Majalah Compact Edisi 4
-
Upload
majalah-compact -
Category
Documents
-
view
267 -
download
12
description
Transcript of Majalah Compact Edisi 4
Mengentaskan Kemiskinan melalui Pertumbuhan Ekonomi04Desember 2013
Melaju LKPPdengan Procurement Modernization
Program Procurement Modernization MCA-Indonesia memfasilitasi ULP menjadi
tangguh, transparan dan profesional. Terpilih 30 ULP percontohan yang intensif
mendapatkan pendampingan.
SME TOWER Lantai 8Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav.94 , Jakarta 12780 - IndonesiaTelp : 021. 799 1025 | Fax : 021. 799 6033 - 799 1125 | Call Center : 021. 7167 3000
Untuk informasi lebih lanjut, klik saja:
www.lkpp.go.id
mau ikut lelang Pemerintah?
Daftarkan perusahaan Anda di LPSE terdekat
Begini caranya:
Masukkan Username & Passwordyang telah Anda dapat
GAMPANG, KOK
Pengadaan yang KredibelSejahterakan Bangsa
Daftar
Isi
6
12
16
22
24
26
30
34
36
Cover StoryMenyertai Pengendali
Kemudi
Cover StorySiap Menggabungkannya
dengan e-budgeting
Cover StoryAgar Pemerintah Maju, Swasta
Berkembang
InsideKecil-kecil Cabe Rawit
InsideMWA, Penjaga Prinsip
Ownership
InsidePria Pemikul Batu Inspirasi GP
Green ProsperityMeretas Batas,
Menjamin Investasi
Health & NutritionInsentif Merangsang
Pemicuan
Health & NutritionDi Balik Perjanjian 28 Oktober
Edisi 04, Desember 2013
3Desember, 2013
Armida Alisjahbana
Lukita Dinarsyah Tuwo
Hari Kristijo
J.W. Saputro
Wismana Adi SuryabrataNina SardjunaniEmmy SuparmiatunKennedy SimanjuntakJadhie J Ardajat
Lila Meulila Moekti Ariebowo
Vincentius PrasetyoArief SetyadiBayu Aji PrakosoArbain Nur BawonoAnas Nasrullah
Paska Rina TVero ArdiantoRully AgungDian PurwantiFitria Dewi WandawatiWuri HandayaniTema Wanda TamtamaAstri AmirudinRani Desi YantiRiska Anneli Septovia
Ricky M. RamdhanWidiantoArie Bayu HariyantoChoirul Amri
Gamar AriyantoNura DirgantaraIing MursalinAugy MursaliantoWawan HeryawanDeddy EriantonoFarah AminiAchmad Adhitya
Pelindung
Penasehat
Penanggungjawab/Pemimpin Redaksi
Wakil Penanggungjawab/Pemimpin Redaksi
Dewan Redaksi
Penyunting dan penyelaras Naskah
Bagian Produksi
Bagian Administrasi & Distribusi
Bagian Keuangan
Kontributor
4 Desember, 2013
EditorialHari KristijoPemimpin Redaksi Compact
S elamat bertemu kembali pembaca, edisi ke empat majalah Compact merupakan edisi terakhir pada Tahun 2013.
Pada edisi ini, dibahas secara detil tentang proyek procurement modern-ization yang dibiayai oleh Hibah MCC. Wawancara beberapa narasumber dilakukan untuk mengetahui harapan pengembangan pengadaan barang dan jasa nasional di masa datang.
Waktu pun berjalan sangat cepat seiring dengan tantangan dan harap an masyarakat Indonesia agar APBN dan APBD dapat dibelanjakan sesuai prinsip efisien, efektif, transparan, terbuka bersaing dan akuntabel de ngan menciptakan persaingan yang sehat dan mendorong penggunaan produksi dalam negeri. Selain itu juga member
ikan dampak langsung pada pengembangan dunia usaha termasuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi serta mampu menciptakan lapangan kerja.
Pemerintah pun cukup cekatan dalam merespon keinginan semua pihak dengan menetapkan berdirinya Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) pada tanggal 6 Desember 2007, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007. LKPP adalah Lembaga Pemerintah NonKementerian (LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Pengadaan barang jasa mempunyai dimensi ruang dan waktu. Membeli barang di pasar tradisional atau di
pasar modern (supermarket) adalah salah satu praktik pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh ma syarakat.
Pelaku pun bervariasi mulai dari tuamuda, kayamiskin, sistem pembayaran pun juga bermacam macam, yaitu tunaicicil, cash-credit, hutang. Alat bayar pun juga beranekaragam, yaitu uang kertas, credit card. Aturan pun juga mulai dari tertulis sampai tidak tertulis. Caranya pun juga berbedabeda….barter….diskon….tawar menawar….lelang terbuka…tunjuk langsung bayar.
Profesi terdidik pun juga dilibatkan…ahli hukum….notaris..bankir…dokter…salesman…..asuransi. Seluas dan sedalam samudera……..pengadaan barang jasa yang menjadi tanggungjawab LKPP untuk terus dikembangkan baik peraturan, SDM (pelaku, pelaksana), dan kelembagaan, mulai dari sistem pembayaran sampai dengan denda……ada eproc, ecatalog, etendering………..LPSE…ULP.
Semoga pengadaan barang jasa di Indonesia semakin modern…semakin efisien…dan memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi di semua sektor yang akhirnya mensejahterakan semua lapisan masyarakat.
Tapi ingat!….Salah pengadaan atau pun mengatur pengadaan ataupun KKN pengadaan…juga akan membawa kita menginap di hotel prodeo …. mulai dari Cipinang sampai Lowokwaru, bahkan Sukamiskin….atau pun ingin tenang di Nusakambangan.
Dipilih….dipilih…..seribu tiga……suara lengkingan pedagang di Taman Sunda Kelapa Menteng menjajakan dagangannya.
Hari Kristijo
Pengadaan Barang dan Jasa Terus Berkembang
5Desember, 2013
Cover Story
S ecanggihcanggihnya mobil, pada akhirnya pemegang kemudi yang menentukan jalannya. Mobil Ferari ratus an
miliar jadi tak tampak hebat bila pengemudinya tak mampu mengetahui seluk beluk, kegunaan panelpanel di kemudi. Kehebatan Ferari tak terasa dan tak terlihat. Jadinya siasia dan tak mampu membawa penumpang lebih cepat mencapai tujuan.
LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah), ter
masuk Unit Layanan Pegadaan (ULP), juga sebuah kendaraan, cara atau alat. Kendaraan inilah yang bertujuan membawa warga Indonesia ke iklim pengadaan barang/jasa pemerintah yang bersih, transparan, dan profesional.
“Saat ini secara umum, pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah masih dalam tahap reaktif. Artinya ketika ada kebutuhan pengadaan, barulah dibentuk panitia pengadaannya,” kata Deddy Eriantono, Procurement Modernization Project Director
Menyertai Pengendali Kemudi
“Saat ini secara umum, pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah masih dalam tahap reaktif. Artinya ketika ada kebutuhan untuk pengadaan, barulah dibentuk panitia pengadaannya.”
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
6 Desember, 2013
MCAIndonesia. Deddy menambahkan model reaktif tersebut merupakan tahap awal dari proses perkembangan organisasi. Arahnya menjadikannya organisasi atau lembaga yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa “lebih matang”.
Faktor mendasar untuk menciptakan iklim pengadaan itu yaitu pe ningkatan kapasitas dan keterampil an SDM. Peningkatan SDM menjadi daya ungkit terciptanya lembaga pengadaan barang/jasa pemerintah yang profesional.
Artinya, infrastruktur, apapun bentuknya seperti teknologi procure-ment, sistem dan jaringan, gedung, sampai kelengkapan akan siasia jika pola pikir, keterampilan, dan SDM nya tidak siap. Sama saja dengan memberikan mobil super cepat nan
canggih pada pengemudi bawah umur tanpa surat izin mengemudi.
Deddy menjelaskan perubahan mind set dari memandang proses pe ngadaan barang/jasa sebagai ad hoc, menjadi sebuah lembaga yang matang dan profesional adalah hal yang MCAIndonesia inginkan. “Padahal, seseorang harusnya bisa berkarir di bidang pengadaan. Di beberapa negara maju, pegawai pengadaan itu sebuah profesi,” katanya. Itulah alasannya, beragam pelatihan yang ditujukan pada peningkatan kapasitas didukung penuh MCAIndonesia. “Konsultan yang berkompeten di bidang yang relevan dengan pengadaan barang/jasa, baik nasional dan internasional, diundang,” katanya.
Dari titik itu, kemudian MCAIndonesia mengembangkan beragam pendukung untuk mendorong LKPP lebih tumbuh menguat. Secara umum, MCAIndonesia menyentuh empat bidang yaitu SDM, proses, sistem dan institusinya. “Tujuan Procurement Modernization (PM) ini mempercepat proses reformasi pengadaan yang telah dan sedang dilakukan oleh LKPP”, ujar Deddy.
Salah satu bidang yang juga sedang dirintis yaitu PPP (Public Private Partner ship). Bidang ini juga mendapat sentuhan MCAIndonesia karena memiliki daya ungkit yang besar pada pertumbuhan perekono
mian. Prinsipnya MCAIndonesia membantu penyusunan beragam prosedur dan tata cara dasar dalam menjaring keterlibatan pihak swasta dalam pembangunan sebuah negara.
Beragam program yang disusun, MCAIndonesia memang berperan sebagai fasilitator. Artinya, kunci utama perubahan tetap ada di ta ngan LKPP (termasuk ULP). “Itulah kenapa komitmen pemimpin lembaga, kementerian atau daerah untuk mewujudkan hal itu sangat penting,” katanya.
Akhirnya pengendali kemudilah yang berperan besar menambah cepat atau lambat para penumpang mencapai tujuan. MCAIndonesia me nebarkan pupuk supaya banyak lahir pemegang kemudi ULP yang handal.
n
Pengendali kemudi ULP masih banyak dipegang laki-laki, padahal kemu-di kendaraan tidak men-syaratkan jenis kelamin.
