Makalah Abses Paru

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi paru masih merupakan penyebab kematian yang sangat penting di Indonesia. Baik yang mengenai cabang-cabang pembuluh paru (bronkus, bronkiolus) atau yang mengenai jaringan paru-paru. Abses paru merupakan infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih. Abses paru merupakan salah satu penyakit infeksi paru yang didefinisikan sebagai kematian jaringan paru-paru dan pembentukan rongga yang berisi sel-sel mati atau cairan akibat infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih. Abses paru dapat diklasifikasikan berdasarkan perlangsungan dan penyebabnya. Berdasarkan perlangsungannya abses paru diklasifikasikan menjadi akut dan kronik. Disebut akut apabila perlangsungannya terjadi dalam waktu 4 minggu. Abses Abses paru 1

description

Makalah Abses Paru

Transcript of Makalah Abses Paru

Page 1: Makalah Abses Paru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi paru masih merupakan penyebab kematian yang sangat

penting di Indonesia. Baik yang mengenai cabang-cabang pembuluh paru

(bronkus, bronkiolus) atau yang mengenai jaringan paru-paru.

Abses paru merupakan infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan

paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus)

dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih.

Abses paru merupakan salah satu penyakit infeksi paru yang didefinisikan

sebagai kematian jaringan paru-paru dan pembentukan rongga yang berisi sel-sel

mati atau cairan akibat infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru

yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam

parenkim paru pada satu lobus atau lebih.

Abses paru dapat diklasifikasikan berdasarkan perlangsungan dan

penyebabnya. Berdasarkan perlangsungannya abses paru diklasifikasikan

menjadi akut dan kronik. Disebut akut apabila perlangsungannya terjadi dalam

waktu 4 minggu. Abses disebut kronik apabila perlangsungannya terjadi dalam

waktu > 4-6 minggu. Sedangkan menurut penyebabnya abses paru dibagi

menjadi abses primer dan sekunder. Abses primer muncul karena nekrosis

jaringan paru (akibat pnumonitis, infeksi dan neoplasma) ataupun pneumonia

pada orang normal. Disebut abses sekunder apabila disebabkan kondisi

sebelumnya seperti septik emboli (misalnya endokarditis sisi kanan), obstruksi

bronkus (misalnya aspirasi benda asing), bronkiektasis ataupun pada kasus

imunokompromis

Abses paru 1

Page 2: Makalah Abses Paru

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui anatomi pernapasan

2. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Abses paru

3. Untuk mengetahui dan memahami insidensi dari Abses paru

4. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Abses paru

5. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Abses paru

6. Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari Abses paru

7. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang apa saja yang

digunakan pada Abses paru

8. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita

Abses paru

Abses paru 2

Page 3: Makalah Abses Paru

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Sistem Pernapasan

Paru-paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m2

untuk pertukaran udara. Tiap paru memiliki bentuk yang menyerupai kerucut,

memiliki puncak yang tumpul yang berbatasan bagian bawah dari kosta

pertama, memiliki dasar cekung yang mengikuti bentuk otot diafragma,

memiliki permukaan kostovertebra yang luas dan mengikuti bentuk dari

dinding thoraks, serta permukaan mediastinal cekung yang menyokong

perikardium.

Terdapat suatu struktur berupa membran pembungkus yang mengelilingi

paru-paru disebut pleura. Pleura terdiri dari dua lapisan yaitu pleura viseralis

dan pleura parietalis. Pleura viseralis melekat pada paru sedangkan pleura

parietalis membatasi aspek terdalam dalam dinding dada, diafragma, serta sisi

perikardium dan mediastinum. Di antara kedua membran ini terdapat rongga

yang disebut sebagai kavum pleura yang berisi cairan pleura. Cairan pleura

berfungsi sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antara kedua pleura.

