Makalah Agama
-
Upload
jafar-muhammad -
Category
Documents
-
view
106 -
download
1
description
Transcript of Makalah Agama
MAKALAH
HUBUNGAN AJARAN AGAMA DENGAN KESEHATAN
Di Susun Oleh:
NAMA : FARHATY
NIM : 112402 S 12013
MK : Agama
AKADEMI KEBIDANAN DARUSSALAMLHOKSEUMAWETAHUN AJARAN
2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................
BAB I .............................................................................................................................................
LATAR BELAKANG .........................................................................................................................
A. PENDAHULUAN ................................................................................................................
1.Pengertian Agama ........................................................................................................
2.Pengertian Kesehatan ...................................................................................................
BAB II .............................................................................................................................................
A. Hubungan ajaran agama dengan kesehatan dalam Berwudhu .......................................B. Hubungan ajaran agama dengan kesehatan dalam Pelaksanaan Shalat .........................C. Hubungan ajaran agama dengan kesehatan dalam Pelaksanaan Puasa ..........................
BAB III ............................................................................................................................................
KESIMPULAN ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat,
Taufik dan Hidayah-Nya telah memberikan petunjuk, kesehatan, kesempatan dan kekuatan kepada
penulis sehingga dapat menyajikan tulisan HUBUNGAN AJARAN AGAMA DENGAN
KESEHATAN.
Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang menyangkut tentang HUBUNGAN
AJARAN AGAMA DENGAN KESEHATAN .Pokok Bahasan yang disusun sebagai bahan
penuntun atau pegangan mahasiswa di ruang lingkup kampus, dengan materi yang telah kami
sesuaikan khususnya mata kuliah Agama. Harapan saya penyusun, bahwa Bahan ini dapat membantu
saya dalam kegiatan perkuliahan.
Ucapan terimah kasih saya sampaikan kepada kawan-kawan semua yang telah banyak
membantu dan mengarahkan dalam penyusunan materi. Disadari bahwa dengan kekurangan dan
keterbatasan yang dimiliki oleh para penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk
lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak kekurangan , oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Lhokseumawe,November 2012
BAB I
PENDAHULUAAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam lingkungan masyarakat banyak sekali berbagai macam budaya yang
berpengaruh dalam suatu kepercayaan yang di anutnya seperti Agama atau kepercayaan.
Karena penduduk di Indonesia beragam suku serta agama yang di anutnya Pemerintahpun
juga berperan penting untuk mengatur kebebasan memeluk agama sesuai kepercayaan masing
– masing yang di atur dalam UUD 1945 bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan
untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan
kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”.
Agama juga berhubungan dengan kesehatan karena ada penyakit yang di sebabkan karena
virus dan bakteri tapi ada juga penyakit yang diakibabkan karena jiwa atau hati. Penyakit
tersebutlah yang dinamakan dengan penyakit hati atau penyakit mental, untuk mengatasi
penyakit tersebut diperlukan menejemen hati atau mental yang baik.Maka, di dalam makalah
ini yang berjudul” Hubungan ajaran Agama dengan Kesehatan” kita dapat memahami yang
bahwasanya ajaran agama dengan kesehatan sangat berhubungan erat, dan semoga yang di
harapkan dapat bermanfaat untuk pembaca.
1. Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar bahasa indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan
ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut.
Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia,pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan
budaya. Di tahun 2000, kira-kira 86,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah
pemeluk Islam, 5,7% Protestan, 3% katolik, 1,8% hindhu, dan 3,4% kepercayaan lainnya.
Agama bukanlah suatu entitas independen yang berdiri sendiri. Agama terdiri dari berbagai
dimensi yang merupakan satu kesatuan. Masing-masingnya tidak dapat berdiri tanpa yang
lain. seorang ilmuwan barat menguraikan agama ke dalam lima dimensi komitmen.
Seseorang kemudian dapat diklasifikasikan menjadi seorang penganut agama tertentu dengan
adanya perilaku dan keyakinan yang merupakan wujud komitmennya. Ketidakutuhan
seseorang dalam menjalankan lima dimensi komitmen ini menjadikannya religiusitasnya
tidak dapat diakui secara utuh. Kelimanya terdiri dari perbuatan, perkataan, keyakinan, dan
sikap yang melambangkan (lambang=simbol) kepatuhan (=komitmen) pada ajaran agama.
