Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

76
W AJAH TOEGOE DITERBITKAN DITERBITKAN DITERBITKAN DITERBITKAN DITERBITKAN OLEH OLEH OLEH OLEH OLEH: DEVISI KAMPANYE WALHI YOGYAKARTA PEN PEN PEN PEN PENANGGUNG ANGGUNG ANGGUNG ANGGUNG ANGGUNG JAWAB AB AB AB AB UMUM UMUM UMUM UMUM UMUM SUPARLAN S. SOS. I. PEMIMPIN PEMIMPIN PEMIMPIN PEMIMPIN PEMIMPIN RED RED RED RED REDAKSI AKSI AKSI AKSI AKSI UMBU WULANG TAP WAKIL AKIL AKIL AKIL AKIL PEMIMPIN PEMIMPIN PEMIMPIN PEMIMPIN PEMIMPIN RED RED RED RED REDAKSI AKSI AKSI AKSI AKSI AHMAD JAFAR J TAKING SEKRET SEKRET SEKRET SEKRET SEKRETARIS ARIS ARIS ARIS ARIS RED RED RED RED REDAKSI AKSI AKSI AKSI AKSI YUSTRINA WULANDARI DHITA SELFIA LINGGA SARI REPOR REPOR REPOR REPOR REPORTER TER TER TER TER KAHAR MUHAMMAD MAULANA SUGIANTO RIA ANNISA CHANDRA TP FOTOGRAFER FOTOGRAFER FOTOGRAFER FOTOGRAFER FOTOGRAFER WAHYU PUTRO A KARIKA KARIKA KARIKA KARIKA KARIKATURIS TURIS TURIS TURIS TURIS ASHIDO ALDORIO SIMATUPANG DESAIN DESAIN DESAIN DESAIN DESAIN GRAFIS GRAFIS GRAFIS GRAFIS GRAFIS & & & & & TATA LET LET LET LET LETAK AK AK AK AK PUTRI FITRIA FREDY FEBRISON FATHUR ROZIQIN FEN ALAMA ALAMA ALAMA ALAMA ALAMAT RED RED RED RED REDAKSI AKSI AKSI AKSI AKSI JL. NYI PEMBAYUN NO. 14 A KARANG SEMALO-KOTAGEDE YOGYAKARTA 55172, TELP/FAX: 0274-378631 E-MAIL: TOEGOE.WALHI@GMAIL.COM REDAKSI MENERIMA SUMBANGAN TULISAN BERUPA SURAT PEMBACA, TIPS PENGELOLAAN LINGKUNGAN, ARTIKEL ATAU OPINI. DIKETIK 3 HALAMAN KUARTO, 1,5 SPASI, TIMES NEW ROMAN. ANTAR LANGSUNG KE REDAKSI DALAM BENTUK FILE ATAU DIKIRIM VIA E-MAIL. REDAKSI BERHAK MENGEDIT SEPANJANG TIDAK MENGURANGI ESENSI TULISAN. TIDAK ADA IMBALAN BERUPA MATERI BAGI NASKAH YANG DIMUAT. 1 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN :: | edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 | TOEGOE P EMBACA ............... S UARA TOEGOE ............... TOEGOE U TAMA ............... TOEGOE P EMIKIRAN ............... TOEGOE S HALINK ............... TOEGOE KREATIF ............... TOEGOE ANAK ............... P OTRET TOEGOE ............... TOEGOE K HUSUS ............... A RENA TOEGOE ............... TOEGOE W ALHI ............... K AMPUNG TOEGOE ............... C ELOTEH TOEGOE ............... C ERITERA TOEGOE ............... P USTAKA TOEGOE ............... CATATAN LINGKUNGAN ............... 2 4 6 31 34 36 38 41 45 65 66 69 71 72 73 75

description

BANYU PANGURIPAN, DI TITIK NADIR? AIR ADALAH KEBUTUHAN SAKRAL MANUSIA. DEMIKIAN HALNYA BAGIPENDUDUK DI KOTA BUDAYA INI YANG MENJELMA DALAM UNGKAPAN“BANYU PANGURIPAN”.KOTA TERUS BERKEMBANG. MODERNISASI JUGA MENJADI PETUNJUKUNTUK MEMBANGUN KOTA YANG DALAM KEBUDAYAAN DISAPA“NGAYOGYAKARTA”. GEMERLAP PEMBANGUNAN TERUS BERLANGSUNGNAMUN SAYANGNYA TAK TERKONTROL. DI BEBERAPA SEGI, KOTA GUDEGINI MULAI KEHILANGAN KEBANGGAANNYA. SALAHSATUNYA AIR BERSIH.SOAL INI MUNCUL LANTARAN PENCEMARAN DAN TATA KELOLA YANGBURUK KERAP TERJADI, MEMBUAT AIR MAKIN BERKURANG KUALITASDAN FUNGSINYA. BAGI MASYARAKAT INI TENTU MEMBUAT KETAR-KETIR,BAGAIMANA DENGAN PEMERINTAH? APAKAH MENYEPELEKANNYA?BIARKAN BAKTERI DEMI BAKTERI MERUSAK AIR TERSEBUT? BIARKANMASYARAKAT MENCARI SOLUSI SENDIRI? BILA KATA “YA” JAWABANNYAMAKA BERSIAPLAH SI PELEPAS DAHAGA KELAK AKAN DATANG MEMBAWAPETAKA. BILA KATA “TIDAK” JAWABANNYA, SEGERALAH BERBENAH!

Transcript of Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

Page 1: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

1toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

W A J A H T O E G O E

DITERBITKANDITERBITKANDITERBITKANDITERBITKANDITERBITKAN OLEHOLEHOLEHOLEHOLEH :::::

DEVISI KAMPANYE WALHI YOGYAKARTA

PENPENPENPENPENANGGUNGANGGUNGANGGUNGANGGUNGANGGUNG JJJJJAAAAAWWWWWABABABABAB UMUMUMUMUMUMUMUMUMUM

SUPARLAN S. SOS. I.

PEMIMPINPEMIMPINPEMIMPINPEMIMPINPEMIMPIN REDREDREDREDREDAKSIAKSIAKSIAKSIAKSI

UMBU WULANG TAP

WWWWWAKILAKILAKILAKILAKIL PEMIMPINPEMIMPINPEMIMPINPEMIMPINPEMIMPIN REDREDREDREDREDAKSIAKSIAKSIAKSIAKSI

AHMAD JAFAR J TAKING

SEKRETSEKRETSEKRETSEKRETSEKRETARISARISARISARISARIS REDREDREDREDREDAKSIAKSIAKSIAKSIAKSI

YUSTRINA WULANDARI

DHITA SELFIA LINGGA SARI

REPORREPORREPORREPORREPORTERTERTERTERTER

KAHAR MUHAMMAD MAULANA

SUGIANTO

RIA ANNISA

CHANDRA TP

FOTOGRAFERFOTOGRAFERFOTOGRAFERFOTOGRAFERFOTOGRAFER

WAHYU PUTRO A

KARIKAKARIKAKARIKAKARIKAKARIKATURISTURISTURISTURISTURIS

ASHIDO ALDORIO SIMATUPANG

DESAINDESAINDESAINDESAINDESAIN GRAFISGRAFISGRAFISGRAFISGRAFIS & & & & & TTTTTAAAAATTTTTAAAAA LETLETLETLETLETAKAKAKAKAK

PUTRI FITRIA

FREDY FEBRISON

FATHUR ROZIQIN FEN

ALAMAALAMAALAMAALAMAALAMATTTTT REDREDREDREDREDAKSIAKSIAKSIAKSIAKSI

JL. NYI PEMBAYUN NO. 14 A KARANG

SEMALO-KOTAGEDE YOGYAKARTA 55172,

TELP/FAX: 0274-378631

E-MAIL: [email protected]

REDAKSI MENERIMA SUMBANGAN TULISAN BERUPA

SURAT PEMBACA, TIPS PENGELOLAAN

LINGKUNGAN, ARTIKEL ATAU OPINI. DIKETIK 3HALAMAN KUARTO, 1,5 SPASI, TIMES NEW ROMAN.ANTAR LANGSUNG KE REDAKSI DALAM BENTUK

FILE ATAU DIKIRIM VIA E-MAIL.REDAKSI BERHAK MENGEDIT SEPANJANG TIDAK

MENGURANGI ESENSI TULISAN.TIDAK ADA IMBALAN BERUPA MATERI BAGI

NASKAH YANG DIMUAT.

1toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

TOEGOE PE M BAC A ...............

SU A R A TOEGOE...............

TOEGOE UTA M A ...............

TOEGOE PE M I K I R A N...............

TOEGOE SH A L I N K ...............

TOEGOE K R E AT I F...............

TOEGOE A NA K ...............

PO T R E T TOEGOE...............

TOEGOE KH U S U S ...............

AR E NA TOEGOE...............

TOEGOE WA L H I ...............

KA M P U N G TOEGOE...............

CE LO T E H TOEGOE...............

CE R I T E R A TOEGOE...............

PU S TA K A TOEGOE...............

C ATATA N L I N G K U N G A N...............

2

4

6

3 1

34

3 6

3 8

4 1

45

6 5

6 6

6 9

7 1

72

73

75

Page 2: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

2 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

DRA. HARNOWATI(KEPALA BAPEDALDA PROV DIY)

Saya sangat mengapresiasidengan diterbitkanya Majalah“TOEGOE” yang intinya memberi-kan informasi berkaitan denganlingkungan hidup. Semoga dapatdimanfaatkan oleh masyarakatpada umumnya untuk mengetahuihal-hal yang berhubungan denganlingkungan hidup, dan semogaberkembang terus majalah“TOEGOE”.

DR. EKO SUGIHARTO(KEPALA PUSAT STUDI LINGKUNGAN HIDUP UGM)

Saya sangat mendukung hadir-nya majalah “TOEGOE” harapankami agar dapat menyebarluaskanbagaimana melestarikan lingku-ngan dan masyarakat dapat me-nyadari perlunya pelestarian ling-kungan.

FAJAR AGUNG ARDIYANTO( JAGALAN PA1/72, LEDOKSARI KOTA YOGYAKARTA)

Selama Majalah “TOEGOE” iniakan berfungsi terhadap masya-rakat umum maka saya akan tetapmendukung terbitnya majalah ini.

SADINO( JL. TIMOHO, KOTA YOGYAKARTA)

Kepada pemerintah kota sayaberharap agar memperhatikan danmemperbaiki kembali saluran-saluran air di kawasan Timoho,khususnya di saluran air yangterletak persis di samping rel keretakarena setiap musim hujan datangkerap tersumbat sehingga airmeluap menyerupai banjir. Sayajuga berharap agar lingkunganhidup di Yogyakarta terus dirawatsehingga menjadi lebih baik lagi.Sedangkan bagi Redaksi “TOE-GOE” untuk memuat berita yangpenting dan bermutu agar di lebihdisukai pembaca. Semoga lancar.

DRS.SUHARTONO,ST[KETUA KOMISI III DPRD KOTA YOGYAKARTA]

Saya atas nama masyarakatdan juga sebagai anggota DPRDKota menyambut baik munculnyaMajalah “TOEGOE” ini. Bagi kamimajalah lingkungan hidup ini perluterus didorong dan disebarluaskankepada masyarakat. Ini pentingagar masyarakat memahami benarterutama masalah global war-

ming(pemanasan global) dan iniharus diketahui oleh semua la-pisan masyarakat. Kebersamaandari seluruh potensi yang ada dinegara kita, baik pemerintah danmasyarakat ini saya kira harusdigerakkan. Apalagi nanti badai ituakan datang, seperti es di kutubselatan dan utara itu pasti akanmencair kalau kita tidak mampumengurangi gas rumah kaca. Aksidapat dimulai dari adaptasi danhingga bagaimana mitigasi. Ma-kanya perlu dilakukan partisipasimasyarakat dalam rangka an-tisipasi perubahan iklim. Denganadanya Majalah “TOEGOE”ini ha-rapan kami bisa berpartisipasi danmemberikan kontribusi yang besarutamanya pada sosialisasi danpemahaman bagi masyarakatterhadap pengetahuan lingkunganhidup. Selamat terbit dan semogasukses.

SUSI

( JAGALAN, LEDOKSARI, KOTA YOGYAKARTA)

Kepada pemerintah kota, kamiberharap agar memperhatikankawasan kami walaupun pe-me-rintah sudah melakukan sosi-alisasi tentang kebersihan. Ka-rena di tempat ini banyak anak yangterkena demam berdarah. Ke-sehatan penduduk perlu untukdiperhatikan. Kondisi lingkungan ditempat kami juga masih saja kotor.Sebaiknya kelola lingkungan untukkesehatan perlu ditingkatkan lagibiar hidup jadi sehat.

KOESNADI

( JL. DAYANG PRAWIRAN, BEJI, KOTA YOGYAKARTA)

Lingkungan sungai di Kali Codesampai saat ini masih kotor wa-laupun sudah ada program “KaliBersih”. Karena masih ada sajayang membuang sampah ke kali.Untuk itu marilah kita bersama-sama menjaga kebersihan KaliCode dan jangan sampai mem-buang sampah di kali lagi. Buatpemerintah, terus tingkatkan lagikebersihan lingkungan Yogyakartabiar nyaman dan indah.

T O E G O E P E M B A C A

ASH

IDO A

LDO

RIO

SIM

AT

UPA

NG/T

OEG

OE

Page 3: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

3toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

AGUS SUSANTO(KOMUNITAS KAMPUNG HIJAU, GAMBIRAN BARU

RT 45 RW 08)

Kondisi l ingkungan saat inisudah taraf memprihatinkan. Sa-lahsatu contoh, permasalahansungai dimana alih fungsi lahantidak terkendali lagi. Bantaransungai perumahan diperparah lagidengan perilaku masyarakat de-ngan menempatkan sungai se-bagai tempat pembuangan sam-pah. Pemerintah selayaknya harustegas dalam melakukan tindakanhukum terhadap pelanggar/pe-rusak lingkungan dan pemerintahsendiri harus bisa memberi contohdengan pengendalian alih fungsilahan(bantaran) dengan produkhukum yang telah dibuat.

Di Yogya, program prokasihtelah berjalan sekian tahun akantetapio pelaksanaannya masihsebatas slogan dan kepentinganyang berorientasi proyek belaka.Saat ini sebenarnya sudah saatnyaantara pemerintah dan masyrakatbersama-sama melakukan upaya-upaya penyelamatan lingkunganyang terintegrasi.

Dengan terbitnya media TOE-GOE ini semoga bisa menjem-batani permasalahan lingkunganyang terjadi saat ini. Sebagai mediakomunikasi antara pemerintah,masyrakat dan organisasi lainnyayang punya kepedulian terhadapkelangsungan dan upaya pe-nyelamatan lingkungan.

H.M NASRUDIN ANSHORY CH(PENGASUH PESAN TREND ILMU GIRI/SELOPAMIORO,

BANTUL)

Saya rasa peran media perlusebagai sarana sosialisasi ke-pada masyarakat, karena mediamerupakan pendidikan lingkunganyang strategis dalam rangka pe-nyadaran kepada masyarakat.

Saya sangat menyambut baikterbitnya majalah “TOEGOE” se-bagai tempat bagi tumbuhnyakesadaran baru bagi masyarakatdalam lingkungan sosial, fisik danbudaya. Saya ucapkan selamatterbit.

RIYANTO “TUGOR”(MAPALASKA UIN KALIJAGA)

MENUMBUHKAN KESADARAN DIRI

Akhir-akhir ini kita melihat dibeberapa media massa maupunmedia elektronik betapa dasyatnyabencana alam yang melanda diberbagai daerah di negeri ini.Bencana itu berupa banjir, tanahlongsor, gempa dan sebagainya.Sudah Banyak korban yang diakibatkan dari bencana tersebut.Mulai dari jiwa, harta, fisik, materi,dan inmateri lainnya.

Bila kita melihat penyebabbencana itu,sebahagian besar disebabkan oleh tangan manusiayang tidak bertanggung jawab danmereka menganggap itu adalahtakdir.

Coba kita lihat perilaku kita yangtidak ramah dengan lingkungan itusendiri, begitu mudah tangan inimelepas sampah tidak pada tem-patnya, ibu-ibu rumah tangga yangmelenggang membuang sampah-sampah rumah tangga ke sungai.Selain itu, kepentingan ekonomiindividu juga ikut andil dalammunculnya bencana di negeri ini.Kenapa tidak, karena himpitanekonomi sebagian orang yangterkadang membentuk perkelom-pokan dengan asyik dan tidakbertanggung jawab menebangipohon secara tidak terbatasi. Yainilah kenapa banjir datang dimana-mana, tanah longsor tidakhenti-hentinya.

Jika sudah seperti itu, tinggalkita nikmati saja bencana ini satupersatu. Tetapi jika kita mengata-kan tidak, maka mulailah dari seka-rang kita tumbuhkan kesadaran dirikita untuk selalu menjaga kelesta-rian alam dengan tidak membuangsampah sembarangan, tidak me-nebangi pohon tampa ada pena-naman kembali, mulailah denganmengambil sampah yang masihberserakan di tempat umum danyang lebih penting lagi juga keber-sihan di lingkungan kita sendiri.

Saran untuk majalah “TOEGOE”teruslah berkreatif, aktif dan selalupositif. Sukses untukmu, untuk kitadan untuk Indonesia.

3toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Page 4: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

4 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

TAK hanya sumur. Air sungai pun mengalami nasibserupa. Sungai Code, Gajahwong, dan Winongo yangmengalir di kawasan perkotaan rata-rata sudahmenempati kelas pencemaran yang tinggi. Hal itutersirat dalam peraturan Gubernur DIY No 22 Th 2007tentang penetapan kelas air sungai bahwa ketigasungai itu menempati kualitas kelas dua dan ketiga.Ini berarti tingkat kualitas airnya sudah menunjukkankekhawatiran.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yangterdapat di wilayah DIY juga tak luput dari permasa-lahan. Banyak warga yang mengeluhkan pelayanan-nya. Mulai dari aliran air yang sering mengalamihambatan. Yang tak kalah penting adalah soalpencemaran. Karena air yang dialirkan ke rumah-

BANYU PANGURIPAN, DI TITIK NADIR?

S U A R A T O E G O E

SEKITAR 85 % SUMBER AIR ATAU SUMUR DI

YOGYAKARTA TELAH TERCEMAR BAKTERI

E. COLI DAN SEBAGIAN BESARNYA

MENGANDUNG ZAT-ZAT YANG BERBAHAYA BAGI

KESEHATAN. SUNGGUH ANGKA YANG

MENCENGANGKAN HATI BAGI SIAPA SAJA YANG

MENDENGARNYA. DENGAN ANGKA SEBESAR ITU

CUKUP MEMBUAT WARGA MASYARAKAT LEBIH

WASPADA DALAM MENGKONSUMSI AIR.

FRED

Y FE

BRIS

ON/T

OEG

OE

Page 5: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

5toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

rumah warga mengandung kandungan besi (Fe) yangcukup tinggi. Maraknya fenomena air isi ulang jugatak dilepaskan dengan pelayanan PDAM. Masyarakatberalih haluan akses air bersih dengan menkonsumsiair isi ulang. Buruknya pelayanan PDAM berbandinglurus dengan peningkatan konsumen air isi ulang.Namun, air isi ulang ini banyak dikeluhkan oleh wargamasyarakat. “Rasanya berubah-ubah dan kadanganeh,” keluh salah seorang pelanggan air isi ulang.

Pelibatan pihak swasta dalam penyediaan airbersih pun tak selamanya membawa dampak positif.Selain itu, kontribusi sektor swasta harus terusdipertanyakan. Karena jika tidak diperhatikan secaraseksama hal ini akan mendorong ke arah privatisasi.Air yang menjadi komoditas utama manusia menjadimahal.

Potret di atas menggambarkan betapa nasib airbersih sudah berada di titik nadir. Tinggal menungguwaktu, kapan air bersih ini menemui “ajalnya”. Makaseketika itu kita akan meratapi nasib malang yangakan menimpa. Selain kesehatan yang akan merong-rong fisik, juga tak pelak adalah besarnya biaya sosialyang harus ditanggung oleh masyarakat karenakelangkaan air bersih.

Padahal, di mata internasional melalui MilleniumDevelopment Goals (MDGs) menempatkan akses airbersih sebagai bagian dari indikator pengurangankemiskinan. Bahkan, akses terhadap air bersihmerupakan hak yang paling hakiki yang harusterpenuhi.

Lantas siapa yang harus bertanggungjawab dibalik ini? Hal ini sangat penting untuk mencermatiparadigma pemerintah dalam memandang airselama ini. Karena dalam konteks kehidupanbernegara, pemerintahlah yang paling bertang-gungjawab.

Pemerintah belum memandang akses air bersihsebagai layanan dasar (basic services) dan meru-pakan salah satu pusat kontrak sosial antarapemerintah dengan masyarakat. Sebagai basicservices, masyarakat harus secara proaktif dilibatkandalam mengawasi dan menentukan keputusantermasuk di PDAM sendiri.

Sebagai bagian dari hak asasi manusia yangpaling mendasar. Maka pengelolaan air termasukdalam proses pengawasan dan pengambilan kepu-tusan seharusnya tak lepas dari partisipasi dankontrol masyarakat. Partisipasi dan kontrol yang ketatdari warga akan lebih bermakna ketika ruang tersebutterbuka lebar.

TOEGOEMajalah TOEGOE adalah media yang diterbitkan

oleh Divisi Kampanye Wahana Lingkungan Hidup(Walhi) Yogyakarta yang bergerak dalam upayaadvokasi, agitasi dan edukasi terhadap persoalanlingkungan.

Berangkat dari perubahan kondisi ekologi yangsemakin memprihatinkan. Maka TOEGOE hadirsebagai wadah aspirasi dalam menyuarakan prob-lematika lingkungan. Khususnya bertaraf lokal dan taktertutup kemungkinan bertaraf nasional bahkaninternasional.

Mengingat keberpihakan media massa konven-sional dalam soal lingkungan juga tak bisa diharapkanbanyak. Media massa cenderung memandang danmengekspos isu lingkungan berdasarkan padakonteks persoalan. Artinya aktualitas lebih diutamakan.Ketika isu lingkungan lagi heboh. Maka media massaberamai-ramai memberitakan lingkungan. Belum adamedia massa yang menyediakan rubrikasi secarakhusus yang membahas dan secara konsistenmengawal isu lingkungan. Selain itu, media massasudah terjebak dalam ranah industrialisasi dankapitalisme yang tentu kabur dari visi mulia mediauntuk mencerahkan dan mencerdaskan bangsa.

Sebagai media, TEOGOE juga tak lepas dari fungsimedia. Pertama, TEOGOE sebagai pusat informasiyang membeberkan persoalan-persoalan yang eratberhubungan dengan lingkungan. Selain itu, Toegoejuga menghadirkan informasi berupa tips bagaimanaseharusnya merawat lingkungan.

Kedua, Teogoe sebagai sarana edukasi yangmengarahkan paradigma pemerintah dan masyarakatkhususnya dalam memahami gerak ekologi. Terma-suk memberikan pencerahan terhadap masyarakatakan lingkungan yang sudah semakin rusak. Sehinggadiharapkan masyarakat terutama kalangan pengambilkebijakan sadar dan memperlakukan lingkungansebagai bagian dari kehidupan manusia yang tak bisadipisahkan.

Ketiga, Toegoe sebagai fungsi kontrol. Fungsi inisangat vital dalam memberikan pengawasan ter-utama terhadap pemerintah. Jutaan jerit tangismasyarakat yang kehilangan hak-hak hidupnyaterekam dan mewarnai negeri ini. Hanya karenapemerintah mencetak kebijakan-kebijakan yangmengabaikan faktor lingkungan. Sehingga, sangatdiharapkan kehadiran Toegoe mampu memengaruhiperspektif pemerintah dalam upaya memperlakukanlingkungan agar lebih balance dan fair.

Kehadiran Toegoe adalah keberpihakan terhadaplingkungan. Toegoe akan secara konsisten melayanimasyarakat yang haus akan persoalan lingkungan.Di usia yang relatif muda, pembaca sangat diharapkankontribusinya terutama saran dan kritik yang konstruktifguna menjaga konsistensi visi awal Toegoe dalammelayani masyarakat. Sehingga Toegoe menjadimedia kredibel dan mampu menyuarakan aspirasimasyarakat dalam konteks lingkungan. Yang kemu-dian terjelma dalam “Suara Rakyat dalam WahanaLingkungan”. Selamat membaca.

Redaksi

Page 6: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

6 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

AIR ADALAH KEBUTUHAN SAKRAL MANUSIA. DEMIKIAN HALNYA BAGI

PENDUDUK DI KOTA BUDAYA INI YANG MENJELMA DALAM UNGKAPAN

“BANYU PANGURIPAN”.

KOTA TERUS BERKEMBANG. MODERNISASI JUGA MENJADI PETUNJUK

UNTUK MEMBANGUN KOTA YANG DALAM KEBUDAYAAN DISAPA

“NGAYOGYAKARTA”. GEMERLAP PEMBANGUNAN TERUS BERLANGSUNG

NAMUN SAYANGNYA TAK TERKONTROL. DI BEBERAPA SEGI, KOTA GUDEG

INI MULAI KEHILANGAN KEBANGGAANNYA. SALAHSATUNYA AIR BERSIH.

SOAL INI MUNCUL LANTARAN PENCEMARAN DAN TATA KELOLA YANG

BURUK KERAP TERJADI, MEMBUAT AIR MAKIN BERKURANG KUALITAS

DAN FUNGSINYA. BAGI MASYARAKAT INI TENTU MEMBUAT KETAR-KETIR,

BAGAIMANA DENGAN PEMERINTAH? APAKAH MENYEPELEKANNYA?

BIARKAN BAKTERI DEMI BAKTERI MERUSAK AIR TERSEBUT? BIARKAN

MASYARAKAT MENCARI SOLUSI SENDIRI? BILA KATA “YA” JAWABANNYA

MAKA BERSIAPLAH SI PELEPAS DAHAGA KELAK AKAN DATANG MEMBAWA

PETAKA. BILA KATA “TIDAK” JAWABANNYA, SEGERALAH BERBENAH!

BANYU PANGURIPAN, DI TITIK NADIR?

TIM LIPUTAN:UMBU WULANG TAP | KAHAR MUHAMMAD MAULANA | CANDRA TP | YUSTINA WULANDARI | RIA ANNISA | DHITA S LINGGA SARI.

Page 7: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

7toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

DAHULUNYA, sungai bagi masya-rakat Yogyakarta sebagaimana didaerah lain adalah sumber airuntuk kebutuhan hidup. Ambilcontoh, banyak aktivitas peme-nuhan kebutuhan rumah tanggaseperti, air minum, mencuci hing-ga urusan lauk-pauk keluargadilakukan di sana. Namun seiringperkembangan kota, sulit untukmenemukan sungai - khususnyadi Kota Yogyakarta - yang dapat me-menuhi beragam kebutuhan ma-syarakat tersebut. Kondisi ini tentusaja mengundang kegelisahanbagi masyarakat.

Fajar, misalnya. Lelaki yangbermukim di pinggiran Kali Codeini mengaku prihatin dengan pen-cemaran sungai yang kian takterkendali . Baginya, Kali Codesudah makin tak bersahabat lagi.Padahal semasa kecil, dia menga-ku dapat menggunakan air disungai tersebut untuk keperluan airminum. Namun kini, jangankanuntuk air minum, menggunakansungai untuk mencuci atau mandipun dia sudah emoh. “Kali Codeitu, airnya sudah bau,” ujar lelakiyang gemar memelihara burung ini.

Kebersihan dan keindahansungai Kali Code yang tinggalkenangan juga turut dialami Marto-pawiro, lelaki yang tinggal di tepikali Gajah Wong sejak belia ini.Marto merasakan benar betapapencemaran di sungai Gajah Wongtelah merenggut kemudahan ma-syarakat sekitar untuk memperolehair yang bersih. Bahkan bila mu-sim penghujan tiba, Marto hanyabisa pasrah melihat luapan airmenggenangi rumahnya. Sampahyang bejibun di sungai adalahpenyebabnya.

Selain Kali Code dan GajahWong, nasib serupa dialami su-ngai Winongo. Dari ketiga sungaiyang melintasi Kota Yogyakarta ini,tak satupun yang masuk dalamstandar layak untuk pemenuhan W

AH

YU/T

OEG

OE

SUNGAI CODE - Masih ada aliranlimbah yang berasal dari rumahtangga yang langsung menuju aliransungai code

7toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

APA JADINYA BILA AIR TERCEMAR DI “YOGYAKARTA BERHATI NYAMAN”?

KITA HIDUP DI ATAS COMBERAN

Page 8: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

8 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

kebutuhan air minum rumah tang-ga. Berdasarkan hasil peman-tauan Badan Pengendalian Dam-pak Lingkungan Daerah (Bape-dalda) DIY rata-rata sungai tersebutmelebihi parameter ambang batasbaku mutu sebagaimana termak-tub dalam Peraturan Gubernur No.22 tahun 2007 tentang penetapankelas air sungai.

Kepala Bapedalda DIY Dra.Harnowati mengatakan untuk su-ngai di kawasan hulu masih layakdipergunakan untuk keperluanminum. Namun kondisi di huluterbalik 180 derajat dengan yangterjadi di kawasan hilir. “Semakinke selatan atau ke hilir itu sudahmulai ada tambahan baik darilimbah industri maupun limbahdomestik (limbah rumah tangga,Red),” jelas mantan SekretarisBapedalda ini.

Lebih lanjut, Harnowati menga-kui sulit untuk menentukan mana-kah yang lebih besar berkontribusidalam pencemaran, apakah limbahindustri atau rumah tangga. Hal ini

lantaran kini banyak rumah-rumahpenduduk yang berjubel di dekatkawasan industri. Pemandangantersebut lazim ditemui di kawasankota Yogyakarta.” Seperti pabriksusu SGM, dulunya posisinya dipinggir itu, mas. Sekarang sudahdikelilingi perumahan penduduk,”tegas wanita yang bertempat ting-gal di daerah Minomartani ini.

Beliau memaparkan bahwakondisi sungai yang tercemar tidakmempunyai dampak negatif kepa-da masyarakat selama air tersebuttidak dimanfaatkan. Namun bagiHarnowati, sungai harus tetapdiupayakan kebersihannya. Karenaair sungai juga digunakan untukkebutuhan pertanian dan peri-kanan. Dia mengakui kejadianmatinya ikan-ikan akibat pence-maran di beberapa sungai Sura-baya beberapa waktu lalu, jugapernah terjadi di Yogyakarta.

Bukan hanya sungai, nasib airsumur pun setali tiga uang. Airsumur di daerah perkotaan, menu-rut Harnowati rata-rata sudah

tercemar bakteri E.coli. Bakteri iniberasal dari tinja manusia. Menga-pa bisa terjadi? Harnowati menu-ding jarak antara jamban dan airsumur yang terlalu dekat sebagaipenyebab. Padahal standar dalamperaturan, mengharuskan jaraksumur dengan jamban minimalsepuluh meter. Harnowati melan-jutkan bahwa pemukiman pen-duduk yang kian padat di daerahperkotaan mengakibatkan standartersebut tidak dapat dicapai. Diamencontohkan ada salah satuwarga yang membuat jarak sumurdan jamban sesuai dengan stan-dar, tapi apa hendak dikata airnyatetap tercemar karena seorangtetangga membangun jambandekat dengan sumurnya.