Untuk itu MCA-In-donesia mendorong
munculnya keterlibatan perempuan sebagai ahli pengadaan yang setara dengan laki-laki di ULP.
Purwanta BS-Bappenas
7Desember, 2013
Cover Story
M ari sejenak membayangkan orang kekurangan darah. Mukanya pucat badan lemas. Bergerak
saja enggan apalagi diminta semangat. Lebih kurang seperti itulah bila sebuah negara terlalu banyak bocor anggaran di sanasini. Anggaran, dana atau uang itu serupa darah dalam tubuh manusia. Kurang darah sama saja tak sehat.
Bila kurang darah akibat minimnya pendapatan tentu beda cerita. Namun
bila kurang darah karena tak efisien menggunakan dana yang ada, boros, apalagi sampai tahap ceroboh, itu yang harus diwaspadai, dibenahi dan diberantas.
“Indonesia termasuk yang terlambat memiliki LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). Korea misalnya, mereka sudah memiliki lembaga semacam ini sejak 1949. Indonesia baru mulai 2008,” kata Ir. Agus Rahardjo, M.S.M., Kepala LKPP. Bahkan Agus menambahkan, hampir
Kiat LKPP: Hemat Pangkal Kuat
Dengan sistem yang dikembangkan LKPP, negara bisa berhemat.
Tahun Selisih Pagu dan Hasil Lelang (Juta Rp)
Selisih Pagu dan Hasil Lelang (%)
Tahun Selisih Pagu dan Hasil Lelang (Juta Rp)
Selisih Pagu dan Hasil Lelang (%)
2008 6,612 15.41
2009 518,945 16.54
2010 1,386,665 10.69
2011 4,474,608 11.72
2012 16,761,046 11.5
2013 21,461,901 11.15
TahunSelisih Pagu dan Hasil Lelang (Juta Rp)
Selisih Pagu dan Hasil Lelang (Juta Rp)
Nilai Efisiensi Belanja Pemerintah Melalui SPSE Tahun 2008-2013 (Sumber Data: LKPP 2013)
Nilai Efisiensi Belanja Pemerintah Melalui SPSE Tahun 2008-2013 (Sumber Data: LKPP 2013)
8 Desember, 2013
semua negara di dunia ini memiliki LKPP nya. Artinya secara fungsi, sebuah lembaga yang bertugas dalam pengaturan pengadaan barang dan jasa pemerintah itu sangat dibutuhkan.
“Kalau bicara tentang anggaran itu ada beberapa hal yang penting, yaitu cara mendapatkannya, dan bagaimana penggunaanya,” kata Agus. Menurut catatan, kirakira pemerintah menggunakan dana sekitar 700 triliun untuk pengadaan barang dan jasa.
Di sisi lain, sampai dengan 2008, proses pengadaan barang dan jasa masih belum rapi dan dilakukan oleh panitia yang sifatnya sementara. Meskipun sampai sekarang masih belum semua pengadaan barang dan jasa melalui Unit Layanan Pengadaan (ULP) namun gebrakan LKPP mulai
terasa. “Di tahun 2012, tercatat penghematan hingga 11,6 persen atau senilai 16,76 triliun rupiah. Ini angka yang besar sekali,” katanya.
Angka penghematan itu didapat dari keampuhan sistem pelelangan secara elektronik. Kalau dilelang tradisional, misalnya ada empat peserta lelang, pemenangnya biasanya hanya “sedikit” lebih murah dari pada pesaingnya. Nah, kalau dengan lelang secara elektronik ini, penghematan terjadi karena pemenang tender me nawarkan harga yang jauh lebih murah. Selisih inilah yang dihitung sebagai penghematan.
“Saat ini LKPP sedang mengembangkan direct purchasing. Dipadu dengan ecatalog pemerintah benarbenar bisa menggunakan anggaran yang dimilikinya secara efisien,” katanya. Di sistem itu nanti, pemerintah bisa efisien belanjanya. “Setiap barang di ecatalog hasil perjanjian dengan pabriknya. Mobil mi salnya, kalau sampai harga plat merah lebih mahal dari plat hitam, produsen harus mengembalikan selisih harganya lima
kali lipat dan black list dua tahun,” kata Agus.
Saat ini LKPP terus menata diri. Pertama menata tata aturan yang ada; kedua perbaikan SDM yang terlibat di dalam sistem; ketiga membangun institusi atau unit layanan pengadaan di K/L/D/I. Sesua aturan yang ada, setiap K/L/D/I harus memiliki Unit Layanan Pengadaan (ULP). “Untuk itu, kita telah memfasilitasi lahirnya ULP percontohan,” kata Agus. Dukung an dari MCAIndonesia de ngan proyek Procurement Modernization (PM) dalam memfasilitasi lahirnya ULP percontohan disambut baik. Menurut Agus, hal ini sejalan dengan arah yang sudah dan sedang ditekuni oleh LKPP.
Dengan beragam langkah ini, LKPP menegaskan pentingnya menggunakan anggaran belanja dengan hemat, efisien, prudent. Dana hasil penghematan itu bisa digunakan untuk membangun jembatan, sekolah atau hal lainnya yang mendorong Indonesia kuat. Jadi kuat karena hemat. n
LKPP MENEGASKAN PENTINGNYA MENG-GUNAKAN ANGGARAN BELANJA DENGAN HEMAT, EFISIEN, PRUDENT.
Purwanta BS-Bappenas
9Desember, 2013
Cover Story
Hukum alam itu terang benderang. Panenan ada kalau ada benih yang ditanam. Nah, LKPP mengharapkan
panenan ULP yang independen, bebas intervensi, profesional dan berintegritas di setiap Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi (K/L/D/I). Panenan ini malahan bersifat harus, karena presiden dengan tegas menetapkan lewat PP No.70 Tahun 2012 pasal 130, pasal 1, ULP wajib dibentuk paling lambat Tahun Anggar an 2014. Bayangkan ada ratusan ULP bakal terbentuk.
Tanam 30 Panennya Ratusan
Keberhasilan ULP menjadi unggul dan profesional itu tergantung komitmen masing-masing ULP.
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
10 Desember, 2013
Putar akal dan cari cara, bagaimana bisa memanen, LKPP menetapkan adanya ULP percontohan yang selanjutnya didorong untuk menulai ULP lainnya. Peristiwa penting dalam hal menanam itu terjadi pada Pe nandatanganan Nota Kesepahaman Pengembangan ULP dan Lokakarya Peta Jalan Pengembangan 30 ULP Percontohan di Jakarta pada 14 November 2013.
“Penetapan 30 ULP percontohan ini bersifat mempercepat proses lahirnya ULP yang diingini LKPP. Kerjasama dengan MCAIndonesia dalam kerangka percepatan ini,” kata Sekretaris Utama LKPP Eiko Wismulyadi. Dari ULP yang terpilih sebagai percontohan ini, ULP yang lainnya bisa belajar dari mereka. Terjadilah proses replikasi dengan sendirinya.
“Kita serius dengan hal ini, dan melihat MCAIndonesia juga serius. Jadinya terbentuklah ker
jasama memajukan ULP,” kata Eiko. Kedua lembaga berkomitmen penuh. LKPP sendiri sudah merencanakan pengembangan ULP ini dalam program kerjanya. Sementara MCAIndonesia meyakini, proses penciptaan pengadaan yang bersih, transparan dan profesional memiliki daya ungkit yang besar dalam pe ningkatan kemakmuran yang otomatis memangkas kemiskinan.
Namun, Eiko menambahkan bahwa keberhasilan ULP menjadi unggul dan profesional itu tergantung komitmen masingmasing ULP. Makin besar kemauannya menata diri, tambah besar pula peluang menjadi model. “Program pendampingan dan pelatihan pada ULP percontohan ini penting mengingat di Indonesia itu pembentukan ULP unik. Belum ada referensinya. Jadi rangkaian pelatihan ini bisa menjadi model re ferensi,” katanya.
Dengan demikian, dengan menabur benih unggul di lahan 30 ULP ini, bolehlah Indonesia berharap panenan ratusan ULP kinclong dalam beberapa tahun mendatang. Mari jaga yang sudah ditanam. n
SALAH SATU alat yang digunakan untuk membekali ULP percontohan adalah pelatihan menuju organisasi yang matang atau Maturity Model. Sonny Sumarsono adalah salah satu expert yang dimintai tolong untuk melatih dan mendampingi ULP menjadi organisasi yang matang.
“Maturity Model merupakan sebuah ilustrasi yang menggambarkan tingkat kematangan proses kerja dalam sebuah organisasi dengan membuat beberapa kriteria pokok di setiap tingkat kematang an,” kata Sonny. Lebih jauh lagi, model tingkat kematangan ini digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan kematangan proses dalam sebuah organisasi, dalam hal ini ULP, lalu menetapkan roadmap menuju kondisi yang diharapkan. n
Menuju ULP yang
Matang
MENABUR BENIH UNGGUL DI LAHAN 30 ULP INI, BOLEHLAH INDONESIA BERHARAP PANENAN RATUSAN ULP KINCLONG
“DENGAN DANA fiskal yang terbatas maunya kita ya efisien penggunaannya. Dengan ULP kita bisa menghemat 14 persen pengadaan barang/jasa. Kami terus mendukung perbaikan ULP di tempat kami. Apalagi sekarang jadi salah satu ULP Percontohan Nasional. Saya mendukung program ini.” n
Kata Dr. K.H. TGH. Muhammad Zainul Majdi, M.A, Gubernur Nusa Tenggara Barat
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
Eiko Wismulyadi, Sekretaris Utama LKPP.
11Desember, 2013
Cover Story
J akarta terus menata diri. Tak hanya menangani banjir air akibat tanggul bocor di sana sini, namun bocor anggaran
juga jadi perhatian khusus. Tak bisa membalik telapak tangan dalam menjaga tanggul yang bocor di manamana. Begitu pula mengawal anggar an supaya tak ada merembes dan bobol di setiap lini.