Agama mengajarkan tentang apa yang benar dan yang salah, serta apa yang baik dan yang
buruk.Agama berasal dari Supra Ultimate Being, bukan dari kebudayaan yang diciptakan
oleh seorang atau sejumlah orang. Agama yang benar tidak dirumuskan oleh manusia.
Manusia hanya dapat merumuskan kebajikan atau kebijakan, bukan kebenaran. Kebenaran
hanyalah berasal dari yang benar yang mengetahui segala sesuatu yang tercipta, yaitu Sang
Pencipta itu sendiri. Dan apa yang ada dalam agama selalu berujung pada tujuan yang ideal.
Ajaran agama berhulu pada kebenaran dan bermuara pada keselamatan. Ajaran yang ada
dalam agama memuat berbagai hal yang harus dilakukan oleh manusia dan tentang hal-hal
yang harus dihindarkan. Kepatuhan pada ajaran agama ini akan menghasilkan kondisi ideal.
Mengapa ada yang Takut pada Agama?
Mereka yang sekuler berusaha untuk memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. Mereka
yang marxis sama sekali melarang agama. Mengapa mereka melakukan hal-hal tersebut?
Kemungkinan besarnya adalah karena kebanyakan dari mereka sama sekali kehilangan
petunjuk tentang tuntunan apa yang datang dari Tuhan. Entah mereka dibutakan oleh
minimnya informasi yang mereka dapatkan, atau mereka memang menutup diri dari segala
hal yang berhubungan dengan Tuhan.
Alasan yang seringkali mereka kemukakan adalah agama memicu perbedaan. Perbedaan
tersebut menimbulkan konflik. Mereka memiliki orientasi yang terlalu besar pada pemenuhan
kebutuhan untuk bersenang-senang, sehingga mereka tidak mau mematuhi ajaran agama yang
melarang mereka melakukan hal yang menurutnya menghalangi kesenangan mereka, dan
mereka merasionalisasikan perbuatan irasional mereka itu dengan justifikasi sosial-
intelektual. Mereka menganggap segi intelektual ataupun sosial memiliki nilai keberhargaan
yang lebih. Akibatnya, mereka menutup indera penangkap informasi yang mereka miliki dan
hanya mengandalkan intelektualitas yang serba terbatas.Mereka memahami dunia dalam
batas rasio saja. Logika yang mereka miliki begitu terbatasnya, hingga abstraksi realita yang
bersifat supra-rasional tidak mereka akui. Dan hasilnya, mereka terpenjara dalam realitas
yang serba empiri. Semua harus terukur dan terhitung. Walaupun mereka sampai sekarang
masih belum memahami banyaknya fungsi alam yang bekerja dalam mekanisme supra
rasional, keterbatasan kerangka berpikir yang mereka miliki menegasikan semua hal yang
tidak dapat ditangkap secara inderawi.Padahal, pembatasan diri dalam realita yang hanya
bersifat empiri hanya akan membatasi potensi manusia itu sendiri. Dan hal ini menegasikan
tujuan hidup yang selama ini diagungkan para penganut realita rasio-saja, yaitu aktualisasi
diri dan segala potensinya.
Agama, dengan sandaran yang kuat pada realitas supra rasional, membebaskan
manusia untuk mengambil segala hal yang terbaik yang dapat dihasilkannya dalam hidup.
Semua-apakah hal itu bersifat empiri-terukur, maupun yang belum dapat diukur. Empirisme
bukanlah suatu hal yang ditolak agama. Agama yang benar, yang bersifat universal,
mencakup segi intelektual yang luas, yang diantaranya adalah empirisme. Agama tidak
mereduksi intelektualitas manusia dengan membatasi kuantitas maupun kualitas suatu idea.
Agama yang benar, memberi petunjuk pada manusia tentang bagaimana potensi manusia
dapat dikembangkan dengan sebesar-besarnya. Dan sejarah telah membuktikan hal tersebut.
