Makalah Agama

47
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM AGAMA DAN BUDAYA D I S U S U N OLEH: RAMANTA 0610 4041 1395 RENI AFRIYANI 0610 4041 1396 RIMA DANIAR 0610 4041 1397 PRODI TEKNIK ENERGI (1EGA) DOSEN PEMBIMBING : AIMI, S.pdI

Transcript of Makalah Agama

Page 1: Makalah Agama

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

AGAMA DAN BUDAYA

D

I

S

U

S

U

N

OLEH:

RAMANTA 0610 4041 1395

RENI AFRIYANI 0610 4041 1396

RIMA DANIAR 0610 4041 1397

PRODI TEKNIK ENERGI (1EGA)

DOSEN PEMBIMBING : AIMI, S.pdI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2010/2011

Page 2: Makalah Agama

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,

Kami kelompok 6 dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul Agama dan Budaya.

Dan tak lupa, sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi besar junjungan kita

Muhammad SAW. Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Aimi, S.pd sebagai dosen

pembimbing kami, dan teman-teman yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah

ini.

Dalam makalah ini dibahas tentang hubungan antara agama dan budaya, agama dan

budaya memiliki persamaan dan perbedaan, apakah budaya adalah bagian dari agama? atau

agama adakah bagian dari budaya? pertanyaan ini akan kita ketahui dalam pembahasan

makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk memahami

keterkaitan antara agama dan budaya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu

kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini dimasa mendatang.

Penulis

Page 3: Makalah Agama

DAFTAR ISI

Halaman judul…………………………………………………………………i

Kata Pengantar………………………………………………………………..ii

Daftar isi……………………………………………………………………....iii

Pendahuluan

A. Latar Belakang………………………………………………………..1

B. Tujuan………………………………………………………………...4

C. Rumusan Masalah…………………………………………………….4

Pembahasan

A. Definisi agama………………………………………………………...5

B. Definisi budaya………………………………………………….…….7

C. Agama merupakan bagian dari kebudayaan…………………...….…..8

D. Hubungan agama dan kebudayaan…………………………………....9

E. Sikap Islam terhadap kebudayaan……………………………………12

F. Sistematika sumber ajaran agama…………………………………….15

Penutup

A. Kesimpulan……………………………………………………………23

B. Saran…………………………………………………………………..24

C. Pertanyaan dan jawaban………..……………………………………..25

D. Ayat-ayat Al-Qur’an mengenai Agama dan Budaya………………....26

Daftar Pustaka…………………………………………………………….…..29

Page 4: Makalah Agama

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana ditegaskan oleh Kuntowijoyo (1991), agama dan budaya adalah dua

hal yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Pertama, agama

mempengaruhi kebudayaan dalam pembentukannya; nilainya adalah agama, tetapi

simbolnya adalah kebudayaan. Kedua, budaya dapat mempengaruhi simbol agama.

Ketiga, kebudayaan dapat menggantikan sitem nilai dan simbol agama.

Agama dan kebudayaan mempunyai dua persamaan, yaitu keduanya adalah

sitem nilai dan sistem simbol dan keduanya mudah sekali terancam setiap kali ada

perubahan. Agama, dalam perspektif ilmu-ilmu sosial adalah sebuah sistem nilai

yang memuat sejumlah konsepsi mengenai konstruksi realitas, yang berperan besar

dalam menjelaskan struktur tata normatif dan tata sosial serta memahamkan dan

menafsirkan dunia sekitar. Sementara seni tradisi merupakan ekspresi cipta, karya,

dan karsa manusia (dalam masyarakat tertentu) yang berisi nilai-nilai dan pesan-

pesan religiusitas, wawasan filosofis dan kearifan lokal (local wisdom).

Baik agama maupun kebudayaan, pada prinsipnya sama-sama memberikan

wawasan dan cara pandang dalam menyikapi kehidupan agar sesuai dengan

kehendak Tuhan dan kemanusiaannya. Misalnya, dalam menyambut anak yang baru

lahir, Islam memberikan wawasan untuk melaksanakan tasmiyah (pemberian nama)

dan akikah (penyembelihan hewan) bagi anak tersebut, sementara kebudayaan lokal

urang Banjar yang dikemas dalam bentuk tradisi baayun anak yang disandingkan

dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw atau maulid Rasul (sehingga

kemudian menjadi Baayun Maulid) memberikan wawasan dan cara pandang lain,

tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu mendoakan agar anak yang diayun menjadi

anak yang berbakti, anak yang saleh, yang mengikuti Nabi Saw sebagai uswah

hasanah dalam kehidupannya kelak.

Page 5: Makalah Agama

Upaya Memahami Nalar Islam Indonesia

Dalam konteks civilization, mazhab positivisme memposisikan agama ---

sebagaimana seni dan sains--- sebagai bagian dari puncak ekspresi kebudayaan

sehingga keduanya dikategorikan sebagai peradaban, bukan hanya sekedar kultur.

Namun bagi kalangan teolog dan orang-orang yang beragama, kebudayaan adalah

perpanjangan dari perilaku agama. Atau paling tidak, agama dan budaya masing-

masing memiliki basis ontologis yang berbeda, sekalipun keduanya tidak dapat

dipisahkan. Agama bagaikan ruh yang datang dari langit, sedangkan budaya adalah

jasad bumi yang siap menerima ruh agama sehingga pertemuan keduanya

melahirkan peradaban. Ruh tidak dapat beraktivitas dalam palataran sejarah tanpa

jasad, sedangkan jasad akan mati dan tak sanggup terbang menggapai langit-langit

makna ilahi tanpa ruh agama (Komaruddin Hidayat, 2003: 27).

Clifford Geertz dalam bukunya The Interpretation of Cultures (1973) melihat

agama sebagai keyakinan-keyakinan keagamaan yang hidup dalam diri para

penganutnya dan yang terwujud dalam kompleksitas kehidupan mereka sehari-hari.

Yaitu kehidupan sehari-hari, baik yang sakral maupun yang profan. Sedangkan yang

kudus itu ada dalam teks-teks suci agama, melalui proses-proses interpretasi untuk

pemahaman agar dijadikan acuan atau pedoman bagi keyakinan-keyakinan

keagamaan dalam kehidupan penganutnya sehari-hari. Dalam keadaan demikian,

keyakinan-keyakinan keagamaan yang hidup dalam diri para penganutnya adalah

sama dengan kebudayaan dari para penganut keagamaan tersebut. Dan sebaliknya,

kebudayaan tersebut bagi para penganutnya adalah sesuatu yang sakral dan karena

itu bercorak keagamaan.