Hal senada diungkapkan Ang-gota DPRD Kota YogyakartaDrs.Suhartono,ST. saat ditemui diruang kerjanya, beliau menambah-kan bahwa pencemaran air di KotaYogyakarta sangat parah akibatjarak antar rumah sudah tak ter-kontrol. “Kita hidup di atas com-

8 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

TUMPUKAN SAMPAH - Seorang pria berjalan di aliran sungai code yang penuh dengan tumpukan sampah.

WA

HY

U/T

OEG

OE

Page 9: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

9toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

beran,” tegas Ketua Komisi 3 yangmenangani masalah lingkunganhidup ini.

Menurut Hartono, Pemerintahsebenarnya sudah membuat danmemberlakukan aturan mainnyatetapi lemah pada tataran pene-gakan di lapangan. Kebersihan airsudah sepatutnya diprioritaskansebagai salahsatu kebutuhanprimer. Tapi Hartono menyayang-kan hal itu belum menjadi sema-ngat bersama. Jadi, walaupun adaPeraturan Daerah Kebersihantetap saja potret pencemaranterlihat dimana-mana.

Keprihatinan akan kondisi ling-kungan air di Yogyakarta jugadatang dari Kepala Pusat StudiLingkungan Hidup(PSLH) UGM EkoSugiantoro. Beliau mengatakanbanyak aktivitas yang sangat ber-potensi mencemari air. Diantara-nya, limbah industri, penggunaanpestisida yang tak mengindahkanpedoman pemakaian, dan lain-lain.

MASYARAKAT BELUM SADAR,PEMERINTAH TIDAK TEGAS

Dalam berbagai kunjungannyake masyarakat, Hartono mengung-kapkan bahwa masyarakat tam-paknya tidak mengkuatirkan kon-disi ini. Hal ini lantaran masyarakattidak tahu ancaman yang bakalmereka dapati di kemudian hari.Artinya, fenomena ini masih beradapada orang-orang yang mepunyaiakses informasi soal permasalanlingkungan. Oleh karenanya,DPRD mendorong pemerintahuntuk serius menangani perma-salahan ini.

Soal ini, Harnowati sependapat.Dia menyatakan salahsatu hamba-tan yang ditemui selama ini yaknimasih adanya pandangan dan pe-rilaku banyak masyarakat yangmenempatkan sungai sebagaitempat membuang sampah. Untukmensiasatinya, Bapedalda mem-berdayakan masyarakat agar pe-duli pada kebersihan sungai. Carayang ditempuh yakni merekrut be-berapa kader dari masyrakat untukmenjadi seorang motivator keber-sihan lingkungan di daerahnya.

Selain itu, Bapedalda melaku-kan langkah-langkah antisipatiflain. Pertama Sosialisasi atauinformasi kepada masyarakat,khususnya kepada industri agarsebelum di buang ke sungai,sampah harus diolah terlebihdahulu. Kedua, Bapedalda mulaimembuatkan Instalasi PengolahanAir Limbah (IPAL) komunal bagimasyarakat, seperti yang dibuat didaerah Serangan. Dengan begitumasyarakat tidak lagi membuanglimbah rumah tangga ke sungai. .“ Masyarakatkan tidak mungkinmembuat IPAL,” tutur Harnowatiyang baru setahun menjadi pim-pinan di Bapedalda. Di tingkatpemerintahan, Bapedalda DIY jugamelakukan koordinasi denganpemerintah kota dan kabupatenuntuk bersama-sama melakukanpemantauan di beberapa titik.

Eko Sugiantoro juga mendu-kung sekaligus mengkritisi langkahpemerintah. Menurutnya langkahmemasyarakat pola hidup yangramah lingkungan, khusus airharus dikedepankan juga. Lebihlanjut beliau memaparkan sudahselayaknya pemerintah yang me-nyediakan sarana kebersihanbukan masyarakat. “Itukan bentukpelayanan kepada masyarakat,masyarakat disadarkan agar ma-syarakat jangan lagi membuatsesuatu yang telah ditentukan. Tapikarena instansi pemerintah belummenyediakan sarana sepenuhnyasehingga masyarakat melakukanitu,” ujar Eko.

Dalam tataran peraturan me-nurut Eko, pemerintah sebetulnyasudah berada pada rel yang benardengan membuat rambu-rambubaku mutu limbah cair. Sosialisasi-nya pun sudah kerap digelar, na-mun selalu saja hanya ideal di ataskertas. Karena praktek penegakanhukum selalu tidak tegas. “Kalauada industri yang melanggar ma-syarakat, Bapedalda hanya bisamelaporkan dan tidak mempunyaikewenangan untuk menutup indus-tri itu, kalau hukum di Indonesiakuat kasih sanksi dong,” tegas Eko.

Kedepannya, dia berharap pe-merintah bisa berkaca pada singa-pura yang tidak membuka ruangnegosiasi terhadap pelanggaranhukum. Di negeri singa tersebut,setiap pelanggaran seperti mem-buang sampah sembaranganlangsung terkena denda tanpa adanegosiasi. Jadi, kalau ada industridi Yogyakarta yang tidak memenuhipersyaratan harus ditindak dengantegas. “Itu yang kita idamkan terjadijuga,” tutur alumni Jurusan KimiaUGM ini.

Potret pencemaran air di Yogya-karta tentu akan berefek buruk padageliat kehidupan manusia di da-lamnya. Hal tersebut sudah dirasa-kan oleh Fajar dan Marto. Pembe-nahan dengan segera adalah lang-kah yang tak boleh dilakukan de-ngan ragu-ragu. Kalau tidak, sela-mat beraktivitas di atas comberanselamanya di kota yang “berhatinyaman” ini sambil menunggutibanya petaka yang lebih dashyat.

Page 10: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

10 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

JARUM jam menunjukkan pukulsepuluh pagi. Terik matahari men-yulut tubuh. Sesekali angin sepoi-sepoi berhembus. Terlihat Su-mardi tengah mengambil air darikeran di samping rumahnya. Sese-kali raut mukanya muram menatapair di dalam ember. Maklum, airyang mengalir di wilayah Minomar-

tani, Sleman dari PerusahaanDaerah Air Minum (PDAM) itu telahmengalami pencemaran.

Peristiwa ini dirasakan olehwarga Minomartani sudah cukuplama. Menurut Sumardi, yangsudah lima tahun menggunakanjasa PDAM mengaku tidak puasdengan kualitas airnya. Agar tidak

HUTANG MENUMPUK

KINERJA MEMBURUK

BESARNYA HUTANG PDAM

SLEMAN BERBANDING LURUS

DENGAN RENDAHNYA KUALITAS

PELAYANAN

PELAYANAN PDAM dinilai kianmemprihatinkan

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 11: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

11toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

membahayakan kesehatan. Terka-dang warga untuk keperluan airminum harus memasaknya ber-ulang-ulang. Hal ini untuk men-cegah masuknya penyakit yangdiakibatkan oleh air yang tercemar.

Air yang mengalir lewat pipa –pipa tersebut berwarna kekuning-kuningan. Soal Rasa pun sudahberubah. Tidak seperti biasanya.Pelanggan harus seksama me-ngelola air. “Biasanya airnya daripagi hingga sore, airnya tidakbagus. Berwarna kekuning-kuni-ngan,” ujar pria yang tinggal tidakjauh dari lokasi PDAM ini. Sabanhari, Pria asal Madiun ini meng-gunakan air untuk keperluan me-masak. Namun, sejak air itu terce-mar ia enggan untuk mengguna-kannya.

Keluhan warga tersebut jugadiamini Nanang Ismuhartoyo, Di-rektur Lembaga Konsumen Yogya-karta (LKY). Menurut Nanang,panggilan akrabnya, hal ini dika-renakan oleh pipa yang digunakan.Pipa untuk mengaliri PDAM itumasih menggunakan pipa lama.Padahal, lanjutnya, tingkat kan-dungan besi yang dihasilkan su-dah semakin tinggi. Jika dikon-sumsi dalam jumlah yang besarakan berdampak buruk bagi kese-hatan masyarakat.

Seharusnya menurut pria kela-hiran Sumatera ini pipanya ituharus diganti atau diperbaiki.Mengingat PDAM sebagai pela-yanan air terhadap publik. Tentupelayanannya juga harus maksi-mal. Meskipun biaya penggantiandan perbaikan pipa memakanbiaya yang relatif besar.

Selain itu, lanjut Nanang, me-ngatakan sumber pasokan airnyajuga bermasalah. Sumber air yangdigunakan PDAM Sleman seba-gian besar berasal dari daerah huluyakni sekitar Merapi. Sehinggapada saat Merapi meletus menye-babkan sebagian mata air ituberkurang. Padahal, lanjutnya,kuantitas air yang semakin ber-kurang dengan jangakauan wilyahpelanggan yang besar. Maka akan

berpengaruh pada tingkat pelaya-nannya yang kurang baik. “WilayahSleman sangat luas. Dan tidaksemua wilayah terkaver,”katanya.

Kalaupun yang masih tersisa,lanjut Nanang, sumber air itusudah mengandung zat besi yangcukup tinggi akibat proses vulkanik.Hal ini menyebabkan airnya me-ngalami kekeruhan.

Tak hanya itu persoalan PDAMSleman. Bahkan sempat dikabar-kan, PDAM ini hampir-hampir me-nuju jurang kebangkrutan. Karenadililit hutang warisan sebesar 26,3miliyar sejak tahun 1997. Untung-nya dari Departemen Keuanganbersama Provinsi DIY dan Kabu-paten Sleman sepakat meren-canakan penghapusan sebagianutangnya tersebut.

Menurut Dwi Nurwata, Koor-dinator Pengawas Internal PDAMSleman menuturkan keterbatasandana yang dialami oleh PDAMSleman menjadi kendala selamaini. Dwi pun mengakui akibat bebanutang yang sangat besar. Sehinggapelayanannya pun tidak maksimalterhadap masyarakat. Akan tetapi,lanjut Dwi, dari pihak PDAM sendirisudah mengusulkan anggaranlewat APBD Pemerintah Sleman.

Dana ini rencananya akan diguna-kan untuk biaya operasional PDAMSleman. Terutama untuk mengem-bangkan jangkauan pelayananterhadap masyarakat.

Hal senada juga dilontarkanoleh Chabibullah, aktivis SerikatTani Merdeka. Buruknya pelayananPDAM Sleman tak lepas dari per-soalan internalnya. Utang yangmelilit PDAM Sleman dalam jumlahyang besar berhubungan denganpelayanan yang tidak optimal.

Habib menambahkan utangyang melanda sebagian besarPDAM. Tak hanya ditengarai olehmanajemen pengelolaan internalPDAM yang buruk. Hal ini karenapemerintah pusat yang menye-diakan infrastruktur-infrastrukturPDAM. Peralatan-peralatan itu yangkemudian menjadi salah satupenyebab PDAM terjebak utang.“Bukan hal yang rahasia lagi.Ketika peralatan-peralatan itu,PDAM-Red, semua yang menye-diakan adalah pusat. Di tingkatdaerah tinggal menggunakan.Sehingga, kebijakan membeliadalah dari pemerintah pusat,”jelasnya. Akibatnya, lanjut HabibPDAM dibebankan oleh utangtersebut.

PDAM diharapkan dapat memperbaiki kinerja pelayanan kepada pelanggan

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 12: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

12 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Nanang pun sepakat. Akibathutang PDAM Sleman yang sangatbesar. “Sehingga memengaruhikinerja mereka,” tuturnya.

lebih jauh, Habib menjelaskanagar tanggungjawab PDAM seba-gai layanan publik lebih jelas.PDAM seharusnya Berganti nama.“Karena kalau sudah ada kataperusahaan daerah. Yang dikejaradalah untung. Tanpa memper-timbangkan sisi kualitas dan tang-gungjawab,” tuturnya. Hal ini,lanjutnya, untuk menghindari priva-tisasi dan komersialisasi air yangtengah marak di negeri ini.

Ia mencontohkan PDPAM Jayayang berlokasi di Jakarta telahdiprivatisasi. Padahal, dari segikualitas pelayanannya pun tidakmengalami perubahan. Walaupundi Jogja sendiri, Habib mengakuibelum ada indikasi ke arah sana.

Tapi tak tertutup kemungkinan halitu akan terjadi. “Karena PDAMbangkrut. Untuk mengembalikankebangkrutannya mereka, PDAM-Red, akan memunculkan dana-dana utangan,” jelasnya. Imbasnya,kata Habib manajemen internalPDAM akan di intervensi oleh pihakluar hanya untuk pertimbangankeuntungan.

Namun, Dwi menampik soalkandungan besi yang disebabkanoleh pipa aliran air. Menurutnyakandungan besi itu lebih disebab-kan oleh sumber air. Terutamasumber air tanah. Apalagi lanjutnya,struktur tanah Sleman kandunganbesinya relatif tinggi.

Dwi juga mengakui soal pence-maran. Terutama di wilayah Mino-martani yang kandungan besinyacukup tinggi. Untuk itu tahun 2008-2009 PDAM Sleman akan mem-

bangun instalasi pengolah air(IPA). Serta PDAM sendiri akanmemperbaiki infrastruktur. “ Tu-juannya ialah ingin meningkatkankualitas air,” papar pria yang sudahberkecimpung lama di PDAM Sle-man ini.

Dwi berharap, karena PDAMadalah pelayanan publik. Makapemerintah juga harus bertang-gungjawab penuh dalam menga-wal PDAM. Selain itu mening-katkan profesionalisme pegawaiPDAM juga harus terus digalakan.Sehingga, PDAM dapat berfungsilebih baik lagi.

Persoalan yang membelit me-mang pelik. Tapi bukan berarti18.000 pelanggan diabaikan. Laya-nan publik yang baik harus dikede-pankan. Apalagi pelanggan sepertiSumardi masih berharap PDAMmampu memperbaiki kinerjanya.

12 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Dari pipa-pipa ini seharusnya mengalir air yang berkualitas

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 13: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

13toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

HARI menjelang sore. Tampak Arisedang menonton sebuah acarahiburan telivisi di ruang depot airminum tempat dia bekerja. Hanyamengenakan kaos oblong danditemani seorang karyawan wa-nita, dia tetap sabar menjagaidepotnya menunggu para pelang-gan berdatangan.

Walaupun baru dua bulan be-kerja, karyawan berusia 40 tahunini sudah merasakan bagaimanatingginya permintaan masyarakatakan air minum isi ulang. Arimenilai hal ini lantaran kondisi airdi daerah pemukiman perkotaantidak layak lagi untuk diminum.“Saya juga melihat kebutuhan oranguntuk memperoleh air secarapraktis,” ujar pria yang bernamalengkap Ari Dewanto ini.

Depot tempat Ari bekerja bukan-lah satu-satunya. Saat ini di Yogya-

EUFORIA PEDAGANG AIR “CEPAT SAJI”

PEMINAT AIR MINUM “CEPAT SAJI”

TETAP BANYAK DI YOGYAKARTA.

MENGAPA?

karta hampir di setiap sudut kotahingga ke desa-desa bertebarandepot air isi ulang. Jelas saja,usaha ini dari segi keuntunganmateri memang menggiurkan.Sebagaimana dikatakan Ari bahwasetiap harinya, minimal 50 galonyang terjual. Artinya, depot dapatmeraup uang sebesar 200 ribudalam sehari. Dia juga mengakuibila pelanggannya selalu ber-tambah dari hari ke hari.

Tak hanya itu, mengingat besar-nya keuntungan dan permintaanmasyarakat yang kian meningkat.Pemilik depot tempat Ari bekerjajuga membuka usaha sejenis didaerah Janti dan Krapyak. Keun-tungan yang diperoleh dari keduatempat tersebut juga tak jauhberbeda.

Seto, Karyawan salahsatu de-pot air minum di Kawasan Selokan

BANYAK DIGANDRUNGI - usaha-usaha sejenis banyak juga di daerah pedesaan.

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 14: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

14 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Mataram juga berpendapat yangsama dengan Ari. Dia mengakusejak 2002 silam, usaha tersebuttetap tak kehabisan pelanggan.Menurutnya masyarakat masihantusias untuk membeli air ditempat tersebut. Apalagi selama ini,para pelanggan masih nyamanuntuk mengkonsumsi air daridepotnya. ”Tidak pernah ada komp-lain dari para konsumen,” ungkapSeto.

Depot tempat Seto bekerjamendapatkan pasokan air dariPerusahaan Tirta Jaya. SetahuSeto, Tirta Jaya mengambil air daridaerah Klaten. Sedangkan Arilayaknya Seto, hanya saja sumberairnya dari daerah Kaliurang. Pro-sesnya, Tirta Jaya mengambil airkemudian disaring lalu dipasok kedepot. Setelah itu, air tersebutdisaring lagi oleh pihak depotsebelum dijual kepada pelanggan.

Walaupun telah melalui ber-bagai proses, Direktur LembagaKonsumen Yogyakarta (LKY) Na-nang Ismuhartoyo memaparkankelayakan air harus tetap diperha-tikan. Hal ini guna memastikan hak-hak konsumen untuk memprolehair yang bersih sekaligus sehattetap terjaga. ”Konsumen punyahak untuk mendapatkan keamananpruduk dari sisi kelayakan air,”Tandas Nanang.

Nanang menjelaskan bahwaproduk air isi ulang tentu takberlabel sehingga kalau ada halyang tidak beres dalam air tersebutmaka pelanggan berhak melaku-kan protes kepada penjual. Sayang-nya sulit untuk langsung menudingpenjual sebagai biang dari keter-cemaran air tersebut. ” Problemnyaadalah bisa saja kasus itu (airtercemar,Red) karena yang men-distribusikan atau muncul saat airitu dibawa dari sumbernya,” terangNanang.

Keberadaan depot bukannyatanpa pengawasan. Namun apadan sejauh mana bentuk pengawa-sannya, masyarakat belum tahu.

BIKIN AIR TERCEMAR – Kondisi seperti inijuga yang membuat air tercemar danmasyarakat memilih air isi ulang.

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 15: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

15toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Seperti kekuatiran yang dialamiAnita Nila, Wanita yang berusia 34tahun ini tidak mau mengambilresiko dengan menggunakan airyang kualitasnya tidak dia ketahui.Jangankan air isi ulang, air dalamkemasan yang berlabel pun terka-dang membuatnya was-was. ”Sayapernah nyoba di kantor, apa merek-nya itu? Rasanya asem,” tutur Anita.

Wanita yang berasal dari Kota-gede ini juga menggunakan airkemasan bermerek dalam keseha-riannya untuk kebutuhan mema-sak. Tak heran, keluarganya dapatmenghabiskan air kemasan se-galon hanya untuk dua hari. Untukmemastikan kualitas air, kede-pannya dia berencana untuk mela-kukan perbandingan air dari depotdan air dalam kemasan bermerek.Sebagaimana usaha yang pernahdia lakukan ketika menguji kualitasair sumurnya yang ternyata tak layakkonsumsi

Sejauh ini menurut Nanang,belum ada konsumen yang men-datangi LKY untuk melaporkankeluhannya. Dia juga menyarankanagar para konsumen bila merasaair yang dibeli tercemar dapatmengadu ke Balai PengawasanObat dan Makanan (BPOM) agarsegera ditindaklanjuti.

Lalu apa yang menyebabkanmasyarakat lebih condong untukmenggunakan air isi ulang? Saatditemui di rumahnya, Wawan me-ngaku alasan kebersihan dankesehatan menjadi alasan me-ngapa dia lebih memilih meng-konsumsi air isi ulang. Walaupunkeluarganya juga berlangganan airPDAM. Pelayanan PDAM dirasakankurang mempertimbangkan keduahal tersebut. ”Hanya sekadar (airPDAM, Red) untuk memenuhi kebu-tuhan selain untuk minum danmasak,” ujar pria yang bertempattinggal di daerah Taman Sari.

Soal ini juga diungkapkan olehNanang. Baginya, wajar bila ma-syarakat saat ini lebih banyakmenggunakan air isi ulang atau airdalam kemasan bermerek. Hal iniakibat air yang dikelola oleh pe-rusahaan pemerintah tersebut dari

segi kualitas kurang baik untukdikonsumsi. Penggunaan pen-jernih air oleh PDAM menyebabkanaroma yang ”aneh” dan juga me-nimbulkan rasa tertentu sehinggasangat tidak layak untuk dikon-sumsi.

BUDAYA INSTAN MASYARAKAT

Dalam memandang soal ma-raknya penggunaan air depot olehmasyarakat, Aktifis Lingkungan AdiNugroho menggunakan cara pan-dang yang berbeda. Budaya instandan elit is yang kian merasukikehidupan masyarakat membuatdepot tak pernah kekurangan pe-langgan. “Tuntutan gaya hidup yangserba praktis/siap saji, denganalasan menghemat waktu danenergi,” ungkap Staff Komisi Pem-berdayaan dan Advokasi di YayasanSHEEP Indonesia ini.

Jika budaya tersebut terus ber-lanjut bisa berdampak negatifsecara luas. Alurnya menurut Adi,budaya instan membuat praktekkomersialisasi air kian marak.Komersialisasi yang marak terse-but tentu membutuhkan air dalamskala besar yang diambil dariberbagai daerah sumber air. Eks-ploitasi air dalam skala besar dapatberdampak buruk terhadap keles-tarian air dan masyarakat sekitarsumber air. Misalnya agar mudah

memperoleh air, pengusaha mela-kukan privatisasi terhadap sumberair yang semula milik publik.

Sumber daya air yang berkurangdan privatisasi oleh perusahaandapat berakibat fatal. “ Akan menye-babkan konflik sosial antar kelom-pok yang saling memperebutkanair ketika semakin sulitnya untukmendapatkan air,” papar Adi.

Oleh karena itu kedepannya, Adiberharap harus ada keterbukaankepada publik oleh pihak pengelolaair dari mana, seperti apa danseberapa besar volume air yangdieksploitasi. Hal ini guna meng-hindari terjadinya pembalakansumber daya air yang berlebihan.Dan yang terpenting untuk keles-tarian sumber-sumber air. Kontrolpemerintah harus berjalan. “Kon-trol bukan hanya depotnya, tapisumber air yang diambil oleh depotitu. Proses sama kualitasnya itujuga harus dikontrol oleh peme-rintah,” tegas Adi.

Sampai kapan euforia pe-dagang air minum “cepat saji”dapat bertahan? Yang pasti, ma-syarakatlah yang menentukan.Selama permintaan dari masyrakatmasih tinggi, maka usaha ini akanterus lestari, sebagaimana di-utarakan Ari.

MASIH DIRAGUKAN - Walaupun melalui berbagai proses, kualitas air isi ulangmasih dipertanyakan

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 16: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

16 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

DI jaman nenek moyang dulu, airbukan saja sebagai kebutuhanhidup tetapi juga menjadi patokanawal membangun Yogyakarta.Buktinya, Pangeran Mangkubumimemilih tempat hunian di KotaYogyakarta karena kesediaan airyang cukup. Jelas saja, ada 6sungai yang mengapit Kraton yaituSungai Winongo, Bedog, danProgo di sebelah barat, sertaSungai Code, Gadjah Wong, danOpak di sebelah Timur.

Yogyakarta yang terkenal de-ngan Garis imajiner Utara-Selatan

juga memberikan menegaskanbahwa aliran air dari atas ke bawahjuga terjamin. Karena di sebelahutara terdapat Gunung Merapisebagai kawasan sumber air. Inimenjelaskan bahwa para pendirikota telah mempersiapkan wilayah-nya untuk tetap hidup di masadepan dengan memanfaatkansumber-sumber air tersebut se-suai kaidah-kaidah kejawen ter-sebut.

Pembangunan disiapkan se-suai tata letak secara geografisdengan memperhitungkan kea-

BANYU PANGURIPAN, ROH NGAYOGYAKARTA

MANGAYU HAYUNING BAWANA,

KEARIFAN DAN KEGENIUSAN LOKAL

YANG TERABAIKAN.

RINGIN KURUNG- Selain sebagai simbol budaya, beringin juga berfungsi untuk mengatur laju air dari dalam tanah danmengendalikan air

YU

STR

INA W

ULA

ND

AR

I/TO

EGO

E

Page 17: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

17toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

daan air. Di samping sebagaitempat hunian, lokasi Kratondianggap tempat suci, tempatpusat kekuatan yang sangat mem-pengaruhi sekitarnya. Kondisiserupa juga dilakukan oleh ajaranHindu ataupun Budha. Misalnya,Candi Borobudur memperhitung-kan keseimbangan alam denganmeletakkan lokasi candi di antaraSungai Elo dan Sungai Progo.

Selain diapit oleh enam sungai,di wilayah kraton yang hingga kinimasih bertahan dipil ih karenamemiliki hutan beringin. Hutan inimenjadi tempat resapan air yangmumpuni. Selanjutnya untuk men-jamin kesediaan debit air, menurutAnggota Dewan Kebudayaan Yog-yakarta Romo Tirun Desa Pacetho-kan sebagai tempat lokasi kom-pleks Kraton.

Di Pachetokan kemudian diba-ngun sebuah taman air. Persis dikompleks bekas pemandian Ja-man Senopati berkuasa. Saat inikompleks ini disebut Tamansari.Sebenarnya, taman air itu diper-gunakan sekadar arena berse-nang-senang. Tetapi pada waktutertentu juga digunakan untukpertahanan. Walaupun Tamansariberada di dalam benteng dandiperuntukkan untuk Sultan dankeluarganya tetapi rakyat jugamerasakan manfaatnya. Saat itu,rakyat percaya air yang mengalirmelintasi Tamansari dapat menyu-burkan tanah dan menolak hamatanaman.

Sedangkan untuk mengairikomplek Tamansari, diambilah airdari sungai Winongo yang mengalirdi sebelah barat. Air Sungai Wino-ngo tersebut dialirkan ke kese-garan-tempat pengumpul danpengatur air-guna mengisi kolammelalui parit-parit buatan.

Dahulu, disekeliling bentengkraton dibangun parit-parit se-dalam kurang lebih dua meter.Namun sayang keberadaannya kini

17toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

BUKAN MANGAYU HAYUNING BAWANA - Kinipengrusakan pohon di beberapatempat kerap terjadi di Yogyakarta.Padahal ulah tersebut mengakibatkanberkurangnya debit air.

WA

HYU

I/TO

EGO

E

Page 18: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

18 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

telah tertutup oleh jalan sebagaiakibat pembangunan kota. Saat itukolam terisi air penuh yang khususdidatangkan dari Sungai Winongo.Dan di sekitarnya pun ditanamipohon gayam sebagai pengendalidan penyimpan air.

Lebih lanjut Romo Tirun me-ngatakan bahwa sebenarnya dilingkungan Jawa dikenal fungsivegetasi-vegetasi. Selain simbolkebudayaan juga dari khasiatvegetasi tersebut. Gayam salahsatunya artinya sarwo ayem (tirto-kamandhanu yang berarti banyupanguripan) dalam fungsi alamiah-nya adalah sebagai pengendali airdan terjaminnya kuantitas mata airyang disediakan alam. “Wong singnanem oleh ketentraman ati,” jelasRomo Tirun. Pohon tanjung jugaserupa, untuk penyaring udara.

Beda lagi dengan pohon beri-ngin. Fungsinya untuk mengaturlaju air dari dalam tanah danmengendalikan air. Lebih dari itu,secara simbolik pohon ini memilikiarti pengayoman/ perlindunganyang hanya bisa diletakkan olehseorang pemimpin di depan lahanhunian atau tempat publik.

Kalau tempo baheula selalumempertimbangkan keseimba-ngan ekologi khususnya penge-lolaan air. Bagaimana dengansekarang? Pembangunan di sanasini namun mengabaikan lingku-ngan mengantarkan kota ini dalampermasalahan yang kompleks.Sebut saja pencemaran air sungai.Permasalahan ini dapat saja ber-ujung pada menipisnya keterse-diaan air Yogyakarta. Potret men-jelaskan bahwa sungai tidak dipan-dang lagi keberadaannya sebagaibagian dalam petimbangan peren-canaan kota ini. Sebagaimanayang dilakukan para pendiri kota ini.

Lebih dari itu, kebiasaan burukmasyarakat dalam beraktivitasmenambah tinggi tingkat pence-maran. Daya tampung kota se-makin kecil dan pertumbuhanpenduduk pun berdampak padapengabaian terhadap keseim-bangan ekologis. Padahal dalamkebudayaan Jawa, merusak kebe-

radaan air berarti tidak mangayuhayuning bawana -memeliharadan menyelamatkan dunia darikerusakan-

Kondisi kekinian harus diper-baiki dengan cara pandang lam-pau. Kedepannya, Kota Yogyakartaharus disiapkan untuk tetap “hidup”dengan mengedepankan kaidah-kaidah kearifan lokal dalam penge-lolaan sumber-sumber air. Misal-nya, menggalakkan kembali bu-daya Merti Sungai. Yakni mem-bersihkan sungai dari kotoran.“Sebenarnya secara makro, sadarataupun tidak sadar dengan mem-bangun kehidupan Kejawen, ma-syarakat Jawa belajar lingkunganuntuk memperpanjang umur du-nia,” ujar Romo Tirun.

Beliau menambahkan bila KotaYogyakarta sampai kekurangan airkedepannya, berarti pembangunan

telah gagal. Agar hal itu tidak terjadi,menurutnya pemerintah dan ma-syarakat memiliki kewajiban untukdalam berpikir dan bertindakmemperhatikan juga kepentingananak cucu di kemudian hari. Sepertiyang dilakoni Pangeran Mangku-bumi.

Dalam literatur kebudayaan,manusia Jawa menginginkan kehi-dupan yang tenang dan seimbangdengan jagat raya. Manusia tidakditempatkan sebagai penaklukalam. Alam diperlakukan sebagairekan atau teman keseharian.Sehingga membangun kehar-monisan dengan alam menjadikeharusan. Jadi, beragam aktua-lisasi diri manusia Jawa selalumempertimbangkan keseimba-ngan alam. Dampaknya, banyupanguripan bukan kemustahilan.Namun itu dahulu, sekarang KotaYogyakarta seyogianya?

ROMO TIRUN- “Bila Yogyakarta sampai kekurangan air kedepannya, berartipembangunan telah gagal”.

YU

STR

INA W

ULA

ND

AR

I/TO

EGO

E

Page 19: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

19toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Realitas sumber daya air di Yogyakarta saat iniseperti apa, Pak?