Kesalahan yang dibuat para penilai agama-lah yang kemudian menyebabkan realita ajaran
ideal ini menjadi terlihat buruk. Beberapa peristiwa sejarah yang menonjol mereka identikan
sebagai kesalahan karena agama. Karena keyakinan pada ajaran agama. Padahal, kerusakan
yang ditimbulkan adalah justru karena jauhnya orang dari ajaran agama. Kerusakan itu timbul
saat agama-yang mengajarkan kemuliaan- disalahgunakan oleh manusia pelaksananya untuk
mencapai tujuan yang terlepas dari ajaran agama itu sendiri, terlepas dari pelaksanaan
keseluruhan dimensinya.
Fungsi – fungsi agama
1. Karena agama merupakan sumber moral2. Karena agama merupakan petunjuk kebenaran3. Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.4. Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih
dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan untuk
menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi
hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan
Konghuchu. Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia,
konflik antar agama sering kali tidak terelakkan.
2.Pengertian Kesehatan
Ciri – ciri kesehatan dalam agama
Ciri-ciri kesehatan dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu:
1. Memiliki sikap batin (Attidude) yang positif terhadap dirinya sendiri2. Aktualisasi diri.3. Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi yang psikis ada.4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri (Mandiri).5. Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada
6. Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri.
Faktor – factor permasalahan agama dan kesehatan
1. masalah kesehatan mental
dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental
seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri
semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah SWT, , hal ini sesuai dengan konsep
sosiologi modern yaitu manusia sebagai makhluk Zoon Politicon.
Contoh : Seseorang yang tidak memiliki keahlian apapun serta tidak memiliki pendidikan
yang baik tetapi hidup di Jakarta tanpa tau arah dan tujuan hidupnya disana yang dapat
membuat orang tersebut susah beradaptasi dengan lingkungan yang serba mahal tanpa
pekerjaan,maka apabila mental seseorang tidak kuat dan tidak memiliki pegangan yang kuat
dengan agamanya orang tersebut akan gila bahkan nekat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2. masalah unsur batin
manusiacenderung mendorongnya untuk tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan ini
merupakan bagian dari faktor intern manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi
(Self) ataupun hati nurani (conscience of man).
Contoh : seseorang yang sudah lama mengidap suatu penyakit dan sudah berobat kemanapun
tidak sembuh,lalu orang tersebut mengambil inisiatif ntuk berobat ke dukun yang tidak jelas
model terapinya seperti pengusir roh halus atau jin yang menggangunya selama ini bukan
malah banyak beriqhtiar meminta ridho kesembuhan dari Allah SWT dan berusaha tapi
malah berobat ke dukun.
3. Masalah keyakinan atau kepercayaan
Seseorang memiliki keyakinan yang berbeda – beda dan mudah dipengaruhi oleh orang lain
dalam mempertahankan drajad kesehatanya
Contoh : ada seseorang yang tetangganya sakit lalu mencoba terapi rel kereta api yang marak
di perbincangkan di akhir-akhir ini lalu banyak masyarakat lain yang ikut mempercayai
bahwa berbaring dir el kereta api tersebut dapat menyembuhkan penyakit padahal hal tersebut
belum jelas terbukti di dinas kesehatan dan sangat berbahaya apabila ada kereta yang lewat
hal tersebut karena orang tidak percaya bahwa Allah lah yang member kesembuhan
BAB II
B.Hubungan
A.Hubungan ajaran agama dengan kesehatan dalam Berwudhu
Di dalam ajaran Islam banyak hal-hal yang berkaitan dengan suatu ibadah yang
terlihat sederhana dan mudah dilakukan namun memiliki manfaat dan hasiat yang luar biasa
bagi kesehatan, baik kesehatan jasmanai maupun rohani, contohnya adalah wudhu. Wudhu
adalah salah satu syariat Islam. Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk membersihkan
diri atau berwudhu sebelum mendirikan shalat lima waktu. (QS Al-Maidah ayat 6). Wudhu
juga merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah shalat oleh Allah SWT, namun
terkadang ada sebagian umat Islam yang memandangnya biasa-biasa saja. “Allah tidak akan
menerima shalat seseorang di antara kamu, hingga dia berwudhu .” (HR. Bukhari Muslim).
