magnetik-suseptibilitas magnetik

9
  1 PEMETAAN NILAI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK TANAH LAPISAN ATAS DI KODYA SURAKARTA MENGGUNAKAN BARTINGTON MS2 SEBAGAI INDIKATOR PENDEKATAN SEBARAN LOGAM Yuli Triyanto M 0203053 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Pertambahan jumlah kendaraan bermotor merupakan salah satu kontributor utama  pencemaran tanah karena sangat mungkin gas buang kendaraan bermotor mengandung  polutan berupa logam hasil pembakaran. Metode yang digunakan selama ini untuk mengidentifikasi adanya polutan adalah metode kimia, biokimia. dan geokimia. Namun metode-metode ini mahal dan membutuhkan waktu yang lama. Sementara itu metode geofisika yang dikembangkan belum efektif untuk mengidentifikasi adanya suatu sebaran logam. Untuk itu, dikembangkan metode magnetik batuan sebagai metode alternatif. Metode magnetik batuan sering digunakan dalam kajian lingkungan dengan menggunakan perubahan dan variasi sifat mineral magnetik dalam tanah, debu atau sedimen sebagai indikator dari  proses yang t erjadi di lingkungan. Dalam penelitian ini dikaji si fat-sifat magnetik dari tanah lapisan atas di Kodya Surakarta. Metode magnetik berupa pemetaan nilai suseptibiltas  berdasarkan p engukuran s ecara in- situ dengan menggunakan Bartington MS2 sensor D dan dikombinasikan dengan analisis laboratorium cuplikan tanah daerah survei dengan menggunakan Bartington MS2 sensor W dengan menggunakan variasi temperatur. Hasil  penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara suseptibilitas magnetik dengan pola penggunaan lahan yang salah satunya dilihat dari intensitas kepadatan lalu lintas. Pengukuran di dekat jalan raya menunjukkan nilai suseptibilitas magnetik yang lebih tinggi dibanding pengukuran yang jauh dari jalan raya (pemukiman). Korelasi ini memungkinkan digunakannya suseptibilitas magnetik sebagai indikator pendekatan sebaran logam di tanah akibat gas buang kendaraan bermotor. Kata Kunci: magnetik batuan, suseptibilitas, tanah lapisan atas, logam I. Pendahuluan Kesadaran masyarakat akan hadirnya efek gas buang kendaraan bermotor di kota-kota besar saat ini makin tinggi. Dari berbagai sumber bergerak seperti mobil penumpang, truk, bus, lokomotif kereta api, kapal terbang, dan kapal laut, kendaraan  bermotor saat ini maupun di kemudian hari akan terus menjadi sumber yang dominan dari paparan logam di perkotaan. Dibandingkan dengan sumber stasioner seperti industri dan pusat tenaga listrik, jenis proses  pembakaran yang terjadi pada mesin kendaraan  bermotor tidak sesempurna di dalam industri dan menghasilkan bahan pencemar pada kadar yang lebih tinggi, terutama berbagai senyawa organik dan oksida nitrogen, sulfur dan karbon. Selain itu gas  buang kendaraan bermotor juga langsung masuk k e dalam lingkungan jalan raya yang lebih dekat dengan masyarakat, dibandingkan dengan gas buang dari cerobong industri yang tinggi. Emisi gas buang kendaraan bermotor juga cenderung membuat kondisi tanah dan air menjadi asam. Pengalaman di negara maju membuktikan  bahwa kondisi seperti ini dapat menye babkan terlepasnya ikatan tanah atau sedimen dengan  beberapa mineral/ logam, sehingga logam tersebut dapat mencemari lingkungan. Melonjaknya jumlah pemakai kendaraan  bermotor di Sol o diidentifikasikan menjadi su mber  polutan berupa paparan logam di tanah. Jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2004 di Kotamadya Surakarta mencapai 202.036 kendaraan yang terdiri dari sepeda motor, bus, mobil penumpang, dan mobil barang. Kondisi lalu lintas Kota Surakarta  juga bisa digambarkan dengan melihat total arus yang keluar masuk kota pada 18 jam efektif (jam 06.00- 22.00 WIB) pada tiga belas koridor adalah

Transcript of magnetik-suseptibilitas magnetik

Page 1: magnetik-suseptibilitas magnetik

5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 1/8

 

