Makala h
description
Transcript of Makala h
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saat lahir, bayi harus melakukan transisi dari yang tadinya mendapat
suplay nutrisi dari plasenta menjadi pemberian makanan per oral. Pada awal
kelahiran, Energi tambahan yang di perlukan neonatus jam-jam pertama, di ambil
dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah mencapai
120mg/100 mg. Apabila karena suatu hal misalnya bayi dari ibu yg menderita DM
/ BBLR dimana perubahan glukosa menjadi glukogen akan meningkat/terjadi
gangguan pada metabolisme asam lemak dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
neonatus, maka kemungkinan besar bayi akan menderita HIPOGLIKEMIA.
Ketakutan terhadap rendahnya kadar gula darah pada bayi baru lahir
menjadi alasan baru “yang lumrah” untuk memisahkan ibu dengan bayinya, dan
memberikan bayi tambahan susu formula pada masa awal setelah bayi lahir.
Alasan kehawatiran para dokter anak dan ahli neonatal tersebut adalah karena
kadar gula darah yang rendah dapat menyebabkan kerusakan pada otak, sehingga
hal ini menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan. Bagaimanapun, telah terbentuk
perhatian yang berlebihan mengenai kadar gula darah rendah yang sebenarnya
tidak diperlukan. Pada kenyataannya, kebanyakan bayi yang diuji kadar gula
darahnya sebetulnya tidak membutuhkan pengujian tersebut, dan mereka yang
menerima susu formula sebenarnya tidak memerlukan susu formula. Dengan
memberikan susu formula, khususnya karena hampir selalu diberikan dengan
botol, kita telah mengganggu proses menyusui dan telah memberi kesan bahwa
formula adalah obat yang bagus.
hipoglikemi pada neonatus 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Hipoglikemia (hypo+glic+emia) merupakan konsentrasi glukosa dalam
darah berkurangnya secara abnormal yang dapat menimbulkan tremor, keringat
dan sakit kepala apabila kronik dan berat, dapat menyebabkan manifestasi
susunan saraf pusat.
Hipoglikemia neonatorum adalah masalah pada bayi dengan kadar glukosa
darah kurang dari 40 - 45mg/dl .
Keadaan dimana bila kadar gula darah bayi di bawah kadar rata-rata bayi
seusia & berat badan Aterme (2500 gr atau lebih) < 30 mg/dl dalam 72 jam
pertama, & < 40 mg/dl pada hari berikutnya.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Insiden hipoglikemia pada bayi baru lahir ialah mencapai 1,3 - 3,0 / 1000
kelahiran hidup. Hipoglikemia juga bisa terjadi sampai 14% bayi-baru-lahir yang
sehat dan dilahirkan dengan masa kehamilan normal, dan 16% pada bayi-baru-
lahir BMK (besar untuk masa kehamilan) yang dilahirkan dari ibu yang menderita
diabetes.
2.3 PATOFISIOLOGI
Hipoglikemia sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.
Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon
insulin juga meningkat pada janin,saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka
transfer glukosa berhenti,sedangkan respon insulin masih tinggi sehingga terjadi
HIPOGLIKEMIA. Hipoglikemi dapat menimbulkan hipoksi otak. Glukosa
merupakan sumber kalori yang penting. Setiap stress yang terjadi mengurangi
cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa,
misalnya pada asfiksia, hipotermi, gangguan pernapasan. Hipoglikemia adalah
masalah serius pada BBL. Kejadian hipoglikemia lebih sering di dapat pada bayi
hipoglikemi pada neonatus 2
dari ibu dengan Diabetes Miletus. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting
untuk ketahapan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
2.4 ETIOLOGI
a) Hipotermia
b) Pertumbuhan janin terhambat (PJT)/ BBLR/bayi kembar BBLR)
c) Prematuritas
d) Stres dingin
e) Sepsis
f) Postmaturitas
g) Reflek moro yang berlebihan
h) Apnea / riwayat asfiksia
i) Bayi dari ibu dengan DM
j) Kelainan bawaan (gangguan metabolik/kesalahan penyimpanan
glikogen)
2.5 TANDA DAN GEJALA
a) Apnea (henti nafas > 20”) / pernafasan cepat (> 60 x/menit)
b) Sianosis
c) Kejang atau tremor
d) Letargi dan tidak kuat mengisap
e) Tangisan yang lemah atau bernada tinggi
f) Hipotermia
g) Keringat dingin
h) Penurunan kesadaran
i) Apatis
j) Kesulitan minum
k) Gerakan mata berputar/nistagmus
l) Keringat dingin
m) Pucat
n) Muntah
hipoglikemi pada neonatus 3
Karena Manifestasi Klinis ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab
maka penting untuk mengukur kadar glukosa serum dan menentukan apakah
hipoglikemia menghilang dengan pemberian glukosa yang cukup untuk
menaikkan kadar glukosa darah menjadi normal atau tidak. Jika tidak, diagnosis
lain harus dipikirkan.
