MakaLah Agama

36
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Keluarga merupakan fondasi bagi berkembang majunya masyarakat. Keluarga membutuhkan perhatian yang serius agar selalu eksis kapan dan dimanapun. Perhatian ini dimulai sejak pra pembentukan lembaga perkawinan sampai kepada memfungsikan keluarga sebagai dinamisator dalam kehidupan anggotanya terutama anak-anak, sehingga betul-betul menjadi tiang penyangga masyarakat. Keluarga sakinah adalah idaman setiap manusia. Tapi tidak jarang dari mereka menemukan jalan buntu, baik yang berkecukupan secara materi maupun yang berkekurangan. Sebuah rumah tangga bagaikan sebuah bangunan yang kokoh, dinding, genteng, kusen, pintu berfungsi sebagaimana mestinya. Jika pintu digunakan sebagai pengganti maka rumah akan bocor, atau salah fungsi yang lain maka rumah akan ambruk. Begitu juga rumah tangga suami, istri dan anak harus tahu fungsi masing- masing, jika tidak maka bisa ambruk atau berantakan rumah tangga tersebut.

Transcript of MakaLah Agama

Page 1: MakaLah Agama

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Umum

Keluarga merupakan fondasi bagi berkembang majunya masyarakat. Keluarga

membutuhkan perhatian yang serius agar selalu eksis kapan dan dimanapun. Perhatian ini

dimulai sejak pra pembentukan lembaga perkawinan sampai kepada memfungsikan keluarga

sebagai dinamisator dalam kehidupan anggotanya terutama anak-anak, sehingga betul-betul

menjadi tiang penyangga masyarakat.

Keluarga sakinah adalah idaman setiap manusia. Tapi tidak jarang dari mereka

menemukan jalan buntu, baik yang berkecukupan secara materi maupun yang

berkekurangan. Sebuah rumah tangga bagaikan sebuah bangunan yang kokoh, dinding,

genteng, kusen, pintu berfungsi sebagaimana mestinya. Jika pintu digunakan sebagai

pengganti maka rumah akan bocor, atau salah fungsi yang lain maka rumah akan ambruk.

Begitu juga rumah tangga suami, istri dan anak harus tahu fungsi masing-masing, jika tidak

maka bisa ambruk atau berantakan rumah tangga tersebut.

Institusi keluarga yang merupakan lembaga terkecil dalam sebuah masyarakat selalu

dibutuhkan dimana dan kapan pun, termasuk di era globalisasi seperti sekarang ini. Sebagai

institusi yang terdiri dari individu-individu sebagai anggota, keluarga harus berkembang dan

beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Era

globalisasi yang melahirkan banyak kreasi berbagai fasilitas untuk mempermudah

memenuhi kebutuhan manusia nampaknya membawa dampak yang signifikan terhadap

kehidupan keluarga, baik dampak positif maupun negative.

Page 2: MakaLah Agama

2

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan pembuatan Makalah Pendidikan Agama ini adalah sebagai

berikut:

a. Sebagai sarana untuk mempraktekkan ilmu yang di dapat dibangku kuliah.

b. Menjelaskan bagaimana cara menjalin keluarga yang sakinah dalam kehidupan

berumah tangga yang baik didalam agama.

Sedangkan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi nilai UAS mata kuliah Pendidikan Agama Islam di semester V bagi program

Diploma tiga (D.III) jurusan Komputerisasi Akuntansi pada Akademi Manajemen

Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika tahun 2011.

1.3 Metode Penelitian

Dalam rangka memperoleh informasi untuk penulisan makalah ini menggunakan tiga

metode penelitian yaitu :

a. Observasi

Observasi adalah mengumpulkan data dengan mengamati secara langsung kegiatan

yang di lakukan untuk mengetahui masalah yang biasa terjadi pada kehidupan berumah

tangga dalam menjalin keluarga yang sakinah.

b. Studi Pustaka

Studi pustaka bertujuan mencari literature yang berisi teori yang berkaitan dengan

masalah yang di angkat sebagai bahan penulisan makalah ini. Hal ini di lakukan untuk

memperkaya bahan penulisan.

Page 3: MakaLah Agama

3

1.4 Ruang Lingkup

Dalam penulisan makalah ini, penulis hanya membatasi bagaimana cara yang baik

dalam menjalin keluarga yang sakinah, dimulai pada proses ta’aruf (masa perkenalan),

proses lamaran hingga proses nikah dimana awal sebuah pasangan menjalin keluarga

yang sakinah.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulis menyusun sistematika penulisan secara keseluruhan yang di harapkan agar

dapat lebih di mengerti tentang maksud dan tujuan dari isi bab per bab, adapun

sistematika penulisan ini di bagi menjadi empat bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis membahas gambaran secara umum, maksud dan

tujuan, metode penelitian, ruang lingkup dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang keluarga sakinah, dan

permasalahan poligami yang disyaratkan dalam islam.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran pilar-pilar keluarga sakinah yang

baik didalam agama dalam menjalin sebuah kehidupan berumah tangga,

serta pembahasan tentang poligami yang disyaratkan dalam islam.

