MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN …eprints.uns.ac.id/6139/1/211832111201109521.pdf ·...
Transcript of MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN …eprints.uns.ac.id/6139/1/211832111201109521.pdf ·...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAPORAN UMUM
MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DI P.T. PURA
BARUTAMA KUDUS
Endah Sulistiyani
NIM. R0008104
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur bagi Allah SWT, yang Maha
Pemberi Kemudahan, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang dengan judul “Magang tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di P.T. Pura Barutama Kudus Jawa Tengah”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan penulis di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan dari penulisan laporan ini
adalah menambah wawasan serta meningkatkan pengetahuan penulis tentang
penerapan Higiene Perusahaan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja di industri agar
didapatkan pengalaman yang berguna untuk diaplikasikan di tempat kerja maupun di
masyarakat.
Pada hakikatnya manusia diciptakan dengan berbagai keterbatasan dan
kekurangan sehingga memerlukan bantuan dari manusia lainnya. Begitu pula dengan
segala keterbatasan dalam penyusunan laporan ini, penulis telah mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak demi terselesaikannya laporan ini. Oleh karena itu, penulis tidak
lupa mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Putu Suriyasa, dr.,PKK.,Sp.Ok, selaku ketua Program Study D.III Hiperkes
dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta periode 2008 - 15 Juni 2011 dan selaku pembimbing I.
4. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes. selaku ketua Program Studi D.III Hiperkes
dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.
5. Bapak Drs. Hardjono, MSi, selaku Pembimbing II.
6. Tony Harmawan, ST, MM selaku Pimpinan HRD yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan program magang di P.T. Pura
Barutama Kudus.
7. Bapak Noor Faiz dan Bapak Darmanto Elmi, SH selaku pembimbing magang
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan pada saat pelaksanaan magang
di P.T. Pura Barutama Kudus.
8. Bapak Edy Suharso selaku pembimbing lapangan di Unit Offset, yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan pada saat pelaksanaan magang.
9. Ibu Ratna, Bapak Arif, Ibu Maya, Bapak Minto, Ibu Yani, Bapak Liqhin dan
masih banyak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih atas
ilmu yang sangat berharga dan bimbingan yang telah diberikan, serta penerimaan
yang begitu kekeluargaan sehingga penulis kerasan dalam menjalani program
magang.
10. Ibu, Bapak, Kakak, Adik, dan seluruh keluarga besar yang selalu mendo’akan
serta memberikan restu, semangat, dan dukungan kepada penulis.
11. Temanku seperjuangan selama magang di P.T. Pura Barutama, Endah Alfiyanti,
terimakasih atas kerjasamanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
12. Teman-teman seperjuangan dari D.III Hiperkes dan Kesehatan Kerja angkatan
2008, yang senantiasa saling membantu dan bertukar informasi.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan magang dan penulisan
laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis sampaikan terimakasih dan penghargaan yang besar kepada semua
pihak yang telah banyak membantu. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan laporan ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan selanjutnya dari pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juni 2011
Penulis,
Endah Sulistiyani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ......................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Tujuan Magang .................................................................... 3
C. Manfaat Magang .................................................................. 4
BAB II METODE PENGAMBILAN DATA .......................................... 5
A. Persiapan .............................................................................. 5
B. Lokasi .................................................................................. 5
C. Pelaksanaan .......................................................................... 5
D. Sumber Data ........................................................................ 5
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 6
BAB III HASIL MAGANG ..................................................................... 8
A. Gambaran Umum Perusahaan .............................................. 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
B. Proses Produksi .................................................................... 17
C. Higiene Perusahaan .............................................................. 23
D. Kesehatan Kerja ................................................................... 28
E. Keselamatan Kerja ............................................................... 33
F. Ergonomi ............................................................................. 46
G. Manajemen K3 ..................................................................... 47
H. Lingkungan .......................................................................... 54
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................ 57
A. Higiene Perusahaan .............................................................. 57
B. Kesehatan Kerja ................................................................... 64
C. Keselamatan Kerja ............................................................... 68
D. Ergonomi ............................................................................. 75
E. Manajemen K3 ..................................................................... 77
F. Lingkungan .......................................................................... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 81
A. Kesimpulan .......................................................................... 81
B. Saran .................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 88
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Karyawan Berdasar Tingkat Pendidikan .............................. 15
Tabel 2. Intensitas Kebisingan di Berbagai Lokasi ........................................ 24
Tabel 3. Intensitas Penerangan di Berbagai Lokasi ....................................... 25
Tabel 4. Pengujian Iklim Kerja di Berbagai Lokasi ................................... … 26
Tabel 5. Pengukuran Kadar Debu di Berbagai Lokasi .................................... 26
Tabel 6. Intensitas Penerangan Sesuai Peraturan ............................................ 60
Tabel 7. Harga ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) untuk Variasi Kerja ............. 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Pura Group ............................................... 14
Gambar 2. Struktur Organisasi P2K3 Pura Group ..................................... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Komitmen dan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lampiran 2. Laporan Hasil Uji Kualitas Udara Lingkungan Kerja
Lampiran 3. Laporan Hasil Pengukuran Penerangan di Tempat Kerja
Lampiran 4. Laporan Hasil Pengukuran Kebisingan di Tempat Kerja
Lampiran 5. Laporan Hasil Pengukuran Iklim Kerja di Tempat Kerja
Lampiran 6. Contoh Perintah Produksi
Lampiran 7. Diagram Alir Proses Produksi
Lampiran 8. Data Unit yang Telah Memasang Smoke dan Heat Detector
Lampiran 9. Rekap Data Alat Pemadam Api Ringan
Lampiran 10. Surat Keputusan tentang Pengesahan P2K3 Perusahaan
Lempiran 11. Form Identifikasi Sumber Bahaya
Lampiran 12. Form Inspeksi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Lampiran 13. Form Cek List Alarm Kebakaran
Lampiran 14. Form Cek List Lampu Emergency
Lampiran 15. Form Cek List Alat Pemadam Api Ringan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Lampiran 16. Denah Jalur Evakuasi
Lempiran 17. Denah Alat Pemadam Api Ringan
Lampiran 18. Lembar Observasi Terpadu Pura Group
Lampiran 19. Contoh Surat Ijin Operasi Forklift dan Sertifikat
Lampiran 20. Surat Keterangan Magang
Lampiran 21. Jadwal Kegiatan Magang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persaingan dunia industri kian hari kian pesat. Persaingan tidak hanya
memperebutkan pasar di dalam negeri namun juga di luar negeri pun menjadi
dambaan setiap perusahaan guna memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya. Bertambahnya jumlah industri, pastinya diikuti pula dengan
meningkatnya penggunaan alat-alat industri mulai dari alat yang sederhana
hingga alat yang canggih.
Perubahan penggunaan teknologi dari tenaga manusia ke tenaga mesin
sudah dirasa dampak positifnya yakni proses produksi akan berjalan lebih
cepat dengan kualitas yang sama. Akan tetapi jika penggunaan teknologi
tersebut tidak memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja maka
akan berdampak buruk yang dapat menimbulkan kerugian berupa cidera
ataupun cacat bahkan hilangnya nyawa bagi pekerja, kerugian harta benda,
terganggunya proses produksi serta dapat merusak nama baik perusahaan
yang bersangkutan.
Solusi mutlak untuk melindungi asset perusahaan dari kerugian tersebut
demi kelangsungan dan kesinambungan proses produksi adalah dengan
penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Banyak perusahaan
yang mengalami kerugian akibat tidak mampu dalam mengelola sumber daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
manusia termasuk melindungi keselamatan kerja dari tenaga kerja serta
memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Kecelakaan, penyakit akibat
kerja, kebakaran yang dikarenakan kesalahan manusia merupakan contoh
akibat kurang baiknya sistem managemen keselamatan dan kesehatan kerja di
perusahaan. Selain itu, tuntutan konsumen yang menghendaki produk yang
aman baik material maupun proses dalam pengerjaan produk, serta ramah
lingkungan merupakan faktor tersendiri bagi perusahaan untuk menerapkan
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaannya.
