Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN...

22
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 113 PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS X-9 SMA NEGERI 3 MALANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Basuki Agus Priyana Putra Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Banyak kendala berkaitan dengan pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen). Berdasarkan angket awal penelitian yang diisi siswa, kendala itu berkaitan dengan minat dan proses kreatif. Kedua permasalahan tersebut mendesak untuk diselesaikan karena perannya yang penting dalam membentuk pribadi siswa secara utuh. Selanjutnya, rumusan masalah penelitian ini (1) Bagaimanakah proses peningkatan menulis cerpen siswa kelas X-9 SMA Negeri 3 Malang Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan menggunakan Teknik Akrostik Kompi 9 (K-9)? (2) Bagaimanakah hasil peningkatan menulis cerpen siswa kelas X-9 SMA Negeri 3 Malang Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan menggunakan Teknik Akrostik Kompi 9 (K-9)? Penelitian tindakan kelas ini diawali prasiklus lalu diikuti siklus I dan siklus II. Pada siklus I dan siklus II terdapat 4 tahap kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas X-9 SMA Negeri 3 Malang tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini berlangsung pada bulan April-Mei 2013 dengan melibatkan seorang peneliti dan seorang pengamat. Instrumen yang digunakan untuk menjaring data meliputi instrumen proses belajar siswa, instrumen penilaian cerita pendek karya siswa, dan instrumen pengamatan aktivitas guru. Berdasarkan data dan kajian yang telah dilakukan, maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1) Teknik Akrostik Kompi 9 dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis cerita pendek (meliputi keberanian menjawab, ketepatan jawaban, ketekunan bekerja, dan pemahaman perintah) siswa kelas X- 9 SMA Negeri 3 Malang Tahun Pelajaran 2012/2013 sebesar 12,32%. (2) Teknik Akrostik Kompi 9 dapat meningkatkan hasil belajar menulis cerita pendek (meliputi kemampuan menghadirkan konflik cerita, merangkai peristiwa menjadi alur, memunculkan tokoh cerita dan karakternya, menggambarkan latar, dan menata gaya bercerita dengan memadukan dialog dan narasi) siswa kelas X-9 SMA Negeri 3 Malang Tahun Pelajaran 2012/2013 sebesar 14,26%. Kata-kata kunci: akrostik, kompi 9, menulis, cerpen Stanton (2012:7) mengemuka- kan ”pengalaman - pengalaman yang paling kita ingat biasanya memiliki makna penting”. Pernyataan tersebut mengisyaratkan adanya hubungan antara pengalaman dan makna. Setiap manusia pasti memiliki pengalaman, misalnya berkaitan dengan cinta, penderitaan, kebahagiaan, kesunyian, pendirian, dan sebagainya. Peng- alaman-pengalaman tersebut

Transcript of Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN...

Page 1: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 113

PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9)UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA

PENDEK PADA SISWA KELAS X-9 SMA NEGERI 3 MALANGTAHUN PELAJARAN 2012/2013

Basuki Agus Priyana PutraMahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Banyak kendala berkaitan dengan pembelajaran menuliscerita pendek (cerpen). Berdasarkan angket awal penelitian yang diisisiswa, kendala itu berkaitan dengan minat dan proses kreatif. Keduapermasalahan tersebut mendesak untuk diselesaikan karena perannyayang penting dalam membentuk pribadi siswa secara utuh.Selanjutnya, rumusan masalah penelitian ini (1) Bagaimanakah prosespeningkatan menulis cerpen siswa kelas X-9 SMA Negeri 3 MalangTahun Pelajaran 2012/2013 dengan menggunakan Teknik AkrostikKompi 9 (K-9)? (2) Bagaimanakah hasil peningkatan menulis cerpensiswa kelas X-9 SMA Negeri 3 Malang Tahun Pelajaran 2012/2013dengan menggunakan Teknik Akrostik Kompi 9 (K-9)? Penelitiantindakan kelas ini diawali prasiklus lalu diikuti siklus I dan siklus II.Pada siklus I dan siklus II terdapat 4 tahap kegiatan, yaituperencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun subjekpenelitian adalah siswa kelas X-9 SMA Negeri 3 Malang tahunpelajaran 2012/2013. Penelitian ini berlangsung pada bulan April-Mei2013 dengan melibatkan seorang peneliti dan seorang pengamat.Instrumen yang digunakan untuk menjaring data meliputi instrumenproses belajar siswa, instrumen penilaian cerita pendek karya siswa,dan instrumen pengamatan aktivitas guru. Berdasarkan data dan kajianyang telah dilakukan, maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1)Teknik Akrostik Kompi 9 dapat meningkatkan proses pembelajaranmenulis cerita pendek (meliputi keberanian menjawab, ketepatanjawaban, ketekunan bekerja, dan pemahaman perintah) siswa kelas X-9 SMA Negeri 3 Malang Tahun Pelajaran 2012/2013 sebesar 12,32%.(2) Teknik Akrostik Kompi 9 dapat meningkatkan hasil belajarmenulis cerita pendek (meliputi kemampuan menghadirkan konflikcerita, merangkai peristiwa menjadi alur, memunculkan tokoh ceritadan karakternya, menggambarkan latar, dan menata gaya berceritadengan memadukan dialog dan narasi) siswa kelas X-9 SMA Negeri3 Malang Tahun Pelajaran 2012/2013 sebesar 14,26%.

Kata-kata kunci: akrostik, kompi 9, menulis, cerpen

Stanton (2012:7)mengemuka-kan ”pengalaman-pengalaman yang paling kita ingatbiasanya memiliki maknapenting”. Pernyataan tersebutmengisyaratkan adanya hubunganantara pengalaman dan makna.

Setiap manusia pasti memilikipengalaman, misalnya berkaitandengan cinta, penderitaan,kebahagiaan, kesunyian,pendirian, dan sebagainya. Peng-alaman-pengalaman tersebut

Page 2: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 114

meskipun sama, tentu maknanyaakan berbeda bagi setiap orang.

Pengalaman seseorangdapat dijadikan sumber inspirasi,namun tidak sedikit pengalamanyang terkadang mahal ’harganya’berlalu begitu saja. Di sinilahpermasalahan utamanya, yaitukreativitas. Sayang-nya menurutTabrani (2006:xxiii) ”kreativitasini telah ditempatkan di suatupojok yang terpencil, hanyadipandang sebagai barang antik”.

Karya sastra berupa cerpenmemiliki banyak keunggulandiban-dingkan puisi, novel,maupun drama. Munsyi(2012:164) menyata-kan, ”cerpenmerupakan karya sastra yangpaling banyak digemari dalamkesusastraan Indonesia sesudahPerang Dunia II. Hal ini ditandaidengan terbitnya majalah Kisahpada tahun 1953 yang memuatkarya sastra berupa cerpen.Bentuk ini tidak saja digemarioleh para pengarang tetapi jugaoleh para pembaca”.

Kita akui cerpen telahmerambah ke semua sisikehidupan. Sebagai bukti, semuamedia cetak berupa surat kabar,tabloid, maupun majalah memuatjenis karya sastra ini. MenurutAksan (2011:23), ”setelah munculTwitter, berkembang lagi ’fiksimini’ yang lebih mini, maksimalsepanjang huruf yang bisatertampung di Twitter, yakni 140karakter termasuk spasi dan namapengirimnya”.

Melihat peluang yangsangat terbuka maka amatdisayangkan bila pembelajaranbahasa Indonesia tidakmemanfaatkan kesempatan ini.Keinginan membimbing siswauntuk dapat menulis cerpen yang

memiliki ’nilai jual’ kiranyadimiliki oleh semua guru bahasaIndonesia. Namun keinginanmulia itu sering terhambat olehbeberapa kendala. Kendala-kendala itu ada yang berkaitandengan diri siswa dan kendala diluar diri siswa.

Kendala berkaitan dengandiri siswa misalnya bakat, minat,dan wawasan tentang cerpen.Bakat menulis cerpen memangtidak dimiliki oleh setiap siswa.Berdasarkan survei terhadap siswakelas X SMA Negeri 3 Malangtahun pelajaran 2012/2013, darisetiap kelas berisi 30-35 orang,siswa yang merasa memiliki bakatmenulis cerpen dan produktif,rata-rata hanya 3 orang. Padahalmereka telah diajari menuliscerpen lebih dari dua kali.Selanjutnya, ketika ditanyamengenai minat terhadappembelajar-an menulis cerpen,mayoritas siswa mengatakan tidakberminat dan menyatakanpembelajaran menulis cerpenkurang menarik.

Masih berdasarkan survei,pe-mahaman siswa terhadap teoripenulisan cerpen ternyata telahcukup. Permasalahan justrumuncul pada tujuan dan manfaatpembelajaran menulis cerpen,karena mayoritas siswa mengikutipembelajaran sekedar untukmendapatkan nilai. Selain itusebagian besar siswamenginginkan adanya perubahanmodel dan teknik pembelajaran.

Kendala berikutnya adalahkendala di luar diri siswa. Kendalaini misalnya kemampuan guru dankebija-kan pendidikan secaramakro. Kemampuan guru dalammembimbing pembelajaranmenulis cerpen utamanya terletak

Page 3: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 115

pada kemampuan memilih teknikpembelajaran dan sistemevaluasinya. Sedangkan kendalakebijakan pendidikan secaramakro misalnya model soal dalamUjian Akhir Nasional cenderungpada penilaian apresiasi sastra danbukan pada kreasi sastra.

