Makalah 2 Tugas Kelompok
-
Upload
mechakasihmahardika -
Category
Documents
-
view
237 -
download
5
description
Transcript of Makalah 2 Tugas Kelompok
OI
KAJIAN ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT ABAD MODERN
( disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Fisika )
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Sutarto, M.Pd
Prof. Dr. Indrawati, M.Pd.
Oleh :
Kelas B Reguler
Devi Aprilia N. (120210102015)
Defrin Yuniar K.S. (120210102027)
Desi Rahmawati (120210102071)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KAJIAN ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT ABAD MODERN
Filsafat Modern merupakan pembagian dalam sejarah filsafat barat pada
abad ke-17 hingga awal abad ke-20, sekaligus menjadi tanda berakhirnya era
skolastisisme. Zaman filsafat modern dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat
pemikiran Descartes, seorang filsuf terkemuka di zaman Modern.
Para pemikir modern mulai bersikukuh bahwa ilmu dan pengetahuan
didapat dari manusia itu sendiri, bukannya dari kitab suci atau ajaran agama.
Namun demikian, secara epistemologis terdapat perbedaan pendapat. Dalam era
filsafat modern ini yang berlanjut pada abad ke-20, muncullah berbagai aliran
pemikiran, yaitu:
1. RASIONALISME
Rasionalisme berasal dari kata rasio dan isme, yang berarti paham yang
meletakkan kebenaran tertinggi pada akal manusia atau paham filsafat yang
mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh
pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan diperoleh haruslah
dengan cara berpikir (Hasan Bakti, 2001 : 169).
Pengertian lain rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat
yang menyatakan bahwa kebenaran ditentukan melalui pembuktian, logika, dan
analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran
agama. Hal ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk membebaskan diri dari
segala pemikiran yang tradisional. Yang dalam hal ini Rene Descartes adalah
pendiri pada aliran ini. (Asmoro Achmadi, 2008 : 110)
Rasionalisme adalah aliran filsafat yang sangat
mementingkan akal (rasio). Dalam akal (rasio) terdapat ide-ide
dan dengan ide tersebut seorang dapat membangun ilmu
pengetahuan tanpa menghiraukan realitas di luar akal (rasio).
(Juhaya Praja, 2003 : 91)
Contoh Rasionalisme
Salah satu contoh permasalahan dari masyarakat Indonesia adalah
terkadang ada orang yang tidak bersalah terpaksa harus menjalani hukuman
karena adanya kesalahan pada oknum-oknum tertentu, atau bahkan adanya
kecurangan. Hal ini jelas merupakan contoh dari tindakan yang tidak dipikir
dengan rasional, sehingga merugikan orang lain.
Adapun penerapan paham rasionalisme dalam kehidupan sehari-hari salah
satunya yaitu, jika saya mampu menjawab semua soal ujian degan benar,
mengerjakan tugas sesuai ketentuan dan aktif dalam pembelajaran di kelas, maka
saya akan mendapatkan nilai A. Namun jika saya tidak mampu menjawab soal
ujian dengan benar, tidak pernah mengerjakan tugas dan saya pasif dalam
pembelajaran di kelas, maka saya akan mendapat nilai D. Rasionalisme membuat
kita meraih kebenaran dan berpikir secara objektif sesuai dengan akal pikiran.
Tokoh Rasionalisme
a) Rene Descartes
Dalam bukunya Discourse on Method (1637) dan
Meditations (1642), Descartes menegaskan perlunya metode
yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu
menyangsikan segalanya, secara metodis.
Descartes memandang pengetahuan melalui indera adalah
kabur. Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah
akal, ia menyusun argumentasi yang amat terkenal. Argumentasi
ini tertuang di dalam sebuah metode yang sering disebut Cogito
Descartes atau metode cogito. Tahapan metode itu bisa
digambarkan seperti berikut:
Benda inderawi tidak
Gerak, jumlah, besaran (ilmu pasti) tidak ada
Saya sedang ragu, ada
Saya ragu karena saya berpiki
Jadi, saya berpikir, ada.
(Ahmad Tafsir, 1990 : 129)
b) Baruch Spinoza
Rasionalisme-nya lebih luas dan konsekuen dibanding
dengan Rasionalisme Descartes. Baginya di dalam dunia tiada
hal yang bersifat rahasia, karena akal atau rasio manusia telah
mencakup segala sesuatu, juga Allah. Bahkan Allah menjadi
sasaran akal yang terpenting.
