Makalah 2 Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

25
25 TELAAH KASUS: PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM RUSNAS 1. PENDAHULUAN Lemahnya penguasaan berbagai bidang teknologi sejauh ini dinilai sebagai salah satu faktor yang turut menentukan/mempengaruhi kurang dapat berkembangnya sektor produksi nasional terkait yang sebenarnya strategis. Di lain pihak, bidang-bidang teknologi yang terkait dengan suatu sektor produksi yang strategis tersebut cenderung mengalami kemajuan-kemajuan yang semakin cepat. Akibatnya, tanpa usaha yang ekstensif dan berjangka panjang untuk menguasai kemajuan teknologi-teknologi tersebut, perkembangan sektor produksi itu di masa depan diperkirakan akan semakin tertinggal. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan antara lain usaha yang sungguh-sungguh untuk secara komprehensif menyusun petarencana teknologi (technology roadmap) yang terkait dengan perkembangan suatu sektor produksi yang strategis, menumbuhkan penguasaannya, dan mendorong pemanfaatannya secara nyata ke dalam kegiatan produksi. Sehubungan dengan itu, Program Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) antara lain untuk memfasilitasi upaya tersebut. 1 Walaupun Program RUSNAS mengandung kegiatan penelitian dan pengembangan, program ini sangat terkait dengan penguatan mata rantai dukungan teknologi (technology supply chain). Di sisi lain, program ini diharuskan berorientasi pada kegiatan produksi yang spesifik. Dengan demikian, teknologi yang akan dikuasai dan dikembangkan serta disusun dalam petarencana teknologi (technology roadmap) harus memiliki hubungan yang kuat dengan teknologi produk dan proses produksi yang berkaitan dengan sektor produksi yang dituju. Ini juga berarti bahwa dalam Program RUSNAS, pemetarencanaan teknologi (technology roadmapping) merupakan “alat” (tool) atau metode yang dinilai sangat strategis dalam membangun mata rantai dukungan teknologi yang dibutuhkan oleh industri. Pemetarencanaan teknologi (technology roadmapping) merupakan salah satu bentuk perencanaan teknologi yang dapat membantu setiap pelaku usaha maupun industri untuk menghadapi lingkungan persaingan yang semakin meningkat ini. Pemetarencanaan teknologi (PRT) adalah suatu proses perencanaan teknologi yang didasarkan pada kebutuhan untuk membantu mengidentifikasi, memilih dan mengembangkan alternatif- alternatif teknologi untuk mendukung pemenuhan kebutuhan produk yang diperlukan pasar. Dengan demikian, PRT merupakan sebuah alat yang penting untuk melaksanakan 1 Saat kajian ini dilakukan, terdapat 6 (enam) program yang berjalan, yaitu: Teknologi Informatika dan Mikroelektronika (TIMe); Buah Unggulan Tropis; Ikan Kerapu; Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit; Diversifikasi Pangan Pokok; dan Pengembangan Enjin Aluminium Paduan.

Transcript of Makalah 2 Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

Page 1: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

25

TELAAH KASUS:

PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI

DALAM PROGRAM RUSNAS

1. PENDAHULUAN

Lemahnya penguasaan berbagai bidang teknologi sejauh ini dinilai sebagai salah satu faktor yang turut menentukan/mempengaruhi kurang dapat berkembangnya sektor produksi nasional terkait yang sebenarnya strategis. Di lain pihak, bidang-bidang teknologi yang terkait dengan suatu sektor produksi yang strategis tersebut cenderung mengalami kemajuan-kemajuan yang semakin cepat. Akibatnya, tanpa usaha yang ekstensif dan berjangka panjang untuk menguasai kemajuan teknologi-teknologi tersebut, perkembangan sektor produksi itu di masa depan diperkirakan akan semakin tertinggal.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan antara lain usaha yang sungguh-sungguh untuk secara komprehensif menyusun petarencana teknologi (technology roadmap) yang terkait dengan perkembangan suatu sektor produksi yang strategis, menumbuhkan penguasaannya, dan mendorong pemanfaatannya secara nyata ke dalam kegiatan produksi.

Sehubungan dengan itu, Program Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) antara lain untuk memfasilitasi upaya tersebut.1 Walaupun Program RUSNAS mengandung kegiatan penelitian dan pengembangan, program ini sangat terkait dengan penguatan mata rantai dukungan teknologi (technology supply chain). Di sisi lain, program ini diharuskan berorientasi pada kegiatan produksi yang spesifik. Dengan demikian, teknologi yang akan dikuasai dan dikembangkan serta disusun dalam petarencana teknologi (technology roadmap) harus memiliki hubungan yang kuat dengan teknologi produk dan proses produksi yang berkaitan dengan sektor produksi yang dituju. Ini juga berarti bahwa dalam Program RUSNAS, pemetarencanaan teknologi (technology roadmapping) merupakan “alat” (tool) atau metode yang dinilai sangat strategis dalam membangun mata rantai dukungan teknologi yang dibutuhkan oleh industri.

Pemetarencanaan teknologi (technology roadmapping) merupakan salah satu bentuk perencanaan teknologi yang dapat membantu setiap pelaku usaha maupun industri untuk menghadapi lingkungan persaingan yang semakin meningkat ini. Pemetarencanaan teknologi (PRT) adalah suatu proses perencanaan teknologi yang didasarkan pada kebutuhan untuk membantu mengidentifikasi, memilih dan mengembangkan alternatif-alternatif teknologi untuk mendukung pemenuhan kebutuhan produk yang diperlukan pasar. Dengan demikian, PRT merupakan sebuah alat yang penting untuk melaksanakan

1 Saat kajian ini dilakukan, terdapat 6 (enam) program yang berjalan, yaitu: Teknologi Informatika dan

Mikroelektronika (TIMe); Buah Unggulan Tropis; Ikan Kerapu; Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit; Diversifikasi Pangan Pokok; dan Pengembangan Enjin Aluminium Paduan.

Page 2: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

PENYEDIAAN TEKNOLOGI, KOMERSIALISASI HASIL LITBANG DAN ALIANSI STRATEGIS

26

kolaborasi perencanaan teknologi dan koordinasi baik dalam suatu perusahaan maupun dalam suatu industri. Berdasarkan PRT ini, lembaga litbang/perguruan tinggi, perusahaan/industri dan stakeholder kunci lainnya yang relevan diharapkan dapat mengambil keputusan (termasuk investasi) dan kebijakan yang lebih baik karena akan didasarkan pada informasi/pengetahuan yang baik.

Pemetarencanaan teknologi biasanya dibutuhkan karena:

Memberikan pemahaman mengenai tantangan masa depan dan mendorong dihasilkannya kerjasama, sharing knowledge dan mengurangi risiko investasi teknologi.

Menciptakan nilai bagi stakeholders dengan mengidentifikasi kebutuhan teknologi untuk menangkap peluang:

1. Menetapkan path of critical technologies dan technology gaps yang harus dipenuhi untuk memenuhi perubahan pasar dan persaingan;

2. Menetapkan strategi-strategi untuk mendapatkan akses teknologi.

Mengidentifikasi cara-cara untuk mendorong investasi litbang melalui koordinasi kegiatan riset.

Hasil dari pemetarencanaan teknologi (technology roadmapping) adalah “petarencana teknologi” (technology roadmap) yaitu suatu dokumen yang memuat antara lain tentang syarat-syarat critical system, target-target mutu produk dan proses, alternatif-alternatif teknologi dan langkah-langkah penting untuk mencapai target yang ditentukan.

Dalam pelaksanaan program RUSNAS, petarencana teknologi sangat diperlukan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan RUSNAS secara efektif. Sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk melakukan tinjauan atas pelaksanaan pemetarencanaan teknologi dalam program RUSNAS dan perlunya penyusunan suatu panduan/acuan (guideline) yang dapat membantu para pihak yang terlibat dalam Program RUSNAS dalam menyusun petarencana teknologi secara lebih baik.

Tulisan ini membahas secara singkat tentang tinjauan atas pelaksanaan pemetarencanaan teknologi dalam enam program RUSNAS sejauh ini dan beberapa masukan bagi pihak manajemen Program RUSNAS di KRT dan pelaksana program.2

2. PENDEKATAN

Langkah/aktivitas yang dilakukan dalam studi ini secara singkat ditunjukkan pada Gambar 1 berikut.