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan, jawaban, rinkasan dan

memberikan saran-saran bagi penulis ini.

Page 4: MakaLah Agama

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Umum

Keluarga sakinah adalah keluarga dengan enam kebahagiaan yang terlahir dari usaha

keras pasangan suami isteri dalam memenuhi semua  hak dan kewajiban, baik  kewajiban

perorangan maupun kewajiban bersama. Enam kebahagiaan yang dimaksud adalah

Kebahagiaan Finansial, seksual, intelektual, moral, spiritual dan idiologis

Kata sakinah diambil dari akar kata yang terdiri atas huruf sin, kaf dan nun yang

mengandung makna ketenangan, atau anonim dari guncang dan gerak. Berbagai kata yang

terdiri atas ketiga huruf tersebut semuanya bermuara pada makna diatas.

Kata sakinah yang digunakan dalam mensifati kata “keluarga” merupakan kata nilai

yang seharusnya menjadi kekuatan penggerak dalam membangun tatanan keluarga yang

dapat memberikan kenyamanan dunia sekaligus memberikan jaminan keselamatan akhirat.

2.2 Klasifikasi keluarga sakinah

BKKBN menngunakan istilah sejahtera untuk menyebut keluarga sakinah. Dalam hal

ini BKKBN mengklasifikasikan keluarga sakinah kedalam beberapa tingkatan yaitu:

1. Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal.

2. Keluarga Sejatera I (KS I), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi

kebutuhann dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial

psikologisnya (sociopsychological needs).

Page 5: MakaLah Agama

5

3. Keluarga Sejahtera II (KS II), yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat

memenuhi kebutuhan sosial-psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan

pengembangannya (developmental needs).

4. Keluarga Sejahtera III (KS III), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi

kebutuhan dasar, sosial-psikologisnya dan pengembangan keluarganya, tetapi belum

dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat.

5. Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat

memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psikologisnya dan pengembangan serta telah

dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan

kemasyarakatan.

Page 6: MakaLah Agama

6

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pilar- Pilar Keluarga Sakinah

Awal mula kehidupan seseorang berumah tangga adalah dimulai dengan ijab Kabul,

saat itulah segala sesuatu yang haram menjadi halal. Dan bagi orang yang telah menikah dia

telah menguasai separuh agamanya. Sebuah rumah tangga bagaikan sebuah bangunan yang

kokoh, dinding, genteng, kusen, pintu berfungsi sebagaimana mestinya. Jika pintu

digunakan sebagai pengganti maka rumah akan bocor, atau salah fungsi yang lain maka

rumah akan ambruk. Begitu juga rumah tangga suami, istri dan anak harus tahu fungsi

masing-masing, jika tidak maka bisa ambruk atau berantakan rumah tangga tersebut.

Keluarga sakinah tidak terjadi begitu saja, akan tetapi ditopang oleh pilar-pilar yang

kokoh yang memerlukan perjuangan dan butuh waktu dan pengorbanan. Keluarga sakinah

merupakan subsistem dari sistem sosial (social system) menurut Al-Quran dan bukan

”bangunan” yang terdiri diatas lahan yang kosong. Pembangunan keluarga sakinah juga

tidak semudah membalik telapak tangan, namun sebuah perjuangan yang memerlukan

kesadaran yang cukup tinggi. Namun demikian semua langkah untuk membangunnya

merupakan sesuatu yang dapat diusahakan. Meskipun kondisi suatu keluarga cukup

seragam, akan tetapi ada langkah-langkah standar yang dapat ditempuh untuk membangun

bahtera rumah tangga yang indah, keluarga sakinah.

3.2. Tujuan Pernikahan Dalam Islam

Untuk melakukan sebuah pernikahan sudah tentu ada tujuannya, diantaranya

tujuannya adalah:

Page 7: MakaLah Agama

7

1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi

Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan

ini adalah dengan aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang kotor

dan menjijikan, seperti cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran, kumpul kebo,

melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan

oleh Islam.

2. Untuk Membentengi Akhlaq Yang Mulia

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

غ�ض� � أ �ه� ن ف�إ و�ج �ز� �ت ي ف�ل �اء�ة� ب ال �م� ك من �ط�اع� ت اس م�ن �اب ب الش� ر� م�ع ش� �ا ي

�ه� ل �ه� ن ف�إ لص�و م ا ب ه �ي ف�ع�ل �طع ت �س ي �م ل م�ن و� ج ف�ر ل ل ح ص�ن�� أ و� �ص�ر ب ل ل

اء/ وج�

"Wahai, para pemuda! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka

nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji

(kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum),

karena shaum itu dapat membentengi dirinya".[5]