Abses paru 3

Page 4: Makalah Abses Paru

Gambar 1. Struktur sistem respirasi

Paru-paru kanan berukuran sedikit lebih besar dari paru-paru kiri. Paru-

paru kanan dibagi menjadi 3 lobus –atas, tengah, dan bawah, oleh fisura

oblikus dan fisura horizontal . Sedangkan paru-paru kiri hanya memiliki fisura

oblikus yang membagi paru menjadi 2 lobus, atas dan bawah.

Gambar 2. Lobus paru dilihat dari depan

Abses paru 4

lobus atas

lobus tengah

lobus bawahlobus bawah

lobus atasfisura horisontalis

fisura horisontalis

fisura horisontalis

Page 5: Makalah Abses Paru

Bronki dan jaringan parenkim paru-paru mendapat pasokan darah dari

a.bronkialis –cabang-cabang dari aorta torakalis desendens. v. bronkialis yang

juga berhubungan dengan v. pulmonalis, mengalirkan darah ke v. azigos dan v.

hemiazigos. Alveoli mendapat darah deoksigenasi dari cabang-cabang terminal

a. pulmonalis dan darah yang teroksigenasi mengalir kembali melalui cabang-

cabang v. pulmonalis. Dua v. pulmonalis mengalirkan darah kembali dari tiap

paru ke atrium kiri jantung.

Aliran limfe dari paru-paru mengalir kembali dar perifer menuju

kelompok kelenjar getah bening trakeobronkial hilar dan dari sini menuju

trunkus limfatikus mediastinal.

Pleksus pulmonalis berasal dari serabut saraf simpatis (dari trunkus

simpatikus) dan serabut parasimpatis (dari N. vagus). Aliran eferen

mempersarafi muskulus bronchial dan menerima aliran aferen dari membran

mukosa bronkiolus dan alveolus.

2.2 Definisi Abses Paru

Abses paru merupakan infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan

paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus)

dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih.

Bila diameter kavitas < 2cm dan jumlahnya banyak (multiple small

abscesses) dinamakan necrotising pneumonia.

Abses paru 5

Page 6: Makalah Abses Paru

Gambar 3. Abses paru

2.3 Epidemiologi

Mortalitas/Morbiditas

Kebanyakan pasien dengan abses paru primer dapat sembuh dengan

antibiotik, dengan tingkat kesembuhan rata-rata sebanyak 90-95%.

Faktor host yang menyebabkan prognosis memburuk antara lain usia

lanjut, kekurangan tenaga, malnutrisi, infeksi HIV atau bentuk lain

imunosupresi, keganasan, dan durasi gejala lebih dari 8 minggu. Tingkat

kematian untuk pasien dengan status imunokompromis mendasar atau

obstruksi bronkial yang kemudian membentuk abses paru dapat mencapai

75%.

Organisme aerobik, yang biasanya didapat di rumah sakit, juga dapat

menghasilkan prognosa yang buruk. Sebuah studi retrospektif melaporkan

tingkat kematian abses paru yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan

gram negatif digabungkan adalah sekitar 20%.

Seks

Laki-laki mempunyai prevalensi yang dominan dalam kejadian abses

paru yang dilaporkan dalam beberapa seri kasus yang sudah dipublikasikan.

Umur

Abses paru pada umumnya terjadi pada pasien usia lanjut dikarenakan

meningkatnya penyakit periodontal dan peningkatkan prevalensi disfagi dan

aspirasi pada usia ini. Namun, serangkaian kasus dari warga yang tinggal di

pusat perkotaan dengan prevalensi alkoholisme tinggi melaporkan usia rata-

rata yang mengalami abses paru adalah 41 tahun.

Orang-orang tua, orang-orang dengan immunocompromise, malnutrisi,

debilitated dan khususnya orang-orang yang tidak pernah mendapatkan

Abses paru 6

Page 7: Makalah Abses Paru

antibiotik adalah orang-orang yang paling rentan dan memiliki prognosis yang

paling buruk.