Kuncinya ada di penerapan komputerisasi untuk seluruh penggunaan seluruh anggaran. “Kita memang harus memulai pembenahan. Caracara out of the box kita ambil. Kan
Pembenahan ULP jelas sangat penting untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan transparan.
Siap Menggabungkannya dengan e-budgeting
Purwanta BS-Bappenas
12 Desember, 2013
hasilnya mau yang out of the box,” kata Basuki Tjahaja Purnama Wakil Gubernur Jakarta. Ahok, nama panggilan Wagub DKI, menegaskan DKI siap untuk menjalankan dan membenahi mekanisme sarana pengadaan barang/jasa.
Ahok menegaskan pembenahan di bidang pengadaan ini penting. “Salah satu pintu utama korupsi di pemerintahan adalah dalam proses pengadaan barang dan jasa. Disana kita biasa melihat praktek kolusi, pencurian spek dan juga mark-up harga yang luar biasa,” katanya. Jadi pembe nah an ULP jelas sangat penting untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan transparan.
Secara khusus Ahok memaparkan rencananya untuk menyambut program pembenahan mekanisme pengadaan di Jakakarta. “Kami sedang merancang system penganggaran elektronik (e-budgeting) yang benarbenar terkomputerisasi,” katanya. Gambaran besarnya, semua penganggaran akan jelas dan dapat ditrack mengenai siapa yang memasukkan atau mengubahubah data input anggarannya, sehingga meminimalisir kasus ‘kecolongan’ seperti yang sudahsudah. Intinya adalah Pemprov DKI ingin agar tiap penge
luaran uang APBD ini bisa dipertanggungjawabkan, termasuk dalam tiap pembelian barang/jasa di lingkungan pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Di bidang pengadaan DKI juga akan menerapkan sistem katalog elektronik (ecatalogue), agar pembelian barang kini bisa langsung ke pihak penjual langsung dan dengan harga yang pa ling efisien.
“Kemarin kita baru saja launching ecatalogue untuk pembelian alat berat. Ke depan idealnya semua pembelian akan harus lewat ecatalogue seperti ini,” katanya. Saat ini semua sedang dalam proses. Seiring dengan penerapan hal itu, DKI juga sedang merancang peraturan sebagai dasar hukumnya. Baik dasar sistem yang diterapkan maupun payung untuk ULPnya.
“Saya menyambut baik segala upaya bantuan kepada kami untuk meningkatkan transparansi pemerintahan, khususnya untuk permasalahan pengadaan barang dan jasa yang selama ini menjadi masalah yang cukup pelik,” katanya. Sokongan dari MCAIndonesia yang menunjuk ULP Provinsi DKI jadi tambahan daya dorong atas upaya pembenahan di segala lini saat ini.
Menurut Ahok juga, salah satu
kunci penting pembenahan tidak hanya sistem, tetapi juga orangorang yang mengoperasikannya. “Kita terus melakukan pembenahan menyeluruh terhadap birokrasi pemerintahan untuk menyelaraskan upayaupaya tersebut,” kata Ahok. Pembenahan terkait organisasi dan orang ini memang sejalan dengan apa yang disokong oleh MCAIndonesia bersama LKPP. Pelatihan yang digelar memang bertujuan mendorong dua sektor strategis tersebut.
“Saya dan Jokowi tentu paham bahwa dahulu mungkin banyak praktikpraktik yang tidak sesuai dengan aturan karena memang kondisi dan lingkungannya belum mendukung untuk pemerintahan yang bersih,” katanya. Namun demikian, pembenah an terus dilakukan. Khusus untuk penerapan penganggaran secara elektronik dan pengadaan yang transparan, profesional DKI siap memulainya tahun 2014.
n
MENURUT AHOK JUGA, SALAH SATU KUNCI PENTING PEMBENAHAN TIDAK HANYA SISTEM, TETAPI JUGA ORANG-ORANG YANG MENGOPERASIKANNYA.
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
Purwanta BS-Bappenas
13Desember, 2013
Cover Story
T inggal klik, bikin order pembelian, deal dengan vendor lalu tanda tangani kontrak terus tunggu saja barang datang.
Kirakira begitulah sederhananya mekanisme pembelian barang dan jasa saat ecatalog, epurchasing di terapkan. Hemat, mudah, akurat, dan transparan. Ini sistem yang merevolusi cara pembelian barang/jasa di pemerintahan.
“Pemerintah itu pasti membeli ba nyak hal. Mulai dari stapler, kertas sampai traktor. Pembelian ini, sebelum nya mekanismenya pelelangan, penunjukkan langsung,
Pelatihan yang digelar untuk 30 ULP percontohan akan ada beberapa sesi digunakan melatih penggunaan e-purchasing. Baru 29 yang tanda tangan MOU.
Direktur Pengembangan Sistem Katalog LKPP Sarah Sadiqa SH., M.Sc
Hadirkan Pusat Belanja Secara Elektronik untuk Pemerintah
Purwanta BS-Bappenas
14 Desember, 2013
pengadaan langsung,” kata Direktur Pengembangan Sistem Katalog LKPP Sarah Sadiqa SH., M.Sc. Sarah menjelaskan dulu lelang itu hampir semuanya manual.
Misalnya mau beli traktor untuk petani. Kebutuhan semacam itu selalu ada, jadi tidak efisien kalau menggunakan lelang, apalagi barang itu rutin dibeli. “LKPP bekerja sama dengan kementerian, lembaga, daerah, dan instansi (K/L/D/I) mendata barang yang dibutuhkannya. Intinya menentukan barang yang sebenarnya tersedia di pasar, bukan konstruksi misalnya, dan volume atau jumlah kebutuhan setiap tahunnya, bagaimana rantai pasok, bagaimana manajemen logistiknya di samping uang untuk membeli ada,” kata Sarah.
Nah, berbekal masukan dari K/L/D/I itulah LKPP memasukan item barang di ecataloque untuk dibeli dengan epurchasing.
Jadi apa yang dilakukan LKPP me ng ubah cara pembelian. “Cara pembelian untuk barang yang volumenya besar dan value-nya besar,” kata Sarah. Bila uang yang dibelanjakan banyak, model komputerisasi ini dampaknya besar dan menghemat. Bayangkan saja lewat program ini, pembelian cukup dengan melihat di katalog kemudian mengklik, tanda tangan kontrak pembelian, barang pun dikirim ke tempat yang diinginkan.
Salah satu keunggulan lagi menurut Sarah adalah kepastian adanya barang. Artinya, misalnya pemerintah daerah sudah merencanakan mem
bangun gedung, tetapi tibatiba semen hilang di pasaran. Hal ini tidak terjadi bila barangnya sudah ada di e-cata-loque. “LKPP mewakili pemerintah menandatangani kontrak payung dengan vendor yang salah satu isinya menjamin ketersediaan barang. Bahkan harga juga harus lebih murah dari pasaran,” katanya.
Sarah menjelaskan memang perjalanan item barang supaya tercantum di e-cataloque sehingga bisa dibeli secara e-purchasing melewati beberapa jenjang. “Salah satu proses yang panjang adalah negosiasi harga dan perincian berapa besaran harga yang dicantumkan di e-cataloque. Nah, LKPP sudah menyiapkan sistem dan perangkat untuk itu,” katanya.
Misalnya pengiriman traktor sampai ke Papua Barat. Harus sangat jelas dan transparan berapa harganya. LKPP juga melibatkan tenaga ahli untuk menentukan harga yang pantas dan wajar. Baru setelah clear semuanya, kontrak payung dengan vendor ditandatangani. Hasilnya, pemerintah akan jauh lebih mudah dan murah dalam membeli barang. Jumlah barang dipastikan terus ditambah.
Kerjasama dengan MCAIndonesia ini disambut baik LKPP. Pelatihan yang digelar untuk 29 ULP percontoh an akan ada beberapa sesi digunakan melatih dan menyosialisasikan penggunaan e-purchasing. MCAIndonesia dengan proyek Procurement Modernization memberikan dukungan dalam bentuk program pelatihan memperkuat ULP dan mendorong menjadikannya percontohan. Salah satu bidang yang harus dikuasai adalah e-purchasing. n
BAYANGKAN SAJA LEWAT PROGRAM INI, PEMBELIAN CUKUP DENGAN MELIHAT DI KATALOG KEMUDIAN MENGKLIK, TANDATANGAN KONTRAK PEMBELIAN, BARANG PUN DIKIRIM KE TEMPAT YANG DIINGINKAN.
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
15Desember, 2013
Cover Story
Pemerintah butuh swasta begitu juga sebaliknya. Nah tinggal bagaimana mengatur kerjasamanya supaya masyarakat makin banyak yang makmur.
Agar Pemerintah Maju, Swasta Berkembang
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
16 Desember, 2013
P rinsip dasarnya pemerintah wajib membangun sarana fisik dan non-fisik untuk sematamata kemajuan
bangsa dan seluruh warga yang bernaung di bawahnya. Namun, kenyataannya, setiap pemerintah di muka bumi ini, termasuk Indonesia tentunya, tidak akan mampu membangun semuanya secara serentak dan langsung jadi. Salah satunya duit yang ada tidak akan pernah cukup membiayai semuanya sekaligus.
Perlu proses dan pengaturan supaya bisa terengkuh semua kewajiban itu. Salah satunya sistem PPP (Public Private Partnership) atau nama lainnya KPS (Kerjasama Pemerintah Swasta). Cara ini ditempuh karena bisa secara signifikan membuat loncatan dalam hal kecepatan pembangunan.