3. Untuk Menegakkan RumahTangga Yang Islami

Dalam Al Qur’an disebutkan, bahwa Islam membenarkan adanya thalaq (perceraian),

jika suami isteri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah Subhanahu wa

Ta'ala, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ayat berikut :

Footnote

[5]. HR Ahmad (I/424, 425, 432), Bukhari no. 1905, 5065, 5066, Muslim (IV/128), At Tirmidzi no. 1.081, An

Nasa-i (VI/56-58), Ad Darimi (II/132) dan Al Baihaqi (VII/77) dari sahabat Abdullah bin Mas’ud

Radhiyallahu 'anhu. [5]. HR Bukhari no. 5.090, Muslim no. 1.466, Abu Dawud no. 2.047, Nasa’i (6/68), Ibnu

Page 8: MakaLah Agama

8

Majah 1.858, Ahmad (2/428) dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.

"Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma'ruf atau

menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu

yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat

menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-isteri) tidak

dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang

bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka

janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka

itulah orang-orang yang zhalim". [Al Baqarah:229].

Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami isteri melaksanakan syari'at

Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari'at

Islam adalah wajib. Oleh karena itu, setiap muslim dan muslimah harus berusaha membina

rumah tangga yang Islami. Ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon

pasangan yang ideal, agar terbentuk rumah tangga yang Islami. Di antara kriteria itu ialah

harus kafa'ah dan shalihah.

3.3. Tata Cara Pernikahan Dalam Islam

Tata cara pernikahan yang dianjurkan dalam islam yaitu :

1.Khitbah (Peminangan)

Seorang muslim yang akan menikahi seorang muslimah, hendaknya ia meminang

terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain. Dalam hal ini

Islam melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain.

2. Aqad Nikah

Dalam aqad nikah ada beberapa syarat, rukun dan kewajiban yang harus dipenuhi :

Page 9: MakaLah Agama

9

-. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.

-. Adanya ijab qabul.

-. Adanya mahar

-. Adanya wali.

-. Adanya saksi-saksi.

3. Walimah

Walimatul 'urusy (pesta pernikahan) hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana

mungkin dan dalam walimah hendaknya diundang pula orang-orang miskin. Rasulullah

Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

... اة1 ش� �و ب و�ل م و ل� أ

"Selenggarakanlah walimah meskipun hanya dengan menyembelih seekor kambing".[9]

3.4. Kewajiban Suami

Suami mempunyai kewajiban mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, tetapi

disamping itu ia juga berfungsi sebagai kepala rumah tangga atau pemimpin dalam rumah

tangga. Allah SWT dalam hal ini berfirman:

Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan

sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya dan karena mereka telah membelanjakan

sebagian harta mereka. (Qs. an-Nisaa’: 34).

Footnote

Page 10: MakaLah Agama

10

[9]. HR Bukhari no. 5.155, Muslim no. 1.427, Abu Dawud no. 2.109, At Tirmidzi no. 1.094, An Nasa-i (VI/119-120), Ad Darimi (II/143), Ahmad (III/190, 271) dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu

Menikah bukan hanya masalah mampu mencari uang, walaupun ini juga penting, tapi

bukan salah satu yang terpenting. Suami bekerja keras membanting tulang memeras keringat

untuk mencari rezeki yang halal tetapi ternyata tidak mampu menjadi pemimpin bagi

keluarganya.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (Qs. at-Tahriim: 6).

Suami juga harus mempergauli istrinya dengan baik:

Dan pergauilah isteri-isteri kalian dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai

mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah

menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (Qs. an-Nisaa’: 19).

Barang siapa menggembirakan hati istri, (maka) seakan-akan menangis takut kepada

Allah. Barang siapa menangis takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari

neraka. Sesungguhnya ketika suami istri saling memperhatikan, maka Allah memperhatikan

mereka berdua dengan penuh rahmat. Manakala suami merengkuh telapak tangan istri

(diremas-remas), maka berguguranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jarinya. [HR.

Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Al-Khudzri].

Dalam satu kisah diceritakan, pada suatu hari istri-istri Rasul berkumpul ke hadapan

suaminya dan bertanya, “Diantara istri-istri Rasul, siapakah yang paling disayangi?”

Rasulullah Saw hanya tersenyum lalu berkata, “Aku akan beritahukan kepada kalian nanti.“

Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeda, Rasulullah memberikan sebuah kepada istri-

istrinya masing-masing sebuah cincin seraya berpesan agar tidak memberitahu kepada istri-

istri yang lain. Lalu suatu hari hari para istri Rasulullah itu berkumpul lagi dan mengajukan

pertanyaan yang sama. Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Yang paling aku sayangi adalah

yang kuberikan cincin kepadanya.” Kemudian, istri-istri Nabi Saw itu tersenyum puas

Page 11: MakaLah Agama

11

karena menyangka hanya dirinya saja yang mendapat cincin dan merasakan bahwa dirinya

tidak terasing.

