maju persentasi bismillah.ppt

download maju persentasi bismillah.ppt

of 62

Transcript of maju persentasi bismillah.ppt

  • REGIONAL ANASTESI

  • OLEH:BAMBANG HERIANTO, S.kedPEMBIMBING: dr. Hj. Ade Susanti Sp.AN

  • setiap pembedahan menghilangkan nyeri anestesi

    Anestesi spinal menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid

    Menurut WHO,disebut usia tua adalah >65 tahun. perubahan fisiologi yang terjadi pada geriatri berhati-hati dalam pemberian obat anestesi keadaan sehat dikategorikan menjadi ASA II. Pendahuluan

  • Tanggal: 28 Maret 2015Nama : Nn. MUmur: 12 TahunJenis Kelamin: PerempuanBB: 35 kgGol. Darah: -Alamat: Mendalo kota JambiNo. RM: XXXXXRuangan: Kelas IIIDiagnosa: Opened fraktur calcaneus dextra non displacedTindakan: Debridement dan pemasangan slab

    Laporan Kasus

  • ANAMNESAKeluhan UtamaNyeri pada luka atau bekas jahitan.

    RPS 1 minggu yang lalu os mengalami kecelakaan sepeda motor, pada kecelakann os mengalami luka terbuka pada tumit kaki kanan dan luka lecet pada lengan tangan. Os sadar setelah kejadian, kaki sakit di injakan (+), pusing (-), mual (-),dan muntah (-), os di bawa ke IGD RS.

  • RPDRiwayat Hipertensi: (-)Riwayat Asma: (-)Riwayat DM: (-)Riwayat Batuk Lama: (-)Riwayat Operasi: (-)Riwayat Penyakit lain: (-)

    Riwayat KebiasaanKebiasaan minum jamu (-)Merokok -

  • Pemeriksaan FisikKesadaran: Compos MentisTekanan Darah: 110/70 mmHg sssNadi: 80 x/menitRR: 20 x/menitSuhu: 37,2 CKepala: NormocephalMata: SI -/-, CA -/-, isokor +/+THT: DBNLeher: Pembesaran KGB (-), JPV(52 cmH2O)

  • PEMERIKSAAN PENUNJANGDarah Rutin (4/2/2015)WBC: 10.43/mm3( 3,5 10,0 )RBC: 4,626/mm3( 3,80 - 5,80 )HGB: 11.6gr/dL( 11,0 16,5 )HCT: 32.4 %( 35,0 - 50,0 )PLT: 3/mm3(150 390 )GDS: mg/dlMasa Pendarahan: ( 1 - 3 menit )Masa Pembekuan: ( 2 6 menit )

  • Faal HatiBilirubin Total : 0,7 mg/dl(
  • Faal Ginjal Ureum : 14.5 mg/dl(15-39)Kreatinin : 0,7 mg/dl(0,6-1,1)

    Pemeriksaan ElektrolitNa: 141,31 mmol/L(135-145)K: 3,44 mmol/L(3,5-5,5)Cl: 99,32 mmol/L(98-108)Ca: 1,17mmol/L(2,2-2,9)

  • X Ray

  • Status Fisik: ASA IITindakan AnestesiMetode: Anestesi RegionalPremedikasi: Ranitidin 50 mg, ondancentrone 4 mg, dexametason 5 mg

    Induksi:Bupivacaine 20mgAdjuvant : Katapres 45 mgMO 0,1 mgPemeliharaan : O2

  • Teknik Anestesi: Spinal Lokasi Tusukan: L 3-4Obat Anestesi Lokal: Bupivacaine 0,5% (Hiperbarik)Jumlah: 17 ccAdjuvant : klonidin 60 mg` MO 0,1 mgTindakan Anestesi Tambahan : -

  • Keadaan Selama OperasiLetak Penderita: TerlentangIntubasi: Tidak DiintubasiNo. Tube : -Penyulit Intubasi: Tidak AdaPenyulit Waktu Anestesi/Operasi: -Lama Anestesi: 60 menitJumlah CairanInput : RL 500 cc + RL 500cc Output: Urin : 200 cc

