Majalah Percik tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

96

description

Edisi majalah Percik terbitan Pokja AMPL Nasional, tentang pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Mei 2009.

Transcript of Majalah Percik tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

Dari Redaksi 1

Suara Anda 2

Laporan Utama

Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah: Suatu Keniscayaan 3

Wawancara

Peluang dan Tantangan PSBM 6

Regulasi

Implementasi Peran Masyarakat Sesuai UU No.18 Tahun 2008 14

Wawasan

Prinsip dan Filosofi Pengembangan Masyarakat 26

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah 29

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat: Perlu Insentif 33

Sampah dan Pemanasan Global 35

Bisnis Hijau Bagi Planet Bumi 37

Pengalaman Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Negeri Lain 39

Pengelolaan Sampah dan Kesepakatan-Kesepakatan Internasional 42

Menciptakan Pengomposan yang Berkelanjutan 44

Tamu Kita

Yuyun Ismawati Pengelola Limbah dan Sampah Peraih Goldman

Environmental Prize 46

Praktek Unggulan

Tarakan Mewujudkan Kota Bersih dengan Mengelola Sampah 55

Inovasi

Komposter Takakura: Metode Rumah dan Metode Susun 70

Seputar Pelaku 75

Agenda 82

Pustaka Sampah

Sistem Mengelola Sampah Berbasis Masyarakat 84

Kosakata

Majalah Percik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id

Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL)

bekerja sama dengan:IDRC, BORDA, BALIFOKUS, LPTP, BEST

Penanggung Jawab:Oswar Mungkasa

Frank Fladerer

Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

Dewan Redaksi:Surur WahyudiYuyun Ismawati

Hamzah Harun Al-Rasyid

Redaktur Pelaksana:Bowo Leksono

Geressiadi Muslim

Desain dan Produksi:Rudi KosasihHelmi Satoto

Sirkulasi/Distribusi:Agus Syuhada

Halimatussa'diah

Alamat Redaksi:Jl. RP Suroso 50, Jakarta Pusat.

Telp./Faks.: (021) 31904113http://www.ampl.or.id

e-mail: [email protected]@ampl.or.id

[email protected]

Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

dengan air minum dan penyehatan lingkungandan belum pernah dipublikasikan.

Panjang naskah tak dibatasi.Sertakan identitas diri.

Redaksi berhak mengeditnya.Silahkan kirim ke alamat di atas.

Tak terasa kita telah memasukitahun 2009, dan Percik kali inihadir dihadapan pembaca dengan

bentuk yang sedikit berbeda daribiasanya. Edisi kali ini memang edisikhusus dengan tema utama adalahPengelolaan Sampah Berbasis Masya-rakat (PSBM). Hal ini sengaja kami ran-cang terkait dengan upaya kita untukmulai memberi perhatian lebih besar ter-hadap pengelolaan sampah khususnyaberbasis masyarakat. Disadari sepenuh-nya bahwa pengelolaan sampah saat initelah mulai mendapat perhatian pemerin-tah setidaknya dari telah ditetapkannyaUndang-Undang Nomor 18 Tahun 2008tentang Pengelolaan Sampah, ditambahpula dengan dicanangkannya tanggal 21Februari setiap tahun sebagai hari pedulisampah. Menggunakan momentum inilah kemudian Percik edisi khusus iniditerbitkan.

Berangkat dari keinginan untuk me-narik perhatian banyak pihak, beragaminfo terkait PSBM kami sajikan. Mulaidari filosofi pemberdayaan masyarakat,konsep PSBM, contoh praktek unggulanPSBM baik di mancanegara maupundalam negeri, wawancara dengan kampi-un mulai dari walikota, artis, LSM, pihakswasta, dan masyarakat sendiri.Keinginan kami menyajikan selengkapmungkin info terkait PSBM mendorongkami juga menampilkan inovasi teknolo-gi, beragam regulasi mulai dari undang-undang sampai peraturan daerah,beragam info pustaka baik buku, CD,situs, dalam edisi ini.

Dari beragam hasil wawancara de-ngan kampiun dan cerita tentang praktekunggulan, seharusnya pengelolaan sam-pah di Indonesia bukan merupakanmasalah. Telah banyak contoh keber-hasilan baik di skala kota seperti KotaSurabaya dan Kota Tarakan, maupunskala komunitas seperti Bu BambangHarini di Cilandak, bahkan di institusipendidikan seperti Pusdakota di Surabayamaupun SMUN 34 di Jakarta. Kontribusi

pendanaan juga sudah makin beragam,tidak lagi hanya dari pemerintah, tetapimulai merambah sumber dana CorporateSocial Responsibility (CSR) dari perusa-haan swasta seperti Unilever Peduli danDanamon Peduli sampai kontribusi darimasyarakat sendiri. Namun dalam ke-nyataannya, pengelolaan sampah terlihatdemikian pelik. Sepertinya komunikasiantarpelaku masih terlihat kurang ter-jalin. Keberhasilan di satu tempat belumdengan mudah dapat diketahui olehpelaku di tempat lain. Upaya kamimudah-mudahan bisa menjadi pemicuterjalinnya komunikasi yang lebih baikdiantara pelaku.

Selain tema, ada lagi yang baru dalamedisi kali ini. Penerbitan majalah Percikmulai edisi ini kami upayakan agar tidaklagi hanya memanfaatkan sumber danapemerintah. Hal ini dapat terlaksana ka-rena adanya peluang kerjasama denganmitra di luar pemerintah. Kali ini kamibermitra dengan banyak pihak yaituIDRC/CRDI, BORDA, LPTP, BALIFO-KUS dan BEST Tentunya kita semua

pernah mendengar tentang SANIMAS,yang merupakan salah satu proyek hasilkerjasama Departemen Pekerjaan Umumdan BORDA, BALIFOKUS, BEST dan LPTP.

Kemitraan ini perlu disambut gembirakarena dengan demikian paling tidakmenunjukkan bahwa pembangunanAMPL sudah menjadi kepedulian semuapihak. Selain juga dapat berarti adanyapengakuan bahwa pembangunan AMPLtidak selalu berarti pembangunan fisiktetapi juga dapat menyentuh aspek lainyang sama pentingnya misalnya komu-nikasi.

Mudah-mudahan pembaharuan yangkami coba lakukan akan semakinmeningkatkan mutu majalah kita ini.Tidak ada hal yang lebih menggembi-rakan kemudian ketika saran dan kritikdari anda semua sampai di meja redak-si kami. Akhir kata, selamat menikmati. (OM).

1DARI REDAKSI

Ibu-ibu dan remaja putri di sebuah kampung berkesempatan belajar mengelola sampahdengan metode karanjang Takakura. Foto: Surur

PercikMei 2009

2WAWANCARASUARA ANDA

PercikMei 2009

Artikel Percik membantu Tesis

Salam hormat,Saya adalah seorang staf di Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Pati, JawaTengah. Sekarang sedang melanjutkankuliah S-2 di UNDIP Semarang. Kebetul-an pula sedang mengambil tesis menge-nai air minum. Saya sangat tertarik de-ngan isi/kandungan yg diulas di majalahPercik. Sangat membantu tesis dan ke-giatan kerja saya di kantor, karena me-mang sangat konsen dengan lingkunganhidup. Ketika saya membaca kolom SuaraAnda di Percik edisi Agustus 2007, ter-nyata Percik bisa memberikan langgan-an secara gratis. Oleh karenanya, kamiingin sekali memperoleh majalah Percikini setiap edisinya.

Apabila dikabulkan, mohon majalahdapat di alamatkan ke:

Bpk. RIVAL GAUTAMAPerumda Sukoharjo, Jl. Nusa IndahNo.16, RT 02 RW 06Desa Sukoharjo, Kecamatan Margore-jo, Kabupaten Pati, Jawa TengahAtas terkabulnya permohonan saya

ini, diucapkan terima kasih yg sebesar-be-sarnya.

Hormat Saya,Rival Gautama

Yth. Bp Rival Gautama,terima kasih atas apresiasinya. Akan

kami tindaklanjuti permintaan Bapak.

Menggugah Kesadaran

Salam kenal, Panggilan saya Roland, Pimpinan

LSM Swara Masyarakat Flobamora yangberkedudukan di NTT, tepatnya KotaKupang. Salut dengan hadirnya Percikditengah-tengah masyarakat, semoga bisamenggugah kesadaran masyarakat untukpeduli dengan sekeliling kita. Mohondikirimkan buat kami secara rutin sebagaibahan bacaan buat masyarakat di PondokPintar kami. Alamatnya :

LSM Swara Masyarakat Flobamora(SMF), Jl. M. Praja No. 25 KelurahanNamosain, Kecamatan Alak, Kota Ku-pang, Provinsi NTT.

Roland, Kupang

Yth. Bp Roland,terima kasih, akan kami kirim ma-

jalah Percik secara rutin ke alamatBapak.

Mohon Kiriman Percik

Redaksi Yth. Yayasan kami saat ini sedang me-

ngembangkan kegiatan pengumpulansampah yang bisa didaur ulang berbasismasyarakat di Bojonggede, Bogor ter-hadap 70 KK anggota yayasan. Untuk me-nambah wawasan di bidang persampahankami ingin mendapatkan majalah Percik(termasuk Percik Yunior) secara reguler.Mohon majalah tersebut dikirim ke ala-mat:

Sri WahyonoKp. Bojonggede Dalam, Rt 02/12,No.26, Kel./Kec. BojonggedeKabupaten Bogor 16922Terimakasih atas perhatiannya

Sri WahyonoYth. Bp Sri Wahyono,akan kami tindaklanjuti permintaan

Bapak.

Cara Berlangganan Percik

Yth. redaksi majalah Percik,Kami dari Program studi ilmu kese-

hatan masyarakat Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam UniversitasHaluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara,sangat tertarik dengan isi dari majalahPercik. Oleh karena itu jika berkenankami bermaksud berlangganan majalahPercik. Mohon dikirimkan mekanismedan tatacara berlangganan. Atas bantuandan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

Ramadhan Tosepu Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

FMIPA Unhalu Sultra Kendari,Kampus Baru Anduonohu

Yth. Bp Ramadhan,terima kasih atas ketertarikannya

pada majalah Percik. PermintaanBapak akan kami tindak lanjuti.

Mohon Kiriman Percik

Yth. Redaksi Percik,Terima kasih atas kiriman Majalah

Percik kepada Aliansi Perempuan untukPembangunan Berkelanjutan. Isinya ba-gus untuk menambah wawasan dan mem-peroleh informasi. Selanjutnya mohondikirimkan ke alamat Sekretariat APPBdengan alamat:

Gedung Dharma Wanita Persatuan Lt.II, Jl. Pedurenan Masjid Kav. F 01Karet Kuningan Jakarta 12940.Terima kasih.

Sri Murniati Djamaludin

Yth. Ibu Sri Murniati terima kasih sebelumnya. Akan kami

kirim rutin ke alamat yang Ibu minta.

Foto: Meddy CH

Disadari atau tidak, sebenarnyasampah merupakan bagiandari keseharian kita. Setiap

aktifitas manusia pasti menghasilkanbuangan atau sampah yang jumlah danvolumenya sebanding dengan tingkatkonsumsi kita terhadap barang yang kitagunakan sehari-hari. Tidak heran kemu-dian timbulan sampah bertambah secarasignifikan seiring dengan pertambahanpenduduk, khususnya di perkotaan.

Sebagai gambaran, berdasarkan hasilperhitungan sebagaimana tercantumdalam buku Infrastruktur Indonesia(Bappenas, 2003), pada tahun 1995perkiraan timbulan sampah di Indonesiamencapai 22,5 juta ton, dan akanmeningkat lebih dua kali lipat pada tahun2020 menjadi 53,7 juta ton. Sementarakota besar di Indonesia diperkirakan tim-bulan sampah per kapita berkisar antara600-830 gram per hari.

Sebagai ilustrasi betapa besarnya tim-bulan sampah yang dihasilkan, databeberapa kota besar di Indonesia dapatmenjadi rujukan. Kota Jakarta setiap harimenghasilkan timbulan sampah sebesar6,2 ribu ton, kota Bandung sebesar 2,1ribu ton, kota Surabaya sebesar 1,7 ributon, dan kota Makassar 0,8 ribu ton(Damanhuri, 2002). Tidak heran kemudi-an dalam waktu singkat banyak kota diIndonesia membutuhkan lahan baruuntuk Tempat Pengolahan Akhir (TPA).Diperkirakan kebutuhan lahan TPA diIndonesia pada tahun 1995 saja mencapai675 Ha, dan akan meningkat menjadi1.610 Ha pada tahun 2020. Untuk mem-

beri gambaran besaran timbulan sampah,kita ambil contoh timbulan sampahJakarta per hari yang kira-kira samabanyaknya dengan antrian 6.000 ekorgajah.

Secara umum sumber timbulan sam-pah sebagian terbesar berasal dari rumahtangga. Sebagai contoh data DinasKebersihan Kota Semarang menunjukkantimbunan sampah di kota Semarang padatahun 2005 sebanyak 75,71 persen atau2.650 m3 berasal dari permukiman ataurumah tangga, sampah dari pasar me-nempati 13,57 persen atau 500 m3, se-dangkan sisanya berasal dari daerah ko-mersial (pertokoan, restoran, hotel), fasi-litas umum, sapuan jalan, kawasan indus-tri, dan saluran. Jadi rumah tangga meru-pakan penyumbang terbesar sampah.

Kita baru berbicara tentang jumlahtimbulan sampah. Belum melihat padakenyataan sehari-hari ketika masyarakatmembuang sampah sembarangan.Kesadaran masyarakat akan kebersihansudah baik, tetapi baru terbatas hanyapada lingkungan kecil saja khususnyarumah. Rumah memang bebas dari sam-pah tetapi sampah tersebut tidak dibuangpada tempatnya yang benar seperti keselokan, sungai, bahkan halaman kosongmilik tetangga. Fenomena peduli keber-sihan dalam lingkungan sendiri sematayang tergambar dalam fenomenaNIMBY (Not In My BackYard) sangat

3WAWANCARA

Keterlibatan Masyarakatdalam Pengelolaan Sampah:

Suatu Keniscayaan

LAPORAN UTAMA

PercikMei 2009

Warga selaku tulang punggung program lingkungan. Foto: Uli Peduli.

terasa disini.Akibatnya mudah ditebak, sampah

berserakan dimana-mana, yang berpoten-si menyebabkan merebaknya penyakit.Belum lagi sampah yang dibuang ke salu-ran air dan sungai mengakibatkan banjirdi musim hujan. Kesemuanya berdampakpada biaya sosial yang harus ditanggunglangsung oleh masyarakat.

Fenomena ini mengarah pada kesim-pulan sederhana bahwa melibatkanmasyarakat dalam menangani sampahadalah suatu keniscayaan. Produsen sam-pah utama adalah masyarakat, sehinggamereka harus bertanggung jawab ter-hadap sampah yang mereka produksi.

Pengertian dan KonsepPengelolaan Sampah Berbasis Ma-

syarakat (PSBM) adalah suatu pendekatanpengelolaan sampah yang didasarkan padakebutuhan dan permintaan masyarakat,direncanakan, dilaksanakan (jika memung-kinkan), dikendalikan dan dievaluasi ber-sama masyarakat. Secara gampangnyadikatakan kegiatan berbasis masyarakatjika (i) keputusan ditangan masyarakatkeseluruhannya tidak hanya elite-nya saja;(ii) tanggungjawab operasi dan pemeli-haraannya di tangan masyarakat sesuaidengan kesepakatan.

Dalam pengertian ini pemeran utamadalam pengelolaan sampah adalahmasyarakat. Bukan pemerintah, bukanjuga LSM. Pemerintah dan lembaga lain-nya hanyalah sebagai motivator dan fasi-litator.

Fungsi motivator adalah memberikandorongan agar masyarakat siapmemikirkan dan mencari jalan keluar ter-hadap persoalan yang mereka hadapi.Jika masyarakat belum siap, fungsipemerintah atau lembaga lain untukmembantu menyiapkan. Fungsi fasilitatoradalah memfasilitasi masyarakat untukmencapai tujuan kegiatan secara baik danberkesinambungan. Jika masyarakatmempunyai kelemahan di bidang teknikpemilahan dan pengomposan maka tugasfasilitator adalah memberikan kemam-

puan masyarakat dengan berbagai caramisalnya dengan memberikan pelatihan,begitu juga jika masyarakat lemah dalamhal pendanaan, maka tugas fasilitatoradalah membantu mencari jalan keluaragar masyarakat mampu mendapat pen-danaan yang dibutuhkan, tetapi harusdilakukan secara hati-hati jangan sampaimembuat masyarakat tergantung.

Tetapi harus dimengerti juga bahwaberbasis masyarakat bukan berartisemuanya dilakukan oleh masyarakat.Yang penting adalah apa yang layak danrealistis dilakukan untuk memecahkanmasalah sampah yang dihadapi olehmasyarakat tersebut. Misalnya kalausecara realistis masyarakat tidak mampudari sisi waktu dan manajemen untukmengoperasikan maka jangan diserahkanpengeoperasiannya pada masyarakat.Lebih baik masyarakat didorong untukmencari dan menunjuk lembaga profe-sional atau perorangan yang mampu dandipercaya untuk mengoperasikan.

Upaya Pemerintah dan MasyarakatBeragam upaya yang telah dilakukan

dalam mencoba mengurangi timbulansampah dengan mempraktekkan PSBM.Tentunya tidak semua sama berhasilnya.

Dari beberapa praktek unggulan skalakota, kota Surabaya dan kota Tarakandapat menjadi contoh. Kota Surabayaterutama dianggap berhasil karenamasyarakatnya berhasil digerakkan olehpemerintah daerah untuk memprak-tekkan 3R. Pelaksanaan 3R di kotaSurabaya telah berlangsung di seluruhkelurahan. Kemitraan empat pihak telahtercipta di kota Surabaya. Mulai darikomunitas masyarakat, swasta melaluiprogram Corporate Social ResponsibilityTelkomsel dan Unilever Peduli, perguru-an tinggi melalui keterlibatan PusdakotaUniversitas Surabaya, dan pemerintahkota dengan penerapan perda yang kon-sisten, dan pemberian insentif. KotakTakakura yang terkenal itu juga awalmula berkembangnya dari kota Surabaya.Sementara kota Tarakan, terkenal de-

ngan kegigihan walikotanya. Sementara program CSR yang

gaungnya cukup terdengar adalahYayasan Unilever Peduli (Uli Peduli) de-ngan keberhasilannya membina komuni-tas masyarakat di Surabaya melalui pem-binaan kader lingkungan. Program CSRlainnya yang juga cukup bergaung yaituDanamon Peduli dengan fokus utamanyapada pengurangan timbulan sampah dipasar. Mereka telah bergerak di 31 kabu-paten/kota.

Tidak ketinggalan juga sekolahberlomba mengusung program sekolahhijau, yang mengedepankan upaya men-jadikan praktek cinta lingkungan sebagaibagian dari kurikulum dan kegiatanekstrakulikuler. SMA 34 Jakarta meru-pakan salah satu pionir. Di tingkat pergu-ruan tinggi yang cukup terkenal adalahPusdakota Universitas Surabaya denganpenemuan keranjang Takakura. Tidakketinggalan juga Himpunan MahasiswaTeknik Lingkungan ITB dan JurusanTeknik Kimia UGM.

Individu juga banyak yang terjunlangsung dalam pengolahan sampah 3R,diantaranya yang sudah sangat terkenaladalah Ibu Bambang di Cilandak, Jakarta,dan Iswanto di Sukunan, KabupatenSleman, Yogyakarta.

Media massa juga tidak mau kalahdan ikut terlibat dalam PSBM. Terlihatdari keterlibatan Koran Jawa Pos, danKedaulatan Rakyat dalam program Greenand Clean yang dilaksanakan bersama UliPeduli. Sementara di Jakarta, Uli Pedulibersama koran Republika dan radio Deltaterlibat dalam program Jakarta Greenand Clean, Green Office dan GreenSchool.

Keterlibatan LSM juga terlihat cukupbanyak mulai dari LSM luar negeri seper-ti Mercy Corps, BORDA, sampai LSMlokal seperti Yayasan Bina KartaLestari Semarang, Ya-yasan Lestari

4WAWANCARALAPORAN UTAMA

PercikMei 2009

Yogyakarta, Yayasan Bintari Yogyakarta,Bali Fokus Denpasar, Best Tangerang.

Dilain pihak, walaupun terlihat masihbelum memadainya penanganan sampah,namun pemerintah pusat sendiri telahbanyak melakukan upaya. Mulai denganmemperkenalkan program 3R. Kemudiandiikuti dengan mengarusutamakan upayapengurangan timbulan sampah dari sum-bernya kedalam dokumen perencanaannasional, Rencana Pembangunan JangkaMenengah (RPJM) 2005-2009. Disusuldengan meluncurkan Undang-UndangNomor 18 tahun 2008 tentang Pengolah-an Sampah. Termasuk juga peraturandaerah yang dikeluarkan pemerintah dae-rah yang sebagian besar telah meng-akomodasi keterlibatan masyarakat. Na-mun diakui oleh pemerintah bahwa UUNomor 18 Tahun 2008 belum bisa efektifkarena belum terselesaikannya PeraturanPemerintah turunannya

Benang Merah PembelajaranPelaksanaan PSBM oleh berbagai

pelaku di berbagai lokasi kemudianmenghasilkan berbagai pembelajaranyang secara garis besar sebagai berikut.

Masyarakat sudah paham arti keber-sihan dan pentingnya mengelola sampahtapi hanya sebatas kebersihan individurumah tangga saja. Jika sudah me-nyangkut kebersihan lingkungan, ke-sadaran masyarakat masih rendah. Tidakheran praktek NIMBY masih banyak terli-hat. Contoh paling gampang adalah lahankosong yang dijadikan tempat pembuan-gan sampah liar

Pengelolaan sampah berbasismasyarakat tidak akan berkelanjutan tan-pa adanya kemitraan yang kuat antara ke-lompok masyarakat dan pemerintah daer-ah. Pemerintah daerah seharusnya men-ciptakan kerangka kerja bersama yangdapat memberi peluang kerjasama antarapenanggung jawab persampahan dipemerintahan daerah dan pemuka kelom-

pok masyarakat. Kesadaran masyarakat akan pen-

tingnya mengelola sampah mulai darisumbernya memerlukan upaya keras dantiada henti. Upaya yang dilakukan akansangat beragam tergantung kondisisetempat. Mulai dari memberi contoh,memberi insentif, atau mengadakan per-lombaan.

Keberhasilan suatu kegiatan ternyatadi masyarakat Indonesia masih sangatbergantung pada keberadaan kampiun.Jika kampiun bisa ditemukan, makakegiatan dapat berjalan lancar. Kampiunsendiri bisa seorang tokoh masyarakat,guru, atau bahkan ibu rumah tangga.Dalam kasus pengolahan sampah, kampi-unnya rata-rata merupakan ibu rumahtangga.

Pada masyarakat dengan tingkat pen-dapatan rendah, kesediaan membayarjasa layanan dipengaruhi oleh besarnyaiuran. Untuk itu, jadwal pembayaran ha-rian atau mingguan yang membuatbesarnya iuran jadi jauh lebih rendahternyata dapat membantu meningkatkankeinginan membayar masyarakat.

Pengalaman baik di tingkatmasyarakat maupun skala kota menun-jukkan bahwa penerapan PSBM melaluipendekatan 3R menghasilkan penurunan

timbulan sampah signifikan walaupunhasilnya di tingkat masyarakat bisa jauhlebih besar. Di kota Surabaya, berdasarpenuturan Walikota Surabaya (lihatRubrik Wawancara) timbulan sampahdapat dikurangi sampai 10% yang berartipengurangan sebesar 170 ton timbulansampah. Suatu jumlah yang cukup besar.Sementara pengalaman RW 11Cibangkong Bandung misalnya, menun-jukkan seluruh timbulan sampah diolahdi rumah kompos.

Agenda ke DepanPengelolaan sampah berbasis

masyarakat menjadi suatu keniscayaan.Berbagai pelaku telah mempraktekkan dilapangan. Walaupun demikian belum ter-lihat hasil yang signifikan. Dibutuhkankemitraan diantara berbagai pelaku agartercipta sinergi pelaksanaan PSBM.Sebagian besar persyaratan bagi tercip-tanya sinergi telah tersedia, mulai daripengalaman, regulasi, keterlibatan berba-gai pelaku, sehingga yang masih kurangmungkin adalah kerelaan semua pihakuntuk saling berbagi dan mendukung satusama lain. Toh semuanya untukmasyarakat juga. (OM dari berbagaisumber).

5WAWANCARALAPORAN UTAMA

PercikMei 2009

Kaum perempuan membuat kerajinan tangan dari sampah plastik. Foto: Bowo Leksono..

P rogram Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM)jelas tersurat dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008tentang Pengelolaan Sampah. Artinya, program ini menjadi

wajib dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat yang aplikasinyadilakukan oleh Pemerintah Daerah. Bagaimana peluang dan tan-tangan pengarusutamaan PSBM? Dan seberapa jauh keterlibatanmasyarakat telah terinternalisasi dalam kebijakan/programpemerintah tersebut? Berikut petikan wawancara denganDepartemen-Departemen terkait.

DIREKTUR PERMUKIMAN DAN PERUMAHAN BAPPENAS

IR. BUDI HIDAYAT

Apakah pelibatan masyarakat dalam pengelolaanpersampahan telah terakomodasi dalam RPJMN 2010-2014?

Saat ini, Bappenas sedang menyusun Rencana Pem-bangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2010-2014. Dalam draf tersebut,pelibatan masyarakat dalampengelolaan persampahantelah terakomodasi danmenjadi salah satu kompo-nen penting dalam RPJMN.Masyarakat dilibatkan da-lam setiap tahap pengelo-laan persampahan yaitumulai dari penanganan sum-ber timbulan sampah, peng-angkutan dan pengolahanakhir sampah. Pada dasar-nya konsep ini juga telah ada di dalam RPJMN 2005-2009.

Hal ini tidak terlepas dari perubahan paradigma pengelolaanpersampahan yang beralih dari pendekatan "end of pipe treat-ment" yang berfokus pada pengelolaan sampah di akhir (TempatPembuangan Akhir) menjadi pengelolaan sampah terpadu yangberfokus pada pengelolaan sampah mulai dari sumbernya.Untuk itu, salah satu sasaran pembangunan persampahandalam RPJMN 2010-2014 adalah pengurangan volume timbulansampah mulai dari sumbernya. Untuk menyukseskan penca-paian sasaran tersebut, pelibatan masyarakat salah satunyadilaksanakan melalui program 3R (reduce, reuse dan recycle)yaitu pengurangan, penggunaan kembali dan daur ulang. Untukitu, kegiatan kampanye penyadaran publik (public awarness cam-paign) mengenai pengelolaan sampah rumah tangga akan di-tingkatkan.

Bagaimana kemudian RPJMN ini diterjemahkanmasing-masing institusi terkait baik pemerintah pusatmaupun pemerintah daerah?

Sesuai dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentangSistem Perencanaan Pembangunan Nasional, RPJMN meru-pakan agenda pembangunan 5 tahunan yang disusun Presidenterpilih sebagai tahapan dari pencapaian target pemerintahjangka panjang, yang disebut dengan Rencana PembangunanJangka Panjang Nasional (RPJPN). Agenda pembangunan inimenjadi acuan bagi kementerian/lembaga dan pemerintah dae-rah, termasuk juga dunia usaha dalam mewujudkan cita-citanasional. Hal ini berarti bahwa dalam menyusun program dankegiatan pembangunan dalam rencana pembangunan 5 tahunan(Rencana Strategis) dan rencana pembangunan tahunan(Rencana Kerja), kementerian/lembaga dan pemerintah daerahharus mengacu kepada RPJMN. Kaitannya dengan pembangun-an persampahan, salah satu contoh yang dapat diambil adalahpengembangan sistem 3R oleh Departemen Pekerjaan Umumdan Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang merupakanpengejawantahan dari program pembangunan persampahandalam rangka pencapaian sasaran seperti yang tercantum dalamRPJMN. Sementara di tingkat pemerintah daerah, program 3Rtelah banyak diadopsi dalam beragam bentuk dan nama sepertimisalnya program bank sampah. Bahkan telah banyak dilakukankerjasama antara pemerintah baik pusat maupun daerah denganLSM, perguruan tinggi dan pihak swasta melalui program CSR(Corporate Social Responsibility).

Seberapa jauh pelibatan masyarakat ini menyum-bang terhadap peningkatan kinerja pengelolaan per-sampahan?

Sampai saat ini belum ada studi/kajian secara khusus yangmengkaji seberapa besar kontribusi pelibatan masyarakat ter-hadap peningkatan kinerja pengelolaan persampahan. Namunberdasarkan pengalaman pembangunan air minum dan penye-hatan lingkungan yang telah dilakukan sebelumnya, pelibatanmasyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan sa-ngat berpengaruh terhadap keberlanjutan sarana dan prasaranayang dibangun.

Salah satu contoh sukses (best practice) adalah pengelolaanpersampahan Kota Surabaya. Pelaksanaan 3R di KotaSurabaya berhasil mengurangi timbulan sampah sebe-sar 200 ton/hari atau 10 persen dalam jangkawaktu 3 tahun. Selain itu pengelo-laan sampah rumahtangga berhasil

6 PercikMei 2009

WAWANCARA

Peluang dan Tantangan PSBM

Foto Bowo Leksono

mendaur-ulang sampah organik sebanyak 120-140 ton/hari(Dinas Kebersihan Kota Surabaya).

DIREKTUR PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

DIRJEN CIPTA KARYA, DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

IR. SUSMONO

Bagaimana peran Departemen PU dalam pelibatanmasyarakat?

Departemen Pekerjaan Umum mempunyai kegiatan yangdilaksanakan setiap tahunkhususnya di lingkunganDirektorat PengembanganPenyehatan LingkunganPermukiman. Kegiatan ter-sebut dalam bidang pem-bangunan air limbah, drai-nase, dan persampahanyang kesemuanya meli-batkan peran Pemerintah;dari Pemerintah Pusathingga Daerah, swasta, danmasyarakat. Dalam meli-batkan masyarakat, De-partemen PU menerapkan proyek Sanimas untuk air limbah,Drainase Mandiri untuk drainase dan Persampahan 3R untuk

persampahan dengan konsep edukasi dan pembelajaran/pem-berdayaan.

Apakah terdapat konsep yang jelas dari DepartemenPU tentang pengelolaan sampah berbasis masyarakat?

Kebijakan program persampahan dari Departemen PU ter-tuang dalam Peraturan Menteri PU No. 21/PRT/M/2006.Pelaksanaan program tersebut berupa promosi program 3R,kampanye dan edukasi, mendorong pengembangan kelemba-gaan, optimalisasi dan pengembangan persampahan, revitalisasidan regionalisasi TPS, serta promosi investasi swasta.Pelaksanaan program ini mengacu pada sasaran RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009; yaitu meningkatnya jumlah sampah terangkut hingga 75persen dan meningkatnya kinerja pengelolaan tempat pembu-angan akhir (TPA) yang berwawasan lingkungan. Dalam sasaranRPJMN ini Departemen PU menerapkan kebijakan pengu-rangan sampah semaksimal mungkin yang dimulai dari sumber-nya, peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan, peningkatan cakupanpelayanan dan kualitas sistem pengelolaan, pengembangankelembagaan, peraturan dan perundangan, serta pengembanganalternatif sumber pembiayaan.

ASDEP URUSAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LIMBAH

DOMESTIK DAN USK KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

TRI BANGUN LAKSONO

Sebagaimana kita ke-tahui UU No. 18 Tahun2008 tentang Pengelo-laan Persampahan telahefektif. Seberapa jauhketerlibatan masyarakattelah terakomodasi da-lam UU tersebut.

Dasar pelibatan masya-rakat dalam pengelolaansampah yang pertama adapada Pasal 11 mengenai Hak.Pasal ini merupakan konsideran dasar dan penting bagi pe-merintah selaku yang bertanggungjawab dalam pengelolaansampah untuk senantiasa memperhatikan dan mempertim-bangkan hak-hak masyarakat sebagaimana tersebut pada pasaltersebut.

Pasal 12 mengenai Kewajiban setiap orang untuk mengura-ngi dan menangani sampah juga menjadi dasarhukum yang kuat mengenai kewajibanperan aktif masyarakat dalam pe-ngelolaan sampah, khusus-nya di sumber sampah.

PercikMei 2009 7

WAWANCARA

Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih tak cukup hanya denganperingatan. Foto Dokumentasi BORDA.

Foto Bowo Leksono

Foto Bowo Leksono

Pasal ini menjadi konsideran untuk memaksimalkan peran aktifpublik dalam mengurangi dan mengelola sampah di rumah,kantor, pasar, dan sebagainya.

Untuk mendorong peran masyarakat dalam pengurangansampah di sumber, pemerintah harus mengembangkan sisteminsentif dan disinsentif. Insentif diberikan kepada masyarakat,baik individu maupun kelompok, yang melakukan kegiatan pe-ngurangan sampah. Sebaliknya, disinsentif diberikan kepadamasyarakat yang tidak berperan dalam pengurangan sampah disumber. Ketentuan ini diakomodir dalam Pasal 21.

Sementara itu, Pasal 28 secara eksplisit menyebutkan peranmasyarakat, khususnya menyangkut pemberian pertimbangan,usul dan saran dalam perumusan kebijakan, pelaksanaan pe-ngelolaan sampah, penyelesaian sengketa, dan sebagainya.Namun pasal ini sempat dikritisi oleh masyarakat praktisi pe-ngelolaan sampah seperti LSM, kelompok swadaya masyarakat,dan pelaku lainnya. Mereka mempertanyakan mengapa dalampasal ini peran masyarakat hanya sebatas memberikan pertim-bangan, usulan, dan saran saja, seolah-olah tidak memberikanruang untuk terlibat langsung dalam kegiatan pengelolaan sam-pah, baik atas inisiatif dan swadaya masyarakat sendiri maupunberdasarkan kerangka kerjasama dengan pemerintah.

Kenapa ketentuannya seperti itu? Ketentuan ini didasarkanatas falsafah penting dari UU No. 18 Tahun 2008, bahwa pe-ngelolaan sampah adalah public service sehingga penyeleng-garaan pengelolaan sampah merupakan tugas dan tanggungjawab pemerintah. Akan tetapi, dengan segala keterbatasannya,pemerintah dapat membuka akses seluas-luasnya kepadamasyarakat dan kalangan bisnis untuk berperan serta dalampenyelenggaraan pengelolaan sampah. Pengalaman menun-jukkan bahwa pemerintah tidak dapat secara optimal menye-lenggarakan pengelolaan sampah tanpa melibatkan peran aktifmasyarakat dan kalangan bisnis. Akses dan mekanisme peranmasyarakat dapat diatur lebih rinci dalam peraturan pemerin-tah.

Turunan peraturan seperti PP atau Permen apayang perlu segera diterbitkan terkait keterlibatan ma-syarakat?

Peraturan pelaksanaan UU No. 18 Tahun 2008, baik PPmaupun Permen yang perlu diterbitkan terkait peranmasyarakat akan memuat antara lain bagaimana mekanismeperan masyarakat, apa bentuk peran masyarakat, siapamasyarakat itu (individu, kelompok), serta bagaimana bentukkerjasama pemerintah dengan masyarakat.

Apakah pemerintah telah mempunyai blue printyang jelas tentang konsep keterlibatan masyarakatdalam pengelolaan masyarakat?

Saat ini pemerintah belum punya blue print formal dan jelasterkait dengan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sam-pah.

Langkah apa yang perlu dilakukan oleh pemerintahuntuk memastikan keterlibatan masyarakat dapat ter-laksana?

Mengeluarkan kebijakan, peraturan, pedoman teknis, SOP,dan sebagainya. Apa yang dikeluarkan pemerintah ituharus yang jelas dan transparan serta dilak-sanakan secara konsisten dan kon-sekuen. Bowo Leksono

8 PercikMei 2009

WAWANCARA

Pemerintah tidak hanya menganjurkan masyarakat memilah sampah,tapi juga memberi contoh dengan menyediakan tempat sampah pemilahan

di kantor-kantor. Foto Bowo Leksono

B agaimana pemerintah kota men-jadikan PSBM sebagai bagian

dari kebijakan/konsep pengelolaanpersampahan?

Strategi dan konsepnya dengan mene-kan sampah dari sumbernya, yaitu industridan rumah tangga. Caranya dengan menge-dukasi warga lewat kader-kader lingkungan.Di tahun 2007 sudah mencapai 10 ribu kaderdan di akhir tahun 2008 mampu mencapailebih dari 23 ribu kader. Kami akan terusmenggenjot penambahan kader-kader itu,sehingga nanti warga Surabaya akan menja-di kader lingkungan bagi dirinya sendiri.

Bagaimana bentuk nyata kegiatanPSBM di Kota Surabaya?

Ya bisa dilihat to? Surabaya sekarang inikan bersih. Ayo fair saja, bandingkan dengankota-kota lain. Belum lagi hal lain misalnyapenyakit demam berdarah dan diare. Itupenyakit yang disebabkan oleh pengelolaanlingkungan yang kurang baik.

Apa kendala yang berarti?Perilaku. Surabaya relatif ada kemajuan.

Indikatornya, saya tiap bulan menerimalaporan warga yang kena tilang buang sam-pah. Dari 20 orang yang kena tilang, palingdua atau tiga orang Surabaya. Kalau orangSurabaya sendiri sudah meningkat kepedu-liannya, mungkin karena takut kena sanksiyang tegas.

Apa sanksi tegas orang yang mem-buang sampah sembarangan?

Pemblokiran KTP (Kartu TandaPenduduk-red). Perda-nya sedang digodok.Warga diharapkan takut juga kalau KTPdiblokir karena akan kesulitan misal mengu-rus SIM, mau menikah, transaksi di bank,atau jual beli tanah, sehingga kalau maubuang sampah berpikir lebih baik dima-sukkan dalam saku dulu.

Apakah Pemda pernah menda-patkan penghargaan dalam bidangpersampahan?

Sebetulnya kami tidak punya pretensiuntuk mendapatkan penghargaan. Ya tidakdipungkiri bahwa Kota Surabaya menjadilangganan Adipura sejak 2006. Penghargaanini merupakan apresiasi Pemerintah Pusatpada upaya kinerja daerah, terutama partisi-pasi masyarakat. Kalau penghargaan dariluar negeri antara lain dari Green Appletahun 2006, dari Institute for GlobalEnvironmental Strategies (IGES) danUnited Nations Economic and SocialCommission for Asia and Pasific(UNESCAP) tahun 2007.

Salah satu pembelajaran dari KotaSurabaya adalah kegiatan PSBM dapatmenyatu dengan pengelolaan sampahskala kota. Bagaimana upaya yangdilakukan sehingga kondisi ini dapat

tercapai?Ya lewat program Green and Clean yang

digelar sejak saya jadi walikota tahun 2002yang digagas bersama Pemerintah Kota,Yayasan Uli Peduli, dan Jawa Pos. Lewat

lomba ini ge-manya luar bia-sa. Memang pe-ran media mas-sa sangat efektifm e n g o m p o r iwarga. Bayang-kan sebuahkampung ketikadimuat di me-dia, senang se-kali itu.

Seberapa besar alokasi dana yangdiperuntukkan bagi PSBM di kotaSurabaya dan proporsinya terhadaptotal alokasi untuk dana persam-pahan?

Besar kecilnya anggaran itu relatif. Kitatidak bisa menangani sampah dengananggaran yang terpusat di satu dinas saja.Misalnya kami tiap tahun mengirim siswadari SD hingga SMA negeri dan swasta untukikut pelatihan lingkungan hidup di Trawasdengan anggaran dari Dinas Pendidikan.Jadi jangan berpikir parsial kalau maumengatasi persoalan sampah. Untuk tahun2009 ini, anggaran Dinas Kebersihan danPertamanan Kota Surabaya sebesar Rp 99miliar.

Apakah kiat-kiat khusus yang bisaditularkan kepada pemerintah kotalain untuk pengembangan PSBM?

Kebersamaan dan kepercayaan. Pe-merintah harus terus mengajak serta wargadalam menyelesaikan persoalan dengan lan-dasan kepercayaan dari warga. Kalau cumamengandalkan pemerintah sementara wargatidak peduli ya "ngos-ngosan". Tapi denganwarga yang berdaya akan jadiringan. Bowo Leksono

9WAWANCARA

Drs. Bambang Dwi Hartono, MPd

Kuncinya Kebersamaandan Kepercayaan

Surabaya, kota terbesar kedua setelah Jakarta, sekarang berwajah beda dibanding lima tahun silam.Sudah banyak berdiri taman-taman kota sebagai ruang terbuka hijau. Tanaman-tanaman hias juga

menghiasi pembatas jalan-jalan di Kota Pahlawan itu. Pun bila kita menelusuri wilayah permukimankota. Suasana asri menyelimuti jalan dan gang-gang. Warga secara kebersamaan, menata lingkungan dan

mengelola sampah sejak dari rumah tangga. Hasilnya, secara signifikan mampu mengurangi timbunansampah Kota Surabaya. Keadaan ini jelas tak lepas dari semangat warga, dukungan swasta, LSM,dan pemerintah kota sendiri. Bahkan komitmen politis Pemkot Surabaya dalam menangani masalah

lingkungan, kebersihan dan penghijauan tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya Tahun 2006-2010 yang didalam-nya tersurat hal Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM). Apa resep dan cara Pemerintah Kota

Surabaya dalam mengajak Arek Suroboyo mengelola sampah?Berikut wawancara Percik dengan Walikota Surabaya Drs. Bambang Dwi Hartono, MPd.

Foto: Bowo Leksono

PercikMei 2009

S eberapa jauh Pemerintah KotaTarakan telah menjadikan PSBM

sebagai bagian dari konsep pengelo-laan persampahan?

Pada awal saya dilantik menjadiWalikota Tarakan tahun 1999, kondisiTarakan banyak sampah di sepanjang jalan,truk sampah cuma ada tiga biji. Sayaberanikan diri meminjam dana darimasyarakat sebesar Rp 1,3 miliar. Sayadepositokan uang itu dan bunganya sayapergunakan menyewa truk sampah. Selamasatu setengah bulan betul-betul hanya me-ngurusi sampah di lapangan. Paling dua jam

saja di

kantor. Sekarang ini, sampah di Tarakansehari mencapai 400 kubik atau sekitar 150-160 ton. Apakah kita akan siap menunggugunung sampah atau kita harus melakukanpengolahan. Ada sekitar 500 pejuanglingkungan yang melakukan pengelolaansampah berupa komposting dengan metodeTakakura karena kami bekerjasama denganPemerintah Kota Kitakyusu Jepang. Kamijadikan gunung sampah menjadi gunungpupuk yang bisa dimanfaatkan masyarakat.

Apakah terdapat peraturan yangmewadahi PSBM?

Peraturan menjadi tidak penting ketikaperaturan itu tidak dijalankan dan dite-gakkan. Semua orang bisa membuat pera-turan tapi tidak semua orang mampu melak-sanakan. Ya, Tarakan mempunyai PeraturanDaerah Nomor 13 Tahun 2003 tentangKetertiban dan Kebersihan Kota. Tapi kem-bali lagi, tidak mudah menegakkan aturanbila tidak dari dasar hati.

Seberapa besar alokasi dana yangdiperuntukkan bagi PSBM?

Saya tidak hafal persisnya. Tapianggaran untuk Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman kira-kira Rp 7miliar.

Bagaimana konsep pengelolaansampah yang dikembangkan olehPemerintah Kota Tarakan?

Kalau sudah tidak ada lagi gunung sam-pah, tidak ada sampah di pinggir jalan, prin-sip 3R berjalan, dan memanfaatkan sampahyang masih bisa digunakan, selesai sudahtugas kita. Tapi bagaimana membangunkesadaran masyarakat, itu yang terus menja-di tugas kita.

Apakah program PSBM telah men-jadi program resmi pemerintah kota?

Begini, kalau bisa jangan ada lagi yangresmi-resmian, seremonial, yang penting itu

agenda aksi. Program pengelolaan sampahdi kota ini tidak ada yang pakai peresmi-

an-peresmian. Percuma saja kalau sudahdiresmikan tapi tak ada kelanjutannya.

Salah satu kegiatan yang menarikadalah kegiatan Pola Insentif bagimasyarakat. Apakah kegiatan tersebutefektif dalam pengurangan timbulansampah?

Ya tentu. Insentif itu bisa membuat yangmenerimanya punya semangat baru. Untuk'pasukan kuning' kita berikan gaji bulan ke-13. Setiap ulang tahun kota, mereka juga dia-jak makan bersama untuk membangkitkansemangat bahwa mereka adalah pahlawan-pahlawan kota.

Bagaimana bentuk kerjasamapemerintah dan non-pemerintahdalam PSBM?

Banyak sekali. Kerjasama ini justru men-jadi program primadona bagi kota Tarakan.Ada satu jalan sepanjang 3,8 km, kami be-kerjasama dengan pihak swasta untuk me-ngelola kebersihannya. Kami bayar Rp 8 jutaper bulan. Dari semua itu, kita harus menda-pat dukungan masyarakat. Kalau masya-rakat tidak mendukung, sampai kapan punkita tidak akan pernah maju.

Bagaimana peran masyarakatdalam kerjasama ini?

Tentu kesadaran dalam membuang sam-pah tepat pada tempat dan waktunya. Ini halyang sederhana. Bila ingin lebih, maribersama-sama mengelolanya. Itu saja dulu.

Apakah kiat-kiat khusus yang bisaditularkan kepada pemerintah kotalain untuk pengembangan PSBM?

Intinya harus ada kesadaran pemerintahdan DPRD bahwa tanpa peran masyarakat,jangan mimpi kita akan berhasil menanganidan mengelola masalah persampahan.Kedua, melatih masyarakat sedini mungkin,mengajari anak-anak sekolah dasar berlatihmemilah sampah, sehingga nanti satu ge-nerasi mendatang akan peduli pada ling-kungan. Bowo Leksono

10 WAWANCARA

dr. H. Jusuf Serang Kasim

"Yang Penting Aksi, Bukan Seremonial"

"A nda tidak keberatan bila kitaberbincang di mobil? Bila tidak,mari masuk mobil saya," demikian

ajakan Walikota Tarakan dr. H. Jusuf S.Kkepada Percik seusai rapat di kantorBappekot Tarakan. Menjelang hari-hari ter-akhir walikota itu bertugas, seperti tidakada putusnya pekerjaan dan urusan yangdiemban. Tak terkecuali urusan yangmenyangkut soal sampah.

Suatu malam, sepulang dari Jakarta,Jusuf melihat sampah menumpuk di depanrumah orang kaya. Ia pun tak segan memu-ngut dan memasukkan dalam mobilnya. Apayang dilakukan walikota Tarakan adalahsebuah sindiran halus bagi warganya.Bagaimana dr. H. Jusuf Serang Kasim men-jalankan program Pengelolaan SampahBerbasis Masyarakat di Kota Tarakan, berikutpetikan wawancaranya.

* Mulai 1 Maret 2009, jabatan dr. H Jusuf S.Ksebagai Walikota Tarakan usai.

PercikMei 2009

Apa yang menjadi pertimbangan keterlibatan YayasanUnilever Peduli dalam kegiatan PSBM? Apakah ada

kaitan antara PSBM dengan bisnis Unilever?Ya, Unilever sebagai produsen menghasilkan packaging, sehing-

ga ini menjadi tanggung jawab kami pada sampah. Caranya, kitamengedukasi masyarakat bahwa packaging ini tidak seharusnyamenjadi sampah karena bisa digunakan kembali. Kami tidak me-mungkiri apa yang kami lakukan ada relevansinya dengan bisnisUnilever. Memang tidak berdampak langsung terhadap peningkatanpenjualan, tapi lebih pada corporate image, nama baik perusahaan,karena apa yang kami lakukan sebagai sebuah tanggung jawab ter-hadap kondisi lingkungan.

Apakah terdapat alokasi dana khusus dalam CSR diUnilever untuk PSBM?

Dana CSR Unilever masuk ke Yayasan Unilever Peduli. Tapi tidakbisa dihitung secara khusus karena menyatu dengan bisnis Unilever.Misalnya kami mengeluarkan kampanye atau iklan layanan CuciTangan Pakai Sabun, itu juga untuk kepentingan bisnis, termasukiklan layanan terkait pengelolaan sampah di masyarakat.

Apakah terdapat kriteria khusus dalam memilih lokasiPSBM?

Pada dasarnya setiap kota memiliki permasalahan sampah.Hanya Uli Peduli mempunyai keterbatasan sehingga tidak setiapkota dimasuki. Kriteria yang kami pilih adalah kota-kota besar yangmempunyai permasalahan pelik dibanding kota-kota kecil, sehinggapemberdayaan masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikanpada permasalahan sampah kota.

Bagaimana bentuk keterlibatan Uli Peduli danmasyarakat? Dan bagaimana bentuk kerjasama denganpemerintah kota?

Bisa dibilang Unilever ini sebagai inisiator. Program yangdilakukan di setiap kota selalu bekerjasama dengan media massa danpemerintah daerah setempat. Ada beberapa dengan LSM. Kamisadar, kerjasama multistakeholder sangat penting. Pemerintah dae-rah memberi fasilitas, media massa menyediakan space untuk kam-panye dan publikasi, sementara masyarakat dengan antusiasmenyambutnya. Semua pihak memberi kontribusi.

Kontribusi masyarakat seperti apa yang dibutuhkan da-lam program Uli Peduli?

Kami menggali keterlibatan dan partisipasi penuh masyarakat.Awalnya masing-masing perwakilan RW, kita ikutkan pelatihanlingkungan karena nantinya perwakilan ini akan jadi agent of changedi wilayahnya yang akan memberi pelatihan lanjutan pada warga.Terus kita selenggarakan lomba lingkungan. Jadi yang kita harapkandari masyarakat tentu penerapan program. Sebenarnya apa yangdilakukan masyarakat, manfaatnya untuk masyarakat sendiri.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan dari persiapansampai berjalannya kegiatan PSBM?

Setiap kota mempunyai potensi melakukan program, yang pen-ting adalah komitmen dari stakeholder di kotanya. Dengan komit-men dan kesadaran tinggi, program bisa berjalan antara tiga sampailima bulan. Tapi program ini kan berkelanjutan dan diharapkan nan-tinya masyarakat sendiri yang mengerjakan.

Seberapa efektif kegiatan PSBM dalam mengurangitimbulan sampah?

Efektif sekali. Sebagian besar masyarakat sudah mendaur ulangsampah walau belum 100 persen dan ini terus meningkat. DiSurabaya, walikotanya menyatakan Surabaya mampu mengurangitimbunan sampah hingga 10 persen. Sekarang tinggal tolok ukurnya,apakah kesadaran masyarakat atau timbunan sampah kota.

