Makalah Agama
-
Upload
ade-fitria-orin-pohan -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
Transcript of Makalah Agama
MAKALAH
SUMBER AJARAN ISLAM AGAMA AL-QURAN
oleh:
Kelompok II
Ade Fitria Dori( 55104)
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
KATA PENGATAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan aruniaNya yang dilimpahkan kepada kami. Sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dari awal hingga akhir. Walaupun penulis
menyelesaikan makalah ini dalam bentuk yang sederhana.
Makalah ini penulis buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama
Islam. Makalah ini berjudul “Sumber Ajaran Agama Islam Al-Quran”. Kami
membahas mengenai pengertian Al-Quran, Kandungan Al-Quran, Peranan Al-
Quran, Sejarah pemeliharaan Al-Quran, dan Al-Quran sebagai pedoman hidup.
Kami menyadari bahwa hasil makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami memohon maaf yang sebesar besarnya bila ada kekurangan dan
kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terimakasih
Padang, Maret 2011
Kelompok II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
B. Latar Belakang
C. Tujuan
BAB II ISI
a. Pengertian Al-Quran
b. Kandungan Al-Quran
c. Peranan Al-Quran
d. Sejarah Pemeliharaan Al-Quran
e. Al-Quran sebagai pedoman hidup
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk memenuhi tugas matakuliah umum Agama Islam mengenai Sumber Ajaran
Islam Al-quran.
B. Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini kami membahas Sumber Ajaran Islam Al-Quran yaitu
meliputi:
a. pengertian Al-Quran,
b. Kandungan Al-Quran,
c. Peranan Al-Quran,
d. Sejarah pemeliharaan Al-Quran, dan
e. Al-Quran sebagai pedoman hidup.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Dapat memberikan manfaat bagi pembaca
2. Memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi pembaca mengenai Sumber
Ajaran Islam Al-Quran.
BAB II
PEMBAHASAN ISI
SUMBER AJARAN ISLAM AL-QURAN
A. PENGERTIAN AL-QURAN
Al-Quran adalah kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di seluruh dunia dari
awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di dunia baik di bumi
maupun di luar angkasa akibat kiamat besar.
Secara Bahasa (Etimologi)
Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a (قرأ) yang bermakna Talaa (
.atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi) ,[keduanya berarti: membaca] (تال
Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa Qur’aanan ( وقرآنا قرءا sama seperti (قرأ
anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan ( وغفرانا غفرا Berdasarkan .(غفر
makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna
dengan Ism Maf’uul, ertinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna
kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah mashdar dari Ism Faa’il, ertinya Jaami’
(Pengumpul, Pengoleksi) kerana ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-
hukum.*
Secara Syari’at (Terminologi)
Adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya,
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat an-Naas.
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an kepadamu
(hai Muhammad) dengan beransur-ansur.” (al-Insaan:23)
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan
berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf:2)
Allah ta’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah,
mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta’ala telah menjamin akan menjaganya
sebagaimana dalam firman-Nya, “Sesunggunya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an
dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (al-Hijr:9)
Oleh kerana itu, selama berabad-abad telah berlangsung namun tidak satu pun musuh-
musuh Allah yang berupaya untuk merubah isinya, menambah, mengurangi atau pun
menggantinya. Allah SWT pasti menghancurkan tabirnya dan membuka tipudayanya.
Allah ta’ala menyebut al-Qur’an dengan sebutan yang banyak sekali, yang menunjukkan
keagungan, keberkatan, pengaruhnya dan keuniversalannya serta menunjukkan bahawa ia
adalah pemutus bagi kitab-kitab terdahulu sebelumnya.
Allah ta’ala berfirman, “Dan sesunguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang
dibaca berulang-ulang dan al-Qur’an yang agung.” (al-Hijr:87)
Dan firman-Nya, “Qaaf, Demi al-Quran yang sangat mulia.” (Qaaf:1)
Dan firman-Nya, “Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqaan (al-Qur’an)
kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan
manusia).” (al-Furqaan:1)
Sedangkan Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam juga merupakan sumber Tasyri’
(legislasi hukum Islam) sebagaimana yang dikukuhkan oleh al-Qur’an. Allah ta’ala
berfirman, “Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta’ati
Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta’atan itu), maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (an-Nisa’:80)
B. KANDUNGAN AL-QURAN
Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang secara garis besar
dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian atau arti
definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya, yaitu sebagaimana berikut ini :
1. Aqidah / Akidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib
dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu
menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak
beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang
pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang
kafir.
2. Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari pengertian "fuqaha"
ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dkerjakan untuk mendapatkan
ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti yang
tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat
lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi
yang telah mampu menjalankannya.
3. Akhlaq / Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau
akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus
Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq.
Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.
4. Hukum-Hukum
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang yang
beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman hukum pada sesama
manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Alqur'an ada beberapa
jenis atau macam seperti jinayat, mu'amalat, munakahat, faraidh dan jihad.
5. Peringatan / Tadzkir
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia akan
ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau waa'id. Tadzkir juga bisa berupa kabar
gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan balasan berupa nikmat surga
jannah atau waa'ad. Di samping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam
alquran atau disebut juga targhib dan kebalikannya gambarang yang menakutkan dengan
istilah lainnya tarhib.
6. Sejarah-Sejarah atau Kisah-Kisah
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang
mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang mengalami
kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah
masa lalu atau dengan istilah lain ikibar.
7. Dorongan Untuk Berpikir
Di dalam al-qur'an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang memerlukan
pemikiran menusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan kebenarannya,
terutama mengenai alam semesta.
C. PERANAN AL-QURAN
Dalam usaha untuk mendekatkan diri kita kepada al-Quran, marilah sama-sama kita
renungkan beberapa peranan al-Quran kepada manusia:
1. Peringatan kepada seluruh alam.
2. Petunjuk bagi mereka yang inginkannya.
3. Cahaya dari Allah Subhanahu wa Taala.
4. Tali Allah Subhanahu wa Taala yang kukuh.
5. Rugi jika tinggalkan al-Quran dan mencari hidayah melalui sumber lain.
D. SEJARAH PEMELIHARAAN AL-QURAN
Pada permulaan Islam bangsa Arab adalah satu bangsa yang buta huruf , amat
sedikit di antara mereka yang pandai menulis dan membaca. Bangsa Arab masih belum
mengenal kertas seperti yang sekarang ini, jadi bagi mereka yang dapat menulis dan
membaca, biasanya menuliskannya pada benda apa saja yang bisa di tulisi.
Masa Nabi Muhammad s.a.w
Walaupun bangsa Arab pada waktu itu masih buta huruf , tapi mereka mempunyai
ingatan yang sangat kuat. Pegangan mereka dalam memelihara dan meriwayatkan syair-
syair dari para pujangga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dan lain sebagainya adalah
dengan hafalan semata. Karena hal inilah Nabi mengambil suatu cara praktis yang
selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan dan memelihara Al-Qur'anul Karim. Setiap
ayat yang diturunkan, Nabi menyuruh menghafalnya, dan menuliskannya di batu, kulit
binatang, pelapah kurma, dan apa saja yang bisa dituliskan. Nabi menerangkan tertib urut
ayat ayat itu. Nabi mengadakan peraturan, yaitu Al-Qur'an saja yang boleh dituliskan,
selain dari Al- Qur'an, Hadits atau pelajaran-pelajaran yang mereka dengar dari mulut
Nabi dilarang untuk dituliskan. Larangan ini dengan maksud agar Al-Qur'an itu
terpelihara, jangan dicampur aduk dengan yang lain-lain yang juga didengar dari Nabi.
Nabi menganjurkan agar Al-Qur'an dihafal, selalu dibaca, dan diwajibkannya untuk
dibaca ketika sedang melakukan Shalat. Dengan cara demikian, banyaklah orang yang
haf al Al-Qur'an. Surat yang satu macam, dihafal oleh ribuan manusia, dan banyak yang
hafal seluruh Al-Qur'an. Selain itu, tidak ada satu ayatpun yang tidak dituliskan.