2 Studi terkait dilakukan di pertengahan tahun 2003.

Page 3: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

TELAAH KASUS: PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM RUSNAS

27 P2KDT – DB PKT

STUDI LITERATURSTUDI LITERATUR

Tinjauan

Pemetarencanaan Teknologi

6 Program RUSNAS

Tinjauan

Pemetarencanaan Teknologi

6 Program RUSNAS

Temuan PentingTemuan Penting

Kerangka PanduanKerangka Panduan

Tinjauan Dokumen PRT

RUSNAS

Tinjauan Dokumen PRT

RUSNAS

Tinjauan RUSNASTinjauan RUSNAS

Tinjauan Panduan

PRT

Tinjauan Panduan

PRT

Tinjauan Konsep dan

Praktik PRT

Tinjauan Konsep dan

Praktik PRT

Panduan PRT

RUSNAS

Panduan PRT

RUSNAS

Saran /

Rekomendasi

Saran /

Rekomendasi

Tinjauan (Konsepsi)

Isu Penting dan Proses

Pemetarencanaan Teknologi

Tinjauan (Konsepsi)

Isu Penting dan Proses

Pemetarencanaan Teknologi

Gambar 1. Kerangka Pendekatan.

2.1. Studi Literatur

Sebagai titik mulai (starting point) bagi pelaksanaan kegiatan selanjutnya, maka dilakukan studi literatur, yang meliputi studi atas:

1. Referensi yang terkait dengan pemetarencanaan;

2. Referensi yang terkait dengan panduan pemetarencanaan;

3. Dokumen Panduan Program RUSNAS;

4. Dokumen Laporan Program RUSNAS (6 program).

Bahasan tentang konsep dan praktik yang terkait dengan pemetarencanaan serta beberapa contoh panduan pemetarencanaan yang lebih mendalam dapat dilihat dalam Taufik (2003a, lihat pula beberapa rujukan di Daftar Pustaka).

Page 4: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

PENYEDIAAN TEKNOLOGI, KOMERSIALISASI HASIL LITBANG DAN ALIANSI STRATEGIS

28

2.2. Tinjauan Pemetarencanaan Program RUSNAS

Studi literatur (terutama butir 3 dan 4) pada Sub Bab 2.1, merupakan bahan bagi pelaksanaan peninjauan atas konsep dan praktik pemetarencanaan teknologi yang berkembang, terutama di beberapa negara maju. Tekanan tinjauan (review) adalah atas beberapa isu penting generik yang dijumpai dalam pemetarencanaan dan bagaimana proses pemetarencanaan dilakukan (proses yang lebih bersifat generik).

Selain itu, beberapa dokumen panduan pemetarencanaan yang diterbitkan oleh lembaga/negara tertentu dipelajari sebagai bahan masukan dalam menyusun suatu panduan pemetarencanaan. Hasil dari kegiatan ini terutama adalah kerangka panduan pemetarencanaan untuk Program RUSNAS.

Seperti telah disinggung, kelemahan dalam penguasaan berbagai bidang teknologi sejauh ini dinilai sebagai salah satu faktor yang turut menentukan/mempengaruhi kurang dapat berkembangnya sektor produksi nasional terkait yang sebenarnya strategis. Sementara itu, bidang-bidang teknologi yang terkait dengan suatu sektor produksi yang strategis tersebut cenderung mengalami kemajuan-kemajuan yang semakin cepat. Karenanya, perkembangan sektor produksi itu di masa depan diperkirakan akan semakin tertinggal apabila upaya ekstensif dan berjangka panjang untuk menguasai kemajuan teknologi-teknologi tersebut tidak segera dilakukan.

Upaya yang sungguh-sungguh untuk secara komprehensif menyusun petarencana teknologi (technology roadmap) yang terkait dengan perkembangan suatu sektor produksi yang strategis, menumbuhkan penguasaannya, dan mendorong pemanfaatannya secara nyata ke dalam kegiatan produksi sangatlah penting untuk mengatasi hal tersebut.

Program RUSNAS yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) untuk memfasilitasi upaya tersebut, sangat terkait dengan penguatan mata rantai dukungan teknologi (technology supply chain). Selain itu, program ini diharuskan berorientasi pada kegiatan produksi yang spesifik. Dengan demikian, teknologi yang akan dikuasai dan dikembangkan serta disusun dalam petarencana teknologi (technology roadmap) harus memiliki hubungan yang kuat dengan teknologi produk dan proses produksi yang berkaitan dengan sektor produksi yang dituju. Hal ini juga berarti bahwa dalam Program RUSNAS, pemetarencanaan teknologi (technology roadmapping) merupakan “alat” (tool) atau metode yang dinilai sangat strategis dalam membangun mata rantai dukungan teknologi yang dibutuhkan oleh industri. Menurut dokumen panduannya, Program RUSNAS dirancang sebagai suatu instrumen kebijakan KRT yang bertujuan untuk:

1. Mengorientasikan kemampuan yang telah terakumulasi di lembaga penelitian dan perguruan tinggi, untuk mendorong penguasaan sejumlah technology roadmap yang diperlukan untuk mendukung perkembangan sektor produksi yang strategis.

2. Membangun jaringan kerja sama antara sejumlah industri, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi agar dapat secara bersama-sama membentuk kemampuan mengembangkan teknologi produk dan proses produksi yang diperlukan, serta menumbuhkan kapasitas inovasi sejalan dengan kemajuan teknologi (state of the art technologies).

3. Mendorong perkembangan klaster industri yang terkait, termasuk penguatan partisipasi serta usaha kecil dan menengah yang berbasis teknologi.

Page 5: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

TELAAH KASUS: PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM RUSNAS

29 P2KDT – DB PKT

Sehubungan dengan itu, keberhasilan program RUSNAS harus ditinjau dengan sejumlah parameter sebagai berikut:

1. Dihasilkannya teknologi produk dan proses produksi yang dapat diadopsi oleh pelaku bisnis, dengan sejauh mungkin menggunakan state of the art technologies.

2. Terbentuknya mata rantai dukungan teknologi yang terkait dengan penguasaan dan pengembangan technology roadmap yang relevan dengan perkembangan sektor produksi yang dituju.

3. Terbentuknya techno-industrial cluster, yakni jaringan kemitraan antara industri, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi yang terkait dengan klaster kegiatan produksi yang dituju.

2.3. Tinjauan Isu Penting dan Proses Pemetarencanaan

Pelaksanaan elemen kegiatan yang disebutkan pada Sub Bab 2.1 dan 2.2 merupakan bahan bagi peninjauan isu penting pemetarencanaan dan kerangka prosesnya, serta perumusan saran/rekomendasi pelaksanaan pemetarencanaan dalam Program RUSNAS (termasuk penyusunan Panduan Pemetarencanaan Teknologi RUSNAS).

3. TINJAUAN LITERATUR

3.1. Sumber Rujukan

Telaah tentang Program RUSNAS dan praktik pemetarencanaan teknologi dalam 6 (enam) Program RUSNAS yang dilaksanakan sejauh ini dilakukan berdasarkan dokumen panduan Program RUSNAS, dokumen laporan Program RUSNAS, dan diskusi dengan masing-masing pelaksana Program RUSNAS.

Sementara itu, telaah konsepsi atas isu penting dan proses pemetarencanaan dilakukan berdasarkan bahan-bahan literatur tentang konsep, contoh praktik, contoh dokumen panduan pemetarencanaan teknologi, dan serangkaian diskusi/workshop. Bahan pustaka dapat dilihat pada bagian Daftar Pustaka.

3.2. Telaah Umum tentang Pemetarencanaan: Catatan Ringkas3

Diskusi lebih dalam tentang konsep, metode dan implikasi kebijakan beserta beberapa contoh aplikasi empiris pemetarencanaan teknologi (technology roadmapping) dapat dilihat dalam Taufik (2003a) dan beragam bahan yang antara lain terdapat pada

3 Bagian ini sebagian besar dirangkum dari tulisan Taufik (2003a).

Page 6: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

PENYEDIAAN TEKNOLOGI, KOMERSIALISASI HASIL LITBANG DAN ALIANSI STRATEGIS

30

bagian Daftar Pustaka. Bagian ini menyajikan suatu catatan ringkas tentang beberapa isu yang dirangkum dari bagian dalam buku penulis tersebut.

A. Pengertian

Istilah “pemetarencanaan” pada dasarnya dapat diartikan sebagai serangkaian proses perencanaan dalam konteks tematik bidang dan/atau lingkup (domain) kerja organisasi tertentu yang didorong oleh proyeksi kebutuhan-kebutuhan atas kondisi di masa datang yang dinilai sangat penting (menentukan).4 Jadi, istilah “pemetarencanaan teknologi” (technology roadmapping) dalam hal ini pada dasarnya merupakan serangkaian proses perencanaan teknologi yang didorong oleh proyeksi kebutuhan-kebutuhan (projected needs) atas kondisi masa yang akan datang dalam lingkup/domain kerja organisasi atau konteks tertentu. Artinya, yang menjadi penekanan yang terkait dengan tema utamanya dalam hal ini adalah “teknologi.” Tetapi hal ini tidak berarti bahwa dalam pemetarencanaan teknologi, maka elemen lain (misalnya industri atau pasar, produk atau lainnya) diabaikan.