Apa saja kendala yang dihadapi? Bagaimana peluangmenjadikan PSBM sebagai sebuah gerakan dalam artimenjadi program pemerintah dan dilaksanakan bersamamasyarakat dan sektor swasta?

Kami lebih senang menyebut tantangan. Setiap kota mem-punyai potensi tantangan masing-masing.Ada kota yang mampu dengan cepatmenyamakan persepsi. Bowo

Leksono

11WAWANCARA

Yayasan Unilever Peduli (Uli Peduli)berdiri pada November 2000 untuk melak-sanakan program-program Corporate So-cial Responsibility (CSR) dari PT UnileverIndonesia Tbk. Salah satu penerapan pro-gram CSR adalah kepedulian di bidanglingkungan, disamping bidang higiene,kesehatan masyarakat, dan nutrisi.

Pada awal melakukan program Greenand Clean, yaitu tahun 2001, Kota Sura-baya terpilih sebagai pilot program. Sam-pai sekarang masih terus berkelanjutan.Bahkan Uli Peduli terus mereplikasi kekota-kota besar lain di Indonesia. Tahun2006 ke Jakarta, 2007 ke Yogyakarta, 2008ke Makassar, 2009 ini ke Banjarmasin danBandung.

Apa sebenarnya yang diharapkan PT Unilever Indonesia sebagaiprodusen kebutuhan rumah tangga dari masyarakat dengan penerapanCSR-nya? Berikut petikan wawancara Percik dengan EnvironmentProgram Manager PT Unilever Indonesia Tbk Silvi Tirawaty.

Silvi TirawatyTanggung Jawab

Perusahaan terhadap Kondisi Lingkungan

Foto: Bowo Leksono

PercikMei 2009

Apa yang menjadi pertim-bangan keterlibatan DanamonPeduli dalam kegiatan Penge-

lolaan Sampah Berbasis Masyarakat(PSBM) di pasar-pasar tradisional?

Saat ini terdapat 13.450 pasar tradisionaldengan jumlah pedagang sekitar12.650.000. Artinya, pasar tradisional me-miliki peran cukup signifikan. Kenyata-annya, kondisi kebersihan, kesehatan dankenyamanan pasar tradisional sangatmenyedihkan, sehingga pertumbuhan pilarekonomi Indonesia ini terus mengalamikemunduran. Hasil survey AC Nielsen,kemundurannya mencapai rata-rata 8,1persen per tahun dibandingkan denganpasar modern yang terus meningkat rata-rata 31,4 persen per tahun. Nah, sampahmerupakan salah satu penyebab utamaburuknya lingkungan pasar tradisional.Lingkungan pasar yang identik dengankesan becek, jorok, dan bau membuat orang

enggan berbelanja ke pasar tradisional danlebih memilih berbelanja di pasar modern.

Apakah ada kaitan antara PSBMdengan bisnis Bank Danamon?

Kaitannya cukup erat karena lebih dari800 cabang Bank Danamon berada di 1.500pasar tradisional yang tersebar di seluruhIndonesia, sehingga perbaikan nasib komu-nitas pasar juga merupakan investasi sosialbagi Danamon.

Apakah terdapat alokasi danakhusus dalam CSR di Bank Danamonuntuk PSBM?

Alokasi anggaran CSR untuk DanamonGo Green yaitu program konversi sampahorganik pasar tradisional menjadi pupukorganik berkualitas tinggi, untuk tahun 2008Rp 2,5 miliar atau 21 persen dari keseluruh-an dana CSR. Untuk tahun ini Rp 2,1 miliar.

Apakah terdapat kriteria khususdalam memilih lokasi PSBM?

Ada. Danamon Peduli hanya bersediamenjalin kerjasama dengan kabupaten/kotayang kepala daerahnya berkomitmen tinggidalam menjamin kesuksesan dan kesinam-bungan program.

Bagaimana bentuk keterlibatanDanamon Peduli? Bagaimana bentukkerjasama dengan pemerintah dae-rah?

Pola kerjasama dengan pemerintahdaerah, Danamon Peduli berkewajibanmembuat desain proyek, pengadaan mesindan rumah kompos sekaligus pelatihan tek-nis pengoperasiannya, pemantauan danevaluasi, serta membuat replikasi tingkatnasional. Total sumbangan yang diberikanDanamon Peduli antara Rp 80 hingga Rp100 juta rupiah di masing-masing wilayah.Sedangkan pemerintah daerah berkewajibanmembuat analisa kebutuhan terkait berapasampah yang dihasilkan per hari, menye-diakan dan memfasilitasi lahan di pasar,

melakukan koordinasi lokal, membuat peri-jinan dan sosialisasi.

Apa yang menjadi kontribusimasyarakat?

Kontribusi masyarakat diwujudkan de-ngan perubahan perilaku menjadi lebihramah lingkungan, yang paling mendasaradalah mulai memisahkan sampah organikdan anorganik.

Berapa lama waktu yang dibu-tuhkan dari persiapan sampai mulaiberjalannya kegiatan PSBM?

Sekitar tiga hingga delapan bulan.Persiapan ini tentu tergantung kesiapanmasing-masing Pemda dan masyarakatnya.

Seberapa efektif kegiatan PSBMdalam mengurangi timbulan sampah?

Setiap unit pengomposan dapatmengkonversi 3-5 ton sampah organik men-jadi 1,2-3 ton pupuk organik per hari. Unitkompos di 31 kabupaten/kota berpotensimengolah 60-120 ton sampah organik men-jadi 24-48 ton pupuk organik kualitas tinggisetiap hari. Bowo Leksono

12WAWANCARA

Masih banyak di Indonesia lahan un-tuk menanam program Corporate SocialResponsibility (CSR). Kebersihan dankesehatan pasar adalah salah satu lahanyang dibidik Bank Danamon lewatDanamon Peduli. Tahun 2007, DanamonPeduli menerapkan program Go Green dipasar Ciputat, Tangerang. Dari situlahmereka menemukan ide untuk mengelo-la sampah pasar menjadi kompos.

Di tahun yang sama, Danamon Pedulibermitra de-ngan Pemerin-tah Daerah Ban-tul dan Sragensebagai proyekp e r c o n t o h a nmengelola sam-pah di pasar tra-disional. Keber-hasilan di dualokasi ini mem-bawa dampakpada daerah lain. Tahun ini, ada 31 pasartradisional di seluruh Indonesia yangmenjalankan program pengelolaan sam-pah. Direktur Eksekutif Danamon PeduliRisa Bhinekawati berbincang denganPercik seputar pengelolaan sampah dipasar-pasar tradisional di Indonesia.

Nama: Risa BhinekawatiTempat, tanggal lahir: Pontianak,2 Februari 1966Suami: Adhyasa YutonoAnak: Rifqi Satya Adhyasa (13)

Pendidikan:- Fakultas Ekonomi Universita Indonesia(1992)- Universitas Nasional Australia (1999)

- Universitas George Washington (2006)Karir:- Vice President of Human Resources &

Organization Ericsson- Chief Operating Officer UNDP- Head of Corporate Affairs Unilever

Indonesia

Risa BhinekawatiPeduli Sampah Pasar Tradisional

Foto: Bowo Leksono

PercikMei 2009

Jauh sebelum tragedi longsornyagunung sampah di Tempat Pem-buangan Akhir (TPA) Leuwigajah

Bandung pada tahun 2005 yang mene-waskan sekitar 147 orang, sejak tahun 1998warga RW 11 Kelurahan Cibangkong,Kecamatan Batununggal, Kota Bandung,Jawa Barat sudah merintis pengelolaan sam-pah di wilayahnya.

Artinya, apa yang dilakukan wargaCibangkong jelas mengurangi timbulan sam-pah yang ada di TPA Leuwigajah. Bila semuawarga Kota Bandung mengelola sampahbaik skala komunitas maupun rumah tang-ga, kecil kemungkinan terjadi tragedi itu.

Awalnya, Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Permukiman (Puslitbangkim) De-partemen Pekerjaan Umum membuatproyek percontohan dan RW 11 KelurahanCibangkong yang dinilai wilayah padat dankumuh dan kerap terjadi banjir karena diapitdua sungai Anak Kali Cikapundung lama danbaru, ditunjuk untuk mendapat pembinaandalam hal pengelolaan sampah.

Sampai kemudian terbentuk LembagaPerwakilan Warga (LPW) RW 11 KelurahanCibangkong yang mengawasi pelaksanaanpengelolaan sampah tersebut. Kunjunganlapangan datang dari puluhan negara dandaerah-daerah di hampir seluruh provinsi diIndonesia. Bahkan, para pengelola rumahkompos di RW 11 Cibangkong sudah kerapdiundang mengisi pelatihan di berbagaidaerah.

Paling tidak, warga Cibangkong masihboleh sedikit berbangga karena sampai se-karang sebagai satu-satunya wilayah yangmelakukan pengelolaan sampah di KotaBandung. Namun, kebanggaan itu perludiiringi dengan kesadaran akan arti keber-sihan lingkungan.

MemprihatinkanSaat ini, setelah lebih dari 10 tahun, kon-

disi rumah kompos di RW 11 Cibangkong

cukup memprihatinkan. Mesin-mesin pe-ngelola sampah sudah tidak lagi digunakandan kembali ke sistem manual karena tidakcukup anggaran untuk membayar pekerja.

"Idealnya untuk mengelola sampah satuRW, dibutuhkan enam tenaga kerja. Duadiantaranya untuk melakukan distribusi ha-sil kompos dan pemantauan lapangan," ujarWijiman (53 tahun), koordinator rumahkompos, yang sudah sejak awal setia menge-lola sampah warga RW 11 dengan tigapekerjanya.

Untuk memenuhi kebutuhan rumahkompos, Warjiman bekerja lebih kerasmemasarkan hasil komposnya ke perke-bunan teh di Bandung Selatan dan parapetani organik di daerah Sapan, BandungTimur.

Dalam satu hari, kata Warjiman, rumahkompos ini mampu menghasilkan 5 kwintalpupuk kompos dengan harga Rp 2.500 per 3kilogram. "Petani organik di Sapan sempatmeminta berapa pun kompos yangdihasilkan. Tapi ya itu, belum ada modaluntuk menghasilkan lebih dari 5 kwintal perhari," keluhnya.

Sementara tokoh masyarakat RW 11Cibangkong yang turut berjuang memba-

ngun rumah kompos, Andarusman, me-nyayangkan tidak adanya uluran tangan daripihak Pemerintah Kota Bandung. "Bahkanada informasi bantuan berupa peralatan daripemerintah provinsi yang masih tertahan dipemerintah kota," ujarnya.

Untuk mengetahui lebih jauh bagaimanakondisi pengelolaan sampah di kampungCibangkong, berikut wawancara Percik de-ngan H. Andarusman yang juga sebagaiketua Forum Warga Cibangkong (FWC).

Apa yang mendorong atau alasanAnda berkecimpung dalam kegiatanpengelolaan sampah?

Sebagai salah satu tokoh panutan masya-rakat khususnya di RW 11 KelurahanCibangkong, saya bersama beberapa wargamerasa prihatin dengan kondisi wilayah RWini yang paling kumuh karena penduduknyapaling padat. Sampah sampai menggunungkarena tidak diangkut Dinas Kebersihankota. Seringkali bila musim hujan airsungai meluap hingga kerumah warga.

13WAWANCARA

Nasib rumah kompos RW 11 Kelurahan Cibangkong, Kota Bandung sungguh memprihatinkan.Kurangnya anggaran adalah salah satu penyebabnya. Foto Bowo Leksono

Rumah Kompos RW 11 Cibangkong:

PIONIR YANG MEMPRIHATINKAN

PercikMei 2009

Untunglahada binaan dari Pus-

litbangkim Departemen PU yangmau membantu membangun Cibangkongdengan adanya rumah kompos.

Bagaimana sistem pengelolaansampah yang dikembangkan? Apakahdikerjakan sendiri atau juga meli-batkan anggota masyarakat yang lain.

Sejak pertama pada tahun 1998 menda-pat pembinaan dari Puslitbangkim tentangpengelolaan sampah yang menghasilkanproduk kompos. Tadinya warga sempattidak setuju karena takut bau bila di ling-kungan padat penduduk ada penampungansampah. Setelah diyakinkan dan berjalan,ternyata berguna. Jadi setiap dua hari, arma-da dari rumah kompos mengambil sampahdi TPS-TPS (tempat penampungan semen-tara-red) di tiap RT untuk kemudian diolahdi rumah kompos.

Apakah efektif dalam mengurangitimbulan sampah?

Tentu, lihat saja, sekarang sudah tidakada timbulan sampah di wilayah RW kami.Semuanya terangkut ke rumah kompos.Memang masih disayangkan, ada RW lainyang mengelola sampah dengan cara dibakardan itu ternyata malah menimbulkan per-soalan, jadi polusi.

Apa saja kendala yang dihadapidalam melibatkan masyarakat?

Sampai sekarang, untuk mempe-ringan rumah kompos dalam mengolahsampah masih susah mengajak wargamemilah sampah organik dan anorganik.Padahal sudah ada dua tong sampah tiapkeluarga untuk memilah. Sempat ada jugabantuan keranjang Takakura agar ibu-ibumau mengolah sampah organik di rumah-nya. Tapi ya itu, ada yang aktif danbanyak yang masa bodoh, warga merasamemilah sampah itu tugas rumah komposkarena warga merasa sudah membayariuran. Nah, jumlah iuran ini juga menjadikendala. Bayangkan, satu bulan hanya Rp1.000, padahal dari 900 rumah, palinghanya 600 rumah yang membayar. Initentu tidak mencukupi untuk membayarempat tenaga rumah kompos tiap bulan-

nya. Coba, mereka masing-masing cumadigaji Rp 150 per bulan.

Apakah yang Anda kerjakan tidakberbenturan dengan program pe-merintah?

Saya rasa tidak berbenturan. Kalauberbenturan, tentu tidak berani melakukan-nya. Justru yang kami lakukan membantupemerintah, khususnya Pemerintah KotaBandung. Seharusnya kan tanggung jawabPemerintah Kota Bandung melalui DinasKebersihan dan Pertamanan yang meng-angkut sampah warga, ternyata mampukami kelola sendiri. Tapi kenapa sama sekalitidak ada dukungan dan bantuan konkritdari pemerintah kota sampai sekarang.

Apakah anda mendapat dukunganatau bantuan dari pihak luar sepertipemerintah, swasta atau pihak lain-nya? Jika ya, dukungan/bantuan da-lam bentuk apa?

Sampai sekarang tidak ada bantuan dariPemerintah Kota Bandung padahal pe-ngelolaan sampah di sini sudah 10 tahunlamanya. Ya hanya dari PuslitbangkimDepartemen PU saja pada awal-awal dulu.Kami berharap ada kepedulian dari peme-rintah kota, karena yang kami lakukan turutmembantu program pemerintah. Dariswasta atau LSM juga belum ada. Paling dariperguruan tinggi seperti UniversitasPajajaran Bandung yang sempat membanturenovasi rumah kompos dan dari ITB mem-bantu penelitian.

Menurut Anda apa faktor utamayang sangat menentukan keberhasil-an dari kegiatan ini?

Kalau saya katakan belum berhasil.Kalau berhasil mungkin masyarakat sudahmerasakan. Kepedulian masyarakat sendirimasih belum sepenuhnya. Kami juga masihbutuh dana dan pemasaran kompos yangsedang terus dicoba.

Jika kegiatan seperti ini akandilakukan di tempat lain, persyaratanapa yang perlu dipenuhi agar dapatberjalan lancar?

Memang sudah banyak pihak hampirdari seluruh provinsi di Indonesia berkun-jung dan belajar kompos di Cibangkong,

belum lagi beberapa perwakilan negara.Bahkan wilayah tetangga yaitu KabupatenCimahi sudah lebih berhasil dari sini.Sebenarnya syarat untuk bisa mencapaikeberhasilan ya adanya kejujuran dan keter-bukaan atau transparansi. Jujur dan terbukadalam mengelola keuangan dan hasilnya.

Apakah keterlibatan masyarakatsebaiknya diatur dalam peraturandaerah?

Saya kira itu sangat perlu. Karena selamaini yang dilakukan pemerintah kota hanyasekedar himbauan agar masyarakat mausadar dan peduli. Tapi sayangnya kalau adadaerah yang dinilai berhasil pemerintah kotasama sekali tidak meliriknya.

Manfaat apa yang dirasakan ma-syarakat saat ini?

Manfaatnya tentu besar sekali. Hal yangpaling terlihat ya lingkungan menjadi bersihkarena tidak ada lagi sampah yang me-numpuk. Akan lebih besar lagi manfaatnyabila produk kompos sudah berhasil dipa-sarkan, selain memberi lapangan kerja, jugamampu menampung sampah darisatu Kelurahan Cibang-kong. Bowo Leksono

14

Nama : AndarusmanTempat, tanggal lahir:

Cibangkong, 17 Agustus 1935Istri : Hj. Rusminah (alm)Anak : 14 anakCucu : 20 cucuPendidikan : Sekolah Guru Pendidikan Teknik (SGPT) Karir : Kasi Tim Pemeriksa PLN Kota Bandung

(hingga 1990)

Foto: Bowo Leksono

WAWANCARA

PercikMei 2009

Seiring pertambahan penduduk danperubahan pola konsumsi ma-syarakat, sampah yang dihasilkan

tiap tahun semakin bertambah. Namun,pertambahan sampah tersebut tidak ter-batas pada volume semata karena men-cakup juga jenis dan karakteristiknya.Sementara metode pengelolaan sampahsaat ini pada umumnya masih dengancara membuang sampah secara langsungke Tempat Pengolahan Akhir (TPA).

Bermacam masalah pun hadir taksekedar persoalan kebersihan dan pence-maran lingkungan, namun sudah masukke wilayah sosial yaitu perselisihan antar-warga di sekitar TPA. Parahnya, hampirsemua kota di Indonesia, baik kota besarmaupun kota kecil, tidak memiliki pena-nganan sampah yang baik.

Penanganan kebanyakan denganmanajemen yang sama, kumpul-angkut-buang. Suatu pengaturan klasik yangsudah seharusnya diakhiri. Cara ini ter-

bukti memiliki kelemahan dan cenderungmerugikan. Tidak hanya bagi lingkungantapi juga bagi masyarakat di sekitar lokasipembuangan.

Tentu kita masih ingat bencanaledakan di TPA sampah di Leuwigajah,Cimahi, Jawa Barat yang menelan korbanratusan orang dan sampai sekarangbelum bisa memuaskan semua keluargakorban. Belum lagi konflik masyarakat disekitar lokasi tempat pengolahan sampahterpadu (TPST) Bojong, Bogor, JawaBarat atau TPA Bantar Gebang di Bekasiyang kerap menghiasi media massa di-susul beberapa persoalan persampahan dikota-kota lain. Terkadang masalah tidakhanya berdampak pada satu kota saja tapiberkaitan antarkota.

Sampah telah menjadi permasalahannasional sehingga pengelolaannya perludilakukan secara komprehensif dan ter-padu dari hulu ke hilir agar memberikanmanfaat secara ekonomi, sehat bagi

masyarakat, dan aman bagi lingkungan,serta dapat mengubah perilakumasyarakat.

Dalam pengelolaan sampah jugadiperlukan kepastian hukum, kejelasantanggung jawab dan kewenanganPemerintah, pemerintahan daerah, sertaperan masyarakat dan dunia usahasehingga pengelolaan sampah dapat ber-jalan secara proporsional, efektif, danefisien.

Untuk itu, pemerintah dan berbagaikalangan masyarakat memandang pen-ting Indonesia memiliki UU persampah-an. Ditetapkan dan diluncurkannya Un-dang-Undang tentang Pengelolaan Sam-pah ini dimaksudkan untuk mewujudkansistem pengelolaan sampah yang berhasilguna dan berdaya guna, sehat, aman danramah lingkungan.

Hal penting yang diatur dalam UU iniadalah perubahan paradigma dalam pe-ngelolaan sampah yang semula sekedarmengumpulkan, mengangkut dan mem-buang sampah ke TPA berganti menjadipengelolan sampah dengan menerapkanprinsip 4 R (reduce, reuse, recycle, re-cover).

Sebelum hadirnya Undang-UndangNomor 18 Tahun 2008 tentangPengelolaan Sampah, para pemangkukepentingan bidang persampahan tidakmemiliki pijakan kuat dalam mengurussoal sampah. Pada 9 April 2008,Rancangan Undang-Undang (RUU) ten-tang Pengelolaan Sampah disetujuiSidang Paripurna Dewan PerwakilanRakyat Republik Indonesia (DPR RI).

UU ini merupakan upaya Pemerintahuntuk meningkatkan kese-hatan masyarakat

15REGULASI

Implementasi Peran MasyarakatSesuai UU No. 18 Tahun 2008

PercikMei 2009

Sampah mempunyai nilai ekonomis dengan menjadikannya pupuk kompos. Foto Bowo Leksono

dan kualitas lingkungan di Indonesiaserta menjadi acuan kebijakan nasionaldalam pengelolaan sampah di Indonesia.

Paradigma Pengelolaan SampahPasal 4 menyatakan bahwa "Penge-

lolaan sampah bertujuan untuk me-ningkatkan kesehatan masyarakat dankualitas lingkungan serta menjadikansampah sebagai sumber daya."

Sejak diundangkannya UU Penge-lolaan Sampah dalam lembaran negara,penanganan sampah di Indonesia diaturdengan paradigma baru. Semua pihakbertanggung jawab terhadap sampah,baik masyarakat, pemerintah maupunpemangku kepentingan yang berkaitandengan keberadaan sampah.

Seperti diketahui, selama ini sebagianbesar masyarakat dalam mengelola sam-pah masih bertumpu pada pendekatandengan metode kumpul-angkut-buang.Paradigma baru memandang sampahsebagai sumber daya yang mempunyainilai ekonomi, misalnya untuk energi,kompos, pupuk ataupun untuk bahanbaku industri.

Tanggung Jawab Pengelolaan Sam-pah

Dalam rangka menyelenggarakanpengelolaan sampah secara terpadu dankomprehensif, pemenuhan hak dan kewa-jiban masyarakat, serta tugas dan wewe-nang Pemerintah dan Pemerintah Daerahuntuk melaksanakan pelayanan publik,diperlukan payung hukum dalam bentukundang-undang.

Pengelolaan sampah diselenggarakanberdasarkan asas tanggung jawab, asasberkelanjutan, asas manfaat, asas keadil-an, asas kesadaran, asas kebersamaan,asas keselamatan, asas keamanan, danasas nilai ekonomi.

Dalam undang-undang ini, tidakhanya pemerintah saja yang bertanggungjawab terhadap persoalan persampahan;masyarakat (rumah tangga) dan swasta

(sebagai produsen kemasan yang lalumenjadi sampah) pun wajib mengelolasampah dengan aturan yang sudah diten-tukan.

Aturan ini terdapat pada Pasal 12 ayat(1) yang mengatakan bahwa "Setiap orangdalam pengelolaan sampah rumah tanggadan sampah sejenis sampah rumah tang-ga wajib mengurangi dan menanganisampah dengan cara yang berwawasanlingkungan".

Sementara Pasal 13 menyebutkan"Pengelola kawasan permukiman,kawasan komersial, kawasan industri,kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitassosial, dan fasilitas lainnya wajib menye-diakan fasilitas pemilahan sampah."

Dengan kata lain, undang-undang itumemaksa masyarakat untuk melakukandaur ulang dalam pengelolaan sampah.Tentu bila tidak mengelola sampah akandikenai sanksi sesuai peraturannya.

Hal lain yang menarik dalam undang-undang sampah ini berkenaan aturanbagi para produsen seperti yang tercan-tum dalam Pasal 14 dan 15. Seperti kewa-jiban yang dibebankan pada masyarakat,produsen pun diwajibkan mengelolakemasan dari barang yang diproduksiyang tidak dapat atau sulit terurai olehalam. Pemerintah akan melakukanmekanisme punishment and rewardkepada perusahaan yang melanggar dantidak menjalankan pengolahan sampah.Tak terkecuali pada masyarakat baiksecara individu maupun komunitas.

Kewajiban Pemerintah dan Peme-rintah Daerah

Sebelum diundangkannya UU No. 18Tahun 2008, meski telah ada norma-norma, standar-standar, prosedur danmanual-manual pengelolaan sampahyang disosialisasikan, tidak ada aturanyang tegas mengenai pengelolaan sampahdi setiap kabupaten/kota atau provinsi diIndonesia. Semua daerah berpeganganpada peraturan daerah masing-masing,

sehingga penanganan sampah pun berbe-da-beda.

Parahnya, pemerintah daerah terje-bak pada masalah retribusi dan sanksi-sanksi (denda) untuk meningkatkan pen-dapatan daerah masing-masing dibandingtanggung jawab manajemen pengolahansampah untuk kepentingan bersama.

Melalui undang-undang inilah konsepdasar berkaitan pembenahan penanganansampah di Indonesia bisa terwujudsegera. Tentu setelah diterbitkannya per-aturan pemerintah sebagai pedomanpelaksana undang-undang tersebut.Untuk kemudian diikuti peraturan daerahyang berpedoman pada aturan yang lebihtinggi tingkatannya.

Sampah yang dikelola berdasarkanUndang-Undang ini terdiri atas sampahrumah tangga, sampah sejenis sampahrumah tangga, dan sampah spesifik.Setiap orang yang melakukan kegiatanusaha pengelolaan sampah wajib memi-liki izin dari Kepala Daerah sesuai dengankewenangannya. Bupati/walikota dapatmenerapkan sanksi administratif kepadapengelola sampah yang melanggar keten-tuan persyaratan yang ditetapkan dalamperizinan.

Pemerintah dan Pemerintah Daerahwajib membiayai penyelenggaraan pe-ngelolaan sampah. Masyarakat dapatberperan dalam pengelolaan sampahyang diselenggarakan oleh Pemerintahdan/atau Pemerintah Daerah. Hal inidapat dilakukan melalui :

pemberian usul, pertimbangan, dansaran kepada Pemerintah Pusatdan/atau Pemerintah Daerah;perumusan kebijakan pengelolaansampah; danpemberian saran dan pendapatdalam penyelesaian sengketa per-sampahan.

Secara tersurat Undang-Undang Pe-ngelolaan Sampah memaksa pemimpindaerah mengelola sampah bilatak ingin digugat

16REGULASI

PercikMei 2009

atau terkena sanksi. Aturan ini mewa-jibkan pemerintah daerah menanganisampah di wilayahnya.

Pada Pasal 5 disebutkan "Pemerintahdan pemerintah daerah bertugas men-jamin terselenggaranya pengelolaan sam-pah yang baik dan berwawasan lingkung-an sesuai dengan tujuan sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang ini".

Kondisi bersih dan sehatnya suatudaerah dari persoalan sampah memangbergantung pada niat dan minat pe-mimpin daerahnya. Untuk urusan penga-wasan pengelolaan sampah dalamundang-undang ini diatur dengan carapengawasan bertingkat seperti yang ter-cantum pada Pasal 30 ayat (1) dan ayat(2). Sederet kewajiban bagi pemerintahdan pemerintah daerah berkenaan de-ngan pengelolaan sampah terdapat dalamundang-undang yang pertama kali meng-atur soal sampah ini.

Tentu semua pihak berharap, dengandiberlakukannya undang-undang menge-nai pengelolaan sampah akan mampumengurangi persoalan sampah di seluruhwilayah Nusantara. Semoga dimasadatang, Indonesia menjadi negara yangtidak lagi meributkan soal sampah tapijustru mampu membuka peluang kerjadari pengelolaan sampah ini.

Sementara dalam ketentuan pasal 289H ayat (1) UUD 1945 memberikan hakkepada setiap orang untuk mendapatkanlingkungan hidup yang baik dan sehat.Ketentuan ini membawa konsekuensibahwa Pemerintah wajib memberikanpelayanan publik dalam pengelolaan sam-pah.

Pemerintah merupakan pihak yangberwenang dan bertanggungjawab dibidang pengelolaan sampah meskipunsecara operasional dalam pengelolaannyadapat mengikutsertakan masyarakat ataubermitra dengan badan usaha yang ber-gerak di bidang persampahan. Selain ituorganisasi persampahan, dan kelompok

masyarakat yang bergerak di bidang per-sampahan dapat juga diikutsertakandalam kegiatan pengelolaan sampah.

Keterlibatan Masyarakat dalamPengelolaan Sampah

Dalam Undang-Undang Nomor 18tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampahdisebutkan bahwa masyarakat juga dapatdan harus berpartisipasi dalam pengelo-laan sampah rumah tangga dan sampahsejenis rumah tangga, baik dalam hal pe-ngurangan sampah (meliputi kegiatanpembatasan, penggunaan kembali, danpendauran ulang) dan penanganan sam-pah (meliputi pemilahan, pengumpulan,pengangkutan, pengolahan, dan pemro-sesan akhir).

Sebelumnya, keterlibatan masyarakatdalam mengelola sampah sudah pernahdiatur dalam Peraturan Menteri Pe-kerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 ten-tang Kebijakan dan Strategi NasionalPengembangan Sistem Pengelolaan Per-sampahan.

Pengelolaan sampah berbasis ma-syarakat merupakan salah satu strategidari kebijakan (2) dalam Peraturan Men-teri No. 21/PRT/M/2006 yaitu pening-katan peran aktif masyarakat dan duniausaha/swasta sebagai mitra pengelolaan.Masyarakat terbukti mampu melak-sanakan berbagai program secara efektifdan bahkan dengan tingkat keberhasilanyang sangat tinggi terutama bila keikut-sertaan mereka dilibatkan sejak awal.Kegiatan ini dapat dilaksanakan untukmeningkatkan pengelolaan sampah dilingkungan perumahan melalui pember-dayaan masyarakat setempat, yang selan-jutnya dapat direplikasi di tempat lain-nya.

Pengelolaan Sampah Berbasis Ma-syarakat (PSBM atau Community BasedSolid Waste Management/CBSWM)adalah sistem penanganan sampah yangdirencanakan, disusun, dioperasikan,

dikelola dan dimiliki oleh masyarakat.Tujuannya adalah agar tercapai ke-mandirian masyarakat dalam memperta-hankan kebersihan lingkungan melaluipengelolaan sampah yang ramah ling-kungan. Adapun prinsip-prinsip PSBMadalah: partisipasi masyarakat, keman-dirian, efisiensi, perlindungan lingkunganserta keterpaduan.

Undang-Undang No.18 Tahun 2008tentang Pengelolaan Sampah mengaturpengelolaan sampah secara komprehensifdan terpadu dari hulu ke hilir agar mem-berikan manfaat secara ekonomi, sehatbagi masyarakat dan aman bagi lingkung-an serta mengubah perilaku masyarakat.

Pemerintah Daerah juga harus lebihhati-hati dalam penanganan sampah ka-rena masyarakat dapat menggunakan hakdalam upaya mendapat fasilitas pengelo-laan sampah yang lebih baik, serta bagimasyarakat yang dirugikan akibat perbu-atan melawan hukum di bidang pengelo-laan sampah juga berhak mengajukan gu-gatan. Implementasi Undang-Undang inimembawa konsekuensi bagi daerah untukmenata ulang pengelolaan sampah, baikdari aspek kebijakan, metode, teknikmaupun regulasinya.

Semoga dengan adanya keterlibatansemua pihak baik Pemerintah Pusat,Pemerintah Daerah maupun masyarakat,masalah mengenai sampah ini dapatterselesaikan. Yang terpenting dalampengelolaan lingkungan ini adalah selu-ruh lapisan masyarakat sadar sebagaibagian dari lingkungan dimana ia beradadan diharapkan lambat laun budaya"Cinta Lingkungan" akan tumbuh di hatimasyarakat.

Ujang Solihin SidikKepala Bidang Pengelolaan Sampah

Kementerian Lingkungan Hidup

Disarikan olehBowo Leksono dan Ratna Kurnia Dewi

17REGULASI

PercikMei 2009

18 REGULASI

Pengelolaan Persampahan telahmenunjukkan kemajuan palingtidak dari segi ketersediaan regu-

lasi. Pada saat ini negara kita telah mem-punyai Undang-Undang Nomor 18 Tahun2008 tentang Pengelolaan Sampah, yangsebentar lagi akan disusul dengan pene-tapan peraturan pemerintah terkait. Se-mentara mendahului undang-undang ter-sebut, Departemen Pekerjaan Umum te-lah menetapkan Peraturan Menteri Pe-kerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pe-ngembangan Sistem Pengelolaan Persam-pahan. Di masing-masing daerah sendiritelah mempunyai acuan berupa peraturandaerah terkait pengelolaan sampah.

Tulisan ini mencoba menjelaskan se-cara ringkas bagaimana pengaturan pe-ngelolaan sampah di tingkat kabupaten/kota melalui peraturan daerah. Aspek apasaja yang dicantumkan dalam peraturandaerah tersebut. Apakah keterlibatanmasyarakat juga termasuk aspek yangdiliput dalam peraturan daerah tersebut.

Peraturan Daerah sebagai DasarPenegakan Hukum

Penyelenggaraan pemerintahan yangtertib merupakan syarat utama bagi ter-wujudnya tujuan Negara. Berdasar Pasal3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Ta-hun 2004 tentang Pemerintahan Daerahdisebutkan bahwa "Negara KesatuanRepublik Indonesia dibagi atas daerah-

daerah provinsi dan daerah provinsi itudibagi atas kabupaten dan kota

yang masing-masingmempunyai pe-

merintahan daerah". Sementara dalamAyat (2) disebutkan bahwa "Pemerin-tahan Daerah sebagaimana dimaksud pa-da ayat (1) mengatur dan mengurus sen-diri urusan pemerintahan, pemerintahandaerah berhak untuk membuat peraturandaerah yang sesuai dengan kebutuhan,situasi dan kondisi daerahnya.

Oleh karena itu, pembentuk peraturandaerah harus memahami kepentingan-kepentingan yang tumbuh dan berkem-bang dalam masyarakat. Selain itu, de-ngan memperhatikan masukan dari ang-gota masyarakat dapat menumbuhkanperasaan memiliki dan kewajiban moraldari mereka untuk mematuhi peraturandaerah tersebut.

Penyusunan Perda dimulai denganmerumuskan masalah yang akan diatur,untuk itu harus menjawab pertanyaan"apa masalah sosial yang akan diselesai-kan"? Masalah sosial yang akan diselesai-

kan pada dasarnya akan terbagidalam dua jenis. Pertama,

masalah sosial yang ter-

jadi karena adanya perilaku dalam ma-syarakat yang bermasalah. Misalnya, ba-nyak masyarakat membuang sampahsembarangan, sehingga menyebabkanlingkungan menjadi kumuh, maka diper-lukan perda kebersihan. Kedua, masalahsosial yang disebabkan karena aturan hu-kum yang ada tidak lagi proporsional de-ngan keadaan masyarakatnya. Misalnya,peraturan daerah tentang retribusi biayapemeriksaan kesehatan, ternyata mem-beratkan masyarakat kecil, hingga tidakmemperoleh pelayanan kesehatan yangmemadai.

Dalam pembentukan peraturan dae-rah akan terkait dengan beberapa organi-sasi pemerintah seperti Kepala Daerahtermasuk didalamnya Dinas-dinas Dae-rah dan DPRD yang harus diorganisa-sikan sehingga membentuk satu kesatuanuntuk mencapai tujuan yakni terbentuk-nya peraturan daerah.

Dalam Pasal 143 Undang-Undang No-mor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah-an Daerah, ditentukan bahwa :

Peraturan Daerah TerkaitPengelolaan Sampah

Ketersediaan sarana seperti sepasang tong sampah untuk sampah basah dan kering di depan kantor-kantor pemerintah daerah ternyata belum efektif. Foto Bowo Leksono

PercikMei 2009

19REGULASI

(1) Perda dapat memuat ketentuantentang pembebanan biaya paksaan pene-gakan hukum, seluruhnya atau sebagiankepada pelanggar sesuai dengan peratur-an perundangan.

(2) Perda dapat memuat ancaman pi-dana kurungan paling lama 6 (enam) bu-lan atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(3) Perda dapat memuat ancaman pi-dana atau denda selain sebagaimanadimaksud pada ayat (2), sesuai denganyang diatur dalam peraturan perundang-an lainnya.

Ketentuan pasal 143 UU Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae-rah menjadi dasar hukum pengaturansanksi administrasi, tujuan utamanyaadalah menyelesaikan pelanggaran (re-paratory). Sanksi administrasi dapat di-terapkan langsung oleh pemerintah. Olehsebab itu, peraturan daerah harus meru-muskan secara lengkap dasar hukum, je-nis sanksi, prosedur dan pejabat yang ber-wenang menerapkan sanksi administrasi.Hal ini berbeda dengan sanksi pidana, ka-rena perancang perda hanya cukup meru-muskan dalam perda, sedang penerapansanksinya dilakukan melalui prosedurKUHAP.

Menilik Peraturan Daerah TerkaitPengelolaan Sampah

Walaupun undang-undang terkait pe-ngelolaan sampah baru saja diluncurkan,sementara peraturan pemerintahnya ma-sih dalam tahap penyusunan, tetapi pera-turan daerah yang mengatur pengelolaansampah telah dimiliki oleh masing-ma-sing daerah.

Untuk mendapatkan gambaran ten-tang perda persampahan, dilakukan per-bandingan terhadap paling tidak 7 (tujuh)

peraturan daerah persampahan dariKabupaten Maluku Tenggara,

Kota Depok, KotaS u r a b a y a ,

Kabupaten Tangerang, Kota Bontang,Kabupaten Sleman dan Kota Bandung.

Ditemukan beberapa hal menarik.Pertama, ternyata nama peraturan daerahjuga beragam. Ada yang khusus mengatursampah secara keseluruhan tetapi banyakjuga yang hanya mengkaitkan dengan re-tribusi pelayanan sampah/kebersihan.Sebagai ilustrasi Kabupaten MalukuTenggara, Kota Depok, Kota Surabaya,dan Kota Bandung menggunakan judulretribusi pelayanan persampahan/keber-sihan, sementara Kabupaten Sleman, Ko-ta Bontang, dan Kabupaten Tangerangmenggunakan judul pengelolaan persam-pahan/kebersihan. Namun contoh yangbenar-benar hanya mengatur retribusisampah yang tujuannya menarik uang se-banyak-banyaknya dari sampah adalah Per-da Kota Solok Nomor 6 Tahun 1999 me-ngenai Retribusi Pelayanan Sampah/Ke-bersihan. Keseluruhan perda tersebut hanyauntuk pengaturan retribusi pengambilan,pengangkutan, pengolahan atau pemus-nahan sampah rumah tangga, perdagangan,rumah sakit, hotel dan pabrik.

Kedua, aspek yang dibahas dalam per-aturan daerah juga berbeda. Jika dirang-kum, keseluruhan aspek yang dibahas da-lam peraturan daerah tersebut adalah (i)ketentuan umum (definisi); (ii) tujuandan sasaran; (iii) tata cara penggunaanhak setiap orang untuk mendapatkan pe-

layanan dalam pengelolaan sampah se-cara baik dan berwawasan lingkungan da-ri pemerintah daerah; (iv) tata cara pelak-sanaan kewajiban pengelolaan sampahrumah tangga dan sampah sejenis rumahtangga; (v) tata cara memperoleh izin ke-giatan usaha pengelolaan sampah; (vi)jenis usaha pengelolaan sampah; (vii) pe-nanganan sampah; (viii) pembiayaan pe-ngelolaan sampah; (ix) pemberian kom-pensasi oleh Pemerintah Daerah; (x) ben-tuk dan tata cara peran masyarakat; (xi)larangan membuang sampah; (xii) peng-awasan pengelolaan sampah; (xiii) pene-rapan sanksi administratif; (xiv) ketentu-an retribusi; (xv) ketentuan pidana.Selengkapnya pada tabel berikut.

Dari keseluruhan aspek tersebut, terli-hat hanya ketentuan umum yang terdapatpada ke tujuh perda. Sementara aspek be-rikutnya yang banyak dicantumkan ada-lah tata cara memperoleh izin kegiatanusaha pengelolaan sampah dan jenis usa-ha pengelolaan sampah, ketentuan re-tribusi, diikuti ketentuan pidana. Se-pertinya kesadaran pemerintah daerahbahwa sampah mempunyai peluang bis-nis mulai mengemuka. Selain bahwa per-aturan daerah sebagai alat penegakanhukum dengan adanya ketentuan pidana.

Sementara terkait dengan keterli-batan masyarakat, didalam contoh perdatersebut, diatur dalam bentuk hak dan

Pemerintah daerah senang dengan himbauan yang dipajang secara megah. Namunpemda sendiri

PercikMei 2009

20 REGULASI

Perda pengelolaan sampah yang dapat dianggap terlengkap aspeknya adalah perda persampahan Kabupaten Sleman,dan Kabupaten Tangerang.

ASPEK YANG TERDAPAT DALAM PERATURAN DAERAH MENGENAI SAMPAH: HASIL PENGAMATAN 7 PERATURAN DAERAH

kewajiban, larangan membuang sampah,dan secara khusus bentuk dan tata caraperan masyarakat. Namun demikian,aspek ini hanya tercantum pada 4 dari 7contoh perda.

Efektifitas Peraturan Daerah Ketentuan pasal 289 H ayat (1) UUD

1945 memberikan hak kepada setiaporang untuk mendapatkan lingkunganhidup yang baik dan sehat. Ketentuan inimembawa konsekuensi bahwa Pemerin-tah wajib memberikan pelayanan publik

dalam pengelolaan sampah. Peme-rintah merupakan pihak yang berwe-

nang dan bertanggung-jawab dibidang pen-

gelolaan sam-

pah meskipun secara operasional dalampengelolaannya dapat mengikutsertakanmasyarakat atau bermitra dengan badanusaha yang bergerak dibidang persam-pahan.

Namun secara umum kondisi keber-sihan diberbagai kota di Indonesia masihjauh dibawah rata-rata. Salah satu penye-babnya adalah masih kurangnya pen-didikan yang berkaitan dengan perilakuhidup bersih dan sehat sejak dini sertatidak dilakukannya penerapan sanksihukum (pidana) dari Perda yang ada secaraefektif. Bahkan mungkin masyarakat belumsepenuhnya mengetahui adanya ketentuandalam penanganan sampah termasukadanya sanksi hukum yang berlaku.

Di Indonesia, sebelum dikeluarkan-nya undang-undang pengelolaan sampah,

memang tidak ada stan-dar yang tegas me-

ngenai pengelolaan sampah beserta aspekhukumnya. Semua daerah berpeganganpada Peraturan Daerah masing-masing,sehingga penanganannya pun berbeda-beda di masing-masing daerah. Selain itu,Pemerintah Daerah lebih terjebak padamasalah retribusi dan sanksi-sanksi(denda) untuk meningkatkan pendapatandaerah bahkan terlalu berharap padainvestor, dibanding tanggungjawab ma-najemen pengolahan sampah yang dibe-bankan kepada mereka.

Peningkatan efektifitas dari perdapersampahan kedepan akan sangat ber-gantung pada tersedianya peraturanpemerintah sebagai turunan dari undang-undang pengelolaan sampah. Pada saatini peraturan pemerintah tersebut masihdalam tahap penyelesaian. Peraturanpemerintah ini yang nantinya akan men-jadi payung bagi perda persampahan.

PercikMei 2009

21REGULASI

Segera setelah disahkannya peraturanpemerintah tersebut, maka perda yang adaperlu direview dan jika dipandang perludirevisi. Sehingga penegakan hukum dapatditerapkan dan perda menjadi efektif dalammeningkatkan kinerja pengelolaan sampahdi daerah. Termasuk tentunya mendorongmeningkatnya keterlibatan masyarakat

Pemerintah Daerah juga harus lebihhati-hati dalam penanganan sampah karenamasyarakat dapat menggunakan hak dalamupaya mendapat fasilitas pengelolaan sam-pah yang lebih baik, serta bagi masyarakatyang dirugikan akibat perbuatan melawanhukum dibidang pengelolaan sampah jugaberhak mengajukan gugatan. ImplementasiUndang-Undang ini membawa konsekuensibagi daerah untuk menata ulang pengelo-laan sampah, baik dari aspek kebijakan, me-tode, teknik maupun regulasinya. (Dewidan OM)

Ketika pemerintah meributkanmengenai kelembagaan, dana, dan

regulasi persampahan, sejumlah LSMdan kelompok masyarakat telahberhasil mengelola sampah di tingkatrumah tangga dan lingkungan. Merekamelakukan pembinaan di beberapapermukiman kumuh. Masyarakat dia-jak untuk melakukan pemilahan sam-pah organik dan non-organik. Ke-mudian dilakukan kegiatan 3R berupacomposting (pengomposan), daurulang sampah menjadi barang-barangkerajinan, dan penghijauan kawasan.Sayangnya, peran serta masyarakat initidak difasilitasi pemerintah. Merekahanya bekerja sendiri-sendiri.

Untuk itu, menjadi menarik me-ngetahui seberapa jauh sebenarnyaketerlibatan masyarakat ini telah di-wadahi dalam kebijakan dan strateginasional. Tentu saja perlu diingat bah-wa keberadaan kebijakan dan strategi

ini sebelum disahkannya undang-undang pengelolaan sampah.

Pada dasarnya keterlibatan masya-rakat telah diwadahi dalam salah satustrategi dari kebijakan ke-2 dalam Pera-turan Menteri Nomor 21/PRT/M/2006tentang Kebijakan dan Strategi Na-sional Pengembangan Sistem Penge-lolaan Persampahan, yaitu pening-katan peran aktif masyarakat dandunia usaha/swasta sebagai mitra pe-ngelolaan. Masyarakat terbukti mampumelaksanakan berbagai program se-cara efektif dan bahkan dengan tingkatkeberhasilan yang sangat tinggi teruta-ma bila keikutsertaan mereka dili-batkan sejak awal. Kegiatan ini dapatdilaksanakan untuk meningkatkanpengelolaan sampah di lingkunganperumahan melalui pemberdayaanmasyarakat setempat, yang selanjutnyadapat direplikasi di tempat lainnya.

Peraturan Menteri PU Nomor

21/PRT/M/2006 merupakan amanatPP Nomor16 Tahun 2005 tentangPengembangan Sistem Penyediaan AirMinum dan dapat digunakan sebagaiacuan Pusat dan Daerah dalam me-ningkatkan sistem pengelolaan per-sampahan secara berkelanjutan dan ra-mah lingkungan.

Keterlibatan masyarakat dalam pe-ngelolaan sampah secara resmi disebutsebagai Pengelolaan Sampah BerbasisMasyarakat (PSBM) yang diterjemahkansebagai suatu sistem penanganan sam-pah yang direncanakan, disusun, di-operasikan, dikelola dan dimiliki olehmasyarakat. Tujuannya adalah keman-dirian masyarakat dalam memperta-hankan kebersihan lingkungan melaluipengelolaan sampah yang ramah ling-kungan. Adapun prinsip-prinsip dalamPSBM adalah partisipasi masyarakat,kemandirian, efisiensi, perlindunganlingkungan serta keterpaduan.

Kebijakan dan Strategi Nasional PengembanganSistem Pengelolaan Persampahan

Inisiatif masyarakat dalam pengelolaan sampah ternyata lebih efektif mengurangi timbulansampah di komunitas. Foto: Dokumentasi Pusdakota.

PercikMei 2009

Tulisan ini disarikan dari hasildiskusi BORDA, BEST, LPTP danBALIFOKUS dalam rangka kajian

undang-undang dan peraturan pemerin-tah dan relevansinya dengan pengem-bangan program pengelolaan sampahberbasis masyarakat. Diskusi ini diseleng-garakan di Yogyakarta pada 10 September2008 dan dipresentasikan pada forumkajian Pokja AMPL di Jakarta pada 27 Fe-bruari 2009.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa per-tanggal 8 bulan Mei tahun 2008 telahresmi diundangkan Undang-UndangNomor 18 Tahun 2008 tentang Penge-lolaan Sampah. Lahirnya Undang-Un-dang tersebut telah memberikan sema-ngat baru, ditengah pergulatan perma-salahan pengelolaan sampah di berbagaikota di Indonesia.

Dalam berbagai kesempatan dije-laskan oleh pemerintah bahwa denganlahirnya UU No. 18/2008 berarti telahterjadi pergeseran paradigma tentangpengelolaan persampahan dari "end ofpipe" ke "treatment at source". Masya-rakat juga telah diberi ruang untukberpartisipasi dalam pengelolaan per-sampahan.

Pertanyaan yang layak diajukanadalah bagaimana UU tersebut bisamengakomodasi peran dan partisipasimasyarakat yang selama ini dianggapsebagai penghasil sampah paling besardan selalu "dituduh" tidak/belum memili-ki kesadaran?

Perlunya Peraturan TurunanBerdasarkan kajian yang dilakukan

oleh Gugus Tugas Pengelolaan Sampah

(GTPS), UU No. 18/2008 masih memer-lukan peraturan turunan agar bisa efektif,yakni: Peraturan Menteri sebanyak 3buah, dan Peraturan Pemerintah/Per-aturan Daerah sebanyak 11 buah.

Sudah adakah PP/Perda tersebut?Atau jika sudah ada, maka apakah sudah"sejalankah" peraturan-peraturan dimak-sud? Berdasarkan informasi, saat ini kan-tor Kementerian Lingkungan Hidup(KLH) sedang menyusun Rencana Per-aturan Pemerintah (RPP) tentang: Pengu-rangan Sampah, Pengelolaan Sampah,dan Pengelolaan Sampah B3.

Pasal yang MenggembirakanDilihat dari perspektif keterlibatan

masyarakat, setidaknya beberapa pasalcukup menggembirakan, dalam arti su-

dah menyebut peran masyarakat, meski-pun belum secara jelas. Berbagai pasaltersebut antara lain:

1. Pasal 13, pengelola kawasan permu-kiman wajib menyediakan fasilitas pemi-lahan sampah. Di penjelasan disebutkanbahwa kawasan permukiman meliputikawasan bentuk cluster, kondomini-um/rumah susun, dan apartemen.

2. Pasal 5 juga menyebutkan bahwapemerintah dan pemda bertugas menye-diakan pengelolaan sampah. Pasal ini bisajuga diartikan bahwa apabila masyarakatingin mengelola sampah maka pemerin-tah wajib membantu dengan me-nyediakan sarana danprasarananya.

22REGULASI

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008tentang Pengelolaan Sampah

Tinjauan Perspektif Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

Seorang remaja putri secara mandiri menjahit kerajinan tangan dari sampah plastik.Foto Bowo Leksono

PercikMei 2009

Oleh Popo Rianto, S.H.DIREKTUR CBTEC-LPTP SOLO

3. Pasal 27 juga menyebut tentang ke-mitraan yakni dengan membentuk badanusaha pengelolaan sampah, artinya me-mungkinkan bagi sektor swasta untukbergerak dalam bidang usaha pengelolaansampah.