2.4 Etiologi

Abses paru dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, yaitu :

a. Kelompok bakteri anaerob, biasanya diakibatkan oleh pneumonia aspirasi

- Bacteriodes melaninogenus

- Bacteriodes fragilis

- Peptostreptococcus species

- Bacillus intermedius

- Fusobacterium nucleatum

- Microaerophilic streptococcus

Bakteri anaerobik meliputi 89% penyebab abses paru dan 85%-100% dari

spesimen yang didapat melalui aspirasi transtrakheal.

b. Kelompok bakteri aerob

Gram positif: sekunder oleh sebab selain aspirasi

- Staphillococcus aureus

- Streptococcus micraerophilic

- Streptococcus pyogenes

- Streptococcus pneumoniae

Abses sekunder adalah abses yang terjadi sebagai akibat dari kondisi lain. Seperti

contoh: Obstruksi bronkial (karsinoma bronkogenik); penyebaran hematogen

(endokarditis bakterial, IVDU); penyebaran infeksi dari daerah sekitar

(mediastinum, subphrenic).

Gram negatif : biasanya merupakan sebab nosokomial

- Klebsiella pneumonia

- Pseudomonas aeroginosa

- Escherichia coli

Abses paru 7

Page 8: Makalah Abses Paru

- Actinomyces species

- Nocardia species

- Gram negatif bacilli

c. Kelompok jamur (mucoraceae, aspergillus species), parasit, amuba,

mikobakterium

Prevalensi tertinggi berasal dari infeksi saluran pernapasan dengan

mikroorganisme penyebab umumnya berupa campuran dari bermacam-macam

kuman yang berasal dari flora mulut, hidung, dan tenggorokan.

Faktor predisposisi terjadinya abses paru seorang pasien:

1. Ada sumber infeksi saluran pernafasan.

Infeksi mulut, tumor laring yang terinfeksi, bronkitis, bronkiektasis dan

kanker paru yang terinfeksi.

2. Daya tahan saluran pernafasan yang terganggu

Pada paralisa laring, aspirasi cairan lambung karena tidak sadar, kanker

esofagus, gangguan ekspektorasi, dan gangguan gerakan sillia.

3. Obstruksi mekanik saluran pernafasan karena aspirasi bekuan darah, pus,

bagian gigi yang menyumbat, makanan dan tumor bronkus. Lokalisasi

abses tergantung pada posisi tegak, bahan aspirasi akan mengalir menuju

lobus medius atau segmen posterior lobus inferior paru kanan, tetapi

dalam keadaan berbaring aspirat akan menuju ke segmen apikal lobus

superior atau segmen superior lobus interior paru kanan, hanya kadang-

kadang aspirasi dapat mengalir ke paru kiri.

2.5 PATOFISIOLOGI

Terjadinya abses paru biasanya melalui dua cara, yaitu aspirasi dan

hematogen. Yang paling sering dijumpai adalah kelompok abses paru

bronkogenik yang termasuk akibat aspirasi, stasis sekresi, benda asing, tumor,

dan struktur bronkial. Keadaan ini menyebabkan obstruksi bronkus dan

Abses paru 8

Page 9: Makalah Abses Paru

terbawanya organisme virulen yang akan menyebabkan infeksi pada daerah distal

obstruksi tersebut. Dalam keadaan tegak, bahan aspirasi akan mengalir menuju

ke lobus medius atau segmen posterior lobus inferior paru kanan, tetapi dalam

keadaan berbaring aspirat akan menuju ke segmen apikal lobus superior atau

segmen superior lobus inferior paru kanan, hanya kadang-kadang saja aspirat

dapat mengalir ke paru kiri.

Kebanyakan abses paru muncul sebagai komplikasi dari pneumonia aspirasi

akibat bakteri anaerob di mulut. Penderita abses paru biasanya memiliki masalah

periodontal (jaringan di sekitar gigi). Sejumlah bakteri yang berasal dari celah

gigi yang sampai ke saluran pernapasan bawah akan menimbulkan infeksi.