Wudhu dan Kesehatan Jasmani
Wudhu ternyata mempunyai manfaatnya sangat besar. Itulah yang dibuktikan oleh para ahli
kesehatan dunia. Salah satunya adalah Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater
sekaligus neurolog berkebangsaan Austria. Ia menemukan sesuatu yang menakjubkan dalam
wudhu karena mampu merangsang pusat syaraf dalam tubuh manusia. Karena keselarasan air
dengan wudhu dan titik-titik syaraf, kondisi tubuh senantiasa akan sehat. Dari sinilah ia
akhirnya memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.
(http://www.republika.co.id)
Ulama fikih juga menjelaskan hikmah wudhu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara
kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudhu-seperti tangan, daerah
muka termasuk mulut, dan kaki –memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda
asing, termasuk kotoran. Karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh, sebab
penyakit kulit umumnya sering menyerang permukaan kulit yang terbuka dan jarang
dibersihkan, seperti di sela-sela jari tangan, kaki, leher, belakang telinga, dan lainnya. Karena
itu, Mochtar Salem memberi saran agar anggota tubuh yang terbuka senantiasa dibasuh atau
dibersihkan dengan menggunakan air. Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa
munculnya penyakit kulit disebabkan oleh rendahnya kebersihan kulit. Karena itu, orang
yang memiliki aktivitas padat (terutama di luar ruangan) disarankan untuk sesering mungkin
membasuh atau mencuci anggota badannya yang terbuka, seperti kepala, muka, telinga,
hidung, tangan, dan kaki. Mencegah penyakit dengan wudhu bisa kita cermati dan pelajari
sejarah hidup Rasulullah SAW, seperti yang diungkapkan Muhammad Husein Haykal dalam
bukunya Hayatu Muhammad, sepanjang hidupnya Rasulullah SAW tak pernah menderita
penyakit, kecuali saat sakaratul maut hingga wafatnya. Hal ini menunjukkan bahwa wudhu
dengan cara yang benar niscaya dapat mencegah berbagai macam penyakit.Menurut sejumlah
penelitian, berwudhu itu dapat menghilangkan berbagai macam penyakit. Misalnya, penyakit
kanker, flu, pilek, asam urat, rematik, sakit kepala, telinga, pegal, linu, mata, sakit gigi, dan
sebagainya.Mokhtar Salem dalam bukunya Prayers a Sport for the Body and Soul
menjelaskan, wudhu bisa mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan
oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap oleh kulit. Kemudian,
apabila dibersihkan dengan air (terutama saat wudhu), bahan kimia itu akan larut. Selain itu,
jelasnya, wudhu juga menyebabkan seseorang menjadi tampak lebih muda.Dalam penelitian
yang dilakukan Muhammad Salim tentang manfaat wudhu untuk kesehatan, terungkap bahwa
berwudhu dengan cara yang baik dan benar akan mencegah seseorang dari segala penyakit.
Dalam penelitiannya itu, Muhammad Salim juga menganalisis masalah kesehatan hidung dari
orang-orang yang tidak berwudhu dan yang berwudhu secara teratur selama lima kali dalam
sehari untuk mendirikan shalat.Salim mengambil zat dalam hidung pada selaput lendir dan
mengamati beberapa jenis kumannya. Pekerjaan ini ia lakukan selama berbulan-bulan.
Berdasarkan analisisnya, lubang hidung orang-orang yang tidak berwudhu memudar dan
berminyak, terdapat kotoran dan debu pada bagian dalam hidung, serta permukaannya
tampak lengket dan berwarna gelap.Adapun orang-orang yang teratur dalam berwudhu,
ungkap Salim, permukaan rongga hidungnya tampak cemerlang, bersih, dan tidak berdebu.
“Sesungguhnya, cara berwudhu yang baik adalah dimulai dengan membasuh tangan,
berkumur-kumur, lalu mengambil air dan menghirupnya ke dalam hidung kemudian
mengeluarkannya. Langkah ini hendaknya dilakukan sebanyak tiga kali secara bergantian,”
kata Salim.