Sebagai warga negara yang baik, para pelaku usaha harus mau untuk
mematuhi dan melaksanakan apa yang tertuang dalam peraturan yang dibuat
pemerintah. Selain untuk memenuhi kewajiban diharapkan pelaku usaha juga
termotivasi dan tergerak untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman,
nyaman, sehat dan selamat bagi pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
Lingkungan kerja yang baik, sangat penting bagi kelanjutan dan
kesinambungan usaha yang dijalankan. Dengan penerapan K3 yang baik di
perusahaan maka akan tercipta keselamatan dan kesehatan kerja yang optimal
di tempat kerja.
P.T. Pura Barutama sebagai salah satu perusahaan percetakan dan
pengepakan terkemuka di kawasan Asia Tenggara mempunyai andil dan
peranan yang besar dalam penerapan K3 di perusahaan. Seperti yang telah
menjadi tujuan P.T. Pura Barutama yang berbunyi “Mengingat keselamatan
dan kesehatan kerja yang merupakan tugas kita bersama (baik pekerja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pengusaha maupun pemerintah). Maka perlu dibudayakan agar tercipta iklim
kerja yang kondusif demi tercapainya efisiensi dan produktivitas nasional”.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan mandiskripsikan tentang
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di P.T. Pura Barutama Kudus,
Jawa Tengah.
B. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan magang ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui gambaran perusahaan P.T. Pura Barutama Kudus.
2. Untuk mengetahui proses produksi percetakan dan pengepakan di P.T.
Pura Barutama Kudus.
3. Untuk mengetahui potensi dan faktor bahaya di P.T. Pura Barutama
Kudus.
4. Untuk mengetahui penerapan kesehatan kerja di P.T. Pura Barutama
Kudus.
5. Untuk mengetahui penerapan keselamatan kerja di P.T. Pura Barutama
Kudus.
6. Untuk mengetahui penerapan ergonomi di P.T. Pura Barutama Kudus.
7. Untuk mengetahui Sistem Managemen K3 di P.T. Pura Barutama Kudus .
8. Untuk mengetahui pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan di P.T.
Pura Barutama Kudus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1. Bagi Perusaahaan
Dapat memberi masukan pada perusahaan mengenai aspek K3, dan
informasi tentang kondisi lingkungan kerja sebagai acuan untuk perbaikan
lingkungan kerja dan pelaksanaan program K3 selanjutnya.
2. Program D.III Hiperkes dan KK
a. Sebagai sarana untuk membina kerjasama dengan institusi lain di
bidang K3.
b. Dapat menambah studi kepustakaan yang bermanfaat tentang K3 di
P.T. Pura Barutama Kudus.
c. Digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui tingkat keterampilan
mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat dari bangku
kuliah.
3. Bagi Mahasiswa
a. Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan
indentifikasi dan pengendalian faktor dan potensi bahaya yang terdapat
di perusahaan serta mengetahui sejauh mana penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan.
b. Dapat digunakan sebagai pengalaman kerja dalam bidang K3, sehingga
tidak akan kaku dalam penerapannya dikemudian hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
METODE PENGAMBILAN DATA
A. Persiapan
Pertama yang harus dilakukan untuk dapat melakukan praktek kerja
lapangan meliputi pengajuan permohonan magang dan menyerahkan proposal
pelaksanaan magang yang ditujukan ke perusahaan yang dijadikan tempat
magang yaitu P.T. Pura Barutama. Adapun proposal permohonan magang
tersebut diajukan pada bulan September 2010.
B. Lokasi
Pengambilan data dilaksanakan di P.T. Pura Barutama, yang berlokasi
di Jalan Kresna Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
C. Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan mulai tanggal 1–28 Februari
2011, namun atas permintaan pembimbing perusahaan, pelaksanaan magang
diperpanjang hingga tanggal 2 April 2011 dengan waktu 5 hari kerja, mulai
pukul 07.30–15.30 WIB dan 1 hari kerja mulai pukul 07.30-12.30.
D. Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, survey ke lapangan
atau tempat kerja dan wawancara serta diskusi dengan tenaga kerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data perusahaan sebagai pelengkap laporan
ini
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun beberapa teknik pengambilan data yang dilakukan oleh
mahasiswa, antara lain:
1. Observasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan
langsung terhadap pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sekaligus melakukan survey ke lapangan untuk mengetahui sistem
operasional percetakan dan mengidentifikasi potensi bahaya yang ada.
2. Interview
Interview merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
melakukan wawancara secara langsung kepada tenaga kerja dan karyawan
yang berwenang yang berkaitan langsung dengan masalah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada setiap unit kerja yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu penulis mengumpulkan data dengan cara
membaca buku-buku kepustakaan, laporan-laporan penelitian yang sudah
ada, dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan topik magang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Profil Perusahaan
Pura merupakan perusahaan pribadi yang dibangun pada tahun 1908
sebagai industri percetakan di Kudus. Jacobus Busono merupakan generasi
ketiga dan memulai kariernya pada saat menjadi pimpinan pura pada tahun
1970 dan berposisi sebagai presiden direktur.
Pengembangan sumber daya manusia yang intensif dengan cara
membangun sebuah karakter (prioritas yang diikuti pula dengan pelatihan
teknis dan mampu untuk memanage sesuatu akan dapat membuat sebuah
budaya) yang dapat berinovasi dan membentuk suatu kemajuan
perusahaan. Hal inilah yang menjadi budaya di Pura, sebuah budaya untuk
membawa filosofi perusahaan.
Setelah tiga dekade, Pura telah berkembang menjadi grup terintegrasi
dari divisi manufactur, percetakan, pengepakan, pemroduksi kertas,
konverta, permesinan, anti counterfeiting, kartu elektrik, dan label
teknologi tinggi. Pura group sekarang diantara yang terbesar di dunia
percetakaan dan pengepakan di Asia Tenggara.
Pura juga memproduksi berbagai komoditas ekspor dan beberapa
inovasi tersebut merupakaan yang pertama didunia seperti Hologram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Scratch off, Direct Hologram, Smart card, microcapsule dan masih
banyak lainnya.
Berdiri pada tahun 1908 sebagai cetak offset dengan
mempekerjakaan 8 karyawan, dan sekarang ditangani oleh generasi ketiga
dengan managemen professional yang dapat mengorganisir dan memanage
setiap lingkungan perusahaan Pura Group menjadi group yang
berkembang dengan memiliki 20 pabrik dan mempekerjakaan 7000 lebih
karyawan. Jangkauan usahanya meliputi Paper Making, Paper
Converting, Printing-Packaging, Holography, Enggenering, Total
Security System, Smart Tecnology.
Perkembangan perusahaan secara lebih lanjut adalah sebagai berikut :
a. Tahun 1972 didirikan PT Pura Box yang bergerak dibidang produksi
kotak karton gelombang (packaging box) dan kertas Koran.
b. Tahun 1973 didirikan PT. Pura Roto yang bergerak dibidang
rotogravure dan converting yang dalam perkembangan selanjutnya
memproduksi kotak karton lipat (modern fleksible packaging).
c. Tahun 1974 didirikan unit paper mill sebagai penunjang PT Pura Box
dalam pengadaan kertas medium linier dan kertas test liner.
d. Tahun 1984 menjadi perusahaan pertama didaerah tropis yang
memproduksi dan memperkenalkan Non Carbon Required.
e. Tahun 1985 Divisi Kertas diresmikan oleh presiden Soeharto.
f. Tahun 1986 Divisi Converta telah memproduksi Siliconozed Rease
Paper dan Cork Tipping Paper (untuk kertas rokok).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
g. Tahun 1987 PT Pura Barutama menerima 8 internasional Thropy For
Tecnology dari Frankfurt Jerman serta penghargaan American
Recognition of Eficiency.
h. Tahun 1988 P.T. Pura Barutama mulai mengekspor ke pasar
internasional seperti USA, Eropa, dan sebagainya.
i. Tahun 1989 Didirikan PM (Paper Mill) 7 dan 8 yang pada tanggal 1
Juli 1993 diberi nama PT. Nusa Persada dan dibagi menjadi Unit Paper
Mill dan Unit Holografi.
j. Tahun 1991 berdiri divisi Indostamping yang menghasilkan Hot
Stamping Foil.
k. Tahun 1992 didirikan Pura Micro Capsule.
l. Tahun 1994 berdiri divisi Human Resource Development (HRD).
m. Pada tahun 2001 didirikan unit Paper Mill IX.
n. Pada tahun 2004 didirikan Unit Kogen/ PLTU/ Unit Power Plant di
daerah Jati.
o. Pada tahun 2005, Pura mendirikan Unit Smart Tecnology yang
bergerak dalam pembuatan Smart Card dan Label untuk identifikasi
produk dan personel.
