Majalah PARLEMENTARIA edisi 136-OKK.indd

of 80 /80
| Edisi : 136 TH. XLVI. 2016 | MENIMBANG PENGAMPUNAN PAJAK 10 60 REFORMASI SISTEM PAJAK UNTUK KEPASTIAN HUKUM BANGUN PERPUSTAKAAN, BANGUN INFRASTRUKTUR ILMU PENGETAHUAN

Embed Size (px)

Transcript of Majalah PARLEMENTARIA edisi 136-OKK.indd

  • | E

    disi

    : 13

    6 T

    H. X

    LVI.

    20

    16 |

    MENIMBANGPENGAMPUNAN PAJAK

    10 60REFORMASI SISTEM PAJAK UNTUK KEPASTIAN HUKUM

    BANGUN PERPUSTAKAAN, BANGUN INFRASTRUKTUR ILMU PENGETAHUAN

  • PENGANTAR REDAKSI

    RUU Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) yang bertujuan meningkatkan penerimaan, saat ini sedang dibahas secara intensif Komisi XI DPR. Semula ditargetkan selesai pada Masa Persidangan IV yang berakhir pada Jumat (29/4), namun akhirnya ditunda dan diharapkan selesai pada Masa Persidangan V yang dimulai pertengahan Mei 2016 sekarang ini.

    Parlementaria Edisi 136 mengangkat topik utama masalah ini sebab merupakan salah satu isu yang cukup menarik. Menurut Pemerintah, pengajuan RUU ini lantaran target penerimaan pajak pada tahun anggaran 2015 tidak tercapai. Dari sisi perpajakan, pengampunan pajak sebenarnya masuk ke dalam kategori intensifikasi pajak, karena secara prinsip tidak menambah subjek/objek pajak baru.

    Adapun pengampunan pajak diberlakukan terhadap mereka yang memiliki tunggakan pajak, dan menyimpan uang atau harta kekayaan terutama di luar negeri sehingga diharapkan akan memindahkan uang dan harta kekayaannya ke dalam negeri. Diyakinkan bahwa DPR tidak akan mempersulit proses pembahasan RUU Pengampunan Pajak (tax amnesty).

    Pimpinan DPR yakin program pengampunan pajaksetelah melakukan rapat konsultasi dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, penerimaan pajak akan bertambah dan tax base pajak akan semakin baik. Meski demikian hal itu tetap menimbulkan pro-kontra di dalam masyarakat termasuk fraksi-fraksi di DPR. Kita berharap keputusan akhir terbaik bisa diambil dan kepentingan masyarakat banyak harus menjadi pertimbangan utama

    Satu topik lagi yang dilaporkan dalam edisi ini adalah soal Ujian Nasional tahun 2016 ini. Bila tingkat SMA/SMK sudah berlangsung bahkan telah diumumkan kelulusannya, tingkat SMP baru dilakukan pada 9 Mei.

    Ujian Nasional (UN) tahun 2016 diikuti oleh lebih dari 7,6 juta peserta dan 97 ribu satuan pendidikan, dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sederajat, hingga Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sederajat. UN tingkat SMA, SMK dan Sederajat telah usai, tentu ada evaluasi yang menyertai, agar pelaksanaannya semakin baik kedepannya.

    Tahun ini, UN terbagi menjadi dua jenis metode, yakni Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP), dan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). UNKP diadakan di lebih dari 93 ribu sekolah, dan diikuti oleh lebih dari 6,6 juta peserta UN SMP, SMA dan Sederajat. Di tingkat yang sama, UNBK diikuti oleh lebih dari 921 ribu peserta di 4.381 sekolah.

    Wakil Ketua Komisi X DPR RI Sutan Adil Hendra menilai, pelaksanaan UN untuk tingkat SMA, SMK dan Sederajat tahun ini jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Apabila tahun lalu masih ditemukannya soal UNKP yang seringkali tertukar atau kurang, tahun ini hampir tidak ditemukan kasus itu. Koordinasi seluruh pihak yang terlibat semakin baik.

    PENGAWAS UMUMPimpinan DPR-RI

    PENANGGUNG JAWAB/KETUA PENGARAHDr. Winantuningtyas Titi Swasanany, M.Si. (Sekretaris Jenderal DPR-RI)

    WAKIL KETUA PENGARAH Dra. Damayanti, M.Si, (Deputi Persidangan)

    PIMPINAN REDAKSIDrs. Suratna, M.Si (Kabag Media Cetak & Media Sosial)

    WK. PIMPINAN REDAKSIDra. Tri Hastuti (Kasubag Media Cetak)Insan Abdirrahman, SH(Kasubag Media Sosial) Ahyar Tibi, SH(Kasubag Analis Media)

    REDAKTURMastur Prantono, Nita Juwita, S.Sos

    SEKRETARIS REDAKSISuciati, S.Sos, Bagus Mudjiharjanto

    ANGGOTA REDAKSIAgung Sulistiono, SH, Rahayu Setiowati, Muhammad Husen, Sofyan Efendi,Virgianne Meiske Patuli, Devi Iriandi, Hendra Sunandar, Surahmat Eko, Ria Nur Mega

    REDAKTUR FotoEka Hindra Sasmita, Iwan Armanias

    FotoGRAFERRizka Arinindya, Naefuroji, M. Andri Nurdiansyah,Andi M.Ilham, Jaka Nugraha, Runi Sari Budiati,Jayadi Maulana, Arief Rachman,R. Kresno P. D Moempoeni, Azka Restu Fadilah

    ADMINISTRASI FotoHasri Mentari

    ALAMAT REDAKSI/TATA USAHABagian Media Cetak & Media Sosial DPR RIGedung Nusantara II Lt. 3Jl. Jend. Gatot Soebroto-Senayan, JakartaTelp. (021) 5715348, 5715350Fax. (021) 5715341,e-mail: [email protected] www.dpr.go.id/berita

    PIMPINAN PENERBITANDjustiawan Widjaya, S.Sos. M.AP (Kabag Penerbitan)

    WK. PIMPINAN PENERBITANMediantoro, SE (Kasubag Produksi), Pesta Evaria Simbolon, SE. M.Si (Kasubag Distribusi)

    STAF PRODUKSIEko Murdiyanto, Barliansyah,SIRKULASIAbdul Kahfi, S.Kom, Siti Rondiyah

    Telp: 021-571 5697,Fax: 021-571 5421 Email: [email protected]

    Isi berita dan materi foto diluar tanggung jawab Bagian Penerbitan

    PENERBITAN & DISTRIBUSI

    2 l PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016

  • DAFTAR ISI

    ASPIRASI ................................................................................................................................................ 4PROLOG ........................................................................................................................................................ 6LAPORAN UTAMA

    Pengampunan Pajak Hanya Sekali ............................................................................................... 8Reformasi Sistem Pajak untuk Kepastian Hukum ............................................................ 10Mengapresiasi yang Patuh .................................................................................................................. 12Mempertanyakan Nasionalisme Pengusaha Indonesia ............................................. 14Momentum Taubat Para Pengingkar Pajak ........................................................................... 16Meramu RUU Pengampunan Pajak ............................................................................................. 18Perlu Regulasi untuk Halangi Modal Keluar .......................................................................... 20SUMBANG SARAN Pembaruan Sistem Perpajakan Lebih Penting Dari Tax Amnesty (Pengampunan Pajak) ................................................................................. 22PENGAWASAN

    Perlunya Koordinasi Semua Pihak ................................................................................................ 26Ujian Nasional 2016 Jauh Lebih Baik ......................................................................................... 30ANGGARAN ............................................................................................................................................. 34LEGISLASI

    Revisi UU BUMN: Perkuat Pengawasan .................................................................................... 38FOTO BERITA ........................................................................................................................................ 40KIAT SEHAT .............................................................................................................................................. 42PROFIL

    Jejak Langkah Sang Kyai ........................................................................................................................ 44KUNKER ........................................................................................................................................................ 48SOROTAN .................................................................................................................................................... 60LIPUTAN KHUSUS .......................................................................................................................... 64SELEBRITI ................................................................................................................................................... 70PERNIK

    Media Center DPR, Desain Optimal Untuk Karya Maksimal ................................... 72PARLEMEN DUNIA ........................................................................................................................ 76POJOK PARLE ....................................................................................................................................... 78

    14

    40 FOTO BERITA

    LAPORAN UTAMA

    70 SELEBRITI

    LIPUTAN KHUSUS64

    3 PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016 l

  • ASPIRASI

    Saya adalah Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia, Makasar, yang merupakan Lembaga Tertinggi dilingkup Fakultas Hukum UMI, menyampaikan pernyataan sikap terkait adanya dugaan penyidik nakal atau tidak profesional dalam melakukan tugasnya di wilayah Polda Sulawesi Barat yaitu menghilangkan dengan sengaja alat bukti otentik terkait kasus JENTANG di Kota Makasar.

    Sehubungan dengan hal itu, saya memohon agar DPR RI menindak lanjuti kasus tersebut, sesuai ketentuan yang berlaku dengan beberapa tuntutan antara lain sebagai berikut:

    Meminta kepada Kapolda Sulawesi Barat melakukan Regenerasi penyidik/ganti penyidik di wilayah Polda Sulsel-Bar yang di anggap tidak profesional dalam melakukan penyidikan dan pengawalan kasus.

    Meminta kepada Kapolda Sulsel-Bar untuk menindak oknum yang dianggap tidak profesional dalam melaksanakan tugasnya dalam hal ini Penyidik Polda Sulsel-Bar

    Meminta kepada Kapolda Sulse l-Bar untuk menindaklanjuti hasil tinjauan (investigasi) Komisi III DPR RI

    Meminta kepada Kapolda Sulsel-Bar dalam waktu 2 Minggu untuk mengganti jajaran Penyidik di Polda Sulsel-Bar, dan jika dalam waktu yang ditentukan tidak mampu diselesaikan, maka Kapolda dihimbau dengan hormat untuk mundur.

    Meminta kepada Kompolnas untuk mengawasi kinerja Kepolisian di Indonesia yang dianggap tidak berpihak lagi kepada masyarakat.

    Wiwing ASMakassar, Sulawesi Selatan

    Keberatan Kenaikan Target Penerimaan Cukai Tembakau 2016

    Saya selaku Pimpinan Unit Kerja Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman SPSI (PUK SP RTMM SPSI) Mitra Produksi Sigaret PT. Dugapat Mas (DM) ingin menyampaikan aspirasi kepada Ketua Komisi XI DPR RI mengenai keberatan atas kebijakan Pemerintah yang menaikkan target penerimaan cukai hasil tembakau untuk tahun 2016 sebesar 23% atau menjadi Rp. 148,9 triliun.

    Kami merasa khawatir atas rencana Pemerintah tersebut, karena akan berdampak pada kelangsungan pekerjaan sebagian besar anggotanya. Kenaikkan penerimaan cukai hasil tembakau sebesar 23 % sangat besar dan akan membebani industri hasil tembakau (IHT) yang pada akhirnya akan menurunkan penghasilan pekerja hingga sampai pada PHK.

    Bahwa PT. DM memproduksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebagai industri padat karya, dengan mempekerjakan sekitar 1200 karyawan yang merupakan tulang punggung keluarga, sehingga keberadaan industri rokok sangat penting bagi keberlangsungan pekerjaan tersebut.

    Kenaikan tarif cukai sebesar 7 % pada tahun 2015 sudah mengakibatkan lebih dari 10.000 pekerja rokok di PHK. Kelangsungan lapangan pekerjaan bagi para pekerja industri rokok sangat bergantung pada kebijakan Pemerintah dalam menentukan kebijakan penerimaan cukai yang tepat. Ber-dasarkan fakta dilapangan, IHT khusus pada Sigaret Kretek Tangan yang dikerjakan padat karya (menyerap tenaga kerja besar dengan pendidikan terbatas) dari tahun ke tahun terus penurunan penjualan sehingga ribuan pekerja rokok kehilangan pekerjaan karena menjadi korban kebijakan.

    Kami memohon agar Ketua Komisi XI DPR RI dapat mempertimbangkan kembali dengan membatalkan kebijakan tersebut, dan sebelumnya meneliti secara cermat resiko yang akan terjadi bagi para pekerja dari kebijakan tersebut agar ada solusi yang terbaik untuk semua pihak terutama bagi para pekerja industri rokok.

    Fidi RukmonoKlaten, Jawa Tengah

    Rekayasa & Penipuan Petok TanahSaya ingin menyampaikan laporan mengenai

    petok tanah hak milik, yang direkayasa dengan dicabut sepihak secara diam-diam dan melibatkan banyak pihak yaitu pengurus kampung, mitra kerja Kantor Pajak dan Kelurahan.