Bagi Descartes Allah adalah suatu Pribadi yang
menciptakan dunia, akan tetapi bagi Spinoza, Allah adalah suatu
kesatuan umum, yang mengungkapkan diri di dalam dunia.
Segala yang ada adalah Allah, tiada sesuatu pun yang tidak
tercakup di dalam Allah dan tiada sesuatu pun dapat berada
tanpa Allah. Itulah sebabnya pendirian Spinoza disebut
panteisme, yaitu Allah disamakan dengan segala sesuatu yang
ada.
c) G.W. Leibniz
Seperti halnya Descartes dan Spinoza, Leibniz
mendasarkan filsafatnya pada substansi. Menurut Leibniz,
substansi adalah suatu “ada” yang dapat beraksi (un etre
capable d’action). Jadi apa yang dipandang Spinoza sebagai sifat
Allah, oleh Leibniz diterapkan kepada benda tunggal. Oleh
karena itu maka, menurut Leibniz, ada banyak sekali substansi,
begitu banyak sehingga tak terbilang jumlahnya. Tiap substansi
oleh Leibniz dinamakan monad, setiap monad berbeda satu
dengan yang lain, dan Allah (sesuatu yang supermonad atau
satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah Pencipta monad-
monad itu.
2. EMPIRISME
Istilah Empirisme berasal dari kata empiri yang berarti indera, yang
ditambah dengan isme sebagai suatu aliran. Dengan kata lain, kebenaran adalah
sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini terjadi karena
filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu
pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan. Kemudian ada anggapan
bahwa pengetahuanlah yang bermanfat, pasti dan benar hanya diperoleh lewat
indera (empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran
tersebut lahir dengan nama Empirisme (Hasan Bakti, 2001 : 171).
Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat
terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme
memiliki sifat kritis terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan
memperoleh ilmu. Strategi utama pemerolehan ilmu, dengan demikian, dilakukan
dengan penerapan metode ilmiah.
Contoh Empirisme
Aliran empirisme dapat dicontohkan pada proses pembelajaran. Dalam
belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya mengamati, tetapi ia harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe yang paling baik
apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan, bukan hanya melihat
bagaimana orang membuat tempe, apalagi hanya mendengar cerita bagaimana
cara pembuatan tempe.
Contoh yang lainnya seperti “Bagaimana kita mengetahui api itu panas?”
Maka, seseorang empirisme akan berpandangan bahwa api itu panas karena
memang dia mengalaminya sendiri dengan menyentuh api tersebut dan
memperoleh pengalaman yang kita sebut “panas”. Dengan kata lain, dengan
menggunakan alat inderawi, kita akan memperoleh pengalaman yang menjadi
pengetahuan kita kelak. Contoh sederhana yang lain, ketika kita belajar memasak,
mungkin saat kita baru pertama kali mencoba masakan yang telah kita masak,
masakan nya terasa terlalu asin, atau bahkan tidak ada rasa sama sekali, nah dari
situ kita bisa belajar bagaimana menciptakan masakan yang enak sesuai dengan
pengalaman yang telah didapat.
Tokoh Empirisme
a) John LockeMenurut Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari
pengalaman manusia, sebelum seorang manusia mengalami
sesuatu, pikiran manusia belum berfungsi atau masih kosong
ibarat sebuah kertas putih, yang kemudian mendapatkan isinya
dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Ada dua macam
pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah dan batiniah.
Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang menangkap
aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang
berhubungan dengan panca indra manusia. Kemudian
pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran
terhadap aktivitasnya sendiri dengan cara mengingat,
menghendaki, meyakini, dan sebagainya. Kedua bentuk
pengalaman manusia inilah yang akan membentuk pengetahuan
melalui proses selanjutnya (Hasan Bakti, 2001 : 176).
b) Thomas Hobbes
Menurut Hobbes, filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek
atau akibat-akibat berupa fakta yang dapat diamati. Segala yang ada ditentukan
oleh sebab tertentu, yang mengikuti hukum ilmu pasti dan ilmu alam. Yang nyata
adalah yang dapat diamati oleh indera manusia, dan sama sekali tidak tergantung
pada rasio manusia (bertentangan dengan rasionalisme). Dengan menyatakan
yang benar hanyalah yang inderawi, Hobbes mendapatkan jaminan atas kebenaran
(Wikipedia, 2013).