2. Lokasi Perusahaan
Pura Barutama kini memiliki banyak unit di berbagai lokasi, untuk
itu dalam pembagian lokasinya, Pura Barutama dikelompokkan dalam 6
kawasan, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
a. Kawasan I
Berada di Jalan Dr. Lukmono Hadi Kudus yang terdiri :
1) Divisi Holografi, bergerak di bidang percetakan hologram.
2) Divisi Batu Mulia, bergerak di bidang pembuatan batu perhiasan.
b. Kawasan II
Berada di jalan AKBP Agil Kusumadya 203, Jati Wetan Kudus
yang terdiri dari :
1) Divisi Rotogravure, bergerak dibidang percetakan rotografi.
Produk yang dihasilkan berupa kemasan-kemasan untuk obat-
obatan, rokok, permen, dan cetak CTP (Cork Tip Paper)
2) Divisi Paper Mills PM 1, PM 2, PM 3 yang memproduksi kertas
CTP untuk pembungkus filter rokok.
c. Kawasan III
Berada di jalan Kresna Jati Wetan Kudus yang terdiri dari :
1) Divisi Offset, bergerak di bidang cetak offset untuk kertas dan
kardus.
2) Divisi Coating, merupakan unit Converting dan laminating. Produk
yang dihasilkan adalah kertas stiker dan kertas NCR yang
merupakan andalan unit ini.
3) Divisi Repro, merupakan unit prepress, yang bertugas dan
bertanggung jawab pada proses pra cetak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
d. Kawasan IV
Berada di Jalan AKBP Agil Kusumadya Jati Kulon Kudus yang
terdiri dari :
1) Divisi Paper Mills PM 5, PM 6, PM 9, PM 10
2) Divisi Microcapsule yang memproduksi pelapisan pada kertas
NCR.
3) Divisi TSS unit yang memproduksi dokumen sekuriti dan yang
memproduksi produk yang ada pengamannya.
4) Divisi Pura Bangunan
5) Divisi Power Plant
6) Divisi Indostamping
7) Divisi PST
e. Kawasan V
Berada di jalan Kudus-Pati Km 12 Terban Kudus yang terdiri dari :
1) Divisi Paper Mills PM 7 dan PM 8. Unit PM 7 memproduksi
kertas multi layer dan unit PM 8 memproduksi kertas single layer.
2) Divisi Workshop atau Pura Rekayasa mesin Indo, bergerak di
bidang perbengkelan dan pembuatan mesin.
3) Divisi Boxindo, merupakan unit pembuatan karton gelombang
untuk bahan pembuatan box.
4) Divisi Agro
f. Kawasan VI
Berada di jalan Lingkar Kudus-Jepara yang terdiri dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1) Divisi Transportasi, merupakan unit pengadaan dan perencanaan
bangunan dan tempat bahan untuk pengembangan dan
pembangunan Pura Group.
2) Divisi Tinta, bergerak di bidang pembuatan dan pengolahan tinta
untuk memenuhi kebutuhan Pura Group sendiri.
3) Divisi Dekorindo, produsen kertas dan foil dekorasi yang
merupakan perusahaan pertama di Asia Tenggara yang
memproduksi kertas melamine impregnated, finished foil, dan foil
& kertas cetak dekorasi.
3. Visi dan Misi
a. Memenuhi permintaan dan kebutuhan akan produk-produk percetakan
dan pengepakan di pasar domestik dan diluar negeri, dengan
menawarkan solusi yang inovatif, berkualitas, dan berbasis teknologi
canggih dan bahan baku lokal.
b. Menjadi pemain utama di industri percetakan dan pengepakan global,
dengan memanfaatkan inovasi produk, sinergis dan solusi yang
komprehensif.
4. Budaya Perusahaan :
a. Inovasi atau gebrakan dan pembelajaran yang berkesinambungan
adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
b. Sumber daya manusia adalah kunci dan inovasi. Membangun karakter
adalah langkah pertama untuk melahirkan sumber daya manusia yang
berkompeten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
5. Struktur Organisasi
P.T. Pura Barutama dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang
dibantu oleh manajer-manajer. Manajer dibantu oleh beberapa kepala
departemen yang membawahi kepala bidang.
Kepala bagian departemen bertanggung jawab kepada manajer dan
manajer sendiri bertanggung jawab kepada direktur utama.
Gambar 1. Struktur organisasi P.T. Pura Barutama.
(Sumber : Departemen HR_GA, 2011)
PRESIDENT DIRECTUR
WK. PRESIDENT DIRECTUR I DAN II
Direktur
Pembelian
Direktur
marketing
Manager
marketing
Area
Manager
Marketing
Pembelian
General
Manager
Produksi
Manager
HR-GA
Direktur
HR-GA
Direktur
Produksi
Seksi-seksi Kadept
HR-GA Kabag
Pembelian
Manager
Staff
Pembelian Kabag
Produksi
Kabid
HR-GA
Pengawas
Kabid
Produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
6. Komposisi Jumlah Karyawan
Jumlah karyawan P.T. Pura Barutama periode Desember 2010
sebanyak 7.750 pekerja. Dengan rincian pekerja laki-laki sebanyak 5.598
pekerja dan perempuan sebanyak 2.152 pekerja.
Tabel 1. Jumlah Karyawan PT. Pura Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Pendidikan 28 Februari 2011
Pasca Sarjana 15
Sarjana 570
Diploma III 233
Diploma II 10
Diploma I 8
SLTA 3.882
SLTP 1.868
SD 1.164
Jumlah 7750
Sumber : Departemen HRD pada Februari 2011
7. Fasilitas Perusahaan
Untuk menunjang kesejahteraan karyawan, keluarganya, bahkan
tamu yang berkunjung (pelanggan) perusahaan menyediakan berbagai
sarana dan prasarana yang dapat memotivasi karyawan untuk menjadi
sumber daya manusia yang unggul dan sejahtera. Sarana dan prasarana
tersebut antara lain :
a. Cuti
Fasilitas cuti diberikan kepada karyawan sekurang-kurangnya 12 hari
kerja selama yang bersangkutan bekerja 12 bulan. Dalam hal ini
apabila cuti tahunan tidak digunakan dapat di ganti dengan uang yang
pembayarannya dilakukan diakhir periode cuti. Cuti melahirkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
diberikan kepada karyawan selama 3 bulan namun pemberlakuannya
masih disesuaikan dengan kebutuhan karyawan dan memperhatikan
pertimbangan medis.
b. Transportasi
Saat ini P.T. Pura Barutama belum menyediakan fasilitas
transportasi bagi karyawannya. Fasilitas transportasi hanya di berikan
kepada para general manager berupa mobil mewah. Selain itu, PT
Pura Barutama mempunyai fasilitas helikopter serta kapal bagi yang
diperuntukan bagi kepentingan internal, tamu perusahaan VIP/VVIP,
serta untuk penggunaan komersial.
c. Guest house
Guest house merupakan layanan P.T. Pura Barutama kepada
para tamu VIP/VVIP yang berkunjung di kantor Pusat P.T. Pura
Barutama. Guest house berkapasitas 15 ruangan, lengkap dengan
fasilitas sekelas hotel berbintang lima, seperti kolam renang, lapangan
tenis indoor, ruang kebugaran, dan ruang karaoke.
d. Rekreasi
Kegiatan rekreasi rutin dilakukan setiap setahun sekali, untuk
pengaturan waktu tiap unit berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi
unit bersangkutan, namun setelah tahun 2010 kegiatan ini ditiadakan
dengan alasan kesibukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
e. Koperasi karyawan
Untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, perusahaan
membantu dan memfasilitasi dengan didirikannya koperasi karyawan
(kopkar) Pura Group.
f. Tempat Ibadah
Untuk sarana peribadatan, P.T. Pura Barutama menyediakan
mushola di setiap unitnya. Mushola ini dimanfaatkan karyawan
muslim untuk melakukan ibadah.
g. Sarana Olah Raga
Sarana olah raga yang ada di perusahaan yaitu lapangan tenis,
stadion tennis meja dan badminton, kolam renang, dan area fitness.
