Majalah Sasaraina

52

description

Edisi Februari 2015

Transcript of Majalah Sasaraina

Page 1: Majalah Sasaraina
Page 2: Majalah Sasaraina

Pelindung:Bupati Kepulauan Mentawai,

Yudas Sabaggalet,Wakil Bupati Kepulauan Mentawai,

Rijel Samaloisa

Penasehat: Sekretaris Daerah: Ifdil Gusti, Asisten I, Martinus D, Dewan Redaksi: Martinus D, Maifrizal, Dul Sumarno,Pemimpin Redaksi: Joni Anwar, Devisi Redaksi: Nurtiana Sanenek, Jasni Efita, Kartani, Ismar Santi, Ayubkhan Sakokoi,Koordinator Liputan: Rahadio Suroso, Redaktur: Iswanto. JA, Asisten Redaktur: Firnando Deb, Reporter: Eri Suprianto,Heri Pamalis, Arif, Moerdani.

ALAMAT REDAKSI: Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Jalan Raya Tuapeijat Km 5, Sipora Utara. Email:[email protected]

Dihadang Alam,Bertekad WujudkanKualitas Kaum Hawa

SOSOKHALAMAN 38

Paus Terdampar MembusukLINGKUNGANHALAMAN 24

Misteri Sabu-sabudi Kapal Cepat Mentawai

HUKUMHALAMAN 20

TRANS-MENTAWAIMembuka Semua Potensi

LAPORAN UTAMAHALAMAN 4

DAFTAR ISI

Teras Berita : .................... 02Testimoni : .................... 03Laporan Utama : .................... 04Laporan Khusus : .................... 10Agenda : .................... 16Hukum : .................... 22Kisah : .................... 24Pariwisata : .................... 28Lingkungan : .................... 30Kesehatan : .................... 34Control : .................... 36Birokrasi : .................... 37Budaya : .................... 38Investasi : .................... 40Pendidikan : .................... 42Ekonomi : .................... 46Editorial : .................... 48Opini : .................... 49Pernik : .................... 50Event : .................... 52

Teras Berita

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201502

Page 3: Majalah Sasaraina

Yudas SabaggaletBupati

Kepulauan Mentawai

Ian HanafiahKetua ASITA Sumatera Barat

Sambutan HangatTAMPIL perdana Majalah Sasaraina memang penuh kerja keras

dan kehati-hatian. Hal ini menjadi beban tersendiri karenakehadiran Majalah Sasaraina lebih eksklusif. Kata-demi kata

pun harus senikmat mungkin untuk dibaca. Meski sebagian parajurnalisnya masih pemula, namun bertekad untuk terus belajar danmemperbaiki diri. Hal terpenting, awak redaksi siap dikritik untuklebih kreatif dan inovatif.

Ketika keluar dari percetakan dan menuju Bumi Sikerei, semuaawak redaksi tegang dan gelisah. Sudah pasti, pertama menunggurespon dan reaksi bupati dan pejabat teras Kabupaten KepulauanMentawai. Semua awak redaksi pasrah dan siap menerima segalabentuk penilaian baik dan buruk. Tapi dengan semangat dan keyakinan,bahwa karya tangan anak muda yang tergabung di jajaran awak redaksisebagian besar tidak diragukan lagi.

Ketika Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet menerimaMajalah Sasaraina di ruang kerjanya, beberapa awak redaksi mulaitambah gelisah. Yudas Sabaggalet terus menatap halaman demihalaman dengan wajah datar pertanda belum memberikan penilaianyang menyejukkan perasaan awak redaksi. Diakhir halaman, kepalanyamulai mengangguk-angguk sambil terus menatap.

”Wah...luar biasa. Ini hebat, eksklusif. Beritanya berimbang, danlayak jual. Sayangnya ini kan anggaran APBD, jadi tidak boleh dijualdemi mencerdaskan masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai. Jadiharus gratis,” kata Yudas memberikan apresiasi terhadap hasilpenerbitan perdana Majalah Sasaraina.

Menurut Yudas, meskipun Majalah Sasaraina milik pemerintah,namun isinya tidak selalu menutupi kinerja pemerintah sendiri. Bahkanisi, penulisan, dan penyajian beritanya juga seperti media nasional.”Titip salam saya kepada semua awak redaksi, teruma kasih atas kerjakerasnya dalam menerbitkan Majalah Sasaraina. Kita bangga,Mentawai mampu menciptakan media eksklusif seperti ini,” ujar putraasal Siberut ini memberikan apresiasi positif.

Hasil evaluasi awak redaksi menyimpulkan, bahwa perluditingkatkan terhadap kualitas photo, sehingga pembaca lebih nya-man dan tambah betah lama-lama memegang Majalah Sasaraina.Sebab dalam penampilan bentuk majalah, antara berita dan photo harusseimbang penampilannya.

”Kepada redaktur dan wartawan, tolong kesalahan ketikannyadihindari, karena itu juga akan mempengaruhi konsentrasi pembaca.Ingat, ini media eksklusif lho. Untuk desain lay out halaman, padapenerbitan edisi selanjutnya juga harus lebih dinamis dan kreatif.Namun pada penerbitan perdana ini, saya menilai desain dan lay outnyacukup nyaman untuk dilihat oleh pembaca,” pesan Koordinator Liputan,Rahadio Suroso. (*)

Inspirasi MasyarakatKEHADIRAN Majalah Sasarainamerupakan salah satu akses informasi daninspirasi masyarakat Mentawai. Selain itu,Majalah Sasaraina bukan hanya menyapapejabat di Mentawai, melainkan di tingkatProvinsi Sumatera Barat serta PemerintahPusat melalui Kementerian. TentunyaMajalah Sasaraina harus lebih mengeks-pos semua sektor yang ada di Mentawai.Kita sadari, informasi berbentuk mediacetak memang masih minim diterima olehmasyarakat Mentawai sampai ke pelosokdusun. Saat ini, Mentawai sedang melaku-kan geliat pembangunan desa, maka perluMajalah Sasaraina untuk memberikaninformasi terkini, sehingga masyarakatbisa mengetahui sejauh mana perkemba-ngan setiap desa. Potensi wisata Mentawai serta peluang ekonomi daninvestasi juga sangat penting untuk disajikan dalam bentuk berita padaMajalah Sasaraina.

Aspiratif dan SeimbangBANGGA ketika menerima penerbitanMajalah Sasaraina dari Mentawai.Awalnya saya mengira, bahwa mediamilik Pemerintah Kabupaten KepulauanMentawai bakal banyak mengalami sen-sor dan selalu menginginkan berita yangbaik saja tanpa mau dikritik. Namunketika wartawannya menemui saya untukwawancara, memberi pertanyaan yangkritis.

Sejak awal saya menilai, bahwaMajalah Sasaraina bakal tampil berbedamemberikan ruang terbuka bagi siapapunyang akan membangun Mentawai dariberbagai sektor. Selain itu, sumber beritajuga tidak diragukan karena semuanyabisa dipertanggungjawabkan. Bagi saya, inilah satu-satunya mediamilik pemerintah yang memberikan ruang terbuka untukmengakomodir semua aspirasi dari semua kalangan. Bebas berbicaradan diulas dengan santun, meskipun penuh dengan kritikan. Suksesselalu Majalah Sasaraina.

Salam Redaksi

Sheiful YazanDosen JurnalistikIAIN IB Padang

SELAMAT Datang Sasaraina, PastikanSasaranmu! Luar biasa! Itu yang pantasdiucapkan kepada seluruh jajaranpengelola Sasaraina yang telahmeluncurkan edisi pertama. Ini mediabaru, ini baru media!

Sebagai terbitan perdana, saya angkattopi dengan liputan-liputan yangdisuguhkan. Setiap halaman tidak sayalepaskan dari pengamatan. Rapih! Telaten!Lay-out memanjakan mata pembaca. Foto-foto termasuk kategori professional. Tidakada masalah. Tinggal melanjutkan.

Sedikit catatan untuk redaksi. Pastikankhalayak sasaran. Siapa sih targetpembaca utama Sasaraina? Sekedar parapegawai, guru-guru dan anak sekolah diKabupaten Mentawai? Para investor yang diharapkan turun ke BumiSikerei? Para wisatawan nusantara dan mancanegara? Pastikansasaranmu, jadikan itu pedoman arah liputan dan pemberitaan. Selamatdatang!

Pastikan Sasaran Sasaraina

Testimoni

SASARAINAEdisi: 02/Februari-2015 03

LIMA tahun lalu, Yudas Sabaggalet sempat menggelar panen udang darikeramba warga Tuapeijat, Kecamatan Sipora Utara bantuan dari Coremap II.

Page 4: Majalah Sasaraina

KABUPATEN Kepulauan Mentawai seringdijuluki sebagai gerbang ikan Sumatera. Wajar,banyak nelayan mulai dari Sabang sampai

Lampung, bahkan luar negeri mengambil ikan secarailegal. Meski ratusan mil nelayan itu mengarungi lintasanSamudera Hindia, namun dipastikan akan meraupbanyak ikan ketika sudah memasuki kawasan perairanlaut Mentawai. Tentunya hal ini juga menjadi visi danmisi Bupati Kepulauan Mentawai, bahwa 25 tahun kedepan secara bertahap, Bumi Sikerei akan menjadi porosmaritim di Indonesia bagian Barat.

Senyum sumringah ditunjukan kelompok nelayanasal Kecamatan Sikakap Kabupaten Kepulauan Menta-wai, saat pada penghujung Desember 2014 lalu, merekaberhasil mengekspor ikan kerapu jenis cantang danbebek ke Hongkong. Pantas kalau para nelayan itu bisamemperlihatkan senyum yang manis, karena ekspor yangmenjadi kebanggaan mereka, dan dari hasil jerih payahmereka bakal dihargai dengan bayaran yang pantas. Bila

pengiriman ikan-ikan segar asal laut Mentawai ke luar negeri ituberlanjut, maka semestinya peningkatan kualitas ekonomi untukmenuju kesejahteraan nelayan asal daerah yang berjuluk “BumiSikerei” ini sudah pasti didepan mata.

Sejatinya, kekayaan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai lebihdari cukup untuk mensejahterakan 84.639 jiwa masyarakatnya. Na-mun, ironisnya potensi besar itu terbengkalai begitu saja, sementaramayoritas penduduk Mentawai masih hidup miskin.

Edi Taya (45), Ketua Kelompok Nelayan Keramba Jaring Apung(KJA) di Sikakap menyebutkan, harga jual ikan segar ke Hongkonglumayan mahal, berkisar Rp. 137.000 per kilo gram untuk jenisikan kerapu. Padahal, di pasar lokal, harga ikan jenis itu hanya Rp30-40 ribu per kilogram.

Seperti penjualan terakhir itu misalnya, dari 3.328 kilogramkerapu jenis cantang dan bebek dengan ukuran berat 0,5-6 kilo-gram dihargai Rp. 456 juta. ”Ekspor ini untuk yang ketiga kalinya.Kami berharap bisa terus ekspor ke kapal-kapal dari luar negeriitu, karena harganya mahal,” kata Edi.

Namun, ketiadaaan pelabuhan ikan yang memadai di mentawaimembuat upaya memasok kebutuhan pasar luar negeri menjadisesuatu yang langka. Tidak ada kepastian, kapal asing yang datangberlabuh dan membeli hasil budidaya nelayan.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Mentawai, EdiSukarni memaparkan budidaya ikan jenis kerapu KJA di Mentawaisudah dimulai sejak 2011. Awalnya, pemerintah daerah memberikanbantuan Rp 1 miliar kepada 10 kelompok nelayan melalui programpengembangan usaha mikro pedesaan (PUMP). Saat ini, jumlahKJA di Mentawai sudah mencapai 90 unit yang tersebar di sejum-lah kawasan, sedangkan tahun ini Pemkab Mentawai sudahmengajukan penambahan 200 unit KJA ke Kementerian.

”Dari anggaran DAK 2015, kami juga alokasikan anggaranuntuk 15 unit KJA. Targetnya sampai 2020, potensi sekitar 2.000KJA bisa terpenuhi secara bertahap,” ujar Edi Sukarni.

Edi mengungkapkan, Pemkab Mentawai memprioritaskanpembinaan kepada masyarakat untuk pembudidayaan ikan kerapu.Karena selain lebih mudah dikembangkan, model itu sejalan denganupaya pelestarian kawasan laut. Seperti Kecamatan Sikakap, ka-wasan yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan kerapumencapai 80,97 hektare yang mampu menampung hingga 1.800unit KJA.

Selain Sikakap, DKP Mentawai menetapkan enam kawasanteluk yang mempunyai potensi untuk pengembangan usaha KJA.Yakni di Sinakak pulaua Pagai Selatan, Katurai (Siberut), Saliguma(Siberut), dan Tabekat (Sipora).

Masih besarnya potensi itu, kata Edi, harus didukung denganmengaktifkan kembali Balai Pembibitan, sehingga memudahkannelayan memperoleh bibit ikan kerapu. ”Kami akan fungsikankembali Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) di Sikakap, sehingga nantimendapatkan benih bisa lebih mudah, tidak harus didatangkan dariluar,” katanya.

Edi menuturkan, kawasan itu dibagi dalam zona pemanfaatandan zona konvervasi. Untuk pemanfaatan perikanan tangkap skalakecil disediakan kawasan 526.634 ha, perikanan skala komersialseluas 148.829 ha,

Selain itu, zona budidaya KJA seluas 13.842 ha, budidayarumput laut 1.466 ha, budidaya mutiara 1.365 ha, dan kawasanwisata 32.147 ha. Sedangkan zona konservasi laut seluas 123.746

Edi SukarniKadis DKP

GaliKekayaan”Surga”Bawah Laut

GaliKekayaan”Surga”Bawah Laut

SEORANG anakmenggenggamudang Lobster.

(Foto: Istimewa)

FOTO: ISWANTO.JA/SASARAINA

Laporan Utama

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201504

Page 5: Majalah Sasaraina

ha. Zona itu mencakup pelestarian mangroveseluas 10.792 ha, perlindungan ekosistempesisir, zona mitigasi bencana longsor, banjir,gempa, tsunami, dan abrasi.

DKP Mentawai mencatat produksi ikantangkap di daerah Mentawai baru 4.701 tonpada 2014 dan ikan budidaya sebesar 530 ton.Padahal potensi lestari untuk ikan pelagis be-sar berupa tuna, merlin, cakalang, tongkol, dantenggiri mencapai 127.721 ton per tahun. Se-dangkan ikan pelagis kecil berupa ikan kem-bung, teri, sarden mencapai 79.011 ton per ta-

Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sa-baggalet mengatakan Pemerintah Mentawaimemprioritaskan pembangunan insfrastrukturpelabuhan di sejumlah lokasi strategis untukmenghubungkan pulau-pulau di Mentawai.

”Strateginya adalah meningkatkan peman-faatan transportasi laut, yang didukung de-ngan infrastruktur yang memadai dengan pela-buhan-pelabuhan baru,” katanya.

Mentawai berencana membangun danmemperbaiki sejumlah pelabuhan untuk me-ningkatkan koneksitas antar pulau. Rencana-

Hatta Padang, Eni Kamal menyarankan Pem-da Sumatera Barat dan Pemkab Mentawaimendirikan Badan Usaha Milik Daerah(BUMD) sektor perikanan untuk mengem-bangkan potensi kelautan di Mentawai.

Dia mengakui potensi Mentawai yang be-sar bisa dikembangkan menjadi kawasan ma-ritim utama di Samudera Hindia, asal peme-rintah fokus menggarap potensi tersebut dariseluruh sektor. ”Menggarap kawasan kelau-tan Mentawai in tidak bisa setengah-setengah,harus fokus dan dikeroyok bersama Kemen-

hun, ikan karang (demersal) memiliki potensi62.950 ton pertahun, lobster 587,8 ton pertahun, dan ikan hias 5,654 juta ekor per tahun.

Sayangnya, potensi besar sektor kelautanitu baru termanfaatkan sekitar 0,5 % olehmasyarakat setempat. Padahal, potensi yangada jelas akan meningkatkan kesejahteraanmasyarakat apabila dioptimalkan. Selainsektor perikanan, Mentawai memiliki 57lokasi olahraga selancar (surfing) yang sudahmemiliki kelender kegiatan event olah ragasurfing internasional setiap tahun. Selain itu,wilayah tersebut memiliki 32 lokasi menye-lam (diving) dan 27 lokasi wisata bawah laut(snorkling), serta panorama pantai yang indah.

Minimnya insfrastruktur penunjang ter-utama tansprotasi yang memadai, menjadi pe-nyebab utama sulitnya mengembangkan“manikam” kelautan yang ada.

nya Pulau Siberut akan dibangun pelabuhanLabuan Bajao, Pokai, Subeleng, Maileipet,Mabukik, dan Katurai.

Pulau Sipora dibangun dan dikembangkanpelbuhan Tuapeijat, Sioban, dan Sagicik. DiPulau Pagai Utara dan Selatan dibangunpelabuhan Sikakap, Sinakak, dan Pasapuat.

Setidaknya, untuk sembilan pelabuhan itupemerintah daerah butuh biaya pembangunansekitar Rp. 180 miliar . ”Prosesnya bertahap,visin jangka panjang kami dalam 25 tahunmenjadikan Mentawai sebagai kawasan ma-ritim unggulan di wilayah barat Indonesia,”ujar Yudas

Niat Pemkab Mentawai dalam mewujud-kan peningkatan ekonomi untuk kesejahteraanrakyatnya dari sektor maritim itu, mendapattanggapan positif dari berbagai pihak.

Pengamat Kelautan Universitas Bung

POTENSI KELAUTANUraian Luas Perairan Kawasan TermanfaatkanBudidaya KJA 13.889 Ha 2.760 Ha 9 HaRumput Laut 1.466 Ha 280 Ha -Kerang Mutiara 1.365 Ha 157 Ha 3 HaMangrove 24.619 Ha - -Terumbu Karang 17.589 Ha - -

SUMBER : DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTAWAI

trian. Karena masih banyak yang harus dibe-nahi terutama insfrastrukturnya,” kata Eni.

Agar potensi perikanan bisa digarap mak-simal, pemerintah perlu membangun pelabu-han samudera yang dilengkapi stasiun bahanbakar, tempat penyimpanan ikan, dan fasilitaslainnya. Sehingga, Mentawai menjadi hubbagi pengembangan kawasan pantai di wila-yah Barat Sumatera. (rhd/hf)

GUBERNURSumatera Barat IrwanPrayitno didampingiBupati Mentawai YudasSabaggalet meninjaulangsung lokasiKeramba Jala Apung(KJA) milik kelompoknelayan binaan DKPMentawai di Sikakapbeberapa waktu lalu

FOTO: RAHADIO/SASARAINA

FOTO: ISTIMEWA/DIOLAH SASARAINA

Page 6: Majalah Sasaraina

Besarnya potensi kelautan Kabupaten KepulauanMentawai menjadi berkah tersendiri bagi daerah yangberada di wilayah Provinsi Sumatera Barat memilikijulukan “Bumi Sikerei” itu. Sayang, potensinya belumtermanfaatkan secara maksimal, sehingga belummampu mendongkrak kesejahteraan masyarakat.Untuk mengetahui startegi pemerintah daerah dalammengembangkan potensi kelautan yang ada.Wartawan Majalah Sasaraina mewawancarai BupatiKepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet. Berikutpetikannya.

”GERBANG” IKANMINIM INFRASTRUKTUR

Laporan Utama

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201502

Page 7: Majalah Sasaraina

Seberapa besar potensi kelautan yang dimilikiMentawai?

POTENSINYA sangat besar, karena 75 persenluas Kepulauan Mentawai adalah wilayah lautan.Daerah kami kaya dengan terumbu karang, hutanmangrove, juga potensi ikannya, baik perikanantangkap maupun budidaya.

Untuk perikanan tangkap ada berbagai jenisikan yang ada di Kepulauan Mentawai. Bahkanuntuk ikan tuna di sini arus pertemuannya. Jugajenis-jenis ikan yang lain, termasuk ikanendemik Mentawai.

Untuk perikanan budidaya, kamikembangkan keramba jaring apung (KJA)untuk budidaya kerapu. Potensinya sangatbesar mencapai 2.000 KJA. Tetapi saat inibelum dimanfaatkan dengan baik. Selain itu,potensi bahari dan pengembanganpariwisata juga banyak. Ada 57 spot surf-ing, 32 spot diving, dan 27 spot snorklingyang tersebar di sejumlah lokasi. Potensi-potensi ini juga belum terkelola secaramaksimal.

Apa hambatan selama ini ?Paling utama itu karena keterbatasan

insfrastruktur. Mentawai ini terdiri dari 99gugusan pulau dengan satu pulau besar yaituSiberut. Kemudian ada Pulau Sipora, PulauPagai Utara, dan Pagai Selatan, serta pulau-pulau kecil.

Koneksi antar pulau ini terkendala karena minimnyaalat transportasi dan pelabuhan yang belum memadai.Keterbatasan itu menyebabkan potensi yang ada tidaktergarap dengan baik. Kami komitmen meningkatkaninfrastruktur pelabuhan dan transportasi untuk mendorongpembangunan di sektor kemaritiman.

Terkait SDM, apa kendalanya ?SDM masih kurang. Jumlah penduduk Mentawai 84.639

jiwa yang tersebar di 10 kecamatan dengan 43 desa. KualitasSDM kami akui rendah, makanya Pemda memberikan bea-siswa kepada 300 orang tamatan SMA untuk menempuhpendidikan tinggi setiap tahunnya.

Lalu bagaimana strategi meningkatkaninsfrastruktur ?

Kami sudah siapkan masterplan dan rencana pem-bangunan sejumlah pelabuhan. Kuncinyanya peningkataninfrastruktur untuk koneksi antarpulau. Kami juga kembangkanbandara Rokot, dengan menambah lintasannya dari 850 metermenjadi 1.500 meter, sehingga pesawat besar bisa mendarat dibandara itu. Untuk jangka panjang bandara ini juga sekaligusmampu menampung kebutuhan mengangkut hasil perikananyang memudahkan untuk ekspor. Sekarang proses perluasansedang direncanakan, kami sudah bebaskan 40 hektar lahandi kawasan itu untuk pengembangan bandara.

Dari mana sumber pendanaanpembangunan?

Dananya melalui APBN secara ber-tahap. Selain dana pemerintah, kami

juga bekerjasama dengan ADB(Asian Development Bank) untuk

pengembangan potensi kelautanMentawau. ADB membantupengembangan Mentawai dan

menejemen pengelolaannya.Fokusnya dengan menggarapsektor kelautan danpariwisata, programnyabertahap sampai 2019 denagan

dana Rp 60 miliar.Dengan potensi laut yang

ada, bagaimana pengawasannya ?Pengawasan ini memang masih

kurang, karena kami tidak memilikikapal patroli. Selama ini yang terjadi me-mang banyak pencurian ikan dilakukanoleh kapal-kapal asing, karena minimnyainsfrastruktur untuk pengawasan itu.

Nah, sekarang Menteri Kelautan danPerikanan (Susi Pudjiastuti) sangat fokusmenangkap kapal kapal asing yang mela-kukan pencurian, kami sangat mendukungitu. Kami juga minta pemerintah pusatmembantu pengadaan kapal patroli untukmemantau perairan Mentawai.

Saya juga sudah minta ke Mabes Ang-katan Laut untuk membantu pengadaan kapalpatroli bagi Lantamal (Pangkalan Utama) didaerah Mentawai. Kami siap membantu peng-adaan lahan untuk pembangunan kantor diMentawai.

Menteri Susi banyak mengeluarkan peratur-an seperti Permen No.1/2015 dan Permen No.2/2015 yang melarang penangkapan lobster,kepiting, dan rajungan serta larangan pengguna-an pukat hela. Adakah penolakan di Mentawai ?

Tidak, kami mendukung peraturan yang dike-luarkan menteri itu. Untuk Permen No.1/2015soal larangan penangkapan lobster, kepiting, danrajungan yang masih bertelur itu kami sepakatkarena untuk jangka panjang tentu akan mengun-tungkan nelayan. Kalau lobster besar yang merekajual kan harganya mahal. Biarkan saja yang keciljadi besar dulu. Umumnya, nelayan-nelayan di Men-tawai setuju, yang tidak setuju mungkin pengepulsaja, karena pasokan mereka berkurang. Sola peng-gunaan pukat hela di Mentawai tidak ada. Perikanantangkap dilakukan di laut lepas, jadi tidak merusakterumbu karang. (rhd/hf)

Page 8: Majalah Sasaraina

SULIT MELAUT,NELAYAN ALIHPROFESI

Laporan Utama

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201508

Page 9: Majalah Sasaraina

BEBERAPAkapal nelayan

masih terparkirmenyandar di

dermaga, karenakondisi laut masih

ekstrem. (Foto:Istimewa)

SEBAGAI daerah kepulauan, masyarakatyang tinggal di sekitar pesisir Mentawai hidupdari hasil laut. Walaupun begitu, hasil lautbagi para nelayan tradisional, belumlah bisadikatakan sejahtera. Besarnya ongkos dansulitnya mendapatkan ikan adalah kendalautama. Jangankan bisa dijual, hasil tangkapanterkadang untuk kebutuhan rumah tangga punjuga tidak mencukupi.