4. Pasal 37 tentang hak gugat organi-sasi persampahan, dimana masyarakatbisa terlibat dalam pengawasan penge-lolaan sampah.

5. Pasal 45 menyebutkan pembangun-an FPS (Fasilitas Pengelolaan Sampah).

KelemahanNamun demikian, dilihat dari perspek-

tif keterlibatan masyarakat, UU tersebutjuga masih mengandung beberapa "keku-rang-jelasan" dalam mewadahi atau mem-berikan ruang bagi keterlibatan masyarakatdalam upaya pengelolaan sampah. Haltersebut terlihat pada beberapa pasal yangperlu kejelasan, antara lain:

1. Pasal 17 menyebutkan bahwa: "Sia-papun yang mengadakan pengelolaansampah harus mendapat ijin dari KepalaDaerah".

2. Peran masyarakat ternyata hanyadiakomodasi oleh pasal 28 tapi sifatnyamasih terbatas.

3. Pasal 31: "Jika mau bekerja sama

dengan Pemda maka harus tunduk kepa-da Perda atau harus mengikuti lingkupaturan main Pemda berdasarkan Perda".

Secara umum, UU No. 18/2008 ini keli-hatannya masih terlalu government cen-tris. Sampah tetap menjadi urusan peme-rintah dan masyarakat akan sangat mung-kin "hanya" diharuskan untuk membayariuran atau retribusi. Kembali lagi, seper-tinya pemerintah akan mengambil porsiterbesar dalam pengelolaan sampah, danbelum memberikan ruang yang cukup jelaskepada peran masyarakat.

Peluang MasyarakatDari kajian tersebut diperoleh ke-

simpulan bahwa peran masyarakat nam-paknya masih disejajarkan denganswasta, padahal sebenarnya substansinyaamat berbeda, terutama terkait dengankemampuan modal. Masyarakat biasanyahanya memiliki modal kemauan.

Namun demikian, dalam UU tersebutnampaknya jika masyarakat akan bertin-dak sebagai pelaku pengelolaan persam-pahan seperti tercantum dalam Pasal 17,maka diharuskan untuk memperhatikanPerda tentang perijinan yang memung-kinkan Kelompok Masyarakat bisa men-dapatkan ijin, sebagaimana halnyaswasta.

Pertanyaan lanjutnya adalah bagai-mana "nasib" para kelompok swadayamasyarakat (KSM) pengelola sampah didaerah atau di kampung masing-masingyang umumnya berbasis pada kawasanatau lingkup permukiman tertentu yangmereka sudah berjalan secara berkelan-jutan, bahkan tanpa adanya subsidi daripemerintah? Masih menjadi pertanyaanbesar!

Disarikan oleh Surur Wahyudi

23REGULASI

Hasil kerajinan tangan para ibu-ibu berupa tas dan sejenisnya yang berasal dari bahan plastik pem-bungkus. Foto Bowo Leksono

Para remaja putri berkumpul mendiskusikan soal pengelolaan sampah di lingkungan mereka.Foto istimewa

PercikMei 2009

Sampah tidak dapat dipandangsebelah mata. Terbukti, sampahmenjadi persoalan semua daerah.

Untuk itu, penyelesaian soal sampahtidak bisa dilakukan masing-masing kota,perlu ada kerja sama yang baik. Bahkansoal sampah juga menjadi isu global yangmemerlukan penanganan serius.

Bila sampah tidak ditangani secarabenar, bisa menjadi sumber bencana.Seperti yang terjadi di TempatPembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah,Bandung, pada 2005 silam. Ratusanorang meninggal tertimbun sampah.Sebenarnya bukan sampahnya yang men-jadi sumber bencana, tapi manusianyasendiri. Namun hikmah dari trageditersebut mempercepat proses lahirnyaUndang-Undang Nomor 18 Tahun 2008tentang Pengelolaan Sampah.

Undang-Undang Pengelolaan Sampahitu merupakan payung hukum yang sudahlama dinanti kehadirannya oleh parapelaku dunia persampahan. Undang-undang ini lahir dari penyempurnaanpengalaman-pengalaman masa silam.

Undang-undang tersebut menga-manatkan peran masyarakat karenapemerintah tidak mampu menyelesaikansoal sampah sendiri. Keterlibatanmasyarakat tentunya harus diimbangidengan insentif dan disinsentif.Kuncinya, semua stakeholder bergerak.

Undang-undang ini juga mempunyaipesan utama terkait paradigma pengelo-

laan sampah berbasismasyarakat yang

i n t i n y a

berprinsip pada pendekatan 3R yang jugasebagai suatu transformasi kebijakan danstrategi. Pesan undang-undang pengelo-laan sampah adalah mengolah dan men-daur-ulang.

Muatan Peraturan PemerintahSetelah tersedia undang-undang yang

mengatur persampahan, tidak serta-merta semuanya selesai. Untuk menerap-kan regulasi tersebut, dibutuhkan pera-turan pelaksana dibawahnya sebagaipedoman teknis implementasi UU No. 18Tahun 2008.

Pemerintah pusat terus mengejar re-gulasi agar daerah siap dan segera menye-lesaikan persoalan sampah. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 menga-manatkan 11 peraturan pemerintah seba-

gai muatan pokok dan pemerintah pusatmembaginya dalam

tiga kelom-

pok, yaitu rencana peraturan pemerintahtentang pengurangan sampah, penangan-an sampah, dan pengolahan sampah spe-sifik.

Peran MasyarakatSalah satu mutan pokok dari 11

Rencana Peraturan Pemerintah adalahbentuk dan tata cara peran masyarakat.Muatan terkait peran masyarakat ini ter-cantum dalam empat pasal dalam UU No.18 Tahun 2008. Pasal 11 yang mengupastentang hak, Pasal 12 tentang kewajiban,Pasal 21 mengenai insentif dan disinsen-tif, dan pasal 28 tentang peranmasyarakat.

Sudah banyak masyarakat baik secaraindividu maupun skala komunitas yangmelakukan pengelolaan sampah. Merekadengan kesadaran komunal juga telah

berinisiatif mengolah sampah

24Tindak Lanjut Undang-Undang

Persampahan

REGULASI

Suasana diskusi bertema "Regulasi Peraturan Perundang-Undangan Terkait PengelolaanSampah Berbasis Masyarakat" pada Jumat, 27 Februari 2009, di BAPPENAS Jakarta. Foto Bowo Leksono

PercikMei 2009

hingga memenuhi kewajiban seperti dia-manatkan pada pasal 12; yaitu setiaporang dalam pengelolaan sampah rumahtangga dan sampah sejenis rumah tanggawajib mengurangi dan menangani sam-pah dengan cara yang berwawasanlingkungan.

Setelah kewajiban terlaksana, tinggaltuntutan hak kepada pemerintah, teruta-ma pemerintah daerah berupa insentifseperti tercantum pada pasal 11 antaralain, hak mendapatkan pelayanan pe-ngelolaan sampah, hak berpartisipasidalam mengambil keputusan, hak mem-peroleh informasi, hak perlindungan,serta hak memperoleh pembinaan.

Keberhasilan pengelolaan sampah didaerah karena semua stakeholder-nyabergerak. Semangat masyarakat didu-kung penuh oleh pemerintah daerahnyaseperti memberikan sarana dan pra-

sarana dan dukungan re-gulasi. Disamping

d u k u n g a np i h a k

swasta, LSM, media massa, dan perguru-an tinggi.

Ada insentif tentu ada disinsentifpula, bagi setiap orang yang tidakmelakukan pengurangan sampah. Semuaini diatur dalam undang-undang yangdiproyeksikan dalam peraturan dibawah-nya termasuk peraturan daerah, karenapemerintah daerahlah yang berkewajibandalam mengatur pengelolaan sampah dimasing-masih wilayahnya.

Pendekatan Berbasis MasyarakatInti dari Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampahadalah Pengelolaan Sampah BerbasisMasyarakat (PSBM). Berbasis masyarakatsama juga dengan kemandirian. Jadidalam mengelola sampah, baikmasyarakat maupun pemerintah, ditun-tut kemandiriannya.

Berpaling pada pengalaman masa la-lu, semua bidang termasuk persampahan,dibangun dengan prinsip top-down.Semua dikerjakan dengan landasanproyek. Pemerintah dengan anggaran

yang ada membangun sarana danprasarana tanpa meli-

batkan peran

masyarakat. Hasilnya, beberapa waktukemudian, sarana dan prasarana yangdibangun terbengkelai.

Sebelum lahirnya undang-undangpersampahan yang jelas mengamanatkanpemberdayaan masyarakat, sudah banyakdaerah yang melakukan pemberdayaanterkait pengelolaan sampah. Hal inisemakin mempermudah pemerintahuntuk menerapkan peraturan dan mem-punyai best practices sebagai contoh bagidaerah-daerah lain yang belum melak-sanakan pengelolaan sampah denganbaik.

Seperti halnya dalam pembentukanundang-undangnya, peraturan pemerin-tah sebagai landasan dari pelaksanaanteknis undang-undang pun membu-tuhkan masukan dari berbagai pihakuntuk kesempurnaannya. Apa yang dibu-tuhkan masyarakat dan apa yang harusdilakukan oleh pemerintah.

Tampaknya, keberhasilan pengelo-laan sampah hanya akan menjadi ha-rapan bila masing-masing pemerintahdaerah tidak melaksanakan peraturansesuai dengan tanggung jawabnya.

Bowo Leksono

25REGULASI

Untuk mendapat masukan berbagai pihakbagi pembentukan peraturan pemerintah

(PP) terkait Undang-Undang Nomor 18 tahun2008 tentang Pengelolaan Sampah, digelarsebuah diskusi bertema "Regulasi PeraturanPerundang-Undangan Terkait PengelolaanSampah Berbasis Masyarakat" pada Jumat, 27Februari 2009, di BAPPENAS Jakarta .

Diskusi yang digagas Pokja AMPL bersamaLSM Borda ini menghadirkan pembicara;Kepala Bidang Pengelolaan SampahKementerian Lingkungan Hidup Ujang SolihinSidik, Kepala Subdit Pengelolaan danPengusahaan Direktorat PengembanganPenyehatan Lingkungan PermukimanDepartemen PU Endang Setyaningrum, DosenFakultas Hukum Universitas HassanudinMakassar Laode M. Syarif, dan Direktur CBTEC-LPTP Surakarta Popo Riyanto.

Ujang Solihin Sidik mengatakan, pemerin-

tah pusat terus mengejar regulasi agar daerahsiap dan segera menyelesaikan persoalan sam-pah. "Prinsip penting sampah adalah publicservice yaitu tanggung jawab pemerintah.Setiap orang wajib mengolah sampah, karenasampah itu produk individu sehingga secaramoral, kita masing-masing juga bertanggungjawab," tuturnya.

Menurut Endang Setyaningrum, jauhsebelum adanya undang-undang tentang pe-ngelolaan sampah, pemerintah sudah mene-rapkan kampanye 3 R karena melihat pence-maran yang terjadi dimana-mana. Namunbelum dengan pendekatan yang ampuh.

"Kemudian pola pendekatannya dirubahmenjadi berbasis masyarakat. Dari situlah,semua yang dilakukan masyarakat akan kem-bali ke masyarakat dengan tetap menerapkanstrageti 3 R," ujar Endang.

Laode M. Syarif lebih menyoroti soal rati-

fikasi yang berhubungan dengan sampah.Menurutnya, undang-undang persampahantidak memasukkan konsiderannya sebagai lan-dasan agar pasal-pasal di dalamnya tidakbertentangan dengan ratifikasi atau peraturanperundangan nasional yang lain. "Indonesiagampang meratifikasi tapi lemah dalam me-nerapkannya," ujarnya.

Sementara Popo Riyanto menyoroti pelak-sanaan pengelolaan sampah yang sudah ber-jalan di berbagai daerah saat ini. Menurutnya,undang-undang pengelolaan sampah mem-berikan banyak kesempatan bagi para pe-ngelola sampah mandiri untuk mendapatkaninsentif dari pemerintah daerahnya.

"Masih banyak kelompok-kelompokmasyarakat yang mengalami kendala, teruta-ma infrastruktur, untuk mengelola sampah.Dan ini menjadi tanggung jawab pemda sebe-narnya," tutur Popo. BW

Diskusi Regulasi Peraturan Perundang-Undangan Terkait PSBM

PercikMei 2009

Istilah pengembangan masyarakatlahir terutama karena semakin me-nguatnya pandangan, kesadaran dan

keyakinan dari para perancang/peren-cana pembangunan, peneliti, akademisi,politisi, birokrat, praktisi pembangunandan masyarakat bahwa pada hakekatnyamasyarakat itu otonom. Keberadaannyabukan tiba-tiba tetapi mensejarah; ma-syarakat bukan statis tetapi kompleks dandinamis. Sejarah masyarakat adalahsejarah keswadayaan; masyarakatlahyang memiliki dan dekat dengan sumber-daya; masyarakatlah yang paling tahu,faham dan merasakan masalah yangdihadapi; masyarakatlah yang pahamkekuatan dan kelemahan mereka; masya-rakatlah yang paling faham perubahanyang diinginkan; masyarakatlah yangmemiliki hak menentukan kehidupannya;campur tangan terlalu kuat pihak luar jus-tru melemahkan masyarakat.

Pengertian Sebetulnya tidak ada pengertian baku

dan tunggal tentang pengembangan ma-syarakat atau community development.Istilah community development sendiripertama kali dipopulerkan oleh JackRothman (1979). Dalam kajian ilmu sosialsering juga disebut locality development.Di Indonesia, istilah yang sangat popularadalah pengembangan masyarakat, yangberkembang sejak awal 1980-an.

Memang ditemukan ada perbedaanistilah tetapi sesungguhnya sama penger-tiannya. Istilah pengembangan masya-rakat (community development) seringdirancukan dengan pemberdayaan ma-syarakat (community empowerment),atau pengorganisasian masyarakat (com-munity organizing), yang di Indonesiamulai populer pada era tahun 1990-an.

Pada prinsipnya, pengembangan ma-syarakat adalah merupakan proses yangdirancang untuk menciptakan kemajuankondisi ekonomi dan sosial bagi seluruhwarga masyarakat dengan partisipasiaktif dan sejauh mungkin menumbuhkanprakarsa masyarakat itu sendiri. Se-dangkan locality development merupa-kan suatu cara untuk memperkuat wargamasyarakat dan untuk mendidik merekamelalui pengalaman yang terarah agarmampu melakukan kegiatan berdasarkankemampuan sendiri untuk meningkatkankualitas kehidupan mereka sendiri pula.

Unsur-unsur Dasar Berdasarkan pengertian di atas, pe-

ngembangan masyarakat mengandungunsur-unsur dasar antara lain: 1) Mem-bangkitkan inisiatif dan partisipasi penuhwarga masyarakat, 2) Meningkatkan ka-pasitas masyarakat, 3) Mendorong swa-karsa, 4) Mendorong swadaya, 5) Mendo-rong swakelola, 6) Mengupayakan kema-juan kondisi, 7) Mengupayakan pe-ningkatan kualitas hidup. Oleh karena itu,kegiatan pengembangan masyarakat ha-rus berpusat pada masyarakat bukan

pada masalah, dan adanya prosespembelajaran bukan proses pendiktean.

Meningkatkan Kapasitas Masyara-kat

Dalam praktik pengembangan masya-rakat, bentuk partisipasi itu bertingkat-tingkat, yakni: partisipasi semu, berbagiinformasi, saling berkonsultasi, mengam-bil keputusan bersama, bertindak bersa-ma, saling mendukung untuk kepenting-an bersama, saling mengambil tanggungjawab dan resiko bersama, distribusikewenangan. Namun hal terpentingadalah bagaimana meningkatkan kapa-sitas masyarakat (capacity building).

Upaya meningkatkan kapasitas ma-syarakat harus dilakukan proses pembela-jaran kolektif masyarakat yang ditujukanmeningkatkan kemampuan mereka untukmendayagunakan semua ketrampilan dansumberdaya (community modality) yangdapat dimobilisasi dalam rangka mening-katkan kehidupan masyarakat.

Sebagai contoh, kebiasaan dan kese-diaan mengidentifikasi, mendorong, danmemobilisasi potensi sumberdaya manu-sia, peluang ekonomi, relasi sosial,sumberdaya alam, yang ada dalam ma-syarakat untuk tujuan memperbaiki si-tuasi dan kondisi kehidupan sosial danlingkungannya.

Bentuk-bentuk kapital atau aset ma-syarakat seperti : 1. Kapital/aset ekonomi(economic capital), 2. Kapital/aset sosial(social capital), 3. Kapital/aset sumber-daya alam (environmental capital), 4.Kapital/aset sumberdaya manusia (hu-man capital). Contoh kapital/asetmasyarakat:

26WAWANCARA

Prinsip dan FilosofiPengembangan Masyarakat

WAWASAN

PercikMei 2009

Oleh: Ahmad Mahmudi*

Sebetulnyatidak ada

pengertian bakudan tunggal tentang

pengembanganmasyarakat atau

communitydevelopment.

Prinsip-Prinsip Pengembangan Ma-syarakat

Beberapa prinsip penting yang harusdiperhatikan di dalam kegiatan pengem-bangan masyarakat, yakni:

1. Holistik, yakni mencakup aspek ke-hidupan manusia: sosial, ekonomi,politik, budaya, lingkungan, dan spi-ritual. Jika difokuskan satu aspek,tetap harus memperhatikan keter-kaitan dengan aspek lainnya.

2. Menjamin Hak Asasi, yakni harusmenjamin pemenuhan hak bagi seti-ap manusia untuk hidup secara layakdan baik.

3. Keberlanjutan, yakni tidak menim-bulkan degradasi sumberdaya ling-kungan. Tidak hanya untuk ke-pentingan sesaat, dan menimbulkanketergantungan tapi harus memper-hatikan keberlanjutan kehidupan.

4. Peningkatan Kapasitas, yakni meng-utamakan proses belajar untuk me-ningkatkan kemampuan diri agardapat menentukan masa depan ke-hidupan masyarakat. Dengan caramenyediakan sumber-sumber, ke-sempatan, pengetahuan dan kete-rampilan, termasuk menghilangkanhambatan yang menghalangi per-kembangan masyarakat.

5. Keswadayaan, yakni memanfaatkansumber daya (aset) yang dimilikimasyarakat dari pada menggan-

tungkan dukungan luar. Sementarayang dari luar haruslah sebagai pen-dukung saja.

6. Bersifat Organis, yakni merupakanproses yang kompleks dan dinamis,sesuai sifat masyarakat sendiri yangsangat organis. Kemajuan sangatditentukan kondisi dan situasi padamasyarakat.

7. Mengutamakan proses, yakni tidakhanya mementingkan hasil, namunjuga prosesnya itu sendiri. Prosesmelibatkan berbagai pihak, berbagaiteknik, berbagai strategi, membe-rikan kesempatan kepada masya-rakat untuk belajar.

8. Kerjasama dan akses sumberdaya,yakni mengutamakan jalinan ker-

jasama. Kerjasama akan lebih meng-untungkan, karena terjadi prosessaling melengkapi dan saling belajar,saling membuka akses terhadapsumberdaya.

9. Partisipasi, yakni setiap orang di-dorong terlibat secara aktif. Setiaporang berpartisipasi dengan carayang berbeda-beda. Harus dida-sarkan kepada kesanggupan masing-masing. Setiap partisipasi harusdihargai.

10. Nilai-nilai dan Kebijaksanaan, yakniproses pengembangan masyarakatharus mengekspresikan dan mencer-minkan nilai-nilai dan kebijaksa-naan masyarakat lokal.

11. Komunikasi, yakni pelibatan seluruh

27WAWANCARAWAWASAN

PercikMei 2009

SKEMA KERJASAMA ANTARA MASYARAKAT, PEMERINTAH, DAN NON-PEMERINTAH

Kelompok KapitalKapital SDM

Kapital Sosial

Kapital Ekonomi

Kapital Ekologi

Aspek-aspek KapitalKetrampilanPendidikanKepemimpinanKerelawanan

Suasana kebatinanmasyarakat Organisasi masyarakat Partisipasi masyarakat

Produktivitas ekonomiSistem pasar lokalAkses pada sumber-daya Jumlah uang beredar

Kesehatan lingkunganSumberdaya alamLandscap

PENDEKATAN BERBASIS HAKDAN BERBASISMASYARAKAT

PEMERINTAH

NON PEMERINTAH(Swasta dan LSMLokal, nasional,internasional)

MerencanaMemutuskanMelaksanakanMengevaluasi

MendukungMelindungiMempromosi

Memfasilitasiprosessosial

Masyarakat Desa

Komite Desa

Hubungan sosial, ekonomi,politik dan budaya

PemimpinMasyarakat

Intelektual

Orangcacat

PemudaWanita

Anak-anak

Anak-anak

PemimpinAgama

warga yang sangat heterogen mem-butuhkan adanya sistem komunikasisosial yang tepat guna dan efektif un-tuk menciptakan komunikasi sosialkemanusiaan.

12. Pelembagaan, yakni proses pengem-bangan masyarakat bukan sekedarmenjalankan kegiatan teknis sesaat,tetapi menjadikan keseluruhan pro-ses menjadi bagian dari sejarah ke-hidupan masyarakat untuk waktuyang panjang.

Proses Pengembangan MasyarakatSecara umum, proses pengembangan

masyarakat biasanya dilakukan secarabertahap dan sistematis, secara urut dije-laskan sebagai berikut:

Assessment, yakni melakukan iden-tifikasi masalah dan potensi yang di-miliki masyarakat untuk mendapat-kan solusi tepat guna.Perencanaan Masyarakat, yakni sua-tu tahap penyusunan suatu rancang-an kegiatan yang akan dilakukanuntuk melaksanakan atau mereali-sasi solusi terhadap masalah yangsedang dihadapi masyarakat.Pelaksanaan Kegiatan, yakni realisa-si dari perencanaan kegiatan yang

menyangkut semua aspek fisik, ke-uangan dan non-fisik lainnya sampaiselesainya kegiatan tersebut. Sehing-ga diharapkan dengan dilaksanakan-nya kegiatan tersebut maka masalahyang dihadapi masyarakat akan sele-sai.Evaluasi, yakni sebuah kegiatan yangdilakukan untuk membuat penilaianterhadap tingkat keberhasilan atautingkat kegagalan suatu kegiatanuntuk memperbaiki kegiatan yang

akan datang terutama me-nyangkut desain kegiatan, pe-

rencanaan, pelaksanaannya.Refleksi, yakni upaya

melihat kemungkinan bisaditerapkannya kembali me-tode sesuai kondisi masya-rakat yanbg berbeda.

Model-Model PraktekPengembangan Masya-

rakat Melihat beragamnya ke-

giatan pengembangan masyarakatyang ada di lapangan, maka bisa

menjadi model yang bisa direplikasi,antara lain: Pengembangan Sanitasi Ber-basis Masyarakat (Community BasedSanitation), Pengurangan Resiko Ben-cana Berbasis Masyarakat (CommunityBased Disaster Risk Reduction), Penge-lolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masya-rakat (Community Based Natural Re-source Management), Pembangunan Pe-mukiman Berbasis Masyarakat (Commu-nity Based Settlement), PengembanganKesehatan Berbasis Masyarakat (Commu-nity Based Health Development),Pengembangan Pendidikan Berbasis Ma-syarakat (Community Based Education),dan lain sebagainya.

*Ketua Yayasan LPTP-Solo dan KetuaINSIST Yogyakarta, ahli pendidikan alternatif

Artikel ini ditulis ulang oleh SururWahyudi berdasarkan bahan presentasi

training Ahmad Mahmudi bagi tenagafasilitator lapangan SANIMAS untuk sanitasi

di Solo, 19 Maret 2009

28WAWANCARAWAWASAN

PercikMei 2009

Warga masyarakat berembuk untuk membangkitkan dan meningkatkan partisipasi dalam pembangunan.Foto Bowo Leksono

Gotong royong sebagai wujud nyata partisipasi masyarakat.Foto: Pusdakota.

Di banyak kota di negara berkem-bang, sistem pengelolaan sam-pah oleh pemerintah maupun

swasta ternyata tidak mampu mengatasijumlah timbulan yang ada. Hanya sekitar30 sampai 50 persen dari timbulan sam-pah yang terangkut, sementara selebih-nya dibakar, ditanam, bahkan dibuang kesungai. Kenyataan ini sebenarnya meru-pakan akibat dari ketidakmampuanpemerintah daerah menjalankan tang-gungjawabnya. Pengelolaan sampah ter-nyata cukup menghabiskan sumber danayang ada. Di lain pihak, dana retribusisampah yang terkumpul tidak cukupmemadai untuk menutup biaya yangdikeluarkan.

Pengelolaan sampah telah menjadi isuglobal. Telah banyak upaya dilakukanuntuk mencoba mengatasi masalah sam-pah. Kesemuanya kemudian sampai padafakta bahwa pengelolaan sampah tidak

hanya menyangkut isu teknis. Tetapiterkait erat dengan dimensi budaya dansosio-politis setempat. Cara pandang kon-vensional menyatakan bahwa hanyapemerintah atau swasta yang dapat me-nyelesaikan masalah sampah, ternyatakurang tepat. Pemerintah daerah sering-kali mengalami kekurangan dana, sumberdaya manusia dan yang akhirnya beru-jung pada ketidakmampuan mengelolasistem yang ada.

Pada saat yang sama, ditemui kenya-taan bahwa daur ulang sampah ternyatamembuka lapangan pekerjaan untuksebagian penduduk khususnya yangmiskin. Diperkirakan bahwa sekitar 20sampai 30 persen sampah kota di Asiadidaur ulang melalui sektor informal.Tidak hanya itu, upaya yang dilakukanoleh ibu rumah tangga di rumah masing-masing dan skala komunitas ternyatamenyumbang cukup signifikan terhadap

pengurangan timbulan sampah. Meng-urangi timbulan sampah sebaiknya harusdari sumber, dan itu berarti melibatkanmasyarakat. Kondisi ini kemudian mem-buka mata banyak pihak bahwa ma-syarakat juga ternyata berperan dalammengurangi timbulan sampah.

Apa itu PSBM?Secara umum, PSBM diterjemahkan

sebagai kegiatan yang dilakukan olehanggota masyarakat untuk member-sihkan lingkungan dan/atau untuk mem-peroleh pendapatan dari pengelolaansampah, mulai dari pengumpulan, pem-buangan, dan pengolahan.

Partisipasi sebagai Kata KunciBerbasis masyarakat secara sederhana

dapat digambarkan melalui satu katayaitu partisipasi. Partisipasi dalam bebe-rapa dekade terakhir telah menjadi katakunci dari studi pembangunan. Padatahun 70-an berbagai organisasi interna-sional memasukkan partisipasi sebagaialternatif terhadap pendekatan top-downdari kebijakan dan programnya. Tujuanutamanya untuk meningkatkan keterli-batan masyarakat. Timbulnya kesadaranini didorong oleh kenyataan kurangnyaketerlibatan masyarakat dalam pemba-ngunan. Pendekatan partisipatif sendiriawalnya dimunculkan oleh seorang pen-didik Brazil bernama Paulo Freire melaluipengalamannya dengan concientization diAmerika Latin.

Beberapa alasan yang dapat diberikandalam mengedepankan pendekatanpartisipatif yaitu (i) teru-muskannya per-

29WAWASAN

Pemberdayaan Masyarakatdalam Pengelolaan Sampah

Ibu-ibu di masyarakat sangat besar perannya dalam menangani masalah sampah.Foto: koleksi KPS Yogyakarta

PercikMei 2009

soalan dengan lebih efektif; (ii) teru-muskannya alternatif penyelesaianmasalah yang dapat diterima secarasosial; (iii) terbentuknya perasaan memi-liki terhadap rencana dan langkah penye-lesaian, sehingga memudahkan penerap-an (Mitchell, 1997).

Pendekatan partisipatif ditujukanuntuk membuat masyarakat menjadipusat pembangunan. Sasarannya untukmengatasi pengasingan dari institusi danstruktur masyarakat untuk mencapaikeadilan sosial. Bahkan banyak yangmemahami partisipasi sebagai kebutuhandasar dan hak asasi manusia. Keterlibatanmasyarakat bersifat sukarela dalammerubah lingkungan, dan kesejahteraanmereka. Partisipasi dapat menjadi sebuahstrategi penghidupan yang membantumereka menghadapi kerasnya kehidupandan meningkatkan kesejahteraannya.

Pendekatan partisipatif dibangunberdasar 2 (dua) ideologi utama (i) par-tisipasi sebagai alat mengimplemen-tasikan kebijakan pembangunan dan (ii)partisipasi sebagai tujuan akhir. Padapendekatan partisipasi sebagai alat, meli-batkan penerima manfaat diharapkanakan meningkatkan efisiensi dan efektifi-tas pelaksanaan pembangunan. Lebihjauh, melibatkan masyarakat akan men-jamin keberlanjutan pelayanan. Kondisiini tidak hanya berlaku terhadap institusipemerintah tetapi juga LSM. Melalui pen-dekatan ini, kegiatan dirancang untukatau bersama masyarakat oleh organisasidari luar masyarakat, dalam bentuk kon-sultasi. Sementara pembangunan partisi-patif sebagai tujuan akhir menekankanpemberdayaan masyarakat. Pendekatanini digunakan sebagai strategi untuk men-capai mobilisasi sosial atau tindakanbersama dalam upaya menjangkau ke-adilan sosial, kesetaraan, dan demokrasi.Berbeda dengan pendekatan (i), pen-dekatan (ii) terfokus pada pembangunanyang dihasilkan oleh masyarakat.

Dalam kerangka kedua pendekatan inipenyebab kegagalan dapat ditemukan

pada dua hal yang berbeda. Pendekatanalat melihatnya sebagai kendala opera-sional sementara pendekatan tujuanmelihatnya sebagai hambatan struktural.Kesalahan operasional dapat diperbaikimelalui aspek teknis, pendidikan danadministratif. Sementara hambatanstruktural, masalah timbul dari konfliksosial.

Partisipasi telah sering dikaitkan de-ngan beragam asumsi naïf yang harus di-luruskan dalam rangka mencapai hasilpositif dari pendekatan partisipatif.Partisipasi menekankan tindakan komu-nitas yang didasarkan pada kepercayaanbahwa komunitas homogen. Hanya sedi-kit perhatian diberikan pada perbedaandalam komunitas. Mitos lainnyadikaitkan pada tindakan individu.Diasumsikan bahwa semua orang akanberpartisipasi ketika diberi kesempatanbaik untuk alasan ekonomis ('rationaleconomic man') atau demi kemaslahatankomunitas ('social being'). MenurutCleaver (1999), lebih realistis melihatdalam sebuah komunitas terdapatberagam hal yang bertolak belakang,seperti solidaritas dan konflik, dan keber-samaan yang dinamis. Lebih jauh, batasadministratif komunitas tidak harusselalu sama dengan batas sosial.

Pendekatan (i) berdasar pada prinsipmaksimalisasi utilitas (utility maximiza-tion). Partisipasi didorong oleh kepen-tingan sendiri dan didasari pertimbanganrasional bahwa manfaat lebih besar daribiaya. Pendekatan (ii), partisipasi dimoti-vasi oleh tanggungjawab sosial dan men-jawab kepentingan komunitas. Individudipersepsikan sebagai bagian dari struk-tur sosial dan perilakunya mengikutinorma sosial. Masyarakat akan melaku-kan tindakan bersama yang digerakkanoleh solidaritas dan altruism. Hanyasedikit perhatian diarahkan pada perbe-daan motif untuk berpartisipasi.

Pendekatan partisipatif juga dapatmenjadi alat manipulasi ditanganpengambil keputusan yang dapat

menyulitkan masyarakat yang seharusnyadiberdayakan. Pemerintah dapat jugamenggunakan partisipasi sebagai alatlegitimasi dihadapan masyarakat. Ter-lepas dari kelebihan dan kelemahannya,tidak ada alternatif lain selain melibatkanmasyarakat dalam pelaksanaan pemba-ngunan.

Partisipasi dalam Pengelolaan Sam-pah

Pada tingkat individu, partisipasi mi-nimal berarti hanya dalam bentuk pe-ngumpulan sederhana berupa menaruhsampah di tempat sampah, memisahkansampah organik dan anorganik, menaruhsampah pada waktu dan tempat yangtepat, membawa sampah ke titik pe-ngumpulan sementara, dan membersih-kan halaman rumah. Pada tingkat komu-nal, partisipasi berarti aktifitas yang lebihterorganisasi seperti pertemuan, pember-sihan saluran dan taman, dan kampanyepeningkatan kesadaran. Lebih jauh, par-tisipasi dapat berarti memulai proyeksampah atau terlibat dalam kegiatanbersama pihak luar. Partisipasi juga dapatberarti terlibat dalam pengelolaanpengumpulan sampah, bernegosiasi de-ngan pemerintah daerah, termasuk mo-bilisasi komunitas mendorong pemerin-tah menyediakan layanan memadai dansesuai kebutuhan masyarakat.

Pembangunan partisipatif seringdidasarkan pada interpretasi romantikterhadap konsep komunitas. Dalam so-siologi, anthropologi, dan ekonomi, ko-munitas dipertimbangkan sebagai unityang alamiah, statis, homogen, dan har-monis. Masyarakat diasumsikan berbagisolidaritas, kepentingan bersama, nilaidan kebutuhan.

Tantangan utama kegiatan pengelo-laan sampah adalah memberi perhatianpada kenyataan perbedaan kondisimasyarakat dan persepsi masyarakatterhadap sampah.

30WAWASAN

PercikMei 2009

Secara umum, terdapat tiga kelompokyang terlibat dalam inisiatif masyarakatyaitu (i) rumah tangga yang memproduk-si sampah; (ii) pemulung/pengumpulsampah yang mengumpulkan sampah,(iii) organisasi seperti LSM dan organisasimasyarakat, yang perannya beragamseperti fasilitator, atau yang ekstrim seba-gai kontraktor yang mengadakan ker-jasama dengan rumah tangga dan mem-pekerjakan pemulung/pengumpul sam-pah.

ManfaatLayanan pengumpulan sampah yang

diselenggarakan oleh organisasi masya-rakat membuka kesempatan kerja danaktifitas menghasilkan pendapatan(income-generating), yang kemudianberkontribusi pada perbaikan kebersihanlingkungan. Efisiensi yang membaikdalam layanan pengelolaan sampah telahmenyumbang signifikan pada kebersihanlingkungan, karenanya meningkatkankualitas hidup masyarakat.

Pengalaman selama ini menunjukkanbahwa melalui kesempatan kerja yangditawarkan melalui pengumpulan sam-

pah dan aktifitas daur ulang menawarkanpeluang besar untuk memperbaiki kon-disi lingkungan, mengurangi kemiskinan,khususnya bagi wanita dan kaum muda,yang merupakan kelompok pendudukdengan tingkat pengangguran tinggi.

Manfaat PSBM sebaiknya menyang-kut manfaat jangka pendek dengan mem-pertimbangkan masyarakat yang bergulatdengan kebutuhan jangka sangat pendekseperti rumah, lapangan kerja, dan'secure tenure'.

Tantangan/KendalaKelompok masyarakat khususnya

pendapatan rendah mempunyai keter-batasan terhadap akses pada sumberpembiayaan. Pembiayaan seringkalibergantung pada sumber luar untukpenyediaan peralatan dasar untuk menye-lenggarakan pelayanan persampahan.Bank dan fasilitas kredit formal lainnyamenolak menyediakan pinjaman karenaketidaktersediaan aset.

Syarat KeberhasilanDari berbagai literatur ditemukan

bahwa PSBM sering mengalami kega-galan disebabkan oleh rendahnya partisi-pasi rumah tangga. Jika pengelolaan sam-pah tidak menjadi sebuah kebutuhan, iniakan berdampak pada tingkat partisipasidan keinginan membayar. Disepakatibahwa kebutuhan menjadi persyaratanutama keberhasilan pelaksanaan PSBM,sehingga membangkitkan kesadaranmasyarakat adalah langkah awal men-dorong timbulnya kebutuhan masyarakat.

Selain itu, dari studi yang dilakukanoleh Mockler (1998) terhadap 15 kegiatandaur ulang oleh komunitas di Jakarta,ditemukan hanya 4 (empat) yang tetapberjalan. Kegagalan ini disebabkan tidakcukup memadainya jumlah sampahorganik yang dapat didaur ulang menjadikompos, sehingga pendapatan yangdiperoleh juga kurang memadai. Insentiffinansial dari kegiatan daur ulang kemu-dian dianggap tidak menarik bagimasyarakat.

Sentuhan dari pihak luar juga dapatmenjadi salah satu faktor yang men-dorong keberhasilan PSBM. Pelatihanbaik informal maupun formal oleh insti-tusi eksternal mempengaruhi keinginanmasyarakat untuk membayar. Pelatihanini mencakup pemahaman menyeluruhtentang manfaat dan keuntungan pe-ngelolaan sampah bagi masyarakat.Namun demikian perlu disadari bahwaintervensi dari pihak luar hanya sebagaipemicu dan bersifat sementara, sehinggarasa memiliki dari masyarakat menjadipersyaratan penting lainnya.

Menyadari bahwa komunitasberagam, karenanya tidak tersedia satujawaban yang dapat mengatasi masalahpersampahan. Mengabaikan perbedaanmungkin akan mengakibatkan pember-dayaan masyarakat kurang berhasil. Perludicatat juga bahwa partisipasi sendiribukan merupakan sebuah panacea (obatbagi semua penyakit) bagi pencapaianpengelolaan sampah berkelanjutan.Memelihara dan mendorong partisipasimemerlukan kerja terus menerus melaluipeningkatan kesadaran dan kapasitas.Lebih jauh, kemitraan antara beragamaktor diperlukan untuk menjamin keber-lanjutan dari sistem pengelolaan persam-pahan.

PSBM tidak berkelanjutan tanpahubungan yang kuat antara organisasimasyarakat dan pemerintah daerah.Pemerintah daerah sebaiknya meng-hasilkan kerangka kerja yang disepakatiantara pemerintah daerah dan organisasimasyarakat. Khusus untuk kasus Indo-nesia, berdasar hasil studi PSBM diSurabaya, Yogyakarta, Makassar, danPadang oleh Yayasan Dian Desa dan MaryJudd, disimpulkan bahwa keberlanjutandan replikasi hanya akan berhasil jikamendapat dukungan penuh dari pemerin-tah daerah termasuk ketersediaan regu-lasi. Dukungan pemerintahdaerah sangat ter-lihat dalamben-

31WAWASAN

Dua orang ibu sedang merajut tas dari bahandasar sampah plastik. Foto Bowo Leksono

PercikMei 2009

tuk pengangkutan sampah dari komuni-tas ke tempat pembuangan/pengolahanakhir (TPA). Kesepakatan terhadap tang-gung jawab, batas wilayah, dan komitmensangat diperlukan.

Secara alamiah, pengelolaan sampahdianggap kotor dan kurang nyaman,masyarakat perlu dididik tentang pen-tingnya sistem pengelolaan sampah ter-padu dan dampaknya.

Rumah tangga membayar biayalayanan ke pengumpul sampah per hari.Ini lebih sesuai di daerah pendapatan ren-dah yang penduduknya memperoleh pen-dapatan setiap hari.

Keterlibatan masyarakat yang terusmenerus dibutuhkan dengan memper-timbangkan prinsip pengelolaan sampahberkelanjutan (Van de Klundert andAnschütz, 2001) yaitu (i) sistem pengelo-laan sampah sebaiknya disesuaikan kon-disi setempat seperti budaya; (ii) kemi-traan antara beragam pelaku sepertimasyarakat, pemerintah dan LSM meru-pakan keniscayaan; (iii) melibatkan limadimensi keberlanjutan secara bersamayaitu sosial, politik, lingkungan, ekonomidan fisik (Van de Klundert and Anschütz,2001)

Anschütz (1996) menyatakan bahwapenyediaan insentif yang tepat pentingadanya. Sebagai ilustrasi, di Kathmandu,Nepal penduduk dididik tentang pen-tingnya pengelolaan sampah melalui pen-jelasan di kelas. Namun, perubahan sikapterjadi ketika disediakan tempat sampahdan penyelenggaraan kompetisi komuni-tas terbersih. Di Pilipina, rumah tanggadidorong untuk melakukan daur ulangdengan menyalurkan hasil daur ulangmereka. Di Rio, sampah ditukar dengantiket bus atau parsel makanan. Sementaradi Meksiko menunjukkan bahwa manfaatekonomi lebih berdampak dibanding pen-didikan lingkungan terhadap perubahankebiasaan. Menurut Mikkelsen (1995)solusi pendidikan, keuangan dan teknisdigunakan untuk menghilangkan kendalaoperasional, walaupun dianggap belummemadai untuk mendorong partisipasi.

Prinsip Dasar Desain PSBMWalaupun belum menjadi suatu

kesepakatan namun beberapa prinsipdasar desain PSBM dapat dirangkumsebagai berikut. Pertama. Batas wilayahyang jelas. Pembatasan wilayah ini men-jadi penting untuk menentukan jang-kauan pelayanan dan kemudian batas wi-layah kegiatan penagihan. Kedua. Ke-seimbangan antara Manfaat dan Bia-ya. Prinsip ini pada dasarnya memban-dingkan retribusi atau biaya dengan jum-lah timbulan sampah. Semakin banyaktimbulan sebuah rumah tangga, semakinbesar biaya yang harus ditanggungnya.Ketiga. Pelibatan Masyarakat. Masya-rakat diperkenankan dan didorong untukberpartisipasi dalam keseluruhan proses,memberi masukan bagi pengelola danmeminta bantuan jika menghadapi ma-salah. Keempat. Pemantauan. Masyara-kat diberi peluang untuk memantaupelaksanaan kegiatan, termasuk melapor-kan pelanggaran yang terjadi sepertimembuang sampah sembarangan. Keli-ma. Sanksi. Barang siapa yang melanggarkesepakatan dan atau tidak membayarretribusi, bahkan tidak berpartisipasiakan dikenai sanksi sesuai kesepakatan.Keenam. Hak untuk berorganisasi.

Masyarakat diperkenankan untuk mem-bentuk organisasi sepanjang tidak berten-tangan dengan aturan yang berlaku.

Tantangan ReplikasiDisadari bahwa kegiatan berskala proyek

percontohan sangat berbeda dengan ketikadilakukan replikasi. Beberapa faktor pentingperlu diperhatikan diantaranya (i) setiapintervensi yang baru harus dimulai secaraberbeda tergantung pada faktor geografis,komposisi masyarakat dan kategori penda-patan. Walaupun pengalaman sebelumnyadapat dijadikan sebagai panduan; (ii)perubahan lokasi bahkan jika masih didalam daerah administrasi yang samamungkin memperoleh perlawanan. Mi-salnya usulan yang sama tidak disetujui olehpemerintah desa di tempat yang baru; (iii)lingkungan berbeda membutuhkan pen-dekatan berbeda. Misalnya institusi pen-didikan, kompleks perumahan pribadi,mempunyai peraturan yang berbeda.

Selain itu, menghadapi ketergantunganfinansial dapat disikapi dengan mendorongpenanganan keuangan melalui ske-ma usaha kecil bagi pengelo-laan sampah domestik. (OM dari berbagai sumber).

32WAWASAN

Jejaring AMPL mengadakan diskusi membahas rancangan peraturan pemerintah terkaitpengelolaan sampah. Foto Bowo Leksono

PercikMei 2009

Pengertian

Pengelolaan Sampah BerbasisMasyarakat atau disingkat PSBMadalah sebuah kegiatan pengelo-

laan sampah yang dilakukan oleh ma-syarakat berdasarkan keinginan, minat,kemauan serta inisiatif masyarakatsendiri. Kegiatan PSBM harus dibedakandengan pengelolaan sampah oleh swastakarena berbeda, terutama dalam halmodal.

Kegiatan PSBM di Indonesia sebe-narnya sudah cukup lama dilakukan dibeberapa kota. Sebut saja misalnya IbuBambang Harini di Banjarsari-Jakarta,Pak Iswanto di Sukunan-Yogyakarta, PakWarjiman di Cibangkong-Bandung, un-tuk menyebut beberapa nama saja.Kegiatan ini kemudian marak mulaitahun 2007-an dan terdapat hampir disemua kota baik metropolitan, kota besarmaupun kota kecil.

Kegiatan yang mereka lakukan bia-sanya murni berdasarkan kemauan ma-syarakat sendiri dan bersifat voluntarily(kerelawanan), bahkan boleh dibilang"tanpa modal", sehingga aspek kepelo-poran (championship) seseorang menjadisangat dominan. Meskipun juga tidaksedikit yang memulainya dari sebuah pro-gram/proyek yang dibiayai oleh pemerin-tah, swasta maupun LSM.

Mereka biasanya mulai dari tingkatrumah tangga sendiri kemudian barumenyebar ke rumah tangga yang lain, danada juga yang berdasarkan kesepakatanwarga di tingkat RT atau bahkan tingkatRW. Umumnya mereka mulai dengankomposting kemudian pengelolaan sam-pah daur ulang dengan dijual atau dibuatproduk baru seperti kertas daur ulang, tasdari limbah plastik dan lain sebagainya.

Jika dilihat perkembangannya, makasekarang ini model-model PSBM sudahbanyak sekali dan amat beragam sesuaidengan latar belakang dan kondisi ma-sing-masing.

Dampak dari kegiatan PSBM ini sebe-narnya cukup signifikan, sebagai contohdi kota Surabaya berdasarkan laporantelah terjadi penurunan volume sampahyang dibuang ke TPA sebesar 10 persen.Hal ini terutama disebabkan karena ibu-ibu sudah mulai rajin mengelola sampahorganiknya untuk dibuat pupuk komposdengan metode takakura. Jika benardemikian maka tentu biaya untuk pe-ngelolaan sampah semakin bisa ditekan.Caranya adalah dengan semakin meng-galakkan PSBM di setiap wilayah.

Namun yang terjadi di lapangantidaklah demikian. Berdasarkan penga-matan, kegiatan PSBM di banyak kotamasih bersifat sporadis, masing-masingberjalan sendiri bahkan hampir-hampirtidak ada dukungan sama sekali dari

pemerintah kota/kabupaten. Sehinggadampaknya terhadap pengurangan vo-lume sampah yang harus dibuang ke TPAbelum bisa dirasakan secara maksimal.

Pelopor vs Sistem Dalam rangka meningkatkan manfaat

dan dampak PSBM terhadap persoalanpersampahan di Indonesia, mungkinpendekatan kepeloporan harus mulaidirubah ke atau dilengkapi dengan pen-dekatan sistem.

Salah satu kelemahan pendekatankepeloporan, seperti yang banyak terjadisekarang, adalah sulitnya menemukanseorang tokoh di masyarakat kota sepertiIbu Bambang di Jakarta atau Pak Iswantodi Yogyakarta. Sebagai contoh, dalambanyak pelatihan kader persampahanyang diselenggarakan yang peser-tanya bisa mencapai 40-60 orang, sering

33WAWASAN

Warjiman, berdiri di depan tumpukan sampah rumah kompos di Kelurahan Cibangkong, Kota Bandung.Perjuangan warga Cibangkong luput dari perhatian Pemkot Bandung. Foto Bowo Leksono

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat:

Perlu InsentifOleh Surur Wahyudi

PercikMei 2009

tidak ada satupun yang kemudian benar-benar menjadi seorang pelopor pengelo-laan sampah di wilayahnya.

Pendekatan seperti ini juga mungkinsemakin lama akan semakin berat karenapengelolaan sampah butuh tenaga kerjadan tenaga kerja butuh biaya. Semakinbanyak sampah yang dikelola maka akansemakin banyak biaya yang dibutuhkan.Oleh karena itu, untuk scaling-up pro-gram agar dampak PSBM lebih cepat dansignifikan menjadi terasa banyak kendala.

Untuk melengkapinya disarankanmenggunakan pendekatan sistem,dimana program tidak menggantungkanpada kepeloporan seseorang tetapi mana-jemen pengelolaan sampah itu sendiri.Dasar pikirnya adalah bahwa setiapmasyarakat sebagai penghasil sampahjuga bisa menjadi pelopor pengelolaansampah. Prinsip ekonomi juga harusdimasukkan karena tidak sepenuhnyamendasarkan diri pada kerelawanan, jaditenaga yang kerja harus dibayar.

Makin banyak peralatan yang digu-nakan berarti biaya, tapi sebaliknya

menghindari peralatan akan menurunkantingkat efisiensi. Sementara masyarakatlebih memilih: makin kecil iuran makinbaik. Disisi lain masyarakat juga ingintahu dana iuran yang dibayarkan digu-nakan untuk apa. Oleh karena itu, sam-pah sebetulnya bisa dikelola secara komu-nal dalam satu wilayah tertentu dandikelola oleh masyarakat sendiriberdasarkan prinsip cost recovery.

Perlunya InsentifAgak aneh sebenarnya selama ini

kelompok-kelompok PSBM yang no-tabene ikut memberikan andil dalam pe-ngelolaan sampah secara mandiri danikut mengurangi jumlah timbunan sam-pah yang harus dibuang ke TPA kurangmendapatkan dukungan maksimal daripemerintah. Padahal berdasarkan surveiyang dilakukan terhadap kelompok-kelompok PSBM mereka bisa mengurangijumlah sampah yang harus dibuang keTPA sampai 50-60 persen.

Bayangkan, seandainya semua kam-pung melakukan hal yang sama maka

Pemda hanya harus mengelola sampahsebesar 50 persen dari volume yang adasekarang, biaya pengelolaan sampah jugabisa ditekan, umur TPA juga akansemakin panjang, pencemaran ling-kungan juga akan bisa dikurangi. Bahkanmasyarakat akan senang hati melakukan-nya karena disamping mengerjakanpekerjaan yang luhur mereka juga bisamendapatkan insentif.

Selama ini, dalam "dunia persampah-an" masyarakat umumnya hanya dilihatsebagai obyek retribusi saja. Kebiasaanseperti ini sudah berjalan bertahun-tahundan telah mengakibatkan tumbuhnyamental: "masyarakat bayar, pemerintahyang mengelola". Akibatnya masyarakatsendiri menjadi apatis terhadap sampah,tidak peduli apakah dananya cukup atautidak.

Masyarakat tidak pernah dibiasakandengan tanggung jawab sampah. Olehkarena itu, cara pandang seperti ini harussegera diubah, masyarakat harus menjadisubyek dalam pengelolaan sampah.Sedikit demi sedikit mental tanggungjawab terhadap sampahnya sendiri harusmulai ditumbuhkan.