Prinsip KPS ini mengajak swasta terlibat dalam pembangunan infra-struktur, sarana yang membutuhkan modal besar atau keahlian khusus. Bisa juga agar pekerjaan menjadi lebih efisien, efektif bila dikerjakan swasta karena expertise dan pengalamannya. Misalnya pembangunan jalan tol, jembatan penghubung pulau yang modalnya besar. Kalau pemerintah menaruh uangnya untuk membiayai proyek yang besar itu, nanti bidang lain tak akan kebagian dana. Inilah salah satu alasan melibatkan swasta dalam KPS.
Indonesia sudah memiliki aturan yang dirujuk untuk hal ini, yaitu Peraturan Presiden No 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah de ngan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Peraturan ini menjadi pegangan untuk menjalin kerjasama
dengan berbagai badan usaha. Mekanisme yang ada di dalamnya
mengatur halhal secara terperinci apa saja yang perlu dipersiapkan dan dilakukan oleh pemerintah dan badan usaha dalam menggarap sebuah proyek besar. Prinsipnya setiap kerjasama harus sematamata mendasarkan diri pada manakah cara yang pa ling bisa memakmurkan lebih ba nyak masyarakat, khususnya pemenuhan kebutuhan dasar ma syarakat.
Kalau prinsip itu sudah jalan, barulah pengaturan kerja yang sifatnya saling menguntungkan, sa ling mendukung dan berlandaskan saling membutuhkan. Pemerintah butuh swasta begitu juga sebaliknya. Bagaimana pemerintah bisa me nyejahterakan masyarakat, dan pihak swasta bisa berkembang usahanya.
Terkait KPS ini, MCAIndonesia juga bekerjasama dengan LKPP untuk menggodok beragam cara yang paling efektif dan efisien untuk pelaksanaan KPS ini. Program dukungan MCAIndonesia ini salah satunya menangani pengaturan bidang pengadaan dan kerjasama yang belum masuk di wilayah Perpres No 67 tahun 2005 itu.
Lalu, beragam telaah dan penyusunan alternatif pola KPS ini diharap-kan bisa dijadikan salah satu rujukan oleh pemerintah. Tentunya, kalau apa yang dikerjakan dengan support MCAIndonesia tersebut terbukti lebih efisien, efektif, transparan dan tentunya yang paling penting menyejahterakan lebih banyak rakyat dan mencukupi kebutuhan dasarnya.
Pekerjaan penyusunan ini masih dalam tahap sangat awal. Langkahnya masih panjang. Namun arahnya sudah tergambar, yaitu menularkan cara dan metode yang sudah terbukti berhasil diterapkan di negara lain. Beberapa negara memang sudah terbukti berhasil mengembangkan KPS ini, sebut saja yang paling dekat Malaysia. Nah, Indonesia memiliki begitu luas potensi yang pasti tidak akan mungkin dibangun hanya dari kocek hasil pajak. Perlu melibatkan banyak pihak. n
Purwanta BS-Bappenas
17Desember, 2013
Tugas dan fungsi Unit Layanan Pengadaan sangat mendesak.
Beda Nama, Fungsi Sama
Cover Story
Unit Layanan Pengadaan (ULP) di tingkat daerah maupun pusat masih belum seragam, baik bentuk struktur organisasi maupun kedudukan
nya. Ada yang berbentuk kantor, biro, atau bagian. Di Kabupaten Bogor, misalnya, bentuknya berupa Kantor Layanan Pengadaan.
Lain halnya di Kota Tangerang. Bentuk layanan pengadaan berupa Bagian Layanan Pengadaan. Ada juga yang berbentuk Badan Layanan Pengadaan, seperti di Provinsi Kepulauan Riau.
Namun, ada juga yang berbentuk bagian atau biro tapi fungsinya digabung dengan
Purwanta BS-Bappenas
18 Desember, 2013
fungsi yang lain. Misalnya, Bagian Administrasi Pembangunan dan La yanan Pengadaan. Di Nusa Tenggara Barat, namanya Biro Administrasi Pembangunan dan Layanan Pengadaan.
“Belum seragamnya ULP di tingkat daerah, baik bentuk struktur organisasi maupun kedudukannya karena memang belum adanya pedoman dari pemerintah pusat,” kata Robin Asad Suryo, Direktur Pengembangan Profesi Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Menurut Robin, pembentukan ULP
di tingkat daerah berdasarkan peraturan daerah (Perda) yang mengacu pada Peraturan Kementerian Dalam Negeri (Permendagri). Namun, kata Robin, sebelum Kemendagri me ngeluarkan peraturan, pembentukan ULP harus mendapatkan persetujuan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpanRB).
Lebih jauh Robin menjelaskan, saat ini Kemendagri sudah menyiapkan rancangan Permendagri mengenai bentuk ULP di daerah berupa kantor. “Statusnya saat ini menunggu persetujuan dari KemenpanRB. Jika telah disetujui, maka nantinya provinsi, kabupaten/kota akan dapat memiliki bentuk ULP yang sama,” ujarnya.
Baik di tingkat daerah maupun tingkat pusat, kata Robin, ULP kebanyak an masih dikatakan semi permanen. “Artinya, ULP belum dibentuk secara permanen. Tetapi masih dilekatkan pada unit yang sudah ada. Karena memang, organisasi layanan pengadaan di Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi (L/K/D/I) belum dibentuk secara permanen,” ujar Robin.
Jika merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, kata Robin, ULP adalah unit organisasi pemerintah yang berfungsi melak-sanakan pengadaan barang/jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.
Untuk membentuk secara permanen, kata Robin, memang dibutuhkan perubahan struktur organisasi dan tata kerja (SOTK). Revisi perubahan SOTK itu memerlukan peraturan K/L/D/I untuk merevisinya dan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari KemenpanRB.
Dalam Perpres itu memang disebutkan bahwa setiap K/L/D/I perlu
membentuk unit layanan pengadaan namun tidak berarti harus menambah satu unit organisasi tersendiri. “Intinya, tergantung pada beban kerja dan sejauh mana struktur organisasi yang ada mampu mengakomodasi kebutuhan itu,” jelas Robin.
Meski bentuknya belum seragam, Robin menyambut baik pembentuk an ULP di tingkat daerah tersebut. Menurutnya, pembentukan ULP itu mengusung semangat dalam mewujudkan pengadaan barang/jasa yang efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.
Mengenai pembentukan organisasi ULP diakui Robin memang bukan sepenuhnya menjadi domain LKPP. Namun sebagai pembina layanan pengadaan, LKPP menaruh perhatian pada pembentukan organisasi pengadaan. Jika organisasi tidak ada, maka otomatis tidak ada orang yang menjabat melaksanakan pekerjaan itu. Maka yang disasar LKPP adalah tugas dan fungsi. “Ini nantinya akan berkaitan dengan jabatan fungsional.”
Kehadiran MCAIndonesia dengan proyek Procurement Modernization dinilai Robin juga akan mempercepat pembentukan dan mengembangkan ULP di Indonesia. Dengan menyasar pada 30 ULP percontohan, diharapkan proyek ini dapat menjadi contoh atau model acuan untuk ULPULP yang lain.
Dengan demikian, lanjut Robin, proyek kerjasama antara MCA Indonesia dan LKPP itu diharapkan dapat mewujudkan organisasi layanan pengadaan yang ideal, diisi pejabat fungsional yang kompeten, dan dapat melaksanakan proses pengadaan dengan prinsip: efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.
n
KEHADIRAN MCA-INDONESIA DENGAN PROYEK PROCUREMENT MODERNIZATION DINILAI ROBIN JUGA AKAN MEMPERCEPAT PEMBENTUKAN DAN MENGEMBANGKAN ULP DI INDONESIA.
Vero
Ard
iant
o-Ba
ppen
as
19Desember, 2013
Cover Story
L embaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) memperkirakan Indonesia membutuhkan 90 ribu pejabat fungsional pengelola pengadaan barang/
jasa pemerintah pada 2014 nanti.Oleh karenanya, kebutuhan sumber daya
manusia (SDM) pengelola pengadaan barang/jasa pemerintah yang kompeten dan profesional amatlah dibutuhkan. Untuk itu LKPP telah me nyiapkan standar kompetensi kerja khusus bidang pengadaan barang/jasa pemerintah (SK3PBJP).
”Standar tersebut merupakan rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pe ngetahuan, ketrampilan atau keahlian, serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku,” ungkap Direktur Pelatihan Kompetensi LKPP Fadli Arif.
Kerjasama antara MCA-Indonesia dan LKPP mempercepat proses peningkatan profesionalisme SDM pengadaan barang/jasa pemerintah. Perlu ditindaklanjuti.
Program PM MCA-I Jilid Berikut
Dok.MCAI
20 Desember, 2013
Menurut Fadli, ada 51 unit kompetensi yang terdiri dari: Unit Kompetensi Umum, Unit Kompetensi Perencanaan Pengadaan, Unit Kompetensi Pemilihan Penyedia, Unit Kompetensi Manajemen Kontrak, dan Unit Kompetensi Manajemen Informasi Aset.
Adapun 51 kompetensi itu nantinya akan diterapkan sebagai acuan dasar dalam pengembangan SDM yang meliputi: pengembangan pelatihan, pengembangan sertifikasi, pengembangan jabatan fungsional, pengembangan sistem manajemen SDM, dan penataan organisasi pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJP).
Sementara itu, kata Fadli, SDM pengadaan yang ada saat ini sebagian besar baru memiliki kompetensi tingkat dasar, yang mencakup lebih kurang 21 unit kompetensi. Sebagian dari mereka ada yang telah mendapat kan beberapa tambahan unit kompetensi tingkat menengah, seperti; Penyusunan Spesifikasi dan HPS Lanjutan, Penyusunan Dokumen Kontrak, Strategi Pengadaan dan Evaluasi Dokumen Penawaran.
Apakah setiap pengelola harus me ng uasai 51 kompetensi tersebut? ”Seseorang pengelola pengadaan tidaklah harus menguasai ke 51 kom
petensi tersebut tetapi disesuaikan okupasi mereka,” jelas Fadli.