Homo Religius dan Homo Festivus

Kaitannya dengan diskursus dialektika agama dan budaya, manusia sebagai

pemeluk agama, secara antropologis memang makhluk yang paling senang

mengadakan festival sehingga wajar disebut sebagai homo festivus. Sejak dari

zaman purba hingga zaman modern agenda untuk merayakan festival tidak pernah

hilang. Yaitu sebuah pesta budaya yang bersifat publik, yang bahkan selalu

dikaitkan dengan ritus-ritus keagamaan. Pluralitas ekspresi seni budaya dan suasana

pesta adalah satu ciri pesta festival. Lebih jauh lagi, acara ini biasanya dikaitkan

Page 6: Makalah Agama

dengan misi keagamaan, yaitu mengenang dan memelihara traditional wisdom, lalu

diperkaya dengan elemen-elemen mutakhir. Festival semakin gegap gempita ketika

diakukan secara massif dan menajdi simbol harga diri sebuah bangsa atau agama.

Dalam Islam, ibadah haji merupakan festival keagamaan yang amat besar

biayanya, yang pesertanya datang dari berbagai pelosok dunia (min kulli fajjin

’amiq), yang diselenggarakan setiap tahun. Begitupun halnya dengan agama-agama

lain. Ini semua menjadi bukti betapa betapa erat hubungannya antara agama dan

budaya yang kemudian tampil dalam berbagai bentuk festival keagamaan, namun

sangat kental dengan warna budaya lokalnya, sekaipun pesan dan pemaknaannya

lalu ditarik ke tataran universal.

Demikianlah, maka secara antropologis kalau kita cermati rangkaian

aktivitas sosial manusia yang segera tertangkap di mata kita adalah aktivitas festival

dan ritual keagamaan, sejak dari ramai-ramai berjamaah sholat Jum’at, Pesta Idul

Fitri, Idul Adha, peringatan hari-hari besar Islam (PHBI) dan masih banyak lagi.

Disana kita sulit memisahkan antara ekspresi agama dan budaya. Oleh karenanya,

tidak berlebihan jika manusia juga disebut sebagai homo ludens, karena senang

dengan ragam permainan, homo religius karena, karena selalu mencari dan

merindukan Tuhan, dan juga homo festivus, mengingat kegemarannya berfestival.

Islamisasi Budaya atau Membudayakan Islam?

Dalam konteks Indonesia, jalinan Islam dan budaya nusantara memang

terkesan komplit dan sejatinya harus berjalan secara sinergis dan simbiosis-

mutualistik. Agama-agama dan budaya lokal yang pada mulanya tumbuh secara

isolatif, sekarang mau tidak mau harus berinteraksi dengan yang lain ketika

pluralitas agama dan budaya tak bisa lagi dibendung . Berbagai klaim eksklusivisme

agama dan budaya sulit dipertahankan. Bahkan nasionalisme klasik yang muncul

oleh antagonisme politik sekarang bergeser menjadi nasionalisme kosmopolitan.

Bahwa kehidupan sebuah bangsa bukan lagi dikawal dengan kekuatan senjata,

melainkan dengan kemitaraan dengan bangsa lain. Di wilayah internal, yang

dilakukan bukan lagi mobilisasi massa untuk berperang melainkan memberi ruang

partisipasi publik selebar mungkin untuk bersama-sama membangun peradaban.

Page 7: Makalah Agama

Maka, dimanakah posisi agama dalam menyikapi perihal di atas? Agama

hendaknya mampu mentransendensikan diri, berada di atas pluralitas budaya dan

bangsa, lalu memberikan visi, motivasi dan pencerahan kemanusiaan dalam bingkai

kebangsaan dan kebudayaan. Gerakan keagamaan pada akhirnya adalah gerakan

kebudayaan karena manifestasi akhir dari perilaku seseroang tampil dalam ranah

budaya. Dan jika sebuah agama tidak mampu mengartikulasikan diri dalam wadah

budaya sebagai gerakan emansipatoris, maka agama akan ditinggalkan orang.

Sebaliknya, gerakan kebudayaan yang tidak memiliki dimensi transenden juga tidak

akan mampu memperoleh dukungan abadi dan militan.

Dengan begitu, tugas para intelektual dan budayawan muslim adalah

bagaimana membudayakan Islam sehigga Islam lalu menjadi pohon peradaban yang

akarnya di bumi, sekalipun benih asalnya adalah langit dan pucuknya juga

menjulang ke langit. Ini berarti Islam perlu membuka diri dan bersikap inovatif serta

akomodatif terhadap dinamika lokal maupun modern, dan janganlah langkah sejarah

yang tengah berjalan ke depan dipaksa berputar balik ke belakang. Jika kita percaya

bahwa kebenaran Islam bersifat perennial, maka tidak tepat mengurung Islam di

masa lalu dalam museum yang dinamakan zaman keemasan. Begitu kata

Komaruddin Hidayat dalam Wahyu di Langt Wahyu di Bumi (Paramadina, 2003)

B. Tujuan

Kami mengharapkan pembaca dapat menambah pengetahuannya tentang keterkaitan

antara agama dan budaya. Sehingga dari makalah ini pembaca mendapatkan

pemahaman yang lebih baik mengenai agama dan budaya.

C. Rumusan masalah

1) Apakah definisi agama ?

2) Apakah definisi kebudayaan ?

3) Apakah agama bagian dari kebudayaan ?

4) Bagaimanakah hubungan islam dengan kebudayaan ?

5) Bagaimanakah sikap islam terhadap kebudayaan ?

6) Bagaimanakah sistemtika sumber ajaran islam ?

Page 8: Makalah Agama

PEMBAHASAN

A. Definisi agama

“Agama, secara mendasar dan umum, dapat didefinisikan sebagai

seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia

gaib, khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia

lainnya, dan manusia dengan lingkungannya”.

Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak dan gama

berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Jadi

fungsi agama dalam pengertian ini memelihara integritas dari seorang atau

sekelompok orang agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam

sekitarnya tidak kacau. Karena itu menurut Hinduisme, agama sebagai kata benda

berfungsi memelihara integritas dari seseorang atau sekelompok orang agar

hubungannya dengan realitas tertinggi, sesama manusia dan alam sekitarnya.

Ketidak kacauan itu disebabkan oleh penerapan peraturan agama tentang moralitas,

nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai dan diberlakukan.

Pengertian itu jugalah yang terdapat dalam kata religion (bahasa Inggris)

yang berasal dari kata religio (bahasa Latin), yang berakar pada kata religare yang

berarti mengikat. Dalam pengertian religio termuat peraturan tentang kebaktian

bagaimana manusia mengutuhkan hubungannya dengan realitas tertinggi (vertikal)

dalam penyembahan dan hubungannya secara horizontal (Sumardi, 1985:71)

Agama itu timbul sebagai jawaban manusia atas penampakan realitas

tertinggi secara misterius yang menakutkan tapi sekaligus mempesonakan  Dalam

pertemuan itu manusia tidak berdiam diri, ia harus atau terdesak secara batiniah

untuk merespons. Dalam kaitan ini ada juga yang mengartikan religare dalam arti

melihat kembali kebelakang kepada hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan Tuhan

yang harus diresponnya untuk menjadi pedoman dalam hidupnya.