Wudhu dan Kesehatan Rohani
Ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudhu dengan menjelaskan bahwa daerah-daerah yang
dibasuh air wudhu memang daerah yang paling sering berdosa. Kita tidak tahu apa yang
pernah diraba, dipegang, dan dilakukan tangan kita. Banyak pancaindera tersimpul di bagian
muka.Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong,
memaki, dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum. Apa saja
yang baru diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa saja yang baru dicium
hidung ini? Ke mana saja kaki ini gentayangan setiap hari? Tegasnya, anggota badan yang
dibasuh dalam wudhu ialah daerah yang paling riskan untuk melakukan dosa.Rasul SAW
menyatakan, wajah orang yang berwudhu itu akan senantiasa bercahaya. Rasulullah akan
mengenalinya nanti pada hari kiamat karena bekas wudhu. “Umatku nanti kelak pada hari
kiamat bercahaya muka dan kakinya karena bekas wudhu.”
Muhammad Kamil Abd Al-Shomad, yang mengutip sumber dari Al-I’jaz Al-Ilmiy fi Al-
Islam wa Al-Sunnah AlNabawiyah, menjelaskan bahwa manfaat semua hal yang
diperintahkan dalam wudhu sangatlah besar bagi tubuh manusia. Mulai dari membasuh
tangan dan menyela-nyela jari, berkumur-kumur, memasukkan air ke dalam lubang hidung,
membasuh muka, membasuh kedua tangan sampai siku, mengusap kepala, membasuh
telinga, hingga membasuh kaki hingga mata kaki.
Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) dalam bukunya Lentera Hidup menuliskan
keutamaan wudhu. “Sekurang-kurangnya lima kali dalam sehari-semalam setiap Muslim
diperintahkan untuk berwudhu dan mengerjakan shalat. Meskipun wudhu belum lepas (batal),
disunahkan pula memperbaharuinya. Oleh ahli tasawuf, diterangkan pula hikmah wudhu itu.
Mencuci muka artinya mencuci mata, hidung, mulut, dan lidah kalau-kalau tadinya pernah
berbuat dosa ketika melihat, berkata, dan makan.Mencuci tangan dengan air seakan-akan
membasuh tangan yang telanjur berbuat salah. Membasuh kaki dan lain-lain demikian pula.
Mereka memperbuat hikmat-hikmat itu meskipun dalam hadis dan dalil tidak ditemukan.
Tujuannya adalah supaya manusia jangan membersihkan lahirnya saja, sementara batinnya
masih tetap kotor. Hati yang masih tamak, loba, dan rakus, kendati sudah berwudhu, maka
wudhunya lima kali seharisemalam itu berarti tidak berbekas dan tidak diterima oleh Allah
SWT, dan shalatnya pun tidak akan mampu menjauhkan dirinya dari perbuatan fakhsya’
(keji) dan mungkar (dibenci).”Buya Hamka menambahkan, wudhu itu dapat menyehatkan
badan. “Kita hidup bukanlah untuk mencari pujian dan bukan pula supaya kita paling atas di
dalam segala hal. Meskipun itu tidak kita cari, kalau kita senantiasa menjaga kebersihan, kita
akan dihormati orang juga.”
B. Hubungan ajaran agama dengan kesehatan dalam Pelaksanaan Shalat. Shalat adalah amalan yang pertama akan dihisab pada hari
kiamat. Apabila baik shalatnya, maka dianggaplah baik
keseluruhan amalannya. Tentulah orang tersebut masuk surga.
Inilah anugrah terindah yang bisa didapat oleh siapa saja yang
mengerti, memahami dan mau berusaha menggapainya. Jika shalat
hanya dijadikan sebagai kewajiban semata, maka keindahan ini
tidak akan dirasakan dan kita akan semakin jauh dari surga.Syariat
shalat sudah diajarkan kepada umat Nabi Ibrahim, meski
penyempurnaan ajaran itu disampaikan oleh baginda Nabi
Muhammad SAW. Ketika Nabi Muhammad SAW mi’raj ke lagit,
beliau menerima perintah langsung dari Allah SWT akan kewajiban
shalat. Kita, umat beliau di akhir zaman ini tinggal melaksanakan
syari’at yang sudah demikian rinci ini, tanpa menambah dan
menguranginya. Inilah jalan selamat yang dibutuhkan manusia
untuk kebahagiaan dunia akhirat
C.Hubungan ajaran agama dengan kesehatan dalam Pelaksanaan Shalat.