Fadli memberikan contoh, jika seseorang yang bekerja sebagai kelompok kerja Unit Layanan Pe ngadaan (Pokja ULP), maka kompetensi yang harus mereka kuasai adalah Unit Kompetensi Pemilihan Penyedia.
Contoh lain, bagi mereka yang bertugas sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), maka kompetensi yang harus mereka kuasai adalah Unit Manajemen Kontrak. Begitu pula de ngan mereka yang bekerja pada satuan kerja sebagai staf pengguna anggaran
(PA)/ kuasa pengguna anggaran (KPA), maka kompetensi yang harus mereka kuasai adalah unit Kompetensi Perencanaan Pengadaan dan Manajemen Asset terkait peng adaan.
Lebih jauh Fadli menambahkan, di luar unit kompetensi yang wajib me reka kuasai itu lebih bersifat pilihan untuk pengembangan karier mereka ke depannya. ”Tidak wajib dikuasai saat ini,” katanya.
SK3PBJP sudah merupakan standar nasional. LKPP sebagai pembina
pengadaan barang/jasa pemerintah siap melaksanakan pendidikan dan latihan (diklat) berbasis kompetensi untuk jabatan fungsional.
Ke depan, kata Fadli, LKPP bekerjasama dengan Lembaga Administrasi Negara (LAN) sebagai instansi pembina diklat untuk mengakreditasi kurikulum yang telah disusun. De ngan demikian, kurikulum tersebut dapat digunakan secara luas oleh lembagalembaga diklat pemerintah yang ada, baik lembaga diklat Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Instansi maupun lembaga diklat pemerintah daerah.
Program peningkatan profesio-nalisme SDM pengadaan itu seiring pula dengan proyek Procurement Moderni zation yang diadakan MCAIndonesia. ”Program MCA Indonesia itu selaras dengan apa yang telah dikembangkan LKPP sejak awal pembentuk an,” kata Fadli.
LKPP dan MCAIndonesia akan membentuk 100 ULP Percontohan, untuk tahap pertama 30 ULP percontohan. Fadli mengharapkan akan ada proyek Procurement Modernization MCAIndonesia jilid 1 dan 2, karena melalui program kerja sama ini dapat mempercepat proses peningkatan profesionalisme SDM pengadaan barang/jasa pemerintah.
n
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
Purwanta BS-Bappenas
21Desember, 2013
Kecil-kecil Cabe Rawit
Jika dibandingkan dengan APBN, hibah luar negeri memang relatif kecil. Meski begitu, hibah memiliki posisi strategis.
InsidePurwanta BS-Bappenas
22 Desember, 2013
N egara manapun di dunia ini pastilah membutuhkan dana untuk melaksanakan pembangunan. Begitu pula
dengan Indonesia. Namun bagaimana cara setiap negara memperoleh dana, belum tentulah sama.
Pemerintah Indonesia, misalnya. Berdasarkan Undangundang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) me nyebut kan bahwa sumber dana diper oleh dari pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan hibah.
Untuk pajak, pemerintah melalui direktorat pajak melaksanakan pengumpulan dana dari masyarakat. Sedangkan PNBP diperoleh dari deviden badan usaha milik negara, pemanfaatan aset negara, bagi hasil migas, dan sebagainya. Sementara sumber dana hibah dapat berasal dari dalam dan luar negeri. Untuk hibah luar negeri dapat bersifat multilateral maupun bilateral.
Namun, pembiayaan pembangun an tidak cukup kalau hanya meng andalkan pendapatan yang berasal dari pajak, PNBP, maupun hibah. Pinjaman (loan) tetap diperlukan. Sumber pinjaman bisa berasal dari dalam maupun luar negeri. Berdasarkan PP No 10 tahun 2011, pinjaman digunakan untuk: membiayai defisit APBN, membiayai kegiatan prioritas
kementerian, mengelola portofolio utang, diteruspinjamkan ke pemerintah daerah, dan dihibahkan ke pemerin tah daerah.
Bicara mengenai hibah, dana hibah tidak datang begitu saja. Hibah luar negeri juga ada proses mobilisasi. Pemerintah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memiliki buku biru (blue book) yang mencatat prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan dan sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Prioritasprioritas pembangunan itu lantas ditawarkan ke negara donor. Cara seperti ini persis dengan apa yang dilakukan pada program Compact. Pemerintah Indonesia bersaing dengan beberapa negara lain untuk mendapatkan dana hibah dari Pemerintah Amerika Serikat melalui Millennium Challenge Corporation.
Jika ada negara yang tertarik, maka akan dilakukan penandatanganan grant agreement. Langkah selanjutnya, melakukan proses pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dari hibah tersebut sampai dengan pelaksanaan dan pemanfaatannya termasuk pengelolaan oleh penerima hibah.
Berdasarkan laporan Direktorat Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Republik Indonesia pada
bulan November 2013, tercatat dana hibah sebesar Rp 4,5 triliun. Sebagai perbandingan, di bulan yang sama, jumlah penarikan pinjaman luar negeri tercatat Rp 49,040 triliun. Sedangkan utang dalam negeri sebesar Rp 330,791 triliun.
Dari data tersebut dapat dilihat jika dana hibah relatif kecil. Untuk diketahui pula, APBN tahun 2013 sebesar Rp 1,200 triliun. Nilai hibah yang tercatat hanya Rp 4,48 triliun atau 0,29 persen. Dari perbandingan itu dapat terlihat
jika dalam konteks pembiayaan dana hibah sangatlah kecil.
Kendati terbilang kecil, tapi jika benarbenar digunakan secara optimal justru akan sangat bermanfaat. Seperti halnya dalam program hibah MCC yang mengucurkan dana sebesar US$ 600 juta. Dengan tujuan me ngurangi kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, tentunya program itu akan bermanfaat sekali. Selain itu juga dapat mendorong kerjasama antar kedua negara. Kalau orang bilang, “kecilkecil cabe rawit.” n
BICARA MENGENAI HIBAH, DANA HIBAH TIDAK DATANG BEGITU SAJA. HIBAH LUAR NEGERI JUGA ADA PROSES MOBILISASI.
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
Istimewa
23Desember, 2013
InsideInside
P ada Maret 2013, Biro Pusat Statistik melansir data jika jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,07
juta orang! Jumlah itu hanya berkurang 0,52 juta orang dibandingkan pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang.
Dari jumlah yang relatif masih besar itu, Pemerintah Indonesia jelas tak menutup mata. Dengan mengusung visi ”Terwujudnya Indonesia yang sejahtera, Demokratis, dan Berkeadil an” pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
20102014, pemerintah bertekad mengentaskan kemiskinan.
Berbagai upaya dikerahkan untuk mencapai visi itu. Salah satunya melalui program Compact. Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia telah menandatangani Perjanjian Hibah Millennium Challenge Compact dengan Pemerintah Amerika Serikat melalui Millennium Challenge Corporation (MCC). Program ini bertujuan untuk menurunkan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjut an.
Program hibah MCC yang tengah
MWA, Penjaga Prinsip Ownership
Kepemilikan hanya bisa terjadi jika dalam proses kegiatan proyek melibatkan masyarakat secara langsung.
Vero Ardianto-Bappenas
24 Desember, 2013
dijalankan itu juga sejalan dengan prinsip Jakarta Commitment: pe ne gak an visi Indonesia dan para mitra pembangunan untuk samasama memperkuat kepemilikan (ownership) negara penerima bantuan pembangunan.
Namun pertanyaannya, bagaimana pemerintah menjaga prinsip kepemilikan dalam program hibah MCC tadi? Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2011 tentang Dana Perwalian, maka dibentuklah Lembaga Wali Amanat yang berisikan Majelis Wali Amanat (MWA).
Oleh karena prinsip kepemilikan harus sejalan dengan program pemerintah di lokasi penerima hibah, maka MWA yang dibentuk juga terdiri dari perwakilan pemerintah dan nonpemerintah. Wakil nonpemerintah ini berasal dari organisasi masyarakat sipil, sektor swasta, dan akademisi.
Selain membentuk MWA, program Compact juga melibatkan masyarakat secara langsung melalui Multi Stakeholder Forum (MSF). Bahkan sesuai dengan grant agreement akan dibentuk Multi Stakeholder Group.
Keterlibatan masyarakat ini sangat penting. Sebab, prinsip ownership hanya dapat terwujud apabila dalam proses kegiatan program Compact melibatkan masyarakat secara langsung sebagai penerima manfaat (bene-ficiary). Selain itu, kegiatan program Compact juga harus mendukung prioritas pembangunan nasional.
Kendati begitu, tidaklah mudah menerapkan prinsipprinsip owner-ship tadi. Pasalnya, setiap hibah selalu punya kegiatan prioritas dari pemberi hibah. Sementara kepentingan pemberi hibah tidak boleh mengganggu kepentingan nasional dengan berdasarkan regulasi yang ada.
Di sisi lain, pemberi dan penerima hibah juga memiliki latar belakang yang berbeda: budaya, hukum, terminologi bahasa, pengelolaan anggaran, dan sebagainya. Belum lagi dengan persyaratan MCC yang menentukan jika pengelola hibah harus independen. Sementara peraturan di Indonesia mensyarakatkan jika seluruh pe ngelolaan hibah G to G (Government to Government) harus dikelola pemerintah. Setiap tahapan yang dilalui itu tentu perlu disinkronkan.
Dan MWA yang dibentuk pemerintah Indonesia berdasarkan Perpres 80/2011 menjadi pihak yang paling berwenang dalam menjaga prinsip ownership.
Dalam Pedoman Tata Kelola Lembaga Wali Amanat MCAIndonesia jelas disebutkan bahwa MCAIndonesia diarahkan MWA yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab pokok. Pertama, pengawasan, pengarahan dan pembuatan keputus an MCAIndonesia. Kedua, pelaksanaan keseluruhan Program Compact, PIA, dan perjanjian tambahan lainnya (supplemental agreement).
n
DALAM PEDOMAN Tata Kelola Lembaga Wali Amanat MCAIndonesia memuat aturan mengenai keanggotaan MWA yang terdiri dari perwakilan pemerintah dan nonpemerintah. Perwakilan pemerintah berasal dari dua orang perwakilan Kementerian Perencanaan Pembangunan, satu orang perwakilan Kementerian Keuangan, dan satu orang perwakilan Kementerian Dalam Negeri.