1

PEMETAAN NILAI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK

TANAH LAPISAN ATAS DI KODYA SURAKARTA

MENGGUNAKAN BARTINGTON MS2

SEBAGAI INDIKATOR PENDEKATAN SEBARAN LOGAM

Yuli Triyanto

M 0203053Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Abstrak

Pertambahan jumlah kendaraan bermotor merupakan salah satu kontributor utama

pencemaran tanah karena sangat mungkin gas buang kendaraan bermotor mengandungpolutan berupa logam hasil pembakaran. Metode yang digunakan selama ini untuk 

mengidentifikasi adanya polutan adalah metode kimia, biokimia. dan geokimia. Namun

metode-metode ini mahal dan membutuhkan waktu yang lama. Sementara itu metodegeofisika yang dikembangkan belum efektif untuk mengidentifikasi adanya suatu sebaran

logam. Untuk itu, dikembangkan metode magnetik batuan sebagai metode alternatif. Metode

magnetik batuan sering digunakan dalam kajian lingkungan dengan menggunakan perubahandan variasi sifat mineral magnetik dalam tanah, debu atau sedimen sebagai indikator dariproses yang terjadi di lingkungan. Dalam penelitian ini dikaji sifat-sifat magnetik dari tanah

lapisan atas di Kodya Surakarta. Metode magnetik berupa pemetaan nilai suseptibiltas

berdasarkan pengukuran secara in- situ dengan menggunakan Bartington MS2 sensor D dandikombinasikan dengan analisis laboratorium cuplikan tanah daerah survei dengan

menggunakan Bartington MS2 sensor W dengan menggunakan variasi temperatur. Hasil

penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara suseptibilitas magnetik dengan pola penggunaan lahan yang salah satunya dilihat dari intensitas kepadatan lalu lintas.

Pengukuran di dekat jalan raya menunjukkan nilai suseptibilitas magnetik yang lebih tinggi

dibanding pengukuran yang jauh dari jalan raya (pemukiman). Korelasi ini memungkinkan

digunakannya suseptibilitas magnetik sebagai indikator pendekatan sebaran logam di tanah

akibat gas buang kendaraan bermotor.

Kata Kunci: magnetik batuan, suseptibilitas, tanah lapisan atas, logam

I. PendahuluanKesadaran masyarakat akan hadirnya efek 

gas buang kendaraan bermotor di kota-kota besar

saat ini makin tinggi. Dari berbagai sumber bergerak 

seperti mobil penumpang, truk, bus, lokomotif kereta api, kapal terbang, dan kapal laut, kendaraan

bermotor saat ini maupun di kemudian hari akan

terus menjadi sumber yang dominan dari paparanlogam di perkotaan.

Dibandingkan dengan sumber stasionerseperti industri dan pusat tenaga listrik, jenis prosespembakaran yang terjadi pada mesin kendaraan

bermotor tidak sesempurna di dalam industri dan

menghasilkan bahan pencemar pada kadar yanglebih tinggi, terutama berbagai senyawa organik danoksida nitrogen, sulfur dan karbon. Selain itu gas

buang kendaraan bermotor juga langsung masuk ke

dalam lingkungan jalan raya yang lebih dekat

dengan masyarakat, dibandingkan dengan gas buangdari cerobong industri yang tinggi.

Emisi gas buang kendaraan bermotor juga

cenderung membuat kondisi tanah dan air menjadi

asam. Pengalaman di negara maju membuktikanbahwa kondisi seperti ini dapat menyebabkan

terlepasnya ikatan tanah atau sedimen dengan

beberapa mineral/ logam, sehingga logam tersebutdapat mencemari lingkungan.

Melonjaknya jumlah pemakai kendaraanbermotor di Solo diidentifikasikan menjadi sumberpolutan berupa paparan logam di tanah. Jumlah

kendaraan bermotor pada tahun 2004 di Kotamadya

Surakarta mencapai 202.036 kendaraan yang terdiridari sepeda motor, bus, mobil penumpang, danmobil barang. Kondisi lalu lintas Kota Surakarta

  juga bisa digambarkan dengan melihat total arus

yang keluar masuk kota pada 18 jam efektif (jam06.00- 22.00 WIB) pada tiga belas koridor adalah

Page 2: magnetik-suseptibilitas magnetik

5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 2/8

 

2

579.625 kendaraan atau rata- rata 32.201 kendaraan

per jam (Anonim, 2006).