Beberapa dokumen pemerintah di kalangan Departemen Pertahanan Amerika Serikat diperkirakan yang turut mengawali pengembangan teknik ini (Schaller, 1999). Teknik pemetarencanaan (roadmapping) mulai berkembang dan diterapkan di perusahaan-perusahaan untuk perencanaan produk, seperti yang dilakukan oleh Motorola di tahun 80-an.

Tinjauan literatur mengindikasikan secara kuat bahwa dalam perkembangannya, pemetarencanaan semakin diposisikan sebagai pendekatan strategik dan sistematik. Hal tersebut antara lain berarti bahwa pemetarencanaan teknologi:

semakin memperkuat keterkaitan dengan dukungan litbang dalam proses inovasi, karena petarencana dari lembaga litbang biasanya mempunyai fokus perencanaan jangka panjang (antara 5 atau 10 tahun hingga beyond the “next generation“);

umumnya juga berfokus untuk membantu terbentuknya kolaborasi tingkat tinggi karena persoalan umum (pre-competitive) dan kebutuhan dalam inovasi menjadi semakin jelas bagi semua pihak yang terlibat;

memerlukan dukungan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi (misalnya dalam kasus Motorola) menjadi elemen kunci keberhasilan. Organisasi yang kondusif bagi terjadinya proses pemetarencanaan, menjadikan pemetarencanaan teknologi sebagai “bagian dari budaya”;

memerlukan pendekatan yang mendalam dan sistematis sebagai bagian dari perencanaan.

4 Walaupun begitu perlu dimengerti bahwa hingga saat ini istilah “pemetarencanaan (roadmapping)” atau

“pemetarencanaan teknologi (technology roadmapping)” diartikan dan digunakan secara beragam oleh berbagai pihak.

Page 7: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

TELAAH KASUS: PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM RUSNAS

31 P2KDT – DB PKT

B. Esensi Utama Pemetarencanaan

Walaupun bentuk pragmatisnya beragam, setiap pemetarencanaan teknologi umumnya mencerminkan beberapa elemen utama. Esensi penting pertama adalah bahwa pemetarencanaan teknologi “didorong kebutuhan” (needs-driven). Karena itu sering diungkapkan bahwa pemetarencanaan teknologi pada dasarnya merupakan proses perencanaan teknologi yang market-driven.

Pentingnya hal ini juga didukung oleh perkembangan yang menunjukkan kecenderungan perubahan paradigma sistem iptek (atau sistem litbang) di negara-negara maju seperti Amerika Serikat misalnya, dari science/technology push (tahun 1950-an) ke technology pull / demand pull (1960-an) dan ke arah complex system / coupling model (sejak akhir 1970-an) yang semakin menekankan penting konteks mekanisme push dan pull beserta feedback loop sebagai bagian penting dinamika dalam sistem. 5

Kedua, pemetarencanaan teknologi merupakan proses yang dibangun atas visi bersama (common vision) para pelaku atau partisipan yang terlibat tentang arah masa depan yang dituju dan apa yang diperlukan untuk mencapainya. Hal ini berlaku baik bagi upaya pemetarencanaan oleh organisasi individual maupun pemetarencanaan kolaboratif. Proses ini juga mencakup proses “mempertemukan” sisi yang mencerminkan kebutuhan, khususnya kebutuhan teknologi, dengan sisi yang mencerminkan pasokan teknologi, dan membangun konsensus antara para pelaku (partisipan) yang terlibat. Hal ini juga menunjukkan bahwa pemetarencanaan teknologi sebenarnya merupakan alat pembelajaran dan komunikasi beragam pihak yang terlibat.

Ketiga, pemetarencanaan teknologi merupakan upaya/proses untuk menggali bagaimana mencapai sasaran (alternatif sasaran) masa depan yang tertuang dalam lintasan (dan alternatifnya) yang akan ditempuh, apa yang harus dilakukan beserta berbagai implikasinya (termasuk implikasi kebijakan), dan kapan kesemuanya diimplementasikan dan harus tersedia/tercapai. Artinya, pemetarencanaan teknologi pada dasarnya mencerminkan keputusan rute/lintasan dan keputusan waktu (timing) dalam menuju proyeksi masa depan yang dituju. Dengan demikian, pemetarencanaan pada dasarnya dilakukan dengan tujuan menyusun rencana dengan sasaran yang tepat, lintasan perjalanan yang tepat, dengan biaya yang tepat, menggunakan teknologi dan kapabilitas yang tepat, serta pada saat/waktu yang tepat.

Sehubungan dengan itu, petarencana teknologi biasanya memuat konsensus terutama tentang:

Visi dari sebuah industri/komunitas dalam merancang masa depan;

Jenis dan fitur produk (barang dan/atau jasa) yang diperlukan oleh industri/pasar yang menjadi tujuan di masa depan;

Teknologi dan faktor penting lain yang sesuai dan dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut;

Kelayakan, alternatif dan prioritas teknologi yang dibutuhkan tersebut;

Bagaimana memberikan/menyediakan solusi teknologi yang dibutuhkan melalui kegiatan litbang dan/atau kegiatan penting lain, dan mengembangkan/menyediakan kapabilitas dan sumber daya yang diperlukan.

5 Lihat misalnya Shapira (2002); Arnold dan Guy (1997); Dodgson dan Bessant (1996).

Page 8: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

PENYEDIAAN TEKNOLOGI, KOMERSIALISASI HASIL LITBANG DAN ALIANSI STRATEGIS

32

Yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa upaya pemetarencanaan teknologi harus berorientasi kepada tindakan. “Nilai kegunaan” suatu petarencana antara lain ditentukan oleh apakah petarencana tersebut memberikan/menghasilkan suatu atau sehimpunan tindakan (langkah) yang secara realistis dapat dilaksanakan atau tidak. Jika tidak, petarencana tersebut pada dasarnya tidak lebih dari sekedar “impian atau angan-angan” saja.

Pemetarencanaan pada dasarnya merupakan suatu cara membuat “peta perjalanan ke masa depan.” Sebagai suatu alat perencanaan, pemetarencanaan mengandung elemen penting berikut (Taufik, 2003a):

Konteks tematik bidang dan fokus upaya

Setiap pemetarencanaan dilakukan dalam konteks tema tertentu yang cukup spesifik, dengan maksud dan tujuan, serta lingkup cakupan dan batasannya agar mempunyai arti bagi efektivitasnya. Pendefinisian yang tepat suatu proyek/upaya pemetarencanaan juga memerlukan fokus atas upaya yang disepakati digali lebih lanjut dan/atau hendak ditempuh, mengingat siapapun akan dihadapkan kepada keterbatasan sumber daya (termasuk dana, energi dan waktu). Dalam kaitan ini proses penentuan prioritas merupakan elemen penting dalam pemetarencanaan.

Konteks tujuan strategik

Pemetarencanaan hakikatnya dilakukan dengan tujuan menyusun rencana dengan sasaran yang tepat, lintasan perjalanan yang tepat, dengan biaya yang tepat, menggunakan teknologi dan kapabilitas yang tepat, dan pada saat/waktu yang tepat.

Pemetarencanaan perlu dipandang sebagai proses yang mengelaborasi “jalur atau lintasan (path)” yang mungkin dan yang disepakati akan ditempuh ke depan. Karena itu, upaya tersebut perlu menetapkan kejelasan muaranya yang menggambarkan “tujuan masa depan yang hendak dicapai,” terutama untuk setiap tahapan atau kerangka waktu tertentu. Penentuan milestone (capaian utama tertentu) dalam kerangka rencana akan sangat penting.

Kepengaruhan dan kerangka waktu rencana

Nilai pemetarencanaan akan sangat ditentukan oleh “kepengaruhannya” kepada partisipan yang melakukannya. Petarencana yang tidak memiliki implikasi apapun terhadap pengambilan keputusan organisasi yang terlibat dalam proses pemetarencanaan sebenarnya tidak mempunyai makna apa-apa (selain mungkin sebatas academic exercise). Dalam kaitan ini juga pemetarencanaan erat kaitannya dengan keputusan waktu (timing). Petarencana yang “tidak sempurna” namun tepat waktu mungkin akan jauh bernilai ketimbang yang “lengkap (komprehensif)” tetapi kadaluarsa bagi keputusan manajemen.