B. Proses Produksi
Proses produksi di P.T. Pura Barutama berbeda-beda di setiap unit,
Berikut adalah salah satu contoh proses produksi di Unit Offset, sebagai
berikut :
1. Gudang Bahan Baku
Digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara bahan baku.
Bahan baku berupa kertas-kertas dalam bentuk lembaran (sheet)
berukuran standart 109 X 79 cm. Di gudang kertas terdapat 200 jenis
kertas misalnya duplex board, ivory board dan silver metaliz. Kertas
tersebut berasal dari para suplyer misalkan Fajar Surya, Surya Pamenang,
Pindo Delli, Tjiwi Kimia, Indah Kiat, dan dari unit Pura Kertas sendiri.
Pada saat bahan baku masuk harus lolos melewati QC ( quality control).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Di QC incoming terdapat pemeriksaan gramature atau berat dari kertas
tersebut, selain itu terdapat pemeriksaan kondisi fisik kertas, permukaan
kertas (coating), jenis kertas, ukuran kertas, dan arah serat. QC incoming
berhak untuk menerima atau menolak bahan dari suplayer berdasarkan
hasil pemeriksaan. Selain kertas di gudang juga terdapat bahan kimia
berupa lem, plastik OPP, flute dan spare part. Khusus untuk gudang
solvent, serta gudang tinta lokasinya dibedakan. Tempat penyimpanan
kimia sengaja ditempatkan terpisah sesuai jenisnya. Hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya kebakaran karena bahan yang disimpan
merupakan bahan yang sangat mudah terbakar. Di area ini sudah dilakukan
tidakan preventif untuk mencegah kebakaran antara lain dengan memasang
grounding pada area gudang pengisi solvent. Pengisian solvent dari tangki
ke drum harus dihubungkan dengan grounding agar tidak terjadi listrik
statis, meniadakan sumber listrik di area gudang, penggunaan water spray
agar udara sekitar tidak terlalu panas, dan pengaturan sirkulasi udara yang
baik.
2. Potong Putihan
Kertas yang berukuran standart 109 X 79 cm dari gudang di potong
menjadi 4 atau 6 atau 8 disuaikan dengan mesin cetak yang digunakan
tujuannya untuk mempermudah dalam proses pencetakan. Area Potong
Putihan merupakan area pemotongan kertas. Ketika bahan sampai di area
potong putihan maka harus ada PP (perintah produksi). Di dalam perintah
produksi terdapat standar ukuran bahan yang akan diproduksi, jenis tinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
yang digunakan, dan waktu penyelesaian di setiap bagian. Ketika bahan
telah selesai diproses ditiap bagian, maka selanjutnya bagian WIP
memasukkan data input sebagai laporan bahwa proses produksi telah
selesai dikerjakan di bagian tersebut. Di area ini potensi bahaya cukup
besar, kecelakaan kerja yang terjadi yang diakibatkan oleh kelalaian
manusia. Apabila pekerja tidak berkonsentrasi potensi tangan terpotong
cukup tinggi, selain itu bahaya debu kertas dan terjepit pallet pun
tergolong signifikan.
3. Cetak
Merupakan suatu area yang digunakan sebagai tempat untuk
mencetak sesuai dengan design warna dan design bentuk yang diinginkan
customer. Jenis cetakan dapat berupa label (etiket) maupun berupa paper
packaging. Di dalam mesin cetak terdapat 4 warna dasar yakni cyan,
magenta, yellow, dan black. Di dalam mesin cetak telah dilengkapi dengan
plat yang sebelumnya sudah didesain di komputer. Untuk prosentase
warna cetakan sudah diatur di plat tersebut.
Proses selanjutnya adalah proses completing antara lain meliputi :
a. Varnish
Tujuan dari proses pemvarnishan yaitu agar produk cetakan
terlihat mengkilap atau gloss. Pada proses pelapisan cetakan
menggunakan chemical tertentu sesuai dengan fungsinya.
Fungsi dari pelapisan permukaan antara lain :
1) Anti air (water resistance)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Biasanya dicoatingkan dibagian belakang cetakan atau juga di dua
muka ( depan belakang). Fungsinya menjaga supaya cetakan kertas
tahan terhadap air. Produk ini dipakai pada cetakan-cetakan lidding
cup untuk ice cream, dan lidding cup untuk agar-agar.
2) Anti minyak (grease resistance)
Dicoatingkan dibagian belakang cetakan, berfungsi untuk menjaga
supaya cetakan (kertas) tahan terhadap minyak atau lemak.
Dipakai pada cetakan untuk mengemas produk-produk yang
mengandung minyak. Contoh : dos KFC, CFC, dan lain-lain.
3) Anti jamur (fungisida resistance)
Biasanya dicoatingkan pada bagian belakang cetakan (back side)
untuk mencegah supaya produk yang dikemas tidak berjamur.
Biasanya dipakai untuk mengemas sabun.
Pada area varnish, potensi bahaya berasal dari paparan sinar UV
yang dapat mengakibatkan kebutaan bila mengenai mata secara
langsung hal ini dikarenakan intensitas sinar UV yang digunakan
untuk pengeringan tergolong tinggi. Selain itu bau menyengat yang
berasal dari solvent yang merupakan potensi bahaya terjadinya rasa
sakit pada paru-paru serta potensi tertimpa barang dan terjepit silinder
rol yang berputar.
b. Foil
Menggunakan mesin hot stamping foil membutuhkan tingkat
panas yang tinggi, tujuannya agar foil menempel pada kertas. Mesin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
ini mencetak dengan warna-warna khas foil antara lain : silver atau
perak, gold atau emas, holo diffraction (tiga dimensi), atau warna-
warna lain yang tidak bisa dihasilkan oleh tinta cetak. Foil tersebut
berfungsi untuk mempercantik penampilan agar tekesan lux atau
mewah selain itu foil juga berfungsi memberi pengamanan pada label
atas keasliannya (anti pemalsuan). Untuk potensi bahaya di tiap
variasi hampir sama yaitu potensi bahaya terjepit, tertimpa barang,
dan terkena paparan bahan kimia.
c. Laminasi
Proses laminasi adalah proses pelapisan pada cetakan. Pelapisan
ini untuk menempelkan plastik jenis OPP ke permukaan cetakan.
Laminasi terdiri dari dua jenis yaitu laminasi polos dan motif.
Laminasi dapat dilakukan pada kertas ivory, duplex dan kertas flute.
Laminasi motif memiliki dua design yaitu berupa gambar atau logo
dan microtext berhologram. Pada area ini terdapat potensi bahaya
berupa terjepit roll, terkena bahan kimia baik terpercik, maupun
terpeleset akibat bahan kimia tersebut.
d. Ponz atau emboss
Ponz adalah suatu proses pembentukan doos dengan ukuran dan
bentuk sesuai permintaan customer. Pada proses ini cetakan yang
semula berbentuk lembaran akan dicutting dan dicreasing masuk
perforatingnya. Proses ini menggunakan pisau yang dibuat sesuai
dengan layout film cetak. Out put dari proses creasing berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
lembaran-lembaran plano yang sudah ada potongan-potongan
berbentuk doos. Mesin ini juga memproses pembuatan embos yang
dapat menciptakan image timbul seperti relief pada suatu cetakan
dibagian teks atau logo tergantung dari desain yang dibuat, sehingga
ketika diraba akan tampak menonjol keluar. Cetakan yang dihasilkan
nantinya tidak hanya menarik tetapi juga memiliki nilai seni tinggi
ketika disentuh.
4. Cabut
Proses cabut merupakan area pemisah. Hasil dari cutting creasing
yang masih menempel dilepas satu persatu (dicabut dari posisinya pada
kertas plano). Kemudian disusun per pasang di pallet untuk selanjutnya
dikirim ke proses folding (lipat) dan glueing (pengeleman).
5. Lipat
Pada proses ini cetakan produk dilipat oleh mesin sesuai dengan
bentuk produk yang diinginkan customer. Di area ini selain proses
pelipatan juga terjadi proses pengeleman dari hasil stripping. Proses
pelipatan menggunakan mesin folding dan glueing. Khusus produk dengan
ukuran besar seperti flute, proses lipat dilakukan secara manual.