    Tahun 1975 saya tinggal di Bulak banteng, dan membeli 2 (dua) kavling tanah, dan pada tahun 1995 dibalik nama atas nama saya, tapi dipersulit hingga 3 (tiga) bulan lebih tidak selesai, dengan alasan tanah tidak bisa dibalik nama. Setelah pengadu melapor ke Lurah, tanah tersebut bisa dibaliknama.

    Tahun 2006 foto copy surat tanah pengadu dipinjam oleh Ketua RT yang bernama Razak.

    Tahun 2008, SPPT tanah saya tidak keluar atau tidak terbit, dan setelah dicek Petok Tanah saya ternyata telah berpindah tangan ke petok tanah kepunyaan Camat yang tidak ada suratnya.

    Setelah semua terjadi saya baru menyadari telah kena tipu oleh oknum kelurahan, yang melibatkan pengurus kampung, dan kantor pajak. Kelurahan telah merubah data tanah untuk merekayasa, mencabut sepihak untuk membuat petok tanah atas nama Camat yang sebenarnya tidak ada surat-suratnya.

    Saya memohon untuk mengecek kebenaran petok tanah Camat yang bersangkutan, dan memohon untuk mendapatkan perlindungan dari Pemerintah Daerah Surabaya agar petok tanahnya dapat dikembalikan.

    Saya berharap, siapapun yang terlibat dalam merekayasa/ mencabut petok tanah pengadu, baik itu pengurus kampung, dan oknum kantor pajak, agar ditindak tegas dan permasalahan tersebut dapat segera ditindaklanjuti oleh para Pimpinan Lembaga Negara, pemangku kekuasaan sesuai ketentuan yang berlaku.

    AliSurabaya, Jawa Timur

    Dugaan Penyidik Nakal

    4 l PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016

  • Hak Kepemilikan Masyarakat Adat Kami pengadu mewakili Masyarakat Adat Luhat

    Simangambat dan Luhat Ujung Batu, dan Luhat Huristak yang ditujukan kepada Komisi II DPR RI perihal penjelasan tambahan terkait sengketa tanah ulayat seluas +47.000 Ha di Kab. Padang Lawas, Sumut, antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan klien pengadu, sebagai berikut:

    Tentang Alas Hak Kepemilikan Masyarakat Adat Bahwa alas hak kepemilikan Masyarakat Adat

    Luhat Simangambat dan Luhat Ujung Batu atas tanah adat didasarkan pada: Surat Perbatasan Tanah antara Simangambat via Kota Pinang/Laut Napangga tertgl. 28 Agustus 1929 yang dibuat oleh Sutan Mahodum selaku Raja Simangambat dan Surat Perbatasan Laut Ujung Batu tertgl. 15 Januari 1962 yang dibuat Dewan Negeri Ujung Batu Sutan Bahruddin berikut surat beraksara Arab Melayu tertgl. 1904.

    Tentang Legalitas Gouverment Besluit No. 50 tgl. 25 Juni 1924

    Bahwa areal seluas 178.508 Ha, termasuk di dalamnya areal seluas 47.000 Ha yang diklaim oleh Menhut berdasarkan Gouverment Besluit No. 50 tgl. 25 Juni 1924, tidak dapat dibuktikan kebenarannya oleh Menhut karena tidak dapat menunjukkan asli dari dokumen tersebut. Hal itu dikuatkan dalam putusan Pengadilan Tinggi Medan No. Reg.434/PDT/2011/PT.MDN tgl. 4 Juni 2012 yang mengalahkan Menhut atas gugatan KUD Serba Guna yang telah berkekuatan hukum tetap sejak 15 Agustus 2012.

    Tentang Kontribusi KPKS Bukit HarapanBahwa dasar hukum KPKS Bukit Harapan untuk mengelola

    areal seluas 23.000 Ha untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit adalah Surat Irjen Kemenhut No.1680/Menhut III/2002 tertgl.26 September 2002 perihal Permohonan untuk mengelola perkebunan di dalam kawasan hutan Reg. 40 Padang Lawas, Sumut dengan kewajiban menyetor dana

    ganti rugi tegakan sebesar Rp.21.852.760.000,- ke rekening Menhut sebagai setoran Dana Reboisasi. Selain itu KPKS Bukit Harapan sejak 1999 hingga Mei 2015 telah memberi pemasukan kepada negara dari sektor pajak senilai Rp. 192.984.576.264.- Dengan demikian sikap Menhut yang ingin mengambil alih perkebunan kelapa sawit dari KPKS Bukti Harapan merupakan sikap ambigu dengan sikap sebelumnya yang telah menerima pembayaran dari KPKPS Bukit Harapan untuk areal seluas 23.000 Ha.

    Tentang Penggunaan UU No. 18 Tahun 2013 Bahwa melalui surat No.S.174/Menlhk-II/2015 perihal

    Penghentian Pelayanan, ternyata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengitimidasi Gubernur Sumut, Bupati Tapanuli Selatan, Bupati Padang Lawas, dan Bupati Padang Lawas Utara untuk tidak lagi memberikan pelayanan perizinan kepada KPKS Bukit Harapan, dan seterusnya dengan menggunakan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam UU No.18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, hal tersebut telah melanggar asas non retroaktif (larangan menggunakan aturan hukum berlaku surut) karena UU No. 18/2013 berlaku sejak 6 Agustus 2013.

    Kami memohon agar Komisi II DPR RI mendesak Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mencabut Surat No.S.174/Menlhk-II/2015 dan Surat No. S13/Menlhk-Setjen/RHS/2015 tertgl. 25 Juni 2015 perihal: Pemberitahuan Putusan MA No.2642 K/PID/2006 tentang Reg. 40 Padang Lawas yang ditujukan kepada Ketua Umum GAPKI, serta menyelesaikan permasalahan sengketa tanah ulayat tersebut.

    Bahwa permasalahan yang kami sampaikan terkait kehutanan yang merupakan bidang lingkup Komisi IV maka surat ini juga ditujukan kepada Komisi IV DPR RI untuk ditindaklanjuti.

    Marasamin RitongaMedan, Sumatera Utara

    Surat ini adalah bentuk dukungan terhadap reklamasi Teluk Benoa, karena Bali sering dijadikan sebagai tempat pertemuan internasional. Oleh karena itu, Bali perlu memiliki tempat yang baru untuk mengakomodir keperluan tersebut.

    Rencana revitalisasi Tanjung Benoa yang akan dijadikan destinasi baru wisata Bali, menghadapi pro kontra di tengah masyarakat. Bahkan isu buruk dampak revitalisasi banyak disebarkan oleh kelompok penolak rencana revitalisasi tersebut. Padahal akibat tertundanya pelaksanaan revitalisasi, maka kerusakan

    Teluk Benoa akan semakin parah. Setiap tahun teluk tersebut akan mengalami sedimentasi akibat timbunan lumpur, limbah plastik, zat kimia, dan berbagai polutan yang mengancam kelestarian lingkungan.

    Diharapkan DPR RI dan seluruh elemen masyarakat Bali mendukung pelaksanaan revitalisasi Teluk Benoa untuk kesejahteraan masyarakat Bali dan Indonesia lebih sejahtera.

    I Putu SurtamaDenpasar, Bali

    Dukungan Reklamasi Teluk Benoa

    5 PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016 l

  • PROLOG

    Pemerintah ingin menggenjot penarikan pajak lebih banyak. Salah satu strateginya dengan merilis pengampunan pajak ke publik. Pro kontra pun terjadi. Kritik tajam sudah berkali-kali dilontarkan Komisi XI kepada pemerintah. DPR berharap pengampunan pajak yang hendak digulirkan pemerintah harus tetap berkeadilan. Pengampunan pajak tentu tidak boleh ditafsir dengan menggelar karpet merah bagi para pengemplang pajak.

    RUU ini, memang, harus diru-

    muskan secara hati-hati. Muatan isinya pun harus berkeadilan. Jangan sampai para wajib pajak yang selama ini patuh membayar pajak malah tidak mendapat apresiasi sema sekali. Ketua Komisi XI Ahmadi Noor Supit mengatakan, Isu tentang tax amnesty bergulir begitu cepat. Mana keberpihakan pemerintah kepada mereka yang membayar pajak dengan baik. Sementara yang ngempalang pajak akan diampuni.

    Diskursus pengampunan pajak semakin ramai ketika saat bersamaan

    Sepanjang bulan April lalu, ruang rapat

    Komisi XI DPR RI selalu penuh dengan agenda rapat. Ada RUU seksi

    rupanya yang dibahas bersama pemerintah.

    RUU Pengampunan Pajak (tax amnesty) jadi topik

    perbincangan hampir setiap hari.

    ROLOG

    emerintah ingin menggenjot penarikan pajak lebih banyak. Salah satu strateginya dengan merilis pengampunan pajak

    ke publik. Pro kontra pun terjadi. Kritik

    muskan secara hati-hati. Muatan isinya pun harus berkeadilan. Jangan sampai para wajib pajak yang selamaini patuh membayar pajak malah tidak mendapat apresiasi sema

    Sepanjang bulan April lalu, ruang rapat

    Komisi XI DPR RI selalupenuh dengan agenda

    MENIMBANG PENGAMPUNAN PAJAK

    6 l PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016

  • terungkap dokumen rahasia yang menyebut sejumlah nama para pengusaha dan pejabat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dokumen yang disebut Panama Papers itu memuat sejumlah nama pengusaha Indonesia, bahkan pejabat aktif. Motifnya tentu ingin melindungi aset-asetnya dari beban pajak yang terlalu tinggi di dalam negeri. Akhirnya mereka mencari suaka pajak di negara berpajak rendah.

    Panama adalah negara dengan pungutan pajak rendah. Pemerintah sendiri mengklaim, 79 persen nama-nama WNI yang tercantum dalam Panama Papers sesuai dengan data yang dimiliki pemerintah. Lalu, mengapa pemerintah tak bertindak sebelum dokumen Panama terungkap? Begitu pertanyaan kritis Wakil Ketua Komisi XI Jon Erizal di hadapan Menkeu Bambang Brodjonegoro saat rapat April lalu.

    Menurut politisi PAN itu, para wajib pajak yang menyimpan asetnya di luar negeri, jadi potensi pasar yang besar bagi pemerintah. Ada aset sekitar Rp11.400 triliun milik para pengusaha Indonesia yang terparkir di negara berpajak rendah. Jumlah yang tidak sedikit. Cukup untuk menyuntik APBN kita. Hanya saja, kata Jon, langkah pemerintah belum terlihat.

    Akhir April lalu, sejumlah media nasional memuat headline soal pengampunan pajak. Pemerintah sudah pasang kuda-kuda untuk antisipasi pembahasan RUU Pengampunan Pajak bila terjadi deadlock. Pemerintah ingin membentuk satgas pajak untuk memburu aset para pengusaha Indonesia yang mangkir dari kewajiban pajak. Keanggotaan satgas ini diusulkan terdiri dari OJK, PPATK, BI, Kejagung, dan Kemenkum dan HAM.

    Bahkan, pemerintah juga sudah menyiapkan deklarasi pajak dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP). Pemerintah terlihat ingin mengejar tambahan pendapatan yang masuk ke kas negara. Segala cara akan ditempuh pemerintah agar bisa menarik pulang aset triliunan rupiah yang bisa dikenai pajak. Pemerintah juga ingin

    mencitrakan ramah pajak kepada para investor domestik maupun asing.

    Pengamat ekonomi Salamuddin Daeng dalam kesempatan terpisah berpendapat, pemerintah belum menyediakan tempat yang aman untuk menarik dana tersebut ke dalam negeri. Di tengah pasar uang dan bursa saham yang melemah saat ini, apakah para pengusaha Indonesia yang memarkir dananya di luar negeri mau menyimpannya di negeri sendiri.

    nama yang dicurigai masuk dalam dokumen Panama, sambung politisi PAN itu, perlu diklarif ikasi dulu sebelum diambil tindakan.

    Pandangan berbeda disampaikan Anggota F-PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari. Dia melihat, apa yang digulirkan pemerintah lewat tax amnesty merupakan sebuah tindakan hukum, bukan penghormatan bagi para pengemplang pajak. Pasti akan ada tindakan dan konsekuensi yang diberikan kepada para wajib pajak tersebut. Saya kira, ini framenya lebih kepada penindakan bukan karpet merah, karena duit ditarik lagi oleh mereka.