Sementara dari perwakilan nonpemerintah berasal dari satu orang perwakilan organisasi masyarakat sipil, satu orang perwakilan sektor swasta, dan satu orang perwakilan dari akademisi.
Khusus anggota MWA perwakilan nonpemerintah, mereka diseleksi melalui proses yang transparan, obyektif, tidak diskriminatif dan akuntabel dan disetujui oleh MCC. Pemilihan perwakilan dilaksanakan oleh masingmasing organisasi tersebut. Masa bakti MWA perwakilan nonpemerintah akan berakhir pada bulan Februari 2014.Pada Bab III huruf c nomor 8 juga disebutkan jika masa jabatan perwakilan nonpemerintah adalah 18 bulan, dimana masa jabatan tersebut dapat diperpanjang kembali selama 18 bulan. Perpanjangan masa jabatan bagi perwakilan nonpemerintah ditentukan oleh MWA dengan persetujuan MCC. Andaikata terjadi kekosongan dari satu atau lebih perwakilan nonpemerintah, maka dilakukan pemilihan kembali.
n
Jabatan 18 bulan
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
25Desember, 2013
InsideInside
F oto seorang pria tua yang sedang memikul keranjang berisikan batu masih terngiang dalam benak Jadhie J. Ardajat, Direktur Energi, Teleko
munikasi, dan Informatika, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Demi sesuap nasi, kata Jadhie, ia seakan tak menghiraukan beban berat di pundaknya. Ia tetap memikul dan melintasi jembatan gantung yang berlatar belakang air terjun. “Namun berapa sih uang bisa ia peroleh dari penjualan sekeranjang batu? Padahal, air terjun yang ia lalui merupakan sumber uang yang tak ternilai harganya. Lebih dari harga sekeranjang batu yang dijualnya,” tutur Jadhie tanpa bermaksud
Pria Pemikul Batu Inspirasi GP
Proyek Green Prosperity terinspirasi dari foto pria pemikul batu.
Moe
kti A
riebo
wo-
Bapp
enas
26 Desember, 2013
mengecilkan jerih payah pria dalam foto itu.
Menurut Jadhie, air terjun sebagai energi terbarukan (renewable energy), sejatinya dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Dan, hasil dari pembangkit listrik itu kemudian dapat digunakan untuk melakukan kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan. “Yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.”
Foto itu, ungkap Jadhie, memberikan inspirasi terhadap munculnya proyek Kemakmuran Hijau (Green Prosperity/GP) dalam program Compact yang tengah dilaksanakan Millennium Challenge AccountIndonesia (MCAIndonesia).
“Kemudian berkembang sampai sekarang ini setelah melalui diskusi panjang. Salah seorang yang banyak memberikan masukkan adalah Pak Wamen (Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Lukita D. Tuwo),” kata inisiator proyek GP MCAIndonesia itu. “Pemikiran Pak
Wamen luar biasa.”Jadhie kini menjabat sebagai
Koordinator Unit Pendukung Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Salah satu perannya adalah memberikan saran kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) satuan kerja Bappenas dalam pelaksanaan program Compact.
Dalam kesempatan itu pula, Jadhie mengharapkan jajaran board of director MCAIndonesia dapat melaksanakan program Compact dengan sukses, sehingga dapat dijadikan contoh model pembangunan. “Tapi di sisi lain, beban berat juga berada di pundak mereka karena membawa nama baik Indonesia. Berhasil atau tidak program ini tergantung mereka,” ujar Jadhie.
Selain itu, Jadhie juga menjelaskan jika program MCAIndonesia merupakan program hibah dari MCC yang mengenalkan istilah lembaga wali amanat untuk pertama kalinya di Indonesia. “Saya bercitacita, lembaga wali amanat ini nantinya berskala nasi
onal,” katanya. “Sudah ada beberapa negara lain yang siap menjadi donor.”
Namun, keinginan dari negara negara donor tersebut belum dapat terakomodasi dalam lembaga wali amanat yang ada saat ini. Karena menurutnya, lembaga wali amanat yang ada saat ini terkait erat dengan program Compact.
“Saya berpikiran, konsep lembaga wali amanat skala nasional ini mirip zakat. Ia dapat menerima dana dari negara atau perusahaan manapun. Tak terbatas dari luar negeri, tapi juga dalam negeri. Perorangan pun boleh menyumbangkan dananya,” paparnya.
Jadhie optimistis jika nantinya lembaga yang bertujuan memberdayakan ekonomi masyarakat ini terbentuk, dapat berjalan dengan baik. “Tentunya perlu dikelola secara profesional,” ujarnya. Apalagi, kata Jadhie, jika masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan, dan pihak terkait lainnya, ikut mendukung. n
Moekti Ariebowo-Bappenas
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
27Desember, 2013
Inside
MCFE Ajang Sosialisasi MCA-Indonesia
Ajang sosialisasi ini menjelaskan kepada publik berbagai kegiatan program Compact.
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
28 Desember, 2013
J akarta Convention Center Hall A mendadak hijau. Spanduk dan umbulumbul yang dominan hijau menghiasi area seki
tar pintu masuk Hall A. Rupanya pada 1820 Oktober 2013 itu sedang berlangsung ajang Millennium Challenge Forum & Expo (MCFE) yang digelar Millennium Challenge AccountIndonesia (MCAIndonesia).
MCAIndonesia merupakan lembaga wali amanat yang dibentuk pemerintah Indonesia sebagai pelaksana program hibah Compact yang bertujuan untuk membantu mengurangi kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pelaksanaan program Compact dikelola MCAIndonesia ini dibentuk Kementerian Perencanaan Pembangun an Nasional/Bappenas pada 2012.
”Millennium Challenge Forum & Expo merupakan salah satu usaha pemerintah untuk mensosialisasikan berbagai kegiatan yang membantu mengurangi kemiskinan masyarakat Indonesia kepada para pihak atau negara donatur,” ujar Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana saat memberikan sambutan pembukaan MCFE di Jakarta, Jumat, 18 Oktober 2013.
Sementara itu, Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasio
nal sekaligus Ketua Majelis Amanat MCAIndonesia Lukita Dinarsyah Tuwo menambahkan jika MCFE merupakan salah satu cara untuk menjelaskan kepada publik tentang berbagai kegiatan yang telah dituangkan dalam perjanjian Compact.
Hal itu diamini J.W. Saputro, Executive Director MCAIndonesia. Menurut Saputro, pameran ini digelar agar program Compact yang terdiri dari proyek Kemakmuran Hijau (Green Prosperity Project), Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Stunting (Community Based Health and Nutrition to Reduce Stunt-ing Project), dan Modernisasi Pengadaan (Procurement Modernization Project), agar dikenal masyarakat luas.
Dalam ajang MCFE yang berlangsung selama 3 hari itu digelar berbagai seminar, forum diskusi, lomba foto, dan menampilkan booth pemerintah daerah, perusahaan penghematan energi serta usaha mikro, kecil, dan menengah.
Salah satu peserta pameran, PT Sky Energy Indonesia yang bergerak di bidang solar panel, wind turbin, dan telecommunication, menyambut baik ajang MCFE. “Kegiatan ini bagus sekali. Selain pengunjung dapat memperoleh informasi daerah-daerah tertinggal di Indonesia, tapi juga me ngetahui infrastruktur penunjangnya,” ujar Andri
Kusuma, Marketing PT Sky Energy Indonesia.
Ardiani Khrisna segendang sepenarian dengan Andri Kusuma. Early Childhood Care and Development Program Manager Plan Indonesia ini mengatakan, MCFE merupakan momen yang baik. Sebagai informasi, Plan Indonesia adalah organisasi internasional kemanusiaan dan pengembangan masyarakat yang berfokus pada kesejahteraan anak.
“Tak hanya pengunjung yang dapat memperoleh pembelajaran dari peserta pameran seperti Plan Indonesia, tapi juga MCAIndonesia,” kata Ardiani. Karena, lanjut Ardiani, salah satu subsektor kegiatan Plan Indonesia: program kesehatan dan gizi, hampir sama dengan apa yang akan dijalankan proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Stunting MCAIndonesia.
Dinny Jusuf, pendiri Torajamelo -UKM yang fokus pada tenunan Toraja- juga merespon positif ajang MCFE ini. ”Bagus untuk memberikan contoh nyata apa yang bisa Indonesia lakukan seputar energi, kemakmuran hijau, dan sebagainya,” kata Dinny. “Tinggal lebih ditingkatkan saja dari sisi promosinya, sehingga akan ba nyak pengunjung yang datang untuk mendapatkan informasi yang sangat bermanfaat ini.”
n
Purwanta BS-Bappenas
29Desember, 2013
Green Prosperity
Lokasi yang akan dijadikan proyek Green Prosperity harus clean dan
clear.
Meretas Batas, Menjamin Keberlanjutan Investasi
Martin Hardiono-MCC
30 Desember, 2013
K onflik warga yang terjadi akibat tidak adanya kepastian batasbatas wilayah dalam suatu daerah sering meng
hiasi halaman berita media massa. Bahkan, proyekproyek pemberdayaan masyarakat yang berhubungan de ngan energi terbarukan (renewable energy) pun seringkali terbentur dengan ketidakpastian mengenai tata ruang, penatagunaan lahan (land use) dan batas-batas wilayah administratif yang pada gilirannya menimbulkan saling klaim dari berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder).