6. Finishing
Setelah semua proses pencetakan sampai pelipatan selesai, maka
proses penyortiran pun dilakukan. Proses penyortiran ini bertujuan untuk
membedakan hasil yang layak dipasarkan (masuk strandart) dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
produk yang tidak baik (out of standart). Proses ini dilakukan secara
manual, dipilih satu per satu.
7. Pengiriman
Proses terakhir yakni pengirimiman. Produk yang telah siap untuk
dikirimkan ke customer. Pada area ini mengandung potensi bahaya
kejatuhan barang saat pemindahan barang.
C. Higene Perusahaan
1. Potensi Bahaya
a. Terjepit
Bahaya terjepit banyak ditemukan di area mesin cetak dan
varnish, kecelakaan terjadi pada saat penggantian maupun
pemeriksaan roll atau peralatan yang berputar. Hal ini dapat
mengakibatkan patah tulang pada jari tangan. Upaya pengendalian
yang telah ada yaitu dengan memasang cover pengaman dan
peringatan serta tanda bahaya pada semua peralatan berputar.
b. Terpercik
Bahaya terpercik oleh cairan B3 khususnya solvent dan tinta.
Upaya pengendalian yang telah ada yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai, serta sosialisasi MSDS bagi karyawan
serta pelatihan khusus bagi karyawan yang berhubungan langsung
dengan bahan kimia. Dalam proses produksi, P.T. Pura Barutama
banyak menggunakan bahan kimia seperti toluene, melamin, etil
asetat, tinta, dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Tertimpa
Pada area gudang berpotensi tertimpa kertas atau bahan. Potensi
tersebut dapat diminimalisir dengan cara memberi batas ketinggian
penumpukan barang yakni 1,5 m sebagai zona daerah bahaya dan
larangan beristirahat diarea gudang serta pemakaian helm pengaman.
2. Faktor Bahaya
a. Faktor Fisika
1) Kebisingan
Kebisingan yang ada pada area pabrik merupakan kebisingan
yang bersifat continue atau terus menerus. Kebisingan tersebut
timbul akibat penggunaan mesin-mesin yang ada pada area
produksi. Berikut ini adalah hasil pengukuran kebisingan yang
dilakukan P.T. Pura Barutama pada bulan Januari 2011.
Tabel 2. Intensitas Kebisingan di Berbagai Lokasi
No Lokasi Pengukuran Hasil (dB A) NAB (dB A)
1 Ponz 74,7 85
2 Cetak I 76 85
3 Cetak II 79,4 85
4 Potong Putihan 78,3 85
5 Tinta 76,4 85
6 Varnish 79,6 85
7 Lipat 76,7 85
8 Foil 80,6 85
9 Laminasi 73,7 85
10 Finishing 62,4 85
11 Spesial room 74 85
Sumber : Hasil pengukuran Dinsosnaker pada 13 Januari 2011
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja
(Kepmenaker No.Kep.51/Men/1999) adalah 85 dBA untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pemaparan 8 jam/hari dan pemaparan semakin dipersingkat apabila
intensitas semakin tinggi (Yanri, 2005).
2) Penerangan
Setiap area produksi membutuhkan penerangan yang
berbeda-beda tergantung dari pekerjaan yang dilakukan. Hal ini
dikarenakan untuk menghindari terjadinya kecelakaan serta
penyakit akibat kerja pada tempat kerja. Pengukuran penerangan
pada P.T. Pura Barutama dilakukan oleh Dinas Sosial, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi setempat, secara rutin setiap 6 bulan sekali.
Tabel 3. Intensitas Penerangan di Berbagai Lokasi
No
Unit Produksi
dan Lokasi
Pengukuran
Hasil pengujian (Lux) Standar
(Lux)
Jenis
Pekerjaan Kisaran Rata-
rata
1 Ponz 55,9-271 172,8 100 Kurang Teliti
2 Cetak I 160-206 178,8 200 Agak Teliti
3 Q.C Cetak 1 787-1755 1307,1 500-1000 Teliti
4 Cetak II 99,2-455,5 230,5 200 Agak Teliti
5 Q.C Cetak II 651,8-1368 1051,2 500-1000 Teliti
6 Potong Putihan 47,8-61,2 55,9 100 Kurang teliti
7 Tinta 370-2580 1060 500-1000 Teliti
8 Meja control
tinta
987-1047 1031 500-1000 Teliti
9 Varnish 275-375 329,2 200 Agak Teliti
10 Lipat 97,6-113,6 122,5 100 Kurang Teliti
11 Foil 102,4-260 208,5 100 Kurang Teliti
12 Laminasi 109-137,1 122,9 100 Kurang Teliti
13 Finishing 120,3-222,8 156,7 200 Agak Teliti
14 Spesial room 163,2-312 245,9 200 Agak Teliti
Sumber : Hasil pengukuran Dinsosnaker pada 13 Januari 2011
3) Iklim Kerja
Penggunaan peralatan kerja yang menggunakan panas, seperti
pada proses pencetakan dan proses laminasi menimbulkan suhu
udara di sekitar mesin menjadi panas. Udara yang panas ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi operator mesin maupun
tenaga kerja yang berada di area tersebut. Oleh karena itu, P.T.
Pura Barutama telah mengupayakan pengendaliannya, sebagai
berikut :
a) Mengadakan local exhauster.
b) Mengadakan pengontrol suhu dan kelembaban ruangan.
c) Pengaturan ruangan yang di desain dengan sistem bangunan
yang tinggi dan sirkulasi udara yang cukup.
Berikut hasil pengukuran yang dilakukan :
Tabel 4. Pengujian Iklim Kerja di Berbagi Lokasi
No Unit produksi dan
lokasi pengukuran
Hasil pengukuran
suhu (Cº)
Kelembaban
(%)
1 Ponz 28,2 76,5
2 Cetak I 29,2 58,6
3 Cetak II 29,9 71,7
4 Potong putihan 29,8 73
5 Tinta 30,9 71,4
6 Varnish 30,3 71,2
7 Lipat 30,2 71,9
8 Foil 30 68,2
9 Laminasi 30,1 71,1
10 Finishing 31,2 73,8
11 Spesial Room 30 68,8
Sumber : Hasil pengukuran Dinsosnaker pada 13 Januari 2011
b. Faktor Kimia
Berikut hasil pengujian kadar debu di lingkungan kerja, yang
dilakukan :
Tabel 5. Pengukuran Kadar Debu di Berbagi Lokasi
No Lokasi Satuan Hasil Nilai Ambang
Batas
1. Area Cetak I Mgr/m3
0,440 10
2. Area Cetak Mgr/m3 0,479 10
3. Area Ponz Mgr/m3 0,199 10
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
4. Area Lipat Mgr/m3 0,168 10
5. Spesial Room Mgr/m3 0,315 10
Sumber : Hasil Pengukuran Balai Pelatihan dan Pengujian Hiperkes
pada 13 Januari 2011
Penggunaan bahan-bahan kimia yang ada di perusahaan yang
berupa solvent atau pelarut, yaitu berupa cairan toluene dan etil asetat.
Toluene dan Etil asetat merupakan bahan kimia yang mudah terbakar
dan mempunyai bau yang sangat menyengat. Sehingga tidak hanya
berpotensi bahaya kebakaran, namun juga dapat mengganggu
pernafasan tenaga kerja yang berada di tempat kerja tersebut.
Menyadari akan bahaya yang ditimbulkan, perusahaan telah melakukan
berbagai upaya pengendalian yang berupa penggunaan sistem ventilasi
(blower) dan kewajiban penggunaan APD berupa masker bagi
karyawan.
Selain itu penggunaan tinta sebagai bahan baku untuk proses
cetak juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit apabila mengalami
kontak langsung dengan kulit, maka selain masker karyawan juga
diwajibkan untuk memakai sarung tangan apabila melakukan proses
pengadukan bahan.
c. Faktor Biologi
Faktor biologi yang merupakan faktor bahaya yang ada di
perusahaan meliputi : bakteri, virus, microorganisme, serangga, tikus,
dan binatang-binatang lain yang dianggap mengganggu dan dapat
menimbulkan suatu penyakit.
Sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d. Faktor Mental-Psikologis
Hubungan kerja antara karyawan satu dengan karyawan lainnya
maupun atasan dengan bawahan merupakan faktor bahaya mental-
psikologis yang perlu mendapat perhatian khusus karena dapat
berpengaruh pada tingkat produktivitas. Di P.T. Pura Barutama setiap
sebulan sekali diadakan acara kumpul bersama atau yang biasa disebut
“anjangsana”. Untuk tempat pelaksanaan diadakan di rumah karyawan
secara bergilir. Hal ini bertujuan selain mengakrabkan antar karyawan
maupun karyawan dengan atasan juga dapat mengenal keluarga dari
karyawan tersebut.
D. Kesehatan Kerja
1. Personel
Untuk penanganan masalah kesehatan, perusahaan menyediakan
dokter yang tersebar di setiap balai pengobatan. Dokter yang bekerja di
balai pengobatan telah mengikuti pelatihan Hiperkes dan sudah memiliki
sertifikat dari pelatihan tersebut. Di setiap balai pengobatan terdapat 1
dokter dan 4 tenaga paramedis. Apabila obat yang disediakan di balai
pengobatan tidak memadai dan butuh pemeriksaan khusus yang tidak bisa
dilakukan di balai pengobatan, maka dokter ataupun tenaga medis yang
berjaga berkewajiban untuk membuatkan surat rujukan ke rumah sakit
yang telah ditunjuk oleh manajemen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Pelayanan Kesehatan
a. Balai pengobatan
Dalam penyelenggaraannya P.T. Pura Barutama memiliki balai
pengobatan yang terletak pada 3 kawasan, yaitu terletak pada
Kawasan II, Kawasan IV, dan Kawasan V. Pada setiap kawasan
tersebut terdapat satu dokter jaga yang bertugas pada hari Senin,
Rabu, dan Jumat dengan jam kerja mulai dari pukul 07.30-11.30 WIB.
Adapun dokter perusahaan tersebut telah memiliki sertifikat hyperkes.
Selain itu juga terdapat paramedis yang tersebar di seluruh balai
pengobatan tersebut, paramedis tersebut berjaga setiap hari selama
jam kerja yaitu mulai pukul 07.30-15.30 WIB. Tenaga paramedis
tersebut bertugas membantu dokter perusahaan.
Perusahaan menyediakan balai pengobatan untuk membantu
para korban yang mengalami kesakitan yang masih dapat ditangani
oleh dokter perusahaan untuk dilakukan tindakan pertolongan pertama
pada kondisi gawat daruat. Balai pengobatan tidak hanya digunakan
pada kondisi darurat saja, namun balai pengobatan merupakan sarana
tempat berobat para karyawan sehari-hari.
b. Kotak P3K
Pada setiap unit P.T. Pura Barutama telah menyediakan kotak
P3K. Kotak P3K tersebut diletakkan secara terpusat pada satu titik
yang mudah dijangkau oleh karyawan di masing-masing bagian yakni
di dekat pintu masuk, pintu keluar dan bagian tengah area produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Kotak P3K tersebut berisikan : kassa steril, perban dengan lebar 5 cm
dan 10 cm, plester, kapas, kain segitiga, gunting, peniti, sarung tangan
sekali pakai, masker, pinset, lampu senter, gelas untuk mencuci mata,
kantong plastik bersih, Aquades, Iodin, alcohol 70 %, buku panduan
P3K di tempat kerja, buku catatan, dan daftar isi kotak.
c. Pelatihan PPPK
Selain menyediakan kotak P3K, perusahaan juga menyediakan
pelatihan tentang tindakan P3K setiap setahun sekali. Setiap karyawan
baru, diberikan pelatihan tentang P3K meliputi cara pertolongan
pertama pada korban luka, pendarahan, patah tulang, pingsan, cara
pengangkatan korban, dan tata cara memberi informasi bila terjadi
kecelakaan. Adanya pelatihan dijadwalkan oleh pihak trainer
perusahaan dan dilaksanakan oleh ahli K3 perusahaan yang
sebelumnya telah dilatih oleh petugas kesehatan.
d. Pemeriksaan kesehatan
P.T. Pura Barutama juga menyediakan pemeriksaan bagi tenaga
kerja, meliputi :
1) Pemeriksaan Awal
Pemeriksaan awal dilakukan sebelum tenaga kerja di tempatkan di
tempat kerja. Pemeriksaan awal kesehatan yang dilakukan meliputi
test urine, test darah, rontgen paru, dan test buta warna. Untuk
pemeriksaan kesehatan awal, perusahaan bekerja sama dengan RS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
yang ditunjuk oleh managemen yaitu RS. Umum Daerah Kudus
dan RS. Mardirahayu.
2) Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan berkala dilakukan pada tenaga kerja yang dilakukan
minimal satu tahun sekali. Kegiatan ini bertujuan untuk
memonitoring status kesehatan karyawan yang ada. Semua
karyawan yang bekerja di P.T. Pura Barutama telah melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala bekerja sama dengan Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu.
Tenaga kerja diwajibkan memberikan surat hasil pemeriksaan
kesehatan terhadap departemen HRD bagian kesehatan. Hal ini
bertujuan apabila terdapat pekerja yang mengalami gejala penyakit
akibat kerja dapat di pindahkan ke bagian lain atau jika perlu
diberikan istirahat.
3) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan pada tenaga kerja yang bekerja di
bagian yang mengandung potensi bahaya kesehatan, misalkan di
bagian pengeringan yang menggunakan sinar UV. selain itu
pemeriksaan khusus juga berlaku pada tenaga kerja di bagian
umum yang menderita gangguan penglihatan misalnya :
penggantian kaca mata bagi penderita Minus dan Silinder,
sebagaimana yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama
(PKB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
e. Rumah sakit rujukan
Selain memiliki balai pengobatan PT. Pura juga bekerja sama
dengan rumah sakit yang ada di kota Kudus sebagai rujukan apabila
fasilitas di balai pengobatan tidak memadai. Adapun rumah sakit
tersebut, antara lain : Rumah Sakit Mardi Rahayu, Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kudus, Rumah Sakit Islam (YAKKIS) dan Rumah Sakit
Kartika, Selain di Kabupaten Kudus, PT Pura Barutama juga
menyediakan fasilitas rujukan ke RS. Karyadi Semarang, Rumah Sakit
Elizabeth dan Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
f. Jamsostek
Perusahaan menyediakan asuransi bagi karyawan. Setiap
karyawan telah didaftarkan untuk mengikuti Jamsostek. Program
jamsostek meliputi Jaminan Pelayanan Kesehatan, Pelayanan Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari
Tua (JHT). Untuk Jaminan Kecelakaan Kerja hanya berlaku bagi
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja pada waktu berangkat
kerja, beraktivitas di tempat kerja, dan saat pulang ke rumah melewati
jalan yang wajar. Pelayanan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) hanya berlaku
bagi tenaga kerja saja, namun untuk Jaminan Kesehatan Kerja selain
tenaga kerja sendiri, pelayanan ini juga diberikan kepada keluarga dari
pekerja tersebut antara lain satu isteri dan tiga anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3. Gizi Kerja
P.T. Pura Barutama belum mempunyai kantin khusus bagi tenaga
kerjanya. Akan tetapi tiap karyawan diberi uang makan sebagai pengganti.
Selain itu juga diberikan tambahan berupa susu sachet khususnya pada
operator. Khusus untuk shift malam, operator diberi tambahan makanan
berupa pudding.
E. Keselamatan Kerja
1. Keselamatan Kerja Boiler
Di P.T. Pura Barutama menggunakan boiler sebagai pembantu dalam
proses produksi. Penggunaan boiler yang tidak sesuai persyaratan akan
menimbulkan kerugian berupa peledakan. Untuk mencegah terjadinya
peledakan maka P.T. Pura Barutama telah melakukan berbagai upaya
antara lain :
a. Melaksanakan instruksi kerja pengoperasian boiler dengan benar
b. Mengeluarkan surat izin keselamatan kerja (safety permit) saat
pembersihan tangki boiler.
c. Melakukan perawatan dan pemeriksaan secara berkala terhadap suhu
dan tekanan.
d. Menyediakan alat-alat pemadam kebakaran seperti : APAR, hydrant,
dan tujuh mobil pemadam kebakaran.
e. Memasang papan peringatan “ Dilarang Merokok “.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2. Keselamatan Kerja Bahan Kimia
Dalam proses produksi di pabrik banyak menggunakan bahan-bahan
kimia yang berbahaya, seperti toluene, melamin, etil asetat, tinta, dan lain
sebagainya. Bahan-bahan tersebut dapat mengakibatkan keracunan apabila
tertelan dan iritasi pada bagian tubuh yang terkena. Pengendalian yang
telah dilakukan oleh perusahaan adalah penyediaan dan sosialisasi MSDS,
pemasangan rambu-rambu tanda bahan kimia berbahaya, serta mewajibkan
pemakaian APD berupa masker dan safety gloves.
