Mahir Menulis Cerita Pendek

59
www.padepokan-kata.blogspot.com 1 Menulis CERITA PENDEK Itu Mudah

Transcript of Mahir Menulis Cerita Pendek

Page 1: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

1

Menulis CERITA PENDEK

Itu Mudah

Page 2: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

2

Kata Pengantar

Salah satu kegiatan kreativitas menulis adalah membuat cerita pendek (cerpen).

Bagi sebagian orang, kegiatan menulis ini dianggap hal yang lumayan sulit. Hal ini

disebabkan adanya ketakutan sekaligus ketidaktahuan cara bagaimana menulis cerpen

dengan baik.

Dalam buku ini disajikan hal-hal yang berhubungan dengan cerita pendek. Apa

saja unsur-unsur cerpen itu sampai bagaimana mengembangkan tulisan dalam cerpen.

Tentunya materi yang disajikan mengarahkan agar para calon cerpenis mau

mengembangkan dirinya dalam menuangkan ide dan kata-kata.

Semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca yang ingin terjun dalam dunia

penulisan cerpen.

Page 3: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

3

BAB 1

Mengapa Saya Menulis Cerita Pendek?

Seorang panyair bernama Annie Dillard berkata: “Rangkaian kata menunjuk

hatimu sendiri. Dan dalam kata-katamu, hidupmu akan menunjukkan kepadamu

pemikiranmu cepat atau lambat, dengan atau tanpa terlalu banyak dorongan.”

Ketika berekspresi, berarti kamu tengah menjalani suatu rangkaian hidup yang

akan membawamu pada pengungkapan mimpi-mimpi tersembunyi. Kamu tengah

melontarkan segala hal ikhwal yang dituangkan dalam ruang kosong di lembaran-

lembaran kertas.

Apakah kamu seringkali menghadapi sebuah ketakutan saat menulis? Ini adalah

awal yang baik, jika kamu mau meruntuhkan ketakutan-ketakutan itu. Jadilah seorang

pembelajar dari sekarang! Menjadi penulis akan membawamu dalam petualangan proses

kreatif ke seluruh hidupmu. Gerald Breman berkata: “Hanya dengan menulis setiap pagi,

seoang menjadi penulis. Jika tidak, ia akan tetap menjadi amatir!”

Salah satu tulisan yang bisa membawamu menuangkan kreativitas adalah dengan

menulis cerita pendek.

Berikut ini beberapa tips kreatif awal dalam membangkitkan motivasi menulis.

1. Yakinkanlah bahwa menulis itu adalah proses mengamati,berpikir, menciptakan

imajinasi, sampai menuliskan apa yang ada dalam pikiran. Kamu dapat mencatat hal-hal

yang kiranya dapat kamu jadikan ide menulis cerpen. Misalnya, saat kamu sedang di naik

bus kota, di kantin, atau di rumah sekalipun. Bidiklah hal-hal yang menurutmu beda

dengan sudut pandang orang lain. Sudut pandang yang lain akan menghasilkan karya

Page 4: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

4

yang lain pula. Tanamkan dalam hatimu untuk membuat cerpen yang isinya beda dengan

cerita kebanyakan!

2. Mulailah dari sekarang! Timbulkan keberanian untuk menulis. Kamu dapat

memancingnya lewat satu atau dua kalimat di buku tulismu, blocknote, atau komputermu.

Jangan biarkan ada kertas atau halaman kosong.

3. Camkanlah dalam hatimu bahwa menulis adalah ekpresi diri. Jangan terbelenggu

dengan jawaban: “Benar” atau “salah” dalam tulisanmu. Menulis adalah hak pribadi

kamu. Masalah benar atau salah adalah persepsi manusia/pembaca.

4. Mulailah untuk belajar menjadi pengamat. Hal ini disebabkan, seorang penulis harus

mampu menyuguhkan data atau situasi yang membumi dengan kehidupan manusia.

Misalnya, kamu akan menulis cerpen yang berisi sejarah, kamu tentunya harus

melakukan observasi dengan datang ke tempat bersejarah, membaca, atau browsing di

internet. Nilai pengamatanmu tersebut bisa menjadi bobot tersendiri dalam tulisan yang

kamu buat. Kamu dapat mencari referensi di perpustakaan sekolahmu atau kamu

membeli buku.

Selain itu, tentunya pula kamu diharapkan lebih banyak membaca karya-karya

cerpen orang lain. Hal ini dapat dijadikan modal kamu untuk memahami gaya atau ciri

khas penulisan setiap cerpenis. Selain itu, kamu dapat mengetahui bagaimana

karakteristik tema, tokoh, perwatakan, gaya bahasa, hingga amanat yang terkandung

dalam cerpen yang ditulis orang lain. Dengan membaca karya-karya penulis atau

pengarang terkenal, secara tidak langsung mereka adalah mentor/pelatihmu dalam

menulis. Pilihlah seorang penulis yang menjadi idola dan mengena dalam hatimu lewat

Page 5: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

5

tulisan-tulisannya. Hal ini supaya kamu tidak kebingungan dalam mencoba mencari gaya

penulisan.

5. Berani untuk kreatif adalah modal utama untuk menjadi seorang penulis. Seorang yang

kreatif mampu belajar dan berlatih lebih giat serta mampu menciptakan hal-hal baru yang

ada dalam tulisannya.

Page 6: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

6

BAB 2

Apakah Cerita Pendek Itu?

Bacalah contoh cerita pendek berikut.

Parmin

Cerpen Jujur Prananto

Mencurigai. Betapa tidak enaknya perbuatan ini. Bahkan terhadap orang yang

patut dicurigai sekalipun. Mencurigai sepertinya mengungkit nilai-nilai negatif yang

sebenarnya tertanam dalam pengalaman batin kita sendiri. Membongkar perbendaharaan

pikiran-pikiran kotor, khayalan-khayalan busuk, menderetkan segala kemungkinan ter-

buruk. Lalu mencocok-cocokkan perbuatan khayali kita dengan perilaku orang yang kita

curigai.

Lebih tidak enak lagi kalau orang itu adalah Parmin. Tukang kebun yang rajin dan

tak banyak cakap itu. Yang kerjanya cekatan, dengan wajah senantiasa memancarkan

kesabaran. Tak pernah kedapatan sedikit saja membayang kemarahan pada wajah itu.

Namun, tertawa berkepanjangan pun jarang lepas dari mulutnya. Senyum, itu saja.

Senyum yang bisa muncul pada banyak kesempatan. Saat ia bicara. Saat ia menerima

tugas, menerima gaji. Juga saat Mami memberitahu bahwa gaji akan dibayarkan

terlambat, misalnya. Rasanya senyum itu lebih demi membahagiakan orang lain daripada

ungkapan kebahagiaan dirinya sendiri. Itu pula yang kadang membangkitkan rasa iba,

tanpa dia bersikap meminta.

Parmin justru banyak memberi, cuma jarang begitu disadari. Parmin menjadi

tokoh yang senantiasa hadir dalam kehidupan keluarga. Predikat tukang kebun tinggal

Page 7: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

7

sebutan, sebab kerjanya tak terbatas di seputar bunga-bunga di taman. Saluran wastafel

tersumbat, pompa air ngadat, bola lampu mati, tahi herder kotor mengotori lantai, beras

setengah kwintal mesti dipindahkan dari pintu depan ke gudang belakang, semuanya

menjadi bahan-bahan kerja yang Parmin selalu siaga menggarapnya. Lalu segalanya

nampak layak, seolah sudah semestinya, justru ketika tak terbayang bahwa Oche, Himan,

Ucis, Tomas, lebih-lebih mami atau papi akan bisa menangani ‘hal-hal yang sepele’ itu.

Papi jelas tak mungkin mengangkut tahi anjing ke tong sampah, sementara anak-anak

pun bersikap saling menunggu, sepertinya yakin suatu saat ada yang mau dan lebih

pantas melakukannnya. Di sini Parmin akan tampil sebagai sukarelawan.

“Tolong ya, Min.”

“ Nggih,” sambil tersenyum.

“Terima kasih, ya, Min.”

Sekali lagi mengiyakan. Sekali lagi tersenyum.

Tapi keadaan telah berubah. Semenjak pesta ulang tahun papi beberapa hari yang

lalu, senyum itu tak lagi akrab dengan wajah lugunya. Tak ada yang bisa memaksa

Parmin untuk mengatakan sesuatu sehubungan dengan kemurungannya itu selain ucapan,

“Saya tidak apa-apa.” Rasanya berat untuk berpikiran bahwa orang seperti dia bisa

melakukan tindak tak terpuji. Tapi apa boleh buat, ada dugaan kuat bahwa paling tidak

dia telah berbuat salah yang membuatnya begitu resah. Dan inilah peristiwa yang

mengawali kecurigaan itu, seperti berulang kali diceritakan mami.

“Saya pas masuk dapur waktu itu, ke-lihatan sekelebatan orang keluar dari pintu

samping. Saya tidak terlalu mem-perhatikan karena banyak tamu yang ada di sekitar itu.

Waktu mau balik ke depan, tiba-tiba ada perasaan tidak enak. Lalu saya ke garasi. Ada

Page 8: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

8

Parmin di situ, yang kelihatan siap membawa sepedanya keluar. Saya tanya, “Mau ke

mana, Min?” Saya kaget karena Parmin tiba-tiba gugup melihat saya. “Mau pulang”,

katanya. Saya bilang “Nanti saja, mbantuin kita beres-beres”. Dia memang batal pulang,

tapi nampak sekali sangat kecewa. Tidak omong apa-apa selain menunduk dan menaruh

sepedanya lagi. Padahal biasanya dia malah senang kita minta tolong, karena saya selalu

memberi uang tambahan. Karena penasaran saya pura-pura ke dalam, tapi lewat jendela

saya mengintip ke garasi. Dan, ini! (suara mami lalu melirih seolah ada seribu telinga

Parmin di sekitar itu). Beberapa saat melihat ke arah tasnya yang tergantung di sepeda,

baru kemudian pergi. Balik lagi! Sepertinya dia mau membuka tas itu, tapi batal, ragu-

ragu, menengok kiri kanan. Lalu akhirnya seperti pasrah, dia tinggalkan sepeda itu,

pelaaan ... sambil matanya terus memandang ke tasnya.

Parmin mencuri? Itulah kemungkinan yang paling dikhawatirkan. Hari-hari

sebelumnya sebenarnya tidak ada petunjuk ke arah itu. Bahkan hari Sabtu, pada siangnya

pesta itu akan berlangsung, pagi-pagi ia datang masih dengan penampilan cerah seperti

biasa. Ikut menata meja dan kursi yang bukan kewajibannya. Tapi, seperti dikatakan

mami, bukankah godaan itu bisa datang tiba-tiba?

Benar sekali. Masalahnya: kapan dan mengapa? Sekitar jam sepuluh ia membantu

Parjilah berbelanja ke beberapa rumah makan, paasar dan supermarket. Sekembali di

rumah, menurut kesaksian Himan, “Parmin nampak sangat lelah”, saat turun dari mobil

membawa tas besar berisi beberapa kotak plastik es krim. Ada peristiwa khusus

diperjalanan? “Tidak ada apa-apa,” Parjilah bertutur.

Selanjutnya pekerjaan Parmin tidak berat: menyimpan es krim,

menghidangkannya bila ada tamu yang berminat. Segalanya berjalan beres. Mami juga

Page 9: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

9

merasa tidak pernah memarahi atau menegur Parmin karena memang tidak ada kesalahan

apa-apa. Malah keponakan-keponakan yang kadang nakal mencampur macam-macam es

krim dan membuangnya begitu saja kalau rasanya tak enak. Untuk ini paling-paling

Parmin sedikit lebih sibuk mencuci banyak gelas kotor. Lalu apa arti kegugupan itu ?

Adalah sangat mengagetkan ketika keesokan harinya ia tetap muncul, walau

masih dengan kegelisahan dan kegugupannya. Nampak lesu, bekerja tanpa gairah,

Parmin kemudian minta izin pulang awal dengan alasan kurang enak badan.

