitu bahwa ajaran agama dapat melandasi cita-cita dan amal
perbuatan manusia dalam seluruh aspek kehidupannya. Ketiga, faktor sublimatif,
yakni ajaran agama yang dapat meningkatkan dan mengkuduskan fenomena
kegiatan manusia tidak hanya hal keagamaan saja, tetapi juga yang bersifat
keduniaan. Keempat, faktor integrative, yaitu ajaran agama dapat
mempersatukan sikap dan pandangan manusia serta aktifitasnya baik secara
indifidual maupun kolektif dalam menghadapi berbagai tantangan.
Kedelapan, misi ajaran islam dapat dilihat pula dari peran yang dimainkannya
dalam sejarah. Sebagaimana tercatat dalam sejarah bahwa islam diabad
klasik(Abad 7 sd 13 Masehi) atau lebih kurang 7 abad telah tampil sebagai
pengawal sejarah umat manusia menuju kehidupan yang tertib, aman, damai,
sejahtera, maju dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban.
Peran kesejarahan umat islam tersebut masih dapat dlilihat dinegara-negara
dimana Islam pernah melakukan perannya itu, seperti diirak, Bukhara, Turkistan,
Turki, Spanyol, India, Mesir, dan lain sebagainya.
Pengaruh ilmu pengetahuan, peradaban dan kejayaan islam lainnya terhadap
eropa merupakan bukti bahwa islam secara faktualtelah berperan secara
signifikan bagi kemanusiaan secara universal. Keadaan sekarang ini mungkin
sudah terbalik. Eropa lebih maju dari Islam dalam ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan.
Kesembilan, misi ajaran Islam lebih lanjut dapat dilihat pula dari praktek
hubungan Islam dengan penganut agama lain, sebagaimana yang dilakukan Nabi
Shallallahu Alaihi Wa Sallam diMadinah. Fakta sejarah membuktikan bahwa
yang pertama dilakukan Nabi diMadinah adalah menjali hubungan yang
harmonis dengan seluruh komponen masyarakat yang ada diMadinah melalui
apa yang dalam sejarah dikenal sebagai Mitsaq al-Madinah atau Piagam
Madinah. Dari penelitian terhadap Piagam Madinah ditemukan sejumlah prinsip
tentang hak asasi manusiadan politik pemerintahan. Teks piagam tersebut
i
menyatakan bahwa atas dasar ajaran Al-qur’an, kemanusiaan dan ikatan social ,
disamping orang-orang muslim mukmin sebagai satu umat atas dasar agama dan
keyakinan, kaum yahudi dan sekutunya juga merupakan umat bersama orang-
orang Mukmin.
2.4 Makna Ukhuwah Islamiyah Dan Ukhuwah Insaniyah
Kata Ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya perasaan simpati atau
empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki perasaan yang
sama baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan itu
menimbulkan sikap timbale balik untuk saling membantu bila pihak lain
mengalami kesulitan. Dan sikap untuk membagi kesenangan kepada pihak lain.
Ukhuwah dan persaudaraan yang berlaku bagi sesame muslim disebut ukhuwah
islamiyah.
Persaudaraan sesama muslim adalah persaudaraan yang tidak dilandasi oleh
keluarga, suku, bangsa, dan warna kulit, namun karena perasaan seaqidah dan
sekeyakinan. Nabi mengibaratkan antara satu muslim dengan muslim lainnya
ibaratkan satu tubuh. Apabila ada satu bagian yang sakit, maka seluruh tubuh
akan merasakan sakitnya. Rasulullah SAW juga bersabda : ” tidak sempurna iman
salah seorang kamu, sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai
dirinya sendiri “.
Hadis di atas berarti, seorang mulim harus dapat merasakan penderitaan dan
kesusahan saudara yang lainnya. Ia harus selalu menempatkan dirinya pada posisi
saudaranya.
Antara sesama muslim tidak ada sikap saling permusuhan,dilarang mengolok-
olok saudaranya yang muslim. Tidak boleh berburuk sangka dan mencari
kesalahan orang lain ( Q.S al-Hujurat: 11-12)
i
Sejarah telah membuktikan bagaimana keintiman persahabatan dan lezatnya
persaudaraan antara kaum muhajirin dan kaum anshar. Kaum muhajirin rela
meninggalkan segala harta dna kekayaann dan keluarganya di kampong halaman.
Demikian juga kaum anshar dengan penuh keikhlasan menyambut dan
menjadikan kaum Muhajirin sebagai saudara. Peristiwa inilah awal bersatunya
dua hati dalam bentuk yang teorisentrik dan universal sebagai hasil dari sebuah
persaudaraan yang dibangun Nabi atas dasar kesamaan aqidah.
Persaudaraan sesama manusia disebut ukhuwah insaniyah. Persaudaraan ini
dilandasi oleh ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah.