3. Komunikasi Keselamatan dan kesehatan Kerja
Banyak tenaga kerja yang belum mengerti tentang keselamatan dan
kesehatan kerja padahal kecelakaan yang sering terjadi ditimbulkan oleh
pekerja itu sendiri. Untuk meminimalisir peristiwa tersebut maka
diperlukan peran managemen untuk mengkomunikasikan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Komunikasi K3 dapat berupa :
a. Pemasangan poster atau spanduk K3
Pemasangan poster atau spanduk K3 di tempat kerja merupakan
suatu media yang komunikatif. Poster atau spanduk ini berisi himbauan
atau pesan untuk bekerja aman dan selamat. Di P.T. Pura Barutama
telah terpasang berbagai macam poster dan spanduk. Dengan adanya
poster dan spanduk diharapkan para pekerja selalu waspada terhadap
bahaya serta dapat berhati-hati dalam melakukan pekerjaan. Poster dan
spanduk yang terpasang juga selalu ditinjau keadaan fisiknya dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
apabila kondisinya sudah kotor, rusak atau tidak layak maka akan
segera diganti.
b. Induksi K3
Setiap pekerja baru, tamu, kontraktor, pelanggan maupun
pemasok yang akan memasuki wilayah P.T. Pura Barutama akan
diberikan induksi tentang peraturan keselamatan dan kesehatan kerja
oleh pihak sekretaris K3 unit. Kegiatan ini dilaksanakan agar mereka
mengerti tentang bahaya yang ada di perusahaan sehingga mereka
mengetahui cara aman agar terhindar dari bahaya tersebut. Setelah
mereka mengerti akan peraturan tersebut, barulah mereka diberikan
alat pelindung diri sesuai dengan tempat yang akan mereka kunjungi.
4. Ijin Kerja
Adalah suatu izin kerja yang diberikan pada tenaga kerja pada suatu
tempat khusus yang mempunyai potensi bahaya yang tinggi sehingga
membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai skill khusus dan
membutuhkan peralatan dan standar khusus.
P.T. Pura Barutama menetapkan empat jenis pekerjaan yang
digolongkan pekerjaan yang beresiko tinggi, antara lain area mudah
terbakar, bertegangan tinggi, bekerja di ketinggian, dan bekerja di area
terbatas (kadar oksigen kurang).
Sebagai penaggungjawab pelaksanaan surat ijin keselamatan kerja
(Safety permit) sebagai berikut :
a. Pimpinan unit kerja peminta jasa bertanggung jawab terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
pengamanan keselamatan operasional dan kebersihan area kerja.
b. Pimpinan unit kerja pelaksana pekerjaan bertanggung jawab terhadap
pengamanan keselamatan pelaksanaan dan kebersihan area kerja.
Penandatanganan ijin kerja (Safety Permit) dilakukan oleh manager
teknik yang bersangkutan.
5. Inspeksi Keselamatan Kerja
Inspeksi Keselamatan kerja bertujuan unruk mencari dan
menganalisa sumber yang berpotensi sebagai penyebab kecelakaan baik
yang ditimbulkan oleh kondisi dari instalasi maupun pelaksanaan kerja
yang tidak standar, sehingga dapat diambil langkah awal dalam
pengendaliannya.
Adapun jenis inspeksi keselamatan kerja yang diterapkan di P.T.
Pura Barutama adalah
a. Periodical inspection
Merupakan inspeksi berkala, yang mencakup semua aspek sesuai lokasi
yang dijadwalkan
b. Intermitten inspections
Inspeksi ini dilakukan setiap saat, serta pemilihan lokasi yang tidak
dijadwalkan.
c. Routine inspections
Merupakan inspeksi yang dilaksanaakan secara teratur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
d. Special inspections
Inspeksi ini dilakukan pada saat tertentu, misalkan pada saat konstruksi
baru, instalasi yang akan digunakan ataupun setelah kejadian.
e. Critical items inspections
Merupakan inspeksi instalasi kritis yang dapat berakibat masalah atau
kerusakan besar misalkan mesin, peralatan, proses dan lain-lain.
6. Investigasi kecelakaan
Kegiatan investigasi dilakukan setiap terjadi kecelakaan (accident).
Kegiatan investigasi bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya
accident. Investigasi dilakukan paling lama 2 x 24 jam dan pelaporannya
dilakukan setelah terjadi accident. Pelaksanaan investigasi dilakukan oleh
ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan.
7. APD
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat keselamatan
yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan
kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Secara teknis alat
pelindung diri tidaklah dapat melindungi tubuh secara sempurna terhadap
paparan potensi bahaya. Namun alat pelindung diri akan dapat mengurangi
tingkat keparahan dari suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau
penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).
Syarat alat pelindung diri adalah:
a. Memiliki daya pencegah dan memberikan perlindungan yang efektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
terhadap jenis bahaya yang dihadapi oleh karyawan.
b. Konstruksi dan kemampuannya harus memenuhi standar yang berlaku.
c. Efisien, ringan dan nyaman dipakai.
d. Tidak mengganggu gerakan-gerakan yang diperlukan.
e. Tahan lama dan pemeliharaannya mudah.
Kelemahan-kelemahan Penggunaan Alat Pelindung Diri :
a. Tidak enak dipakai atau kurang nyaman.
b. Sangat sensitif terhadap perubahan waktu.
c. Mempunyai masa kerja tertentu.
d. Dapat menularkan penyakit apabila digunakan secara bergantian.
Alat pelindung diri yang diwajibkan di P.T. Pura Barutama adalah
sebagai berikut :
a. Pelindung Kepala
Untuk melindungi kepala terhadap benturan kemungkinan
tertimpa benda-benda yang jatuh, melindungi bagian kepala dari
kejutan listrik ataupun terhadap kemungkinan terkena bahan kimia
yang berbahaya. Jenis-jenis alat pelindung kepala yang digunakan di
P.T. Pura Barutama terdiri dari :
(1) Safety helmet berbahan plastik. Digunakan untuk melindungi
kepala dari kejatuhan barang, safety helmet berbahan plastik
banyak digunakan di unit bangunan.
(2) Kerudung Kepala (Hood ) Digunakan untuk melindungi produk
agar tetap bersih dan tidak terkontaminasi dengan rambut serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
melindungi seluruh kepala terhadap kotoran debu yang berasal dari
debu ataupun bahan lainnya yang dapat membahayakan maupun
yang dapat mengganggu kesehatan karyawan.
b. Pelindung Mata
Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata terhadap
benda yang melayang, percikan api, bahan kimia dan cahaya yang
menyilaukan. Pelindung mata yang diberikan pada pekerja berupa
safety goggles yang dipakai pada saat melakukan pekerjaan mengelas
dan daerah berdebu maupun untuk perbaikan pada alat lain yang
mengandung bahan kimia yang berbahaya.
c. Pelindung Telinga
Pelindung telinga digunakan untuk melindungi telinga terhadap
kebisingan dimana bila alat tersebut tidak dipergunakan dapat
menurunkan daya pendengaran dan ketulian yang bersifat tetap.
Pelindung telinga yang diberikan adalah ear plug dan ear muff yang
dipakai di daerah yang memiliki intensitas kebisingan yang tinggi.
d. Pelindung Pernapasan
Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi hidung
dan mulut dari berbagai gangguan yang dapat membahayakan
karyawan. Masker yang diberikan berbeda sesuai dengan faktor
bahaya yang ada di lingkungan kerjanya. P.T. Pura Barutama
menggunakan masker jenis :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
(1) Masker kain
Dipakai di tempat kerja dimana terdapat debu pada ukuran lebih 10
mikron.
(a) Masker dengan filter untuk debu
Digunakan untuk melindungi hidung dan mulut dari debu dan
dapat menyaring debu pada ukuran rata-rata 0,6 mikron
sebanyak 98%. Di pakai pada saat memasuki area yang
berdebu.