Sore itu, Samad, 56, salah seorang wargadesa Sioban terlihat tengah menimba air yangtergenang di dalam perahu sampannya yangterparkir di belakang rumahnya. Sembari me-nimba air, kepada majalah Sasaraina, dia punmenyempatkan diri bercerita pengalamannya.Sore itu, dia juga berencana akan pergi melaut.

"Sekarang sudah sangat sulit untuk me-laut. Apalagi dengan cuaca yang tidak me-nentu. Belum lagi ongkos yang harus di ke-luarkan untuk sekali melaut. Akhirnya, ikanyang dapat hanya bisa untuk makan saja, "ujarnya.

Dulu, kata Samad, mendapatkan ikansangat mudah, sebelum banyak kapal bagan-bagan yang masuk di perairan Mentawai. Diamengatakan, mencari ikan tidak perlu terlalujauh dari bibir pantai. Sekarang, kata Samad,untuk mencari ikan, mesti mencari tempat-tempat baru yang cukup juh dari bibir pantai.

Kondisi tersebut, dikatakannya, jugasangat bergantung kepada pasokan BBM jenis

premium. Untuk sekali melaut, membutuhkanBBM kurang lebih lima liter. Sementara,mendapatkan BBM pun juga sudah sangatsulit. "Wajar, juga sekarang masyarakatnelayan enggan pergi melaut," ujarnya.

Samad sendiri merupakan salah seorangnelayan yang sudah cukup matang dengankehidupan laut. Hampir, separuh usianyadihabiskan sebagai nelayan. Bahkan, untukmemenuhi kebutuhan keluarganya, hanyadengan hasil laut.

Lain dengan Samad, Andi, 43, salah se-orang nelayan lainnya di Sioban, mengatakan,sulitnya mendapatkan ikan semenjakterjadinya gempa 2010 lalu yang menimbul-kan tsunami di kepulauan Mentawai. Menurutdia, kondisi tersebut, menyebabkan perpinda-han ikan-ikan dari sarangnya semula.

"Selain kondisi alam, faktor gempa 2010silam membuat ikan-ikan berpindah darisarangnya. Sehingga, nelayan-nelayan perlumencari tempat ikan yang baru," ujarnya.

Wajar, kata Andi, bila harga ikan diMentawai lebih mahal dibanding dengan kotaPadang. Selain harga BBM yang tinggi,mendapatkan ikan pun sangat sulit, karenajuga bergantung kepada cuaca. Selain itu, kataAndi, wajar jika banyak nelayan yang beralihprofesi menjadi buruh angkut di pelabuhan.

"Jangankan untuk dijual, untuk makankeluarga saja, sudah tidak cukup. Meskipun

BBM sudah turun dari biasanya, biayaoperasional masih cukup besar," ujarnya.

Besarnya biaya operasional tersebut, jugamembuat harga ikan di Mentawai cukupmahal. Untuk satu ikat ikan sebanyak empatekor ukuran setengah telapak tangan orangdewasa dapat mencapai harga Rp 20 ribu.

Apuk, mantan ketua koperasi nelayan diSioban mengatakan, meskipun dinas kelautandan perikanan (DKP) kepulauan Mentawaitelah beberapa kali memberikan bantuanmesin tempel kepada kelompok nelayan dikepulauan Mentawai, namun hal itu tetapbelum bisa mengoptimalkan hasil tangkapanikan nelayan.

"Kalau saat musim panen atau banjir ikan.Ikan-ikan tidak bisa diakomodir atau inves-tor yang menjamin hasil tangkapan nelayan,"ujarnya.

Dampak dari hasil tangkapan yangmelimpah tersebut, kata Apuk, memaksanelayan menjadikan ikan tersebut, sebagaiikan asin. Di sisi lain, ikan asin belum begitudisukai oleh banyak orang di kepulauanMentawai.

"Ikan asin Mentawai baru diminati kalauada sanak famili yang akan berangkat kePadang dan menjadikan ikan sebagai ole-oledari Mentawai. Tentunya, sebagai nelayanmereka butuh cepat perputaran uang,"tutupnya. (arf)

Page 10: Majalah Sasaraina

KORBANMENANTIHARAPAN

SEJAK terjadi gempa dan disusul tsunamidi Kabupaten Kepulauan Mentawai,pengiriman distribusi bantuan di dusunterpencil memang terlambat dibanding dusunlain. Hal ini didasari sulitnya akses jalan darat,serta jangkauan komunikasi yang tidakmaksimal. Akibatnya, bukan hanya masatanggap darurat, namun sampai saat ini yangsudah memasuki tahapan pemulihan melaluirehab rekon (pembangunan hunian tetap-red),juga masih jauh tertinggal.

Salah satunya Dusun Maonai, DesaBulasat, Kecamatan Pagai Selatan, kondisimasyarakat masih dalam serba keterbatasan.

Akses jalan darat yang sebenarnya tidak layaklagi untuk dilalui, menjadi salah satu faktorutama keterisoliran warga di dusun tersebut.Jika warga Dusun Maonai untuk pergi keSikakap harus menempuh jalur laut untukmenghindari jalan yang rusak, maka harusmengeluarkan biaya transportasi sebanyaRp500 ribu pulang perginya.

Akibat kondisi jalan yang rusak, ekonomiwarga terancam lemah di lokasi hunian tetap(huntap). Sebab saat ini, warga sendiri sudahmulai melakukan aktivitas pemulihanekonomi untuk kembali hidup normal sepertisebelum kejadian tsunami tahun 2010 lalu.

Pantauan Sasaraina ketika berkunjung keDusun Maonai beberapa minggu lalu, setelahmelewati Dusun Limu, jalan rusak punmenyambut. Setiap pengendara sepeda mo-tor sulit untuk tersenyum selepas dari Dusun

Limu menuju Maonai. Jalan berlumpurbercampur batu napal itu menjadi salah satufaktor penghambat warga Dusun Maonaiuntuk memasarkan hasil pertanian dantangkapan ikannya.

Jika hujan lebat, warga Maonai lebihmemilih lewat Dusun Mapinang, selanjutnyanaik speedboad menuju Dusun Limu. Ini salahsatu akes yang bisa ditempuh Dusun Maonaiuntuk menghindari jalan rusak sepanjak 2 kmtersebut. Namun jika harus menyebrangi telukdi bagian Dusun Mapinang, warga DusunMaonai terlalu dalam merogoh uang dalamsakunya. Untuk ongkos sepeda motor sekalimenyeberang Rp 100 ribu, belum lagi hargaBBM yang melambung hingga mencapai Rp20 ribu perliternya. Beban perjalan initentunya tidak sebanding dengan hargapertanian yang mereka terima atau dijual

Jalan Rusak,Ekonomi Rentan

Laporan Khusus

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201502

Page 11: Majalah Sasaraina

keluar Dusun Maonai.Kepala Dusun Maonai Jonatan, juga

merasa miris dengan kondisi jalan menujudusunnya. Padahal, yang terkena bencanaalam dengan jumlah korban yang cukupbanyak adalah Dusun Maonai. Namun justrudalam pembangunan infrastruktur, DusunMaonai tertinggal jauh dibanding dusun lainyang hanya terdampak biasa.

"Saya belum tahu kapan jalan itu akandilakukan pengerasan. Begitulah kondisinya,makanya kita masih terisolir. Semua hasiltangkapan laut warga Dusun Maonai biasanyadi jual ke Dusun Mapinang, khususnya lob-ster. Kalau dijual ke Sikakap, tentu tidaksebanding dengan biaya perjalanannya," jelasJonatan.

Saat ini, korban tsunami di Dusun Maonaimengharap dan menanti pembangunan

infrastruktur jalan. Sebab sebagaian warga,pascatsunami sampai sekarang masih traumajika menuju Sikakap melewati jalur laut.Meski demikian, warga terus mencoba untukbangkit dalam keterbatasan dengan berusahauntuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ketua Pokmas Huntap, Tarsen menyata-kan, masyarakat Maonai kini sudah mulai ber-aktivitas kelaut untuk memancing dan mencariudang lobster. Tangkapan lobster dengan caramenyelam secara manual itu sebenarnyacukup membantu perekonomian warga DusunMaonai. Apalagi, lobster di perairan DusunMaonai yang lama, tergolong masih banyak.

"Sata salah satu penyelam lobster. Lu-mayan, kadang satu malam bisa mendapat 4-10 kg. Saat ini harga lobster perkilonya kamimenjual dipenadah Dusun Mapinang Rp150ribu. Jika ada fasilitas pendukung menyelam,

sudah pasti, setiap malam puluhan kilogramlobster bisa keluar dari bibir pantai DusunMaonai yang lama," jelasnya kepadaSasaraina.

Menurut Tarsen, April mendatang, Huntapakan selesai. Sudah pasti, saat itu juga wargaMaonai berpikir untuk mendapatkan peker-jaan atau penghasilan untuk memenuhi kebu-tuhan sehari-hari. Sampai saat ini, programpemulihan ekonomi dari pemerintah masihterus ditunggu oleh hampir semua korban tsu-nami di Pagai Selatan. Sebab, ketika huntapselesai, dan kondisi jalan menuju DusunMaonai masih rusak, maka akan terjadikerentanan ekonomi. "Jalan ini saja dibagus-kan dan dikeraskan, secara mandiri kami akanmampu mengembangkan perekonomian. Tapikalau kondisi jalan seperti ini, dengana apakita akan berkembang," tuturnya. (isw)

FOTO: ISTIMEWA

Page 12: Majalah Sasaraina

MENYAMBUT HUNTAP

AWAS ANCAMAN LONGSORPEMBANGUNAN Hunian Tetap (Huntap)di Kabupaten Kepulauan Mentawa diklaimsudah mulai masuk tahapan akhir penyele-saian. Namun pantauan Sasaraina, hinggasampai berita ini diturunkan, sebagian besarproses pembangunan huntap masih lima per-sen. Seperti Huntap di Kecamatan Sipora Se-latan, pembangunannya baru selesai melaku-kan cor pondasi yang sudah lama tertunda.Puluhan sak semen pun membeku menjadibatu karena terlalu lama tidak dipergunakanuntuk membangun di lokasi huntap.

Untuk di Dusun Mongan Bosua dan Katietsebagian masyarakat sudah memasang sengrumahnya, dan sebagian juga masih dalamproses mendirikan tiang kayu. Warga terusmengebut pembangunan karena menerimainformasi, bahwa huntap pada April men-datang akan diresmikan oleh Badan NasionalPenanggulangan Bencana (BNPB) untukditempati selamanya.

Lokasi Huntap di Dusun Bosua terlihatsangat rawan dengan ancaman longsor. Di

samping kanan dan kiri lokasi huntap tersebut,jurang dengan kedalaman sekitar 20 meter itutanahnya sudah mulai merenggah longsor. Na-mun warga tidak memperdulikan semua itukarena pemerintah sudah menetapkan lokasihuntap.

Seorang warga yang sedang bekerja diHuntap Dusun Bosua ketika ditemui Sasara-ina mengatakan, lokasi huntap sudah ditetap-kan pemerintah. Masyarakat sendiri tidak per-nah tahu soal rencana lokasi huntap. ”Sebe-lumnya kita tidak pernah tahu lokasi huntap,sebab tidak pernah diajak musyawarah. Ter-nyata ketetapan lokasi huntap di sini, mauapalagi, ya harusa dibangun," katanya pasrah.

Kepala Desa Bosua, Kecamatan SiporaSelatan menjelaskan, soal kondisi lokasi hun-tap rawan ancaman longsor, warga sendiri ti-dak mau lagi mempersoalkan. Sebab menurutpemerintah, lokasi huntap saat ini sudah me-menuhi beberapa kriteria atau unsur aman daritsunami. Namun warga Dusun Katiet danMongan Bosua menolak lokasi huntap yang

ditetapkan oleh pemerintah. Akhirnya, wargadari dua dusun tersebut menentukan lokasihuntap berdasarkan kriteria aman tsunami dandisepekati oleh pemerintah.

"Terlalu jauh kalau warga Dusun Katietdan Mongan Bosua ke sana. Sebab ladang kitakan di sini (kampung lama), tentu sangatmelelahkan untuk pulang balik dari rumah keladang. Apalagi tidak semuanya warga di sinimemiliki sepeda motor," ujarnya.

Meski warga didua dusun itu memilihlokasi huntap sendiri, namun diyakininyasudah aman dari jangkauan ancaman tsunami."Sekarang persoalannya, bagaimana prasa-rana infrastruktur segera dipenuhi oleh peme-rintah. Sebab jalan ke huntap sendiri belumada pengerasan, sehingga kalau hujan sulituntuk dilewati sepeda motor. Selain itu, pene-rangan dan air bersih juga harus segera diper-siapkan di setiap lokasi huntap. Sebab katanyaApril tahun ini, huntap mau diresmikan, tetapisarana pendukungnya sampai saat ini jugabelum kelihatan," katanya. (isw)

Laporan Khusus

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201512

Page 13: Majalah Sasaraina

SALAH satu lokasi HunianTetap di Desa Bosua,

Kecamatan Sipora Selatan,masih rawan dengan ancamanlongsor. Warga harus secepat

mungkin untuk melakukanmitigasi seperti penanaman

pohon.FOTO: DOK/SASARAINA

Page 14: Majalah Sasaraina

MasyarakatMentawai LebihArif dan Tangguh

ANCAMAN bencana tak pernahberakhir di Bumi Sikerei, Mentawai,meski sudah diguncang gempa dan

digulung tsunami pada tahun 2010. Ratusankorban jiwa bergelimpangan serta bangunanrumah, lahan pertanian pun porak-porandasaat itu. Sejarah kelam kemanusiaan ituterus dicatat dan akan senantiasa diceritakansampai ke anak cucu warga Mentawai.Meski penelitian baru dari sejumlah pakardan beberapa negara menyatakan, bahwamasih ada tersimpan energi besar di PulauSiberut yang berpotensi gempa dan tsunamidahsyat, tapi warga Mentawai masih arifmenyikapinya tanpa panik.

Saat ini, kehidupan warga Mentawaiyang terdampak gempa dan tsunamiberangsur mulai pulih. Hunian tetap yangsempat terbengkalai selama empat tahun itujuga mulai menuju peresmian Aprilmendatang. Namun perlu dikaji, sejauhmana ketangguhan masyarakat Mentawaidalam menghadapi ancaman gempa dantsunami.

Seorang aktivis pengurangan risikobencana Mentawai, Wawan Budianto darilembaga ”Reday” menjelaskan, bahwasebelum terjadinya gempa dan tsunamitahun 2010, umumnya masyarakat

Kabupaten Kepulauan Mentawai tersebutsudah memahami terkait ancaman bencana.Hanya saja, bencana gempa dan tsunamiyang terjadi pada tahun 2010 lalu dianggaptidak berbahaya karena guncangannya tidakterasa. Hal ini juga terkait karakter gempaberpotensi tsunami yang mereka terimalewat pembinaan dan pendidikan daribeberapa organisasi penanggulanganbencana internasional.

”Umumnya mereka sendirimendapatkan materi penanggulanganbencana gempa dan tsunami itu daribeberapa organisasi kebencanaan tingkatinternasional yang pernah menjalankanprogram di Mentawai. Mereka heran,kenapa guncangan gempa tidak terasa,tetapi tsunami datang. Sebab yang merekapelajari, jika guncangan gempa kuat dantidak bisa berdiri dengan sempurna, maka

GULUNGAN tsunami tahun 2010 memporak-porandakan sebagian besar pemukiman warga Mentawai yang terletak di bibir pantai.

FOTO: ISTIMEWA

Laporan Khusus

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201502

Page 15: Majalah Sasaraina

berpotensi tsunami,” ujarnya.Menurut Wawan-akrab disapa, sebelum

bencana, sebagian besar masyarakatMentawai sudah mempersiapkan semuamitigasi, termasuk pondok pengungsian,jalur evakuasi, serta cara melakukanevakuasi dan pertolongan pertama terhadappara korban. Namun karena lambatnyainformasi gempa berpotensi tsunami yangditerima, mengakibatkan warga bagaikanmendapat serangan mendadak dari alam.

”Lambatnya informasi yang diterimamasyarakat Mentawai itu karena aksesinformasi di daerah terdampak sangatminim, baik melalui televisi maupun radio,apalagi jaringan telpon seluler. Kondisi iniyang mengakibatkan warga kecolongandalam menghadapi ancaman bencana,”jelasnya.

Di samping itu, Wawan mengung-kapkan, bahwa mayoritas pendudukMentawai memiliki ketahanan pangandisaat keadaan darurat. Kebiasaanmasyarakat menanam keladi dan berladangtanaman pisang menjadi salah satuketangguhan masyarakat Mentawai disaatmenghadapi kondisi darurat bencana.

”Hampir selama tiga hari sebelum adabantuan dari Kota Padang, mereka semuamakan keladi dicampur dengan pisang.Dulunya memang warga Mentawaimakanan pokoknya sagu, namun kini sagukeadaannya semakin sedikit,” jelasnya yangjuga melakukan kegitan respon darurat saatterjadi gempa dan tsunami tahun 2010.

Wawan meyakinkan, meski bantuan dariKota Padang terlambat sampai beberapahari, warga Mentawai tidak akan mungkinkelaparan. Sebab keladi dan pisang padaprinsipnya bagi warga di Pulau Siporasudah dijadikan sebagai alternatif makananpokok keseharian. Begitu juga sagu diSiberut, juga masih menjadi makananpokok.

”Untuk orang dewasa, biasanya keladiitu direbus dan dicampur dengan sup ikanlaut. Untuk anak balita, keladi dicampurpisang, kemudian ditumbuk (adon) sampailembut. Nah ini contoh prilaku tangguh saatbencana, meskipun terkesan sangatsederhana dan tradisional,” tuturnya.

Hal yang membuat masyarakatMentawai lebih tangguh setelah bencana,mereka masih memegang erat nilai-nilairoparom (tolong-menolong). Melaluikegiatan tolong-menolong dan bakti sosial,mereka selalu bersatu untuk salingmenghidupi.

”Jadi ketika bencana dan kondisidarurat, tidak ada satu pun warga Mentawaiyang kelaparan. Kaum ibu secara bersamamencari keladi dan pisang, kemudian diolahmenjadi makanan secara bersama melaluidapur umum dipengungsian. Kemudiankaum laki-laki dewasa mencari korban,membersihkan perkampungan yang porak-

poranda, serta mengambil sisa kerusakanbangunan rumah dan pakaian yang bisadipakai selama tinggal di pengungsian.Semua ini mereka lakukan melalui gotong-royong. Hebatnya lagi, di dalampengungsian, mereka harus makan bersama,dan diutamakan anak-anak harusmendapatkan jatah makan lebih dahulu daripada kelompok orang dewasa,” katanya.

Wawan menilai, cerita leluhur Mentawaimengajarkan, bahwa kejadian gempabukanlah hal yang mengerikan danmematikan. Hal ini bisa terungkap denganketangguhan praktik prilaku masyarakatMentawai dalam kondisi menghadapisebelum, disaat, dan sesudah bencana.Selain itu, pemahaman masyarakatMentawai terhadap bencana, khususnyagempa juga cukup maksimal.

”Hampir semua warga yang yangtinggal di Mentawai menyatakan, bahwagempa secara sosial budaya Mentawaidiartikan sebagai berkah. Sebab setiap

diguncang gempa, pertanda musim buahdan jatuhnya buah-buahan. Kemudianmunculnya jamur yang kemudian semua itubisa dinikmati secara bersama. Jadi sejakawal, memang masyarakat Mentawai ituumumnya tidak takut gempa,” tutur priaberdarah Jawa ini.

Selain itu, selama ini cerita tangguhyang diungkapkan setiap warga selaluhilang bersamaan habis masa kerja atauprogram setiap organisasi internasionalpenanggulangan bencana. Maka perludilakukan kajian ketangguhan masyarakatMentawai untuk dijadikan konseppembelajaran masyarakt tangguhberdasarkan sikap dan prilaku menurutmasyarakat sendiri.

”Kalau konsep masyarakat tangguhselama ini kita sudah banyak membacalewat beberapa literatur buku, meskipunsemua itu juga dihasilkan melaluipenelitian,” ujarnya. (isw)

WAWAN BUDIANTO

Page 16: Majalah Sasaraina

Setahun Kantor DesaPinjam Diesel WargaMESIN diesel PNPM milik warga Dusun Betaet Utara Desa Simalegiyang dialihfungsikan untuk penerangan Kantor Desa Simalegi sejakawal 2014 sampai saat ini belum dikembalikan kepada Masyarakat.

Mantan Kepala Desa Simalegi Gunawan (40), ketika dikonfirmasiSasaraina (12/2) menjelaskan, mesin diesel itu sengaja ditarik ke kantordesa awal 2014 dan difungsikan sementara waktu untuk kepentingankantor menjelang memiliki mesin sendiri. ”Rencana saya waktu itu,mesin diesel akan dikembalikan lagi ke masyarakat Dusun Betaet Utarasetelah kantor desa memiliki penerangan sendiri. Hanya saja saya tidaktau alasannya pihak desa belum mengembalikan ke masyarakat,sementara desa sudah mempunyai mesin sendiri,” jelas Gunawan.

Operator mesin diesel PNPM, Petrus Pili Taelagat (47), menga-takan, mesin milik masyarakat Betaet Utara yang sudah satu tahundipinjam pihak kantor desa itu sudah dialirkan kebeberapa rumahwarga di Betaet Selatan sejak pertengahan 2014 lalu. Hal itu membuatwarga Betaet Utara merasa kurang simpatik, sebab sampai saat inibelum ada kepastian status mesin dan kondisinya.

Senada dengan seorang warga Betaet Utara, Darius, jugamenyesalkan sikap desa yang tidak berterus terang terkait kepemi-likan mesin diesel tersebut. Diharapkan, jika memang mesin tersebuttidak lagi dipulangkan, sebaiknya pihak desa berterus terang, sehinggawarga tidak mengharapkan mesin diesel itu untuk dikembalikan.”Seharusnya pihak desa harus memberi keputusan kepada masyarakat.Jika memang mesin itu sudah dialihfungsikan secara permanen,seharusnya bilang terus terang saja, jadi kita tidak mengharap lagi,”kritiknya.

Sementara itu Vincensius India (43) Kepala Urusan Pembangu-nan Desa Simalegi menjelaskan, mesin itu akan sesegera dipindah-kan dari kantor desa,” memang mesin itu sudah mesti dipindahkandan dikelola oleh masyarakat lagi,” ujarnya. (mrd)

ADD Benteng PembangunanKANTOR Desa Simalegi bakal menjadi kantor terunggul diKecamatan Siberut Barat, bahkan mampu bersaing di lima Kecamatandi Pulau Siberut. Hal ini disampaikan Kepala Urusan PembangunanDesa Simalegi Vincensius India (43) kepada Sasaraina di ruangkerjanya (9/2).

Kantor Desa Simalegi yang dibangun sejak 2009, sampai saat iniprogres pembangunan mencapai 80 persen. ”Saat ini kantor desa sudah80 persen pembangunannya. Kantor juga sudah memiliki fasilitas yangcukup mendukung seperti penerangan (diesel), computer dua unit,laptop empat unit, dan sepeda motor dinas dua unit,” jelasnya.

Untuk perencanaan anggaran tahun 2015, dipastikan angunankantor desa selesai 100 persen, tinggal melengkapi fisik di bagian luarkantor seperti pagar dan taman. Selain itu tempat parkir kendaraanroda dua juga sudah diselesaikan dari anggaran 2014.

Anggaran dari Alokasi Dana Desa (ADD) sudah berjalan sejak2013, memang telah memicu semangat aparat desa dan semua lapisanmasyarakat Simalegi dalam pelaksanaan pembangunan di desa. Namundalam dua kali anggaran pada 2013-2014, pengelolaan dana fisik masihkurang optimal, terutama pembangunan fisik yang diarahkan ke setiapdusun. Ke depannya akan menjadi pelajaran yang baik untuk pelakuADD di Desa Simalegi. Membangun bukanlah hal yang bisa dianggapsepele. Di sini sangat dibutuhkan profesionalisme dan harus mampumengklasifikasi pembangunan yang pantas dijadikan prioritas.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) masih perlu meningkatkanperannya dalam pengawasan. Pemerintah di desa juga mestinyaberkoordinasi dengan BPD selaku mitra dalam penyelenggaraanpemerintahan, sehingga pembangunan dapat berjalan lebih baik.

Membangun fasilitas pemerintah yang megah sangat penting,namun tidak bernilai jika Sumber daya Manusia (SDM) di dalamnyatidak ikut dibangun dan diberdayakan. Maka masih perlumemperhatikan keseimbangan dalam pelaksanaan pembangunan untukmencapai kesejahteraan masyarakat desa. Harapan masyarakat padapemilihan Kepala Desa yang rencananya akan dilaksanakan 31 Maret,Kepala Desa Simalegi terpilih harus memiliki integritas sosial yangtinggi dan berkompeten, sehingga desa tidak hanya mampu bersaingdibidang fisik dengan desa lain, tapi mampu dibidang kesejahteraanmasyarakatnya. (mrd)

DKP Sosialisasi Coremap Phase IIIDINAS Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten KepulauanMentawai mensosialisasikan Program Coremap Phase III. Kegiatansosialisasi itu dibuka dibuka oleh Kepala DKP yang digelar di tigatempat, Pei-Pei, Sarausau dan Malilimok. Terumbu karang merupakansalah satu terpenting biota laut, sebab ekosistim terumbu karang sebagaihabitat ikan bernilai ekonomis tinggi. Terumbu karang sebagai tempatpemijahan dan pembesaran, serta tempat mencari makan. Selain itufungsi terumbu karang sebagai pemecah ombak, sehingga dapatmemperkecil terjadinya abrasi pantai, sedangkan nilai ekonomis luasanterumbu karang 1 km2 dapat memberikan kesejahteraan terhadap 1.000orang dari sumber daya yang dimiliki.