Kepandaian menulis dan membaca itu amat dihargai dan Nabi sangat gembira, beliau
berkata: "Di Akhirat nanti tiinta ulama- ulama itu akan ditimbang dengan darah
syuhada" Dengan demikian terdapat 3 unsur yang dapat memelihara Al-Qur'an yang
telah diturunkan, yaitu:
1. Hafalan dari mereka yang haf al Al-Qur'an.
2. Naskah-naskah yang ditulis oleh Nabi
3. Naskah-naskah yang ditulis oleh mereka yang pandai menulis dan membaca untuk
mereka masing-masing. Selain itu, sekali dalam setahun, Jibril mengadakan ulangan
(repetisi).
Pada waktu itu Nabi diperintah untuk mengulang memperdengarkan Al-Qur'an
yang telah diturunkan. Di tahun beliau wafat, ulangan tersebut oleh Jibril sebanyak dua
kali. Nabi sendiripun sering mengadakan ulangan terhadap sahabat-sahabatnya di depan
muka beliau untuk menetapkan atau membetulkan hafalan atau bacaan mereka. Ketika
Nabi waf at, Al-Qur'an tersebut telah sempurna diturunkan dan telah dihafal oleh ribuan
manusia, dan telah dituliskan semua ayat ayatnya. Semua ayatnya telah disusun dengan
tertib menurut urutan yang ditujikan sendiri oleh Nabi. Mereka telah mendengan Al-
Qur'an itu dari mulut Nabi sendiri berkali-kali dalam Shalat, khutbah, dan pelajaran-
pelajaran lainnya. Pendek kata Al-Qur'an tersebut telah terjaga dengan baik, dan Nabi
telah menjalani satu cara yang sangat praktis untuk memelihara dan menyiarkan Al-
Quran itu sesuai dengan keadaan bangsa Arab di waktu itu. Suatu hal yang menarik
perhatian, ialah Nabi baru waf at dikala Al-Qur'an itu telah cukup diturunkan, dan Al-
Qur'an itu sempurna diturunkan di waktu Nabi telah mendekati masanya untuk kembali
ke hadirat Allah S.W.T. Hal ini bukan suatu kebetulan saja, tapi telah diatur oleh yang
maha esa.
Masa Abu Bakar
Setelah Rasulullah wafat, sahabat baik Anshar maupun Muhajirin sepakat mengangkat
Abu Bakar menjadi Khalifah. Pada awal masa pemerintahannya banyak orang-orang
Islam yang belum kuat imannya. Terutama di Nejed dan Yaman, banyak yang menjadi
murtad, menolak membayar zakat, dan ada pula yang mengaku dirinya sebagai nabi. Hal
ini dihadapi oleh Abu Bakar dengan tegas, sehingga ia berkata pada orang-orang tersebut
"Demi Allah! Kalau mereka menolak untuk memnyerahkan seekor anak kambing sebagai
zakat (seperti apa) yang pernah mereka serahkan kepada Rasulullah, niscaya aku akan
memerangi mereka". Maka terjadilah peperangan yang hebat untuk menumpas orang-
orang murtad dan pengikut nabi palsu tersebut. Diantara peperangan itu yang terkenal
adalah peperangan Yamamah. Tentara Islam yang ikut banyak dari para sahabat yang
menghaf al Al-Qur'an. Dalam peperangan ini telah gugur 70 orang penghafal Al-Qur'an.
Bahkan sebelumnya telah pula gugur hampir sebanyak itu penghaf al Al-Qur'an lainnya.
Dalam usaha mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an itu Zaid bin Tsabit bekerja amat
teliti. Sekalipun beliau hafal Al-Qur'an seluruhnya, tetapi untuk kepentingan
pengumpulan Al-Qur'an yang sangat penting bagi umat Islam itu, masih memandang
perlu mencocokkan haf alan atau catatan sahabatsahabat yang lain dengan disaksikan
oleh dua orang saksi. Dengan demikian
Al-Qur'an seluruhnya telah ditulis oleh Zaid bin Tsabit dalam lembaran-lembaran yang
diikat dengan benar, tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah, kemudian diserahkan kepada Abu Bakar. Mushaf ini tetap di
tangan Abu Bakar sampai beliau waf at, kemudian dipindahkan ke rumah Umar bin
Khatab dan tetap di sana selama pemerintahannya. Setelah beliau waf at, Mushaf itu
dipindahkan ke rumah Haf sah, puteri Umar, istri Rasulullah sampai masa pengumpulan
dan penyusunan Al-Qur'an di masa Khalif ah Utsman.