Perbedaan keyakinan dan agama juga merupakan kebebasan pilihan yang
diberikan Allah. Hal ini harus dihargai dan dihormati.
Dalam praktek, ketegangan yang sering timbul intern umat beragama dan
antar umat beragama disebabkan oleh:
1. Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau missi
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan
agama lain. Arti keberagamannya lebih keoada sikap fanatisme dan kepicikan
( sekedar ikut-ikutan).
3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang rendah agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi
dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat
beragama maupun antar umat beragama.
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalh perbedaan pendapat.
Dalam pergaulan antar agama, semakin hari kita merasakan intensnya
pertemuan agama-agama itu. Walaupun kita juga semakin menyadari bahwa
pertemuan itu kurang diisi segi-segi dialogis antar imannya.
Dalam pembinaan umat Bergama, para pemimpin dan tokoh agama
mempunyai peranan yang besar, yaitu:
i
1. Menterjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama ke dalam kehidupan
bermasyarakat
2. Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan ke dalam bahasa yang
dimengerti oleh masyarakat.
3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-
cara yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan.
4. Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta
dalam usaha pembangunan
5. Meredamkan api-api konflik yang ada dan berusaha mencari titk temu dan
solusi.
2.5 Kebersamaan Pluralitas Agama
Secara etimologis, pluralitas atau pluralisme agama berasal dari dua kata yaitu
“pluralisme” dan “agama”. Dan jika “pluralisme” dirangkai dengan “agama”
sebagai predikatnya , maka berdasarkan pemahaman tersebut bisa dikatakan bahwa
pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama antar agama (dalam arti yang
luas) yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-
ciri spesifik atau ajaran masing-masing agama.
Pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat
kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru
hanya menggambarkan kesan fragmentasi (dibagi-bagi), bukan pluralisme.
Tetapi, pluralisme harus dipahami sebagai “pertalian sejati kebinekaan dalam
ikatan-ikatan keadaban”. Bahkan, pluralisme adalah suatu keharusan bagi
keselamatan umat manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan
pengimbangan yang dihasilkannya.
Makna pluralisme seperti itu, terungkap dalam Kitab Suci Alquran yang berisi
suatu penegasan, bahwa Allah menciptakan mekanisme pengawasan dan
pengimbangan antara sesama manusia guna memelihara keutuhan bumi, dan
i
merupakan salah satu wujud kemurahan Tuhan yang melimpah kepada umat
manusia.
Konsep kebersamaan dalam pluralitas agama adalah setiap manusia yang
hidup bersama di masyarakat akan menyadari lingkungan yang serba plural,
berbeda, dan tidak sama dengan dirinya. Dan bahkan masyarakat yang homegen
pun, perbedaan antar individu pasti ada, karena perbedaan manusia adalah
kehendak Tuhan.
Pluralisme agama hadir sebagai penyelamat diantara adanya perpecahan
terhadap klaim-klaim kebenaran absolute diantara beberapa agama yang ada,
setiap agama mengklaim dirinya yang paling benar dan yang lain sesat semua.
Dalam kompleksitas keragaman umat beragama sekiranya dapat dipahami
bahwa pluralisme agama sangatlah wajar, kalaupun tidak diterima akan
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru. Apa solusi yang dapat diberikan untuk
dapat menjaga citra baik antara umat beragama yang berbeda-berbeda ini?.
Caranya, dengan tidak mengatakan kebenaran absolut bagi agama masing-
masing. Lagipula kebenaran milik Tuhan, dan kebenaran Tuhan ditafsirkan
menurut zamannya dan para penafsirnya.
Adanya keberagaman pemeluk semua agama atau pemeluk agama beda
paham untuk dapat membangun kesadaran bersama akan tujuan mulia semua
agama. Dengan cara demikian, agar dapat terbuka peluang dan ruang dialog
kemanusiaan bagi pemeluk semua agama, sehingga dimungkinkan pengembangan
praktik keberagaman yang lebih santun dan manusiawi.
i
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan
umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan
yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang
sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat
kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil
dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan
masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-Qur’an dan As-
Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat akhir zaman.
Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan masyarakat
madani itu dan bagaimana cara menciptakan suasana pada masyarakat madani
tersebut, serta ciri-ciri apa saja yang terdapat pada masyarakat madani sebelum kita
yakni pada zaman Rasullullah.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada
potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di
dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani.
Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun
agama Islam maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila
seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka
hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba
dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek
di masyarakat.
Maka diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar
dapat mewujudkan masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini yaitu
Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi,
i
perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya
Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat
memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan. Demikianlah makalah
rangkuman materi yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini semoga di
dalam penulisan ini dapat dimengerti kata-katanya sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman di masa yang akan datang.
i
Daftar Pustaka
i