Tubuh memiliki sistem pertahanan terhadap infeksi semacam ini, sehingga

infeksi hanya terjadi jika sistem pertahanan tubuh sedang menurun, seperti yang

ditemukan pada seseorang yang tidak sadar atau sangat mengantuk karena

pengaruh obat penenang, obat bius, atau penyalahgunaan alkohol. Selain itu dapat

pula terjadi pada penderita gangguan sistem saraf.

Jika bateri tersebut tidak dapat dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan

tubuh, maka akan terjadi pneumonia aspirasi dan dalam waktu 7-14 hari

kemudian akan berkembang menjadi nekrosis yang berakhir dengan

pembentukan abses.

Secara hematogen yang paling banyak terjadi adalah akibat septikemi atau

sebagai fenomena septik emboli, sekunder dari fokus infeksi pada bagian lain

tubuhnya seperti tricuspid valve endocarditis. Penyebaran hematogen ini

umumnya akan berbentuk abses multipel dan biasanya disebabkan oleh

stafilokokus.

Abses hepar bakterial atau amubik bisa mengalami ruptur dan menembus

diafragma yang akan menyebabkan abses paru pada lobus bawah paru kanan dan

rongga pleura.

Abses paru 9

Page 10: Makalah Abses Paru

Disebut abses primer bila infeksi diakibatkan aspirasi atau pneumonia yang

terjadi pada orang normal, sedangkan abses sekunder bila infeksi terjadi pada

orang yang sebelumnya sudah mempunyai kondisi seperti obstruksi,

bronkiektasis dan gangguan imunitas.

Diameter abses bervariasi dari beberapa milimeter sampai kavitas besar

dengan ukuran 5-6 cm. Lokalisasi dan jumlah abses bergantung pada bentuk

perkembangannya. Abses paru yang diakibatkan oleh aspirasi lebih banyak

terjadi pada paru kanan (lebih vertikal) daripada paru kiri, serta lebih banyak

berupa kavitas tunggal. Abses yang terjadi bersamaan dengan adanya pneumonia

atau bronkiektasis umumnya bersifat multipel, terletak di basal dan tersebar luas.

Septik emboli dan abses yang diakibatkan oleh penyebaran hematogen umumnya

bersifat mulitipel dan dapat menyerang bagian paru manapun.

Abses bisa mengalami ruptur ke dalam bronkus, dengan isinya

diekspektoransikan ke luar dengan meninggalkan kavitas yang berisi air dan

udara. Kadang-kadang abses ruptur ke rongga pleura sehingga terjadi empiema

yang diikuti dengan terbentuknya fistula bronkopleura.

2.6 GAMBARAN KLINIS

Gejala penyakit biasanya berupa:

a. Malaise

Malaise merupakan gejala awal disertai tidak nafsu makan yang lama

kelamaan menyebabkan penurunan berat badan.

b. Demam

Demam berupa demam intermitten bisa disertai menggigil bahkan ‘rigor’

dengan suhu tubuh mencapai 39.40C atau lebih. Tidak ada demam tidak

menyingkirkan adanya abses paru

Abses paru 10

Page 11: Makalah Abses Paru

c. Batuk

Batuk pada pasiean abses paru merupakan batuk berdahak yang setelah

beberapa dapat berubah menjadi purulen dan bisa mengandung darah.

Sputum yang berbau amis dan berwarna anchovy menunjukkan penyebabnya

bakteri anaeraob dan disebut dengan putrid abscesses, tetapi tidak

didapatkannya sputum dengan ciri di atas tidak menyingkirkan kemungkinan

infeksi anaerob. Batuk dara bisa dijumpai, biasanya ringan tetapi ada yang

masif.

d. Nyeri pleuritik

Nyeri pleuritik atau nyeri yang dirasakan dalam dada menunjukkan adanya

keterlibatan pleura.

e. Sesak

Sesak disebabkan oleh adanya pus yang menumpuk menutupi jalan napas

f. Anemia

Anemia yang terjadi dapat berupa anemia defisiensi yang disebabkan oleh

kurangnya asupan akibat penurunan nafsu makan, namun lebih sering

disebabkan oleh perdarahan pada saluran nafas khususnya pada hemoptisis

masif.

Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan nyeri tekan lokal. Pada daerah

terbatas perkusi terdengar redup dengan suara napas bronkial, biasanya akan

terdengar suara ronki. Pada abses paru juga dijumpai jari tabuh, yang proses

terjadinya berlangsung cepat.

2.7 Pemeriksaan

1. Laboratorium

Hitung leukosit umumnya tinggi berkisar 10.000-30.000/mm3 dengan

hitung jenis bergeser ke kiri dan sel polimorfinuklear yang banyak terutama

neutrofil yang immatur. Pada abses lama dapat ditemukan anemia. Dapat

Abses paru 11

Page 12: Makalah Abses Paru

dilakukan pemeriksaan dahak untuk mengetahui mikroorganisme penyebab,

namun dahak sebaiknya diaperoleh dari aspirasi transtrakheal, transtorakal

atau bilasan/sikatan bronkus untuk menghindari kontaminasi dari organisme

anaerobik normal pada mulut dan saluran napas atas.

2. Gambaran radiologis

a. Foto Thorax

Pada gambaran radiologik dapat ditemukan gambaran satu atau lebih

kavitas yang disertai dengan adanya air fluid level. Khas pada abses paru

anaerobik kavitasnya singel (soliter) yang biasanya ditemukan pada

infeksi paru primer, sedangkan abses paru sekunder (aerobik,

nososkomial atau hematogen) lesinya biasanya multipel.

Gambar 5. Foto X-Ray ini ditemukan kavitas pada hilum kanan. Foto X-

ray posisi lateral memperlihatkan kavitas memiliki dinding yang tipis dan

terletak pada segmen apikal dari lobus paru kanan bawah.

Ukuran dari abses bervariasi namun secara umum memiliki bentuk

yang bulat. Dinding abses umumnya tebal dan permukaan dalamnya

Abses paru 12

Page 13: Makalah Abses Paru

irreguler. Pembuluh darah bronkus dan bronkus sendiri dapat menjadi

dinding dari abses.

Abses dapat berisi cairan saja maupun cairan yang bercampur

dengan udara sehingga memberikan gambaran air-fluid level. Bila abses

mengalami ruptur akan terjadi drainase abses yang tidak sempurna ke

dalam bronkus, yang akan memberikan gambaran kavitas dengan batas

udara dan cairan di dalamnya (air fluid level). Secara umum terdapat

perselubungan di sekitar kavitas, meskipun begitu pada terapi kavitas

akan menetap lebih lama dibanding perselubungan di sekitarnya.

Gambar 6. Abses Paru – posisi AP dan lateral. Kavitas dengan air fluid

level pada lapangan paru kiri atas.

b. CT-Scan

CT-Scan adalah modalitas pencitraan yang paling sensitif dalam

menegakkan diagnosis abses paru. Kontras yang diberikan adalah kontras

yang dapat bercampur dengan perselubungan disekitar lesi sehingga

batas margin dapat diidentifikasi.

Gambaran khas CT scan abses paru adalah berupa lesi dens bundar

dengn kavitas berdinding tebal, tidak teratur, dan terletak di daerah

jaringan paru yang rusak. Tampak bronkus dan pembuluh darah paru

Abses paru 13

Page 14: Makalah Abses Paru

berakhir secara mendadak pada dinding abses, tidak tertekan atau

berpindah letak.

Gambar 7.Gambaran abses paru dengan CT-scan. CT memperlihatkan

kavitasi pada lobus atas paru kiri dengan jelas (kiri). Gambaran abses

paru dengan pemeriksaan CT kontras (kanan)

c. Ultrasound

Ultrasound tidak memiliki peran yang signifikan dalam menegakkan

diagnosis abses paru dikarenakan banyak daerah dari paru yang berisi

udara yang akan menghalangi visualisasi menggunakan ultrasound.

Meskipun begitu, tepi abses yang berbatasan dengan pleura atau

berbatasan dengan daerah paru yang mengalami penekanan ataupun

perselubungan dapat tervisualisasi. Hal ini harus dibedakan dengan

empiema.