Celakanya, tak seorang pun yang sanggup dan tega bertanya langsung ke masalah

yang menjurus. Soal tas itu, teristimewa. Sebab jelas ada petunjuk yang sangat menarik:

Parmin tidak lagi membawa tas itu. Lebih celakanya, Papi cuma andalan terakhir yang di

nanti-nanti gebrakannya-sanggup memperdengarkan decak-decak mulutnya, seperti

hendak mengatakan: “Ada yang tidak beres”. Artinya, Papi juga mempertimbangkan

kecurigaan ini dan cenderung mengiyakan perlunya kehati-hatian terhadap Parmin. Tapi

buat apa? Sebab, keesokan harinya lagi, yaitu dua hari setelah kejadian di garasi, Parmin

tak masuk!

Bisa jadi ‘sang tikus’ berhasil berbelit dari perangkap. Tapi berarti pula ada

kesempatan menyelidik. Dapur diteliti, gudang belakang dibongkar. Diamati seksama

apakah terdapat kerusakan pada pintu-pintu, dan yang pen-ting adakah barang-barang di

dalam yang hilang, yang kira-kira paling berharga dan bisa menarik perhatian seseorang

yang “sudah lama melakukan pengamatan dengan menyamar sebagai tukang kebun”.

Pekerjaan ini ternyata gampang, bukan saja oleh kelewat banyaknya isi gudang

yang begitu saja tertebar di lantai ataupun berdesak-desakan dalam almari, tapi juga

karena malah banyak ditemukannya kembali barang-barang yang sudah lama di cari,

Page 10: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

10

yang barangkali lima-enam tahun lalu telah dianggap hilang. Juga barang-barang

ketinggalan zaman macam tape-recorder seperempat inci buatan tahun enam puluhan

yang bahkan si bungsu Tomas pun belum pernah melihatnya. Atau mesin tik tua yang

konon dibeli Papa “waktu masih hangat-hangatnya pacaran sama Mami”. Ada pula

seperangkat gunting dan pisau buatan pande besi Cilacap yang “mami terpaksa beli

karena zaman itu susah cari barang bagus bikinan luar”. Dan tak sedikit paket-paket besar

entah dari siapa yang belum pernah di buka sama sekali.

Walhasil, kerja seharian bongkar-muat sana-sini tak menghasilkan apa-apa selain

rangkaian nostalgia dan seonggok debu. Jadi? Bisa saja Parmin tak mengambil apa-apa,

pada saat itu. Tapi belum tentu untuk hari-hari mendatang, sebagai-mana ditandaskan

oleh Tante Tatik, kakak Papi tertua, ketika dihubungi mami lewat telpon. “Hati-hati.

Pencuri zaman sekarang mulai bekerja pakai akal. Mereka pandai-pandai, punya

planning. Rumah sebelah pernah kena rampok jutaan rupiah. Tahu siapa pelaku

utamanya? Bekas sopir! Dia tahu persis di mana tempat menyimpan barang-barang

berharga.”

Mami tersentak. Ya, siapa sebenarnya Parmin? Pembantu perempuan cepat-cepat

dipanggil, lalu diinterograsi.

“Parjilah! Dulunya Parmin itu tinggal sedusun sama kamu?’

“Tidak.”

“Lho, jadi dia bukan apa-apa kamu, to?. Tidak kenal sejak di dusun? Sejak kecil?

Tidak tahu juga rumahnya di mana? Atau rumah saudara-saudara dia?”

“Tidak. Saya kenal Mas Parmin waktu dia kerja di rumah sebelah.”

Page 11: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

11

Mami cemas, mesti bertanya ke rumah sebelah. Gagang telepon diangkat. Tapi

berapa nomornya? Di buku telepon pribadi tidak tercatat karena mereka memang bukan

kenal akrab, yang jarang ada keperluan khusus untuk bercakap-cakap.

“Oche, atau Tommy, atau siapa saja, ada yang tahu nomor telepon Pak

Hendrawan rumah sebelah?”

“Oom Hendrawan kan sudah pindah, Mi.”

“Lho kapan?”

“Waktu Mami ke Jepang kemarin.”

Ya, ampun!

“Rumah Parmin pasti tak jauh dari sini. Ke sini dia cuma bersepeda,” Papi

menganalisa. “Besok bisa kita tanyakan ke kelurahan. Kalau perlu ke kecamatan”

Mami setuju. Tapi...

“Di mana sih kantor kecamatan kita?”

***

Pada akhirnya ternyata Mami, atau siapa pun, tak perlu merepotkan diri ke kantor

kelurahan, kecamatan, atau kantor apa pun, karena pada hari ketiga, keempat dan

seterusnya sampai dengan kemarin ini, Parmin masuk seperti biasa.

Namun tak berarti persoalan lalu selesai. Sebab nanti siang akan ada pesta lagi.

(Arisan keluarga sebenarnya. Tapi apalah bedanya dengan pesta.) Kecurigaan atas diri

Parmin tak menjadikan mami ragu-ragu membolehkan Parmin datang membantu-bantu.

Malah sebaliknya, pesta nanti siang seolah dirancang sebagai perangkap, yang

diharapkan bisa merangsang Parmin agar “melakukan rekons-truksi tanpa paksaan”.

Page 12: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

12

Pukul sembilan dia datang dengan sepeda tuanya. Langsung ke kebun belakang,

mengambil slang air, menyiram taman anggrek. Selesai itu Mami menyuruh Parmin

mempersiapkan kursi-kursi tambahan untuk ruang tengah.

“Mau ada acara makan,” Mami menam-bahkan.

Tak biasanya Mami berkata begitu, sebab sudah dengan sendirinya Parmin akan

tahu. Ada yang diharapkan, memang, ialah munculnya kegelisahan Parmin, atau

sekurang-kurang-nya suatu reaksi. Dan ini mulai nampak, ketika mami menyuruh dia ke

pasar bersama Parjilah, termasuk supermarket membeli es krim, seperti dulu.

Adalah Himan yang bertugas mengamati Parmin secara khusus. Anak nomor dua

ini (yang menjadi penganggur karena setelah lulus SMA tahun kemarin tidak diterima di

perguruan tinggi negeri mana pun dan Papi memutuskan “sekalian sekolah di luar negeri

saja”). Memang banyak waktu luang, terutama untuk hal-hal yang menurutnya berbau

spionase. Dia pula yang kemudian melihat, betapa tangan Parmin gemetaran memegang

gelas-gelas, serta berkali-kali es krim yang dituang ke dalamnya tumpah ke lantai.

Arisan memang berjalan lancar, namun tak urung Mami terbawa-bawa jadi

gelisah. Dan, entah mesti disyukuri ataukah disesalkan, rekonstruksi ternyata berjalan

persis yang dinanti. Parmin, suatu ketika, melintas cepat dari dapur ke garasi. Himan

siaga. Sempat ia melihat Parmin memasukan sesuatu ke dalam tasnya. Hanya sekilas,

Karena secepat itu pula Parmin melarikan sepedanya keluar.

“Kejar!” Mami berteriak.

Jam menunjukkan pukul lima sore ketika Himan meloncat ke atas sepeda

balapnya sendiri, melesat ke jalanan mengejar Parmin.

Page 13: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

13

Maka nampaklah dua sepeda mencoba berpacu, berkelit di antara ratusan mobil

yang berhenti ataupun melata pelan, di tengah jalanan Jakarta yang macet, tanpa ada yang

tahu persis siapa mengejar siapa. Yang jelas Parmin tak tahu bahwa ia tengah dikejar,

sementara Himan sendiri lama-lama menjadi kurang yakin bahwa Parmin pantas untuk

dikejar-kejar. Sebab tak pernah satu kali pun Parmin menoleh ke belakang, lebih-lebih

mencoba menyembunyikan diri.

Jangan-jangan, justru Parminlah yang tengah mengejar sesuatu, Tapi apa?

Suara adzan magrib kedengaran dari segala penjuru. Hampir sejam keduanya

berpacu. Parmin makin gesit ketika menikung masuk kampung, sementara Himan

mengikuti dengan perasaan makin bertanya-tanya. Jalanan di situ tak lagi dikenalinya.

Jalan beraspal tipis yang lebih banyak berlapis lumpur merah. Lalu lintas sepi.

Himan terpaksa menjaga jarak. Lebih-lebih ketika Parmin turun dari sepedanya,

dan masuk ke sebuah gang yang tak jelas ujudnya karena kadang menyatu dengan

halaman rumah orang. Ah, halaman! Betapa itu sebenarnya tak lebih dari teras sempit

tanpa pagar yang biasa di pakai tempat menjemur pakaian. Dan, gang yang lebih kecil

adalah batas antara rumah-rumah itu sendiri, yang dua buah sepeda motor pun rasa-

rasanya sulit berpapasan di situ. Bercabang-cabang. Berliku-liku. Serimbun rumah-rumah

petak yang berderet malang melintang. Hingga beberapa kali Himan kehilangan jejak,

dan setiap kali pula ia harus menerima pandangan orang-orang sekitar yang bagi Himan

berbau kecurigaan.

Sampai kemudian Parmin nampak menyusuri dinding sebuah rumah petak,

separuh bangunan batu dan sebelah atas dinding kayu. Di ujung sana Parmin

memasukkan sepedanya. Himan cepat menyusul. Tapi yang dihadapinya kemudian

Page 14: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

14

memaksanya untuk berhenti melangkah, urung menyergap. “Bapak pulang! Bapak

datang!”

Tiga anak kecil keluar dari dalam merubung Parmin. Seorang meninju-ninju

kaki bapaknya, seorang ber-breakdance tak keruan, dan yang satu lagi menarik-narik tas.

“Hati-hati ada isinya!”

Serentak ketiganya bersorak. “Mak! Mak! Tas bapak ada isinya!”

Istri Parmin keluar, membawa segelas teh yang nampaknya sudah disiapkan sejak

tadi. Sementara itu tas dibuka. Ada bungkusan plastik. Bungkusan dibuka. Ada kantong

plastik. Kantong plastik dibuka. Si bungsu merebut. Plastik pecah. Isinya sebagian

tumpah! “Maak! Es kriiim!” “Cepat ambil gelas!”

Gelas, itulah yang tepat. Sebab es krim itu tinggal berupa cairan putih yang tak

jauh beda denga air susu, menetes deras ke lantai. Oleh sang ibu lalu di tadah ke dalam

gelas yang dipegang erat oleh masing-masing anak. Serentak semua diam. Semua tegang

menanti bagian. Cuma kedengaran si bungsu yang berulang menyedot ingus. Lalu

selesailah pembagian itu, masing-masing sepertiga gelas lebih sedikit. Tangan-tangan

mungil itu mulai memasukkan sendok kecil ke dalam gelas.

“He, he, kalau sudah begini lupa berdoa, ya?”

“Berdoa kan buat kalau mau makan nasi, Mak.”

“Ya sudah, sekarang mengucap terima kasih saja,” Parmin menyambung. “Yang

memberi es krim ini Tante Oche, Tante Ucis sama Oom Himan. Ayo, gimana?”

Dengan takzim ketiganya mengucapkan pelan, satu anak menyebut satu nama.

“Terima kasih Tante Oche.”

“Terima kasih Tante Ucis.”

Page 15: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

15

“Terima kasih Oom Himan.”

Himan melangkah surut. Diambilnya sepedanya, lalu pelan ia menyusuri gang

yang remang oleh sisa-sisa cahaya lampu dari dalam rumah-rumah petak yang jendelanya

masih terbuka. Setiap kali ia berpapasan dengan tukang bakso pulang kerja, juga penjual

minyak tanah, penjual siomay, kondektur bus kota, sopir bajaj...

Bila nanti Himan sulit menceritakan segala yang baru dilihatnya, tentu bukan

karena sekonyong-konyong ia kehilangan kata-kata, namun perbendaharaan kata itu

memang belum pernah dimilikinya, ialah untuk sekadar bercerita tentang orang-orang

yang bahkan begitu dekat dengan kehidupannya. Kehidupan kita juga, barangkali.

Sumber: Kumpulan cerpen Parmin, 2002

Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman mengenal cerpen, yaitu sebagai

berikut.

Menurut bentuk fisiknya, cerita pendek (atau disingkat menjadi cerpen) adalah cerita

yang pendek.

Ciri dasar lain cerpen adalah sifat rekaan (fiction). Cerpen bukan penuturan kejadian

yang pernah terjadi (nonfiksi), berdasarkan kenyataan kejadian yang sebenarnya.

Cerpne benar-benarhasil rekaan pengarang. Akan tetapi, sumber cerita yang ditulis

berdasarkan kenyataan kehidupan.

Ciri cerpen yang lain adalah sifat naratif atau penceritaan.