Membukukan Al-Qur'an di masa Utsman r.a.
Di masa Khalifah Utsman bin Affan, pemerintahan mereka telah sampai ke
Armenia dan Azarbaiyan di sebelah timur dan Tripoli di sebelah barat. Dengan demikian
kelihatanlah bahwa kaum muslimin di waktu itu telah terpencar-pencar di Mesir, Syirtia,
Irak, Persia dan Af rika. Kemanapun mereka pergi dan mereka tinggal, Al-Qur'an itu
tetap menjadi Imam mereka, diantara mereka banyak yang menghafal Al-Qur'an itu.
Pada mereka terdapat naskah-naskah Al-Qur'an, tetapi naskah-naskahyang mereka punya
itu tidak sama susunan surat-suratnya. Terdapat juga perbedaan tentang bacaan Al-Qur'an
tersebut. Asal mulanya perbedaan tersebut adalah karena Rasulullah sendiripun
memberikan kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab yang berada di masanya untuk
membaca dan melafazkan Al-Qur'an itu menurut dialek mereka masing-masing.
Kelonggaran ini diberikan oleh Nabi supaya mereka menghaf al Al-Qur'an. Tetapi
kemudian terlihat tanda-tanda bahwa perbedaan tentang bacaan tersebut bila dibiarkan
akan mendatangkan perselisihan dan perpecahan yang tidak diinginkan dalam kalangan
kaum Muslimin. Orang yang pertama memperhatikan hal ini adalah seorang sahabat
yang bernama Huzaif ah bin Yaman. Ketika beliau ikut dalam pertempuran menaklukkan
Armenia di Azerbaiyan, dalam perjalanan dia pernah mendengan pertikaian kaum
Muslimin tentang bacaan beberapa ayat Al-Qur'an, dan pernah mendengan perkataan
seorang Muslim kepada temannya: "Bacaan saya lebih baik dari bacaanmu".
Keadaan ini mengagetkannya, maka pada waktu dia telah kembali ke Madinah,
segera ditemuinya Utsman bin Affan, dan kepada beliau diceritakannya apa yang
dilihatnya mengenai pertikaian kaum Muslimin tentang bacaan Al-Qur'an itu seraya
berkata: "Susullah umat Islam itu sebelum mereka berselisih tentang Al-Kitab, sebagai
perselisihan Yahudi dan Nasara(Nasrani)".
Maka Khalif ah Utsman bin Af f an meminta Haf sah binti Umar lembaran-lembaran Al-
Qur'an yang ditulis di masa Khalifah Abu Bakar yang di simpan olehnya untuk disalin.
Oleh Utsman dibentuklah satu panitia yang terdiri dari Zaid bin Tszabit sebagai ketua,
Abdullah bin Zubair, Sa'id bin 'Ash dan Abdur Rahman bin Harits bin Hisyam.
Tugas panitia ini adalah membukukan Al-Qur'an dengan menyalin dari lembaran-
lembaran tersebut menjadi buku. Dalam pelaksanaan tugas ini, Utsman menasehatkan
agar: Mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang haf al Al-Qur'an. Bila ada
pertikaian antara mereka tentang bahasa (bacaan), maka haruslah dituliskan menurut
dialek suku Quraisy, sebab Al-Qur'an itu diturunkan menurut dialek mereka. Maka tugas
tersebut dikerjakan oleh para panitia, dan setelah tugas selesai, maka lembaranlembaran
Al-Qur'an yang dipinjam dari Haf sah itu dikembalikan kepadanya. Al-Qur'an yang telah
dibukukan itu dinamai dengan "Al-Mushhaf", dan oleh panitia ditulis lima buah Al
Mushhaf , Empat buah diantaranya dikirim ke Mekah, Syiria, Basrah dan Kuf ah, agar di
tempat tempat tersebut disalin pula dari masing-masing Mushhaf itu, dan satu buah
ditinggalkan di Madinah, untuk Utsman sendiri, dan itulah yang dinamai dengan
"Mushhaf Al Imam".