Logam dalam batuan dan tanah bisa berupamineral magnetik yang apabila ditinjau dari sifat

magnetiknya, pada umumnya dikelompokkan

menjadi diamagnetik, paramagnetik danferromagnetik (termasuk ferimagnetik dan

antiferomagnetik). Namun demikian istilah mineral

magnetik biasanya digunakan bagi mineral yangtergolong ferromagnetik. Dalam batuan dan tanah(soils), mineral ferromagnetik umumnya berasal dari

keluarga besi-titanium oksida, sulfide-besi danhidrooksida besi (Satria Bijaksana, 2002).

Metode yang digunakan selama ini untuk 

mengidentifikasi logam adalah metode kimia,

biokimia. dan geokimia. Namun metode-metode ini

mahal dan membutuhkan waktu yang lama.Sementara itu metode geofisika yang dikembangkanbelum efektif untuk mengidentifikasi adanya logam

dalam batuan/ tanah. Untuk itu, dikembangkanmetode magnetik batuan sebagai metode alternatif.

Metode magnetik batuan sering digunakan dalam

kajian lingkungan. Dengan menggunakan perubahandan variasi sifat mineral magnetik dalam tanah,

debu atau sedimen sebagai indikator dari prosesyang terjadi di lingkungan.

Mineral magnetik dapat didentifikasidengan serangkaian metode yang dikenal dengan

metode kemagnetan batuan (rock magnetic methods) 

dan yang lazim digunakan adalah pengukuransuseptibilitas magnetik dengan cara pemetaansuseptibilitas magnetik pada tanah berdasarkan

parameter- parameter magnetik tanah.

Pengukuran susuptibilitas magnetik darisuatu sampel di alam terbuka akan memberikan

informasi tentang mineral yang terkandung di dalam

sampel tersebut. Pemetaan suseptibilitas magnetik tanah dapat dikaitkan dengan pemetaan sebaran

logam dengan asumsi tanah yang diteliti

mengandung logam yang berasal dari gas buangkendaraan bermotor.

Penelitian ini akan memetakan nilai

suseptibilitas magnetik dan mengidentifikasikansebaran logam di Kodya Surakarta dengan caramelakukan survei dan pengukuran secara in-situ 

(pengukuran lansung) di lapangan dengan

Bartington MS2 sensor D sehingga diperoleh datayang dapat mewakili beberapa tempat untuk 

dianalisis dan dibandingkan dengan hasilpengukuran cuplikan tanah di laboratorium denganBartington MS2 sensor W dengan menggunakan

variasi temperatur.

Hasil dari penelitian ini dapat dikaitkan

dengan beberapa kajian masalah lingkunganterutama masalah sebaran logam di tanah denganhipotesis apabila paparan logam disinyalir ada

dalam tanah maka dapat diidentifikasikan juga

masyarakat yang tinggal atau melakukan kegiatan

lainnya di sekitar jalan yang padat lalu lintas

kendaraan bermotor dan mereka yang berada di  jalan raya akan terpapar oleh bahan pencemar

berupa logam yang kadarnya cukup tinggi pula.

II.  Metodologi PenelitianPenelitian mengenai nilai suseptibilitas

magnetik untuk analisis sebaran logam di KodyaSurakarta ini meliputi beberapa tahapan dan metode

penelitian, yaitu:II.1. Pemetaan Nilai suseptibilitas Magnetik 

Pengambilan data adalah pengukuran nilai

suseptibilitas magnetik tanah lapisan atas secara in-

situ (pengukuran langsung di lapangan) dengan

menggunakan Bartington MS2 sensor D. Pada setiaptitik dilakukan pengukuran tiga kali dan hasil yangdigunakan adalah nilai rata- rata dari ketiga nilai

tersebut. Data- data hasil pengukuran kemudiandiolah dengan menggunakan program Surfer v8 

untuk mengetahui gambaran peta kontur nilai

suseptiblitas magnetik di Kodya Surakarta.

Gambar 2.1.Pengambilan data secara in- situ di lapangan

II.2. Pengujian cuplikan tanah di LaboratoriumPengujian di laboratorium untuk 

mengetahui nilai temperatur Curie dapat digunakan

sebagai pembanding dengan hasil pengukuransecara in- situ dilakukan dengan menggunakan

seperangkat Bartington MS2 meter dengan sensorW yang diolah dengan software Geolabsoft v2.2. 