Dengan demikian, dapat pula dikatakan bahwa cerpen adalah cerita atau narasi

(bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat

terjadi di mana dan kapan saja), serta relatif pendek. Penceritaan atau narasi tersebut

harus dilakukan secara hemat dan ekonomis. Itulah yang menyebabkan dalam sebuah

Page 16: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

16

cerpen hiasanya ada dua atau tiga tokoh saja, hanya ada satu peristiwa, dan hanya ada

satu efek saja bagi pembacanya. Akan tetapi, cerpen yang disajikan dalam cerpen

merupakan suatu kesatuan bentuk yang betul-betul utuh dan lengkap.

Cerpen sebagai karya fiksi dibangun oleh unsur-unsur pembangun yang sama.

Cerpen dibangun dari dua unsur intrinsik dan ekstrinsik. Cerpen memiliki unsur

peristiwa, plot, tema, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Karena bentuknya yang

pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai pada detil-detil

khusus yang "kurang: penting" yang lebih bersifat memperpanjang cerita. Cerpen sebagai

karya sastra prosa memiliki unsur-unsur dalam (intrinsik) yang membangunnya. Hal yang

pelu diperhatikan adalah unsur-unsur tersebut membentuk kesatuan yang utuh. Dalam hal

ini, satu unsur akan mempengaruhi unsur lainnya.

Page 17: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

17

BAB 3

Saya Ingin Menulis Cerpen! Tapi Bagaimana, Ya?

Setelah membaca sebuah cerpen, barangkali kamu pernah berpikir:

“Saya ingin menulis cerpen.”

“Saya ingin menerbitkan cerpen atau mengirimkannya ke media massa.”

“Alangkah bangganya, jika cerpen saya dimuat di koran atau majalah?”

“Bagaimana sih caranya agar saya dapat menulis cerpen sebagus cerpen yang

saya baca tadi?”

Keinginan! Itulah kata yang akan membawamu mampu menggerakkan pena atu

memijit tuts keyboard komputer untuk mulai menulis. Namun, jika kamu merasakan

bahwa: “Saya harus mulai menulis cerpen dari mana?”

Kadang, bagi sebagian orang kegiatan menulis cerpen selalu dihadapkan pada

beragam alasan. Apakah kamu pernah punya alasan berikut?

- Saya selalu kekurangan ide.

- Dari mana saya harus memulai menulis cerpen?

- Ketika menulis cerpen, saya selalu sulit mengembangkan tulisan.

- Malah, ketika menulis cerpen, ceritanya terlalu panjang sehingga saya sulit

menghentikan tulisan.

- Kalau menulis cerpen, saya takut salah!

- Saya tidak punya waktu untuk menulis cerpen.

Namun, jika mempunyai keinginan kuat, kamu dapat melabrak semua halangan

itu. Teori menulis cerita pendek itu dianggap penting bagi sebagian cerpenis pemula.

Teori menulis cerpen itu adalah seperti jalan raya. Artinya, jalan yang telah dilalui

banyak orang sebelumnya. Hal ini disebabkan teori menulis memang berasal dari tulisan-

tulisan itu sendiri. Teori cerita pendek berasal dari mempelajari cerita-cerita pendek

sebelumnya. Teori ada setelah cerita pendek itu sendiri ada. Jadi cerita pendek yang

mula-mula lahir bukan karena teori, tetapi karena bakat-bakat besar penulisnya!

Page 18: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

18

Teori menulis cerpen sekadar pegangan dalam menulis. Dalam menulis sendiri

tak perlu ingat teori. Menulislah seperti belajar naik sepeda. Dalam naik sepeda, kita

tidak mengingat petunjuk atau teorinya dalam buku. Hal yang penting adalah kita

sanggup menjalankannya. Teori cerita pendek juga baru kita gunakan untuk mengontrol

tulisan kita setelah selesai. Ingat! Tanpa pengetahuan dasar orang hanya akan mengulangi

kesalahan-kesalahan yang sama. Hal ini diibaratkan bagaimana orang bisa menciptakan

sebuah rumah yang lain daripada yang lain kalau dia tidak mengetahui lebih dahulu

dasar-dasar bentuk sebuah rumah umumnya? Bagaimana seorang pemula dapat

mengontrol cerita pendeknya telah berwujud cerpen atau esei kalau dia tidak mengetahui

dasar-dasar bangunan sebuah cerpen?

Adapun menulis dan berteori cerpen berjalan seiring. Orang biasanya tergerak

untuk menulis disebabkan dia terkesan oleh cerita pendek yang pernah dibacanya. Dia

ingin menulis seperti dia. Tetapi dia tidak bisa terus-menerus meniru, tidak orisinil. Dia

harus punya cara sendiri. Untuk itulah diperlukan teori. Hal ini yaitu dasar-dasar umum

yang akan membimbingnya ke arah yang khusus.

Page 19: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

19

BAB 4

Apa Saja Unsur-Unsur Cerpen Itu?

1. Tema

Tema apakah yang kamu dapatkan dari cerpen “Parmin” karya Jujur Prananto

dalam Bagian 2 sebelumnya? Tema yang ada dalam cerpen tersebut begitu sederhana,

hanya sebuah kisah tokoh Parmin yang tiba-tiba menjadi pencuri hanya demi

menyenangkan anak-anaknya. Begitu sederhananya, bukan?

Cerpen hanya berisi satu tema karena ceritanya yang pendek. Hal itu berkaitan

dengan keadaan jalan cerita yang juga tunggal dan tokoh (pelaku) yang terbatas. Tema

dapat kita dapat setelah kita membaca secara menyeluruh (close reading) isi cerpen.

Dengan demikian, tema ada tersamar dalam cerita.

Tema yang diangkat dalam cerpen biasanya sesuai dengan amanat/pesan yang

hendak disampaikan oleh pengarangnya. Tema menyangkut ide cerita. Tema menyangkut

keseluruhan isi cerita yang tersirat dalam cerpen. Tema dalam cerpen dapat mengangkat

masalah persahabatan, cinta kasih, permusuhan, dan lain-lain.

Hal yang pokok adalah tema berhubungan dengan sikap dan pengamatan

pengarang terhadap kehidupan. Pengarang menyatakan idenya dalam unsur keseluruhan

cerita. Mencari arti sebuah cerpen, pada dasarnya adalah mencari tema yang terkandung

dalam cerpen tersebut. Cerpen yang baik mempunyai efek penafsiran bagi pembaca

setelah membaca cerpen tersebut.

Dalam membaca sebuah cerpen, memang kita hanyut dalam pelukisan karakter-

karakternya, konflik yang penuh suspense, dan sebagainya. Tapi kalau cerpen itu selesai

Page 20: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

20

kita baca, maka barulah terasa bahwa semua itu mengandung satu arti yang berupa visi

pengarang terhadap dunia. Sebuah cerpen kadang-kadang banyak menimbulkan

penafsiran. Hal itu terletak pada temanya, suatu yang dikandung oleh sebuah cerpen

Memang, dalam sebuah cerpen kadang-kadang tidak hanya ada satu penafsiran tema.

Sebuah cerpen yang besar mengandung banyak persoalan yang bersegi-segi. Mungkin

mengandung masalah moral, masalah sosial, masalah individu, masalah spiritual, dan

sekaligus juga masalah politik.

Seperti halnya dalam cerpen “Parmin” yang mengangkat tema antara kaum kaya

dan kaum miskin. Bagaimana pengarang dapat mengolah kejadian antara sang pembantu

yang bekerja di rumah orang kaya. Kisah berupa pencurian es krim kalau ditilik begitu

sederhana. Namun, dibalik itu semua tersimpan amanat kemanusiaan yang universal.

Pengarang cerpen kadang-kadang juga menyatakan tema ceritanya secara

tersembunyi dalam suatu potongan perkata-an tokoh utamanya, atau dalam satu adegan

cerita. Seorang pengarang bisa saja mengemukakan tema yang sama dalam berpuluh-

puluh cerpennya, asal cukup bervariasi dalam mengungkapkannya.

2. Jalan Cerita dan Plot

Plot tersembunyi di balik jalannya cerita. Namun, jalan cerita bukanlah plot. Jalan

cerita merupakan manifestasi, bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari plot cerita. Kita

sudah dibiasakan dengan arti plot yang disamakan denga jalan cerita. Padahal, plot adalah

bagian tersembunyi dari dalam cerita.

Plot merupakan bagian rangkaian perjalanan cerita yang tidak tampak. Jalan

cerita dikuatkan dengan hadirnya plot. Seperti halnya pada cerpen “Parmin” karya Jujur

Page 21: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

21

Prananto. Rangkaian jalan cerita hanya menceritakan kisah seorang Parmin yang berani

mengambil es krim sisa hanya demi menyenangkan anak-anaknya. Kisah mengalir dari

sebuah kecurigaan. Akan tetapi, di sana kita menemukan ada kaitan jalan cerita dengan

kebiasaan para tokoh. Seperti halnya orang-orang kaya yang ada dalam cerpen tersebut

yang tidak mengenal tetanganya sama sekali.

Ingat, dengan mengikuti jalan cerita, kita dapat menemukan plotnya. Dengan

demikian, pembaca akan terasah untuk mengetahui sebab-akibat timbulnya jalan cerita

dengan kehadiran plot. Plot dengan jalan cerita tidak dapat dipisahkan.

Sehubungan dengan naik turunya jalan cerita karena adanya sebab-akibat, dapat

dikatakan pula plot dan jalan cerita dapat lahir karena adanya konflik. Konflik tidak harus

selalu pertentangan antara orang per orang. Konflik dapat hadir dalam diri sang tokoh

dengan dirinya maupun dengan lingkungan di sekitarnya. Hal yang menggerakkan

kejadian cerita adalah plot. Suatu kejadian baru dapat disebut cerita kalau di dalamnya

ada perkembangan kejadian. Itulah mengapa suatu kejadian berkembang kalau ada yang

menyebabkan terjadinya perkembangan konflik.

Adapun kahadiran konlik harus ada sebabnya. Secara sederhana, konflik lahir dari

mulai pengenalan hingga penyelesaian konflik. Untuk lebih jelasnya, tingkatan konflik

adalah sebagai berikut.

Pengenalan konflik > Timbul permasalahan (konflik) > Permasalahan memuncak >

Permasalahan mereda > Penyelesaian masalah

a. Pengenalan konflik

Page 22: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

22

Dalam bagian ini, pembaca dibawa untuk mengetahui bagaimana benih-benih

konflik bisa muncul. Dalam hal ini, masih ada taraf pengenalan bagaimana hadirnya tiap

tokoh (terutama tokoh utama). Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan

berikut.

...

Parmin justru banyak memberi, cuma jarang begitu disadari. Parmin menjadi

tokoh yang senantiasa hadir dalam kehidupan keluarga. Predikat tukang kebun tinggal

sebutan, sebab kerjanya tak terbatas di seputar bunga-bunga di taman. Saluran wastafel

tersumbat, pompa air ngadat, bola lampu mati, tahi herder kotor mengotori lantai, beras

setengah kwintal mesti dipindahkan dari pintu depan ke gudang belakang, semuanya

menjadi bahan-bahan kerja yang Parmin selalu siaga menggarapnya. Lalu segalanya

nampak layak, seolah sudah semestinya, justru ketika tak terbayang bahwa Oche, Himan,

Ucis, Tomas, lebih-lebih mami atau papi akan bisa menangani ‘hal-hal yang sepele’ itu.

Papi jelas tak mungkin mengangkut tahi anjing ke tong sampah, sementara anak-anak

pun bersikap saling menunggu, sepertinya yakin suatu saat ada yang mau dan lebih

pantas melakukannnya. Di sini Parmin akan tampil sebagai sukarelawan.

....

b. Konflik muncul

Munculnya konflik ini disebabkan hadirnya pertentangan, baik paham,

pandangan, maupun emosi, yang membuat hubungan antartokoh menegang. Bisa juga

adanya pertentangan batin dalam diri sang tokoh. Munculnya benih konflik ini, biasanya

akan dibedakan hadirnya tokoh yang baik dan jahat. Konflik yang muncul menimbulkan

gesekan sehingga jalan cerita akan dibawa semakin memuncak. Timbulnya konflik yaitu

terbentuknya plot yang juga berhubungan erat dengan unsur watak, tema, bahkan juga

setting. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan berikut.

...