    Eva mempertanyakan, nasionalisme para pengusaha Indonesia yang menaruh asetnya di negeri orang. Bila para pengusaha itu punya nasionalisme yang tinggi, harusnya menanamkan saham dan membayar pajaknya di Tanah Air. Ini untuk pembangunan bangsa sendiri. Sangat logis, bila Eva mempertanyakan hal itu. Jiwa nasionalisme para pengusaha pribumi mungkin perlu disegarkan kembali.

    Namun, saat yang sama, Eva juga menyarankan agar ada reformasi perpajakan untuk menyambut regulasi pengampunan pajak. Direktorat Jenderal Pajak adalah sasaran utama yang musti direformasi. Sistem layanan dan akses kepada para wajib pajak harus lebih transparan dan akuntabel. Plus, para petugas pajak juga harus mendapat perlindungan keamanan. Kasus petugas pajak yang mendapat ancaman kekerasan dari bodyguard pengusaha pengemplang pajak mesti jadi perhatian tersendiri.

    Politisi Partai Nasdem Johnny G Plate berpandangan, kelak RUU Pengampunan Pajak bila sudah diun-dangkan bisa mendorong inten sifikasi pajak meningkat, sehingga reformasi di sektor perpajakan berjalan dengan baik, termasuk di birokrasi dan sistem perpajakannya. Yang kita harapkan ini WNI janganlah menaruh dana di luar negeri. Sekarang waktunya bangun ekonomi kita. Nah, untuk itu kita berikan amnesty, kita berikan pemaafan, demikian Johnny.

    Kalau disuruh masuk ke surat utang pemerintah, negara ini akan menjadi negara pencuci uang dari hasil kejahatan. Kalau tax amnesty mau masuk harus disediakan ruang dahulu masuknya mau ke mana. Harus ada reformasi besar-besaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan investasi langsung maupun tidak langsung yang masuk ke Indonesia, papar peniliti dari Universitas Bung Karno tersebut.

    Pandangan lebih bijak disampaikan Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan. Menurutnya, pengampunan pajak itu hanya sekali diberikan kepada para pengusaha yang menjadi incaran pemerintah. Tidak mungkin pengampunan itu diberikan berkali-kali. Tentu tidak adil. Namun, nama-

    Ada aset sekitar Rp11.400 triliun milik para pengusaha

    Indonesia yang terparkir di negara berpajak rendah. Jumlah yang tidak sedikit. Cukup untuk menyuntik

    APBN kita. Hanya saja langkah pemerintah belum

    terlihat

    7 PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016 l

  • LAPORAN UTAMA

    foto

    : eno

    Negara tak boleh mem-b e n t a n g k a n k a r p e t m e r a h b a g i p a r a p e n g e m p l a n g p a j a k . Inilah ynag selalu disuarakan DPR. Parlementaria berkesempatan secara eksklusif mewawancarai Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan di ruang kerjanya. Membincang pengampunan seperti tak ada habisnya. Kritik pun dilontarkan Taufik terhadap rencana pengampunan pajak ini.

    Memang dapat dimengerti bila pemerintah berusaha menarik simpati para investor domestik dengan memberi pengampunan pajak. Harapannya, ada aset yang bisa ditarik ke dalam negeri setelah sekian lama terparkir di negara-negara dengan pajak rendah. Menurut Taufik, pengampunan pajak bisa saja diberikan, tapi tidak bisa berkali-kali.

    PENGAMPUNAN PAJAK HANYA SEKALI

    Pengampunan pajak diberikan hanya sekali. Setelah itu, wajib pajak harus membayar pajak secara normal. Berikut ini petikan wawancara Parlementaria dengan politisi PAN tersebut pada pertengahan April lalu.

    Anda yakin ada aset pengusaha Indonesia yang fantastis tersimpan di luar negeri?

    Ini kaitannya dengan Panama Papers. Data itu perlu diklarifikasi. Pemerintah kita pun sudah yakin aset itu ada. Tanpa terungkap di Panama Papers pun para aparat penegak hukum kita sudah mempunyai data rekam jejak para pengusaha Indonesia yang tidak taat pajak.

    Pemerintah dan Menteri Keuangan ternyata sudah menyatakan bahwa lebih dari 79 persen mereka yang disebut d a l a m d o k u m e n Panama sudah s e s u a i . T i n g g a l

    ditindaklanjuti ke Dirjen Pajak. Sayangnya, kita baru bergerak ketika ada eforia Panama Papers. Padahal, tanpa itu mestinya sudah ditindak tegas oleh penegak hukum.

    Kebetulan saat yang sama, ada pembahasan RUU tax amnesty . Menurut saya, tidak ada kaitan antara Panama Paper dengan tax amnesty. Mereka yang masuk dokumen Panama Papers mungkin ingin melakukan self company di-offshore ke negara-negara tax heaven yang pajaknya sangat kecil bahkan nol sama sekali.

    Sebagai strategi marketing i t u s a h - s a h s a j a .

    Tapi, kalau berupa penggelapan pajak, itu harus dilakukan penegakan hukum.

    Panama Pa-pers sebetul nya tidak ada kaitan d e n g a n t a x

    m-p e t

    r a a k . PR. ara tua

    ang nan pun ana

    la k k n

    ng lah ra-rut

    sajaali.

    Ini kaitannya dengan PanamaPapers. Data itu perlu diklarifikasi.Pemerintah kita pun sudah yakin aset itu ada. Tanpa terungkap di Panama Papers pun para aparat penegak hukum kita sudah mempunyai data rekam jejak para pengusahaIndonesia yang tidak taat pajak.

    Pemerintah dan Menteri Keuangan ternyata sudah menyatakan bahwa lebih dari79 persen mereka yang disebut d a l a m d o k u m e n Panama sudah s e s u a i .T i n g g a l

    Papers mungkin ingin melakukan self company di-offshore ke negara-negara tax heaven yang pajaknya sangat kecil bahkan nol sama sekali.

    Sebagai strategi marketing i t u s a h - s a h s a j a .

    Tapi, kalau berupa penggelapan pajak, itu harus dilakukan penegakan hukum.

    Panama Pa-pers sebetulnya tidak ada kaitan d e n g a n t a x

    Pro kontra pengampunan pajak terus bergulir.

    Pemerintah telah mengajukan RUU

    Pengampunan Pajak (tax amnesty) ke DPR. Kini, Komisi XI pun sedang membahasnya secara intensif. Kepada siapa

    sebetulnya pemerintah ingin memberi pengampunan

    pajak? Kritik pun mengalir tiada henti atas rencana

    pengampunan pajak.

    8 l PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016

  • Tax amnesty, sekali lagi saya tegaskan hanya sekali dan tidak bisa diberikan beberapa kali. Memang, perlu

    kehati-hatian dan ketegasan dari aspek

    legislasinya

    (mh)

    perlu kehati-hatian dan ketegasan dari aspek legislasinya. Jangan sampai nanti mereka yang sudah punya keinginan baik dan sadar ingin kembali membayar pajak dari aset-asetnya yang tersimpan di luar negeri, malah menjadi incaran hukum.

    Tidak boleh ada kriminalisasi bagi para pengemplang pajak yang sudah menyadari kesalahannya dari perpajakan. Kepastian hukum harus menjamin tuntutan hukumnya. Jangan sampai malah dikekang. Data 79 persen nama-nama pengemplang pajak dalam Panama Papers yang sudah dimiliki pemerintah, harus tetap diusut.

    Kampanye tax amnesty ini, apakah bisa mengurangi defisit anggaran kita?

    Tax amnesty itu merupakan bagian dari upaya penerimaan pendapatan negara. Sebenarnya, tax amnesty itu tidak ada kaitan langsung dengan APBN-P. Tidak ada tax amnesty

    pun, APBN tetap berjalan. Tinggal konsekuensinya, kalau tax amnesty d i p u t u s k a n s e b e l u m A P B N -P 2016 tentunya t idak di lakukan penghematan lagi. Kita masih defisit Rp250 triliun. Diharapkan dengan tax amnesty bisa menutupi dan tidak menambah defisit.

    Apab i la tax amnes ty gaga l diputuskan atau belum selesai sebelum APBN-P 2016, itu bisa dibahas di APBN 2017. Sekarang tinggal kemauan dari stakeholder, apakah secara bersama-sama pemerintah dan DPR bersepakat membuat planning. Mislanya, plan A tidak dilakukan penghematan berupa pemotongan anggaran. Terhadap pemotongan yang Rp250 triliun itu, tentunya disesuaikan dengan program kementerian.

    Yang menjadi prioritas pemerintah jangan dipotong. Yang berikutnya, kalau tax amnesty itu diputuskan setelah APBN-P, tentu menjadi bagian dari upaya menambah penerimaan negara pada siklus APBN 2017.

    amnesty. Dalam rencana tax amensty itu, mereka yang menaruh aset di luar negeri, oleh Dirjen Pajak diupayakan bisa kembali ke Tanah Air. Dan tax amnesty ini hanya satu kali dalam setahun. Ujung dari tax amnesty dan skandal Panama Papers adalah reformasi perpajakan.

    Bagaimana konkritnya reformasi pajak itu?

    Kalau sudah ada reformasi pajak yang jelas, semua pengemplang pajak harus dipastikan posisi hukumnya. Orang pasti ingin ada kepastian pajak yang jelas. Saat ini banyak sekali restitusi pajak fiktif. Tax amnesty merupakan bagian dari reformasi pajak itu sendiri dan tidak ada kaitannya dengan Panama Papers.

    Ko m i s i X I s e n d i r i s u d a h mengkritik Kementerian Keuangan agar berhati-hati dan berkeadilan dalam menerapkan tax amnesty. Tidak justru memberi karpet merah bagi para pengemplang pajak. Pendapat Anda?

    Tax amnesty , sekali lagi saya tegaskan hanya sekali dan tidak bisa diberikan beberapa kali. Memang,

    RUU Pengampunan Pajak Versi Yustinus Prastowo

    Di negara maju, tax amnesty umumnya diberikan bagi aset di luar negeri. Amnesty bagi aset di luar negeri terkait dengan sistem worldwide income yang mengenakan pajak atas penghasilan dari dalam dan luar negeri.

    Bila persiapan kurang baik, pengampunan pajak terhadap aset dari luar negeri, menjadi tidak adil dan tidak fair.

    Pemberian amnesty sebaiknya untuk wajib pajak orang pribadi dan mencakup seluruh penghasilan.

    Data dan informasi yang diperoleh otoritas pajak tidak dapat dijadikan sebagai dasar penyidikan atau penuntutan pidana, karena berpotensi melemahkan penegakan hukum dan upaya pemberantasan korupsi. Oleh karena itu, perlu diatur perlindungan dari tuntutan administrtatif, tuntutan perdata, dan tuntutan pidana.

    foto

    : dok

    9 PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016 l

  • LAPORAN UTAMA

    REFORMASI SISTEM PAJAK UNTUK KEPASTIAN HUKUM

    Di ruang kerjanya, Fahri Hamzah Waki l Ketua DPR R I m e n g u n d a n g beberapa ekonom dan aktivis LSM untuk membincang RUU Pengampunan Pajak (tax amnesty). Isu ini begitu sensitif dan krusial, karena menyangkut sumber pendapatan utama pemerintah. Fahri pun ingin melontarkan pandangan kritisnya menyangkut hal ini.

    Tar ik-menar ik pembahasan R a n c a n g a n U n d a n g - U n d a n g Pengampuan Pajak masih berputar di DPR, Menurut Fahri, RUU ini adalah jalan pintas, yang belum jelas hasilnya. Bahkan, berefek negatif bagi perekonomian negara. Langkah

    pemerintah yang memberikan pengampunan pajak bag i para pengemplangnya adalah cara yang tidak normal.

    Itu artinya kita tidak percaya diri, sehingga kita mau menempuh cara yang tidak normal. Tax amnesty ini adalah cara tidak normal untuk mendapatkan uang cepat, kritik Fahri. Selain menduga tidak jelas hasilnya, politisi PKS ini juga memberi kiasan, jika RUU ini disahkan, lalu masuk dana-dana gelap itu ke dalam negeri, maka bisa merusak sistem perekonomian Indonesia. Ini seperti penyakit yang masuk menjangkiti jasad manusia.

    Uang itu bersih atau kotor. Kotornya itu menimbulkan kerusakan enggak kepada sistem tubuh kita yang lain. Uang haram itu seperti darah. Kalau darah Anda kotor, semua penyakit bisa ada, kita bisa jerawatan, kita bisa serangan jatung, ginjal kita bisa rusak, hati kita rusak, dan sebagainya, uangkapnya memberi metafora.