Petarencana akan mempunyai makna sesungguhnya jika memang merupakan “peta perjalanan“ yang disepakati hendak ditempuh, bukan sekedar himpunan gambaran lintasan normatif semata (misalnya dari sehimpunan “praktik baik/terbaik,” yang dikembangkan oleh organisasi/pihak lain).

Page 9: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

TELAAH KASUS: PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM RUSNAS

33 P2KDT – DB PKT

Walaupun bukan (belum) menjadi suatu “ketentuan” yang disepakati dalam literatur pemetarencanaan, “kaidah umum” yang diajukan oleh Dixon (2002) dan USDOE (2000) pada dasarnya mengilustrasikan elemen-elemen yang umumnya dinilai penting dalam setiap pemetarencanaan.

Pemetarencanaan sebagai suatu proses meningkatkan kapasitas dan membangun sinergi positif

Sebagai suatu proses yang memungkinkan suatu “tim” (perusahaan/organisasi, kolaborasi) menyusun rencana dan menempuh suatu lintasan perjalanan dalam mencapai tujuannya secara bersama, pemetarencanaan sangat bernilai terutama bagi peningkatan kapasitas dan pengembangan sinergi positif melalui:

Proses pembelajaran (learning) dari tim/kelompok;

Memanfaatkannya sebagai alat komunikasi (communication) bagi tim/ kelompok.

Proses pemetarencanaan teknologi merupakan alat efektif sebagai suatu mekanisme untuk mengintegrasikan beragam elemen organisasi (tatanan kelembagaan tertentu) secara kolaboratif, dalam merencanakan pengembangan teknologi secara sistematis.

Dari perspektif berbagai kepentingan para pihak (stakeholders), pemetarencanaan dapat berguna terutama karena potensinya dalam memberikan kerangka mekanisme koordinasi dan dukungan sumber daya yang diperlukan untuk menginisiasi tindak lanjut serta sebagai katalis untuk melaksanakan langkah-langkah penting yang disepakati.

Pemetarencanaan dinilai bermanfaat terutama dalam memberikan informasi untuk membantu keputusan-keputusan investasi teknologi secara lebih baik.

Pemetarencanaan pada dasarnya merupakan salah satu cara mendorong inovasi secara lebih terkelola (managed innovation)

Inovasi dapat berkembang dari beragam situasi, termasuk secara “kebetulan” (by chance). Apabila hal positif ini dapat didorong melalui upaya yang lebih terencana, sangat logis mengharapkan bahwa pemetarencanaan sebagai upaya yang lebih sistematis, pengorganisasian pelaku (pihak yang terlibat), proses, serta implikasi yang lebih terkelola diharapkan dapat meningkatkan peluang dan keberhasilan inovasi yang lebih tinggi.

Pemetarencanaan merupakan proses iteratif

Betapa penting untuk dipahami bahwa sebagai perencanaan jangka panjang, proses pemetarencanaan merupakan proses iteratif. Ini tentu berarti bahwa hasil yang diperoleh pada suatu tahapan/periode proses pemetarencanaan tertentu, tidak harus dianggap sebagai hasil final yang tidak bisa “ditawar.” Upaya perbaikan yang terus menerus (continuous improvement) perlu terus menjadi bagian dari proses pemetarencanaan teknologi itu sendiri.

Page 10: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

PENYEDIAAN TEKNOLOGI, KOMERSIALISASI HASIL LITBANG DAN ALIANSI STRATEGIS

34

Pentingnya komitmen partisipan

Proses pemetarencanaan memang akan membutuhkan pemikiran, energi, dan waktu yang biasanya “menantang (challenging).” Karena itu upaya ini membutuhkan kesungguhan/komitmen yang tinggi dari para stakeholder, baik selama proses perencanaan, implementasi maupun pemantauan, evaluasi dan perbaikannya.

C. Faktor Pendorong Pemetarencanaan

Di antara pendorong utama bagi perusahaan atau industri untuk melakukan pemetarencanaan, khususnya pemetarencanaan teknologi/PRT atau technology roadmapping/TRM pada dasarnya adalah lingkungan persaingan global yang makin ketat. Seperti juga ditegaskan dalam EISDISR (2001), tantangan utama bagi perusahaan adalah mengembangkan dan mempertahankan keunggulan daya saing dalam suatu lingkungan bisnis yang kompleks. Pasar dan teknologi berubah sangat cepat, tekanan atas biaya meningkat, pelanggan semakin menuntut, dan siklus produk serta time-to-market cenderung semakin pendek. Dalam lingkungan demikian, maka perusahaan perlu berfokus pada pasar-pasar masa depan mereka dan menggunakan perencanaan teknologi untuk tetap terdepan dalam persaingan .

Schaller (2001) mengelompokkan pendorong pemetarencanaan sebagai berikut:

1. Eksternal, yaitu:

Persaingan

Perubahan teknologi

Tekanan harga/biaya

Fokus kebutuhan konsumen

2. Internal, yaitu:

Perencanaan dan eksekusi yang lebih baik

Komunikasi antar organisasi yang lebih baik

Pemetarencanaan teknologi biasanya mengidentifikasi persyaratan sistem yang utama (untuk sehimpunan kebutuhan produk, berdasarkan atas perkiraan perkembangan pasar dan rencana pasar sasaran yang dituju), target kinerja produk dan proses, dan alternatif teknologi serta milestones untuk mencapai target-target tersebut. Jadi pada dasarnya pemetarencanaan teknologi adalah proses perencanaan teknologi yang bersifat needs-driven untuk membantu mengidentifikasi, memilih, dan mengembangkan beberapa alternatif untuk memenuhi serangkaian kebutuhan produk.

Suatu “petarencana teknologi” atau technology roadmap merupakan hasil dari proses pemetarencanaan teknologi dari suatu perusahaan ataupun kolaborasi multipihak dalam suatu industri tertentu (lihat misalnya Garcia dan Bray, 2001). Petarencana pada dasarnya merupakan dokumen yang dapat memberikan suatu kerangka atau petunjuk

untuk rencana tindakan beberapa waktu ke depan (misalnya dalam kurun waktu 3 5 tahun) berdasarkan rencana tindakan dan aktivitas yang direkomendasikan.

Page 11: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

TELAAH KASUS: PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM RUSNAS

35 P2KDT – DB PKT

Petarencana tersebut menjelaskan suatu gambaran masa datang, berdasarkan visi bersama para pihak yang terlibat dalam mengembangkan peta rencana tersebut, dan memberikan suatu kerangka kerja (framework) untuk merealisasikan masa datang tersebut agar secara teknologi dapat terwujud.

Karena setiap “industri” pada dasarnya memiliki karakteristik spesifik masing-masing (selain elemen yang bersifat universal), maka eksplorasi dan elaborasi tentang faktor penentu suatu industri tertentu di masa datang perlu dilakukan. Kondisi masa datang bagaimana yang diperkirakan dan faktor pendorong apa di balik perubahan yang terjadi dan/atau diperkirakan akan terjadi adalah di antara isu yang perlu ditelaah dengan cermat dalam setiap pemetarencanaan.

D. Tujuan Pemetarencanaan

Secara umum, tujuan mendasar pemetarencanaan adalah menyusun rencana (yang berperan strategis dan dalam bentuk pragmatis) dengan sasaran yang tepat, lintasan perjalanan yang tepat, dengan biaya yang tepat, menggunakan teknologi dan kapabilitas yang tepat, dan pada saat/waktu yang tepat.

Dalam beragam prakarsa, tujuan utama PRT pada umumnya adalah menyusun rencana tindak yang sistematis tentang pengembangan dan penyediaan kemampuan teknologi untuk konteks tertentu yang spesifik oleh para stakeholder kuncinya yang diperkirakan dibutuhkan di masa datang.6

E. Kegunaan/Manfaat

PRT pada dasarnya mempunyai 3 (tiga) kegunaan utama, yaitu:

1. Membantu pengembangan suatu konsensus tentang sehimpunan kebutuhan (needs) dan teknologi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

2. Memberikan suatu mekanisme untuk membantu para ahli dan stakeholders kunci untuk memperkirakan dan menggali alternatif kemungkinan pengembangan teknologi dalam bidang-bidang tertentu yang dituju (menjadi sasaran).

3. Memberikan suatu kerangka untuk membantu perencanaan dan koordinasi pengembangan teknologi, baik di dalam suatu organisasi (perusahaan) maupun keseluruhan industri.