3. KRITISISME
Aliran ini muncul pada abad ke-18, yang dilatarbelakangi
manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan telah
mencapai hasil yang menggembirakan. Di sisi lain jalannya
filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat
dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan.
Aliran kritisisme ini beranggapan bahwa akal memiliki
batas-batasnya, namun tidak menutup kemungkinan ada
persoalan-persoalan yang melampaui batas akal. Walau pengetahuan
bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi ada pengertian timbul dari benda
(empirisme). Sehingga, irrasionalitas dari kehidupan dapat diterima dari
kehidupan. Ibarat burung harus mempunyai sayap (rasio) dan udara (empiri).
Pada kritisisme, akal budi dan pengalaman inderawi dibutuhkan serentak.
Menurut Kant, syarat rasio dapat mencapai tahap rasionalitasnya yakni melewati
tiga tahap. Yaitu :
a. Tahap Inderawi ; disini peranan subjek lebih menonjol, tapi harus ada bentuk
rasio murni yaitu ruang dan waktu yang dapat diterapkan pada pengalaman.
Hasil pencerapan indrawi inderawi yang dikaitkan dengan bentuk ruang dan
waktu ini merupakan fenomena konkret. Namun pengetahuan yang diperoleh
dalam bidang inderawi ini selalu berubah-ubah tergantung pada subjek yang
mengalami, dan situasi yang melingkupinya.
b. Akal Budi ; apa yang telah diperoleh melalui bidang inderawi tersebut untuk
memperoleh pengetahuan yang bersifat objektif-universal haruslah
dituangkan ke dalam bidang akal.
c. Tahap Rasional ; pengetahuan yang telah diperoleh dalam bidang akal itu
baru dapat dikatakan sebagai putusan Sintetik-Apriori, setelah dikaitkan
dengan tiga macam ide, yaitu Tuhan (ide teologis) Jiwa (ide psikologis) dan
dunia (ide kosmologis). Namun ketiga macam ide itu sendiri tidak mungkin
dapat dicapai oleh akal pikiran manusia. Ketiga ide ini hanya merupakan
petunjuk untuk menciptakan kesatuan pengetahuan
Contoh Kritisisme
Misalnya pada salah satu mata kuliah kita yakin akan mendapat nilai A
karena kita sudah mengerjakan ujian dan tugas-tugas dengan baik dan benar.
Namun, pemikiran tersebut belum tentu benar karena bisa saja dosen dalam
penilaiannya juga memperhatikan kehadiran (presensi). Selain itu, bisa saja tugas
yang dikerjakan kurang sesuai dengan yang dimaksud oleh dosen. Sehingga kita
harus berpikir kritis untuk memenuhi semua kriteria penilaian dosen agar
mendapat nilai A.
4. IDEALISME
Idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh
(spirit). Istilah ini diambil dari kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Kata idealisme dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari arti yang
biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari.
Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata
ide daripada kata ideal. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas
terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda
material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu
(primer) daripada materi.
Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai
kedudukan yang utama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak
mengingkari materi. Namun, materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan
bukan hakikat. Sebab, seseorang akan memikirkan materi dalam hakikatnya yang
terdalam, dia harus memikirkan roh atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui
apakah sesungguhnya materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah
nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu.
Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya.
Manusia ada karena ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung sikap dan
tindakan manusia. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk kejiwaan /
kerohanian. Untuk menjadi manusia maka peralatan yang digunakannya bukan
semata-mata peralatan jasmaniah yang mencakup hanya peralatan panca indera,
tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal dan
budilah yang menentukan kualitas manusia.
Contoh Idealisme
Contoh dalam kehidupan sehari-hari, dalam sebuah pekerjaan, ketika kita
tidak menyukai pekerjaan itu dan akhirnya memilih mundur karena tidak sesuai
dengan idealisme kita, pengertian idealisme di sini bisa jadi, pekerjaannya tidak
sesuai aturan yang ada, atau tidak sesuai kehendak atau minat hati. Jadi, idealisme
lebih mengarah pada kehendak/keinginan hati seseorang.