    Politisi dari dapil Nusa Tenggara Barat ini menyarankan dengan lantang, agar para pemangku kepentingan lebih mendahulukan reformasi sistem perpajakan dibandingkan hanya pengampunan pajak yang merupakan bag ian kec i l sa ja . Reformasi perpajakan yang dia maksud adalah yang menghasilkan kepastian hukum. Menurutnya, tindakan itu bisa membenihkan pendapatan negara dari sumber yang halal.

    Kalau saya secara khusus, mari kita reformasi sistem, supaya sistem hukum memberi kepastian. Sebab kalau ada kepastian hukum, uang halal yang akan datang, dan yang halal pasti lebih banyak daripada yang haram. Uang bersih pasti lebih banyak daripada yang kotor, seru Fahri.

    Pengampunan pajak adalah jalan

    pintas yang belum jelas. Pemberian

    pengampunan kepada para pengemplang

    pajak adalah cara yang tidak normal.

    foto

    : jak

    a

    10 l PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016

  • Dia mengaku mendapat laporan bahwa pengadilan pajak di Indonesia hanya ada tiga. Hakim pajak pun hanya 49 orang untuk menangani pendapatan negara dari pajak yang ribuan triliun. Ini bisa membuat keteteran aparat yang bertugas. Bahkan yang sangat disayangkan dalam penanganan kasus pajak, keberpihakan pada yang benar tidak selalu tepat.

    Nah yang begini-begini harus dikerjakan terlebih dulu sebelum kita mengambil jalan pintas, membuka pintu bagi masuknya uang haram ke negara kita ini, tandas Fahri.

    Dia menguraikan bahwa reformasi perpajakan jauh lebih penting dari hanya sekadar pengampunan pajak. Bagaimana cara pemerintah mengintensifkan pembayaran pajak, bagaimana agar masyarakat semuanya bayar pajak. Menurut Fahri, saat ini banyak sektor bisnis baru yang belum terjangkau pajak.

    Dia mendapat pengaduan, mayo-ritas pemegang izin pertam bangan tidak bayar pajak. Yang bayar pajak pun masih tetap bisa melakukan kecu-rangan. Modusnya, ada kegiatan untuk mentrasfer pajak biaya ke luar negeri, sehingga pajaknya semakin berkurang.

    Ini hal-hal yang harus dikejar sebetulnya, bukan jalan pintas. Sekali lagi, kan, kita belum tahu dapatnya dari tax amnesty berapa sih. Betul enggak dia bisa menutupi kekurangan kita. Kalau dia menutup, betul enggak ini baik buat kita, ungkapnya meragukan RUU Pengampunan Pajak.

    Para pemangku kepentingan lebih

    mendahulukan reformasi sistem perpajakan

    dibandingkan hanya pengampunan pajak yang

    merupakan bagian kecil saja(e

    ko)

    RUU Pengampunan Pajak Versi Revrisond Baswir

    Agar sinkron dengan arahan Presiden, naskah akademik sebaiknya disusun ulang untuk lebih fokus pada repatriasi offshore fund (disclosed dab undisclosed).

    Judul UU sebaiknya diganti menjadi UU Pelaporan dan Repatriasi Dana.

    Siapkan SUN khusus repatriasi dan sejumlah proyek infrastruktur dengan skema PPP untuk menampung dana-dana tersebut.

    Libatkan kalangan perbankan untuk menyusun strategi repatriasi offshore fund yang efektif.

    Karena fokus bergeser dari menutup defisit APBN 2016 ke repatriasi dana dan UU diharapkan dapat berlaku dalam jangka yang lebih panjang, maka penuntasan UU dapat ditunda ke 2017.

    RUU Pengampunan Pajak Versi Drajad H. Wibowo

    Sistem Aplikasi Perpajakan Terpadu (SAPT), Sistem informasi perpajakan modifikasi (SIPMOD), dan sistem informasi DJP belum terintegrasi.

    Sejak program PINTAR dibatalkan, belum ada inisiatif baru untuk memperbaiki sistem informasi pajak hingga saat ini.

    Hasil audit BPK menunjukan bahwa pengelolaan data di Ditjen Pajak masih kurang memuaskan.

    Harta yang diperoleh dari kegiatan terorisme, narkotika, dan perdagangan

    manusia- yang sebelumnya secara eksplisit dinyatakan sebagai harta yang tidak dapat dimintakan pengampunan pajak- kini tidak tercantum dalam RUU Pengampunan Pajak.

    Pengampunan pajak di seluruh dunia selalu menimbulkan moral hazard. WP patuh tidak memperoleh insentif, WP tidak patuh diberi pengampunan.

    WP tidak patuh mendapat pengampunan dengan tarif 2%, 4%, dan 6%. WP tidak patuh dan membawa kabur harta ke luar negeri dapat pengampunan dengan tarif 1%, 2%, dan 3%.

    foto

    : dok

    foto

    : dok

    11 PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016 l

  • LAPORAN UTAMA

    Rapat kerja Komisi XI DPR RI dengan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro pertengahan April lalu, penuh dengan perbincangan soal pajak. Isu pajak akhir-akhir ini begitu seksi bagi media massa. Selain ada program pemerintah yang ingin menggulirkan pengampunan pajak, ada pula skandal Panama Papers yang terungkap.

    Skandal Panama Papers itu justru kian menjadi pemantik bagi pemerintah untuk menarik aset pengusaha Indonesia ke dalam negeri. Saat yang sama DPR juga sedang membahas rancangan undang-undang (RUU) Pengampunan Pajak yang diinisiasi pemerintah. Di satu sisi, pemerintah ingin mengejar target pajak dari para pengusaha Indonesia yang menyimpan asetnya di luar negeri, di sisi lain, DPR berharap agar pengampunan pajak dilakukan dengan hati-hati dan

    MENGAPRESIASI YANG PATUHPemerintah diimbau

    memberi apresiasi tinggi kepada wajib pajak yang patuh. Bukan menggelar

    karpet merah bagi pengemplang pajak lewat

    program pengampunan pajak (tax amnesty).

    berkeadilan.Ketua Komisi XI DPR RI Achmadi

    Noor Supit saat memimpin raker dengan Menkeu menegaskan, isu pengampunan pajak begulir begitu cepat di publik. Pemerintah diimbaunya bersikap adil dalam menerapkan kebijakan pajak. Kampanye pengampunan pajak yang sedang digulirkan pemerintah harus betul-betul membawa dampak positif bagi perekonomian nasional.

    Di sisi lain, kata Supit, upaya m e m b e r i p e n g a m p u n a n p a j a k diharapkan tidak melupakan apresiasi bagi para pembayar pajak yang selama ini sangat patuh. Rencana penerapan pengampunan pajak harus berkeadilan dan penuh kehati-hatian. Isu tentang tax amnesty bergulir begitu cepat. Mana keberpihakan pemerintah kepada mereka yang membayar pajak dengan baik. Sementara yang ngempalang pajak akan diampuni, kritiknya.

    Rapat Kerja Komisi XI dengan Menteri Keuangan

    foto

    : arie

    f/iw

    12 l PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016

  • Hampir setiap hari isu kontroversial me nyangkut pengampunan pajak ini jadi ko moditas pemberitaan dan perbincangan publik. Sementara pembahasan RUU Peng ampunan Pajak yang diinisiasi pemerintah sempat terjadi tarik menarik kepentingan antara legislatif dan eksekutif. Akhirnya, DPR pun menyetujui pembahasan RUU ini. Sebentar lagi RUU tax amnesty akan dibahas. Ini persoalan yang sangat seksi

    skandal Panama Papers. Ini jadi kega-duhan lain lagi. Menurut Erizal, bila pemerintah punya data akurat WNI yang menaruh asetnya di luar negeri tanpa membayar pajak di dalam negeri, mestinya pemerintah bisa langsung bereaksi.

    Sebelumnya, pemerintah sudah mengakui bahwa 79 persen nama-nama pengusaha Indonesia yang tercantum dalam dokumen Panama cocok dengan

    Jon berharap, pemerintah meng-undang para pengusaha Indonesia yang biasa mena namkan asetnya di luar negeri. Itu mungkin bisa menjadi salah satu solusi, agar negara bisa mendapatkan pemasukan dari pajak. Komunikasi yang baik dari pemerintah menjadi kebutuhan agar pengusaha Indonesia yang menaruh asetnya di luar negeri bisa membawa pulang ke Tanah Air dengan aman.

    Pemerintah sendiri menyebut, ada sekitar Rp11.400 triliun aset milik WNI yang diparkir di luar negeri atau di negara-negara dengan pajak rendah (tax heaven). Menurut Jon, bila memang itu milik WNI, mestinya pemerintah lebih mudah melakukan pendekatan dan berkomunikasi. Kenapa tidak orang-orang ini diajak duduk bersama, membangun Indonesia. Caranya ya, tentu dengan berkomunikasi, ucap Jon.

    Politisi PAN itu menambahkan, pengusaha WNI yang sudah terdata menaruh asetnya di luar negeri bisa ditanya motifnya. Namun, mena nyakan langsung soal pajak, tidak membuat para pengusaha WNI itu nyaman secara psikologis. Saya tidak dalam posisi membela, tetapi ini ada pasar yang bisa disentuh yang bisa ditangani serius. Sampai hari ini, kita belum melihat langkah-langkah itu, kilah Jon lagi.

    Jon berharap, kebijakan di sektor perpajakan ini tidak mengganggu kinerja ekonomi. Sebaliknya, justru harus menjadi stimulus ekonomi. Apalagi, pemerintah sedang menggiatkan investasi dan pembangunan infra-sturktur di semua daerah.

    untuk kita bahas bersama, ucapnya saat rapat dengan Menkeu.

    Sementara itu, saat bersamaan Wakil Ketua Komisi XI Jon Erizal me-ngemukakan pandangannya. Tax amnesty yang digulirkan pemerintah telah menimbulkan kegaduhan. Di tengah kegaduhan itu, muncul lagi

    data milik pemerintah. Menjadi ironis ketika pemerintah tak bereaksi, hingga terungkap dalam Panama Papers. Ada tax amnesty kita gaduh. Akhirnya orang di luar negeri kipas-kipas saja. Sekarang ada lagi Panama Papers, kita gaduh lagi. Harusnya pemerintah bisa langsung action, ungkapnya di hadapan Menkeu.

    Ketua Komisi XI DPR RIAhmadi Noor Supit

    Wakil Ketua Komisi XI DPR RIJon Erizal

    (mh)

    foto

    : arie

    f/iw

    foto

    : arie

    f/iw

    Disamping bermanfaat sebagai penerimaan pajak dalam jangka pendek, masuknya dana-dana repatriasi akan meningkatkan likuiditas sektor keuangan dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi. Permaslahannya adalah pelaksanaan tax amnesty di seluruh dunia belum terbukti keberhasilannya.

    Apabila DPR sepakat menyelesaikan RUU ini maka diusulkan untuk ditinjau ulang mengenai: 1) tarif tebusan yang

    lebih kompetitif, 2) tata cara pemberian pengampunan pajak, 3) Pemanfaatan dana repatriasi yang lebih profesional. Dan 4) sanksi bagi pejabat yang membuka rahasia wajib pajak.

    Dalam beberapa pasal, RUU ini masih mengandung kerancuan berfikir dan kepastian mengenai kaitan proses penerbitan SKP Pajak dengan proses pemeriksaan wajib pajak (jika sedang menjalaninya).

    RUU Pengampunan Pajak versi Anggito Abimanyufo

    to: d

    ok

    13 PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016 l

  • LAPORAN UTAMA

    14 l PARLEMENTARIA Edisi 136 TH. XLVI - 2016

    MEMPERTANYAKAN NASIONALISME PENGUSAHA INDONESIA

    Banyak pengusaha Indonesia memarkir

    dana dan asetnya di luar negeri untuk hindari

    pajak di dalam negeri. Dalam dokumen yang

    disebut Panama Papers terungkap sejumlah

    nama penting WNI yang memarkir kekayaannya

    di negara berpajak rendah (tax haven). Ke

    mana nasionalisme para pengusaha Indonesia itu?

    negara berpajak h (tax haven). Ke

    asionalisme para ha Indonesia itu?

    Ruang rapat Komis i X I DPR RI sudah sepi ketika Parlementaria menemui Anggota Komisi XI Eva Kusuma Sundari. Saat itu, Komisi XI baru saja merampungkan rapat kerja dengan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. Rencana pengampunan pajak (tax amnesty) jadi isu seksi yang diperbincangkan. Suara kritis Eva selalu terlontar di tengah rapat yang menyoal pengampunan pajak tersebut.