Islam juga mengadopsi kata agama, sebagai terjemahan dari kata Al-Din

seperti yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an surat 3 : 19 ( Zainul Arifin Abbas,

1984 : 4). Agama Islam disebut Din dan Al-Din, sebagai lembaga Ilahi untuk

Page 9: Makalah Agama

memimpin manusia untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Secara

fenomenologis, agama Islam dapat dipandang sebagai Corpus syari’at yang

diwajibkan oleh Tuhan yang harus dipatuhinya, karena melalui syari’at itu hubungan

manusia dengan Allah menjadi utuh. Cara pandang ini membuat agama berkonotasi

kata benda sebab agama dipandang sebagai himpunan doktrin.

Komaruddin Hidayat seperti yang dikutip oleh muhammad Wahyuni Nifis

(Andito ed, 1998:47) lebih memandang agama sebagai kata kerja, yaitu sebagai

sikap keberagamaan atau kesolehan hidup berdasarkan nilai-nilai ketuhanan.

Walaupun kedua pandangan itu berbeda sebab ada yang memandang agama

sebagai kata benda dan sebagai kata kerja, tapi keduanya sama-sama memandang

sebagai suatu sistem keyakinan untuk mendapatkan keselamatan disini dan

diseberang sana.

Dengan agama orang mencapai realitas yang tertinggi. Brahman dalam

Hinduisme, Bodhisatwa dalam Buddhisme Mahayana, sebagai Yahweh yang

diterjemahkan “Tuhan Allah” (Ulangan 6:3) dalam agama Kristen, Allah subhana

wata’ala dalam Islam.

Sijabat telah merumuskan agama sebagai berikut:

“Agama adalah keprihatinan maha luhur dari manusia yang terungkap selaku

jawabannya terhadap panggilan dari yang Maha Kuasa dan Maha Kekal.

Keprihatinan yang maha luhur itu diungkapkan dalam hidup manusia, pribadi atau

kelompok terhadap Tuhan, terhadap manusia dan terhadap alam semesta raya serta

isinya” ( Sumardi, 1985:75)

Uraian Sijabat ini menekankan agama sebagai hasil refleksi manusia

terhadap panggilan yang Maha Kuasa dan Maha Kekal. Hasilnya diungkap dalam

hidup manusia yang terwujud dalam hubungannya dengan realitas tertinggi, alam

semesta raya dengan segala isinya. Pandangan itu mengatakan bahwa agama adalah

suatu gerakan dari atas atau wahyu yang ditanggapi oleh manusia yang berada

dibawah.

Page 10: Makalah Agama

B. Definisi budaya

Di Indonesia, diantara para cendekiawan dan ilmuwan sosial, konsep

kebudayaan dari Profesor Koentjaraningrat amatlah populer. Dalam konsep ini

kebudayaan diartikan sebagai wujudnya, yaitu mencakup keseluruhan dari: (1)

gagasan; (2) kelakuan; dan (3) hasil-hasil kelakuan. Dengan menggunakan definisi

ini maka seseorang pengamat atau peneliti akan melihat bahwa segala sesuatu yang

ada dalam pikirannya, yang dilakukan dan yang dihasilkan oleh kelakuan oleh

manusia adalah kebudayaan.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hal. 149, disebutkan bahwa: “

budaya “ adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang “ kebudayaan” adalah hasil

kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia, seperti kepercayaan, kesenian

dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan

kecakapan ( adat, akhlak, kesenian , ilmu dll). Sedang ahli sejarah mengartikan

kebudaaan sebagai warisan atau tradisi. Bahkan ahli Antropogi melihat kebudayaan

sebagai tata hidup, way of life, dan kelakuan. Definisi-definisi tersebut menunjukkan

bahwa jangkauan kebudayaan sangatlah luas. Untuk memudahkan pembahasan,

Ernest Cassirer membaginya menjadi lima aspek :

1. Kehidupan Spritual

2. Bahasa dan Kesustraan

3. Kesenian

4. Sejarah

5. Ilmu Pengetahuan.

Aspek kehidupan Spritual, mencakup kebudayaan fisik, seperti sarana

(candi, patung nenek moyang, arsitektur) , peralatan ( pakaian, makanan, alat-alat

upacara). Juga mencakup sistem sosial, seperti upacara-upacara ( kelahiran,

pernikahan, kematian ).

Page 11: Makalah Agama

Adapun aspek bahasa dan kesusteraan mencakup bahasa daerah, pantun,

syair, novel-novel.

Aspek seni dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu ; visual arts dan

performing arts, yang mencakup ; seni rupa ( melukis), seni pertunjukan ( tari,

musik, ) Seni Teater ( wayang ) Seni Arsitektur ( rumah,bangunan , perahu ). Aspek

ilmu pengetahuan meliputi scince ( ilmu-ilmu eksakta) dan humanities ( sastra,

filsafat kebudayaan dan sejarah ).

C. Agama merupakan bagian dari kebudayaan

Apakah agama itu kebudayaan ?, jawaban ini telah banyak menimbulkan

perdebatan, suatu pihak telah menyatakan bahwa agama adalah bagian dari

kebudayaan sementara pihak lainnya telah menyatakan bahwa agama bukan bagian

dari kebudayaan. Kelompok orang yang tidak setuju bahwa agama merupakan

bagian dari kebudayaan adalah pemikiran bahwa agama bukan berasal dari manusia

tetapi datang dari Tuhan, dan sesuatu yang datang dari Tuhan tidak dapat disebut

kebudayaan. Kemudian sementara orang yang menyatakan bahwa agama adalah

bagian dari kebudayaan karena praktik agama tidak dapat dilepaskan dari

kebudayaan. Memang benar wahyu yang menjadi sandaran fundamental agama itu

berasal dari tuhan, akan tetapi realisasinya dalam kehidupan adalah persoalan

manusia dan sepenuhnya tergantung pada kapasitas diri manusia sendiri baik dalam

hal kesanggupan pemikiran untuk memahaminya, maupun kesanggupan dirinya

untuk menjalankannya dalam kehidupan. Maka dalam soal ini, menurut pandangan

ini realisasi dan aktualisasi agama sesungguhnya telah memasuki wilayah

kebudayaan sehingga agama mau tidak mau menjadi soal kebudayaan.

Sebenarnya apabila ditarik garis batas antara agama dan kebudayaan itu

adalah garis batas “Tuhan dan manusia” maka wilayah agama dan wilayah

kebudayaan itu tidak statis melainkan dinamis sebab Tuhan dan manusia

berhubungan secara dialogis, dimana manusia menjadi khalifah (wakil-Nya dibumi).

Maka pada tahapan ini ada kalanya agama dan kebudayaan menempati wilayah

sendiri-sendiri dan ada kalanya keduanya menempati wilayah yang sama yaitu yang

disebut wilayah kebudayaan agama.