Bahkan tingkat keshalihan seseorang sangat ditentukan oleh sejauh mana sikapnya

terhadap istrinya. Kalau sikapnya terhadap istri baik, maka ia adalah seorang pria yang baik.

Sebaliknya, jika perlakuan terhadap istrinya buruk maka ia adalah pria yang buruk.

Hendaklah engkau beri makan istri itu bila engkau makan dan engkau beri pakaian

kepadanya bilamana engkau berpakaian, dan janganlah sekali-kali memukul muka dan

jangan pula memburukkan dia dan jangan sekali-kali berpisah darinya kecuali dalam

rumah. [al-Hadits].

Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik perlakuannya

terhadap keluarganya. Sesungguhnya aku sendiri adalah yang paling baik diantara kalian

dalam memperlakukan keluargaku. [al-Hadits].

Begitulah, suami janganlah kesibukannya mencari nafkah di luar rumah lantas

melupakan tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga. Suami berkewajiban mengontrol

dan mengawasi anak dan istrinya, agar mereka senantiasa mematuhi perintah Allah,

meninggalkan larangan Allah swt sehingga terhindar dari siksa api neraka. Ia akan dimintai

pertanggung jawaban oleh Allah jika anak dan istrinya meninggalkan ibadah wajib,

melakukan kemaksiatan, membuka aurat, khalwat, narkoba, mencuri, dan lain-lain.

Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung

jawaban atas yang dipimpinnya. [HR. Bukhari].

3.5. Kewajiban Istri

Istri mempunyai kewajiban taat kepada suaminya, mendidik anak dan menjaga

kehormatannya (jilbab, khalwat, tabaruj, dan lain-lain.). Ketaatan yang dituntut bagi seorang

Page 12: MakaLah Agama

12

istri bukannya tanpa alasan. Suami sebagai pimpinan, bertanggung jawab langsung

menghidupi keluarga, melindungi keluarga dan menjaga keselamatan mereka lahir-batin,

dunia-akhirat.

Tanggung jawab seperti itu bukan main beratnya. Para suami harus berusaha

mengantar istri dan anak-anaknya untuk bisa memperoleh jaminan surga. Apabila anggota

keluarganya itu sampai terjerumus ke neraka karena salah bimbing, maka suamilah yang

akan menanggung siksaan besar nantinya.

Ketaatan seorang istri kepada suami dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya

adalah jalan menuju surga di dunia dan akhirat. Istri boleh membangkang kepada suaminya

jika perintah suaminya bertentangan dengan hukum syara’, missal: disuruh berjudi, dilarang

berjilbab, dan lain-lain.

Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, memelihara

kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang

dikehendaki. [al-Hadist].

Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita shalihah.

[HR. Muslim, Ahmad dan an-Nasa'i].

Wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika

suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (Qs. an-Nisaa’: 34).

Ta’at kepada Allah, ta’at kepada Rasul, memakai jilbab (pakaian) yang menutup

seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah. (Qs.

al-Ahzab: 32).

Sekiranya aku menyuruh seorang untuk sujud kepada orang lain. Maka aku akan

menyuruh wanita bersujud kepada suaminya karena besarnya hak suami terhadap mereka.

[al-Hadits].

Page 13: MakaLah Agama

13

Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan hatimu jika engkau memandangnya

dan mentaatimu jika engkau memerintahkan kepadanya, dan jika engkau bepergian dia

menjaga kehormatan dirinya serta dia menjaga harta dan milikmu. [al-Hadist].

3.6. Kiat –Kiat Menuju Keluarga Sakinah

Agama Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci terhadap persoalan

pernikahan. Mulai dari anjuran menikah, cara memilih pasangan yang ideal, melakukan

khitbah (peminangan), bagaimana mendidik anak, serta memberikan jalan keluar jika terjadi

kemelut dalam rumah tangga, sampai dalam proses nafaqah (memberi nafkah) dan harta

waris, semua diatur oleh Islam secara rinci, detail dan gamblang.

Selanjutnya untuk memahami konsep pernikahan dalam Islam, maka rujukan yang

paling benar dan sah adalah Al Qur’an dan As Sunnah Ash Shahihah yang sesuai dengan

pemahaman Salafush Shalih. Berdasar rujukan ini, kita akan memperoleh kejelasan tentang

aspek-aspek pernikahan, maupun beberapa penyimpangan dan pergeseran nilai pernikahan

yang terjadi di dalam masyarakat kita.

Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk

menikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Allah

Subhanhu wa Ta'ala berfirman:

� ال ه�ا �ي ع�ل �اس� الن ف�ط�ر� ي �ت ال �ه الل ة� فط ر� يف7ا ن ح� لد8ين ل و�ج ه�ك� قم� ف�أ

�م�ون� �ع ل ي � ال �اس الن �ر� ث ك� أ �كن� و�ل 8م� ق�ي ال الد8ين� ك� ذ�ل �ه الل ل ق خ� ل ديل� �ب ت

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah

Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah

Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". [Ar Ruum

: 30].