    Pol i t is i PDI-Per juangan i tu mengemukakan pandangannya terhadap isu yang selalu mewarnai media massa nasional , karena menyangkut kebijakan publik yang sangat strategis. Menurut Eva, perlu ada perubahan sistem di Direktorat Jendera l Pa jak , Kementer ian Keuangan, sebelum memberlakukan program pengampunan pajak. Perubahan sistem itu menyangkut informasi perpajakan yang lebih akuntabel dan konprehensif.

    Tidak hanya itu, perbaikan sistem perpajakan juga harus meyentuh keamanan para petugas pajak. Di lapangan, para petugas pajak kerap menghadapi ancaman dan perlakuan kekerasan dari para wajib pajak yang membandel. Setelah semua sistem perpajakan diperbaiki, pemerintah bisa segera menerapkan pengampunan pajak yang orientasinya untuk menarik dana dan aset para pengusaha Indonesia yang diparkir di luar negeri.

    Di tengah rencana pemerintah

    foto

    : arie

    f/iw

    Anggota Komisi XI DPR RI Eva Kusuma Sundari

  • (mh)

    memberikan pengampunan pajak, tiba-tiba mencuat skandal Panama Papers ke publik. Ini semakin memperjelas bahwa benar ada aset para pengusaha Indonesia yang disimpan di luar negeri. Setidaknya, ada Rp11.400 tril iun dana yang tersimpan di luar negeri, milik para pengusaha Indonesia. Pemerintah, kata Eva, perlu menciptakan pra kondisi sebelum bisa menarik kembali dana tersebut ke Tanah Air.

    Panama Papers cukup membantu pemerintah untuk mengejar nama-nama pengusaha Indonesia yang muncul dalam dokumen itu. Orang-orang kaya di Amerika dan Swiss saja, yang aturan pajaknya sangat ketat, sudah memberlakukan pelarangan warga negaranya untuk memanfaatkan tax haven . Nah, dalam prinsip perpajakan kita, juga harusnya para wajib pajak Indonesia yang mendapat penghasilan dari sini, ya harus bayar juga ke sini. Enggak boleh diputar ke sana, seru Eva.

    Mantan Anggota Komisi III ini mempertanyakan nasionalisme para pengusaha Indonesia yang menyimpan dananya di luar negeri. Pengusaha yang berjiwa nasionalis, idealnya memberi sumbangsih terbaik bagi bangsa dan negaranya sendiri lewat pajak yang ditunaikannya. Ini, kan, betapa tidak nasionalisnya para orang kaya itu. Harus ada perombakan perpajakan yang lebih berkeadilan, tandas Eva lagi.

    Untuk memantau para wajib pajak,

    sambung politisi dari dapil Jatim IV itu, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) harus memiliki akses yang luas, dari mulai izin usaha hingga ke perbankan. Dengan begitu, pergerakan aset selalu terpantau DJP. Setelah program pengampunan pajak selesai, tak ada lagi aset yang dilarikan keluar dari negeri ini. Mereka berusaha di Indonesia, bayar pajak pun di Indonesia.

    Kalau DJP punya akses hingga ke perbankan, tidak akan ditipu dengan perilaku orang-orang elit yang hanya mikir dirinya sendiri. Tidak ada wacana

    dalam kebijakan perpajakan saat ini untuk mengentertain pengusaha-pengusaha kaya, ungkap Eva lebih lanjut. Sejauh ini, Kemenkeu juga sudah memberikan verifikasi para wajib pajak yang tercantum dalam Panama Papers kepada Komisi XI.

    Menteri Keuangan sendiri di hadapan Komisi XI, ungkap Eva, akan menindaklan jut i temuan tersebut. Setelah diverifikasi, akan terlihat apakah sejumlah nama yang menyimpan asetnya di luar negeri itu termasuk penggelapan pajak, penghindaran pajak, transfer pricing, atau profit transferring.

    Menurut Eva, kebijakan pengam-punan pajak bukan menyambut para pengemplang pajak dengan karpet merah. Pasti akan ada tindakan dan konsekuensi yang diberikan kepada para wajib pajak tersebut. Saya kira, ini framenya lebih kepada penindakan bukan karpet merah, karena duit ditarik lagi oleh mereka.

    Soal akurasi nama-nama yang disebut dalam dokumen Panama Papers, sejauh ini pemerintah sudah memverifikasinya. 79 persen nama-nama WNI dalam dokumen tersebut sesuai dengan data yang dimiliki pemerintah. Nama-nama seperti Rini Soemarno, Ihsanuddin Noorsy, Chairul Tanjung, bahkan Haryy Azhar sudah diklarifikasi. Menkeu sudah janji akan menindaklanjuti ke level penindakan. Jadi, ini ada potensi penambahan pendapatan dari pajak mereka.

    Pengusaha yang berjiwa nasionalis, idealnya

    memberi sumbangsih terbaik bagi bangsa dan negaranya sendiri lewat

    pajak yang ditunaikannya. Betapa tidak nasionalisnya

    para orang kaya itu. Harus ada perombakan perpajakan yang lebih

    berkeadilan

    Tujuan pengampunan pajak bukan soal berapa nominal penerimaan pajak. Tapi, agar uang yang parkir di luar negeri bisa kembali diinvestasikan di Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

    Pengampunan pajak digunakan

    untuk menciptakan objek pajak baru. Ini artinya Direktorat Jenderal Pajak tak perlu melakukan kegiatan berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak (WP) terdaftar (Subjek Pajak) serta perluasan Objek Pajak atau yang biasa disebut ekstensifikasi.

    RUU Pengampunan Pajak Versi Ken Dwijugiasteadi (Dirjen Pajak)

    foto

    : dok

    15 PARLEMENTARIA Edisi 136 TH. XLVI - 2016 l

  • LAPORAN UTAMA

    Bagi negara yang menganut s i s tem ketatanegaraan welfare state, pajak meru-pakan instrumen distribusi pendapatan negara yang penting. Maka, tak heran negara welfare state akan menetapkan tarif tinggi untuk pajak negara. Indonesia tidaklah demikian. Pajak di negara ini, masih terbilang rendah. Dikutip dari websait resmi Kemenkeu, Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia sebesar 25 persen.

    Jika dibandingkan dengan data yang dilansir oleh Business Insider yang melakukan pemeringkatan negara dengan total pungutan pajak lebih dari 50 persen, maka Indonesia masih ramah kepada para wajib pajak. Berikut lima negara dengan rasio pungutan pajak teratas: Pertama, Aljazair: 72.7 persen. Negara ini merupakan negara dengan total rasio pajak tertinggi di wilayah negara-negara Afrika.

    Lalu, Kolombia: 75.4 persen. Kolombia memberlakukan kebijakan pajak kekayaan yang baru. Kolombia menjadi negara di Amerika Latin urutan ketiga dalam hal total rasio pajak.

    Selanjutnya, Tajikistan: 80.9 persen. Negara di Asia Tengah ini memiliki

    MOMENTUM TAUBATPARA PENGINGKAR PAJAK

    Di Indonesia pajak bukanlah satu-satunya

    instrumen kesejahteraan bagi masyarakat. Ada banyak sumber daya

    lain yang bisa menjadi penopang kesejahteraan nasional. Kekayaan alam

    Indonesia tidak bisa dianggap sedikit, jika

    dikelola secara adil, baik, dan benar, seharusnya

    bisa menjadi peranti kesentosaan warga

    negara.

    kebijakan tarif pajak 2 persen dari omset, yang berdampak signifikan terhadap perolehan keuntungan perusahaan. Bolivia: 83.7 persen. Kebijakan tiga persen pajak transaksi berdampak pada 60 persen keuntungan perusahaan, bahkan sebelum pajak lainnya diperhitungkan.

    Lalu, Argentina: 137.3 persen. Sangat mengherankan, total tarif pajak yang dipatok oleh pemerintah Argentina lebih dari 100 persen dari keuntungan perusahaan. Pajak omset saja hampir 90 persen, belum lagi pajak penghasilan dan transaksi keuangan yang termasuk di dalamnya. Namun demikian di Indonesia masih saja ada wajib pajak yang mengemplang dari pembayaran pajak.

    Saat ada wajib pajak yang taat tidak mendapat apresiasi, di sisi yang berbeda ada pengemplang pajak justru mendapat pengampunan, ini merupakan pilihan yang sulit bagi para pembuat kebijakan. Dengan adanya tax amnesty, diharapkan para pengemplang pajak bisa sadar lalu melakukan pertaubatan.

    Oleh karena itu disamping ada tax amnesty kita juga harus pikirkan supaya wajib pajak yang taat, giat, dan rajin mendapat insentif pajak. Suatu saat harus kita pikirkan itu, bagaimana yang taat pajak dan tidak memanipulasi serta tidak telat itu mendapat insentif dari negara, harap Anggota Komisi XI DPR RI, M. Sarmuji.

    K a s u s Pa n a m a Pa p e r s d a n pengajuan Rancangan Undang-Undang Pengampunan Pajak belakangan ini memenuhi kolom-kolom pemberitaan media masa. Namun dua isu tersebut sebenarnya hanya kebetulan saja bepapasan dalam waktu yang sama. RUU Pengampunan Pajak t idak dimotivasi oleh isu Panama Papers. Keduanya tidak berkaitan langsung.

    S a r m u j i b e r a l a s a n , R U U Pengampunan Pajak dibahas hanya

    foto

    : arie

    f/iw

    Anggota Komisi XI DPR RI M. Sarmuji

    16 l PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016

  • untuk kepentingan nasional. Di dalamnya bertujuan agar aset berupa harta, uang, serta kapital yang dimiliki para wajib pajak dari Indonesia kembali ke tanah asal. Dengan begitu, tujuan pembangunan nasional mendapat dukungan modal dari dalam negeri secara berdikari.

    Jadi inisiatifnya itu murni untuk kepentingan nasional kita, kepentingan supaya ada repatriasi aset, repatriasi uang dari luar negeri ke Indonesia, itu murni begitu. Jadi, tidak ada kaitan langsung antara Panama Papers dengan tax amnesty, tutur Politisi dari Fraksi Partai Golongan Karya, berargumen.

    Menurut Anggota Dewan dari dapil Jawa Timur VI ini, RUU Pengampunan Pajak adalah kebutuhan untuk kepentingan investasi jangka panjang. Tetapi Sarmuji menyarankan agar ada langkah untuk mengantisipasi supaya RUU ini tidak hanya berakibat baik secara sepintas saja.

    Artinya bukan hanya kebutuhan untuk menambah pendapatan karena kita ada defisit anggaran sebesar Rp290 triliun saja, tetapi untuk kepentingan investasi jangka panjang. Supaya masyarakat Indonesia yang memiliki aset, memiliki uang itu, lebih betah ditanamkan di dalam negeri daripada dibawa ke luar negeri. Itu kepentingan utama kita, tandasnya.

    Sarmuji menjelaskan, jika RUU Pengampunan Pajak bisa disahkan, akan terjadi pemasukan modal yang lumayan besar. Uang yang ada di luar negeri akan kembali ke dalam negeri, sehingga bisa berakibat pada peningkatan pendapatan terutama di sisi pajak.

    Dengan demikian defisit anggaran akan bisa diminimalisir karena ada tambahan pendapatan. Menurutnya sekarang ini , ada kesenjangan antara pendapatan dan pengeluaran negara, pengeluarannya normal tapi pendapatannya tidak normal, kurang dari yang diperkirakan.

    Seiring terjadinya repatriasi aset, repatriasi modal dari luar negeri ke dalam negeri, pendapatan kita akan naik, pajak kita akan masuk, sehingga defisit anggarang yang selama ini kita khawatirkan Rp290 triliun, insya Allah relatif tertutupi, bisa diatasi dengan pengetatan, pengefisiensian anggaran, jelasnya. (e

    ko)

    LIMA NEGARA DENGAN PAJAK TERTINGGI DAN TERENDAH

    LIMA NEGARA DENGAN PAJAK TERENDAH

    LIMA NEGARA DENGAN PAJAK TERTINGGI

    1. Aljazair: 72,7 persen Negara ini merupakan negara dengan total rasio pajak tertinggi di wilayah negara-negara Afrika.

    2. Kolombia: 75,4 persen K o l o m b i a m e m b e r l a k u k a n kebijakan pajak kekayaan yang baru. Kolombia menjadi negara di Amerika Latin urutan ketiga dalam hal total rasi opajak.

    3. Tajikistan: 80.9 persen Negara di Asia Tengah ini memiliki kebijakan tarif pajak 2 persen dari omset, yang berdampak signifikan terhadap perolehan keuntungan perusahaan.