Setelah itu Utsman memerintahkan mengumpulkan semua lembaran-lembaran
yang bertuliskan Al- Qur'an yang ditulis sebelum itu dan membakarnya. Maka dari
Mushhaf yang ditulis di zaman Utsman itulah kaum Muslimin di seluruh pelosok
menyalin Al-Qur'an itu.
Dengan demikian, maka pembukuan Al-Qur'an di masa Utsman memiliki faedah
diantaranya:
1. Menyatukan kaum Muslimin pada satu macam Mushhaf yang seragam ejaan
tulisannya.
2. Menyatukan bacaan, walaupun masih ada kelainan bacaan, tapi bacaan itu tidak
berlawanan dengan ejaan Mushhaf -mushhaf Utsman. Sedangkan bacaan-bacaan
yang tidak sesuai dengan ejaan Mushhaf -mushhaf Utsman tidak dibolehkan lagi.
3. Menyatukan tertib susunan surat-surat, menurut tertib urut seperti pada Mushhaf –
mushhaf sekarang. Di samping itu Nabi Muhammad s.a.w. sangat menganjurkan agar
para sahabat menghaf al ayat-ayat Al-Qur'an. Karena itu banyak sahabat-sahabat yang
menghaf alnya baik satu surat, ataupun seluruhnya.
Kemudian di zaman tabi'ien, tabi'it, tabi'ien dan selanjutnya usaha-usaha menghafal Al-
Qur'an ini dianjurkan dan diberi dorongan oleh para Khalif ah sendiri. Pada zaman
sekarang di Mesir, di sekolah-sekolah Awaliyah diwajibkan untuk menghafal Al-Qur'an
bila mereka ingin menamatkan pelajaran sekolah awaliyah dan hendak meneruskan
pelajarannya ke sekolah-sekolah mualimin, begitu juga di pesantren-pesantren di
Indonesia, sehingga Al-Qur'an dapat dihaf al oleh jutaan umat Islam di seluruh dunia.
Dengan demikian terbuiktilah firman Allah:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami tetap
memeliharanya "
( Surat (15) Al Hijr Ayat 9)
D. AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya
kejalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-
orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-
Nya, dan menunjuki mereka kejalan yang lurus.(Q.S. Al-Maa’idah [5]: 16).
Alkisah, terdapatlah seorang pengembara yang terbangun dari keadaan tidak sadar
dan mendapati dirinya di tengah hutan. Dia tidak tahu di mana ia berada, dari mana dia
berasal, siapa dia, dan untuk apa dia ada di hutan itu. Yang dia tahu adalah bahwa dia
berada di sebuah hutan belantara, dikelilingi belukar lebat, pepohonan, binatang liar, dan
tanpa ada seorang manusiapun untuk tempat bertanya. Di sekitar tempat dirinya
terbangun, tidak dia menemukan apapun yang bisa mengingatkan dirinya akan asal-
usulnya, dan kenapa dia ada ditempat itu.
Seiring waktu berjalan, dia mencapai titik lelah untuk mencari siapa dirinya, dan
kenapa dia berada di tempat itu. Akhirnya, yang lakukan dia dalam keseharian hanyalah
bertahan hidup, tanpa tujuan dan arah yang pasti. Hingga suatu ketika datang seseorang
yang mengaku sebagai utusan maha raja, yang menerangkan jati dirinya melalui sebuah
surat dari sang raja, bahwa dia adalah seorang pangeran, yang berada dari suatu negeri,
diutus ke tempat ini untuk mencari harta karun. Buktinya adalah secarik kertas kecil yang
diselipkan di bajunya, berisi catatan tentang siapa dia dan misi apa yang dia bawa di
hutan.