2.6 DIAGNOSIS
a. Untuk mencegah abnormalitas perkembangan syaraf, identifikasi dan
pengobatan tepat waktu untuk hipoglikemia adalah sangat penting
b. Pemantauan glukosa di tempat tidur adalah tindakan tepat untuk
penapisan dan deteksi awal
c. Hipoglikemia harus dikonfirmasi oleh nilai serum dari laboratorium
jika memungkinkan
d. Anamnesis
Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi,
gangguan pernapasan
Riwayat bayi prematur
Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)
Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan
Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia :
Bayi dari ibu diabetes (IDM)
Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA)
Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)
Bayi prematur dan lewat bulan
Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)
Bayi puasa
Bayi dengan polisitemia
Bayi dengan eritroblastosis
hipoglikemi pada neonatus 4
Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta-
simpatomimetik dan beta blocker
e. Pemeriksaan Fisik
Pucat, diaphoresis, tekanan darah, frekuensi denyut jantung,
penurunan kesadaran, deficit neurologik fokal transient.
Trias whipple untuk hipoglikemia secara umum:
gejala yang konsisten dengan hipoglikemia
kadar glukosa plasma rendah
Gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat.
f. Pemeriksaan Penunjang
Kadar glukosa darah (GD), tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, C- peptide
2.7 DIAGNOSIS BANDING
Hipoglikemia karena :
Obat:
( sering ) ; insulin, sulfonlurea, alcohol
( kadang) ; kinin, pentamidine
(jarang ) ; salisilat, sulfonamide.
Hiperinsulinisme endogen ; insulinoma, kelainan sel B jenis lain,
sekretagogue ( sulfonylurea ), autoimun, sekresi insulin ektopik
Penyakit kritis: gagal hati, gagal ginjal, sepsis, starvasi dan inasasi
Defisiensi endokrin ; kortisol, growth hormone, glukagon, epnefrin
Tumor non-sel B ; sarkoma, tumor adrenokortikal, hepatoma,
leukemia, limfoma, melanom.
Pasca – prandial ; reaktif ( setelah operasi gaster), diinduksi alcohol
2.8 PENCEGAHAN
Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya
hipotermia
Pemberian ASI merupakan tindakan preventif tunggal paling
penting
hipoglikemi pada neonatus 5
Jika bayi tidak mungkin menyusui, mulailah pemberian minum
dengan menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir
Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya
Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai
dan kadar glukosa dipantau.
2.9 PENATALAKSANAAN
Menurut MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
Jika anak masih bisa menyusu: mintalah kepada ibu untuk
menyusui anaknya
Jika anak tidak bisa menyusu tapi masih bisa menelan: beri perasan
ASI atau air gula 30-50 ml sebelum di rujuk.
Jika anak tidak bisa menelan: beri 50 ml ASI atau air gula melalui
pipa nasogastrik.
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu
dimonitor dalam 3 hari pertama :
a) Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
b) Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan
glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan.
c) Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani
hipoglikemia
Penanganan hipoglikemia dengan gejala :
a) Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1
ml/menit
b) Pasang jalur IV D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa
6-8 mg/kg/menit).
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18
mg/mnt = 25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10
g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu
25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari. Atau cara lain
dengan GIR
hipoglikemi pada neonatus 6
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%,
bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral.
c) Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus
dinyatakan dengan GIR.
Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate
GIR (mg/kg/min) =
Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi Dextrose (%)
6 x berat (Kg)
Contoh : Berat bayi 3 kg umur 1 hari
Kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 x 3 = 240 cc/hari = 10 cc/jam
GIR = 10 x 10 (Dextrose 10%) = 100 = 6 mg/kg/min
6 x 3 18
d) Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
e) Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala,
ulangi seperti diatas
f) Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
Infus D10 diteruskan
Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
ASI diberikan bila bayi dapat minum
Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
Pasca terapi pertama harus diberi infus glukosa 8 mg/kg/menit. Jika
hipoglikemia terjadi lagi, kecepatan infus harus ditambah sampai menggunakan
glukosa 15-20%. Jika infus glukosa 20% intravena tidak cukup untuk
melenyapkan gejala dan mempertahankan kadar glukosa serum normal,
hidrokortison (2,5 mg/kg/6 jam) atau prednisone (1 mg/kg/24 jam) harus juga
diberikan. Glukosa serum harus diukur setiap 2 jam setelah terapi dimulai sampai
beberapa pengukuran berada diatas 40 mg/dL. Selanjutnya, kadar harus diperiksa
setiap 4-6 jam dan pengobatan secara bertahap dikurangi dan akhirnya dihentikan
bila glukosa serum telah berada pada kisaran normal dan bayi tidak menampakkan
gejala selama 24-28 jam. Pengobatan biasanya diperlukan selama beberapa hari
sampai satu minggu, kadang-kadang selama beberapa minggu. Jika ada
hipoglikemi pada neonatus 7
hiperinsulinisme neonates, seperti pada nesidioblastosis, dan bayi tidak
memberikan respon terhadap steroid dan glukosa yang diberikan selama waktu
yang cukup, diazoksid atau somatostatin dengan masa kerja pajang dapat
digunakan.