    4. Bolivia: 83.7 persen Kebi jakan t iga persen pajak transaksi berdampak pada 60 persen keuntungan perusahaan, bahkan sebelum pajak lainnya diperhitungkan.

    5. Argentina: 137.3 persen Sangat mengherankan, total tarif pajak yang dipatok oleh pemerintah Argentina lebih dari 100 persen dari keuntungan perusahaan. Pajak omset saja hampir 90 persen, belum lagi pajak penghasilan dan transaksi keuangan yang termasuk di dalamnya.

    Versi Laporan World Economic Forum 2015

    1. Hong Kong: 22,8 persenDengan ruang lingkup tarif pajak yang rendah, menurut banyak kalangan Kota Hong Kong telah menjadi satu dari banyak tempat menarik dalam dunia bisnis.

    2. Montenegro: 22,3 persenSalah satu negara yang berada di Eropa Tenggara ini mempunyai tarif pajak penghasilan yang rendah. Bahkan, nominal pungutan pajak tersebut menjadi salah satu negara Eropa dengan tarif pajak terendah.

    3. Kanada: 21 persenMerupakan salah satu negara bagian Amerika Serikat (AS) yang terletak di utara. Dengan ekonomi yang maju, membuat negara itu berada dalam jajaran teratas. Bahkan yang lebih mengejutkan, penduduk Kanada provinsi Manitoba memiliki tingkat pajak korporasi 0 persen untuk usaha kecil.

    4. Kamboja: 21 persenSalah satu negara di Asia Tenggara ini telah berhasil menarik sejumlah besar investasi asing dalam dua dasawarsa atau 20 tahun terakhir. Pasalnya, negara ini memiliki jumlah tingkat pajak yang jauh lebih rendah daripada kebanyakan negara tetangganya yang lebih berkembang.

    5. Namibia: 20,7 persenNamibia merupakan salah satu dari hanya dua negara Afrika yang berhasil masuk ke dalam daftar.

    17 PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016 l

  • LAPORAN UTAMA

    Nanti RUU Pengampunan Pajak akan bisa menjadi ukuran seberapa be sar minat para WNI me ma-sukkan dananya ke dalam sistem perpajakan negara, walau berada di dalam negeri. Jika hal tersebut terealisasi maka akan menambah jumlah yang signifikan dalam sistem perpajakan.

    MERAMU RUU PENGAMPUNAN PAJAK

    Pengampunan pajak yang diusulkan pemerintah sangat tergantung pada seberapa besar repatriasi dana ke dalam negeri. Ini baru bisa dinilai setelah Rancangan Undang-Undang tersebut disahkan dan berjalan. Selain itu, patut diperhatikan pula, seberapa besar minat Warga Negara Indonesia (WNI) yang memarkir dananya di luar negeri

    untuk membawa kembali ke Tanah Air.

    Namun jika repatriasi dana kecil, serta dari dalam negeri responnya lemah, maka tentu pengampunan pajak ini bisa dinilai belum berhasil. Banyak yang berharap RUU pengampunan pajak berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

    Karenanya, sangat ditentukan berapa besar tax treaty, perjanjian perpajakan antara dua negara yang dibuat untuk meminimalisir pajak ganda dan berbagai usaha penghindaran pajak. Selain itu, juga ditentukan oleh tax ratio, perbandingan penerimaan pajak dengan produk domestik bruto (PDB). Tax ratio seringkali menjadi ukuran kinerja sektor perpajakan.

    RUU Pengampunan Pajak ada karena inisiatif pemerintah. RUU ini sudah disampaikan Pemerintahan Joko Widodo ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI), selanjutnya Badan Musyawarah DPR telah menetapkan bahwa RUU tersebut dibahas dan ditindaklanjuti oleh Komisi XI DPR.

    Komisi XI dan pemerintah bahas RUU itu, sekaligus merumuskannya, begitu, Anggota Komisi XI Johnny G. Plate menjelaskan kepada Par-lementaria. Pengampunan pajak merupakan ikhtiar pemerintah yang dipimpin Presiden Jokowi agar terjadi repatriasi dana WNI ke dalam negeri.

    Dalam perumusan RUU peng-ampunan pajak unsur DPR yang terdiri dari fraksi-fraksi menyampaikan Daftar Inventaris Masalah (DIM), agar selanjutnya pemerintah dan DPR meramu bersama sehingga mendapat rumusan yang tepat dalam susunan undang-undang yang dirancang bersama.

    foto

    : arie

    f/iw

    Anggota Komisi XI DPR RI Johnny G. Plate

    18 l PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016

  • (eko

    )

    Senada dengan pemerintah, Johnny yang merupakan politisi dari Fraksi Partai Nasional Demokrat (Nasdem), meng harapkan agar RUU Pengampunan Pajak mampu mendorong pemulangan kembali dana-dana WNI ke Tanah Air yang ada di luar negeri. Menurutnya, repatriasi dana bisa meningkatkan kemampuan likuiditas dalam negeri agar mampu memenuhi kewajiban membayar utang dan sebagainya pada waktu yang telah ditentukan.

    Repatrisasi ini berguna sekali untuk negara ini dalam rangka meningkatkan likuiditas dalam negeri kita. Kalau masuk seribu sampai dua

    pinjam kepada rakyatnya sendiri, demikian Johnny memberi contoh.

    Kedua, likuiditas bisa mendorong untuk pembiayaan-pembiayaan proyek yang akan dikerjakan pemerintah, yang telah menjadi program pemerintah namun ada dalam sektor privat. Johnny menjelaskan, pembiayaan tersebut adalah business to business, sehingga likuiditas itu bisa digunakan untuk proyek-proyek yang dibutuhkan pemerintah, termasuk infrastruktur komersial yang menarik bagi para investor untuk masuk ke dalam negeri.

    Dengan masuknya dana ke dalam negeri , maka akan mendorong investasi-investasi baru di sektor

    hukum, keamanan, kenyamanan, serta kemudahan dalam regulasi.

    Yang kita harapkan dana WNI itu segera kembali. Mereka akan bandingkan kenyamanan investasi dengan duitnya yang ada di dalam negeri atau di luar negeri. Karena uang akan berpihak pada kenyamanan dan keamanan investasinya, jelas Johnny.

    Berkaitan dengan objek pengam-punan pajak, politisi dari dapil Nusa Tenggara Timur I ini mengungkapkan, pengampunan tidak bisa diberikan kepada orang-orang atau lembaga-lembaga yang tersangkut dengan masalah hukum tipikor misalnya,

    ribu triliun, tentu akan menambah likuiditas yang besar ke dalam negeri, papar Johnny.

    A l u m n u s U n i k a A t m a Jay a Jurusan Ekonomi Bisnis Manajemen ini menjelaskan l ikuiditas bisa digunakan untuk dua hal. Pertama, kalau pemerintah membutuhkan dana, pemerintah bisa mengeluarkan surat utang negara, sebagai pinjaman kepada kreditur-kreditur di dalam negeri sendiri. Hal demikian berarti, utang-utang dalam negeri kualitasnya menjadi lebih kuat, karena tidak melakukan pinjaman ke luar negeri.

    Kita tidak pinjam ke luar negeri ke negara asing, tapi kita pinjam ke warga negara sendiri. Ini terjadi di Jepang. Sehingga utang-utang negara di Jepang itu kualitasnya tinggi karena

    privat. Hal tersebut berdampak pada investasi-investasi yang ada di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bisa dibiayai oleh dana-dana WNI sendiri yang sudah ada di Indonesia.

    Kalau sebelumnya mungkin saja dari luar negeri, bisa dari warga negara, atau dari perusahaan asing, bisa juga dari perusahaan Indonesia yang berdomisili atau berbadan hukum di negara asing. Ini semua adalah hal yang legal. Yang legal ini kalau bisa dibawa ke dalam negeri dan mendorong untuk menambah likuiditas dan investasi di dalam negeri, tentu lebih baik, ungkapnya.

    Pemerintah memiliki kewenangan untuk menggenjot serta mendorong masuknya investasi ke dalam negeri. Investasi membutuhkan kepastian

    dalam status terpidana, dalam status tersangka, atau status terdakwa. Tentu ini bukan menjadi bagian dari lingkup tax amnesty. Namun kalau tidak punya status hukum tentu kita juga tidak akan menarik-narik, seakan-akan memiliki masalah hukum, tutur Johnny.

    Dia mengharapkan undang-u n d a n g i n i b i s a m e n d o ro n g intensif ikasi pajak mening kat , sehingga selanjutnya reformasi di sektor perpajakan berjalan dengan baik, termasuk di birokrasi dan sistem perpajakan. Yang kita harapkan ini WNI janganlah menaruh dana di luar negeri. Sekarang waktunya bangun ekonomi kita. Nah, untuk i tu kita berikan amnesty , k i ta berikan pemaafan, demikian Johnny menyampaikan alasan.

    RUU Pengampunan Pajak mampu mendorong pemulangan kembali dana-dana WNI ke Tanah Air yang ada di luar

    negeri. Repatriasi dana bisa meningkatkan kemampuan likuiditas dalam negeri agar mampu memenuhi kewajiban membayar utang dan sebagainya pada waktu yang

    telah ditentukan

    19 PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016 l

  • LAPORAN UTAMA

    Apa yang bisa Anda komentari dari rencana pemerintah memberi pengampunan pajak?

    Pertama, kita menganut sistem devisa bebas. Artinya setiap warga negara bebas menggunakan mata uang asing di dalam negeri. Tidak ada peraturan yang membatasi lalu lintas devisa di Indonesia. Jadi, kerangka peraturan keputusan ini tidak memungkinkan tercapainya upaya strategi tax amnesty.

    Kedua, kalau ada uang yang masuk senilai uang yang direncanakan oleh pemerintah lewat peraturan tax amnesty, belum tentu uang itu akan menimbulkan manfaat kalau dalam sistem keuangan yang terbuka. Efek psikoligisnya bisa membahayakan sistem moneter kita. Bisa menjatuhkan perbankan dan sektor keuangan. Jadi, ini bukan masalah sepele.

    Ketiga, tax amnesty ini sama saja membiarkan dan menumbuhkan korups i . Tax amnesty berar t i menyediakan ruang untuk manipulasi pajak dan pengemplangan pajak dalam sistem hukum nasional. Keempat, saya menyoroti aspek ketidakpastian hukum. Bisa saja RUU ini bila sudah diundangkan lalu digugat ke MK. Dan MK bisa membatalkannya. Dari sini terlihat bahwa di Indonesia kerap menimbulkan ketidakpastian hukum dan kebijakan.

    Kelima, UU ini nantinya tidak boleh diskriminatif. Jadi, UU tax amensty harus mempunyai kaidah hukum yang menganut asas nasional treatment dan equal treatment.

    Salamuddin Daeng, Pengamat Ekonomi

    PERLU REGULASI UNTUK HALANGI MODAL KELUAR

    Bila pemerintah berhasil menarik aset para pengusaha Indonesia di luar negeri, di mana aset-

    aset itu ditempatkan? Tidak ada fasilitas yang ideal di Indonesia untuk menempatkan begitu banyak

    aset yang selama ini diparkir di luar negeri. Apalagi pasar uang dan bursa saham

    di Tanah Air sedang buruk.

    Begitulah pandangan Sala-muddin Daeng kepada Parlementaria April lalu. Peneliti pada Pusat Kajian Ekonomi Politik, Universitas Bung Karno, Jakarta ini, melihat, perlu ada regulasi untuk menahan arus modal ke luar negeri. Ini penting, agar tidak ada lagi tradisi melarikan modal dan aset ke negara-negara

    yang memiliki suaka pajak. Berikut petikan wawancaranya.

    foto

    : jay

    adi

    Salamuddin Daeng

    20 l PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016

  • Pe m e r i n t a h i n g i n d e n g a n tax amnesty ini ada solusi untuk menutupi defisit anggaran. Pendapat Anda?

    Defisit APBN disebabkan dua hal. Penyebab pertama, penerimaan pajak di dalam negeri yang rendah dan penerimaan negara bukan pajak yang merosot. Defisit APBN yang disebabkan oleh rendahnya penerimaan pajak, lantaran ekonomi tumbuh bukan bersumber dari satu mata rantai industri yang kuat, melainkan dari segelintir perusahaan besar yang sebagiannya perusahaan asing. Kita tahu, perusahaan-perusahaan itu sangat jeli melihat peluang untuk tidak membayar pajak.