Kalau kita perhatikan, potensi sumber daya air diYogyakarta dalam arti kota Jogja, kemudian kita lihatSleman, Bantul, Kulonprogo dan Gunung kidul. Begini,Ketersediaan sumber daya air di Yogyakarta, Slemandan Bantul itu pada dasarnya sangat ditentukan olehkeberadaan gunung dan hutan di Merapi. Karenahampir sebagian besar air yang ada di permukaan,mulai dari Sungai Progo, Sungai Winongo, Code, Opakberasal dari kaki gunung Merapi. Di sana ada beberapasumber mata air dimana menjadi akstrim dari hulusungai yang jumlahnya ada lima tadi. Sehingga kalausumber mata air itu rusak, maka pasti muncul problemair permukaan yang ada di tiga kabupaten. Sleman,Kota Yogyakarta dan Bantul.

“PERSOALANNYA BUKAN

GAGAL ATAU TIDAK”

PROF. DR. IR CHAFID FANDELI,

PROF. DR. IR CHAFID FANDELI KINI MENJABAT

SEBAGAI KETUA SEKOLAH TINGGI TEHNIK

LINGKUNGAN (STTL) YOGYAKARTA. SELAIN ITU,

BELIAU JUGA MENGAJAR DI FAKULTAS KEHUTANAN

UGM. SAAT DITEMUI OLEH REPORTER TOEGOE

UMBU WULANG TAP DALAM SEBUAH SESI

WAWANCARA KHUSUS, DIA MENEKANKAN PERLUNYA

PELESTARIAN LINGKUNGAN OLEH SEGENAP PIHAK GUNA

MENOPANG KEBERADAAN AIR DI YOGYAKARTA. SELAIN

ITU, BELIAU JUGA MENEKAN PENTINGNYA EFISIENSI

PEMANFAATAN AIR AGAR TAK TERJADI KRISIS. BERIKUT

PETIKAN WAWANCARA LENGKAPNYA.

UM

BU W

ULA

NG T

AP/

TO

EGO

E

Page 20: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

20 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Kedua, sumber air juga berasal dari air tanah. Adaair tanah dangkal dan air tanah dalam. Keduanya jugaberasal dari gunung merapi yang ke arah selatan. Disana ada hutan, yang sangat menentukan keberadaanair tanah yang ada di tiga kabupaten itu. Kemudianketersedian air yang lain di Kabupaten Kulon progoitu juga sangat ditentukan oleh Merapi juga, tetapi yangke arah barat karena sungai Progo sebagian masukdi Kabupaten Kulonprogo. Kemudian ada juga air yangdibentukkan dari Pegunungan Menoreh. Di sana adahutan yang kemudian menentukan ketersediaan airke arah selatan, ada sungai yang paling barat diKulonprogo.

Kalau yang di Gunung Kidul air permukaan berasaldari sungai Oyo yang berasal dari Pegunungan Sewudan juga gunung tua yang disebut Gunung Langgrantetapi Gunung Kidul karena tanahnya dan biologinyaitu merupakan daerah karst/daerah gamping jadiketersediaan air sangat melimpah baik air tanahdalam maupun dangkal yang ditandai dengandiketemukannya berbagai gua. Jika masuk ke dalamgua, pasti akan ada air sungai di bawah tanah. Jadisebenarnya, di Gunung Kidul itu Air sebenarnya sangatmelimpah. Sehingga jika dilihat dari sumber ini, makaDIY ini sangat di tentukan oleh eksistensi dari hutanyang ada di Merapi, Menoreh, dan di PegununganSewu.

Bagaimana kondisi dari ketiga sumber mata airtersebut?

Di lihat dari eksistensi dari kualitas hutan, di ketigawilayah itu yang masih mempunyai kualitas baik ituMerapi. Kemudian yang di Menoreh telah mengalamidegradasi. Kalau Gunung Kidul tidak hanya hutannya,tetapi bahkan gunung gampingnya sudah di eksploi-tasi. Hanya keuntungan dari daerah karst itu memangsejak di permukaan kalau itu tidak di tambang, itusebenarnya kalau hilang vegetasi penutupnya saja,itu masih ada celah celah. Jadi jika hujan, air bisamasuk ke dalam situ. Juga salahsatunya masuk ketonor, tonor itu lubang lebar yang bisa meneruskan airhujan ke dalam tanah. Tapi kalau gunung ini di rusakuntuk di ekspolitasi untuk gamping, batu putih, makamemang ada tren bahwa air tanah yang debitnya cukupbesar semakin lama semakin berkurang. Karenabegitu hujan, air tidak banyak masuk dan sebagianair menjadi air permukaaan kemudian ke sungai danmasuk ke laut.

Dampak langsung terhadap masyarakat kedepannya seperti apa?

Tentu ada problem. Jika sekarang masih bisa dicukupi dengan air permukaan, lalu air tanah dangkal,sehingga orang bisa ambil air di mata air, orang masihbuat sumur. orang masih bisa ambil air secaraterbatas di air tanah dalam.

Tapi jika kemudian, perusakan itu terjadi terusmenerus maka akan terjadi permasalahan di mataair di musim kemarau menghilang atau mengecil.

Kemudian air tanah dangkal sudah tidak terisi denganbaik. Orang yang tadinya membuat sumur hanya 15meter menjadi 20 meter menjadi 25 atau 30 meter. Inikemudian menjadi masalah karena air tanah dalampun kalau diatas rusak maka air imbuhan dari atasberkurang sehingga debitnya juga berkurang.Sementara orang sudah mulai berebut untuk ambilair. Hotel-hotel ambil air tanah dalam. Rumah sakitjuga, perkantoran, industri pun demikian dalam.Sehingga problem akan terjadi. Kapan? Tergantungpada perubahan penduduk. Migrasi atau urbanisasipenduduk ke Yogyakarta. Kedua, sangat tergantungefisiensi pemanfaatan air. Misalnya, bila mahasiswasaja di pondokan sangat tidak peduli air, kran di bukaterus padahal tidak dipakai. Kalau pemanfatan adaefisiensi maka yang semula ada dua puluh tahun lagiada bermasalah, itu bisa di perpanjang. Kalaupenduduk Jogja kira kira empat setengah juta danbertambah cepat sekali, maka per-masalahan akanterjadi di kemudian hari kalau kita tidak melakukanstartegi strategi yang di perlukan.

Apa yang harus dilakukan Pemerintah di Yogya-karta untuk meminimalisir kejadian atau bencanakerusakan air?

Jadi ada beberapa tindakan strategis yang harusdilakukan pemerintah. Yang pertama, me-nyimpan airdalam tanah, yaitu dengan cara yang telah dilakukanpemerintah dengan membuat sumur peresapan airhujan. Setiap kapling rumah harus membuat sumurtersebut. Jika ini dilakukan oleh empat kabupaten satukota, maka akan ada menyebabkan terisinya ronggadalam tanah, air tanah dalam maupun air dangkal iniakan terisi oleh air.

Kedua, peduli hutan di Merapi, Menoreh, itu harusdi reboisasi dengan kebijakan. Khusus Gunung Kidul,harus diupayakan pembatasan pengambilan/eksploi-tasi batu gamping itu.

Ketiga, mencoba mengambil air dari luar Jogja.Dulu ada program Kartamantul, Jogja, Sleman danBantul. Air itu ambil dari Magelang, di Magelang ituterdapat 35 sumber mata air yang besar besar. Adayang sampai 12 liter per detik. Tetapi negosiasipemerintah Jogja dan Magelang itu tidak tuntas.Sampai sekarang belum berjalan dengan baik ataupembicaraan itu terhenti. Padahal ini alternatif yangbisa di lakukan oleh pemerintah propinsi.

Kemudian strategi lain, menggunakan air Progo,karena sebagian dari air Magelang ada yang masukke Progo yang berasal dari daerah mata air di wilayahMagelang. Sehingga Progo bisa dibendung dibuat airminum.

Lalu yang lain adalah meman-faatkan air yanghampir masuk ke laut. Di Baron, di beberapa lokasipantai Gunung Kidul, banyak ter-dapat sungai-sungaibawah tanah. Lalu sebelum itu masuk ke laut, itusudah diambil untuk mencukupi kebutuhan air bagipenduduk. Terakhir mendestilasi air laut. Sebenarnya

Page 21: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

21toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

bukan pilihan, tetapi ini potensial yang tak terbatas,tapi butuh biaya mahal. Itu beberapa alternatifnya.

Beberapa strategi yang telah bapak ungkapkantadi, artinya bila kita sudah dalam keadaan yangdramatis ya pak. Tapi kalau Jogja sampai mengambilair ke Magelang atau proses proses yang lain,apakah itu tidak mengindikasikan bahwa pemerintahgagal untuk menjaga sumber daya air di bagianbagian yang bapak sebutkan tadi?

Persoalannya bukan gagal atau tidak ya. Per-soalannya memang kebutuhan jangka pendek yangharus dicukupi, itu alternatif yang paling cepat. Kalaumemperbaiki Merapi misalnya, itukan tidak bisa begituini dilakukan, kemudian musim hujan dapat berfungsi.Karena ini berbicara soal pohon, tumbuhan berjangkapanjang. Oleh sebab itu, menurut saya, asalkansemua itu dilakukan dengan perencanaan yang baikmaka itu akan berhasil seperti yang di inginkan.

Pak, kondisi realitas saat ini apakah rasio antarajumlah penduduk dan air berimbang atau tidak?

Kalau kita melihat sumber potensi yang ada, lalufaktor loses 20 % di setiap air di tampung dari sumbermata air, menurut perhitungan estimasi saya, itusebenarnya belum dinyatakan krisis atau kritis.Karena kita masih bisa menggunakan air yang ada diProgo, Winongo, Code dan Opak, Oyo untuk diman-faatkan. Jadi sebenarnya jika dihitung semua air yangada di Yogya saat ini, air pemukaan maupun air tanahdalam, rasionya masih lebih banyak dari manusiayang ada di sini. Meskipun kita menggunakanpendekatan standar WAO yakni 250 liter per hari, itumasih bisa.

Lalu yang lain adalah prilaku dari masyarakat iniyang harus diubah. Jadi tidak boros. Efisiensi terhadappenggunaan sumber daya air.

Banyak permasalahan, lalu apa yang patutdiwaspadai di Yogyakarta yang punya dampak burukdalam konteks pemanfaatan air ini?

Pertama, jika di kehutanan ada ileggal logging. Disini juga ada pemanfaatan yang tanpa izin. Contohnya,ambil air tanah dalam diam diam, air tanah dangkal dibawah 20 m atau 40 m diam diam. Padahal denganmengambil itu nanti ada problem di masyarakat.Misalnya, ada pabrik, kalau mau langganan PAM, kanmahal 1 meter kubik 1300/1700, tapi kalau meng-gunakan air tanah dalam atau dangkal, 50 atau 40meter atau yang aman yakni 100 meter. Tapi sayamenggunakan yang 50 atau 60, maka yang masalahadalah air-air sumur di sekitarnya akan terse-rap olehpompa air pabrik tersebut.

Kedua, yang patut diwaspadai adalah upaya setiapkegiatan usaha yang menghasilkan air limbah ituharus diolah terlebih dahulu sebelum masuk ke dalamair permukaan, di sungai. Harus ada instalansipengolah air limbah. Ketiga, kegiatan kegiatan industriatau usaha yang menghasilkan limbah Bahan BeracunBerbahaya atau B3. Contoh banyak orang yangmendirikan usaha laundry. Laundry menggunakandeterjen. Deterjen itu adalah bahan yang sangatberbahaya kalu itu masuk di lingkungan, bisa merusakair, baik air permukaan maupun air tanah. Lalu yangkedua dari limbah dari usaha percetakan yangmengandung logam berat. Berikutnya, usaha-usahacuci-cetak film yang mengandung gas racun ber-bahaya jika di buang di sungai bisa mencemari air.Hal-hal tersebut menyebabkan terganggunya kese-hatan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Itu untuk konteks perkotaan. Kalau untuk daerahsumber air, apa yang harus diwaspadai?

Di Gunung Kidul itu, ekploitasi gamping. Di gunungsewu, Merapi itu illegal logging, juga pemanfaatan sirtu(pasir dan batu) itu juga berbahaya karena ini akanmenyebabkan kerusakan. Di Menoreh, vegetasipenutup lahan di pegunungan Menoreh itu sejauhmungkin dipertahankan dan ditingkatkan.

Dari segi regulasi di DIY, apakah regulasi yangada telah memberikan perlindungan terhadapkeberadaan air?

Regulasi yang saya tahu itu regulasi dari pusat.Yaitu regulasi peraturan pemerintah tentang peman-faatan sumber daya air yang ada di sungai. Fungsinyaada tiga, fungsi ekologi, ekonomi dan sosial. Jadi airsungai itu harus dapat mempertahankan eksistensifungsi sungai. Sungai itu harus tetap hidup, itunamanya fungsi ekologis, dengan ikan, ada bentos,ada bentik itu namanya fungsi sungai dari segiekologis terjamin. Kemudian fungsi sosial, j ikamasyarakat itu masih bisa memanfaatkan air sebagaifungsi kepentingan sosial. Saudara tahu masyarakatkita masih sangat dekat dengan air sungai pada suatusaat mereka butuh air sungai itu. Kemudian yang lain,air sungai berpotensi ekonomi jadi kalau ada airsungai banyak, kemudian ada air minum kemudiandiolah PAM ini menimbulkan fungsi ekonomi. Dariketiga fungsi ini yang berfungsi optimal. Dari regulasidan kebijakan yang sudah ada, belum menjaminadanya perlindungan air bagi tiga fungsi tersebut.

YANG PATUT DIWASPADAI ADALAH UPAYA SETIAP KEGIATAN USAHA YANG

MENGHASILKAN AIR LIMBAH ITU HARUS DIOLAH TERLEBIH DAHULU SEBELUM

MASUK KE DALAM AIR PERMUKAAN, DI SUNGAI.

Page 22: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

22 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

BAKTERI E. COLI ITU MERESAHKAN MEREKA

DJOKO HARSONO (56)GURU SMA 5 KOTAGEDE, JL. NYI PEMBAYUN 14 A

Apakah anda sudah mengetahui bahwa air bersih di Yogyakartabanyak mengandung bakteri E. coli?

Sudah, dari koran beberapa waktu lalu. Bahwa di Yogyakartapencemaran airnya sudah melebihi standar. Sebenarnya informasi inisudah lama ada, tetapi penyelesaiannya yang lama, sampai saat inibelum ada.

Bagaimana tanggapan anda soal air bersih di Yogyakarta yang sudahtercemar bakteri E. coli?

Masalah air menurut saya, berkaitan dengan pembangunanpemukiman. Misalnya untuk membangun rumah, itu mestinya harusmenyediakan tempat untuk pembuangan dan penyaluran air supaya airyang nantinya masuk ke sumur itu kembali menjadi bersih kembali.Pencemaran air meningkat. Tidak hanya pencemaran yang disebabkanlimbah, sekarang di pekarangan rumah pun air dapat tercemar.

Menurut anda, apa yang harus di lakukan pemerintah dalam kasusini?

Pemerintah harus melakukan penyuluhan terhadap masyarakat.Pemerintah harus menjamin pengadaan air bersih sampai di daerahyang terpencil, dan pemerintah harus mengatur pembuangan danpenyaluran air. Mungkin dengan mengontrol jarak antara pembuanganMCK dengan sumber air. Biasanya orang ndak mengerti berapa jarakideal antara septic tank dan sumber air.

Menurut anda, apa yang harus dilakukan masyarakat dalammenghadapi pencemaran air bersih ini?

Masyarakat harus memiliki kesadaran kebersihan lingkungan.Apakah anda sudah merasakan dampak negatif dari kondisi ini?Kalau dampaknya belum terasa, tapi jika saya melihat air dalam

aquarium yang diambil dari sumur, selang beberapa hari warna airberubah keruh. Gejala ini muncul setelah gempa bumi, sebelumnya airselalu jernih. Tapi, kami belum mencoba cek air tersebut ke laboratorium.

SURIP HADI SUTRISNO (46)PENJUAL SOTO, PRAWIRO DIRJAN RT 48 RW 14GN 2 – 544

Apakah anda sudah mengetahui bahwa air bersih di yogyakartabanyak mengandung bakteri E. coli?

Sudah pernah mendengar dari petugas Puskesmas, tapi Belum tahu.Mereka tidak menerangkan bakteri itu.

Bagaimana tanggapan anda soal air bersih di Yogyakarta yang sudahtercemar bakteri E. coli?

Awalnya takut, tapi di rumah saya sudah menggunakan air PAM biaraman. Terkadang juga mengambil air dari sumur yang agak jauh darisungai.

Menurut anda, apa yang harus di lakukan pemerintah dalam kasusini?

Pemerintah harus memberikan air yang bersih untuk masyarakatnya.Menurut anda, apa yang harus di lakukan masyara-kat dalam

menghadapi pencemaran air bersih ini?

PEMBANGUNAN KOTA YANG

TIDAK TERKONTROL. KAWASAN

PEMUKIMAN YANG KIAN PADAT.MINIMNYA PENGETAHUAN SOAL

PEMBANGUNAN YANG BERWAWASAN

LINGKUNGAN DI BERBAGAI KALANGAN

TELAH MEMBUAT LINGKUNGAN HIDUP

DI YOGYAKARTA BERKURANG

KUALITASNYA. SALAHSATU BUKTINYA

YAKNI AIR YANG MAKIN TERCEMAR.DAMPAKNYA PUN MULAI DIRASAKAN

OLEH MASYARAKAT. MULAI DARI

PENYAKIT MUNTABER HINGGA

PENYAKIT KULIT. MASYARAKAT

BERHARAP AGAR PEMERINTAH LEBIH

SERIUS MENANGANI PERSOALAN INI

SEBELUM MAKIN BANYAK MENELAN

KORBAN. SELAIN ITU UPAYA

PENINGKATAN KESADARAN

MASYARAKAT AKAN PENTING

KEBERSIHAN AIR, MENJADI PILIHAN

YANG HARUS SEGERA

DIWUJUDNYATAKAN.PEMERINTAH TELAH MEMBANGUN

BEBERAPA PERALATAN KEBERSIHAN

LINGKUNGAN. SEPERTI IPAL, TETAPI

PENCEMARAN AIR BERSIH TIDAK BISA

DIBENDUNG. PENCEMARAN AIR

DIPANDANG SEBELAH MATA, SEOLAH

MENJADI PENYAKIT BAWAAN KOTA

BESAR. IRONISNYA, SOAL INI TELAH

MENCUAT BEBERAPA PERIODE LALU,TETAPI SAMPAI SAAT INI KASUS INI

BELUM USAI. MASYARAKAT MASIH

BANYAK YANG BELUM MENGETAHUI

PERMASALAHAN INI. SEBENARNYA,BAGAIMANA PENILAIAN DAN

KEINGINANN MASYARAKAT

YOGYAKARTA TERHADAP KEBERADAAN

AIR BERSIH DI YOGYAKARTA?BERIKUT RANGKUMAN PENDAPAT

MERKA YANG BERHASIL DIDAPATKAN

OLEH RIA ANNISA REPORTER

TOEGOE.

Page 23: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

23toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Masyarakat harus menjaga kebersihan.Apakah anda sudah merasakan dampak negatif

dari kondisi ini?Disini anak anak kecil yang sering menderita diare,

mungkin karena air dicemari bakteri tadi. Alham-dulillah-nya, Saya belum merasakan dampak negatifdari air yang tercemar bakteri itu.

MANGUN (35)PENARIK BECAK, NOGO SARI RT 37 RW 40 SUMBER AGUNG BANTUL

Apakah anda sudah mengetahui bahwa air bersihdi Yogyakarta banyak mengandung bakteri E. coli?

Belum, saya rasa air di yogyakarta masih bersihbelum tercemar.

Bagaimana tanggapan anda soal air bersih dIyogyakarta yang sudah tercemar bakteri E. coli?

Air adalah sumber kehidupan. Masalah itu harussegera ditindak lanjuti, Kalau tidak nanti berkembang,itu kan bahaya.

Menurut anda, apa yang harus di lakukan peme-rintah dalam kasus ini?

Pemerintah harus mengambil kebijakan yang tepatagar masyarakat sehat semua.

Menurut anda, apa yang harus di lakukan masyara-kat dalam menghadapi pencemaran air bersih ini?

Masyarakat harus segera buat bak peresapan biarairnya bersih.

Apakah anda sudah merasakan dampak negatifdari kondisi ini?

Belum, karena air di daerah saya masih bersihbelum terkena bakteri itu.

ROSANTOSO (43)PETUGAS PARKIR, BASANGSAM 956 RW 12 RT 48

Apakah anda sudah mengetahui bahwa air bersihdi Yogyakarta banyak mengandung bakteri E. coli?

Sudah dari surat kabar dan koran, tapi belummembuktikan.

Bagaimana tanggapan anda soal air bersih diYogyakarta yang sudah tercemar bakteri E. coli?

Berbahaya sekali, dan harus di basmi, itukanbanyaknya kumannya (bakteri E. coli, red).

Menurut anda, apa yang harus di lakukan peme-rintah dalam kasus ini?

Pemerintah harus menanggulangi masalah ini danmemberi sosialisasi atau penyuluhan hidup sehatkepada masyarakat. Serta membuat saluran air limbahdari rumah tangga ke Ipal, atau sumur resapan.

Menurut anda, apa yang harus di lakukan masya-rakat dalam menghadapi pencemaran air bersih ini?

Harus menjaga lingkungan, di mulai dari keluarga.Apakah anda sudah merasakan dampak negatif

dari kondisi ini?Kemungkinan sudah, saya sering diare tetapi saya

tidak menyadari itu.

WIDODO ( 40 )PETANI, SAPEN GK I / 472

Apakah anda sudah mengetahui bahwa air bersihdi Yogyakarta banyak mengandung bakteri E. coli?

Pernah mendengar kasus itu dari petugaspuskesmas.

Bagaimana tanggapan anda soal air bersih diYogyakarta yang sudah tercemar bakteri E. coli?

Permasalahan ini tidak lain karena padatnyapemukiman dan jarak antara septic tank dengansumber air tidak teratur.

Menurut anda, apa yang harus di lakukan peme-rintah dalam kasus ini?

Pemerintah memberi penjelasan kepada masya-rakat, dalam mengatur jarak septic tank dengansumber air dan harus selalu melakukan penelitianagar hidup masyarakat tetap sehat.

Menurut anda, apa yang harus di lakukan masya-rakat dalam menghadapi pencemaran air bersih ini?

Meskipun masyarakat tidak bisa melihat bakteri itu,tetapi masyarakat harus selalu menjaga kebersihanlingkungan. Masyarakat harus memperhatikan jarakseptic tank dan sumber air.

Apakah anda sudah merasakan dampak negatifdari kondisi ini?

Belum merasakan, alhamdulilah sehat-sehat saja.

SUNARSASIH (43)PEGAWAI NEGERI SIPIL, DESA DURUNGAN, WATES, KULONPROGO.

Apakah anda sudah mengetahui bahwa air bersihdi Yogyakarta banyak mengandung bakteri E. coli?

Sering mendengar dari Dinas Lingkungan Hidup.Bagaimana tanggapan anda soal air bersih di

Yogyakarta yang sudah tercemar bakteri E. coli?Sebenarnya pemerintah telah membangun bebe-

rapa pipa IPAL untuk pembuangan limbah masyarakat.Menurut anda, apa yang harus di lakukan peme-

rintah dalam kasus ini?Sarana dan prasarana dari Pemerintah sudah

lengkap untuk meminimalisir pencemaran air dengansosialisasi tentang lingkungan kepada masyarakatdan memberikan bantuan berupa IPAL Komunal.

Menurut anda, apa yang harus di lakukan masya-rakat dalam menghadapi pencemaran air bersih ini?

Saya rasa, masyarakat Jogja sudah mengubahperilakunya. Masyarakat sudah banyak yang mengertidalam menjaga lingkungan. Sekarang jumbleng(jamban tradisional, red) sudah jarang ditemui,Pemerintah juga telah membangun MCK komunalgratis.

Apakah anda sudah merasakan dampak negatifdari kondisi ini?

Di rumah saya, sumbernya dari air tanah. Tetapitidak ada efek apapun dari air tersebut.

Page 24: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

24 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

DJOKO

MAHASISWA SEKOLAH TINGGI TEKNIK LINGKUNGAN, JL. SEMANGU NO 591Apakah anda sudah mengetahui bahwa air bersih

di Yogyakarta banyak mengandung bakteri E. coli?Sudah, tidak hanya air sungai yang tercemar. Tetapi

air sumur galian yang berada di sekitar aliransungaipun sudah banyak yang tercemar.

Bagaimana tanggapan anda soal air bersih diYogyakarta yang sudah tercemar bakteri E. coli?

Melihat kondisi masyarakatnya sangat menye-dihkan.

Menurut anda, apa yang harus di lakukan pemerin-tah dalam kasus ini?

Sosialisasi dan memberi pengetahuan tentanglingkungan kepada masyarakat, Karena pelakunyatidak lain adalah masyarakat.

Menurut anda, apa yang harus di lakukan masya-rakat dalam menghadapi pencemaran air bersih ini?

Jangan membuat MCK di sungai dan membuanghajat di sungai.

Apakah anda sudah merasakan dampak negatifdari kondisi ini?

Belum.

YULI ALVIANTI (18)MAHASISWI UIN, TEGAL DOMBAN RT 03 RW 05 MARGO REJO SLEMAN

Apakah anda sudah mengetahui bahwa air bersihdi Yogyakarta banyak mengandung bakteri E. coli?

Belum pernah mendengar informasi tersebut, tapikalau saya lihat dari kondisi airnya, sepertinya iya. Sayapernah merebus air, dan setelah didinginkan, didasarnya ada sejenis minyak dan endapan kapur. inimengindikasikan bahwa dalam air ada kandunganzat yang tidak baik untuk kesehatan.

Bagaimana tanggapan anda soal air bersih diYogyakarta yang sudah tercemar bakteri E. coli?

Jika dil ihat dari kehidupan perkotaan yangindividualistik, saya lebih menyoroti bahwa ini adalahtugas pemerintah.

Menurut anda, apa yang harus dilakukan peme-rintah dalam kasus ini?

Kasus ini harus dimasyarakatkan dan ditindaklanjuti sebelum berakibat fatal.

Menurut anda, apa yang harus dilakukan masya-rakat dalam menghadapi pencemaran air bersih ini?

Masyarakat harus berhati hati dalam memilih airuntuk makan dan minum. Soalnya menyangkutkesehatan tubuh kita.

Apakah anda sudah merasakan dampak negatifdari kondisi ini?

Belum, tetapi di sekitar tempat tinggal saya,terdapat muara yang digunakan mandi beberapawarga. Salah satu warga pernah mengalami muntaberdan penyakit gatal.

ARIEF BUDHI ARTO (16)SISWA SMTI YOGYAKARTA KELAS I, KRAPYAK WETAN RT 02 178 PANGGUNG

HARJO SEWON BANTUL.Apakah anda sudah mengetahui bahwa air bersih

di Yogyakarta banyak mengandung bakteri E. coli?Informasi yang saya dapat dari surat kabar, dan

televisi bahwa di Yogyakarta air bersihnya sekianpersen telah terkontaminasi bakteri E. coli.

Bagaimana tanggapan anda soal air bersih diyogyakarta yang sudah tercemar bakteri E. coli?

Ini cerminan, bahwa semestinya pemerintah tidakhanya mengutamakan gaji pejabat, tapi kesehatanmasyarakat.

Menurut Anda, apa yang harus di lakukan peme-rintah dalam kasus ini?

Pemerintah harus segera turun tangan dan perlumeninjau ulang masalah ini.

Pemerintah juga harus mendatangi lokasi sumberair yang telah terbukti terkontaminasi bakteri E. colidan memberi penyuluhan kepada masyarakat dise-kitarnya. Karena masyarakat memandang sebelahmata masalah air yang terkontaminasi bakteri E. coli.

Menurut anda, apa yang harus di lakukan masya-rakat dalam menghadapi pencemaran air bersih ini?

Wajib menjaga lingkungan, menjamin kebersihanair, tidak membuang hajat di sembarang tempat danselalu mencari informasi kesehatan.

Apakah anda sudah merasakan dampak negatifdari kondisi ini?

Pencernaan Saya sering terganggu setelah makanjajanan dan minuman di pinggir jalan atau kantinsekolah.

ROY IVANNUDIN (26)KARYAWAN SWASTA, TAMBIR REJO KG II /57

Apakah anda sudah mengetahui bahwa air bersihdi Yogyakarta banyak mengandung bakteri E. coli?

Sudah, dari siaran televisi.Bagaimana tanggapan anda soal air bersih di

Yogyakarta yang sudah tercemar bakteri E. coli?Air adalah kebutuhan mahluk hidup yang paling

utama, jadi kita harus berhati hati dalam memilih airminum.

Menurut anda, apa yang harus di lakukan peme-rintah dalam kasus ini?

Pemerintah memberi alat untuk penyaringan airagar air bebas dari bakteri.

Menurut anda, apa yang harus di lakukan masya-rakat dalam menghadapi pencemaran air bersih ini?

Masyarakat harus membiasakan hidup sehat, tidakmembuang kotoran di sungai. Agar lebih aman, jarakantara septic tank dengan sumber air minimal 20meter.

Apakah anda sudah merasakan dampak negatifdari kondisi ini?

Pernah mengalami penyakit gatal, setelah meng-gunakan air sumur yang dekat dengan septik tank.

Page 25: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

25toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

PROBLEMATIKA PDAM di seluruh Indonesia pada masaorde baru menjadi sumber logistik partai politik yangberkuasa. Sementara publik hanya merasakan realitapada proses layananannya. Sehingga persepsi umumyang muncul adalah bahwa di Indonesia terdapatpersoalan besar dalam pengelolaan air oleh PDAMdiantaranya :a. Soal wilayah, distribusi pelayanan air tidak merata.

Distribusi lebih banyak difokuskan untuk melayanikegiatan komersial yang mendukung pem-bangunan ekonomi. Hanya konsumen yangmampu membayar yang dapat memiliki aksesterhadap air bersih.

b. Polusi air. Tidak pahamnya penguasa ataskebutuhan rakyat bersamaan dengan kualitas airyang terindikasi tercemar.

c. Salah kaprah atas fungsi ruang dalam konteksotonomi daerah bagi aliran sumberdaya air gunamemperluas jaringan irigasi bagi keperluanpertanian, sehingga salah satunya terjadi penu-runan produksi padi.

d. Minimnya potensi alternatif sediaan (supply) air.Baik bagi air bersih maupun air minum yang dapatmenjaga ketersediaan disebabkan berkurangnyadaerah tangkapan air akibat alih fungsi lahan.