Beragam kendala dalampembelajaran menulis cerpen telahdiantisipasi dan dicarikansolusinya oleh para guru melaluipenelitian tindakan kelas.Beberapa penelitian pembelajaranmenulis cerpen diuraikan sebagaiberikut. Pertama, penelitian TiaraApril Liza dari UPI Bandung denganjudul “Upaya PeningkatanKemampuan Menulis Cerpen denganMenggunakan Media Website (PTKpada Siswa Kelas X-2 SMA KartikaSiliwangi 1 Bandung TahunPelajaran 2012/2013)”. Kedua,penelitian Mutia Latifah denganjudul” Penggunaan Media FotoDramatik untuk MeningkatkanKeterampilan Menulis Cerpen (PTKpada Siswa Kelas X-1 SMA KartikaSiliwangi 2 Tahun Pelajaran2011/2012)”.

Penelitian selanjutnyaberkaitan dengan teknik akrostik.Pertama, penelitian Devi Sartikaberjudul “Peningkatan KemampuanMenulis Puisi dengan TeknikAkrostik pada Siswa Kelas X SMANegeri 3 Cimahi Tahun Pelajaran2009/2010. Kedua, penelitianRifatun Nisa dengan judul“Peningkatan Kemampuan MenulisPuisi Siswa Kelas VII C SMPNegeri 1 Bojong Kabupaten TegalMelalui Teknik Akrostik denganMedia Smart Card”.

Teknik akrostik memangidentik dengan keterampilan menulispuisi. Namun berdasarkan kajianteori yang telah dilakukan, teknik ini

tidak tertutup kemungkinan untukditerapkan pada materi lainnya,misalnya menulis cerpen. Munsyi(2012:4) menyebutkan bahwa“menulis hakikatnya bagaimanamemilih kata-kata dan merangkainyamenjadi kalimat-kalimat. Dasarnyakuasai bahasa, miliki kata-kata”.

Sebenarnya ada banyakcara yang dapat ditempuh untukmenggiatkan pembelajaranmenulis cerpen. Salah satu carayang dapat dilakukan dan berbiayarelatif murah adalahmengembangkan dan mengujicoba teknik pembelajaran.Pernyataan ini mengisyaratkanbahwa guru sebagai motivatormemerlukan modal keragamanteknik pembelajaran. Satu diantara beragam teknikpembelajaran menulis cerpen yangditawarkan dalam karya tulis inidiberi nama Teknik AkrostikKompi 9 (K-9).

Permasalahan umum yangdibahas dalam penelitian iniadalah: Bagaimanakahpeningkatan keteram-pilanmenulis cerpen siswa kelas X-9SMA Negeri 3 Malang TahunPelajaran 2012/2013 denganmenggu-nakan Teknik AkrostikKompi 9 (K-9)?

Selanjutnya, permasalahankhu-sus penelitian ini adalah (1)bagaimanakah proses peningkatanmenulis cerpen siswa kelas X-9SMA Negeri 3 Malang TahunPelajaran 2012/2013 denganmenggunakan Teknik AkrostikKompi 9 (K-9)? (2)Bagaimanakah hasil peningkatanmenulis cerpen siswa kelas X-9SMA Negeri 3 Malang TahunPelajaran 2012/2013 denganmenggunakan Teknik AkrostikKompi 9 (K-9)?

Page 4: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 116

Tujuan penelitian iniadalah: (1) Memeroleh deskripsiobjektif tentang prosespeningkatan menulis cerpen siswakelas X-9 SMA Negeri 3 MalangTahun Pelajaran 2012/2013dengan menggunakan TeknikAkrostik Kompi 9 (K-9). (2)Memeroleh deskripsi objektiftentang hasil peningkatan menuliscerpen siswa kelas X-9 SMANegeri 3 Malang Tahun Pelajaran2012/2013 dengan menggunakanTeknik Akrostik Kompi 9 (K-9).

Teknik akrostik K-9 dalampenelitian ini dikembangkanberdasarkan pandanganstrukturalisme. ”Goldmannmenyebut teorinya sebagaistrukturalisme-genetik. Artinya, iapercaya bahwa karya sastramerupakan sebuah struktur. Akantetapi struktur itu bukanlah sesuatuyang statis, melainkan merupakanproduk dari proses sejarah yang terusberlangsung, proses strukturasi dandestrukturasi yang hidup dan dihayatioleh masyarakat asal karya sastrayang bersangkutan” (dalam Faruk,1999:12).

Dengan sudut pandang yanglain, Hawkes (dalam Jabrohim,2009:102) menyatakan”strukturalisme adalah cara berpikirtentang dunia yang terutamaberkaitan dengan persepsi dandeskripsi struktur”. Deskripsistruktur yang dimaksud disini adalahkarya sastra berupa cerpen. Dengankata lain, cerpen merupakan sebuahstruktur utuh yang tersusun darihubungan-hubungan unsurpendukung. ”Dalam kesatuanhubungan tersebut, unsur-unsur tidakmemiliki makna sendiri-sendiri.Makna itu timbul dari hubunganantarunsur yang terlibat dalam situasiitu. Dengan demikian, makna penuh

sebuah kesatuan atau pengalaman(dalam hal ini berupa cerpen) hanyadapat dipahami sepenuhnya bilaseluruh unsur pembentuknyaterintegrasi ke dalam sebuahstruktur” (Jabrohim, 2009:102).

Selanjutnya teori belajar yangdigunakan untuk mengembangkanteknik Akrostik Kompi 9 (K-9)adalah teori pembelajarankonstruktivis. Teori konstruktivis inimenyatakan bahwa siswa harusmenemukan sendiri danmentransformasikan informasikompleks, mengecek informasi barudengan aturan-aturan lama danmerevisinya apabila aturan-aturan itutidak lagi sesuai (Trianto, 2011:28).Jadi kata kerja kunci dari teori iniadalah menemukan,mentransfornasikan, dan mengecekinformasi baru dengan aturan-aturanlama.

Akrostik Kompi 9 (K-9)dapat dijelaskan berdasarkan 2bagian pembentuknya, yaitu kataakrostik dan kompi 9. Kata akrostiktidak dijelaskan dalam Kamus BesarBahasa Indonesia. Namun dalamKamus Inggris-Indonesia (Echolsdkk, 2000: 9) acrostic (diserapmenjadi akrostik) berarti sanjak ataususunan kata-kata yang seluruh hurufawal atau huruf akhir setiap barisnyamerupakan sebuah kata ataunamadiri. Berdasarkan penjelasantersebut, mula-mula akrostikdigunakan dalam penciptaan sanjak(puisi). Melihat kekhasan yangterdapat di dalamnya memungkinkanteknik ini dikembangkan dalamproses kreatif prosa, khususnyacerpen.

Bentuk operasional akrostikdalam penulisan cerpen dimulaidengan tahap pencarian ide, misalnyadisediakan sebuah kata ” ”LASKARPELANGI”. Dari kata ini dicarilah

Page 5: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 117

kata yang diawali huruf ”L”,misalnya langit, laut, lembah,lapangan, laju, lentera, laba, laba-laba, ladang, dsb.

Kedua,pengendapan/pengolahan idediwujudkan dalam kegiatan membuatkalimat atau dialog dengan diawalikata-kata yang telah ditemukan padalangkah penggalian ide, misalnya”Laju perahu berpenumpang tujuhorang itu mulai melambat”.

Ketiga, penulisan. Kegiatanpada tahap ini lebih kompleks karenamulai menulis potongan-potongancerpen dalam bentuk paragraf ataudialog sesuai unsur pembentukcerpen yang diinginkan. Misalnya,Huruf ”L” diberi keterangantambahan berupa permasalahan,sehingga menjadi ”L” permasalahan.Huruf ”L” berarti bagian cerpenberisi penjelasan permasalahandimulai kata berhuruf awal ”L”,misalnya : ”Lingkungan tempattinggal pemulung itu mendadakhidup pikuk. Penyebabnya bukankarena kebakaran atau adanyapenertiban Satpol Pamong Praja.Penyebab hiruk pikuk ituditemukannya beratus ikat uang limapuluh ribuan yang dilemparkanseseorang dari atas jembatanlayang”.

Bila huruf pertama dirasacukup, maka dilanjutkan denganhuruf kedua dengan unsur yang lain.Huruf kedua ”A” tokoh, maka proseskreatif siswa menulis cerpen dimulaidengan kata berhuruf awal ”A” berisideskripsi tokoh. Huruf ketiga ”S”latar, huruf keempat ”K” gaya(dialog), huruf kelima ”A” peristiwatahap pertentangan), demikianseterusnya hingga tercipta potongan-potongan cerpen.

Langkah terakhir,editing/revisi diisi dengan kegiatanmerangkai potongan-potongancerpen menjadi sebuah cerpen secarautuh. Selain itu, kegitan yang bisadilakukan adalah menyunting pilihankata, ejaan, struktur kalimat, namatokoh, penajaman konflik cerpen,dan sebagainya.