Kepala DKP Edi sukarni mengatakan, rencana pembangunankantor konservasi akan dilaksanakan tahun ini sebagai UPTD di bawahnaungan DKP. Program Coremap Phase III dibiayai Asian deportmentBank (ADB) sampai tahun 2019 dengan berbagai program. Masyarakatsendiri akan dibimbing dan di dampingi oleh tim tim yang akan turunke lapangan. Tujuannya meningkatkan ekonomi masyarakat,di sampingitu masyarakat tidak boleh merusak terumbu karang dan mengam-bilnya. ”Menjaga terumbu karang akan memberikan dampak yang baikuntuk anak cucu kita ke depan demi melestarikan keindahan alam dasarlaut. (ers)

Dishubkominfo Serahkan SK KontrakDishubkominfo Kabupaten Kepulauan Mentawai menyerahkan SK

kontrak tahun 2015. Acara tersebut dihadiri oleh Bupati KepulauanMentawai, Yudas Sabaggalet.

Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet menegaskan, PNSatau pegawai kontrak Dishubkominfo bekerja tidak hanya pukul 08.00sampai 16.00 Wib. Sebab jika kepala daerah melaksanakan tugasdisuatu tempat, kapten kapal kerap mengeluh dan tidak ada yangmelayani saat kapal menyandar di dermaga. Ke depan, hal tersebuttidak terjadi. ”Jadi mau jam berapa pun kapal merapat harus siapbekerja, tentu kepala dinas bersama sekeretaris bisa mengevaluasinya,”tegasnya.

Menurut Yudas, Pemda Mentawai membayar tenaga kontrak bukanberarti uang, melainkan merupakan kebutuhan dan diharapkan menjadipelayan masyarakat melalui kapal. Apalagi Pemda Mentawai saat iniberfikir untuk menambah armada kapal antar pulau, sehingga rute dariSiberut ke Tuapeijat, Tuapeijat ke Sikakap bisa terpenuhi denganmaksimal. ”Kalau pelabuhan kita sudah siap dan bisa naik mobil inilahprogram trans Mentawai,” optimis Yudas.

Yudas kembali menegaskan, bahwa selama ini Pemda Mentawaitidak pernah memiliki skala prioritas untuk menerima pegawai kontrak.Sebab selama ini selalu keluar bahasa negatif di tengah-tengahmasyarakat Mentawai. Prinsipnya, dalam menerima pegawai, baikCPNS maupun kontrak, Pemda Mentawai tidak pernah membedakanputra daerah atau pendatang. Sebab yang menjadi tujuan dan landasandasar adalah, bahwa Pemda Mentawai membutuhkan tenaga yangprofesional dengan keahlian untuk kemajuan Bumi Sikerei. ”Janganada lagi keluar bahasa, kami orang Mentawai tidak dipekerjakan.Pandangangan seperti itu justru salah, meskipun yang mengatakan ituorang Mentawai sendiri. Untuk itu, saatnya mengasah skill dankeahlian lainnya demi kemajuan Mentawai. (ers)

WARGA mengikuti sosialiasi Kegiatan Coremap Phase III.

FOTO: HERI SUPRIANTO/SASARAINA

Agenda

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201516

Page 17: Majalah Sasaraina

Enam Dermaga Bakal DibangunAKSES transportasi di Mentawai masih minim untuk menjangkaudaerah terisolir yang ada di Bumi Sikerei. Akibatnya, warga harusmengeluarkan ratusan ribu hanya untuk menempuh antar kecamatanlainnya. Selain itu, juga akan berdampak buruk pada lambatnyapeningkatan ekonomi warga Mentawai di pelosok pedesaan. Sebabtidak sesuai antara biasa transportasi laut dengan hasil panen pertanian.

Kepala Dinas Perhubungan bersama tim meninjau lokasi rencanapembangunan dermaga. Peninjauan lokasi pembangunan dermagayang telah disurvei dari setiap titik akan direncanakan pembangunannyatahun ini dimulai dari Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya.

Hasil survei lokasi pembangunan dermaga ada enam titik yakni,Desa Taileleu, Peipei, Malilimok, dan Madobag, Kecamatan SiberutBarat Daya, sedangkan rencana untuk pembangunan dermagaKecamatan Siberut Barat terletak di daerah Policoman dan KecamatanSikakap di daerah Masabuk.

Kepala Dishubkominfo Yusirio mengatakan, rencana pembangunandermaga yang sudah disurvei lokasinya akan direncanakanpembangunannya pada tahun ini. Untuk angaran pembangunannyasendiri dari dana APBN yang diambil dari dana alokasi khusus (DAK).Dermaga tersebut direncanakan juga sebagai Pelabuhan Marina, danberkemungkinan kapal-kapal besar akan berlabuh di pelabuhantersebut.

”Rencanakan pembangunan dermaga disetiap titik yang telahdisurvei ini akan memudahkan kapal-kapal yang akan berlabuh. Tahunini juga akan beroperasi kapal-kapal antar pulau yang biasa melayanijalur Tuapeijat ke Maileppet, sekarang akan singgah ke Pei-pei, danMalilimok,” jelasnya.

Kesempatan berbeda disampaikan Kepala DKP Edi Sukarni,dengan beroperasinya kembali kapal antar pulau akan memudahkantransportasi masyarakat, sehingga masyarakat yang ada di Tuapeiajtbisa menghabiskan waktunya untuk berlibur ketempat jalur dermagayang akan dibangun tempat pusat pariwisata.

Hal ini terlihat dari survei yang dilakukan bersama-sama oleh timdan Maret mendatang dioperasikan kapal KM.Simatalu. Jadwalberlayarnya dari Tuapeijat menuju Pei-pei, kemudian dari Pei-peimenuju Malilimok, dan dari Malilimok menuju Maileppet, sertasebaliknya.

Harapannya, rencananya semoga akses transportasi yang sudahdisediakan oleh Pemda Mentawai menjadikan pusat meningkatkanekonomi serta meringankan beban masyarakat tidak jauh lagi untukmencari hubungan transportasi. (ers)

Desa Malilimok Pusat KonservasiKabupaten Kepuluan Mentawai memiliki daratan dengan luas

7.018,19 km2 dan 10.099,152 km2 wilayah lautan memiliki luastutupan karang 17.589,15 hektar. Rencana pembangunan lokasikonservasi yang akan direncanakan pada tahun ini menelan dana 56miliar dengan pencairan dananya secara bertahap dari Asia Depart-ment Bank (ADB).

Rencana pembangunan lokasi konservasi rencana pelaksanaannyaakan dipusatkan di Desa Malilimok, Kecamatan Siberut Barat Daya—yang terdiri dari tiga tempat yakni, Pulau Nyang-nyang, Pulau Mainuk,dan Pukarayat. Tiap tempat tersebut akan dibangun pos penjagaandengan fasilitas lengkap untuk pemantauan. Untuk pembangunankantor konservasi di masing-masing tempat, juga akan dilengkapi mess,sekaligus pembangunan sanggar seni budaya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan MentawaiEdi Sukarni menjelaskan, rencana pembangunan lokasi kantorkonservasi akan dilaksanakan pada tahun ini setelah pihaknya metinjaulokasi di tempat tersebut.

Untuk fasilistas yang lain akan dilengkapi sesuai dengan kebutuhanpada kondisi itu sendiri serta dipersiapkan fasilitas pembangunantempat sanggar seni budaya. Tujuannya untuk meningkatkan budaya-budaya yang sudah lama tidak dikembangkan dan aktifitas masyarakatpun akan berkembang dengan adanya bangunanan yang sudahdisediakan dari DKP.

”Dinas Kelautan dan Perikanan bersama Dinas Pariwisatamengintegrasikan program tersebut untuk mewujudkan terciptanyapertumbuhan ekonomi serta aktifitas masyarakat yang selama ini masihbelum maksimal.

Edi Sukarni menambahkan, pembangunan pos disetiap titikbertujuan untuk mencegah kapal-kapal masuk ke perairan Mentawaiyang akan merusak laut, termasuk di antaranya melakukan buangjangkar sembarangan, berlabuh disembarangan tempat—yang semuaitu akan mengakibatkan rusaknya terumbu karang dan ikan di lautMentawai sulit berkembang. (ers)

FOTO: HERI SUPRIANTO/SASARAINA

KEPALA Dinas Perhubungan bersama tim meninjau lokasi rencanapembangunan dermaga

KEPALA Dinas Kelautan dan Perikanan meninjau pos keamanan.

FOTO: HERI SUPRIANTO/SASARAINA

Agenda

SASARAINAEdisi: 02/Februari-2015 17

Page 18: Majalah Sasaraina

Kerja tak Optimal,Pejabat Bisa Turun PangkatPEJABAT eselon dua di Kabupaten Kepulauan Mentawai diharapkanbenar-benar bekerja secara optimal. Setiap pejabat yang memiliki eselonlebih tinggi bisa saja turun peringkat akibat tidak menjalankan tugasdengan benar. Apalagi dengan penerapan sistem rekam jejak terhadappejabat, dipastikan pejabat betul-betul berkompeten di bidangnya. Halitu dikatakan Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet dalamsambutannya saat melantik pejabat eselon III dan IV di Aula BappedaKepulauan Mentawai, Senin, (23/2).

Menurut Yudas, sistem mutasi pejabat eselon dua akandiberlakukan secara khusus dengan melakukan rekam jejak. ”Tahunini kita juga \akan melaksanakan mutasi pejabat eselon II. Jadi siap-siap pejabat yang akan dimutasi. Bisa saja pejabat yang sebelumnyaberada pada jabatan eselon II turun menjadi eselon III. Dengan adanyatim aseser yang kita bentuk secara rahasia, membuat pejabat tidakbisa main-main lagi,” ujarnya.

”Tidak hanya penilaian dari tim aseser, kita akan menerapkan lelangjabatan pejabat eselon II dengan melakukan kegiatan penilaian rekamjejak. Diharapkan dengan adanya penilaian pejabat eselon II melaluitim aseser, maka pejabat di lingkungan Pemkab Mentawai benar-benarbekerja penuh dengan tanggung jawab dan berkompeten,” tegasnya.

Sambutan Yudas sempat terpotong akibat suara keributan PNS yangcukup ramai menghadiri kegiatan pelantikan pejabat tersebut. Bupatiakhirnya memerintahkan satuan polisi pamong praja untuk mengatasikeributan tersebut. Selain itu Yudas juga mengingatkan pejabat yangsudah dilantik, akan dilakukan evaluasi setiap tiga bulan sekali. Halitu dimaksudkannya sekaligus untuk menilai kinerja PNS di lingkunganPemkab Mentawai. Total seluruh pejabat yang dimutasi sebanyak 145,di antaranya, 18 pejabat eselon 3A, 25 untuk pejabat eselon 3B. Kemu-dian 84 untuk pejabat eselon 4A dan 15 untuk pejabat eselon 4B. (arf)

Target MutasiPercepat PembangunanBUPATI Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet menghimbau seluruhPNS di lingkungan SKPD untuk meningkatkan kinerjanya. Sebabpercepatan pembangunan di Kepulauan Mentawai ditentukan olehaparatur pemerintahan yang betul-betul mau bekerja secara integritas,loyalitas dan kompetitif.

”Bukan pegawai yang tiap minggu ke Padang. Bukan pula pegawaiyang tiap waktu masuk koran karena melanggar disiplin kepegawaian.Pegawai yang dituntut di sini, yakni pegawai yang loyal, memilikiintegritas dan kompeten. Kalau tidak loyal, sama saja tidakprofesional,” kritis Bupati dalam sambutannya melantik 145 pejabateselon III dan IV di Aula Bappeda.

Menurut Yudas, mutasi jabatan di lingkungan PNS merupakansuatu yang lumrah dan tidak perlu mempersoalkan mutasi jabatan,karena mutasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja PNS dilingkungan Pemkab Mentawai. ”Saya tegaskan PNS jangan ikut-ikutanberpolitik,” tegas putra asal Siberut ini.

Yudas menjelaskan, disadari atau tidak bahawa Mentawai akanmenuju arah yang lebih baik. Ini bisa dinilai, bahwa ke depan masihbanyak tantangan di Kepulauan Mentawai yang harus dituntaskan.”Masih banyak program di lingkungan pemkab Mentawai yang haruskita kerjakan. Ini merupakan kerja tim. Dengan mutasi jabatan, kitaharapkan dapat meningkatkan percepatan pembangunan di Mentawai,”optimisnya.

Yudas menilai, saat ini Bumi Sikerei membutuhkan komitmen yangkuat dalam melakukan percepatan pembangunan. Seorang pegawaimesti memiliki jiwa loyalitas terhadap pimpinan. Maka kepada PNStidak menyalahkan atau mencari kesalahan orang lain atau pimpinannyasendiri. ”Bekerjalah dengan penuh tanggung jawab dan loyalitas,”ujarnya. (arf)

FOTO: ARIF/SASARAINA

BUPATI Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet melantik pejabat eselon III dan IV.

Agenda

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201518

Page 19: Majalah Sasaraina

SEMBILAN BRIGADIR POLWAN HADIR DI MENTAWAI

Dambakan PribumiBerpangkat Jenderal

PEREMPUAN Mentawai boleh berbangga hati dengan hadirnyasembilan personel Brigadir Polwan yang ditugaskanb untukpertama kalinya di Bumi Sikerei. Selain dapat mengangkat

harkat dan derajat perempuan di Mentawai, tentunya hal itu jugadiharapkan dapat menjawab segala persoalan hukum yang berkaitandengan perempuan.

”Inilah yang saya maksud. Sekarang tidak lagi kita bicara retorika,tidak lagi bicara teori ataupun angan-angan. Semuanya sudah jelas,sudah terbukti. Ini tidak hanya merupakan kebanggaan Pemkab Men-tawai, tetapi juga seluruh masyarakat Mentawai,” semangat BupatiKepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet saat menjamu sembilan Bri-gadir Polwan di Pondopo Kilometer 9, di dampingi Kapolres KepulauanMentawai AKBP Reko Indro Sasongko.

Kehadiran sembilan Polwan tersebut mendapat apresiasi dariBupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet. Sebab keberadaanpolwan di Kepulauan Mentawai merupakan hal yang sangat baru.Apalagi, empat dari sembilan Polwan yang ditugaskan di wilayah re-sort Kepulauan Mentawai putri asli Mentawai. Di antaranya, tigalulusan SMA 2 Sipora Utara, yakni Novinda Ariani, Mila Cahyani,Aruni Irani Manalu, dan Oktavia Rativah dari SMA 1 Sipora Selatan.

Menurut Yudas, prestasi yang diraih tersebut tak terlepas dari ben-tuk kerjasama Pemkab Mentawai dengan berbagai pihak, termasukKepolisian Republik Indonesia untuk meningkatkan harkat dan mar-tabatnya sebagai masyarakat Mentawai. Selain itu, kehadiran Polwanjuga dapat memberikan motivasi bagi gerasi muda Mentawai yangakan datang.

”Meski belum sepenuhnya menjawab kerinduan saya, tetapi inilahyang saya cita-citakan, bagaimana masyarakat Mentawai memberikan

sumbangsihnya kepada bangsa dan negara. Ke depan, bagaimana diMentawai juga memiliki seorang jenderal yang berasal Mentawai,”harap Bupati yang juga didampingi Kabag Humas Pemkab MentawaiJoni Anwar.

Menanggapi hal itu, Kapolres Kepulauan Mentawai, AKBP RekoIndro Sasongko secara terpisah mengatakan, ketiadaan personil Polwanakan menyulitkan pihak kepolisian dalam melakukan pemeriksaan ter-hadap persoalan yang berkaitan dengan perempuan. Apalagi, kataReko, dengan maraknya kasus-kasus pelecehan seksual terhadapperempuan, menuntut Polwan dapat bekerja lebih maksimal.

”Ke depan inilah yang kita harapkan bagaimana anggota Polwanyang bertugas di Mentawai dapat memberikan sosialisasi kepadaperempuan, terutama remaja di tingkat sekolah. Apalagi, empat darisembilan orang tersebut putri asli Mentawai yang sudah memahamikondisi daerahnya sendiri,” jelas Reko.

Di sisi lain, Reko mengharapkan kepada sembilan brigadir tersebut,untuk tidak berhenti sampai pada penyelesaian pekerjaan. Sebab jen-jang karir sangat perlu dibangun. Brigadir Polwan yang bertugas diwilayah terluar, seperti Mentawai, ditambahkan Reko, memiliki pe-luang yang besar untuk melanjutkan pendidikannya dari bintara keperwira.

”Saya juga sudah sampaikan kepada anggota Polwan, janganpernah merasa minder ditempatkan di daerah Mentawai. Ini merupakanpeluang besar bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan ke tingkatyang lebih tinggi. Tidak semua orang memperoleh peluang bertugasdi daerah sendiri. Jangan berhenti sampai di sini, kalau bisa dari bintaradapat melanjutkan pendidikan menjadi perwira,” tuturnya memberikanarahan dan semangat. (arf)

KEPALA Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet bersama Ny. Rosmaida Yudas Sabaggalet di dampingi Kapolres AKBP. Reko Indro Sasongko dalamacara silaturrahmi bersama personel Polwan di Mentawai.

FOTO: RAHADIO/SASARAINA

Agenda

SASARAINAEdisi: 02/Februari-2015 19

Page 20: Majalah Sasaraina

dari media yang membangun tentu juga diperlukan,” ujarnya.Selain itu, sebagai sosok yang bertanggung jawab membidangi

kesejahteraan bangsa dan politik, Pardede menilai, selama ini masihbanyak pejabat daerah yang ”alergi” dengan transparansi publik. Untukkendala tersebut diharapkannya dapat menjadi tantangan dan motivasibagi PWI Mentawai, terutama insan pers yang bertugas di wilayahMentawai. Wartawan diharapkannya mampu memberikan pemahamankepada seluruh pemangku kepentingan di Mentawai.

”Dengan begitu, tentunya kekakuan yang terjadi selama ini dapatmencair, sehingga tidak ada lagi imej negatif wartawan yang bertugasdi wilayah Mentawai,” sarannya.

Untuk itu, kata Pardede, tugas kehumasan, baik di sekretariatdaerah maupun disetiap SKPD perlu ditingkatkan. Sosialisasi kepadaseluruh SKPD untuk transparansi publik perlu diciptakan di wilayahMentawai, sehingga tidak ada isu yang dapat merenggangkanhubungan antara pemerintah dengan media.

”Ini tentunya tantangan dan motivasi bagi insan pers di lingkunganPemkab Mentawai melakukan sosialisasi dan pendekatan, sehinggapersoalan yang terjadi dapat diluruskan. Apalagi sekarang dalammenyambut tahun politik. Koordinasi antar SKPD perlu terjali denganbaik, ” ungkapnya dengan maksud tidak mau menggurui.

Menanggapi hal tersebut, ketua PWI Mentawai Erianto Leomengapresiasi atas penilaian dan analisa positif atas kunjungan KepalaKesbangpolinmasy ke kantor Perwakilan PWI Mentawai. Sebab belumbanyak para pemangku kepentingan di daerah Mentawai yang mauberbagi informasi untuk kemajuan Mentawai. Padahal wartawan dalamtugasnya tidak boleh mencari kesalahan orang, atau mengandung unsurtendensius.

”Masih banyak insan pers yang memahami tugasnya. Imej war-tawan yang terbangun di mata publik selama ini di wilayah Mentawaimasih berorientasi pada materi, bukan informasi. Namun diberharapkanperlunya perubahan dan sosilisasi terkait hal tersebut. (arf)

Masih Banyak Pejabat Mentawai “Alergi” PersPROFESI wartawan belum sepenuhnya mendapat apresiasi daripemangku kepentingan di lingkungan Pemerintah KabupatenKepulauan Mentawai. Sebab masih ada klaim publik yang selama initerbangun kaku. Kondisi tersebut juga menimbulkan masiha ada jarakhubungan antara insan pers dan pemangku kepentingan di KabupatenKepulauan Mentawai.

Hal ini terungkap berdasarkan sebagian dari hasil penilaian KepalaKesbangpolinmasy Kepulauan Mentawai, Halomoan Pardede, ketikaberkunjung ke Kantor PWI Perwakilan Mentawai, di Kilometer 2,5Tuapejat, Kamis, (5/3), malam. Dalam diskusi lepas tersebut,Pardede—akrab disapa, mengatakan, bahwa anggapan publik terhadapprofesi wartawan yang bertugas di Mentawai masih dipandang sebelahmata.

Padahal wartawan memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar,terutama dalam mencerdaskan pembaca. Dia menilai masih adapemberitaan yang dibuat oleh oknum wartawan yang mengandungunsur tendensius atau memojokkan salah satu pihak. Namun ia tetapmengapresiasi keberadaan dan fungsi wartawan yang bertugas di BumiSikerei.

”Saya rasa tidak semua wartawan mendapat pandangan sepertiitu. Kawan-kawan yang berada di bawah naungan PWI Mentawai,sebagai organisasi tertua di Indonesia, saya rasa tidak ada seperti itu.Hanya saja, kerjasama yang baik antara media dan pemerintah tentuperlu dijalin,” ungkapnya kepada beberapa wartawan.

Menurut Pardede, sangat indah ketika keakraban terjalin antarainsan pers dan pejabat daerah di lingkungan Pemkab Mentawai,sehingga tidak terasa kaku antara pejabat dan insan pers. Bukan hanyadalam profesi tugas wartawan, secvara pribadi atau individu juga perludibangun. Dengan begitu komunikasi satu sama lain tidak akanterputus.

”Pembangunan di Kepulauan Mentawai tidak terlepas daridukungan insan pers yang bertugas di sini. Kritik dan kontrol sosial

KEPALA Kesbangpolinmasy Halomoan Pardedesaat berdiskusi di Kantor PWI Cabang Mentawai.

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201520

Page 21: Majalah Sasaraina

ADD Jurus MentawaiMembangun DesaPEMERINTAH Kabupaten Kepulauan Mentawai menjadikan pro-gram Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai ikon pembangunan desamenuju daerah mandiri, sehingga mampu mencapai kesejahteraanmasyarakat dan pemerataan pembangunan. Bupati KepulauanMentawai Yudas Sabaggalet menekankan, ADD di Mentawai sudahmenjadi ikon. Sebab di saat daerah lain belum memiliki programtersebut, Mentawai sudah memasuki tahun ketiga dalam menjalankanprogram ADD. Saat ini, program serupa dicanangkan pemerintah secaranasional untuk meningkatkan insfrastruktur dan kesejahteraanmasyarakat desa. Tidak banyak kabupaten di Indonesia yang mandiridalam membangun daerahnya. Kabupaten Kepulauan Mentawaimerupakan salah satu daerah yang berani dan berhasil menggunakandengan ADD untuk kepentingan pembangunan desa.

Yudas melihat, dari 43 desa di Kabupaten yang memiliki julukan”Bumi Sikerei” masih ada sekitar 80 - 90 persen yang terisolir. Makamunculah ide kepala daerah untuk mengentaskan rakyat dari kemis-kinan. Adanya dukungan Undang-Undang yang menyebutkan 10persen dari APBD kabupaten diberikan kepada desa menjadi peluangbagi kepala daerah untuk memajukan desa. ”Dari APBD 2013, kamiberikan dana 10 persen kepada desa dengan anggaran sekitar Rp 30Miliar. Kami berharap desa menjadi mandiri,” harap Yudas di dampingiKabag Humas Joni Anwar, kepada Majalah Sasaraina.

Dana tersebut disalurkan keseluruh desa dengan besaran berkisarRp 600 juta hingga Rp 1 miliar, tergantung jumlah penduduk, letakgeografis, akses tarnsportasi dan tingkat kemiskinan masyarakat desa.Pemda Mentawai kemudian mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbup)mengenai pengelolaan keuangan. Aturan itu diturunkan di setiap desamelalui hasil rapat kepala desa dan badan permasyarakatan desa (BPD)untuk mengeluarkan peraturan desa.

Pemkab juga memberikan pelatihan kepada sekretaris desa untukmemperkuat aparatur agar mampu menjalankan visi dan misi pem-berdayaan dan mengelola keuangan desa. Aturan itu membantu desalebih mandiri. Masyarakat desa diberi keleluasaan menentukan sendiripembangunan sesuai keinginan dengan anggaran yang disediakan.

Saat ini, ketika pemerintahan Presiden Joko Widodo dan WapresJusuf Kalla mengucurkan dana desa sekitar Rp 1,4 miliar perdesa,maka sejalan dengan kebijakan yang sudah lama dicetuskan PemkabMentawai. Daerah kepulauan di sebelah barat Sumatera itu sudah siapdengan aparatur desa yang akan menjalankan program itu, sehinggatidak sulit dalam pembinaan karena aparatur sudah mumpuni. PemkabKepulauan Mentawai memfokuskan penggunaan ADD tahun inisebesar Rp 63 miliar untuk 43 desa dan dialokasikan untuk peningkataninfrastruktur pedesaaan, membuka konektifitas dari satu desa ke desalainnya menuju desa mandiri.