PDAM SEHARUSNYA PELAYANAN DAERAH AIR MINUM

BUKAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUMOLEH: CHABIBULLAH, AKTIVIS SERIKAT TANI MERDEKA

IQIN

/TO

EGO

E

Page 26: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

26 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Tentunya problem di atas bersumber padapersoalan manajemen di dalam tubuh unit kerjabirokrasi seperti PDAM dan institusi pemerintahlainnya juga masih merupakan lembaga terkaitdengan pengelolaan air yang sarat korupsi, perbedaankepentingan antar institusi, dan keterbatasan dana,manipulasi infrastuktur. Di satu sisi PemerintahIndonesia tidak memiliki dana subsidi yang cukupuntuk membenahi manajemen sektor air, dan disisilain institusi pemerintah itu sendiri tidak efisien.Kondisi ini menurut Pimpinan Tim WASPOLA , RichardHopkins, menekankan perlunya keterlibatan sektorswasta dalam pengelolaan air karena pemerintahtidak memilki dana yang cukup

Akhirnya intervensi melalui bantuan finansial danteknis dari Bank Dunia dan ADB, PemerintahIndonesia menyusun restrukturisasi sektor air, yangmemungkinkan desentralisasi pengelolaan air danmasuknya sektor swasta terutama di daerah perko-taan dengan disetujuinya WATSAL (Water ResourcesSector Adjustment Loan = Pinjaman PenyesuaianSektor Sumber Daya Air). Restrukturisasi sektor air iniyang merupakan alat politik rejim imperialisme jikadilihat sebagai bagian persyaratan pinjaman dalamStructural Adjustment Loan (Pinjaman PenyesuaianStruktural) dari Bank Dunia dan IMF untuk mengatasikrisis ekonomi yang dimulai tahun 1997 telah ikutberkuasa di tanah air kita.. Sebab melalui pinjamanWATSAL bagi Indonesia sebesar US$ 300 juta yangdisetujui oleh Direktur Eksekutif Bank Dunia pada 18Mei 1999, yang kemudian Pemerintah Indonesiamembentuk pokja reformasi sumber daya air. Danmenghasilkan UU no 7 tahun 2004 yang merupakansisi gelap dari perjalanan proses legislasi Negaradalam mempertahankan kedaualatan rakyat dannegara atas sumber daya air.PDAM MENJADI PINTU MASUK INTERVENSI SWASTA

Permasalahan privatisasi air di Indonesia per-soalannya justru menjadi lebih rumit. Karena hampirsemua Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) saatini dalam kondisi tidak mampu membayar utang-utangnya. Malahan banyak yang sedang menuju kejurang kepailitan. Dalam situasi seperti inilah, makaprivatisasi air seolah-olah merupakan obat mujarabuntuk membereskan masalah air bersih. Di sisi lain,kita mengetahui bahwa rekrutmen jajaran manajemenperusahaan air bersih sangat diwarnai oleh berbagaikepentingan. Ditambah lagi PDAM sering dijadikansapi perah oleh para pejabat daerah. Karena itu, disamping pembenahan perusahaan-perusahaanpublik tersebut, privatisasi air hanya dilakukan dalampola PPP (private-public-partnership), sehingga faktor-faktor pemerataan dan keadilan bisa dipertahankan.

Tentang keadilan dan pemerataan harus diakuibahwa PDAM telah melakukan diskriminasi terhadapmasyarakat miskin. Target pembangunan dan

ekspansi jaringan pelayanan air bersih selama initerkesan ditujukan pada pencapaian target sam-bungan rumah. Artinya, bahwa jaringan distribusinyahanya diutamakan ke daerah padat penduduk yangrelatif ekonomi ke atas. Sedangkan daerah-daerahpinggiran dan daerah miskin hampir tidak terjamah.Padahal mereka juga punya hak yang sama untukmendapatkan air bersih yang murah. Akibat dariperlakuan ketidakadilan ini penduduk miskin yanghidup di daerah-daerah kumuh ini harus membayarongkos sosial yang tinggi guna mendapatkan air. Bisadilihat bagaimana rakyat miskin membeli air kaleng,yang harganya mencapai Rp 500 per 20 liter, sehinggauntuk permeter kubiknya jauh lebih mahal dari padaharga yang ditetapkan oleh PDAM untuk paralangganannya. Mengenai jaringan sanitasi, kasusnyatidak pernah terungkap bahkan lebih memprihatinkanlagi. Perhatian terhadap prasarana kesehatan bagirakyat tertindas boleh dibilang hampir tidak ada.Kesimpulannya, kita perlu reformasi mengenaiparadigma pembangunan yang dianut selama ini.Karena penduduk desa yang jumlahnya mendekati70 % dari penduduk Indonesia belum menjadiparameter perencanaan nasional pembangunan kita.Tidak heran kalau harapan hidup orang Indonesiamerupakan yang terendah dibanding negara-negaradi Asia Tenggara lainnya.

Riset yang dihasilkan oleh the PSI’s Research Unit,University of Greenwich (London) menemukan bahwaprivatisasi air oleh perusahaan-perusahaan multi-nasional di negara sedang berkembang tidak terlepasdari persoalan “korupsi”. Perusahaan swastapengelola air tersebut mengalami kegagalan finansialdan yang penting “gagal untuk melayani kelompokmiskin bahkan mengeksploitasi kelompok-kelompoktersebut” (dinyatakan oleh J. F. Talbot, CEO of SAURInternational yang merupakan perusahaan multi-nasional keempat terbesar di dunia pada Januari2002).

Privatisasi air sendiri telah dilakukan di berbagaibelahan dunia antara lain Argentina, Kolumbia, Bolivia,Mexico, Bangladesh, Indonesia, Nepal, Pakistan,Filipina, Sri Lanka, Pantai Gading, Madagaskar,Maroko, Nigeria, Senegal, Tunisia, dan Hongaria.Penelitian di Bolivia, Pakistan, dan Argentinamenunjukkan gejala yang sama yaitu kenaikan hargadan kegagalan melayani kelompok miskin. DiCochabamba, Bolivia setelah privatisasi terjadikenaikan harga air sekitar 300%, sekitar 25% dari totalpendapatan kelompok miskin..

Contoh kasus di Indonesia sendiri privatisasi telahmenyebabkan adanya lonjakan harga air. PDPAM Jayasetelah dikelola bersama dengan Thames WaterInternational UK dan Lyonaisse Prancis telahmengalami 2 kali kenaikan harga pada tahun 1998(20%) dan 2001 (35%). Sumber tidak resmi

Page 27: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

27toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

menyebutkan pada bulan April2003 akan naik lagi sebesar 40%.Gubernur Sutiyoso sendiri menya-takan bahwa kenaikan ini diper-lukan untuk menutupi biaya peru-sahaan. Selain itu juga, peru-sahaan multinasional yang me-nguasai 70% bisnis air di duniayaitu Suez-Lyonnaise dan Vivendidari Perancis telah didakwa seba-gai anti kompetisi. Bahkan Suez-Lyonnaise di Perancis didakwadengan tuduhan suap dan korupsi.

Bagaimana realitas ini dapatdiketahui oleh publik? Sebab jikakita tidak melakukan kontrol lang-sung dari kegiatan kapitalisasiatas sumberdaya alam yang me-nganjurkan privatisasi air, makarakyat tidak akan mempunyai aksesatas air, termasuk kenaikan harga.Sebab kekacauan dari krisis inisudah terjadi di negara-negaraseperti India dan afrika. Untukmenanggapi krisis air tersebut,sistem dibalik apa yang menye-babkan penyingkiran hak rakyatharusnya dilakukan kontrol lang-sung dengan melakukan protes-protes terhadap skenario politikrejim yang sedang berkuasa, apaitu didalam negeri, maupun diluarnegeri. Sebab jika melihat gam-baran anak-anak yang meninggalkarena penyakit terkait air dinegara-negara dunia ketiga, termasukIndonesia, dan datanya yang tidakakurat seperti halnya dengan datalainnya, telah terbukti ketidak-seriusan penguasa dalam menja-lankan kegiatan birokrasinya yangkapitalistik.

SEBAB JIKA KITA TIDAK MELAKUKAN KONTROL LANGSUNG DARI KEGIATAN KAPITALISASI

ATAS SUMBERDAYA ALAM YANG MENGANJURKAN PRIVATISASI AIR, MAKA RAKYAT TIDAK

AKAN MEMPUNYAI AKSES ATAS AIR

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 28: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

28 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

SEMUA bagian dari sumber daya alam Indonesia sudahdi eksploitasi habis-habisan. Hutan, tambang (minyak,batu bara, gas), air, hingga keragaman flora dan fauna.Pulau Kalimantan yang dijuluki sebagai paru-parudunia, kini sudah tinggal cerita akibat penebanganbaik legal maupun ilegal. Secara umum, kecepatankerusakan hutan Indonesia sangat dashyat. Data yangdilansir Wahana Lingkungan Hidup Indonesia – Walhi- dalam satu tahun ada 2,4 juta hektar hutan yanghilang. Jika dianalogikan secara sederhana, dalamsetiap menit ada hutan seluas 6 kali lapangan sepakbola yang hilang!

Akibatnya berdampak negatif kepada masyarakatseperti turunnya mutu lingkungan hidup sepertiterjadinya banjir, tanah longsor, erosi dan sedimentasi,hilangnya sumber daya air, hilangnya peran hutandalam proses siklus ekologis (pengendalian sikluskarbon, oksigen, unsur hara, air dan siklus iklimdunia), serta hilangnya biodiversitas. Bencana alam

MENGUBAH PARADIGMA MENYELAMATKAN BUMI

KERUSAKAN LINGKUNGAN KINI TELAH MEMASUKI

TAHAP YANG SANGAT MENGKHAWATIRKAN. KRISIS

EKOLOGI SUDAH NYATA DI DEPAN MATA, AKIBAT

PEMBANGUNAN YANG TIDAK MEMPERTIMBANGKAN

FAKTOR ETIKA LINGKUNGAN SEDIKIT PUN.

OLEH: AT ERIK TRIADI, S.IP(KOORDINATOR DIVISI KAMPANYE DAN ADVOKASI, LAPERA INDONESIA)

FRED

Y/SH

ALI

NK

Page 29: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

29toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

dihasilkan dari habisnya hutan tersebut, banyakmenelan korban. Longsor di Sinjai, Karanganyar, danberbagai daerah lainnya, yang memakan banyakkorban jiwa.

Belum lagi kerusakan lingkungan yang diakibatkanoleh aktivitas penambangan, baik minyak, batu bara,gas, emas dan sebagainya. Pencemaran yang terjadidi Papua akibat penambangan tembaga dan emasoleh Freeport sudah sangat parah. Aktivitas Freeporttelah mencemari sungai-sungai di Papua, merusaklingkungan bahkan sosial budaya masyarakat Papua.Itu hanya salah satu contoh, masih banyak lagi kasus-kasus rusaknya ekologi akibat sektor ekstraktif ini,hingga yang paling anyar meluapnya lumpur diSidoarjo akibat pengeboran minyak oleh PT. LapindoBrantas. Semua itu karena Rp 208.097,40 miliarkontribusi bidang Migas terhadap APBN (tahun 2007),hingga pemerintah terus menggerus habis kekayaanalam Indonesia.

Pencemaran lingkungan diperparah lagi dengankepulan asap yang berasal dari deru mesin industriyang memang di pacu untuk mengejar target per-tumbuhan industri hingga mencapai 8,56% pertahun.Namun pertumbuhan industri telah berdosa, tidakhanya menyebabkan polusi udara, tapi juga men-cemari air, polusi suara, hingga menyedot sumber-sumber air masyarakat.

Melihat deretan kecil kasus-kasus lingkungandiatas, tak bisa disangkal lagi bahwa kerusakanekologi yang terjadi saat ini, bersumber dari perilakumanusia. Tidak hanya perilaku orang perorang,namun juga pemimpin pemerintahan, birokrasi, dan

juga pelaku-pelaku pengusaha. Bahkan dapatdikatakan kasus-kasus lingkungan yang terjadi dapatdikatakan sebagai persoalan moral, persoalanperilaku manusia dan negara bangsa dalam me-lakukan manipulasi yang merugikan kepentinganorang lain dan juga lingkungan hidup. Oleh karena itudiperlukan etika dan moralitas untuk mengatasinyasebagai kaidah atau norma yang melandasi perilakumanusia.

Menurut Arne Naess dalam Etika Lingkungan yangditulis oleh Sony Keraf, krisis lingkungan yang terjadidewasa ini hanya bisa diatasi dengan melakukanperubahan cara pandang dan perilaku manusiaterhadap alam secara fundamental dan radikal.Dibutuhkan sebuah pola hidup atau gaya hidup baruyang tidak hanya menyangkut orang per orang, tetapijuga budaya masyarakat secara keseluruhan. Artinyadibutuhkan etika lingkungan hidup yang menuntunmanusia untuk berinteraksi secara baru di alamsemesta.

Krisis lingkungan yang kita alami saat ini se-benarnya bersumber dari kesalahan fundamental-filosofis dalam cara pandang manusia mengenaidirinya, alam dan tempat manusia dalam keseluruhanekosistem. Pada gilirannya, kekeliruan cara pandangini melahirkan prilaku yang keliru terhadap alam. Inilahawal dari semua bencana lingkungan hidup yang kitaalami sekarang.

Dari Antroposentrisme Menuju Biosentrisme danEkosentrisme

Kesalahan cara pandang ini bersumber dari etikaantroposentrisme. Sebuah pandangan yang meyakini

ASH

IDO A

LDO

RIO

SIM

AT

UPA

NG/T

OEG

OE

Page 30: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

30 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

bahwa manusia sebagai pusat dari alam semesta.Hanya manusia yang mempunyai nilai, sementaraalam dan segala isinya sekadar alat pemuasankepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Manusiadianggap berada di luar, di atas dan terpisah dari alam.Bahkan manusia dipahami sebagai penguasa atasalam yang boleh melakukan apa saja terhadap alam.Cara pandang ini melahirkan sikap dan perilakueksploitatif tanpa kepedulian sama sekali terhadapalam dan segala isinya yang dianggap tidak mem-punyai nilai pada diri manusia.

Kesalahan fundamental dari pandangan ini adalahmenganggap manusia hanya sebagai mahluk sosial,yang eksistensi dan identitas dirinya ditentukan olehkomunitas sosialnya. Dalam pemahaman ini ma-nusia berkembang menjadi dirinya dalam interaksidengan sesama manusia di dalam komunitassosialnya. Manusia tidak dilihat sebagai mahlukekologis yang indentitasnya ikut dibentuk oleh alam.

Kemudian, anggapan bahwa etika hanya berlakubagi komunitas sosial manusia. Jadi, yang disebutsebagai norma dan nilai moral hanya dibatasikeberlakuannya bagi manusia. Dalam pemahamanini hanya manusia yang merupakan pelaku moral,yang memiliki kemampuan untuk bertindak secaramoral, berdasarkan akal budi dan kehendak be-basnya. Etika tidak berlaku bagi mahluk lain di luarmanusia.

Kesalahan pandang yang fatal ini membuat kitasalah dalam memperlakukan alam. Alam hanyadipandang sebagai pemuas dan untuk memenuhikebutuhan manusia. Hal ini sangat jelas tercerminpada tindakkan kita, baik sebagai pribadi maupunsebagai negara bangsa. Bahkan negara meng-gunakan kekuasaannya membuat kebijakan yangmerestui perusakan lingkungan, untuk menyedotsumber daya alam. Dengan teknologi yang dimilikinyamelakukan perusakan serta pencemaran terhadapalam. Semua itu demi kepuasan manusia, demikepentingan ekonomi manusia.

Lalu kemana perubahan pandangan dan para-digma yang seharusnya kita tuju? Perubahanparadigma yang juga kritik terhadap etika antro-posentrisme dilakukan oleh etika biosentrisme danekosentrisme. Bagi biosentrisme dan ekosentrismemanusia tidak hanya dipandang sebagai mahluksosial. Manusia harus dipahami sebagai mahlukbiologis, mahluk ekologis. Manusia hanya bisa hidupdan berkembang sebagai manusia utuh dan penuh,tidak hanya dalam komunitas sosial, tetapi juga dalamkomunitas ekologis. Manusia merupakan mahluk yangkehidupannya tergantung dan terkait dengan semuakehidupan lain di alam semesta.

Manusia bukanlah mahluk yang berada di luar, diatas dan terpisah dari alam, manusia berada dalamalam dan terkait serta tergantung dari alam dan

seluruh isinya. Artinya manusia dibentuk oleh danmerealisasikan dirinya dalam alam. Alam membentukdirinya sebagaimana ia sendiri ikut membentuk alam.Oleh karena itu, bagi biosentris dan ekosentris,komunitas biotis atau komunitas ekologis mempunyaiperan penting, bahkan lebih penting dari komunitassosial. Semua kehidupan, mahluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya memiliki nilai dalam dirinyamasing-masing, terlepas apakah dia bernilai bagimanusia atau tidak.

Oleh sebab itu etika bagi kalangan biosentrismaupun ekosentris tidak hanya berlaku bagi manusia,tapi juga bagi semua mahluk hidup. Manusia jugadituntut untuk mempunyai kewajiban dan tanggungjawab moral terhadap semua kehidupan di alamsemesta, bahkan semua entitas yang abiotis. Dengantanggung jawab pribadi maupun bersama, setiaporang terpanggil untuk memelihara alam semesta inisebagaimana milik pribadinya.

Untuk mewujudkan perubahan cara pandangsecara radikal tersebut, Arne Naess, kembalimemberikan pendapat. Menurutnya ada empattingkatan komponen yang membentuk satu kesatuanpola laku sebagai sebuah gerakan moral. Pertama,berisikan premis-premis, norma-norma dan asumsideskriptif yang paling fundamental. Premis-premis inibisa diartikan sebagai visi yang dijadikan petunjuk arahbagi kehidupan. Kedua, adanya platform pemersatugerakan, yang memungkinkan semua orang terdorongmelakukan aksi bersama. Pada tingkatan ketiga,adanya hipotesis umum, yang merupakan polaperilaku umum dalam berhubungan dengan ling-kungan, tentunya sejalan dengan inspirasi danplatform yang telah dirumuskan sebelumnya. Kempat,aksi nyata yang digerakkan oleh ketiga tingkatan diatas.Termasuk juga dalam hal ini adalah adanya aturan-aturan khusus yang disesuaikan dengan situasi yangdihadapi, serta keputusan-keputusan praktis yangdiambil dalam setiap situasi khusus.

Dengan berdasar pada empat komponen diatas,maka setiap tindakan yang memiliki dampak padalingkungan haruslah berprinsip bahwa tindakan ituuntuk kebaikan bersama atau bonum commune.Bonum commune muncul sebagai hasil dari maksud,upaya, dan tindakan yang sengaja dipilih atau tidakdipilih oleh pemegang otoritas dalam menanganipokok-pokok yang menyangga kehidupan bersama,tentu saja bukan hanya untuk manusia tapi jugaekologi.

Lalu, kebijakan yang diambil secara pribadi ataupemegang kekuasaan dengan kebijakannya sudahmemperhatikan prinsip bonum commune? Apakahkebijakan-kebijakan dalam pengelolaan lingkungansudah mendasar pada etika biosentris dan eko-sentris? Jika semua itu dilakukan, tentunya alam takakan murka dengan segala bencananya kepada kita.

Page 31: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

31toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

TOEGOE PEMIKIRAN

MENYELAMATKAN LINGKUNGAN SECARA BERSAMAREPORTER: YUSTRINA WULANDARI

SUATU hari Risugiantoro kesal lantaran polutan asapkendaraan melekat di tembok rumahnya. Padahaljarak antara terminal bus -saat itu masih di Umbul-harjo- dan rumahnya cukup jauh. “Tembok saya itukanputih, itu jelaganya ada,” tutur mantan Kepala BidangPenegakan Hukum Badan Pengendalian DampakLingkungan Daerah (Bapedalda) DIY ini. Bagi, anggotakomunitas kampung hijau RW 08 Gambiran ini,pengalaman tersebut hanyalah noktah kecil dari potretbesar pencemaran dan pengrusakan lingkungan diKota Gudeg.

Baginya kondisi lingkungan di Kota Yogyakartaterus mengalami penurunan kualitas. Dalam halpermukaan air tanah misalnya, sejak tahun 1960-anhingga sekarang telah mengalami penurunan yangdrastis, lebih dari setengah meter. “Baru berjalan 40tahun saja, kondisi permukaan sudah seperti itu,bagaimana dengan generasi ke tujuh dan berikut,”ujarnya.

Soal polusi udara, alumni Fakultas Hukum UGMini juga angkat bicara. Dia menceritakan pengala-mannya semasa masih bekerja di Bapedalda, adabeberapa kawasan yang sudah sangat tinggi pence-maran udaranya. Seperti di daerah Pingit. Sekarang,daerah Malioboro pun mengalami nasib yang tak jauhberbeda. Kondisi ini menurutnya kemungkinan akansemakin parah gara-gara sumber pencemaranbergerak yakni kendaraan bermotor terus bertambahjumlahnya di Yogyakarta

Dia juga menceritakan kondisi pencemaran airyang mulai menampakkan masalah. Seperti pence-maran dari bakteri E. coli. Pencemaran sungai dikawasan kota juga mengundang keprihatinannya.Menurutnya, sungai-sungai di Yogyakarta jauh darikesan bersih dan sehat. Sehingga tidak mungkin lagidikonsumsi oleh masyarakat

Gambaran pengrusakan lingkungan di atasmenurutnya adalah kesalahan bersama. Perilakumasyarakat yang tidak mempedulikan kelestarianlingkungan menjadi penyebab. Selain itu, minimnyaketegasan pemerintah daerah dituding berperanbesar terhadap terciptanya situasi tak nyaman ini.Padahal pemerintah sebenarnya punya kapasitasuntuk mengantisipasi terjadinya degradasi ling-kungan. “Selama ini yang namanya pelanggaran

MASALAH LINGKUNGAN BUKAN PERSOALAN

SEKTORAL. KEBERSAMAAN MENJADI KATA

KUNCINYA.

YUST

RIN

A W

ULN

DA

RI/T

OEG

OE

Page 32: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

32 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

terhadap lingkungan, itu kan belum ada tindakan samasekali,” tegas Ris

Ris juga menyorot lemahnya kepemimpinan yangpeka lingkungan di Yogyakarta. Dia mencontohkanhampir tidak ada calon pemimpin atau wakil rakyatyang menyuarakan kepedulian pada lingkungan. “Kitalihat saja kalau mereka kampanye, ndak pernah,mereka pro lingkungan tidak pernah,” terang KetuaLembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan(LPMK) ini.

Pembangunan kota yang tidak terencana danmemperhatikan aspek lingkungan hidup juga jadipenyebab. Hal ini menurutnya, tak boleh terjadi lagi.Dia mengakui demi kemajuan kota, pembangunanharus tetap berlangsung. Masyarakat pun harusmendukung setiap bentuk pembangunan yangdilakukan pemerintah. “Kegiatan tetap masuk demikemajuan kota Yogyakarta sendiri, tetapi ada perenca-naan kedepan,” tutur Risugiantoro.

Pembangunan kota harus memenuhi tiga aspek.Pertama, kelayakan dari sisi tehnik, berikutnya darisegi ekonomi, dan yang terakhir dari aspek lingkungan.Ketiga hal tersebut, menurut Ris tak boleh ditinggal-

kan. Dia mengkuatirkan soal keberadaan air tanah diKota Yogyakarta. Apabila tidak diantisipasi, maka ma-syarakat bisa kelabakan mencari air di kemudian hari.

Salah satu cara yang bisa dilakukan yakni setiapkeluarga bisa membuat daerah resapan untuk airhujan di rumahnya. Ris menyayang hal ini masih luputdari perhatian berbagai pihak. “Caranya air hujan inikita selamatkan, kita masukkan lagi kembali ke tanah,”ujar Ris.

Berbagai sampah yang masuk ke perkotaansebagai konsukuensi menjadi pusat perekonomianmasih sering dibuang semuanya Tempat Pem-buangan Akhir (TPA). Hal ini bagi Ris, tidak menye-lesaikan masalah tapi memindahkan masalah.Seharusnya banyak sampah yang bisa dikelola.Misalnya, sampah organik seperti dedaunan, sisasayuran dapat dijadikan kompos. Sedangkan sampahanorganik, bisa dijual atau dibuat menjadi kerajinantangan. Sehingga yang dibuang ke TPA hanyalahsampah sudah tidak bisa diolah.

Ragam persoalan lingkungan di kota berpotensimembawa efek negatif nantinya. Oleh karena itu, sikapbaru bertindak setelah ada ancaman harus dihilang-

KAMPUNG PANDEYAN- Butuh kerja keras untuk membangun lingkungan yang bersih dan asri

YUST

RIN

A W

ULA

ND

AR

I/TO

EGO

E

Page 33: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

33toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

kan. Pemerintah harus selalumengedepankan juga soal ling-kungan dalam pembangunan. Disisi masyarakat harus mengontrolapa yang dikerjakan pemerintah.Bagi Ris hal ini guna kelestarianlingkungan dan kepentingan anakcucu kelak. Meninggalkan peker-jaan rumah yang sangat berat bagianak cucu bukanlah tindakan yangarif.BERBAKTI UNTUK KELESTARIAN

LINGKUNGAN

Pria kelahiran TulungagungJawa Timur ini mengaku kepekaanterhadap lingkungan telah tumbuhsejak masih kanak-kanak. Datangdari lingkup keluarga petani, mem-buatnya belajar banyak hal soalekologis. Salah satunya, di jamandulu ayahnya membuat sebuah“jogangan” sebagai penyimpan air.“kalau saat ini bisa diartikan serupadengan sumur resapan ataupunlubang biopori berukuran raksasa,”ujar Ris.

Berangkat dari kecintaannyaterhadap lingkungan apalagi di-tengah carut marut pengrusakan.Laki-laki ini akhirnya menuangkanwaktunya untuk gerakan pedulilingkungan di salah satu sudutkampung bernama Pandeyan diKota Yogyakarta. Ia memiliki segu-dang obsesi dan cita-cita terhadapdunia lingkungan. Salahsatunya,sebuah kawasan hunian yangmampu memberikan kenyamananbagi pemiliknya serta kondisilingkungan yang hijau.

Diawali dengan bersama ma-syarakat menanam berbagai ma-cam pohon di sepanjang kawasanhunian dan sekitarnya. Dari mulaipenanaman pohon akasia di se-panjang Jalan Gambiran hingga dilokasi Bapak ini tinggal. Walaupunsaat ini keberadaan pohon-pohontersebut telah tergantikan olehberbagai jenis pohon yang ditanamoleh Pemda setempat karenapelebaran jalan.

Agar kegiatan tersebut berke-lanjutan, kemudian bersama ma-syarakat membuat komunitaskampung hijau. Macam-macamprogram penataan lingkungan pun

berjubel di dalamnya. Contoh,kegiatan pengolahan sampahmenjadi kerajianan tangan, ataupembuatan tanggul sungai agar diPandeyan tidak terjadi longsor bilabanjir datang.

Berbagai gebrakan yang telahdilakukan akhirnya membuahkanhasil. Kalau beberapa tahun silam,Pandeyan yang merupakan salah-satu pemukiman padat terbilangkumuh kini tidak lagi. Memasukikawasan RW 08 tempat Ris tinggalterlihat bahwa kebersihan me-mang menjadi prioritas. Tak tam-pak ada sampah plastik ataukertas yang berseliweran. Di bebe-rapa sudut juga tersedia tong-tongsampah bagi masyarakat.

Anifuat, wanita yang menjadisalah satu anggota KomunitasKampung Hijau sudah merasakandampak positifnya. Dengan me-ngelola sampah, selain kenya-manan hidup terjaga, dia jugamendapat nilai ekonomi yangterbilang lumayan. Ya, usaha

mengkreasi sampah anorganikternyata juga diminati pasar.

Kemampuan Ani ikut ambilbagian dalam penataan kawasan,tidak datang begitu saja. Ia me-ngaku banyak menimba penga-laman dari Risugiantoro. Carabercocok tanam misalnya. “Awal-nya Pak Ris ajarkan kami tanamanggrek,” aku Pimpinan CabangRanting Gambiran Aisyiah ini.

Sekarang komunitasnya te-ngah menggarap olahan baru.Yakni mencoba membuat air su-ngai Gadjah Wong yang melintasiPandeyan sebagai energi alter-natif. Bukan pekerjaan mudah. Halitu disadari benar oleh Ris. “Kitaterkadang mau enaknya saja, tapitidak mau bekerja keras,” ujarnya.Ya, terus berjuang, pantang pataharang demi sebuah obsesi mem-buat kawasan hunian yang mampumemberikan kenyamanan bagimasyarakat, yang tentunya harusmenjadi obsesi bersama.

HARUS RAJIN- Membuang sampah pada tempatnya harus menjadi kebiasaan

YUST

RIN

A W

ULA

ND

AR

I/TO

EGO

E

Page 34: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

34 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

GREEN Student Movement (GS-M)namanya. Program ini adalahsalahsatu upaya untuk menum-buhkan kepekaan terhadap per-soalan lingkungan sejak usiamuda, khususnya kaum muda diYogyakarta. Sahabat lingkungan(Shalink) Yogyakarta dipercayamengemban tugas mulia ini.

Candra Ketua Shalink Yog-yakarta menjelaskan GSM jugamenjadi ajang untuk pendidikanatau pembekalan bagi relawanyang mau terlibat dalam aktivitaspelestarian lingkungan yang di-lakukan Shalink atau WALHI. Halini agar para relawan nantinyajangan sampai kewalahan akibatkekurangan “nutrisi” lingkungan.

Selanjutnya, Koordinator GSMFredy M. S mengatakan GSM yangdigelar sejak 2006 silam ini meng-gunakan model pelatihan. Selamaini pelatihan tersebut telah meli-batkan pelajar SMU hingga pe-muda-pemudi karang taruna. “GSMsebenarnya semacam pen-didikanpola pikir,” ungkap maha-siswaUniversitas Pembangunan Nasio-nal (UPN) Veteran Yogyakarta ini.

Namun rupanya program inimasih jauh dari harapan. Fredymengakui hal tersebut. BahkanFredy sendiri lupa telah berapa kalimenjalankan gawean-nya tersebut.“Sekitar dua atau tiga kali,”ujarlelaki kelahiran Sulsel ini. Padahalprogram ini seharusnya rutin mini-mal 3 bulan sekali. Lebih jauh, diamenuding minimnya sumber dayamanusia sebagai penyebab.

Keluhan serupa juga datangdari Candra. Padahal menurutnyadari pelatihan yang pernah diada-kan, antusiasme kaum muda diYogyakarta sebenarnya dapat dian-dalkan. Oleh karena itu, dia me-ngajak kaum muda yang pedulipada lingkungan untuk nimbrungdalam program ini.

Asa harus tetap terjaga. Bukanapa-apa, banyak pihak yang meng-apresiasi positif kegiatan ini.Salahsatunya dari Wakil Ketua IBidang Akademik Sekolah TinggiTehnik Lingkungan (STTL) Yogya-karta Dra. Lily Handayani, M.Si.Beliau mengutarakan adanya GSMmenjadi pendorong bagi tum-buhnya kesadaran mengelola

LAYU SEBELUM BERKEMBANGREPORTER: UMBU WULANG TAP

IDENYA CEMERLANG.

KONSEPNYA JUGA

TERBILANG APIK. SAYANG

DALAM PERJALANANNYA,

PROGRAM INI LAYU

SEBELUM BERKEMBANG.

T O E G O E S H A L I N K

DO

K: S

HA

LIN

K

ANGGOTA SHALINK – Belajar bersamamenyusun potongan-potongan kertas.