  • Kebutuhan cairan pasien ini; BB = 35 KgMaintenance (M)2 cc/ kgBB/jam= 2 cc x 35 = 70 cc/jamPengganti Puasa (Pp)Pp = 6 x M= 6cc x 70 = 420 cc

    Stress Operasi (O)O = BB x 6 cc (Operasi Sedang) = 35 x 6 cc = 210 ccKebutuhan cairan selama operasi :Jam I= (Pp) + M + O= (420) + 70 + 210= 490 ccJam II= (Pp) + M + O= (420) + 70 + 210= 385 cc

  • Pra Anestesi Penentuan status fisik ASA: 1/2/3/4/5/Non EMGMallampati : 1

    Persiapan: Pasien dan keluarga telah diberikan Informed ConsentPuasa 6 jam sebelum operasi

  • Monitoring 11.15

  • 11.30

  • 11.45

  • 12.00

  • 12.15

  • Debredement dan pemasangan slab

  • Masuk Ruang PemulihanMasuk Jam: 12.20 WIBKeadaan Umum: Kesadaran: CM, GCS: 15Tanda vital: TD: 110/70 mmHg Nadi: 72 x/menit RR: 22x/menitPernafasan : BaikScoring Alderate:Aktifitas: 1Pernafasan: 2Warna Kulit: 2Sirkulasi : 2Kesadaran : 2Jumlah: 9

  • Instruksi AnestesiMonitoring tanda vital, kesadaran, dan perdarahan tiap 15 menitTirah baring menggunakan bantal 1x24 jamBoleh makan dan minum bertahap jika tidak ada mual dan muntah, BU (+)Terapi dilanjutkan sesuai instruksi dr. Humaryanto. Sp.OT

  • Anastesi spinal ( intratekal, intradural, subdural, subaraknoid) ialah pemberian obat anestetik subaraknoid. Anestesia spinal diperoleh ruang subaraknoid.

    Blok Sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal.Blok perifer (blok saraf), yaitu meliputi blok pleksus bracialis, aksiler, analgesia regional intravena dan lain-lain.

    TINJAUAN PUSTAKA

  • Anatomi

  • Peredaran darah MS o/ A. spinalis anterior dan A. spinalis posterior.

  • Fisiologi Anestesi SpinalAda 3 kelas saraf: motorik, sensorik dan otonom. Stimulasi saraf motorik menyebabkan otot berkontraksi ketika terjadi blok saraf, otot mengalami kelumpuhan. Saraf sensorik mengirimkan sensasi seperti sentuhan dan nyeri dari sumsum tulang belakang ke otak. saraf otonom mengontrol caliber pembuluh darah, denyut jantung, kontraksi usus dan fungsi lainnya yang tidak berhubungan dengan kendali kesadaran.otonom dan sensorik terblok sebelum saraf motorik. Vasodilatasi dan penurunan tekanan darah pun dapat terjadi ketika saraf otonom di blok

  • Penilaian dan Persiapan Pra Anestesia

    Anamnesis Pemeriksaan fisikKlasifikasi status fisikPremedikasi Induksi anestesi

  • Komplikasi anestesi spinal 7Hipotensi beratBradikardiaHipoventilasiTrauma pembuluh sarafTrauma sarafMual-muntahBlok spinal tinggi atau spinal total

  • Persiapan Analgisia SpinalInformed Consent (izin dari pasien)Pemeriksaan fisikPemeriksaan laboratorium anjuranHemoglobin, hematokrit, PT (protrombin time) dan PTT (partial tromboplastine time)

  • Indikasi ::Bedah ekstremitas bawahBedah panggul Tindakan sekitar rektum-perineumBedah ObgynBedah UrologiBedah Abdomen bawahPada bedah abdomen atas dan bedah pediatri biasanya dikombinasikan dengan anestesia umum ringan

    Kontra Indikasi Absolut::Pasien MenolakInfeksi pada tempat suntikanHipovolemia berat, syokKoagulopati atau mendapat terapi antikoagulan Tekanan intrakranial meninggiFasilitas resusitasi minimKurang pengalaman/ tanpa didampingi konsultan anestesia

  • Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi)Infeksi sekitar tempat suntikanKelainan neurologisKelainan psikisBedah lamaPenyakit jantungHipovolemia ringanNyeri punggung kronis

    Kontra Indikasi Relatif

  • Anestesi dilatasi vena, merangsang masuknya cairan ke dalam rongga ketiga (third space) dan juga menekan fungsi jantung. Secara umum anghka kematian akibat operasi tergantung dari empat faktor resiko utama , yaitu:

    Rehidrasi, bila terjadi dehidrasiGangguan saluran cerna diatasiMengatasi sepsisMengatasi perdarahan (blood loss) bila adaMengatasi edem pada gagal jantung kongestif

    Aspek Anestesi Pada Geriatri

  • Persiapan pra anestesi

    AnamnesisPemeriksaan FisikPemeriksaan LaboratoriumKebugaran untuk AnestesiaKlasifikasi Status FisikMasukan OralPremedikasi

  • The American Society of Anesthesiologists (ASA) yaitu:1,2Kelas I: Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimiaKelas II: Pasien dengan penyakit sistemik ringan atas sedang, tanpa pembatasan aktivitas.Kelas III: Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas.Kelas IV: Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.Kelas V: Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.

  • Masukan Oral

    Refleks laring penurunan anestesia.Regurgitasi isi lambung dan kotoran pd sal napas m/ risiko utama. dipantangkan dari masukan oral sebelum induksi anestes

  • dewasa umumnya puasa 6-8 jamanak kecil 4-6 jam dan bayi 3-4 jam.tak berlemak diperbolehkan 5 jam sebelum induksi anestesia. Minuman bening, air putih, teh manis sampai 3 jam dan untuk keperluan minum obat air putih dalam jumlah terbatas boleh 1 jam sebelum induksi anestesi

  • Premedikasipemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi t/ untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesia, diantaranya:1Meredakan kecemasanMemperlancar induksi anestesiMengurangi seksresi kelenjar ludah dan bronkusMeminimalkan jumlah obat-obat anestetikMengurangi mual-muntah pasca bedahMenciptakan amnesiaMengurangi isi cairan lambungMengurangi refleks yang berlebihan

  • Sebelum induksi premedikasi, untuk:Menghilangkan atau mengurangi rasa takut, cemas dan gelisah sehingga anak menjadi tenang,Memudahkan dan melancarkan induksi anestesi,Mencegah terjadinya perubahan-perubahan psikologis atau perilaku pasca anestesi,Mengurangi sekret pada saluran nafas dan rongga mulut, Sebagai vagolitik mencegah timbulnya reflex vagal akibat obat anestesi, ransangan fisik atau manipulasi pembedahan. Ranitidin 50 mg dan ondancetron 4 mg , untuk mengurangi efek samping berupa mual muntah sebelum dan sesudah induksi anestesi.

  • Peralatan analgesia spinal

    Peralatan monitorTekanan darah, nadi, oksimetri denyut (pulse oximeter) dan EKG.Peralatan resusitasi/anastesia umumJarum spinalJarum spinal dengan ujung tajam (ujung bamboo runcing, Quincke Babcock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point, whitecare)

  • Tekhnik analgesia spinalSetelah dimonitor , tidurkan pasien misalnya pada posisi decubitus lateral. Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil. Buat pasien membungkuk maksimal agar prosessus spinosus mudah teraba. Posisi lain ialah dudukPerpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-5. Tentukan tempat tusukan misalnya L2-3, L3-4 atau L4-5. Tusukan pada L1-2 atau diatasnya beresiko trauma terhadap medulla spinalisSterilkan tempat tusukan dengan betadine dan alcoholBeri anastetik local pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3 mlPosisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid (wasir) dengan anastetaik hiperbarik. Jarak kulit-ligamen flavum dewasa 6 cm2

  • Strukur muskuloskeletalKulitTulangOtotTendonLigamen Kartilago

    SISTEM MUSKULOSKELETAL1

  • FrakturFraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan karena rudapaksa

    Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.

    Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan.

    Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula

  • KLASIFIKASIBerdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).Faktur Tertutup (Closed)Fraktur Terbuka (Open/CompoundBerdasarkan komplit atau ketidak klomplitan fraktur.Fraktur Komplit Fraktru Inkomplit

  • PENYEBAB FRAKTURa. Peristiwa traumab. Fraktur kelelahan atau tekananc. Fraktur patologik

  • Os calcaneus tulang tarsal yang terbesar. mempunyai 4 facies artikular yang membolehkannya melakukan persendian dengan os talus di superior dan os cuboid di anterior.a dan v tibialis, tendon tibialis posterior dan tendon fleksor haluccis longus pada bagian medial calcaneus.

  • Etiologijatuh dari tempat tinggi kecelakaan lalu lintas impak pada permukaan yang keras ketika berlari atau melompat.

  • Komplikasi

    MinorMajorLuka yang lambat sembuh pada sebagian area.Bekuan darah.Iritasi saraf pada area insisiKegagalan luka untuk sembuhIritasi tendon disebabkan skruInfeksiKaku pada sendiKolaps pada tulang

  • Diagnosis Fraktur AnamnesisBiasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak.

    Pemeriksaan fisikPemeriksaan lokal1. Inspeksi (Look)2. Palpasi (Feel)3. Pergerakan (Move) 4. Pemeriksaan neurologisPemeriksaan neurologis Pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris Pemeriksaan penunjangX-Ray

  • Analisis kasus Pasien Nn. M12 Th, dirawat dibangsal bedah dengan diagnosa opened fraktur os calcaneus dextra .Diagnosis anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah didapat. Tatalaksana tindakan pembedahan.Pada saat KPA,anamnesis didapatkan 1 minggu yll os mengalami kecelakaan, os mengalami luka terbuka pada tumit kaki kanan dan luka lecet pada lengan tangan. Os sadar setelah kejadian , kaki sakit di injakan (+), pusing (-), mual (-),dan muntah (-), os di bawa ke IGD RS.

  • RPD dan kebiasan di sangkalDari pemeriksaan fisik didapatkan luka robek post hecting pada tumitPemeriksaan penunjang : labor DBN dan X ray tampak adax fraktur

  • Anestesi spinalpemberian obat anestesi lokal ke ruang subarachnoid.Teknik ini sederhana, cukup efektif.

  • diberikan Ranitidine 50 mg (golongan antagonis reseptor H2 Histamin), t/ mengurangi isi cairan lambung sehingga mencegah pneumonitis asam, sebab cairan lambung bersifat asam dengan PH 2,5 dapat menyebabkan keadaan tersebut. Pada pasien ini juga diberikan ondacentron 4 mg (golongan antiemetik) untuk mengurangi mual dan muntah pada pembedahan untuk mencegah adanya aspirasi dari asam lambung.

  • Induksi Bupivacaine HCL dan dikombinasikan dengan klonidin.Bupivacain anestesi lokal golongan amida.Obat anestesi regional menghilangkan rasa sakit atau sensasi pada daerah tertentu dari tubuh. memblok proses konduksi syaraf perifer jaringan tubuh, bersifat reversibel. MulaI kerja lambat dibanding lidokain, tetapi lama kerja 8 jam

  • Klonidin suatu agonis adrenoseptor 2 dapat menstimulasi reseptor adrenergik 2 presinaps dan menghambat pengeluaran norepinefrin di sentral maupun perifer.

  • Monitor 15 menit sekali untuk mengetahui penurunan tekanan darah yang bermakna. Hipotensi terjadi bila terjadi penurunan tekanan darah sebesar 20-30%

  • Setelah operasi selesai pasien dibawa ke Recovery Room (RR). Diruang inilah pemulihan dari anestesi umum atau anestesi regional dilakukan. Pada saat di RR dilakukan monitoring terhadap kesadaran, dan tanda-tanda vital pasien. Pasien dapat keluar dari RR apabila sudah mencapai skor aldrete labih dari 8. Pada pasien ini didapatkan skor aldrete 9, sehingga pasien dapat keluar dari RR ke ruang kelas III.