Page 23: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

23

Parmin mencuri? Itulah kemungkinan yang paling dikhawatirkan. Hari-hari

sebelumnya sebenarnya tidak ada petunjuk ke arah itu. Bahkan hari Sabtu, pada siangnya

pesta itu akan berlangsung, pagi-pagi ia datang masih dengan penampilan cerah seperti

biasa. Ikut menata meja dan kursi yang bukan kewajibannya. Tapi, seperti dikatakan

mami, bukankah godaan itu bisa datang tiba-tiba?

....

c. Konflik memuncak

Konflik yang memuncak disebut juga klimaks. Dalam hal ini, pertentangan

antartokoh akan membuat masalah berada dalam titik kulminasi (puncak). Konflik yang

memuncak ini semakin membedakan bagaimana tiap tokoh bertindak, baik dengan cara

maupun pikirannya masing-masing.

Dalam cerpen, konflik digambarkan sebagai pertarungan antara tokoh protagonis

dan antagonis. Protagonis adalah pelaku utama cerita, adapun antagonis adalah faktor

pelawannya. Antagonis tak perlu berupa manusia atau makhluk hidup lain, tetapi bisa

situasi tertentu (alam, Tuhan, kaidah moral, aturan sosial, dirinya sendiri dan sebagainya).

Dengan demikian, kunci utama untuk mencari plot suatu cerita adalah menanyakan apa

konfliknya. Dan konflik ini baru bisa ditemukan setelah pembaca mengikuti jalan

ceritanya. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan berikut.

...

Adalah Himan yang bertugas mengamati Parmin secara khusus. Anak nomor dua

ini (yang menjadi penganggur karena setelah lulus SMA tahun kemarin tidak diterima di

perguruan tinggi negeri mana pun dan Papi memutuskan “sekalian sekolah di luar negeri

saja”). Memang banyak waktu luang, terutama untuk hal-hal yang menurutnya berbau

spionase. Dia pula yang kemudian melihat, betapa tangan Parmin gemetaran memegang

gelas-gelas, serta berkali-kali es krim yang dituang ke dalamnya tumpah ke lantai.

Page 24: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

24

Arisan memang berjalan lancar, namun tak urung Mami terbawa-bawa jadi

gelisah. Dan, entah mesti disyukuri ataukah disesalkan, rekonstruksi ternyata berjalan

persis yang dinanti. Parmin, suatu ketika, melintas cepat dari dapur ke garasi. Himan

siaga. Sempat ia melihat Parmin memasukan sesuatu ke dalam tasnya. Hanya sekilas,

Karena secepat itu pula Parmin melarikan sepedanya keluar.

“Kejar!” Mami berteriak.

....

d. Konflik mereda

Konflik mereda muncul setelah tegangan tokoh dalam cerita menemukan jalannya

masing-masing. Konflik yang mereda hadir karena posisi masing-masing tokoh sudah

ada jawabannya masing-masing. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan

berikut.

...

Himan melangkah surut. Diambilnya sepedanya, lalu pelan ia menyusuri gang

yang remang oleh sisa-sisa cahaya lampu dari dalam rumah-rumah petak yang jendelanya

masih terbuka. Setiap kali ia berpapasan dengan tukang bakso pulang kerja, juga penjual

minyak tanah, penjual siomay, kondektur bus kota, sopir bajaj.

....

e. Penyelesaian

Penyelesaian muncul sebagai titik akhir dari permasalahan yang telah memuncak.

Dalam tahap ini, para tokoh telah menemukan nasibnya masing-masing. Dalam

pembacaan cerita, penyelesaian ini akan membawa pembaca pada kesimpulannya

masing-masing, yaitu menyangkut watak tokoh bahkan pembelajaran apa yang bisa

diambil. Hal ini disebabkan konflik adalah inti cerita yang muncul dan biasa ditunggu

Page 25: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

25

dan dinikmati pembaca. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan

berikut.

...

Bila nanti Himan sulit menceritakan segala yang baru dilihatnya, tentu bukan

karena sekonyong-konyong ia kehilangan kata-kata, namun perbendaharaan kata itu

memang belum pernah dimilikinya, ialah untuk sekadar bercerita tentang orang ....

Hal yang menarik dari sebuah cerpen ialah hadirnya plot. Ketegangan pembaca

dalam mengikuti sebuah cerita memang menyenangkan dan membawa hiburan tersendiri.

Kebanyakan cerita hiburan bertumpu pada plotnya, kurang menggarap tema.Cerpen

modern tak begitu banyak menekan pada plot, meskipun unsur itu tak mungkin mereka

lenyapkan. Pengarang cerpen modern tak begitu asyik lagi dengan membuat jalan cerita

berdasarkan plot yang mengasyikkan.

Terkadang penulis cerita modern lebih mengedepankan aspek kejiwaan

(psikilogis tokoh). Adapun pengedepanan unsur plot ini biasanya dilakukan oleh penulis-

penulis hiburan. Inti dari munculnya permasalahan adalah berbenturannya watak-watak

tokoh. Para tokoh masing-masing mempunyai sikap dan sifat sendiri. Ketegangan dalam

cerpen akan menjadi daya tarik sendiri dalam sebuah cerpen. Kadang, banyak cerpenis

yang menggunakan teknik surprise (kejutan) dalam ujung cerita.

Adapun urutan peristiwa dalam cerpen dapat dimulai dari mana saja. Sebagai

contoh, sebuah cerpen dapat dimulai dari masalah yang memuncak. Dengan demikian,

tidak harus bermula dari tahap perkenalan tokoh ataupun latar. Hal ini menyangkut

kepiawaian pengarang dalam mengolah jalan cerita. Dengan begitu, jalan cerita tidak

Page 26: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

26

bersifat konvensional. Berhubung berplot tunggal, konflik yang dibangun dan klimaks

yang akan diperoleh pun, biasanya, bersifat tunggal pula.

3. Tokoh dan Perwatakan

Tokoh (pelaku) cerita dalam cerpen terbatas. Berbeda dengan novel yang

digambarkan secara mendetail, tokoh dalam cerpen perlu lebih dicitrakan lebih jauh oleh

si pembaca. Dengan demikian, cerpen yang baik hendaklah mampu membangitkan

imajinasi pembaca lebih jauh. Tokoh-tokoh cerita novel biasanya ditampilkan secara

lebih lengkap, misalnya yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik, keadaan sosial, tingkah

laku, sifat dan kebiasaan, termasuk bagaimana hubungan antartokoh itu, baik hal itu

dilukiskan secara langsung maupun tidak langsung. Kesemuanya itu, tentu saja, akan

dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan konkret tentang keadaan para tokoh

cerita tersebut. Dalam cerpen, pembaca mengira-ngira gambaran tentang jatidiri tokoh

sesuai dengan imajinasi pembaca sendiri.

Mutu sebuah cerpen banyak ditentukan oleh kepandaian penulis menghidupkan

watak tokoh-tokohnya. Kehadiran tokoh semestinya mempunyai kepribadian sendiri. Hal

ini bergantung masa lalunya, pendidikannya, asal daerahnya, maupun pengalaman

hidupnya. Cerpen yang baik hendaklah mampu menampilkan jatidiri tokoh walaupun

tidak harus digambarkan secara implisit (langsung).

Cara tokoh dalam menghadapi masalah maupun kejadian tentulah berbeda-beda.

Hal ini disebabkan latar belakang (pengalaman hidup) mereka. Dengan menggam-barkan

secara khusus bagaimana sang tokoh sedih, kita lebih banyak diberi tahu latar belakang

kepribadiannya. Penulis yang berhasil menghidupkan watak tokoh-tokoh ceritanya,

Page 27: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

27

berhasil pula dalammenghdiupkan tokoh. Kita pun bisa belajar banyak melalui cara

merasa dan berpikir tokoh-tokoh yang hadir dalam cepen. Hal ini berhubungan dengan

manifestasi sastra untuk kemanusiaan.

Namun demikian, pribadi dalam cerita tidak harus sama dengan pribadi orang-

orang yang kita jumpai dalam kehidupan sebenarnya. Dalam menulis cerpen, kepribadian

tokoh tidak harus dimunculkan semua aspek kepribadiannya. Cukuplah salah satu unsur

sifat yang ditonjolkan dalan diri si tokoh. Hal ini sebagai akibat konsekuensi penulisan

cerpen yang harus pada dan pekat dalam menggambarkan tokoh. Dengan begitu, apa

yang diucapkan tokoh, apa yang diperbuatnya, apa yang dipikirkannya, sampai apa yang

dirasakannya mestilah benar-benar menunjang penggambaran kekhasan wataknya.

Cerpen hanya dituntut untuk mengutarakan beberapa aspek watak yang diperlukan oleh

situasi cerita

Adapun penggambaran tokoh dapat dietmpuh dengan beberapa jalan yang muncul

dalam diri tokoh, yaitu sebagai berikut.

a. Apa yang diperbuat oleh para tokoh

Tindakan-tindakan para tokoh, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam

situasi kritis. Watak seseorang memang kerap kali tercermin dengan jelas pada sikapnya

dalam situasi gawat (penting), karena ia tak bisa berpura-pura, ia akan bertindak secara

spontan menurut karakternya: Situasi kritis di sini tak perlu mengandung bahaya, tapi

situasi yang mengharuskan dia mengambil keputusan dengan segera. Dalam cerpen

“Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan berikut.

...

Page 28: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

28

Mami tersentak. Ya, siapa sebenarnya Parmin? Pembantu perempuan cepat-cepat

dipanggil, lalu diinterograsi.

“Parjilah! Dulunya Parmin itu tinggal sedusun sama kamu?’

“Tidak.”

“Lho, jadi dia bukan apa-apa kamu, to?. Tidak kenal sejak di dusun? Sejak kecil?

Tidak tahu juga rumahnya di mana? Atau rumah saudara-saudara dia?”

“Tidak. Saya kenal Mas Parmin waktu dia kerja di rumah sebelah.”

....

b. Melalui ucapan-ucapan tokoh

Dari apa yang diucapkan oleh seorang tokoh cerita, kita dapat mengenali apakah

ia orang tua, orang dengan pendidikan rendah atau tinggi, sukunya, wanita atau pria,

orang berbudi halus atau kasar, dan sebagainya. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu

tercermin dalam petikan berikut.

...

“Oche, atau Tommy, atau siapa saja, ada yang tahu nomor telepon Pak

Hendrawan rumah sebelah?”

“Oom Hendrawan kan sudah pindah, Mi.”

“Lho kapan?”

“Waktu Mami ke Jepang kemarin.”

Ya, ampun!

“Rumah Parmin pasti tak jauh dari sini. Ke sini dia cuma bersepeda,” Papi

menganalisa. “Besok bisa kita tanyakan ke kelurahan. Kalau perlu ke kecamatan”

Mami setuju. Tapi...

“Di mana sih kantor kecamatan kita?”

....

c. Melalui penggambaran fisik tokoh

Page 29: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

29

Penulis sering membuat deskripsi mengenai bentuk tubuh dan wajah tokoh-

tokohnya. Yaitu tentang cara berpakaian, bentuk tubuhnya, dan sebagainya. Tapi dalam

cerpen modern cara ini sudah jarang dipakai. Dalam fiksi lama penggambaran fisik kerap

kali dipakai untuk memperkuat watak. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam

petikan berikut.

...

Yang kerjanya cekatan, dengan wajah senantiasa memancarkan kesabaran. Tak

pernah kedapatan sedikit saja membayang kemarahan pada wajah itu. Namun, tertawa

berkepanjangan pun jarang lepas dari mulutnya. Senyum, itu saja. Senyum yang bisa

muncul pada banyak kesempatan.

....

d. Melalui pikiran-pikirannya

Melukiskan apa yang dipikirkan oleh seorang tokoh adalah salah satu cara penting

untuk membentangkan perwatakannya. Dengan cara ini pembaca dapat mengetahui

alasan-alasan tindakannya. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan

berikut.

....

Lebih celakanya, Papi cuma andalan terakhir yang di nanti-nanti gebrakannya-

sanggup memperdengarkan decak-decak mulutnya, seperti hendak mengatakan: “Ada

yang tidak beres”. Artinya, Papi juga mempertimbangkan kecurigaan ini dan cenderung

mengiyakan perlunya kehati-hatian terhadap Parmin.

Page 30: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

30

....

...

Bila nanti Himan sulit menceritakan segala yang baru dilihatnya, tentu bukan

karena sekonyong-konyong ia kehilangan kata-kata, namun perbendaharaan kata itu

memang belum pernah dimilikinya

....

e. Melalui penerangan langsung

Dalam hal ini, penulis mernbentangkan panjang lebar watak tokoh secara

langsung. Hal ini berbeda sekali dengan cara tidak langsung, yang pengungkapan watak

lewat perbuatannya, apa yang diucapkannya, menurut jalan pikirannya, dan sebagainya.

Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan berikut.

...

Tukang kebun yang rajin dan tak banyak cakap itu. Yang kerjanya cekatan,

dengan wajah senantiasa memancarkan kesabaran. Tak pernah kedapatan sedikit saja

membayang kemarahan pada wajah itu. Namun, tertawa berkepanjangan pun jarang lepas

dari mulutnya.

....

4. Latar (Setting)

Latar (setting) dalam cerpen merupakan salah satu bagian cerpen yang dianggap

penting sebagai penggerak cerita. Setting mempengaruhi unsur lain, semisal tema atu

pennokohan. Setting tidak hanya menyangkut lokasi di mana para pelaku cerita terlibat

dalam sebuah kejadian. Dalam cerpen yang baik, setting harus benar-benar sebuah syarat

Page 31: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

31

untuk menggarap tema dan karakter cerita. Dari setting wilayah tertentu harus

menghasilkan perwatakan tokoh tertentu, tema tertentu. Kalau sebuah cerpen settingnya

dapat diganti dengan tempat mana saja tanpa mengubah atau mempengaruhi watak

tokoh-tokoh dan tema cerpennya, maka setting demikian kurang integral. Dalam cerpen

“Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan berikut.

...

Predikat tukang kebun tinggal sebutan, sebab kerjanya tak terbatas di seputar

bunga-bunga di taman. Saluran wastafel tersumbat, pompa air ngadat, bola lampu mati,

tahi herder kotor mengotori lantai, beras setengah kwintal mesti dipindahkan dari pintu

depan ke gudang belakang, semuanya menjadi bahan-bahan kerja yang Parmin selalu

siaga menggarapnya.

...

Dalam cerpen yang yang baik, setting menyatu dengan tema, watak, gaya,

maupun kaitan kebijakan cerita yang dapat diambil hikmahnya pelah pembaca cerpen.

Latar bisa berarti banyak yaitu tempat tertentu, daerah tertentu, orang-orang tertentu

dengan watak-watak tertentu akibat situasi lingkungan atau zamannya, cara hidup

tertentu, cara berpikir tertentu.

Cerpenis-cerpenis Indonesia banyak yang mempunyai ciri tertentu karena

pemilihan settingnya saja. Contohnya, Pramoedya Ananta Toer yang kental dgaya setting

cerpennya yang penuh unsur sejarah dan kondisi sosial mayarakat. Selain itu, cerpenis

Ahmad Tohari dengan lihai mampu menggambarkan setting pedesaan yang penuh

dengan segala keindahan dan perilaku sosial masyarakat dusun/kelas bawah. Ada pula

cerpenis S.M. Ardan yang terkenal sebagai penulis dengan setting Betawi. Cerpen-

Page 32: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

32

cerpennya mampu menggambarkan kehidupan khas rakyat kecil Betawi, gaya bahasa

rakyat kecil yang jujur tanpa menghiraukan sopan santun umum-nya. Dalam mengikuti

cerpennya kita diajak masuk ke suatu daerah tertentu dengan kehidupan tertentu,

kebiasaan tertentu, yang tak mungkin diganti dengan daerah lain. Begitulah, cerpen

Ardan hanya mungkin terjadi di pelosok-pelosok Betawi. Kalau unsur setting itu diganti

maka praktis tak ada lagi cerita. Jadi settingnya berhasil menyatu dalam tema, gaya, dan

plot.

Adapun penggolongan setting dapat dikelompokkan dalam setting tempat, setting

waktu, maupun setting sosial.

a. Setting tempat

Kehadiran setting tempat dalam cerpen bukan tanpa tujuan yang pasti. Setting

tempat mempengaruhi bagaimana kondisi sang tokoh diciptakan. Secara sederhana,

setting tempat akan mempengaruhi gaya maupun emosi tokoh dalam berbicara.

Contohnya, setting dengan situasi pantai akan berbeda dengan situasi di gunung. Begitu

pula setting dengan tempat yang khas akan berbeda dengan kondisi tempat lainnya. Salah

satu contohnya, tokoh yang hadir dengan nama Ujang akan halnya dengan setting dengan

menggunakan tokoh Ida Bagus. Para pembaca cerpen sudah mempunyai pengetahuan

awal mengenai kedua nama tersebut. Ujang berasal dari tanah Sunda adapun Ida Bagus

berasal (minimal keturunan) Bali.

Tentunya pembaca akan mempunyai pengalaman sendiri yang tidak perlu

dijelaskan secara mendetail dari mana masing-masing tokoh tersebut berasal. Hal ini pun

Page 33: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

33

akan mempengaruhi sikap pembaca mengenai budaya atau kebiasaan yang dipunyai oleh

kedua tokoh tersebut.

b. Setting waktu

Setting waktu menyangkut kapan cerita dalam cerpen terjadi. Setting waktu

mempengaruhi bagaimana cara tokoh bertindak. Hal ini salah satunya dapat ditunjukkan

dengan contoh perbedaan cerita dengan setting yang terjadi zama tahun 1930-an dahulu

dengan setting tahun 2000-an. Hal ini dapat diamati dengan cara berbicara tokoh maupun

kondisi lingkungan saat itu.

c. Setting sosial

Setting sosial yang terjadi pada waktu kejadian di dalam cerpen terwakili oleh

tokoh. Salah satunya, dapatkah kamu mempunyai gambaran antara setting sosial zaman

Reformasi dengan setting sosial zaman Perang Diponegoro dahulu? Kira-kira begitulah

gambaran pengaruh setting sosial terhadap perkembangan watak tokoh. Nilai kehidupan

yang dapat kita ambil pun tentunya akan lain lagi jika menggunakan setting masyarakat

kelas atas.

5. Sudut Pandang (Point of View)

Point of view berhubungan dengan siapakah yang menceritakan kisah dalam

cerpen? Cara yang dipilih oleh pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita.

Hal ini disebabkan, watak dan pribadi si pencerita (pengarang) akan banyak menentukan

cerita yang dituturkan pada pembaca. Tiap orang punya pandangan hidup, cara berpikir,

Page 34: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

34

kepercayaan, maupun sudut emosi yang berbeda-beda. Penentuan pengarang tentang soal

siapa yang akan menceritakan kisah akan menentukan bagaimana sebuah cerpen bisa

terwujud.

Sudut pandang pada intinya adalah visi pengarang. Sudut pandang yang diambil

pengarang tersebut berguna untuk melihat suatu kejadian cerita. Tentunya harus

dibedakan antara pandangan pengarang sebagai pribadi dengan teknis dia bercerita dalam

cerpen. Hal ini menyangkut bagaimana pandangan pribadi pengarang akan bisa

diungkapkan sebaik-baiknya sehingga pembaca dapat menikmatinya. Untuk ini, ia harus

memilih karakter mana dalam cerpennya yang disuruh bercerita. Dalam hal ini sudut

pandang memgang peranan penting akankejadian-kejadian yang akan disajikan dalam

cerpen, menyangkut masalah ke mana pembaca akan dibawa, menyangkut masalah

kesadaran siapa yang dipaparkan.

Adapun sudut pandang pengarang sendiri empat macam, yaitu sebagai berikut.

a. Objective point of view

Dalam teknik ini, pengarang hanya menceritakan apa yang terjadi, seperti kamu

melihat film dalam televisi. Para tokoh hadir dengan karakter masing-masing. Pengarang

sama sekali tak mau masuk ke dalam pikiran para pelaku. Dengan demikian, pambaca

dapat menafsirkan sendiri bagaimana pandangannya terhadap laku tiap tokoh. Dan

dengan melihat perbuatan orang lain tersebut kita menilai kehidupan jiwanya,

kepribadiannya, jalan pikirannya, ataupun perasaannya.

Motif tindakan pelakunya hanya bisa kita nilai dari perbuatan mereka. Dalam hal

ini, pembaca dapat mendari tafsiran sendiri dari dialog antartokoh maupun tindak-tanduk

Page 35: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

35

yang dilakukan tiap tokoh. Pengarang paling hanya memberikan sedikit gambar

mengenai kondisi para tokoh untuk “memancing” pembaca mengetahui lebih jauh

tentang tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.

b. Omniscient point of view

Dalam teknik ini, pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. la tahu

segalanya. la bisa menciptakan apa saja yang ia perlukan untuk melengkapi ceritanya

sehingga mencapai efek yang diinginkannya. la bisa keluar-masukkan para tokohnya. la

bisa mengemukakan perasaan, kesadaran, jalan pikiran para pelaku cerita. Pengarang

juga bisa mengomentari kelakuan para pelakunya. Bahkan pengarang bisa bicara

langsung dengan pembacanya.

Ciri omniscient point of view lebih cocok untuk cerita yang bersifat sejarah,

edukatif, ataupun humoris. Teknik ini biasa digunakan untuk hal-hal yang bersifat

informatif bagia pembaca, yang kiranya memang pembaca belum begitu banyak

mengetahui. Tentunya, teknik ini biasanya digunakan dalam penulisannya dilakukan

observasi (pengamatan maupun pembacaan).

c. Point of view orang pertama

Teknik ini lebih populer dikenal di Indonesia. Teknik ini dikenal pula dengan

teknik sudut pandnag “aku”. Hal ini seperti seseorang mengajak bicara pada orang lain.

Jadi, bukan pengalaman orang lain yang diceritakan. Dengan teknik ini, pembaca diajak

ke pusat kejadian, melihat, merasakan melalui mata dan kesadaran orang yang langsung

Page 36: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

36

bersangkutan. Tentunya, pemabaca juga harus cerdas membedakan jangan sampai

pikiran “aku” dalam cerpen disamakan dengan pikiran si pengarang itu sendiri.

Teknik suduat pandang seperti ini sangat cocok untuk cerpen yang mebceritakan

masalah kejiwaan (psikologis) sang tokoh. Pembaca dibawa hanyut dalam setiap gerak

emosi sang tokoh.

d. Point of view orang ketiga

Teknik biasa digunakan dalam penuturan pengalaman seseorang sebagai pihak

ketiga. Jadi, pengarang hanya “menitipkan” pemikirannya dalam tokoh orang ketiga.

Orang ketiga (“Dia”) dapat juga berupa nama orang. Adapun perkembangan emosi tokoh

dalam membentuk konflik dapat dilihat dalam hubungannya antara tokoh utama “dia”

dengan tokoh lainnya.

Dengan menggunakan tokoh ini, pengarang bisa lebih leluasa dalam menceritakan

atau menggambarkan keadaan tanpa terpaku pada pandangan pribadi, beda halnya

dengan menggunakan tokoh “aku”. Sang tokoh utama dapat seolah-olah berkembang

sendiri dengan pemikiran sendirinya pula. Dengan demikian, pembaca dibawa untuk

memahami sendiri bagaimana tokoh “dia” bertindak tanpa harus memikirkan peranan

sang pengarang terhadap tokoh tersebut.

6. Gaya

Gaya menyangkut cara khas pengarang dalam mengungkapkan ekspresi

berceritanya dalam cerpen yang ia tulis. Gaya tersebut menyangkut bagaimana seorang

pengarang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan menceritakannya dalam

Page 37: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

37

sebuah cerpen. Tiap orang punya gaya sendiri, entah baik entah jelek. Apakah gaya tak

mungkin berubah? Gaya bisa berubah kalau pribadi pengarangnya berubah. Kadang

untuk para cerpenis pemula, seringkali penulis pemula tersebut menjadi meniru gaya

penulisan cerpen dari cerpenis yang sudah dikenal tau ia kagumi. Hal ini karena para

penulis pemula masih dalam proses pencarian bentuk.

Karya sastra cerpen merukan “cap” sang pengarangnya. Bagaimana

pengungkapan tokoh, pemilihan tema, sampai setting yang digunakan menyangkut gaya

ini. Hal ini menyangkut bagaimana ia menggunakan bahasa. Contohnya, Joni Ariadinata

kerap menulis dengan teknik yang meloncat-loncat dari satu adegan ke adegan lain

dengan penghematan kata namun pada. Emosi pembaca pun akan larut terbawa di

dalamnya. Lain halnya dengan Oka Rusmini, yang kerap menggambarkan sosok

perempuan Bali dalam cerpen-cerpennya sebagai manusia yang harus bisa melawan

ketertindasan tradisi. Begitu pula dengan Helvy Tiana Rosa yang fasih dalam

menggambarkan tokoh dengan segala kebaikan yang penuh hikmah dengan aspek

humanisme religius yang kental.