Tokoh Idealisme :
a) J.G. Fichte (1762-1814 M)
Filsafat menurut Fichte haruslah dideduksi dari satu prinsip. Ini sudah
mencukupi untuk memenuhi tuntutan pemikiran, moral, bahkan seluruh
kebutuhan manusia. Prinsip yang dimaksud ada di dalam etika. Bukan teori,
melainkan prakteklah yang menjadi pusat yang disekitarnya kehidupan diatur.
Unsur esensial dalam pengalaman adalah tindakan, bukan fakta.
b) G.W.F Hegel (1798-1857 M)
Tema fisafat Hegel adalah Ide Mutlak. Oleh karena itu, semua
pemikirannya tidak terlepas dari ide mutlak, baik berkenaan dari sistemnya,
proses dialektiknya, maupun titik awal dan titik akhir kefilsafatannya. Oleh karena
itu pulalah filsafatnya disebut filsafat idealis, suatu filsafat yang menetapkan
wujud yang pertama adalah ide (jiwa).
5. POSITIVISME
Positivisme berasal dari kata positive. Dalam bahasa filsafat, “positif”
bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami
sebagai suatu realita. Positivisme secara terminologis berarti merupakan suatu
paham yang dalam ‘pencapaian kebenaran’-nya bersumber dan berpangkal pada
kejadian yang benar-benar terjadi dimana kebenaran tersebut bergantung secara
objektif pada hukum yang telah diletakkan.
Filsafat positivisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak
pemikirannya, apa yang telah diketahui adalah yang factual dan
yang positif, sehingga metafisika ditolaknya. Maksud positif
adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti apa
adanya, sebatas pengalaman-pengalaman objektif. Jadi setelah
fakta diperolehnya, fakta-fakta tersebut diatur agar dapat
memberikan gambaran (proyeksi) untuk masa depan.
Positivisme sangat dekat dengan empirisme, yakni paham yang
berpendapat bahwa sumber utama pengetahuan manusia adalah pengalaman
inderawi. Artinya, manusia tidak bisa mengetahui sesuatu apapun, jika ia tidak
mengalaminya terlebih dahulu secara inderawi. Ciri khas dari positivisme adalah
peran penting metode di dalam mencapai pengetahuan. Di dalam positivisme,
valid tidaknya suatu pengetahuan dilihat dari validitas metodenya. Dengan
demikian, pengetahuan manusia, dan juga mungkin kebenaran itu sendiri, diganti
posisinya oleh metode yang berbasiskan data yang juga diklaim obyektif murni
dan universal. Metode yang diakui oleh para pemikir adalah metode ilmu-ilmu
alam.
Ajaran utama dari positivisme diantaranya:
a) Di dalam alam terdapat hukum-hukum yang dapat diketahui,
b) Penyebab adanya benda-benda dalam alam tidak diketahui,
c) Setiap pernyataan yang secara prinsip tidak dapat dikembalikan pada fakta
tidak mempunyai arti nyata dan tidak masuk akal,
d) Hanya hubungan fakta-fakta saja yang dapat diketahui,
e) Perkembangan intelektual merupakan sebab utama perubahan sosial.
Contoh Positivisme
Media massa khususnya televisi dalam memberitakan isu tentang
pemilihan calon gubernur dan wakil gurbernur DKI Jakarta. Dimana media massa
merefleksikan apa yang dikatakan para kandidat dalam suatu kempanye pemilu,
media massa terlihat menentukan mana topik yang penting. Sehingga publik bisa
terhipnotis dari apa yang diberitakan media massa, sehingga berpengaruh terhadap
pilihan masyarakat dalam memilih.
Tokoh Positivisme
Tokoh positivisme yang paling popular adalah Augus Comte (1798-1857).
Menurut Comte, perkembangan manusia berlangsung dalam tiga
tahap. Pertama, tahap teologis, kedua, tahap metafisik, ketiga,
tahap positif.
1) Tahap Teologis
Pada tahap teologis ini, manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam
terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala
tersebut.
2) Tahap Metafisik
Tahap ini bisa juga disebut sebagai tahap transisi dari pemikiran Comte.
Tahapan ini sebenarnya hanya merupakan varian dari cara berpikir teologis,
karena di dalam tahap ini dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan
abstrak, dengan pengertian atau dengan benda-benda lahiriah, yang kemudian
dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat umum, yang disebut dengan alam
yang menjadi asal mula agama.