Gambar 2.2. Bartington Susceptibility

Temperature SystemProsedur penelitiannya secara sistematis

terlihat pada diagram alir di bawah ini

Page 3: magnetik-suseptibilitas magnetik

5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 3/8

 

3

 Gambar 2.3. Prosedur penelitian

III. Hasil dan PembahasanPenelitian ini dilakukan untuk memetakan

nilai suseptibilitas magnetik tanah lapisan atassebagai bahan analisis sebaran logam di Kodya

Surakarta. Daerah survei dalam penelitian ini

meliputi area Kodya Surakarta dengan total luas44,04 Km

2.

Pemetaan dilakukan untuk mengetahui

sebaran suseptibilitas pada kedalaman tertentu. Datamapping diolah dengan sofware Surfer ver8 untuk mendapatkan peta kontur isosuseptibilitas. Kontur

isosuseptibilitas menampilkan adanya anomali padatitik-titik tertentu.

Satria Bijaksana (2002) menyatakan bahwadalam batuan dan tanah, mineral feromagnetik 

umumnya berasal dari keluarga besi – titaniumoksida (magnetite, hematite, maghemite), sulfida-

besi (pyrite, pyrrhotite), dan hidro oksida besi

(goethite). Nilai suseptibilitas mineral magnetik iniditunjukkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Nilai Suseptibilitas Magnetik

Mineral Feromagnetik (Hunt dkk, 1995)

Mineral

Magnetik

Suseptibilitas

Magnetik (10-5

SI)

Magnetite 100.000-570.000

Hematite 50-4000Maghemite 200.000-250.000

Ilmenite 200-380.000

Pyrite 35-500

Pyrrhotite 320.000

Goethite 110-1200

Pengukuran secara in-situ menunjukkannilai suseptibilitas magnetik tanah lapisan atas di

Kodya Surakarta berada pada rentang (9,6 - 974,7) x

10-5, yang berarti termasuk dalam rentang nilai

mineral feromagnetik.

Pada temperatur ruangan, hanya besi (Fe),nikel (Ni), kobalt (Co), dan gadolinum (Gd) sajalah

yang merupakan elemen feromagnetik, tetapi

beberapa elemen pada temperatur rendah danlogam-logam campuran (alloy) yang komponennya

tidak feromagnetik juga memperlihatkan efek- efek 

feromagnetik (Allonso,1992). Berdasarkan hal inimaka pada peta isosuseptibilitas dapatdiinterprestasikan bahwa titik yang mempunyai nilai

suseptibilitas magnetik tinggi berarti tanahpermukaan di sekitar titik-titik tersebut mempunyaikandungan logam yang lebih tinggi dibandingkan

daerah sekitarnya.

Klasifikasi tinggi dalam penelitian ini

adalah daerah yang mempunyai nilai suseptibilitasmagnetik 900 x 10

-5- 950 x 10

-5. Daerah yang

mempunyai nilai suseptibilitas magnetik rendah

rentangnya adalah 0-50 x 10-5

. Sedangkan daerah

dengan nilai suseptibilitas 450 x 10

-5

- 500 x 10

-5

 masuk kategori sedang.

Kombinasi dari pengukuran suseptibilitas

magnetik dapat membantu dalam mengidentifikasikondisi tanah di suatu daerah yang mempunyai

kandungan logam di dalamnya. Emisi kendaraan

bermotor diperkirakan sebagai sumber yangsignifikan dari polutan bahan magnetik/ logam

(Hoffman dkk, 1999). Berikut hasil pemetaan nilai

suseptibilitas magnetik tanah lapisan atas di KodyaSurakarta yang diolah dengan perangkat lunak 

Surfer v.8

    

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

0

2

4

6

8

10

12

50

150

250

350

450

550

650

750

850

950

 

Ket: 1 satuan panjang = 500 m

Gambar 3.1. Peta Kontur nilai

suseptibilitas magnetik dari area survei di

Kodya SurakartaIndikasi bahwa sumber utama paparan

logam adalah kepadatan lalu lintas terlihat padapengukuran di daerah sekitar jalan utama dengan

kepadatan lalu lintas yang tinggi mempunyai nilaisuseptibilitas magnetik lebih besar daripada yang  jauh dari jalan utama atau di sekitar daerah

pemukiman. Hal ini terlihat pada peta kontur

Pengukuran

Permukaan tanah  Sampel tanah padakedalaman 0,1 m

Nilai Suseptibilitas

Magnetik 

Nilai suseptibilitasmagnetik 

Peta kontur Suseptibilitas

Magnetik 

Analisis

Kesimpulan

   P  o  s   i  s   i  y   (   S  a   t  u  a  n   P  a  n   j  a  n  g   )