Paradigma subsidi juga sudah harusmulai dirubah menjadi paradigma insentif.Subsidi mengandaikan bahwa, karena ma-syarakat tidak mampu maka harus diberibantuan, sedangkan insentif lebih me-rupakan sebagai bentuk penghargaan ka-rena masyarakat telah melakukan sesuatu.

Untuk mengembangkan dan semakinmenggairahkan PSBM, saya kira yanglebih tepat adalah memberikan insentifkepada masyarakat yang telah mengelolasampahnya sendiri. Model seperti ini jugasudah dilakukan di negara seperti Phili-pina dimana sebuah barangay (kampung)yang berhasil mengelola sampahnyasendiri kemudian memperoleh tambahandana untuk pembangunan daripemerintah. Kapan kitabisa?

34WAWASAN

PercikMei 2009

Iswanto, berjabat tangan dengan Presiden Yudhoyono menerima Penghargaan Lomba KreasiDaur Ulang Tingkat Nasional 2004. Foto: repro Bowo Leksono

Gas rumah kaca yang terusdilepaskan ke atmosfer mengan-cam keseimbangan bumi dan

mengakibatkan perubahan iklim secaraglobal. Intergovernmental Panel onClimate Change atau IPCC, yang padatahun lalu mendapatkan hadiah Nobelbersama-sama dengan mantan wakilpresiden Al Gore, menyatakan bahwabanyak bagian bumi akan menjadi lebihhangat. Kekeringan, banjir dan bentukcuaca ekstrim lainnya akan lebih seringterjadi, mengancam keberlanjutan suplaipangan. Muka air laut naik dan masihakan terus naik, akan memaksa ratusanribu orang yang bermukim di sepanjangkawasan pesisir untuk bermigrasi.

Salah satu dari gas rumah kaca (GRK)yang dihasilkan dari kegiatan manusiadan terus meningkat di atmosfer, karbondioksida (CO2), meningkat tajam. Padatahun 1750, saat Revolusi Industri dimu-lai di Eropa, di atmosfer hanya terdapatsekitar 280 parts per million (ppm) CO2.Saat ini jumlah GRK sekitar di atmosferadalah sekitar 390 ppm CO2e (parts permillion of carbon dioxide equivalent -semua GRK dinyatakan dalam satuanmetrik yang sama untuk menunjukkanhubungannya dengan potensi pemanasanglobal yang dapat ditimbulkan) dan angkaini meningkat terus sekitar 1.5-2 ppm tiaptahunnya.

Para ilmuwan yang bereputasi per-caya bahwa temperatur bumi rata-ratatidak boleh meningkat lebih dari 2°C daribatas kondisi awal pada masa pra-indus-tri. Uni Eropa menunjukkan bahwaupaya-upaya nyata untuk menurunkanGRK sangat penting untuk memini-malkan resiko-resiko yang dinyatakanoleh UN Framework Convention onClimate Change (UNFCCC). Para ilmu-wan menyatakan bahwa ada kemungkin-an sekitar 50 persen untuk menjaga

kenaikan temperatur bumi sekitar 2°Cbila total konsentrasi GRK dapat diperta-hankan di bawah 450 ppm.

Timbulan Sampah dan Gas RumahKaca

Indonesia adalah salah satu negarapenghasil sampah terbesar. Dengan jum-lah populasi yang tinggi, 224 juta orang(2006), laju produksi sampah rata-rata dikota besar adalah sekitar 0,6-0,85 kg perkapita per hari, berpotensi menghasilkan580 giga ton metan per tahunnya.

Pengelolaan sampah padat kotaumumnya belum maksimal, cakupan

pelayanan sampah di tiap kota danditumpuk di TPA sekitar 30-60% sajadengan teknik open dumping. Sisanyamasih dibuang ke sembarang tempat, kesungai dan dibakar. Sampah di TPA yangtidak ditangani banyak menimbulkanmasalah, salah satunya pembentukanCH4 yang merupakan salah satu GasRumah Kaca (GRK). Tumpukan sampahdi TPA di kota-kota Indonesia seringkalimenimbulkan bencana: kebakaran, long-sor, pencemaran air, pencemaran udaradan sumber penyakit.

Untuk penanganan sampah padat,menurut Inter-governmental Panel forClimate Change (IPCC) Guidelines ada 2kegiatan umum yang dapat dilakukanuntuk mengurangi emisi gas rumah kacadi sektor sampah: kegiatan penghindaranpembentukan methane (methane avoid-ance activity) serta kegiatan penang-kapan serta pemanfaatan methane (me-thane capture and utilization activity).Contoh kegiatan penghindaran pemben-tukan methane adalah pemilahan, pen-gomposan, dan daur ulang. Contohkegiatan penangkapan serta pemanfaatanmethane adalah penutupan tumpukan

TPA menjadi sanitary landfill dan kolamlindinya, lalu gasnya dikumpulkan dandibakar/flaring atau dimanfaatkan untukmembangkitkan energi. Kegiatan-ke-giatan ini sebetulnya bisa dilakukan diTPA ataupun di skala-skala kawasan.Tetapi untuk kepentingan perdagangankarbon, biasanya kegiatan berskala danber-magnitude besar lebih di-sukai.

35WAWANCARA

Sampah dan Pemanasan Global

WAWASAN

PercikMei 2009

Oleh Yuyun Ismawati

Timbunan sampah di TPA yang tak tertangani merupakan penyebab pemanasan global.Foto: Istimewa.

Perdagangan KarbonDalam kesepakatan Protokol Kyoto,

negara-negara maju yang terdaftar dalamAnnex 1, wajib menurunkan emisi gasrumah kacanya sampai dengan 6% dariemisi GRK-nya pada tahun 1990.Penurunan emisi tersebut bisa dilakukandi dalam negeri atau secara domestik,dengan cara implementasi bersama-sama(joint implementation terutama dinegara-negara mantan USSR/Rusia) dancarbon off-set (ganti untung) beker-jasama dengan negara berkembangmelalui Mekanisme Pembangunan Ber-sih/MPB atau Clean Development Me-chanism/CDM.

Meski cukup kompleks dan sulit ikutserta dalam MPB, sebagian besar investoratau swasta masih banyak yang tertarikuntuk investasi di sektor sampah denganmemanfaatkan skema perdagangan kar-bon. Hal ini terutama untuk alasan bahwatanpa dukungan kredit karbon, proyek-proyek pengelolaan sampah di TPA secaraekonomi tidak feasible. Unit yang digu-nakan dalam perdagangan karbon adalahCER (Carbon Emission Reduction) de-ngan satuan setara ton CO2.

Dalam MPB ada dua skala proyekyang bisa dibiayai: skala kecil (sampaidengan 60,000 ton CO2) dan skala besar(mulai dari 60,000 ton CO2). Dari 1000jiwa sampah domestik atau sampah per-

mukiman menghasilkan emisi methanesekitar 400 ton CO2/tahun. Untuk skalakecil bisa diajukan menjadi proyek skalabesar dengan cara bundling dari beberapalokasi menjadi satu. Atau kegiatan skalakecil ini, mengikuti rancangan kesepa-katan terakhir, dapat dijadikan Program-matic of Action.

Untuk proyek sektor sampah skalabesar, biasanya yang disasar adalah sam-pah di TPA. Pembakaran gas dari TPA(landfill gas flaring) sebenarnya meru-pakan kaidah baku dari teknik sanitarylandfill. Tumpukan terbuka sampah

organik yang terdekomposisi dan air lindidi TPA yang mengandung konsentrasiorganik tinggi, tidak diolah dengan sek-sama. Kalau dilihat dari besaran (magni-tude) dan ukuran (size), TPA merupakansumber emisi gas rumah kaca, terutamamethane yang cukup signifikan. SebuahTPA di kota sedang paling tidak meng-hasilkan emisi gas rumah kaca setara140,000 ton CO2 per tahun.

Sayangnya perdagangan karbon memi-liki persyaratan yang sangat kompleks danmahal sehingga CDM seringkali diple-setkan menjadi Complicated and DifficultMechanism. Sekarang keputusan di tangankita. Bila kita ingin serius berpartisipasimengurangi kontribusi emisi gas rumahkaca terhadap pemanasan global, adainsentif karbon kredit atau tidak, kita bisamemulai menghindari terbentuknya me-thane dengan cara melakukan minimisasisampah, pemilahan, pengomposan dan da-ur ulang di rumah atau tempat kerja ma-sing-masing. Yang pasti sebetulnya kita bi-sa dan harus mengupayakan zero waste forzero warming, dari tingkat individusampai kota, agar bumi kitatetap lestari.

36WAWANCARAWAWASAN

PercikMei 2009

Alat untuk membakar sampah di sebuah TPA. Foto: Istimewa.

Mengelola sampah dan memlihara lingkungan merupakan tindakan pencegahan pemanasan global.Foto: Istimewa.

Ketika krisis ekonomi menderakegiatan bisnis dan banyak in-dustri, ternyata ada sejumlah

kegiatan perekonomian yang mamputetap beroperasi karena pasok bahanmentah untuk kegiatan bisnis merekaselalu tersedia. Pasar untuk mereka punselalu terbuka, karena bahan yang merekapasok dapat membantu kegiatan bisnisberoperasi lebih efisien.

Kegiatan perekonomian ini memangtidak cukup bergengsi, karena berurusandengan pekerjaan kais-mengais sampah,yang tentu saja bukan suatu kegiatan bis-nis yang menarik. Namun jangan disang-ka bahwa kegiatan ini tidak dapat mem-berikan kehidupan bagi mereka yangberkecimpung di dalamnya.

Para pemulung sampah, apalagi yangsudah menjadi pengepul, terutama lagijika mereka dapat memiliki akses di tem-pat pembuangan akhir sampah (TPA)akan mampu memperoleh penghasilanyang lumayan. Hal ini menjelaskanbahwa bisnis bisa digerakkan dari tem-pat-tempat yang kumuh, namun berperanbesar untuk membantu lingkungan hidupmenjadi lebih baik, sekaligus mem-berikan mata pencaharian bagi sejumlahorang.

Saat ini kualitas lingkungan hidupterus mendapat tekanan berat akibat per-tumbuhan penduduk, perkembangan bis-nis dan industri. Akibatnya kualitaslingkungan terus memburuk danmeningkatnya pemanasan global. Hal inimengharuskan penghuni planet bumibersama-sama mencari jalan untukmemastikan kehidupan bumi yang lebihpanjang.

Di sini konsep 3R (Reduce, Reuse danRecycle) bukan lagi semata sebagai jar-gon, namun suatu keharusan untuk mem-bantu planet bumi yang telah lelah

memikul beban yang sangat berat.Menariknya, hal ini ternyata dapatdilakukan sebagai kegiatan sukarela (vo-luntary) maupun kegiatan bisnis.

Kegiatan sukarela oleh relawan jikamenjadi sebuah gerakan akan berdampakbesar bagi berkurangnya limbah yangmengganggu kualitas kehidupan. Namunyang tak kalah pentingnya, kegiatan bis-nis juga dapat berperan dalam hal ini.Dengan memanfaatkan bahan daur-ulanguntuk produk-produk mereka makakuantitas buangan tidak akan melonjaksecara eksponensial.

Sebaliknya dengan melakukan upayadaur-ulang dari bahan mentah, kegiatanproduksi akan memperoleh efisiensioperasi, dan sekaligus kesempatan untukmembangun merek sebagai produk yangakrab lingkungan (environmental friend-ly). Hal ini sangat penting, ketika begitubanyak produk dan merek yang tersediadi pasar. Banyaknya produk yang tersediamembuat perbedaan di antara merekyang ada semakin menipis, sehinggamelahirkan product parity.

Padahal merek adalah suatu pembeda(differentiator) dalam pandangan kon-

sumen, kenapa mereka memilih suatumerek, dan bukan merek yang lain. Ketikasemakin banyak konsumen yang pedulilingkungan, mengasosiasikan suatumerek dengan kepekaan terhadaplingkungan akan menciptakan suatukelebihan bersaing (competitive advan-tage) dibanding merek yang lain. Tentusaja jika produk atau merek itu betul-betul dapat memperlihatkan dengan kon-sisten bahwa rangkaian kegiatan operasimereka betul-betul akrab lingkungan.

Sejumlah perusahaan sudah mulaimengaitkan kegiatan mereka denganupaya semacam ini untuk meningkatkankemampuan bersaing mereka. UnileverPeduli, misalnya, memperlihatkan upayake arah itu. Sejumlah perusahaan yanglain juga mulai memperhatikan upayauntuk lebih hijau karena merekamenyadari dengan beroperasi secaraakrab lingkungan mereka dapat membuatmereknya menjadi relevan dengan tun-tutan konsumennya.

Ketika konsumen menjadi semakinpenuntut, bahkan pemberang --- sepertitercermin dari gerakan No Logo --- merekmemang harus melakukan evolusi untuktetap menjadi relevan dengan khalayaksasarannya. Karena premis dasarpemasaran adalah upaya memahami apayang diperlukan konsumen, maka ketikakonsumen kian peka terhadap masalahlingkungan, merek juga harus melakukanhal serupa. Bukan semata karena kepedu-lian semacam itu akan memberikan man-faat bagi lingkungan, namun karena halitu dapat berdampak signifikan terhadapbottom line perusahaan.

Pekerjaan HijauDi sisi yang lain,

upaya untuk

37WAWASAN

BISNIS HIJAUBAGI PLANET BUMI

Oleh Dr. M. Gunawan Alif*

PercikMei 2009

mengatasi krisis lingkungan ini jugadapat menjadi suatu peluang kerja bagimereka yang berpikir kreatif. Misalnyaseseorang yang melihat begitu banyaksampah dari kulit kacang, karenalingkungannya produsen kacang, secarakreatif memanfaatkan sampah itu untukmenjadi briket yang dapat dimanfaatkanuntuk bahan bakar. Dengan pendekatanyang kreatif semacam itu, ia dapatmengembangkan suatu bisnis yang men-guntungkan, sekaligus mengurangi sam-pah dengan mengalihkannya menjadiproduk yang lebih bermanfaat.

Di Denpasar, sejumlah produsen tahuyang sebelumnya menghasilkan limbahproduksi yang kotor dan berbau busuk,menyadari bahwa kegiatan bisnis se-macam itu akan merugikan banyak pihak.Bukan saja lingkungan di sekitar mereka,namun yang lebih gawat lagi kelang-sungan bisnis mereka. Kondisi yang ku-muh dan bau semacam itu rentan terha-dap protes warga maupun Bagian Pener-tiban Kota (Tramtib).

Menyadari kenyataan semacam itukelompok produsen tahu itu bekerjasamadengan BaliFokus, sebuah LSM yangpeduli terhadap sanitasi dan pengelolaansampah, memecahkan masalah merekadengan membangun pengolahan limbahdengan biogas. Maka limbah produksitahu yang berbau itu pun menjadimasukan untuk menghasilkan biogas,yang kemudian dimanfaatkan sebagaibahan bakar untuk memasak makananbagi bisnis makanan yang mereka kem-bangkan. Karena tak lagi perlu membeliElpiji, mereka memiliki kelebihan ber-saing karena memiliki biaya produksiyang lebih kecil, yang memungkinkanmereka memperoleh margin keuntunganyang lebih besar.

Seperti yang telah disebut di depan,gunungan sampah di TPA merupakansumber bisnis yang penting. Di sana parapemulung menggantungkan hidup mere-ka dan dari sana pengepul memperolehkeuntungan yang tidak sedikit. Apalagi

bagi Bandar yang akan membawa bahan-bahan daur ulang itu ke pabrik.

Namun selain sampah yang bisadidaur ulang, tumpukan sampah terbesaryang tertinggal adalah sampah organik.Kembali hal ini sesungguhnya merupakanpeluang bisnis yang menguntungkan. Jikasaja sampah organik ini dapat diolahuntuk menjadi kompos, maka nilai tam-bah dari sampah organik ini akanmeningkat, dan volumenya tidak akanmenumpuk dan meninggalkan bau yangtidak sedap.

Tentu saja membangun fasilitas peng-olahan kompos di TPA tidaklah mudah,terutama karena keterbatasan lahan disekitar TPA. Di sinilah menjadi pentinguntuk membuat sejumlah kawasan sam-pah yang lebih kecil, namun secara strate-gis dapat memilah sampah daur ulangdan membangun fasilitas pengolahansampah organik menjadi kompos.

Kejelian menyikapi hal ini misalnyaterlihat dengan dibentuknya PT. Jimbar-an Lestari (JL), yang secara proaktif men-jalin kerjasama dengan sejumlah hotelberbintang di Bali untuk menampungsampah dari kegiatan operasi mereka.Dengan kerjasama semacam ini merekadapat memastikan hotel mereka terbebasdari sampah. Pada saat yang bersamaanfasilitas pengolahan sampah JL memper-oleh sampah yang dapat mereka pilah dankemudian dijual kepada pihak yangmemerlukannya.

Sampah organik sisa hotel, misalnya,dijual untuk bahan makanan babi, dansebagian lainnya dibuat menjadi kompos.Bahan daur ulang pun dikumpulkan olehpara pemulung dan pengepul. Suatuperekonomian rakyat yang mengun-tungkan pun terbentuk.

Dengan melakukan upaya memecahtumpukan sampah di sejumlah kawasanuntuk didaur ulang dan diproduksi seba-gai kompos, beban memperoleh lahanTPA yang harus menumpuk semua sam-pah kota seharusnya dapat diatasi.Dengan demikian beban berat, yang per-nah membuat Bandung sebagai kota sam-pah, seharusnya tak perlu terjadi. Denganmemecah konsentrasi volume sampah,maka upaya pengelolaannya pun menjadilebih mudah, dan memungkinkan untukmenciptakan sentra bisnis sampah bagisejumlah kawasan.

Jika semua sampah dapat dikeloladengan lebih menguntungkan - didaurulang dan dibuat kompos-keuntunganyang lain sesungguhnya sudah menung-gu. Kegiatan semacam ini akan dianggapsebagai bagian dari upaya mengurangiglobal warming, karena tak ada prosespembakaran sampah dan berkurangnyapembentukan gas-gas polutan sepertimetana. Dengan demikian kegiatan inimemenuhi syarat untuk program carboncredit. Negara-negara maju dapat 'mem-beli' upaya pengurangan polusi yang kitalakukan sebagai kompensasi pengu-rangan emisi gas rumah kaca yang menja-di kewajiban negara maju.

Semua ini menjelaskan bisnis hijau(green jobs) akan memberikan keuntung-an, bagi lingkungan, masyarakat danperekonomian. Sudah sepatutnya hal inimenjadi suatu gerakan bersama bagikemaslahatan planet bumi, bagi anak-cucu yang kelak akan hidup di sana.

*Penulis adalah pengajar Brand Management danKomunikasi Pemasaran di Pascasarjana FEUI

dan Binus Business School

38WAWASAN

PercikMei 2009

Sampah di TPA menjadi sumber pendapatan.Foto Bowo Leksono

Gerakan pengelolaan sampah yangdilakukan di tingkat rumahandan lingkungan juga marak

dilakukan di negara-negara lain. Entahdengan alasam yang sama atau berbeda,semua inisitif manajemen sampah yangdilakukan masyarakat digerakkan olehkelompok-kelompok masyarakat, LSMmaupun pemerintah.

Dari pelajaran yang dilakukan diThailand dan Philippina, ada beberapapengalaman menarik yang dapat dipela-jari dari sana. Di Thailand inisiatifmasyarakat yang cukup menonjol adalahBank Sampah atau Garbage Bank.Insentif ekonomi cukup kental mewarnaikegiatan pengelolaan sampah dimasyarakat. Mungkin karena di Thailandlebih banyak industri yang menampungbahan-bahan yang masih dapat didaurulang, maka recyclables cukup tinggidiresirkulasi di lingkungan, hanya sedikityang sampai di TPA.

Di Suphanburi, tepatnya di perguruanThammachote Suksalai, ada kegiatanSchool Garbage Bank. Selain membantumengurangi sampah yang dibuang keTPA, siswa yang berpartisipasi dalamkegiatan ini juga paham kontribusi mere-ka untuk mengurangi atau mengerempemanasan global dari sampah padat.Kegiatan mereka memperoleh penghar-gaan lingkungan dari Menteri SumberDaya Alam dan Lingkungan tahun 2007.

Sekolah yang memiliki siswa sekitar2.000 orang ini sadar bahwa merekamerupakan penghasil sampah yang cukupbesar. Untuk mengatasi masalah ini pihaksekolah mencanangkan kegiatan ini duatahun yang lalu untuk mendorong siswamelakukan daur ulang dengan

menukarkannya di bank sampah (garbagebank) untuk ditukar dengan uang tunai.

Selain proyek bank sampah, sekolahThammachote Suksalai juga mendorongsiswa-siswanya menggunakan tas kainyang lebih ramah lingkungan.Pemandangan siswa dengan tas kain sa-ngat lumrah didapati di sekolah ini.Sekolah ini tidak hanya mengajarkansiswa tentang pengetahuan akademistetapi juga ide-ide untuk menyelamatkanlingkungan dan melakukan inisiatifmenahan laju pemanasan global.

Sementara itu di Pak-KredMunicipality ada inisiatif masyarakatuntuk mengelola sampah di kawasanlingkungan mereka sendiri yang terdiridari 200 keluarga. Usulan ini awalnyadisampaikan oleh masyarakat pada tahun2002 kepada pemerintah BangkokMunicipality Administration (BMA).Usulan ini disambut oleh JICA yangkemudian memberikan bantuan peralat-an pada tahun 2003 berupa mesin pe-

ngompos dan bangunan pemilahan seni-lai setara 750 juta rupiah.

Biaya operasional ditanggung olehpemerintah daerah dan retribusi sampahyang dibayar oleh warga setara Rp 2.000per keluarga per bulan dikelola oleh BMA.Biaya operasional fasilitas ini sekitar Rp10 juta per bulan. Dapat disimpulkandengan cepat bahwa sistem ini masih di-subsidi oleh pemerintah dalam hal iniBMA.

Sekitar 40% residu sampah dibawa keTPA terdekat. Dalam mesin komposter,sampah organik yang telah dicincangdikomposkan di dalam digester padasuhu 70ooC selama 7 hari. Sampah yangdiproses di dalam digester rotasi meru-pakan campuran sampah organik dengancairan Bokashi/EM4. Kapasitas sampahyang masuk ke dalam digesterrotasi adalah sekitar70-80 kg/hari.

39WAWASAN

Pengalaman Pengelolaan Sampah BerbasisMasyarakat di Negeri Lain

Oleh Yuyun Ismawati

Truk-truk pengangkut sampah. Foto Noka Destalina

WAWASAN

PercikMei 2009

Setelah dikomposkan di dalam digester,kompos lalu ditempatkan di dalam kom-partemen aerasi. Di sini kompos didi-amkan secara terbuka selama 4 hari agarsuhunya turun kembali.

Sementara itu di Laksi Don Mueangdan Romklao community, Ladkrabang,kegiatan Bank Sampah atau GarbageBank cukup marak. Di Bangkok sekarangada sekitar 1.000 bank sampah sejenis iniyang beroperasi. Masing-masing rata-ratamengelola 50 ton recyclables setiapharinya.

Pemasukan bank sampah di Pak-Kredlumayan besar karena terletak di kawasanperdagangan. Pengelola Pak-Kredgarbage bank mengatakan bahwa merekamampu mendapatkan paling tidak Rp 125juta per bulan dari penjualan barang daurulang yang berhasil dikumpulkan dariwarga dan anggotanya.

Anggota membayar biaya bulanankepada pengelola fasilitas. Bank sampahmampu berdiri sendiri membiayaikegiatannya tanpa subsidi dari pemerin-

tah kota atau BMA. Pengalaman di Philipina lain lagi.

Ecological Solid Waste ManagementRepublic Act 9003 (RA 9003) yang diber-lakukan di Philipina sejak tahun 2001,mewajibkan adanya minimisasi sampahdi semua level, mulai dari tingkat rumahtangga sampai volume sampah yangdibuang ke tempat pembuanganakhir/landfill.

Di tingkat kampung atau desa, RA9003 mewajibkan dibangunnya MaterialRecovery Facility atau MRF yang dikelolaoleh komite masyarakat. Pemerintah kotamenyediakan anggaran untuk pembangun-an MRF ini setara Rp 250 juta per lokasi.Pemberian dana diberikan berdasarkanurutan antrian kelompok-kelompokmasyarakat yang mengajukan permohon-an paling awal. Siapa daftar paling awal,dia yang dapat lebih dulu.

Di sebagian besar Barangay atau Desadi Philipina, sudah banyak MRF yangdibangun sejak tahun 2000. Sebagianbesar investasi awalnya didukung danapemerintah kota/daerahnya. Di sekitarManila City, Pasig city dan Quezon Cityada beberapa MRF Barangay yang dikelo-la masyarakat.

Sebut saja Barangay Parang diMarikina City yang sukses mengeksporindustri kerajinan dari bahan daur ulangke AS, Jepang dan Eropa, BarangayBagumbuhay, Barangay Yakal, di Silang -Cavite yang sukses mereduksi jumlahsampah sampai dengan 70% dengan caramengomposkan dan mendaur-ulang sam-pah dikelola oleh warga.

Di Barangay Bancod, Indang, Cavite,MRF-nya hanya berupa area beratap tem-pat menampung sampah residu yangdikumpulkan setiap minggu secarasukarela oleh warga. Recyclables ataubarang daur ulang dijual langsung darirumah-rumah kepada para bandar pemu-lung. Sampah organik dikomposkan dirumah-rumah dengan menggunakanmetode ban bekas yang diperkenalkanMother Earth Foundation. Kompos yangdihasilkan digunakan untuk menanampohon vinegar yang kemudian diprosesdan dijual sebagai vinegar oil.

Di Cavite juga ada Center for EcozoicLiving & Learning (CELL), suatupusat pelatihan untukkehidupan yang

40WAWASAN

Composting Center yang bersih di Pak-Kred Municipality. Foto Noka Destalina

Mesin pengompos dengan digester rotasi yang di-gerakkan oleh listrik. Foto Noka Destalina

WAWASAN

PercikMei 2009

berkelanjutan (sustainable living) yangdiinisiasi oleh seorang Pendeta Colombiapada tahun 1996. CELL juga menyedi-akan sejumlah dana untuk implementasieco-waste management di Cavite. Pusatpelatihan ini juga mempromosikan pe-ngelolaan limbah dengan biodigester. Gasmetan yang dihasilkan dimanfaatkanuntuk pemanas air, memperkenalkaneco-garden, dan composting toilet.

Barangay Bagumbuhay, di Quezoncity dimulai sejak 2002, terdiri darikegiatan di MRF, pengomposan danpenyimpanan barang daur ulang sertaurban farming. Kunci sukses dari pro-gram mereka adalah "4Es": Educationatau pendidikan (kampanye yang aktifdan intensif), Engineering atau rekayasa(menggunakan peralatan dan metodayang tepat), Enforcement atau penegakan(implementasi RA 9003/peraturanBarangay), dan Economic atau ekonomi.

Barangai Bagumbuhay juga mempro-mosikan pemanfaatan sampah yang tidakdapat didaur-ulang menjadi bahan-bahanbangunan seperti tegel, conblock danlain-lain. Mereka juga bahkan punyakebun binatang mini (wildlife center).

Hampir semua MRF di Barangay-barangay di Philipina digerakkan olehcaptain atau leader dan masing-masingmemiliki konsep, pola pengelolaan atauprinsip sendiri-sendiri. Sebagian besar

didampingi oleh LSM seperti MotherEarth Foundation, CELL dan KILUSFoundation. Semua MRF didanai olehpemerintah daerahnya karena sudah ter-cantum dalam Ecological WasteManagement RA 9003.

Hanya beberapa saja yang didanaioleh ADB, LSM atau donor lain. Yangpasti di Philipina, target minimisasi sam-pah yang dibuang ke TPA selama 5 tahunsejak diberlakukannya RA 9003 sebanyak25% termasuk konversi TPA-TPA yangsemula dioperasikan secara terbuka

(open dumping) menjadi controlled land-fill lalu menjadi sanitary landfill benar-benar diupayakan bersama oleh semuapihak.

Di India ada EXNORA, Excellent,Novel, Radical, yang kegiatan dan ger-akannya menyerupai charity club serupaRotary Club atau Lions Club. Merekamemiliki struktur cabang organisasi diberbagai negara bagian dan tingkat kotadan mempromosikan beberapa model.Ada model Vellore, ada model GreenCross dan lain-lain. Secara umum yangdilakukan EXNORA adalah mengge-rakkan kesadaran masyarakat untukmembersihkan lingkungannya sendiri.Tidak ada sistem baku yang diperke-nalkan EXNORA, tapi mereka percayabahwa jika semua orang diberi bekal dantekad untuk selalu melakukan yang ter-baik, inovatif dan melakukannya secararadikal akan memberi dampak yang sig-nifikan terhadap lingkungan.

Yuyun/dikutip dari laporan Noka Destalinadan Prapti Wahyuningsih, 2007

41WAWANCARAWAWASAN

PercikMei 2009

Composting Center yang bersih di Pak-Kred Municipality. Foto Noka Destalina

MRF Barangay Parang melakukan berbagai kegiatan dan usaha terkait sampah antara lain nurseryatau pembibitan. Foto Prapti Wahyuningsih

42WAWANCARAWAWASAN

PercikMei 2009

Pengelolaan sampah ternyatabukan hanya jadi masalah didalam negeri, tapi juga terkait

dengan beberapa kesepakatan dan kon-vensi internasional karena kadang untukmelepas tanggung jawab, sampah darinegara lain bisa juga dibuang ke negarayang lain dengan atau tanpa perjanjian.Seringkali negara yang lebih lemah, baikekonomi maupun lemah hukumnya, akanmenjadi pihak yang selalu dikirimi ataujadi tempat pembuangan segala jenissampah.

Beberapa kesepakatan dan konvensi

internasional yang terkait dengan sampahantara lain Prinsip-prinsip PembangunanBerkelanjutan yang dicanangkan tahun1992 saat KTT Bumi pertama dilak-sanakan di Rio de Janeiro yangmenekankan beberapa hal prinsip sepertiprinsip kehati-hatian dini (precautionaryprinciples), pemberitahuan awal (priorinform consent), pencemar harus mem-bayar (polluter must pays) dan lain-lain.

Konvensi ECOSOC atau KonvensiHak-hak Ekonomi Sosial dan Budayayang didalamnya mencakup hak kese-hatan, jaminan sosial, dan hak standarhidup yang layak. Konvensi Baselmenyepakati hal-hal yang terkait dengan

pengiriman limbah bahan berbahayaberacun (B3) lintas batas negara. Karenapengolahan limbah B3 di negara maju ter-bilang mahal, maka seringkali negaramaju 'mengirimkannya' ke negaraberkembang yang bersedia menerimaatau menampungnya dengan imbalanuang.

Negeri kita sudah meratifikasiKonvensi Basel dan termasuk kelompokyang rawan menjadi lahan penimbunanlimbah B3 ilegal. Sampah elektronik, yangdi negara maju cepat berkembang, ser-ingkali dibuang ke negara berkembangdiberi label sebagai barang bekas layakpakai. Padahal di negara maju, barang-barang tersebut kemungkinan mengan-dung B3 sehingga tidak diperbolehkanlagi beredar di pasaran.

Konvensi Perubahan Iklim denganProtokol Kyoto dan MekanismePembangunan Bersih/MPB (CleanDevelopment Mechanism) membicarakansampah dari aspek penghindaran pem-bentukan methane dan cara penangkapanserta pemanfaatan methane lebih lanjutagar tidak membahayakan atmosfer.Beberapa teknologi yang direkomen-dasikan dalam MPB berpotensi konflikdengan konvensi lain seperti KonvensiStockholm karena menghasilkan senyawapencemar yang harusnya dimusnahkan,seperti dioksin.

Konvensi Stockholm, yang baru pada12 April lalu kita ratifikasi, menyepakatitentang pentingnya menghilangkan danmengurangi POPs (Persistent OrganicPollutants atau Polutan Organikyang Persisten) demi melin-dungi kesehatan

Seorang anak membawa sampah B3 yang banyak ditemukan di Afrika. Foto Basel Action Network (BAN)

Pengelolaan Sampah danKesepakatan-Kesepakatan Internasional

Oleh Yuyun Ismawati

43WAWANCARAWAWASAN

PercikMei 2009

manusia dan lingkungan. POPs yangtidak disengaja antara lain diproduksidari pembakaran sampah yang mengan-dung PVC atau chlorine.

Sebagaimana penyelesaian masalah-masalah global lainnya, masalah sampahjuga harus dikelola secara multi-tracktetapi juga realistis. Penggunaan teknolo-gi perlu dipandang sebagai salah satu opsipenyelesaian masalah. Misalnya pilihanteknologi insinerator yang seringdijadikan alternatif alat pemusnah sam-pah. Asas kehati-hatian awal (precaution-ary principle) di banyak negara masihmerupakan wacana dan masih diperde-batkan secara serius.

Dari penelitian UNEP tahun 2001,diketahui bahwa insinerator merupakansumber pelepas dioksin terbesar di dunia.Sekitar 69% emisi dioksin berasal dariinsinerator. Dioksin adalah suatusenyawa kimia berbahaya yang bersifatkarsinogenik yang dihasilkan oleh pem-bakaran sampah yang mengandung PVCatau chlorine.

Filosofi dari asas kehati-hatian dini(precautionary principle) adalah bahwasains itu sendiri memiliki keterbatasan,sehingga perlu diambil tindakan pencegah-an, maka rincian jenis teknologi ramahlingkungan seperti apa yang diijinkandibangun di TPA atau TPS perluditekankan. Selain itu keterbukaan ter-hadap teknologi mengajak kita untuktidak lupa mengupayakan juga solusi-solusi non-teknologis.

Konvensi Stockholm lebih jauh me-ngajak negara-negara yang telah merati-fikasi untuk mempromosikan dan meng-gunakan material pengganti atau yangtelah dimodifikasi, produk-produk danproses-proses untuk mencegah terben-tuknya dan lepasnya senyawa-senyawakimia termasuk dioksin dan produksamping POPs lainnya yang timbul tidakdisengaja.

Hal-hal di atas berimplikasi pada per-lunya dicari pilihan strategis untuk

menangani sampah yang dapat memban-tu pemerintah Indonesia memenuhikewajiban sebagai party dalam KonvensiStockholm maupun konvensi-konvensilainnya. Strategi zero waste dan mi-nimisasi sampah konsisten dengan arahanpelaksanaan Strategic Approach toInternational Chemicals Management(SAICM) dimana Indonesia dan lebih dari100 negara telah mengadopsinya di Dubaitahun 2006.

SAICM Global Plan of Action yangmenyepakati penghapusan dan penghen-tian produksi serta pemakaian kimia-kimia berbahaya pada tahun 2020 jugamencakup implementasi program-pro-gram capacity-building dalam hal min-imisasi sampah dan peningkatan efisiensisumberdaya, serta pengelolaan sumberdaya dengan pendekatan Zero Waste,pencegahan timbulnya sampah melaluieco-design, mendorong senyawa-senyawaatau sumber daya pengganti serta pengu-rangan penggunaan senyawa-

senyawa toksik.Terakhir ada kesepakatan interna-

sional lain terkait lingkungan dan kese-hatan yang mendorong semua pihak, lin-tas sektoral bersinergi mengatasi masalahlingkungan, termasuk salah satunyaadalah urusan sampah dan limbah berba-haya beracun, agar kesehatan manusiadan lingkungan untuk generasi men-datang dapat lebih terjaga.

Mau menghindar kemana lagi?Sampah rupanya harus kita urus sendiri,kalau bisa sedekat mungkin, karenamelemparkannya ke luar negeri, baikdalam bentuk bahan, abu atau asap jugabukan perkara yang mudah. Banyakpagar dan rambu-rambu yang sudahdibuat. Tinggal kita yang harus pandai-pandai mengurus dan menjaga diri, agartidak dipecundangi negara lain denganurusan sampah.

Cerobong asap pabrik, penghasil zat kimia berbahaya. Foto: Neil Tangri (GAIA).

Hampir setiap kota di Indonesia sa-at ini menghadapi permasalahansampah yang cukup pelik seper-

ti pencemaran akibat pembakaran danpenumpukan sampah yang tidak terken-dali, pembuangan sampah ke sungaisehingga berakibat banjir, dan sulitnyamencari lahan TPA. Namun sesungguh-nya permasalahan sampah tersebut dapatdiatasi dengan melakukan pengelolaansampah yang baik misalnya dengan carapengomposan. Sekitar 50-80 persen sam-pah kota berupa sampah organik yangmerupakan bahan baku produksi kompossehingga apabila kegiatan pengomposandilaksanakan maka akan dapat mengu-rangi sampah dalam jumlah yang sig-nifikan.

Pengomposan adalah proses pengu-raian sampah organik menjadi produkkompos dalam kondisi aerobik yang ter-kendali. Produk kompos yang dihasilkan-nya sangat bermanfaat untuk me-ningkatkan kesuburan tanah sehinggasering dimanfaatkan oleh petani sebagaipupuk.

Melihat pentingnya proses pengolah-an sampah melalui pengomposan, makatidak mengherankan apabila hampir disetiap kota saat ini melakukan kegiatanpengomposan baik oleh pemerintah dae-rah atau swasta. Pengomposan sebagaiupaya pengelolaan sampah kota padadasarnya bukanlah usaha yang berorien-tasi profit tetapi merupakan usaha non-profit yang dilakukan pemerintah sebagaibentuk tanggung jawabnya dalampelayanan kepada masyarakat akankebersihan dan perlindungan lingkungan.

Pelayanan masyarakat tersebut samadengan pelayanan pemerintah lainnyaseperti penjagaan keamanan lingkungan,pemeliharaan kesehatan, peningkatanpendidikan, dan sebagainya. Produk

utama yang dihasilkannya adalahkebersihan kota dan netralisasi sampahyang tadinya beracun dan berbahayamenjadi produk yang aman.

Adapun produk kompos yang di-hasilkan dianggap sebagai hasil samping(by product) saja. Oleh karena itu, kalaupun produk kompos dijual dan meng-hasilkan keuntungan, keuntungan terse-but dianggap sebagai bonus, bukan sum-ber pendapatan utama.

Secara umum saat ini pangsa pasarkompos masih rendah sehingga masihsulit memposisikan produk kompos seba-gai produk yang dapat menghasilkankeuntungan yang signifikan. Permintaankompos masih kecil, karena persepsimengenai kompos masih rendah, kualitasproduk kompos yang beredar di pasaranberagam, persaingan kompos ecerancukup ketat, dan jaringan pemasarankompos yang lemah. Secara kasat mata,memang potensi pasar kompos relatifbesar. Namun dalam kenyataannya,potensi tersebut belum dapat dijadikanacuan dalam menghitung seberapa besarkeuntungan dari usaha kompos.

Pengalaman Pengomposan SampahKota

Pada tahun 1980-an di DKI Jakartapernah berdiri 13 usaha daur ulang danpengomposan sampah kota yang di-singkat dengan UDPK yang tersebar dibeberapa wilayah. Kegiatan tersebutbertujuan melakukan bisnis komposberbasis sampah skala kecil yangdilakukan masyarakat. Secara teknis,teknologi yang diperkenalkan mudahdilakukan dan sederhana sehinggaaplikasinya gampang. Lahan dan fasilitaspengomposan diberikan secara cuma-

cuma. Kualitas produksi kompos pun sa-ngat dijaga. Sistem manajemennya jugadibentuk secara sederhana dan rapi.Namun kegiatan tersebut, walaupunsudah dirancang sedemikian rupa, duatahun kemudian berhenti karena produkkomposnya tidak terserap pasar.

Pengalaman tersebut terulang pada2004-2005 yaitu dengan tumbuhnyaprodusen kompos yang jumlahnya lebihdari 40 buah yang tersebar di wilayahDKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat danBanten. Kapasitas produksi kompos ma-sing-masing produsen berkisar antara 1sampai 30 ton kompos perhari. Teknologiyang dipakai sederhana, semi mekanis.Pengelolanya adalah perusahaan swastayang bekerja sama dengan instansipemerintah terkait. Kegiatan produksikompos berjalan dengan lancar dan padasekitar Juni 2005 tercacat produksi total-nya mencapai 200 ton kompos perhari.

Menjamurnya kegiatan pengomposansaat itu karena adanya program subsidikompos yang dilakukan KementerianLingkungan Hidup. Setiap produsenkompos, pada saat itu mendapatkan sub-sidi sebesar Rp 200 sampai Rp 350 perkilogram kompos yang diproduksinya.Namun seiring berakhirnya program sub-sidi tersebut, pada akhir 2005, para pro-dusen kompos mulai mengalami kelesuandalam memproduksi kompos.Penyebabnya sama dengan yang dihadapiUDPK, yaitu penyerapan pasar komposyang masih lemah.

Pada saat ini, sebagian besar pro-dusen kompos tersebut telah mati, tidaklagi memproduksi kompos.Sebagian kecil lainnyaternyata masih

44WAWASAN

Menciptakan Pengomposanyang Berkelanjutan

Oleh Sri Wahyono*

PercikMei 2009

bertahan hidup seperti PDDharma Jaya, CV Agrodhuta, dan CVMitra Tani. Bagaimana mungkin merekabisa bertahan hidup dengan kondisipasarnya yang masih sulit?

Keberhasilan mereka tetap bertahanhidup ternyata berbeda-beda penyebab-nya. PD Dharma Jaya yang terletak diJakarta Timur, tetap eksis dalam mem-produksi kompos karena berhasilmelakukan penetrasi pasar di wilayahyang spesifik yaitu di kios-kios bunga diwilayah DKI Jakarta. Saat ini, hampirseluruh produk kompos yang dihasilkan-nya diserap kios-kios bunga dengan mutuyang baik. Dibantu lima distributor kom-pos, sekitar 3 ton per hari produk kom-posnya berhasil dilempar ke kios-kiosbunga di wilayah Jakarta.

Sementara itu CV Agrodhuta, diBandung, tetap eksis karena perusahaantersebut memiliki induk perusahaan yangbergerak di bidang budidaya tanamansayuran di Lembang dan kegiatan agroin-dustri lainnya. Sebagian besar produkkomposnya dipakai perusahaan induknyauntuk memupuk tanaman sayuran.Sisanya dilempar ke pasaran melaluijaringan yang dimilikinya. Induk perusa-haannya memang menggurita sehinggamempunyai relasi yang luas. Tidakmengherankan bila penyerapan produksikomposnya berjalan lancar.

Contoh yang lebih menarik adalah apayang telah dilakukan CV Mitra Tani diTasikmalaya. Produsen kompos tersebuttidaklah memiliki perusahaan indukseperti CV Agrodhuta, pun tidak memilikifasilitas pengomposan sehebat PDDharmajaya, tapi merupakan perusahaankecil bermodal semangat besar. Fasilitaspengomposan sangat sederhana, manaje-men sederhana, tetapi berhasil eksis sam-pai sekarang. Kunci dari eksistensiperusahaan tersebut adalah keberhasilan-nya dalam menjalin hubungan denganpara petani padi. Perusahaan tersebuttidak semata-mata hanya memproduksikompos, tetapi juga melakukan pembi-naan pada para petani padi (yang jugakonsumennya) dan menyalurkan

pemasaran hasil panen padi.Kepada para petani padi, perusahaan

tersebut memperkenalkan sistem tanampadi dengan metode yang hemat air, hasilpanennya tinggi, dan pertanian organikdengan metode SRI (sistem rice intensifi-cation). Pemupukan padi di sawahdilakukan dengan menggunakan produkkompos yang diproduksinya sekaligusmenggantikan penggunaan pupuk kimia.Model pembelian kompos tersebut adalah"yarnen" (kompos dibayar setelah panen).

Pestisida nabati juga diperkenalkanpada para petani untuk menggantikanpestisida kimia. Dengan tidak digunakan-nya pupuk kimia dan pestisida kimia,beras yang dihasilkannya adalah berasorganik dengan rasa yang enak, wangidan pulen. Oleh CV Mitra Tani, berasorganik tersebut ditampung dan dibeli,kemudian dipasarkan sebagai berasorganik ke kota-kota besar di Jawa. Hargajualnya hampir tiga kali lipat dibandingberas pada umumnya. Jadi sebenarnyaproduk utama yang dijual CV Mitra Tanibukanlah semata-mata produk kompostetapi beras organik dengan nilaiekonomis yang tinggi.

Dukungan Pemerintah pada UsahaPengomposan

Berdasarkan pengalaman, berbagaibentuk dukungan pemerintah sangatdiharapkan dalam membantu efisiensibiaya produksi kompos terutama yangdilakukan pihak swasta. Bentuk dukung-an tersebut dapat berupa pembayaran tip-ping fee yang layak kepada produsenkompos atas jasanya dalam membantumengolah sampah. Besarnya tergantungkemampuan finansial pemerintah lokaldan besarnya biaya pengolahan sampah.

Bentuk dukungan lainnya yaitu de-ngan memberikan bantuan berupa aksespenggunaan lahan dan fasilitas bangunandan peralatan kompos. Para praktisi kom-pos di daerah biasanya adalah kalanganswasta yang bermodalkan semangat besartetapi kemampuan finansialnya terbatassehingga perlu dibantu berupa pinjamanlahan, bangunan, dan mesin-mesin pe-

ngomposan. Dukungan lainnya yaitu be-rupa akses mendapatkan bahan baku kom-pos dan bantuan pengangkutan bahanbaku kompos ke lokasi pengomposan.

Selain bentuk dukungan pada aspekoperasional produksi kompos sepertidisebutkan di atas, secara makro diper-lukan kerjasama beberapa departe-men/kementerian terkait sehubunganaplikasi dan pemasaran produk kompos.Kementerian yang terkait antara lainKementerian Lingkungan Hidup, Depar-temen Pekerjaan Umum, DepartemenPertanian, Departemen Pertambangandan Energi, serta Departemen Kehu-tanan.

Kementerian Lingkungan Hidup danDepartemen Pekerjaan Umum berwe-nang dalam kebijakan arah pengelolaansampah nasional, termasuk di dalamnyaadalah program minimisasi sampahmelalui proses pengomposan. SedangkanDepartemen Pertanian, DepartemenPertambangan dan Energi, danDepartemen Kehutanan terkait kebijakanuntuk menyerap produksi atau pema-saran kompos di bidang pertanian, rekla-masi lahan kritis akibat pertambangandan program penghijauan nasional.Bentuk dukungan dari departementerkait tersebut dapat berupa diterbitkan-nya Surat Keputusan Bersama antar-menteri terkait.

Di tingkat produsen kompos, selainmelakukan penetrasi pasar juga perlu direvi-talisasi asosiasi-asosiasi produsen komposyang sudah berdiri sebagai wahana salingmenukar informasi tentang pasar kompos,aplikasi kompos, perkembangan teknologikompos, proyek-proyek perdagangan kar-bon global, dan sebagainya. Dari asosiasitersebut dapat juga keluar kesepakatanpenentuan harga dasar kompos untuk mem-bangun iklim kompetisi yang baik.

45WAWASAN

PercikMei 2009

*Sri WahyonoPeneliti dan praktisi pengomposan sampah kota

di Pusat Teknologi Lingkungan-BPPT. Saat inisedang melakukan studi S3 di Program

Studi Ilmu Lingkungan,Universitas Indonesia.

Bulan April adalah bulan dimanakelahiran salah satu pahlawanNasional pembela kesetaraan hak

perempuan Raden Ajeng Kartini. Satuhari sebelum peringatan hari kelahiranRA Kartini, 20 April 2009 lalu, seorangperempuan Indonesia berhasil meng-harumkan nama bangsa dengan di-anugerahi Goldman Environmental Prize2009 semacam nobel dibidang lingkung-an untuk kategori sustainable develop-ment.

Yuyun Ismawati nama perempuan itu.Ia yang merupakan wakil dari negarapulau dan kepulauan, bersama enamorang aktivis lingkungan dunia lainnyayaitu Mario Gunmoe dari AS, WanzeEduards dan Hugo Jabini dari Suriname,Rizwana Hasan dari Bangladesh, OlgaSperanskaya dari benua Eropa dan MarcOna Essangui dari Gabon juga memper-oleh penghargaan serupa di San FransiscoOpera House, Amerika Serikat.

Ketujuh orang ini dengan caranyamasing-masing memperlihatkan bahwaupaya untuk memperbaiki kondisilingkungan dapat dilakukan jika ada ko-mitmen dan keberanian untuk berbuat.Penghargaan senilai US$150 ribu yangdisebut harian San Fransisco Chroniclesebagai penghargaan terbesar dan palingprestisius yang dibagikan kepada aktivislingkungan akar rumput yang menjadiujung tombak dalam upaya memperbaikilingkungan di negara mereka.

Penghargaan ini memasuki tahun ke-20 yang diberikan setiap tahun kepadapara pejuang lingkungan di tingkat akarrumput. Sejak dimulai tahun 1989, peng-hargaan ini sudah diberikan kepada 133aktivis dari 75 negara.

"Saat mendapat nobel ya terkejut,senang. Ya syukur Alhamdulillah. Peng-hargaan ini bagi saya sebagai pengingatdan sebuah awal dari siklus baru dalamhidup dan kerja saya," ungkap Yuyunkepada Percik.

Prestasi Yuyun diganjar penghargaansenilai US$ 150,000 atau sekitar Rp 1,5miliar. Rencananya, katanya, uang terse-but separuh untuk keperluan pribadi,yaitu biaya pendidikan anak-anak danmembeli rumah. "Sejak 2003 saya dananak-anak mengontrak rumah. Pusingjuga setiap dua tahun harus sediakanuang untuk kontrakan," tutur orang tuatunggal ini.

Sementara separuhnya lagi, lanjutYuyun, akan dikontribusikan kepada

beberapa kelompok dan organisasi seper-ti Ashoka, team Bali Fokus, dan memban-tu KSM-KSM SANIMAS, KIPRAH dankelompok-kelompok masyarakat yangmempunyai inisiatif awal tapi belum tahubagaimana memulai kegiatan terkait sani-tasi dan/atau pemanfaatan sampah.

Proses penerimaan penghargaan inisudah diawali sejak 10 November 2008silam. Yuyun mengatakan, butuh waktutiga hari untuk tanda tangan formulirkonfirmasi penerima penghargaan dandikirim balik ke pihak Goldman. "Butuhwaktu sepekan untuk meyakinkan dirimengabari keluarga, khawatir merekatidak kuat menahan rahasia ini karenasaya tidak diperbolehkan menceritakan-nya kepada khalayak sebelum 19 April2009," ujarnya.