Islam Menganjurkan Nikah

Page 14: MakaLah Agama

14

Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan besar sekali, Allah menyebutkan sebagai

ikatan yang kuat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

�اق7ا م8يث �م منك خ�ذ ن�� و�أ �ع ض1 ب ل�ى إ �م �ع ض�ك ب ف ض�ى

� أ و�ق�د �ه� خ�ذ�ون �أ ت ف� �ي و�ك

يظ7ا غ�ل

"... Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat". [An

Nisaa:21].

3.7. Kewajiban Mendidik Anak

Sang suami sebagai kepala rumah tangga haruslah memberikan teladan yang baik

dalam mengemban tanggung-jawabnya, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala akan

mempertanyakannya di hari kelak Akhir.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

اع1 ر� ج�ل� و�الر� ، اع1 ر� ر� مي� و�األ ،ه �ت ي ع ر� ع�ن ؤ�ول/ م�س �م �ك �ل و�ك ، اع1 ر� �م �ك �ل ك

�م �ك �ل ف�ك � ال� أ ،�ده و�و�ل و جه�ا ز� ت �ي ب ع�ل�ى �ة/ ي اع ر� ة�

� أ م�ر و�ال ،ه ت �ي ب ه ل� أ ع�ل�ى

ه �ت ي ع ر� ع�ن ؤ�ول/ م�س �م �ك �ل و�ك اع1 ر�

"Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung-jawab atas orang yang

dipimpinnya. Seorang Amir (Raja) adalah pemimpin, laki-laki pun pemimpin atas

keluarganya, dan perempuan juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya,

ingatlah bahwa kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta

pertanggung-jawabannya atas kepemimpinannya".[17]

Page 15: MakaLah Agama

15

Footnote

[17]. HR Bukhari no. 893, 5.188, Muslim no. 1829, Ahmad (II/5, 54, 111) dari sahabat Ibnu

Umar Radhiyallahu 'anhuma.

Seorang suami harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi suami yang

shalih, dengan mengkaji ilmu-ilmu agama, memahaminya serta melaksanakan dan

mengamalkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan RasulNya

Shallallahu 'alaihi wa sallam, serta menjauhkan diri dari setiap yang dilarang oleh Allah

Subhanahu wa Ta'ala dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian dia mengajak

dan membimbing sang isteri untuk berbuat demikian juga, sehingga anak-anaknya akan

meneladani kedua orang tuanya, karena tabiat anak memang cenderung untuk meniru apa-

apa yang ada di sekitarnya.

1. Mendidik anak dengan cara-cara yang baik dan sabar, agar mereka mengenal dan

mencintai Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang menciptakannya dan seluruh alam

semesta, mengenal dan mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang pada

diri Beliau terdapat suri tauladan yang mulia, serta agar mereka mengenal dan

memahami Islam untuk diamalkan.

2. Pada usia dini (sekitar 2-3 tahun), kita ajarkan kepada mereka kalimat-kalimat yang

baik serta bacaan Al Qur’an, sebagaimana yang dicontohkan oleh para sahabat dan

generasi tabi’in dan tabi’ut tabi’in, sehingga banyak dari mereka yang sudah hafal Al

Qur’an pada usia sangat belia.

3. Perhatian terhadap shalat juga harus menjadi prioritas utama bagi orang tua kepada

anaknya.

Page 16: MakaLah Agama

16

4. Perhatian orang tua kepada anaknya juga dalam hal akhlaqnya, dan yang harus

menjadi penekanan utama adalah akhlaq (berbakti) kepada orang tua.

5. Juga perlu diperhatikan teman pergaulan anaknya, karena sangat bisa jadi pengaruh

jelek temannya akan berimbas pada perilaku dan akhlaq anaknya.

6. Disamping ikhtiar yang dilakukan untuk menjadikan isterinya menjadi isteri yang

shalihah, hendaknya sang suami juga memanjatkan do’a kepada Allah Subhanahu wa

Ta'ala pada waktu-waktu yang mustajab (waktu terkabulkannya do’a), seperti

sepertiga malam yang terakhir, agar keluarganya dijadikan keluarga yang shalih, dan

rumah tangganya diberikan sakinah, mawaddah wa rahmah, seperti do’a yang

tercantum di dalam Al Qur’an :

�ن1 ع ي� أ ة� ق�ر� �ا ن �ات ي و�ذ�ر8 �ا ن و�اج ز

� أ من �ا �ن ل ه�ب �ا �ن ب ر� �ون� �ق�ول ي �ذين� و�ال

م�ام7ا إ �قين� م�ت ل ل �ا ن ع�ل و�اج

"Dan orang-orang yang berdo’a : ”Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami, isteri-

isteri kami, keturunan-keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah

kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa". [Al Furqan:74].