Ibadah Puasa dapat membentuk kepribadian, dan puncak pembentukan kepribadian
adalah insan takwa. Inti takwa adalah menjaga diri agar tetap berada pada rambu-rambu
ajaran agama dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan. Dalam
puasa orang di didik bahwa keridhaan Allah itu lebih besar dari pada dunia seisinya.
Makna dan Orientasi Ibadah Puasa
Pemakaian kata puasa sesungguhnya merupakan terjemahan dari bahasa arab yaitu
shoum. Secara harfiah berarti diam, menahan, berhenti dari sesuatu. Puasa [shoum] dalam
ajaran Islam berarti menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan. Puasa merupakan
usaha sungguh-sungguh untuk menahan diri dari syahwat lahiriah, makan, minum,
hubungan seksual, sekalipun suami istri dan sesuatu yang bersifat indrawi dan dari syahwat
yang bersifat rohaniahMenurut pendapat Al- Ghozali, puasa memiliki tujuan agar manusia
berakhlak dengan akhlak Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Agung, yaitu contoh
ketergantungan segala sesuatu kepada-Nya, dan sebisa mungkin mencontoh para malaikat
di dalam menahan hawa nafsu, karena mereka adalah makhluk yang disucikan dari hawa
nafsu.Ibnu Qoyyim mengatakan bahwa puasa sangat manjur dalam memberikan
perlindungan terhadap anggota badan bagian koordinasi dalam ia mencegah kerusakan-
kerusakan yang ditimbulkan oleh timbunan materi yang sudah busuk. Ia mengusir macam-
macam bakteri yang merusak kesehatan.ia mengobati sakit yang berkembang dalam tubuh
yang disebabkan oleh kekenyangan yang berlebihan. Puasa sangat berguna bagi kesehatan
dan sangat membantu untuk dapat hidup sholeh dan takwa.Kewajiban puasa dan taqwa
mempunyai hubungan yang penting dan strategis bagi manusia, yaitu puasa menjadi salah
satu sarana yang bisa membentuk insan muttaqin. Takwa mempunyai posisi yang sangat
penting yang harus dimiliki oleh setiap umat Islam untuk dapat sukses menjalankan tugas
sebagai hamba dan sebagai khalifah dimuka bumi. Takwa menunjukkan sebuah kepribadian
yang benar-benar untuh dan integral (stabilitas) setelah melakukan amalan-amalan yang
dianjurkan Allah diserap masuk kedalam diri manusia. Takwa lebih pada tataran empiris dari
sekedar teoritis. Sebuah perbuatan dapat dikategorikan bernilai takwa apabila perbuatan itu
mempunyai nilai dan makna dalam kontek sosial. Karena itu, menilai katakwaan yang
dimiliki seseorang bukan dinilai oleh dirinya sendiri, tetapi yang menilai adalah orang
lain.Ibadah puasa mempunyai dua dimensi penting yaitu : dimensi intrinsik dan ekstrensik.
Kedua dimensi tersebut adalah nilai-nilai yang menjadi tolok ukur keberhasilan ibadah
puasa. Dimensi intrinsik dapat membentuk tanggung jawab pribadi. Sedangkan dimensi
ekstrensik dapat membentuk tanggung jawab sosial. Nilai instrinsik sebagai pelatihan diri
menahan segala godaan yang dapat menggelincirkan godaan kepada dosa, pelatihan
menahan kesabaran dan konsisten mengendalikan dorongan atas proses penyadaran akan
adanya hikmah kemanusiaan yakni perasaan kemanusiaan akan derita menahan
lapar.Pelaksaan ibadah puasa adalah merupakan tanggung jawab setiap muslim untuk
dilaksanakan dalam rangka mengharap keridhaan Allah SWT. Bila disimak dengan teliti, inti
makna puasa sebagai pranata agama ialah menahan diri dari berbagai keinginan dan
kepentingan. Puasa menurut tolak ukur islam bukan dilakukan karena, orang tidak memiliki
makanan, minuman ataupun pasangan dalam melakukan hubungan seksual.