Terpilihnya Yuyun sebagai salah satupenerima Goldman karena dinomina-sikan oleh organisasi lain, karena tidakboleh mengajukan diri sendiri. "Goldmanmemberi rekognisi pada aktivis lingkung-an di akar rumput yang menunjukkankonsistensi, persistensi dan yang beranimempertaruhkan resiko dan kehidupanpribadinya dalam merelisasikan visinya".

Peran Yuyun di Dalam NegeriKomitmen Yuyun Ismawati, seorang

aktivis lingkungan Indonesia, terhadapmasyarakat di level bawah, diperlihatkandengan mendorong masyarakat yangterkubur dengan masalah sampah dansanitasi buruk untuk bangkit dan mem-perbaiki hidup mereka. Melaluilembaga yang dipimpin-nya, Bali Fokus,

46WAWANCARA

Yuyun IsmawatiPengelola Limbah dan Sampah

Peraih Goldman Environmental Prize

TAMU KITA

PercikMei 2009

Foto: Goldman Environmental Prize

Yuyun menggerakkan pengelolaan sam-pah berbasis masyarakat (PSBM) sebagaisuatu solusi yang dapat memberikanpeluang kerja bagi warga berpenghasilanrendah dan memberdayakan warga untukmemperbaiki kualitas lingkungan.

Dalam upaya memperbaiki lingkung-an, Yuyun membangun kerjasama salingmenguntungkan antara kegiatan bisnisdan masyarakat bawah yang diber-dayakan. Hal itu tercermin dari terben-tuknya PT Jimbaran Lestari yang me-ngelola sampah hotel berbintang, yangkemudian dimanfaatkan para pemulunghingga peternak babi. "Dengan upayasemacam ini semua pihak diuntungkandan lingkungan pun menjadi terbebasdari sampah," tuturnya.

Yuyun yang lulusan Fakultas Teknik Pe-nyehatan Institut Teknologi Bandung (ITB)ini, terjun menjadi aktivis lingkungan se-menjak tahun 1996 melalui Wisnu Foun-dation, sebuah lembaga swadaya masyarakatyang berlokasi di Bali. Ia meninggalkanpekerjaannya yang mapan sebagai dosenUniversitas Trisakti dan konsultan di sebuahperusahaan swasta di Jakarta.

Bersama Wisnu Foundation dengandukungan Asia Foundation, Yuyun mene-rapkan program-program yang terfokuspada pengelolaan sampah. "Sampah sebe-narnya mudah untuk dikelola, namunmenjadi isu yang serius ketika tidakdidukung komitmen kuat pemerintahdalam pengelolaannya," ujarnya.

Yuyun berpendapat pengelolaan sam-pah maupun sanitasi dengan melibatkanmasyarakat akan membuat masalah lim-bah menjadi lebih mudah untuk dipe-cahkan. Mengelola sampah pada levelyang lebih kecil memungkinkan sampahdidaur ulang secara optimal dan membu-at kompos, sehingga gunungan sampah diTPA dapat dikurangi bahkan bukannyatidak mungkin, lingkungan yang bebassampah dapat terwujud.

Solusi pengelolaan sampah denganmendaur ulang dan komposting jugadapat mengurangi terciptanya gas-gas

rumah kaca sampai ke titik nol. "Hal iniakan sangat menguntungkan karenamemungkinkan kegiatan semacam inimemperoleh fasilitas carbon credit,"ungkap Yuyun. Ia juga menggugat upayaincinerator pembakar sampah yangmenurutnya hanya akan meningkatkanglobal warming dan terlepasnya zat-zatperusak lingkungan.

Selepas dari Wisnu Foundation,Yuyun bersama empat koleganya mem-bentuk Bali Fokus pada pertengahan2000. Bali Fokus menekankan perhatiandalam upaya peningkatan kualitaslingkungan yang berkelanjutan. "BaliFokus ini berbeda dengan LSM lainnyakarena dibentuk dengan meminjam uangdari bank," ujarnya.

Yuyun menambahkan LSM lain lebihterfokus pada advokasi atau konservasilingkungan sedangkan perhatian ter-hadap isu perkotaan masih kurang. "Halini merupakan peluang sekaligus tan-tangan melakukan sesuatu dengan meni-tikberatkan pada keberlanjutan," tegassocial entrepreneur ini.

Solusi BerkelanjutanPada tahun 2003, Bali Fokus bekerja

sama Rotary Club setempat memprakar-sai program pengelolaan limbah padat diDesa Temesi, Gianyar, Bali. Masyarakatsetempat diberikan pelatihan mengelolasampah dengan memilah sampah daurulang dan membuat kompos sebelumdiangkut ke tempat pembuangan. Selainmengurangi tumpukan sampah di tempatpembuangan, masyarakat juga mendapat-kan keuntungan dari penjualan sampahdaur ulang dan kompos tersebut.

Sejak 2004, Yuyun mengembangkanprogram pengelolaan limbah "desentralisasiinisiatif solusi" dengan fokus keluarga diwilayah perkotaan Bali dan kota-kota lain diIndonesia. Program ini bertujuan mengu-rangi jumlah sampah yang diangkut ke tem-pat pembuangan dengan cara memini-malkan limbah di tingkat rumah tangga den-gan melibatkan ibu rumah tangga. Para iburumah tangga diberikan pelatihan membuatkompos dan berkreasi sampah daur ulangsehingga menambah lahan pendapatan barubagi masyarakat sekitar.

Yuyun juga terlibat dalam pengem-bangan SANIMAS (Sanitasi BerbasisMasyarakat) pada 2001-2003. SANIMASmerupakan serangkaian replika opsi-opsipengelolaan limbah dan sanitasi bagiwarga di permukiman miskin perkotaan.Semenjak 2008, SANIMAS menjadi pro-gram nasional yang diterapkan di sekitar200 kota di Indonesia.

Setahun lalu, bersama sejumlah ak-tivis, Yuyun membentuk Indonesia To-xics-Free Network (ITFN) yang menyo-roti isu-isu mengenai limbah berbahayadan beracun berikut dampak publiknya.IFTN memperjuangkan agar lingkunganIndonesia bebas dari bahan beracun (tok-sik) yang keberadaannya justru sangat de-kat, bahkan kerap dianggap perlengkapanyang penting dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari cat, bensin bertimbal,bahan-bahan elektronik, bahkan penahanpanas ataupun wajan anti lengket, yangkesemuanya itu beracun meski tidakmembawa kematian seketika.

Yuyun berharap ada banyak generasimuda, individu-individu dan pihak-pihak la-in yang terinspirasi untuk melakukanpembaharuan dalam bidang penyehatanlingkungan dalam konteks pembangunanberkelanjutan. "Bukan untuk mendapatkanpenghargaan tetapi untuk solidaritas sosial,kesejahteraan masyarakat dan mening-katkan harkat dan harga diri bangsa,"ujarnya mengakhiri. DiniH a r y a t i / B o w oLeksono

47WAWANCARATAMU KITA

PercikMei 2009

Pengelolaan sampahmaupun sanitasi denganmelibatkan masyarakatakan membuat masalahlimbah menjadi lebih

mudah untuk dipecahkan.

Dalam rangka mendukung pe-ngelolaan sampah berbasismasyarakat (PSBM) di DKI

Jakarta, Japan Bank for InternationalCooperation (JBIC) pada Agustus 2007sampai dengan Januari 2008 melakukanstudi dan pengembangan partisipasimasyarakat dalam mengelola sampah diRW 01 dan RW 02 Kelurahan CempakaPutih Timur, Jakarta Pusat. Imple-mentasi kegiatan tersebut diawali Pe-latihan Daur Ulang dan PengomposanSampah Rumah Tangga yang dilaksa-nakan pada 7 Oktober 2007.

Kader lingkungan yang dididik JBICdalam pelatihan tersebut berjumlah 42orang yang terdiri atas kader yangbermukim di RW 01 dan RW 02 (berjum-lah 31 kader) dan yang bermukim di luarkedua RW tersebut (11 kader). Jumlahkader lingkungan yang bermukim di RW01 berjumlah 22 orang sedangkan di RW02 berjumlah 9 orang. Tujuh kader di an-taranya, merangkap sebagai kaderYayasan Uli Peduli.

Sedangkan kader lingkungan yang tidakbermukim di kedua RW tersebut terdiri atastukang gerobak (4 kader), anggota LSM (6kader), dan staf Dinas Kebersihan (1 kader).Dengan adanya program JBIC, jumlah totalkader lingkungan di wilayah RW 01 dan RW02 Kelurahan Cempaka Putih Timur menja-di 77 orang yang pada mulanya hanya 53orang. Komposisi kader lingkungan didomi-nasi para ibu (70 persen) sisanya kaum pria(30 persen).

Para kader lingkungan memiliki tang-gung jawab mengajak para tetangganyamenjaga kualitas lingkungan hidup disekitar rumah masing-masing terutamamasalah kebersihan dan daur ulang sam-pah. Para kader lingkungan juga mem-punyai kewajiban memberikan penge-tahuan dan keterampilan pengolahansampahnya kepada yang membutuhkan.

Untuk melihat aktivitas nyata parakader lingkungan, setelah pelatihan,dilakukan pemantauan secara reguler.Pelaksanaan pemantauan juga dilakukansekaligus pendampingan dan pembinaanpara kader lingkungan sehingga apabilamenemui kesulitan dalam melakukanaktivitasnya dapat segera diatasi.

Pemantauan kegiatan dilakukan de-ngan cara wawancara secara langsungdengan para kader lingkungan, penye-baran kuesioner, dan kunjungan peman-tauan secara reguler yaitu 3-4 pekansekali ke para kader lingkungan. Selainitu dilakukan juga koordinasi denganstakeholders terkait, misalnya SukuDinas Kebersihan Jakarta Pusat, PusatTeknlogi Lingkungan-BPPT, Yayasan UliPeduli, dan Pemerintah KelurahanCempaka Putih Timur.

Sistem Pengelolaan Sampah Terin-tegrasi

RW 01 dan RW 02 KelurahanCempaka Putih Timur merupakan daerahpermukiman padat penduduk dengan

jumlah KK 1.265 atau sekitar 5.060 jiwa.Diperkirakan jumlah sampah yang dipro-duksi per harinya 15 meter kubik. Sampahwarga didominasi sampah organik 65,55persen. Sedangkan sampah lainnyaadalah sampah anorganik yang didomi-nasi sampah kertas 10,57 persen, danplastik 13,25 pesen.

48WAWASAN

Kader Lingkungan dan PSBMOleh Sri Wahyono*

No Jenis sampah Komposisi (%)1. Organik 65,552. Kertas 10,573. Plastik 13,254. Kayu 0,075. Kain 0,616. Logam 1,067. Kaca 1,918. Sampah B3 1,529. Sampah Bongkaran 0,8110. Lain-lain 4,65

KOMPOSISI SAMPAH

DI RW 01 DAN RW 02

Sumber: Program PIL KAB, 2007

Lingkungan yang bersih dan hijau di RW 01 Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat.Foto Sri Wahyono

PercikMei 2009

Sampah oleh sebagian warga dan parakader lingkungan sampah yang dihasilkandipilah untuk kemudian dikomposkan dandimanfaatkan menjadi kerajinan tangan.Residu sampahnya dibuang ke tempat sam-pah. Tempat sampah yang digunakan wargacukup beragam seperti tong plastik, drumseng, bak yang disemen, ember plastik, dankantong plastik.

Namun, sebagian besar wadah sampahyang dipakai berupa drum dan tong plastikkarena gampang dipindah dan tidak perma-

nen sesuai lingkungan jalan yang sebagianbesar berupa gang yang tidak terlalu lebardan tanpa trotoar. Wadah sampah dan kom-poster diletakkan di depan rumah atau dipinggiran jalan masuk.

Sampah dari rumah tangga yang tidakdiolah menjadi kompos kemudiandikumpulkan ke dalam gerobak sampah seti-ap 2-3 hari sekali dan diangkut ke komplekTempat Pengolahan Sampah Terpadu(TPST) Rawasari yang dikelola Dinas Ke-bersihan DKI Jakarta bekerjasama dengan

BPPT. Di TPST tersebut, sebagian besarsampah dikomposkan dan didaur ulang dansebagian lainnya dimasukkan ke TPS indooruntuk dipres dan diangkut ke TPABantargebang. Sebagian kecil residu sampahdibakar di dalam insinerator.

Pengelolaan Sampah MandiriSalah satu RT yang paling menonjol

dalam pengelolaan sampah adalah RT 04dan RT 08 RW 01. Kegiatan penghijauanlingkungan di RT tersebut telah dimulaisejak 2004 oleh ibu-ibu yang tergabungdalam dasa wisma. Tidak mengherankanapabila pada 2005 menjadi juara II LombaPenghijauan tingkat DKI Jakarta.

Selanjutnya pada 2006, kegiatan penghi-jauan dan pengelolaan kebersihan menda-patkan perhargaan dalam lomba "Green andClean 2006" yang diadakan Yayasan UliPeduli.

Dari hasil studi diketahui sebanyak 53persen kader lingkungan telah melakukanpemilahan sampah dan pengomposan setiaphari, sedangkan sebagian lainnya mela-kukannya 2-3 hari sekali. Sebanyak 89 per-sen kader lingkungan yang tidak mengom-poskan setiap hari beralasan karena jumlahsampah organiknya sedikit. Sedangkan lain-nya beralasan sibuk.

Sampah organik yang dikomposkanantara lain berupa dedaunan, sampah ta-naman hias, kulit buah, sisa potongan sayursebelum dimasak, dan sisa makanan. Jenissampah yang dominan dikomposkan berupasampah daun, kulit buah, dan potongansayuran.

Jika dilihat dari jumlah sampah yangdikomposkan, maka di RW 01 juga semakinmeningkat. Pada saat sebelum pilot projectberjalan, sampah yang dikomposkandiperkirakan hanya 624 liter per bulan,tetapi setelahnya sampah yang dikomposkanmenjadi 984 liter per bulan. Sejalan denganpeningkatan jumlah pengomposan, jumlahproduk kompos juga diperkirakanmeningkat dari 156 liter menjadi246 liter per bulannya.

Pengelolaansam-

49WAWASAN

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Rawasari pertama kali dibangun pada tahun

2000 dengan dana APBD Pemda DKI Jakarta dalamKegiatan Pengelolaan Sampah Kota secara TerpaduMenuju Zero Waste. Kegiatan tersebut dimaksudkansebagai penyediaan sarana pengelolaan sampahskala kawasan di Jakarta.

Pengelolaan TPST Rawasari dilaksanakansecara bersama antara Pusat Teknologi Lingkungan-BPPT (sebagai lembaga riset teknologi) dan DinasKebersihan DKI Jakarta. Pada tahun 2005, TPSTRawasari dikembangkan oleh BPPT dengan memper-luas bangunan pengomposan dan peningkatankegiatan operasionalnya. Selanjutnya pada 2007,di-install mesin-mesin daur ulang sampah sehinggaperformansi TPST Rawasari semakin lengkap.

Saat ini pengembangan TPST Rawasari jugadiintegrasikan dengan pengelolaan sampah berbasismasyarakat yang dilakukan RW 01 dan RW 02Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat. Didalam komplek Rawasari terdapat beberapa fasili-

tas pengelolaan sampah yaitu composting hall,berbagai mesin daur ulang sampah anorganik, TPSIndoor, dan insinerator kecil.

Saat ini, sebagian besar sampah yang tidakdiolah sendiri oleh warga RW 01 dan 02 dibawake komplek TPST Rawasari. Di TPST, sebagiansampah dikomposkan dan didaur ulang, dan seba-gian lainnya dimasukkan ke TPS Indoor untukdipres dan diangkut ke TPA Bantargebang.Sebagian kecil residu sampah dibakar di dalaminsinerator kecil.

Dengan adanya integrasi pengolahan sampah ditingkat masyarakat dan di TPST Rawasari, volumesampah yang diangkut ke TPA menjadi berkurangsehingga mengurangi ongkos pengangkutan sampahdan memperpanjang umur TPA. Selain itu, dida-patkan pula produk samping yang bermanfaatseperti pupuk kompos, produk daur ulang plastik,kertas. Model pengelolaan sampah tersebut dapatdireplikasi di tempat lainnya sesuai dengan kondisidaerahnya.

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Rawasari

Pengomposan Sampah di TPST Rawasari, Jakarta Pusat. Foto Sri Wahyono

PercikMei 2009

pah anorganik juga tidak kalahpentingnya dengan pengomposan. Sebanyak42 persen kader lingkungan menyatakantelah memanfaatkan kembali sampah plastikantara lain untuk pot dan kerajinan tangan.Sedangkan sebanyak 21 persen mengum-pulkan dan memberikannya kepada pemu-lung. Namun ternyata masih ada kaderlingkungan (sebanyak 10 persen) yangbelum memanfaatkannya dan sampah anor-ganiknya langsung dibuang ke tempat sam-pah sebagaimana residu sampah lainnya.

Sampah plastik yang dijadikan potumumnya adalah botol/gelas air mineraldan kaleng plastik cat. Sedangkan sampahplastik yang biasanya dibuat kerajinanadalah plastik kemasan yang tebal danberpenampilan bagus.

Salah seorang kader lingkungan,Hendrik warga RT 08/RW 02, telahmemanfaatkan secara khusus kaleng plastikcat untuk bahan baku komposter yangdipesan Yayasan Uli Peduli untuk dise-barkan di berbagai tempat di Jakarta. Kalengcat tersebut didesain sedemikian rupa dandicat warna-warni sehingga penampilannyamenarik.

Sementara itu, kader lingkungan TriDarmayanti warga RT 08/RW 02, telahmendapatkan pelatihan khusus pembuatankerajinan tangan berbahan baku plastikkemasan dari Yayasan Uli Peduli. Produkkerajinan tersebut berupa tas, dompet, tem-pat tisu, taplak meja, karpet, dan sebagainya.Ia mendapatkan pula bantuan mesin jahitdari Yayasan Uli Peduli. Produk-produk ke-rajinan tersebut dijual di beberapa pusat-pusat pertokoan di Jakarta.

Seperti halnya di Banjarsari (JakartaSelatan), di lokasi tersebut juga memilikimotivator pengelolaan sampah seperti hal-nya Harini Bambang Wahono. Usianya punhampir sama yaitu 70 tahun, tetapi sema-ngatnya masih menyala-nyala.

Pesan Gubernur DKI JakartaUntuk mensosialisasikan pengelolaan

sampah berbasis masyarakat di Jakarta,diadakanlah sebuah acara yang dihadiriGubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo padaawal 2008. Pada acara tersebut, Gubernur

mencanangkan "Gerakan PengelolaanSampah Berbasis Masyarakat".

Rangkaian acara tersebut meliputi kun-jungan Gubernur DKI Jakarta besertastafnya ke RW 01. Setelah itu, Gubernur ber-jalan kaki menuju kompleks TPST Rawasariyang berjarak sekitar 200 meter. Di TPSTtersebut Gubernur meninjau kegiatan pe-ngomposan dan daur ulang sampah skalakawasan dan ke TPS Indoor. Acara kunjung-an ke berbagai tempat tersebut dilanjutkandialog dengan warga Jakarta tentang per-

masalahan lingkungan yang dihadapi.Gubernur Fauzi Bowo dalam sambutan-

nya mengatakan melibatkan peran sertakader lingkungan dan warga masyarakatsangatlah efektif dalam mereduksi sampahsehingga biaya trasportasi sampah semakinefisien dan umur TPA Bantargebangsemakin panjang. "Disamping itu, meli-batkan masyarakat untuk mengolah sampahmemberikan manfaat bagi masyarakat itusendiri," katanya.

Gubernur mengakui butuh waktu pan-jang menumbuhkan kesadaran masyarakatuntuk mengolah sampahnya secara mandiri.Oleh karena itu diperlukan pimpinan komu-nitas dan kader-kader lingkungan yangtekun untuk menumbuhkan kesadaranwarga mengolah sampahnya sendiri.

50WAWASAN

Sampah plastikyang dijadikan potumumnya adalah

botol/gelas air mineraldan kaleng plastik cat.

Sedangkan sampah plastikyang biasanya dibuat

kerajinan adalah plastikkemasan yang tebal

dan berpenampilan bagus.

*Sri WahyonoPeneliti dan praktisi pengomposan sampah kota

di Pusat Teknologi Lingkungan-BPPT. Saat ini sedangmelakukan studi S3 di Program Studi Ilmu Lingkungan,

Universitas Indonesia.

DIAGRAM PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU

DI KELURAHAN CEMPAKA PUTIH TIMUR, JAKARTA PUSAT.

PercikMei 2009

Kini sampah bukan lagi persoalanremeh. Sampah sudah menjadimasalah besar. Masalah besar ini

antara lain dipicu dari jumlahnya yangkian hari kian besar, pengelolaannya yangtidak menyeluruh dari hulu hingga hilir,perilaku tidak peduli oleh masyarakat.Ketiga faktor ini menjadikan sampahtidak saja berpotensi menyumbat berba-gai saluran air, tetapi mengundang berba-gai bibit penyakit yang justru berbalikmenyerang kesehatan masyarakat sen-diri.

Di negara-negara maju, sampah telahmenjadi tanggung jawab pemerintahdalam hal pengelolaannya dari hilir sam-pai hulu. Dengan dukungan perilakumasyarakat yang peduli dalam mena-ngani sampah, tidak terjadi hal-hal yangmengkhawatirkan berkenaan dengansampah. Justru sampah telah diubahmenjadi barang ekonomis untuk berbagaikeperluan. Masyarakat dapat hidup sehatdan nyaman, dan pihak pengelola sampah(swasta ataupun pemerintah) diun-tungkan dengan pengelolaan yang benar.

Persoalannya, bagaimana dengan pe-merintahan Indonesia yang belum bisamenangani sampah secara tuntas? Se-ringkali terdengar kabar sampah menjadibencana bagi lingkungan bahkan secaralangsung telah merenggut nyawa manu-sia. Mulai tersumbatnya saluran air,bertebarannya sampah di tempat pem-buangan sampah seperti yang sangatmengganggu di Bandung, hingga tewas-nya beberapa pemulung dan warga di se-kitar TPA Leuwigajah.

Mengapa begitu pentingnya pengelo-laan sampah ini? Jawabnya sederhana,sebab sampah secara terus-menerus

dihasilkan setiap manusia dalam setiapharinya. Terutama di kota besar sepertiJakarta yang setiap harinya menghasilkansampah, tanpa diimbangi pengelolaanyang memadai, sampah akan menjadimasalah terbesar di kota selain kemacet-annya. Betapa buruknya dampak sampah,sebab sampah tidak hanya mengganggupemandangan dan memakan tempat yangtidak sedikit, tetapi yang paling mendasarsampah menyebabkan munculnya berba-gai penyakit dan merusak lingkungan.Mulai penyakit kulit hingga penyakit yangmenyerang organ dalam manusia, teruta-ma pernapasan. Terlebih lagi sampah,terutama di kota besar yang didominasi

sampah pabrik yang sulit terurai olehtanah dan membutuhkan ratusan tahununtuk terurai dalam tanah. Jelas sampahadalah masalah krusial dalam rangkamewujudkan lingkungan hidup yangsehat.

Berdasarkan data Dinas KebersihanKota Semarang, timbunan sampah di kotaSemarang pada tahun 2005 sebanyak75,71 persen atau 2.650 m3 berasal daripermukiman atau rumah tangga, sampahdari pasar menempati 13,57 persen atau500 m3, sedangkan sisanya berasal daridaerah komersial (pertokoan, restoran,hotel), fasilitas umum, sapuan jalan,kawasan industri, dan saluran. Sementaramenurut catatan Dinas KebersihanProvinsi DKI Jakarta, tiap orang di kotaini menghasilkan sampah rata-rata 2,9liter per hari. Dengan penduduk sekitar12 juta jiwa, termasuk para komuter, tiaphari mereka menimbun 26.945 meterkubik atau sekitar 6.000 ton sampah.Dengan jumlah sampah sebesar itu,Lapangan Monas sanggup ditutup hanyadalam waktu 40 hari dengan ketinggian 1meter!

Sementara itu dari sisi pemerintahsendiri, belum ada kebijakan yang kom-prehensif dan tegas dalam hal pengelo-laan sampah. Belum ada pengelolaansampah dalam jumlah keseluruhan disebuah kota seperti Jakarta sehinggasampah tidak terbuang percuma di TPA(tempat pembuangan akhir). Sebab seca-ra praktis sampah sendiri tidak ada yangbisa dimanfaatkan kembali. Sampahmemiliki nilai yang besar dari sisiekonomis, baik sampahorganik maupunsam-

51WAWASAN

Masyarakat Sebagai HuluPenyelesaian Sampah

Oleh Imam Muhtarom*

Sebuah truk pengangkut sampah warga kota.Foto Bowo Leksono

PercikMei 2009

pah anorganik.Dengan jumlah sebesar itu dan

menimbang belum tuntasnya programpemerintah dalam mengelola sampah,maka peran masyarakat sebagai penghasilsampah terbesar menjadi penting untuksecara dini bisa mengelolanya.

Sistem manajemen persampahanyang dikembangkan harus merupakansistem manajemen yang berbasis padamasyarakat yang dimulai dari pengelo-laan sampah di tingkat rumah tangga.Menerapkan 4 R (reuse, recycle, reduce,dan replace) dapat dijadikan alternatifpengelolaan sampah yang mudahdilakukan oleh masyarakat.

Berikut jabaran dari 4 R tersebut:Reduce: melakukan minimalisasibarang yang dipergunakan.Pasalnya, semakin banyak kitamenggunakan material semakinbanyak pula sampah yangdihasilkan.Reuse: memilih barang-barang yangbisa dipakai kembali dan hindaripemakaian barang yang hanya bisasekali dipakai. Recycle: barang-barang yang sudahtidak terpakai didaur-ulang ataudijadikan barang baru yang lebihberguna.Replace: mengganti barang-barangyang lebih tahan lama dan ramahlingkungan.

Sampah organik adalah sampah yangdapat diuraikan oleh mikroba atau yangdapat membusuk (daun, sisa makanan,sayuran dan lain-lain) sedangkan sampahanorganik adalah sampah yang sukar di-uraikan (plastik, karet, dan lain-lain).

Pengalaman Dusun Ngemplak CabanSangat penting memahami bagaimana

masyarakat dilibatkan dalam menyele-saikan sampah di wilayahnya. WargaDusun Ngemplak Caban, Desa Tridadi,Kecamatan Sleman melanjutkan hasilbimbingan dari Kelompok ProgramKreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdi-an Masyarakat (KPM) Jurusan SosiatriFisipol UGM, berupa pengembangan la-

boratorium pengelolaan sampah. Modalsosial dan pemberdayaan masyarakat,menjadi inti kinerja laboratorium itu.

Hempri Suyatna, S.Sos MSi, Ketua RTdi Ngemplak Caban mengungkapkan halitu. Menurutnya, berdirinya laboratoriumpengelolaan sampah di kampungnyatersebut merupakan upaya mengem-bangkan model pengelolaan sampahmandiri berbasis masyarakat.

"Penekanannya pada pemberdayaanwarga dalam mengelola sampah, yangsemula menjadi masalah diubah menjadiproduk bernilai ekonomis. Model inimerupakan solusi, seperti yang diharap-kan Pemerintah Provinsi DIY danPemerintah Kabupaten Sleman," ujarHempri.

Ketika itu Kelompok KPM-FisipolUGM yang beranggotakan Mesiyarti,Yohan Kartika, Ika Rahayu, Rina Sumantidan Reni Shintasari mengajari wargaNgemplak Caban untuk memilah sampahsesuai jenisnya. Selanjutnya mengubah-nya menjadi barang yang berguna danbernilai ekonomis. Hal ini disambut posi-tif oleh karang taruna dan kelompok tanisetempat.

Kini, Karang Taruna Ngemplak Cabanbersama dengan Kelompok Tani KaryaManunggal dan Kelompok Ternak Suburmembentuk tim pengelolaan pupuk kom-pos dan organik. "Sudah ada dua jenispupuk organik yang berhasil mereka buat,yakni yang dari kotoran ternak dan yangdari limbah organik rumah tangga," lan-jut Hempri.

Kegiatan mengelola sampah ternya-

ta juga menggerakkan ide dan pember-dayaan kaum perempuan di NgemplakCaban. Jenis sampah lain yang berwujudaluminium foil, digarap para ibu rumahtangga setempat menjadi berbagaimacam produk kerajinan. Seperti tas,dompet, tempat koran, tempat hand-phone dan tempat alat tulis. Bahkanmereka sedang mencoba membuat lemaridan jas hujan dari bahan yang sama.

"Desain dan model produk yang ino-vatif ini muncul dari kreativitas wargakami. Uji coba pemasarannya juga telahmemperlihatkan hasil yang baik dan di-sambut konsumen. Produk pupuk orga-nik dan kerajinan dari aluminium foil initelah dipamerkan dalam Lomba PotensiDesa Tingkat Kabupaten Sleman di BalaiDesa 5 Juni 2007 lalu," kata Hempri.

Warga di Dusun Sukunan, DesaBanyuraden, Kecamatan Gamping yangpertama kali berhasil mempelopori pe-ngelolaan, pemilahan dan pemanfaatansampah berbasis pemberdayaan masya-rakat. Hal ini lalu dicontoh pula olehwarga Padukuhan Mulungan Wetan, DesaSendangadi, Kecamatan Mlati. Hinggasaat ini kegiatan di kedua lokasi itu masihberjalan dan semakin berkembang.

Pengalaman dari dua desa ini sesung-guhnya bisa diadopsi seluruh wargamasyarakat baik yang berada di kotamaupun di desa. Di kota sendiri sesung-guhnya sangatlah potensial untuk dilaku-kan kegiatan semacam ini. Sebab kota se-lain jumlah sampahnya lebih besar dari-pada masyarakat desa, juga jenis sampah-nya tergolong variatif sehingga upayadaur ulang ini secara ekonomis juga men-janjikan. Selain lingkungan bersih darisampah dan karena itu sehat, warga dapatmeningkatkan pendapatan dari nilai eko-nomis yang didapat dari sampah.

*Penulis adalah pemerhati lingkungan

52WAWASAN

PercikMei 2009

Sampah organik adalahsampah yang dapat

diuraikan oleh mikrobaatau yang dapat membusuk

(daun, sisa makanan,sayuran dan lain-lain)

sedangkan sampah anorganikadalah sampah yang sukardiuraikan (plastik, karet,

dan lain-lain).

53WAWASAN

Sampah B3 Rumah TanggaM

engapa kita membahas sam-pah B3 (Bahan Beracun danBerbahaya)? Bukankah sam-

pah B3 biasanya dibicarakan di kawasan-kawasan industri? Mungkin kita perlumengenal terlebih dahulu apa itu yangdimaksud dengan sampah atau limbahB3.

Menurut Peraturan Pemerintah No.19/1994 tentang Pengelolaan LimbahBerbahaya dan Beracun, definisi limbahB3 adalah:

Limbah bahan berbahaya dan bera-cun, disingkat limbah B3, adalah setiaplimbah yang mengandung bahan berba-haya dan/atau beracun yang karenasifat dan/atau konsentrasinya dan/ataujumlahnya, baik secara langsungmaupun tidak langsung dapat merusakdan/atau mencemarkan lingkunganhidup dan/ atau dapat membahayakankesehatan manusia.

Menurut PP tersebut, limbah yang ter-masuk kategori limbah B3 adalah limbahyang memenuhi salah satu atau lebih ka-rakteristik sebagai berikut: (a) mudahmeledak, (b) mudah terbakar, (c) bersifatreaktif, (d) beracun, (e) menyebabkaninfeksi, (f) bersifat korosif, dan (g) limbahlain yang apabila diuji dengan metodetoksikologi dapat diketahui termasukdalam jenis limbah B3. Satu lagikarakteristik limbah B3 adalah persistenatau bandel atau sukar dibersihkan ataudipulihkan.

Sampah B3 RumahTangga adalah istilahyang digunakanuntuk produk-produk kimiawiyang diman-faatkan dalamk e g i a t a nrumah tangga

dan sudaht i d a k

dapat digunakan lagi sesuai fungsinya. Produk-produk dan senyawa-senyawa

kimiawi yang digunakan dalam produk-produk tersebut menunjukkan karakteris-tik yang sama berbahayanya dengan lim-bah berbahaya beracun secara umumkarena sifat-sifatnya yang reaktif, mudahterbakar, korosif, toksik, dan persisten.Contoh-contoh produk rumah tanggayang tergolong berpotensi menjadi sam-

pah B3 antara lain pembersih saluran(drain cleaners), cat, oli, racun-

racun serangga, obat nyamuk,herbisida, obat pembasmi

kutu hewan, lampu floures-cent, baterei, barang-barang elektronik, terma-suk komputer dan telpongenggam.

Bagaimana mengenali Produk B3 dirumah tangga?

Kenali label dalam kemasan: Beracun menunjukkan tingkat ba-haya yang tinggi. Beracun berartiproduk tersebut sangat toksik dandapat menyebabkan sakit ataukematian apabila tertelan, terhirup,atau terserap melalui kulit.Berbahaya berarti produk tersebutsangat beracun, mudah terbakar, ataukorosif. Carilah kata "berbahaya" padaproduk-produk pembersih, polishes,cat, racun serangga dan obat nyamuk."Berbahaya" berarti produk dapatmeracuni Anda, menyebabkan dam-pak yang serius terhadap kulitatau mata, atau de-n g a n

PercikMei 2009

InternalPhosphorCoating

MercuryInsert Gas

GlassTube

Electrode

ContactPins

ISILAMPUTABUNG

Foto-foto: Istimewa

mudah dapat menyulut api ataukebakaran.Peringatan dan Kehati-hatian (cau-tions) keduanya menunjukkan bah-wa produk tersebut bersifat korosif,reaktif atau mudah terbakar.

Produk-produk yang tidak memilikilabel seperti ini dapat dikategorikan tidakterlalu berbahaya.Yang tergolong sampah B3 rumah tanggaantara lain:

a. Produk-produk Pembersih: semuaproduk pembersih, produk-produkanti-bakteri dan disinfektan, pemu-tih, bubuk atau cairan pembersihsaluran, pemoles furnitur, pember-sih logam, pembersih karat, pember-sih toilet, pembersih keramik.

b. Produk yang mengandung Mercury:lampu-lampu flourescent, termometer

c. Baterei: batu baterei.d. Pestisida rumahtangga: obat nya-

muk semprot/bakar.

e. Barang-barang rumah tangga lain-nya: pembunuh semut, pembunuhserangga, shampoo obat kutu, racuntikus, asbestos, cairan pemadamkebakaran.

Produk-produk rumah tangga di ataswaktu masih digunakan mengandungkimiawi yang berbahaya. Sehingga waktuhabis pakai, bekas kemasan atau produkitu sendiri masih dianggap berbahaya ka-rena mengandung senyawa-senyawa ka-tegori B3.

Misalnya lampu CFL, saat masih ber-fungsi tidak berbahaya, tapi saat diapecah, mercury yang ada dalam lampuakan keluar ke lingkungan dan berpoten-si membahayakan kesehatan.

Beberapa rumah tangga dan keluargayang sudah paham dan peduli soal sam-pah B3 sudah mulai memisahkan sam-pah-sampah produk di atas dalam wadahterpisah di rumah masing-masing. Sayasendiri di rumah sudah menyimpan 2kaleng, menggunakan bekas wadah kue,batu baterai bekas yang digunakan dirumah dan satu kaleng lampu CFL.

Masalahnya pengangkutan sampah dikota saya belum mengakomodasi peri-

laku warga yang sudah sadar sampahB3. Jadi disimpan saja dulu sampaiada Dinas Kebersihan dan TPApunya tempat khusus untuk B3rumah tangga dalam waktu

dekat. Yuyun Ismawati

54WAWASAN

PercikMei 2009

Foto-foto: Istimewa

Membuat bersih wajah suatu kotabukanlah hal yang mudah karenabutuh komitmen dan kesadaran

tinggi dari para pelakunya. Penyelenggarapemerintahan daerah, swasta dan LSM,institusi pendidikan, media massa serta yangterpenting masyarakat yang merasa memili-ki kota sebagai tempat hunian.

Tentu, tak ada satu pun kota atau daerahyang tidak menginginkan wilayahnya bersihdan nyaman dipandang mata. Karena itujuga, tidak ada satu pun kota yang pemerin-tahnya tidak memiliki program kebersihankota. Persoalannya adalah apakah programitu menjadi program bersama yangdirasakan oleh masyarakat atau hanya for-malitas program yang berasal dari pemerin-tah daerah. Selain program kebersihan yangmutlak harus mendapat dukungan penuhdari masyarakat berupa komitmen dankesadaran, faktor yang turut menentukan

keberhasilan adalah keter-sediaan ang-

garan yang memadai dan regulasi yang men-dukung.

Semua faktor pendukung keberhasilanprogram kebersihan kota tersebut belumtentu dimiliki semua kota atau daerah diIndonesia. Karena itu, ada kota yang berhasilmewujudkan impiannya menjadi kota yangbersih dan sehat dan masih banyak kotayang jauh dari kata bersih.

Kota Tarakan, Provinsi KalimantanTimur adalah salah satu contoh kota yangtergolong kota sedang, yang cukup berhasilmewujudkan kota bersih. Pantas selama duatahun berturut, 2007-2008, PemerintahPusat melalui Kementerian LingkunganHidup menganugerahi Kota Tarakan pialaAdipura kategori kota sedang.

Sejak tahun 1999, Tarakan memilikiwalikota yang sangat peduli pada kebersihankota. Bahkan di awal kepemimpinan waliko-ta dr. H. Jusuf Serang Kasim itu, programutama dan pertama adalah bagaimana me-ngurangi sampah kota secepatnya. "Wajahkota yang bersih mencerminkan penghu-ninya," katanya.

Sebagai kota pusat perdagangandan pintu ger-

bang kedua di Kalimantan Timur setelahBalikpapan, Tarakan menjadi semakinstrategis. Siapapun yang datang ke kota itu,kesan pertama yang tertangkap adalahkebersihan, kenyamanan, dan keramahankotanya. Sehingga akan banyak orang berin-vestasi dan menghidupkan sektor pariwisa-ta.

Komitmen Pemerintah Kota danMasyarakat

Dalam rangka mendukung program ke-bersihan, Pemerintah Kota Tarakan mener-bitkan regulasi berupa Peraturan DaerahNomor 13 Tahun 2003 tentang PenertibanKebersihan Kota. Peraturan daerah inimengikat seluruh warga sehingga kebersih-an terasa menjadi tanggung jawab bersama.

Pada Perda tersebut, yang mengatur soalpersampahan, bahwa masyarakat diharus-kan membuang sampah pada jam-jam yangsudah ditentukan setiap harinya. Untuk pagihari pukul 06.00 - 08.00 WITA dan sore haripukul 17.00-20.00 WITA. Sementara peme-rintah kota dalam hal ini Dinas Kebersihan,Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) me-ngangkut sampah dari Tempat PembuanganSementara (TPS) ke TPA antara pukul08.00-10.00 dan 20.00-22.00 WITA.

"Pengaturan pembuangan dan peng-angkutan itu diharapkan sampah palinglama di TPS hanya sekitar dua jam sehinggaefektif dan lingkungan tidak bau," kataKepala DKPP Drs. Ibrahim Adam, M.Si.

Dalam sehari, sampah di Kota Tarakanmencapai 400 kubik atau sekitar 150-160ton. Jumlah tersebut dirasa mustahil bila ha-nya dibebankan kepada DKPP karena perso-alan sampah menjadi tanggung jawab bersa-ma. "Apakah kita siap menunggu gunungsampah atau kita harus melakukan pengelo-laan?," ujar Walikota Tarakan Jusuf SK.

Bila pilihannya adalah tidak siap ketikasampah sudah menggunung, mengelolasampah menjadi sesuatu yang mutlak.Untuk itulah, sejak tahun 2006, programPengelolaan Sampah Berbasis Masya-rakat/Komunitas di Kota Tarakan direali-sasikan.

Selain anggaran dari APBD dan APBN,Pemerintah Kota Tarakan juga menggan-deng kerjasama dengan LSM BORDA danBALIFOKUS dalam melakukan PSBM

55PRAKTEK UNGGULAN

TARAKANMewujudkan Kota Bersihdengan Mengolah Sampah

Pintu gerbang Kota Tarakan, Kalimantan Timur dihiasi tugu piala beragam penghargaan.Antara lain piala Adipura. Foto Bowo Leksono

PercikMei 2009

melalui program KIPRAH (Kita Pro-Sampah). Sementara pilot project ada diempat wilayah, yaitu RT 03 KelurahanKarang Anyar, RT 16 Kelurahan KarangAnyar Pantai, Kelurahan Karang Rejo, danKelurahan Kampung Enam.

Pada prinsipnya, pengelolaan sampah ditingkat rumah tangga atau komunitas adalahdengan pemilahan. Salah satunya denganmelakukan pengelolaan sampah berupakomposting. "Sekarang ini di Tarakan adasekitar 500 pejuang lingkungan yangmelakukan pengelolaan sampah berupakomposting di rumah tangga denganmetode Takakura," ungkap Ibrahim.

Untuk terus memotivasi masyarakat danmemancing masyarakat lain dalam menge-lola sampah, DKPP bekerjasama denganRadar Tarakan menggelar lomba Green andClean setiap tahunnya. Tahun ini, lombakebersihan tingkat RT dan kelurahan inisudah memasuki tahun ketiga.

Setelah terseleksi menjadi 20 besar, un-tuk mendapatkan 10 besar, salah satu poinpenilaian adalah bagaimana RT-RT tersebutmelakukan Pengelolaan Sampah BerbasisMasyarakat. "Itu bentuk dari sosialisasi dankampanye kami untuk PSBM," jelas Ibra-him.

Untuk mengakomodasi komitmenwarga yang telah memilah sampahnya men-jadi 2 jenis, sampah organik dan anorganik,Pemerintah Kota Tarakan juga sudahmenyediakan truk pengangkutan yangsesuai. Truk warna kuning untuk sampahanorganik, truk warna biru untuk sampahorganik dengan maskot Bekantan.

Pola untuk memancing masyarakatberlomba-lomba dalam pengelolaan sampahtingkat rumah tangga dan komunitas, yangpertama menerapkan adalah Kota Surabayadi tahun 2005. Kota ini dinilai berhasil kare-

na dukungan semua unsur, mulai dariPemerintah Kota, swasta (Unilever

P e d u l i ) ,

media massa (Jawa Pos), LSM, institusi pen-didikan, dan tentunya masyarakat KotaSurabaya.

Keberhasilan Kota Surabaya dalammewujudkan kota yang bersih tidak hanya dijalur kota tapi masuk hingga ke kampung-

kampung menjadi contoh kegiatan serupa dikota-kota lain di Indonesia. Unilever Peduli,program Corporate Social Responsibility(CSR) dari PT Unilever TBK, terus mengawalprogram PSBM di kota-kota lain.

Strategi Mengatasi Soal SampahSampah adalah salah satu persoalan

rumit yang dimiliki setiap kota.Persoalan sampah

ini selalu menjadi PR yang tidak segera terse-lesaikan. Beragam strategi diterapkan,namun tidak membuahkan hasil yang mak-simal.

Anggaran dan sumber daya manusiayang terbatas jelas menjadi kendala dalammenyelesaikan soal sampah. Dan Surabaya,sebagai kota terbesar kedua di Indonesiamempunyai strategi yaitu dengan memper-baiki regulasi, menguasai teknologi dan me-nerapkannya, dan mengedukasi masyarakat.

Penerapan program Pengelolaan Sam-pah Berbasis Masyarakat (PSBM) adalahwujud dari edukasi masyarakat Kota Sura-baya. Hasilnya, ribuan kader lingkungantelah tercipta di setiap kelurahan. "Di-harapkan kader-kader peduli sampah iniakan meningkat menjadi peduli lingkungan.Mereka menjadi kader untuk dirinya sendiridan untuk lingkungannya," tutur WalikotaSurabaya Drs. Bambang Dwi Hartono, MPd.

Kader-kader lingkungan di masyarakatini mendapat bimbingan dari para fasilitatordan motivator. Puncak dari program PSBMadalah lomba Green and Clean yang menda-pat dukungan penuh dari Pemerintah KotaSurabaya. Gema dari lomba kebersihantingkat RT dan kelurahan ini mampu mem-pengaruhi hampir seluruh RT dan kelurahanyang ada di Kota Surabaya.

"Pada akhirnya, program PSBM ini tidakhanya menjadi milik Unilever Peduli ataumilik Pemerintah Kota Surabaya semata. Ta-pi menjadi program bersama karena untukkepentingan bersama," ungkap KoordinatorTim Yayasan Unilever Indonesia NunukMaghfiroh.

Bagi masyarakat Kota Surabaya, teknolo-gi yang diandalkan dan sudah diterapkan dibanyak kota adalah keranjang Takakurauntuk mengelola sampah menjadi komposdi tingkat rumah tangga.

Sementara peraturan daerah terbaru diKota Surabaya, terkait pelanggaran mem-buang sampah sembarangan yang masihdigodok adalah yang menerapkan sanksiberupa pemblokiran KTP. Sanksi yang sa-ngat tegas bagi pelanggarnya.

Bowo Leksono

56 PRAKTEK UNGGULAN

Seorang ibu rumah tangga di Kota Tarakansecara sederhana membuat kompos dari

sampah dapur. Foto Bowo Leksono

PercikMei 2009

Salah satu komitmen dan kepeduliansuatu perusahaan atau Badan UsahaMilik Negara (BUMN) di bidang

sosial dan lingkungan, mewujud dalam ben-tuk Corporate Social Responsibility (CSR)yang memang sudah diatur dalam undang-undang. Saat ini, perusahaan atau korporasiseperti berlomba-lomba menjalankan CSR-nya sebagai upaya memberikan kontribusipada pembangunan bangsa.

Selain bidang sosial, pendidikan, dankesehatan, bidang lingkungan kerap menjaditujuan penerapan CSR. Tidak bisadipungkiri bahwa manusia hidup tak lepasdari lingkungannya, karena itu dimana kitaberada harus selalu menjaga kelangsunganhidup lingkungan sekitar.

PT Unilever Indonesia, Bank Danamon,PT Telkom, dan PT Tetra Pak adalah contohkorporasi yang telah menerapkan pertang-gungjawaban sosialnya di bidang ling-kungan. Dengan membentuk divisi tersen-diri berlabel 'peduli', para korporasi itu su-dah menjalankan kepeduliannya hampir keseluruh wilayah Nusantara.

Kepedulian KorporasiBerkaitan dengan kepedulian terhadap

lingkungan, merujuk Undang-UndangNomor 18 Tahun 2008 tentang PengelolaanSampah pada Pasal 14 dikatakan, "Setiapprodusen harus mencantumkan label atautanda yang berhubungan dengan pengu-rangan dan penanganan sampah padakemasan dan/atau produknya". SementaraPasal 15 berbunyi, "Produsen wajib mengelo-la kemasan dan/atau barang yang dipro-duksinya yang tidak dapat atau sulit teruraioleh proses alam".

Pada Pasal 15, yang dimaksud denganmengelola kemasan adalah berupapenarikan kembali kemasan untuk didaurulang dan/atau digunakan ulang. Salah satuperusahaan yang produknya sudah berwa-wasan lingkungan yaitu dengan kemasanyang ramah lingkungan adalah produk Bo-dyshop.

Dalam memanfaatkan dana CSR, tam-paknya para korporasi sudah menyadaribahwa masyarakat tidak akan mempanhanya sekedar diberi bantuan dan setelah itu

ditinggalkan. Pola sinterklas yang hanyamembagi-bagikan barang atau uang, jelassudah tidak sesuai dengan kondisi masya-rakat saat ini.

Karena hasilnya bisa dipastikan, biladalam bentuk bantuan barang atau bangun-an, tidak akan difungsikan sebagaimanamestinya. Sementara masyarakat akan kem-bali melakukan kebiasaan hidup buruksehari-hari.

Meskipun tetap dengan perjuangan,membiasakan masyarakat untuk hidupbersih dan sehat dengan mengelola sampah,adalah dengan pola edukasi melalui pember-dayaan masyarakat agar mengelola sampahdengan jalan memilah dan mendaur ulang.

PT Unilever Indonesia, yang sebagianbesar produknya menguasai konsumen diIndonesia, lewat Unilever Peduli-nya pada2005 masuk ke Kota Surabaya, tepatnya disalah satu RT di Kelurahan Jambangansebagai pilot project.

"Kuncinya adalah memberdayakanmasyarakat untuk mengelola sampahmandiri, karena masyarakat adalah agenperubahan," tutur Nunuk Maghfiroh, koor-dinator tim Yayasan Uni Peduli Surabaya.

Strategi edukasi melalui pemberdayaanmasyarakat dalam mengelola sampah kelu-arga yaitu memilah untuk kemudian diolah,ternyata berhasil mengurangi persoalansampah kota secara signifikan. Dan yanglebih penting adalah Unilever Peduli yangdidukung penuh pemerintah kota dan mediamassa setempat, mampu secara sporadismempengaruhi masyarakat untuk sadarlingkungan dengan program utama lombaGreen and Clean tiap tahunnya.

Setahun keberhasilan Unilever Pedulimembangun kebersihan Kota Sura-baya dan terus berlanjuthingga saat ini.

57PRAKTEK UNGGULAN

Membiasakan masyarakat membuat kompos di rumah tangga merupakan upaya Yayasan Unilever Pedulipada program PSBM. Foto koleksi Uli Peduli

CSR untukPengelolaan Sampah

PercikMei 2009

Pada tahun 2006, Unilever merambahIbukota Jakarta, disusul Daerah IstimewaYogyakarta pada tahun 2007, kemudianMakassar di tahun 2008, dan tahun inimereplikasi di Kota Medan, Bandung danBanjarmasin.

PT Unilever mereplikasi ke berbagai kotabesar di Indonesia karena pada dasarnyasetiap kota memiliki permasalahn sampahdan setiap kota bisa melakukan programpengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Environment Program Manager PTUnilever Indonesia Tbk Silvi Tirawaty, me-ngatakan Unilever mempunyai keterbatasanuntuk memasuki setiap kota di Indonesia."Kriteria yang kami pilih adalah kota-kotabesar yang memang mempunyai perma-salahan pelik sehingga pemberdayaan ma-syarakat mempunyai dampak signifikan ter-hadap permasalahan sampah kota," ungkap-nya.

Menurut Silvi, Unilever mempunyaipekerjaan rumah karena sebagai produsenmenghasilkan kemasan dan ketika sampaike tangan konsumen akan menjadi sampahyang dapat merusak lingkungan. "Kamiberusaha mengedukasi masyarakat bahwakemasan produk itu tidak seharusnya men-jadi sampah tapi bisa digunakan kembali,"ujarnya.