Paling tidak, seorang suami hendaknya bisa menjadi teladan dalam keluarganya,

dihormati oleh sang isteri dan anak-anaknya, kemudian mereka menjadi hamba-hamba Allah

Subhanahu wa Ta'ala yang shalih dan shalihah, bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

3.8. Poligami

Poligami mengandung arti

3.9. Syarat-Syarat Poligami Dalam Islam.

Page 17: MakaLah Agama

17

Bahwa beberapa ulama, setelah,meninjau ayat-ayat tentang poligami, mereka telah

menetapkan bahwa menurut asalnya, Islam sebenarnya adalah monogamy. Terdapat ayat

yang mengandungi ugutan serta peringatan agar tidak disalah gunakan poligami itu

ditempat-tempat yang tidak wajar. Ini semua bertujuan supaya tidak terjadinya kedzaliman.

Tetapi, poligami diperbolehkan dengan syarat ia dilakukan pada masa-masa terdesak untuk

mengatasi perkara yang tidak dapat diatasi dengan jalan lain atau dengan kata lain bahwa

poligami itu diperbolehkan oleh Islam dan tidak dilarang kecuali jikalau dikhawatirkan

bahwa kebaikannya akan dikalahkan oleh keburukannya.

Oleh yang demikian, apabila seorang lelaki akan berpoligami, hendaklah dia

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Membatasi Jumlah Istri Yang Akan Dinikahkannya.

Syarat ini telah disebutkan oleh ALLAH SWT dengan firman-Nya :

“Maka berkahwinlah dengan sesiapa yang kamu berkenan dari perempuan-perempuan (lain)

dua, tiga atau empat.”(Al-Qur’an, Surah An-Nissa Ayat 3).

Ayat diatas menerangkan dengan jelas bahwa ALLAH telah menetapkan seseorang itu

berkahwin tidak boleh lebih dari empat orang istri. Jadi, Islam membatasi kalau tidak beristri

satu, boleh dua, tiga atau empat saja.

2. Diharamkan Bagi Suami Mengumpulkan Wanita-Wanita Yang Masih Ada Tali

Persaudaraan.

Misalnya berkahwin dengan kakak dan adik, ibu dan anaknya, anak saudara dengan ibu

saudara baik sebelah ayah maupun ibu. Tujuan pengharaman ini adalah untuk menjaga

silahturahmi antara anggota-anggota keluarga. Rasulullah (S.A.W) bersabda :

“Sesugguhnya kalau kamu berbuat yang demikian itu, akibatnya kamu akan memutuskan

silahturahmi diantara sesama kamu.” (Hadits Riwayat Bukhari & Muslim)

Page 18: MakaLah Agama

18

Kemudian dalam hadits berikut, Rasulullah (S.A.W) juga memperkuatkan larangan ini,

maksudnya :

Bahwa Ummu Habibah (Istri Rasulullah) mengusulkan agar baginda menikahi adiknya.

Maka beliau menjawab: “Sesungguhnya dia tidak halal untukku.” (Hadits Riwayat Bukhari

& Nasa’i)

3. Disyaratkan Pula Berlaku Adil.

Sebagaimana yang difirmankan ALLAH SWT:

“Kemudian jika kamu bimbang tidak dapat berlaku adil (diantara istri-istri kamu), maka

(kahwinkanlah dengan) seorang sahaja atau (pakailah) hamba-hamba perempuan yang kau

miliki, yang demikian itu adalah lebih dekat (untuk mencegah) supaya kamu tidak

melakukan kedzaliman.”(Al-Qur’an, Surah An-Nissa ayat 3)

Dengan tegas diterangkan seerta dituntut agar para suami bersikap adil jika akan

berpoligami. Andaikan tahu tidak dapat berlaku adil kalu sampai empat orang isri, cukuplah

tiga orang saja. Tetapi kalau itupun masih juga tidak dapat adil, cukuplah dua orang saja.

Dan kalau dua itupun masih khawatir tidak boleh berlaku adil, maka hendaklah menikah

dengan seorang saja.

Oleh karena itu seorang suami hendaklah berlaku adil sebagai berikut :

a. Berlaku Adil Terhadap Dirinya Sendiri.

Seorang suami yang selalu sakit-sakitan dan mengalami kesukaran untuk bekerja

mencari rezeki, sudah tentu tidak akan dapat memelihara beberapa orang istri. Apabila dia

tetap berpoligami, ini berarti dia telah menganiaya dirinya sendiri. Sikap yang demikian

adalah tidak adil.

b. Adil Diantara Para Istri.

Page 19: MakaLah Agama

19

Setiap istri berhak mendapatkan hak masing-masing dari suaminya, berupa kemesraan

hubungan jiwa, nafkah berupa makanan, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain perkara yang

diwajibkan oleh ALLAH SWT kepada suami.