Kristalisasi ProgramUntuk mempercepat pembangunan, Pemkab Kepulauan Mentawai

telah merumuskan 12 program unggulan sejalan dengan pengemba-ngan desa. Program tersebut seperti membangun jalan darat yang dike-nal dengan Trans Mentawai, Puskesmas Plus yaitu layanan puskesmasdengan perlengkapan sarana-prasarana dan tenaga medis layaknyarumah sakit yang dibangun di setiap kecamatan. Program Mentawaiterang yaitu mewujudkan layanan sarana listrik sampai pelosok desadi Mentawai dengan melibatkan peran aktif masyarakat melalui pro-gram pemberdayaan masyarakat. Pendirian kelas unggul dan sekolahunggul yang saat ini mulai dilakukan di SMU Negeri 2 Sipora danbeberapa SMU di kecamatan lain. Program pemberantasan buta hurufdan kerjasama antar perguruan tinggi untuk peningkatan Sumber dayaManusia (SDM) Mentawai dengan memberikan beasiswa kepadaputra-putri asal Mentawai terbaik atau kepada para Pegawai NegeriSipil di lingkungan Pemkab Mentawai untuk melanjutkan programpendidikan di perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia. Selainitu, pembangunan Gedung Olah Raga, Peningkatan ekonomi kerak-yatan, pembangunan infrastruktur air bersih dan sanitasi, revitalisasibudaya, pembangunan desa, serta pembangunan jaringan komunikasi.

12 kristalisasi program itu menjadi penting karena pembangunaninfrastruktur di Mentawai masih rendah. Bahkan empat pulau besar,yakni Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan belum bisa ditem-puh melalui jalur darat, sehingga dibutuhkan jalan darat atau dikenaldengan program Trans Mentawai, begitu juga dengan sektor pemba-ngunan lainnya. (rhd/hf)

Ada Polwan,PKK Siapkan Strategi

KETUA PKK Kabupaten Kepulauan Mentawai Rosmaida YudasSabaggalet merasa dengan kedatangan sembilan personel Polwan dariPolres Mentawai yang berkunjung ke Pendopo km 9 Tuapejat. Hal iniakan menjadi salah satu landasan Program PKK untuk mendidik anakdi ditingkat di keluarga semakin maksimal. Selain itu, kaum hawa diBumi Sikerei itu juga terbantu jika kerjasama Polwa dan PKK terjalinuntuk mensosialisasikan bahaya narkoba dan pergaulan bebas yangselama ini masih terjadi Mentawai.

”Apalagi empat orang Polwan asli putri Mentawai. Tentunya iniakan menjadi motivasi kepada generasi muda Mentawai untukmengejar cita-cita. Semua anak Mentawai punya hak mengejar segalacita-cita yang diimpikan, meskipun dalam kondisi daerah yangtertinggal dan banyak keterbatasan, ” tegasnya.

Menurut Ida-akrab disapa, persoalan anak sekolah yang datangdari beberapa desa di sekitar Tuapejat menjadi proritas utama untukdiberikan pemahaman tentang bahayanya pergaulan bebas dan narkoba.Melalui Polwan nantinya progam itu akan dimulai. Selain itu jugaakan diberikan pendidikan dan pemahaman secara bersama antarakader PKK Mentawai dan personel Polwan terkait pelangaran atauperbuatan yang merusak masa depan para siswa ketika melakukanperbuatan melanggar nilai-nilai moral dan hukum.

”Polwan yang sudah dikirim oleh Kapolda Sumatera Barat untukbertugas di Kabupaten Kepulauan Mentawai agar berkoordinasimencegah prilaku yang merusak generasi Mentawai serta memberipemahaman untuk membangun dan mengembangkan potensi diri siswadan daerahnya,” harapnya. (hrp)

PENGGUNA jalan masih kesulitan ketika memasukidusun Mongan Bosua karena jalan masih berlumpur.

FOTO: ISTIMEWA

Agenda

SASARAINAEdisi: 02/Februari-2015 21

Page 22: Majalah Sasaraina

MISTERISABU-SABUDi Kapal Cepat

UPAYA Kepolisian Resort Mentawaidalam melakukan penertiban dan pengawasankeluar masuk narkoba di pelabuhan kapalmembuahkan hasil. Terbukti dari hasil penerti-ban yang dilakukan saat kapal Mentawai Fastberlabuh di dermaga Tuapejat, Jumat, (6/2)pagi, menemukan satu paket kecil narkobayang di masukkan ke dalam pengharum toi-let kapal.

Kapolres Kepulauan Mentawai AKBP Re-ko Indro Sasongko di dampingi kasat reskrimnarkoba AKP Kasmi Darmi saat turun ke TKPmengatakan kepada Sasaraina, meski belummengetahui kepemilikan narkoba tersebut,namun kuat dugaan pelaku merupakan orangyang profesional.

”Menurut kita, pelaku penyelundupannarkoba yang kita perkirakan senilai Rp 500ribu tersebut, dilakukan oleh orang yang pro-fesional dan sudah terbiasa mengirim narkobake Mentawai,” ungkap Reko.

Reko mengatakan, penertiban yang dila-kukan di atas kapal cepat tersebut merupakanpengawasan teknis dan laporan dari warga se-

kitar. Berbekal informasi tersebut, pihakPolres langsung turun ke lokasi untuk mela-kukan penertiban.

Selain menggagalkan penyelundupannarkoba, pihak polres juga mengamankan se-jumlah obat-obat herbal yang dibawa oleh sa-lah seorang dokter yang bertugas di KepulauanMentawai. ”Kita juga mengamankan obat-obat ini. Karena kita belum tahu, apakah obat-obat ini memiliki izin atau ilegal,” ujar Darmi.

Sebelumnya, pihak Polres Mentawai kesu-litan menemukan barang haram tersebut. Se-telah dilakukan penyisiran disejumlah tempatkapal, termasuk bak sampah yang ada di ataskapal. Akhirnya, narkoba tersebut disembu-nyikan di dalam sebuah kotak parfum peng-harum toilet.

Meski belum mengatahui kepemilikan ba-rang tersebut, pihaknya akan terus melakukanpengembangan penyelidikan terkait kepemi-likn barang haram, baik melalui pemutaranvideo rekaman kamera CC TV milik kapal ce-pat, maupun upaya pengembangan lebihlanjut. (arf)

Polres GelarRazia PremanPOLRES Kabupaten Kepulauan Mentawaimenggelar razia premanisme di kawasan Tua-peijat, dimulai dari km0 sampai km10. Raziatersebut digelar sudah berjalan satu bulan sejakJanuari sampai sekarang.

Petugas Polres Mentawai melakukan pe-nyisiran keseluruh pantai Jati, deramaga Tua-peijat dan beberapa gang kecil rumah-rumahmasyarakat. Dalam razian tersebut, setiap war-ga yang dicurigai sebagai preman diminta me-nunjukan identitasnya. Jika dalam pemeriksaantersebut tidak bisa menunjukan identitas, makapihak aparat akan menggelandang ke MarkasPolres (Mapolres) untuk diminta data dan ke-terangan.

Kapolres Kabupaten Kepulauan MentawaiAKBP. Reko Sasongko mengatakan, operasidilakukan untuk meningkatkan keamanan dae-rah, baik di pasar ibu km7 Tuapeijat, swalayan,pertokoan dan jalan raya. Pada malamnya, se-lama melakukan rasia, pihaknya belum mene-mukan tanda-tanda premanisme atau pun yangterjaring.

”Hasil operasi, kawasan pasar ibu Tuapeijatmasih dalam kondisi aman. Belum ada tandaatau petunjuk yang bisa dianggap preman yangbiasanya melakukan aksi memeras toko-toko,dan perorangan,” jelas Reko—yang akrab di-sapa kepada Majalah Sasaraina.

Menurut Reko, pihanya baru saja meninjaulokasi yang masuk kategori rawan premanisme,yaitu di kawasan pantai jati dan dermaga Tua-peijat. Tekadnya, pihaknya akan selalu mela-kukan razia di sepanjang Tuapeijat sebagai Ibu-kota Kabupaten Kepulauan Mentawai.

”Kalau nanti kita temukan indikasi atauadanya tindak kriminal, maka akan kami pro-ses secara hukum,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya melakukan razia dibe-berapa tempat lainnya, seperti daerah yang sa-ngat rawan dan selalu bekerja sama denganmasyarakat, pemuda, tokoh masyarakat agartidak segan-segan memberikan informasikepada apara.

”Opreasi ini dilakukan sebagai kegiatanrutin. Memang baru satu bulan razia ini dila-kukan. Ke depan bisa lebih ditingkatkan, ting-gal melihat kondisi di lapangan,” tuturnya.

Di samping itu, pihaknya baru-baru ini jugamenggelar tes urin kepada seluruh anggota Pol-res Mentawai. Hal ini dengan adanya perintahdari Polda untuk pemeriksaan terhadap oknumpolisi. Tujuannya untuk menetralisir danmembuktikan bahwa anggota polisi benar-benar tidak terlibat dalam terjaring narkoba.”Kita lakukan pemeriksaan tanpa sepengeta-huan anggota Polres dan tidak diumumkan.Mereka tahunya hanya terkejut saatpemeriksaan saja”, tegasnya. (ers)

KAPOLRESKabupaten

Kepulauan MentawaiAKBP. Reko Indro

Sasongko bersamajajaranya

menemukan sabu takbertuan di dalam

kapal cepat tujuanMentawai.

FOTO: ARIF/SASARAINA

FOTO: HERI SUPRIANTO/SASARAINA

Hukum

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201522

Page 23: Majalah Sasaraina

KasusPerceraianMeningkatMentawai Perlu KantorPengadilan Agama

MEMBERIKAN pemahaman agama tentang pernikahan danperceraian di tengah keterbatasan sarana-prasarana, bukanlahhal mudah bagi Mujammaul Khair. Bahkan, kepala KUA

Sipora, Kabupaten Kepulauan Mentawai, mengaku sempat mendapatkritikan dari sejumlah masyarakat karena menegakkan aturan yangdianggap baru.

Tidak bisa dipungkiri, bertugas menjadi aparatur pemerintahanurusan agama di Kepulauan Mentawai, bukanlah yang mudah. Polapikir masyarakat yang terbangun menjadi seperti tradisi yang dianggapfatal jika dirubah. Pemahaman masyarakat tentang pernikahan danperceraian masih terkendala dengan verifikasi data.

Sementara indeks kawin-cerai masyarakat muslim di Mentawaidari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Tahun2015, isbat cerai di Kecamatan Siberut Selatan mencapai 40 orangdan di Sipora mencapai 13 orang. Sedangkan, sarana prasarana sepertikantor pengadilan agama (PA) masih belum tersedia.

”Dulu sebelum otonom pengurusan perceraian diputuskan melaluipengadilan agama di Pariaman. Sekarang setelah otonom, pengurusandilaksanakan di Padang. Hampir rata-rata persoalan kawin-cerai diKepulauan Mentawai disebabkan masyarakat enggan mengurus kepengadilan agama di Padang, karena biaya yang besar,” ungkap KepalaKUA Sipora ketika ditemui Sasaraina di kediamannya, di Tuapeijat.

Untuk satu kali pengiriman surat sidang perceraian ke PAmembutuhkan biaya sedikitnya Rp 900 ribu. Sedangkan total biayayang harus dikeluarkan hingga putusan sidang PA, bisa mencapaisedikitnya Rp 3 juta. Wajar, kata pria yang akrab di sapa Ul itu, jikamasyarakat enggan mengurus perceraian di pengadilan. Bahkanmasyarakat lebih memilih nikah ”di bawah tangan” atau meskipunsah secara agama, ketimbang harus memilih mengurus perceraian kepengadilan agama di Padang.

Menurut UI, selain itu, rata-rata masyarakat di KepulauanMentawai melakukan perceraian, hanya dengan menggunakansepotong surat dan didengarkan oleh beberapa orang saksi. Padahalada ketentuan yang harus dijalankan saat suami mengucapkan talakkepada istri. Pertama, istri tidak dalam masa haid (menstruasi), kedua,tidak dalam kondisi mengandung.

”Ini sesuai dengan tuntunan agama, tidak serta merta begitu sajamelakukan talak terhadap istri. Apalagi sekarang ada aturan baru yangmenjelaskan pengucapan talak suami kepada istri mesti dilakukan dipengadilan. Sementara, kita di sini belum memiliki kantor pengadilanagama,” ungkapnya.

Ul mengaku, sudah melakukan koordinasi dengan sekretarisdaerah, terkait penyediaan lokasi pembangunan kantor PA. Namunsampai sekarang masih menunggu keputusan dari Pemkab setempat.

”Ada dua kategori dalam perceraian, yakni cerai hidup dan ceraimati. Dalam persolan cerai mati, seorang istri cukup dengan memintaketerangan dari kepala desa setempat. Apabila dia ingin menikah lagi,tidak persoalan” jelas Ul.

Sekarang, kata Ul, banyak persoalan yang terjadi, yakni pernikahankembali atau baru setelah terjadi perceraian. Sementara, pengadilanagama belum melakukan sidang isbat nikah (penetapan nikah) yangmemutuskan bahwa pasangan tersebut telah bercerai atau berpisah.

”Tentunya pihak KUA tidak bisa begitu saja mengeluarkan suratnikah baru, tanpa ada surat sidang isbat nikah dari pengadilan agama.Artinya, secara agama mereka menikah dengan sah, tapi secara hukum,mereka tidak memiliki surat nikah,” ungkapnya.

Menurut Ul, pembicaran mengenai Isbat keliling untukmendatangkan hakim ke Mentawai sudah pernah diwacanakan denganpihak pengadilan agama di Padang. Namun, hal itu terkendala denganbiaya operasional mendatangkan hakim.

Tidak hanya persolan pernikahan ataupun perceraian. Dalammengadopsi seorang anak menjadi anak kandung, juga kerap terjadi.Seorang ayah, kata Ul, tidak bisa menikahkan anak angkatperempuannya. Kondisi tersebut sempat membuatnya ditentang olehmasyarakat sekitar, karena dianggap mempersulit.

”Namun, setelah adanya pemahaman dan dampak yang akanditimbulkan dimasa yang akan datang. Akhirnya secara pelan-pelansebagian masyarakat mulai memahaminya. Saya pikir sudah seharus-nya, ada pengadilan agama di Kepulauan Mentawai,” jelasnya. (arf)

Hukum

SASARAINAEdisi: 02/Februari-2015 23

Page 24: Majalah Sasaraina

Bruno Menunggu Sembuh,Istri Jadi Tulang PunggungKESEHATAN merupakan investasi

utama dalam kehidupan. Namuntidak sedikit orang yang mengabai-

kan kesehatan secara sadar. Meski demikian,tidak sedikit juga orang yang mengalami sakitakibat faktor di luar dugaannya. Seperti yangdialami warga Simalegi, Desa Betaet, Keca-matan Siberut Bara, Bruno Tabaggkat, akhir-nya harus menjalani kehidupan dalam keter-batasan ketika lehernya ditebas oleh seorangyang diduha akan mencuri hasil cengkehnyadi ladang.

Akibat dari kejadian itu, tulang punggungekonomi keluarga pun berubah. Istri Bruno,Diana (28), kini harus menjadi wanita tang-guh untuk memenuhi kehidupan keluarganyamenunggu sang suami, Bruno, benar-benarsehat dari luka di bagian lehernya.

Bruno—yang akrab disapa, kini masihdalam kondisi lemah dan meratapi nasibnyakarena luka dibagian lehernya masih menjadipenghambat setiap untuk bergerak atau me-lakukan aktivitas seringan mungkin.

Selepas dari penanganan medis, Brunoseorang yang pekerja keras, kini tak bisa mela-kukan kegiatan apapun. Ia harus istirahatdalam waktu yang cukup lama, rutinitasnyamelaut untuk memenuhi kebutuhan keluargakecilnya, merawat tanaman di ladang yangmerupakan jaminan masa depan keluarganya,kini tak bisa dilakukannya.

Bruno yang masih harus manjaga pera-watan bekas jahitan di leher belakangnya saat

ini hanya bisa menunggu dan terus berharapkapan kesembuhan itu akan tiba. SementaraDiana, Istri Bruno, harus ambil alih untuk ber-kuras menafkahi keluarganya dengan dua or-ang anak yang masih duduk di TK dan kelasII SD.

Saat Sasaraina berkunjung ke rumahnya,Bruno menyambut dengan penuh haru danmata berkaca-kaca. Dengan suaranya yangmasih kaku dan terdengar parau, Bruno taksegan-segan mengungkapkan segala keluhkesahnya, terutama tentang kondisi lukanya.

”Kondisi leher masih sangat susah dige-rakkan, dan masih terasa sakit. Untuk meng-arahkan pandangan ke samping masih sakitapalagi menundukkan wajah atau sebaliknya.Saya tidak tau kapan keadaan seperti ini akanberakhir, sehingga saya bisa kembali bekerjauntuk menafkahi keluarga. Saya khawatirderita ini akan berlangsung lebih lama dariyang saya bayangkan,” tutur Bruno mence-ritakan kekhawatirannya kepafa Sasaraina.

Di tengah perbincangan, Bruno sempatmangungkapkan kekecewaannya terhadaphasil penyelesaian perkara yang diproses se-cara adat selama tiga hari oleh pemerintah du-sun setempat. Tuntutan yang diajukan pihak-nya sebesar Rp 200 juta, hanya terpenuhi se-besar Rp 19,3 juta, di tambah sejumlah ba-tang kelapa dan cengkeh.

”Hal itu sangat tidak adil bagi saya. Uangyang mereka berikan sebanyak itu tidak akancukup untuk biaya kelangsungan pengobatan

saya. Karena keadaan saya seperti ini belumbisa di bayangkan kapan akan berakhir,”cemas Bruno.

Harusnya, lanjut Bruno, pemerintah harusbijaksana mepertimbangkan bahwa yang me-nimpa dirinya bukan suatu kecelakaan, tetapiada unsur kesengajaan seseorang. Pelakusudah mengakui bahwa dia memang berniatmembunuhnya supaya perbuatannya mencuricengkeh tidak dibeberkan kepada orang lain.

Di balik fakta penyelesaian yang kurangmemuaskan itu, ternyata Bruno masih mau berjiwa besar. Bruno sendiri ikhlas terhadap ke-jadian yang menimpa dirinya, bahkan pernahmenyampaikan harapan agar kedua belahpihak dapat mencapai perdamaian.

”Saya harap suatu saat kami akan ber-damai. Kami selaku pihak keluarga korbanhanya menunggu kesadaran dari pihak ter-tuntut atau inisiatif dari pemerintah setempat.Jika mereka mengusulkan perdamaian secaraadat atau secara hukum, maka kami akanterima dengan senang hati,” ujar Bruno.

Menurut informasi yang dihimpun dariberbagai pihak, musibah yang menimpa Bru-no ternyata telah menyebabkan duka bagi teamsepak bola kecamatan. Sebab bruno sendiritermasuk salah satu tem yang selalu berjuangmempertahankan keharuman nama Keca-matan Siberut Barat dalam berbagai pertan-dingan yang diselenggarakan di KecamatanSiberut Barat. Begitu juga dengan semuakerabat. (mrd)

BRUNObersama istri dan

anaknya dalambayangan kelam

meniti ekonomisehari-hari.

FOTO: MOERDANI/SASARAINA

Kisah

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201524

Page 25: Majalah Sasaraina

SAKA BHAYANGKARAJiwa Kebangsaan dan Tanggung JawabMENGAWALI karir sebagai

pimpinan polisi di wilayahKabupaten Kepulauan Mentawai,

bagi AKBP Reko Indro Sasongko, sejak be-berapa bulan belakangan, disadarinya masihbanyak tugas yang mesti diselesaikan. terlebihlagi menumbuhkan kesadaran berbangsa danbertanah air bagi seluruh anggota polisi danmasyarakat di wilayah resort Mentawai. Ba-gaimana ceritanya, berikut hasil wawancara-nya bersama Majalah Sasaraina.

Kepada majalah Sasaraina, pria kelahiranSurabaya 14 Februari 1970 silam itu, me-nyempatkan diri bercerita tentang pentingnyamembentuk Satuan Karya (Saka) yang mem-bidangi Bhayangkara, sebagai peningkatanpengetahuan dan keterampilan praktis dalamhal keamanan dan ketertiban masyarakat(Kamtibmas). Apalagi, dengan kondisi geo-grafis Kepulauan Mentawai yang masih sulitdijangkau.

Menurut Reko—akrab disapa, masihbanyak anggota yang belum menyadari secarapenuh akan tugas dan tanggung jawab sebagaianggota Kepolisian di wilayah Resort Men-tawai. Kondisi geografis Kepulauan Men-tawai, menuntut anggota untuk bekerja de-ngan penuh loyalitas dan integritas.

”Inilah salah satu alasan, kenapa kitamempercepat untuk mendirikan Saka Bha-yangkara di wilayah Resort Mentawai. Ini ba-ru kita gagas pada 2014 lalu,” ungkap Rekodi ruangan kerjanya di Mapolres KepulauanMentawai.

Tidak hanya di lingkungan institusi polisi,peran Saka Bhayangkhara, kata Reko, telahbanyak mempengaruhi kesadaran masyarakatdalam mengisi pembangunan nasional. Didalam Saka Bhayangkhara, tertanam nilai-nilai cinta tanah air, kemandirian dan rasatanggung jawab.

Hal itu pulalah yang telah dilakukannyasebelum bergabung di Kepolisian. Sejak kecil,pria yang mengikuti Sekolah Perwira (Sepa)Prajurit Karir (PK) tahun 1995 itu mengakusudah aktif pada kegiatan kepramukaan.Bahkan, kecintaan dengan kepramukaan juga

didukung oleh orang tuanya, terutama ayahnyasendiri. ”Saya masih ingat saat masih sekolahdasar. Orang tua saya dengan susah payahmencarikan saya kayu untuk dijadikan tongkatpramuka,” ujar Reko.

Kecintaan akan kepramukaan juga terusdilakukan saat melanjutkan pendidikan Seko-lah Menengah Negeri (SMAN 2) di Surabayatahun 1988. Dia pun juga sering melakukankegiatan petualangan dengan mendakigunung bersama rekan-rekannya semasasekolah.

Pria yang menamatkan pendidikan di Uni-versitas Erlangga Surabaya Fakultas Hukumtersebut, juga ikut terlibat langsung dalam ke-pramukaan di sekolah-sekolah yang ada diwilayah Mentawai. Baik kegiatan berkemah,

maupun kegiatan aksi bersih pantai.Ke depan, harapan suami Agustin tersebut,

kegiatan kepramukaan tidak ada di sekolah-sekolah, tetapi seluruh institusi di KepulauanMentawai. Menurut dia, di dalam kepramu-kaan juga tertanam nilai-nilai kebangsaan danbernegara. Terutama dalam memberikan pe-mahaman kepada generasi muda atau yangakan datang.

”Sekolah-sekolah yang ada di KepulauanMentawai perlu memiliki kegiatan kepramu-kaan guna menumbuhkan kesadaran dan rasatanggung jawab. Salah satu yang membuatsaya menjadi seperti sekarang ini, karenakecintaan akan kegiatan kepramukaan dansenang berpetualang,” pungkas pria yangmengaku senang membaca ini. (arf)

FOTO

: ARI

F/SA

SARA

INA

Kisah

SASARAINAEdisi: 02/Februari-2015 25

Page 26: Majalah Sasaraina

DIHADANG ALAM,Bertekad Wujudkan

Kualitas Kaum Hawa

ROSMAIDA YUDASKetua TP. PKK Kabupaten Kepulauan Mentawai

SAAT senggang, danada waktu berselancar didunia maya (internet),

coba tuliskan kata kunci “Men-tawai” di mesin pencariangoogle. Seketika akan munculberbagai informasi tentang Men-tawai. Informasi tentang keinda-han alam, wisata bahari (surfing,diving dan snorkling), gulunganombak laut yang indah danmengagumkan, promosi resort-re-sort asing yang mewah, ceritabudaya sampai informasi tentangkehidupan suku asli Mentawaiyang hidup di dalam hutan dengansegala keunikannya. Mentawaimemang indah. Setidaknya, dere-tan informasi di internet itumemang cerminan kondisi Menta-wai. Tapi bagaimana kehidupan se-sungguhnya di Mentawai? Fak-tanya, Mentawai masih jauh ter-tinggal dibanding 18 kabupaten/kota lain yang di Provinsi Suma-tera Barat.