Model pemberdayaan masyarakat initernyata belum begitu terlihat pada CSRyang dilakukan PT Telkom dan PT Tetra Pak,perusahaan penghasil kemasan minumanyang cukup mengusai pasar di Indonesia.Kedua perusahaan ini masih menerapkanpertanggungjawaban sosialnya dengan caramemberi bantuan berupa barang sepertitong atau truk sampah, dana, atau fasilitaskebersihan untuk masyarkat.

Sementara Bank Danamon, sebuahperusahaan perbankan swasta di Indonesiamelalui Danamon Peduli, juga telah me-replikasi CSR-nya untuk pengelolaan sam-pah berbasis masyarakat (PSBM) di pasar-pasar tradisional di Indonesia.

Pada tahun 2007, Danamon Peduliberhasil menyulap kebersihan di tiga pasar

tradisional di Ciputat, Tangerang, Bantul,Yogyakarta, dan Sragen, Jawa Timur.Melalui Program Danamon Go Green yaituprogram konversi sampah organik pasar tra-disional menjadi pupuk organik (kompos)berkualitas tinggi, Danamon Peduli tahun inimenyiapkan Rp 2,1 miliar dari keseluruhandana CSR sebesar Rp 10 miliar untuk 31pasar tradisional.

Kerjasama Berbagai PihakKecil kemungkinan suatu program

dijalankan tanpa dukungan berbagai pihakakan berhasil dengan kualitas yang bagus.Dalam pemberdayaan masyarakat bidangpengelolaan sampah, dana CSR tidak akanberarti apa-apa tanpa dukungan dari peme-rintah daerah setempat.

Karena sebenarnya, masalah sampahsalah satunya adalah menjadi tanggungjawab pemerintah daerah, namun kemam-puan finansial maupun SDM tentu terbatas.Disinilah dibutuhkan kerjasama pihakswasta, perguruan tinggi, media massa, dankesadaran masyarakat sendiri.

Direktur Eksekutif Danamon Peduli RisaBhinekawati menegaskan, Program Da-namon Go Green ini salah satu syaratnyaharus ada komitmen dari kepala daerahdalam menjamin kesuksesan dan kesinam-

bungan program. "Kalau Danamon hanyasebagai donasi, ya kami tidak mau. Tapiharus bersama-sama karena program iniberdampak jangka panjang," ujarnya.

Kompensasi bagi PerusahaanBaik secara langsung maupun tidak lang-

sung, pelaksanaan Corporate Social Res-ponsibility jelas akan mempengaruhi suatuperusahaan dari sisi bisnis. Minimal, CSRsebagai wujud tanggung jawab atau bahkankewajiban kepada masyarakat setelah sekianlama memperoleh keuntungan yang jugadatang dari masyarakat.

Silvi mengatakan, corporate imageimbas dari penerapan CSR menempati po-sisi yang sangat signifikan. "Apabila imageperusahaan bagus, maka roda perusahaanyang lain menjadi optimum, misal karyawanyang menjadi bangga sehingga bekerja lebihbaik lagi juga karena penilaian masyarakatterhadap perusahaan," katanya.

Begitu pun yang diungkapkan Risa.Menurutnya, meskipun tidak bertujuanberhitung, Danamon akan dikenal sebagaiperbankan yang peduli pada kesejahteraanmasyarakat. "Perbaikan komunitas pasarjuga merupakan investasi sosial bagi BankDanamon," ungkapnya. Bowo Leksono

58PRAKTEK UNGGULAN

PercikMei 2009

Merubah wajah pasar tradisional menjadi bersih dan rapi merupakan upaya Yayasan Danamon Peduli.Foto: koleksi Yayasan Danamon Peduli

Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) merupakan salah satu sta-keholder dalam program Penge-

lolaan Sampah Berbasis Masyarakat(PSBM) di berbagai lokasi. LSM mem-fungsikan dirinya sebagai penggerak/ini-siator sekaligus motivator bagi masya-rakat dalam mengelola lingkungan yangbersih dan sehat.

Ada beragam LSM yang peduli danmelakukan penggerakan masyarakatuntuk mengelola sampah. Biasanya prog-ram PSBM ini merupakan bagian dariprogram besar pengelolaan kebersihanlingkungan.

Seperti yang dilakukan Environmen-tal Services Program (ESP). Dalam pene-rapan programnya, ESP bekerja dengansejumlah mitra untuk meningkatkankesehatan melalui perbaikan manajemensumber daya air dan perluasan akses airbersih dan sanitasi kepada masyarakat.

Sementara tujuan dari kegiatan ESPadalah meningkatkan kesehatan masya-rakat melalui air dan sanitasi. Fokus pro-gram ESP adalah pada keterkaitan antarakualitas lingkungan serta dampaknyapada kesehatan dan sampah yang meru-pakan salah satu mata rantai penyebarankuman penyakit, khususnya diare yangdapat menurunkan kualitas kesehatanmasyarakat.

Program pengelolaan persampahanbagi LSM Mercy Corps merupakan salahsatu kegiatan yang sejalan dengan tujuanutama program perkotaan sehinggadalam berbagai kesempatan proyek-proyek selalu diupayakan memasukkan

kegiatan PSBM. Contoh-nya proyek sanitasi

lingkungan,pence-

gahan banjir, pencegahan kekurangangizi balita, dan sebagainya.

Yayasan Bina Karta Lestari (Bintari),sebuah LSM lokal berdomisili di Se-marang, Jawa Tengah, sejak 2001 men-jalankan program-program terkait pe-ngelolaan sampah. Beberapa wilayah diKota Semarang menjadi pilot projectkemudian berkembang hingga kota-kotadi Jawa Tengah seperti Tegal, Pati danKudus.

PendanaanTidak semua LSM memiliki dana

besar untuk menjalankan programnya.Tapi bukan berarti mereka tidak memilikisama sekali untuk memulai menerapkanprogram. Sebagai penggerak awal, justrupihak penggerak menyiapkan danapancingan dan ketika program mulai ber-jalan, berusaha pihak lain turut berperan

dalam pendanaan. Meskipun ada pula

LSM yang keselu-

ruhan pendanaannya ditanggung pihakdonor seperti Mercy Corps yang dibiayaiUnited States Agency for InternationalDevelopment USAID, IDRC, pemerintahBelanda, dan sebagainya. Termasukuntuk kegiatan PSBM di wilayah per-mukiman kumuh perkotaan yang menjaditarget kerja Mercy Corps.

Selain dari USAID, sumber pen-danaan ESP juga melibatkan pemerintahdaerah setempat dan donor lain sepertiJBIC. Sementara Yayasan Bintari sumberdana berasal dari JICA, GTZ, serta daripemda maupun pemkot masing-masingdaerah binaan.

Bentuk Keterlibatan Program PSBMBentuk keterlibatan LSM dalam pro-

gram PSBM disesuaikan dengan tujuandan fungsi dari LSM itu sendiri. Padadasarnya apa yang dilakukan LSM dalammenerapkan program tidaklah jauhberbeda. Sebagai inisiator dan motivator,LSM memberikan pemberdayaan berupaedukasi/pelatihan, memobilisasi masya-rakat, dan capacity building. KeterlibatanLSM biasanya juga hingga monitoringdan evaluasi.

Urban Governance Advisor MercyCorps Pramita Harjati mengatakan, ben-tuk kerjasama Mercy Corps denganmasyarakat umumnya diformulasikandalam bentuk penyusunan rencana kerjabersama, dengan RW, pemuda, dewankelurahan, kader dengan sebelumnyamembentuk atau memanfaatkan CBO(Community-based Organization) yangsudah ada. "Sementara keterlibatan pihakpemerintah di beberapa wilayah sangatbervariasi. Ada yang sangat mendukunghingga memberikan bermacam bantuanatau sekedar dukungan moril," ujarnya.

Menurut Koordinator Sanitasi Nasio-nal ESP-USAID Winarko Hadi, keter-libatan masyarakat adalah dengan memu-

lai pemilahan dan pengolahan sam-pah dari rumah-

59Upaya LSM dan Proyek dalam PSBM

PRAKTEK UNGGULAN

Pengelolaan sampah mustahil berhasil tanpaketerlibatan masyarakat. Foto istimewa

PercikMei 2009

nya secara rutin sehingga mengurangijumlah sampah yang dibuang keluarrumah, mengolah sampah basah menjadikompos dengan komposter skala rumahtangga kemudian menggunakan tas daurulang untuk belanja sehingga mengurangijumlah sampah kresek yang dibuang kelu-ar rumah. "Keterlibatan pemerintah mut-lak diperlukan karena untuk mendukungintegrasi dan kesinambungan program,"katanya.

Sementara Program Manager YayasanBintari Feri Prihantoro mengharapkankontribusi masyarakat dalam programPSBM menerapkan prinsip zerowastesehingga meminimalisir sampah yang keluar dari komplek permukiman. "Untukteknis pelaksanaannya diserahkan padamasyarakat yang mengelola secaramandiri," ungkapnya.

LSM menilai efektif program PSBMyang dilakukan di berbagai wilayah.Contoh di wilayah binaan ESP yaitu diRW VI Kelurahan Wonokromo KotaSurabaya, kegiatan ini bisa mengurangivolume sampah sebanyak 1 meter kubik

per hari. Efektivitas tim-bulan sampah juga

terjadi di wi-l a y a h

kerja Mercy Corps seperti di RW 4 dan RW5 Kelurahan Kapuk Muara dan RW 8, 12,dan 13 Kelurahan Penjaringan JakartaUtara, serta RW 8 Kelurahan Petojo Utara,Jakarta Pusat.

KendalaMenurut Feri, kendala terbesar dalam

melaksanakan program PSBM yaitukeberlanjutan program. Keberlanjutanini, katanya, terkait dengan kebosananmasyarakat yang sudah lama berprosesdalam pengelolaan sampah apalagisemakin banyak titik yang harus dibim-bing akan semakin membutuhkan tenaga."Karena itu, kami terus berusaha meng-gandeng pemerintah daerah untukbersama-sama terus membuat inovasibaru bagi masyarakat," tuturnya.

Kendala umum, menurut Mita, pang-

gilan Pramita Harjati yaitu masih rendah-nya perhatian pemerintah daerah dalamupaya PSBM. Hal ini terlihat dari sulitnyamencari lahan untuk kegiatan dan kurangdukungan teknis kepada masyarakat danperlu ada insentif bagi masyarakat yangsudah melakukan PSBM. Kendala lain,lanjutnya, adalah kesiapan masyarakatuntuk menanggung biaya operasional(untuk skala komunal), kesulitan me-ngumpulkan bahan untuk produk daur

ulang plastik, masih kurang variasi pro-duk dan biaya opera-

sional tinggi serta

pengaturan waktu masyarakat untukmenggalang partisipasi.

Tak jauh beda yang dialami ESP,bahwa tidak sedikit pemerintah daerah(dinas kebersihan) yang kurang dukung-annya terhadap program PSBM. Hal iniberpengaruh juga pada paradigma, peri-laku, dan komitmen masyarakat dalammengelola sampah.

"Perlu terus mengkampanyekanbahwa sampah merupakan tanggungjawab bersama dan sampah bisa dija-dikan sumberdaya. Kecenderungan ma-syarakat ingin hasil PSBM ini instan dangenerating income," kata Winces, pang-gilan akrab Winarko Hadi.

Keberlanjutan Program PSBMDengan adanya Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2008 tentang Penge-lolaan Sampah yang dapat memayungikegiatan PSBM dan Jejaring AMPL yangmewadahi para praktisi PSBM, cukupmampu menggerakkan masyarakat dalampengelolaan sampah.

Hal ini juga diukur dari besarnyaminat dan permintaan masyarakat danpemerintah daerah di kota atau kabupa-ten yang menjadi lokasi ESP. Tinggalmendorong pemerintah lokal untuk lebihmenjadikan PSBM sebagai prioritas de-ngan memberi berbagai stimulan danbukan sekedar slogan.

Untuk memastikan keberlanjutanPSBM, Mercy Corps memperkuat ke-mampuan masyarakat pelaksana dalamhal jejaring, mendukung masyarakat agarterlibat dalam Musrenbang tingkat RWdan kelurahan, melakukan advokasikepada pemerintah lokal agar tetapmelanjutkan program masyarakat yangsudah dibina dan berjalan.

Sementara menurut ESP keberlan-jutan program PSBM ini bisa dipastikanapabila masyarakat tetap melakukan pe-ngelolaan sampah dan jumlah masyara-kat yang terlibat semakin banyak mes-kipun sudah tidak didampingi ESP ataupemerintah. Lingkungan menjadi tambahbersih dan asri serta kegiatan ini sudahmenjadi kebutuhan bagi masyarakat.

Bowo Leksono

60 PRAKTEK UNGGULAN

Warga Kelurahan Jomblang, Kota Semarang berembuk soal pemanfaatan keranjang Tatakura.Foto Yayasan Bintari

PercikMei 2009

Lawan atau kawan! Mungkin itutawaran yang tepat bagi kitasemua terkait sesuatu yang berna-

ma sampah. Ya, hanya dua pilihan.Apakah sampah akan mampu menjadikawan yang sangat baik bagi kita atau jus-tru sebaliknya, sampah menjadi lawanyang suatu saat bisa membahayakan kita,keluarga, dan masyarakat secara luas.

Bila pilihan kita menjadikan sampahitu sebagai lawan, tentu mudah saja.Tinggal kita biarkan dan kita abaikansampah-sampah yang setiap hari kitahasilkan. Tapi bila kita menginginkansampah bersahabat dengan kita, tentukita harus bersikap peduli kepadanya.

Peduli memang tidak hanya diperun-tukkan bagi sesama manusia ataumakhluk hidup saja. Dan tentu tak mudahbersikap peduli pada barang-barang yangjelas wujudnya kotor, bau, dan menji-jikkan seperti sampah itu.

Disadari atau tidak, kita tak mampumenghindar dari sampah. Karena padadasarnya manusia sendiri produsen sam-

pah. Artinya, sikap peduli pada keber-adaan sampah agar bisa bersahabat dantidak membayakan bagi kita, perlu tin-dakan kita secara personal yang beraniuntuk memulai.

Meskipun persoalan sampah adalahsalah satu bidang yang menjadi tanggungjawab pemerintah, namun tidak bijakjuga bila kita hanya menyalahkan danmenumpahkan kekesalan soal sampahpada pemerintah. Dari sinilah dibutuhkaninisiatif diantara kita sebagai anggotamasyarakat untuk turut mengelola sam-pah untuk kepentingan bersama.

Sudah banyak tercatat para inisiatoryang melakukan pengelolaan sampah dimasyarakat dan lingkungan tinggal mere-ka. Hampir semua kota di Indonesia ter-dapat anggota masyarakatnya yang ber-inisiatif membantu menyelesaikan sam-pah kota dengan mengelolanya.

Inisiator Pengelola SampahJakarta, sebagai ibukota, kerap men-

jadi sorotan utama soal sampah.

Bahkan, kota yang setiap harinya meng-hasilkan 6.000 ton sampah ini tak mem-punyai lahan TPA sendiri. Sehingga tidakheran sampah terus menjadi polemik diJakarta.

Ada kebanggaan ketika salah satuwarganya, Harini Bambang Wahono, seo-rang nenek berusia 79 tahun yang sangatenerjik dengan penuh ketekunan dankesabaran mengubah kampungnya diKelurahan Banjarsari, Cilandak Barat,Jakarta Selatan menjadi bersih denganlingkungan yang 'ijo royo-royo'.

"Kami mengelola sampah sebagaikegiatan pengabdian kepada masyarakatkarena kami mengetahui dan melihatbahwa kondisi negeri ini menuntut agarmasyarakat berperan serta secara aktifdalam menanggulangi persampahan,"tuturnya.

Saat ini, siapa yang tidak mengenalEyang Harini yang sudah sejak 1985bergelut di dunia persampahan. DiJakarta sendiri, sudah banyak wilayah-wilayah yang mendapat sentuhannyasehingga terus merembet bahkan hinggake berbagai kota di Indonesia. Harinikerap diundang menjadi pembicara danmelatih masyarakat di banyak tempattentang bagaimana mengelola sampahrumah tangga. "Kami mengembangkansistem pengelolaan sampah tingkat dasaryang mudah dikerjakan tanpa modal.Sebagai modal hanyalah kemauan dankepedulian," ujarnya.

Mengelola Sampah dengan AsyikModal kemauan dan kepedulian juga

diterapkan Iswanto (39) untuk mengelolasampah secara mandiri di kampungnya diSukunan, Banyuraden, KabupatenSleman, Yogyakarta. Sejak 1997, awalkepindahannya ke Sukunan dari Gon-domanan, Yogyakarta menghadapimasalah sampah.

Keberhasilan Iswanto mengajaksecara bersama wargaSukunan meng-

61PRAKTEK UNGGULAN

PAHLAWAN SAMPAHdi Tengah Masyarakat

Iswanto (39) warga Desa Sukunan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dengan gentong-gentonguntuk pengomposan. Foto Bowo Leksono

PercikMei 2009

62

olah sampah berangkat dari lahanpekarangan rumahnya yang sempit dankarena di kampung tidak mendapatkanakses pelayanan pengangkutan sampahdari Dinas Kimpraswil KabupatenSleman.

"Bagi warga yang mempunyai pe-karangan luas, sampah belum menjadisoal, meskipun penanganannya kurangbenar yaitu dengan cara dibakar, dikubur,atau dibuang sembarangan," ungkapdosen Politeknik Kesehatan Yogyakartaini.

Masalah sampah di Sukunan jugadialami para petani karena saluran irigasikerap membawa sampah plastik ke arealpersawahan. Sejak saat itu, tepatnyatahun 2002, Iswanto mencoba beragamcara mengatasi soal sampah. Ia selalumemulai menerapkan dari keluarganyasendiri. Membuat kompos organik darisampah dapur adalah yang pertama.Berhasil atau tidak berhasil, ia kabarkanpada tetangga saat giliran jaga rondamalam.

Jatuh bangun pun dialami Iswantobersama beberapa warga yang merasayakin untuk terus mengelola sampah de-ngan kemampuan sendiri. Sampai padaakhirnya, hingga tahun 2004 baru warga

kebanyakan di Sukunan tergerak secarabersama-sama mengelola sampah dan 24Januari 2004 dijadikan hari kelahiranpengelolaan sampah mandiri di Sukunan."Sekarang ini masyarakat Sukunan sudahmerasakan asyiknya mengelola sampah.Disamping lingkungan jadi bersih, jugamenghasilkan secara ekonomi," kataketua Paguyuban Sukunan Bersemi yangkerap jadi pembicara soal sampah hinggake luar negeri.

Selain Sukunan, ada puluhan kam-pung di Daerah Istimewa Yogyakartayang menerapkan Pengelolaan SampahBerbasis Masyarakat (PSBM). DiKabupaten Sleman sendiri ada sekitar 16kampung seprti Mulungan Ngemplak,Sidokarto, dan Minomartani. Dari kam-pung-kampung pengelola sampah terse-but terjalin Jaringan Pengelola SampahMandiri yang diketuai oleh Iswanto.

Bertahan demi PerubahanTidak mudah memang menggerakkan

masyarakat untuk melakukan pengelo-laan sampah. Lebih sulit lagi memperta-hankan masyarakat yang sudah dinilaiberhasil dalam PSBM. Sehingga bisa jadi,sang inisiator akan tinggal sendirian.Bertahan atau ikut arus tidak lagi peduli

pada lingkungan.Namun, bagi Wisnu Wardhana (50)

lebih memilih untuk bertahan. Pria yanglebih suka menyebut pekerjaannya seba-gai tukang sampah ini menganggapkekaryaan di bidang sampah ini sebagaisuatu profesi yang belum banyak ter-jamah orang. "Sebenarnya profesimenangani sampah ini strategis tapi tidakseksi, karena itu tidak ada perusahaanapalagi swasta yang berani menjamin,"ujar Wisnu yang tinggal di pinggiran su-ngai Klanduan tak jauh dari komplekPerumahan Minomartani, KabupatenSleman.

Sejak 1996, Wisnu sudah merintispengelolaan sampah menjadi kompos ditanah seluas 6.000 meter persegi sebagaiTPA. Di tempat tinggalnya itu, ia men-dirikan sanggar bernama Karya PenarikSampah (KPS) yang belakangan bergantinama menjadi Citizen Based Initiative-Karya Pengayuh Sentosa (CBI-KPS).

Kejayaan TPA di sanggar KPS itu ber-jaya sekitar tahun 2003. Lebih dari 40pekerja sampah mengelola 18 ton sampahper bulan yang sama dengan dua per tigatimbulan sampah se-Sleman. Tak luput,untuk inisiatifnya ini Wisnu pun menda-pat dukungan dari berbagai pihak antaralain dari Ashoka Indonesia di tahun 1999,yang mengenali inisiatifnya sebagai pem-baharuan sosial.

Sekarang ini, Wisnu sedang jengkelsekaligus wujud protes kepada keadaan.Jengkel kepada para pekerjanya yang ke-luar karena tidak bangga pada profesi itupadahal taraf hidupnya meningkat danprotes kepada pemerintah daerah yang ti-dak serius dalam menangani persampah-an. "Apa mungkin pemerintah dan ma-syarakat harus menunggu bencana yangditimbulkan dari sampah seperti yang ter-jadi di TPA Luewigajah Bandung?,"ujarnya. Bowo Leksono

Wisnu (kiri) dan Harini Bambang Wahono (kanan). Foto: Bowo Leksono.

PRAKTEK UNGGULAN

PercikMei 2009

M edia massa diharapkan menjadi panglima dalam setiapgerakan masyarakat menuju kebaikan dan kesejahteraan.

Karena media, baik cetak maupun elektronik, adalah corong ter-depan dalam mengajak dan mempengaruhi masyarakat di segalabidang.

Peran sebagai panglima jelas terbukti di bidang pengelolaankebersihan lingkungan. Media, baik berlingkup lokal maupunnasional, sama-sama mempunyai peran penting dalam menga-jak masyarakat mencintai kotanya.

Keberhasilan suatu program bisa dipastikan tidak terlepasdari peran media massa. Termasuk program PengelolaanSampah Berbasis Masyarakat (PSBM) di berbagai kota. Mediabiasanya tidak sekedar menjadi pelengkap tapi turut aktif me-rancang hingga evaluasi program.

Belakangan, banyak kota di Indonesia yang berupaya men-jadikan lingkungannya bersih dan sehat. Melalui program Greenand Clean, kota-kota itu berupaya menjadikan lingkunganbersih dengan menerapkan pola berbasis masyarakat.

Sebuah yayasan milik PT Unilever Tbk yaitu YayasanUnilever Peduli (Uli Peduli) menjadi salah satu pelopor programkebersihan kota. Sebagai pilot project, Kota Surabaya mendapatkesempatan pertama program Green and Clean di tahun 2005.

Keberhasilan Surabaya kemudian direplikasikan ke kota-kotabesar lain di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung,Makassar, Medan, Ujung Pandang, dan Banjarmasin.

Selain peran pemerintah daerah sebagai fasilitator, swasta,LSM, perguruan tinggi, dan tentunya masyarakat. Ternyatamedia massa di masing-masing kota sangat besar peranannyadalam mengompori kegiatan di masyarakat. Pemberitaan yangdibuat media tentang semarak pengelolaan lingkungan diharap-kan mampu mempengaruhi kota-kota kecil terdekat.

Dari sinilah terlihat bagaimana media massa menempatkanfungsinya bagi masyarakat. Pada dasarnya, media berfungsipenyebar informasi, pendidikan, dan hiburan.

"Semua media ingin menjadi pelopor perubahan yaitumerubah budaya masyarakat dari yang kurang baik menjadilebih baik. Dan itu ternyata bisa dilakukan," ungkap ManagerMarketing Support Jawa Pos Erry Suharyadi.

Jawa Pos adalah surat kabar lokal berpengaruh di JawaTimur yang mendukung penuh kegiatan PSBM dalam programGreen and Clean di Kota Surabaya. "Bahkan fungsi media disinilebih sebagai penghubung diantara pemangku kepentingansehingga terjalin sinergi yang baik," ujar Erry menambahkan.

Di Kota Yogyakarta, yang sudah sejak 2007 menerapkan pro-gram PSBM, Kedaulatan Rakyat adalah koran lokal yang digan-deng Unilever Peduli untuk bersama-sama menjalankan pro-gram Green and Clean. "Dukungan Kedaulatan Rakyat ini lebihkepada fungsi pendidikan, yaitu mendidik masyarakat untukberperilaku sehat," kata Wakil Pemimpin Redaksi KedaulatanRakyat Ahmad Lutfi.

Sementara di Ibukota Jakarta, selain program Jakarta Greenand Clean yang dimulai tahun 2007, juga program JakartaGreen Office, yaitu lomba kebersihan dan penghijauanantarkantor pada tahun 2008. Memasuki tahun 2009 ini,Unilever Peduli yang juga menggandeng Pemerintah DKIJakarta menggelar lomba kebersihan dan penghijauanantarsekolah dalam program Jakarta Green School.

Dua media massa yaitu Harian Umum Republika dan RadioDelta FM mengawal secara penuh setiap program tersebut.Secara tegas Promotion Manager Radio Delta JunasMiradiarsyah mengatakan dukungan RadioDelta merupakan bagian dari CorporateSocial Responsibility (CSR). "Inijuga komitmen kamidalam bidang

63PRAKTEK UNGGULAN

Peran Media Massadalam PSBM

PercikMei 2009

pendidikan, lingkungan dankemanusiaan," tutur Junas.

Keterlibatan MediaMedia tidak semata bertugas

menyuarakan dan mengkomunikasikanprogram kebersihan kota melalui pem-beritaan agar memberi nilai edukasi danmenginspirasi masyarakat. Lebih dari itu,media dengan tim khusus juga terlibatdalam perencanaan, pelaksanaan, hinggaevaluasi program.

Praktis bila apa yang diberikan mediasecara gratis lewat pemberitaan setiaphari selama sekian bulan, bila dihitungharga iklan dan dirupiahkan cukup besar.Belum lagi tenaga dan pikiran yang di-sumbangkan media massa tersebut. Lebihdari itu, karena kekuatan media tentunyayang sangat berpengaruh di masyarakat.

Menurut Erry, bila dihitung secarakomersil, Jawa Pos memberitakan terkaitprogram Green and Clean selama duabulan penuh. "Dalam bentuk rupiah, kamimenyediakan uang sekitar Rp 450 jutauntuk hadiah. Jumlah ini tentu bergo-tong-royong dengan pihak lain," jelasnya.

Meskipun secara hitungan finansialpuluhan bahkan ratusan juta dikeluarkanoleh media massa untuk pemberitaan,namun tetap ada perhitungan secara bis-nis. Jelas tidak secara langsung hitungankomersil di atas kertas, tapi dari seginama baik dan kemungkinan bisa berpe-ngaruh juga pada jumlah pelanggan.

Junas mengatakan image positifcukup penting untuk dibangun. "Goodimage yang konsisten serta positive per-ception pada akhirnya akan memberikandampak kepada keuntungan sebuah unitusaha," tuturnya.

Peluang Peran MediaMedia massa merasa bahwa apa yang

dilakukan dengan mendukung penuhprogram kegiatan lingkungan sangatberpeluang di masa mendatang.Mengingat kondisi dunia baik alammaupun kondisi ekonomi yang sedangkrisis membuat kita semua harusmelakukan perubahan mendasar, mulai

dari pola hidup.Saat ini sudah cukup banyak

masyarakat yang telah melakukan peru-bahan dan sadar. Dengan adanya pro-gram Green and Clean ini akan membuatmasyarakat terus terpacu dan media

massa turut membimbing masyarakatuntuk kehidupan yang lebih baik. Mediajuga turut menyebarluaskan pesan sertamengajak mewujudkan cita-cita bersama-sama.

Menurut Staf Promosi Harian UmumRepublika Yulia Ayu Trisia, Republikasebagai media yang peduli pada ling-kungan akan terus melanjutkan programini secara terus-menerus. "Kami akan te-rus menggandeng pemerintah dan swastasupaya percepatan program ini berjalanlebih cepat," ungkapnya.

Terus MendampingiYulia juga menegaskan medianya

akan terus melakukan pendampinganbagi program lingkungan di Jakarta.Tampaknya dukungan dari media massaakan terus berlanjut hingga tujuanbersama benar-benar tercapai.

Kota Surabaya setelah melampauitahapan bersih dan hijaunya kampung

tercapai dan pengelolaan sampah berba-sis masyarakatnya juga terlaksana,meningkat pada "Surabaya Kota Kem-bang". Dalam arti mengidentikkan Su-rabaya dengan tumbuhnya bunga-bungayang dipandang indah.

Menurut Yulia, Republika mempunyaitarget dukungan sampai lingkungan diJakarta lebih hijau. "Selain itu, terusmempengaruhi warganya agar mengelolasampah dan mendaur ulangnya. Caranyadengan terus memperbanyak kaderlingkungan," katanya.

Tidak berbeda jauh dari Radio Deltayang secara bersama-sama ingin membu-at Jakarta semakin bersih dan bisa men-jadi contoh kota-kota lain, terutamamewujudkan Indonesia yang lebih baikdan lebih gemilang. "Delta FM akan terusmengawal visi dan misi program ini demiterciptanya kehidupan dan lingkunganyang lebih baik bagi masyarakat dengankesadaran bersama," tutur JunasMiradiarsyah. Bowo Leksono

64PRAKTEK UNGGULAN

PercikMei 2009

Mengatasi persoalan sampahsejatinya tak sebatas persoalanteknologi. Sudah sejak

puluhan tahun, berbagai pihak mencobamemakai bahkan menciptakan teknologi.Hasilnya? Kecanggihan teknologi ternya-ta tetap tak mampu mengatasi masalahsemua orang. Dimana sebenarnya letakpersoalannya? Bukan merupakan suaturahasia, karena semua orang juga menge-tahuinya. Kesadaran untuk berperilakuhidup bersih dan sehatlah yang membuatpersoalan sampah di Indonesia ini takpernah terselesaikan.

Perilaku atau kebiasaan baik, jelas takbisa diwujudkan dalam sekejap. Perluwaktu dan proses. Membangun perilakumasyarakat untuk peduli pada persoalansampah dengan cara berpartisipasi me-ngelolanya berhubungan erat dengan soalpendidikan. Karena itu, dibutuhkanperan lembaga pendidikan seperti seko-lah, kampus, pondok pesantren atau lain-nya yang akan mengedukasi masyarakatuntuk mencintai lingkungan sekitarnya.

Untuk sekolah, SMA Negeri 34Jakarta adalah salah satu institusi pen-didikan yang peduli pada lingkungannya.Sekolah ini tak hanya memasukkan pen-didikan lingkungan pada kegiatanekstrakurikuler, tapi sudah masuk padakurikulum wajib.

Di tingkat kampus, ada PusatPemberdayaan Komunitas Perkotaan

(Pusdakota) UniversitasSurabaya (Ubaya)

d e n g a n

Program Pengelolaan LingkunganTerpadu (Pelita). Program ini dirancanguntuk menciptakan model pendidikanlingkungan alternatif yang aplikatif dankontekstual bagi masyarakat.

Salah satu penerapan dari program iniadalah mengelola sampah berbasis komu-nitas. Dibutuhkan peran dan partisipasimasyarakat dengan segenap potensinyayang bisa dimaksimalkan. Lewat programini diharapkan kesadaran komunitas akanpentingnya pengelolaan lingkunganhidup meningkat.

Pusdakota berpartisipasi memecah-kan masalah sampah memakai pen-dekatan teknososial dengan menginte-grasikan aspek teknologis dan sosiologis.Pendekatan teknologi, harus ada untukmengolah sampah organik menjadipupuk dan sampah anorganik menjadi

produk daur ulang.P u s d a k o t a

aktif meng-

organisasikan masyarakat untuk pedulipada lingkungan hidup sejak tahun 2000.Sebagai bagian dari pusat pemberdayaanyang berada di tengah masyarakat,Pusdakota yang terletak di Jl. RungkutLor III No. 87 Surabaya, melakukan pen-dampingan pada masyarakat diKelurahan Kalirungkut untuk melakukanpengelolaan sampah. Disamping berbagaiwilayah di Surabaya dan daerah-daerahlain di Indonesia. Pengelolaan diawalidengan memilah sampah, yaitu memilahsampah basah dan sampah kering.

"Tidak secara langsung masyarakatpaham apa itu sampah basah dan sampahkering. Karena plastik basah atau ataupembalut basah dianggap sampah basah.Tapi ini bagian dari proses partisipasimasyarakat yang penting untuk langkahselanjutnya," tutur Nurlailah, staf

pengembangan ekonomi

65PRAKTEK UNGGULAN

Mendidik SiswaMENGELOLA SAMPAH

Dua siswa dan siswi SMA Negeri 34 Jakarta yang ikut ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR)sedang praktik membuat kompos di sekolahnya. Foto Bowo Leksono

PercikMei 2009

mikro Pusdakota.Prestasi yang cukup menonjol adalah

ketika Pusdakota bekerja sama denganPemerintah Jepang melalui KitakyushuInternational Techno-Cooperative Asso-ciation (KITA) menciptakan teknologisederhana hasil riset di tahun 2004.Hasilnya adalah Takakura Home Me-thod. Metode ini sangat cocok dipakairumah tangga di perkotaan yang inginmengelola sampah organiknya namuntidak memiliki lahan. "Dengan memakaibahan-bahan murah yang mudah didapatdan tanpa bahan kimia, rumah tanggabisa mengubah sampah organiknya men-jadi pupuk dalam waktu singkat," kataNurlailah.

Sekolah Berwawasan LingkunganStevan Deby, siswa kelas X SMA

Negeri 34 Jakarta tetap merasa gaul keti-ka bergulat dengan sampah di sekolah-nya. "Sejak di SMP, saya sudah termoti-vasi untuk menciptakan dan merekayasateknologi. Lewat pengelolaan sampah ini-lah, saya berharap keinginan saya ter-salurkan," tuturnya.

Ia bersama puluhan teman-temannyayang tergabung dalam ekstrakurikulerKarya Ilmiah Remaja (KIR) merasasenang mengelola sampah sekolah."Meskipun sekolah kita tidak berlabelwawasan lingkungan, sudah seharusnyakita menjaga lingkungan sekolah kita,"jelas Stevan.

Sudah banyak sekolah yang menjadimodel sekolah berwawasan lingkungan.Seperti SMA Negeri 34 Jakarta, yang ter-letak di daerah Pondok Labu, JakartaSelatan. Melihat perkembangan ling-kungan yang semakin memburuk, apalagisekolah yang berada di kota besar, perluperan siswa dan seluruh warga sekolah

untuk menjaga kebersihan dankenyamanan.

Endang Werdiningsih, guru BiologiSMA Negeri 34 sekaligus pembinaekstrakurikuler KIR, mengatakan seka-rang sudah memasuki tahun ketiga pela-jaran pendidikan lingkungan hidup ma-suk kurikulum untuk kelas X dan XII."Karena Departemen Pendidikan belummenerbitkan kurikulum, ya kami susunsendiri kurikulum terkait pendidikanlingkungan hidup yang di dalamnya ter-dapat pengelolaan sampah skala kecil,"ungkapnya.

Dalam pelajaran pendidikan ling-kungan, siswa melakukan praktik mem-buat kompos. "Dengan banyaknya siswadan minimnya sarana, mereka membuatkompos di rumah kemudian dibawa kesekolah," kata Endang.

Efektivitas Mengelola SampahBaik Pusdakota maupun SMA Negeri 34

mengakui efektivitas pengelolaan sampahpada skala sekecil apapun. "Masyarakatyang mengelola sampah mampu mengu-rangi timbulan sampah hingga 20 persendalam satu komunitas," ujar Nurlailah.

Sementara di lingkungan SMA Negeri34, sampah organik menguasai hampirseparuh sampah yang ada. Untuk itu,

warga sekolah harus terlibat dalammengelola sampah, sekecil apapun

bentuk kon-

tribusinya. Dulu, sampah organik masihtercampur dengan anorganik.

"Sekolah membuat peraturan padasiswa untuk membawa bekal makan de-ngan tempat makan yang dibawa darirumah. Diharapkan ini akan mengurangivolume sampah. Disamping kerja samadengan pihak kantin sebagai penghasilsampah menggunakan bungkus makananyang ramah lingkungan," tutur Endang.

Sebagai institusi pendidikan yangmenyelenggarakan proses belajar menga-jar dari pagi hingga sore hari, merupakankendala tersendiri dalam mengatur wargasekolah untuk menjaga kebersihan seko-lah. Kuncinya adalah pada kesadaranbersama, baik di lingkungan sekolahmaupun di masyarakat, tidak sekedarkesadaran pikiran tapi perilaku.

Sebenarnya masyarakat mempunyaibanyak potensi yang bisa dimaksimalkan.Untuk memunculkan potensi itu, tentu-nya harus melibatkan masyarakat dalamproses pemberdayaan. Di sini, pendidikanmempunyai peran besar dalam meman-cing kontribusi masyarakat sebagai wujudkesadaran yang akan memunculkan ke-mandirian masyarakat dalam mengelolalingkungan yang bersih dan sehat.

Bowo Leksono

66

Sarifatun (42), warga RT 03 RW 14,Kelurahan Kalirungkut, Kecamatan

Rungkut, Kota Surabaya, tidak menyangkadirinya bersama puluhan ibu-ibu di RT-nyamampu membuat ling-kungan sekitar menjadihijau dan asri. Sejak tigatahun silam, ia membuatkompos dengan metodeTakakura yang diajarkanPusdakota.

"Setiap tiga bulansekali kami panen danhasilnya kami gunakanuntuk pupuk tanamansendiri dan untuk kem-bali membuat kompos,"

ungkapnya. Berkat semangat dankesadaran para ibu-ibu inilah, mengan-tarkan RT 03 RW 14 menjadi pemenang diajang Green and Clean 2008 Kota Surabaya.

Tidak hanya itu,lingkungan yang dulu men-jadi langganan banjir inipun mendapat kunjunganstudi banding dari berbagaidaerah dan bahkan darimancanegara. "Keadaanlingkungan kita bukantanggung jawab pemerin-tah, tapi tanggung jawabkita masing-masing," ujarSarifatun.

Lingkungan Jadi Asri

Warga RT 03 RW 14 KelurahanKalirungkut dengan tropi Green

and Clean 2008.Foto Bowo Leksono

PRAKTEK UNGGULANPercikMei 2009

Semua agama dan kepercayaan didunia ini mengajarkan kebaikan,mengajarkan cinta kasih terhadap

Tuhan dan terhadap sesama makhlukhidup dan lingkungannya. Keserasianhubungan ini menghasilkan kebaikan dankeseimbangan hidup dunia dan akhirat.

Dalam Islam dikenal HablumMinalloh dan Hablum Minannas yaituhubungan vertikal antara manusia de-ngan Tuhannya dan antara manusia de-ngan sesama manusia dan lingkungannya.Sementara dalam ajaran Hindu hubung-an antara Tuhan, manusia dan alam adapada ajaran Tri Hita Karane.

Di Bali, kerap kita menyaksikanpohon yang dibalut kain, itu bukan kare-na umat Hindu menyembah pohon. Tapibagaimana umat Hindu memperlakukanpohon sebagaimana manusia; penuhkasih sayang.

Berkaitan hubungan manusia dengan

alam dan lingkungan sekitar, sudah se-pantasnya manusia wajib menjaganya.Karena dari alam dan lingkungan itulahmanusia hidup dan bertahan. Wujud darikasih sayang terhadap lingkungan antaralain dengan menjaga kebersihan, yaitudengan tidak membuang sampah sem-barangan. Terlebih dengan mengelolanyamenjadi lebih berguna bagi banyak orang.

Menurut ajaran agama Budha, bahwaalam memiliki energi positif dan negatif.Dan sampah yang dinilai kotor mengan-dung energi negatif yang mempengaruhienergi alam dengan menyebarkan pe-nyakit sehingga merugikan makhlukhidup.

Agama Islam sangat mengutamakankebersihan, juga agama dan kepercayaanlainnya. Bersih adalah keindahan karenaAllah Maha Indah dan Maha Bersih.Bersih mempunyai dua arti; bersih secarafisik dan non-fisik. Persoalan sampah

adalah persoalan kebersihan fisik yangjuga menyangkut kebersihan non-fisikyaitu perilaku manusia.

Sampah jadi Tema ImanSampah menjadi masalah bersama

yang membutuhkan kepedulian bersamapula. Banyak faktor yang pada akhirnyamempengaruhi persoalan sampah, seper-ti sarana, pendidikan, kedisiplinan, dankepedulian masyarakat.

Ketua Umum Majelis Tinggi AgamaKong Hu Chu Indonesia (Matakin) BudiSantoso Tanuwibowo merasa yakinbahwa agama yang mempunyai basismassa sangat kuat mampu untuk menye-lesaikan persoalan lingkungan sepertipersampahan. "Memang ini persoalanbudaya, persoalan kesadaran. Butuhwaktu panjang, tapi kalau diselesaikansecara bersama-sama dan terus-menerustentu akan ada hasilnya," tuturnya.

Sejalan dengan program Pemerintahberupa Pengelolaan Sampah BerbasisMasyarakat (PSBM) yang mengacu padaUndang-Undang Nomor 18 Tahun 2008tentang Pengelolaan Sampah, KeuskupanJakarta sejak tahun lalu menerapkantema "Sampah" menjadi tema iman.

Menurut Koordinator Gerakan HidupBersih dan Sehat Keuskupan JakartaRomo Andang, menyelesaikan persoalansampah di Indonesia konsep pentingnyaadalah bukan terletak di pengelolaan tapiperubahan perilaku. "Karena itu, menye-lesaikan masalah sampah tidak hanyamenjadi tugas Pemerintah atau LSM sajatapi semua pihak termasuk para aga-mawan," ujarnya.

Keuskupan Jakarta sendiri kata RomoAndang memberikan prasarana danpelatihan kepada jamaatnya berupapelatihan membuat kompos dan memeli-hara tanaman. "Di bawah Gerakan HidupBersih dan Sehat, Keuskupan juga mem-berikan pelatihan pengelolaansampah bagi rumahtangga dan seko-l a h -

67PRAKTEK UNGGULAN

Sampah di MataPemuka Agama

Para suster Katholik sedang belajar pengomposan di sanggar Karya Penggayuh Sentosa (KPS) Yogyakarta.Foto koleksi KPS

PercikMei 2009

68

sekolah," ungkapnya. Ruang gerak Keuskupan Jakarta men-

cakup DKI Jakarta, Tangerang, danBekasi. Melalui Gerakan Hidup Bersihdan Sehat, seperti yang dicanangkanDepartemen Kesehatan, Keuskupan jugarutin melakukan kampanye dan pen-didikan umat antara lain dengan meng-adakan pelatihan-pelatihan dan membagibuku-buku panduan terkait hidup bersihdan sehat.

Untuk mendukung program, Keus-kupan mengajak kerjasama dengan duaLSM yaitu Perkumpulan PemerhatiLingkungan Hidup (Perpuli) dan Ge-rombolan Peduli Sampah (Groupes).

Dakwah SampahPara pemuka agama yang melakukan

dakwah dituntut mempunyai penge-tahuan luas. Tidak sekedar pengetahuanagama dan mengajarkan akhlak baik.Agama sendiri diciptakan untuk menyele-saikan persoalan baik di dunia maupun diakhirat.

Lebih jauh, dakwah bukan sekedardalam arti sempit yaitu hanya mem-berikan wejangan pada umatnya. Palingpenting adalah memberi contoh berupaperbuatan meskipun dalam bentuk yangpaling sederhana.

Menurut Ketua Majelis UlamaIndonesia (MUI) Amidhan, seorang kyaiatau pemuka agama tidak sekedar tahusoal akidah semata tapi juga bidang yanglain termasuk soal lingkungan hidup."MUI sendiri menetapkan tema ling-kungan hidup sejak setahun lalu antaralain juga soal sampah," ungkapnya.

Asisten Pedanda Hindu Gede MadeGunung, Dewandra Jelantik, mengakuselalu menghimbau umat Hindu untukmengelola sampah. "Seusai upacara, sam-pah bisa berserakan dimana-mana. Iniyang harus mendapat perhatian umat,"katanya.

Menurut Dewandra, pihaknya berker-ja sama dengan Eco Bali untuk me-lakukan pengelolaan sampah bagi paraumat Hindu di Bali. "Kerjasama berupasosialisasi tempat sampah basah dan ke-

ring sekaligus membiasakan umat untukmemilah sampah," jelasnya.

Di Keuskupan Jakarta, berkhotbahtentang kebiasaan hidup bersih dan sehatmerupakan instruksi dari KeuskupanPusat. "Umat juga diarahkan untukmelakukan pertaubatan dosa terhadaplingkungan hidup," ujar Romo Andang.

Aktifis Kristen Protestan yang jugaKoordinator LSM Mandiri Milchior me-ngatakan bahwa kebersihan terkaitkesadaran karena itu tidak sekedar soalakhlak tapi juga kepedulian manusianya.

Kegiatan Terkait PersampahanBeberapa agama, melalui lembaganya,

secara konkrit sudah mulai melakukansosialisasi bahkan kegiatan nyata berupapengelolaan sampah bagi umatnya. Initentu menjadi fenomena menarik yangperlu mendapat tanggapan dari Pemerintah.

Para pemimpin agama Hindu di Bali,kata Dewandra, memberikan contoh padasiswa-siswa Pasraman (dalam agamaIslam disebut Pesantren) melakukan ke-giatan memungut sampah keliling kotasetiap bulan, terutama sampah plastik."Kita tidak bisa hanya menyuruh anakmelakukan sesuatu. Kita sendiri jugaharus turun tangan, memberi contohpada mereka," tegasnya.

Berbicara agama tentu tidak terlepasdari yang namanya dosa atau hukuman.Bila tidak menjalankan ajaran agamayang kita anut, tentu berdosa. Bagaimanabila tidak menyayangi lingkungan, mem-buang sampah sembarangan yang pada

akhirnya merugikan orang lain,berdosakah?

Bagi agama Hindu, menjalankanhidup bersih berupa mengelola sampahmerupakan himbauan yang baik. Semen-tara bagi agama Budha, tidak mengelolasampah dengan baik bisa mengakibatkanhukum karma. "Kita percaya pada hukumkarma. Melakukan atau tidak melakukanperbuatan akan kita tanggung akibatnya,"ujar Ketua Walubi Sujito.

Bagi agama Kong Hu Chu, mengelolasampah adalah persoalan etika yangberhubungan erat dengan perilaku manu-sia. Bila tidak mengelola berarti tidakberbakti (put hauw/buxiao).

Romo Andang mengatakan belumsampai ke sesuatu yang tegas bahwa tidakmengelola sampah adalah berdosa.Menurutnya masih tahap menghimbauuntuk peduli pada persoalan sampah.Sementara Amidhan menilai bahwa hal-hal yang mudhorat apalagi merugikandan membahayakan manusia itu dilarangdan hukumnya haram.

MUI dikenal pedas dalam mengelu-arkan fatwanya. Meskipun tidak sepedaspenerapannya. Untuk soal sampah, MUIjuga mengeluarkan fatwa yangmenyangkut lingkungan hidup. "Fatwalingkungan hidup terkait bagaimana kitamenjaga kebersihan baik fisik maupunnon-fisik, termasuk soal sampah," tegas-nya. Bowo Leksono

PRAKTEK UNGGULAN

Seorang pemuka agama sedang berceramah soal kebersihan lingkungan dihadapan ribuan massa.Foto istimewa

PercikMei 2009

Program pengelolaan sampahberbasis mayarakat (PSBM) diKota Yogyakarta berkembang di

beberapa komunitas. Peran lembaga swa-daya masyarakat (LSM) lingkungan turutmendampingi proses pendampinganmasyarakat. Seperti yang dilakukan LSMLembaga Studi dan Tata Mendiri (Lestari)yang berkedudukan di Kotagede.

Direktur Eksekutif Lestari AgusHartana kepada Percik mengatakantidak hanya memberi pendampingan soal

sampah tapi sanitasi secara luas sepertipembangunan IPAL Komunal di 10 RW diKota Yogyakarta. "Dalam proses pen-dampingan, kami memaknai dengan caramenerapkan konsep 3R di lapangan,"tuturnya.

Agus mencontohkan dalam pembu-atan kompos, untuk bahan komposternyatidak memakai metode Takakura tapimemanfaatkan bahan-bahan yang bisadidapatkan di komunitas itu sendiri."Misalnya memakai ember bekas atau

bahan lain yang tidak dengan cara mem-beli. Ini merupakan aplikasi dari reuse,"ujar alumni jurusan Arkeologi UniversitasGajahmada Yogyakarta ini.

Demikian pula dengan penggunaanEM4 (effective microorganism 4) sebagaimedia pengomposan atau starter.Menurut Agus bisa membuat sendiri de-ngan cara memanfaatkan sampah kulitpisang dan buah nanas. Dengan de-mikian, lanjut Agus, setiap rumah tanggamampu membuat komposter dan mediapengomposan sendiri. Disamping kom-pos, masyarakat binaan Lestari jugamemproduksi briket yang berasal darisampah daun.

Sementara dalam penerapan recycle,yaitu daur ulang atau pemanfaatan sam-pah anorganik untuk kerajinan tanganseperti tas, sandal, payung dan seba-gainya, secara hasil tidak memperli-hatkan merk.

Menurut Agus, apa yang dilakukanLestari bukan bagian dari upaya mem-perkenalkan merk perusahaan tertentuyang turut mengotori kota dengan caramemproduksi plastik. "Kalau merk diper-lihatkan, sama halnya kita memberikanlegitimasi atau melegalkan para pengusa-ha itu," ungkapnya.

LSM ini berusaha menerapkan pro-gram PSBM dengan partisipasi masyara-kat sebesar mungkin. Karena itu dalammemberikan pendampingan berupa pela-tihan kepada masyarakat, tidak sekedarmemberi materi bagaimana membuatkompos saja tapi juga bagaimana membu-at komposter dan medianya. Jadi se-jauh mungkin menerapkan prin-sip 3 R Bowo Leksono

69PRAKTEK UNGGULAN

LSM Lestari memamerkan produk daur ulang dalam sebuah pameran.Foto Bowo Leksono

Peran LSM Lestaridi Kota Yogyakarta

PercikMei 2009

Komposter Takakura adalah alat bantu pengomposan sam-pah organik yang sangat populer di Indonesia 3 tahun ter-akhir ini. Kemasan keranjang Takakura berbentuk praktis

dan bersih, yang paling umum adalah menggunakan keranjang laun-dry berpenutup atau dengan keranjang bambu yang dianyam.Kelebihan mengompos dengan Takakura adalah tingkat kepraktisan-nya dan tidak berbau. Beberapa keluarga menempatkan keranjangTakakura dalam rumah bahkan di beberapa kawasan padat denganukuran rumah kecil, ibu-ibu menempatkannya di teras depan rumah,di sudut ruang tamu, atau di bawah meja makan.