 

Posisi x ( Satuan Panjang )

Page 4: magnetik-suseptibilitas magnetik

5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 4/8

 

4

dimana terlihat adanya anomali dengan nilai

suseptibiltas magnetik tinggi ( warna merah) di

antaranya pada koordinat (3,3), (12,3), dan (13,7).Ini berarti di sekitar titik tersebut banyak terdapat

kandungan logam, hal ini ditunjukkan dengan nilai

suseptibilitas magnetik sebesar 947x 10-5

, 958 x 10-

5, 928,1 x 10-5.

Berdasarkan ploting titik pemetaan pada

Peta Wilayah Kodya Surakarta, koordinat (3,3) dan(12,3) adalah daerah di sekitar Jalan Slamet Riyadiyang merupakan ruas jalan terbesar di Kota

Surakarta dan termasuk kategori jalan utama,sehingga bisa dipastikan intensitas kendaraannyamemang sangat tinggi. Begitu pula dengan

koordinat (13,7) yang merupakan daerah pertigaan

ramai kendaraan bermotor pertemuan dua jalan

utama yaitu Jalan Jenderal Ahmad Yani dan JalanTentara Pelajar.

Secara keseluruhan ada 12 titik pengukuran

di sepanjang Jalan Slamet Riyadi dengan nilaisuseptibilitas magnetik ditunjukkan pada tabel di

bawah ini:

Tabel 3.2. Pemetaan Nilai Suseptibilitas

Magnetik di Jalan Slamet Riyadi

Koordinat    (10-5)

(2,3) 808,6

(3,3) 947,2

(4,3) 872,3

(5,3) 737,3

(6,3) 333,8

(7,3) 246,3

(8,3) 712,9(9,3) 744,8

(10,3) 595,0

(11,3) 904,1

(12,3) 958,1

(13,3) 901,1

Terlihat bahwa sebaran nilai suseptibilitas

magnetik di sepanjang Jalan Slamet Riyadi dari 12titik koordinat pengambilan data secara in-situ mempunyai rentang nilai yang relatif tinggi pada 9

titik koordinat yaitu (712,9-958,1) x 10-5

. Nilai yangrelatif lebih rendah di temukan di tiga koordinat lain

sebesar 246,3 x 10-5; 333,8 x 10-5; dan 595,0 x 10-5.Ketika dicocokkan dengan kondisi saat pengambilan

data, ternyata lokasi pengukuran di tiga titik inidilakukan di taman kota yang terletak di sisi jalan,

sehingga ada pengaruh vegetasi (rerumputan taman)

terhadap nilai suseptibilitas magnetik yang terukur.Pengukuran di tiga titik di Jalan Slamet Riyadi ini

terpaksa dilakukan di areal taman karena secara

kondisi fisik tidak ada permukaan tanah yangterbuka akibat betonisasi di sebelah kiri dan kanan

Jalan Slamet Riyadi. Pengukuran 9 titik lain

dilakukan langsung di tanah permukaan di pinggir

 jalan.

Anomali dengan nilai suseptibilitas yangrendah (warna hijau) di koordinat (1,4) dan (14,10)

yaitu di daerah Jalan Blewah Raya I dan Jalan

Madukoro yang merupakan daerah pemukimanpenduduk ataupun daerah dengan intensitas

kendaraan bermotor yang relatif lebih sedikit

semakin menguatkan bahwa gas buang kendaraanbermotor menjadi salah satu sumber polutan logam.

Dari pengukuran di Jalan Slamet Riyadi di

atas terlihat faktor vegetasi juga memberikankontribusi pada terukurnya nilai suseptibilitas padatanah permukaan. Sehingga pengukuran di tiga titik 

koordinat di areal yang banyak vegetasinya ternyata

berbeda dibandingkan dengan 9 titik pengambilan

data yang lain dalam satu jalan yang sama intensitaskendaraannya. Hal ini juga terlihat pada peta konturisosuseptibilitas pada koordionat (7,2) yang

merupakan daerah Jalan Samanhudi ( pertigaandekat Tugu Lilin) yang termasuk kategori jalan raya

yang secara intensitas kendaraan bermotor daerah

ini bisa dikategorikan ramai. Namun kondisi disekitar jalan yang ditumbuhi pepohonan ternyata

berpengaruh pada sebaran logam yang ada, hal iniditunjukkan dengan nilai suseptibilitas yang hanya

berkisar pada nilai 37,95 x10-5

yang termasuk kategori rendah.