Page 35: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

35toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

lingkungan secara benar di masya-rakat. Apalagi kondisi lingkunganyang kian rusak perlu untruk segeradibenahi. “Saya mendukung ke-giatan ini,” terang Alumnus fakultasGeografi Universitas Gajah Madaini.

Aan, siswa SMU 5 Yogyakartaini juga menyatakan dukungannya.Dia sebenarnya ingin juga terlibatdalam kegiatan tersebut. Tapisetahunya kegiatan GSM belumpernah digelar di sekolahnya. Diaberharap kegiatan GSM harusmemperlihatkan karya nyata dilapangan. Bukan hanya sekadarmemberikan pelatihan semata.

Partisipasi kaum muda seba-gai salahsatu penggerak dalamupaya pelestarian lingkungan jugadiapresiasi oleh Sahrul Aksa.Menurutnya, kiprah muda bukanlahhal baru di Indonesia. Hanya me-mang, sekarang ini makin mem-bludak lantaran isu pemanasanglobal. Hal ini wajar, mengingatancaman akibat degradasi ling-kungan kian dirasakan oleh banyakpihak.

Dosen di Program Studi IlmuKomunikasi STPMD”APMD” inimengutarakan di tingkat kaummuda, sebaiknya program yangdijalankan harus dekat keseharianmereka. Hal ini penting, mengingatbanyak program-program pedulilingkungan yang gagal ditengahjalan akibat kurang memperhatikanpersoalan kaum muda.

Strategi komunikasi yang diba-ngun juga harus mendekatkanpersoalan lingkungan kepadapublik. Ini guna menumbuhkankepekaan terhadap anak mudapada kondisi l ingkungan seki-tarnya. Bila mereka sadar, tentuakan tumbuh juga rasa memilikiyang kemudian berlanjut pada aksinyata di lapangan. Bila kondisi initercipta, maka dengan sendirinyakontrol ekologi juga berada ditangan anak muda.

Para pengagas juga harusmemperhatikan kondisi kekinian.Sekarang ini, di kalangan mudabanyak sekali sub kultur danmemproduksi ikon-ikon budaya

yang produktif. Isu-isu lingkunganjuga harus dihembuskan ke ber-bagai sub kultur tersebut. Caranya,para pengagas peduli lingkunganberinteraksi dengan komunitas-komunitas tersebut. Contohnya,dalam ajang Festival KesenianYogyakarta tahun ini, Sahrul belummenemukan agenda-agenda yangmengarah pada isu-isu pelestarianlingkungan. Padahal lewat kegi-atan tersebut, sebenarnya isulingkungan bisa dimasukkan da-lam berbagai l ini. Seperti l inikesenian atau budaya.

Kegiatan-kegiatan berskalabesar saat ini memiliki kecen-derungan yang kurang berarti.Justru, kegiatan sosialisasi lingk-ungan hidup lewat kegiatan kecildi berbagai komunitas yang adajustru lebih berprospek. Sahrulmenyarankan para penggas jugaperlu merangkul komunitas formaldi sekolah-sekolah. LembagaOSIS atau Pramuka misalnya.“Narasi besar tentang lingkunganhidup itu dipecah dan didistribu-sikan ke setiap sub kultur,” ungkapAyah satu anak ini.

Selain itu juga pelibatan mediamassa perlu dilakukan. Mengingatperan media yang dapat mencakupaudiens dalam jumlah besar. Olehkarenanya, media harus didoronguntuk juga turut peduli pada per-

soalan lingkungan lewat pem-beritaannya. Berikutnya menurutSahrul, keberhasilan sebuah pro-gram diukur dari sejauh mana isu-isu lingkungan itu diserap olehmasyarakat, khususnya kaummuda.

Lily Handayani mengungkap-kan bahwa kaum muda juga harusdiberikan keleluasaan untuk -mengkampanyekan pentingnyakelestarian lingkungan. Dia tidaksepakat kalau kaum muda yangdituding menjadi salahsatu aktorperusak lingkungan. Tindakan-tindakan yang menimalisir peranpemuda-pemudi harus dapat di-tinggalkan oleh setiap pemangkukebijakan. Di masyarakat maupundi tataran pemerintah.

Kedepannya demi keberlang-sungan GSM, Fredy mengajakkaum muda di Yogyakarta untukturut serta di dalamnya. bahkanbagi yang terlibat sebagai relawanpun, pintu GSM terbuka lebar.Sedangkan Candra menjanjikanbahwa kegiatan GSM sendiri akanmulai dilangsungkan pada bulanAgustus mendatang. Baiklah, kitanantikan saja. Apakah yang layutetap layu dan kemudian mati ataumalah sebaliknya, berkembangdan mewangi harum di negeriGudeg ini.

35toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

PELATIHAN - Anggota Shalink tampak serius mengikuti pelatihan yang diadakanbeberapa waktu lalu.

DO

K: S

HA

LIN

K

Page 36: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

36 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

BARU-BARU ini global warming ataupemanasan global merupakan isuhangat yang hampir tidak alpamenghiasi media massa. Kitapaham atau tidak paham, peduliatau tidak peduli itu menjadi urusanatau itu tergantung kesadaran kitasendiri, tapi yang jelas bro…. kitasemua merasakan dampak darikerusakan lingkungan. Pernahkahkita bertanya ada apa denganalamku serta mencari tahu penye-babnya?

Dan jika kita sempat bertanyadan cari tahu, maka jelas kita akanturut bersalah dan bertanggungjawab atas kerusakan lingkungan.Di mana letaknya kita sebagaimasyarakat yang konsumeristikdan suka menganti produk, lalumembuangnya tanpa memperhi-tungkan sampah yang ramah ling-kungan. Sehingga semakin ting-ginya volume produksi sampahatau limbah yang tak ramah ling-kungan, semakin sempitnya TPA(tempat pembuangan akhir), ka-rena penuh (dampak secara lang-sung). Hal ini di sebabkan karena,lambatnya proses penguraianyang disebabkan dari unsur bahanlimbah yang dibuang, seperti kaca,plastik, mika, logam, dan sebagai-nya yang mencapai ratusan tahun,baru terurai dan akan membawadampak pada rusak zat unsur haradalam tanah, dan membuat tingkat

TERINSPIRASI KARENA LINGKUNGANEDISON RANDJARATU*

MARI KITA PEDULI LINGKUNGAN DENGAN BERTINDAK

KREATIF DALAM MEMANFAATKAN LIMBAH ANORGANIK YANG

TAK RAMAH LINGKUNGAN.

T O E G O E K R E A T I F

DO

K: P

RIB

AD

I

Page 37: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

37toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

kesuburan tanah menurun (jangka panjang).Jika limbah-limbah tersebut dimusnahkan dengan

cara membakar maka, akan membawa dampakterhadap polusi udara, kabut asap tebal dan lain-lain.Juga akan mempunyai dampak terhadap kesehatanmanusia seperti asma/ispa, kangker, menekansistem kekebalan tubuh, menurunkan kapasitasproduksi, dan mengubah sistem hormon, karenamengandung partikel-partikel yang berbahaya yangterkandung dalam asap. Kemudian beberapa tips ataukiat kecil mewujudkankepedulian kita terhadapkelestarian alam dan lingkungan hidup, yaitu:

- reduce (mengurangi)Dengan memulai dari diri sendiri atau rumah

tangga untuk tidak selalu menggunakan produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Dan berusahamengkonversi peralatan yang hendak diganti ataudiperbaharui dengan barang. Alternatif lain, meng-gunakan bahan ramah lingkungan dan selalumembawa wadah sesuai keperluan saat berpergian.

- reuse (menggunakan kembali)Menghilangkan kebiasaan cepat bosan terhadap

suatu produk dan menghilangkan perasaan maludalam menggunakan kembali salah satu alat ataufasilitas ketika berbelanja atau berpergian.

- recycle (mendaur ulang)ini salah satu cara yang ampuh untuk mengubah

sampah atau limbah sampah anorganik menjaditumpukan duit. Caranya, bertindak kreatif selain kitamenyelamatkan alam dan lingkungan kita jugamemberdayakan diri sendiri dan orang lain untukmemperoleh duit dengan menciptakan suatu lapa-ngan pekerjaan yang berdasarkan pada pengelolaansampah dan limbah sampah anorganik untuk menjadiproduk-produk daur ulang.

BERIKUT TIPS-TIPS KREATIF MENGELOLA LIMBAH ANORGANIK.

* Penulis adalah mahasiswa STPMD ”APMD” Yogyakarta.Pernah aktif di MAPALA “Tunas Patria” di kampus yang

sama. Kini tengah menyelesaikan tugas akhir denganmelakukan pendampingan pada komunitas anak jalanan di

rumah singgah Diponegoro. Selain itu, tengah mencarirekanan atau donatur untuk mengembangkan usaha kreatif

pemanfaatan sampah yang sedang ditekuni.

Page 38: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

38 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

ANAK mungkin belum bisa diajakuntuk berpikir tentang konsepbesar pengelolaan lingkungan.Tapi mereka ternyata dapat berbuatsesuatu untuk melestarikan ling-kungan. Kenyataan ini dapat di-temui di RW 01 Minomartani, Sle-man. Tak tanggung-tanggung, hasilkreasi anak pun dipasarkan mela-lui kelompok usaha Sekar MartaniMuda.

Menurut Dra. HJ. Kiptiyah, pe-libatan anak dilakukan guna me-numbuhkan kesadaran akan pen-tingnya kelestarian lingkungansejak usia dini. Hal ini pentingmengingat, sekarang ini banyakaktivitas pembuangan sampahsecara sembarangan akibat mi-nimnya kesadaran terhadap ling-kungan hidup. Ujungnya, munculberbagai penyakit yang ditimbulkandari tumpukan sampah tersebut.

Berangkat dari keprihatinantersebut, Kiptiyah sebagai KetuaKoperasi Anggrek Mekar lantasmembentuk kelompok usaha Se-kar Martani Muda guna menam-pung hasil kreasi dari sampah. Takpercuma, usaha tersebut mem-buahkan hasil dengan semakinbanyaknya partisipasi masyarakatdalam mengolah sampah. “ Usahaini terdiri dari anak-anak dan kaummuda,” ujar Kiptiyah.

Partisipasi anak-anak jugatidak lepas dari peranan para ibudi RW tersebut. merekalah yangmendorong putra-putrinya untukturut serta dalam upaya pengelo-laan sampah. Apalagi sejak 2005silam, kampung tersebut mulaiserius melakukan gerakan lingku-ngan hidup. Orang tua, kaum mudahingga anak-anak pun mulai me-ngubah kebiasaan buruk mem-buang sampah sembarangan. KiniRW tersebut, terlihat sangat asridan bersih dari serakan sampah.

Namun pelibatan anak bu-kanlah perkara mudah. Kiptiyahmengakui belum semua anak ditempatnya terlibat dalam aktivitastersebut. Apalagi pendekatan ter-hadap anak secara serius barudimulai pada masa menjelangRamadhan setahun silam. Saat itu

ANAK MINOMARTANI MENGKREASI SAMPAH

REPORTER: RIA ANISA

MENJADIKAN ANAK KREATIF SEKALIGUS

MERAWAT LINGKUNGAN.

BONEKA DARI PLASTIK- Inilah beberapa karya anak-anak di RW 01 Minomartanidari beragam sampah plastik.

T O E G O E A N A K

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 39: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

39toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

anak diajak untuk mengelola sam-pah dan diajari juga bercocoktanam. Kiptiyah mengisahkan,kegiatan pertama yang dilakukanadalah mengajak anak menanamsayur Kangkung di halaman Masjid.“Anak-anakpun sangat antusiasmengikutinya, apalagi setelahpanen yang memuaskan,” tuturKiptiyah bersemangat.

Tak hanya sampai di situ, pen-dekatan pun dilanjutkan dengansimulasi- simulasi tentang sam-pah. Anak-anak setempat diajarkanuntuk membuang sampah padatempat-tempat yang telah dise-diakan. Bukan apa-apa, sampahyang berserakan di kawasan Mino-martani juga sebelumnya darisampah-sampah yang dibuangsecara sembarangan oleh anak-anak. Selain itu, anak juga diajarkanuntuk membuat tempat sampah dikamarnya masing-masing.

Berikutnya, pengenalan bagai-mana memilah dan mengolahsampah yang tepat. Gayung ber-sambut, pendekatan ini berhasil

mengubah perilaku sebagian be-sar anak-anak Minomartani khu-susnya RW 01. Sejak saat itu pun,praktek pelatihan pengolahansampah an-organik oleh anak-anak menjadi pemandangan yanglumrah. Lebih dari itu, merekamampu menghasilkan rupiahberkat keterampilan tersebut.

Lalu apa saja kendalanya danbagaimana strateginya berha-dapan dengan anak? Kiptiyahmengatakan sebenarnya kendala-kendala yang dihadapi selama iniadalah, bagaimana memisahkankeinginan anak-anak yang terlanjurbetah bermain game elektronik,khususnya anak laki-laki. Selain itu,sifat cepat bosan anak dalammengkreasi sampah.”Hal inilahyang menjadi tantangan bagi tutor-nya (pengasuh, Red),” tutur Kipti-yah.

Persoalan tersebut diakui olehEti, sang tutor. Wajar, mengingatdunia bermain adalah kesukaananak-anak. Sehingga disiasatidengan membebaskan anak untuk

berkarya sambil bermain. Walau-pun pengerjaan sebuah barangmenjadi lebih lambat. Untukmenghilangkan rasa bosan, anakpun diajak untuk mengerjakan hallain seperti, kegiatan bercocoktanam, pelatihan manajemenkeuangan hingga belajar pema-saran.

Kiptiyah melanjutkan, walaupunkegiatan yang dilangsungkan tigakali dalam seminggu ini hanyasekadar pengisi waktu luang bagianak-anak bukan berarti t idakdiseriusi. Buktinya, ada pemberianpengharagaan bagi anak yangkreatif dan produktif. Begitupunsebaliknya bagi anak-anak yangtidak menghasilkan apa-apa. “Ba-gaimana memberikan punishment(hukuman, Red) kepada anak-anak yang belum bisa dalam halkreasi sampah atau dalam penge-lolaan lingkungan,” terang Kiptiyah.

Anjani, Siswi SDN 2 Minomar-tani mengaku senang dapat bela-jar dan berkreatifitas mengolahsampah. Bahkan ilmu tersebut pun

39toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

TONG SAMPAH- Sampah organik dan anorganik dipilah dan ditempatkan di tong sampah sesuai dengan jenisnya.

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 40: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

40 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

dia pergunakan untuk mengkreasiberbagai macam sampah plastikdan menjadi kebanggaannya disekolah. “Saya bisa membuat bajuboneka dari plastic dan bisa mena-nam kangkung,” ujar siswi kelas IVini polos.

Mengajak sebanyak mungkinmanusia untuk terlibat dalammengelola lingkungan tanpa me-mandang usia tentu harus tetapdikedepankan. Anak-anak di Mino-martani telah membuktikan bahwamereka juga berkontribusi positifasalkan diberi ruang. Lebih dari itu,jangan sampai juga anak dieks-ploitasi energinya untuk kepen-tingan ekonomi semata. Kini perta-nyaannya, bila anak-anak sajabisa, kita?

BERAGAM HASIL KREASI- hasil karya tersebut dipajang dan dijual di koperasi “Anggrek Mekar” Minomartani.

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 41: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

41toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

FOTO-FOTO: WAHYU PUTRO ANARASI: UMBU WULANG TAP & WAHYU PUTRO A

Page 42: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

42 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Page 43: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

43toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Page 44: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

44 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Page 45: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

45toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

PNLH X DI PASAR SENI GABUSAN, BANTUL BULAN APRIL SILAM

ADALAH SESUATU YANG TIDAK BIASA. KALAU PNLH-PNLHSEBELUMNYA MASIH CENDERUNG EKSKLUSIF, KALI INI TIDAK.PELIBATAN MASYARAKAT DARI BERBAGAI ELEMEN. SEPERTI MAHASISWA

DAN PENDUDUK DUSUN MENJADI WARNANYA. SELAIN ADA YANG

TERGABUNG SEBAGAI PANITIA, ADA JUGA YANG TERLIBAT DALAM

BERBAGAI AJANG DISKUSI SEBAGAI PESERTA.

MEMBUMIKAN SEMANGAT KEPEDULIAN AKAN LINGKUNGAN DAN

KEMANUSIAAN MENJADI DASAR PIKIRNYA. TAK BERTEPUK SEBELAH

TANGAN, ASA ITU MEMANG TERKABUL DALAM KENYATAANNYA -BUKAN BERARTI TANPA “CELA”-. APRESIASI DARI BERBAGAI SUDUT

PANDANG –NEGATIF MAUPUN SEBALIKNYA- MEMBUKTIKAN BAHWA

AJANG KALI INI BUKANLAH POTRET KATAK DALAM TEMPURUNG.

LEBIH DARI ITU, PUBLIK YOGYAKARTA, KHUSUSNYA MASYARAKAT

SEKITAR DUSUN GABUSAN, TEMBI, GATAK, DAGAN, BALONG DI

BANTUL TELAH MEMBERI TELADAN BAGAIMANA SEHARUSNYA

MENJAMU TAMU DARI BERBAGAI LATAR BELAKANG IDENTITAS

ORGANISASI MAUPUN KEDAERAHAN -25 PROPINSI- YANG

BERANEKARAGAM. AKHIRNYA, MELIHAT KELANCARAN PNLHTERSEBUT MAKA KITA PATUT BERBANGGA HATI, KARENA

“YOGYAKARTA BERHATI NYAMAN” BUKANLAH SLOGAN HAMPA BELAKA.

TERIMAKASIH YOGYAKARTA

MATUR NUWUN NGAYOGYAKARTA

TIM LIPUTAN TOEGEO KHUSUS:UMBU WULANG TAP | KAHAR MUHAMMAD MAULANA | DHITA S LINGGA SARI | SUGIANTO | RIA ANNISA | SUPRIANUS PURBA | ARDIN |INDRA WIBOWO | BEKTI SURYANI | MUHAMMAD JAFAR T | JUMIAT | JOSEPHINE N R.

T O E G O E K H U S U S

Page 46: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

46 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

PNLH X,

“BUMI UNTUK KEHIDUPAN YANG BERMARTABAT”

EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM

YANG BERLANGSUNG TERUS-

MENERUS DAN TIDAK TERKONTROL

TELAH MEMBAWA INDONESIA

DALAM BINGKAI ANCAMAN BENCANA

EKOLOGI YANG SANGAT SERIUS.

PERSOALAN di atas merupakanagenda besar Walhi yang akandibahas dalam Pertemuan Nasi-onal Lingkungan Hidup (PNLH) Xkali ini. Ada tiga hal yang termaktubdalam event ini . Pertama, agendaorganisasi sebagai agenda inter-nal tiga tahunan. Kedua, momen-tum kerusakan lingkungan yakniperubahan lingkungan, peningkat-an ekonomi yang menafikan kondi-si ekologi lingkungan.

Ketiga, khususnya Yogyakartayakni ingin membangkitkan kem-bali masyarakat Bantul pascagempa bumi yang melanda Yog-yakarta, Mei 2006 silam. “Selainagenda internal, agenda PNLHjuga mengemas agenda yangbersifat sosial, ekonomi, dan politikyang bermanfaat baik, masyarakatlokal maupun global,” ujar Se-kretaris Steering Comitee (SC) IvanValentina Ageung.

Bersama membangun Indonesia yang bermartabat

DO

K: W

ALH

I JO

GJA

T O E G O E K H U S U S

Page 47: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

47toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Berkenaan dengan krisis ling-kungan dewasa ini, Ivan, demikianpanggilan akrabnya memaparkanbahwa, tingkat kerusakannya sa-ngat parah dan memprihatinkan.Semakin hari, tingkat kerusakanlingkungan sangat memprihatin-kan. Sehingga, hal ini menimbul-kan kerugian bagi masyarakatsendiri. “Kerusakan lingkungansangat parah, lingkungan sudahtidak dapat melayani masyarakat.Selain kerusakan internal (lingku-ngan-RED) sendiri, kerusakanlingkungan juga disebabkan olehperilaku manusia,” paparnya.

Perubahan iklim yang melandaseluruh dunia beberapa tahun-tahun terakhir ini, dengan tingkatemisi gas yang semakin mening-kat. Maka diperlukan sikap seriusbaik, dari kalangan masyarakatsendiri maupun pemerintah untukmengatasi masalah tersebut. Olehkarena itu, momentum ini jugadijadikan sebagai agenda utamaWalhi dalam mengkampanyekanpenurunan efek gas rumah kaca.

“Kita sedang menjalankan mandatuntuk menurunkan emisi gas ru-mah kaca. Artinya kita sedangmerespon isu perubahan iklim,dimana momen PNLH itu, mulaidari kegiatan sampai pelaksa-naannya nanti, seminimal mungkinmereduksi (mengurangi-RED)emisi dengan tidak mengeluarkanenergi yang cukup banyak untukmemengaruhi lapisan ozon, ”je-lasnya.

Selain itu, lanjut Ivan, momenini bertujuan merespon isu ling-kungan yang berkaitan dengankegiatan ekonomi yang tidak pekalingkungan. Masih sekaitan denganemisi gas rumah kaca, Ivan me-ngatakan pemerintah belum me-nunjukkan sikap ramah terhadapisu lingkungan. Lahirnya kebijakanpemerintah melalui PeraturanPemerintah No. 2 Th. 2008, meru-pakan indikasinya. Karena menurutIvan, kebijakan tersebut menga-baikan lingkungan.

Lebih jauh ia menuturkan, regu-lasi pemerintah belum menunjuk-

kan keseriusan pengelolaan ling-kungan yang baik “Kecuali slogan.Kalau slogan sudah benar seperti‘jaga kesehatan karena ancamanperubahan iklim’ Akan tetapi baruslogan. Saya belum melihat tu-runannya melalui policy (kebijakan-RED),” tegasnya.

Secara terpisah, Direktur WalhiYogyakarta, Suparlan, mengatakandalam PNLH X ini, tak hanya meli-batkan “orang dalam” Walhi. Akantetapi, menjadi ruang publik danagendanya pun ditujukan terhadappublik. “Isu-isu lingkungan harusmembumi bersama rakyat. Tidakhanya milik Walhi sendiri, akantetapi masyarakat juga. Artinyalokasinya berada pada wilayahpublik, agenda-agendanya jugauntuk publik. Jadi, semuanya untukpublic,” ujarnya

Lebih jauh Parlan menjabarkan,aktivitas perusakan dan eksploi-tasi lingkungan harus dihentikan.Melalui momen ini, beliau berharapbahwa isu-isu lingkungan tidakhanya dipopulerkan Walhi. Melain-kan isu publik.

Guna menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan pada anak usia dini

DO

K: W

ALH

I JO

GJA

Page 48: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

48 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

PNLH X ini, berbeda denganPNLH yang diselenggarakan sebe-lumnya. Karena kegiatan kali ini,disamping menghadirkan seluruhanggota WALHI yang berjumlah547 anggota dari 25 propinsi, jugamelibatkan partisipasi masyarakat.Salah satunya dengan melibatkansejumlah dusun di KabupatenBantul yakni dusun Gatak, Tembi,Dagan, Balong dan Gabusan sen-diri.

Menurut Koordinator Divisi Ako-modasi, Herry Widodo, konsepPNLH X ini langsung menyentuhmasyarakat. Lewat penyadaranlingkungan, seperti pengelolaansampah dan pengurangan tenagamesin yang dapat memicu pening-katan gas rumah kaca. Herry punberharap, melalui pertemuan tigatahunan ini, isu-isu mengenailingkungan tidak hanya dikonsumsioleh para elit politik dan intelektual.Melainkan menjadi isu bersamamasyarakat. Sehingga, diharapkankondisi lingkungan akan terjagakelestariannya.

General Manager Pasar SeniGabusan, Tribowo S. Nuswa me-nanggapi positif kegiatan ini. Menu-rutnya, diskusi-diskusi atau penyu-luhan lingkungan dapat membuatmasyarakat lebih jeli lagi meman-faatkan bahan-bahan yang terbuatdari alam yang tak merusak lingku-ngan. “Paling tidak secara khususdapat dipahami oleh peng-rajinuntuk menggunakan bahan-bahanyang berasal dari alam,” ungkap-nya.

Layaknya manusia yang ber-martabat, tempat hunian manusiaini juga harus disikapi denganserius. Melalui kegiatan yang di-selenggarakan tiap tiga tahunsekali ini, Walhi kedepan diha-rapkan menjadi pelopor gerakanlingkungan dalam upaya penye-lamatan bumi. Meminjam ung-kapan Direktur Eksekutif WalhiYogyakarta bahwa lingkungan se-harusnya menjadi isu kita ber-sama, bukan isu kelompok tertentu.Gerakan sadar lingkungan hendak-nya juga diperkuat dan didukungoleh kalangan akar rumput. Seti-

daknya dimulai dari pertemuanpara pejuang lingkungan ini.PASAR RAKYAT DAN PAMERAN PRO

LINGKUNGAN

Di tengah gencarnya arus glo-balisasi yang menggilas, eksis-tensi kearifan lokal dipertaruhkan.Walhi mengadakan pasar rakyatpro lingkungan dan pameran ling-kungan sejak 15 hingga 22 April2008 sebagai salahsatu bagiandari PNLH X ini. Ajang ini gunamemperkenalkan kepada masya-rakat akan pentingya kearifan lokalsebagai modal sosial bangsa.

Menurut Chabibullah, KetuaOrganizing Comitee PNLH X, keari-fan lokal yang masih diperta-hankan oleh masyarakat di daerahdampingan WALHI harus dipu-blikasikan kepada publik. “Kon-sepnya nanti kita akan buat stan.Ada yang dalam bentuk pamerandisplay (menyediakan-RED) pro-duk dan proses mengenai panganlokal, obat-obat lokal atau energialternatif,” ujar Alumni IAIN SunanKalijaga Yogyakarta ini.

Secara terpisah KoordinatorPasar Rakyat dan Pameran ProLingkungan Woro Wahyuningtyas,memaparkan secara mendasarsubtansi kegiatan ini akan mem-berikan informasi melalui pameranpendidikan energi, pangan, kese-hatan alternatif dan mengakomodirmuatan-muatan lokal atau kearifanyang selama ini diterapkan olehsekolah-sekolah. “Kalau untuk

market (pasar-RED), sebenarnyasemua hal dapat dijual disini. Tapidengan catatan harus ramah ling-kungan, terutama obat alternatif,pangan alternatif, buku-buku ten-tang lingkungan. Pokoknya semuahal yang ramah lingkungan,” jelas-nya.

Melalui kegiatan ini, Habib ber-harap agar pemerintah juga mela-kukan kegiatan serupa. Hal ini gunamendorong dan menumbuh kem-bangkan lagi kearifan local. Teru-tama pangan, obat-obatan danenergi alternatif. “Ada pangan-pangan lokal yang jauh lebih murahdan terjangkau oleh masyarakat.Akan tetapi, sudah mulai terkikisperlahan-lahan oleh kehadiranpangan-pangan impor, baik darisegi bibit maupun hasil-nya,”tandas pria yang aktif dalam SerikatTani Merdeka ini.

Kegairahan pasar dunia dewa-sa ini, kalau tidak diikuti denganpeningkatan potensi kearifan lokalyang menjadi sumber daya utamanegeri ini. Maka bersiap-siaplahbangsa ini menjadi bangsa yangkehilangan identitasnya. Betapapeliknya permasalahan kearifanlokal yang tergilas oleh moderni-sasi beberapa tahun terakhir ini.Sehingga, harus mendapat prio-ritas utama oleh masyarakat teruta-ma pemerintah sebagai pemangkukebijakan dalam mengarahkanpotensi lokal agar dapat bersaingdengan produk-produk impor.

Ajang pemilihan Direktur EksekutifWalhi Indonesia

DO

K: W

ALH

I JO

GJA

T O E G O E K H U S U S

Page 49: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

49toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

NELAYAN KERAP

DIPECUNDANGI PEMERINTAH

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN NEGARA SELAMA INI TIDAK

BERPIHAK KEPADA NELAYAN DAN RAKYAT MISKIN.

KEBIJAKAN pemerintah seperti, pukat harimau danpembatasan daerah penangkapan ikan di sekitarpesisir menjadi momok menakutkan bagi paranelayan. Contoh tersebut hanya satu dari sekian banyakkebijakan pemerintah yang merugikan nelayan. Apalaginelayan selama ini masih belum menyatukan aksiuntuk menolak kebijakan pe-merintah. Kenyataantersebut menjadi topik utama yang dibahas dalamKonferensi Nelayan Indonesia pada PNLH X kali ini.

Arbani N, Ketua Organisasi INSAN (Ikatan NelayanSeijan Kota Baru) Kalimantan Selatan mengatakankebijakan pemerintah tersebut berdampak buruk bagipara nelayan yang beroperasi dengan meggunakanalat-alat sederhana.

Berangkat dari persoalan tersebut, Rudy R. Hanikodari Sinar Organisasi Nelayan menjelaskan Kon-ferensi Nelayan Indonesia pada PNLH X kali ini adalahkesempatan mempertemukan masyarakat nelayandan bersama-sama memperjuangkan hak mereka.

”Saya akan membawa semua apa yag terjadi diSulawesi Utara. Di mana pemerintah telah me-netapkan suatu kawasan zona inti, yaitu programpemerintah yang membatasi ruang lingkup nelayan,”ujar Rudy.

Berikutnya Rudy menyatakan Sinar OrganisasiNelayan bahwa mereka tidak akan percaya lagi kepadapemimpin bangsa ini. Kalau model kepemimpinannyatidak berpihak kepada rakyat.

Kusnadi, Kepala Pusat Penelitian Wilayah Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil menilai kondisi masyarakatsekarang ini sangat jauh dari maksimal. Terlihat darisegi ekonomi masyarakat masih miskin, secara sosialSDM masyarakat rendah dan dari segi polit ikmasyarakat tidak diperhitungkan.

Namun masyarakat harus tetap optimis terhadapprogram-program pemerintah untuk mendorongberbagai perubahan–perubahan di bidang ekonomi.Termasuk mengatasi masyarakat miskin melaluibeberapa kebijakan. “Ada komitmen kolektif untukmenyepakati bahwa perubahan sosial dapat di-wujudkan dengan terjun langsung ke lapangan,” kataKusnadi.

Lalu bagaimana harapan anggota Walhi? BeniKasman, anggota WALHI dari NTT berharap ajang inimampu membangun ruang opini publik sebagaiwahana memperoleh legitimasi dalam memper-juangkan hak-hak nelayan.

NELAYAN-Mencari solusi guna pemanfaatan alam yang bermartabat

DO

K: W

ALH

I JO

GJA

Page 50: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

50 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY,

SEKADAR AJANG CARI MUKA

KENYATAAN DI INDONESIA BAHWA PERUSAHAAN SWASTA ADALAH

SALAHSATU PIHAK PENYETOR KERUSAKAN LINGKUNGAN.

PRAKTEK penambangan yang ber-orientasi pada keuntungan eko-nomi semata, telah membuat kon-disi lingkungan menjadi compang-camping. Sejatinya, perusahan

tambang harus bertanggungjawabatas realitas ini. Namun perusahanmasih menganggap enteng per-soalan ini. Program-program so-sial dan lingkungan yang diadakan

dianggap oleh berbagai kalangansebagai pemanis bibir belaka.