3) Tahap Positif
Pada tahap ini pengertian “menerangkan” berarti fakta-fakta yang khusus
dihubungkan dengan suatu fakta umum. Dengan demikian, tujuan tertinggi
dari tahap positif ini adalah menyusun dan dan mengatur segala gejala di
bawah satu fakta yang umum
(Asmoro Achmadi, 2008 : 117)
6. EVOLUSIONISME
Pengertian evolusi secara harfiah berarti keadaan berkembang atau
tumbuh. Teori evolusi adalah hasil daripada falsafah materialis yang dibayangi
oleh falsafah materialistik purba dan mulai tersebar meluas pada kurun ke-19.
Evolusionisme atau teori evolusi adalah suatu interpretasi tentang bagaimana
proses perkembangan segala bentuk kehidupan, baik evolusi dalam arti biologi
maupun evolusi dalam arti evolusi organik.
Aliran ini dipelopori oleh ahli Zoologi, Charles Robert
Darwin. Dalam pemikirannya, ia mengajukan konsep tentang
perkembangan tentang segala sesuatu termasuk manusia yang
diatur oleh hukum-hukum mekanik, yaitu survival of the fittest
dan struggle for life
Analisis Aliran Evolusionisme
Aliran evolusionisme yang dipelopori oleh Charles Robert Darwin ini
dapat dianalisis bahwa sebenarnya teori ini bermula dari Darwin yang berpikir
tentang evolusi ide; bahwa semua species berhubungan satu sama lain dan
mempunyai "common ancestor" (berasal dari satu garis keturunan) dan melalui
mutasi species baru muncul. Ia menulis: "Manusia cenderung untuk bertambah
dalam tingkat yang lebih besar daripada caranya untuk bertahan. Akibatnya,
sesekali ia harus berjuang keras untuk bertahan, dan seleksi alam akan
memengaruhi apa yang terletak di dalam jangkauan ini." (Descent of Man, Ps.21)
Konsep yang dikemukakan yaitu “survival of the fittest dan
struggle for life” memiliki arti bahwa survival of the fittest dinyatakan
ketika para ilmuwan menjelaskan tentang hukum alam yang selalu berlaku yakni
siapa yang kuat pasti akan bertahan, dan seleksi itu akan terus berlaku secara
alami dari masa ke masa. Hal ini pun berkaitan dengan konsep “struggle for life”
yang mana dapat diartikan bahwasanya semua organisme membutuhkan tempat,
iklik yang cocok dan zat-zat tertentu agar tetap bertahan hidup. Akan tetapi
persediaan tidak selamanya mencukupi kebutuhan-kebutuhan diantara mereka, hal
ini yang mengakibatkan kelangkaan dan kekurangan persediaan, sehingga terjadi
persaingan dan perebutan dikalangan mereka demi keberlangsungan
kehidupannya (K.J. Veeger: 1985)
7. MATERIALISME
Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau
hakikat dari segala sesuatu ialah materi. Materialisme merupakan istilah dalam
filsafat ontology yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas
spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan
historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain
materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah
sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh, kesadaran, dan jiwa )
hanyalah materi yang sedang bergerak.
Beberapa tokoh pemikir materialisme, antara lain :
a) Karl Marx (1818-1883)
Dasar filsafat Marx adalah bahwa setiap zaman, system produksi merupakan
hal yang fundamental. Yang menjadi persoalan bukan cita-cita politik atau teologi
yang berlebihan, melainkan suatu system produksi. Sejarah merupakan suatu
perjuangan kelas, perjuangan kelas yang tertindas melawan kelas yang berkuasa.
b) Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Menurut Thomas Hobbes materialisme menyangkal adanya jiwa atau roh
karena keduanya hanyalah pancaran dari materi. Dapat dikatakan juga bahwa
materialisme menyangkal adanya ruang mutlak lepas dari barang-barang material.
c) Hornby (1974)
Menurut Hornby materialisme adalah theory, belief, that only material thing
exist (teori atau kepercayaan bahwa yang ada hanyalah benda-benda material
saja). Sebagian ahli lain mengatakan bahwa materialisme adalah kepercayaan
bahwa yang ada hanyalah materi dalam gerak. Juga dikatakan kepercayaan bahwa
pikiran memang ada, tetapi adanya pikiran disebabkan perubahan-perubahan
materi.
d) Van Der Welj (2000)
Van Der Welj mengatakan bahwa materialisme dengan menyatakan bahwa
materialisme ini terdiri atas suatu aglomerasi atom-atom yang dikuasai aleh
hukum-hukum fisika-kimiawi. Bahkan, terbentuknya manusia sangat
dimungkinkan berasal dari himpunan atom-atom tertinggi. Apa yang dikatakan
kesadaran, jiwa, atau roh sebenarnya hanya setumpuk fungsi kegiatan dari
otakyang bersifat sangat organik-materialistis.