Rangkaian kegiatan mulaipenentuan huruf awal, lalu penentuanunsur cerpen yang akan ditulis,hingga proses penulisan inilah yangdisebut sebagai teknik AkrostikKompi 9 (K-9). Kompi berarti bagiandari batalion terdiri atas 150-200orang, dipimpin oleh seorangberpangkat kapten. Untuk istilahKompi 9 (K-9) dalam pembahasanini meminjam nama batalion dalamkesatuan Brimob yangberanggotakan anjing pelacak.

METODEPenelitian tindakan ini

dilaksanakan dalam prosespembelajaran sehingga metodepenelitian yang digunakan adalahpenelitian tindakan kelas. MenurutEbbut dalam Hopkins (2011:88),”penelitian tindakan merupakan studisistematis yang dilaksanakan olehsekelompok partisipan untukmeningkatkan praktik pendidikandengan tindakan-tindakan praktis

mereka sendiri dan refleksi merekaterhadap pengaruh dari tindakan itusendiri”.

Berdasarkan batasantersebut, dalam pelaksanaannyapeneliti berkolaborasi dengan mitraguru sekaligus sebagai pengamat.Mitra guru tersebut adalah AhmadSupriyadi, S.Pd., pengampu matapelajaran Bahasa Indonesia kelas X.Selama penelitian berlangsung mitraguru selalu hadir untuk membuat

Page 6: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 118

catatan pembelajaran, membantupenilaian proses, dan mengisi lembarpengamatan yang dibuat peneliti.

Penelitian Tindakan Kelas inidilaksanakan di SMA Negeri 3Malang, tepatnya di Jalan SultanAgung Utara 7 Kota Malang ProvinsiJawa Timur. Subjek penelitian iniadalah siswa kelas X-9 SMA Negeri3 Malang semester 2 tahun pelajaran2012/2013 dengan jumlah 35 orang,terdiri atas 14 orang laki-laki dan 21orang peremp3uan. Siswa di kelas inimayoritas bertipe belajar kinestetikdengan aktivitas fisik yang relatifdominan. Selanjutnya berdasarkansurvei awal penelitian, 77% siswakelas ini menggemari karya sastraberbentuk novel, 65% siswa lebihdari 2 kali pernah diajari menuliscerpen, dan sayang sekali rata-rataketerampilan menulis cerpen palingrendah dibandingkan kelas lainnya.

Penelitian ini direncanakandalam dua siklus dengan rinciansebagai berikut. Siklus I penelitianini terdiri atas empat tahap kegiatan,yaitu perencanaan, tindakan,pengamatan, dan refleksi.Perencanaan meliputi kegiatan (1)Mengadakan diskusi dengankolaborator berkaitan dengan siklus Iyang akan dilaksanakan. (2)Membuat Rencana PelaksanaanPembelajaran untuk siklus I. (3)Membuat instrumen pengamatanaktivitas siswa dan guru. (4)Mempersiapkan media pembelajaran.(5) Menentukan indikatorkeberhasilan siklus I.

Tindakan dibagi dalam duapertemuan. Pertemuan ke-1 berupakegiatan (1) Guru memeriksa jurnaldan kehadiran siswa. (2) Gurumenulis hari, tanggal, dan judulmateri di papan tulis. (3) Gurumemberikan motivasi dan pengantartentang materi belajar. (4) Guru

bertanya jawab dengan siswa tentanghambatan yang ditemui saat menuliscerpen. (5) Guru menunjukkan mediapembelajaran berupa kartu kataberukuran A4. Di setiap lembar kartukata terdapat huruf L, A, S, K, A, R.(6) Guru menunjuk siswa untukmenyebutkan kata yang diawalidengan huruf L, A, S, K, A, R. (7)Siswa berlatih menulis bagian cerpendiawali dengan huruf “L”, “A”, “S”,“K”, “A”, “R”. (8) Guru memberikesempatan kepada siswa untukmembacakan hasil kerjanya. (9)Guru dan kolaborator mencatatidentitas siswa dan tingkatkeberhasilan siswa dalam berlatih.(10) Siswa mengomentari pekerjaantemannya. (11) Guru memberikankomentar terhadap hasil kerja siswasecara acak. (12) Guru memberikanpenguatan terhadap pembelajaranhari itu. (13) Siswa dimintamengumpulkan hasil kerjanya. (14)Guru menginformasikan rencanapembelajaran pada pertemuan yangakan dating. (15) Guru menutuppelajaran dengan salam.

Tindakan pada pertemuan ke-2 meliputi kegiatan (1) Gurumemeriksa jurnal dan kehadiransiswa. (2) Guru mengingatkankembali tujuan pembelajaran danmateri pelajaran pertemuansebelumnya. (3) Guru membagikanbagian-bagian cerpen karya siswa.(4) Guru menugasi siswa untukmerangkai bagian-bagian cerpenyang telah ditulis menjadi sebuahcerpen secara utuh. (5) Siswa salingmenukarkan cerpen yang telahditulis. (6) Guru menugasi siswauntuk membacakan hasil kerjatemannya. (7) Siswa mengomentaripekerjaan temannya. (8) Siswamengembalikan pekerjaan temannya.(9) Guru memberikan komentarterhadap hasil kerja siswa secara

Page 7: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 119

acak. (10) Guru memberikanpenguatan terhadap pembelajaranhari itu. (11) Siswa dimintamengumpulkan hasil kerjanya. (12)Guru menginformasikan rencanapembelajaran pada pertemuan yangakan dating. (13) Guru memintasiswa mengisi angket berisitanggapan terhadap pembelajaran.(14) Guru menutup pelajaran dengansalam.

Pengamatan diisi dengankegiatan kolaborator melakukanpengamatan selama kegiatanpembelajaran berlangsung denganmenggunakan lembar pengamatanaktivitas siswa dan lembarpengamatan aktivitas guru yang telahdibuat. Hasil pengamatan ini akandipakai sebagai dasar bagi refleksi.

Refleksi diisi dengankegiatan peneliti dan kolaboratormengadakan diskusi. Tujuannyauntuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang terjadi pada tahaptindakan. Selain itu, hasil refleksiakan digunakan sebagai bahanpertimbangan untuk menyusunkegiatan siklus II.

Indikator keberhasilanpenelitian meliputi: (1) Dayaserap klasikal terhadapKompetensi Dasar menuliskarangan berdasarkan kehidupandiri sendiri dan pengalaman oranglain dalam cerita pendek sebesar80%. (2) Siswa memiliki skorminimal 16 atau setara dengannilai 80 untuk penilaian prosespembelajaran. (3) Siswa memilikiskor minimal 38 atau setaradengan nilai 76 untuk penilaianhasil pembelajaran.

Aspek penilaian prosesbelajar siswa meliputi keberanianmenjawab, ketepatan jawaban,ketekunan bekerja, dan pemahamanterhadap perintah. Skor keberanian

menjawab 1-3. Aspek penilaianketepatan jawaban memiliki skor 1-4. Aspek penilaian ketekunan bekerja1-4. Aspek penilaian pemahamanterhadap perintah berskor 1-4.

Sesuai dengan kajian pustaka,aspek penilaian hasil pembelajaranmenulis puisi ini meliputipermasalahan (konflik), alur(rangkaian peristiwa), tokoh dankarakterisasi, latar (tempat, waktu,dan suasana/sosial), dan gaya (modeldialog dan narasi). Masing-masingaspek penilaian tersebut memilikiskor maksimal 5.

Pertama, aspek penilaianpermasalahan didasarkan padakompleksitas konflik dalamkaitannya dengan jumlah tokoh. Jikapermasalahan melibatkan lebih dari 3tokoh mendapat skor 5, melibatkan 3tokoh berskor 4, melibatkan 2 tokohberskor 3, melibatkan seorang tokohberskor 2, dan tidak memunculkanpermasalahan secara jelas berskor 1.

Kedua, aspek penilaian alurdidasarkan pada munculnyapergantian peristiwa dalam cerpen.Bila terdapat lebih dari 4 pergantianperistiwa berskor 5, terdapat 4pergantian peristiwa berskor 4,terdapat 3 pergantian peristiwaberskor 3, terdapat 2 pergantianperistiwa berskor 2, dan terdapat 1peristiwa berskor 1.

Ketiga, aspek penilaian tokohdan karakterisasi. Jika karakterisasilebih dari 3 tokoh mendukungpermasalahan utama diberi skor 5,karakterisasi 3 tokoh mendukungpermasalahan utama berskor 4,karakterisasi 2 tokoh mendukungpermasalahan utama berskor 3,karakterisasi tokoh kurang jelasnamun berkaitan permasalahanutama berskor 2, dan karakterisasitokoh kurang jelas dan tidak

Page 8: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 120

berkaitan permasalahan utamaberskor 1.

Keempat, aspek penilaianlatar. Latar cerpen karya siswa diberiskor 5 bila terdapat 3 deskripsi latarsecara berimbang, berskor 4 bilaterdapat 3 deskripsi latar namunkurang berimbang, berskor 3 bilaterdapat 2 deskripsi latar secaraberimbang, berskor 2 bila terdapat 2deskripsi latar namun kurangberimbang, dan berskor 1 bilaterdapat 1 deskripsi latar.

Terakhir, aspek penilaiangaya. Sesuai kajian pustaka, gayayang dimaksud adalah perpaduandialog dan narasi. Cerpen bernarasidan dialog berimbang denganungkapan-ungkapan baru berskor 5,pemakaian narasi dan dialogberimbang dengan ungkapan-ungkapan klise/umum berskor 4,pemakaian narasi dan dialog kurangberimbang namun terdapatungkapan-ungkapan baru berskor 3,narasi dan dialog kurang berimbangdengan ungkapan-ungkapan kliseberskor 2, dan hanya berisi dialogatau narasi berskor 1.