    Penyebab kedua, keadaan UU Perpajakan belum konek dengan kebutuhan membangun industri. Industri tidak tumbuh. Padahal, pajaknya besar. Contoh, kenapa tembakau itu besar sekali baik cukai maupun pajaknya, karena full integrated dari bahan baku sampai pasar, semua ada di dalam. Maka dia menyumbang cukai sampai Rp140 triliun. Mana ada pendapatan besar dari sektor seperti ini yang terintegrasi dari hulu sampai hilir. Yang lain, 70-80 persen menggunakan bahan baku impor.

    Kita di sini mengembangkan industri perakitan. Nilai tambahnya kecil . Pajak hanya dibayar dari sektor hilir saja. Itu secara teori kita gagal. Ingat, konsumen atau rakyat Indonesia tidak bisa dikuras dengan pajaknya. Jadi, ada 3 hal yang harus dievaluasi, yaitu ivestor asing yang ngemplang pajak di sini, evaluasi stuktur industri, dan evaluasi daya beli masyarakat.

    Penyebab ketiga, tingginya sumber kewajiban pemerintah terhadap utang yang bunganya luar biasa. Di Indonesia utang obligasi pemerintah lebih tinggi bunganya dari obligasi pembangunan. Itu membangkrutkan pendapatan bank pemerintah. Di Indonesia terbalik, nilai obligasi lebih tinggi dari obligasi bunga perbankan.

    Ini sama saja menghancurkan sektor keuangan. Akhirnya dana masyarakat sebagian mengalir dalam surat utang pemerintah, tidak mau deposito ke perbankan. Itulah penyebab APBN mengalami defisit.

    mau ke mana. Harus ada reformasi besar-besaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan investasi langsung maupun tidak langsung yang masuk ke Indonesia.

    D e n g a n s i s t e m l a l u l i n t a s keuangan yang sifatnya global kita bisa memindahkan uang kita dari satu negara ke negara lain sesuka hati. Uang itu belum tentu mau pindah ke Indonesia. Mau pindah ke pasar keuangan Indonesia, pasar keuangan kita lagi buruk sekali. Mau pindah ke bursa saham, bursa saham kita pun tidak menjanjikan apa-apa.

    Menurut Anda , bagaimana Panama Papers bisa terungkap?

    Karena ada perang informasi. Tujuannya, mendelegetimasi para pemimpin politik di dunia. Ini juga perang inteligen.

    Pemerintah menyatakan 79 persen nama WNI dalam Panama Papers sesuai dengan data yang dipegang pemerintah. Anda percaya itu?

    Siapa yang mempercayai informasi bahwa 79 persen nama-nama pengusaha Indonesia dalam Panama Papers sesuai dengan data yang dimiliki pemerintah. Pemerintah tidak punya data itu. Kalau data itu bersumber dari Panama Papers mungkin iya. Tapi, kalau data dari pemerintah tidak mungkin.

    Selama ini, pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa, karena sistem perundang-undang Indonesia buruk sekali. Skandal BLBI saja yang Rp630 tri l iun, tidak bisa diapa-apain. Apalagi, pengemplang pajak modus operandinya lebih tertutup daripada BLBI. Saya pribadi percaya ada banyak orang Indonesia menyimpan uangnya di sana. Penyelesaiannya, harus membuat UU yang mampu menghalangi modal keluar. Harus buat regulasi untuk menahan arus keluar dari Indonesia terutama dari praktik korupsi, karena koruptor tidak meyimpan uangnya di Indonesia.

    Apakah ini bisa diatasi dengan tax amnesty?

    Sekarang saya mau tanya, uang masuk itu disuruh masuk ke mana? Pungutan pajaknya itu, kan, setelah ada uang masuk. Mereka beli barang, belanja barang, belanja modal, belanja usaha, bikin invesatasi, baru ada pajaknya. Masa uang masuk langsung jadi pendapatan negara. Kalau ditempatkan di obligasi baru bisa dipotong pajak. Kalau disuruh masuk ke surat utang pemerintah, negara ini akan menjadi negara pencuci uang dari hasil kejahatan.

    Kalau tax amnesty mau masuk harus disediakan ruang dahulu masuknya

    Selama ini, pemerintah tidak bisa berbuat

    apa-apa, karena sistem perundang-undangan Indonesia buruk sekali. Skandal BLBI saja yang Rp630 triliun, tidak bisa

    diapa-apain. Apalagi, pengemplang pajak

    modus operandinya lebih tertutup daripada BLBI.

    Saya pribadi percaya ada banyak orang Indonesia

    menyimpan uangnya di sana.

    (mh)

    21 PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016 l

  • SUMBANG SARAN

    Pembahasan RUU Peng am-punan Pajak yang bertujuan meningkatkan penerimaan, saat ini sedang dikerjakan secara intensif oleh DPR RI. Hal ini mengingat target penerimaan pajak pada tahun anggaran 2015 tidak tercapai. Dari sisi perpajakan, pengampunan pajak sebenarnya masuk ke dalam kategori intensifikasi pajak, karena secara prinsip tidak menambah subjek/objek pajak baru. Pengampunan pajak diberlakukan terhadap mereka yang memiliki tunggakan pajak, dan menyimpan uang atau harta kekayaan terutama di luar negeri sehingga diharapkan akan memindahkan uang dan harta kekayaannya ke dalam negeri . Diyakinkan bahwa DPR tidak akan mempersulit proses pembahasan RUU Pengampunan Pa jak ( tax amnesty ) . Pimpinan DPR yakin program pengampunan pajaksetelah melakukan rapat konsultasi dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, penerimaan pajak akan bertambah dan tax base pajak akan semakin baik.

    Harapan pemerintah mengasum-si kan penerimaan negara dari amnesti pajak kurang lebih sebesar Rp60 triliun dalam APBN 2016. Angka ini diperoleh dari tarif tebusan 3% dikalikan dengan dana (uang) yang masuk dari luar negeri sekitar Rp 2.000 triliun. Artinya untuk memperoleh penerimaan

    tersebut, pemerintah harus membuat sebuah Undang-Undang. Nampaknya dalam tujuan jangka pendek kebijakan ini adalah untuk mengejar target penerimaan pajak tahun 2016.

    Secara sederhana, tax amnes-ty atau pengampunan pajak adalah penghapusan pajak yang terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan, penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan, serta sanksi pidana tertentu dengan membayar uang tebusan. Dalam draft RUU Pengampunan Pajak, yang mejadi perhatian adalah Pasal 10 RUU Pengampunan Pajak yang menyebutkan, Selain memperoleh fas i l i tas d i b idang perpajakan sebaga imana d imaksud da lam Pasal 9, orang pribadi atau badan juga memperoleh pengampunan tindak pidana terkait perolehan kekayaan, kecuali tindak pidana teroris, narkoba, dan perdagangan manusia.

    Hal tersebut menimbulkan pro dan kontra karena hasil kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana tidak akan diusut dan diperiksa secara hukum apabila uang yang berada di luar negeri dikembalikan ke Indonesia. Namun harta kekayaan yang berasal dari kejahatan tetap diusut apabila kejahatan tersebut merupakan kejahatan terorisme, narkoba, dan perdagangan manusia. Anehnya adalah t indak pidana

    PEMBARUAN SISTEM PERPAJAKAN LEBIH PENTING DARI TAX AMNESTY

    (PENGAMPUNAN PAJAK)Oleh:

    Mandala HarefaPeneliti Ekonomi Kebijakan Publik Pusat Penelitian - Badan Keahlian DPR RI

    foto

    : dok

    Mandala Harefa

    Selain memperoleh fasilitas di bidang perpajakan

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, orang

    pribadi atau badan juga memperoleh pengampunan

    tindak pidana terkait perolehan kekayaan, kecuali

    tindak pidana teroris, narkoba, dan perdagangan

    manusia.

    22 l PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016

  • korupsi tidak disebutkan dalam RUU Pengampunan Pajak tersebut, sehingga apabila RUU ini disahkan harta kekayaan yang ada diluar negeri yang didapatkan dari hasil korupsi ataupun pencucian uang akan sah ketika kembali ke Indonesia dalam bentuk pengampunan Pajak. Hal inilah yang perlu diatur lebih lanjut secara jelas agar tidak bertentangan dengan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi dan Pajak Penghasilan.

    Dari aspek teknis dan tahapan, objek pengampunan pajak bukan hanya uang dan/atau harta kekayaan yang disimpan di luar negeri, tapi

    pa jak akan memperoleh surat keputusan pengampunan pajak dari Ditjen Pajak. Pemerintah harus memberi jawaban maksimum 30 hari sejak wajib pajak mengajukan permohonan pengampunan pajak. Jika lewat batas itu pemerintah belum merespons, pengampunan pajak dianggap telah dikabulkan. Setelah itu, Dirjen Pajak harus menerbitkan Surat Keputusan Pengampunan Pajak (SKPP) maksimum tujuh hari setelah pengajuan. Tarif tebusan untuk pengampunan pajak terdiri atas 3 (tiga) golongan berdasarkan periodisasi pengampunan pajak, yaitu

    tebusan un tuk pelaporan harta adalah 6% untuk tiga bulan pertama, 8% untuk tiga bulan kedua, dan 10% untuk enam bulan selanjutnya. Sementara untuk yang melakukan repratriasi , maka tarif tebusan seharusnya diber lakukan adalah 5% untuk t iga bulan pertama, 7% untuk tiga bulan kedua, dan 9% untuk enam bulan. Selain itu, kewajiban/prinsip repatriasi mo dal seharusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam aturan amnesti pajak. Artinya, pemerintah juga bersedia mengembalikan uang WNA yang diinvestasikan di Indonesia

    Pertama, wajib pajak (WP) badan atau pribadi yang mengajukan permohonan pengampunan pajak pada Januari-Maret (Kuartal I) 2016 dikenai tarif tebusan 2% dari nilai bersih harta yang dilaporkan. Kedua, jika permohonan diajukan pada periode April-Juni (Kuartal II) 2016 waajib pajak terkena tarif tebusan 3%. Ketiga, pengenaan tarif 5%, jika wajib pajak mengajukan permohonan pengampunan pajak dari Juli sampai akhir Desember 2016 (Semester II). Nilai bersih harta adalah harta dikurangi utang.

    Bila mengacu pada standar negara negara OECD, tarif tebusan minimal 2% terlalu rendah, dimana tarif

    juga di dalam negeri yang tidak dilaporkan atau dilaporkan tapi tidak secara benar. Dengan demikian, maka pengampunan pajak tidak b e r l a k u t e r h a d a p u a n g a t a u pendapatan dari hasil kejahatan terorisme, perdagangan narkoba dan obat terlarang, hasil pembajakan/p e ro m p a k a n , s e r t a ke j a h at a n perdagangan manusia. Tetapi ba-gai mana terhadap uang hasil dari perjudian di luar negeri oleh WNI.

    Mekanisme dan TahapanMekanisme pengampunan pajak

    adalaha bahwa orang pribadi atau badan yang mengajukan amnesti

    ke negara asalnya untuk tujuan tertentu, seperti pengampunan pajak dan lain nya.

    S e b e n a r n y a p o t e n s i p a j a k sangat besar, hanya kinerja Pajak, upaya meningkatkan perolehan sektor pajak belum optimal, bisa jadi lemahanya data-data terkait wajib pajak. Artinya tax base-nya masih sangat kecil, sehingga, banyak kebijakan terkait masalah pajak dikeluhkan pengusaha, misalnya tarif pajak penghasilan (PPh) yang tinggi dan pengenaan pajak yang berganda (double tax). Atau ada pajak yang seharusnya masuk ke kategori retribusi. Bahkan Asosiasi Pengusaha

    Pengampunan pajak tidak berlaku terhadap uang atau pendapatan dari hasil kejahatan terorisme, perdagangan narkoba dan obat terlarang, hasil pembajakan/perompakan,

    serta kejahatan perdagangan manusia. Tetapi ba gai mana terhadap uang hasil dari perjudian

    di luar negeri oleh WNI

    23 PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016 l

  • Indonesia (Apindo) menyatakan Direktorat Jenderal Pajak belum bisa menjangkau dana masyarakat, terutama pelaku usaha Indonesia yang memiliki aset besar dengan anak usaha cukup banyak. Bahkan diyakini ada sekitar 60-70% dana yang tidak tersentuh pajak oleh Ditjen Pajak.

    Sebagian dana tersebut masuk kelompok underground ekonomi dan jumlah 60-70% tersebut adalah jumlah yang paling minimal yang tidak terjangkau. Sehingga menurutnya warga negara Indonesia yang membayar pajak baru hanya sekitar 30-40%. Dari keseluruhan itupun didetailkan oleh DJP yakni ilegal logging, ilegal fishing dan ilegal mining. jika 70% dana tersebut diolah, artinya penerimaan pajak yang akan datang mampu bertambah sebanyak empat kali lipat dari saat ini.