Keranjang Takakura dirancang untuk mengolah sampah organikdi rumah tangga. Sampah organik setelah dipisahkan dari sampahlainnya, diolah dengan memasukkan sampah organik tersebut kedalam keranjang sakti Takakura. Bakteri yang terdapat dalam starter(campuran tanah setempat, sekam, ragi tempe, jamur nasi) dalamkeranjang Takakura akan menguraikan sampah menjadi kompos,tanpa menimbulkan bau dan tidak mengeluarkan cairan. Inilahkeunggulan pengomposan dengan keranjang Takakura. Karena itu-lah keranjang Takakura disukai oleh ibu-ibu rumah tangga.

Teknik pengomposan ini diperkenalkan Koji Takakura-san, tena-ga ahli yang didatangkan dari Jepang untuk membantu program ker-jasama di beberapa kota di Indonesia yang disponsori oleh KotaKitakyushu dalam kerangka Kitakyushu Techno-CooperationAssistance (KITA). Selama kurang lebih setahun Mr. Takakura be-kerja, terutama di Surabaya dan di Denpasar, mengolah sampah de-ngan menggunakan bakteri pemakan sampah organik tanpa menim-bulkan bau dan tidak menimbulkan cairan yang berasal dari ling-kungan setempat.

Dari hasil penelitiannya, Takakura-san menemukan cara untukmerangsang munculnya bakteri lokal yang sesuai dengan membuatramuan starter. Selain itu, Takakura-san juga mencari beberapa opsiwadah media pengomposan dan menemukan bentuk keranjang yangideal yang selanjutnya dikenal dalam teknik pengomposan TakakuraHome Method. Di beberapa tempat, teknik ini dikenal dengan namakeranjang sakti Takakura.

Selain Takakura Home Method, Takakura-san juga memperke-nalkan teknik-teknik pengomposan Tatakura lainnya untuk keperlu-an pengomposan di fasilitas pemilahan, transfer depo atau fasilitaspengolahan sampah, yang disebut sebagai Metoda Takakura Susun,modifikasi wadah berbentuk tas atau kontainer. Penelitian lain yangdilakukan Takakura-san adalah pengolahan sampah pasar menjadikompos.

Teknik pengomposan Takakura sangat sederhana. Caranya, sam-pah organik dicincang halus. Takakura-san bilang: cara ini memban-tu bakteri makan dengan cepat karena mulut bakteri sangat kecil.

Selanjutnya siapkan bantalan sekam atau sabut kelapa di bagiandasar komposter. Lalu masukkan sampah organik tadi denganstarter dengan komposisi sepertiga starter, dua per tiga sampahorganik lalu diaduk-aduk. Bila campuran kompos terasa hangat.Untuk menghindari bau dan lalat, tutup bagian atas dengan bantalansekam lagi atau bantalan arang untuk mencegah bau amis, tutup lagidengan kain hitam, dan terakhir dengan penutup komposter. Aduk-aduk kompos tiap hari sampai sampah terurai semua menjadi kom-pos sekitar 1,5-2 bulan. Kompos yang telah matang dapatdikeluarkan dan diangin-angin dulu, agar tempera-turnya normal, sebelum dimanfaatkan un-tuk tanaman. Yuyun Ismawati

70INOVASI

Komposter Takakura:

Metode Rumah dan Metode Susun

PercikMei 2009

Foto-foto: Istimewa

Biogas terdiri dari komposisi gas metana (CH4) dan kar-bon dioksida (CO2). Biogas merupakan hasil penguraiankarbon oleh mikroorganisma dari senyawa organik

dalam kondisi tanpa oksigen atau anaerobik. Pada proses fermentasi, limbah organik menghasilkan bio-

gas. Gas dapat digunakan untuk penghangat, pemanas, pene-rangan atau listrik. Gas juga dapat disimpan untuk sementarawaktu.

Sampah organik atau sampah dapur yang telah dicincanghalus dicampur dengan air dengan komposisi 1:1. Setelahdiaduk, campuran dapat dimasukkan ke dalam reaktor. Setelah5 hari, gas akan mulai terbentuk sedikit demi sedikit. Denganpasokan yang ajeg, produksi gas dapat terus dipertahankan.Untuk starter awal dapat dicampurkan dengan sedikit kotoransapi untuk mempercepat proses fermentasi.

Komposisi biogas secaraumum terdiri dari 50%metana, gas karbon dioksi-da sekitar 25-45% dan gas-gas lainnya tergantungdari sumber bahan bakuyang digunakan.

Sampah atau ampasdari proses produksi minuman, kotoran hewan, lemak punyapotensi menghasilkan gas metan yang berbeda-beda.

TABEL 2. POTENSI GAS DARI BERBAGAI SUMBER BAHAN BAKU

TABEL 3. KESETARAAN BIOGAS (1 m3) DENGAN SUMBER ENERGI LAIN

Ampas dari sampah yang telah terurai dan terdorong ke bakpelimpahan dapat dikomposkan dan dimanfaatkan untuk pupukatau soil conditioner.

Konstruksi biodigester dapat terbuat dari konstruksi bata,fibreglas, buis beton, dan ferosemen. Masing-masing memilikikelebihan dan kekurangannya. Yang pasti, semua konstruksibiodigester harus kedap gas, tidak boleh bocor dan harus ditem-patkan dekat ke sumber bahan baku maupun tempat peman-faatan gas. Yuyun Ismawati

71INOVASI

B I O G A SSampah

BIOGAS YANG DIPEROLEH M3/TON BAHAN BAKU

5050-70

606570130180400500

500-5601300

BAHAN BAKU

SusuPulp buah dan gulaKotoran sapiKotoran babiAmpas/sisa penyulinganKotoran ayamBiji-bijian ampas breweryRumput, algaeGliserinBiji-bijianLemak

JUMLAH

0,46 kg0,62 liter0,52 liter0,80 liter1,50 m33,50 kg

BAHAN BAKAR

ElpijiMinyak tanahMinyak solarBensinGas kotaKayu bakar

PercikMei 2009

Foto: Bowo Leksono

Foto: Istimewa

%

55 - 75 25 - 45

0 - 0.31 - 50 - 3

0.1 - 0.5

KOMPONEN

Metana (CH4)Karbon dioksida (CO2)Nitrogen (N2)Hidrogen (H2)Hidrogen sulfida (H2S)Oksigen (O2)

TABEL 1. KOMPOSISI BIOGAS

Vermicompost atau Vcompostadalah proses tercampurnya sam-pah organik dari sayuran, buah,

sisa-sisa makanan dan sampah kebundengan kascing (vermicast) yang diha-silkan dari proses vermikultur dari bebe-rapa spesies cacing tanah. Vermicompostmengandung nutrien yang mudah larutdan bakteri yang mampu menguraikansampah organik.

Spesies cacing yang dapat digunakandi Indonesia antara lain spesies Eiseniafetida dan Lumbricus rubellus, semuatergolong cacing tanah.

Untuk beberapa orang, cacing cukupmenggelikan dalam arti yang sebenarnya(bukan geli lucu). Sebagian orang yang ti-dak geli, seperti Charles Darwin, menga-takan bahwa cacing lebih kuat daripadagajah Afrika, lebih penting daripada sapi.Cacing dipandang sebagai mitra kerjakompos yang sangat kooperatif dan efi-sien karena cacing yang lapar akan beker-ja tanpa diupah untuk mengolah sampahmenjadi kompos.

Teknik pengomposan dengan cacingsebetulnya bukan hal yang baru, tapibutuh kesediaan untuk bergeli ria sedikitdan menghormati mahkluk kecil ini. Caramengompos dengan cacing secara singkatadalah sebagai berikut:a. Pilah sampah; pisahkan daging, tu-

lang ikan dan tulang-tulang lain.b. Persiapkan media cacing. Bisa meng-

gunakan sampah yang telah diangin-anginkan selama sepekan sehinggamemiliki suhu homogen dan tidak pa-nas. Bisa juga menggunakan campur-an sampah dengan kotoran hewanatau isi perut (rumen) sapi.

c. Letakkan cacing pada media, sebaiknyagunakan bedengan kayu yang dilapisiplastik terpal dan diberi cacing (Lum-bricus rubellus atau Eisenia fetida).

d. Ternakkan cacing selama 6 minggu.Setiap 2-3 hari diberi makan sayuransegar yang dicincang halus atau dibu-at menjadi bubur kasar.

e. Setelah seluruh sampah habis di-makan, sekitar 30 hari, tampak bu-tiran halus kotoran cacing memenuhibedengan, kompos cacing dapat dipa-nen. Cacing tanah membutuhkan waktu 7

minggu untuk menjadi dewasa dan padaminggu ke-8 akan mengeluarkan telur(kokon). Satu ekor cacing dewasa dapatmengeluarkan 2 kokon per minggu dantiap kokon dapat menetaskan 2-3 ekorcacing setelah masa inkubasi 5-10 hari.Populasi cacing akan berlipat gandadalam waktu 1 bulan.

Pemanenan vermikompos dapat dila-kukan secara sederhana dengan menum-pahkan isi wadah kompos ke tanah yangtelah diberi alas dengan membentuk

tumpukan menyerupai gunung atau keru-cut, lalu biarkan beberapa saat. Cacingakan bergerak ke bagian dasar tumpukan,menghindari cahaya matahari.

Vermikompos dapat diambil mulaidari puncak tumpukan dan cacing dapatdipindahkan ke media baru yang sudahdisiapkan sebelumnya. Vermikomposyang dapat dipanen, dikeringkan dandiayak untuk menjaring kokon dan cacingmuda serta bahan organik yang belumterurai. Kokon dan cacing muda selanjut-nya dimasukkan ke dalam media baru.Vermikompos yang sudah disaring meru-pakan pupuk yang kaya akan unsur haramakro dan bakteri pengikat nitrogen.

Di Amerika, tempat sampah vermi-composter tersedia di beberapa kantinkantor dan perguruan tinggi. Jadi tidakada alasan, mengompos bisadilakukan dimana-mana.

Yuyun Ismawati

72INOVASI

V E R M I C O M P O S T

PercikMei 2009

Ukuran cacing dibandingkan tutup pulpen. Foto: Istimewa.

Bahan-bahan dasar biomassa antara lain adalah tanaman,pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbahhutan, tinja dan kotoran ternak.

Sampah organik dari rumah tangga jugatermasuk biomassa yang dapat diolahmenjadi briket sebagai bahan bakarpengganti minyak tanah. Cara meng-olahnya mudah, penggunaannyalebih hemat.

Harga sekilo briket Rp 2.500.Bandingkan dengan harga satuliter minyak tanah yang sama-sama dapat digunakan untukmemasak selama dua jam sehar-ga Rp 5.000 per liter. Produsenbriket biomassa sering jugamempromosikannya sebagai

biobriket, briket bioarang, briket biomassa, super karbon ataubriket sampah.

Pembuatannya membutuhkan proses yang sedikit lebih pan-jang dibandingkan proses pembuatan arang biasa. Setelah sam-pah dijadikan 'arang', selanjutnya dihancurkan, dicampur de-ngan perekat, lalu dilapisi cairan pelapis agar lebih efisien pem-bakarannya.

Briket biomassa dapat dimanfaatkan sebagai sumber energialternatif pengganti kayu bakar atau minyak tanah dan berasaldari sumber daya yang dapat diperbaharui. Sampah organikmerupakan salah satu sumber biomassa potensial yang dapatdibentuk menjadi padatan dan cair (bioliquid). Biomassa jugadigunakan oleh perusahaan semen untuk menggantikansebagian batubara yang dipakai dalam prosespembakaran di pabrik untuk mengu-rangi emisi gas rumah kaca.

Yuyun Ismawati

73

B r i k e t B i o m a s s a

INOVASI

PercikMei 2009

Foto: Istimewa

Berbagai cara dilakukan orang untuk mendorong upaya-upaya pengomposan. Salah satu perusahaan di Bandungmenawarkan Komposter Matic atau Elektrik yang

diciptakan untuk mempermudah pencinta lingkungan untukmembuat kompos dengan cara praktis dan modern.

Komposter elektrik ini berukuran 55 cm x 55 cm x 85 cm,hampir sebesar mesin cuci ukuran kecil, badannya menggu-nakan casing yang terbuat dari fiber, plastik dan motor hasil ra-kitan pabrik di Bandung serta aneka suku cadang mesin cuciyang diambil dari Batam, menggunakan daya listrik sebesar 330watt, 220 Volt.

Cara membuat kompos dari bahan sampah rumah tanggadengan menggunakan komposter elektrik ini agak sedikit rumitkarena membutuhkan perlakuan terlebih dahulu. Sampah

organik disiapkan sekitar 20 sampai 30 liter (sekitar 10 kg),kemudian dicampurkan dengan penggembur dari bahan sam-pah dari produsennya dan 1 sendok makan bio-aktivator(ramuan bakteri yang dicampur khusus). Larutan bio-aktivatorini harus dibuat terlebih dahulu 4 jam sebelumnya, dicampurdengan air sumur yang tidak mengandung kaporit atau kimiapembersih.

Sampah sebaiknya dicincang halus terlebih dahulu.Campurkan penggembur kompos sebanyak 3 persen dari beratsampah atau sekitar 300 gram. Penggembur ini berguna untukmenyerap bakteri merugikan penyebab bau busuk. Lalucipratkan mikroba bio-aktivator ke dalam adonan bahan kom-pos dalam komposter elektrik.

Putar saklar timer sekali saja untuk menghidupkan sistimpengadukan komposter selama 10 menit. Komposter akan matipada menit ke-10. Hidupkan saklar timer ini cukup sekali diawal pencampuran saja sampai kompos dipanen pada hari ke-5dari sampah terakhir yang dimasukan. Pada hari ke-3, jika pros-es pembuatan kompos secara aerob berjalan baik, akan terjadireaksi panas dan mengeluarkan uap. Pada hari ke-5 sejak pema-sukan adonan kompos terakhir, umumnya adonan telah selesaimengalami fermentasi dan suhu kompos mulai mencapai suhukamar serta berwarna hitam.

Pada saat akan mengeluarkan kompos, siapkan jerigen plas-tik, kapasitas 5 liter, untuk menampung masukan dari slangpembuangan air dari komposter ke dalam jerigen, lalu hidupkantombol membilas (spinning) di sebelah kiri alat. Komposterakan memeras adonan kompos tadi sehingga terpisahkan antaraair lindi aerob (leacheate) dengan kompos padat.

Tambahkan air sebanyak 10 sampai 30 kali dari jumlah cairanleacheate ini, maka kompos cair siap digunakan sebagai pupukorganik cair. Setelah cairan diperkirakan habis, keluarkan adonankompos padat, simpan dan angin-anginkan di tempat yang teduhdan bebas dari sinar matahari langsung atau air hujan.

Satu hari kemudian setelah kompos padat dikeluarkan darikomposter, adonan akan kering, hitam dan gembur. Dengandipukul-pukul sejenak, adonan kering tersebut akan pudar danremah. Sesuai keperluan dalam penggunaannya sebagai komposbagi tanaman, kompos ukuran besar masih bisa dikembalikan kedalam komposter untuk diolah lagi bersamaan dengan bahanatau adonan kompos yang baru. Selama masa penggunaan kom-poster elektrik, bahan sampah hari kedua dan seterusnyadapat ditambahkan tanpa akan menggangguproses aerob komposting yang berlang-sung sebelumnya. YuyunIsmawati

74INOVASI

Komposter Elektrik

PercikMei 2009

Foto: Istimewa

Sudah lama persoalan persam-pahan di Indonesia menjadi per-hatian banyak pemangku kepen-

tingan dibidang pengelolaan persampa-han, baik dari kalangan Pemerintahmaupun swasta dan LSM. Apa saja pro-gram dan aktifitas mereka? Dan apakekhasan dari masing-masing perlakupersampahan itu? Berikut uraian singkatseputar pelaku bidang pengelolaan sam-pah tersebut.

DIREKTORAT PERMUKIMANDAN PERUMAHAN BAPPENAS

Sebagai institusi bagian dari BadanPerencanaan Pembangunan Nasional(Bappenas), Direktorat Permukiman danPerumahan mempunyai visi yang tidakterlepas dari Bappenas yaitu menjadiinstitusi perencana yang handal, kredibeldan secara proaktif ikut berperan dalampenentuan arah pencapaian tujuanberbangsa dan bernegara. Demikian puladengan misinya yang juga mengacu padamisi Bappenas.

Berdasarkan Permen PPN/KepalaBappenas No. PER. 005/M.PPN/10/2007Tentang Organisasi dan Tata Kerja Ke-menterian Negara Perencanaan Pemba-ngunan Nasional/Badan PerencanaanPembangunan Nasional, Direktorat Per-mukiman dan Perumahan mempunyaitugas melaksanakan penyiapan perumus-an kebijakan, koordinasi, sinkronisasipelaksanaan penyusunan dan evaluasiperencanaan pembangunan nasional dibidang permukiman dan perumahan

serta pemantauan dan penilaian ataspelaksanaannya. Salah satu bidang per-mukiman dan perumahan adalah per-sampahan.

Kurun waktu 2004-2009, Direktoratini menangani enam program yang terba-gi sektor perumahan, yaitu programpengembangan perumahan dan pember-dayaan komunitas perumahan. Sektorpermukiman, yaitu program pemberda-yaan masyarakat, pengembangan kelem-bagaan, pengembangan kinerja pengelo-laan air minum dan air limbah, serta pe-ningkatan kinerja pengelolaan persam-pahan dan drainase.

Sementara target program pemba-ngunan persampahan adalah meningkat-nya jumlah sampah terangkut hingga 75persen hingga akhir tahun 2009 sertameningkatnya kinerja pengelolaan Tem-pat Pembuangan Akhir (TPA) yangberwawasan lingkungan (environmentalfriendly) pada semua kota-kota metropo-litan, kota besar, dan kota sedang.

Pencapaian pembangunan persam-pahan sampai tahun 2007 masih jauhdari sasaran yang ditetapkan akhir 2009.Sasaran pembangunan persampahan

dalam RPJMN 2004-2009 adalahmeningkatnya sampah terangkut hingga 75persen pada akhir 2009, namun sampaitahun 2007 jumlah sampah yang terangkutbaru mencapai 20,63 persen (BPS, 2007).Terkait kinerja pengelolaan TPA, hinggaakhir 2008, hampir seluruh TPA yang ada diIndonesia (99 persen) belum dikelola secararamah lingkungan (environmental friendly)atau sanitary landfill.

Rendahnya capaian target tersebutdiantaranya terkait masih rendahnyatingkat kesadaran masyarakat akan pen-tingnya hidup bersih dan sehat terkait polapembuangan sampah serta program per-sampahan masih belum menjadi prioritaspemerintah, termasuk lembaga legislatif.Namun demikian, dikeluarkannya UUPersampahan berikut peraturan turunan-nya dan semakin banyaknya upaya yangdilakukan dalam rangka meningkatkankesadaran publik terhadap pengelolaanpersampahan diharapkan pelayananpersampahan dapat segera me-ningkat.

75SEPUTAR PELAKU

INFOSEPUTARPELAKU

SEPUTAR PELAKU

PercikMei 2009

Seorang petugas sampah sedang mengumpulkan sampah warga dengan cara berkeliling kampungmenggunakan gerobak sampah. Foto: koleksi BORDA

DIREKTORAT PENGEMBANGANPENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMANDITJEN CIPTA KARYA,DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Direktorat Pengembangan Penyehat-an Lingkungan Permukiman (PPLP) Dir-jen Cipta Karya, Departemen PekerjaanUmum mempunyai visi terwujudnya per-mukiman yang sehat, bersih dan layakhuni, bebas sampah, genangan dan airlimbah. Sementara ada tiga misi yaitu;menyelenggarakan pelayanan prasaranadan sarana air limbah, persampahan dandrainase untuk meningkatkan derajatkesehatan masyarakat di perkotaan danperdesaan. Membangun dan mengem-bangkan prasarana dan sarana PLP focuspada sektor air limbah, persampahan dandrainase mendukung pencegahan pence-maran lingkungan. Membangun kapa-sitas kelembagaan pemerintah daerahdan masyarakat yang efektif dan efisiendan bertanggung jawab.

Untuk tugasnya merumuskan danmelaksanakan kebijakan, perencanaanteknis, serta pembinaan dan standarisasiteknis di bidang air limbah, drainase danpersampahan. Adapun fungsinya; penyu-sunan rencana teknis pengembanganserta perumusan norma, standar, pedo-

man dan manual bidang air limbah, per-sampahan dan drainase. Pengembanganinvestasi bidang air limbah, persampahandan drainase. Pengawasan, pengendalian,serta pembimbingan dan fasilitaspengembangan bidang air limbah, per-sampahan dan drainase. Pembinaan danpengembangan kemampuan sumber dayamanusia bidang air limbah, persampahandan drainase. Pembinaan pengelolaandan pengusahaan air limbah, persam-pahan dan drainase. Serta pelaksanaantata usaha direktorat.

Direktorat PPLP menjalankan pro-gram berupa promosi program 3R, kam-panye dan edukasi, mendorong pengem-bangan kelembagaan, optimalisasi danpengembangan persampahan, revitalisasidan regionalisasi TPS, serta promosiinvestasi swasta. Program tersebut mem-punyai target dan sasaran meningkatnyajumlah sampah terangkut hingga 75persen dan meningkatnya kinerja pe-ngelolaan tempat pembuangan akhir(TPA) yang berwawasan lingkungan.

ASDEP PENGENDALIAN PENCEMARANLIMBAH DOMESTIK DAN USAHASKALA KECIL, KLH

Asdep Pengendalian Pencemaran

Limbah Domestik dan Usaha Skala Keciltidak secara khusus memiliki visi dan misisendiri, namun terintegrasi dalam visidan misi Deputi Pengendalian Pence-maran Lingkungan, Kementerian Ling-kungan Hidup (KLH).

Visi Deputi merupakan visi KLH,yaitu terwujudnya Kementerian Ling-kungan Hidup sebagai institusi yang han-dal dan proaktif dalam mewujudkanpembangunan yang berkelanjutan me-lalui penerapan good environmental go-vernance (GEG), guna meningkatkankesejahteraan rakyat. Misi Deputi me-ningkatkan kualitas lingkungan hidup,membangun kinerja yang profesional dibidang pengendalian pencemaran ling-kungan, serta mendorong penerapanprinsip-prinsip good environmental go-vernance.

Adapun tugasnya merumuskan kebi-jakan di bidang pengendalian pence-maran dari sumber limbah domestik danusaha skala kecil, pelaksanaan dan koor-dinasi pemantauan dan pengawasanpenaatan oleh Pemerintah Daerah, dananalisis dan evaluasi serta pelaporan.Sementara fungsinya merumusan kebi-jakan di bidang pengendalian pence-maran dari sumber limbah domestik danusaha skala kecil, melaksanakan peman-tauan dan pengawasan penaatan, analisa,dan evaluasi serta pelaporan, serta koor-dinasi pemantauan dan pengawasanpenaatan oleh Pemda.

Program Asdep Pengendalian Pen-cemaran Limbah Domestik dan UsahaSkala Kecil antara lain Program Adipurayang merupakan salah program strategisKLH yang bertujuan mendorong Pemdadan masyarakat dalam mewujudkan kotayang bersih dan teduh. Program 3R meru-pakan program strategis KLH yang masihrelatif baru. Program ini bertujuan mem-promosikan dan menerapkanprinsip-prinsip 3R dalampengelolaan sam-p a h .

76WAWANCARASEPUTAR PELAKU

PercikMei 2009

Motor roda tiga untuk mengangkut sampah yang merupakan program "Sampah Pro" dari BEST.Foto koleksi BORDA

Kemudian Program Pengendalian danPemanfaatan Limbah Usaha Skala KecilDeputi Pengendalian Pencemaran Ling-kungan yang menetapkan prioritas pe-nanganan usaha skala kecil. Program inibertujuan menurunkan beban pence-maran yang diakibatkan oleh usaha skalakecil yang dibuang ke lingkungan.

PUSAT PENGKAJIAN DAN PENERAPANTEKNOLOGI LINGKUNGAN BPPT

Permasalahan sampah harus dikelolasecara terpadu dengan menekankan padapemecahan permasalahan sampah de-ngan melihat sampah sebagai sumber-daya. Oleh karena itu semakin banyaksampah dapat dimanfaatkan akan se-makin baik. Konsep itulah yang dikem-bangkan Pusat Pengkajian dan PenerapanTeknologi Lingkungan Badan Pengkajiandan Penerapan Teknologi (P3 TL BPPT)bernama "Teknologi Pengelolaan SampahKota secara Terpadu Menuju ZeroWaste".

Teknologi tersebut merupakan kombi-nasi teknologi tepat guna yang meliputiteknologi pengkomposan sampah orga-nik, teknologi daur ulang sampah nonorganik, teknologi pembakaran sampahdengan incinerator dan teknologi sani-tary landfill. Sejak 2004, BPPT men-jalankan Program Desiminasi Teknologi(PDT) Klaster berjudul "PengembanganSistem dan Teknologi PengelolaanSampah di DKI Jakarta" yang terdiri darikegiatan: (1). preview Master Plan SistemPengelolaan Sampah di DKI Jakarta; (2).pengembangan Kebijakan PengelolaanSampah di DKI Jakarta; (3). penyusunanStrategi dan Teknologi Pengolahan Sam-pah di DKI Jakarta; (4). pengembangandan Penerapan Teknologi PengolahanSampah Organik; (5). pengembangan danPenerapan Teknologi Sampah Anorganik;(6). pemetaan Strategi Pengelolaan Sam-pah di DKI Jakarta.

P3 TL BPPT dalam program pengu-atan kompetensi juga melakukan kajianpemanfaatan TPA yang berwawasanlingkungan dan berkelanjutan. Beberapa

bidang penelitian dan pengembanganteknologi yang telah dilakukan selain diatas, adalah Master Plan pengelolaansampah kota, Teknologi pengkomposansampah kota dan limbah agroindustri,Teknologi daur ulang plastik dan kertas,Teknologi incinerator sampah dan limbahmedis, Teknologi pengolahan B3, Sisteminformasi manajemen pengelolaan sam-pah, Teknologi pengolahan limbah per-tanian untuk pakan ternak dan seba-gainya. Dalam pelaksanaan kajiannya, P3TL BPPT bekerjasama dengan institusiPemerintah, Pemda, masyarakat, LSMdan perusahaan swasta terkait.

GUGUS TUGAS PENGELOLAAN SAMPAH(GTPS)

GTPS diluncurkan 16 Januari 2008,bertepatan dengan pelaksanaan kegiatanWorkshop on Solid Waste Managementdengan visi pengelolaan sampah yangberkelanjutan di tahun 2015 melalui pe-ningkatan kepedulian dan upaya sinergidari para pemangku kepentingan.

Sementara misinya, meningkatkanketersediaan data dan informasi pengelo-laan sampah, membuka peluang bekerjasama dan bertukar informasi di antarapemangku kepentingan, mengembangkankemampuan sumber daya manusia dalammelakukan kegiatan pengelolaan sampah,serta meningkatkan kepedulian pengam-bil keputusan dan pihak terkait lainnyamelalui program advokasi.

GTPS sendiri bertujuan mensinergi-kan potensi informasi, pengetahuan dankomunikasi pengelolaan sampah yangmemberikan manfaat kepada semuapihak. Bermacam program dijalankanGTPS antara lain, pengembangan pusatdata dan informasi (resource center) pe-ngelolaan sampah, peningkatan kepedu-lian masyarakat dan pengambil keputus-an mengenai pengelolaan persampahandi Indonesia melalui kampanye publikdan advokasi, menyelenggarakan seminarnasional mengenai pengelolaan sampah,pengembangan website, milis dan news-letter sebagai sarana memperoleh dan

bertukar informasi, pemberian penghar-gaan bagi pemangku kepentingan pe-ngelolaan sampah sebagai motivasi untuktetap terus berkarya, dan pelaksanaanstudi banding ke daerah lain atau negaralain untuk memperoleh sudut pandangdan ide yang baru mengenai pengelolaansampah.

Adapun keanggotaan GTPS sifatnyakerelaan dan fleksibel, dapat berasal dariperorangan ataupun lembaga. GTPSmerupakan bagian dari Jejaring AMPL(forum bagi para pelaku di sektor airminum dan penyehatan lingkungan).

INDONESIA SOLID WASTE ASSOCIATION(INSWA)

Merupakan wadah bagi para profe-sional, peneliti, organisasi dan masya-rakat yang terlibat secara langsungmaupun tidak langsung untuk mem-berikan kontribusi berupa masukan infor-masi untuk mencari alternatif solusi yangtepat dan dalam perjalanannya akanbermitra dengan pihak Instansi Pemerin-tah yang terkait.

InSwa didirikan atas dasar keprihatin-an terhadap masyarakat dan pemerintahyang secara umum belum menyadaripentingnya lingkungan hidup khususnyasampah. Kita sampai saat ini masih meng-anggap bahwa sampah adalah sampahyang merupakan sesuatu yang tiada bergu-na tanpa mengetahui lebih jauh apa dam-pak dan manfaatnya. Sebelumnya, InSwasebatas wilayah melalui wadah IndonesiaWaste Forum (IWF).

Visi Inswa menjadikan bangsa inisadar dan peduli terhadap lingkungan,sedangkan misinya bagaimana mencarisolusi dari persoalan sampah yang meli-batkan banyak aspek yaitu sosial, ekono-mi, politik, hukum dan lain-lain.

Dalam menerapkan tujuan, langkahyang dilakukan Inswa sepertiseminar, pelatihan, dans o s i a l i s a s i

77WAWANCARASEPUTAR PELAKU

PercikMei 2009

mengenai sampah serta mendorongpemerintah untuk melahirkan undang-undang persampahan yang tidak adacampur tangan dari pihak asing.

Kekhasan Inswa terletak pada ideal-isme anggotanya dalam memperjuangkanlingkungan dengan memberikan kesa-daran penuh kepada masyarakat danmembantu pemerintah dalam turut sertamensosialisasikan program-programnyabaik secara lokal maupun nasional.

BORDABremen Overseas Research and

Development Association (BORDA) ada-lah suatu organisasi nirlaba yang di-dirikan pada 1977. BORDA merencana-kan dan menerapkan proyek-proyek yangberorientasi pada kebutuhan-kebutuhanpokok guna memerangi kemiskinan didaerah perdesaan dan perkotaan dinegara-negara berkembang. Perkem-bangan dan penyebarluasan teknologitepat guna yang ramah lingkunganmemacu timbulnya masyarakat mandiridan partisipasi kaum perempuan sertamemberikan perlindungan terhadap sum-ber daya alam.

BORDA merupakan anggota tetapdari "Jaringan Perbaikan Sosial" Jermanyang teridiri dari 8 LSM khusus yang dipi-lih Federal German Ministry of Eco-nomic Cooperation and Developmentyang memberikan dukungan keberlanjut-an terhadap perbaikan struktur sosial dinegara-negara berkembang. Saat ini,BORDA mendukung berbagai kegiatanproyek di Indonesia, Cina, India danVietnam. Secara finansial, programBORDA didukung the Federal Republic ofGermany, the Commission of EuropeanUnion, Free Hanseatic City of Bremenserta berbagai sumbangan pribadi.

Sebagai organiasi yang memilikikeahlian khusus, BORDA di Indonesiatelah berkarya selama 20 tahun. Pada1988, BORDA bekerjasama denganbeberapa LSM Indonesia dalam proyek-proyek pengembangan perdesaan danperkotaan terpadu. Aktivitas proyekberkaitan dengan kelompok-kelompok

swadaya lokal yang memberikan fokusawal pada program-program untukmeningkatkan pendapatan, membanguninstitusi lokal, pengadaan sumber airbersih, energi yang dapat diperbaharui(biogas) serta perbaikan fasilitas sanitasiumum.

Hingga 2007, lebih dari 320 Decen-tralized Wastewater Treatment Systems(DEWATS) dan Sanitasi Berbasis Ma-syarakat (Community Based Sanitation,CBS) telah diimplementasikan di Indo-nesia dalam kerangka kerjasama antaraBORDA dengan para organisasi mitraseperti LPTP, BEST dan BALIFOKUS.Kerangka kerja proyek DEWATS dan CBSbertujuan mendukung kabupaten-kabu-paten, kelompok-kelompok masyarakat,institusi serta perusahaan kecil danmenengah dalam merencanakan, meran-cang, dan membangun sistem pengolahanair limbah yang berdaya guna, tepat gunadan ekonomis, sesuai kebutuhan dan pi-lihan yang ada.

B A L I F O K U SBALIFOKUS adalah lembaga lokal

yang bekerja di tingkat nasional, regionaldan internasional. BALIFOKUS selaluberusaha mengintegrasikan isu-isu lokal

dengan perkembangan global agar dapatberkontribusi pada perubahan yang dibu-tuhkan masyarakat lokal maupun dunia.

BALIFOKUS berdiri pada 14 Juni2000 oleh lima orang dengan beragamlatar belakang. Mereka adalah A.A RakaDalem (dosen Biologi Universitas Uda-yana), A.A Ngurah Surya Anala (ak-tivis/konsultan HIV/AIDS), David Kuper(mantan Swiss Contact Director di In-donesia), Michelle Togasa (desain grafis),dan Yuyun Ismawati (aktivis lingkungan).

Menjadi lembaga yang mandiri de-ngan manajemen yang profesional untukmeningkatkan kapasitas masyarakat,kualitas hidup dan lingkungan bersamastakeholders secara berkelanjutan adalahvisi BALIFOKUS.

Sementara misinya antara lain; mem-bangun lembaga yang solid, mandiridalam mengembangkan dan melak-sanakan ide-ide serta program yang men-jamin kesejahteraan bersama, mengelolaorganisasi dengan SDM yang kompetendengan mekanisme yang transparan danakuntabel dalam merealisasikan rencanadan budget secara efektif dan efisienuntuk mencapai kualitas kerja yang opti-mal. Meningkatkan kualitas hidup dankapasitas masyarakat, terutama masya-

78WAWANCARASEPUTAR PELAKU

PercikMei 2009

Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu 3R di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timuryang merupakan program BORDA. Foto Bowo Leksono

rakat miskin, di bidang sosial, kesehatandan ekonomi, melalui program-programberbasis masyarakat yang partisipatif.Meningkatkan kualitas lingkungan,terutama di kawasan permukiman, me-lalui program pengendalian pencemarandemi terciptanya lingkungan yang lebihbaik.

Program yang dijalankan BALI-FOKUS adalah pengelolaan lingkunganperkotaan yang berpihak pada ma-syarakat yaitu pemberdayaan masyarakatuntuk pengelolaan limbah domestik,usaha kecil dan menengah, sampah, airbersih, dan kimiawi yang lebih baik.Disamping itu juga menggarap pariwisatayang berkelanjutan.

B E S TBina Ekonomi Sosial Terpadu (BEST)

adalah LSM di Indonesia yang berdiritahun 1995 di Tangerang, Provinsi Bantendengan bantuan LSM Jerman, BORDA.BEST dengan jelas menyatakan misinyauntuk meningkatkan kualitas hidupmasyarakat dengan prinsip partisipasi.

Kegiatan utamanya adalah untukmeningkatkan kesejahteraan keluargamasyarakat miskin di permukimankumuh perkotaan. Program awalnya ter-pusat pada pembangunan sumber air

bersih untuk masyarakat tak mampu.Seiring berjalannya waktu, program inimeluas dan mencakup semua konsep sa-nitasi, termasuk pengelolaan sampah.

Pada tahu 2002, LSM ini membukakantor keduanya di Surabaya. Saat iniLSM ini mempekerjakan 13 pegawai ahliuntuk bidang teknik, sosial, manajemen,lingkungan dan pendidikan, dan 16-20orang pegawai paruh waktu.

Pada Juni 2004, BEST memulai pro-gram "Sampah Pro" di Tangerang. Pro-gram ini menggunakan motor kecil bero-da tiga untuk mengumpulkan sampahpada rumah warga yang turut berpartisi-pasi setiap dua kali sehari. Setelah ge-robak ini penuh, sampah kemudiandiangkut ke TPS (Tempat PenampunganSementara) untuk diangkut ke TPA(Tempat Pembuangan Akhir).

JURUSAN TEKNIK KIMIA UGMProgram Waste Refinery digagas Ju-

rusan Teknik Kimia Universitas GajahMada (UGM) bekerjasama dengan Uni-versity College of Boras dan Boras Muni-cipality (Pemerintah Kota Boras) Swedia.

Program Kerjasama ini merupakanperpaduan antara kegiatan penelitianilmiah di universitas dengan aplikasinyadi lapangan dalam hal penanganan

masalah limbah, khususnaya sampahperkotaan, di Indonesia. Secara sistema-tis akan dilakukan evaluasi, pengembang-an, demonstrasi dan pengintegrasianberbagai teknik pengolahan sampah men-jadi energi atau bahan yang bernilai.

Program ini sudah mulai dilak-sanakan sejak November 2006 dan telahberhasil melaksanakan beberapa kegiatanseperti workshop, pertukaran tenaga ahlimaupun mahasiswa antara Indonesia danSwedia serta penulisan proposal ke lem-baga-lembaga riset Swedia maupun Indo-nesia. Program kerjasama penanganansampah yang telah berjalan saat inidilakukan antara UGM dengan PemdaKabupaten Sleman, Yogyakarta. Diha-rapkan jaringan kerjasama ini akan melu-as sehinggan bisa melibatkan universitasdan pemda lain di Indonesia.

Program ini bertujuan menjadi pusatrujukan ilmiah serta menjadi sarana pen-jalin kerjasama antara semua pihak yangberkepentingan dalam penanganan sam-pah padat perkotaan di Indonesia sehing-ga bisa diolah kembali menjadi bahanyang bermanfaat dan/atau sebagai sum-ber energi. Kerjasama internasional denganSwedia dilakukan untuk memperolehmodel penanganan sampah padat perko-taan yang baik dan bisa diadaptasikan de-ngan situasi dan kondisi di Indonesia.

Berbagai kegiatan sudah terlaksanadalam payung program ini. Beberapakegiatan yang sudah dan akan terus dilak-sanakan adalah kunjungan delegasiIndonesia (wakil pemerintah daerah danuniversitas ) ke sistem pengolahan sam-pah di Swedia, kunjungan tenaga ahliSwedia ke Indonesia, workshop tentangWaste Refinery, pertukaran mahasiswadan staf, kerjasama penelitian, serta pem-bangunan pilot project.

HIMPUNAN MAHASISWATEKNIK LINGKUNGAN ITB

Diperkirakan ada 500 juta sampai1 milyar kantong plastikd i g u n a k a n

79WAWANCARASEPUTAR PELAKU

PercikMei 2009

Sampah plastik merupakan sampah berbahaya bagi lingkungan karena sulit terurai.Foto Bowo Leksono

Sampah plastik merupakan sampah berbahaya bagi lingkungan karena sulit terurai.Foto Bowo Leksono

penduduk dunia dalam satu tahun. Iniberarti ada sekitar 1 juta kantong plastikper menit. Untuk membuatnya, diper-lukan 12 juta barel minyak per tahun dan14 juta pohon ditebang. Hal ini dapatmemperburuk global warming karenakurangnya pohon sebagai paru-paru bumiyang dapat menyerap emisi gas rumahkaca. Selain bahan dasarnya yang non-renewable (dari hasil samping peng-ambilan bahan bakar minyak), plastikjuga tidak hemat energi dalam prosespembuatannya.

Plastik sangat berbahaya bagi ling-kungan karena sulit terdekomposisi,butuh waktu 500 tahun sampai dapat ter-dekomposisi secara sempurna. Buruknya,kantong plastik yang digunakan sebagaipembungkus saat belanja sebagian besarberakhir menjadi sampah yang dapatmencemari tanah dan air tanah dan jikadibakar pun dapat mengemisikan gasdioxin yang berbahaya.

Kenyataan, lebih dari 90 persen wargakota Bandung tidak peduli pada sampah-nya. Salah satu jenis sampah adalah kan-tong plastik bekas. Sampah kantong plas-tik di kota Bandung saja seharinya bisamenutupi 50 lapangan bola.

Untuk itulah, para mahasiswa TeknikLingkungan Institut Teknologi Bandung(ITB) yang tergabung dalam HimpunanMahasiswa Teknik Lingkungan ITB berinisi-atif menggelar kegiatan kampanye AntiPlastic Bag Campaign (kampanye anti tasplastik) di bulan Februari setiap tahun.

Anti Plastic Bag Campaign merupakansalah satu wujud tindakan nyata kepedulianmahasiswa dalam upaya menjaga lingkung-an. Target dari kampanye ini adalah mencip-takan suatu tren di kalangan anak mudauntuk membawa tas sendiri saat berbelanjasebagai pengganti kantong plastik sehinggabisa mereduksi sampah. Sasaran kampanyeini memang anak muda, yaitu dalam rentangusia 15-25 tahun.

Selain melibatkan para mahasiswaITB juga menyertakan berbagai elemenmasyarakat, LSM serta stakeholder lain-nya. Sementara sasaran kampanye antikantong plastik itu, para kawula muda

usia 16-25 tahun di samping masyarakatumum. Diharapkan kampanye anti kan-tong plastik ini akan menciptakan trenkesadaran bersikap peduli lingkungan diseluruh Indonesia.

KSM KIPRAHTIGARAKSA TANGERANG

Kelompok Swadaya Masyarakat KitaPro Sampah (KSM KIPRAH) di Tigaraksa,Kabupaten Tangerang, Banten, berhasilmenangani sanitasi di masyarakat lewatLSM Bina Ekonomi Sosial Terpadu(BEST).

Pengumpulan sampah dilakukan de-ngan motor-motor kecil. Rumah tanggayang berpartisipasi merupakan anggotajaringan pro yang membayar bulananuntuk mengumpulkan sampah atau mere-ka membayar per kilogram. KemudianBEST membangun TPS yang berfungsisebagai fasilitas pemilihan materi, dima-na sampah dipisahkan menjadi sampahyang dapat didaur ulang, tidak dapat di-daur ulang dan sebagai bahan kompos.

Didukung oleh kesadaran lingkunganyang semakin meningkat, proyek dalamberbagai aspek lingkungan dijalankan,

termasuk pembangunan IPAL, RumahSakit, pembangunan MCK plus ++ (WCumum dengan sarana tambahan), danproduksi biogas sebagai penggantiminyak tanah. Dalam pendanaan, BESTdibantu oleh BORDA.

Sebagai hasil, volume sampah diPerumahan Mustika Tiga Raksa telahberkurang dari 45 kali angkutan truksampah per bulan menjadi hanya delapankali angkutan per bulan. Di masa depan,BEST memperkirakan pada tahun 2010ongkos iuran sampah akan naik menjadiRp. 8.000-12.000 per bulan per kepalakeluarga sejalan dengan bertambahnyajumlah penduduk di Perumahan MustikaTiga Raksa.

Pengalaman BEST menunjukkanbahwa selain faktor dukungan dana daripihak luar, lembaga pelaksana yang me-ngenalkan sistem pengelolaan sampahharus mendapatkan kepercayaan yangbaik dari warga selaku pemiliksumber sampah dan daripihak lain agar ke-giatan berjalan lan-car.

80WAWANCARASEPUTAR PELAKU

PercikMei 2009

Salah satu sudut PT Mittran di Bekasi. Di tempat ini bisnis sampah dikelola secara profesional.Foto Bowo Leksono

PT MITTRANHidayat, S.E, Direktur PT Mitratani

Mandiri Perdana (Mittran), bekerja de-ngan sampah berskala 3000 KK diKelurahan Jatimurni, Bekasi. Meliputipuluhan RT, beberapa RW dan di 2 kelu-rahan. Dan dalam kurun waktu hanya duatahun saja sudah banyak mengundangorang untuk penasaran dengan berbagaiagenda.

Ternyata yang dilakukan Hidayat taksekedar hobi dalam mengelola sampah. Iaterang-terangan mengelola sampah seba-gai bisnis untuk menopang hidup. Saat inimemiliki sekitar 60 karyawan yang seba-gian anak putus sekolah dan 10 staf.

Mittran mengelola sampah yangmenghasilkan produk-produk sepertikompos dan briket biomassa, pupukorganik, dan daur ulang, disamping mem-produksi mesin-mesin pengolah sampah.

Juga menangani soal jasa seperti pela-tihan pengelolaan sampah, jasa angkutdan pengolahan, warung 3R, dan jasakonsultasi.

Keuntungan secara finansial memangbelum banyak, tetapi untuk merubah polapiker berbagai pihak, sepertinya cukupmengena. Persoalan sampah bukan sam-pahnya atau institusinya ataupun na-manya, tetapi lebih pada masalah apresia-si manusia terhadap niat "mau mena-ngani atau tidak".

PT PEMBANGUNAN JAYA ANCOLSebuah model tanggung jawab sosial

perusahaan (corporate social responsibi-lity) dari PT Pembangunan Jaya AncolTbk, pengelola kawasan wisata pantai dibibir Teluk Jakarta, untuk pemberdayaanmasyarakat sekitar di bidang lingkunganadalah dengan menerapkan program

Ancol Sayang Lingkungan (ASL) sejak2002.

Salah satu lingkungan binaan dariprogram ASL adalah permukiman padatpenduduk dan kumuh di gang Shoho, RT02 dan RT 007 RW 02, Kelurahan Ancol,Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.Namun rasanya tanpa pionir yang lahir ditengah-tengah warga, tidaklah mungkinberhasil untuk merubah sesuatu yangkumuh menjadi asri. Mustofa Hidayatadalah pionir di Kelurahan Ancol itu.

Bersama warga, Mustofa membentukKomunitas Peduli Lingkungan. Selainmenata lingkungan permukiman, komuni-tas ini juga bergiat dalam usaha daur ulangkertas bekas dan pembuatan kompos darisampah organik. Dari kegiatan ini, merekayang terlibat di dalamnya sudah mulaimemetik manfaat ekonominya.

Pengelolaan dan penataan kampungkumuh itu telah membuahkan hasil.Lingkungan yang tadinya sangat kumuhitu mulai tertata rapi dan sedikit tampakasri, juga mulai terbuka peluang ekonomibagi warga. Bersama sejumlah warga RT007, Mustofa serius menekuni kegiatanmemproduksi aneka barang dari daurulang kertas bekas.

Seiring kian berdayanya unit usahatersebut, tak hanya limbah kertas dari PTPembangunan Jaya Ancol yang didaurulang. Kertas buangan dari perusahaan-perusahaan yang berbasis di kawasanindustri Ancol juga diserapnya. Adapunsampah berupa gedebok, serat kunyit,dan serat jati juga bisa dimanfaatkansebagai bahan pendukung-pewarna.

Penghargaan Kehati Award pada tahun2007 dari Yayasan Keragaman HayatiIndonesia yang diperoleh lewat PT Pem-bangunan Jaya Ancol Tbk, yang mampumengubah permukiman kumuh menjaditempat hunian yang lebih layak, adalahbukti keberhasilan warga Gang Shoho. Be-gitu pun pada Danamon Award tahun 2006sebagai juara III. BW/ berbagai sumber

81WAWANCARASEPUTAR PELAKU

PercikMei 2009

Kelurahan Ancol, Jakarta Utara merupakan permukiman padat penduduk dan kumuh yang kemudianberubah menjadi asri karena kesadaran warga. Foto Bowo Leksono

HARI PEDULI SAMPAH NASIONAL

(21 FEBRUARI)

P ersoalan sampah bukan persoalanmain-main. Mungkin seserius per-

soalan korupsi di negeri ini. Satu bukti,pemerintah juga serius dalam menanganisoal sampah dengan ditetapkannya "HariPeduli Sampah" yang diperingati setiap 21Februari.

Tahun ini, untuk pertama kaliperingatan Hari Peduli Sampah (HPS)Nasional dan untuk pertama kali pulaKota Surabaya didaulat menjadi tuanrumah peringatan tersebut. MengapaSurabaya? Karena salah satu kota metro-politan di Indonesia ini dinilai sebagaikota yang melakukan pengelolaan sam-pah berbasis masyarakat paling maju.

Mengapa 21 Februari diperingatisebagai Hari Peduli Sampah Nasional?Melirik kejadian empat tahun silam,tepatnya 21 Februari 2005 di Bandung,adalah saat terjadi musibah longsornyaTempat Pembuangan Akhir (TPA)Leuwigajah. Musibah ini merupakan mu-sibah terbesar akibat sampah yang mene-waskan sekitar 143 warga dan menim-bulkan kerugian besar.

Untuk itulah, Pemerintah melaluiKementerian Negara Lingkungan Hidupmenetapkan tanggal 21 Februari sebagaiHari Peduli Sampah. Hal ini juga sebagaiupaya untuk mengenang bencana longsoryang menimpa permukiman di sekitarTPA Leuwigajah. Peristiwa tragedi inipula yang kemudian menginspirasiPemerintah mempercepat lahirnya Un-dang-Undang Nomor 18 tahun 2008 ten-tang Pengelolaan Sampah.

HARI BUMI

(EARTH DAY/22 APRIL)

P ada 1969, Senator Wisconsin, Gay-lord Nelson di Seattle, Amerika Seri-

kat mengusulkan agar diberlakukan seca-ra nasional apa yang disebut teach in, yai-tu sesi kuliah tambahan yang membahastema-tema kontroversial yang sedang ha-

ngat, khususnya tema lingkungan hidup.Gagasan Nelson mendapat dukungan

luar biasa dari masyarakat sipil. Inilahembrio lahirnya Hari Bumi. Karenasetahun kemudian tepatnya 22 April1970, jutaan orang turun ke jalan,berdemonstrasi memadati Fifth Avenue,New York. Tidak kurang 1500 perguruantinggi dan 10 ribu sekolah berpartisipasiberunjuk rasa di New York, Washington,dan San Fransisco. Peringatan Hari Bumipertama kali pada tahun 1970 dinilaimerupakan puncak kejayaan gerakanlingkungan hidup era 1960-an.

Gerakan yang monumental ini menu-rut Nelson, yang meninggal pada 4 Juli2005 di usia 89 tahun, sebagai "ledakanakar rumput yang sangat mence-ngangkan". Tak salah bila Nelson disebutsebagai Bapak Hari Bumi Internasional.Dan hingga saat ini, setiap 22 April,negara-negara di seluruh dunia mem-peringatinya.

Peringatan Hari Bumi sebagaimomentum sejarah jelas ditujukan agarumat manusia ingat bahwa kita hanyapunya satu planet yang bisa didiami.

Sehingga umat manusia perlu menjagadan bersegera menyelamatkan bumi darikerusakan.