Adil diantara istri-istri ini hukumnya wajib, berdasarkan firman ALLAH SWT dalam

surah An-Nissa ayat 3 dan juga sunnah Rasul, Rasulullah(s.a.w) bersabda, maksudnya:

“Barang siapa yang mempunyai dua istri, lalu dia cenderung kepada salah seorang

diantaranya dan tidak berlaku adil antara mereka berdua, maka kelak dihari kiamat dia akan

datang dengan keadaan pinggangnya miring hamper jatuh sebelah.”(Hadits Riwayat Ahmad

Bin Hanbal)

c. Adil Memberikan Nafkah.

Dalam soal adil memberikan nafkah ini, hendaklah si suami tidak mengurangi nafkah

dari salah seorang istrinya dengan alasan bahwa istri itu kaya atau ada sumber keuangannya,

kecuali kalau istri itu rela. Suami memang boleh menganjurkan istrinya untuk membantu

dalam soal nafkah tetapi tanpa paksaan. Member nafkah yang lebih kepada seorang istri dan

yang lain-lainnya diperbolehkan dengan sebab-sebab tertentu. Prinsip adil ini tidak ada

perbedaannya antara gadis dan janda, istri lama atau istri baru, istri yang masih muda atau

yang sudah tua, yang cantik atau yang tidak cantik, yang berpendidilkan tinggi atau yang

buta huruf, kaya atau miskin, yang sakit atay yang sehat, yang mandul atau yang dapat

melahirkan. Kesemuanya mempunyai hak yang sama sebagai istri.

d. Adil Dalam Menyediakan Tempat Tinggal.

Selanjutnya, para ulama telah sepakat mengatakan bahwa suami bertanggung jawab

menyediakan tempat tinggal yang tersendiri untuk tiap-tiap istri beserta anak-anaknya sesuai

Page 20: MakaLah Agama

20

dengan kemampuan suami. Ini dilakukan semata-mata untuk menjaga kesejahteraan istri-

istri, jangan sampai timbul rasa cemburu atau pertengkaran yang tidak diingini.

e. Adil Dalam Giliran.

Demikian jua, istri berhak mendapat giliran suaminya menginap dirumahnya sama

lamanya dengan waktu menginap dirumah istri-istri yang lain. Sekurang-kurangnya suami

harus menginap dirumah seorang istri satu malam suntuk tidak boleh kurang. Begitu juga

pada istri-istri yang lain. Walaupun ada diantara mereka yang dalam keadaan haidh, nifas

atau sakit, suami wajib adil dalam soal ini. Sebab, tujuan pernikahan dalam islam bukanlah

semata-mata untuk mengadakan ‘hubungan seks’ dengan istri pada malam giliran itu, tetapi

bermaksud untuk mentempurnkan kemesraan, kasih saying dan kerukunan antara suami istri

itu sendiri. Hal ini diterangkan ALLAH dengan Firman-Nya:

“Dan diantara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan-Nya, dan rahmat-Nya bahwa Ia

Menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), istri-istri dan jenis kamu sendirim supaya

kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikan-Nya diantara kamu (suami

istri) perasaan kasih saying dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu

mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesadaran) bagi orang-orang

yang berfikir.”(Al-Qur’an, Surah Ar-Ruum Ayat 21)

f. Anak-Anak Juga Mempunyai Hak Untuk Mendapatkan Perlindungan,

Pemeliharaan Serta Kasih Sayang Yang Adil dari Seorang Ayah.

Oleh itu, disyaratkan agar setiap suami yang berpoligami tidak membeda-bedakan

antara anak yang satu dengan anak yang lain. Berlaku adil dalam soal nafkah anak-anak

mestilah diperhatikan bahwa nafkah anak yang masih kecil berbeda dengan anak yang sudah

besar, anak-anak perempuan berbeda pula dengan anak-anak lelaki. Tidak kira dari ibu yang

Page 21: MakaLah Agama

21

mana, kesemuanya mereka berhak memilliki kasih saying serta perhatian yang seksama dari

bapak mereka. Keadilan juga sangat dituntuy oleh Islam agar demikian suami terpelihara

dari sikap curang yang dapat merusakkan rumah tangganya. Seterusnya, diharapkan pula

dapat memlihara dari terjadinya cerai-berai diantara anak-anak serta menghindarkan rasa

dendam diantara sesama istri.

4. Tidak Menimbulkan Huru-Hara Dikalangan Istri Maupun Anak-Anak.

Mesti yakin bahwa pernikahannya yang baru ini tidak akan menjelaskan serta

merusakkan kehidupan istri serta anak-anaknya. Karena, diperbolehkan poligami dalam

Islam adalah untuk menjaga kepentingan semua pihak. Jika kepentingan ini tidak dapat

dijaga dengan baik, maka seseorang yang berpoligami pada saat itu adalah berdosa.