Luasnya Kabupaten Kepu-lauan Mentawai yang terdiri dariempat pulau besar yakni Pulau Si-berut, Sipora, Pagai Utara danPulau Pagai Selatan serta ditambah98 pulau kecil. Secara administrasiKabupaten dengan julukan “BumiSikerei” ini terdiri dari 10 kecamatandengan 43 desa, dan 341 dusun yangmasih terus dimekarkan. Luas daratanMentawai 6.011,35 kilometer persegidan dihuni sekitar 78 ribu jiwa lebih,dengan 15.058 jiwa di antaranya ma-sih tergolong penduduk miskin. Daritotal penduduk yang mendiami Kabu-paten itu, hanya 20 persen yang me-nikmati listrik (PLN). Infrastrukturjalan dan transportasi antarpulau jugabelum layak. Selain itu, derajat kese-hatan rendah dengan indeks usia hara-pan hidup 68,42 di bawah rata-rataProvinsi Sumatera Barat, yaitu 73,44,tingkat pendidikan rendah angka me-lek huruf 88,89 % di bawah rata-rataProv.Sumbar yaitu 97,09 %. Belumtersedianya infrastrukutr jalan dise-bagian besar wilayah, sehingga masya-rakat sangat sulit mengakses pusat-pusat pelayanan pemerintahah, keseha-

tan dan pendidikan. Masyarakat masihmenggunakan transportasi laut dengan biayatinggi dan ketergantungan cuaca yang kadangekstrem.

“Data statistik itulah tantangan yang kamihadapi dalam melakukan pembinaan. Banyakdaerah yang harus dijangkau melalui laut dansungai. Lokasi antar dusun relatif berjauhan.Itu sebabnya pembinaan PKK membutuhkananggaran yang jumlahnya tidak sedikit. Aki-batnya, sosialisasi 10 Program Pokok PKK be-um merata ke seluruh wilayah,” ulas Rosmai-da Yudas, mengawali pembicaraan bersamaMajalah Sasaraina, terkait berbagai per-juangan yang dihadapinya sejak menjadi Ke-tua TP. PKK Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Menurut Ida—akrab disapa, adanya ken-dala alam, seperti ombak besar dan berbagairintangan lain di lapangan bukanlah menjadimasalah. Justru adanya rintangan itu sebagaitantangan untuk terus maju melakukan kun-jungan ke desa, bahkan sampai ke dusun-du-sun untuk melakukan pembinaan kader. Ter-bukti perempuam Mentawai di bawah binaankader PKK dapat menunjukan prestasi, bukanhanya di tingkat provinsi, tapi juga pernahdipercaya mewakili provinsi dan menunjukanprestasi di tingkat nasional.

”Tujuannya bukan mencari juara, tapi ba-gaimana kita melakukan pembinaan melalui10 Program Pokok PKK bisa efektif dan bisadiparktekkan dalam setiap keluarga. Dari hasilpembinaan itu memang terbukti, tenyata kitabisa untuk mewujudkan dalam rangka mem-berikan manfaat bagi Mentawai. Salahsatunya kita berhasil juara pada salah satukategori lomba di Jambore PKK tingkat na-sional 2012 dan 2013 lalu. Meskipun cara me-lakukan pembinaan kader sering kita kumpul-kan secara serempak di kecamatan, namunsemua itu mengingat masih banyak kawasanterpencil, daerah tertinggal dan terisolir, yasupaya ada efektifitas waktu,” jelasnya.

Dihadang CuacaMeski saat pembinaan kerap dihadang

dengan kondisi cuaca yang tidak bersahabat,akibat gelombang laut dan badai, namun ibudari Ansgario Sabaggalet dan Eulogius Sabag-galet ini tidak pernah menyurutkan langkah-nya. Diceritakan Ida, pernah saat pembinaandi tengah laut diterpa badai gelombang tinggi,dan rombongan merasa kuatir boat akanberbalik arah, karena tidak dapat mencapaitempat yang dituju. Namun karena panggilanjiwa untuk memberikan arahan kepada warga

FOTO: DOK/SASARAINA

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201526

Page 27: Majalah Sasaraina

dan juga kader di daerah, akhirnya dapat me-mupuskan berbagai rintangan yang meng-hadang.

”Rasanya tidak sampai hati mengecewa-kan penduduk. Karena itulah kami selalu ber-upaya untuk mencapai lokasi, meskipun ka-dang ombak besar menghadang, tapi segalapuji bagi Tuhan, kami sangat bahagia setiapkali melihat wajah-wajah cerah penduduk me-nyambutnya, ” kenang Rosmaida.

Menurutnya, warga Mentawai di setiapdusun dan desa sangat kompak dan penuh se-mangat mempersiapkan dan melaksanakankegiatan yang akan dilaksanakan. ”Kami tahubeberapa dari mereka ada yang datang daripelosok-pelosok desa hingga harus bermalam,meninggalkan anak dan suami. Saya seringmerasa terharu, sedih sekaligus bangga ter-hadap para kader PKK yang telah menye-diakan waktu dengan suka rela, tanpa pamrih.Meski tinggal di pelosok desa, ternyata ibu-ibu telah mampu membantu ekonomi keluargamelalui hasil UP2K dan P2 WKSS,” ungkapRosmaida.

Kegiatan PKK diupayakan agar dapat se-jalan dengan kegiatan Bupati Kepulauan Men-tawai, Yudas Sabaggalet. ”Ya, sesekali kamike desa bersamaan dengan kegiatan bapak(bupati-red). Pada acara bapak itu saya seringmelakukan kegiatan yang intinya untuk ber-bagi pengetahuan, karena minimnya penge-tahuan para kader mengenai 10 Program Po-kok PKK di desa, dusun bahkan pengurus TPPKK di Kecamatan menggugah hati saya unt-uk terjun langsung melalui pelatihan, penyu-luhan kesehatan ibu dan anak serta kesehatanlingkungan, dan penyuluhan tentang pen-tingnya pendidikan anak dalam keluarga. Se-mua itu tentu disesuaikan dengan ketersediaananggaran yang ada,” tuturnya.

Melihat para kader PKK yang tak kenallelah, semakin memacu semangat Rosmaidauntuk berbuat lebih baik dari yang pernahdilakukan demi kemajuan warga di daerahnya.Tugas yang diemban para kader luar biasa.Rela berjuang melawan dahyatnya ombak dilautan lepas demi melaksanakan tugas PKK.”Saya senantiasa berdoa dan memohon, de-ngan banyaknya rintangan karena kondisialam di sini, agar para kader selalu mendapatlindungan dari Yang Maha Kuasa,” harapRosmaida.

Butuh ProsesUpaya membangun keluarga yang sejah-

tera, menurut Rosmaida, diperlukan proses

dan waktu yang panjang. Harus penuh kesa-baran dalam pembinaan dan memberikan con-toh teladan. Pembinaan menyangkut penerusyang akan bertanggung jawab pada keber-langsungan kehidupan keluarga masa depan.

Melirik Program PKK yang telah dijalan-kan, Rosmaida menuturkan, sesuai denganProgram PKK, prioritas kegiatan dimulai daribidang sekretariat yang digiatkan pada pem-bentukan dan pembinaan Dasawisma sertaKelembagaan PKK. Kemudian dilaksanakanrapat koordinasi dan konsultasi PKK denganSKPD terkait. Program Prioritas Pokja I,khusus tentang PKBN dan pencegahan KDRT.Program Prioritas Pokja II, pembinaan terha-dap PAUD—binaan PKK. Melakukan per-lombaan bagi anak-anak PAUD dan TK.Pembinaan Program UP2K dan P2WKSS,dan sosialisasi Program Pokja II bagi kaderdesa dan dusun. Program Prioritas Pokja III,melakukan pelatihan memasak makanan 3B(Beragam, Bergizi, Berimbang) dari bahan pa-ngan lokal dan mengadakan perlombaan me-masak serba ikan. Program Prioritas PokjaIV, melakukan penyuluhan PHBS bagi masya-rakat dan kader. Perlombaan daur ulang sam-pah sebagai bentuk kepedulian terhadap keles-tarian lingkungan. Perlombaan balita sehat be-kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabu-paten, dan pelatihan kader posyandu beker-jsama dengan Dinas Kesehatan.

SDM kader PKK di Kabupaten KepulauanMentawai masih rendah. Pendidikan formalrata-rata SD dan SMP. Namun semangat yangditunjukan dalam melaksanakan program dilapangan merupakan modal yang tak ternilaiharganya. Kader masih sangat membutuhkanpembinaan dari pengurus agar yang dilakukandi lapangan bisa lebih terarah dan tepatsasaran sesuai yang diharapkan.

Prestasi kader PKK yang telah mengabdisebagai relawan di tengah masyarakat, senan-tiasa dihargai dengan penyelenggaraan Jam-bore Kader PKK dengan cara mengumpulkanpara kader dari 10 kecamatan untuk melaku-kan kegiatan bersama berupa perlombaanpembinaan dan outbond di tingkat kabupatendan provinsi. Dengan digelarnya Jambore itu,para kader dapat meningkatkan motivasi ter-utama untuk pengetahuan yang semakin ber-tambah. Sebab Jambore merupakan ajangsilaturahmi dan kompetisi antara sesamakader.

Menurut Rosmaida, Program PKK tidakakan berhasil tanpa dukungan dari pemerintah

daerah, karena di sana ada alokasi dana untukmenunjang kegiatan TP. PKK, menyediakanfasilitas yang diperlukan untuk mobilitas ke-giatan. Sementara upaya kemitraan juga harusdilakukan dengan para SKPD.

”Kemitraan bersama SKPD sudah kitalakukan, dengan Kantor Lingkungan Hidupmelaksanakan kegiatan perlombaan peman-faatan daur ulang sampah. Kemudian denganDinas Kelautan dan Perikanan, kita gelar lom-ba masak serba ikan, dan Dinas Kesehatanjuga melakukan pembinaan dan pelatihankader posyandu serta lomba balita sehat,”jelasnya.

Bukan itu saja, upaya kemitraan bersamaSKPD lain juga terus diupayakan melaluirapat koordinasi dan konsultasi yang tujuan-nya untuk memberikan advokasi SKPD dalammenganggarkan kegiatan-kegiatan yang dapatmenunjang pelaksanaan 10 Program PokokPKK.

Bicara prestasi yang diraih para kaderPKK Mentawai, Rosmaida menyebutkan cu-kup membanggakan, meski dengan keter-batasan. Namun para kader TP. PKK asalBumi Sikerei ini mampu menunjukan prestasi,antara lain ditingkat provinsi, Juara I SimulasiPKDRT Jambore Kader PKK, Juara I DebatKader dan PLKB Jambore Kader PKK Tahun2012. Juara I Lomba Jambore Kader PKK ta-hun 2012 yang berlangsung di Danau AtasDanau Bawah Kabupaten Solok. Di tingkatnasional meraih Juara II penyuluhan PKBNJambore Kader PKK Nasional, dan juara IIpentas seni Jambore Kader PKK tahun 2013di Jakarta. (rhd)

FOTO: DOK/SASARAINA

FOTO: DOK/SASARAINA

Kisah

Page 28: Majalah Sasaraina

PESISIR pantai Barat Pulau Siberutmerupakan kawasan paling ditakutipara pelaut asal Bumi Sikerei. Banyak

orang yang mengurungkan niatnya untuk pergike pantai Barat Siberut. Alasannya, pantaiBarat Siberut dikenal rawan badai danberpotensi ombak yang sangat besar danmematikan.

Dari Desa Tuapeijat Pulau Sipora, untukmenuju Pantai Barat Pulau Siberut menelanwaktu lima jam perjalanan menggunakan spedboat 40 PK. Artinya sangat dibutuhkan

perhitungan waktu yang tepat, terutamakeadaan cuaca sebelum berangkat. Sedikitsaja perhitungan meleset bisa dihantam badaidi tengah perjalanan.

Itulah sebabnya Kecamatan Siberut Baratminim dikunjungi oleh pedagang ataupengusaha dari luar daerah, termasuk parawisatawan dalam dan luar negeri.

Namun bedanya, kecintaan terhadaplingkungan dan daerahnya sendiri membuatmasyarakat pantai barat, khususnya DesaSimalegi dan Simatalu tak merasakan hal

demikian. Masyarakat Simalegi justru merasabangga dengan daerahnya masih tersimpankekayaan alam hayati yang tak ternilai harga-nya. Paling dibanggakan adalah benda-bendamaupun tempat-tempat bersejarah yang tidaktertutup kemungkinan dapat dijadiakan seba-gai tempat wisata alam yang menakjubkan.

Seperti Gobjib (danau-bahasa Mentawai)yang terletak di tengah-tengah kawasan DesaSimalegi, merupakan kawasan yangseharusnya bisa disulap menjadi tempatwisata alam yang memiliki potensi dan nilai

Pariwisata

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201528

Page 29: Majalah Sasaraina

lebih dibandingkan dengan danau-danau yangada di daerah lain.

Udaranya yang sejuk, bukit menjulangtinggi dengan hijau dan rumpun nipah yangmengelilingi danau Gobjib memberikan kesandan nilai keeksotisan tersendiri. Sehinggapengunjung yang datang merasa lebih nyamandan dimanjakan dengan alam dengan segalaketakjuban.

Danau Gobjib tersebut sering dimanfaat-kan sebagai tempat rekreasi kelompok,keluarga dan sekolah. Gobjib juga menjadi

tempat tervaforit bagi para pemancing lele,bukan saja di siang hari, tapi malam pun parapemancing lele tak enggan mendatanginya.

Keberadaan buaya-buaya di Gobjib itu ju-ga tak mengurungkan niat para pengunjung,bahkan tak menyebabkan kegelisahan selamaberada di kawasan danau. Mitos yang men-ceritakan tentang asal-usul buaya di danau itutelah melekat dihati para pengunjung sehinggamereka sangat meyakininya.

”Buaya di danau itu tidak menggangguapalagi melukai manusia. Itu sudah berlaku

sejak para leluhur melakukan ritual me-nyucikan buaya dengan minyak dan ramuankhusus sebelum buaya dilepas dan berkem-bang turun-temurun di danau itu,” terangLamsari (46), salah satu pemilik tanah ulaiatdi Danau Gobjib, kepada Sasaraina.

Harapan masyarakat Simalegi, pemerintahmau melirik sumber daya alam yang sangatberpotensi itu, terutama campur tangan DinasPariwisata yang mestinya mampu menyulapdanau tersebut menjadi tempat wisata alamyang berkualitas. (mrd)

Page 30: Majalah Sasaraina

Lingkungan

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201530

Page 31: Majalah Sasaraina

BAGI sebagian pecinta bunga anggrek, mungkin sangat jarangmenemui jenis anggrek yang satu ini diberbagai tempat penjualbunga. Memang, jening bunga anggrek ini tergolong aneh, unik,

serta langka dari pasaran. Begitu juga di kawasan tempat anggrek ituditemukan, juga masih minim warga yang memilikinya. PantauanSasaraina sendiri, baru satu anggrek itu yang dipelihara oleh seorang wargadi Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Seorang warga Dusun Mongan Bosua, Desa Bosua, Kecamatan SiporaSelatan, Wati, menceritakan, bunga anggrek itu dibelinya dari seorangwarga di desanya yang mendapatkan dari hutan. Karena ketertarikannyaterhadap bunga anggrek, ia pun membelinya untuk menjadi koleksi daritaman bunga mungil di depan rumahnya. Di halamannya rumahnya, jugaterdapat beberapa jenis anggrek dengan warna putih, kuning, ungu, sertaditambah jenis anggrek baru dan langka yang baru ia beli tersebut.

”Coba lihat anggrek yang satu ini, cantik dan anehkan. Ini sepertinyaanggrek jenis baru. Saya yakin, belum ada masyarakat Mentawai yangmemilikinya, meskipun ini didapatkan di Hutan Bumi Sikerei. Ini anggreklangka, saya sendiri juga tidak tahu nama anggreknya,” ujarnya kepadaSasaraina.

Jika dilihat dengan dekat dan teliti, anggrek tersebut tanpa daun, hanyabatang yang setiap ujungnya berpotensi mengeluarkan bunga. Rupabunganya juga memanjang dan meruncing sampai keujungnya denganwarna ungu berkombinasi orange. Mirip dengan bulu landak ketika mekardihadang musuhnya. Cantik dan eksotik.

Saat ini, wati sendiri mulai memisahkan tunas anggrek yang munculdari induknya untuk diperbanyak. Ia yakin, hasil pemisahan tunas (anakanggrek) tersebut akan semakin memperbanyak anggrek yang langkatersebut agar tidak punah, meski hanya dilestasrikan di tengah-tengahkesibukkannya dalam menjalankan usaha bisnis restauran dan penginapan.

”Dulu anggrek saya sudah banyak, tapi banyak juga yang dicuri orang.Hanya tinggal sembilan batang anggrek dengan beberapa jenis saja,”tuturnya.

Sejauh ini, wati sendiri tidak pernah berniat untuk berbisnis untukmenjual anggrek yang sudah ada di halaman rumahnya. Semua anggrekyang ada ditaman halaman rumahnya hanya untuk dijadikan hiasasekaligus menambah nilai asri rumah. ”Nggak niat mau jual anggrek,makanya banyak dicuri orang,” tegasnya.

Warga di sekitarnya memang sering menjual anggrek yang banyakdijumpai di pasar bunga. harganya juga tidak terlalu mahal dan bisadijangkau untuk warga kelas menengah ke bawah. Sebab memang anggrekyang dijual di pasaran juga banyak terdapat di hutan Mentawai.

Menurut Wati, sejauh ini memang warga Mentawai sendiri kurangberminat untuk berbisnis bunga anggrek. Sebab disamping belum adaagennya, warga sendiri belum mengetahui nilai jual anggrek. Saat ini,warga mendapatkan anggrek dari hutan hanya secara tiba-tiba ketikamelihatnya. Sebab warga ke hutan hanya sebagian hanya mencari rotan,nilam, madu, dan beberapa ramuan obat-obatan tradisional.

”warga di sini kalau ke hutan bukan niatnya mencari anggrek, tapibekerja mencari nafkah dari rotan, nilam, dan hasil hutan lainnya. Kalausedang lihat anggrek nempel di pohon, ya diambil, terus dibawa pulang.Tidak sampai rumah biasanya sudah ada yang menawar di tengah jalan.Tapi tidai semua warga Mentawai, khsusnya ibu rumah tangga mencintaianggrek,” katanya.

Untuk memastikan jenis atau nama anggrek tersebut, tim redaksi Sasarainamenelusuri lewat internet melalui bantuan google. Namun juga tidak ditemukan.Akhirnya, foto bunga anggrek itu diunggah melalui akun pribadi tim redaksimelalui jejaring sosial facebook. Tujuannya, untuk mendapatkan respon darinwtizen yang memiliki pengalaman atau sekaligus pakar anggrek.

Sekitar 10 menit, komentar pun bertabur. Salah satunya akun bernama Patra,seorang aktivis dari Kogami menyatakan, agar langsung ditanyakan kepadapakar anggrek, yaitu istri mantan wakil Gubernur Sumatera Barat. ”Tuh,tanyakan aja langsung sama bu Marlis, pasti tau,” cuitnya memberi komentar.

Akhirnya, akun pribadi salah satu tim redaksi pun menjalin persahabatandengan istri mantan Wakil Gubernur Sumbar, dan memberikan komentar.

”Anggrek yg ditemukan di Mentawai oleh sdr kita Paklek adalah jenis Dendsecuntum atau Dend purpureum, krn perlu identifikasi lanjut, krn daun tdkkelihatan di foto untuk memastikan satu di antara dua species ini,” ujar nyoyaMarlis memberikan komentar. (isw)

Page 32: Majalah Sasaraina

PAUS TERDAMPAR

MEMBUSUKSEEKOR ikan besar yang diduga Paus panjang sembilan meter dengan berat

diperkirakan sekitar 1,5 ton terdampar di pantai Barat Siberut, tepatnyadiperbatasan wilayah Desa Simalegi dan Desa Simatalu, Kecamatan Siberut

Barat. Diduga ikan yang terdampar itu Paus.Salah seorang pegawai Kantor Camat Siberut Barat, Benediktus (43), juga sempat

mendatangi lokasi terdamparnya ikan paus tersebut. ”Panjangnya ikan itu dapat sekitarsembilan meter dengan lingkar badan jika masih utuh dua kali lipat besar drum, ataudengan berat mencapai 1,5 ton,” kata Benediktus kepada Sasaraina.

Seorang saksi mata lainnya Ronald Reagen (37) mengatakan, sejak awal ikan ituditemukan kondisinya sudah membusuk. Diperkirakan ikan tersebut sudah mati ditengah laut sekitar tiga hari sebelum terdampar. ”Ikan itu saya temukan sudah keadaanbusuk. Beberapa bagian tubuh ikan sudah hancur, sehingga sebagian tulangnya sudahkelihatan. Mungkin ikan itu sudah mati sekitar tiga hari di tengah laut sebelumterdampar,” jelasnya Ronald.

Tidak ada yang bisa memastikan penyebab kematian ikan tersebut, apalagi inibaru pertamakalinya terjadi di wilayah perbatasan Simalegi dan Simatalu. Ada yangmenduga ikan itu mati karena terkena bom para nelayan ilegal yang berkeliaran.Sebagian juga ada yang menduga bahwa ikan itu mati karena terseret arus ke arahpantai.

Menurut cerita warga setempat, beberapa tahun yang lalu memang pernahditemukan dua ekor lumba-lumba terdampar di pantai dekat Betaet dalam kondisisudah mati, tetapi masih segar. Namun hal itu kurang menjadi perhatian warga bahkandianggap biasa-biasa saja. Berbeda dengan kajadian terdamparnya ikan paus kaliini, meskipun harus menempuh jarak waktu empat jam pulang pergi berjalan kaki,namun masyarakat sangat antusias untuk berkunjung melihat bangkai ikan dengandekat.

Sebagian warga menanti hancurnya daging ikan paus tersebut. Tujuannya, setelahdaging ikan hancur, warga akan mengambil tulang ikan untuk dijadikan pajanganuntuk perhiasan lainnya. Hanya saja bangkai itu sudah mulai tertimbun pasir, ”Sayalihat sebagian bangkai ikan sudah tertimbun pasir. Jika dilihat agak sulit untukmengambil tulangnya,” kata Ronald.

Meskipun demikian, sebagian warga tetap berambisi untuk bisa mendapatkantulang belulang ikan paus tersebut sesuai keinginannya. (mrd)

Lingkungan

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201532

Page 33: Majalah Sasaraina

SEORANG wargamenyaksikan lebih dekatterkait temuan ikan paus

yang terdampar dansudah membusuk di tepi

pantai, KecamatanSiberut Barat.

FOTO: MOERDANI/SASARAINA

Page 34: Majalah Sasaraina

Hamil 7 Bulan, Istri Wajib Di Padang

Mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan yang opti-mal bagi masyarakat di Kepulauan Mentawai masihbelum sesuai harapan. Lemahnya kepercayaanmasyarakat terhadap ketersediaan peralatan medismenjadi momok yang menakutkan bagi pasien dilingkungan daerah tersebut. Bagaimana ceritanya?

Tidak bisa dipungkiri, kasus kematian ibu dan anaksaat proses melahirkan di Kepulauan Mentawai masihkerap terjadi. Selain masih sangat minim tenaga medisatau tenaga dokter spesialis, peralatan medis seperti,lemari pendingin darah juga belum tersedia.

Anton salah seorang PNS yang pernah bertugas diDinas Kesehatan Kepulauan Mentawai mengaku, meskitunjangan daerah di Kepulauan Mentawai cukup besardi bandingkan daerah lain, namun kendala terbesar yangdihadapi oleh keluarganya yakni, ketika anak sakit atausaat istri akan melahirkan.

”Ini akan sangat terasa ketika bagi PNS yang sudahberkeluarga. Istri tidak saja menjadi stres karena akanmelahirkan, tetapi juga was-was sewaktu-waktu harusdirujuk ke Padang karena terkendala dengan ketersediaanperalatan medis,” ujarnya.

Jalan satu-satunya, menurut Anton, menjelang prosespersalinan, sang istri harus lebih dulu dibawa ke Padang,tentunya satu atau dua bulan sebelum melahirkan. Halitu ditenggarai, karena takut terjadi hal-hal yang membuatistri, mesti melakukan operasi cesar.

Selain itu, penanganan pasien dalam keadaan daruratatau kehilangan darah saat melahirkan mesti dirujuk kePadang. Untuk di rujuk ke Padang, jalan satu-satunyaharus menggunakan transportasi laut, seperti boatambulans terapung ataupun speed boat umum. Tidakjarang, pasien yang pendarahan sewaktu melahirkanatau sebelum melahirkan akan pendarahan lebihbanyak lagi akibat kondisi hempasangelombang di atas speadboat.

Sementara, transportasi udara, seperti pesawat punbelum cukup optimal dalam memberikan pelayanan.Pasalnya, selain bergantung pada penumpang, jadwalberoperasi pesawat hanya tidak lebih dari dua kali dalamsatu bulan.

Direktur rumah sakit umum daerah (RSUD)Kepulauan Mentawai, Marulam, kepada MajalahSasaraina, beberapa waktu lalu mengatakan, dokterspesialis yang ada di rumah sakit RSUD hanya berjumlahdelapan orang dengan status kontrak. Sedangkan untukdokter umum berjumlah 10 orang. Sementara peralatanmedis juga belum memadai.

”Tenaga dan peralatan medis memang sama-samapenting. Ketersediaan tenaga tanpa didukung dengan per-alatan juga tidak akan optimal. Memang, saat ini kendalakita, ketersediaan lemari pendingin darah,” ungkapMarulam.

Diakui Marulam, kondisi geografis Kepulauan Men-tawai menyebabkan sulitnya akses untuk kendala-kendala yang dihadapi pasien yang mesti dirujuk kePadang. ”Kita harapkan pada tahun 2015 ini, lemaripendingin darah sudah tersedia,” ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Mentawai, Lah-muddin mengatakan, tingkat kematian ibu dan anak saatmelahirkan di Kepulauan Mentawai memang masihcukup tinggi. Hal itu disebabkan masih rendahnyapartisipasi masyarakat dalam memeriksakan kandungan.