Analisis Aliran Materialisme
Dari penjelasan materialisme diatas, dari sini dapat dianalisis bahwa
filsafat materialisme dapat diartikan sebagai suatu aliran yang memandang bahwa
materi ada terlebih dahulu sedangkan ide atau pikiran baru timbul setelah
melihat materi. Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide
ditempatkan di sekundernya. Sebab materi ada terlebih dahulu baru kemudian ada
ide. Dengan kata lain materialisme mengakui bahwa materi menentukan ide,
bukan ide menentukan materi. Contoh : karena tas secara objektif ada, maka orang
berpikir tentang sebuah tas. Menurut aliran ini berarti kita tidak bisa memikirkan
tas sebelum tas itu ada.
8. NEO-KANTIANISME
Nama aliran ini berasal dari dua kata yaitu, neo yang berarti baru dan Kant
yang berarti nama filsuf, Imanuel Kant. Dari penggabungan dua kata tersebut,
Neo Kantianisme berarti kembali kepada Kant, yaitu mengembangkan kembali
unsur-unsur idealis, metafisis dan dialektis.
Neo-Kantianisme adalah paham filosofis yang mengalir dari pemikiran
Immanuel Kant. Aliran ini lahir sebagai tanggapan atas ketidakmampuan paham
Idealisme yang berusaha menanggapi tantangan ilmu empiris dan positivisme
dalam bidang agama. Ketidakmampuan ini dikarenakan argumen-argumen
idealisme tetap berada dalam tataran teoritis. Dengan kata lain, argumen atau
pemikiran mereka sulit untuk diterapkan dalam tataran praktis. Padahal di lain
pihak, baik ilmu empiris dan positivisme menyatakan apa yang benar adalah apa
yang dapat dibuktikan melalui dan dalam pengalaman.
Analisis aliran neo-kantianisme
Berdasarkan penjelasan di atas, aliran ini menunjukkan bahwa agama
memang berurusan dengan apa yang super-sensibilis, tapi sekaligus agama juga
harus dapat memperlihatkannya dalam kehidupan konkret, praktis, dan aktual.
Dalam filsafat Neo Kantianisme, kepercayaan terhadap penggunaan
rasionalitas sangat terkait erat dengan konsep otonomi dan kebebasan manusia.
Dalam risalah bertajuk Idea for a universal history from a cosmopolitan point of
view, Immanuel Kant mengatakan bahwa “semua bakat alamiah dari setiap
mahluk ditakdirkan untuk berkembang sepenuh-penuhnya menuju tujuan
kodratnya.” Kemudian, Kant melanjutkan tulisannya: “Pada manusia (sebagai
satu-satunya makhluk berakal budi di atas bumi) bakat-bakat alamiah tersebut,
yang diarahkan kepada penggunaan akal-budi, akan berkembang sepenuh-
penuhnya dalam jenis, dan bukannya dalam setiap diri seorang individu.”
Sebagai contoh adalah bagaimana hokum di Indonesia memperlakukan koruptor
masih bersifat diskriminatif terhadap mereka yang memiliki latar belakang politik
dan kekuasaan.
9. PRAGMANTISME
Pragmantisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani)
yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah aliran
dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran
sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi
kehidupan nyata.
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa
kriteria kebenaran sesuatu terletak pada nilai kegunaan sesuatu tersebut dalam
kehidupan nyata. Sehingga kebenaran sifatnya menjadi tidak mutlak. Mungkin
sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi
masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka
konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat kedua.
Analisis aliran pragmantisme
Analisis dari aliran pragmantisme yaitu bahwa menurut
aliran ini kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak.
Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak
memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti
berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan
benar oleh masyarakat yang kedua.