Instrumen pengamatanaktivitas guru oleh siswa dankolaborator disajikan dalam satubentuk. Sasaran pengamatan meliputi20 indikator dengan skor 1-4. Bilakurang diberi skor 1, cukup berskor2, baik berskor 3, dan sangat baikberskor 4. Selanjutnya dari 20indikator, dikelompokkan menjadi 3bagian, meliputi pendahuluanpembelajaran, inti pembelajaran, danpenutup pembelajaran.

Analisis data penelitian inimengacu pada model alir MilesHuberman dalam Hopkins(2011:132) yang meliputi tigakomponen yaitu (1) mereduksi data;(2) penyajian data; (3) penarikankesimpulan dan verifikasi. Ketiga

kegiatan ini dilakukan secaraberuntun.

Selanjutnya data dianalisisdengan langkah-langkah: (1)Mendokumentasikan data yangdiperoleh dari setiap tindakan. (2)Menghitung rata-rata skor dannilai setiap siklus. (3) Menghitungselisih data antartindakan darisetiap aspek. (4) Menghitungselisih data antartindakan darisetiap aspek dalam bentuk persen.(5) Membandingkan dataantartindakan. (6) Menyata-kanhubungan antartindakan dalampernyataan kuantitatif maupunkualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASANPrasiklus penelitian

tindakan menulis cerpen inidilaksanakan dalam duapertemuan. Setiap pertemuanmemerlukan waktu 2 x 45 menit.Pertemuan pertama dilaksanakanpada hari Sabtu, 6 April 2013pukul 11.00-12.30 WIB.Pertemuan kedua dilaksanakanpada hari Kamis, 11 April 2013pukul 13.45-15.15 WIB.Pertemuan pertama pembelajarandibagi menjadi tiga bagian, yaitukegiatan pendahuluan, kegiataninti, dan kegiatan penutup

Pertemuan keduaberlangsung selama 90 menit.Sepuluh menit pertama diisikegiatan pendahuluan, 70 menitberikutnya kegiatan inti, dan 10menit terakhir kegiatan penutup

Pembelajaran menuliscerpen selama dua kali pertemuansecara umum mampu menarikperhatian siswa. Hal ini terbuktidari komentar siswa secara lisanmaupun tanggapan yangdisampaikan secara tertulis dalambentuk lembar pengamatan.

Page 9: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 121

Namun demikian berdasarkanpengamatan guru dan kolaborator,pembelajaran menulis cerpen inibelumlah berhasil. Hal ini terlihatpada penilaian proses dan hasilpembelajaran.

Berdasarkan rubrikpenilaian proses, dari 35 siswayang mengikuti pembelajaran,hanya 3 orang yang beranimenyampaikan kesulitannya, yaituBesty, Cyntia, dan Firena. Selainitu susana kelas kurang kondusifkarena sebagian besar siswamenghabiskan waktunya untukmengobrol atau beraktivitas lainyang tidak berkaitan dengankegiatan menulis cerpen.

Berdasarkan rubrikpenilaian hasil pembelajaranmenulis cerpen dengan 5 aspekpenilaian (pemunculan konflik,rangkaian peristiwa pembentukalur, penokohan, pelataran cerpen,dan gaya), terdapat 7 siswa tuntasKKM, 2 siswa tidakmengumpulkan hasil karya, dan26 siswa belum tuntas KKM.Selain itu, ditemukan pulabeberapa kelemahan. Pertama,kelemahan terlihat padakemampuan siswa dalammenemukan ide. Kedua,kelemahan dalammengembangkan ide menjadikonflik. Ketiga, menghubungkankonflik dengan tokoh. Terakhir,menghubung-kan konflik denganlatar cerita.

Siklus I dirancang dalam duakali pertemuan, masing-masing 2 x45 menit. Pertemuan pertama, diisikegiatan pendahuluan pembelajaran,kegiatan inti pembelajaran, dankegiatan penutup pembelajaran. Pada10 menit pertama diisi kegiatan (1)Siswa secara individu bertanya jawabdengan guru mengenai kompetensi

dasar, misalnya “Apakah tujuanpembelajaran menulis cerpen?”,“Bagaimana hubungan antaraketerampilan menulis cerpen denganuang saku Anda?”, “Apa judulcerpen yang terakhir Anda baca?”,dan sebagainya. (2) Siswamenyepakati tujuan pembelajaranyang ingin dicapai, misalnya“Mampu menulis sebuah cerpendengan konflik, penokohan, dan lataryang menarik”. (3) Siswa bersamaguru bertanya jawab tentang materiyang telah dibahas dalamhubungannya dengan materi yangakan dibahas, misalnya keterkaitanunsur intrinsik cerpen dengan proseskreatif menulis cerpen.

Kegiatan inti pembelajaranselama 70 menit meliputi (1) Siswamendengarkan penjelasan singkatmengenai urutan kegiatan menuliscerpen yang akan dilaksanakanberupa pencarian ide denganmenjawab pertanyaan “Apa masalahyang akan saya ceritakan?”,pengendapan ide dengan menjawabpertanyaan “Mengapa sayaceritakan?”, dan pengolahan idedengan menjawab pertanyaan “Siapatokohnya dan bagaimana latarnya?”.(2) Siswa secara individu berlatihmenulis bagian cerpen diawalidengan huruf “L”, huruf “A”, huruf“S”, huruf “K”, huruf “A”, dan huruf“R”. (3) Siswa mengomunikasikansecara lisan bagian-bagian cerpenyang telah ditulisnya secara klasikal.(4) Siswa lainnya memberikankomentar mengenai isi, keunggulan,atau kekurangan.

Kegiatan penutup selama 10menit meliputi (1) Beberapa siswaberkomentar mengenai kegiatanmenulis bagian-bagian cerpen yangtelah dijalaninya. (2) Siswamenerima penguatan dan komentarmengenai proses kreatif menulis

Page 10: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 122

cerpen dari guru. (3) Siswamengumpulkan hasil karya berupabagian-bagian cerpen secara individukepada guru.

Pertemuan ke-2 direncanakanselama 90 menit. Kegiatanpendahuluan selama 10 menitmeliputi (1) Siswa bersama gurubertanya jawab mengenaikompetensi dasar, misalnya“Mengapa keterampilan menuliscerpen diajarkan secara berulang?”.(2) Siswa menerima bagian-bagiancerpen yang telah ditulisnya. (3)Siswa bersama guru bertanya jawabtentang materi yang telah dibahasdalam hubungannya dengan materiyang akan dibahas, misalnya“Bagaimanakah hubungan antarapenokohan dengan latar cerpen?”.

Kegiatan inti selama 70 menitmeliputi (1) Siswa mendengarkanpenjelasan singkat mengenai urutankegiatan menulis cerpen secaraindividu yang akan dilaksanakan,misalnya cara menghubungkanbagian-bagian cerpen dengan caramenunjuk atau dengan caramengulang. (2) Siswa membacakanbeberapa bagian cerpen yang telahditulis kemudian menjelaskanhubungan antarbagian cerpen secaralisan, misalnya siswa membacakanpenggalan latar dan dialog, lalumenjelaskan hubungan di antarakeduanya. (3) Siswa merangkaibagian-bagian cerpen yang telahditulis menjadi sebuah cerpen yangutuh, sehingga terdapat bagiancerpen berfungsi sebagai pembuka,puncak konflik, dan penyelesaian. (4)Siswa saling menukarkan cerpenyang telah ditulis untuk disunting. (5)Siswa mengomunikasikan hasilkerja.

Kegiatan penutup selama 10menit meliputi (1) Siswaberkomentar mengenai kegiatan

pembelajaran yang telah dijalaninya,terutama berkaitan dengan teknikmenulis bagian-bagian cerpen yangdimulai dari huruf tertentu menjadikata, lalu kata dikembangkanmenjadi kalimat, kalimat menjadiparagraf, hingga merangkainyamenjadi sebuah cerpen. (2) Siswamenerima penguatan dan komentardari guru mengenai teknik akrostik.(3) Siswa mengumpulkan hasilkaryanya. (4) Siswa mengisi angketberkaitan dengan pembelajaran.

Ketika kegiatan tanya jawabdirasa cukup, sampailah padakomentar siswa untuk guru danpembelajaran secara umum. Ternyatasebagian besar siswa memberikankomentar mengenai keterbatasanwaktu menulis cerpen. Komentar iniditanggapi guru dengan memberipenjelasan bahwa berdasarkan surveiawal pembelajaran, 45 persen siswamemerlukan waktu kurang dari 90menit untuk menyelesaikan sebuahcerpen.

Tanggapan ini relatifmemuaskan siswa sehingga gurumelanjutkan pada kegiatan inti. Padakegiatan inti, permainan akrostiktidak menggunakan kata LASKARseperti pada perencanaan, tetapimenampung usulan siswa denganmemilih kata CERITA. Keenamhuruf tersebut dibuat kuis sebagaihuruf pertama setiap kata. Gurumenunjuk siswa yang duduk di deretpaling kanan untuk menyebut katayang diawali dengan huruf “C”, deretberikutnya huruf “E”, “R”, “I”, “T”,“A”.