5. Berkuasa Menanggung Nafkah.

Yang dimaksudkan dengan nafkah disini adalah nafkah zahir, sebagaimana Rasulullah

(s.a.w.) bersabda yang bermaksud:

“Wahai sekalian pemuda, siapa diantara kamu yang berkuasa mengeluarkam nafkah,maka

hendaklah kamu menikah. Dan siapa yang tidak berkuasa, hendaklah berpuasa.”

Hadits diatas menunjukkan bahwa Rasulullah (s.a.w.) menyuruh setiap kaum lelaki

supaya menikah tetapi dengan syarat sanggup mengeluarkan nafkah kepada istrinya.

Andaikan mereka tidak berkemampuan, maka tidak digalakkan menikah walaupun dia

seorang yang sifat zahir serta batinnya. Oleh itu, untuk menahan nafsu seksnya, dianjurkan

agar berpuasa. Jadi, kalau seorang istri siapa saja sudah kepayahan untuk memberi nafkah,

sudah tentulah Islam melarang orang yang demikian itu berpoligami. Memberi nafkah

kepada istri adalah wajib sebaik saja berlakunya suatu pernikahan, ketika suami telah

Page 22: MakaLah Agama

22

memiliki istri secara mutlak. Begitu juga istri wajib mematuhi serta memberikan

perkhidmatan yang diperlukan dalam pergaulan sehari-hari.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sejauh apapun dan sedalam apapun pengetahuan dan pemahaman kita tentang konsep

keluarga sakinah tidak akan menjadi jaminan bahwa kita akan dapat melaksanakannya

dalam bahtera rumah tangga. Karena kehidupan keluarga merupakan suatu yang

eksperimental dan empirik yang tidak hanya ada dalam dunia teori namun harus terjun

langsung dan mempraktekkannya yang terkadang pada kenyataannya jauh dari apa yang ada

dalam teori. Selain itu kehidupan keluarga berjalan secara dinamis mengikuti irama denyut

nadi perkembangan zaman dan faktor sosio-kultural dalam kehidupan masyarakat sangat

berpengaruh dalam perjalanan keidupan berkeluarga.

Kesimpulan dari kemampuan secara zahir adalah :

a. Mampu memberi nafkah asas seperti pakaian dan makan minum.

b. Mampu menyediakan tempat tinggal yang wajar.

c. Mampu menyediakan kemudahan asas yang wajar seperti pendidikan dan sebagainya.

d. Sehat tubuh badannya dan tidak berpenyakit yang menyebabkan dia gagal memenuhi

tuntutan nafkah zahir yang lain.

Page 23: MakaLah Agama

23

e. Mempunyai kemampuan dan keinginan seksual.

4.2 Ringkasan

Ringkasan yang bisa penulis ambil dari semua pembahasan yang kami bahas yaitu

4.3 Jawaban

1. Bagaimana dengan Poligami?

Jawab : Persyaratan yang harus dipenuhi suami yaitu :

a. Izin istri pertama

b. Istri tidak mampu lagi melayani suami

c. Istri tidak mampu melahirkan anak

d. Dapat berlaku adil

2.

4.4 Saran-Saran

Bagi para ikhwan dan akhwat yang ingin menuju suatu pernikahan terlebih dahulu

untuk menyiapkan mental yang kuat dan kepribadian yang matang, karena pernikahan

merupakan suatu ikatan yang akan dijalani setiap muslim sampai akhir hayatnya bukan

sesaat atau sementara saja. Dibutuhkan mental yang kuat karena didalam berumah

tangga bukanlah hanya penyatuan dua insan manusia saja melainkan penyatuan dua

orang keluarga yaitu dari pihak keluarga istri dan keluarga suami, dimana masing-

masing orang memiliki karakter yang berbeda-beda yag sulit dipahami. Dan untuk para

ikhwan dimana merekalah yang akan menjadi seorang imam dalam keluarganya nanti

Page 24: MakaLah Agama

24

dituntut untuk mengerti apa arti dari sebuah pernikahan dan bagaimana sebuah

pernikahan tersebut dijalankan sesuai dengan syariat Islam, karena yang akan membawa

kemana arah dan tujuan pernikahan tersebut adalah suami. Jika suami tersebut paham

akan itu semua Insya Allah cita-cita setiap insan manusia yaitu keluarga sakinah pun

akan tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Istanbuli, Mahdi, Mahmud.2010. Tuntunan Al-Qur’an Dan Sunnah Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah. PT.Sahara Intisains. Bekasi

Hawari, Dadang.H.dr.Dr.Prof. 2010. Tanya Jawab Seputar Perkawinan Ditinjau DariKesehatan Jiwa dan Agama Islam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Zahwa, Abu dan M.A, Haikal Ahmad Drs. 2010. Buku Pintar Keluarga Sakinah. Qultum Media. Jakarta

http://www.saifalink.co.cc/2010/19/Makalah-Tentang-Keluarga Sakinah/

William, Bates. 2000. Advancing Quality Through Additional Attention toResult. Chronicle, Vol. 1 number 11, January 2000. Diambil dari :