Page 12: Makalah Agama

Agama sesungguhnya untuk manusia dan keberadaan agama dalam praktik

hidup sepenuhnya berdasar pada kapasitas diri manusia, bukan sebaliknya manusia

untuk agama. Oleh karena itu agama untuk manusia maka agama pada hakekatnya

menerima adanya pluralitas dalam memahami dan menjalankan ajarannya. Jika

agama untuk manusia maka agama sesungguhnya telah memasuki wilayah

kebudayaan dan menyejarah menjadi kebudayaan dan sejarah agama adalah sejarah

kebudayaan agama yang menggambarkan dan menerangkan bagaimana terjadi

proses pemikiran, pemahaman, dan isi kesadaran manusia tentang wahyu, doktrin

dan ajaran agama, yang kemudian dipraktikkan dalam realitas kehidupan manusia

dan dalam sejarah perkembangan itu, sehingga agama yang menyejarah telah

sepenuhnya menjadi wilayah kebudayaan, karena tanpa menjadi kebudayaan, maka

sesungguhnyasejarah agama-agama itu tak akan pernah ada dan tak akan pernah

dituliskan.

D. Hubungan agama dan kebudayaan

Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rohmat bagi

alam semesta. Ajaran-ajarannya selalu membawa kemaslahatan bagi kehidupan

manusia di dunia ini. Allah swt sendiri telah menyatakan hal ini, sebagaimana yang

tersebut dalam ( QS Toha : 2 ) :

“ Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kapadamu agar kamu menjadi

susah “. Artinya bahwa umat manusia yang mau mengikuti petunjuk Al Qur’an ini,

akan dijamin oleh Allah bahwa kehidupan mereka akan bahagia dan sejahtera dunia

dan akherat. Sebaliknya siapa saja yang membangkang dan mengingkari ajaran

Islam ini, niscaya dia akan mengalami kehidupan yang sempit dan penuh

penderitaan.

Ajaran-ajaran Islam yang penuh dengan kemaslahatan bagi manusia ini,

tentunya mencakup segala aspek kehidupan manusia. Tidak ada satupun bentuk

kegiatan yang dilakukan manusia, kecuali Allah telah meletakkan aturan-aturannya

dalam ajaran Islam ini. Kebudayaan adalah salah satu dari sisi pentig dari kehidupan

manusia, dan Islampun telah mengatur dan memberikan batasan-batasannya.

Page 13: Makalah Agama

Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara agama ( termasuk Islam )

dengan budaya, kita perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini : mengapa

manusia cenderung memelihara kebudayaan, dari manakah desakan yang

menggerakkan manusia untuk berkarya, berpikir dan bertindak ? Apakah yang

mendorong mereka untuk selalu merubah alam dan lingkungan ini menjadi lebih

baik ?

Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk

berbudaya merupakan dinamik ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya

sadar insani yang berupa ilmu, tata hukum, tatanegara, kesenian, dan filsafat tak lain

daripada proses realisasidiri dari roh ilahi. Sebaliknya sebagian ahli, seperti Pater

Jan Bakker, dalam bukunya “Filsafat Kebudayaan” menyatakan bahwa tidak ada

hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya, bahwa agama

merupakan keyakinan hidup rohaninya pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan

ilahi. Keyakinan ini disebut Iman, dan Iman merupakan pemberian dari Tuhan,

sedang kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga keduanya tidak bisa

ditemukan. Adapun menurut para ahli Antropologi, sebagaimana yang diungkapkan

oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama merupakan salah satu unsur

kebudayaan. Hal itu, karena para ahli Antropologi mengatakan bahwa manusia

mempunyai akal-pikiran dan mempunyai sistem pengetahuan yang digunakan untuk

menafsirkan berbagai gejala serta simbol-simbol agama. Pemahaman manusia

sangat terbatas dan tidak mampu mencapai hakekat dari ayat-ayat dalam kitab suci

masing- masing agama. Mereka hanya dapat menafsirkan ayat-ayat suci tersebut

sesuai dengan kemampuan yang ada.

Di sinilah, bahwa agama telah menjadi hasil kebudayaan manusia. Berbagai

tingkah laku keagamaan, masih menurut ahli antropogi,bukanlah diatur oleh ayat-

ayat dari kitab suci, melainkan oleh interpretasi mereka terhadap ayat-ayat suci

tersebut.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa para ahli kebudayaan

mempunyai pendapat yang berbeda di dalam memandang hubungan antara agama

dan kebudayaan. Kelompok pertama menganggap bahwa Agama merupakan sumber

kebudayaaan atau dengan kata lain bahwa kebudayaan merupakan bentuk nyata dari

agama itu sendiri. Pendapat ini diwakili oleh Hegel. Kelompok kedua, yang di

Page 14: Makalah Agama

wakili oleh Pater Jan Bakker, menganggap bahwa kebudayaan tidak ada

hubungannya sama sekali dengan agama. Dan kelompok ketiga, yeng menganggap

bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri.

Untuk melihat manusia dan kebudayaannya, Islam tidaklah memandangnya

dari satu sisi saja. Islam memandang bahwa manusia mempunyai dua unsur penting,

yaitu unsur tanah dan unsur ruh yang ditiupkan Allah kedalam tubuhnya. Ini sangat

terlihat jelas di dalam firman Allah Q.S As Sajdah 7-8 :

“ ( Allah)-lah Yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia

menciptakan keturunannya dari saripati air yan hina ( air mani ). Kemudian Dia

menyempurnakan dan meniupkan ke dalam ( tubuh )-nya roh ( ciptaan)-Nya “

Selain menciptakan manusia, Allah swt juga menciptakan makhluk yang

bernama Malaikat, yang hanya mampu mengerjakan perbuatan baik saja, karena

diciptakan dari unsur cahaya. Dan juga menciptakan Syetan atau Iblis yang hanya

bisa berbuat jahat , karena diciptkan dari api. Sedangkan manusia, sebagaimana

tersebut di atas, merupakan gabungan dari unsur dua makhluk tersebut.

Dalam suatu hadits disebutkan bahwa manusia ini mempunyai dua pembisik;

pembisik dari malaikat , sebagi aplikasi dari unsur ruh yang ditiupkan Allah, dan

pembisik dari syetan, sebagai aplikasi dari unsur tanah. Kedua unsur yang terdapat

dalam tubuh manusia tersebut, saling bertentangan dan tarik menarik. Ketika

manusia melakukan kebajikan dan perbuatan baik, maka unsur malaikatlah yang

menang, sebaliknya ketika manusia berbuat asusila, bermaksiat dan membuat

kerusakan di muka bumi ini, maka unsur syetanlah yang menang. Oleh karena itu,

selain memberikan bekal, kemauan dan kemampuan yang berupa pendengaran,

penglihatan dan hati, Allah juga memberikan petunjuk dan pedoman, agar manusia

mampu menggunakan kenikmatan tersebut untuk beribadat dan berbuat baik di

muka bumi ini.

Page 15: Makalah Agama

Allah telah memberikan kepada manusia sebuah kemampuan dan kebebasan

untuk berkarya, berpikir dan menciptakan suatu kebudayaan. Di sini, Islam

mengakui bahwa budaya merupakan hasil karya manusia. Sedang agama adalah

pemberian Allah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Yaitu suatu pemberian

Allah kepada manusia untuk mengarahkan dan membimbing karya-karya manusia

agar bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan mengangkat harkat

manusia. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya,

untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia

ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian,

Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk “ berbudaya “. Dan dalam

satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini,

mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama. Teori

seperti ini, nampaknya lebih dekat dengan apa yang dinyatakan Hegel di atas.