Guru menyeleksi kata usulansiswa sehingga ditemukan katacermat, ekor, rintik, istana, tulisan,dan awan. Kata-kata tersebutdiuraikan menjadi kalimat,selanjutnya dikembangkan menjadibagian cerpen berupa narasi atau

Page 11: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 123

dialog. Siswa diperbolehkanmenggunakan huruf awal yang samanamun menjadi kata yang berbeda,misalnya ‘t’ bukan lagi kata temaramtetapi kata tendangan, tembakan,tuturan, dan sebagainya.

Untuk memulihkan suasanapembelajaran agar lebih kondusif,guru mendatangi siswa pemicukegaduhan dan memeriksapekerjaannya. Langkah ini cukupefektif karena suasana menjaditenang dan siswa kembali menekunipekerjaan hingga mendekati menitke-80. Pada sisa waktu 10 menitterakhir suasana menjadi gaduhkembali karena siswa bernamaAldian dan Besty mengumpulkanpekerjaannya. Guru membacakanpekerjaan Aldian dengan tujuanuntuk menarik perhatian siswa danmengurangi kegaduhan.

Usaha guru mengurangikegaduh-an belum juga berhasilnamun waktu pembelajaran telahberakhir. Siswa mengumpulkanpekerjaan dan pembela-jaran ditutuptanpa penguatan dari guru.

Pada pertemuan ke-2 terdapatpenyimpangan dari rencanapembelajaran yang telah ditetapkan.Penyimpangan pertama terjadi padakegiatan pendahuluan, yaitu Tanyajawab mengenai kompetensi dasarditiadakan. Sebagai penggantinya,tanya jawab difokuskan padapenggalan cerpen karya siswa yangtelah dikomentari guru secaratertulis. Kegiatan ini dibatasi hinggatidak melebihi 10 menit.

Aldino ditunjuk membacakanbagian cerpen karena siswa ini cukupproduktif. Namun bagian cerpenyang ditulis tidak berhubunganditinjau dari ide pokok cerita maupunketerkaitan konflik tokoh.

Kegiatan inti pertemuan ke-2adalah merangkai bagian-bagian

cerpen menjadi sebuah cerpen secarautuh. Ada dua kegiatan yang telahdirencanakan namun tidakdilaksanakan. Keduanya adalahmenukarkan cerpen siswa untuksaling disunting danmengomunikasikan hasil kerja siswa.Menyunting dan mengomunikasikankarya tidak dilakukan karenaaktivitas merangkai bagian cerpencukup menyita waktu dankonsentrasi siswa.

Sebagai pengganti kegiatanmenyunting dan mengomunikasikankarya, guru mendatangi beberapasiswa, baik yang sangat tekunberkarya maupun siswa yang kurangtekun berkarya. Siswa berkategoritekun berkarya seperti Adinda,Dezzalina, Dita, Naufal, dan NurAfida didatangi untuk semakinmemantapkan karya, terutamaberkaitan dengan penokohan dan senimembentuk konflik cerita. Adapunsiswa berkategori kurang tekunbekerja, seperti Ajeng, Farah, Fariz,M. Dawilah, M. Dimas, M. Nadhif,Novita, Nur Afida, Riza,Sabilurrahma, dan Selmina,didatangi untuk melacakkesulitannya atau memberikanperhatian agar kembali berkarya.

Kegiatan penutup pertemuankedua diisi aktivitas pengumpulanhasil karya siswa. Selain itu, gurujuga memberikan penguatanmeskipun siswa kurangmemperhatikan. Akhirnya gurumeminta siswa memberikan masukanterhadap pembelajaran yang telahdijalani dengan cara mengisi angket.Beberapa siswa tidak mengisi angketkarena sedang menyelesaikancerpennya.

Berdasarkan indikatorkeberhasil-an, proses pembelajaranmenulis cerita pendek denganmenggunakan Teknik Akrostik

Page 12: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 124

Kompi 9 (K-9) belumlah berhasil.Hal ini terlihat dari empat aspekpenilaian proses, ketuntasan hanyadicapai 10 siswa atau 38,24%. Selain

itu terlihat pula nilai rata-rata hanya69, padahal yang ditargetkan sebesar80.

Tabel 1 Pembelajaran pada Siklus I

No Uraian JumlahSiswa

Tuntas BelumTuntas

Rata-rataNilai

1. Proses pembelajaran menulis ceritapendek

35 13 22 69

2. Hasil pembelajaran menulis ceritapendek

35 12 23 67,3

6062646668707274767880

Proses Pembelajaran Hasil Pembelajaran

Target

Hasil

Diagram 1 Proses dan Hasil Pembelajaran Siklus I

Berdasarkan observasikolabora-tor, guru belum bisamenciptakan pembelajaran yangideal. Hal ini terlihat dari 20 aspekobservasi, ternyata hanya 5 aspekyang memenuhi target. Selebihnyatermasuk kriteria baik dan beberapaaspek cukup. Dengan kata lain,kemampuan guru baru mencapai50%.

Terdapat beberapa catatansetelah siklus I dilaksanakan.Intinya mengarah pada bentukperbaikan siklus I dan masihdiperlukannya siklus II.

Selanjutnya, pembahasanrefleksi berkaitan denganpenilaian hasil. Peneliti dankolaborator menyepakati beberapahal berkaitan dengan kegiatan ini.Pertama, lebih dari setengahjumlah siswa mengalami kesulitanmengolah ide hingga membentukkonflik. Konflik dalam cerpenkarya siswa cenderung konflikfisik dan terjadi antartokoh.Permasalahan ini pada siklus IIdiantisipasi dengan langkahpermainan teka-teki, misal-nya”Perwira menemukan ’D’ di laci

Page 13: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 125

meja guru ketika akan mengambiljurnal kelas.”; ”Apakah ’D’ yangdimaksud?”; ”Bagaimana suasanahati Perwira setelah menemukan’D’?; ”Apa yang dilakukanPerwira?”, ”Bagai-mana jikaPerwira dituduh mencuri ’D’?”;dan seterusnya.

Kedua, secara umum siswamengalami kesulitan dalammerangkai peristiwa hinggamenjadi sebuah alur cerita.Sebagai buktinya, hampir semuacerpen karya siswa menyajikansebuah sebab terjadinya peristiwasekaligus sebuah akibat dariperistiwa itu. Belum banyak yangmencoba menulis sebuah sebabperistiwa dengan beragam akibatyang melibatkan beberapa tokoh.Pada siklus II kendala ini akandiantisipasi dengan permainanakrostik, misalnya ”Perwiraberencana menyerahkan ’D’ yangditemukan kepada ’S’ sekolah.”;”Siapakah ’S’ yangdimaksud?”;-”Selain ’S’, siapakah yang akandipilih Perwira untuk menerima’D’? ”;- ”Bagaimanakah reaksitokoh-tokoh itu terhadapPerwira?”, dan seterusnya.

Ketiga, kemampuan siswadalam menghadirkan tokoh dankarakter relatif bagus untuksebagian kecil siswa sepertiNaufal Faras. Naufal mam-pumenghadirkan lebih dari 3 tokohdengan tetap mendukungpermasalahan utama. NamunRidlo, M. Hafiz, M. Dimas, M.Dawilah, Ghazian, dan Farizmengalami permasalahan seriusberkaitan dengan tokoh dankarakterisasi. Usaha mencarisolusi terhadap permasalahan ini,pada siklus II akan ditem-puhlangkah akrostik pula, misalnyadengan menyajikan pertanyaan

”Salah satu sifat Perwira adalah’P’.”; ”Apakah ’P’ yangdimaksud?”; ”Mengapa sifat ’P’itu sering muncul?”; ”Apakebaikan sifat ’P’ itu?”; ”Apakekurang-an sifat ’P’ itu?”;”Apakah permasalahan yangpernah dialami Perwira dengansifat ’P’ itu?”, dan seterusnya.

Keempat, keterampilansiswa menggambarkan latar cerita.Cerpen karya siswa umumnyabermasalah pada upayapenggambaran detail latar, baiklatar tempat, waktu, suasana,maupun latar sosial. Detail latartampak kurang logis karenapengamatan hanya dilakukansecara sekilas.

Pada siklus II,permasalahan latar diatasi denganmengarahkan imaji siswa melaluijawaban pertanyaan ”Dimanatokoh Perwira menemukandompet?”, ”Apa benda yangterdapat di sekitar tempat itu?”,”Suara apa saja yang terdengar ditempat itu?”, ”Bagaimana aromayang tercium di tempat itu?”,”Bagaimana suasana di tempatitu?”, dan sebagainya.

Kelima, keterampilan siswadalam mengungkapkan gayabercerita dengan memadukandialog tokoh dan narasi pencerita.Permasalahan gaya ini tidaksekompleks alur, penokohan, danlatar. Secara umum siswa telahmampu membedakan narasidengan dialog. Namun komposisidi antara keduanya menjadibermasalah karena beberapa siswaterlalu asyik dengan dialogsehingga melupakan narasi,demikian sebaliknya.

Permasalahan gaya ini padasiklus II diantisipasi denganmenerapkan cara melacak

Page 14: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 126

pencerita dan interaksi antartokoh.Melacak pencerita berarti siswamenuliskan narasi cerpen,sedangkan interaksi antartokohberarti siswa menulis percakapantokoh.