Pragmatisme merupakan suatu metode berpikir yang lebih mengutamakan
nilai praktis dari suatu objek atau keputusan yang diambilnya. Bisa dikatakan
seorang Pragmatis hanya mengutamakan untung yang didapatkannya. Contohnya
dalam bidang pendidikan, seorang Guru yang Pragmatis hanya memikirkan
bagaimana caranya mengajarkan siswanya sesuai dengan kurikulum yang ada
tanpa memikirkan apakah siswanya menangkap pelajaran yang diberikan atau
tidak yang penting Guru tersebut mendapat gaji
10. FILSAFAT HIDUP
Aliran filsafat ini lahir akibat dari reaksi dengan adanya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan
industrialisasi semakin pesat. Hal ini mempengaruhi pola pikir
manusia. Peranan akal pikiran hanya digunakan untuk
menganalisis sampai menyusun suatu sintesis baru. Bahkan
alam semesta atau manusia dianggap sebagai mesin yang
tersusun dari beberapa komponen dan bekerja sesuai dengan
hukum-hukumnya.
Analisis aliran filsafat hidup
Kita dapat melihat dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
filsafat hidup ini. Bayak pekerjaan-pekerjaan rumit yang kita bisa melakukannya
namun, membutuhkan banyak tenaga atau membuang waktu cukup lama. Dari
sini muncullah sebuah alat yang dapat mempermudah pekerja kita. Selain dapat
mengehemat tenaga yang kita keluarkan, juga dapat mempersingkat waktu dalam
pengerjaannya, inilah yang disebut dengan tekhnologi. Sebagai contoh adalah
mesin cuci, sebelum terbentuknya mesin cuci kita mencuci pakaian dengan cara
manuai menggunakan tangan. Setelah muncul mesin cuci, kita cukup
memasukkannya kedalam mesin cuci. Dengan adanya permasalahan yang ada,
maka teknologi yang disebut mesin cuci dibuat. Seperti itulah pemikiran filsafat
hidup, yang menyatakan “tugas filsafat adalah memberikan pengaruh dalam
tindakan hidup manusia”.
11. FENOMENOLOGI
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya
gejala, yaitu sebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati oleh
indra. Edmun Husserl (1859-1938) adalah pendiri aliran
fenomenologi, ia telah mempengaruhi pemikiran filsafat abad ke
20 ini secara amat mendalam. Fenomenologi adalah ilmu (logos)
pengetahuan tentang apa yang tampak (phainomenon). Dengan
demikian fenomenologi adalah ilmu yang mempelajari yang
tampak atau apa yang menampakkan diri atau fenomenon.
Analisis aliran fenomenologi
Saat ini banyak fenomena-fenomena yang terjadi. Baik kita sadari maupun
tidak kita sadari. Fenomena yang sering diperbincangkan salah satunya mengenai
“global warming”. Misalnya, menumpuknya sampah di TPA. Siapa yang percaya
bahwa pemulung yang sering mengais-ngais sampah sebenarnya orang kaya.
Rupanya dibalik semua itu ada fenomena-fenomena yang mau disampaikan.
Dalam hal ini, sebaiknya janganlah kita melihatnya hanya sebatas mata
melihat/apa yang tampak pada mata kita, tetapi sebenarnya ada fenomena yang
tersembunyi dibalik semuanya itu yaitu pemulung di TPA adalah bukan semuanya
miskin, tetapi kebanyakan orang kaya.
Contoh lain adalah fenomena alam yang sering terjadi di negeri kita, yang
tidak kita ketahui kapan dan apa yang menyebabkannya terjadi. Salah satu yang
terbesar yag sedang terjadi adalah meluapnya lumpur lapindo di Sidoarjo. Kita
tidak menyadari bahwa penyebabnya ialah keserakahan dan ketidakpuasan
manusia akan sumber daya alam. Dalam hal ini, ketidakpuasan dari manusia akan
kebutuhan hidup.
12. EKSISTENSIALISME
Kata Eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, dan
sistensi = berdiri, menempatkan. Secara umum berart, manusia dalam
keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya
ditentukan oleh subjek benda tersebut. Karena manusia selalu terlihat di
sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu
manusia harus berbuat menjadikan dan merencanakan, yang berdasar pada
pengalaman yang nyata/konkret.