Cerita pengembara di atas, jika dianalogikan atau diandaikan dengan kehidupan
kita sebagai manusia ibarat ‘pengembara’ yang hidup di ‘hutan’ dunia. Seandainya saja
tidak ada ‘utusan’ yang membawa petunjuk, tentulah kita akan tersesat dan kebingungan
dalam mengarungi hidup ini. Sebgaimana mereka yang tidak beriman seperti kaum
materialis, atheis, dan hedonis yang hidup dalam kesesatan. Maka bersyukurlah kita yang
mendapatkan petunjuk dari utusan Allah yaitu Muhammad SAW, yang menyampaikan
kabar gembira, memberi peringatan, dan menerangkan hakikat penciptaan kita di dunia.
Bersama Beliau, diturunkanlah Alqur’an sebagai pedoman hidup.
Alqur’an Sebagai Mukjizat
Untuk memperkuat dakwah yang disampaikan, Allah memberikan keistimewaan
bagi para rasul yang disebut dengan mukjizat. Bagi seorang Rasul, mukjizat yang satu
berbeda dengan yang lain. Biasanya, ada dua macam mukjizat yaitu yang bersifat
materi/fisik, dan yang bersifat non materi, namun bisa ditangkap dengan ketajaman akal
dan rasa. Alqur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW yang berupa fisik, akan
tetapi juga mengandung mukjizat non-fisik yang luar biasa dibalik teks-teksnya. Maka
pantas jika dikatakan bahwa Alqur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW yang
terbesar dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Secara jelas Alqur’an telah
memperlihatkan kemukjizatannya dalam sejarah manusia. Ketika Alqur’an dilaksanakan
dan diamalkan dengan kesungguhan, maka ia dapat menciptakan peradaban besar yang
menguasai dunia dengan keadilan dan kesejahteraan. Lihat saja dulu, ketika Islam
mengalami kejayaan, kaum Muslim meletakkan Alqur’an sebagai landasan bagi setiap
hukum dan ilmu, maka seluruh bidang kehidupan mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Kaum Muslimin bahkan menjadi rujukan para ilmuwan dari negeri lain. Kaum
Muslim menjadi ‘guru’ dunia.
Hidayah Alqur’an
Alqur’an merupakan sumber utama ajaran Islam, di mana di dalamnya
terkandung hidayah bagi setiap muslim dalam menjalani kehidupan agar selamat dan
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ada beberapa macam hidayah Alqur’an
kepada manusia: pertama, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya Ilahi.
Ajaran Alqur’an membimbing manusia agar keluar dari kegelapan yang berupa
kekafiran, kesesatan dan kebodohan menuju cahaya Ilahi yang berupa keimanan,
keislaman dan ilmu pengetahuan.
Allah SWT berfirman: Alif, laam raa. (Ini adalah) kitab yang kami turunkan
kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa
lagi Maha Terpuji.(Q.S. Ibrahim [14]: 1).
Kedua, membimbing kehidupan manusia menuju jalan yang lurus, baik dan adil.
Ini dicapai dengan mengikuti ajaran Islam yang shahih dan jalan tauhid yang ditunjukkan
Alqur’an. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Alqur’an ini memberikan petunjuk
kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin
yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (Q.S. Al-
Israa’ [17]: 9).
Ketiga, memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman dan peringatan
kepada orang-orang ingkar (kafir). Alqur’an menjelaskan bahwa orang-orang yang
beriman melalui amal shaleh yang mereka lakukan, akan mendapat pahala berlipat dan
akan dibalas dengan kebaikan di dunia dan surga di akhirat. Sebaliknya, orang-orang
ingkar akan mendapat balasan buruk diakhirat. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya
Alqur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar
gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahw bagi mereka
ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada
kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka adzab yang pedih.(Q.S. Al-Israa’ [17]: 9-
10).
Keempat, Alqur’an menyembuhkan hati manusia dan menebarkan rahmat bagi
orang-orang yang beriman. Ia menyembuhkan segala macam penyakit hati, termasuk
akhlak tercela. Penyakit hati bersumber dari pemahaman akidah yang salah tentang
Allah, malaikat, rasul-rasul, hari akhirat, qadha dan qadar. Kesalahan keyakinan ini
membuat hati gelisah, sakit dan bingung. Allah SWT berfirman: Dan kami turunkan dari
Alqur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan
Alqur’an itu tidaklah menmbah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Q.S.