Lantaran kondisi tersebut,PNLH tahun ini menyelenggarakanworkshop dengan tema CorporateSocial Responsibility-CSR- padakamis, 17 april. Diskusi cenderungramai karena dihadiri sekitar 30Peserta dan diselingi oleh sejum-lah cerita nyata seputar penga-laman para peserta di daerah.

Menurut Siti Maimunah dariJaringan Advokasi Tambang(Jatam), CSR memang lahir dariotak kaum pebisnis. CSR dihadir-kan oleh perusahan sebagai ben-tuk pertanggungjawaban terhadaplingkungan hidup dan sosial. “Dariartinya, CSR saja sudah kelihatan,perusahaan bertanggungjawabkepada sosial,” jelas perempuanyang sering disapa May ini.

Hanya saja, pada kenyataan-nya CSR masih dianggap halsepele dan dijalankan dengansetengah hati. Seringkali, CSRdijalankan dengan tujuan untukmendapatkan perhatian masya-rakat semata. “Begitu kita cek dilapangan, asli itu nggak ada,” jelasSiti yang juga satu-satunya pema-teri dalam workshop ini.

Sejatinya, menurut Siti CSR takmenjawab per-soalan masyarakat.Praktek-praktek kerusakan ling-kungan tak berhasil diperbaiki olehperusahaan. Misalnya, NEWMONTmembuang limbah ke laut 120.000ribu ton per hari ke Teluk Senunu.Akibatnya, penghasilan nelayanmenurun. “Yang dia lakukan bukanmeningkatkan penghasilan ne-layan tetapi malah membangunSekolah, memberikan beasiswapendidikan yang tidak ada hubu-ngannya dengan penurunan peng-hasilan nelayan yang disebabkanlimbah perusahan tersebut,” tegasSiti.

Kalau demikian adanya. Tentuhal ini tak bisa dibiarkan begitusaja. Sebagai organisasi l ing-kungan, masyarakat yang selamaini menjadi korban tentu menjadiaktor penting di dalamnya. Sang-gupkah ajang cari muka parakonglomerat itu dihentikan?

Selain berdiskusi juga berkarya

DO

K: W

ALH

I JO

GJA

T O E G O E K H U S U S

Page 51: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

51toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

AKIBAT PP NO 2 TAHUN 2008,

POTENSI MENUAI BENCANA TERBUKA LEBAR

PP NO 2 TAHUN 2008 MENGENAI JENIS DAN TARIF ATAS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERASAL DARI

PENGGUNAAN PENGAWASAN HUTAN DEMI KEPENTINGAN PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN PERHUTANAN, TIDAK LOGIS DAN

MEMBAHAYAKAN LINGKUNGAN.

HAL tersebut diutarakan oleh Sofian Warsito dalamdiskusi tentang PP No 2 Tahun 2008 yang dise-lenggarakan oleh Sahabat Lingkungan-WahanaLingkungan hidup(Salink-Walhi) pada tanggal 8 Maret2008 silam.

Akademisi dari Fakultas Kehutanan UGM inimencontohkan rangkaian kalimat “sumber daya hutanIndonesia merupakan karunia Tuhan Yang MahaKuasa sebagai penyangga kehidupan manusiamelalui berbagai fungsinya. Hilangnya fungsi hutanmengakibatkan bencana seperti banjir, kekeringan,cadangan pangan, cadangan obatan dll, oleh karenaitu sumber daya hutan merupakan objek sekaligussumbangan subjek pembangunan yang sangatstrategis” dalam PP tersebut, ide pokoknya berse-berangan. “Kalimat-kalimat tersebut tidak nyambung,yang pertama mengatakan kerusakan lingkungan danyang kedua sumber daya hutan merupakan subjekdan objek pembangunan. Draft ini tolol,” jelas dosenekonomi dan sumber daya hutan ini.

Dalam pembahasan selanjutnya, Sofian me-ngatakan terdapat beberapa paradigma yang salahdalam PP tersebut oleh pemerintah. Pertama, seolah-olah jika tidak ada penyewaan maka tidak adakontribusi pada negara. Kedua, seolah-olah jikapenambang tidak dipunguti biaya sewa, makapenyewa lain tidak memberikan kontribusi padanegara. Ketiga, tidak bisa membedakan antara

Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) denganPendapatan Pajak Negara (PPN). “Padahal yangmenjadi kontribusi pada negara adalah PPN bukanPNBP, Keempat, seolah-olah memberikan suatubarang yang tidak akan rusak jika dipakai, artinyadalam kegiatan pertambangan kompensasi yangdiberikan harus sesuai dengan kerusakan hutan danlingkungan, bukan kompensasi penyewaan hutan,”tegasnya

Dalam kesempatan yang sama, Direktur WALHIYogyakarta Suparlan menilai pemerintah tidak mampumengelola Sumber Daya Alam (SDA) karena merekamemahami dan memposisikan SDA sebagai komo-diti. Selain itu, pemerintah melakukan eksploitasisecara halus melalui kebijakan yang dibuat tanpamempertimbangkan kondisi lahan, air, hutan dan SDAlainnya. Berikutnya, pemahaman pengelolaan SDAbelum dimiliki negara sehingga perspektif sosial,ekonomi, budaya dan lingkungan belum dijadikanparameter dalam pengambilan keputusan. “Inimerupakan bukti konkret bahwa negara tidak mampuuntuk mengemban amanat rakyat,” papar Parlan

Lain halnya dengan pandangan Sudarsono, KepalaPusat Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) Regio-nal Jawa. Ia mengatakan penggunaan hutan lindungsebagai daerah pertambangan dan masuknya jaring-an listrik, telekomunikasi dan jalan tol bukan atas ini-siatif dari Dinas Kehutanan selaku pemerintah terkait.

Page 52: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

52 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Selanjutnya ia mengatakan, keberadaan kegiatandalam hutan lindung telah ada terlebih dahulusebelum PP ini dibuat, hal ini yang menjadi latarbelakang lahirnya PP itu. “Dengan tujuan pemerintahmenetapkan biaya kompensasi dari penggunaan danpemanfaatan hutan lindung oleh mereka (pengusaha,Red),” jelas Sudarsono.

Lalu bagaimana dengan perspektif hukum terkaitPP No 2 tahun 2008? Direktur LBH Yogyakarta, M IrsyadThamrin mengatakan bahwa dalam PP ini terdapatbanyak kontradiksio interminis (pertentangan, red).”Banyak pertentangan-pertentangan, yang disatu sisiada premis dalam PP ini yang mengatakan bahwahutan sebagai pelindung, tapi disisi lain hutandilegalkan untuk dieksploitasi,” tutur Irsyad.

Irsyad menjelaskan secara politis PP tersebutmenggambarkan konstruksi sistem hukum yangsangat teknokrat terlihat dari pembuatan peraturanyang tidak menggunakan perspektif lingkungan.“Sehingga benturan-benturan dalam peraturan yangdibuatnya sendiri (pemerintah, red) terjadi, misalnyatidak relevannya PP ini dengan UU Pokok Agraria yangmengatur Sumber Daya Alam dan Sumber DayaAgraria di Indonesia,” ungkapnya.

Selain itu, Irsyad menyayangkan paradigmaperjanjian sewa-menyewa yang dilakukan pemerintahkarena hanya menetapkan dan mempertimbangkanberapa keuntungan yang diperoleh dari perjanjiantersebut. Menurutnya, klausula – ketentuan diluar

perjanjian – yang menjamin bahwa kondisi objek –hutan – harus dikembalikan seperti semula se-harusnya termuat dalam PP tersebut.

Kenyataan ini menurut Irsyad, adalah bukti bahwaparadigma pembangunan yang diterapkan rezim OrdeBaru (ORBA) ternyata masih melekat di tubuhpemerintah. Bahkan kurikulum yang ada di PerguruanTinggi khususnya Fakultas Hukum hingga kini masihmenggunakan paradigma teknokrat. Jadinya, se-mangat reformasi belum bisa menghapus sekianbanyak sifat pemerintahan Orde Baru yang tidakberkiblat pada masyarakat. Salah satunya sifat-sifateksploitatif.

Oleh karena sisi negatif dari peraturan tersebut,Irsyad mengajak para peserta diskusi untuk meng-gugat PP tersebut dengan melibatkan partisipasimasyarakat. “Apabila kita mengabaikan partisipasimasyarakat maka peraturan ini oleh pemerintah akandilegitimasi yang selanjutnya diamalkan,” tegasnya.

Kita sepenuhnya sadar bahwa lestari atau punah-nya hutan adalah tanggungjawab bersama. Dalamkonteks kehidupan bernegara, peran pemerintah danrakyat sama krusialnya. Apabila pemerintah menge-luarkan kebijakan yang membahayakan lingkunganditimpali dengan sikap masyarakat yang tak progresifatau acuh tak acuh, maka permainya rimba raya di ne-geri ini bakal tergantikan oleh pendatang baru ber-wajah lama bernama bencana. Pertanyaannya, sudi-

52 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Upaya penyelamatan lingkungan harus bersama-sama

DO

K: W

ALH

I JO

GJA

T O E G O E K H U S U S

Page 53: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

53toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

WALHI AKAN MEMBANGUN

KEKUATAN POLITIK ALTERNATIF

KEPEMIMPINAN NEOLIBERALISME YANG BERLANGSUNG

DARI REZIM KE REZIM PEMERINTAHAN INDONESIA TELAH

MENYEBABKAN KEHANCURAN EKOLOGIS DAN

MEMBAWA MASYARAKAT INDONESIA KE DALAM JERAT

KEMISKINAN. GERAKAN POLITIK ALTERNATIF SEBAGAI

GERAKAN LINGKUNGAN DIPERLUKAN, UNTUK KELUAR

DARI CENGKRAMAN NEOLIBERALISME.

DEMIKIAN persoalan yang mengemuka dalam seminarNasional “Neoliberalisme dan Krisis KepemimpinanNasional” pada Kamis 17 April kemarin. Kebijakanyang pro Bank Dunia dan IMF telah mengakibatkaneksploitasi besara-besaran terhadap lingkunganhidup. Akibat kolaborasi pemerintah dan pemilik modaldalam mengeksploitasi sumber daya alam, 2,8 jutahektar hutan hilang setiap tahunnya.

Seminar yang diikuti peserta dari 25 provinsitersebut menghadirkan Rizal Ramli, mantan MenteriPerekonomian Indonesia (Agustus 2000-Juni 2001,Red), Chalid Muhmad, Direktur Eksekutif NasionalWALHI, Emi Hafidz, Mantan Direktur WALHI dan MantanDirektur Green Peace Asia Tenggara, serta Edy SuandiHamid Rektor Universitas Islam Indonesia.

Seperti dikatakan Rizal Ramli, kepemimpinannasional baik dulu maupun sekarang tidak memilikivisi yang jelas terhadap lingkungan hidup, sehinggabanyak kebijakan yang justru merusak lingkungan.Misalnya konferensi Climate Change di Bali beberapawaktu lalu yang tidak menghasilkan apa-apa.

“Masih sama dong dari sejak jaman Soeharto,kebijakan ekonominya masih sama, Neoliberal. Kanitu ada operatornya mafia Berkeley, partai politik bisaganti, ABRI bisa ganti, tapi kan partainya Neoliberal

Page 54: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

54 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

tidak pernah berhenti, orang-orang yang disebut seba-gai mafia berkeley dan mereka tetap berkuasa sejakjamanya Soeharto sampai sekarang,“ ujar RizalRamli.

Ada dua model kepemimpinan nasional menurutRizal yang merupakan gambaran dari kebijakanpemerintah, yakni kepemimpinan transaksional atautawar menawar dan kepemimpinan transformatif.Sayangnya yang terjadi di Indonesia adalah modelkepemimpinan tawar menawar. Itulah sebabnyaregulasi yang dikeluarkan pemerintah pun bisadigadaikan atau di tukar dengan utang luar negeri.

Edi Suandi Hamid juga menyebutkan bahwa bang-sa Indonesia banyak bergelut dengan mitos. “Indone-sia dikatakan sebagai bangsa pelaut, tapi setiap tahunlima Milyar Dollar sumber laut kita mengalir ke negaralain,” tutur Edi.

Chalid Muhamad mengatakan, potret kemiskinandan kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesiaadalah bentuk kapitalisasi dan kegagalan Neolibera-lisme. Indonesia saat ini telah memasuki fase oligar-khi kekuasaan yang sempurna. Karena krisis lingku-ngan dan ekonomi politik yang terjadi saat ini adalahbuah dari keputusan politik yang diproduksi olehpemerintah.

Krisis ini di katakan Chalid, selalu dilanjutkan darirezim ke rezim dengan tunduk pada Bank Dunia danIMF. Sehingga apabila terjadi krisis ekonomi politikyang menjadi pmenang adalah World Bank dan IMF.

Sementara posisi WALHI saat ini menurutnyasudah menggalang kekuatan kolektif rakyat, danmendidik rakyat untuk keluar dari cengkraman

Neoliberalisme. Inovasi tersebut misalnya dilakukanmelalui Green Student Movement, pendikan-pendikankader rakyat, pengorganisasian rakyat, melakukan te-kanan politk kepada pemerintah, mendorong peruba-han kebijakan, menggalang bangkitnya WALHIInstitute.

Namun berbagai kebijakan pemerintah yangmerusak lingkungan, yang belum mampu dijegalWALHI disebabkan lemahnya kekuatan tekanan politikdari rakyat Indonesia. WALHI saat ini dikatakan Chalidtelah mengusung gerakan politik alternatif untuk keluardari kemelut krisis multidimensi ini.

Gerakan politik yang dimaksud adalah mem-bangun kekuatan rakyat yang sadar, kritis, terorganisir,mau berjuang, dan mau melakukan gerakan-gerakanuntuk membebaskan bangsa dari jeratan Neo-kolonialisme. Namun terkait isu perubahan WALHImenjadi Partai Politik ditepis oleh Chalid. “WALHI tidakakan menjadi partai politik,” tegas Chalid.

Kritik terhadap WALHI juga mengemuka dalamseminar yang bertempat di ruang Sidang Plenotersebut. WALHI sejauh ini dinilai belum mampumenumbuhkan kesadaran kritis individu di masya-rakat, namun Chalid juga menepis argumen tersebut.

“WALHI sudah mendorong lahirnya gerakan rakyat,di banyak tempat, banyak sejarah, banyak fakta mem-buktikan, WALHI sudah melakukan itu, tetapi kerusa-kan yang terjadi saat sekarang, itu WALHI belumberhasil mensinergikan potensi-potensi kekuatanyang ada, makanya WALHI penting untuk mensiner-gikan kekuatan itu,” tegas Chalid.

54 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Walhi mengagas arah baru perjuangan kedepan

DO

K: W

ALH

I JO

GJA

T O E G O E K H U S U S

Page 55: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

55toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

NAMUN, masih dibayangi pola pikir lama. Oleh karenaitu, perlu upaya politik kaum muda untuk menga-tasinya.

Pemimpin muda masih sulit keluar dari tipikalhegemoni kekuasaan masa lalu yang masih ber-orientasi pada paradigma statuis quo. Ini tak lepasdari kenyataan bahwa di Negara ini, kaum tua masihmendominasi berbagai tampuk kekuasaan. Soal inimenjadi salahsatu poin penting yang dibahas dalamacara bertajuk “Temu Kaum Muda untuk Kepemim-pinan Nasional”.

Menurut Muhammad Juhaini, selaku akademisidari perguruan tinggi swasta asal Nusa TenggaraBarat yang hadir menjadi peserta PNLH X, kaum mudadewasa ini, lebih progresif. Jika, dibandingkan denganera sebelumnya. Kaum muda telah berani mencip-takan peluang baru untuk duduk di ranah pemerintahanbaik nasional maupun daerah melalui karier politik diormas (organisasi massa) dan partai politik.

Di tingkat nasional, lanjut Juhaini, belum ada peru-bahan yang signifikan. Kepemimpinan di peme-rintahan nasional semisal di kabinet masih dido-minasi kaum tua. Pola pikir lama (status quo -red)masih mengungkung beberapa kalangan muda. Olehkarena itu, para kaum muda harus mengatasipersoalan tersebut. “Melalui terobosan politik, kaummuda dengan pola pikir baru ini akan memberikanpeluang yang lebih besar, bagi pemuda itu sendiri,”Ujarnya lebih jauh.

Di level daerah, kepemimpinan sudah sebagianbesar di dominasi kaum muda. Ia mencontohkan apayang terjadi di daerah di mana ia tinggal, Nusa Teng-gara Barat. “Sekarang kaum muda bermunculandalam kepemimpinan daerah. Dan mereka, memilikipeluang yang lebih besar dari kaum tua,” Tambahnya.

Hal senada juga dilontarkan, Direktur EksekutifWalhi Yogyakarta, Suparlan. Ia menilai kepemimpinankaum muda dalam dunia perpolitikan sudah menunju-kan keberhasilan. Akan tetapi di ranah lingkunganhidup belum begitu tampak. Oleh sebab itu, WALHImelalui kegiatan PNLH ini, mengemas kegiatan untukmenggodok mental dan kemampuan pemuda.

Di tempat terpisah, Tugiono, warga Balong, Bantul,Yogyakarta berharap, bangsa ini dipimpin kaum mu-da. “Karena, pemuda itu merupakan tulang punggungbangsa,” tuturnya.

Bila menyimak pentas politik nasional belakanganini, kaum muda sudah mulai menunjukkan tajinya.Apalagi jumlah kaum muda di Indonesia lebih dari50%. Tak heran beragam parpol mulai melirik kaummu-da sebagai ikon partai. Kini, pemuda-pemudi ha-nya perlu banyak berbenah untuk meningkatkankemampuannya. Termasuk kemampuan untuk mem-bangun negeri ini tanpa mengabaikan keberadaanlingkungan hidup.

YANG MUDA (DIPERCAYA) MEMIMPIN

PERANAN PEMUDA DI BIDANG SOSIAL POLITIK PASCA REFORMASI LEBIH PROGRESIF.

Orang muda harus terus berkarya bagi bangsa

DO

K: W

ALH

I JO

GJA

Page 56: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

56 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

SELAMET Daryoni membantah ang-gapan tersebut saat menjadi pem-bicara dalam Workshop Perem-puan dan Lingkungan di PendopoTembi, (18/4). Menurutnya pernya-taan tersebut seharusnya diarah-kan pada negara. Memang benar70 % sampah di perkotaan berasaldari aktivitas rumah tangga. ”Jikadirunut dari struktur kekuasaan,struktur negara yang tidak melibat-kan perempuan dan penggunaanproduk yang tidak ramah lingku-ngan alias tidak bisa didaur ulangmemberikan andil yang sangatbesar,” tegas mantan DirekturEksekutif Walhi Jakarta ini.

Menurutnya telah terjadi eks-ploitasi terhadap perempuan yangkemudian berdampak pada pe-ngelolan lingkungan. Padahalperempuan punya potensi yangluar biasa dalam pembangunanlingkungan dan sosial di Indonesia.Hal tersebut diakui Selamet. Diamengatakan Slamet Walhi selaluberelasi dengan gerakanperempuan.

Oleh karena itu perempuanharus diberi kesempatan. Pertamaadalah di tingkat makro yaitupemberian akses informasi, pendi-dikan dan politik seluas-luasnyabagi kaum perempuan. Kedua,pada tingkat keluarga. Perlu penya-daran terhadap perem-puan untukmembangun keluarga yang prolingkungan hidup. Ketiga, generasipenerus yang kritis dan sadar

HENTIKAN PENINDASAN TERHADAP PEREMPUAN

PEREMPUAN DITUDING MENJADI

SALAH SATU PENYEBAB

KERUSAKAN LINGKUNGAN.TERUTAMA DI WILAYAH

PERKOTAAN. BENARKAH?

lingkungan berawal dari peranperempuan sebagai guru bagianak dengan melibatkan suami.

Sementara Farah Sofa, lebihmenekankan peran perempuandalam merespon kerusakan ling-kungan dengan perspektif sub-sistensi. “Tujuan kegiatan ekonomioleh perempuan bukan untukmenghasilkan timbunan komo-ditas dan uang,” tambahnya. Keg-iatan ekonomi ini diletakkan dalamrelasi baru terhadap alam, yaitupenghormatan akan fungsi, kebu-tuhan dan keanekaragaman untukmemenuhi kebutuhan dasar ma-nusia.

Kedua terhadap manusia. Re-lasi gender, jaringan dan hubunganmenyeluruh antarmanusia bukandidasari kepada pasar, paradigmakapitalistik-patriarkal, ketidak-seimbangan, pemiskinan, danalienasi. Melainkan pada partisi-pasi akar rumput serta membutuh-kan pendekatan yang multidimen-sional dan strategis. Berikutnya,tidak hanya mengandalkan tekno-logi.

Menghapus stigma buruk ter-hadap perempuan harus segeradientaskan. bukan perkara mudah,memang. Perkara gampangnyayakni berkata, “Perempuan harusbangkit! Hentikan penindasanterhadap perempuan” dan takberbuat apa-apa. Silakan pilihkedua perkara tersebut.

Perempuan harus segera bangkit daripenindasan

DO

K: W

ALH

I JO

GJA

T O E G O E K H U S U S

Page 57: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

57toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

DEMIKIAN inti pembicaraan dalam diskusi yang dipanduoleh KONTRAS (Komisi Untuk Orang Hilang danKorban Tindak Kekerasan) dalam menyemarakkanrangkaian kegiatan PNLH X di Pendopo Gabusan,Bantul, Yogyakarta (18/4).

Menurut peserta, berbagai persoalan yang merun-dung aktifis lingkungan, dalam melakukan pembelaanterhadap petani. Antara lain karena, krisis ke-percayaan masyarakat terhadap aktifis, merebaknyamafia peradilan, kebijakan pemerintah yang menga-baikan petani. Serta, munculnya pertentangan dikalangan aktifis sendiri turut memicu akar persoalan.

Untuk itu, sebagai langkah awal adalah komitmenuntuk menginventarisir jaringan seluruh aktifis. Sertamelakukan sharing informasi, saling mendukung danmendulang solidaritas.

Disamping itu, kedepan, perlu diadakan workshopyang berisikan tentang manajemen konflik. Terutama,untuk meminimalisir kesalahan implementasipembelaan oleh para aktifis. Serta, mempertegaskedudukan dan peran Walhi. Selain itu, negosiator

AKTIFIS LINGKUNGAN DAN PETANI,PERLU KOMITMEN BERSAMA

yang kompeten, dianggap sebagai kebutuhan yangjuga harus diperhatikan. Karena, dalam beberapakasus atas pelanggaran hak asasi manusia,khususnya petani miskin. Kemenangan selaludikantongi oleh pemerintah dan pihak investor. “Tidakadanya posisi tawar masyarakat di mata pemerintah,membuat kami selalu mental dan tak berdaya,” UjarAdi, peserta diskusi yang berasal dari Bengkulu.

Petani sejauh ini masih memiliki keterbatasanakses terhadap upaya-upaya memperkuat posisitawar. Atas kondisi tersebut, peran serta para aktifisdalam mendampingi petani terbilang vital. Kede-pannya, petani dan aktif is diharapkan mampumembangun hubungan yang lebih solid agar parapetani tidak selalu menjadi korban dari berbagaikebijakan pembangunan pemerintah maupun prak-tek-praktek curang kalangan swasta. Lebih dari itu,petani harus mampu meningkatkan kemampuankritisnya dalam menyikapi berbagai masalah per-tanian di Indonesia.

PEMBELAAN TERHADAP PETANI HARUS DILAKUKAN DENGAN MEMBANGUN SOLIDARITAS DAN HUBUNGAN YANG

SINERGIS SESAMA AKTIFIS LINGKUNGAN. DI TENGAH POLEMIK PETANI, YANG TAK KUNJUNG USAI.

Petani dan aktifis Perlu kearifan dalam menjalin relasi

DO

K: W

ALH

I JO

GJA

Page 58: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

58 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

CHALID MUHAMMAD, MANTAN DIREKTUR EKSEKUTIF NASIONAL WALHI

“WALHI SEDANG MENUJU KEPADA KEMANDIRIAN EKONOMI”TIGA TAHUN PASCA PNLH IX DI MATARAM, WALHI TERUS BERUSAHA MENCETAKKAN KARYANYA UNTUK

KELESTARIAN LINGKUNGAN SEKALIGUS KEADILAN SOSIAL. BAGAIMANA PENGALAMAN-PENGALAMAN PARA

PUNGGAWA ORGANISASI LINGKUNGAN TERBESAR DI INDONESIA INI DALAM MEMPERJUANGKAN KEADILAN EKOLOGIS

DAN SOSIAL? LALU APA SAJA KENDALA YANG MEREKA DAPATI? SERTA BAGAIMANA HARAPANNYA AKAN

KEBERLANGSUNGAN WALHI LEWAT PNLH X INI? BERIKUT PAPARAN CHALID MUHAMMAD, SANG DIREKTUR

EKSEKUTIF NASIONAL WALHI KEPADA UMBU WULANG PADA HARI SENIN, 15 APRIL 2008 SILAM.

IQIN

/TO

EG

OE

T O E G O E K H U S U S

Page 59: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

59toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Bagaimana pengalaman anda selama 3 tahunmemimpin Walhi?

Tiga tahun ini, banyak inovasi baru yang di-kembangkan walhi untuk membangun gerakanlingkungan hidup dan gerakan sosial yang lebih efektif,lebih bermakna dan lebih berdampak bagi kehidupanrakyat dan perbaikan kualitas lingkungan hidup diIndonesia. Inovasi yang dikembangkan adalahmenjadikan pertemuan-pertemuan Walhi menjadipertemuan publik. Harapannya dengan melibatkanpublik, maka gerakan ini akan terus membesar danmengem-bangkan inisiatif-inisiatif pendidikan yanglebih menjangkau kalangan muda dan mengem-bangkan proses green student movement. Berikutnyamengembangkan Walhi institute. Diharapkan inisiatifitu dapat membangun kesadaran kritis dan masya-rakat kritis. Dengan adanya masyarakat kritis, kitamelihat akan ada kontrol yang kuat dari rakyat terhadappembuat kebijakan politik. Sehingga kualitas ke-putusan-keputusan politik dan keputusan negaraterjaga dan berpihak kepada hajat orang banyak dankelestarian lingkungsn hidup. dengan masyarakatkritis, maka Walhi sedang menuju kepada keman-dirian ekonomi. Karena kedepan sebaiknya walhididanai oleh publik. Kalau publik, 1 juta orang yangartinya 0,05 % penduduk Indonesia menjadi donaturWalhi, dengan menyisihkan Rp 5000 per bulan makasetahun itu Walhi itu akan mendapat dana dari publiksebesar 60 milyar. Dengan dana sebesar itu, makakemandirian organisasi akan terjaga. Mandat politikdari rakyat juga lebih terjaga dan Walhi bisa dikontrollangsung oleh publik tadi.

Tiga tahun ini, Walhi juga dikembangkan sayapekonomi dengan beberapa kekuatan di daerah yangcukup baik dan juga di tingkat nasional. Juga tiga tahunini, Walhi telah menjalankan mandat untuk mengem-bangkan sayap politik organisasi. Di mana telah lahirsarikat hijau Indonesia dari sebuah konferensi rakyatIndonesia yang diselenggarakan pada tahun 2007 .inovasi dan strategi ini diharapkan dapat melahirkangerakan lingkungan hidup dan kehidupan sosial yanglebih besar.

Kendala-kendala dan tantangan apa saja yangdialami Walhi dalam 3 tahun tersebut?

Tantangan-tantangan yang dihadapi cukup banyak.

Misalnya, masih cukup besar alokasi energi yangdigunakan Walhi untuk merespon persoalan-per-soalan internal dibanding merespon persoalan-persoalan eksternal yang seharusnya menjadimandat organisasi. Yang lain adalah keputusan-keputusan di PNLH ternyata itu tidak diikuti dengancermat oleh seluruh komponen. Sehingga ketikamandat itu akan dilaksanakan tejadi tafsir yangberbeda antar komponen sehingga dibutuhkan waktuyang panjang untuk mendudukkan pemahaman ataumendudukkan persamaan persepsi terhadap mandat-mandat itu.

Bagaimana pandangan Walhi selam ini soalkebijakan pemerintah seputar lingkungan di In-donesia?

Dalam tiga tahun ini, banyak sekali kebijakan-kebijakan pemerintah yang menjadi fokus advokasiWalhi. Kita memberikan tekanan-tekanan seriusterhadap kebijakan pemerintah. Karena sampaidengan hari ini, Kita tidak melihat kebijakan pe-merintah yang memihak dengan nyata kepadakepentingan rakyat dan lingkungan hidup. Kebijakanyang di keluarkan cenderung akan menghancurkandan mendorong Indonesia pada perangkat neoliberalisme ekonomi global. Neo liberalisme ekonomiglobal yang sampai hari kami tahu penyebab darikrisis di Indonesia. Kita tahu, penyebab utama krisisdi Indonesia ini karena kuatnya kekuatan modal dankekuatan poltik global yang memaksa Indonesia untuktunduk kepada agenda-agenda mereka. Dan sayang-nya pemimpin kita lebih tunduk kepada tekanan tekanekonomi global dari mandat yang telah diberkani olehrakyat.

Berangkat dari pengalaman dan evaluasi selama3 tahun ini, harapan anda untuk PNLH X kali ini?

Saya harapkan, dengan pertemuan ini kita dapatmembuat keputusan-keputusan organisasi yang lebihberkualitas, yang dipatuhi oleh semua serta lebihrealistik. Sehingga walhi dapat menemukan jalan barumenuju keadilan ekologis.

Terakhir, apa pesan buat masyarakat yang saatini bersama dengan kawan-kawan peserta PNLH?

Saya kira sebaiknya publik, datang ramai-ramaiuntuk memberikan input kepada Walhi agar kualitaskeputusan-keputusan organisasi menjadi lebih baik.

Page 60: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

60 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

DIREKTUR EKSEKUTIF NASIONAL WALHI, BERRY NAHDIAN FORQAN;

“BISA DIKATAKAN PNLHYANG LUAR BIASA”

SEMASA MASIH BERAKTIVITAS DI

WALHI KALIMANTAN SELATAN,BERRY DAN TIM ADVOKASINYA

TELAH BANYAK MEMBANTU

MASYARAKAT YANG HAK-HAKNYA

DALAM KEADAAN TERANCAM.ADVOKASI MEMBELA PKL

KOTAMADYA BANJAR BARU,KALIMANTAN SELATAN,

PENCEMARAN OLEH PERUSAHAAN,PERLUASAN PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT YANG MELANGGAR HAK

ADAT INDIGENOUS PEOPLE,MEMBERDAYAKAN NELAYAN RAMPA

DI KOTA BARU, ADALAH BEBERAPA

CONTOHNYA. BERSAMA REKAN-REKANNYA, BERRY JUGA PERNAH

MELAKUKAN PENGUATAN KELOMPOK

IKATAN NELAYAN. ALHASIL,BUPATI SETEMPAT MENGELUARKAN

SURAT KEPUTUSAN BAHWA SEBUAH

PERUSAHAAN TELAH MELAKUKAN

PENCEMARAN DI WILAYAH

TANGKAP. LEBIH DARI ITU, BUPATI

JUGA MEMERINTAHKAN

PERUSAHAAN TERSEBUT

MEMBERIKAN GANTI RUGI KEPADA

NELAYAN DAN MEREHABILITASI

WILAYAH YANG TELAH TERCEMAR.DEMIKIANLAH, SECUIL PAHATAN

SEJARAH KEBERHASILAN LANGKAH

BERRY BERSAMA TIMNYA DALAM

DUNIA ADVOKASI LINGKUNGAN

YANG DIA LAKONI.