E. Sikap Islam terhadap Kebudayaan

Islam, sebagaimana telah diterangkan di atas, datang untuk mengatur dan

membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang.

Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah

dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam

menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak

bermanfaat dan membawa madharat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu

meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju

kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat

kemanusiaan.

Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwai isi Undang-undang Dasar

Negara Indonesia, pasal 32, walaupun secara praktik dan perinciannya terdapat

perbedaan-perbedaan yang sangat menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32,

disebutkan : “ Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan

persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang

dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta

mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Idonesia “.

Page 16: Makalah Agama

Dari situ, Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam :

Pertama : Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam.

Dalam kaidah fiqh disebutkan : “ al adatu muhakkamatun “ artinya bahwa

adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya

manusia, mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum. Tetapi yang perlu

dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang belum ada

ketentuannya dalam syareat, seperti ; kadar besar kecilnya mahar dalam pernikahan,

di dalam masyarakat Aceh, umpamanya, keluarga wanita biasanya, menentukan

jumlah mas kawin sekitar 50-100 gram emas. Dalam Islam budaya itu syah-syah

saja, karena Islam tidak menentukan besar kecilnya mahar yang harus diberikan

kepada wanita. Menentukan bentuk bangunan Masjid, dibolehkan memakai

arsitektur Persia, ataupun arsitektur Jawa yang berbentuk Joglo.

Untuk hal-hal yang sudah ditetapkan ketentuan dan kreterianya di dalam

Islam, maka adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat tidak boleh dijadikan

standar hukum. Sebagai contoh adalah apa yang di tulis oleh Ahmad Baaso dalam

sebuah harian yang menyatakan bahwa menikah antar agama adalah dibolehkan

dalam Islam dengan dalil “ al adatu muhakkamatun “ karena nikah antar agama

sudah menjadi budaya suatu masyarakat, maka dibolehkan dengan dasar kaidah di

atas. Pernyataan seperti itu tidak benar, karena Islam telah menetapkan bahwa

seorang wanita muslimah tidak diperkenankan menikah dengan seorang kafir.

Kedua : Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam ,

kemudian di “ rekonstruksi” sehingga menjadi Islami.Contoh yang paling jelas,

adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan ibadah haji dengan cara-cara yang

bertentangan dengan ajaran Islam , seperti lafadh “ talbiyah “ yang sarat dengan

kesyirikan, thowaf di Ka’bah dengan telanjang. Islam datang untuk meronstruksi

budaya tersebut, menjadi bentuk “ Ibadah” yang telah ditetapkan aturan-aturannya.

Contoh lain adalah kebudayaan Arab untuk melantukan syair-syair Jahiliyah. Oleh

Islam kebudayaan tersebut tetap dipertahankan, tetapi direkonstruksi isinya agar

sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Page 17: Makalah Agama

Ketiga: Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.Seperti, budaya “

ngaben “ yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara pembakaran mayat

yang diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan gegap gempita, dan secara

besar-besaran. Ini dilakukan sebagai bentuk penyempurnaan bagi orang yang

meninggal supaya kembali kepada penciptanya. Upacara semacam ini membutuhkan

biaya yang sangat besar. Hal yang sama juga dilakukan oleh masyarakat Kalimantan

Tengah dengan budaya “tiwah“ , sebuah upacara pembakaran mayat. Bedanya,

dalam “ tiwah” ini dilakukan pemakaman jenazah yang berbentuk perahu lesung

lebih dahulu. Kemudian kalau sudah tiba masanya, jenazah tersebut akan digali lagi

untuk dibakar. Upacara ini berlangsung sampai seminggu atau lebih. Pihak

penyelenggara harus menyediakan makanan dan minuman dalam jumlah yang besar,

karena disaksikan oleh para penduduk dari desa-desa dalam daerah yang luas. Di

daerah Toraja, untuk memakamkan orang yan meninggal, juga memerlukan biaya

yang besar. Biaya tersebut digunakan untuk untuk mengadakan hewan kurban yang

berupa kerbau. Lain lagi yang dilakukan oleh masyarakat Cilacap, Jawa tengah.

Mereka mempunyai budaya “ Tumpeng Rosulan “, yaitu berupa makanan yang

dipersembahkan kepada Rosul Allah dan tumpeng lain yang dipersembahkan kepada

Nyai Roro Kidul yang menurut masyarakat setempat merupakan penguasa Lautan

selatan ( Samudra Hindia ).

Hal-hal di atas merupakan sebagian contoh kebudayaan yang bertentangan

dengan ajaran Islam, sehingga umat Islam tidak dibolehkan mengikutinya. Islam

melarangnya, karena kebudayaan seperti itu merupakan kebudayaan yang tidak

mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan, serta tidak mempertinggi derajat

kemanusiaan bangsa Indonesia, sebaliknya justru merupakan kebudayaan yang

menurunkan derajat kemanusiaan. Karena mengandung ajaran yang menghambur-

hamburkan harta untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan menghinakan manusia

yang sudah meninggal dunia.

Dalam hal ini al Kamal Ibnu al Himam, salah satu ulama besar madzhab

hanafi mengatakan : “ Sesungguhnya nash-nash syareat jauh lebih kuat daripada

tradisi masyarakat, karena tradisi masyarakat bisa saja berupa kebatilan yang telah

disepakati, seperti apa yang dilakukan sebagian masyarakat kita hari ini, yang

mempunyai tradisi meletakkan lilin dan lampu-lampu di kuburan khusus pada

Page 18: Makalah Agama

malam- malam lebaran. Sedang nash syareat, setelah terbukti ke-autentikannya,

maka tidak mungkin mengandung sebuah kebatilan. Dan karena tradisi, hanyalah

mengikat masyarakat yang menyakininya, sedang nash syare’at mengikat manusia

secara keseluruhan., maka nash jauh lebih kuat. Dan juga, karena tradisi dibolehkan

melalui perantara nash, sebagaimana yang tersebut dalam hadits : “ apa yang

dinyatakan oleh kaum muslimin baik, maka sesuatu itu baik “

F. SISTEMATIKA SUMBER AJARAN AGAMA

Apabila membicarakan sistematika sumber ajaran agama, agama islam

mempunyai sistematika ajaran yang terdisri dari atas; (1) Al-qur’an (2) As-sunnah

dan (3) Al-Ra’yu. Sistematika dimaksud di uraikan sebagai berikut

1 . Al-qur’an

Al-qur’an adalah sumber ajaran islam yang pertama memuat kumpulan

wahyu allah yang disampaikan kepada nabi Muhammad saw. Di antara kandungan

isinya ialah peraturan hidup untuk mengatur kehidupan manusia dalam

hubungannya dengan allah, dengan perkambangan dirinya, dengan sesama manusia,

dan hubunganya dengan alam serta makluk lainnya. Al-qur’an memuat ajaran

islam di antaranya: (1) prinsip-prinsip keimanan kepada allah, malaikat, kitab, rasul,