”Tingkat kematian bayi dan ibu pada tahun 2013,mencapai 39 dan 4 orang. Sedangkan, pada tahun 2014angka kematian bayi mencapai 23 dan 7 orang untukkematian ibu,” ungkapnya.

Di samping itu, kata Lahmudin, selain minimnyakesadaran dan minimnya partisipasi masyarakat dalammemeriksakan balita ke Posyandu, kematian ibu jugadisebabkan pendarahan saat melahirkan.

”Faktor ketersediaan darah untuk transfusi darah jugamenjadi kesulitan kita selama ini

dalam penanganan ibu melahirkan.Untuk transfusi darah diKepulauan Mentawai kita masihbergantung dari Kota Padang,”tutupnya. (arf)

LAHMUDDIN

MARULAM

Kematian Ibu MelahirkanMasih TInggi

ILUSTRASI : ISTIMEWA

Kesehatan

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201534

Page 35: Majalah Sasaraina

JANGAN heran jika saat Anda hamil muda ternyatasuami juga ikut merasa pusing, mual, dan muntah.Suatu studi menarik dilakukan oleh produsen popok

Pampers di Inggris kepada lebih dari 2.000 pria berusia16-55 tahun. Seperti dikutip dari republika.co.id, hasilstudi melaporkan bahwa sepertiga suami yang istrinyasedang hamil juga mengalami gejala seperti ngidam danmorning sickness. Dikutip dari parentsindonesia.com,para calon ayah ini menjadi lebih emosional, cengeng,pusing, mual, dan bahkan juga mengalami mood swing.Mereka juga mengaku mengidam makanan yang tidakseperti biasanya.

Dari para calon ayah yang mengalami gejala, tercatat26 persen yang mengaku mengalami perubahan mood,10 persen ngidam, dan 6 persen merasa pusing padahaltidak sakit. Uniknya, 3 persen dari mereka bahkan menga-ku mengalami nyeri kehamilan imajiner. Para pakar me-nyebut fenomena ini sebagai cauvades syndrome, yangbisa disebabkan oleh dua hal, stres karena perubahan kon-disi saat padangan hamil dan rasa simpati terhadapistrinya.

Studi lainnya yang dilakukan Dr. Arthur Brennan dariKingston University and St. George’s University of Lon-don, menyatakan bahwa para suami bisa mengalamiperubahan hormonal karena tubuh mereka meniru gejalakehamilan istrinya sebagai cara menyiapkan diri merekasebagai seorang ayah yang nantinya akan merawat anak.

Studi tersebut juga menyatakan bahwa calon ayah inimengalami kenaikan hormon prolaktin yang banyakditemukan pada ibu menyusui, sehingga mereka menjadilebih “lembut” dan emosional. (*/isw)

ISTRI HAMIL,KENAPA SUAMI NGIDAM?

FOTO: ISTIMEWA/DIOLAH SASARAINA

Kesehatan

SASARAINAEdisi: 02/Februari-2015 35

Page 36: Majalah Sasaraina

Penerangan Tidak Maksimal,Biaya Operasional Diesel Besar

SEBAGAI daerah terdepan dan terluar dipantai barat Sumatera, Kepulauan Mentawaimasih terkendala dengan pemerataaninfrastruktur, terutama penerangan darijangkauan jaringan listrik. Ironisnya, masihada penerangan yang belum maksimaldinikmati oleh masyarakat Kecamatan SiporaSelatan yang berdekatan dengan ibukotakabupaten, Desa Nemnemleleu.

Ironis memang, ketika majalah Sasarainaberkunjung ke desa Nemnemleleu beberapawaktu lalu. Meski memiliki penerangan listrikmenggunakan mesin diesel bantuan yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat.Namun, hal itu belumlah cukup membantudan dinikmati oleh masyarakat dengan layak.

Selain masyarakat harus mengeluarkanongkos yang besar untuk biaya penerangan,manfaat penerangan pun belum cukup opti-mal dinikmati oleh warga tersebut. Biaya yangharus dikeluarkan untuk satu kali operasionalmesin mencapai Rp 130 ribu untuk satumalam dengan kapasitas BBM jenis solarsekitar sepuluh liter. Sementara, lamapenerangan mulai pukul 18.00 hingga 24.00wib (enam jam).

Ongkos yang harus dikeluarkan olehwarga setiap bulan bisa mencapai Rp 300 ribu,tergantung berapa besaran watt lampu di tiaprumah. Selain itu warga mesti membayar Rp1000 per bola lampu. Dana yang terkumpuldari warga digunakan untuk biaya operasionaldan upah teknisi yang mengoperasikan mesin.

Salah seorang warga yang tinggal diDusun Sagicik, Sudi mengatakan, pengelua-ran untuk biaya penerangan jelas memberat-kan warga. Meski demikian, warga menyadari

bahwa hal itu sudah menjadi risiko bagi wargayang tinggal di pedesaan. ”Ini jelasmemberatkan bagi masyarakat dengan biayabesar yang harus dikeluarkan. Di sini saja, adasekitar 60 kepala keluarga (KK). Rata-rata dirumah mereka memiliki bola lampu palingsedikit 6 bola. Ya, mungkin ini nasib wargayang tinggal di desa-desa,” ujarnya.

Selain penerangan yang tidak optimal,tegangan listrik menggunakan mesin dieselmasih terlalu rendah. Bahkan untukmenggosok pakaian harus menggunakanmesin ganset atau mesin pendukung. Sebabtengangan diesel tidak sanggup untukmemanaskan peralatan elektronik, sepertimesin gosok pakaian.

”Padahal jaringan listrik Sioban sudahmendapat suplay dari ibukota kabupaten. Lalukenapa Desa Mara dan Nemnemleleu yangberada dekat dengan Sioban belum jugamendapat penerangan,” tanya Sudi.

Tidak hanya di Dusun Sagicik DesaNemnemleleu. Beberapa desa lainnya di Keca-matan Sipora Selatan juga masih mengalamihal yang sama, seperti Desa Mara, Nemnem-leleu, Bosua, Beriuolou, dan beberapa desalainnya. Pada tahun 2013 lalu, sudah ada ren-cana penerangan jaringan listrik melalui pro-gram listrik desa (lisdes) ke daerah tersebut.

”Saya juga tidak terlalu paham apapenyebab dibatalkan jaringan arah ke DesaMara, dan Nemnemleleu. Setahu saya, seluruhmasyarakat sudah menyetujui pemasanganjaringan listrik ke tempat kami, tapi belum adakepastiannya. Bahkan, program lisdes kedaerah kami dialihkan ke desa lain,” ujar Sudiyang juga salah seorang guru sekolah dasar

di dusun tersebut.Menanggapi hal itu, kepala PLN Rayon

Tuapejat, Joni Sitorus mengatakan, tidakmengetahui adanya rencana program lisdes kedaerah tersebut pada tahun 2013. Menurutnya,pihak PLN tidak pernah melakukanpengalihan pemasangan jaringan tanpalandasan atau dasar-dasar tertentu. Rencanapemasangan listrik program lisdes ke DesaMara dan Nemnemleleu kemungkinan akandilaksanakan paling cepat tahun 2016 atau2017.

”Sampai sekarang saya belum tahu adanyarencana lisdes untuk daerah tersebut. Mungkinuntuk program lisdes akan dilaksanakan tahunini. Tapi coba tanya langsung ke PLNwilayah,” ujarnya.

Asisten II Bidang Ekonomi PembangunanKepulauan Mentawai Nurdin mengatakan,tidak mengetahui persoalan pengalihan ja-ringan lisdes ke desa lain. Jika memang adakemungkinan pengalihan jaringan, tentupihak PLN menyampaikan ke pemerintah.

”Sampai sekarang saya belum mendengarada pengalihan jaringan ke desa lain. Kalauitu memang ada, ini perlu kita bicarakandengan pihak PLN,” ujarnya.

Selain itu, tambah Nudrin, dalam pengem-bangan jaringan listrik juga membutuhkandukungan dari seluruh masyarakat. Padaprinsipnya, segala persoalan ataupun kendaladi lapangan dapat diselesaikan dengan komu-nikasi yang baik.

”Kita akan upayakan secepatnya, agar pe-nerangan dapat dirasakan oleh masyarakat se-cara merata di Kepulauan Mentawai,” pung-kasnya. (arf)

Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet beberapa tahun lalu, memantau program Mentawai terang bantuan dari Program PNPM Mandiri Perdesaan.

FOTO: ISWANTO. JA/SASARAINA

Control

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201536

Page 37: Majalah Sasaraina

2015, MentawaiBUKA CPNSRENCANAN penerimaan CPNS di

Kabupaten Kepulauan Mentawai,masih menunggu informasi dari

Kemenpan dan Provinsi Sumatera Barat.Sampai saat ini belum ada informasi yangpasti dari rencana awal yang dibuat BKD.Sesuai dengan kebijakan pemerintah akanmemberlakukan moratorium, namun khusustenaga teknis kesehatan dan guru akan tetapdibuka karena sangat dibutuhkan diMentawai.

Kepala BKD Kepualuan Mentawai,Oreste Sakeroe, di dampingi Kabid Pengadaandan Mutasi Pegawaian mengatakan, tahun2015, rencana akan ada penerimaan CPNSdan sudah dianggarkan dananya. Namundalam perencanaan itu pelaksanaannya tidaksama dengan tahun 2014. Untuk tahun 2015,menggunakan sistem KEP dan difasilitasi olehBKM. Selain itu, gedung ujian dipersiapkan,peralatan seperti computer, sehinggamenjelang tes CPNS sudah disiapkan, namunmasih menunggu informasinya.

”Untuk formasi jadwal penerimaan CPNSbelum bisa ditentukan. Yang jelas dari BKDMentawai mengusulkan paling banyak. Sebabkebutuhan tenaga masih banyak diperlukan,tetapi yang akan menentukan Kemenpan ber-dasarkan analisis kita,” jelas Oreste yang jugamantan Kabag Humas kepada Sasaraina.

Oreste menjelaskan, ke depan pelak-sanaan penerimaan CPNS tidak sama dengantahun kemaren. Sebab sistimnya mengguna-kan KEP dan pelaksanaan ujian akan dilaku-kan satu tempat di Aula BKD Mentawai.

Kesempatan sama disampaikan KabidPengadaan dan Mutasi Pegawaian Robertius,tujuan pelaksanaan CPNS mutlak kebutuhan.Diyakinkannya, sejauh ini setiap penerimaanCPNS di Mentawai tidak ada peserta titipandari pejabat untuk meluluskan. Semua pelak-sanaan dilakukan sesuai aturan yang berlakudan dilakuakan secara transparan.

”Memang ada beberapa peserta mengun-durkan diri, dan bahkan yang lulus juga mintadipindahkan setelah mengabdi setahun diMentawai. Alasannya mereka tidak sanggupdengan kondisi daerah Mentawai,” jelasnya.

Menurutnya, sejak awal pihak BKD Men-tawai sudah memberikan peluang bagi yangmemilih lokasinya sendiri. Jika memang sang-gup tinggal masukan lamarannya ke BKD.Namun ini banyak yang mengundurkan dirijadi CPNS, karena kondisi. Jadi versi PemdaMentawai dengan tempat lain tidak sama.

Pada penerimaan CPNS 2015 akan diber-lakukan memakai sistim computer, sedangkanuntuk sistim pedaftaran sesuai denganinformasi dari BKN sudah wajib pakai sistimonline. Nantinya peserta akan berurusan de-ngan BKD Mentawai dan calon peserta akanberurusan dengan alamt website BKN yangsudah terdaftar dan diterima oleh BKN yangsudah diverifikasi dan dikembalikan ke BKD

Mentawai untuk diumumkan kelulusanpeserta.

”Memang kita akui bahwa yang na-manya sistim online masih terkendala, inijadi persoalan. Dari tahun-tahun kemarensudah diberlakukan dan ini pun sudah disam-paikan ke pusat bahwa kita belum siap. DiMentawai cuma ada internet hanya di Kabu-paten, akan tetapi kita berlakukan pendaftaransistim online. Mentawai tidak akan siapdan tak ada yang mendaftar. Pesertapasti akan ke Padang dan ini jadipertimbangan kita di BKD. Kedepan akan tetap diberlakukansistim online sesuai dengankebijakan pemerintah. Kitaakan membuka jalur internetdisetiap kecamatan,” jelasnya.

Selain itu tambahnya, un-tuk proses penerimaan CPNStetap mengacu pada aturan se-suai dengan Perka No. 9 Tahun2014, dan semua tidak lepas dariaturan tersebut.

Di samping itu, nasib honoreryang belum terangkat tahun 2013sebagai CPNS, bahwa ini masihjadi persoalan di Menpan dan BKN.Dari BKD Mentawai sampai seka-rang masih memperjuangkan nasibhonorer agar muncul K3. Sebe-lumnya K1 dan K2 tidak ada, karenatekanan dari daerah, makanyamuncul K1 dan K2 dengan banyak-nya tenaga kontrak. Sampai seka-rang masih banyak tenaga kontrakyang mengabdi dipemerintah.

”Pada tahun ini belum dipastikanuntuk pengangkatan tenaga honorermenjadi CPNS karena harus adapayung hukumnya. Kkarena payunghukum tahun kemaren tidak berlakulagi, dan kita masih menungguaturan baru untuk melakukanpendataan dan dimasukkan ke database BKN,” tuturnya

Jumlah keseluruhan honorer diMentawai yang terdata untuk K2sebanyak 350 orang, dan yang lulustahun kemaren sebanyak 141, masihtersisa 209 orang. Itu masih banyaklagi yang belum masuk data.

Menurut Robertuius, peluang ho-norer di Mentawai, diperkirakan hanya50 persen. Sebab sekarang sudahberlaku aturan ASN. Pemerintah akanmenghilangkan honorer, hanya tenagakontrak ASN sesuai peraturan UU No 5tahun 2014. Perlakuan tenaga kontrak ASNdan PNS haknya sama, cuma mereka tidakmendapatkan pensiun. Nasib dari tenaga hon-orer selanjutnya bukan tugas BKD. Namunsifatnya interen dari SKPD masing-masing,sesuai kebutuhan (ers) ORESTE SAKEROE

FOTO: ISWANTO. JA/SASARAINA

Birokrasi

SASARAINAEdisi: 02/Februari-2015 37

Page 38: Majalah Sasaraina

DALAM tradisi adat Mentawai pengambilan suatu keputusan untukkepentingan bersama tidak serta merta diputuskan oleh Sikerei (dukun,red) ataupun Rimata (pemuka adat, red). Namun juga melalui tahapan

atau dikenal dengan istilah mujurut atau musyawarah. Bagaimana caranya?Istilah kata Mujurut sendiri dalam bahasa Mentawai merupakan kegiatan

memasak pisang ataupun sagu dengan menggunakan bambu. Seperti halnyamembuat masakan lemang di daerah Pariaman. Biasanya, kegiatan tersebut,dilaksanakan disalah satu ladang yang juga telah disepakati sebelumnya.Sanak famili yang datang mujurut juga terlibat langsung dalammenyiapkan makanan tersebut.

Meskipun begitu, tidak diketahui secara pasti sejak kapantradisi mujurut tersebut berkembang. Selain itu, informasi yangdidapat Majalah Sasaraina, juga tidak ada ketetapan spesifikatau ketentuan makanan dalam mujurut. Bahkan, semua jenismakanan tergantung dari apa yang telah disepakati sebelummujurut. Walaupun begitu, kegiatan mujurut tetapdilakukan secara bersama-sama.

Sembari menyiapkan masakan, mereka salingbertukar cerita atau berbagi pengalaman. Terkadangjuga membahas persoalan-persoalan yang tidakmungkin dituntaskan dalam kondisi tertentu danhanya mungkin bisa dibicarakan melalui mujurut.Lambat laun, mujurut sendiri berkembang. Tidakhanya membahas persoalan antara keluarga,tetapi juga pengambilan suatu keputusan untukkepentingan bersama atau masyarakat.

Zulkifli, 56, salah seorang tokohmasyarakat di Desa Sioban, Kecamatan SiporaSelatan yang masih melestarikan kegiatanmujurut mengatakan, bahwa selain dapatmenjalin keakraban antar sesama, kegiatanmujurut dapat merembukkan ataumerencanakan ide atau pengambilankeputusan untuk kepentingan bersama.

”Nenek moyang kami sudah sejak lamamelaksanakan mujurut. Sekali sebulan dandi hari libur, saya biasanya mengajak sanakfamili terdekat melakukan mujurut. Tidakhanya membahas hal-hal besar, kadanghanya sekadar mengundang kawan-kawanterdekat, untuk sekedar menikmati makanansaja,” ucap Zul—yang akrab disapa.

Klemen, juga salah seorang tokohmasyarakat di Desa Sioban mengatakan,nenek moyang orang Mentawai dahulunyatelah memahami sikap berdemokrasi dalammengambil keputusan. Pemberlakuan hukumatau sanksi adat melalui tulo atau denda, tidakserta merta diputuskan begitu saja.Pemberlakuan tulo yang biasanya berupa dendabeberapa bidang tanah, tetap diputuskan melauikesepakatan adat.

Namun, saat ini, katanya, tidak banyak lagiyang melakukan kegiatan mujurut . Selaindisebabkan karena kesibukan masing-masing, jugakondisi masyarkat yang sudah melupakan tradisi itusendiri. ”Sekarang orang-orang lebih senang bekerjaketimbang meluangkan waktu atau bercengkrama agaksebentar,” ucapnya.

Mujurut sendiri, juga mengandung nilai-nilaikebersamaan. Di mana, tidak hanya dilakukan ketika akanmembahas sesuatu, ataupun dilaksanakan di ladang yangsudah digarap sebelumnya. Namun, juga dilakukan saatmembuka lahan atau ladang baru dengan mengundang sanakfamili untuk makan bersama.

Pada hakikatnya tujuan utama dari Mujurut, kata Klemen, adalahuntuk menjalin keakraban di antara sesama keluarga dan tetanggasekeliling. Dengan terjalinnya keakraban tersebut, segala persoalan yangsulit akan dapat dipecahkan dengan bersama.

Di samping itu, persoalan yang tidak mampu dipecahkan di dalam suaturapat, maka jalan satu-satunya dengan mujurut. Kemudian dengan kegiatanmujurut juga akan mampu membangun keterbukaan di antara sesama anggotakeluarga dan lingkungan sekitar.

”Memang tidak semua daerah di Mentawai mengenal istilah mujurut. Hanyabeberapa daerah yang masih menjalankan tradisi mujurut. Inilah salah satunyayang masih terus kami lestarikan di Pulau Sipora,” tuturnya. (arf)

MUJURUTMenyelesaikanMasalah Kusut

FOTO: ISTIMEWA/DIOLAH SASARAINA

Budaya

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201538

Page 39: Majalah Sasaraina

Hibah Tanah MasihRentan Tuntutan

BUPATI Kepulauan Mentawaimeresmikan dan membukapemukiman relokasi mandiri,

sekaligus pemilik tanah menyerahkan surathibah tanah lokasi bangunan SMK Bahari diDusun Taraet, Desa Betu Monga, KecamatanSipora Utara. Hadir pada acara tersebut WakilBupati Mentawai, Dandim 0319, Danlanal,Ketua DPRD serta Anggota, beberapa KepalaSKPD, dan Kabag Humas.

Yudas Sabbagalet dalam kesempatan itumengatakan, tanah yang sudah diserahkanatau dihibahkan akan disertifikatkan. Sebabpersoalan tanah di Mentawai masih rentandengan tuntutan dikemudian hari. Maka sejakdini harus komitmen dan tidak boleh plin-plandi belakang hari. ”Ini juga terjadi pada tanahyang ada di kantor Bupati yang awalnya sudahdiberikan kepada pemerintah secara hibahseluas 100 hektar. Namun sekarang jadi bahanpemikiran,tanah yang sudah diserahkan olehSibakat Polak (si pemilik tanah) menuntutkembali,” ujarnya.

Yudas berharap, masyarakat yang me-miliki tanah tersebut betul-betul memberikanuntuk pembangunan demi masyarakat, demiMentawai, bukan karena ada maksud tertentu.Terkait tanah yang bermasalah di kantor bupatitersebut, pemerintah sendiri akan menuntas-kan permasalahannya, baik tanah yang ada di

Siberut, Sipora sampai ke Sikakap. ”Ini mem-buat waktu kita habis hanya untuk menyele-saikan persoalan tanah setiap tahunnya. Jadiserahkanlah tanah tanpa pamrih dalam kon-teks untuk membangun Mentawai. Sebab bu-kan orang lain yang akan membangun Men-tawai kalau bukan kita sendiri. Pembangunantersebut butuh pengorbanan, kalau tidak adapengorbanan kita, pembangunan Mentawaitidak akan jalan,” tegas Yudas.

Yudas mencontohkan, salah satu daerahyakni, Desa Saurainuk, pemerintah membe-rikan pembangunan. Sebab masyarakatnyamemberikan tanah untuk pembangunan ge-dung olahraga (GOR) dan lokasi pembangu-nan kampus dengan tulus demi pembangunanMentawai. Jadi dalam hal ini masyarakat su-dah mau membuka diri. Jadi inilah kuncinya.

”Agar Mentawai cepat maju, maka masya-rakat yang mau berkorban dan berkembangbersedia memberikan tanah pada pemerintah.Tentunya dengan bantuan dan kerja samadengan masyarakat itu kita buka pembangunansesuai permintaan dari masyarakat. Jika ada halyang lain kita bisa bicarakan,” tuturnya.

Soal tanah, Yudas menegaskan, untuk pe-nyelesaiannya harus dibuat badan hukumnyadengan lengkap, sehingga dikemudian hari ji-ka kepala desa atau camatnya sudah digantitidak ada beban lagi. Diharapkan dengan ada

bantuan dari DPRD Mentawai tentu juga bisamemfasilitasinya jika tidak ada hal-hal yanglainnya. Persoalan pembangunan gedung diTaraet ini, terkait rencananya untuk pemba-ngunan SMK atau yang lain akan dipelajaridulu, sebab masalahnya bukan sesederhanaitu.

”Termasuk pembangunan rumah janganmenjadi suatu perpecahan antara masyarakatdan daerah. Pemerintah mau mempersatukanmasyarakat, bukan sebaliknya, jadi perpeca-han. Tentu kalau perpecahan yang terjadi akanmenambah beban pemikiran pemerintah,”katanya.

Menurut Yudas, Mentawai sekarang su-dah terbuka. Selain itu juga harus menjagaidentitas. Suatu kebanggaan dengan penyam-butan yang dilakukan masyarakat ketika pe-merintah hadir. Apalagi, rangkaian bungayang dikalungkan oleh setiap tamu, baik pe-jabat atau tokoh adat dan agama, kalunganhiasan harus ada. Sebab meski terlihat seder-hana, kalung hiasan bunga tersebut merupa-kan identitas Mentawai dan tidak ada di tem-pat lain. ”Saya hanya melihat penyambutantamu pejabat dengan mengalungkan bungayang ada hanya di daerah suku Dayak, selaindi Mentawai. Ini harus dikembangkan dan kitajangan minder menjadi orang Mentawai,”pesan Yudas. (ers)

FOTO: HERI SUPRIANTO/SASARAINA

BUPATI Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggaletbersama rombongan mnggunting pita sebagai simbolperesmian SMP.

Budaya

SASARAINAEdisi: 02/Februari-2015 39

Page 40: Majalah Sasaraina

INVESTORMASIHMIKIR

POTENSI besar Sumber Daya Alam (SDA)yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawaimerayu minat para investor untuk

berinvestasi . Sayangnya, beberapa faktor memicukeengganan pengusaha dan investor menanamkanmodal di Bumi Sikerei. Himpunan PengusahaMuda Indonesia (HIPMI) Sumbar menilai, Pemdasetempat mesti menjadi leader dan menyiapkanmaster plan pembangunan.

Ada nilai lebih yang dimiliki Mentawai selainSDA yang terkandung di buminya, yakniketerbukaan diri pemerintah setempat. KeterbukaanPemda tersebut mendapat apresiasi dari HIPMISumbar. Hanya saja, tata kelola sistem berinvestasidi Mentawai belum tercium ke dunia luar. KetuaV HIPMI Sumbar, Richard Erlangga menilai,kelemahan inilah yang menyebabkan enggannyainvestor masuk ke Mentawai.

Bagi para pengusaha dan investor, ketikaberdiskusi tentang Mentawai, yang menonjol hanyasusahnya transportasi, masalah listrik dan kondisisinyal yang masih jauh dari harapan. Kalaupunterngiang hasil hutan dan kebun, potensi ikan danpariwisata, hanya sebatas ekspos sesaat. Setelahitu, potensi yang digadang-gadangkan lenyap lagi.Datang dan pergi dalam sekejap.

”Kami belum melihat ada tata kelola yangbersifat kontiniu. Makanya investor masih mikir-mikir,” kata Richard saat ditemui Sasaraina.