Tumbuhan dapat bertindak sebagai

pengeliminasi logam. Peran pada tumbuhan inidikenal sebagai  fitoremidiasi. Tumbuhan dapatmengeliminasi logam berat melalui beberapa cara,

seperti (i)  fitostabilisasi: tumbuhan menstabilkan

limbah di dalam tanah; (ii)  fitostimulasi: akartanaman menstimulasi penghancuran limbah dengan

bantuan bakteri rhizosfer; (iii)  fitodegradasi:

tanaman mendegradasi limbah; (iv)   fito ekstrasi:  jeringan tanaman, terutama dauan mangakumulasi

limbah; (v)  fitovolatilisasi: limbah diubah menjadi

senyawa yang mudah menguap; serta (vi)

rhizofiltrasi: akar menyerap limbah dari air

(Kompas, 2004).

Namun berbeda dengan bakteri yang dapatmengubah tingkat oksidasi dan ordinasi logammenjadi kurang berbahaya, pada  fitoremidiasi

sebagian logam yang diserap tetap dalam kondisi

membahayakan manusia, sehingga kayu ataupanenan lain dari tumbuhan tersebut harus

diperlakukan secara khusus karena tetapmengandung zat beracun, meskipun tingkatperacunan ini umumnya terbatas karena logam yang

tertahan di lapisan akar umumnya tidak berada

dalam kondisi dapat diserap makhluk hidup. Namun

yang terpenting dengan adanya tumbuhan ini dapatmencegah paparan langsung logam ke tubuhmanusia.

Page 5: magnetik-suseptibilitas magnetik

5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 5/8

 

5

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Endang Purwanti (2002) terkait pemetaan nilai

suseptibilitas magnetik dan identifikasi bahanmagnetik di daerah Ngoresan, Jebres, Surakarta

menyarankan adanya penelitian tambahan dengan

metode pencuplikan tanah untuk dilakukanpenelitian suseptibilitas magnetik tanah di

laboratorium dengan menggunakan variasi

temperatur.Berpijak dari pemikiran ini, sampel yang

diperoleh dari titik-titik yang mempunyai nilai

suseptibilitas ekstrim (tinggi, sedang, dan rendah)berdasarkan pengukuran in-situ di lapangankemudian diuji dengan   Bartington Susceptibility

Temperatur System yang diolah dengan software

Geolabsoft v2.2. sehingga diperoleh grafik 

hubungan antara suseptibilitas magnetik (  ) dan

temperatur (T) seperti yang ditunjukkan pada

gambar 3.2 sampai dengan 3.4. Dengan masing-

masing kategori diambil tiga titik sampel.

Sampel-sampel tersebut kemudiandikelompokkan berdasarkan lokasinya, yaitu

kategori jalan utama, jalan raya, dan pemukimanuntuk mengetahui korelasi antara kepadatan lalu

lintas dengan sebaran logam yang ada berdasarkan

identifikasi nilai suseptibilitas magnetiknya.

1.Kategori Jalan Utamaa. Sampel 1 (Pertigaan Taman Ganesha, Jln.

Tentara Pelajar)

Gambar 3.2 (a). Grafik    vs T  

untuk sampel I

b.  Sampel V (Jln. Slamet Riyadi; pertigaan

depan Pabrik Jamu Air Mancur)

Gambar 3.2 (b). Grafik    vs T 

untuk sampel V c.  Sampel VI ( Jln. Sutan Syahrir)

Gambar 3.2 (c). Grafik    vs T 

untuk sampel VI 

d. Sampel IX (Jln. Slamet Riyadi; sebelahtimur pertigaan Nonongan)

Gambar 3.2 (d). Grafik    vs T 

untuk sampel IX

Gambar 3.2. Grafik    vs T  untuk sampel

kategori jalan utama

   S  u  s

  e  p   t   i   b   i   l   i   t  a  s

Temperatur (0C)

   S  u  s  e  p   t   i   b   i   l   i   t  a  s

Temperatur (0C)

   S  u  s  e  p   t   i   b   i   l   i   t  a  s

Temperatur (0C)

   S  u  s  e  p   t   i   b   i   l   i   t  a  s

Temperatur (0C)

Page 6: magnetik-suseptibilitas magnetik

5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 6/8

 

6

2.Kategori Jalan Rayaa.Sampel II (Depan AUB, Jln.