3. Gambaran histopatologis

Abses paru bermula sebagai nekrosis dari bagian kecil yang terus

berkembang di dalam segmen yang terkonsolidasi pada pneumonia. Area ini

dapat begabung membentuk area supuratif yang singel maupun multipel yang

Abses paru 14

Page 15: Makalah Abses Paru

mewakili abses paru. Ketika inflamasi berlanjut mencapai bronkus, isi dari

abses dikeluarkan sebagai sputum yang berbau, kemudian, terbentuklah

fibrosis yang menyebabkan bekas luka padat yang memisahkan abses.

Gambar 8. Gambaran histopatologik abses paru memperlihatkan adanya

reaksi inflamasi.

2.8 PENATALAKSANAAN

a. Terapi antibiotik

Penisilin merupakan pilihan dengan dosis satu juta unit, 2-3 kali sehari

intramuskular. Bila diperkirakan terdapat kuman gram negatif dapat

ditambahkan kloramfenikol 500 mg empat kali sehari. Respons terapi yang

baik akan terjadi dalam 2-4 minggu, dan selanjutnya bisa dilanjutkan dengan

terapi antibiotik peroral. Pada terapi peroral diberikan:

- Penisilin oral 750 mg empat kali sehari.

Apabila hasil terapi kurang memuaskan, terapi dapat dirubah dengan:

- Klindamisin 600 mg tiap 8 jam,

- Metronidazol 4x500 mg, atau

- Gentamisin 5 mg/kg BB dibagi dalam 3 dosis tiap hari.

b. Drainase postural

Selalu dilakukan bersama dengan pemberian terapi antibiotik. Tubuh

diposisikan sedemikian rupa sehingga drainase pun menjadi lancar. Pada

Abses paru 15

Page 16: Makalah Abses Paru

kebanyakan pasien, drainase spontan terjadi melalui cabang bronkus, dengan

produksi sputum purulen.

c. Bronkoskopi

Penting untuk membersihkan jalan napas sehingga drainase pun menjadi

lancar. Di samping itu, dengan bronkoskopi dapat dilakukan aspirasi dan

pengosongan abses yang tidak mengalam drainase yang adekuat, serta dapat

diberikannya larutan antibiotik melewati bronkus langsung ke lokasi abses.

d. Bedah

Pembedahan dilakukan bila terapi antibiotik gagal, yaitu bila :

- Abses menjadi menahun

- Kavitas, produksi dahak, dan gejala klinik masih tetap ada setelah terapi

intensif selama 6 minggu, atau

- Abses yang sudah sembuh tapi meninggalkan sisa jaringan parut yang

cukup luas dan mengganggu faal paru.

Abses paru 16

Page 17: Makalah Abses Paru

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru

yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam

parenkim paru pada satu lobus atau lebih. Abses paru dapat dipengaruhi faktor

predisposisi seperti gangguan fungsi imun karena obat-obatan, gangguan

kesadaran (anestesi, epilepsy), oral hygiene yang kurang serta obstruksi dan

aspirasi benda asing.

Abses paru 17

Page 18: Makalah Abses Paru

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasyid, Ahmad. Abses Paru. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid

III. Edisi V. Jakarta : Interna Publishing. 2009. Hal 2323-8

2. Alsagaff, Hodd. Mukty, H. Abdul(ed). Dasar-dasar ilmu penyakit paru.

Surabaya: Airlangga University Press. 2005. Hal 136-40

3. Kumar, Vinay. Abbas, Abul. Robbins Basic Pathology, 8th edition.

Philadelphia: Saunders. 2007. Hal 515

4. Faiz, Omar. Moffat, David. At a Glance Series Anatomi. Jakarta: Penerbit

Erlangga. 2002. Hal 12-3

5. Mizra, Rakesh. Planner Andrew. A-Z of Chest Radiology. Cambridge:

Cambridge University Press.2007

Abses paru 18

Page 19: Makalah Abses Paru

Abses paru 19