hari akhir, qadha, qadhar, dan sebagainya; (2) prinsip-prinsip syariah mengenal

ibadah khas (shalat, puasa, zakat, haji ) dan ibadah umum ( perekonomian,

pernikahan, pemerintah, hokum pidana, hokum perdata, dan sebagainya); (3) janji

kepada orang yang berbuat baik dan ancaman kepada orang yang berbuat jahat

( dosa); (4) sejarah nabi yang terdahulu, masyarakat, dan bangsa terdahulu (5) ilmu

pengetahuan mengenai ilmu ketauhidan, agama, hal-hal yang menyakut manusia,

masyarakat dan yang berhubungan dengan alam

Al-qur’an kitab suci yang berisi wahyu ilahi menjadi pedoman hidup yang

tidak ada keraguan di dalamnya. Selain itu al-quran menjadi petunjuk yang dapat

menciptakan manusia untuk menjadi takwa kepada Allah SWT. Meskipun kegiatan

muamalah terjadi sacara interaktif antara sesame makluk, termasuk alam semesta;

namun hendaknya di perhatikan oleh manusia bahwa semua kegiatan itu berada

dalam kegiatan beribadah kepada Allah SWT. Dengan demikian menurut ahmad

Page 19: Makalah Agama

sadali seperti di kmutip oleh penulis bahwa semua perbuatan manusia adalah ibadah

kepada allah sehingga tidak bole bertentangan dengan hukum Allah SWT dan di

tujukan untuk mencapai keridhn-Nya

Al-qur’an sebagai kitab suci yang berisi petunjuk memuat 6666 ayat. Jumlah

itu hanya 5,8 persen dari seluruh ayat Al-qur’an yang mempunyai perincian. Hal ini

di ungkapkan karakterristik ayat-ayat sebagai berikut.

1) Ibadah sholat, puasa, haji; zakat, dan lain-lain 140 ayat.

2) Hidup kekeluargaan, perkawinan, perceraian, mhak waris, dan sebagainya 70

ayat.

3) Perdagangan/perekonomian, jual beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam,

gadai, perseroan, kontrak, dan sebagainya 70 ayat

4) Persoalan kriminologi 30 ayat.

5) Hubungan islam dengan non-islam 25 ayat.

6) Persoalan kehakiman/pengadilan 13 ayat.

7) Hubungan si kaya dan si miskin 10 ayat

8) Persoalan kenegaraan 10 ayat.

Jumlah ayat al-qur’an yang mempunyai perincian secara keseluruhan yang di

ungkapkan di atas adalah 368 ayat. Dari jumlah 368 ayat tersebut, 228 ayat yang

merupahkan soal hidup kemasyarakatan umat. Berdasarkan perincian dan klasifikasi

ayat-ayat al-qur’an dimaksud menunjukan bahwa ayat-ayat yang mengatur soal

hidup kekeluargaan dan kehidupan ekonomi mempunyai jumlah besar. Angka

mengenai hidup kekeluargaan ini besar karena keluargalah yang mempunyai unit

masyarakat terkecil dalam setiap masyarakat. Dari keluarga yang baik, makmur, dan

bahagia tercipta masyarakat yang baik, makmur, dan bahagia. Keluarga yang tidak

kuat ikatanya tidak akan membentuk masyarakat yang baik. Oleh karena itu

keteguhan ikatan kekeluargaan perlu di peliara dan di sinilah terletak salah sebabnya

maka ayat-ayat ahkam mementingkan soal hidup kekeluargaan. Membentuk

individu untuk menjadi baik dan berbudi pekeri yang luhur sebab individu yang

tidak mempunyai budi pekerti luhur tidak akan dapat terwujud keluarga yang baik

Page 20: Makalah Agama

Selain itu perlu di ungkapkan bahwa ayat-ayat ahkam mengenai hidup

bermasyarakat selain kecil jumlah keseluruhanya bersifat umum, dalam pengertian

hanya memberikan garis-garis besarnya tanpa perincian. Ini berlainan tegas dan

lebih terperinci ayat-ayat ahkam mengenai ibadah. Wahyu dalam hal ini lebih tegas

dan terperinci. Masyarakat bersifat dinamis mengalami perubahan dari zaman ke

zaman dan kalu di atur dengan hukum-hukum yang berjumlah besar lagi terperinci

akan menjadi terikat dan tak dapat berkembang sesuai dengan peradaban zaman.

Disini pula terletak hikmanya maka ayat-ayat ahkam mengenai hidup

kemasyarakatan berjumlah kecil dan hanya membawa pedoman dasar perincian.

Oleh karena itu hanya dasar-dasar inilah yang perlu dan wajib di pegang dalam

mengatur hidup kemasyarakatan umat di segala tempat dan zaman. Dengan kata lain

dasar-dasar itulah yang tidak dapat di ubah oleh manusia sedang interpretasi,

perincian dan pelaksannya, itu berubah menurut tuntunan zaman. Di sekitar

interpretasi dasar-dasar inilah hukum dalam islam berkembang demikian juga

bidang ilmu lainnya.

2. Sunnah Nabi Muhammad Saw

Sunnah nabi Muhammad saw merupahkan ajaran islam yang kedua. Hal-hal

yang di ungkapkan oleh al-qur’an yang bersifat umum atau memerlukan penjelsan

nabi Muhammad saw di jelaskan melalui sunnah. Sunah dimaksud adalah perbuatan,

perkataan, dan perizinan nabi Muhammad saw (af’alu, azwalu, dan taqriru).

Pengertian sunnah yang demikian mempunyai kesamaan dengan pengertian hadist.

3. Al-ra’yu

Kata Al-Ra’yu dalam bahasa arab berasal dari akar kata ra’a yang berarti

meliat. Al-ra’yu bearti pengliatan. Pengeliatan di sini adalah pengeliatan akal bukan

pengeliatan mata mesipun pengeliatan mata sering kali sebagai alat bantu

terbentuknya pengeliatan akal sebagaimana halnya pendengaran, perabaan,

perasaan, dan sebagainya. Al-ra’yu terbentuk sebagai hasil suatu proses yang terjadi

pada otak manusia setelah terlebih dahulu memperoleh masukan. Masukan

dimaksud dapat terjadi pada saat sebelum dan sesudah terjadi proses pemikiran.

Oleh karena itu sering terjadi bahwa hasil proses pemikiran ini sangat tergantung

kepada jumlah masukan yang dimiliki oleh seseorang makin kaya masukan tersebut

Page 21: Makalah Agama

makin kaya dalam proses pemikiran. Proses pemikiran ini amat tergabtung pada

masukan atau proses asoiasi dalam menganalisis, dan membuat sintesis yang akan

melahirkan suatu kesimpulan. Proses tersebut disebut ijtihad. Orang yang

melakukan ijtihad itu disebut mujtahid.