Al-Israa’ [17]: 82).
Kelima, berisi nasihat dan ibrah (pelajaran). Alqur’an banyak berisi kisah-kisah
penuh hikmah tentang orang-orang terdahulu. Kisah-kisah itu tentu bukan hanya sekedar
pemanis dan hiasan Alqur’an, lebih dari itu, ia adalah pelajaran (ibrah) yang harus
diambil oleh umat Islam.
Firman Allah SWT: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alqur’an itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S. Yusuf
[12]: 111).
Alqur’an Sebagai Pembela di Akhirat
Telah bersabda Rasulullah SAW: Belajarlah kamu akan Alqur’an, di akhirat nanti
dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya.
Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, “Kenalkah kamu
kepadaku?”
Maka orang yang pernah membaca Alqur’an menjawab: “Siapakah
kamu?”Berkata Alqur’an: “Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan engkau
juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang
hari.” Kemudian berkatalah orang yang pernah membaca Alqur’an itu: “Adakah
kamu Al qur’an?” Alqur’an lalu mengiyakan dan menuntun orang tersebut
menghadap Allah.
Orang beriman itu kemudian diberi kerajaan yang kekal di tangan kanan dan
kirinya, kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya. Pada kedua ayah dan
ibunya yang muslim, juga diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau
berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya: “Dari manakah kami memperoleh ini
semua, padahal kami tidak sampai ini?” Lalu dijawab: “Kamu diberi ini semua karena
anak kamu telah mempelajari Alqur’an.”
Kelebihan Alqur’an
Alqur’an memiliki tiga kelebihan yang tidak dimiliki oleh kitab suci
lain. Pertama, merupakan kitab suci yang paling banyak dibaca dan dihafalkan oleh
manusia sejak dahulu hingga sekarang dalam bahasa aslinya. Dalam catatan rekor
dunia guinness, disebutkan bahwa buku non-fiksi yang paling banyak dibaca sepanjang
sejarah adalah Bible. Namun, kita tahu, Bible menggunakan bahasa setempat dan telah
mengalami banyak perubahan. Sedangkan Alqur’an, apa yang kita baca darinya saat ini
adalah apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tanpa ada perubahan
sedikitpun. Kedua, merupakan kitab suci yang mendapat perhatian sangat besar, baik oleh
pemeluknya maupun oleh orang diluar mereka. Banyak ilmuwan non-Muslim yang
mengakui Alqur’an, baik dari segi tata bahasanya maupun kandungannya. Ketiga, bagi
seorang mukmin, membaca Alqur’an akan dapat memperkuat imannya serta
kedekatannya kepada Sang Pencipta, dan membaca Alqur’an termasuk ibadah.
BAB II
PENUTUP
Al-Quran adalah kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di seluruh
dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di dunia baik di
bumi maupun di luar angkasa akibat kiamat besar. Isi kandungan Al- quran ialah
Aqidah / Akidah, Ibadah, Akhlaq / Akhlak, Hukum-Hukum, Peringatan / Tadzkir,
Sejarah-Sejarah atau Kisah-Kisah, Dorongan Untuk Berpikir. Kemudian Sejarah
perkembangannya bermula dari Masa Nabi Muhammad s.a.w lalu masa Abu Bakar dan
hingga tahap pembukuannya pada masa Ustman. Terdapat 3 unsur yang dapat
memelihara Al-Qur'an yang telah diturunkan, yaitu:
1. Hafalan dari mereka yang haf al Al-Qur'an.
2. Naskah-naskah yang ditulis oleh Nabi
3. Naskah-naskah yang ditulis oleh mereka yang pandai menulis dan membaca untuk
mereka masing-masing. Selain itu, sekali dalam setahun, Jibril mengadakan ulangan
(repetisi).
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat, lebih dan kurang kami
mohon maaf. Terimakasih.