PRT dinilai bermanfaat terutama dalam memberikan informasi untuk membantu keputusan-keputusan investasi teknologi secara lebih baik. Manfaat umum dari PRT adalah:

Memberikan pendekatan yang sistematis bagi pengembangan teknologi yang berorientasi kebutuhan pasar masa datang;

Memberikan konsensus pandangan tentang peluang-peluang pasar yang baru dan teknologi-teknologi yang dinilai sangat penting (critical technologies);

6 Lihat misalnya Çetindamar dan Farrukh (2001).

Page 12: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

PENYEDIAAN TEKNOLOGI, KOMERSIALISASI HASIL LITBANG DAN ALIANSI STRATEGIS

36

Mengidentifkasi hambatan/kendala-kendala utama bagi pengembangan di masa depan;

Membimbing investasi litbang di masa depan;

Mendorong pengembangan teknologi-teknologi terobosan, terdepan, atau yang dapat mempelopori perkembangan lebih lanjut (leading-edge technologies);

Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan keterampilan yang dinilai penting;

Meningkatkan daya saing, produktivitas dan profitabilitas;

Mendorong formasi aliansi baru, jaringan dan kemitraan;

Mengurangi risiko kolaborasi;

Memberikan arah untuk menyesuaikan kebijakan-kebijakan, program dan regulasi pemerintah.

3.3. Elemen dan Format Generik Petarencana

A. Elemen Utama

Petarencana yang sejauh ini berkembang, dibuat dengan arsitektur atau format yang berbeda (tidak selalu sama). Tetapi pada dasarnya, suatu petarencana biasanya memuat fitur (elemen) atau atribut umum (lihat Taufik, 2003a):

1. Elemen yang mengindikasikan “alasan dan tujuan” utama dalam konteks upaya pemetarencanaan yang bersangkutan (know why);

2. Elemen yang menunjukkan apa yang akan disampaikan (dan bagaimana) untuk memenuhi/mencapai tujuan dan sasaran yang ditentukan (know what);

3. Elemen yang menjelaskan teknologi/kapabilitas (know how) yang diperlukan dan akan dikembangkan (dan alternatif/pilihan yang mungkin), beserta pengetahuan/ keterampilan dan sumber daya, aktivitas penelitian dan pengembangan, serta aktivitas penting lain, yang diperlukan untuk menghasilkan teknologi tersebut dan terkait dengan butir 2 di atas;

4. Dimensi waktu (timing) yang mencerminkan keputusan kapan langkah/aktivitas dan sasaran tertentu yang diputuskan harus dilaksanakan atau tersedia (know when).

Selain itu, petarencana umumnya juga memuat atribut antara lain:

Rangkuman/ringkasan tentang pengembangan teknologi dan perkiraannya;

Gambaran tentang pilihan-pilihan yang mungkin (possible options) di masa datang, tidak terbatas pada solusi yang telah diketahui saja;

Rincian tentang sasaran yang direncanakan akan dicapai;

Tahapan aktivitas, beserta keterkaitan/hubungan satu dengan lainnya (dan antara aktivitas dengan sasaran tertentu yang terkait).

Page 13: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

TELAAH KASUS: PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM RUSNAS

37 P2KDT – DB PKT

B. Format/Arsitektur Generik Petarencana

Secara umum, dalam kerangka ini terdapat 3 (tiga) kelompok petarencana utama dan 1 (satu) kelompok rencana tindak yang dihasilkan,7 yaitu:

1. Petarencana Lingkungan (Environmental Roadmap) yang menjabarkan segmen pasar sasaran masa depan beserta proyeksi (kecenderungan) situasi persaingan, pengaruh eksternal, faktor-faktor pendorong, kebutuhan/persyaratan (requirements) konsumen, pesaing beserta atribut pentingnya, killer technologies dan aspek penting terkait lain. Albright (2002) mengelompokannya ke dalam Strategi Pasar dan Persaingan (Market and Competitive Strategy), atau lapisan (layer) “Tujuan” (Purposes) dalam format CTM atau T-Plan8 atau “Pendorong Pasar” (Market Driver) dalam format Bucher.

2. Petarencana Produk (Product Roadmap) yang menjelaskan kebutuhan produk (product requirements) dalam memenuhi segmen pasar sasaran tersebut, dan biasanya mencerminkan tahapan proyek atau peluncuran produk yang utama, beserta fitur/atributnya.9 Ini yang sama digunakan oleh Albright atau lapisan “Penyampaian” (Delivery) dalam format T-Plan, dan lapisan “Fitur Produk” (Product Features) dalam format Bucher.

3. Petarencana Teknologi (Technology Roadmap) yang menjabarkan alternatif teknologi beserta lintasan (path) yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang teridentifikasi. Kelompok ini disebut Petarencana Teknologi oleh Albright, atau lapisan “Sumber Daya” (Resources) dalam format T-Plan dan “Sains/Teknologi” (Science/Technology) oleh Bucher.

4. Rencana Tindak (Action Plan) yang merangkum seluruh rencana tindak (program, proyek dan/atau kegiatan) yang diturunkan dari proses pemetarencanaan beserta kebutuhan sumber daya, kapabilitas dan aspek teknis lainnya. Kelompok ini disebut “Ringkasan dan Rencana Tindak” (Summary and Action Plan) dalam kerangka Albright, atau lapisan “Sumber Daya” (Resources) dalam format T-Plan, atau “Program Litbang, Sumber Daya, dan Kompetensi Inti” (R&D Programs, Resources, Core Competence) dalam format Bucher.

Berikut adalah ilustrasi contoh format petarencana.

7 Secara teknis, ini merupakan “lapisan” (layer) yang biasanya ditampilkan dalam format generik

petarencana. 8 CTM – University of Cambridge mengembangkan “T-Plan” dengan pendekatan yang disebut “Fast-Start

TRM Process” untuk pemetarencanaan teknologi. 9 Untuk menghasilkan fitur ini, salah satu pendekatan yang dapat digunakan misalnya quality function

deployment (QFD).

Page 14: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

PENYEDIAAN TEKNOLOGI, KOMERSIALISASI HASIL LITBANG DAN ALIANSI STRATEGIS

38

“Know-why”

“Know-what”

“Know-how”

Pahami perilaku pembelian konsumen (customer drivers, CTQs),

kecenderungan industri, pendorong regulatori. Tentukan segmen-

segmen kunci yang menjadi sasaran. Identifikasi penawaran dan

atribut dari para pesaing.

Putuskan bagaimana produk akan didiferensiasi untuk

memenangkan segmen-segmen kunci. Terjemahkan CTQ konsumen

ke dalam atribut-atribut produk untuk produk spesifik tersebut.

Susun sasaran-sasaran multi-tahun.

Teknologi apa yang terpenting? Kaitkan atribut produk dengan

teknologi. Identifikasi investasi teknologi multi-generasi untuk

memelihara daya saing.

Sumber daya dan investasi apa yang diperlukan? Rencanakan

proyek dengan prioritas tertinggi. Pengendalian proses tahapan

manajemen evolusi produk dan pemutakhiran petarencana.

Strategi Pasar dan Persaingan

(Market and Competitive Strategy) :

Petarencana Industri/Lingkungan

(Environment Roadmaps)

Petarencana Produk (Product Roadmap)

Petarencana Teknologi (Technology Roadmap)

Rencana Tindak (Action Plan)“To-Do”

Sumber : Modifikasi dari Kappel; Phaal, R., et al.; Albright; dan beberapa sumber lain.

Catatan : CTQ = Critical to Quality.

Pull(requirements,

drivers)

Push(capabilities)

Waktu

“Know-when”

Gambar 2. Arsitektur Umum Petarencana dan Keterkaitan Proses Penyusunan.

C. Kunci Keberhasilan Format/Arsitektur Petarencana

Setiap format/arsitektur petarencana idealnya harus dapat memberikan kerangka bagi:

1. Keterkaitan lintas fungsi (cross functional linkage). Hal ini terutama menyangkut keterkaitan isu (dengan berbagai aspek terkait) pasar–produk–teknologi/kapabilitas;

2. Keterkaitan lintas organisasi (cross organizational linkage). Ini terkait dengan sistem manajemen organisasi yang bersangkutan, khususnya menyangkut struktur hirarki bisnis, dan hubungan antar unit organisasi atau unit bisnis strategik.

3. Keterkaitan lintas proses (cross process linkage). Ini menyangkut bagaimana keterkaitan antara berbagai proses penting yang relevan dalam organisasi yang bersangkutan, termasuk perencanaan strategis, rencana kerja/operasi tahunan, pengenalan produk baru, dan peninjauan sumber daya manajemen.

Terkait dengan arsitektur petarencana (seperti telah disampaikan pada bagian sebelumnya), Honeywell mengidentifikasi kunci keberhasilannya adalah:

Page 15: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

TELAAH KASUS: PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM RUSNAS

39 P2KDT – DB PKT

Kemampuan mengkomunikasikan secara luas dan menggunakan keterkaitan. Proses pemetarencanaan dengan digitasi yang digunakan dalam hal ini membantu memberikan nilai tambah yang jelas, termasuk pengembangan database.