Gaya ini bisa dikatakan pula dengan penggunaan gaya bahasa yang khas dari tiap

pengarang. Gaya bahasa itu menyangkut metafora, personifikasi, metonomia, dan lain-

lain. Gaya tersebut biasa digunakan untuk memperindah kalimat. Dalam hal ini

menyangkut bagaimana penggunaan kalimat, penggunaan dialog, penggunaan detail, atau

cara memandang persoalan.

Kadang, para cerpenis pemula terjebak dalam penggunaan kata-kata yang terlalu

bertele-tele. Sehingga, pembaca baru membaca beberapa paragraf saja sudah bosan

dibuatnya. Belum lagi dengan sifatnya yang terlalu menggurui pembaca. Seolah-olah

Page 38: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

38

pembaca adalah orang awam yang tidak tahu apa-apa. Padahal, pembaca sendiri

sebenarnya berhak untuk mempunyai horizon harapan tersendiri.

Ada baiknya, para cerpenis pemula untuk belajar kepada Mochtar Lubis atau

Idrus yang sering menggunakan kalimat-kalimat sederhana namun mengena. Adapun

Pramoedya Anantatoer sering menggunakan kalimat yang panjang tetapi pendek

berirama. Para cerpenis tersebut selalu menggunakan gaya bahasa sederhana tetapi dapat

cepat ditangkap maknanyaoleh pembaca. Intinya, cerpen yang baik mestilah sederhana,

enak diikuti, dan kaya serta padat dengan pengertian-pengertian.

Gaya lain yang digunakan para cerpenis adalah dalam penggunaan dialog

antartokoh. Cerpenis jenis hiburan banyak yang mempergunakan dialog sebagai cara

penyampaian pengarang. Gaya dialog ini biasa digunaka oleh cerpenis Ashadi Siregar,

Motinggo Boesje, Umar Kayam, dan Remy Sylado.

Ada banyak lagi gaya cerpenis lain yang sudah menjadi ciri khasnya. Misalnya,

Seno Gumira Ajidarma yang kental dengan gaya bercerpen dengan teknik jurnalistik. Hal

ini berhubungan juga dengan latar belakangnya sebagai wartawan (misalnya dalam

cerpen “Saksi Mata”). Ada pula cerpenis yang kental dengan gaya penceritaan bernuansa

perang, seperti dalam cerpen-cerpen Nugroho Notosusanto dan Trsinosumardjo. Hal ini

disebabkan latar belakang keduanya yang mantan tentara (pejuang revolusi).

7. Amanat

Amanat adalah bagian akhir yang merupakan pesan dari cerita yang dibaca.

Dalam hal ini, pengarang “menitipkan” nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari

cerpen yang dibaca. Amanat menyangkut bagaimana sang pembaca memahami dan

Page 39: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

39

meresapi cerpen yang ia baca. Setiap pembaca akan merasakan nilai-nilai yang berbeda

dari cerpen yan dibacanya. Pesan-pesan kehidupan yang ada dalam cerpen hadir secara

tersirat dalam keseluruhan isi cerpen. Pembaca dapat memaknainya dihubungkan dengan

latar belakang maupun kehidupan sekarang yang ia hadapi. Cerpen yang baik hendaknya

mampu menggugah pembaca supaya lebih memaknai dan menghargai nilai-nilai

kemanusiaan yang agung dan universal.

Setiap pembaca berhak mempunyai pandangan sendiri akan amanat yang ia ambil

dari cerpen yang dibacanya. Masalah muatan nilai dalam cerpen tidak dapat dipisahkan

dengan tujuan (misi) pengarang dalam menulis cerpennya tersebut. Pembaca pun berhak

membantah atau mendukung misi yang hendak disampaikan oleh sang pengarang. Hal

ini sesuai dengan tujuan karya sastra, yaitu utile dan dulce (berguna dan menghibur) bagi

pembacanya.

Page 40: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

40

BAB 5

Cerpen Sastra atau Cerpen Hiburan?

Cerpen dapat dibedakan antara cerpen hiburan dan cerpen serius. Dalam istilah

kita dibedakan antara cerpen sastra dan cerpen hiburan. Perbedaan kedua jenis cerpen ini

adalah pada kualitas isi cerpen. Banyak sebagian cerpenis yang menghasilkan baik cerpen

hiburan maupun sastra dengan cara yang tak jauh berbeda. Contoh cerpenis yang ahli

dalam membuat cerpen hiburan maupun cerpen sastra adalah Mottinggo Busye, Jajak

M.D., dan Asbari Nurpatria Krisna.

Cerpen sastra dengan sendirinya lebih tinggi kualitasnya dibanding dengan cerpen

hiburan. Adapun cerpen hiburan hanya menekankan segi hiburannya, kurang

memperhatikan segi-segi lain seperti ajaran, informasi berguna, moral, filsafat dan

sebagainya. Dalam jenis cerpen ini ditekankan suspense, humor, dan happy end. Cerita

mudah dibaca dan mudah diikuti. Cerpen-cerpen jenis hiburan lebih mengarah pada

kaidah konvensional.

Para cerpenis hiburan menghendaki cerpen yang menyenangkan, artinya yang

sesuai dengan harapan tiap orang yaitu kesenangan hidup, kebahagiaan hidup. Akibatnya

cerpen hiburan penuh dengan penggambaran yang tidak realistis. Cerpen hiburan penuh

gambaran dunia mimpi. Persoalan yang dijumpai oleh tokoh-tokoh cerita selalu berakhir

dengan beres dan amat memuaskan. Kaidah moral cerpen hiburan hanya satu: yaitu yang

baik diganjar dengan kebahagiaan sedang yang jahat dihukum kejam. Intinya, cerpen ini

memberi kesenangan bagi pembacanya dengan jalan cerita yang mudah diikuti, penuh

ketegangan dan tanda tanya, segala rintangan teratasi dan tokoh yang baik akan mencapai

kemenangan serta kebahagiaan. Rendahnya mutu cerpen hiburan terletak pada tema yang

Page 41: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

41

selalu lebih hubungan asmara dan teknik berceritanya yang serampangan tanpa menjaga

perwatakan atau suspense. Penulis fiksi hiburan kita yang menarik sekarang ini adalah

Marga T. Kekuatan utama cerpen hiburan adalah pada suspense dan surprise di akhir

cerita.

Cerpen sastra lebih menekankan pada isi cerita, yaitu pada pesan cerita. Cerpen

sastra kadang-kadang malah melenyapkan suspense dan surprise. Jalan cerita yang

menegangkan justru tidak dipakai. Cerpen sastra mencari bentuk-bentuk baru, ungkapan-

ungkapan baru menyimpang dari cerpen yang sudah konvensional. Sastra berarti

pencarian terus menerus, sehingga memperkaya kehidupan.

Jadi, sekarang tinggal pilihan kamu: Apakah mau menulis cerpen sastra atu

cerpen hiburan?

Page 42: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

42

BAB 6

Berani Menulis Cerpen!

“Penyakit” seseorang yang akan memulai menulis adalah tidak adanya keberanian

menulis. Bahkan, kalaupun berani menulis selalu berputar-putar pada tulisan yang sedang

dibuat. Dengan demikian, tulisan yang dibuat seakan susah untuk diakhiri. Padahal,

setiap orang mempunyai bakat dan keahlian dalam menulis cerita pendek. Faktor utama

yang harus diperhatikan sebenarnya adalah masalah pengendalian diri dan mau belajar.

Lalu, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat menulis cerita pendek?

1. Saat menulis cerita pendek, jangan anggap bahwa menulis adalah hal yang sangat

menakutkan. Bersikaplah rileks saat kamu menulis. Ambil risiko untuk memulai.

Hidupkan imajinasimu. Ilham menulis akan datang jika kita bersikap netral terhadap

kehidupan yang kamu jalani.

2. Jangan terpatok pada tulisan yang terlalu datar. Hidupkan gaya bahasamu. Tuliskan

kata-kata atau kalimat yang menurutmu begitu indah serta penuh makna. Jangan

membuat tulisan yang kaku seperti kamu menulis karya tulis ilmiah atau kalimat jawaban

saat kamu ujian. Namun begitu, hindarilah kata-kata atau kalimat yang bertele-tele.

Sebab, jika kamu tidak bisa menghentikan kalimat yang terlalu panjang, kamu akan

terjebak pada tulisan labirin yang berliku-liku tanpa ujung. Ingat, dalam menulis cerpen

kamu harus fokus pada satu permasalahan yang diwakili oleh tokoh-tokoh yang

sederhana jumlahnya. Ikuti tulisanmu, biarkan ia menuntunmu.

3 Ambil tema atau kejadian unik yang kamu alami sehari-hari. Kamu dapat

menggambarkan dirimu atau menjadi orang lain. Begitu pula idenya, kamu dapat

terilhami dari kejadian yang kamu alami atau temanmu sendiri. Ide bisa berawal dari rasa

Page 43: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

43

kecewa, marah, ataupun gembira. Misalnya, ada temanmu yang dirundung putus cinta,

kamu dapat mengambil ilham darinya: mengapa ia bisa putus cinta? Kejadian menarik

apakah (yang tentunya berbeda dengan kejadian umum) yang kamu dapatkan? Kamu

dapat memancing idemu dengan mengajukan pertanyaan pada dirimu sendiri: Apa yang

aku lihat hari ini? Mengapa hal itu bisa terjadi? Bagaimana kalau aku menjadi dia?

Pelajaran apakah yang aku dapatkan?

4. Andaikanlah dirimu sebagai diri kamu sendiri atau orang/benda lain. Itulah hebatnya

menulis. Kamu dapat mengandaikan dirimu jadi seekor kucing, kuda, bunga yang indah,

sopir, pengemis, jutawan, perampok, gurumu, penjaga sekolah, polisi, cahaya, awan,

ballpoin, pensil, papan tulis, atau angin sekalipun! Itu semua adalah contoh media tokoh

yang akan membawa tulisanmu lebih asyik untuk kamu kembangkan. Tidak ada yang

melarangmu untuk menggambarkan atau jadi apapun dalam menulis! Selain itu, saat

menulis kamu dapat menggambarkn dirimu saat masih kecil, saat sekarang, atau saat

kamu menjadi tua nanti. Biarkan khayalanmu melayang jauh tanpa terbelenggu ruang dan

waktu. Kamu pun dapat menuliskan kisah perjalananmu dalam balutan fiksi.

5. Janganlah memaksakan diri untuk menyelesaikan tulisanmu dalam waktu itu juga.

Nah, untuk terus menjaga idemu terus berkembang, hentikanlah tulisanmu sebelum tanda

titik. Dengan demikian, kamu dapat melanjutkan idemu saat menyambung tulisanmu

nanti. Contohnya, akhiri tulisanmu di tengah-tengah kalimat seperti ini: Aku merasa apa

yang ada dipikirannya adalah.... Biarkan idemu nanti yang akan melanjutkannya.

6. Ciptakanlah suasana yang mendukung tulisanmu. Hal ini menyangkut bagaimana

imajinasi dan perasaan seseorang bergantung situasi tempat ia menulis. Ada orang yang

senang menulis di dalam ruangan yang hening, di ruangan yang rapi, di ruangan yang

Page 44: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

44

acak-acakan, atau menulis dengan ditemani oleh suara musik. Bahkan, ada yang suka

menulis tanpa terikat ruang dan waktu, misalnya di taman atau pada tengah malam yang

sunyi. Suasana ini kadang memengaruhi mood yang ada dalam diri penulis. Selain itu,

pilihlah alat-alat menulis yang menjadi favoritmu. Kamu dapat memilih pensil, ballpoin,

spidol, komputer, atau mesin ketik.

7. Camkanlah dalam hatimu bahwa kemauan menulis yang ada dalam dirimu mampu

mengalahkan segala keraguan dalam menulis. Saat kamu merasa percaya diri dan yakin,

akan lebih mungkin melihat hal yang positif. Tidak ada salahnya jika kamu memuji diri

sendiri. Hal itu untuk menyemangati kamu. Tanamkanlah semangat bahwa kamu kreatif,

pintar dan punya potensi hebat dalam menulis. Buatlah daftar hal-hal yang bisa

menyemangati dan menghambat kamu dalam buku harianmu. Hal itu akan menjadi acuan

saat kamu kehilangan arah dalam menulis.