Siklus II dirancangberdasarkan kondisi pembelajaranpada siklus I, khususnya catatanrefleksi. Catatan refleksi inimerupakan perpaduan pengamatanpeneliti, komentar kolaborator,komentar siswa pada akhirpembelajaran, angket pengamatanyang diisi siswa, nilai prosespembelajaran, dan nilai hasilpembelajaran.

Siklus II dilaksanakan padahari Selasa, 30 April 2013 pukul12.15-13.45 dan pada hari Rabu, 1Mei 2013 pukul 06.45-08.15.Pertemuan pertama selama 2 x 45menit diawali dengan kegiatanpendahuluan. Suasana kelas tidakbegitu kondusif karena siswa tampaklelah sehingga kurang bergairahmengikuti pembelajaran. Gurumembatalkan kegiatan tanya jawabuntuk mengawali pembelajaran.Sebagai pengganti, guru menayang-kan rubrik penilaian menulis cerpen.Sebelumnya guru telah membagikancerpen kepada setiap siswa. Siswabernama Ajeng, Nadhif, dan Ongkotidak menerima cerpen karenamemang tidak mengumpulkan.

Suasana kelas belum jugakondusif meskipun guru telahmemberikan penjelasan berkaitandengan rubrik penilaian cerpen. Guruberusaha menarik perhatian siswadengan menayangkan penggalancerpen tulisan guru. Tampaknyalangkah ini masih belum mampumenarik perhatian siswa, sehinggaguru menunjuk salah seorang siswauntuk membacakannya. Di akhirpenggalan cerpen tulisan guru,

disajikan pertanyaan “Bagaimanakelanjutan dialognya?” atau“Bagaimana kelanjutan narasinya?”.

Langkah tersebut ternyataberhasil mengondisikan siswa.Memang, beberapa siswa masih adayang belum siap mengikutipembelajaran. Guru mengantisipasisiswa yang belum siap mengikutipembelajaran dengan mengajukanpertanyaan.

Mengingat suasana kelasmulai kondusif, guru menantangsiswa untuk menemukan ide cerpenberdasarkan pengalaman diri sendirimaupun pengalaman orang lain. Padatahap penggalian ide, gurumengajukan pertanyaan “Apakahpengalamanmu berkaitan dengan‘PELANGI’?”; “Apakahpermasalahan yang muncul berkaitandengan ‘PELANGI’?”; “Siapa tokohyang akan diceritakan?”;“Bagaimanakah latar cerita yangmelingkupi tokoh tersebut?”;“Apakah pesan yang ingin Andasampaikan melalui cerita itu?”.

Guru menayangkan kata‘PELANGI’ dan meminta siswauntuk menyebut-kan kata yangdiawali huruf P, E, L, A, N, G, dan I.Untuk menguji keaktifan siswa, gurudengan sengaja tidak menunjuksiswa. Langkah ini sedikit berbedadengan siklus I saat siswa selaluditunjuk guru. Guru menampungsemua kata usulan siswa, sehinggaterkumpul kata pagi, peluh,pemandangan, ekor, editor, efek,elang, langit, laba, laboratorium,ladang, laga, air, angin, api, ajaran,ahli, nisan, nada, nasihat, nasib,gaung, gerobak, gelas, gambar,gamelan, galian, ilmu, ilham, impian,induk, dan sebagainya.

Kata-kata usulan siswa untuksementara tidak dibatasi jenismaupun jumlahnya. Hal ini bertujuan

Page 15: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 127

untuk membangkitkan keberaniansiswa. Tahap berikutnya, gurumenghubungkan ketujuh huruftersebut dengan unsur intrinsikcerpen dan mengolahnya dalambentuk kalimat perintah, seperti (1)Tulislah deskripsi tokoh cerpendiawali huruf “P”. (2) Tulislahbagian konflik cerpen diawali huruf“E”. (3) Tulislah narasi cerpenberupa latar tempat diawali huruf“L”. (4) Tulislah dialog antartokohdiawali huruf “A”. (5) Tulislah narasicerpen berupa latar waktu diawalihuruf “N”. (6) Tulislah konflik batintokoh cerpen diawali huruf “G”. (7)Tulislah dialog atau narasi akhircerpen diawali huruf “I”.

Suasana kelas tidak terlalugaduh, tetapi siswa tampak kurangberminat pada kegiatan menuliscerpen. Guru mengalihkan perhatiansiswa dengan kuis ringan, “Limasiswa pertama yang beranimembacakan hasil karyanya,mendapatkan tambahan nilai proses”.Kuis ini ternyata belum mampumenarik minat siswa sehingga gurumenunjuk Besty dan Dita untukmembacakan karyanya.

Langkah penunjukan inimulai menampakkan hasil. Siswayang kurang memperhatikan dankurang berminat menulis cerpenseperti Ridho, Nadhif, M. Dimas,Faris, dan Evan tampak mulaiberkarya. Guru dengan sengaja tidakmemberi penjelasan secara klasikalkarena siswa tampak asyik menulisbagian-bagian cerpen. Sebagaipengganti, guru mendatangi setiapmeja siswa dan memantau kendalayang dihadapinya serta memberialternatif solusi.

Suasana pembelajaran padapertemuan ke-2 siklus II sangatkondusif. Salah satu faktapendukungnya, pembelajaran

berlangsung pagi hari. Melihatkondisi yang sangat bagus, gurumelakukan beberapa perubahan.Perubahan mendasar yang dilakukanadalah mengurangi kegiatanpendahuluan pembelajaran. Langkahini dilakukan setelah mendapatusulan dari siswa terkait waktupenulisan cerpen yang dianggapkurang. Akhirnya guru hanyamembagikan bagian-bagian cerpenyang ditulis siswa dan memotivasisecara singkat dengan kalimat “Siapayang ingin meraih popularitas duniadan dicintai Allah, makamenulislah!”

Memasuki kegiatan inti, gurutidak lagi menayangkan penggalancerpen milik beberapa siswa sepertiyang telah direncanakan. Sebagaipengganti, guru melatih siswa untukmempertajam konflik cerita denganteka-teki. Pelatihan mempertajamkonflik secara lisan ini berlangsunghingga menit ke-15. Menitberikutnya guru melatih siswamerangkai peristiwa hingga menjadialur cerita dengan permainanakrostik.

Dengan adanya pelatihanmempertajam konflik danmembentuk alur, suasana kelasmenjadi sangat kondusif.Indikatornya, sebagian besar siswatampak asyik berkarya meskipunmasih ada juga siswa yang kurangtekun, bahkan bermain telepongenggam. Setelah didatangi, ternyatasiswa tersebut (Ridlo dan Evan)melacak cerpen dari internet.

Guru tidak berani lagimemberi keterangan atau komentarsecara klasikal karena siswa tampakasyik berkarya merangkai bagian-bagian cerpen atau meneruskancerpen yang belum selesai. Sebagaipengganti keterangan atau komentarsecara klasikal, guru mendatangi

Page 16: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 128

bangku siswa untuk memantauproses kreatif sehingga duplikasi atauplagiasi cerpen dapat dicegah. Selainitu, pemantauan bertujuan untukmenampung kesulitan siswa danmemberikan pilihan solusi.

Memasuki menit ke-80, gurumemaksakan diri memberi penguatansecara klasikal karena waktupembelajaran hampir usai. Langkahini ternyata tidak diperhatikan siswa.

Hingga akhir pembelajaran rencanamenukarkan cerpen karya siswauntuk saling disunting juga tidakterlaksana. Hampir semua siswamampu menyelesaikan cerpen,mengumpulkannya, sekaligusmengisi angket penulisan cerpen.Namun yang menjadi catatanpenting, pembelajaran ditutup tanpapenguatan dan simpulan.

Tabel 2 Proses dan Hasil Pembelajaran pada Siklus II

No UraianJumlahSiswa

Tuntas BelumTuntas

Rata-rataNilai

1. Proses pembelajaran menulis ceritapendek

35 21 14 77,5

2. Hasil pembelajaran menulis ceritapendek

35 20 15 76,9

Berdasarkan indikatorkeberhasil-an, proses pembelajaranmenulis cerita pendek denganmenggunakan Teknik AkrostikKompi 9 (K-9) mulai menampakkanhasil. Hal ini terlihat dari empataspek penilaian proses, ketuntasandicapai oleh 21 siswa atau 60%.Selain itu terlihat pula nilai rata-rata

mencapai 77,56 dari target sebesar80.

Selanjutnya, hasilpembelajaran menulis cerita pendekdengan menggunakan TeknikAkrostik Kompi 9 (K-9) pun tampakmeningkat. Jumlah siswa mencapaiketuntasan 20 orang atau 62,5%. Disamping itu, siswa memiliki nilairata-rata 79,6 dari target 76.

74757677787980

ProsesPembelajaran

HasilPembelajaran

Target

Hasil

Diagram 2 Proses dan Hasil Pembelajaran Siklus II

Page 17: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 129

Berdasarkan observasikolaborator pada siklus II, gurutampak bisa menciptakanpembelajaran mendekati ideal. Halini terlihat dari 20 aspek observasi,ternyata 10 aspek memenuhi targetamat baik. Selebihnya termasukkriteria baik dan tidak terdapat satupun nilai cukup.