Martawalanda Maramis)

Gambar 3.3 (a). Grafik    vs T 

untuk sampel II

b. Sampel VII (Jln. Samanhudi)

Gambar 3.3 (b). Grafik    vs T 

untuk sampel VII

c. Sampel VIII ( Jln. Kebangkitan Nasional)

Gambar 3.3 (c). Grafik    vs T 

untuk sampel VIII

Gambar 3.3. Grafik    vs T  untuk sampel

kategori jalan raya

3. Kategori Pemukimana. Sampel III (Jln. Madukoro)

Gambar 3.4 (a). Grafik    vs T 

untuk sampel IIIb. Sampel IV (Jln. Blewah Raya I)

Gambar 3.4 (b). Grafik    vs T 

untuk sampel IV

Gambar 3.4. Grafik    vs T  untuk sampel

kategori pemukiman

Sampel yang termasuk kategori mempunyai

nilai suseptibilitas magnetik tinggi berdasarkan

pemetaan dengan proram Surfer ver8 adalah sampel

I, V, dan IX. Sampel dengan suseptibilitas rendahadalah sampel III, IV, danVII. Sedangkan sampel

yang dimasukkan dalam kategori nilai suseptibilitasmagnetik medium (sedang) adalah sampel II, VI,dan VIII.

Grafik pada gambar 3.2-3.4 di atas

menunjukkan sifat hubungan antara kenaikan suhu

sampel ( sumbu x ) terhadap nilai suseptibilitasmagnetik sampel (sumbu Y). Setelah mengalami

proses pemanasan sehingga suhu perlahan- lahanmulai naik, suseptibilitas magnetik sampel jugamengalami kenaikan. Hubungan antara pengaruh

suhu yang diberikan dengan nilai suseptibilitas yang

diperoleh adalah linier. Artinya, seiring dengannaiknya variasi suhu yang diberikan maka nilai

suseptibilitas magnetik yang didapat jugamengalami kenaikan.

Akan tetapi hubungan linier ini tidak bertahan seterusnya, dapat dilihat pada gambar 3.2-

3.4 bahwa sampel tanah mengalami perubahan yang

   S  u  s  e  p   t   i   b   i   l   i   t  a  s

Temperatur (0C)

   S  u  s  e  p   t   i   b   i   l   i

   t  a  s

Temperatur (0C)

   S  u  s  e  p   t   i   b   i   l   i   t  a  s

Temperatur (0C)

   S  u  s  e  p   t   i   b   i   l   i   t  a  s

Temperatur (0C)

   S  u

  s  e  p   t   i   b   i   l   i   t  a  s

Temperatur (0C)

Page 7: magnetik-suseptibilitas magnetik

5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 7/8

 

7

sangat mencolok setelah suhu sampel mencapai

suhu tertentu. Pada suhu tersebut nilai suseptibilitas

magnetik mencapai nilai maksimum, kemudiansetelah suhu melewati suhu tersebut nilai

suseptibilitas magnetik turun. Suhu transisi ini

disebut suhu Curie. Pemanasan yang terus dilakukan pada

sampel di atas suhu Curie menyebabkan grafik yang

diperoleh adalah penurunan nilai suseptibilitasmagnetik pada variasi kenaikan suhu yangdiberikan. Hal ini sesuai dengan karakteristik bahan

paramagnetik, bahwa suseptibilitas magnetik bahanparamanetik akan mengalami penurunan jika suhudinaikkan.

Pada suhu di bawah suhu Curie perilaku

magnetik dari bahan ferromagnetik adalah

kompleks. Dari penelitian ini diperolehsuseptibilitas magnetik sampel tanah sebelummencapai suhu Curie berkisar antara 35 sampai 600.

Pada penelitian ini sampel tanahmenunjukkan kenaikan suseptibilitas magnetik 

secara perlahan seiring dengan naiknya suhu.