Menyadari hal itu, MCAIndonesia yang akan melaksanakan proyek Green Pros perity di tanah air tidak mau tercebur di lubang yang sama. ”Dalam konteks GP, kita harus memastikan bahwa lokasi yang akan dijadikan investasi GP itu harus clean dan clear. Tidak boleh ada konflik batas administratif dan penatagunaan tanah harus jelas,” kata Akhmad Safik, Consultant Parti-cipatory Land-Use Planning (PLUP) Specialist MCAIndonesia.
Menurut Safik, PLUP akan menye-diakan informasi tentang tata ruang dan penatagunaan tanah (land use inventory) untuk memastikan apakah lokasi proyek yang akan dikerjakan bermasalah atau tidak. Tujuannya, kata Safik, agar investasi GP yang nantinya
ditanamkan dapat terus berkelanjutan. “Jangan sampai investasi yang baru berjalan sekitar satu atau dua tahun sudah menuai masalah terkait penatagunaan lahan, penguasaan atau pemilik an tanah,” katanya.
Datadata land use inventory ini, lanjut Safik, tidak semata untuk kepentingan kegiatan investasi GP melainkan untuk para stakeholder khususnya di daerah, mulai dari pelaksana proyek GP (project sponsor), pemerintah daerah, dan masyarakat. Data dan informasi spasial itu antara lain mencakup: batasbatas administrasi, klaim batas wilayah adat, maupun konsensi pemanfaatan hutan, pertambangan atau sumberdaya alam lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah. “Karena sering terjadi tumpang tindih antara satu konsesi dengan konsensi lainnya seperti hak pengelolaan hutan, wilayah masyarakat adat, dan sebagainya.”
Yang paling penting, kata Safik, adalah faktor masyarakat itu sendiri. PLUP harus memastikan bahwa aspi
rasi masyarakat dalam kegiatan Green Prosperity harus terakomodir dengan baik sehingga tidak ada lagi keraguan terhadap lokasi kegiatan proyek Green Prosperity karena sudah mendapatkan consent dari masyarakat.
“PLUP harus memastikan bahwa suara rakyat dan pilihan rakyat harus diperhatikan. Suatu investasi dapat berlangsung dengan aman dan lancar, jika masyarakat juga terlibat dalam pengambilan keputusan dan masyarakat mendapatkan insentif atau diuntungkan dari kegiatan tersebut,” tegas Safik.
Selain melakukan inventarisasi data penatagunaan lahan dan penataan batas desa, PLUP juga akan melakukan kegiatan peningkatan kapasitas pemerintah daerah yang berkaitan dengan tata ruang dan penatagunaan lahan.
Dalam pelaksanaan penataan batas desa, Safik menjelaskan, secara teknis sepertinya tidak menemukan permasalahan yang berarti. Namun secara sosial, Safik mengakui bahwa tidak mudah mengajak semua elemen masyarakat untuk duduk bersama dan memutuskan batasbatas wilayah mereka, terutama di wilayahwilayah yang belum terdata dengan baik dan adanya potensi ekonomi wilayah.
Kendati demikian, Safik optimis PLUP dapat dilaksanakan dengan lancar. Saat ini, MCAIndonesia sedang menye lesaikan Pedoman Penataan Batas Desa yang segera akan diujicobakan di Kabupaten Mamasa, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Merangin, dan Kabupaten Muaro Jambi sebagai proyek percontohan. Hasil dari proyek percontohan tersebut akan dipakai untuk memperbaiki pedoman tersebut untuk selanjutnya diterapkan di lokasi Green Prosperity Project di kabupaten kabupaten lainnya di Indonesia. n
Mar
tin H
ardi
ono-
MCC
DALAM PELAKSANAAN PENATAAN BATAS DESA, SAFIK MENJELASKAN, SECARA TEKNIS SEPERTINYA TIDAK MENEMUKAN PERMASALAHAN YANG BERARTI. NAMUN SECARA SO-SIAL, SAFIK MENGAKUI BAHWA TIDAK MUDAH MENGAJAK SEMUA ELEMEN MASYARAKAT UNTUK DUDUK BERSAMA DAN MEMUTUSKAN BATAS-BATAS WILAYAH MEREKA
31Desember, 2013
Green Prosperity
P royek Green Prosperity (GP) atau Kemakmuran Hijau yang diselenggarakan MCAIndonesia menyita perhatian yang sangat
besar. Betapa tidak, selain diharapkan dapat menemukan solusi pertumbuhan ekonomi, proyek ini sekaligus mendukung komitmen pemerintah dalam penggunaan karbon yang rendah dan berkelanjutan (atau pembangunan berkelanjutan yang rendah karbon).
Tak pelak, upaya sosialisasi tentang tujuan, mekanisme pelaksanaan, peran dan keterlibatan stakeholder dalam proyek GP itu menjadi suatu kebutuhan mendasar. Atas dasar itu, MCAIndonesia menggelar Forum Komunikasi Kemakmuran Hijau dalam Millennium Challenge Forum &
Tak hanya menjadi ajang sosialisasi, forum komunikasi ini juga ajang akuntabilitas publik.
Forum Akuntabilitas Publik
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
32 Desember, 2013
Expo (MCFE) di Jakarta pada 1820 Oktober 2013.
Pada hari pertama forum digelar Seminar Nasional Kemakmuran Hijau. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana, Wakil Sekjen Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Yani Witjaksono, dan Kepala Pusat Kebijakan Energi ITB Retno Gumilang Dewi menjadi pembicara dalam seminar tersebut.
Pada hari kedua terdapat dua sesi seminar. Sesi pertama diisi pembicara: I.B.K Narayana dari Fraunhofer- Gesellschaft, Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM Deendarlianto, Direktur Pusat Studi Internasional untuk Ekonomi & Keuangan Terapan IPB
Nunung Nuryartono, dan Tri Mumpuni dari IBEKA.
Sedangkan pada sesi kedua, seminar diisi pembicara dari DirGen Agriculture and Aqua Culture Indroyono Soesilo, Deputi Menteri bidang Daerah Khusus Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Suprayoga Hadi, dan Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja.
Banyak pendapat dan saran yang diberikan para pembicara seminar. Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Rida Mulyana, misalnya. Ia mendukung pembangunan roadmap renewable energy yang akan dijalankan MCAIndonesia. “Kebutuhan akan roadmap memang dibutuhkan,” katanya. Sementara itu, Wakil Sekjen Ma sya rakat Energi
Terbarukan Indonesia (METI) Yani Witjaksono mengusulkan perencanaan pada Renewable Energy Bio Fuel.
Pada hari terakhir, Forum Komunikasi Proyek Kemakmuran Hijau ditutup dengan sosialiasi proyek GP MCAIndonesia. J.W. Saputro, Direktur Eksekutif MCA-Indonesia menjelaskan secara umum proyek Kemakmuran Hijau dalam Program Compact. Direktur Green Prosperity MCAIndonesia Budi Kuncoro menjelaskan Proyek Kemakmuran Hijau: Tujuan, Program, dan Landscape Approach.
Dalam sesi yang sama, Associate Director PLUP Sigit Widodo yang menjelaskan perencanaan lahan secara partisipatif (PLUP), Associate Director Project and Oversight Fredderick Holloway memaparkan project pipeline proyek Kemakmuran Hijau dan khususnya untuk initiatif terkait energi terbarukan, dan Associate Director Grant & Partnership GP MCAIndonesia Tri Nugroho yang menjelaskan program logis dan skema hibah proyek Kemakmuran Hijau.
“Kerangka logis ini diharapkan akan memudahkan para stakeholder memahami apa yang akan dilakukan proyek GP,” ujar Tri, saat diwawancarai majalah Compact. Ia mengapresiasi penyelenggaraan Millenium Challenge Forum & Expo yang memungkinkan diadakannya Forum Komunikasi Kemakmuran Hijau, sebagai salah satu media sosialisasi program dan sekaligus suatu bentuk akuntabilitas proyek kepada publik. Suatu forum penting yang selayaknya dikelola secara periodik di sepanjang pengelolaan MCAIndonesia. n
DALAM KESEMPATAN ITU, IA JUGA MEMAPARKAN KEGIATAN-KEGIATAN GP UNTUK MENCAPAI TUJUAN MENGURAN-GI KEMISKINAN MELALUI PERTUMBU-HAN EKONOMI BERKELANJUTAN DALAM KERANGKA LOGIS (LOGICAL FRAME-WORK).
Purwanta BS-Bappenas
33Desember, 2013
Health & Nutrition
Insentif Merangsang Pemicuan
Pemberian insentif ini diharapkan dapat merangsang pemicuan sanitasi masyarakat lebih massive lagi.
Hani
bal H
amid
i-KPD
T
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
34 Desember, 2013
Kualitas lingkungan yang buruk jelas ikut mempengaruhi kesehatan dan gizi seseorang. Salah satu faktor
penyebab buruknya kualitas lingkungan itu berasal dari masih adanya perilaku Buang Air Besar di Sembarang tempat (BABS).
Merubah perilaku BABS memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, telah mencanangkan kebijakan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
”Sanitasi yang buruk juga dapat menurunkan kualitas asupan gizi dan akan mengakibatkan anak pendek (stunting),” ujar Minarto, Director Communitybased Health & Nutrition Project, MCAIndonesia. Oleh karena itu, kata Minarto, MCAIndonesia me lalui Communitybased Health and Nutrition to Reduce Stunting Project juga menekankan perbaikan sanitasi.
Minarto menjelaskan, ada beberapa kegiatan yang bisa dilaksanakan de ngan pembiayaan langsung. Namun khusus untuk kegiatan pemicuan sanitasi ini, MCAIndonesia akan melakukan pendekatan dengan memobilisasi masyarakat dalam pemicuan sanitasi.
Menurut Minarto, pendekatan mobilisasi masyarakat dalam pemicuan sanitasi yang sudah terbukti di lapangan itu diharapkan dapat memunculkan gerakan masyarakat yang lebih massive. Para petugas sanitasi akan memberikan pendidikan, pelatihan, dan memotivasi masyarakat yang masih memiliki perilaku BABS dan belum memiliki akses sanitasi.