Siklus II merupakanpenyempur-naan dari siklus I.Berdasarkan perencanaan,pelaksanaan, dan observasi siklus II,ditemukan beberapa catatan sebagaibahan refleksi. Namun bertolakdari sisi kebutuhan penelitian,efektivitas, dan ketercapaianmateri lain, maka penelitiantindakan kelas ini dibatasi sampaisiklus II.

Refleksi berkaitan denganproses pembelajaran menuliscerpen dengan menggunakanteknik akrostik K-9 diuraikansebagai berikut. Pertama,permasalahan keaktifan siswadalam mengomunikasikan hasilkerja sudah mulai teratasi. Padasiklus II ini sebagian besar siswatidak perlu ditunjuk lagi untukmengomunikasikan hasil kerjanya.Menurut angket yang diisi siswa,perubahan ini salah satunyadisebabkan oleh penerapan’bonus’ nilai proses. Namundemikian keaktifan siswa ini perludibatasi agar alokasi waktu terbagimerata untuk semua aspekpembelajaran.

Kedua, kecenderungansiswa menjawab dengan tepat danlengkap namun hasil duplikasimulai berkurang. Hal ini terjadisetelah guru secara intensifmengawal proses kreatif siswasecara individu denganmendatangi bangku mereka.

Pemantauan ini berimbas pulapada suasana pembelajaran yangkondusif meskipun terkadangtidak tenang.

Ketiga, siswa mulai tampaktekun bekerja dan cermat dalammeman-faatkan waktu. Memangdijumpai siswa (Ajeng, Evan,Firena, M. Dimas Irfano, Ongko,Ridlo) yang belum mengalamiperubahan seperti yangdiharapkan. Siswa-siswa tersebuttelah diantisipasi dengan memberitantangan berupa kuis atau justruhasil karyanya dijadikan model.

Keempat, pemahamansiswa terhadap perintah danlangkah-langkah pembelajaran.Selama 2 kali pertemuan padasiklus II, secara umum siswamemahami langkah-langkahpembelajaran dengan bagus.Sebenarnya ditemukan juga siswayang tidak utuh memahamilangkah-langkah pembelajaran.Antisipasi terhadap kasus ini, gurumemanfaatkan siswa terdekatuntuk menjelaskan danmemberikan contohnya.

Pada pertemuan pertama,Selasa, 30 April 2013 pukul12.15-13.45, suasana awalpembelajaran kurang kondusif.Setelah membagikan cerpen karyasiswa pada siklus I, gurumengubah kegiatan pembelajarandengan menayangkan rubrikpenilaian. Suasana kelas masihbelum kondusif juga danpembelajaran belummemungkinkan untuk memasukikegiatan inti. Akhirnya gurumenayangkan penggalan cerpentulisan guru lalu meminta salahseorang siswa untukmembacakannya. Langkah initernyata mampu membentuk

Page 18: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 130

konsentrasi siswa untuk memasukikegiatan inti.

Penulisan bagian-bagiancerpen diawali dengan kegiatantantangan penggalian ide.Tantangan guru mengajukanpertanyaan ”Apakah pengala-manmu berkaitan dengan’PELANGI’?” ternyata mampumenarik perhatian siswa. Lebih-lebih ketika setiap huruf kataPELANGI diminta untukmenguraikannya menjadi sebuahkata.

Tantangan yang diberikanguru kepada siswa tidak berhentipada kegiatan menjawabpertanyaan penggali ide danmenulis kata yang diawali denganhuruf P, E, L, A, N, G, dan I.Selanjutnya siswa diarahkanmenggunakan kata-kataberhururuf awal P, E, L, A, N, G,dan I menjadi sebuah dialog ataunarasi cerpen. Rincian perintah itusebagai berikut (1) Tulislahdeskripsi tokoh cerpen diawali huruf“P”; (2) tulislah bagian konflikcerpen diawali huruf “E”. (3)Tulislah narasi cerpen berupa latartempat diawali huruf “L”; (4) tulislahdialog antartokoh diawali huruf “A”.(5) Tulislah narasi cerpen berupalatar waktu diawali huruf “N”. (6)Tulislah konflik batin tokoh cerpendiawali huruf “G”. (7) Tulislahdialog atau narasi akhir cerpendiawali huruf “I”.

Tahapan pembelajarantersebut ternyata mampumeningkatkan perhatian siswa.Sebagai buktinya, suasanapembelajaran sangat kondusif danhampir semua siswa mampu menulis7 penggalan cerpen, meskipunkedalaman isi dan hubunganantarbagian cerpen belum memenuhikriteria sangat bagus. Dengan

demikian tantangan pertemuanberikutnya adalah menambah bagian-bagian cerpen dan merangkainyamenjadi sebuah cerpen secara utuh.

Pada pertemuan ke-2, kondisiawal pembelajaran sangat kondusif.Penyebabnya, waktu pembelajaranberlangsung pagi hari dan komentaryang disampaikan guru lebih pribadikarena dituliskan di lembar tugassiswa. Untuk itulah gurumengurangi alokasi waktupendahuluan pembelajaran.

Bimbingan guru padakegiatan inti lebih bersifat pribadi.Langkah ini berdampak padakecepatan siswa dalam merangkaibagian cerpen. Selain itu, proseskreatif merangkai bagian-bagiancerpen memang khas untuk setiaporang, sehingga keteranganklasikal cenderung tidakdiperlukan.

Permasalahan keaktifan siswamengomunikasikan hasil karya dapatdiatasi dengan memberikan ‘bonus’nilai proses. Pemberian ‘bonus’ nilaiini wujud penghargaan yang perludilakukan berulang. Selanjutnyamasalah duplikasi jawaban mulaiberkurang intensitasnya ketika proseskreatif dipantau secara intensif olehpengajar. Keterlibatan guru dalammengawal proses kreatif siswa agarorisinalitas terjaga memangmemerlukan kesabaran dankecermatan.

Bagian ketiga dari prosespembelajaran yang perlu dibahasadalah ketekunan siswa dalambekerja dan kecermatan dalammemanfaatkan waktu. Permasalahanini dapat diatasi dengan intensifikasikuis dan pemodelan karya siswa,mulai dari model yang kurang bagushingga model yang sangat bagus.Bagian terakhir dari prosespembelajaran yang perlu dikomentari

Page 19: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 131

adalah pemahaman siswa terhadapperintah dan langkah-langkahpembelajaran. Keduanya dapatdioptimalkan ketika memanfaatkankeberadaan tutor sebaya. Artinya,

jika pemahaman perintah danlangkah pembelajaran bermasalah,bukan selalu guru yangmenjelaskannya.

Tabel 3 Data Antarsiklus Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Menggunakan

Teknik Akrostik Kompi 9 (K-9)

NoUraian Jumlah

SiswaTuntas Belum Tuntas Rata-rata Nilai

SiklusI

SiklusII

SiklusI

SiklusII

SiklusI

SiklusI

1. Proses pembelajaranmenulis cerita pendek

35 13 21 22 14 69 77,5

2. Hasil pembelajaranmenulis cerita pendek

35 12 20 23 715 67,3 76,9

Komentar selanjutnyaberkaitan dengan hasil pembelajaranmenulis cerpen menggunakan teknikakrostik K-9. Kesulitan siswa dalammenulis cerpen secara utuh salahsatunya dapat diatasi denganpelatihan menulis bagian-bagiancerpen. Mula-mula siswa ‘dipancing’dengan sebuah huruf yang harusditulis menjadi kata, kata menjadikalimat, dan kalimat menjadiparagraf berisi dialog tokoh ataunarasi. Kemudian bagian-bagiancerpen berisi gambaran tokoh,konflik tokoh, pelataran, dan dialogdirangkai dengan narasi atau dialoghingga menjadi sebuah cerpen.

Teknik Akrotik Kompi 9dikembangkan dari teori sastrastukturalisme dan dari teori belajarkonstruktivis. Goldmann menyebutteorinya sebagai strukturalisme-genetik. Artinya, ia percaya bahwakarya sastra merupakan sebuahstruktur. Akan tetapi struktur itubukanlah sesuatu yang statis,melainkan merupakan produk dariproses sejarah yang terus

berlangsung, proses strukturasi dandestrukturasi yang hidup dan dihayatioleh masyarakat asal karya sastrayang bersangkutan.

Dengan kata lain, cerpenmerupakan sebuah struktur utuh yangtersusun dari hubungan-hubunganunsur pendukung. ”Dalam kesatuanhubungan tersebut, unsur-unsur tidakmemiliki makna sendiri-sendiri.Makna itu timbul dari hubunganantarunsur yang terlibat dalam situasiitu. Dengan demikian, makna penuhsebuah kesatuan atau pengalaman(dalam hal ini berupa cerpen) hanyadapat dipahami sepenuhnya bilaseluruh unsur pembentuknyaterintegrasi ke dalam sebuahstruktur” (Jabrohim, 2009:102).

Berdasarkan batasan tersebut,teknik Akrostik Kompi 9 sejalandengan teori strukturalisme. Hal inibisa dibuktikan bahwa terciptanyasebuah cerpen secara utuh tentudimulai dari bagian-bagian cerpen,seperti gambaran konflik, dialogtokoh, penggambaran latar, danpenggambaran ciri-ciri tokoh.