Setelah mencapai suhu Curie suseptibilitasmagnetik bahan ferromagnetik akan mengalami

penurunan seiring dengan naiknya suhu. Hal ini jugaterlihat pada gambar 3.2 sampai 3.4, grafik yang

diperoleh dalam penelitian ini.Penurunan ini disebabkan karena pada suhu

di atas suhu Curie bahan ferromagnetik berubah

menjadi paramagnetik.Penelitian Agus Sugianto (2005) terkait

penentuan suhu Curie logam berupa sampel nikel

  juga menghasilkan grafik yang serupa, dengan suhu

Curie nikel hasil penelitian antara 300

o

C sampai406oC.

Gambar 3.5. Grafik    vs T  untuk sampel nikel

(Agus Sugianto, 2005) Secara teori, suhu Curie untuk beberapa

logam yang bersifat feromagnetik ditunjukkan tabeldi bawah ini

Tabel 3.3. Suhu Curie Bahan Feromagnetik

(Blake More, 1985)

Bahan Suhu Curie (oC)

Fe 770

Co 1122

Ni 358

Gd 16

Dy -188

Sedangkan suhu Curie masing-masing

sampel tanah hasil penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4. Suhu Curie Sampel Tanah Hasil

Penelitian

Sampel Suhu Curie (oC)

I 300

II 270

III 200

IV 260

V 275

VI 270

VII 250VIII 265

IX 250

Dari tabel 3.4 dapat dilihat bahwa suhu

Curie sampel tanah yang diperoleh dari penelitianantara 200

oC sampai 300

oC.

Diperolehnya grafik dari sampel tanah

(Gambar 3.2-3.4) yang mempunyai karakteristik yang sama dengan grafik pengujian sampel Ni yangdilakukan oleh Agus Sugianto (2005) pada gambar

3.5 menunjukan bahwa dalam sampel tanah lapisan

atas yang diambil di area survey Kodya Surakartamengandung paparan logam di dalamnya. Di

samping itu terlihatnya korelasi antara kepadatanlalu lintas dengan nilai suseptibilitas magnetik hasilpenelitian pada peta isosuseptibilitas serta

terukurnya nilai suhu Curie sampel tanah menjadi

indikator bahwa pengukuran suseptibilitas magnetik dengan menggunakan Bartington MS2 meter dapat

digunakan sebagai pendekatan dalam mendeteksi

adanya paparan logam dalam tanah lapisan atas diKodya Surakarta. 

IV. Kesimpulan dan Saran

IV.1. KesimpulanBerdasarkan pembahasan data hasil

penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut:1.  Pengukuran suseptibilitas magnetik dapat

digunakan sebagai metode dalam

mendeteksi sebaran logam;

2.  Pengukuran di dekat jalan utamamempunyai nilai suseptibilitas magnetik 

lebih tinggi dari pada yang jauh dari jalanutama (pemukiman) menunjukkankandungan logam yang tinggi sebagai

   S  u  s  e  p   t   i   b   i   l   i   t  a  s

Temperatur (0C)

Page 8: magnetik-suseptibilitas magnetik

5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 8/8

 

8

indikasi bahwa sumber utama polusi tanah

adalah efek gas buang kendaraan bermotor; 

3.  Temperatur Curie logam yang diperolehdalam penelitian antara 200

oC sampai

300oC.

IV.2. SaranDari hasil penelitian yang telah dilakukan

saran yang dapat diberikan adalah memperbanyak 

pengambilan sampel tanah dari beberapa area yangberbeda dalam satu titik sampel untuk memperolehdata yang lebih mewakili karakteristik titik yang

diteliti tersebut. Hal ini disebabkan adanyakemungkinan intensitas logam berat yang berbeda-beda dalam satu titik yang mencakup satu luasan

daerah tertentu.

V.  Daftar PustakaAlonso, M., Finn, E.J.,1992: Physics, Addison-Wesley

Anonim, 2006 : Proposal Peningkatan Pelayanan

  Angkutan Umum di Kodya Surakarta, Pemkot

Surakarta

Endang Purwanti, 2002:   Analisis Suseptibilitas  Magnetik pada Tanah Menggunakan Bartington

  MS2 Meter di Ngoresan Jebres Surakarta, Skripsi,Fisika, FMIPA UNS, Surakarta

Hoffman, V., Knab, M., Appel, E.,1999:  Magnetic

Susceptibility Mapping of Roadside Pollution,Journal of Geochemical Exploration, vol 66, Hal

313-326

Satria Bijaksana, 2002:   Analisa Mineral Magnetik 

dalam Masalah Lingkungan , Jurnal Geofísika, Edisi

2002, No 1, Hal 19- 27