    Isu yang BerkembangTe r a k h i r s e b e l u m m a s u k

    pembahasan, isu yang berkembanag adalah adanya ketidakmampuan pemerintah memenuhi target pajak. Seharusnya aparat bersikap tegas terhadap pengemplang pajak, bukan mengampuni pengemplang pajak. Sanksi sosial dengan mengumumkan

    SUMBANG SARAN

    ke publik siapa pengempalang pajak akan lebih efektif. Terlebih data-data pengemplang pajak yang dimiliki Ditjen pajak sangat lengkap. Selain itu pengajuan RUU Pengampunan Pajak dipercepat mengingat, bila tidak maka akan berpotensi menyandera RAPBN-P 2016 yang rencananya akan segera dibahas. Oleh karena itu perlu perbaikan sistim perpajakan.

    Namun melihat nilai pemasukan bagi APBN adalah relatif kecil dan tidak sepadan untuk bisa menutup defisit APBN 2016 yang ditargetkan 2,1% dari total PDB. Seolah-olah bila tax amnesty tidak segera diundangkan, APBN bisa bangkrut dan dampaknya kepada perekonomian. Dengan catatan defisit ratusan triliun rupiah dari total PDB, andalan penerimaan negara dari penerimaan pajak yang diprediksi terjadi kekurangan setoran (shortfall) hingga Rp200 triliun dari target Rp1.300 triliun di APBN 2016.

    Munculnya isu terkait adanya nama-nama 2.961 orang Indonesia tokoh-tokoh pada kasus Panama P a p e r s s e m a k i n m e n d o r o n g pemerintah dan menjadi alasan yang tepat untuk mempercepat pembahasan tax amnesty. Secara langsung kasus Panama Papers mengungkap adanya pengemplang

    pa jak asa l Indonesia . Padahal ada atau tidak munculnya kasus Panama Papers, pemerintah melalui Ditjen Pajak seharusnya merespon data-data pengemplang pa jak yang telah terpublikasi tersebut, bukan memberikan pengampunan. Merespons Panama Papers harus d e n g a n k e b i j a k a n s t r a t e g i s , seperti bentuk tim investigasi , karena kebijakan tersebut hanya akan dinikmati sebagian kecil pengemplang pa jak yang s iap diampuni. Melalui kebijakan ini tentunya akan memutihkan hasil penghasilan pengempalang pajak yang sumbernya diduga dari hasil korupsi, perdagangan narkoba atau hasil uang dari penyeludupan. Hal ini tentunya akan mencederai rasa keadilan para wajib pajak yang selama ini selalu setia menjadi pembayar pajak. Amnesti pajak harus memperhatikan aspek keadilan, terutama bagi wajib pajak yang selama ini patuh. Selama ini kebijakan pajak belum mencerminkan keadilan yang dapat dilihat dari data Bank Dunia yang menunjukkan besarnya ketimpangan kekayaan, yaitu 1% penduduk menguasai 50,3% aset di dalam negeri. (lihat tabel)

    Sumber: Forum Pajak Berkeadilan 205 (diolah dari DJP)

    Jumlah WP Terdaftar

    WP terdaftar yang Wajin menyampaikan SPT

    Total WP yang menyampaikan SPT

    Tingkat Kepatuhan (%)

    Realisasi Penerimaan Pajak (%)

    Tax Rasio (%)

    7,137,023

    6,341,828

    2,097,849

    33.08%

    105.9%

    11.1%

    15,911,576

    9,996,620

    5,413,114

    54.15%

    97.9%

    11.9%

    19,112,590

    14,101,933

    8,202,309

    58.16%

    98.1%

    12.1%

    22,319,073

    18,116,000

    9,033,233

    49.86%

    99.3%

    12.8%

    24,812,569

    17,659,278

    9,482,480

    53.70%

    96.4%

    13.1%

    28,002,205

    17,731,736

    10,790,650

    60.86%

    92.6%

    13.0%

    2008 2009 2010 2011 2012 2013

    TahunKeterangan

    Gambaran Kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia Tahun 2008-2013

    24 l PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016

  • Perbaikan Sistem Perpajakan dan Anggaran

    Dalam penerapan insentif pajak seperti tax amnesty, Indonesia telah melakukan beberapa kali yakni: insentif pajak yang diberikan (tax hol iday , tax amnesty / sunset policy): tahun 1965, 1984, 2008. Dari pengalaman kebijakan tersebut berdampak langsung terhadap besarnya penerimaan pajak di tahun yang bersangkutan, namun belum tentu akan berlanjut dan justru penerimaan pajak kembali turun. Bila ditelusuri kebijakan yang diluncurkan, terlalu banyak insentif pajak diberikan kepada korporasi dan orang super kaya sehingga kebijakan ini dikawatirkan kontra produktif dan menimbulkan moral hazard . Harapan dari kebijakan tersebut akan meningkatan penerimaan pajak dalam waktu cepat. Setelah durasi tax amnesty selesai pada kenyataan dari waktu yang lalu tidak lebih dari 50% dari target yang ditetapkan. Implikasi lainnya banyak pengemplang pajak adalah orang yang memiliki kekayaan, korporasi dan orang memiliki dari hasil korupsi sengaja merekayasa laporan pendapatan: minimization, decreasing dan smoothing.

    K e g a g a l a n i m p l e m e n t a s i p e n g a m p u n a n p a j a k t e r s e b u t disebabkan, pemerintah tidak siap untuk memenuhi persyratan dalam tax amnesty. Dalam penerapan tax amnesty ada persyaratan utama yang harus dipersiapkan anatara lain perangkat regulasi dari undang-undang yang memayungi terkait masalah perpajakan, peraturan pelakasananya hingga petunjuk teknis, sosialisasi yang massif agar diketahui oleh seluruh masyarakat , informasi diberlakukannya kebijakan pengampunan pajak, dan adanya jaminan kerahasiaan data-data yang akan diungkapkan serta perbaikan structural kelembagaan perpajakan dan prilaku para aparat pajak,

    Terkait masalah tax base data perpajakan, Indonesia diyakini akan kesulitan menerapkan keterbukaan

    dan pertukaran informasi perbankan untuk pajak dalam Automatic Exchange of Information (AEoI) pada akhir 2017. Pasalnya Indonesia memiliki kelemahan data perpajakan yang dapat diberikan kepada negara lain yang memberlakukan AEoI. Kesepakatan keterbukaan data dari AEoI tersebut menganut azas resiprokal, di mana jika Indonesia menginginkan data pajak dari negara lain maka Indonesia harus terlebih dahulu memberikan data dan informasi perpajakan ke negara tersebut. Prinsip ini juga perlu dipikirkan dalam RUU Pengampunan Pajak.

    Jika tidak, dikhawatirkan kebijakan ini dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memutihkan kejahatan mereka yang berpotensi merugikan negara.

    Demikian pula keputusan DPR mereformasi sistim penganggaran negara dan sistim perbankan perlu ditindaklanjuti. Membuka akses perbankan untuk pajak, menginisiasi, d a n m e n g i d e n t i f i k a s i s i n g l e indetification number untuk melihat sistim perpajakan yang baik. Kalaupun kebijakan itu diterapkan di suatu negara, harus ada kajian karakteristik wajib pajak, karena pemerintah ada jalan lain untuk menutupi kurangnya penerimaan pajak reformasi fiskal secara menyeluruh.

    Belum menjamin peningkatan kinerja setoran pajak ke kas negara, namun dapat sebaliknya berpotensi t e r j a d i n y a p e n y e l e w e n g a n , manipulasi, dan tindakan moral hazard lainnya. Para pengusaha yang memperoleh pemutihan pajak wajib pajak harus transparan terhadap aset-aset dan penghasilan mereka. Dalam pengampunan pajak seharusnya juga dicantumkan skema repatriasi yang jelas. Pengampunan pajak berpotensi gagal mencapai tujuan utama bila tidak membedakan antara wajib pajak dan bukan wajib pajak. Pemerintah harus memiliki data akurat dan sistim administrasi perpajakan yang baik dalam sistim keuangan negara/anggaran negara. Indonesia juga baru akan mengikuti inisiatif BEPS (Base Erosion and Profit Shifting) atau pertukaran data otomatis dengan negara lain, yang bisa menangkal praktik penghindaran pajak ke luar negeri Aturan tersebut tidak akan bisa digunakan, karena objek pajaknya sudah diampuni s e b e l u m n y a . M a n d a t u n t u k membangun sistim administrasi perpajakan, pengawasan kepatuhan pasca-pengampunan belum jelas. Hal ini dikawatirkan berpotensi terjadinya mal-administrasi dan berdampak pada kepatuhan pajak di masa mendatang.

    PenutupAdanya pengampunan pajak

    hendaknya sejalan dengan upaya reformasi undang-undang perpajakan secara keseluruhan dan perubahan struktural kelembagaan perpajakan. Sasaran kebijakan amnesti pajak harus jelas, siapa yang berhak mendapatkan dan harus dalam kondisi seperti apa.

    Dalam pengampunan pajak

    seharusnya juga dicantumkan

    skema repatriasi yang jelas.

    Pengampunan pajak berpotensi

    gagal mencapai tujuan utama bila

    tidak membedakan antara wajib

    pajak dan bukan wajib pajak.

    Pemerintah harus memiliki data

    akurat dan sistem administrasi

    perpajakan yang baik dalam

    sistem keuangan negara/

    anggaran negara.

    25 PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016 l

  • Tahun ini, UN terbagi menjadi dua jenis metode, yakni Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP), dan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). UNKP diadakan di lebih dari 93 ribu sekolah, dan diikuti oleh lebih dari 6,6 juta peserta UN SMP, SMA dan Sederajat. Di tingkat yang sama, UNBK diikuti oleh lebih dari 921 ribu peserta di 4.381 sekolah.

    Wakil Ketua Komisi X DPR RI Sutan Adil Hendra menilai, pelaksanaan UN untuk tingkat SMA, SMK dan Sederajat ta hun ini jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Apabila ta hun lalu masih ditemukannya soal UNKP yang seringkali tertukar atau kurang, Sutan menilai tahun ini hampir tidak ditemukan kasus itu. Koordinasi seluruh

    PENGAWASAN

    UJIAN NASIONAL 2016JAUH LEBIH BAIK

    Ujian Nasional (UN) tahun 2016 diikuti oleh

    lebih dari 7,6 juta peserta dan 97 ribu satuan

    pendidikan, dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

    Sederajat, hingga Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan

    Sederajat. UN tingkat SMA, SMK dan Sederajat

    telah usai, tentu ada evaluasi yang menyertai,

    agar pelaksanaannya semakin baik kedepannya.

    foto

    : iw

    an

    Pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SMA di salah satu sekolah di Riau.

    pihak yang terlibat semakin baik.Fokus pada pelaksanaan UNBK,

    politisi F-Gerindra itu mendorong agar penyediaan sarana dan prasarana semakin dilengkapi. Pasalnya, dari pelaksanaan metode UN yang baru berjalan dua kali itu, masih ditemukan berbagai permasalahan. Terutama, minimnya jumlah komputer dan ke-khawatiran adanya pemadaman listrik.

    Kita tahu, penyediaan komputer, server, dan listrik masih terbatas. Untuk itu, saat rapat kerja dengan Ke m e nt e r i a n Pe n d i d i k a n d a n Kebudayaan beberapa waktu, Komisi X meminta pada UN tahun mendatang, agar Mendikbud lebih meningkatkan infrastruktur komputer, server, serta koordinasi dengan PLN terkait listrik, dan Telkom dalam hal server, kata

    26 l PARLEMENTARIA EDISI 136 TH. XLVI - 2016

  • Sutan, saat ditemui Parlementaria di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

    Menanggapi masih adanya per-masalahan pemadaman listrik, Sutan mengakui memang itu menjadi salah satu hal yang dikhawatirkan terjadi saat UNBK berlangsung. Tentunya, hal ini membutuhkan koordinasi dengan PLN, sebagai provider penyelenggara kelistrikan. Ia khawatir, jika sampai terjadi pemadaman listrik, bisa meng-hilangkan konstentrasi peserta UN.

    Kita mengharapkan PLN mem-berikan garansi bahwa penyediaan arus listrik cukup, dan tidak ada pemadaman listrik ke sekolah yang sedang mengadakan UNBK. Dan bila diperlukan, genset disiapkan di sekolah-sekolah agar tidak ada lagi persoalan pemadaman listrik.Walaupun masih menjadi kendala adalah keterbatasan anggaran untuk pengadaan genset, imbuh Sutan.

    Sutan juga menaruh perhatian besar terha