Bayi yang resikonya mengalami hipoglikemia bertambah harus diukur
glukosa serumnya dalam 1 jam kelahiran dan selanjutnya setiap 1-2 jam selama 6-
8 jam pertama, kemudian setiap 4-6 jam sampai usia 24 jam, bayi normoglikemik
yang mempunyai resiko tinggi harus mendapat makanan oral atau melalui sonde
susu formula yang dimulai pada umur 1-3 jam dan dilanjutkan dengan interval 2-3
jam selama 24-48 jam. Infus glukosa intravena 4 mg/kg/menit harus diberikan jika
pemberian makanan oral kurang ditoleransi atau jika terjadi hipoglikemia
neonates sementara yang asimptomatik.
2.10 PROGNOSIS
Prognosis untuk hidup baik. Hipoglikemia kambuh pada 10-15% bayi
sesudah pengobatan adekuat. Bebrapa bayi telah dilaporkan selambatnya timbul
pada usia 8 bulan. Kumat lebih sering terjadi jika cairan intravena keluar dari
pembuluh atau jika cairan dihentikan terlalu cepat sebelum makanan oral
ditoleransi dengan baik. Anak yang dikemudian hari menderita hipoglikemia
ketotik mengalami peningkatam insidens hipoglikemia neonates. Prognosis untuk
fungsi intelektual yang normal harus ditentukan dengan hati-hati, karena
hipoglikemia yang lama dan berat dapat disertai dengan sekuele neurologis. Bayi
hipoglikemik yang simptomatis, terutama bayi dengan berat lahir rendah dan bayi
dari ibu diabetes, mempunyai prognosis yang lebih jelek untuk kelanjutan
perkembangan intelektual yang normal dari pada prognosis bayi yang
asimptomatik.
hipoglikemi pada neonatus 8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipoglikemia (hypo+glic+emia) merupakan konsentrasi glukosa dalam
darah berkurangnya secara abnormal yang dapat menimbulkan tremor, keringat
dan sakit kepala apabila kronik dan berat, dapat menyebabkan manifestasi
susunan saraf pusat.
Hipoglikemia neonatorum adalah masalah pada bayi dengan kadar glukosa
darah kurang dari 40 - 45mg/dl. Keadaan dimana bila kadar gula darah bayi di
bawah kadar rata-rata bayi seusia & berat badan A terme (2500 gr atau lebih) < 30
mg/dl dlm 72 jam pertama, & < 40 mg/dl pada hari berikutnya.
Mulainya gejala bervariasi dari beberapa jam sampai beberapa minggu
setelah lahir. Perkiraan urutan kekerapan adalah kecemasan atau tremor, apati,
episode sianosis, konvulasi, serangan apnea intermiten atau takipnea, menangis
lemah atau dengan frekuensi tinggi, lemas atau lesu, sukar makan, dan mata
berputar. Episode berkeringat, pucat mendadak, hipotermia, dan henti serta gagal
jantung juga terjadi. Sering ada sekelompok gejala episodic. Karena Manifestasi
Klinis ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab maka penting untuk
mengukur kadar glukosa serum dan menentukan apakah hipoglikemia menghilang
dengan pemberian glukosa yang cukup untuk menaikkan kadar glukosa darah
menjadi normal; jika idak, diagnosis lain harus dipikirkan.
hipoglikemi pada neonatus 9
DAFTAR PUSTAKA
o Arvin, Behrman, Kliegman. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
EGC
o Behrman, dkk. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Saunders Elseveir
o Braunwald, dkk. 2012. Prinsip – prinsip ilmu penyakit dalam.
Jakarta: EGC
o Madiyono, Bambang. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid
I. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.
hipoglikemi pada neonatus 10