Richard mencontoh pada Lombok dan Papua,hematnya, pemerintah setempat langsung menjadileader pengembangan pembangunan. Pemda lang-sung membentuk tim master plan yang terdiri dariberbagai unsur. Di sana terlibat pemerintah, tokohmasyarakat, organisasi kemasyarakatan, pakar danmedia. Tidak bisa instan. Minimal, tim akan be-kerja mengkaji wilayah selama 1 tahun. Semua pu-lau harus dievaluasi dan dikaji potensi masing-ma-

Richard: ”Kami Belum Melihat Ada TataKelola Bersifat Kontiniu di Mentawai”

Investasi

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201540

Page 41: Majalah Sasaraina

sing. Sebab, ada pulau yang berpotensi untukmencari ikan, ada pula yang berpotensi untukpengembangbiakan ikan. Jika yang dikembang-kan tambak ikan, tata kelolanya harus jelas.

Begitu juga pariwisata, perkebunan dansebagainya. Sebelum membuka peluang untukinvestor, pemda juga harus menyiapkan timpengelola berbentuk badan otonom percepatanpembangunan. Badan otonom ini kelak yangmenjadi cikal bakal Badan Usaha Milik Daerah(BUMD). Tim pengelola inilah yang akanmembagi kapling untuk di investasikan. Diamencontohkan pada tambak ikan, ketetapanharga dan kejelasan kerjasama sudah jelas. Samahalnya dengan pariwisata, perkebunan danpotensi lainnya.

Bagi investor, kejelasan lembaga pengelolasangat dibutuhkan. Mereka tidak ingin, setelahmenanamkan investasi, kemudian ada kendaladari warga setempat dan terbentur regulasi.”Selama ini kami melihat belum ada tata keloladan tata hukum di sana (Mentawai-red). Siapayang ingin berinvestasi masuk tanpa dikoordinirsatu lembaga berlegalitas,” jelasnya.

Richard sendiri, masih enggan berinvestasikarena belum melihat adanya tata kelolatersebut. Dia menilai, khusus di Mentawai, peranbesar pemerintah yang dituntut. Pemda mestijemput bola. Umpanya, diskusi dengan inves-tor dan pengusaha secara resmi untukmempromosikan potensi yang telah ditatanya.Intinya, menjual master plan. Saat ditanyaSasaraina, Richard mengaku, bahkan belumpernah ada pertemuan resmi antara HIPMI danPemda jika Mentawai mau menjual potensinya.Untuk bidang pariwisata, sebetulnya, banyak in-

vestor yang ingin masuk ke Mentawai. Pasalnya,siapapun investor masuk akan menjadi pelopordan peluang membesarkan usahanya besar.

Keraguan investor ialah transportasi.Sekiranya aksesibiltas lancar, dia memastikaninvestor akan berduyun-duyun ke Mentawai.Tidak harus darat, transportasi laut tidak adapersoalan asalkan terjamin. Kendala terbesaryang mesti diantisipasi belum terbukanya asetpenjualan. Secara otomatis, biaya penjualanakan mahal. Biaya produksi naik. Setelah inves-tor menghasilkan ikan di Mentawai, investorharus mengkucurkan biaya besar lagi untukmendistribusikan.

Berinvestasi secara personal di Mentawai,pasti dijumpai kendala tersebut. Namun, apabilaada badan otonom, investor dikumpulkan,umpama ada 10 investor memiliki satu petaktambak yang masing-masing menghasilkan 10juta ton ikan, badan otonom dapat mengundangpengusaha luar. Pengusaha luar langsung masukdan menjemput barang ke Mentawai. Bisnishomestay juga menjanjikan. Tetapi tidakdibiarkan tumbuh begitu saja. Tetap di bawahkontrol master plan yang ada. Pemerintah harusmengarahkan pembangunan fasilitas umum kewilayah homestay. Pemetaan potensi jelas, arahkebijakan jelas, dengan sendirinya investor akanmasuk ke Mentawai.

Baginya, yang terpenting sinergisitas arahpembangunan lintas sektor SKPD dan targetpembangunan kabupaten. Masterplan dan tata-ruang yang akan memuluskan pembangunanaksesibilitas di Mentawai. Pemerintah Provinsi,sebagai jalur komunikasi Pemkab ke pusat tidakboleh lepas tangan. Mereka mestimemperjuangkan dengan sungguh-sungguh danberkelanjutan. Jangan berganti kepala daerah,ganti pula kebijakan. Pemerintah Provinsi harusselalu mencarikan jalan keluar. Dorongan terusmenerus. Dipastikannya, Mentawai akan dilirikapabila tata kelola oleh Pemda setempat matang.Tata kelola itupun harus ”dijual” ke investor danpengusaha.

Promosikan kalau Mentawai telah memper-siapkan segalanya untuk investor. Ajak seluruhelemen diskusi, termasuk organisasi pengusahadan investor yang ada di Sumbar dan Indone-sia. Harapannya, pemerintah pusat dapatmemprioritaskan pengembangan pembangunanMentawai terutama transportasi dan teknologi.”Berinvestasi itu harus jelas. Kejelasan inilahyang akan dikalkulasikan oleh investor. Kita diHIPMI inginnya, ketika berinvestasi, ada badanotonom yang dinaungi pemerintah. Lembaga iniyang jadi induknya para investor. Jadi kemung-kinan akan ada kendala kecil dan investor masukterkontrol,” jelas Richard. (dbf)

Page 42: Majalah Sasaraina

”PR” BUTA AKSARADiprioritaskanPEMERINTAH kepulauan Mentawaimelalui dinas pendidikan setempatmenargetkan pada 2016 mendatang, akanmenuntaskan masyarakatnya bebas dari butaaksara. Di mana, komitmen pemkab setempatmenuntaskan buta aksara sejak tahun 2010hingga 2014 menyisakan buta aksarasebanyak 1511 orang.

“Sejak tahun 2010 hingga 2014, jumlahkelompok belajar yang kita bina melalui pusatkegiatan belajar masyarakat (PKBM) di se-puluh kecamatan yang ada di kepulauan Men-tawai mencapai 200 kelompok. Nah, hingga

sekarang menyisakan sebanyak 1511 orangbuta aksara saja. Ini semestinya menjadi pres-tasi yang menggembirakan untuk kepulauanMentawai,” ungkap kepala bidang pendidikannon formal dan infomal (PNFI) Qamaisir, diruangan kerjanya.

Sebagai salah yang membidangi keak-saraan fungsional (KF), diakui oleh Qamaisir,tidak mudah menuntaskan persoalan butaaksara di kepulauan Mentawai. Selain kondisigeografis kepulauan Mentawai yang terpisahsatu sama lain, ketersediaan anggaran yangminim juga menjadi faktor penentu dalam me-nuntaskan buta aksara di kepulauan

Mentawai.Di mana, saat ini dari sepuluh

kecamatan yang ada di kepulauanMentawai, tingkat buta butaaksara yang paling tinggi beradadi dua kecamatan, yaknikecamatan Siberut Barat dankecamatan Siberut Uta-ra.”Dengan adanya programpusat kegiatan belajar masya-rakat (PKBM) dengan durasitatap muka selama 160 jam, dandua orang tutor per kelompok,kita harapkan mampumenuntaskan persoalan butaaksara di kepulauan Mentawai,”ujarnya.

Berdasarkan data dari badanpusat statistik (BPS) pada tahun2010, jumlah buta aksara dikepulauan Mentawai mencapai

5715 atau sekitar 40 persen dari70 ribu lebih penduduk Men-

tawai. Sementara, data daripemkab Mentawai

sendiri terdapat 13,27persen jumlah buta

aksara atau sekitar10 ribu orang.

Terjadinyap e r b e d a a n

data antaraPemkab

Mentawai dengan data BPS, dikatakanQamaisir, disebabkan pertumbuhan pendudukyang cukup tinggi dan warga yang masuk kekepulauan Mentawai dari tahun ke tahun jugamengalami peningkatan. Menurutnya,penggunaan data BPS lebih validdibandingkan dengan data pemkab itu sendiri.

”Ini juga sudah menjadi kesepakatan kitabersama tim TAPD untuk menggunakan datayang dari BPS. Sebab, kalau kita mengguna-kan data dari pemkab, sulit dipercaya pertam-bahan penduduk selama empat tahun men-capai 4 ribu. Kalau tetap kita paksakan peng-gunaan data dari pemkab, maka jumlah butaaksara bisa mencapai 10 ribu lebih,” ujarnya.

Selain membidangi KF, Qamaisir yangjuga membawahi kesetaraan jenjang pendi-dikan paket A, B dan C tersebut, mengatakan,anak atau remaja yang terputus sekolah atauberhenti melanjutkan pendidikan juga men-jadi prioritas pemkab Mentawai itu sendiri.Di mana pada tahun 2013 tingkat kelulusanyang mengikuti paket A, B, dan C mencapai82,2 persen, diantaranya, 271 orang untukpaket A, 243 orang untuk paket B, dan 337orang untuk paket C.

Sementara, pada tahun 2014 tingkatkelulusan mengalami peningkatan, yaknimencapai 91,88 persen, dengan kriteria paketA 84 orang, paket B, 326 orang dan paket C,532 orang. Walaupun begitu, dikatakan Qa-maisir, penyelenggaraan paket sendiri, masihbanyak terkendala dengan berbagai hal.Seperti terbatasnya anggaran, hingga penye-lenggara atau guru pengajar yang berasal darilingkungan sekolah sekitar, enggan melak-sanakan kegiatan pembelajaran.

Program penjaringan warga belajar(PWB) dan siulisasi pada tahun 2015, dikata-kan Qamaisir, juga dibantu melalui danaAPBN sebesar 50 persen, setara dengan alo-kasi dana pendidikan APBD kepulauan Men-tawai. Namun, di sisi lain, penghapusankegiatan paket A dan B oleh DPRD kepulauanMentawai pada pembahasan RAPD 2015 lalu,dikatakan Qamaisir, menjadikan kegiatan pa-ket tidak lagi berjalan dengan optimal. ”De-wan meminta kita fokus kepada paket C saja,sementara paket A dan B masih banyak yangbelum tuntas. Padahal ini kan programnasional,” ujarnya.

Ke depan, kata Qamaisir, sesuai harapanBupati, dengan adanya penuntasan buta ak-sara di kepulauan Mentawai yang cukup ting-gi, diharapkan ada semacam apresiasi dari pe-merintah, seperti yang pernah di raih oleh dae-rah Kepri. “Sekarang kita sedang mengaju-kan permohonan mendapatkan penghargaantugu pensil kepada pemerintah. Sebagai sa-lah satu bentuk prestasi yang diraih Menta-wai dalam menuntaskan buta aksara,”pungkasnya. (arf)

QAMAISIRFOTO: ARIF/SASARAINA

Pendidikan

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201542

Page 43: Majalah Sasaraina

KEPALA Sekolah SD Negeri 18Simalegi Tri Sujoko (41) dan paraguru SMP Negeri 1 Siberut Barat

resah tak bisa menyelesaikan laporan(dapodik) yang harus dikirim melalui internet.Hal ini diakibatkan jaringan wifi di KantorCamat Siberut Barat semakin lelet.

Selama dua hari berturut-turut mencobamengirim beberapa data, namun tak adasatupun yang berhasil dikirim. Keadaan wifidi Kantor Camat Siberut Barat memang sudahmulai melemah sejak pertengahan 2014 lalu,namun keadaannya tak separah saat ini.

Adrianus Siripapari (36) Kepala SekolahSMP Negeri 1 Siberut Barat, saat dikonfirmasiMajalah Sasaraina, mengeluhkan persoalantidak adanya fasilitas yang harusnyadisediakan untuk kepentingan sekolah daridinas terkait, padahal sudah sering diusulkan.

”Saya sangat kesal, harusnya sekolah kitadi sini sudah selayaknya difasilitasi internet.Apalagi semua urusan yang menyangkutsekolah harus berbasis online, kami sudahsering usulkan ke pusat, namun hal itu belumdirespons,” ujarnya.

Kepala Cabang Siberut Barat Sinou (49),saat ditemui Majalah Sasaraina di ruangkerjanya menjelaskan, sebenarnya persoalaninternet sudah pernah diperdebatkan. Namunsesuai prosedur, fasilitas itu belum bisadiberikan bila cabang belum mempunyai

kantor sendiri.”Kami sudah perdebatkan persoalan

internet ini, bahkan sudah sampai dihadapanDPRD. Namun kita tak bisa berbuat banyakkarena kita dituntut harus mempunyai kantorsendiri terlebih dahulu. Setelah itu baru kitabisa difasilitasi internet. Selama ini kita masihmenumpang disalah satu ruangan kantorCamat. Ya, kita pakai saja dulu fasilias kantorcamat,” ujarnya.

Pantauan Majalah Sasaraina, jaringanwifi di kantor camat memang sudah dibebaskan oleh pihak camat kepada semuapihak yang membutuhkan sejak 2013. Namunkondisi seperti saat ini yang menyebabkesulitan bagi pengguna wifi.

Puskesmas Betaet ternyata juga mempu-nyai perangkat yang sejenis dan samapenyakitnya. Selain itu tidak ada usaha per-baikan perangkat oleh instansi terkait, se-hingga staf puskesmas juga harus melalaikanjam kerja saat harus menggunakan jaringanwifi di kantor camat.

Hal ini penting menjadi perhatian Pemkabdan DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai,terutama oleh dinas terkait. Sebab tidak bisameningkatkan mutu pendidikan dankesejahteraan masyarakat di KecamatanSiberut Barat jika selalu dalam keterbatasanfasilitas yang mestinya menjadi kebutuhanutama. (mrd)

INTERNET

LAPORAN

TELAT

L L TE E

TIGA pegawai sedang mengakses internet diKantor Camat Siberut Barat.

FOTO: MOERDANI/SASARAINA

Pendidikan

SASARAINAEdisi: 02/Februari-2015 43

Page 44: Majalah Sasaraina

PELANCONGASINGJadi Guru Bahasa InggrisKEINDAHAN alam Mentawai tidak

hanya mengundang wisatawanmancanegara berkunjung. Lebih dari

itu, potensi alam Mentawai yang menjanjikanmesti didukung dengan sumber daya manusiayang memadai, terutama dalam hal kecakapanberkomunikasi. Setidaknya, itulah motivasiyang diungkapkan oleh Karen, salah seorangpengajar les bahasa Inggris di DesaMapadegat, Kecamatan Sipora Utara.

”Nice to meet you, (senang bertemuAnda),” ungkap perempuan asal Inggrisdengan senyum dan ramah kepada MajalahSasaraina, ketika menghadiri kegiatanperesmian tempat les yang berada di kawasanpemukiman warga Desa Mapadegat.

Kepedulian Karen dan beberapa rekannyayang lain untuk membuka les bahasa Inggristersebut, muncul ketika tingginya antusiasmasyarakat Mentawai yang mau belajarberkomunikasi dengan menggunakan bahasaInggris.

Karen sendiri mengaku, menjadi guru lesbahasa Inggris sejak berada di Dusun Katiet,Desa Bosua, Kecamatan Sipora Selatan,sekitar 2,5 tahun belakangan. Namun karenaada beberapa kendala dan pertimbangan,akhirnya mereka memindahkan lokasi les keDesa Mapadegat—yang juga dekat salah satulokasi surfing terkenal di Mentawai, atau biasadi kenal dengan spot teleskop.

”Kami senang, terutama berbagi ilmupengetahuan. Saya pikir, masyarakatMentawai sangat senang belajar bahasaInggris. Jadi, kenapa tidak kami kembangkanpengetahuan berbahasa Inggris kepadamasyarakatnya,” ungkap Karen denganbahasa Indonesia yang cukup lancar.

Meski belum memberikan nama khususuntuk tempat les tersebut, namun antusiaswarga belajar bahasa Inggris cukup tinggi. halini terlihat dari banyaknya jumlah peserta yangtelah mendaftar. Dalam kegiatanpembelajaran, penyelenggara juga tidakmemberikan kriteria khusus atau usia kepadaorang-orang yang ingin belajar bahasa Inggris.

”Sekarang kita sudah memiliki hampirseratus orang murid. 50 orang untuk pemulabahasa Inggris dasar dan 50 orang yang sudahmulai lancar mengucapkan bahasa inggris

lanjutan. Pokoknya, siapa saja yang mau atauberminat,” ungkap Karen dengan bahasa In-donesia yang terbata-bata.

Tidak hanya masyarakat umum, Karen punmengaku, peserta les dibuka untuk usia mulaidari 6 tahun atau setingkat sekolah dasarhingga dewasa. Bahkan peserta les, kataKaren, juga diikuti oleh sejumlah guru bahasaInggris di sekolah-sekolah yang ada diKepulauan Mentawai. ”Kita juga ajar pesertales yang juga guru bahasa Inggris,” ungkapnyadengan nada basa Indonesia sedikit kaku.

Dalam penyelenggaraan les, peserta hanyamembayar sebesar Rp100 ribu untuk tigabulan pertama. Setelah itu, peserta juga dapatmelanjutkan. Setelah tiga bulan berikutnyadengan membayar sebesar harga yang sama.Selain itu, untuk mengoptimalkan prosesbelajar mengajar, mereka pun membagikelompok belajar. Tiap-tiap kelompok belajar,tidak lebih dari 20 orang.

Selain itu, penyelenggaraan les pun dibagimenjadi beberapa jadwal atau waktu. Kriteriapemula mulai belajar setelah pulang sekolahatau pendidikan formal, sedangkan untukkriteria dewasa, kegiatan belajar diadakan saatmalam.

Meski belum memberikan nama khususuntuk tempat les tersebut, Karen dan beberapateman lainnya berencana akan membanguntempat belajar, sekaligus tempat bermain.Selain itu, les privat bermain olahraga surfingatau selancar air. ”Kami senang berbagi,bukankah hidup itu akan indah jika kita salingberbagi,” jujurnya Karen.

Menurut Karen, potensi wisata Mentawaisangat menjanjikan. Di masa mendatang,katanya, orang-orang akan datang dan berkun-jung lebih banyak lagi ke Mentawai. Untukitu, masyarakat yang tinggal di Mentawai jugamesti pandai berbahasa Inggris dengan baik,Sehingga wisatawan yang datang akan senangkarena masyarakatnya bisa berkomunikasidengan baik, terutama bahasa Inggris.

Turut hadir dalam peresmian tempat lestersebut, Kepala Dinas Pendidikan KepulauanMentawai Sermon Sakarebau, Kepala DinasPariwisata Desti Semionora, dan CamatSipora Selatan Narman, serta sejumlah tokohmasyarakat setempat. (arf)

Pendidikan

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201544

Page 45: Majalah Sasaraina

FOTO: ARIF/SASARAINA

Page 46: Majalah Sasaraina

Rezeki Ratusan JutaDI BALIK HUNTAP

A R A Hpemulihan dan p e m b a -n g u n a n d i s e k t o re k o n o m i pasca tsu-nami tahun 2010

di KabupatenKepulauan Menta-

wai belum meng-gairahkan. Pihak peme-

rintah pun belum maksimalmerealisasikan pemulihan eko-

nomi. Mujurnya, beberapalembaga penanggulangan bencana

internasional yang ada di Mentawaidengan program yang singkat mulai

mengembangkan perekonomian bagikorban. Salah satunya Non Goverment

Organization (NGO) ILO.Salam seorang warga Mentawai, yang

pernah menjadi staf ILO, Udin Suryamenjelaskan, lembaganya sudah pernahmemberdayakan masyarakat dalammengembangkan ekonomi lewat ber-bagai usaha. Di antaranya, usaha beng-kel sepeda motor, furniture, dan maka-nan ringan yang terbuat dari pisang, ke-ladi, dan ubi. Sebelum menggeluti usahatersebut, masyarakat dilatih denganmendatangkan beberapa tenaga spesialis

sesuai dengan usaha yang diinginkan.”Kalau untuk bengkel masyarakat dila-

tih dengan melibatkan jajaran UniversitasNegeri Padang (UNP). Dalam pelatihantersebut, warga yang bertekad untukmembuka usaha mendapat materi sekaliguspraktik untuk melakukan cara memperbaikisepeda motor sesuai dengan tingkat kerusa-kannya,” ujar pria berdarah Sunda inikepada Sasaraina.

Pria yang akrap disapa Jangkung inimenceritakan, usai pelatihan, warga diberimodal fasilitas sesuai dengan jenis usahayang diinginkan. Namun dalam beberapabulan, terlihat jelas adanya kemajuan dan

peningkatan dari usaha masyarakatyang mengikuti Program ILO.

”Yang jelas pantauan saya, untukbengkelnya sudah maju dan banyak sepedamotor yang antrean untuk diperbaiki. Begitujuga dengan usaha furnitur, sebagian besarmasyarakat Mentawai yang membuat huntapmemesan kusen lengkap dengan jendela danpintunya,” jelasnya.

Jangkung mengkalkulasikan, jika warga disatu kecamatan semuanya memesan kusenlengkap dengan jendela dan pintu, tentunyatidak bisa dibantah uang ratusan juta akan di-peroleh bagi warga Mentawai yang memilikiusaha furnitur. Jika rata-rata harga satu daunpintu dipatok Rp 500 ribu dan dikalikan de-ngan 500 huntap, tentunya sudah mencapaiRp250 juta.

”Setiap huntap itu rata-rata memiliki empatpintu, satu pintu utama, dua pintu kamar, dansatu pintu belakang (dapur). Jika 500 unit hun-tap memesan empat pintu dikalikan denganharga pintu Rp500 ribu, sudah pasti pengusahafurnitur itu bisa meraup uang sebanyak Rp 1miliar. Tentu ini angka yang sangat fantastisbagi seseorang pemula yang membuka usaha,”tuturnya.

Menurutnya, warga Mentawai memilikikemauan yang keras serta pekerja yang uletdan mampu bersaing. Namun, keterampilanwarga Mentawai sejauh ini masih terkubur ka-rena belum terasah atau disentuh oleh semuapihak. Kekayaan potensi alam Mentawai jikadikelola dengan Sumber Daya Manusia yangmemadahi, tentu Mentawai tidak akan me-nyandang prediket tertinggal dan termiskin di19 kabupaten dan kota yang ada di Sumbar.

”Bahan baku semua ada di Mentawai. Adapisang, keladi, rotan, kayu, ikan melimpah. Na-mun semua itu belum tergali dengan maksimal.Sekarang warga Mentawai akan siap untukmerubah nasibnya, dengan catatan ada yangmendampingi sampai bisa mandiri. Sebenarnyauntuk mendidik warga Mentawai sampaimandiri dalam mengembangkan usahanya jugatidak terlalu lama. Bukan hanya itu, untukmemahami bidang usaha yang diyakini, wargaMentawai juga tidak lambat ,” optimisnya. (isw)

FOTO: ISWANTO. JA/SASARAINA

UDIN SURYA

Ekonomi

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201546

Page 47: Majalah Sasaraina

WARGA TANAMPADI MANDIRIWARGA TANAMPADI MANDIRIBENCANA alama gempa dan tsunami yangmenghantam Kecamatan Pagai Selatan me-mutus perekonomian para korban selama be-berapa tahun. Kehidupan dalam keterbatasanserta duka dan trauma menjadi penyakit yangsangat sulit untuk disembuhkan dalam waktuyang relatif singkat. Namun warga DusunMaonai, Desa Bulasat, Kecamatan Pagai Sela-tan, kembali bangkit dalam kondisi keter-batasan.

Untuk menuju Dusun Maonai, persisnyadi Hunian Tetap (Huntap), bisa ditempuhdengan jalan darat sekitar 80 Km. Menjelangmemasuki Dusun Maonai, sekitar 2 km, jalanrusak parak, di samping berlumpur, batu napalmenjadi bagian tersulit untuk dilintasi sepedamotor. Kondisi jalan rusak parah juga menye-babkan warga Dusun Maonai enggan keluardari hunian tetap.

Di balik gencarnya pembangunan sawahdi yang dilakukan oleh Pemerintah KabupatenKepulauan Mentawai, namun justru DusunMaonai lebih membuka lahan sawah secaramandiri. Sekitar 15 hektar sawah darat sudahditanami dan berhasil dipanen dalam beberapatahun terakhir ini.

Mantan Kepala Dusun Maonai, Nelmanmenyatakan, awalnya masyarakat bingunguntuk melanjutkan hidup di hunian sementara(huntara) pascatsunami. Namun dengan ada-

nya musyawarah, akhirnya warga DusunMaonai sepakat untuk menanam padi darat.Untuk memulai pertanian yang masih diang-gap baru itu, warga Dusun Maonai pun me-minta kepada lembaga kemanusiaan RebanaIndonesia-yang bertugas di Pagai Selatan.

”Melihat minat dan kemauan keras DusunMaonai untuk bersawah, akhirnya lembagaRebana Indonesia memberi bantuan bibit padi.Tahun 2013, selain saya, semua warga DusunMaonai menanam padi,” jelas Nelman.

Tak terbantahkan, warga Dusun Maonaipun panen padi hingga beberapa kali. Denganketerbatasan pengetahuan menanam padi,warga tetap semangat untuk menyambunghidupnya melalui tanaman padi. Apalagi,warga juga membuat aliran air dari cekungankolam untuk dialirkan ke area tanaman padi.

”Tidak mungkin padi kami kekeringan,sebab debit air dicekungan kolam yang adadibeberapa titik di Dusun Maonai sangat me-madahi. Bahkan, sampai sekarang masih adawarga kami yang tidak membeli beras sejakmenanam padi darat itu,” semangat Nelman.