Arsitektur petarencana dalam format yang sederhana. Perlu diupayakan kebutuhan interpretasi map-to-map yang minimal.

Arsitektur petarencana yang mudah disesuaikan (adaptable) bagi serangkaian tawaran produk yang beragam. Ini penting mengingat sangat beragamnya waktu pengembangan produk dan siklus masing-masing produk.

Idealnya, petarencana harus mampu memberikan kerangka bagi keterkaitan dan kesejalanan dalam organisasi. Tujuan utama perancangan format/arsitektur petarencana dalam kaitan ini adalah keterpaduan strategi organisasi. Untuk itu, Honeywell lebih memilih format/arsitektur petarencana yang “sederhana, fleksibel dan seragam di seluruh unit bisnis.”

Sementara itu, Richey (2002a) mengungkapkan dari pengalaman Motorola sejauh ini, kisah suksesnya dalam mengembangkan pemetarencanaan dipengaruhi oleh faktor berikut:

Format yang konsisten (consistent format) yang memungkinkan perbandingan antar petarencana secara mudah yang membawa kepada informasi kecenderungan dan pedoman-pedoman desain yang baik.

Tercapainya kesesuaian yang baik (good alignment) antara tim rekayasa dengan tim komoditas (engineering and commodity teams).

Petarencana berfungsi sebagai conversation enablers untuk menggali lebih dalam informasi dari basis pasokan dalam memahami arah teknologi secara lebih baik.

Peninjauan bisnis pemasok kini mencakup tinjauan atas Petarencana Terstruktur (Structured Roadmaps) untuk keterkaitan.

Strategi yang kuat dibangun dengan tim rekayasa berdasarkan informasi petarencana dan pedoman desain.

Approved Parts List (APL) untuk produk diturunkan dari Petarencana Terstruktur (Structured Roadmaps).

Basis pasokan mampu melihat Motorola sebagai suatu kesatuan (unified Motorola) yang mendorong petarencana komponen yang fokus dan dapat dicapai (achievable).

Atas dasar ini, ia menyampaikan beberapa saran berikut:

Lembagakan proses pemetarencanaan di seluruh korporasi;

Bakukan (buat standarisasi) model perencanaan dalam organisasi;

Ciptakan kerangka iteratif dan pemahaman ulang tentang perubahan teknologi dan bisnis;

Ciptakan dan kembangkan keterpaduan antara kompetensi inti (core competencies), bisnis, dan perkembangan teknologi.

Page 16: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

PENYEDIAAN TEKNOLOGI, KOMERSIALISASI HASIL LITBANG DAN ALIANSI STRATEGIS

40

EISDISR (2001) menyarankan agar petarencana memenuhi beberapa hal penting berikut:

Bersifat strategik, jelas, dan mudah untuk diikuti;

Tunjukkan hubungan-hubungan antar aktivitas penelitian;

Kuantifikasi manfaat penelitian dan tentukan sasaran dan ukuran kinerja;

Tunjukkan gambaran luas tentang teknologi yang saling bersaing;

Kembangkan gambaran realistis dari hambatan-hambatan non-teknis;

Pastikan pandangan realistis tentang tenggang waktu pengembangan yang panjang;

Masukan informasi kecenderungan konsumen dan ekonomi dunia;

Libatkan dari beragam disiplin ilmu untuk mengembangkan pandangan/wawasan yang cukup luas; dan

Manfaatkan sedapat mungkin peta visual/grafik lebih dari penggunaan teks dan tabel.

3.4 Proses Pemetarencanaan

Mengingat prakarsa pemerintah yang terkait dengan pemetarencanaan umumnya dalam bentuk kolaboratif (bukan sebagai intervensi “ekslusif” bagi organisasi individual), maka bagian ini akan membahas bagaimana proses pemetarencanaan kolaboratif. Selain itu, pemetarencanan dalam program RUSNAS pun sebenarnya juga lebih “dekat” atau lebih merupakan pemetarencanaan sains dan teknologi. Karena itu, bagian berikut hanya akan membahas bagaimana proses generik pemetarencanaan kolaboratif sains dan teknologi dilaksanakan.10

Sama halnya dengan pemetarencanaan produk-teknologi, pendekatan pakar, workshop dan kombinasi keduanya pada dasarnya dapat diterapkan dalam pemetarencanaan sains dan teknologi.

Mayoritas pemetarencanaan yang melibatkan pemerintah atau diprakarsai pemerintah merupakan pemetarencanaan jenis “sains dan teknologi.” Ini terutama berkaitan dengan penggalian potensi dan peluang bagi teknologi yang dianggap “baru” (emerging) atau teknologi yang dinilai “sangat kunci” (critical technologies). Tahapan yang dianjurkan, yang biasanya disusun dalam “panduan” dari lembaga pemerintah atau lembaga litbang pemerintah seperti misalnya: ESIDISR (Australia), USDOE (Amerika Serikat), dan Industry Canada (Kanada) pada dasarnya serupa walaupun berbeda pada tingkat kedetailannya. Tahapan yang disampaikan oleh Albright (2002) berbeda dengan ketiga yang disebutkan sebelumnya. Bagian ini selanjutnya hanya akan membahas tahapan dari keempat lembaga tersebut.

10 Untuk lebih rinci, lihat Taufik (2003a).

Page 17: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

TELAAH KASUS: PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM RUSNAS

41 P2KDT – DB PKT

A. EISDISR (Australia)

EISDISR (2001) mengungkapkan proses umum dalam menghasilkan pemetarencanaan, yang terdiri atas:

1. Identifikasi kebutuhan dan manfaat. Hal ini untuk menjawab apakah petarencana teknologi (technology roadmap) diperlukan. Jika ya, apa manfaatnya;

2. Identifikasi industry champions dan industry leaders. Ini untuk menjawab siapa, tokoh dari kalangan industri, yang akan memimpin proses;

3. Identifikasi kebutuhan sumber daya dan sumbernya. Hal ini dalam rangka menentukan siapa yang akan menyediakan sumber daya untuk melaksanakan proses;

4. Menentukan proses. Menyusun proses yang akan dipakai untuk mengembangkan roadmap;

5. Mengembangkan roadmap: Pelaksanaan roadmapping. Ini bisa melalui pendekatan pakar (expert-based approach) ataupun semiloka (workshop-based approach);

6. Implementasi: Bagaimana roadmap yang dihasilkan akan ditindaklanjuti.

Beberapa penjelasan detail dari tahapan di atas serupa dengan apa yang akan dibahas berikut.

B. USDOE (Amerika Serikat)

Departemen Energi Amerika Serikat (lihat USDOE, 2000) menyusun 4 (empat) tahapan pemetarencanaan, yaitu:

1. Prakarsa Petarencana (Roadmap Initiation). Ini mencakup penyusunan acuan prakarsa, perancangan proses yang akan dilaksanakan dan persiapan pelaksanaan.

2. Pengkajian Kebutuhan Teknis (Technical Needs Assessment). Pada tahap ini, kajian yang dinilai penting untuk mengelaborasi “persoalan utama” dalam konteks tema pemetarencanaan dilaksanakan, untuk selanjutnya dijabarkan kepada kebutuhan-kebutuhan. Selain itu, dilakukan pula analisis kesenjangan antara kondisi yang diproyeksikan di masa depan dan kondisi saat kini (terutama menyangkut teknologi/ kapabilitas).

3. Pengembangan Respons Teknis (Technical Response Development). Pada tahap ini peserta menggali alternatif solusi dan lintasan teknologi, penentuan prioritas hingga rekomendasi dan aktivitas litbang yang diperlukan.

4. Implementasi Petarencana (Roadmap Implementation). Tahap ini mencakup peninjauan dan validasi hasil pemetarencanaan, penjabaran kepada rencana tindakan hingga pemantauan kemajuan.

Page 18: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

PENYEDIAAN TEKNOLOGI, KOMERSIALISASI HASIL LITBANG DAN ALIANSI STRATEGIS

42

Secara teknis, tahapan tersebut biasanya dilaksanakan dalam beragam bentuk aktivitas, termasuk serangkaian workshop. Bagaimana hal tersebut dilaksanakan biasanya perlu disesuaikan dengan setiap prakarsa pemetarencanaan masing-masing.Untuk membantu proses pelaksanaan, suatu checklist aktivitas seperti disusun oleh USDOE (untuk penjelasan lebih detail tentang proses pemetarencanaan ini lihat Taufik, 2000a).