KINI, Berry dipercaya untuk mengemban tugas membawa Walhi hingga4 tahun kedepan. Bagaimana pandangan dan kesannya dengan PNLH Xdi Pasar Seni Gabusan, Bantul pada bulan April silam? Dhita S.L.S.reporter Majalah Toegoe berhasil mewawancarai beliau via email. Berikuthasil wawancaranya.

Bagaimana penilaian Anda terhadap PNLH X di Bantul, di bulan Aprilyang lalu ?

Saya rasa cukup berhasil dan sukses. Dimana secara umum, semuasubstansi agenda dan pembahasan PNLH X lalu, terpenuhi dan berjalandengan lancar. Walaupun masih terdapat beberapa kekurangan namunsaya kira itu masih dalam batas yang wajar.

PNLH X bisa dikatakan PNLH yang luar biasa, karena PNLH tersebuttelah melibatkan publik lebih luas dan lintas generasi melalui berbagaikegiatan. Dan dikemas dalam suatu rangkaian aktivitas PNLH X denganrentang waktu sekitar satu bulan. Tempatnya dilakukan di tempat yangterbuka, peserta ditempatkan di rumah-rumah penduduk, para kandidatbaik kandidat Direktur Eksekutif Nasional, maupun kandidat DewanNasional relatif kader-kader muda WALHI. Dan ada dua kandidat EksekutifNasional yang berasal dari daerah. Proses suksesi, memberikan ruangbagi para kandidat untuk melakukan kampanye dan debat terbuka dengananggota. Yang dimulai dari pra PNLH semenjak kandidat ditetapkan lolosadministrasi dan beberapa hal baru lainnya.

DO

K: W

ALH

I JO

GJA

T O E G O E K H U S U S

Page 61: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

61toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Menurut Anda, Bagaimana tingkat apresiasi yangdiberikan para peserta?

Peserta cukup antusias mengikuti seluruh prosesPNLH, berperan aktif dalam seluruh rangkaiankegiatan. Walaupun sebagian besar masih lebihterfokus kepada hal yang berkenaan dengan suksesi,sehingga ada beberapa substansi yang mestinyakeluar dalam rumusan sidang-sidang substansi tidakterkawal dengan baik.

Kalau dari masyarakat?Masyarakat di sekitar lokasi terutama pada lokasi

penempatan peserta sangat menyambut baik, ramahdan terbuka. Mereka melayani peserta dengan baikdan cukup tertarik untuk mengetahui apa yangdilakukan WALHI.

Bagaimana pendapat anda tentang Jargon“Membumi Bersama Rakyat” yang diusung di PNLHX kemarin? apakah sudah terealisasi dengan tepat?

Justru itu yang menjadi pekerjaan rumah kitakedepan. Bagaimana kita harus mampu mewujudk-annya, bukan hanya sekadar pada tataran jargonsemata.. Praktek PNLH X sudah cukup baik, denganmelibatkan peran serta masyarakat dalam berbagaiaktivitasnya. Walaupun masih ditempatkan dalamposisi sebagai supporting system penyelenggaraanPNLH.

Kedepan, keterlibatan masyarakat bukan sajahanya sebagai penyokong kegiatan. Tetapi jugasebagai bagian dari pegiat yang memperjuangkankeadilan lingkungan

“Membumi bersama rakyat” itu memang salah satuprinsip yang mesti diwujudkan. Dalam, kita memperj-uangkan keadilan dan keberlanjutan lingkunganhidup.

Menurut Anda, apakah PNLH X di Bantul kemarinmemiliki dampak bagi masyarakat sekitar danmasyarakat luas? Dampaknya seperti apa?

Bagi masyarakat sekitar, dampaknya merekamenjadi lebih tahu terkait dengan gerakan lingkunganyang diusung oleh WALHI. Dan mendorong spiritmereka lebih jauh untuk terlibat aktif dalam berbagaiupaya penyelamatan lingkungan.. Ada transformasipengetahuan dan budaya baik dari pihak pesertamaupun masyarakat disana.

Bagi masyarakat luas, kita belum bisa mengukurdampaknya kecuali dalam hal meningkatkan pe-

ngetahuan publik terhadap WALHI dan gerakanlingkungan hidup yang diusungnya.

Menurut Anda dimana letak keberhasilan PNLHX kemarin ini, bila di bandingkan dengan PNLH-PNLHterdahulu?

Selain melibatkan keterlibatan publik yang lebihluas, kaya akan pertukaran pengetahuan, prosesnyalebih terbuka dan juga PNLH X telah memberi ruangbagi kader-kader muda WALHI untuk memimpinorganisasi ini.

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya?Karena, direncanakan dan disiapkan lebih baik dan

lebih matang. Ada tahapan dan prakondisi yangdibangun sebelumnya, baik melalui berbagai per-temuan langsung maupun diskusi melalui milis dansitus PNLH X.

Serta kekurangan yang dapat Anda tangkapseperti apa?

Masih klasik, kita belum mampu mengarahkanlebih banyak perhatian peserta kepada pembahasandan perumusan hal-hal yang lebih substantive.Ketimbang hanya soal suksesi.

Sebagian panitia inti terlibat dalam proses dukungmendukung kandidat, sehingga sedikit banyaknyaberpengaruh negatif terhadap kerja-kerja kepanitiaan.

Apa penyebabnya?Terkait pemahaman soal ke-WALHIan dan agenda

PNLH itu sendiri.Solusinya seperti apa?Pembahasan PNLH, sebaiknya sudah diper-

siapkan mulai dari daerah. Dan peserta yang dikirimmemang mereka yang sudah cukup paham akanorganisasi ini.

Menurut Anda konsep PNLH kedepannya sepertiapa?

Konsep yang sudah ada ini cukup baik. Tinggaldikembangkan lebih jauh lagi, agar dapat melibatkanpublik lebih luas lagi dalam memberikan berbagaimasukan terhadap berbagai rumusan agendagerakan lingkungan hidup di Indonesia.

Sebaiknya ada pentahapan yang dimulai daridaerah, baik untuk pembahasan substansi materimaupun suksesi kepemimpinan.

Apa harapan Anda selanjutnya?Semua komponen WALHI dapat bekerja untuk

menjalankan mandat PNLH X kemarin dengan baik.

Page 62: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

62 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

TRIBOWO S. NUSWA, MANAGER PASAR SENI GABUSAN, BANTUL.

“TERBUKA WAWASANNYA TENTANG LINGKUNGAN HIDUP”

Apa pendapat Bapak, tentang PNLH X yangdiadakan di Taman Gabusan beberapa bulan yanglalu?

Mungkin sebelum memberikan pendapat tentangPNLH X, saya ingin menceritakan mengapa awalnyakami mendukung penyelenggaraan PNLH X yangdiadakan di Bantul Kemarin ini.

Pertama, karena konsepnya. Menurut sayakonsepnya sangat bagus, dan ini berbeda denganpelaksanaan PNLH sebelumnya. Ditambahkan lagidari hasil perbincangan dengan teman-teman tentangkonsep yang diusung oleh WALHI. Yang mana PNLH(Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup) yangkesepuluh ini, akan ditempatkan di Pasar SeniGabusan yang notabanenya dikelilingi oleh ma-syarakat. Dan juga pelibatan masyarakat sekitar, gunamengakomodir semua kandidat dan peserta PNLH X.

Yang kedua, saya melihat di sana akan adanyaproses pembelajaran managerial. Karena dalampengorganisasian PNLH X ini banyak melibatkanstakeholders, seperti Kepala Desa, Kepala Dukuhhingga pada tokoh-tokoh masyarakat. Inilah yangmembuat saya tertarik dan tertantang untuk men-dukung dalam rangka suksesnya PNLH di Pasar SeniGabusan. Dan pada akhir dari pelaksanaan PNLH X,saya mendengar langsung bahwa mereka, parakandidat-kandidat dua puluh lima propinsi itumemberikan apresiasi yang sangat luar biasa. Danini pun bisa terwujud, karena adanya kesungguhandari teman-teman Walhi Yogyakarta dan juga kamiselaku pem-back up dalam menyediakan tempat danselalu siap dalam setiap konsekuensinya.

Apa dampak yang diterima Oleh Pasar SeniGabusan setelah PNLH X?

Untuk pasar seni sendiri, karena mendapatkunjungan dari dua puluh lima provinsi besertakandidat dan para pesertanya. Maka secara langsungmaupun tidak langsung akan memberikan dampakterhadap Pasar Seni Gabusan. Misalnya begitu banyakorang datang dan melakukan pembelian atautransaksi juai beli.

Kemudian dampak dan juga harapan kedepannyauntuk Pasar Seni Gabusan adalah sebagai promotion

TRIBOWO S. NUSWA YANG AKRAB DIPANGGIL TRI,

TELAH DIPERCAYA PIMPINAN PASAR SENI GABUSAN

SEJAK 2007 SILAM. SAAT DITEMUI OLEH REPORTER

MAJALAH TOEGOE, DHITA S.L.S. DI KEDIAMANNYA.

DENGAN SANGAT ANTUSIAS BELIAU MEMBERIKAN

APRESIASI DAN PENILAIAN SETELAH

PENYELENGGARAAN PNLH X YANG DIGELAR OLEH

WALHI SEBAGAI NGO DAN LSM TERBESAR DI

INDONESIA. BERIKUT PETIKAN HASIL WAWANCARA

DENGAN AYAH SATU ANAK INI.

T O E G O E K H U S U S

Page 63: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

63toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

tentang art market itu sendiri. Dapat dibayangkan kalaudua puluh lima propinsi datang dan setelah merekaberhari-hari di situ (Pasar Seni Gabusan-red), lalupulang tentunya akan menceritakan bahwa di Jogjaada yang namanya Pasar Seni yang layak untukdikunjungi sebagai alternatif tujuan wisata misalnya.Intinya adalah, saya dapat melihat bahwa kita telahbanyak menerima positif point dari pelaksanaanPNLH dan tidak ada kata selain mendukungnya.

Kita sendiri di Pasar Seni, walaupun tidak terlaluintens mengikuti pembahasan dalam setiap per-sidangan di PNLH, tapi kita bisa menangkap daripembicaraan-pembicaraan yang sempat didengaroleh setiap orang, sehingga banyak teman-teman dankami semua yang kemudian terbuka wawasannyatentang lingkungan hidup dan juga dari fenomenaeksploitasi yang sebenarnya tidak berpihak kepadarakyat, yang dibingkai malalui kebijakan-kebijakanataupun peraturan-peraturan. Jadi ada sebuahpembuka wacana ketika Walhi dan PNLH berada ditengah-tengah Pasar Seni Gabusan.

Kalau masyarakat sendiri bagaimana pak?Dari kegiatan Walhi sendiri. Tentunya kami juga

sebagai anggota masyarakat ikut mendukung, karenaapa yang dilakukan Walhi adalah mencermati setiapkebijakan yang berhubungan dengan sumber dayaalam. Yang berarti sumber dari kehidupan kita semua,yang dalam hal ini saya melihat setelah pelaksanaandi sana. Yang mana dalam setiap sidang-sidangkomisinya, bahwa begitu Walhi mencermati setiapjengkal eksploitasi tanah bangsa Indonesia ini yangsekiranya dieksploitir tapi tidak bermanfaat bagimasyarakat, atau dieksploitir bermanfaat tapi banyakberdampak pada pencemaran dan lain sebagainya.Dari sisi itu sendiri kami dari warga masyarakat sangatmendukung itu.

Kemudian saya kira ada dampak-dampak yangditangkap oleh masyarakat secara langsung. Tentunyaketika mereka ikut membaur saat adanya diskusi-diskusi yang sifatnya ringan, sambil ngobrol malammisalnya. Kemudian dampak-dampak yang langsungyaitu ketika mereka diakomodir di rumah warga sekitar,secara langsung ada dampak, karena saya tahu adakontribusi yang nggak seberapa. Kemudian jugamenghidupkan, ketika mereka tinggal bersama wargasecara ekonomi mereka juga melakukan jual belirokok dan lain sebagainya.

Tapi masyarakat, pada saat perpisahan me-nunjukkan bahwa mereka sudah memiliki wacana danharapan simple yang mungkin hanya pada keuntungansesaat. Yang mana pada saat banyak orang, makamereka mendapat multiplayer effect (dampak yangbanyak, Red) dan itu yang terlontar.

Kalau kunjungan terhadap Pasar Seni Gabusanpasca PNLH sendiri dampaknya seperti apa pak?

Yang tentu saja di manapun yang namanya suatueven yang besar akan memberikan dampak. Tapi kami

sendiri belum bisa melakukan pengecekan kelapangan, karena tempo waktu setelah PNLH sampaisekarang kan masih cukup singkat. Sehingga kamibelum bisa menyimpulkan apakah pengunjung yangdatang di Pasar Seni Gabusan itu adalah dampakyang diberikan setelah adanya PNLH X atau bukan.

Walaupun dari hasil record yang kami lakukan tiapbulannya terus mengalami peningkatan. Tapi kalaumemberikan penilaian berapa persennya itu masihsulit untuk kami, karena tidak ada tamu yang datangdan mengaku kalau datang ke Pasar Seni karena dariPNLH kemarin. Tapi secara umum kalau kita skor sihmeningkat terus, tingkat kunjungannya juga ber-tambahnya dan omzetnya juga bertambah.

Karena Pasar Seni memang berbeda denganpasar tradisional yang memang menyediakan mulaidari garam sampai keperluan sehari-hari. Tapimungkin Pasar Seni ini oleh sebagian orang

DO

K: W

ALH

I JO

GJA

Page 64: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

64 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

digolongkan pada kebutuhan yang sekunder, bahkankebutuhan tersier dan bukan kebutuhan pokok. Olehkarena itu perlakuan Pasar Seni juga berbeda,biasanya ramainya pengunjung setiap weekend ataulong weekend kemudian hari-hari pada liburan anak-anak sekolah.

Bagaimana penilaian Bapak terhadap PNLH X,apakah sudah sempurna? karena seperti yang kitaketahui dari paparan bapak tadi, bahwa darimasyarakat dan peserta telah memberikan apre-siasi yang cukup tinggi.

Sebelumnya saya mohon maaf, karena kami tidakmemiliki instrumen mengukur itu. Tapi kalau sayamelihat dalam pelaksanaan dan dari jadwal-jadwalyang ada, saya hanya bisa memberikan sebuahpenilaian. Ketika jadwal sidang komisi-komisisemuanya berjalan dengan lancar dan tidak adaprotes-protes yang berarti terhadap sebuah pelaksa-naan dari pada program-program tersebut. Malahanyang terjadi adalah diskusi yang begitu ketat, karenamasing-masing mempunyai argumentasi-argumen-tasi dalam keberpihakan terhadap rakyat. Saya kirapelaksanaan, mulai dari peserta datang dan kemu-dian dijemput, dan seterusnya diantarkan ke rumahwarga sebagai tempat tinggal mereka semen-tara, lalusetiap hari pada masa PNLH berlangsung merekadatang lagi untuk melaksanakan tugas di sidang-sidang komisi sampai pada acara terakhir yang meng-gunakan alat-alat transportasi yang ada di dalammasyarakat.

Saya melihat semuanya berjalan dengan lancardan itu semua tidaklah mengada-ada, karena sayatelah mengecek langsung kepada warga, dan wargajuga antusias ketika acara berlangsung sampai larutmalam. Mereka dapat memaklumi dan punya rasatoleransi yang tinggi dengan menunggu dan kalauyang dijemput belum datang pasti mereka (warga-red)akan menghubungi panitia dan pada intinya daripengamatan saya semuanya berjalan dengan lancar.Tetapi apakah ini sudah sesuai dengan target-targetyang ditentukan dalam pelaksanaan PNLH, tentulahini bukan penilaian dari kami, karena kami tidak punyadraft secara detail untuk menilai itu. Tapi pelaksanaansecara umum kami menganggap tidak ada masalah.

Bagaimana dampak terhadap para pengrajinkaitannya dengan isu-isu lingkungan pada PNLHkemarin?

Ya … mungkin ini satu yang terlewatkan pada saatPNLH, karena tidak ada sesi khusus yang diperun-tukkan kepada pengrajin. Secara langsung misalnya,saya mengumpulkan pengrajin lalu panitia PNLHmemberikan sesuatu.

Tapi kami selaku pengelola sadar betul, karenakami juga sering ikut diskusi tentang market.Contohnya saja waktu ada trend market di Amerikayang juga pernah saya ceritakan dengan teman-temanWALHI. Bahwa orang Amerika sekarang itu kalau

menggunakan barang-barang kerajinan itu sudahdilihat. Apakah barang ini dibuat dari bahan yangmerusak alam, kemudian pasca penggunaan barangini apakah masih bisa didaur ulan. Artinya memangsangat penting bagi pengrajin untuk megenal hal-halsemacam ini. Tapi semampu mungkin kami sam-paikan, karena dasar pembuatan kerajinan yang dibuatpengrajin adalah barang-barang yang berhubungandengan lingkungan.

Kalau dari para pengrajin sendiri sebagain sudahsadar. Misalnya mengambil batu di tempat-tempatyang memang diperbolehkan. Apalagi kalau misalnyayang berhubungan dengan kayu, saya kira di setiaplingkungan masing-masing juga sudah ada penga-wasan tentang kelestarian hutan-hutan yang dekatdengan pemukinan warga yang memang sudah adarambunya.

Memang kemarin tidak adanya sesi khusus dariWALHI untuk para pengrajin, yang harapannya akanterjadi sebuah dialog langsung dan pencerahan.

Ya mungkin untuk kedepannya ini dapat terjadi,apalagi bila WALHI ingin melaksanakan kegiatan yangdi tengah masyarakat, misalnya Pasar Seni. Artinyaada dampak secara langsung berupa pencerahantentang lingkungan.

Kalau masukan dari bapak sendiri untuk Walhi,karena baik secara langsung maupun tidak langsungbapak juga terlibat dalam pelaksanaan ini?

Ya saya kira Walhi ini terdiri dari orang-orang pintardan mereka punya track record internasional,contohnya saja saat pembukaan. Yang membukaadalah Rektor UI, Rizal Ramli dan Chalid yang seringketemu dan akrab di Pasar Seni yang juga sebelumnyasaya banyak baca pemikiran-pemikiran beliau. Sayakira dari segi kebijakan-kebijakan itu sudah sangatbagus. Tetapi pernah juga saya bergurau tentangbagaimana seandainya apa yang dilahirkan dalamsebuah PNLH atau PDLH untuk bisa langsungdiapresiasikan lalu diterapkan dalam kehidupanmasyarakat. Ini merupakan PR dari pada Walhi,bagaimana membuat sebuah kesadaran masyarakattentang wahana lingkungan hidup sebenarnya.

Jadi apa yang menjadi pemikiran elit Walhi ini jugahendaknya langsung bisa menyebar ke grass-root,(masyarakat umum, Red) karena tanpa itu semuakalau misalnya hanya eksklusif di kepengurusanteman-teman di tingkat Walhi, saya kira kurang bisamengakar. Tapi bagaimana Walhi bisa membuat opiniatau kesadaran kepada masyarakat, sehingga ketikaada kebijakan tentang penentuan kebijakan publikyang berhubungan dengan lingkungan. Di masyarakatpun harus bisa merespon paling tidak dalam drafpemikirannya ada dan bagaimana seandainya bila kitaakan melaksanakan rapat dengan RT yang manawacananya sudah ada, ‘kan begitu indahnya. Saya kiraini PR panjang yang bukan hanya teman-teman Walhitetapi juga PR kita semua sebagai warga masyarakat.

Page 65: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

65toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

PETANI VS PEMERINTAH

DI NEGERI AGRARIS

KONFLIK SUMBER DAYA ALAM (SDA) MERUPAKAN

SALAHSATU KONFLIK YANG TERJADI ANTARA RAKYAT

DENGAN PIHAK PENGUASA ATAU PEMILIK MODAL

TERKAIT PENGUASAAN, PENGELOLAAN DAN

PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM. PERAMPASAN

OLEH PENGUASA DAN PENGUSAHA LEWAT BERBAGAI

DALIH KEBIJAKAN KERAP MENJADI BIANGNYA.

PERTIKAIAN soal sumber daya alam sendiri bukanpersoalan baru. Fenomena ini sudah muncul sejakmasa kolonialisme. Salahsatu bukti sejarahnya yakniperistiwa Gege, Cilegon pada tanggal 9 Juli 1888.Akibat peristiwa tersebut, 17 orang pejabat pe-merintah dan 30 petani kehilangan nyawanya. Lalubagaimana potret pengelolaan sumber daya alampasca hengkangnya Belanda hingga kini?

Untuk mengetahui hal tersebut, LSM SolidaritasPerempuan Kinasih Yogyakarta mengelar diskusipada tanggal 19 Mei silam dengan tajuk “TerampasnyaTanah Rakyat di Tengah Krisis Ekonomi 2008”.

Salahsatu pembicara, Isti Komah memaparkanpertikaian SDA di Indonesia terus berlangsung. Padamasa orde baru, kasus Kedung Ombo, Sragen, JawaTengah (1989), kasus Waduk Nipah, Madura (1993),kasus Jenggawah, Jember (1995) serta berbagaikasus lainnya. Tak jauh berbeda, di era reformasisilang sengkarut ini terus berlanjut. Simak kasusBulukumba, Manggarai, NTT, Alas Tlogo hingga kasusPasir Besi di Kulonprogo, Yogyakarta.

Apalagi ditengah krisis ekonomi sekarang ini,potensi meningkatnya konflik sumber daya alambukan hal yang mustahil. Dalam makalahnya, IstiKomah membeberkan bahwa krisis ekonomi mele-mahkan atau dapat menghancurkan berbagai industrimanufaktur dan kegiatan ekonomi lain. Ujungnya,tumpuan devisa negara akhirnya bersandar padaekstraksi SDA.

Adanya ekstraksi sumber daya alam menga-kibatkan timbulnya krisis SDA. Tak heran, krisis SDAdi Indonesia saat ini telah menimbulkan berbagai

konflik horizontal dan vertikal. Biangnya, pemanfaatanSDA yang tidak adil bagi rakyat.

Seiya dengan Isti Komah, Maryanto petani asalKulonprogo yang juga didaulat sebagai pembicaramengemukan bahwa petani di Indonesia tidakmendapatkan perlindungan yang layak dari peme-rintah. Dia mencontohkan kasus pengalihan fungsilahan pasir besi sebagai lahan pertanian menjaditempat penambangan. Padahal petani di sana telahpuluhan tahun menyandarkan kehidupan ekonominyadi kawasan tersebut. “Wong tani niku pun puluhantahun mengubah tanah yang tadinya tidak produktifmenjadi produktif,” terangnya di depan puluhanpeserta diskusi.

Maryanto menyesalkan perilaku pemerintah yangtak taat pada Undang-Undang Pokok Agraria No. 5Tahun 1960. Padahal aturan main tersebut secaranyata meperlihatkan keberpihakan negara padapetani. Dia berharap pemerintah dapat kembalimenelisik prinsip-prinsip pengelolaan agraria yangbenar dan pro rakyat sehingga tidak serta mertamengeluarkan kebijakan yang merugikan rakyat.

Pemerintah selalu keluar dari amanat UUD 1945.Konflik dan krisis SDA yang timbul di berbagai belahanIndonesia merupakan gambaran betapa pemerintahgagal untuk melayani rakyatnya. Kaum pengusahaseolah mendapat porsi istimewa dalam menge-luarkan beberapa kebijakan. Hal ini diutarakan olehIwan Pentol Aktifis Solidaritas Perempuan Kinasih.

Iwan, Maryanto, Isti Komah dan banyak beberapapeserta sepakat bahwa untuk dapat keluar dariberbagai persoalan tersebut, maka harus diwu-judkannya reformasi pada tataran agraria. Selain itu,rakyat juga harus segera sadar dan bertindak bersama-sama untuk mendorong pemerintah bertindak danmengeluarkan kebijakan agraria yang melindungipetani. Serta yang tak kalah pentingnya yaknimengingatkan pemerintah agar jangan sampai terusbertekuk lutut pada kepentingan industrialisasipengusaha semata.

Dalam diskusi tersebut juga menyorot keterlibatanperempuan dalam pengelolan agraria. Para pesertasepakat, stigma bahwa perempuan hanya pelengkapdari sebuah siklus pengelolaan alam harus di-hilangkan. Karena pada kenyataannya perempuanpunya peran yang besar dalam pengelolaan berbagaisumber daya alam di negeri ini.

REPORTER: UMBU WULANG TAP

A R E N A T O E G O E

ASH

IDO A

LDO

RIO

SIM

AT

UPA

NG/T

OEG

OE

Page 66: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

66 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

GEDUNG empat lantai tersebut berdiri megah di tepiJalan Kaliurang. Gedung Gama Bookstore namanya.Rencananya di situ akan menjadi salahsatu pusatperbelanjaan buku di Yogyakarta. Ya, UGM memangtengah mengembangkan sayap-sayap ekonomisebagai lahan pendanaan tambahan. Namun untungbelum dapat diraih. UGM malah mencicipi kecamandari berbagai pihak akibat keberadaan gedung yangdidirikan sejak 2005 silam.

Anggota DPRD Propinsi DI Yogyakarta Nazruddin,saat ditemui di rumahnya mengatakan bahwapembangunan Gama Bookstore ini bermasalahdalam konteks hukum. Mengingat pembangunannyatidak memiliki Upaya Kelola Lingkungan(UKL) danUpaya Pengelola Lingkungan(UPL) yang merupakandokumentasi l ingkungan sebagai standar i j inmendirikan bangunan.

Selain itu, pendirian gedung tersebut melanggarketentuan Roi Jalan Propinsi. Dalam ketentuantersebut mengatur jarak antara Roi jalan denganbangunan minimal 17 meter.

PEMBANGUNAN GAMA BOOK STORE UGM

BERMASALAH. UPAYA “PRIVATISASI” SEBAGIAN JALAN

KALIURANG OLEH “KAMPUS BIRU” INI JUGA DIGUGAT.

MENGAPA?

ASA SI KAMPUS BIRU KONTROVERSIAL

66 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

REPORTER: AHMAD JAFAR J TAKING

T O E G O E W A L H I

Gama Book Store- Yang megahnamun bermasalah

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 67: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

67toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Hal senada juga dilontarkan oleh Direktur LBH DIYogyakarta Muhammad Irsyad Thamrin. Dia menam-bahkan salahsatu prasyarat mendirikan bangunanyakni adanya Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). NamunGama Book Store tak mengantongi ijin tersebut.

Pernyataan miring soal adanya pelanggaranhukum dalam pendirian Gama Book Store juga datangdari kalangan mahasiswa UGM. Ketua BadanEksekutif Mahasiswa UGM Budianto sepakat bahwasalah satu permasalahan yang mendasar dalampembangunan Gama Book Store yakni ketidak-beresan dari aspek hukum. “Hal ini sudah sangat jelaslembaga (UGM, Red) melanggar aturan hukum,” tegasBudianto.

Selain melanggar aturan hukum, pembangunantersebut berdampak buruk terhadap lingkungansecara signifikan. Anggota Pusat Studi LingkunganHidup UGM Bobi B. Setiawan, Ph.D mengatakankemacetan lalulintas akan timbul kedepannya. Hal inibertolakbelakang dengan upaya-upaya menjadikanlingkungan kampus lebih baik. Baginya, UGMseharusnya memperbanyak ruang terbuka, tamansiswa, tempat berkesenian. “Bukan pembangunanyang menghambat akses bagi masyarakat umum,”tegas Boby

Rupanya pendirian Gama Book Store hanyalahsalahsatu bagian dari rencana besar UGM. Pihakkampus ternyata ingin menyatukan seluruh kawasanUGM. Caranya? Menutup Jalan Kaliurang bagi khalayaklalu lintas umum. Selama ini kawasan UGM memangbelum menyatu lantaran masih dipisahkan oleh jalantersebut. Hal ini dikemukan oleh Nazruddin.

Anggota DPRD ini menambahkan kalau pihak UGMdan pemerintah Sleman tengah mengajukan per-mohonan kepada pemerintah Propinsi agar menu-runkan status Jalan Kaliurang dari jalan propinsimenjadi jalan kabupaten. Tujuan, pertama, karenakeberadaan Gama Book Store UGM memenuhi standarRoi Jalan Kabupaten. Yakni jarak antara bangunandan roi jalan adalah 13 meter.

Kedua, dengan berubahnya status jalan maka UGMpun dapat lenggang kangkung untuk mem-privatisasiJalan Kaliurang. Nazruddin menambahkan. perma-salahan Jalan Kaliurang tersebut melibatkan tigapihak yakni eksekutif dan legislatif Sleman, pemerintahdi tingkat Propinsi, dan ketiga adalah UGM sendiri.

Menyoal dua kasus yang berkaitan tersebut,Nazruddin memaparkan bahwa DPRD Propinsi DIYogyakarta, dan berbagai elemen masyarakat tidaktinggal diam. Saat mengajak pihak UGM untukberdiskusi, sebenarnya pihak UGM telah menyadarikesalahannya. Hasilnya, pembangunan Gama BookStore dihentikan. Namun tak berselang lama, kegiatanpembangunan dilakukan lagi oleh UGM. Hal tersebutdibenarkan oleh Budianto “Sekarang pembangunan-nya sudah mencapai 90 persen,” tutur Budianto.

Nazruddin menegaskan juga bahwa penutupanJalan Kaliurang tidak diperbolehkan. Karena jalantersebut mempunyai beberapa fungsi bagi masyarakatluas yakni sarana transportasi, fungsi ekonomi, danfungsi sosial. Hingga saat ini, rencana penutupanjalan tersebut belum terwujud. “ Karena belum adastatus perubahan apa pun dan jalan tersebut masihdalam status jalan propinsi,” tegas Nazruddin.

Sedangkan Irsyad mengungkapkan pelanggaranhukum yang dilakukan UGM sudah seharusnyamendapat perhatian serius dari pemerintah Propinsi.“ Artinya bagaimana pemerintah propinsi memberikanperingatan kepada UGM terkait pembangunan tersebutyang selama ini melanggar aturan,” tegas Irsyad.

Selain mendorong pemerintah, LBH dan WALHIYogyakarta juga melakukan aksi di lapangan. DirekturEksekutif Walhi Suparlan menjelaskan Walhi selakuorganisasi forum bersama LBH sudah beberapa kalimelakukan kegiatan advokasi terkait permasalahantersebut. Tuntutannya, Gama Book Store harus dirobohkan. Berkaitan tuntutan tersebut, Suparlanmengaku bahwa pihak UGM tidak pernah memberitanggapan yang berarti.