Page 20: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 132

Tabel 4 Data Antarsiklus Aspek-aspek Pembelajaran Menulis Cerita PendekMenggunakan Teknik Akrostik Kompi 9 (K-9)

No Aspek Penilian Siklus I Siklus II PeningkatanJumlah Rata-

rataJumlah Rata-

rataJumlah Persen

1. Permasalahan(konflik)

115 71,9 133 83,1 11,2 15,8

2. Alur (rangkaianperistiwa)

106 66,3 119 74,4 8,1 12,2

3. Tokoh dankarakterisasi

106 66,3 116 70,3 4 6

4. Latar (tempat, waktu,suasana)

100 62,5 120 75 12,5 20

5. Gaya (narasi dan dialog) 111 69,4 119 74,4 5 7,2

Teori kedua untukmengembangkan teknik AkrostikKompi 9 (K-9) adalah teoripembelajaran konstruktivis. Teorikonstruktivis ini menyatakan bahwasiswa harus menemukan sendiri danmentransformasikan informasikompleks, mengecek informasi barudengan aturan-aturan lama danmerevisinya apabila aturan-aturan itutidak lagi sesuai (Trianto, 2011:28).Jadi kata kunci teori ini adalahmenemukan, mentransformasikan,dan mengecek informasi baru denganaturan-aturan lama.

Tahap menemukan dalamteknik Akrostik Kompi 9, dijalanisiswa ketika guru menyebut sebuahkata, misalnya CERITA. Lalu setiaphuruf yang terdapat pada kata itudijabarkan menjadi kata tertentu,contohnya Cuma, Enak, Rasanya,Inem, Tiga, Apa. Kata-kata inibiasanya muncul secara spontansebagai ekspresi pemahaman siswa.Mula-mula kata ini tidak perludibatasi karena belum sampai padalangkah mentransformasi.

Ketika akan memasuki tahaptransformasi, dilakukanlah kegiatanseleksi terhadap kata-kata temuansiswa. Kemudian kata-kata terpilihdikembangkan menjadi kalimat.Hingga langkah inilah teknikAkrostik Kompi 9 yangmengadaptasi teori belajarkonstruktivis diwujudkan.

Tahap ketiga adalahmengecek informasi baru denganaturan-aturan lama. Aturan-aturanlama yang dimaksud di sini misalnyateori tentang unsur intrinsik cerpen.Konsep unsur intrinsik cerpen berupakonflik, penokohan, latar, alur, danamanat, dipadukan dengan informasibaru dari guru. Informasi barutersebut bisa berupa kalimat perintah”Tulislah gambaran munculnyakonflik dalam sebuah cerpen diawalidengan huruf C!”.

Berdasarkan konsep teorisastra Strukturalisme dan teoribelajar Konstruktivis, teknikAkrostik Kompi 9 dalampembelajaran menulis tidaklahbertentangan dengan kedua teori

Page 21: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 133

tersebut. Kedua teori tersebut sama-sama mengakui bahwa sebuahbentuk (dalam hal ini cerpen)tersusun dari bagian-bagian yangberinteraksi secara dinamis. Untukitulah pembelajaran menulis cerpendapat dimulai dari bagian mana pun.

Teknik Akrostik memangidentik dengan puisi. Hal ini terbuktipada penelitian Devi Sartika dariSMA Negeri 3 Cimahi dan RifatunNisa dari SMP Negeri 1 BojongKabupaten Tegal, yang menerapkanTeknik Akrostik dalam pembelajaranmenulis puisi. Devi Sartikamenggunakan Teknik Akrostik tanpamedia dalam menulis puisi,sedangkan Rifatun Nisamenggunakan Teknik Akrostikdengan bantuan media Smart Carddalam pembelajaran menulis puisi.Kedua peneliti tersebut menyatakanbahwa teknik akrostik mampumeningkatkan keterampilan siswadalam menulis puisi.

Teknik Akrostik jugadigunakan dalam penelitian ini.Hanya saja terdapat perbedaan dalampenerapannya. Pertama, terletak padakarya yang dihasilkan yaitu cerpen.Kedua, terletak pada tambahan namaKompi 9 di belakang kata akrostikkarena secara filosofis mengadaptasiteori sastra Strukturalisme dan teoribelajar Konstruktivis.Simpulan

Berdasarkan data dan kajianyang telah dilakukan, maka dapatdisimpulkan hal-hal sebagai berikut.(1) Teknik Akrostik Kompi 9 (K-9)dapat meningkatkan prosespembelajaran menulis cerita pendeksiswa kelas X-9 SMA Negeri 3Malang Tahun Pelajaran 2012/2013sebesar 12,32%. Peningkatan prosespembelajaran ini meliputi keberanianmenjawab, ketepatan jawaban,ketekunan bekerja, dan pemahaman

terhadap perintah. (2) TeknikAkrostik Kompi 9 (K-9) dapatmeningkatkan hasil belajar menuliscerita pendek siswa kelas X-9 SMANegeri 3 Malang Tahun Pelajaran2012/2013 sebesar 14,26%.Peningkatan hasil pembelajaran inimeliputi kemampuan menghadirkanpermasalahan (konflik) cerita,kemampuan merangkai peristiwamenjadi alur cerita, kemampuanmemunculkan tokoh cerita dankarakternya, kemampuanmenggambarkan latar (tempat,waktu, suasana) cerita, dankemampuan menata gaya berceritadengan memadukan dialog tokoh dannarasi.Saran

Saran yang dapat diberikansebagai berikut (1) Guru bahasaIndonesia hendaknya beranimencoba Teknik Akrostik Kompi 9(K-9) dalam pembelajaran menuliscerita pendek atau materi lain yangsesuai. (2) Guru bahasa Indonesiayang akan menerapkan TeknikAkrostik Kompi 9 (K-9), sebaiknyamenyiapkan rubrik penilaian secaracermat agar penilaian tidak bias. (3)Guru bahasa Indonesia hendaknyategas dan terampil mengelola waktudalam menerapkan Teknik AkrostikKompi 9 (K-9), agar pembelajaranterfokus pada pelatihan menuliscerpen. (4) Kepala sekolahhendaknya memfasilitasi guru yanghendak mencoba danmengembangkan Teknik AkrostikKompi 9 (K-9). (5) Kepala sekolahdan pengawas mata pelajaransebaiknya memotivasi para guruuntuk selalu berkreasi dan berinovasidalam memilih teknik pembelajaran.(6) Jajaran dinas pendidikansebaiknya merancang program danmelaksanakan kegiatan pelatihanberkaitan dengan teknik-teknik

Page 22: Magister Pendidikan Bahasa Indonesia - PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK KOMPI 9 (K-9) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK … · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 134

pembelajaran, khususnya TeknikAkrostik Kompi 9 (K-9).

Daftar Rujukan

Aksan, Hermawan. 2011. ProsesKreatif Menulis Cerpen.Bandung: Nuansa.

Alwi, Hasan. 2003. Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Aminuddin. 2011. PengantarApresiasi Karya Sastra.Bandung: Sinar BaruAlgensindo.

Amirin, Tatang M. 1986. MenyusunRencana Penelitian. Jakarta :CV Rajawali.

Asrori, Mohammad. 2007. PsikologiPembelajaran. Bandung: CVWacana Prima.

Darma, Budi.1984. Moral dalamSastra. Dalam A. Zoeltom(Ed), Budaya Sastra (hlm.112). Jakarta: Rajawali.

Echols, John M. dan Hassan Shadily.1985. Kamus InggrisIndonesia. Jakarta: Gramedia.

Faruk. 1999. Pengantar SosiologiSastra. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Hopkins, David. 2011. PanduanGuru Penelitian TindakanKelas a Teacher’s Guide toClassroom Research.Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Jabrohim dkk. 2009. Cara MenulisKreatif. Yogyakarta: Pustakapelajar.

Kurniawan, Heru dan Sutardi. 2012.Penulisan Sastra Kreatif.Yogyakarta: Graha Ilmu.

J.J. Hasibuan dan Moejiono. 2006.Proses Belajar Mengajar.Bandung: RemajaRosdakarya.

Manshur, Faiz. 2012. GeniusMenulis: Penerang BatinPara Penulis. Bandung:Nuansa.

Munsyi, Alif Danya. 2012. JadiPenulis? Siapan Takut!:Arahan Mudah MenulisBerita, Puisi, Prosa, danDrama dalam BahasaIndonesia yang Pas.Bandung: Kaifa.

Noor, Rohinah M. 2011. PendidikanKarakter Berbasis SastraSolusi Pendidikan Moralyang Efektif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Stanton, Robert. 2012. AnIntroduction to Fiction(terjemahan Sugihastuti danRossi Abi Al Irsyad).Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Sudjiman, Panuti. 1988. MemahamiCerita Rekaan. Jakarta : PTDunia Pustaka Jaya.

Sukidin, Basrowi, dan Suranto. 2008.Manajemen PenelitianTindakan Kelas. Tanpa kota:Insan Cendekia.

Tabrani, Primadi. 2006. Kreativitasdan Humanitas: Sebuah Studitentang Peranan Kreativitasdalam PerikehidupanManusia. Yogyakarta:Jalasutra.

Tarigan, Henry Guntur. 1984.Prinsip-prinsip Dasar Sastra.Bandung : Angkasa.

Titik WS (Ed). 2012. Kreatif MenulisCerita Anak. Bandung:Nuansa.

Trianto. 2011. Mendesain ModelPembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan,dan Implementasinya padaKurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP). Jakarta:Kencana Prenada MediaGroup.