Ijtihad pada saat ini lebih penting di bandingkan di masa nabi muhhamad

saw meskipun pada masa nabi muhammad saw, ijtihad itu sudah di lakukan oleh

mu’az bin jabal, yaitu ketika di angkat menjadi gubernur di yaman. Setelah nabi

Muhammad saw wafat, ijtihad semakin berkembang bahkan abu bakar sendiri

meningatkan kaumnya agar di kritik bila melakukan ijtihad yang salah. Hal ini di

ucapkan pada pidato pertama ketika diangkat menjadi khalifah.

Apabila diamati fenomena masalah keagamaan saat ini kita temukan bahwa

banyak permasalahan yang belum di atur oleh Al-qur’an dan Al-hadist. Karena

banyaknya permasalahan dimaksud sehingga Al-qur’an sering kita temukan

memerintah kepada manusia untuk mengunakan akal pemikirannya. Bukan hanya

demikian tetpi merupahkan proses alamiah bahwa manusia akan berpikir dan

mengunakan pikiran semaksimal mungkin.

Selain ijtihad qiyas ( analogi ) meruphkan salah satu teknik berpikir. Oleh

karena itu bila seseorang membenarkan adanya ijtihad maka benar pula adanya

qiyas. Meskipun kebenaran dimaksud mempunyai syarat bagi orang yang berhak

berijtihad dlam masala keagamaan. Ijtihat dapat dilakukan bila tidak ada ayat al-

quran dan al-hadist yang jelas mengenai suatu masalah social kemasyarakatan atau

masalah laiinya. Hal-hal yang demikian itulah menjadi focus kajian di dalam ijtihad

sehingga biasa disebut sumber dinamika ajaran agama islam. Apabila ijtihad di liat

dari pelaksanaannya dalam mengantisipasi permasalahan yang muncul dan orang-

orang yang ikut mengistinbatkan hukum dalam menyelesaikan persoalan dsebut

ijtihad fardi dan ijtihad jama’i. ijtihad fardi adalah setiap ijtihad yang dilaksanakan

dan mendapat persetujuan dari beberapa orang mujtahid. Hal ini bersifat regional.

Ijtihad jama’I adalah setiap ijtihad yang dilaksanakan dan mendapat persetujuan dari

seluruh orang yang memenuhi syarat untuk berijtihad. Hal ini bersifat nasional. Al-

ra’yu merupahkan sumber dinamika dalam ajaran islam sehingga selalu sesuai

perkembangan ilmu pengetahuan. Al-rayu mengandung beberapa pengertian di

antaranya sebagai berikut.

Page 22: Makalah Agama

A. Ijma’

Ijma’ adalah kebulatan pendapat fuqaha mujtahidin pada sesuatu massa atas

sesuatu hukum sesudah masa nabi Muhammad saw.

B. Ijtihad

Ijtihad adalah perincian ajaran islam yang bersumber dari al-quran dan al-

hadist yang bersifat umum. Orang yang melakukan perincian dimaksud disebut

mujtahid. Mujtahid adalah orang yang memenuhi persaratan untuk melakukan

perincian hukum dari ayat-ayat al-quran dan al-hadist yang bersifat umum.

C. Qiyas

Qiyas ( kiyas ) adalah mempersamakn hukum sesuatu perkara yang belum

ada ketetapan hukumnya dengan sesuatu perkara yang sudah ada ketentuan

hukumnya. Persamaan ketentuan hukum dimaksud di dasari oleh adanya unsure-

unsur kesamaan yang sudah ada ketetapan hukumnya dengan yang belum ada

ketetapan hukumnya yang disebut illat

D. Istihsan

Istihsan adalah mengecualikan hukum sesuatu peristiwa dari hukum

peristiwa-peristiwa lain yang sejenisnya dan memberikan kepadanya hukum yang

lain yang sejenisnya. Pengecualian dimaksud dilakukan karena adanya dasar yang

kuat. Sebagai contoh, seseorang wanita mulai dai kepalanya kakinya, aurat.

Kemudian diberikan allah dan rasul keizinan kepada manusia meliat beberapa

bagian badannya bila diangap perlu.

E. Maslahat mursalah

Maslhat mursalah adalah penetapan hukum berdasarkan kemaslahatan

(kebaikan, kepentingan ) yang tidak ada ketentuan dari syara baik ketentuan umum

maupun ketentuan khusus. Sebagai contoh mendahulukan kepentingan umum dari

kepentingan pribadi dan golongan

Page 23: Makalah Agama

F. Zadduz’zari’ah atau shad al-dzara’i

Zadduz zari’ah adalah menghambat atau menutup sesuatu yang menjadi

jalan kerusakan untuk menolak kerusakan. Sebagai contoh melarang orang

meminum seteguk minuman memebukan 9 padahal seteguk itu tidak memebukan )

untuk menutup jalan sampai kepada meminum yang banyak.

G. ‘urf

‘urf adalah kebiasaan yang sudah turun-menurun tetapi tidak bertentangan

dengan ajaran islam. Sebagai contaoh jual beli dengan serah terima tanpa

mengucapkan ijab-qabul

Page 24: Makalah Agama

KESIMPULAN

Kebudayaan merupakan hasil budi daya yang timbul dari alam pikirannya yang

mencakup segala macam perilaku, corak dan bentuk pakaian, bangunan, kesenian dan lain-

lain.

Agama merupakan pedoman hidup manusia yang berfungsi memelihara integritas

dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam

sekitarnya tidak kacau. Berdasarkan Q.S. Ali ‘Imran ayat 19, yang artinya:

“ Sesungguhnya agama disisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang

yang telah diberi kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di

antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat

cepat perhitungan-Nya”.

Hubungan Agama dan budaya yaitu Allah telah memberikan kepada manusia sebuah

kemampuan dan kebebasan untuk berkarya, berpikir dan menciptakan suatu kebudayaan

agar bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan mengangkat harkat manusia.

Sistematika sumber ajaran Islam terdiri dari Al-qur’an, As Sunnah, dan Ar Ra’yu

(ijtihad).

Page 25: Makalah Agama

SARAN DAN KRITIK

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan

saran dan kritik yang konstruktif dari peserta diskusi untuk memperbaiki makalah kami.

Page 26: Makalah Agama

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Jelaskan pengertian dari sikap terbuka menurut islam?

Jawab :

Sikap terbuka menurut islam adalah sikap dimana kita dapat berperilaku yang

berakal budi yang sejalan dengan beberapa nilai agama islam. Sikap terbuka

hendaknya dibangun berdasarkan prinsip kebebasan berpikir, berpendapat dalam

mimbar akdemik yang dinamis. Oleh karena itu, dalam islam sikap terbuka

sangatlah penting demi terciptanya kedamaian di tengah masyarakat.

2. Apa hubungan sikap terbuka dalam pendidikan?

Jawab:

Hubungan antara sikap terbuka dalam pendidikan adalah dengan adanya sikap

terbuka kita dapat memfilter ajaran-ajaran yang masuk kedalam ranah pendidikan itu

yang baik-baik saja. Misalnya pendidikan untuk membuat computer yang canggih.