Page 45: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

45

BAB 7

Cerpenku Mau di Kemanakan?

Sebuah cerpen yang kamu tulis tidak akan bermakna apa-apa jika kamu tidak

memublikasannya kepada orang lain. Kiranya hal yang perlu dilakukan adalah kamu

harus memegang prinsip “Tunjukanlah! Bukan memberitahukannya!”. Prinsip ini penting

sebab mana bisa orang lain mengetahui kualitas cerpen yang kamu buat jika kamu hanya

menjadikan cerpen tersebut sebagai “koleksi pribadi”.

Sebelum kamu memublikasikan karya cerpenmu, lakukanlah hal-hal berikut.

1. Salin karyamu dalam bentuk tulisan komputer atau mesin ketik secara lengkap. Tidak

salah juga jika memakai tulisan tangan. Kamu dapat mengurangi atau menambahi isi

cerita supaya lebih pas. Akan tetapi, jangan terlalu menjelaskan kalimat terlalu banyak.

Peganglah prinsip “memperlihatkan” apa yang hendak kamu sampaikan daripada

“memberitahukan” apa yang kamu tuliskan.

Hal ini disebabkan, sebagian besar pembaca malas untuk digurui atau dijelaskan

secara bertele-tele lewat tulisan yang ia baca. Dalam menulis, tidak ada istilah guru atau

murid. Itulah sebabnya mengapa karya yang dilahirkan harus bersifat universal.

2. Baca dan cermatilah karya cerpenmu apakah sudah menciptakan keseimbangan dari

segi karakter, adegan, atau kesan penting. Hilangkanlah hal-hal yang tidak kamu

perlukan, misalnya jika tokoh utamamu ternyata kalah porsi penceritaannya oleh tokoh

tambahan (kedua). Sebuah gambar yang jelas dan hidup akan memngaruhi pembaca

dibandingkan uraian yang panjang. Perhatikan pula kata-kata atau kalimat yang berulang.

Hal ini berhubungan dengan pemilihan kata (diksi).

Page 46: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

46

Biarkan kata-kata yang baru hadir lebih segar dengan tidak mengulang kata atau

kalimat yang sudah ada sebelumnya. Ciptakanlah variasi berbahasa.

3. Jika kamu terus tekun berlatih menulis cerpen, kamu akan menemukan gayamu dalam

menulis cerpen. Sekaligus juga kamu akan menemukan irama dalam tulisanmu tersebut.

Pemilihan kata yang kamu gunakan akan mengena dalam tulisanmu sehingga tulisanmu

enak untuk dibaca. Salah satu caranya adalah kamu dapat membaca keras karya cerpen

yang baru kamu selesaikan.

Dengarkanlah untuk menemukan kata-katamu, apakah dipercepat selama adegan

aksi, menjadi ceria, lucu, atau sedihkah? Membaca hasil karya cerpen dengan keras akan

membantu menunjukkan kalimat-kalimat yang janggal, irama kalimat yang kaku, atau

penulisan yang tidak masuk akal sekalipun.

4. Berusahalah untuk menjadi pihak kedua. Maksudnya, posisikan dirimu sebagai orang

lain yang membaca karyamu tersebut. Buatlah penilaian tersendiri yang berbeda dengan

saat kamu menulis cerpen tersebut. Amati dan rasakan apakah karyamu sudah bebas dari

penggunaan bahasa atau ejaan yang salah, tanda baca yang tidak tepat, referensi yang

kurang akurat, atau gaya bahasa yang sudah ketinggalan zaman. Kamu bisa menjadi

editor atas karyamu sendiri.

Perhatikanlah pola logika kalimat sampai isi cerita yang bertele-tele atau tidak.

Jangan takut untuk membuang atau menambahi kalimat/kata supaya nantinya cerpenmu

enak untuk dibaca. Hal ini dengan mencermati pula hubungan awal cerita hingga dengan

akhir cerita. Adakah yang salah dengan pola hubungan alur ceritanya? Belajarlah untuk

merivisi sendiri karyamu. Ingat, posisikan dirimu sebagai penikmat karyamu.

Page 47: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

47

BAB 8

Ini Lho Cerpenku!

1. Cobalah kamu meminta orang-orang terdekatmu untuk membaca karyamu. Kamu

dapat meminta ayah, ibu, saudara, teman, atau gurumu untuk membaca karya cerpenmu.

Mintalah mereka untuk memberikan kritikan atau tanggapan dari karyamu tersebut.

Jangan takut akan kritikan! Sebab kritikan akan lebih memotivasimu dalam

mengembangkan teknik menulis.

Orang yang berpikiran maju adalah orang yang berani dikritik. Ingat, kritik

bukanlah cemoohan, melainkan masukan untuk pengembangan dirimu sendiri. Mintalah

kritikan dari mulai tema yang diangkat, tokoh dan perwatakan, gaya bahasa, alur, latar

cerita, hingga amanat cerpenmu. Dengan cara ini, kamu akan mengetahui kelebihan dan

kekurangan tulisan cerpenmu.

2. Gunakan media yang ada untuk menampung tulisanmu. Dalam lingkup kecil, kamu

dapat memajang tulisanmu di majalah dinding atau buletin sekolah. Media ini cocok bagi

kamu yang akan mengujicobakan karyamu agar direspons oleh orang lain. Semakin

sering karyamu dimuat, kamu akan tahu respons pembaca dan kelebihan-kekurangan

tulisanmu. Kamu bisa meminta pendapat teman atau guru-gurumu. Siapa tahu kamu

mempunyai bakat terpendam dalam menulis cerita pendek.

Dengan adanya dunia internet sekararang, kamu dapat memajang hasil karyamu

tersebut di blog, friendster, atau website komunitas cerpen yang sudah banyak dalam

jagad maya.

Page 48: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

48

3. Cara lain yang ditempuh adalah bergabung dengan komunitas penulisan cerpen.

Biasanya, dalam komunitas ini kamu akan menemukan orang-orang yang sama

tingkatannya denganmu atau malah lebih darimu dalam hal menulis. Kamu bisa

mendiskusikan karya-karya yang dibuat oleh para anggota komunitas tersebut. Sekarang,

sudah banyak tumbuh komunitas-komunitas semacam ini. Banyak hal positif yang dapat

kamu raih dengan bergabung bersama komunitas-komunitas ini.

Karyamu akan ditanggapi oleh teman-temanmu dan juga oleh orang yang ahli di

bidang penulisan. Nantinya, hasil karyamu akan lebih terasah dan berbobot. Sebab, tidak

jarang ada sebagian komunitas yang mengundang para ahli di bidang penulisan, seperti

sastrawan, pihak redaksi penerbit, atau redaktur surat kabar yang memuat kolom cerpen

di surat kabarnya. Di samping itu, kamu akan lebih mudah mendapatkan channel orang-

orang yang siap menampung karyamu.

4. Cobalah, jika kamu sudah merasa bahwa karya cerpenmu layak untuk dipublikasikan,

kamu dapat mengirimka karyamu ke media massa yang ada di daerahmu. Kamu juga

dapat mengirimkannya ke situs-situs internet atau penerbit yang menampung tulisan-

tulisan sastra. Untuk media massa cetak (koran, majalah, dan tabloid) atau penerbit, kamu

dapat mengirimkan tulisanmu dalam bentuk print-an, disket, cd-rw, ataupun e-mail (surat

elektronik). Jangan lupa untuk mengirim pula surat pengantar cerpen yang kamu tulis

tersebut. Biasanya, dalam surat pengantar tersebut, kamu cantumkan nama lengkap, nama

pena (jika ada), alamat lengkap, nomor telepon, sampai nomor rekening. Tidak lupa pula,

agar peluang cerpenmu dimuat lebih besar, kirimkan lebih dari satu karya cerpen. Dengan

demikian, pihak redaksi akan memiliki cadangan karyamu jika karyamu yang lain tidak

bisa dimuat.

Page 49: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

49

BAB 9

Jangan Lekas Kecewa!

Nah, biasanya untuk para penulis cerpen pemula sering timbul kekecewaan

karena karyanya tidak dimuat. Jangan lekas kecewa! Para cerpenis terkenal pun pada

mulanya karya-karyanya tidak langsung dimuat. Baru untuk beberapa cerpen selanjatnya

bisa dimuat. Hal ini justru tantangan sendiri untuk para penulis cerpen pemula.

Saat kamu mengirimkan karyamu, mintalah pihak redaksi untuk memberikan

catatan atas karyamu (jika tidak dimuat). Sebab, siapa tahu memang cerpenmu tersebut

memang tidak cocok dengan visi dan misi media massa atau penerbit tersebut. Oleh

sebab itu, dalam hal ini diperlukan upaya kamu untuk membaca karakter cerpen yang

biasa dimuat oleh surat kabar atau penerbit tersebut. Hal ini akan mempermudah kamu

dalam mengirimkan cerpen yang sesuai dengan karakter media massa atau penerbit

tersebut. Begitu pula, jika cerpenmu dimuat jangan dulu sombong atau berbesar hati.

Jadikan karyamu yang telah dimuat tersebut sebagai pendorong untuk karya-karyamu

dimuat selanjutnya.

Pemuatan karya cerpen di media massa atau penerbit bisa dijadikan salah satu

caramu untuk menghasilkan pendapatan. Memang, honor tiap surat kabar atau penerbit

tentulah berbeda-beda. Hal ini disesuaikan juga dengan kapasitas pihak surat kabar atau

penerbit. Semakin besar kapasitas dan kredibilitasnya, maka karyamu akan dihargai

lumayan. Akan tetapi, dengan catatan kamu harus bersaing dengan cerpenis-cerpenis lain

terlebih dahulu. Begitu pula kapasitas dan kredibilitas namamu pun nantinya akan jadi

catatan tersendiri bagi pihak surat kabar maupun penerbit. Oleh sebab itu, menjual

Page 50: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

50

namamu sama dengan menjual karyamu. Harga karya cerpen yang berkualitas tentu beda

dengan karya cerpen yang biasa-biasa saja.

Page 51: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

51

BAB 10

Sejarah Cerpen Dunia

Cerita pendek yang hadir dalam jagad sastra sekarang mengalami metamorfosis

yang sangatlah panjang. Lahirnya cerita pendek tercatat dimulai dari Mesir purba sekitar

tahun 3200 Sebelum Masehi telah terbit cerita pendek "Dua Bersaudara". Membicarakan

cerpen tidak lepas dari sastrawan Inggris, William Shakespeare yang menulis kisah

drama "Piramus dan Tisbi". Drama yang diciptakannya ini gagasannya berasal dari cerita

pendek Yunani purba.

Kemudian, cerpen lahir dan berkembang di Eropa Barat, Rusia, dan Amerika

dalam Abad ke-19. Pada 1812, di Jerman muncul penulis Jacob Grimm dan Wilhelm

Grimm yang banyak menerbitkan cerita pendek berdasarkan penyelidikannya terhadap

cerita rakyat. Cerpen Jerman ini dengan cepat memengaruhi Amerika Serikat. Hal ini

ditandai pada 1819 muncul cerpen-cerpen karya Washington Irving. Setelah Irving,

dikenal sastrawan Edgan Alan Poe dan Nathanael Hawthorne. Poe dikenal sebagai

“Bapak Cerita Detektif”. Edgan Alan Poe dikenal juga yang pertama kali menganalisis

teori cerita pendek.

Menurut Edgan Alan Poe, cerita pendek harus mempunyai syarat-syarat sebagai

berikut:

1. Cerita cukup pendek sehingga selesai dibaca dalam sekali duduk;

2.Cerita harus membangkitkan suatu efek perasaan pada pembaca (sedih, horor, jenaka);

3. Dalam cerpen, penggunaan kalimat dan kata-kata harus ekonomis sehingga semuanya

punya arti dan tidak bertele-tele.

Page 52: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

52

Selanjutnya, di Perancis muncul penulis cerpen Prosper Merimee dan Guy de

Maupassant. Pengarang-pengarang ini masih menekankan pada lika-liku jalannya cerita

dan kejutan-kejutan di akhir cerita. Cerpen-cerpen Maupassant berharga terutama karena

nilai hiburannya yang tinggi selain menyiasati watak-watak manusia secara tajam.