Eksistensialisme adalah salah satu aliran filsafat yang memusatkan
perhatiannya pada kebebasan manusia, tanggung jawab pribadi, dan pentingnya
seorang individu untuk menentukan pilihannya. Filsafat ini memandang segala
apa yang ada dengan berpangkal pada eksistensi.
Analisis aliran eksistensialisme.
Pada masa sekarang ini, eksistensialisme masih layak
untuk dibahas. Mengingat begitu maraknya seruan tentang
kebebasan, salah satu contoh yang sering terjadi adalah
“kebebesan dalam berperndapat”. Beberapa kelompok mungkin
salah memahami arti dari kebebasan pendapat ini, karena
mereka berfikir kebebasan dalam berpendapat merupakan suatu
celah untuk menyerang pihak lain. Kebebasan seperti inilah yang
justru tidak menggambarkan kebebesan itu sendiri. Karena
mereka hanya bertindak sewenang-wenang untuk menguasai
atau mendominasi dengan cara bersembunyi dibalik kelompok
besarnya. Mereka tidak dapat bebuat sesuai dengan
keinginannya disebakan oleh tekanan psikologi kelompoknya.
Maka, yang akan terlihat hanya kekuatan kelompok, sedangkan
kekuatan individu menghilang.
13. NEO-THOMISME
Pada pertengahan abad ke-19, ditengah-tengah gereja
Katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang
mengikuti paham Thomas Aquinas. Pada mulanya dikalangan
gereja terdapat semacam keharusan untuk mempelajari ajaran
tersebut. Kemudian akhirnya menjadi sebuah paham Thomisme,
yaitu pertama, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas
sudah sempurna. Kedua, paham yang menganggap ajaran
Thomas telah sempurna tetapi masih terdapat hal-hal yang pada
suatu saat belum dibahas. Ketiga, paham yang menganggap
bahwa ajaran Thomas harus diikuti, akan tetapi tidak boleh
beranggapan bahwa ajarannya betul-betul sempurna.
Pemikiran Thomas Aquinnas meliputi berikut ini :
Thomas mengemukakan bahwa Allah dalam pandangannya yang
mencerminkan pengaruh filsafat Aristoteles dari zaman Yunani klasik: sebagai
"ada yang tak terbatas" (ipsum esse subsistens).
Allah adalah "zat yang tertinggi", yang memunyai keadaan yang paling tinggi.
Allah adalah penggerak yang tidak bergerak.
Selanjutnya, menurut Thomas Dunia dan hidup manusia menurut Thomas
terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan
bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan
mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi
sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). Thomas
mengajarkan bahwa pada mulanya manusia memunyai hidup kodrati yang
sempurna dan diberi rahmat Allah.
Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, rahmat Allah (rahmat adikodrati) itu
hilang dan tabiat kodrati manusia menjadi kurang sempurna. Manusia tidak dapat
lagi memenuhi hukum kasih tanpa bantuan rahmat adikodrati. Rahmat adikodrati
itu ditawarkan kepada manusia lewat gereja. Dengan bantuan rahmat adikodrati
itu manusia dikuatkan untuk mengerjakan keselamatannya dan memungkinkan
manusia dimenangkan oleh Kristus.
(Wikipedia, 2014)
Analisis aliran neo-thomisme
Kita ambil contoh dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.
Misalnya, seorang siswa menjawab pertanyaan kurang lengkap.
Namun, ia tidak mendapatkan sekor pada nomor yang salah
tersebut. Padahal jawabannya hanya kurang lengkap, yang
berarti sudah dalam kategori benar walau tidak sempurna. Hal
seperti sesuai dengan aliran neo-thomisme, dimana kita mungkin
memandang sesuatu hal salah, namun apabila kita lihat sebab
dan penyebabnya belum tentu hal tersebut seluruhnya salah.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Asmoro. 2008. Filsafat Umum.Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Author. 2013. Thomas Hobbes. (http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Hobbes)
diakses pada 19 Oktober 2014
Author. 2014. Thomas Aquinas. (http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Aquinas)
diakses pada 19 Oktober 2014
Nasution, Hasan Bakti .2001.Filsafat Umum.Jakarta: Gaya Media
Pratama
S. Praja, Juhaya, Aliran-Aliran Filsafat & Etika, Jakarta: Prenada
Media, 2003.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1990.