Sedangkan pendidikan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam ditinggalkan misalnya:

model-model pakaian yang kurang dasar. Oleh Karen itu, perlu diungkapkan disini

bahwa perkembangan ilmu agama, sains, filsafat tidak lain untuk membutikan secara

historis bahwa agama tidak bertentangan dan tidak menghambat pembangunan

social budaya dan pendidikan.

3. Bagaimana menurut pendapat Anda pernyataan umat islam yang menyatakan bahwa

pemikiran rasional dan filosofis itu adalah pengaruh orang barat, dan bukan

pengaruh ajaran Al-qur’an dan hadist?

Jawab:

Menurut kelompok kami pemikiran rasional dan filosofis itu hanya berpengaruh

terhadap kesenian saja. Sebenarnya pemikiran rasional dan filosofis itu secara

implicit dibawa oleh orang ke Eropa melalui penerjemah buku filsafat dan sains

islam kedalam bahasa latin. Oleh karena itu, pada abad ke-19 Muhammad Abduh

dan Al-thantawi di Mesir menegaskan bahwa apa yang dibawa oleh orang barat itu

sebenarnya milik islam yang dikembangkan di Eropa.

4. Bagaimana sikap kita terhadap kebudayaan dan keagamaan yang dianut oleh

masyarakat Yogyakarta?

Jawab:

Sikap kita sebaiknya yaitu tetap mempertahankan akidah yang digunakan dalam

islam walaupun banyak kegiatan masyarakat Yogykarta yang bertentangan dengan

Page 27: Makalah Agama

Islam sepert sesajen. Maka secara antropologis kalau kita cermati rangkaian

aktivitas sosial manusia yang segera tertangkap di mata kita adalah aktivitas festival

dan ritual keagamaan, sejak dari ramai-ramai berjamaah sholat Jum’at, Pesta Idul

Fitri, Idul Adha, peringatan hari-hari besar Islam (PHBI) dan masih banyak lagi.

Disana kita sulit memisahkan antara ekspresi agama dan budaya. Oleh karenanya,

tidak berlebihan jika manusia juga disebut sebagai homo ludens, karena senang

dengan ragam permainan, homo religius karena, karena selalu mencari dan

merindukan Tuhan, dan juga homo festivus, mengingat kegemarannya berfestival.

5. Apa hubungan Ar ra’yu dengan kebudayaan Islam?

Jawab:

Ar Ra’yu Yaitu usaha menggunakan kemampuan berpikir untuk menetapkan hukum

syari’at dengan berdasarkan Al-qur’an dan hadist. Oleh karena itu, hubungannya

dengan kebudayaan islam jelas bahwa kebudayaan itu dipikirkan untuk

kemaslahatan bersama seperti kaligrafi, seni ukir pahat masjid, rebana dan lain-lain.

6. Sebutkan contoh-contoh dari ijma’, ijtihad, qiyas, istishan, maslahat mursalah,

zadduz zari’ah, dan urf?

Jawab:

Contoh ijma’ yaitu sholat lima waktu, contoh ijtihad yaitu penentuan tanggal

menurut bulan missal 1 ramadhon dan 1 syawal, contoh qiyas yaitu apabila berzina

maka akan dirajam, contoh istishan yaitu aurat seorang wanita dimata suami, contoh

maslahat mursalah yaitu mendahulukan kepentingan umum dari kepentingan pribadi

atau golongan, contoh zadduz zari’ah yaitu melarang orang meminum minuman

keras (khamar), contoh ‘urf yaitu jual beli dengan mengucapkan ijab-qabul.

7. Apa pengertian dari maqbul dan mardud serta berikan contohnya?

Jawab:

Maqbul ialah hadist yang mesti diterima sesuai dengan apa yang diperbuat oleh

Rosulullah

Mardud ialah hadist yang mesti ditolak dan bertentangan dengan apa yang dilakukan

oleh Rosulullah.

8. Jelaskan maksud dari mengutuhkan hubungannya dengan realitas tertinggi (vertikal)

dalam penyembahan dan hubungannya secara horizontal?

Jawab:

Maksudya adalah kita sebagai manusia haruslah menyembah yang menciptakan kita

yaitu Allah SWT oleh karenanya, kita harus menjalankan kewajiban kita misalnya

Page 28: Makalah Agama

sholat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, zakat fitraah, dan lain-lain. Tak lupa

pula sebagai makhluk social hendaknya kita menjalin tali silaturahmi sesama umat

manusia, sesama umat beragama dan terhadap lingkungan sekitar agar hidup kita

dapat berjalan selaras, seimbang, dan sejahtera.

Page 29: Makalah Agama

AYAT-AYAT AL-QUR’AN MENGENAI AGAMA DAN BUDAYA

39:23 “Allah telah menurunkan perkataan (hadis) yang terbaik, kitab yang tetap

mutunya, dan menjelaskan dari segala cara. Kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya

gemetar, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang diwaktu mengingat Allah. Itulah

petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan

barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya".

17:36 “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu

akan diminta pertanggungan jawabnya”.

2:170 “Dan ketika dikatakan kepada mereka, Ikutilah apa yang diturunkan Allah,

mereka berkata: Tidak! Kami hanya mengikuti apa yang diikuti oleh nenek moyang kami.  

Walaupun apa yang diikuti oleh nenek moyang mereka sama sekali tidak masuk akal atau

tidak mengikuti jalan yang benar”.

3:138 “Al Quran ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta

pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”.

Page 30: Makalah Agama

3: 19“ Sesungguhnya agama disisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-

orang yang telah diberi kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian

di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat

cepat perhitungan-Nya”

20:2 “ Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kapadamu agar kamu menjadi susah “.

10:57 “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan

penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat

bagi orang-orang yang beriman.”

Page 31: Makalah Agama

[26:224] Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.

[26:225] Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah”

 [26:226] dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak

mengerjakan(nya)?,

[26:227] kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan

banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan

orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.

 

Page 32: Makalah Agama

DAFTAR PUSTAKA

Notowidagdo, Rohiman.1996.ilmu budaya dasar berdasarkan Al-qur’an dan

Hadist.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Karim, Al-khatib Abdul.2004. Islam menjawab tuduhan.Jakarta:Tiga Serangkai

Anwar, KH Moch.1994.Persoalan umat dalam pandangan ulama.Bandung: Sinar

Baru Algensindo

Syarmuddin, Drs. Ahmad.2006.Tuntunn dienul islam.Palembang:LPPTKA-

BKPRMI

http://zuljamalie.blogdetik.com/category/agama-budaya

http://www.imabasurabaya.co.cc/2009/11/dialektika-agama-dan-budaya.html

http://prasetijo.wordpress.com/2009/05/11/pendekatan-budaya-terhadap-agama/)

http://ahmadzain.wordpress.com/2006/12/08/relasi-antara-islam-dan-kebudayaan/