Page 53: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

53

BAB 11

Sejarah Cerpen Indonesia

Dalam catatan sejarah kesusastraan Indonesia, cerpen merupakan genre (jenis)

sastra yang usianaya lebih muda dibandingkan dengan puisi dan novel. Tonggak

terpenting sejarah penulisan cerpen di Indonesia dimulai oleh cerita-cerita M. Kasim

(bersama Suman Hasibuan [Suman Hs].) pada awal 191O-an. Mereka memperkenalkan

bentuk tulisan berupa cerita-cerita yang pendek dan lucu.

Sejak saat itulah, di Indonesia mulai dikenal bentuk penulisan cerita pendek

(cerpen). Pada tahun-tahun I930-an kegairahan penulisan cerpen semakin marak dengan

didukung oleh terbitnya dua majalah penting pada waktu itu, yakni Pedoman Masjarakat

dan Poedjangga Baroe. Tema-tema cerita yang ditampilkan mulai beragam, tidak hanya

seputar cerita-cerita yang "ringan dan lucu". Pada zaman ini digarap juga tema-tema

tentang kemanusiaan, pergerakan ke arah kebangsaan, dan tema-tema revolusi.

Penulisan cerpen kian marak ketika pemerintahan Jepang menggaungkan slogan

Kemakmuran Asia Raya. Pada zaman ini, karangan-karangan berbentuk cerpen dianggap

lebih efektif dalam mendukung tujuan bersama, karena sifatnya yang lebih pendek

(dibandingkan dengan novel) dan lebih komunikatif (dibandingkan dengan puisi). Atas

dasar tujuan itulah, pemerintah Jepang memfasilitasi berbagai macam kegiatan lomba

cerpen dan membuka seluas-luasnya ruang publikasi cerpen pada koran-koran yang

merupakan corong pemerintahan Jepang, yakni Djawa Baroe dan Asia Raja.

Lepas dari berhasil atau tidaknya tujuan-tujuan yang diharapkan, pemerintahan

Jepang mau tidak mau telah ikut mengukuhkan kedudukan cerpen sebagai salah satu

genre kesusastraan yang cukup penting di Indonesia. Banyaknya kekecewaan atas

Page 54: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

54

kebohongan janji-janji Jepang tercermin pada cerpen-cerpen kritis dan sinis, yang

dipublikasikan setelah berakhirnya pemerintahan Jepang. Hal ini terlihat menonjol pada

tulisan-tulisan Idrus, yang oleh H.B. Jassin dikatakan sebagai pembaharu dalam cerpen

modern Indonesia.

Idrus dianggap berhasil memulai sebuah penulisan dengan gaya penyederhanaan

baru. Dalam cerpen-cerpen Idrus, realitas ditulis apa adanya dan digambarkan secara

detail. Hal ini sama sekali berbeda dengan periode sebelumnya, di mana cerpen hanya

cenderung menampilkan sesuatu yang baik-baik semata. Kecenderungan penulisan

cerpen sebagaimana yang ditegakkan oleh Idrus makin menguat pada era 1950-an dan

menembus hingga era 1960-an. Pada era itulah bermunculan majalah-majalah yang

khusus menampung beragam jenis cerpen, yakni majalah Kisah dan majalah Prosa.

Pada zaman Jepang, beberapa pengarang baru muncul. Sayembara mengarang

cerpen diadakan dalam majalah-majalah yang terbit saat itu seperti Pandji Poestaka,

Djawa Baroe dan lain-lain cerpen banyak diberi tempat. Pada zama ini, cerpenis yang

lahir di antaranya Usmar Ismail dan Rosihan Anwar.

Selain mereka, pada zaman ini, H.B. Jassin (lahir di Gorontalo 31 Juli 1917) juga

menulis cerpen. Salah satu cerpennya berjudul “Anak Laut”, kemudian bertama dengan

cerpen-cerpen buah tangan beberapa pengarang lain diterbitkannya secara bersama

dengan dalam buku Pancaran Cinta (1946). Sebelum perang, Jassin menulis cerpen yang

dimuat dalam majalah Poedjangga Baroe, antara lain yang berjudul “Nasib Volontaire”

(1941). Pada masa sesudahnya, Jassin lebih mencurahkan perhatian kepada penulisan

kritik dan esai sastra sambil menyelenggarakan dokumentasi Indonesia modern.

Page 55: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

55

Pengarang cerpen lain yang muncul pada zaman Jepang ialah Bakri Siregar (lahir

di Langsa, Aceh 1922). Cerpennya yang pertama berjudul “Di tepi Kawah” mendapat

hadiah pertama sayembara mengarang cerpen. “Di tepi Kawah” ini dibukukan dengan

dalam buku kumpulan cerpen Jejak Langkah (1953).

Penulisan cerpen sepanjang 1950-an hingga 1960-an, mengalami perkembangan

luar biasa pesatnya. Pada I960 hingga 1965, sastra Indonesia mengalami gejolak akibat

dominasi politik. Perhatian para pengarang sastra lebih terfokus pada perbantahan

ideologi, yakni polemik besar antara pendukung Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra)

dan pendukung Manifes Kebudayaan (Manikebu). Dalam situasi politik sesudah

peristiwa politik 1966, tidak banyak lahir karya sastra yang dipublikasikan pada periode

itu.

Pada bulan Juli 1966 lahirlah majalah Horison (yang masih terbit hingga

sekarang). Para penulis kembali giat memublikasikan karya-karyanya. Di sanalah

berlangsung beberapa pembaharuan yang dilakukan oleh para penulis cerpen. Melalui

media ini lahir nama-nama cerpenis penting yang patut dicatat dalam perjalanan tonggak-

tonggak sejarah cerpen Indonesia, antara lain: Iwan Simatupang, Umar Kayam, Budi

Darma, Danarto, dan Putu Wijaya.

Pada 1970-an hingga 1980-an, sedikit demi sedikit terjadi pergeseran tema dan

bentuk penulisan cerpen akibat semakin banyaknya koran-koran yang menyediakan

rubriknya untuk karya sastra. Cerpen-cerpen dengan halaman yang pendek, serta tema-

tema aktual, bermunculan dan menjadi sangat populer. Para penulis cerpen pada periode

itu, semakin banyak mengalihkan perhatian untuk media publikasinya kepada koran. Hal

ini sangat bisa dipahami: pertama, pada tahun-tahun itu berbagai majalah sastra sudah

Page 56: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

56

berguguran, hanya tinggal Horison sebagai satu-satunya majalah sastra yang masih

bertahan.

Adapun penyebab kedua adalah terjadinya ledakan jumlah penulis yang memilih

cerpen sebagai pilihan kepengarangan. Dengan demikian, tidak mungkin jumlah itu bisa

ditampung oleh satu-satunya majalah sastra yang ada. Ketiga, terjadi peningkatan

ketegangan suhu politik akibat kekuasaan Orde Baru yang semakin mencengkeram dan

memasung. Dalam masa ini, cerpen dianggap mewakili pilihan yang paling komunikatif

untuk para pembaca koran dalam mengangkat persoalan-persoalan sensitif di

masayarakat. Maka di samping majalah, koran pada gilirannya menjadi media yang

cukup penting kedudukannya dalam penyebaran cerpen.

Sampai 1990-an (bahkan hingga memasuki abad ke-21) jumlah koran dan majalah

yang menyediakan rubriknya untuk cerpen semakin bertambah. Jumlah cerpen yang

dipublikasikan para pengarang cerpen lewat dua media ini, tentu juga semakin

bertambah.

Dalam majalah Pandji Poestaka dan lain-lain tahun dua puluhan sudah mulai

dimuat kisah-kisah pendek yang sifatnya lelucon-hiburan. Cerita-cerita itu mengingatkan

kita akan tokoh-tokoh cerita rakyat lama yang terdapat di seluruh Indonesia seperti si

Kabayan, si Lebai Malang, Jaka Dolok, dan lain-lain. Lelucon-lelucon dalam kehidupan

sehari-hari disebabkan oleh salah paham, perbedaan bahasa, salah dengar, dan berbagai

pengalaman anekdotis semacam itu banyak dijadikan pokok-pokok cerita itu.

Pada 1936, atas usaha Balai Pustaka, cerita-cerita lucu yang ditulis oleh M. Kasim

yang sebelumnya bertebaran dalam Pandji Poestaka, dibukukan dengan judul Teman

Duduk. M. Kasim ialah seorang guru yang telah menulis sejak tahun 1922, yaitu dengan

Page 57: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

57

rbmyunya yang pertama berjudul Muda Teruna. Tahun 1924 ia menang sayembara

mengarang yang diselenggarakan oleh Balai Pustaka, yaitu dengan naskah Pemandangan

Dalam Dunia Kanak-kanak (Si Samin).

Cerita kanak-kanak ini bahasanya terang dan sangat terpengaruh oleh bahasa

percakapan. Hal itu kentara juga dalam cerpen-cerpennya yang dimuat dalam Teman

Duduk. Berbagai hal dalam kehidupan manusia sehari-hari dijadikannya bahan tulisan

lucunya: beberapa lelucon lebaran dikumpulkannya dengan judul “Gurau Senda di 1

Sawal”. Demikian juga cerpen-cerpennya yang lain hanya berupa lelucon saja seperti

“Bual di Kedai Kopi”, “Bertengkar Berbisik”, dan lain-lain. Hanya “Cara Chicago”-lah

yang tidak merupakan lelucon penghibur semata

Tidak banyak berbeda dengan cerpen-cerpen M. Kasim ialah cerpen-cerpen

Suman Hs. yang kemudian dikumpulkan dengan kata pengantar oleh Sutan Takdir

Alisjahbana (yang ketika itu menjadi redaktur Balai Pustaka). Kumpulan itu diberi judul

Kawan Bergelut (1938). Judul ini tak banyak bedanya dengan judul kumpulan cerpen M.

Kasim, yaitu hendak menunjukkan bahwa isi buku tersebut hanyalah bacaan di waktu

senggang, sebagai kawan penghibur.

Akan tetapi, jika dibandingkan dengan gaya bahasanya, Suman tampak lebih

maju, lebih lincah, dan lebih hidup daripada M. Kasim. Bahasa Suman jernih. Namun,

yang diceritakannya masih tak berbeda dengan yang menjadi pokok perhatian cerita-

cerita M. Kasim. Juga Suman banyak mengambil bahan lelucon ceritanya dari peiristiwa-

peristiwa salah paham, salah tafsir, dan perbedaan bahasa.

Kesedihan sebagai motif penulisan cerpen, menjadi bahan yang produktif buat

Haji Abdul Karim Amrullah yang lebih terkenal sebagai HAMKA (lahir Februari 1908 di

Page 58: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

58

Maninjau) seperti yang dikumpulkan dalam Di Dalam Lembah Kehidupan (1941).

Berlainan dengan M. Kasim-dan Suman Hs., HAMKA mempergunakan cerpen bukan

sebagai penghibur hati, melainkan sebagai usaha untuk menggugah rasa sedih para

pembaca, Dalam kata persembahannya ia menyebut cerpen-cerpennya itu sebagai

"Kumpulan air mata, kesedihan, dan rintihan yang diderita oleh segolongan manusia di

atas dunia ini".

Adapun cerpenis yang menulis cerpen-cerpen lebih sungguh-sungguh dan lebih

berhasil ditinjau dari segi sastra ialah Armijn Pane. Cerpen-cerpenya banyak dimuat

dalam majalah Poedjangga Baroe, antaranya yang berjudul “Barang Tiada Berharga”.

Cerpen ini kemudian menjadi dasar romannya Belenggu. Dalam cerpennya “Tujuan

Hidup” ia mencoba melukiskan kesepian hidup seorang gadis yang menjadi guru dan

memilih hidup menyendiri.

Page 59: Mahir Menulis Cerita Pendek

www.padepokan-kata.blogspot.com

59

Daftar Pustaka

Aminuddin.2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Eneste, Pamusuk.1990. Leksikon Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta:

Djambatan.

Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:

Kanisius.

Jassin, H.B. 1994. Koran dan Sastra Koran Indonesia. Jakarta: penebar Swadaya.

Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketetabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama

Widya.

Miiriam, Caryn. 2003. Daripada Bete, Nulis Aja!. Bandung: Kaifa.

Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Sumardjo, Jakob. 2004. Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Cerita Pendek. Bandung:

Pustaka Latifah.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Rosidi, Ajip. 2000. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Putra A. Bardin.

Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah (Penunjang Pembelajaran Bahasa

Indonesia SMP dan SMA). Jakarta: Grasindo.