Meskipun seluruh fasilitas tersebut tersedia sebagai milik yang syah, selama periode
tertentu dalam menjalankan ibadah puasa, orang-orang yang menjadi pemilik dan penguasa
fasilitas tersebut tidak diperkenankan memanfaatkannya. Alasan pelarangan penggunaan
fasilitas tersebut menjadi rahasia bagi kita, karena Allah sama sekali tidak memberikan
keterangan dalam bentuk apapun, pada hal saat barang-barang dari segi substansinya
adalah halal dan baik menurut tinjauan manusia, sebagai bekal dalam melakukan berbagai
aktifitas dan kehidupannya dialam semesta ini.Kalau kita kaji dari berbagai ayat dalam Al-
Qur’an dan sunnah Rasul, memang secara eksplisit Allah menegaskan bahwa, puasa itu
harus dilakukan agar dapat menimbulkan rasa “Taqwa” sebagaimana ungkapan Al-Qur’an
yang menyatakan “La’allakum tattaqun”, demikian juga lewat haditsnya Rasulullah
memberikan penjelasan bahwa puasa biasa disamakan dengan “perisa” dan harus
dijalankan dengan alasan iman saja tanpa menyandarkannya pada kepentingan dan maksud
lain. Dalam takwa terkandung pengendalian manusia akan dorongan emosinya dan
penguasaan kecenderungan hawa nafsu manusia pada tingkah laku buruk, menyimpang,
tercela, permusuhan dan kezaliman. Untuk itu manusia dituntut untuk bisa menahan hawa
nafsu. Ini berarti ia memenuhi dorongan-dorongan itu dalam batas yang diperkenakan oleh
ajaran agama. Selain itu terkandung perintah kepada manusia agar ia melakukan tindakan
yang baik.Orang-orang yang bertakwa mempunyai keutamaan yang mampu menghadapi
berbagai persoalan hidup, mampu menghadapi saat-saat yang kritis, dapat mendobrak
jalan-jalan yang buntu yang menghambat, dan bisa menerangi jalan ditengah kegelapan
gulita. Dengan kata lain takwa membuktikan sebagai jalan keluar dari setiap persoalan dan
situasi kritis.Puasa merupakan salah satu perisai penting dalam Islam yang amalan-amalanya
banyak takwa. Esensi dari takwa adalah untuk mengendalikan individu dan kelompok dari
perilaku yang menyimpang, baik menyimpang dalam perilaku, pola pikir, ucapan maupun
tindakan. Seseorang yang puasa pada hakekatnya sedang memperkokoh tali hubungan
dengan Allah swt., jika manusia berusaha mempererat tali hubungan dengan Allah secara
langsung, maka zikir atau ingatan kita senantiasa terpancang kepada-Nya.
Kerangka berfikir ini yang sering menjadi bahan renungan penulis, dimana dalam kontek
puasa, kita disuruh melakukan sesuatu kewajiban, tanpa tahu secara riil dan logis manfaat
dan hasil kongkrit yang diperoleh setelah proses pelaksanaannya. Kita hanya diberikan
petunjuk untuk melakukannya dengan percaya saja. Ini adalah suatu doktrin ketaatan pada
suatu norma, aturan islam yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, aktif sesuai
dengan standar jumlah yang harus dipenuhi. Tertib sesuai dengan petunjuk pelaksaan
ibadah puasa, baik dari segi waktu pelaksanana ataupun syarat rukunnya, demikian juga
harus dilaksanakan secara ikhlas, dengan tolak ukur minimal bahwa apa yang dikerjakan
adalah dalam rangka mengharap keridhaan Allah Swt. dalam kehidupan di dunia dan
akherat.