Berikutnya, Walhi juga menolak upaya “privatisasi”Jalan Kaliurang. Lebih lanjut, Suparlan memaparkanLBH dan Walhi tengah mengumpulkan dan mengana-lisis data secara hukum, guna mengadakan gugatanterhadap UGM kedepannya.

IRSYAD THAMRIN - “Artinya bagaimana pemerintah propinsimemberikan peringatan kepada UGM terkait pembangunantersebut yang selama ini melanggar aturan”.

DO

K: W

ALH

I JO

GJA

Page 68: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

68 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

Kini, menurut Budianto posisi kampus sangatdilematis. Di satu sisi, kalau pembangunan tersebutberlanjut, banyak pihak yang di rugikan. Di sisi lain,gedung dirobohkan, maka akan mengecewakanmahasiswa. Meskipun pembangunan tersebut bukanatas permintaan Mahasiswa. “Tetapi sumber dananyaberasal dari mahasiswa,” ujar Budianto serayamenyayangkan pelanggaran hukum yang dilakukanUGM. Padahal sebagai kampus besar dan ternamaseharusnya UGM tidak memberikan contoh yangburuk.

Sementara Rektor UGM Prof. Ir Sudjarwadi, M. Eng.Ph.D tidak dapat dimintai pendapatnya. Salahsatustafnya saat dihubungi mengatakan bahwa Sudjar-wadi tengah berada di Jepang. Reporter TOEGOEkemudian diminta untuk menghubungi Ir. Tony AtyantoD. Mphil. Ph.D Wakil Rektor Bidang Alumni danPengembangan Usaha. Namun saat diminta kese-diaannya, ...toni, tidak bersedia. Menurutnya, gaweanUGM tersebut belum pantas untuk dipublikasikankepada publik karena masih bermasalah.MERUGIKAN PARA PKL

Gama Book Store dan rencana “privatisasi” JalanKaliurang juga mendapat tentangan dari parapedagang kaki l ima di daerah tersebut. KetuaPaguyuban Pedagang Kaki Lima(PKL) di JalanKaliurang menuturkan rencana UGM tersebut hanyaakan merugikan anggota-anggotanya yang berjumlah60 pedagang. “ Saya tidak setuju dengan pemba-ngunan ini,” tukas Sarjan.

Sarjan mengaku para PKL dan beberapa LSM diYogyakarta pernah menyikapi persoalan tersebut

dengan melakukan demonstrasi menolak rencanaUGM ke DPRD Propinsi DI Yogyakarta sebanyakempat kali. Namun sejauh ini belum membuahkanhasil yang melegakan. Menurutnya DPRD Propinsi,masih mendua dalam menuntaskan kasus ini dantidak bisa memberikan jawaban pasti soal tuntutanmereka

Pernyataan Sarjan, dibantah oleh Nazruddin.Menurutnya, DPRD Propinsi sudah mempunyai sikapterhadap permasalahan yang ada. DPRD lebihmengedepankan kepentingan masyarakat luasdibandingkan kepentingan UGM “Dan tentu sikap kamibukan berdasarkan aspirasi (para PKL, Red) semata,”tegas Nazruddin.

Sebenarnya, bukan hanya soal relokasi saja yangmengkuatirkan Sarjan dan rekan-rekannya. Bagimereka, bila berpindah tempat belum tentu menjan-jikan pemasukan sebagaimana yang mereka dapat-kan selama ini. Sarjan berharap agar para pengambilkebijakan dapat memahami bahwa sumber tumpuanekonomi mereka adalah dengan memanfaatkan jalantersebut untuk berjualan. Apalagi dalam kondisiekonomi yang memprihatinkan sekarang ini. Mencip-takan atau mencari pekerjaan baru sangatlah sulituntuk diwujudkan. “ Masa depan anak-anak kaminantinya morat-marit,” tutur Sarjan berharap.

Begitupun dengan Budianto. Dia berharap kede-pannya dalam melakukan pembangunan, UGM tidakmengesampingkan hak-hak masyarakat dan Maha-siswa UGM sendiri.

Sudikah Si Kampus Biru ini menghentikan asanyayang menuai kontroversi ini?

SEBUAH GEROBAK PKL - Pembangunan Gama Book Store mengancam sumber perekonomian masyarakat PKL

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 69: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

69toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

MENATA DUSUN DALAM KEBERSAMAANREPORTER: KAHAR MUHAMMAD MAULANA

SIANG itu panas mentari sangat menyengat. Sambil berjalan mengitarikampong, lelaki setengah baya itu tetap bersemangat menceritakankeistimewaan kampungnya kepada para tamu. Ya, hari itu lelaki setengahbaya bernama Moh Jayuri yang tak lain adalah Kepala Dusun Jetak IIbersama masyarakat setempat kedatangan tamu. Para tamu tersebutadalah tim juri ujicoba lomba kampung hijau yang digelar WalhiYogyakarta bekerjasama dengan Bapedalda DIY.

Dusun Jetak II yang berada di daerah Sleman, Kecamatan Godean,Desa Sidokarto ini memang punya kelebihan soal pengelolaanlingkungan yang bersih. Dalam menjaga lingkungannya agar tetapnyaman masyarakat di daerah ini melakukan pengelolaan lahan danpengelolaan sampah. Dalam hal pengelolaan lahan penduduknyamelakukan penghijauan di lahan-lahan mereka maupun di halamanrumahnya. Sedangkan dalam hal pengelolaan sampah, mereka

SAAT INI, MENCIPTAKAN SEBUAH

KAWASAN HUNIAN BERSAMA YANG

NYAMAN DAN SEHAT BUKANLAH

SOAL GAMPANG. NAMUN BERKAT

KEBERSAMAAN, ASA ITU MULAI

TERLIHAT DI DUSUN JETAK II.

K A M P U N G T O E G O E

MCK KOMUNAL- Agar warga tak lagi mengotori sungai

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 70: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

70 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

melakukan pemilahan sampah organik (daun, sisamakanan) dan sampah anorganik (sejenis kaca,logam dan plastik).

Seperti yang dilakukan oleh Ketua RT I Sudarwati.Wanita yang akrab disapa Wati ini, menanam bungadan jenis tanaman lain guna mempersolek halamanrumahnya agar sejuk dan nyaman. Sedangkan dalampengelolaan sampah, ia memisahkan sampahorganik dan sampah anorganik. Menurutnya, Kegiatantelah dilakoni sejak dua tahun silam. Wati mengelolasampah organik untuk dijadikan kompos. Kompostersebut dipakai sendiri untuk untuk menyuburkantanaman di halamannya. Untuk tempat sampahanorganik, Wati menyiapkan tiga wadah tong untukjenis yang berbeda yaitu untuk sampah kertas, logamdan plastik.

Setelah tong-tong sampah yang berada di ke-diamannya penuh, dia kemudian memindahkannyake tong-tong sampah yang lebih besar yang sudahdisiapkan oleh aparat dusun. Karena tak mempunyaiketerampilan mengkreasi sampah, sampah-sampahtersebut kemudian dijual. “Saya mengharapkankepada pemerintah untuk melakukan pelatihan-pelatihan kepada warga untuk mengelola sampahyang berupa plastik, logam dan kertas untuk dijadikanbahan kerajinan ,“ tutur wanita yang berumur 43 tahunini.

Saat ditemui dirumahnya, Moh.Jayuri mengatakanbahwa upaya pengelolaan sampah baru dilakukandalam dua tahun belakangan. Meskipun demikian,Jayuri berbangga lantaran mayoritas warga di dusuntersebut sudah sadar betapa pentingnya mengelolasampah. “Sekitar 89 persen penduduk sudah menge-lola sampahnya sendiri,” tuturnya.

Jayuri menambahkan, model pengelolaan yangdilakukan Wati juga tidak jauh berbeda dengan apayang dilakukan masyarakat di dusun tersebut. Sampahyang dikumpulkan masyarakat kemudian dijual duakali dalam sebulan. Hasil penjualannya kemudiandimasukkan dalam kas dusun untuk kegiatanoperasional kampung.

Upaya menciptakan lingkungan yang bersih dansehat tak hanya sampai di situ. Kini, Dusun tersebutsudah memiliki sarana mandi, cuci, kakus (MCK)umum bagi masyarakat. Bangunan ini sendiridibangun berkat bantuan pemerintah. Jayuri me-ngungkapkan sarana ini untuk membantu masyarakatyang tak mempunyai sarana MCK lantaran kesulitanekonomi.

Tak ada usaha yang tanpa aral. Jayuri merasakanbetul hal tersebut. Jayuri bersama rekan-rekansejawatnya yang lain masih sering menemui anggotamasyrakat yang tidak mendukung kegiatan “bersih-sehat” ini. Dia menceritakan ada saja yang sengajamencampur sampah organik dan anorganik. Atauantara sampah plastik dengan sampah kertas.

Menyadari hal tersebut dapat mengganggu

“stabilitas” upaya kebersihan lingkungan. Pihakpemerintah dusun tak tinggal diam. Pemberianhukuman dijadikan salahsatu solusi. Dalam waktudekat, bersama masyarakat, aparat dusun akansegera menyusun dan membuat bentuk hukumannyang akan diberikan. “Dengan warga akan berencanamemberikan sanksi sosial kepada oknum yang seringbandel dalam menjaga lingkungannya,” tegas ayahdua anak ini.

Lebih lanjut, Jayuri menjelaskan guna memperkuatupaya pengelolaan lingkungan, bersama beberapaanggota masyarakat secara kontinyu melakukanpertemuan tingkat dusun sekali dalam tigapuluhlimahari. Dalam pertemuan tersebut membahas berbagaipermasalahan dan potensi dusun soal pelestarianlingkungan bersih. Hasil pertemuan tersebut kemu-dian disosialisaikan kepada seluruh masyarakat.

Seperti saat ini, dusun tersebut berencana untukmembangun balai dusun dan balai budaya. Balaibudaya dibuat guna melestarikan budaya keseniansetempat. Selain itu sebagai aset pariwisata. “Kamijuga akan membuat kolam ikan dan pasar ikan,”tambah Jayuri.KAMPUNG FAVORIT

Usaha Dusun Jetak II ternyata membuahkan hasil.Selain lingkungan yang bersih, mereka juga menjadikampung favorit dalam ajang ujicoba lomba kampunghijau. Apresiasi berupa pujian datang dari berbagaikalangan. Salahsatunya, HM Nasrudin Anshori.

Bagi Pengasuh Pesan Trend Ilmu Giri ini, DusunJetak II sama hal dengan peserta ujicoba lombatersebut. Seperti pengelolaan sampah dan lahan.Kelebihannya yakni partisipasi masyarakat yang tinggi.Apalagi inisiatif pengelolaan lingkungannya sendiridatang dari masyarakat dan tidak ada campur tanganpihak lain. Nazrudin menambahkan saat ini banyakdaerah yang memiliki konsep pengelolaan sampahyang lebih baik dibandingkan dusun ini. “Dikarenakanmereka melakukan kerja sama dengan pihak lain yangberasal dari luar kampung,” tuturnya.

Nasrudin mengharapkan Jetak II bisa dijadikanteladan perubahan sosial, ekonomi dan budaya olehdaerah lain. Kalau begitu, siapa yang mau mengikutijejak dusun yang mengarusutamakan kebersamaandalam mengwujudkan harapannya?TONG SAMPAH- Bila sudah penuh akan dijual untuk kasoperasional dusun

WA

HYU

/TO

EGO

E

Page 71: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

71toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

“Yogyakarta Berhati Nyaman”Jangan sampai berhati nyam..nyam!

Air di Yogyakarta banyak mengandung bakteri e. coliJangan buang hajat sembarangan….!

Kedai Hijo sudah mulai “beraksi”Salah satu menunya: Kopi panas global warming!

Setiap tahun Gunung Kidul selalu kekurangan airDengar-dengar, biar pejabatnya kebanjiran bantuan!

Tempat pengisian air isi ulang tak pernah sepipelangganSungai di Jogja juga tak pernah sepi; tak pernah sepidari sampah!

Di kampung Jetak, Sleman ada MCK komunalBagus! Daripada Korupsi Komunal!

Anak usia dini diikutkan dalam pengelolaan lingkunganJangan dieksploitasi ya!

FKY sedang berlangsung di YogyakartaJangan sampai jadi ajang pamer budaya londo!

Kawasan Menoreh mengalami degradasiKalau klub sepak bola, pelatihnya bisa dipecat!

Sampah plastik bisa didaur ulangSumpah jabatan juga banyak yang daur ulang!

Yogyakarta mulai kebanjiran mallSekaligus banjir sampah!

Ketua Komisi 3 DPRD Kota Yogyakarta; kita hidupdiatas comberanDicari! Pembuat energi alternatif dari air comberan!

Dana untuk pengelolaan lingkungan masih minimDana untuk korupsi yang melimpah!

Bapedalda memantau sungai dua kali setahunKarena memakai sistem semester seperti padaperkuliahan, he..he bercanda!

Sekwan DPRD Kota Yogya tidak ingin diwawancaraioleh reporter TOEGOESama reporter enggan, jangan-jangan samamasyarakat juga emoh?

Katanya sungai kita adalah WC terpanjang di duniaMasuk museum rekor dunia nih, ceritanya….

Dalam memperingati hari lingkungan, SBY menya-rankan agar kita menjaga lingkungan bersama-sama.Kalau pihak asing boleh merusak ya, pak?

Pendidikan soal lingkungan masih sering diabaikansekolah.Katanya, Diprioritaskan asalkan dana BOS ditambah!

Ada yang mengatakan bahwa bencana itu adalah takdirPertanyaannya, apakah “bencana korupsi” itutakdir?jangan asal dong!

Hutan lindung dijadikan lokasi untuk pertambangan.Artinya yang dilindungi adalah para penambangnya!

Sungai kini tempat terbuka untuk sampah umumKalau di kolam renang? tempat buka-bukaan!

Ada tiga sungai yang mengalir di Kota Yogyakarta.Ketiga-tiganya dijuluki “sungai comberan”!

Bakteri E. coli mencemari air sumur Lalu apa bedanya sumur dan closet WC?

Depkeu segera menghapus sebagian besar utangPDAM Sleman“Utang pelayanan” kepada rakyat harus dilunaskan!

C E L O T E H T O E G O E

ASH

IDO A

LDO

RIO

SIM

AT

UPA

NG/T

OEG

OE

Page 72: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

72 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

BERGEGASLAH! teriakan itu sepertinya yang ingin dikemukakan Iqin danErik kepadaku. Tapi mereka lebih suka mengatakan, “kita sudahterlambat”.

“Ah, kau pakai mandi segala lagi”.“Ya, ya,” jawabku tapi tetap menuju kamar mandi.Selesai mandi, aku mengambil sebuah Caping dari gudang kecil

yang terbuka tepat di samping kamar mandi. Karena telah cukup lamamendiami tempat penyimpanan dan berada di ruang terbuka, tak heranbila caping tersebut terlihat dekil dan berdebu. Aku kemudian berusahamengeluarkan debu dengan mengibasnya ke sebuah meja; denganterburu-buru. Maklum, Iqin dan Erik makin gelisah menungguku; menujupentas unjuk rasa di kawasan Malioboro.

“Mengapa debu dalam caping itu terus menggelisahkanku? adakahmakna yang terselip di dalamnya dan harus kumengerti? mungkinkahada keterkaitannya dengan pentas unjuk rasa kali ini?” pikirku.

Selepas berunjukrasa; Aku pun dapat memaknai debu yang belumsepenuhnya pupus dari caping yang kukenakan,dan beginilah alurceritanya;

Debu itu adalah sesuatu masalahsesuatu masalah itu ada sumbernyasumbernya bisa jadi dari sebuah ketidakberdayaanketidakberdayaan akibat minim atau ketiadaan kuasaminim atau ketiadaan kuasa membuat kita terpaksa menerimakenyataan;Kenaikan BBM apapun alasannyamahalnya harga sebuah pendidikanjutaan petani kehilangan sawahjutaan nelayan tak punya jalaBerikut; Anda dapat menambahkannyaDan inilah salahsatu sumber debu yang mengendap dalam caping

yang bernama Indonesia!“Kita terlalu lama membiarkan diri kita untuk tidak menghentikansetiap penindasan dalam kebersamaan; apapun alasannya”Dan bukan hal yang menakjubkan bila akhirnya debu itu melekat begitu

banyak dan erat. Sampai-sampai kita kepayahan untuk membersihkan-nya. Seperti kejadian tadi pagi, debu dalam dalam caping tak tuntaskubersihkan; lantaran terburu-buru.

Ya, satu lagi sumber debu dalam caping yang bernama Indonesia!“Kita kerap terburu-buru menata diri sendiri”Dalam perjalanan pulang, capingku terjatuh di perempatan

Umbulharjo. Saat itu aku mengebutkan laju sepeda walaupun telah“dilarang” oleh lampu merah. Alhasil, caping yang bertengger tak begituerat di kepalaku itu pun terjatuh. Aku sebenarnya berhasrat untukmemungut kembali. Namun aku terlanjur malu karena telah melanggarrambu lalulintas dan lagipula belasan kendaraan telah menyerbu darijalur jalan yang ketiban lampu hijau. Kupasrahkan saja nasib caping itu.Toh, bukan kepunyaanku. Masih banyak caping di tempatku. Toh, aku takbersusah payah lagi membersihkan debunya? Aku hanya sempatmenoleh sebentar ke belakang; melihat caping bergoyang-goyang di atasaspal. Setelah itu, entahlah.

Lalu bagaimana kalau caping yang bernama Indonesia terjatuh?Kita hanya menoleh sebentar ke belakang menatap gonjang-ganjingnya?Setelah itu, entahlah dan biarkanlah hilang?Toh, kita tak perlu bersusah payah lagi membersihkan debunya?

Kotagede-Malioboro, 21 Mei 2008

C E R I T A T O E G O E

DEBU DALAM CAPINGOLEH: UMBU WULANG TAP

Page 73: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

73toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

SALAH satu contoh bencana yangmenimpa negeri kita yaitu bencanagempa bumi yang terjadi padatanggal 27 mei 2006 silam padapukul 05:53 WIB. di Daerah Istime-wa yogyakarta dan Jawa Tengah.Gempa tektonik tersebut ber-kekuatan 5,9 skala richter denganpusat gempa 8.00 LS-110.31 BT(37.2 km selatan Yogyakarta, keda-laman 33 km).

Adapun jumlah korban dalambencana ini yaitu : Meninggal dunia

INDONESIA TERLETAK PADA TITIK TEMU TUBRUKAN TIGA LEMPENG TEKTONIK

BESAR, YAITU LEMPENG EURASIA, LEMPENG HINDIA-AUSTRALIA, DAN LEMPENG

PASIFIK. DI WILAYAH INDONESIA JUGA TERDAPAT BANYAK GUNUNG API (ADA

128 GUNUNG API AKTIF) YANG SEWAKTU-WAKTU DAPAT MELETUS DAN

MENIMBULKAN BENCANA. SELAIN ITU, BANYAKNYA JALUR GEMPA DI WILAYAH

INDONESIA MENYEBABKAN TINGGINYA INTENSITAS DAN FREKUENSI GEMPA BUMI

YANG DAPATI DIIKUTI TSUNAMI. FAKTA LAIN ADALAH WILAYAH INDONESIA DILALUI

OLEH GARIS KATULISTIWA DAN TERLETAK DI ANTARA BENUA ASIA DAN BENUA

AUSTRALIA SERTA DI ANTARA SAMUDRA PASIFIK DAN SAMUDRA HINDIA. LETAK

INI MENYABABKAN INDONESIA MEMILIKI IKLIM TROPIS DENGAN MUSIM PENGHUJAN

DAN KEMARAU YANG TERKADANG MEMPUNYAI KONDISI EKSTRIM YANG BERAKIBAT

PADA TERJADINYA BANJIR ATAU KEKERINGAN HAMPIR SETIAP TAHUN. BAHKAN

SERINGKALI TERKENA IMBAS ADANYA BADAI TROPIS.

HAK-HAK KORBAN BENCANAOLEH: KAHAR MUHAMMAD MAULANA

P U S T A K A TO E G O E

Page 74: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

74 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

5.778 jiwa, luka-luka 37.883 jiwa dan yang mengungsi 2,111,872 jiwa.Dalam situasi seperti itu penting bagi masyarakat korban gempa untukmenuntut haknya kepada pemerintah. Adapun hak korban bencana yangdi atur dalam perundang-undangan yang berdasarkan UU No. 24 tahun2007 tentang penang-gulangan bencana (UUPB) adalah:1. Hak untuk mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman,

khususnya bagi kelompok masyarakat rentang bencana.2. Hak mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana.3. Hak mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang

kebijakan penanggulangan bencana.4. Hak untuk berperan serta dalam perencanaan, Pengoperasian,

pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatantermasuk dukungan psikososial

5. Hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadapkegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitandengan diri dan komunitasnya

6. Hak melakukan pengawasan sesuai mekanisme yang di atur ataspelaksanaan penanggulangan bencana.

7. Hak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, khususnyabagi orang yang terkena bancana.

8. Hak untuk memperoleh gangti kerugian karena terkena bencana yangdisebabkan oleh kegagalan konstruksi.

Buku ini baik untuk masyarakat agar masyarakat tahu apa saja hak-haknya yang harus dipenuhi oleh pemerintah pusat, pemerintah propinsimaupun pemerintah daerah, karena sudah menjadi kewajiban Negaradalam penanganan bencana. Di dalam buku ini dijelaskan mengenaihak dasar korban bencana, yaitu hak untuk mendapatkan air bersih,sanitasi, pangan, penampungan (tempat hunian), pelayanan kesehatan,sandang dan pelayanan psikososial.

Kebutuhan ini harus dipenuhi, untuk menjamin kehidupan yangbermartabat bagi masyarakat korban serta menjaga adanya dampak daribencana susulan lainnya. Selain itu dalam buku ini juga menjelaskantentang Advokasi (pembelaan hukum) yang dapat dilakukan apabila hak-hak korban bencana tidak mereka dapatkan secara baik dari pemerintah.

Sebelum melakukan pembelaan hukum maka perlu diadakanpemantauan yang dilakukan oleh masyarakat korban maupun masyarakatumum baik secara pribadi, keluarga, ataupun bersama-sama (mediamassa, ormas, LSM, mahasiswa dll). Pemantauan ini dilakukan agarmasyarakat dapat mengawal langsung pelaksanaan kebijakan dilapangan apakah telah sesuai dengan rencana kebijakan yang disusunatau tidak (termasuk pemenuhan 5 kebutuhan dasar dan perlindunganwarga).

Contoh kebijakan pasca gempa 27 Mei 2006 di Yogyakarta yaituPeraturan Gibernur (Pergub) 23 tahun 2006 tentang kebijakan rehabilitasirekonstuksi propinsi DIY. Pergub ini cenderung merupakan kebijakanyang elitis (minim partisipasi masyarakat dalam perumusannya) hanyamengatur hak atas perumahan saja dan masih memakai paradigmamasyarakat sebagai obyek bukan subyek kebijakan.

Hak-hak korban harus dipenuhi karena sesuai pembukaan UUD 1945alinea 4 memuat tujuan pemerintah Indonesia yaitu melindungi segenapbangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Sehinggapemerintah berkewajiban memberikan perlindungan terhadap masya-rakat dan perlindungan terhadap bencana merupakan pelaksanaanmandat konstitusi sekaligus pemenuhan hak asasi manusia Indonesia.Lebih dari itu, masyarakat berhak melakukan pemantauan ataspelaksanaan mandat tersebut.

Page 75: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

75toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

YOGYAKARTA DENGAN LUAS

LAHAN 318.580 HA MEMILIKI

SATU KAWASAN PENYANGGA

EKOLOGI ISTIMEWA YAITU GUNUNG

MERAPI. GUNUNG INI TERKENAL

SEBAGAI GUNUNG TERAKTIF DI

DUNIA. POSISINYA TERLETAK DI 2PROPINSI. JAWA TENGAH DAN

YOGYAKARTA. SELAIN GUNUNG

TERAKTIF, TIDAK ADA YANG

MENYANGKAL KALAU GUNUNG

MERAPI DENGAN LUAS SEKITAR

6.410 HA TELAH MENJADI

SUMBER-SUMBER KEHIDUPAN BAGI

MASYARAKAT HULU HINGGA HILIR

SEJAK JAMAN DAHULU.

MERAWAT MERAPISUPARLAN, S. SOS. I*

GUNUNG Merapi (3968 m dpl) merupakan gunung api yang memilikikarakteristik unik dan spesifik, membentuk ekosistem khas tipe hutantropika basah dataran tinggi. Selain itu, kawasan Merapi juga merupakandaerah tangkapan air dan sumber air serta suplai oksigen pada daerahtengah hinggal hilir untuk Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Begitu krusial fungsi kawasan Merapi, sehingga penting dan wajibuntuk tetap menjaga eksistensinya. Hal ini guna menjamin ketersediaankebutuhan air, udara, keragaman hayati dan ekosistemnya bagimasyarakat Contoh, sumber mata air di lereng selatan Merapi, Kali Krasak,Kletak, Candi, Umbul Wadhon, Umbul Mbebeng mampu mensuplaisumber air kepada masyarakat hulu hingga hilir.

Namun beberapa perubahan ekologi yang berdampak negatif terusbermunculan. Tercatat, mata air dari tahun 1990-tahun hingga 2008 inimenghilang secara drastis. Dari sekitar 30 sumber air yang ada di wilayahMerapi, sekarang mungkin bisa di hitung dengan jari. Hal ini dikarenakanberbagai sebab.

Pertama, bencana alam meletusnya Gunung Merapi yang menim-bulkan kebakaran hutan dan turunnya lahar. Fenomena ini mengakibatkanbeberapa kawasan hutan resapan air maupun sumber air terganggu.Seperti halnya yang terjadi pada tahun 2006 lalu, beberapa sumber airmerapi sempat tertutup lahar dan tidak bisa dialirkan kembali sebagaisumber kehidupan masyarakat. Tak hanya itu, pipa jaringan distribusi airuntuk warga juga terputus. Bahaya ini masih akan terus berlangsungkedepannya, mengingat Gunung Merapi memiliki siklus letusan denganjangka waktu yang pendek.

Kedua, Pembangunan insfrastruktur pariwisata yang tidak sesuaidengan tata ruang wilayah. Misalnya, pembangunan sarana dan prasarana taman nasional yang dibangun di dalam kawasan wisataKaliurang, ketiga, penambangan pasir yang tidak terkontrol di berbagai

C A T A T A N L I N G K U N G A N

Page 76: Majalah TEOGEO - Walhi Jogja (Edisi Juni 2008)

76 toegoe :: SUARA RAKYAT DALAM WAHANA LINGKUNGAN ::

| edisi 1 | Tahun I | Juni 2008 |

wilayah Merapi dengan berbagai kedok. Seperti, dalih normalisasi sungai.Padahal dampak dari aktivitas tersebut menyebabkan beberapa kawasanresapan air yang “menghidupi” lahan pertanian masyarakat di sepanjangbantaran sungai di wilayah hulu ke hilir hilang.

Berikutnya, Kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan kawasan sendirimasih bersifat sektoral dan saling tumpang tindih. Sektoral karena padasebuah kawasan hanya akan dilihat dari dominasinya. Seperti Merapihanya dipahami sebagai hutan. Padahal hutan pada kawasan Merapihanya salah satu komponen dalam sebuah ekosistem. Sedangkantumpang tindihnya kebijakan dapat dilihat dari kebijakan yang ada tidakmenjadi satu kesatuan dalam pengelolaan kawasan. Kebijakan penataanruang, kehutanan, pertambangan, pertanian, agraria, otonomi daerah,pengelolaan sumberdaya air sampai kebijakan teknis seperti perizinan,kenyataannya hingga kini banyak yang berbenturan.

Tumpang tindihnya kebijakan jelas sangat mempengaruhi terhadappola dan arah pengelolaan kawasan. Apalagi negara berkembang sepertiIndonesia, pola pembangunannya masih menggunakan pendekatanpertumbuhan ekonomi. Sehingga apapun kebijakan yang ada,kepentingan ekonomi yang akan menjadi prioritas, sedangkankeberlanjutan ekologis masih belum menjadi disepelekan.

Selain problem kebijakan di wilayah hulu, proses kesadaranmasyarakat di tingkat hulu hingga hilir tidak terkonsolidasi dalam satupengelolaan kawasan merapi dalam satu kesatuan yang utuh danmenyeluruh. Sehingga anggapan bahwa kawasan Merapi hanyadiperuntukan untuk masyarakat di kawasan hulu saja, masih lestarihingga kini. Padahal faktanya, keberadaan Merapi merupakan pusat darikeberlanjutan ekologis dari hulu, wilayah perkotaan hingga Bantul.

Terakhir, Eksploitasi sumber air di wilayah Merapi seperti pemanfaatanUmbul Wadhon oleh PDAM Sleman, PDAM Yogya, Arga Jasa, danperusahaan air minum lain. Praktek yang tidak terkontrol yang dilakukandengan mengatasnamakan kepentingan publik tersebut, telah mengambilalih jatah petani, rumah tangga dan usaha kecil yang ada di wilayah huluhingga hilir.

Degradasi ekologi seperti penurunan debit air menyebabkankestabilan pemanfaatan air untuk kehidupan pertanian, usaha kecil dankebutuhan rumah tangga dan beberapa aktifitas yang lain masyarakatterganggu. Hal ini kerap memicu terjadinya konflik di masyarakat kawasanMerapi.

Potret pembangunan di Yogyakarta yang mengabaikan eksistensikawasan Merapi perlu segera dibenahi. Beberapa hal yang dapatdilakukan yakni, pertama, mendorong sistem kebijakan pemerintah darilevel kampung, desa, kecamatan, kabupaten hingga propinsi menjadisatu kesatuan kebijakan yang menyeluruh terpimpin dalam pengelolaankawasan penyangga ini.

Selanjutnya, membentuk jaringan pola komunikasi harmonis antarahulu hilir baik di level pemerintah maupun rakyat. Artinya, sistem kelolaharus dengan pendekatan kawasan hulu hingga hilir. Kemudian,melakukan restorasi pengelolaan sumber daya air yang lebih lebihterintegrasi dari hulu ke hilir dengan memegang prinsip air sebagaibarang publik.

Merapi yang meliputi wilayah Kabupaten Magelang, Sleman, Klatendan Boyolali berada di 9 Kecamatan, 26 Desa dan 76 dusun sudahseharusnya tidak menjadi obyek eksploitasi belaka. Akhirnya eksistensiMerapi akan terus terjaga bila pembangunan mengedepankan keadilanekologis. Bila tidak, sudah seyogianya kita ketiban jejalan petaka dikemudian hari. Mari wujudkan keadilan ekologis untuk kehidupan yangbermartabat di “Yogyakarta Berhati Nyaman” ini. *DIREKTUR EKSEKUTIF WALHI YOGYAKARTA