HARI LINGKUNGAN HIDUP

SEDUNIA (WORLD ENVIRONMENT

DAY/5 JUNI)

H ari Lingkungan Hidup Sedunia per-tama kali dicetuskan pada tahun

1972 dan merupakan rangkaian kegiatanlingkungan dari dua tahun sebelumnyaketika seorang senator Amerika SerikatGaylord Nelson menyaksikan betapakotor dan cemarnya bumi karena ulahmanusia. Dua tahun sebelumnya, yaitupada 22 April 1970, Gaylord Nelson mem-proklamasikan Hari Bumi (Earth Day).

Hari Lingkungan Hidup berdasarkanKonferensi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengenai lingkungan hidup yangdiselenggarakan 5 Juni 1972 di Stock-holm, sehingga tanggal konferensi terse-but ditetapkan sebagai Hari LingkunganHidup Sedunia. Indonesia juga ikut terli-bat dalam konferensi tersebut yang meng-hadirkan Prof. Emil Salim yang saat itumenjabat sebagai Kepala Bappenas.

Tujuan penyelenggaraan Hari Ling-kungan Hidup adalah untuk mening-katkan kesadaran publik dalam memeli-hara dan memperbaiki lingkungan sertamencegah dampak negatif terhadaplingkungan.

MINGGU BERSIH-BERSIH DUNIA

(CLEAN UP THE WORLD

WEEKEND/18-20 SEPTEMBER)

C lean Up the World merupakan pro-gram lingkungan berbasis masya-

rakat yang memberi insprasi dan mem-bangkitkan semangat individu-individudan masyarakat dari berbagai penjurudunia untuk melakukan bersih-bersih,memperbaiki dan melakukan konservasilingkungan.

Tahun ini adalah tahun ke-16Clean Up the World (CUW),dilaksanakan de-

82AGENDA

PercikMei 2009

Sampah di TPA menjadi sumber pendapatan.Foto Bowo Leksono

ngan dukungan dari United NationsEnvironment Programme (UNEP), setiaptahunnya memobilisasi sekitar 35 jutasukarelawan dari 120 negara, membuat-nya menjadi kampanye lingkunganberbasis masyarakat terbesar di dunia.

Kampanye CUW melibatkan pelakubisnis, kelompok-kelompok masyarakat,sekolah-sekolah, pemerintah dan indi-vidu-individu dalam berbagai kegiatandan program yang berkontribusi positifterhadap perbaikan lingkungan.

Partisipan disarankan untuk mela-kukan kegiatan lingkungan pada tiapakhir minggu ke-3 September. Clean Upthe World juga dirancang untuk mem-berikan dukungan pada kelompok-kelom-pok untuk melakukan kegiatan dan pro-gram sepanjang tahun.

Clean Up the World dikoordinasikanoleh Badan PBB, Departemen InformasiPublik dan didukung serta berkolaborasidengan berbagai organisasi mitra dariberbagai negara.

HARI DAUR ULANG (RECYCLING

DAY/15 NOVEMBER)

T idak satupun negara yang tidakmenghasilkan sampah. Setiap hari,

manusia penghuni bumi adalah produsensampah. Sebagian besar negara masihmengandalkan TPA dan inseneratoruntuk akhir dari sampah yang diproduksi.Belum sampai berpikir gradual bahwasampah bisa didaur ulang (recycling) danmempunyai nilai tambah.

Daur ulang merupakan salah satu carapengelolaan sampah padat yang terdiriatas kegiatan pemilahan, pengumpulan,pemrosesan, pendistribusian dan pembu-atan produk/material bekas pakai atauyang kerap disebut sampah. Adapunbarang-barang yang dapat didaur ulangberupa gelas atau kaca, kertas, logam,plastik dan sampah basah. Dengan men-daur-ulang, kita menghemat penggunaansumber daya alam, menghemat energidan memperpanjang masa pakai danumur suatu produk atau material.

Tidak hanya mempunyai nilai tam-

bah, kegiatan daur ulang juga sekaligusmembantu melindungi lingkungan daripencemaran yang jelas membahayakanmanusia sendiri. Karena persoalan sam-pah jadi persoalan dunia dan pentingnyamendaur ulang menjadi kepentingan ber-sama, maka perlu ditetapkan Hari DaurUlang yang jatuh pada 15 November.

Hari Daur Ulang merupakan kesem-patan penting untuk mendidik masya-rakat mengenai pentingnya daur ulangbagi lingkungan, dan bagaimana setiaporang dapat berkontribusi untuk duniayang lebih baik dengan daur ulang.

HARI AKSI GLOBAL

UNTUK PERUBAHAN IKLIM

(12 DESEMBER 2009)

T anggal 12 Desember ditetapkan olehkelompok LSM internasional dan

individu-individu yang peduli terhadappemanasan global sebagai Hari AksiGlobal untuk Perubahan Iklim. Bersa-maan dengan konferensi PBB untuk Peru-bahan Iklim (COP15/MOP5) di Co-penhagen, Denmark pada 7-18 Desember2009 yang akan datang.

Pada Hari Aksi Global untuk Perubah-an Iklim ini para pemimpin dunia dipang-gil untuk mengambil keputusan dan aksi

penting terkait perubahan iklim. Copen-hagen Climate Talks merupakan kesem-patan dunia yang terakhir untuk memas-tikan perjanjian penurunan emisi yangakan menggantikan Protokol Kyoto.

Ada kesepakatan yang berkembangdiantara para ilmuwan bahwa selama 10tahun terakhir sedikit sekali upaya yangkita lakukan untuk menghentikan danmengembalikan pertumbuhan globalemisi gas rumah kaca. Hal ini berartipembicaraan internasional di Copen-hagen pada Desember 2009 akan menja-di kesempatan terakhir kita untuk mence-gah petaka dunia.

Pada Hari Aksi Global ini semuawarga negara dihimbau untuk meng-ingatkan para pemimpin negaranya danpara pemimpin dunia untuk berupayadan berkomitmen lebih keras lagi untukmenurunkan emisi-emisi gas rumah kacadi berbagai sektor: kehutanan, industri,pertanian, limbah dan energi.

BW/YI/ Berbagai Sumber

83AGENDA

PercikMei 2009

Ibu-ibu merayakan Hari Peduli Sampah Nasional. Foto: Istimewa

S egala perubahan ada di tanganmasyarakat. Selama ini program

pembangunan nasional tidak akanberhasil tanpa dukungan dan peran sertamasyarakat. Termasuk pembangunanpersampahan di Indonesia. Disampingdibutuhkan pula peran serta pihak lainyang terkait.

Sampah selalu menjadi persoalankarena tidak dikelola dengan baik.Sampah menjadi persoalan setiap dae-rah/kota. Bertambahnya hari, bertambahpula volume sampah seiring pertambahanjumlah penduduk dan pertambahan jenisdan karakter sampah. Jelas pemerintahdaerah/kota tak akan mampu menanganipersoalan sampah ini sendirian. Perludukungan semua pihak.

Pembangunan bidang persampahandi Indonesia menemukan satu sistemyang mencirikan adanya keterlibatanmasyarakat dalam perencanaan danpengoperasian pengelolaan sampah.

Sistem itu bernama pengolah-an sampah berbasis

m a s y a r a k a t(PSBM).

Sistem ini bukan dalam tataran kon-sep karena sudah banyak kawasan yangberhasil menerapkannya. KeberhasilanPSBM terbukti mampu mengurangibeban pemerintah dalam penanganansampah. Suatu kewajaran bila pemerin-tah daerah memfasilitasi pengembanganPSBM.

Bagaimana kawasan atau suatu dae-rah untuk memulai menerapkan sistemPSBM? Apa yang harus dilakukanmasyarakat, pemerintah daerah, danpihak-pihak terkait? Atau bagaimanamenjaga keberlanjutan PSBM ini bagikawasan yang sudah menjalankannya?

Sebuah buku sederhana terbitan Ke-lompok Kerja Air Minum dan PenyehatanLingkungan (AMPL) tentang pengelolaansampah berbasis masyarakat, mengupassecara jelas sistem Pengelolaan SampahBerbasis Masyarakat (PSBM) berikuttahap-tahap pengembangannya.

Buku berjudul "Saatnya MasyarakatBerkawan" ini dibagi menjadi 4 bagian;yaitu bagian pertama, berisikan beragaminformasi seputar klasifikasi sampah per-mukiman, prinsip pengelolaan sampahberbasis masyarakat, komponen teknis

PSBM terpadu, dan pola pengelolaansampah berbasis masyarakat.

Bagian kedua, menjelaskan tentangtahap-tahap awal yang harus dilakukanuntuk menyiapkan masyarakat dalampengembangan dan pengoperasianPSBM.

Pada bagian ketiga, menjelaskanbeberapa potensi kawasan permukimanyang harus diketahui sebelum peren-canaan PSBM dapat dilakukan. Bagiankeempat, menyusun rencana PengelolaanSampah Berbasis Masyarakat. Padabagian penyusunan rencana ini, kelom-pok penggerak bersama-sama wargamenyusun suatu rencana pengelolaansampah.

Perencanaan itu berupa penentuanjenis pewadahan sampah terpilah, polapengumpulan sampah, teknik pengolahansampah, dan pengomposan. Termasukmenentukan sumber dana untuk mem-biayai pengelolaan sampah berbasismasyarakat dan administrasi pengelolaansistem ini.

Cukup lengkap penjabaran buku pe-ngelolaan sampah ini meski hanya setebal40 halaman. Apalagi dengan kemasan fullcolor dan didukung gambar-gambar, baikfoto maupun ilustrasi yang menarik.Dilengkapi diagram yang menjelaskanproses pengelolaan sampah. Menariknya,foto-foto dalam buku yang terbit di akhirtahun 2008 ini bukan sekedar ilustrasitapi merupakan rangkuman pembela-jaran best practices dari PSBM yang adadi Indonesia.

Bergambar seorang ibu rumah tanggadiantara tong-tong sampah sebagai coverdepan, buku ini ditujukan bagi parapemangku kepentingan (stakeholders)urusan persampahan kota. Termasuk didalamnya kelompok-kelompok masya-rakat yang ingin mengembangkan PSBMdan pihak-pihak yang ingin membantumasyarakat itu. BW

84 PUSTAKA SAMPAH

Sistem Mengolah SampahBerbasis Masyarakat

Judul :PENGEMBANGAN SISTEM PERSAMPAHAN

BERBASIS MASYARAKATPenulis :

Rudy Yuwono, Laksmi Wardhani, UtariNinghadiyati, dan Endro Adinugroho

Penerbit : Kelompok Kerja Air Minum danPenyehatan Lingkungan (AMPL),

Jakarta 2008Tebal :

40 Halaman

PercikMei 2009

ACT OF THE REPUBLIC OF INDONESIANUMBER 18 YEAR 2008 REGARDINGWASTE MANAGEMENT

Penerbit: State Ministry of EnvironmentThe Republic of Indonesia, 2008

Pustaka ini merupakan Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 ten-tang Pengelolaan Sampah dalam versi Inggris.

BUMI BEBAS SAMPAHPenerbit: Pusdakota (Pusat Pemberdayaan

Komunitas Perkotaan) - KITA (Kitakyushu Inter-national Techno-Cooperative Association)-Pe-merintah Kota Surabaya, 2008

Melalui buku ini, kita akan lebih mudah me-ngenali berbagai jenis sampah yang selama inikita temui dan kita akan belajar tentangbagaimana mengelola sampah. Dari sini kitaakan mengenal ilmu pengelolaan sampah.Kemudian praktikkan sendiri. Lantas praktik-kan untuk lingkungan sekitar kita. Dengan begi-tu sedikit demi sedikit lingkungan bersih akanterwujud. Dan kita semua pasti akan lebihsehat.

PEMULUNG SANG PELOPOR3R SAMPAH

Penerbit: KLUPN & PIDUS-Zero Waste Indo-nesia, 2008

Sejak 1960-an atau 1970-an pemulungsudah berbuat mengurangi, memanfaatkankembali, dan mendaur-ulang sampah ketikamasyarakat, dunia usaha dan pemerintahbelum peduli. Aktivitas itu dikenal sebagai pe-nerapan 3R (reduce, reuse, recycle) sampah.Pemulung memfokuskan diri pada sampah non-organik, porsinya 30 persen dari total sampahkota. Jumlahnya ribuan, bahkan jutaan pemu-lung bersama keluarganya menambatkan hidup

pada sampah. Pantaslah kitamenjuluki Pemulung

Sang Pelopor 3RS a m p a h .

D u l u

popular dengan sebutan Laskar Mandiri. Peng-hargaan ini merupakan suatu keberanian yangditulis dengan tinta emas. Sebagai pertandasemakin seriusnya kita melaksanakan prinsip-prinsip 3R dan menguatkan sentuhan dan apre-siasi atas mereka yang telah berjasa besar.

MEMANEN SAMPAHPenerbit: Kanisius, 2007Dalam buku ini kita akan menemukan me-

ngapa sampah bisa menjadi berkah. Buku inidapat bermanfaat bagi siapa saja yang inginbelajar mengimplementasikan pengelolaansampah secara nyata, setidaknya di lingkung-annya masing-masing. Alur tulisan mengalirdalam lima bagian, mulai dari wacana, reali-tas, tantangan dan permasalahan, solusi peme-cahan masalah, dan harapan masa depan.

PANDUAN PRAKTIS PEMILAHANSAMPAH

Penerbit: Kementerian Negara LingkunganHidup-JICA, 2008

Pemilahan sampah adalah salah satu bagiantersulit dari tata rentang pengelolaan sampahkarena berkaitan dengan perilaku manusiayang pasti membutuhkan waktu panjang danupaya yang besar. Panduan ini diharapkan da-pat menjadi arahan dasar bagi usaha pemilah-an sampah dalam pengelolaan sampah kotasecara terpadu, khususnya bagi penyeleng-garaan pengelolaan sampah di daerah.

PENANGANANDAN PENGOLAHAN SAMPAH

Penerbit: Penebar Swadaya, 2008Jumlah sampah kian bertambah seiring per-

tambahan penduduk. Akibatnya, sampah men-jadi menumpuk dan menimbulkan masalahyang tidak pernah tuntas. Untuk mengatasinya,perlu penanganan sampah yang serius.Penanganan sampah tersebut harus dimulaidari rumah tangga hingga tempat pembuanganakhir. Penanganan sampah dapat dilakukandengan beberapa cara, seperti penampungan,pemusnahan, pengumpulan, pembuangan, dandaur ulang. Tidak sekedar informasi tersebut,

85PUSTAKA SAMPAH INFO BUKU INFO CD SITUS REGULASI

PercikMei 2009

INFO BUKU

buku ini juga membahas sekilas teknis peng-olahan sampah menjadi produk bermanfaat.

PRAKTEK MENGHENTIKANPEMBUANGAN SAMPAH KE SUNGAI

Penerbit: Kementerian Negara LingkunganHidup (KNLH), 2008

Panduan ini bertujuan untuk memberikaninformasi mengenai kondisi terkini sungai dikota-kota besar di Indonesia, untuk menun-jukkan metode praktis yang berguna untukmenghentikan pembuangan sampah ke sungai,dan juga untuk mewujudkan peningkatan kua-litas dan fungsi sungai sebagai sumber dayaalam yang sangat berharga. Panduan ini dibuatuntuk para pengguna terutama bagi parapemangku kepentingan di daerah. Metodepraktis ini sebagai panduan yang dapat menja-di acuan Instansi Pemerintah, PemerintahProvinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota untukmenghentikan pembuangan sampah ke sungai.

STATISTIK PERSAMPAHAN INDONESIATAHUN 2008

Penerbit: Kementerian Negara LingkunganHidup, 2008

Buku ini berisi gambaran umum kondisipengelolaan sampah di Indonesia dan dapatdijadikan arahan dasar bagi pengambilan kebi-jakan pengelolaan sampah kota secara ter-padu. Informasi dan data yang ada meliputiaspek kelembagaan sistem pengelolaan per-sampahan, data timbulan sampah, datapengumpulan dan penanganan sampah, tempatpenampungan sampah sementara (TPS), peng-angkutan sampah, tempat pemrosesan akhirsampah, fasilitas pengolahan sampah, daurulang sampah, aspek peraturan, aspek pem-biayaan, serta partisipasi masyarakat. Datapada laporan ini adalah data terakhir padatahun 2006.

SUKSES MEMBUAT KOMPOS DARI SAM-PAH

Penerbit: PT. AgroMedia Pustaka, 2006Buku ini dibuat oleh orang

yang peduli akan

kebersihan dan kenyamanan lingkungan. Sam-pah yang dianggap sebagian orang kotor danmenjijikkan bisa dijadikan "emas" oleh penulis,terutama sampah organik yang diolahnya men-jadi kompos. Penulis mencari mitra melaluipengolahan sampah dan melalui kemitraantersebut, sampah itu menjadi lahan bisnis yangmenguntungkan. Dengan slogan "sampahadalah emas" maka penulis mengajak semuamasyarakat memburu sampah dan mengubah-nya menjadi produk yang bermanfaat sehinggasalah satu masalah kita bersama akan teratasi.

KALAU SULIT DILAWANJADIKAN KAWAN

Penerbit: Pokja AMPL (Bappenas, Dep. PU,Depdagri, Depkes, dan KLH), 2007

Buku ini berisi informasi mendasar tentangsampah dan konsep pengelolaannya. Para pem-baca dapat menjumpai informasi mengenaihirarki pengelolaan sampah, berbagai jenissampah dan peluang-peluang pemanfaatannya.Informasi yang disampaikan dalam buku inicukup untuk menumbuhkan pemahaman dasartentang perlunya kita mengoptimalkan peman-faatan sampah sebagai bagian dari penerapanpola pengelolaan sampah terpadu, mencobaberkawan dengan sampah, daripada terus-menerus memeranginya.

INFO CD

CARA PENGOLAHAN SAMPAHORGANIK DI KEBUN KARINDA

Penerbit: PT Karno's Film, 2007Sampah ada dimana-mana. Sampah sering

dituding sebagai sumber penyakit. Tapi manu-sia juga penyebabnya. Rumah tangga adalahprodusen sampah organik yang sangat aktif.Setiap hari minimal dua kilogram untuk satukeluarga. Berapa banyak 100 rumah tanggadalam menghasilkan sampah? Dan bagaimanabila tidak dikelola dengan baik? Beruntung,Tuhan menciptakan mata rantai yang begitusempurna. Aktor Rano Karno memberi prologpada sebuah tayangan video pembelajarantentang "Pengolahan Sampah Organik". Dengandaya tarik seorang Rano Karno, video ini meng-

ajak semua orang belajar membuat komposdi Kebun Karinda yang dipimpin

86 PUSTAKA SAMPAH INFO BUKU INFO CD SITUS REGULASI

PercikMei 2009

Djamaludin Suryohadikusumo dan Sri MurniatiDjamaludin. Belajar kompos pada Djamaludinyang juga mantan menteri kehutanan dimasaOrde Baru ini berprinsip murah dan mudahdidapat, yaitu membuat kompos dari sampahdapur dan sampah halaman. Kebun Karindayang terletak di Bumi Karang Indah, LebakBulus, Jakarta Selatan ini merupakan tamanberwawasan lingkungan sebagai tempat per-contohan, penyuluhan, pelatihan, pengelolaansampah keluarga dan pemanfaatan kompos.

SAMPAH DI MATAKUPenerbit: Yayasan Griya Mandiri, 2004Bagaimana sampah dimata almarhum Pak

Min (60), lelaki separuh baya yang dengan carasendirian mengumpulkan sampah dari rumah-rumah di komplek Perumahan Minomartani,Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogya-karta? Ya, di tangan Pak Min, sampah itu setiaphari diangkut, dipilah, dan diolah menjadikompos. Tepatnya pengelolaan sampah di sang-gar Karya Penarik Sampah (KPS) yang belakang-an berganti nama menjadi Citizen BasedInitiative-Karya Penggayuh Sentosa (CBI-KPS)yang didirikan oleh Wisnu Wardhana (50).Video buatan Yayasan Griya Mandiri yang dipro-duksi tahun 2004 silam ini cukup menginspirasibagaimana di sebuah perumahan cukup elit,ada segelintir warga yang mampu mengelolasampah secara komunal.

PENGELOLAAN SAMPAHRUMAH TANGGA

Penerbit: Tabloid Rumah, 2008Video ini merupakan demo pembuatan

kompos dan produk kerajian tangan dari sam-pah rumah tangga yang dilakukan NiniekNuryanto, warga Kampung Agro WisataRawajati 3 Pancoran, Jakarta Selatan. Demoyang dilakukan meliputi proses pemilahan sam-pah langsung dari sumbernya (rumah kita),demo proses pembuatan kompos, demo pem-

buatan kerajinan tangan darikoran bekas, demo proses

pembuatan tas daribekas produk

refill kebutuhan rumah tangga, serta demopembuatan lubang biopori.

PEDOMAN PENGELOLAANPERSAMPAHAN PERKOTAAN

Penerbit: Departemen Permukiman danPrasarana Wilayah, Ditjen Tata Perkotaan danTata Perdesaan, 2003

Kinerja sistem kebersihan kota saat inimenunjukkan penurunan yang sangat nyatadari masa lalu. Sementara kebijakan yang dite-tapkan para eksekutif pemerintah kabu-paten/kota sangat beragam dan belum terda-pat kriteria yang mengarah kepada terciptanyasistem pengelolaan sampah yang berkelanjutandan memenuhi syarat minimal kesehatan ling-kungan. CD ini merupakan soft copy dari bukuberjudul Pedoman Pengelolaan SampahPerkotaan. Buku ini secara khusus diperun-tukan bagi para eksekutif/legislatif, sehinggasajiannya meliputi informasi dan kriteria untukmenetapkan keputusan yang bersifat strategis.

MUDAH, MURAH, DANMENGHASILKAN

Penerbit: -VCD ini berisi beberapa cerita sukses di

beberapa daerah dalam mengelola sampahnyamenjadi lebih baik serta bermanfaat untuklingkungan, dikarenakan peran aktifmasyarakat dalam pengelolaan sampah. Ceritasuksesnya antara lain; SMA N 34 Jakarta yangberhasil menjalankan program pengelolaansampah sekolah dengan cara memisahkan sam-pah organik dan non-organik, membuat kom-pos, serta mendaur ulang sampah di tempatyang mereka sebut Griya Daur Ulang.Diceritakan pula Kampung Banjarsari,Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan yangtelah melakukan pengolahan sampah secarabaik. Di setiap rumah tangga telah dilakukanpemilahan sampah, sampah organik di daurulang, sedangkan sampah non-organik dijualkepada pemulung untuk nantinya didaur ulang.Cerita terakhir yang juga telah berhasil me-ngelola sampah dengan baik, yaitu PerumahanMustika Tiga Raksa, Tangerang, Banten. Wargamasyarakat perumahan tersebut juga memilahsampahnya menjadi organik dan non-organik.

Sampah organik dikelola menjadi

87PUSTAKA SAMPAH INFO BUKU INFO CD SITUS REGULASI

PercikMei 2009

kompos. Sedangkan air yang mengalir dibawah sampah ditampung dalam tankiseptic kemudian digunakan sebagai bio-gas yang dialirkan ke kompor untukmemasak keperluan sehari-hari.

TALKSHOW AMPL "RAKYATBICARA" TPI-27 NOVEMBER2006 "PENGELOLAAN SAMPAH,SUDAH OPTIMALKAH?"

Penerbit: Pokja AMPL, 2006Video ini berisi rekaman Talkshow

AMPL dalam acara Rakyat Bicara di Te-levisi Pendidikan Indonesia (TPI) padatanggal 27 November 2006 dengan tema"Pengelolaan Sampah, Sudah Optimal-kah?"

DEWATS-SME UNTUK INDUSTRIKECIL DAN MENENGAH,DEWATS-CBS SANITASI BERBASISMASYARAKAT, DESWAMPENGELOLAAN SAMPAH TERDE-SENTRALISASI VERSI INDONESIA

Penerbit: BORDA (Bremen OverseasResearch and Development Association)

Video ini menjelaskan sistem danteknik pengolahan limbah dan sampahyang telah dikembangkan oleh BORDA(lembaga non profit asal Jerman) yangmerupakan salah satu alternatif solusiyang tepat bagi masyarakat dan industrikecil dan menengah dalam mengelolalimbah secara efisien, serta bagimasyarakat dalam mengelola sampahyang terdesentralisasi.

CBSWM (COMMUNITY BASEDSOLID WASTE MANAGEMENT)TRAINING MODULE

Penerbit: ESP-USAID, 2008Pustaka ini merupakan versi CD dari

modul Pelatihan Pengelolaan SampahBerbasis Masyarakat, flip chart

Pengelolaan Sampah

Berbasis Masyarakat, serta beberapa halpenting lainnya terkait pengelolaan sam-pah berbasis masyarakat.

SISTEM PENGELOLAANSAMPAH TERPADU (SIPESAT)

Penerbit: Yayasan Indo Enviro denganPT Agung Cakra Wiwaha

Sampah sudah dan akan menjadimasalah besar terutama di perkotaankarena pencemaran lingkungan, ter-batasnya lahan untuk pembangunan, danbiaya operasional semakin meningkat.Metode SIPESAT merupakan metode me-nerapkan konsep kawasan bersih, yaitusampah dikelola di masing-masing Ke-lurahan atau RT (Rukun Tetangga) setem-pat.

LAPORAN PELAKSANAANLOKAKARYA PENGELOLAANSAMPAH BERBASIS MASYARAKATDI INDONESIA,JAKARTA 16-17 JANUARI 2008(SERI 1 DAN 2)

Penerbit: Jejaring AMPL, 2008Video ini merupakan versi audio visu-

al dari laporan Pelaksanaan LokakaryaPengelolaan sampah Berbasis Masyarakatdi Indonesia, Jakarta 16-17 Januari 2008,yang terbagi kedalam dua keping VCD.

INFO S ITUS

GUGUS TUGAS PENGELOLAANSAMPAHhttp://gtps.ampl.or.id

Gugus Tugas Pengelolaan Sampah(GTPS) atau Solid Waste ManagementTask Force (SWM-TF) merupakan wadahuntuk mensinergikan potensi informasi,pengetahuan dan komunikasi antarang-gota jejaring AMPL di bidang persampah-an dalam kerja sama yang memberikanmanfaat kepada semua pihak. Dalamkerangka sinergi inilah sangat perlu

media situs yang mampu diaksessiapa pun dalam kerangka

pengelolaan sampah serta penyehatanlingkungan. Bila Anda ingin mendapatkankesempatan informasi lebih banyak, bisamendaftarkan diri sebagai anggota situsini. Situs ini dengan wajah cukup menarikdengan konten yang juga cukup lengkap.Ada berita, artikel, kliping, daftar orga-nisasi yang berhubungan dengan penye-hatan lingkungan, disamping tentangGTPS sendiri. Tidak lupa ditampilkan pu-la praktik-praktik terbaik (good prac-tices) sehubungan dengan pengelolaansampah dan pemeliharaan lingkunganpada umumnya.

PEDULI SAMPAHwww.pedulisampah.org

Situs ini dikelola oleh MahasiswaProgram Magister Sistem Teknik Kon-sentrasi Teknologi Pengelolaan dan Pe-ngolahan Sampah/Limbah Perkotaan(TP2SLP) Angkatan Tahun 2006/2007Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Situsini memuat program andalan WasteRefinery Program yaitu mengubah lim-bah menjadi produk bermanfaat. Op-timasi konversi limbah menjadi produkberkualitas untuk masyarakat berkelan-jutan. Visi dari program ini bertujuanmenjadi pusat rujukan ilmiah serta men-jadi sarana penjalin kerjasama antarasemua pihak yang berkepentingan dalampenanganan sampah padat perkotaan diIndonesia sehingga bisa diolah kembalimenjadi bahan yang berman-

88 PUSTAKA SAMPAH INFO BUKU INFO CD SITUS REGULASI

PercikMei 2009

faat dan/atau sebagai sumber energi.Kerjasama internasional dengan Swediadilakukan untuk memperoleh modelpenanganan sampah padat perkotaanyang baik dan bisa diadaptasikan dengansituasi dan kondisi di Indonesia. Situs inijuga memuat berbagai info dan artikelseputar pengelolaan sampah yang terse-dia dalam dua bahasa; Indonesia danInggris.

SOLUSI SAMPAHwww.solusisampah.com

Sampah masih dianggap sebagaibarang yang tidak dapat lagi diman-faatkan sehingga harus dibuang atau di-singkirkan jauh-jauh dari lingkunganmanusia. Pada saat jumlah manusiamasih relatif sedikit dan kebutuhanhidupnya belum meningkat, maka sam-pah yang dibuang juga masih terbatas,baik jumlah maupun jenisnya. Akantetapi setelah populasi manusia semakin

meningkat dan kebutuhanhidupnya juga semakin

bertambah, kuanti-tas dan jenis

sampah yang dibuang juga semakinmeningkat pula. Saat sekarang sampahtelah menjadi masalah serius bagi setiapkota dan kabupaten di Indonesia. Situsmilik PT Mitratani Mandiri Perdana(Mittran) ini menawarkan berbagai solusiseputar sampah. PT Mittran menyediakanjasa layanan seperti pelatihan dan jasakonsultasi, serta beragam produk terkaithasil pengelolaan sampah.

WASTE WATCHwww.wastewatch.org

Pengelolaan limbah padat atau sam-pah (waste management) sangat pentingmengingat sumber daya yang terdapat dibumi sangat terbatas jumlahnya. Karenaitu kita harus mendaur ulang semua

bahan yang bisa kita daur ulang. Kegiatandaur ulang dapat mencegah sampahdibuang ke TPA, menghemat energi danmengurangi produksi gas-gas berbahaya,dan menjaga sumber daya alam yangada. Kegiatan daur ulang ada tiga faktorkunci yaitu reduce, reuse, dan recycle(3R). Produk daur ulang termasuk didalamnya merupakan hasil dari limbahsisa konsumen maupun limbah sisa indus-tri. Kegiatan terkait daur ulang dibahasdengan lengkap dsitus ini.

MINNESOTA POLLUTIONCONTROL AGENCYhttp://pca.state.mn.us/waste/index.html

Di dalam situs ini pengunjung dapatmemperoleh informasi yang berkaitandengan masalah lingkungan hidup. Salahsatunya adalah masalah limbah. Terdapatberbagai macam informasi suputar lim-bah antara lain mengenai waste manage-ment yang membahas masalah landfill,compost, remediation sites, solid wasteutilization, storage tank system, waste-water dan lain sebagainya. Disini jugadibahas tentang masalah regulasi limbah.Beberapa topik yang dibahas antara lainseputar hazardous waste rules, solidwaste rules, dan lain sebagainya. Pe-ngunjung juga dapat memperoleh bahanpublikasi seputar limbah dengan berba-gai topik menarik. Situs ini dibawah kelo-la Minessota Pollution Control Agencyyang memiliki komitmen untuk selalumenjaga aksesibilitas situs ini bagi setiaporang karena hal ini merupakan bagiandari usaha MPCA dalam menjaga,melakukan konservasi dan meningkatkankualitas lingkungan hidup di wilayahMinnesota, Amerika Serikat.

US ENVIRONMENTAL PROTEC-TION AGENCYwww.epa.gov/msw/reduce.htm

Informasi terkait reduce, reuse, danrecycle dapat ditemukan di situs ini. Darimulai definisinya sampai fakta dansejarah singkat maupun proses pelak-sanaan dari tiap kegiatan

89PUSTAKA SAMPAH INFO BUKU INFO CD SITUS REGULASI

PercikMei 2009

tersebut. Situs ini merupakan milikEnvironmental Protection Agency (EPA),yaitu suatu institusi milik PemerintahAmerika Serikat yang berkonsentrasidalam memelihara lingkungan hidup diwilayah Amerika Serikat beserta ling-kungan tempat tinggalnya. Sejak 1970,EPA telah bekerja demi terciptanyalingkungan yang bersih, sehat bagi wargaAmerika.

REDUCEwww.reduce.org

Melalui situs ini, pengunjung dapatmemperoleh informasi seputar pengelo-laan sampah dengan cara reduce (pengu-rangan). Berbagai fakta mengenai ke-giatan pengurangan sampah dan langkah-langkah pengelolaan sampah yang mudahdiaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari ada pada situs ini. Ada pula fasilitaseducational toolbox yang dapat digu-

nakan para pengajar tentangcara-cara pengelo-

l a a n

sampah dengan cara reduce. Situs inidikelola oleh Minessota Pollution ControlAgency, suatu lembaga pemerintah yangbertugas menjaga, melakukan konser-vasi, dan meningkatkan kualitas ling-kungan hidup di wilayah Minnesota,Amerika Serikat.

RECYCLING GUIDEwww.recycling-guide.org

Melalui situs ini, pengunjung dapatmemperoleh informasi yang bersifat bestpractice mengenai pengelolaan limbahdari berbagai material yang dapat dite-mukan di sekitar kita. Informasi tersebutsangat sederhana sehingga dapat lang-sung diterapkan dalam kehidupan kitasehari-hari. Disini juga tersedia informasiseputar fakta yang berkaitan dengan lim-bah. Tampilan situs ini cukup menarikkarena dilengkapi gambar-gambar ilus-trasi. Situs ini dikelola oleh guides net-work, yaitu suatu organisasi yang di-dirikan sekelompok peneliti dan penulisdari Inggris yang merasa frustasi dalammendapatkan informasi yang bergunauntuk diterapkan di dalam kehidupansehari-hari di internet.

EARTH 911http://earth911.org/master.asp

Melalui situs ini pengunjung dapatmemperoleh informasi mengenai recyle,limbah rumah tangga berbahaya, konser-vasi energi, composting dan berbagaimacam informasi seputar limbah lainnya.Disini juga tersedia pojok khusus bagianak-anak yang menyediakan berbagaimacam permainan, aktivitas maupuninformasi mengenai lingkungan hidupyang juga berguna bagi guru maupunorang tua. Situs ini dikelola oleh Earth911, suatu LSM yang berada di bawahbinaan U.S. Environmental ProtectionAgency. Tujuan dari organisasi ini adalahmenggiatkan masyarakat dalammeningkatkan kualitas hidup dengan caramemelihara lingkungan hidup.

RECYCLENOWhttp://recyclenow.com

Untuk mempermudah mengaksessitus ini tinggal mengisi kode pos sehing-ga Anda tahu kemana barang-barangbekas Anda dapat disalurkan atau dijual.Tak lupa, situs ini juga dilengkapi denganberbagai tips berkenaan dengan pengelo-laan sampah. Bahkan ada tips utamayang membahas bagaimana cara menge-lola sampah dan menjaga lingkungan

90 PUSTAKA SAMPAH INFO BUKU INFO CD SITUS REGULASI

PercikMei 2009

sekitar kita, baik di rumah, di sekolah, ditempat kerja, di kebun, dan dimanapunkita berada. Tidak banyak situs yangdapat menjadi panduan bagi siapa sajauntuk melakukan daur ulang sampahseperti dalam situs ini. Situs ini cukupmenjawab pertanyaan bagaimana carakita mengolah sampah rumah tanggasecara sederhana.

INFO REGULAS I

Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 18 Tahun 2008tentang Pengelolaan Sampah

Dalam rangka menyelenggarakan pe-ngelolaan sampah secara terpadu dankomprehensif, pemenuhan hak dan ke-wajiban masyarakat, serta tugas danwewenang Pemerintah dan PemerintahanDaerah untuk melaksanakan pelayananpublik, diperlukan payung hukum dalambentuk undang-undang. Pengelolaansampah diselenggarakan berdasarkan

asas tanggung jawab, asasberkelanjutan, asas man-

faat, asas keadilan,

asas kesadaran, asas kebersamaan, asaskeselamatan, asas keamanan, dan asasnilai ekonomi.

Sampah yang dikelola berdasarkanUndang-Undang ini terdiri atas sampahrumah tangga, sampah sejenis sampahrumah tangga, dan sampah spesifik.Setiap orang yang melakukan kegiatanusaha pengelolaan sampah wajib memi-liki izin dari kepala daerah sesuai dengankewenangannya. Bupati/walikota dapatmenerapkan sanksi administratif kepadapengelola sampah yang melanggar keten-tuan persyaratan yang ditetapkan dalamperizinan. Pemerintah dan PemerintahDaerah wajib membiayai penyeleng-garaan pengelolaan sampah. Masyarakatdapat berperan dalam pengelolaan sam-pah yang diselenggarakan oleh Peme-rintah dan/atau Pemerintah Daerah.

Peraturan Menteri PekerjaanUmum No. 21/PRT/M/2006tentang Kebijakan dan StrategiNasional Pengembangan SistemPengelolaan Persampahan(KSNP-SPP)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum inididasari adanya Kebutuhan Kebijakan danStrategi Nasional Pengembangan SistemPengelolaan Persampahan sebagai salahsatu pedoman penyehatan lingkungan per-mukiman (sebagaimana diamanatkanPeraturan Pemerintah No.16 Tahun 2004tentang Penatagunaan Tanah), adanyaDeklarasi sidang-sidang PBB khususnyaDeklarasi Habitat dan Agenda 21 tentangtempat tinggal yang layak bagi manusiadan pembangunan permukiman berkelan-jutan yang perlu diwujudkan dalam kebi-jakan dan strategi penanganan persam-pahan permukiman, serta adanya KTTMillenium PBB bulan September 2000 yangmenghasilkan Tujuan Pembangunan Mille-nium atau Millenium Development Goals(MDG) dalam rangka mewujudkan ling-kungan kehidupan yang lebih baik. KSNP-

SPP digunakan sebagai pedoman untukpengaturan, penyelenggaraan, dan

pengembangan sistem pengelolaan per-sampahan yang ramah lingkungan, baikditingkat pusat, maupun daerah sesuaidengan kondisi daerah setempat.

Peraturan Daerah KabupatenSidoarjo Nomor 18 Tahun 2008tentang Pengelolaan Sampah

Sebagai akibat bertambahnya jumlahpenduduk dan tingkat konsumsi masya-rakat serta aktivitas lainnya, makasemakin bertambah pula sampah yangdihasilkan. Oleh karena itu, PemerintahDaerah berhak mengatur atas pengelo-laan sampah. Sedangkan masyarakatberhak mendapatkan pelayanan ataspengelolaan sampah. Pemerintah Daerahdalam pengelolaan sampah dapat meli-batkan peran serta pelaku usaha. Peranserta pelaku usaha dalam pengelolaansampah dilakukan setelah memperolehizin dari Bupati. Pemerintah juga menye-diakan TPA sebagai lokasi pemrosesanakhir sampah. Pemerintah dapat me-lakukan kerjasama pengelolaan sampah,baik sebagian maupun seluruhnya denganpelaku usaha pengelola sampah dan/atauPemerintah Daerah lain.

Dalam hal pembinaan dan pengawas-an terhadap pengelolaan sampah kepadapelaku usaha pengelola sampah maupunmasyarakat dilakukan oleh SKPD yangmengelola sampah. Sedangkan segala halterkait retribusi pengelolaan sampah ter-tuang dalam lampiran Perda ini. Masya-rakat baik orang perseorangan maupunbadan hukum yang membuang sampah ditempat yang tidak sesuai, membakarsampah, membuang timbulan sampahlebih dari 1 meter kubik per hari ke TPSdan membuang sampah yang tidak dipi-lah, mencampur sampah yang telah di-pisahkan sebelumnya dan mencampurlimbah B3 dengan sampah, serta pelakuusaha pengelola sampah yang tidakdapat melakukan kewajibannya sesuaiizin yang diberikan oleh Pemerintah,masing-masing akan dikenakan ketentu-an pidana.

91PUSTAKA SAMPAH INFO BUKU INFO CD SITUS REGULASI

PercikMei 2009

Peraturan Daerah KabupatenSleman Nomor 10 Tahun 2001tentang Pengelolaan Sampah

Setiap orang atau badan wajib mem-buang sampah di tempat-tempat yang telahdisediakan. Tempat Pembuangan Sampah(TPS) ditempatkan pada lokasi yang mudahdicapai oleh petugas sampah, terlindung,dan tidak mengganggu kebersihan dan kein-dahan pandangan dari jalan umum. Setiaporang atau badan dapat memperoleh pe-layanan persampahan/kebersihan denganmengajukan permohonan kepada Bupati.

Pelayanan persampahan/kebersihan di-pungut retribusi bagi setiap orang dan/ataubadan yang mendapatkan pelayanan per-sampahan/kebersihan. Prinsip dalam pene-tapan tarif retribusi didasarkan pada kebi-jaksanaan Pemerintah Daerah denganmemperhatikan biaya penyediaan jasa yangbersangkutan, kemampuan masyarakat danaspek keadilan serta komponen biaya retri-busi. Tarif retribusi dipungut denganmenghitung berdasarkan rumus atau berda-sarkan tarif nominal.

Bupati berwenang melakukan pe-meriksaan untuk menguji kepatuhan pe-menuhan kewajiban retribusi dalam rangkamelaksanakan peraturan perundang-un-dangan retribusi. Pejabat PNS tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberiwewenang khusus sebagai penyidik untukmelakukan penyidikan. Atas pelanggaranketentuan dalam Perda ini sebagaimanadimaksud dalam undang-undang hukumacara pidana yang berlaku.

Peraturan Daerah Kota BandungNomor 27 Tahun 2001tentang Pengelolaan KebersihanKota Bandung

Di daerah diselenggarakan pengelolaankebersihan yang berwawasan kelestarianlingkungan dan berkelanjutan. Pengelolaan

kebersihan menjadi tanggung jawabPemerintah Daerah dan ma-

syarakat

secara keseluruhan. Pemerintah Daerahdalam menyelenggarakan pengelolaankebersihan atas sampah kota melalui kebi-jakan pengurangan sampah sejak dari sum-bernya, pemanfaatan atau penggunaankembali, daur ulang dan pengomposan sam-pah secara maksimal.

Penyelenggaraan pengelolaan kebersih-an dibiayai oleh pengguna jasa pelayananatau yang menikmati manfaat pengelolaankebersihan. Pemerintah Daerah membiayaipenyelenggaraan pengelolaan kebersihanpelayanan umum. Pemerintah Daerahmelakukan pengaturan dan penetapanbesaran tarif jasa pelayanan kebersihanmelalui Keputusan Walikota dengan ter-lebih dahulu berkonsultasi dengan DPRD.Besarnya tarif jasa pelayanan kebersihanyang dikenakan kepada setiap wajib bayardihitung berdasarkan kebutuhan biayapenyediaan jasa pelayanan yang diberikanmenurut kaidah manajemen usaha danmempertimbangkan kemampuan secaraekonomi dan aspek keadilan. Dengan berla-kunya Peraturan Daerah ini, maka Per-aturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat IIBandung Nomor 33/PD/1977 tentang tarifRetribusi, Penyelenggaraan Ketertiban,Kebersihan dan Kesehatan Umum berikutperubahannya tidak berlaku lagi.

Peraturan Daerah Kota BontangNomor 4 Tahun 2004tentang Pengelolaan Sampah

Kebersihan dan keindahan merupakansegi kehidupan yang perlu ditumbuhkem-bangkan secara terus-menerus baik olehPemerintah Daerah maupun masyarakatagar terwujud lingkungan yang bersih,nyaman dan sehat. Oleh karena itu salahsatu tujuan dibentuknya PeraturanDaerah ini adalah sebagai sarana untukmendorong upaya kepada masyarakatbetapa pentingnya lingkungan yang se-hat, bersih dan indah demi kelangsunganhidup bersama.

Setiap orang atau badan wajib mem-buang sampah ditempat-tempat yang te-

lah disediakan. Pemerintah Daerah

menyediakan TPS sebagai tempat pe-numpukan sampah sementara dan sekali-gus merupakan pangkalan pengangkutansampah oleh Petugas Sampah. Peng-angkutan sampah dari TPS sampai ke TPAdilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.Setiap orang mempunyai hak yang samaatas lingkungan yang sehat, bersih danindah. Setiap orang berkewajiban me-melihara kelestarian fungsi lingkunganyang sehat, bersih dan indah sertamencegah dan menanggulangi pence-maran dan perusakan lingkungan.

Peraturan Daerah KotaSurabaya Nomor 4 Tahun 2004tentang Retribusi PelayananPersampahan/Kebersihan

Sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentangPajak Daerah dan Retribusi Daerah, makaPemerintah Kota Surabaya membuat sua-tu peraturan untuk retribusi pelayananpersampahan/kebersihan. Retribusi inimeliputi pengambilan, pengangkutandan pembuangan sampah dari TPS keTPA, pemusnahan atau pengolahan sam-pah, penyediaan TPS dan TPA, sertapenyediaan fasilitas persampahan/ke-bersihan.

Retribusi pelayanan persampah-an/kebersihan termasuk golongan retri-busi jasa umum. Tingkat penggunaanjasa diukur berdasarkan volume, jenissampah, golongan pelanggan dan lebarjalan serta jenis fasilitas persampah-an/kebersihan. Struktur dan besarnya ta-rif retribusi ditetapkan dalam LampiranPeraturan Daerah ini. Dalam hal wajibretribusi tidak membayar tepat waktuatau kurang bayar, maka akan dikenakansanksi administrasi berupa bunga sebesar2 persen setiap bulan dari besarnya ret-ribusi yang terutang yang tidak ataukurang bayar dan ditagih dengan meng-gunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah.Terkait dengan pembinaan dan peng-awasan atas kegiatan penyelenggaraankebersihan dilakukan oleh Walikota atauKepala Dinas Kebersihan. BW/DW/Ber-

bagai sumber

92 PUSTAKA SAMPAH INFO BUKU INFO CD SITUS REGULASI

PercikMei 2009

KOSAKATA

Aerobic CompostingSebuah metode pengomposan sampah organik yang membu-tuhkan oksigen. Dalam proses ini, sampah yang akan dijadikankompos membutuhkan udara. Cara pengaliran udaranya bisamelalui pengadukan maupun dengan mengalirkan melalui pipa.

Balling (Pemadatan) Proses pemadatan (sampah) menggunakan alat pemadat (com-pactor) yang dilakukan baik di transfer depot atau di lokasiTPA, untuk memperkecil volume sampah.

Bar ScreenUnit penanganan/pengolahan pendahuluan (pre-treatment)terhadap limbah padat (sampah, puing dan material yang ter-bawa oleh air lainnya) untuk tujuan mengurangi beban pe-ngelolaan/pengolahan selanjutnya.

Bulky WasteSampah besar seperti furnitur dan dahan-dahan pohon yangtidak dapat diolah melalui sistem pengolahan sampah kotabiasa.

CompactorSebuah alat yang menggunakan tenaga mekanik untuk mengu-rangi volume dari sampah

CompostProduk yang dihasilkan dari proses pengomposan. Biasa disebuthumus, digunakan untuk menggemburkan tanah atau sebagaipenyubur.

CompostingPenguraian biologis dari sampah organik oleh bakteri, jamuratau mikroorganisme lainnya menjadi kompos.

Controlled LandfillMetode pembungan akhir (di TPA) sampah yang sederhana danterkontrol, yakni dengan cara menutup tumpukan sampah de-ngan lapisan tanah setebal 15-30 cm, jika TPA-nya sudahpenuh. Merupakan metode perbaikan (transisi) dari metodeOpen Dumping menuju metode Sanitary Landfill.

Fly AshMaterial/partikulat yang mengandung racun yang dihasilkandari pembakaran dalam incinerator yang kemudian akan diolahdalam sistem pengendali pencemaran udara.

Hazardous WasteBahan berbahaya dan beracun, yaitu limbah padat/sampahyang mudah bereaksi, beracun, korosif, atau berbahaya bagimakhluk hidup dan lingkungan. Umumnya limbah padat yangdihasilkan dari industri termasuk di dalam kelompok ini.

IncinerationProses pembakaran sampah dalam kondisi tertentu untuk me-ngurangi berat dan volumenya, dan biasanya untuk mempro-duksi energi.

Inorganic WasteSampah yang terdiri dari material yang tidak berasal darimakhluk hidup, seperti pasir, debu, kaca dan materi lainnya.

Land DisposalCara pembuangan lumpur akhir (hasil olahan air limbah), de-ngan cara menimbunnya pada suatu areal terbuka.

LeachateCairan yang dihasilkan dari proses penguraian sampah organikyang mengalir dari landfill atau tumpukan kompos yang me-

ngandung mikroorganisme serta materi berbahaya lainnya yangterlarut maupun tersuspensi. Jika tidak diolah maka leachateakan dapat mengontaminasi air permukaan maupun air tanah.

NimbyNot in my backyard. Pernyataan yang biasa digunakan untukmenunjukkan ketidaksetujuan mengenai lokasi tertentu seba-gai tempat fasilitas pengolahan sampah.

Open DumpingMetode pembuangan akhir sampah yang paling sederhana,yakni dengan menumpuk sampah tersebut disuatu areal terbu-ka.

Organic WasteSecara teknis, istilah ini digunakan bagi material sampah yangmengandung karbon, seperti kertas, plastik, kayu, makanan,maupun sampah dari halaman rumah. Dalam konteks pengelo-laan sampah perkotaan, istilah ini digunakan bagi sampah yangmaterialnya berasal dari makhluk hidup yang dapat diuraikanoleh mikroorganisme.

ReducePengurangan sampah di sumber.

ReusePenggunaan kembali sebuah benda dalam bentuk aslinya, baikuntuk tujuan yang sama atau yang baru.

RecycleKegiatan mengubah sebuah materi menjadi bahan mentahsebagai bahan baku untuk membuat materi baru yang bisa seru-pa atau berbeda daripada materi sebelumnya.

RubbishSampah kering. Jenis sampah yang terdiri atas bahan organikdan mempunyai sifat mudah membusuk baik untuk sebagianbesar ataupun seluruhnya.

Sanitary LandfillMetode pembuangan akhir sampah yang dilakukan pada tem-pat-tempat yang rendah dengan cara penimbunan lapis demilapis (per harinya) dan dipadatkan, dan tiap lapisannya dibatasiselapis tanah penutup. Metode ini merupakan perbaikan darisistem Controlled Landfill.

ScrubberPengontrol emisi dari incinerator. Utamanya digunakan untukmengontrol gas yang mengandung asam tinggi, namun jugadigunakan untuk menyisihkan logam berat.

ShreddingSalah satu cara pengelolaan di tempat terhadap sampah, yaknidengan cara memotong-motong/mencacah sampah menjadibagian-bagian (potongan) yang lebih kecil, sehingga bisa mele-wati/lolos dari unit screen.

SortingSalah satu bentuk pengelolaan sampah di tempat, yakni memi-lah sampah untuk dibedakan berdasarkan jenisnya atauberdasarkan daya gunanya daur ulang.

Tipping feeBiaya yang dibayarkan kepada petugas untuk menurunkanmuatan sampah. Di tempah pembuangan sampah, lokasi inci-nerator atau fasilitas daur ulang.

Sumber: www.metap-solidwaste.org dan www.gdrc.org