C. Industry Canada (Kanada) dan Sandia National Laboratories (Amerika Serikat)

Beberapa sumber lain seperti Garcia dan Bray (1998), Industry Canada, dan Sandia National Laboratories mengidentifikasi tiga tahapan umum tahapan proses pemetarencanaan teknologi, yaitu:

1. Aktivitas Awal (Tahap Inisiasi);

2. Pengembangan Petarencana (Tahap Penyusunan Petarencana); dan

3. Aktivitas Tindak Lanjut (Tahap Implementasi dan Evaluasi).

Esensi tahapan ini sebenarnya serupa dengan yang disampaikan oleh USDOE, hanya saja pembagian tahapan dan “pendetailan”-nya yang disusun berbeda menurut versi masing-masing. Berikut adalah penjelasan bagaimana setiap tahapan tersebut dilaksanakan.11

1. Aktivitas Awal (Preliminary Activities) / Tahap Inisiasi

Aktivitas awal atau tahapan inisiasi ini terutama meliputi:

a. Penentuan “bidang” yang akan disusun petarencananya;

b. Identifikasi stakeholder kunci dan “pengelolaan” pengembangan petarencana;

c. Identifikasi kebutuhan dan manfaat;

d. Identifikasi kebutuhan sumber daya dan sumbernya;

e. Penentuan proses dan metode pemetarencanaan (roadmapping) yang akan ditempuh.

2. Pengembangan Petarencana (Development of Roadmap)/Tahap Penyusunan Petarencana

Pengembangan petarencana pada dasarnya mencakup kegiatan utama berikut:

a. Menyusun pernyataan tujuan dan sasaran pemetarencanaan;

b. Mendefinisikan “domain” industri dan kebutuhan pengguna/konsumennya dalam kerangka waktu tertentu;

11 Detail tahapan ini dirangkum terutama dari dokumen panduan yang dikeluarkan oleh Sandia Lab. (SNL,

2003) dan Industry Canada (2002).

Page 19: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

TELAAH KASUS: PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM RUSNAS

43 P2KDT – DB PKT

c. Mengidentifikasi “produk” yang akan menjadi fokus petarencana;

d. Mengidentifikasi persyaratan-persyaratan/kebutuhan sistem (system requirements) yang penting beserta targetnya;

e. Menentukan bidang teknologi yang utama;

f. Menentukan pendorong teknologi dan targetnya;

g. Mengidentifikasi alternatif-alternatif dan jadwalnya;

h. Merekomendasikan alternatif teknologi yang perlu diikuti;

i. Menentukan aktivitas litbang dan aktivitas penting lain;

j. Menentukan pengetahuan dan keterampilan serta sumber daya yang diperlukan;

k. Menyusun laporan/dokumen petarencana teknologi (technology roadmap).

3. Aktivitas Tindak Lanjut (Follow-up Activities)/Tahap Implementasi dan Evaluasi

Aktivitas tindak lanjut merupakan tahapan implementasi dan evaluasi, yang terdiri atas kegiatan:

a. Mengkritisi dan memvalidasi petarencana yang dihasilkan;

b. Mengembangkan rencana implementasi;

c. Melakukan tinjauan (review) dan melakukan pemutakhiran.

D. Pemetarencanaan Sains dan Teknologi Versi “Albright”

Dalam versi petarencana versi Albright (2002b), petarencana sains dan teknologi terdiri atas elemen dan proses seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Kerangka ini juga merupakan kerangka tahapan yang bersifat generik.

Walaupun kerangka tahapan ini berbeda dengan tahapan-tahapan yang dibahas sebelumnya, namun sebenarnya esensinya serupa. Kerangka tahapan mana yang digunakan pada akhirnya perlu disesuaikan dengan konteks kasus masing-masing.

4. BEBERAPA TEMUAN PENTING DAN SARAN UMUM

Sejauh ini kegiatan telah menghasilkan temuan-temuan penting berkaitan dengan pemetarencanaan teknologi dari keenam Program RUSNAS. Rangkuman temuan penting dan saran berkaitan dengan pemetarencanaan teknologi program RUSNAS ditunjukkan pada Tabel 2.

Page 20: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

PENYEDIAAN TEKNOLOGI, KOMERSIALISASI HASIL LITBANG DAN ALIANSI STRATEGIS

44

Tabel 1. Elemen dan Proses Pemetarencanaan Sains dan Teknologi (Albright).

Elemen dan Tahapan Proses Keterangan

Elemen-elemen Sains dan Teknologi

Struktur/kerangka dan penentuan lingkup bidang.

Penerapan Teknologi Di mana dan kapan teknologi akan menjadi inovasi (digunakan) – mengapa (the whys).

Arsitektur Bagaimana elemen-elemen saling bersesuaian dan berinteraksi.

Tantangan Tujuan dan sasaran kinerja untuk elemen-elemen teknologi – apa (the whats).

Kecenderungan dan Discontinuities

Kecenderungan kinerja dan pertumbuhan, kurva pengalaman (experience curves), potential disruptions.

Evolusi Elemen Teknologi Petarencana teknologi - the "hows."

Posisi Teknis Persaingan Pendekatan persaingan atas tantangan. Teknologi yang kompetitif.

Rencana Tindakan (Action Plan)

Strategi teknologi, sumber daya dan timing investasi dalam teknologi - the "to-do's."

Kekayaan Intelektual dan Standar

Kebutuhan/hambatan/tindakan untuk meningkatkan akses, perlindungan, dan pengaruh.

Peta Investasi Teknologi Prioritas investasi teknologi.

Petarencana Risiko Indikator kunci atas rencana. Penelusuran kebutuhan untuk mengubah.

Page 21: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

TELAAH KASUS: PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM RUSNAS

45 P2KDT – DB PKT

Tabel 2. Rangkuman Temuan dan Saran.

Temuan Saran Keterangan

Bentuk/sifat petarencana adalah petarencana organisasi individual, bukan petarencana kolaboratif.

Sebagian besar petarencana yang disusun pada dasarnya merupakan petarencana organisasi “individual,” dalam hal ini lembaga pengelola program. Karena itu, nampaknya petarencana teknologi yang dihasilkan lebih sebagai alat komunikasi “internal” organisasi pengelola (dan kepada KRT) dan belum merupakan (digunakan sebagai) alat untuk menggali dan mempersiapkan komersialisasi hasilnya.

Memperluas pemetarencanaan dalam proses pemetarencanaan kolaboratif, selain yang bersifat organisasi individual

Tujuan:

mendorong kolaborasi sinergis (dan keterpaduan upaya multi pihak) melalui petarencana kolaboratif (yang disusun bersama para stakeholder kunci)

Tingkat detail yang cukup beragam.

Terdapat perbedaan tingkat detail petarencana antar program. Sebagian pengelola program membuat petarencana teknologi yang cukup spesifik dan detail, sementara sebagian lainnya membuat dalam bentuk yang masih umum/generik.

Setiap program menyusun petarencana yang cukup detail, terutama untuk rencana 1 –2 tahun mendatang

Tujuan:

membuat petarencana yang benar-benar menjadi acuan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan, serta perbaikan masa datang

Petarencana tidak/belum mengintegrasikan program/ kegiatan terkait yang “di luar” Program RUSNAS

Terdapat beberapa program/ kegiatan yang pada saat bersamaan dilaksanakan oleh pengelola program, yang sebenarnya berpotensi saling komplementatif dengan kegiatan dalam program RUSNAS terkait, namun karena “bukan/tidak” termasuk Program RUSNAS, maka tidak (belum) digabungkan/diintegrasikan dalam petarencana teknologi. Sebagai contoh adalah dalam Program TIME.

Mengintegrasikan/ mensinergikan elemen-elemen program/ kegiatan yang relevan (terkait) dalam petarencana, termasuk yang “di luar” Program RUSNAS

Tujuan:

meningkatkan peluang efektivitas, cakupan, dan daya ungkit (leverage) dampak dari program sebagai suatu intervensi. RUSNAS merupakan salah satu intervensi yang tentunya memerlukan komplementasi bentuk intervensi lain. Tentunya petarencana diharapkan sebagai salah satu alat komunikasi untuk tujuan ini.

Page 22: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

PENYEDIAAN TEKNOLOGI, KOMERSIALISASI HASIL LITBANG DAN ALIANSI STRATEGIS

46

Tabel 2. Rangkuman Temuan dan Saran. (Lanjutan)

Temuan Saran Keterangan

Ukuran deliverables secara eksplisit.

Penciptaan bisnis baru atau perusahaan pemula berbasis teknologi sebenarnya merupakan hal positif dari Program RUSNAS dan merupakan keluaran yang “sah” dari upaya inovasi, sehingga merupakan salah satu indikator keberhasilan yang penting. Namun nampaknya masih ada kesan “kekhawatiran” dinilai “kurang patut” jika hal ini secara eksplisit terpublikasikan.