”Jika masyarakat telah berhasil merubah perilaku BABS dan memiliki akses sanitasi sesuai dengan yang diharapkan, mereka akan kita berikan insentif. Pemberian insentif bukan dilakukan di depan, tapi di belakang untuk merangsang mereka agar lebih bersemangat melakukannya,” kata Minarto.
Para petugas sanitasi akan membe
rikan laporan kepada MCAIndonesia, desa mana yang sudah melakukan pemicuan dan bebas BABS. ”Nah, desadesa bebas BABS inilah yang akan kita berikan insentif,” jelasnya. Akan tetapi, kata Minarto, tim verifikator akan diterjunkan dulu ke lapangan untuk memverifikasi laporan tersebut benar atau tidak.
Insentif berupa uang itu nantinya digunakan untuk memperbaiki kualitas jambanjamban yang mereka miliki. ”Daripada harus membangun jamban untuk seluruh keluarga di suatu desa, lebih baik dana yang ada digunakan sebagai insentif untuk merangsang agar mereka semangat lagi memperbaiki kualitas sanitasi mereka,” ujarnya.
Model pemberian insentif seperti itu memang bukanlah model baru di bidang kesehatan. Sudah banyak negara yang melakukan ini. Indonesia sendiri juga sudah menggunakan pendekatan ini, misalnya saja, pro
gram jaminan persalinan (Jampersal). Setiap bidan yang membantu persalinan diberikan insentif.
Namun, model pemberian insentif terkait pemicuan sanitasi justru kali ini dimunculkan. ”MCAIndonesia boleh dibilang menjadi perintis pemberian model insentif seperti ini,” kata Minarto.
Terkait dengan economic rate of return (ERR), jelas Minarto, investasi MCAIndonesia dalam proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masya rakat untuk Me ngurangi Anak Pendek justru memiliki nilai yang paling tinggi.
Minarto juga mengharapkan pemerintah daerah nantinya dapat meneruskan model pemberian insentif dalam pemicuan sanitasi masyarakat ini, sehingga keberlangsungannya dapat terjaga. Meskipun program MCAIndonesia telah berakhir pada 2018 nanti.
n
TERKAIT DENGAN ECONOMIC RATE RETURN (ERR), JELAS MINARTO, INVESTASI MCA-INDONESIA DALAM PROYEK KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MENGURANGI ANAK PENDEK JUSTRU MEMILIKI NILAI YANG PALING TINGGI.
Purwanta BS-Bappenas
35Desember, 2013
Health & Nutrition
T anggal 28 Oktober 2013 bukan hanya tanggal yang bermakna bagi Bangsa Indonesia karena Hari Sumpah Pemudanya.
Tanggal itu juga bermakna bagi Millennium Challenge AccountIndonesia (MCAIndonesia) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes). Loh, kok?
Iya, karena pada tanggal tersebut telah berlangsung penandatanganan Perjanjian Antar Lembaga (Implemen-ting Entity Agreement/IEA) antara MCAIndonesia dan Kemenkes.
Di Balik Perjanjian 28 Oktober
Ada pelajaran penting yang bisa dipetik dari perjanjian antara MCA-Indonesia dan Kemenkes ini.
Gamar Aryanto-MCAI
36 Desember, 2013
”Perjanjian itu mengatur kesepahaman kerjasama antara kedua lembaga dalam menjalankan proyek Com-munity-based Health and Nutrition to Reduce Stunting dalam program Compact MCAIndonesia,” ujar Minarto, Director Communitybased Health & Nutrition Project MCAIndonesia.
Dalam proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Anak Pendek itu nantinya akan terdapat tiga kegiatan besar yang akan dilakukan: Kegiatan Proyek Masyarakat, Kegiatan Sisi Suplai, dan Kegiatan Komunikasi, Manajemen Proyek, dan Evaluasi.
Menurut Minarto, perjanjian antara MCA-Indonesia dan Kemenkes fokus pada Kegiatan Sisi Suplai, dan Kegiatan Komunikasi Manajemen Proyek dan Evaluasi. Kemenkes, kata Minarto, memiliki kapasitas dan sistem yang baik dalam dua kegiatan tersebut.
Pada Kegiatan Sisi Suplai, misalnya. Akan ada pemberian pelatihan guna peningkatan gizi, mengurangi risiko anak pendek, dan kegiatan intervensi lainnya serta memperbaiki kualitas dan akses terhadap layanan di bidang gizi dan sanitasi.
Kegiatan yang akan berlangsung di 11 Provinsi, 64 Kabupaten, dan 500 Kecamatan itu akan melatih sekitar 5.000 bidan desa, 1.000 petugas Puskesmas, dan 130 petugas kabupaten di bidang penyuluhan makanan bergizi untuk anak.
Begitu pula dengan Kegiatan Komunikasi Manajemen Proyek dan Evaluasi. Selama ini, kata Minarto, Kemenkes telah memiliki kapasitas dalam melakukan kegiatan komunikasi seperti kampanye dan mengevaluasi programprogram di bidang kesehatan.
”Secara substansi, kewenangan teknik Kegiatan Sisi Suplai dan Kegiat an Komunikasi Manajemen Proyek dan Evaluasi tersebut akan berada di Kemenkes. Sementara MCAIndonesia berwenang mengawasi apa yang akan dikerjakan secara teknis dan memastikan administrasi yang dijalankan sudah benar. Kita akan bekerjasama sesuai dengan prinsipprinsip MCAIndonesia yang ketat terkait isu transparansi dan akuntabilitas,” jelas Minarto.
Nah, melalui perjanjian tersebut, kata Minarto, baik Kemenkes maupun
MCAIndonesia sudah memiliki pa yung hukum yang sah dalam melakukan kegiatan proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Me ngurangi Anak Pendek secara konkret. Salah satunya implementasi dalam waktu dekat ini, kedua belah pihak akan membentuk sekretariat nasional proyek di Kemenkes.
”Di dalam sekretariat nasional itu akan ada koordinator, spesialis trainin g, spesialis gizi, spesialis kesehatan keliling (kesling), dan sebagai nya. Tim ini akan membantu Kemenkes dan MCAIndonesia untuk menjalankan proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masya rakat untuk Mengurangi Anak Pendek di jajaran Kemenkes,” papar Minarto.
Selain mengatur pembagian peran dan tanggung jawab, Minarto mengharapkan kerjasama itu juga semakin meningkatkan kapasitas Kemenkes dalam menyelenggarakan program gizi dan kesehatan di Indonesia. ”Bagaimana mengorganisasi suatu pelatihan, perencanaan terpadu, monitoring dan evaluasi, komunikasi, dan sebagainya.”
n
"MELALUI PERJANJI-AN TERSEBUT, BAIK KEMENKES MAUPUN MCA-INDONESIA SUDAH MEMILIKI PAYUNG HUKUM YANG SAH DALAM MELAKU-KAN KEGIATAN PROYEK KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYAR-AKAT UNTUK MENGU-RANGI ANAK PENDEK SECARA KONKRET."
Gam
ar A
ryan
to-M
CAI
37Desember, 2013
Event
M illennium Challenge A c c o u n t I n d o n e s i a (MCAIndonesia) mengadakan sosialisasi
proyek Kemakmuran Hijau kepada 9 bupati/wakil bupati sebagai kandidat penerima proyek Kemakmuran Hijau MCAIndonesia.
Acara yang diadakan pada 12 November 2013 di Jakarta itu di pimpin Wismana Hadisuryabrata, Deputi Pendanaan Pembangunan Bappenas selaku Sekretaris Majelis Wali Amanat MCAIndonesia. Hadir pula Direktur Eksekutif MCA-Indonesia, J.W Saputro, Pejabat Pembuat Komitmen Sa tuan Kerja Pengelola Hibah MCC Hari Kristijo, dan Direktur Proyek Kemakmuran Hijau MCAIndonesia,
Budi Kuncoro.“ P e m i l i h a n
k a b u p a t e n m e m p e r t i m bangkan faktor sosial ekonomi, lingkungan, dan inst i tusional . Untuk pemilihan kabupaten yang memenuhi syarat dilakukan district readiness assesment (DRA) dengan 20 indikator penilaian,” ujar Budi Kuncoro.
Menurut Budi, sejatinya MWA menyetujui 20 kabupaten untuk dijadikan kandidat lokasi pelaksanaan proyek Kemakmuran Hijau. Namun pada tahap pertama ini, terpilih 10 kan
didat kabupaten. Sisanya akan dilakukan pada pertengahan tahun 2014.
Pemilihan 20 kabupaten dibagi menjadi 2 tahap, sepuluh kabupaten dilaksanakan saat ini, 10 kabupaten lainnya akan dilakukan pertengahan tahun depan.
n
S ebanyak 29 pimpinan lembaga/pemerintah daerah hadir menandatangani Nota Kesepahaman (MOU) pem
bentukan Unit Layanan Pengadaan (ULP) Percontohan dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Penandatangan an disaksikan pula Ketua Majelis Wali Amanat MCAIndonesia Lukita D. Tuwo dan JW. Saputro, Direktur Eksekutif MCA-Indonesia serta Kristen Bauer, The Charge d’ affaires of The US Embassy.
Acara yang digelar pada 14 November 2013 di Jakarta itu merupakan langkah pertama LKPP dalam upaya mendorong, mengembangkan, dan memperkuat kapasitas ULP.
Setelah 3 tahun dilakukan pendampingan, 29 ULP Percontohan itu diharapkan dapat menjadi contoh ULP lain di Indonesia sebagai unit yang permanen, independen, pro
fesional, dan berintegritas. Dalam kesempatan itu digelar pula workshop Pengembangan Peta Jalan Pengembangan ULP.
n
Sosialisasi Proyek Kemakmuran Hijau
Penandatanganan MOU ULP Percontohan
Purw
anta
BS-
Bapp
enas
Purwanta BS-Bappenas
38 Desember, 2013