Menurut Nelman, ia pernah mengundangWakil Bupati Kepulauan Mentawai RijelSamaloisa untuk meresmikan panen raya padidi Dusun Maonai. Namun karena padi gagaltanam karena diserang hama, akhirnyamenguurngkan niat untuk panen raya bersama

wakil bupati. ”Wakil Bupati saat itu sudah me-nanyakan rencana panen raya padi kami, na-mun panen saat itu bisa dianggap gagal karenabanyak dimakan hama. Kami malu saja maumengundangnya,” jujur Nelman.

Nelman mengharapkan, Pemerintah Ka-bupaten Kepulauan Mentawai melalui DinasPertanian untuk turut membantu dan mendam-pingi warga Maonai dalam menanam padi.Apalagi, saat ini lahan sudah terbuka, tinggalmeningkatkan hasil padi dengan beberapaperalatan yang sedikit modern serta tenagapendamping.

”Memang belum ada bantuan apapun daripemerintah melalui dinas pertanian. Harapankami memang dinas pertanian dapat membe-rikan bantuan apapun bentuknya. Sebab lem-baga Rebana Indonesia sendiri memang hanyamembantu bibit, terkait cara menanam padijuga belum berpengalaman. Jadi kami wargaDusun Maonai dan staf Rebana Indonesiabelajar bersama secara langsung di lapangancara menanam padi yang baik dan benar, agarhasil panennya maksimal,” harapnya. (isw)

Ekonomi

SASARAINAEdisi: 02/Februari-2015 47

Page 48: Majalah Sasaraina

PAKLEK

REDAKSI Majalah Sasaraina menerima karya jurnalistik daripembaca, baik berupa artikel, opini, esay, berita, dan photo. Semuakarya jurnalistik harus dilengkapi identitas (KTP), photo, dan dikirimke email: [email protected]. Karya jurnalistik yangdimuat akan diberi imbalan dari Majalah Sasaraina. Redaksi tidakbertanggungjawab secara hukum terhadap karya jurnalistik pembacayang dimuat. Tema bulan depan ”EKONOMI MARITIM”.

MAKLUMAT REDAKSIPantai Barat

+ “Gerbang Ikan Minim Infrastruktur!- Baru Tahu ya Pak............?

+ Gali Kekayaan Surga Bawah Laut!- Menggalinya Pakai Modal Pak............?

1. Wartawan (Tugas Liputan Sikakap)2. Wartawan (Tugas Liputan Siberut Selatan)

SYARAT:1). Surat lamaran, 2). Biodata, 3). Warga Mentawai atau tinggal diMentawai, 4). Pendidikan akhir minimal SMA, Sarjana merupakankeuntungan, 5). Photocopy KTP satu lembar, 6). Pas photo ukuran3x4 dua lembar, 7). Menguasai atau paham internet dan komputer.

Lamaran kirim lewat email: [email protected] terakhir 30 April 2015

LOWONGANMajalah Sasaraina membuka kesempatan bagi generasi

Mentawai untuk bergabung dengan posisi:

Jalan Panjang

MEGAPROYEK Trans Mentawai kini menjadi buahpemikiran serius bagi kepemimpinan Yudas-Rijel. Sebabsudah hampir memasuki 15 tahun otonomi daerah, akses

jalan antar kecamatan sebagian besar belum tersambung. Semua masihterputus dan harus ditempuh lewat jalur laut. Tak bisa dielakkan,kebutuhan BBM pun semakin tinggi ditambah harga yang mahal sertalangka.

Seperti dalam pantauan Majalah Sasaraina, dari Dusun Maonaike Mapinang membutuhkan biaya penyeberangan

sepeda motor Rp100 ribu, dan jika pulang-pergiRp200 ribu. Meski ada akses jalan darat,

namun tidak bisa dilewati oleh kenderaansepeda motor dan mobil. Jalan yang licinserta berlumpur membuat warga masihdalam keterisoliran.

Cita-cita untuk mewujudkan jalanTrans Mentawai tentu dan pastimendapat dukungan semua lapisan

masyarakat Mentawai. Sebabmasyarakat sendiri memang sudah

menantikan akses jalan mulusantar dusun, desa, dan

kecamatan. Terbukanyaakses jalan darat melalui

program TransMentawai sudah pasti

juga akanmembuka semua

sektor danpotensi yangada di

Mentawai, sehingga selama ini juga masih terkubur danbelum dikelola dengan maksimal.

Program pembangunan jalan Trans Mentawai memang taksemudah membalikan telapak tangan. Semua itu butuh proses jalanyang panjang. Namun, setidaknya, tahapan demi tahapan, rencana itusudah mulai terlihat. Contohnya antara Kecamatan Sipora Utara danSipora Selatan sudah mulai tersambung dengan terbukanya badan jalan.Kedua kecamatan itu pada dasarnya satu pulau, namun seakanterpisahkan dengan terputusnya akses jalan darat. Terpaksa, selamahampir 14 tahun, masyarakat dari kedua kecamatan itu harusmenempuh jalur laut, dan tentunya tidak sebanding dengan biaya jalandarat.

Selama ini, salah satu penyambung antar pulau hanya kapal,meskipun masih dalam satu pulau. Miris, tapi memang itulah kondisiKabupaten Kepulauan Mentawai. Tak bisa dibayangkan, jika limatahun mendatang, jalan antara Tuapeijat sampai Desa Beriulou bisadiakses lewat darat, bahkan dengan mengendarai dengan mobil. Makajalan panjang itu akan membuka pandangan dan pemikiran masyarakat,bahwa Bumi Sikerei sangat luas dan cukup membanggakan.

Selain itu, pembangunan jalan Trans Mentawai juga akanmempengaruhi dalam kacamata mental psikologis. Sebab sejauh inimasyarakat Mentawai, khususnya generasi muda masih engganmenyatakan dirinya berasal dari Mentawai. Hal ini karena Mentawaimasih sangat terisolir dan tertinggal jauh dari kemajuan pembangunaninfrastruktur. Padahal, seharusnya Mentawai menjadi kebanggansemua masyarakat Sumatera Barat. Nilai-nilai budaya dan potensi alamdi Mentawai menjadi salah satu primoda khas Sumatera Barat.

Perjuangan jalan panjang pastinya membutuhkan bantuan dandukungan semua pihak. Tanpa ada pengorbanan, jalan panjang itu akanmengalamai jalan terjal. (*)

SIPORA UTARA

SIPORA SELATAN

Penghuni SementaraKERJA pascabencana sampaimemasuki tahapan rehab-rekon selalubanyak mengalami kendala. Hal initerjadi di setiap bencana alam menim-pa kehidupan umat manusia, mulaidari Sabang sampai Merauke. Contohsaja di Aceh, pasca tsunami 2004,selama lima tahun kemudian barumampu menghilangkan jejak bencanaalam dari pemukiman warga.Demikian Kota Padang, lima tahunkemudian juga tanpa bekas adanyagempa dahsyat pada tahun 2009.Kabupaten Kepulauan Mentawai juga mulai masuk limatahun, tentunya, secara perlahan jejak tsunami itu juga akanhilang.

April mendatang, korban tsunami di Bumi Sikerei itukembali dijanjikan akan mengakhiri kehidupan sementaraselama empat tahun dalam keterbatasan. Para penghunisementara itu kini mulai menapak kehidupan terakhir dihunian tetap yang sebulan lagi ditargetkan akan diresmikan.Memang, sebagian besar, huntap itu sudah memasuki tahapanfinish, sebagian lagi masih 30 persen. Entah apa kendalanya,tapi persentase pembangunan huntap itu tidak sama di tigakecamatan yang terlanda tsunami.

Selama empat tahun sudah, korban tsunami sejujurnyatidak pernah betah dalam hidup sementara. Hidup sementaradalam catatan peraturan dan Undang-Undang hanya cukupenam bulan saja. Namun perjalanan hidup mencatat, sudahempat tahun lebih juga masih hidup dalam serba sementara.

Tentu dari semua ini tidak perlu diperdebatkan siapa salahdan benar. Toh secara umum, bahwa masyarakat sendiri sudahsiap untuk melupakan duka lama atas tragedi kelam kema-nusiaan yang pernah mereka alami. Masyarakat Mentawaicukup tangguh dan kuat dalam menata kehidupan dalamkondisi keterbatasan. Semoga, penghuni sementara kembalimenatap masa depan yang lebih terang dan cerah. (*)

c a t a t a nEditorial

+ Korban Menanti Harapan!- Yang Jelas Harapan Pasti di Bulan April, Huntap Resmi............?

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201548

Page 49: Majalah Sasaraina

Oleh: Wawan Budianto

Opini

SASARAINAEdisi: 02/Februari-2015 49

UNDANG-Undang No 24 tahun 2007menyebutkan bahwa bencana menjaditanggungjawab bersama baik pemerintah,swasta dan masyarakat, demikian juga yangtercantum dalam pengertian yang disepakatioleh berbagai lembaga dan negara UN – ISDR2004 (disaster is everybody bussines).

Indonesia sebagai supermarket dan labo-ratorium bencana, jumlah tren kejadian ben-cana juga meningkat setiap tahunnya, teruta-ma yang tertinggi adalah banjir, longsor ke-mudian diikuti kebakaran lahan dan hutanselain bencana lain seperti gempa, tsunami,gunung meletus, angin puting beliung sertabeberapa bencana ikutan lainnya.

Indonesia tercatat sebagai negara dengantingkat kebencanaan paling rawan. Tercatat,

dalam rentang waktu sepuluh tahun,d a r i

2004-2014, kerugian negara akibatkebencanaan bahkan mencapaiRp162,8 triliun. Kerugian itubahkan belum termasuk, biaya pena-nganan tanggap darurat yang menem-bus angka Rp102 triliun selama kurunwaktu tersebut (Kasubdit Kawasan Khususdan Daerah Tertinggal Bappenas Togu Par-dede, di Bengkulu, Kamis 9 Oktober 2014.)

Kegagalan dalam penanganan bencanabukanlah persoalan baru banyak korelasi danelement yang mepengaruhi seperti kurangnyapemahaman terkait pengurangan risiko benca-na, hanya tertumpu kepada fisik dan respon(tanggap darurat), pemberian bantuan maka-nan, pembangunan rumah dan kemudian di-anggap sudah selesai, gagal pahamnya pimpi-nan dan pemberi kebijakan terhadap konsepkebencanaan secara utuh.

Badan Penanggulangan Bencana Daerahmemegang peranan sangat penting sesuai de-ngan mandatnya sebagai koordinator, koman-do dan pelaksana dalam Penanggulangan Ben-cana sangat disayangkan jika masih ada ang-gapan bahwa orang orang yang ada di BPBDadalah orang buangan yang tidak lagi difung-sikan di SKPD lainnya dan kemudian ditem-patkan di BPBD. Peran pemerintah dalam halini kemauan bukan serta merta hanya kemauan

politik tetapi juga harus mempertimbankantugas dan tanggungjawab besar yang harusdiemban seorang Kepala Pelaksana badanpenangulangan bencana, di mana sebenarnyasebagai Kepala BPBD secara ex officio adalahsekretaris daerah.

Sumatera Barat dengan Luas daratan42.297,30 km2 , penduduk 5.886.977 jiwa, luasperairan laut lebih kurang 186.500 km2 denganpanjang garis pantai 2.420.357 km serta memi-liki 375 buah pulau besar dan kecil. Empat gu-nungapi aktif (Marapi, Talamau, Talang, Ke-rinci). Sumber daya air yang melimpah denganjumlah sungai sebanyak 254 aliran, bermuaradi pantai timur dan barat Pulau Sumatera dandibagi dalam 9 satuan wilayah sungai (SWS),yaitu empat SWS utuh dalam propinsi dan limaSWS lintas propinsi, empat danau besar.(Singkarak, Maninjau, di ateh-di bawah).

Masih ingatkah kita pada bencana gempa30 september 2009 lalu, kemudian banjir dipesisir selatan, banjir di pasaman, tsunami dimentawai oktober 2010 lalu bagaimana prosesproses penanganan kebencanaan memerlukankepemimpinan yang sangat memadahi bukansaja kemampuan pengelolaan penanganan saattanggap darurat tetapi bagaimana pasca kejadianbencana dan tindakan apa yang harus disiapkansebelum terjadi bencana agar bisa meminima-lisir jumlah korban dan kerugian yang ada. Jika

saja penanganan tersebut tidak bisa terlak-sana dengan baik karena kendala kepe-

mimpinan dan kebijakan yang gagal pa-ham pengetahuan pengelolaan ben-

cana.Setiap kejadian bencana pasti

akan mengumpulkan banyakorang baik itu korban ben-

cana itu sendiri mau-pun yang mem-berikan bantuanatau pengelolab a n t u a n .BPBD ada-

lah lem-b a g a

yangme-

miliki tugasdan fungsi tersebutsesuai dengan ama-nat UU No 24 Tahun2007 bagaimana prosesmengelola dan mengkoor-dinir termasuk bagaimana fung-si peran komando dan pelaksanamemerlukan keahlian tersediri, un-tuk itu maka dalam struktur BPBDjuga ada Pusdalops (pusatpengendali operasi) yangakan berfungsi lebih maksi-mal saat kejadian bencana.

Pusdalops memiliki peran24 jam harus operasional meman-tau sebelum, saat dan sesudah

Lelang Jabatan untuk KebencanaanTak Bisa Dipertaruhkan

”Bencana tak mengenal batas waktudan wilayah, termasuk juga idiologi

politik dalam penanganannya diperlukanniat baik, kebijakan, netralitas, keahlian

dan juga leadership yang sangat kuatmengingat banyak orang yang akan

dilibatkan”.

bencana kemudian siapa siapa orang yanglayak ada di Pusdalops juga memerlukanpertimbangan khusus lebih kepada skill dankeahlian termasuk keteririsan peran dalam ben-cana bukan orang orang yang hanya tinggalnama tanpa tau tugas dan fungsinya. Kemu-dian juga setelah adanya penentuan statusTanggap Darurat yang dikeluarkan gubernuratau kepala daerah mulai berfungsilah SKTD(Sistim Komando Tanggap Darurat) terdiri dariberbagai elemen baik SKPD, TNI Polri,Swasta, Masyarakat, NGO, UN, Perguruantinggi, dan lain-lain.

Melihat kondisi itu semua alangkah pen-tingnya peran dan fungsi BPBD saat ini danselayaknya hal ini juga menjadi pertimbangandi dalam menentukan siapa yang layak duduksebagai Kepala Pelaksana BPBD, bukan ha-nya diambil dari sisi politik tetapi bagaimanamenilai dan melihat kemampuan baik skill ke-bencanaan maupun kemampuan dalam meng-koordinir dan memimpin di setiap urusankebencanaan. Jangan sampai pada akhirnyananti bencana diidentikan dengan urusan ad-ministratif dan kegiatan fisik semata sehinggayang duduk di dalam kepemimpinan di BPBDlebih dinilai dari kedua sisi tersebut.

Proses ini juga akan menjadi penting ketikapenentuan dan pemilihan Kepala pelaksana yangsecara langsung adalah pelaksana harian semuaaktifitas dan kegiatan badan penanggulanganbencana daerah mengingat bagaimana prosespenilian dan seleksinya, kemudian siapa yangmenseleksinya jangan salahkan jika terjadi carut-marut dikemudian hari jika sudah salah dalamproses sebelumnya dari mulai pemilihan sosokyang tepat, dan jangan kecewa jika dianggapgagal paham dalam urusan kebencanaan ketikaitu semua terjadi.

Pertimbangan dari tim penguji atau parle-men jika mensyaratkan dewan perwakilanrakyat terlibat sebagai tim penguji haruslah ter-ukur bahan dan materi apa yang akan diujikanterkait kebencanaan termasuk siapa orang yanglayak untuk mengujinya karena persoalan jugabisa timbul kalau orang yang tidak pahamkebencanaan namun diminta untuk menseleksidan menguji orang yang akan duduk meng-urusi kebencanaan.

Dengan kondisi Sumatera Barat yang rawanbencana saat ini serta kemampuan personil yangada di BPBD beserta jaringan ke BPBD kab dankota kemitraan dengan lembaga non pemerin-tah termasuk NGO sudah selayaknya di pimpinoleh seorang yang mumpuni di bidang keben-canaan dan untuk memperoleh pemimpin yangmumpuni tentu juga harus diseleksi oleh tim

yang layak secara akademisi dan pe-ngetahuan untuk mendapatkan

hasil yang terbaik, kita tunggusaja bagaimana hasilnya

semoga bisa membantu danmeminimalisir jumlah

korban dan kerugian se-kaligus memberikan

layanan yang ter-baik untuk ke-

bencanaan.(*)

Page 50: Majalah Sasaraina

DITEMUKANBATU GIOK

SEBERAT 20 TON

Ditemukan BatuAkik Jenis Baru

SAAT ini, warga seantero sedang sibukberburu batu akik. Cincin itu semula kurangdigemari karena terkesan yang memakainyahanya kalangan orang tua. Namun kini,justru kaum muda paling berminat untukmencari dan memakainya.

Kini kembali ditemukan Batu Akik Je-nis BaruWarga Aceh Jaya heboh lagi. Se-telah gempar penemuan batu Cempaka Ma-du, kini heboh dengan ditemukannya batujenis baru. Seperti dikutip dari jpnn.com,batu mulia ini ditemukan oleh masyarakatdi kawasan pegunungan Geurute, AcehJaya. Batu ini sendiri pertama kali ditemu-kan oleh masyarakat yang hendak berke-bun. Sejak Jumat (13/2) kemarin, ratusanmasyarakat di kawasan Lamno, KabupatenAceh Jaya dan Kecamatan Lhong, Aceh Be-sar, berbondong-bondong mencari batuyang diberi nama mata biru. Masyarakatmemburu batu tersebut dengan cara mema-hatnya di dinding gunung.

Batu tersebut pertama ditemukan olehmasyarakat bernama Abdullah Meudheun.Temuan batu ini langsung heboh setelahdiupload ke media sosial oleh beberapawarga. ”Batu ini pertama sekali ditemukanpada hari Jumat kemarin. Langsung hebohsetelah dimasukkan ke facebook,” kataSyahrol, salah satu warga Lhong, yang ikutmencari batu tersebut.

Menurut Syahrol, saat ini ada beberapabatu hasil temuan masyarakat yang telahdibeli kolektor. Untuk harga, kata dia,sejauh ini belum ditetapkan. "Ada yang jualdengan harga puluhan ribu dan ratusanribu," tambahnya.

Masyarakat masih berbondong-bon-dong mencari batu tersebut. Bahkan,masyarakat rela naik ke puncak gunungGeurute untuk memburu batu secara ber-kelompok dan perorangan. Selain itu, ma-syarakat juga mencarinya di pinggir lerengdan tebing laut. Mereka mempertaruhkannyawa untuk mendapatkan batu mata birudengan kualitas super. (jpnn/isw)

BERAT batu giok yang tengah mengheboh-kan Aceh saat ini sekitar 20 ton. Para pencintabatu akik di sana memperkirakan harga batuitu paling murah Rp 200 miliar.

Seperti dikutip dari tempo.co, SekretarisKomunitas Pecinta Batu Alam (KPBA) AcehHendro Saky mengatakan, jika dihitung secarakasar, angka Rp 200 miliar dianggap sebagaiharga yang pas untuk batu yang diperkirakanmempunyai kandungan jenis idocrase superitu. Harga batu yang memiliki kandungan itusangat tinggi. "Anggaplah dari 20 ton ituhanya 2 ton saja yang super," katanya, (17/2).

Harga batu akik yang mengandungidocrase super di pasaran batu mulia adalahRp 100 juta per kilogram. Satu kilogram batuitu bisa menghasilkan 10-12 mata cincin. Arti-nya, harga 2 ton batu itu adalah Rp 200 miliar."Itu belum lain-lain, jenis solar dan neon yangharganya di bawah itu," kata Hendro.

Batu giok 20 ton ditemukan seorang wargaDesa Pante Ara bernama Usman di hutanlindung yang berjarak sekitar 10 kilometer daripermukiman. Yaitu di kawasan hutan lindungDesa Pante Ara, Kecamatan Beutong Ateuh,Kabupaten Nagan Raya.

K a b a r penemuan itukemudian ber-

edar dari mulut ke mulut. Penduduk desasekitar mulai berdatangan dan saling meng-klaim kepemilikan batu itu. Perebutan itunyaris berujung adu fisik. Namun karena adaaturan yang melarang penambangan giok un-tuk sementara waktu dari pemerintah setem-pat, batu tersebut tak bisa diolah Usman. Polisiakhirnya turun tangan. Batu itu masih beradadi lokasi penemuan dalam penjagaan aparatkepolisian.

Badan Geologi Cek KeaslianSementara itu, peneliti batu mulia dari Pu-

sat Sumber Daya Geologi (PSDG) Bandungakan menyelidiki temuan batu giok di NaganRaya, Aceh. Penyelidikan untuk memastikanjenis batu dan memperkirakan potensi batugiok. "Itu pure jade (giok) atau bukan, haruskami pastikan," kata seorang peneliti batu mu-lia di PSDG Bandung, Martua Raja, (21/2).

Sementara ini diduga, batu giok di NaganRaya berjenis nephrite. Ada kemungkinanbongkahan batu itu tak seluruhnya giok, na-mun bercampur dengan batuan induknya.

Martua menjelaskan, giok Aceh dibeda-kan menjadi dua jenis berdasarkan kandunganunsur kimia dan tingkat kekerasan batuannya,yaitu giok nephrite dan jadeit. Berdasarkantingkat kekerasan batuan itu sesuai skalaMohs, giok nephrite punya tingkat kekerasanbatu antara 6-6,5. Giok jadeit jarang diperoleh,berskala kekerasan 6,5-7. ”Warnanya dari hi-jau agak putih sampai kehitaman,” kataMartua.

Koordinator penyelidikan mineral PSDGBadan Geologi, Armin Tampubolon, mengaku

harus menjawab kehebohan yangterjadi di masyarakat soal temuan

batu giok itu. "Melihat dari gejalayang ada, penyelidikan diarah-

kan ke Nagan Raya," kata-nya. Penyelidikan juga akan

diarahkan ke potensi batugiok di sana.

Penyelidikan batugiok itu membuka lagipeluang survei batumulia di Indonesia. Se-jak beberapa tahun laluakibat perubahan struk-tur instansi dan prioritasriset, survei batu muliatidak lagi menjadi peker-

jaan khusus. "Agendakerja kita memang ada ke

Aceh tahun ini, dimulai de-ngan diskusi soal batu mulia

dulu," ujarnya. (tempo/isw)

Paling MurahDihargai Rp 200 M

FOTO: ISTIMEWA

FOTO: ISTIMEWA

Pernik

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201550

Page 51: Majalah Sasaraina
Page 52: Majalah Sasaraina

DARA Anggun Sasra Sagiri, gadis kelahiranMentawai ini sempat terpilih sebagai finalis PutriIndonesia yang digelar oleh Yayasan Putri Indone-

sia. Kerja Dara patut ditiru setelah berhasil melewati prosesyang ketat pada 12 Januari 2015 lalu. Bahkan, di jejaringmedia sosia, seperti facebook dan twiter, masyarakat sumbarsudah antusias memberikan dukungan kepada Dara padamalam grand final. Namun nasib belum berpihak, Dara punbelum mewakili jutaan perempuan Indonesia diajang PutriIndonesia.

Untuk kembali meneruskan perjuangan Dara AnggunSasra Sagiri, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai,melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda danOlahraga (Disbudparpora), kembali menggelar pemilihanSilainge-Siokko 2015. Sebelumnya, ajang Silainge-Siokkosudah sempat digelar diawal 2009-2011, namun pada 2013-2014, event itu tidak muncul.

Pemilihan Silainge-Siokko 2015, sama halnyapemilihan Uda-Uni, baik tingkat Kabupaten dan kota,maupun provinsi. Hanya saja, karena Mentawai memilikiciri khas dalam penyebutan, maka panitia sejak awalmemberika nama ajang Silaing-Siokko, meskipun tidakkehilangan makna dan tujuan pada pagelaran yangdilakukan oleh daerah lain yang ada di Sumatera Barat.

Ajang Silainge-Siokko merupakan serangkaian prosesuntuk mencari putra-putri Mentawai yang berbakat, cerdas,

dan memiliki mental serta mampu bersaing sampai ke-tingkat nasional. Kali ini, Disbudparpora dalam menye-lenggarakan event Silainge-Siokko pun akan melakukanseleksi yang ketat. Sebab ajang SIlaing-Siokko bukanhanya sekadar tontonan rakyat, namun lebih memilikinilai citra diri untuk mampu membawa nama baikMentawai ketingkat nasional dan internasional. Sudahpasti, dalam event tersebut, pasangan putra-putriMentawai dari 10 Kecamatan, akan tampil secarabersamaan untuk menyandang gelar Silainge-Siokko, dan selanjutkan akan bersaing ketingkatprovinsi Sumatera Barat. Siapa yang akan terpilih,kita saksikan pada tahun ini. (isw)

Peserta dari SMA yang ada diSiberut mengikuti festival Seni dan

Budaya yang diselenggarakanTaman Nasional Siberut (TNS)

beberapa tahun lalu.(Foto : Iswanto/Sasaraina)

FOTO

: ISW

ANTO

.JA/S

ASAR

AINA

Event

SASARAINA Edisi: 02/Februari-201552