Perlu ada kesepakatan dan pengakuan dari KRT tentang bentuk “hasil” RUSNAS (termasuk pemanfaatan, difusi dan/atau komersialisasi) yang menjadi indikator keberhasilan Program. Selain itu, perlu dirancang “mekanisme” yang sah dari setiap pola/moda pemanfaatan, difusi dan/atau komersialisasi hasil tersebut.

Tujuan:

adanya kejelasan indikator keberhasilan Program, milestone penting, dan capaian (termasuk dampak ekonomi) penting dari setiap Program RUSNAS.

Petarencana sebagai “dokumen hidup”

Sejauh ini secara umum belum nampak agenda “peninjauan” (review) dan pemutakhiran petarencana teknologi secara terencana (deliberately) oleh pengelola program.

Ketegasan dari KRT agar setiap program RUSNAS melakukan pemutakhiran pemetarencanaannya secara reguler sebagai salah satu elemen kegiatan tahunan.

Tujuan:

setiap program berpijak pada dokumen petarencana yang relevan. Setiap petarencana merupakan dokumen “hidup” yang benar-benar menjadi pijakan pelaksanaan dan pemantauan serta evaluasi kegiatan operasional.

Keterlibatan stakeholder kunci

Jika dilihat dari keterlibatan stakeholder kunci, terutama calon klien potensial dan knowledge pool lain, daya jangkau Program RUSNAS sejauh ini masih relatif terbatas, kecuali untuk beberapa program yang telah dan sedang memperluas jejaring kolaborasi.

Perlu upaya pengembangan/ penguatan kelembagaan dan/atau jejaring kerja dalam setiap program sebagai salah satu elemen kegiatan penting.

Tujuan:

pengembangan kolaborasi sinergis dari setiap program

Page 23: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

TELAAH KASUS: PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM RUSNAS

47 P2KDT – DB PKT

5. KERANGKA PANDUAN PEMETARENCANAAN PROGRAM RUSNAS

Berikut adalah kerangka umum panduan pemetarencanaan teknologi Program RUSNAS yang diusulkan.

ISI KETERANGAN

SAMBUTAN Jelas

KATA PENGANTAR Jelas

DAFTAR ISI Jelas

BAB 1 PENDAHULUAN Memuat latar belakang dan tujuan penyusunan dokumen panduan, dan bagaimana menggunakan panduan

BAB 2 PENGERTIAN PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI

Merangkum pengertian, esensi utama, dan urgensi pemetarencanaan teknologi, serta jenis-jenis petarencana secara umum

BAB 3 TUJUAN, KEGUNAAN DAN MANFAAT

Memuat tujuan umum pemetarencanaan teknologi, manfaat dan kegunaannya

BAB 4 KERANGKA PEMETARENCANAAN Menjelaskan kerangka pemetarencanaan teknologi, terutama menyangkut format umum (yang biasanya dibuat), proses generik yang disarankan untuk pemetarencanaan teknologi dalam program RUSNAS, aktivitas awal yang umumnya perlu diperhatikan (tahap inisiasi), pengembangan petarencana teknologi (tahap penyusunan petarencana), dan aktivitas tindak lanjut (tahap implementasi dan evaluasi).

BAB 5 BEBERAPA ISU PENTING Mendiskusikan secara singkat beberapa isu mendasar yang biasanya perlu diperhatikan dalam pemetarencanaan teknologi, dan bagaimana peran pemerintah secara umum dalam konteks pemetarencanaan teknologi.

BAB 6 PENUTUP Bagian penutup dokumen

DAFTAR PUSTAKA Jelas

Menindaklanjuti hal ini telah disusun dokumen panduan pemetarencanaan teknologi Program RUSNAS.

Page 24: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

PENYEDIAAN TEKNOLOGI, KOMERSIALISASI HASIL LITBANG DAN ALIANSI STRATEGIS

48

6. CATATAN PENUTUP

Upaya pemetarencanaan teknologi yang masih tergolong relatif baru ini memang nampak beragam. Namun nampak bahwa kecenderungan penyusunan pemetarencanaan teknologi secara kolaboratif (multi pihak) di beragam bidang dan di berbagai negara dari waktu ke waktu semakin meningkat. Proses kolaboratif demikian nampaknya juga yang paling sesuai bagi pelaksanaan Program RUSNAS, selain karena ini merupakan prakarsa (‘intervensi’) pemerintah, juga karena tujuan utama RUSNAS memang adalah mendorong berkembangnya techno-industrial cluster.

Sejauh ini, Program RUSNAS terkesan sebagai program sisi supply teknologi semata (one-side policy). Karenanya tidak mengherankan jika keterlibatan stakeholder lain selain pihak pengelola program umumnya sangat minimum. Bahkan sangat terbatas pihak lain di luar pengelola yang mengetahui/memahami agenda yang akan dilaksanakan dalam petarencana yang dihasilkan dalam Program RUSNAS terkait.

Dalam hal ini, RUSNAS, walaupun pada mulanya ditekankan pada sisi knowledge pool, namun memang perlu diinterpretasikan lebih sebagai two-side policy intervention, bukan sekedar one-side policy intervention.

Dari enam Program RUSNAS yang berlangsung sampai saat ini, karakteristik masing-masing program, aktivitas dan produknya juga beragam. Tentu saja roadmap yang disusun tidak sama antara satu program dengan program yang lain. Dalam keragaman bentuknya, setiap pemetarencanaan teknologi pada dasarnya perlu mencerminkan beberapa elemen utama. Esensi penting pertama adalah bahwa pemetarencanaan teknologi “didorong kebutuhan” (needs-driven). Ini sebabnya sering diungkapkan bahwa pemetarencanaan teknologi hakikatnya merupakan proses perencanaan teknologi yang market-driven.

Kedua, pemetarencanaan teknologi merupakan proses yang dibangun atas visi bersama (common vision) para pelaku (partisipan) yang terlibat tentang arah masa depan yang dituju dan apa yang diperlukan untuk mencapainya. Hal ini mencakup juga proses “mempertemukan” sisi yang mencerminkan kebutuhan, khususnya kebutuhan teknologi, dengan sisi yang mencerminkan pasokan teknologi, dan membangun konsensus antara para pelaku (partisipan) yang terlibat. Hal ini juga menunjukkan pemetarencanaan teknologi sebagai alat pembelajaran dan komunikasi beragam pihak yang terlibat.

Ketiga, pemetarencanaan teknologi menggali bagaimana mencapai sasaran (alternatif sasaran) masa depan yang tertuang dalam lintasan (dan alternatifnya) yang akan ditempuh, apa yang harus dilakukan beserta berbagai implikasinya (termasuk implikasi kebijakan), dan kapan kesemuanya diimplementasikan dan harus tersedia/tercapai. Artinya, pemetarencanaan teknologi pada dasarnya mencerminkan keputusan rute/lintasan dan keputusan waktu (timing) dalam menuju proyeksi masa depan yang dituju. Pemetarencanaan hakikatnya dilakukan dengan tujuan menyusun rencana dengan sasaran yang tepat, lintasan perjalanan yang tepat, dengan biaya yang tepat, menggunakan teknologi dan kapabilitas yang tepat, dan pada saat/waktu yang tepat.

Oleh karena itu, petarencana teknologi biasanya memuat konsensus terutama tentang:

Visi dari sebuah industri/komunitas dalam merancang masa depan;

Jenis dan fitur produk (barang dan/atau jasa) yang diperlukan oleh industri/pasar yang menjadi tujuan di masa depan;

Page 25: Makalah 2  Telaah Kasus Pemetarencanaan Teknologi dalam Program RUSNAS – Tatang A. Taufik

TELAAH KASUS: PEMETARENCANAAN TEKNOLOGI DALAM PROGRAM RUSNAS

49 P2KDT – DB PKT

Teknologi dan faktor penting lain yang sesuai dan dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut;

Kelayakan, alternatif dan prioritas teknologi yang dibutuhkan tersebut;

Bagaimana memberikan/menyediakan solusi teknologi yang dibutuhkan melalui kegiatan litbang dan/atau kegiatan penting lain, dan mengembangkan/menyediakan kapabilitas dan sumber daya yang diperlukan.

Yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa upaya pemetarencanaan teknologi harus berorientasi kepada tindakan. “Nilai kegunaan” suatu petarencana antara lain ditentukan oleh apakah petarencana tersebut memberikan/menghasilkan suatu atau sehimpunan tindakan (langkah) yang secara realistis dapat dilaksanakan atau tidak. Karena jika tidak, maka petarencana tersebut tidak lebih dari sekedar “impian atau angan-angan” saja.