Puasa Sebagai Wahana Pendidikan
Ibadah puasa lebih banyak menekankan kesadaran dan keyakinan pelakunya dalam
melaksanakan kewajiban dari Dzat Yang Maha menentukan corak dan warna kehidupan
manusia. Semua proses spekulatif dalam menjalankan ibadah puasa dari sudut simbolisme,
pada hakekatnya tidak terlepas dari kehidupan manusia. Artinya melakukan ibadah puasa
sebagai bentuk kepasrahan mutlak terhadap Allah Swt. Karena itu orang tidak perlu
mengetahui jawaban atas pertanyaan apa sebetulnya manfaat berpuasa, tetapi harus
membulatkan tekat untuk melakukan puasa. Menurut pendapat Abu Su’ud; “puasa adalah
salah sebuah simbol kepasrahan diri, suatu sikap yang menunjukkan adanya pemahaman
yang tinggi terhadap sikap hubungan antara manusia dengan Tuhan.Apabila pendapat
tersebut di telaah dengan pendekatan kerangka berpikir Al-Qur’an, maka puncak hubungan
antara Tuhan dengan manusia itu disifatkan oleh Allah dalam Al-Quran sebagai hubungan
antar kekasih, sebagaimana dinyatakan dalam firmannya:“Katakanlah kalau kalian mencintai
Allah, maka ikutlah daku, Allah mencintai kalian, lalu memberi kalian ampunan, dan Allah itu
memang Maha Pengampun dan Penyayang. (Q.S Ali-Imron: 31)
Dari sinilah tampak adanya nilai pendidikan dalam ibadah puasa yang diajarkan oleh agama
Islam. Dalam Islam puasa dinyatakan sebagai sarana pernyataan secara mutlak kepada Allah
Swt. hal ini disebabkan karena manusia menyadari betapa baiknya hubungan antara Allah
dengan hambanya, sebagai hubungan Cinta Kasih yang akan dapat memberikan
keberuntungan.Bila kita renungkan dari penjelasan diatas akan semakin jelaslah pengaruh
pelaksanaan ibadah puasa bagi pendidikan, dimana tidak dicari-cari bila dinyatakan bahwa,
ada beberapa aspek lain dari perubahan sikap dan perilaku manusia, diantaranya dalam hal
dispensasi menjelaskan puasa Allah menaruh sasaran perubahan sikap itu dalam aspek
pemahaman (kognitif), yaitu,…”inkuntu ta’lamun”(Al-baqarah, 184). Setelah memberi tahu
pentingnya bulan Ramadhan, bagi kelangsungan hidup umat manusia, karena Ramadhan itu
merupakan bulan diturunkan Al-Qur’an, Allah menghendaki kita manusia untuk pandai
bersyukur dengan jalan melakukan puasa setiap bulan Ramadhan datang, hal ini dinyatakan
Allah dengan bahasa” La’alllakum tasykurun”( Al- Baqarah, 186).Ketika Allah kembali
menerangkan hakekat puasa, adalah berpantang, tidak boleh makan, tidak boleh minum
tidak boleh berhubungan dengan suami- istri, selama waktu menjalankan puasa, sekali lagi
dalam kontek ini Allah menjelaskan dan mengharapkan kepasrahan mutlak dengan
menyatakan ;”La’allakum tattaquun”( Al-Baqarah, 187)
BAB III
KESIMPULAN
Semua masyarakat menganut atau memiliki kepercayaan sendiri-sendiri tentang
agamanya .Agama yang benar tidak dirumuskan oleh manusia. Manusia hanya dapat
merumuskan kebajikan atau kebijakan, bukan kebenaran. Kebenaran hanyalah berasal dari
yang benar yang mengetahui segala sesuatu yang tercipta, yaitu Sang Pencipta itu sendiri.
Dan apa yang ada dalam agama selalu berujung pada tujuan yang ideal. Ajaran agama
berhulu pada kebenaran dan bermuara pada keselamatan. Ajaran yang ada dalam agama
memuat berbagai hal yang harus dilakukan oleh manusia dan tentang hal-hal yang harus
dihindarkan. Kepatuhan pada ajaran agama ini akan menghasilkan kondisi ideal.
Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia
juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu
mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri baik yang disebabkan oleh kepribadian
maupun lingkungan masing-masing. Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT
ialah manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia
tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanya karena
pengaruh lingkungan Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan
hubungan antara keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang
terhadap suatu kekuasaan yang maha tinggi sehingga akan dapat memunculkan perasaan
positif pada kesehatan mental seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.republika.co.id)
Referensi :Al-quran dan terjemahnya-Kementerian Agama RI.Shahih Bukhari-Imam BukhoriAl Jami’ Ash Shohih Al Musnad min haditsi rasulillaahi shallallaahu ‘alaihi wasallam wa sunanihi wa ayyamihi-Imam Muslim.http://www.republika.co.id,Lentera Hidup – Buya Hamkahttp://id.wikipedia.org
dari : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j& ... FA&cad=rja