(b) Masker dan filter untuk debu dan gas
Digunakan untuk melindungi hidung dan mulut dari debu dan
gas asam, uap solvent, fumes, asap dan kabut. Di pakai pada
saat memasuki area berdebu dan mengandung gas-gas yang
dapat mengganggu kesehatan.
e. Pakaian Kerja
Pakaian kerja yang dipakai di P.T. Pura Barutama adalah jenis
apron kain yang berfungsi agar produk tetap bersih selain itu pakaian
jenis apron ini juga berfungsi untuk keamanan.
f. Pelindung Kaki
Pelindung kaki yang diberikan adalah safety shoes yang terbuat
dari karet. Pelindung kaki ini hanya digunakan di area kerja, setelah
selesai bekerja maka sepatu tersebut disimpan lagi pada tempatnya.
g. Sarung Tangan
Sarung tangan yang diberikan berupa sarung tangan tahan panas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
yang dipergunakan saat memperbaiki mesin. Dan sarung tangan kain
yang digunakan pada saat pengadukan bahan.
h. Sabuk Pengaman (safety belt)
Sabuk pengaman diberikan pada pekerja yang melakukan pekerjaan di atas
ketinggian untuk mencegah terjadinya bahaya terjatuh.
8. Sarana pemadam kebakaran
a. Mobil Pemadam Kebakaran
Untuk mengendalikan potensi bahaya kebakaran, maka PT. Pura
memiliki sarana pemadam kebakaran, yaitu sebagai berikut :
1) Mobil Pemadam Kebakaran
P.T. Pura Barutama memiliki 7 buah kendaraan pemadam
kebakaran
a) Kendaraan jenis Bill Up dengan nomor polisi K 1980 HB
kapasitas 3500 liter air.
b) Kendaraan jenis Bill Up dengan nomor polisi K 1976 JB
kapasitas 22000 liter air.
c) Kendaraan jenis Cold Diesel dengan nomor polisi K 1974 JB
kapasitas 3000 liter air.
d) Kendaraan jenis Bill Up dengan nomor polisi K 1956 HB
kapasitas 3500 liter air.
e) Kendaraan jenis Bill Up dengan nomor polisi B 9693 NU
kapasitas 11000 liter air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
f) Kendaraan jenis Truck dengan nomor polisi K 1973 JB
kapasitas 4000 liter air.
g) Kendaraan jenis Truck dengan nomor polisi K 1959 HB
kapasitas 5000 liter air.
b. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Alat pemadam api ringan merupakan alat pemadam yang
digunakan untuk memadamkan api ketika masih dalam skala kecil.
Kalasifikasi penggunaan APAR harus disesuaikan dengan asal
penyebab kebakaran. Misalkan kebakaran pada mesin produksi,
APAR yang digunakan tidak boleh berasal dari dry chemical karena
dry chemical bersifat korosif terhadap logam. APAR yang sesuai
yakni AF-11 yang dapat memadamkan api tanpa merusak mesin (tidak
bersifat korosif) serta penggunaannya yang tidak meninggalkan bekas
dan bersih. Di P.T. Pura Barutama telah memiliki 1537 APAR dari
berbagai jenis. Rincian jenis APAR yang dimiliki antara lain :
1) Jenis Dry Chemical Powder berjumlah 1025 buah.
2) Jenis CO2 berjumlah 9 buah.
3) Jenis AF berjumlah 428 buah.
4) Jenis foam berjumlah 11 buah.
APAR tersebut diletakkan di seluruh area P.T. Pura Barutama
dengan jarak 15 meter antar APAR. Namun untuk area yang
mengandung potensi bahaya kebakaran tinggi misalkan pada area
gudang solvent maka APAR diletakkan dengan jarak kurang dari 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
meter. Tinggi peletakan APAR juga sudah diatur yakni 125 cm dari
lantai, sehingga mudah dijangkau oleh para pekerja dengan tinggi
badan yang berbeda-beda. Pemeriksaan APAR dilakukan setiap 6
bulan sekali oleh pihak ketiga yakni oleh suplayer APAR dan diawasi
oleh pihak dari P.T. Pura Barutama.
c. Hydrant
Hydrant yang dimiliki oleh P.T. Pura Barutama berjumlah 8
unit, dengan jumlah titik kran sebanyak 92 titik. Sedangkan untuk
persediaan air dibagi menjadi 2 bagian, antara lain air tandon dengan
kapasitas air 10 m3 dan dari air kolam dengan jumlah kapasitas total
sebesar 4.221 m3. Adapun pada air tandon hanya terletak pada Unit
Keuangan dengan sumber air berasal dari sumur langsung. Sedangkan
untuk air kolam dibagi menjadi beberapa titik kolam, antara lain :
a) PM 7 dan PM 8, kapasitas kolam sebesar 50 m3 dengan
pengambilan air berasal dari kolam UPL.
b) Power Plant, kapasitas kolam sebesar 1000 m3 dengan
pengambilan air berasal dari kolam RW.
c) TSS dan Indostamping kapasitas kolam sebesar 2.656 m3
dengan pengambilan air berasal dari kolam pengaman PM 10,
kapasitas kolam sebesar 96 m3 dengan pengambilan air berasal
dari tandon produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
d. Fire Alarm
Fire alarm bekerja secara otomatis, fire alarm akan berbunyi
ketika smoke detector maupun heat detector menangkap adanya
smoke maupun heat di ruangan atau area kerja. Di P.T. Pura Barutama
pemasangan fire alarm diletakkan pada gedung atau perkantoran non
produksi. Hal ini dikarenakan dalam proses produksi dipastikan
mengandung panas dari proses percetakan jadi tidak memungkinkan
untuk dipasang heat dan smoke detector. Apabila terdengar suara dari
fire alarm tenaga kerja yang bekerja di dalam ruangan berhak untuk
menghentikan pekerjaannya dan bergegas menuju ke tempat yang
aman. Dengan adanya fire alarm yang bekerja secara otomatis, sangat
membantu personel pemadam kebakaran karena kebakaran dapat
diketahui secepatnya sebelum api membesar.
9. Prosedur Tanggap Darurat
Yang dimaksud dengan keadaan darurat merupakan suatu kejadian
yang tidak diduga-duga dan tidak dapat dipastikan kapan akan terjadinya
suatu kejadian. PT Pura Barutama telah mempersiapkan prosedur tanggap
darurat untuk kejadian kebakaran, karena potensi terjadinya kebakaran di
perusahaan ini tergolong cukup besar. Kebakaran merupakan peristiwa
yang dapat menimbulkan banyak kerugian berupa hilangnya nyawa,
kerusakan fasilitas perusahaan, dan kerugian besar lainnya termasuk
kurangnya kepercayaan dari masyarakat. Untuk mencegah atau
meminimalisir kerugian yang akan ditimbulkan maka perlu kerjasama dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
berbagai pihak mulai dari karyawan level bawah sampai managemen level
atas. Selain itu perusahaan juga telah menyiapkan personil yang terdiri dari
4-5 orang di setiap shift.
Untuk mendukung prosedur tanggap darurat maka P.T. Pura
Barutama memberikan fasilitas tanggap darurat antara lain :
a) Pos Darurat (emergency post)
Suatu tempat bangunan tertentu yang dipilih dan dianggap aman
yang tidak akan terpengaruh oleh kedaan darurat dan di tempat ini
juga penanggung jawab dan pimpinan penanggulangan kondisi darurat
memberikan komando-komandonya.
b) Tempat berkumpul sementara (assembly point)
Tempat berkumpul sementara merupakan tempat yang
digunakan karyawan untuk berkumpul sementara saat kondisi darurat.
Tempat berkumpul sementara harus dapat menampung semua korban
dan tempatnya harus aman dari lokasi bencana.
c) Sirene Darurat
Merupakan bunyi atau tanda terjadinya keadaan darurat.
Karyawan diwajibkan meninggalkan area kerja dan segera menuju ke
tempat berkumpul sementara apabila mendengar suara sirine darurat.
d) Eye Wash Fountain
Digunakan untuk mencuci mata yang terkena bahan kimia
berbahaya, sementara ini fasilitas Eye Wash hanya terdapat di
beberapa unit saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
e) Ambulans
Fasilitas ambulans digunakan untuk mengevakuasi karyawan
yang menjadi korban pada saat kejadian darurat. Perusahaan telah
menyediakan 2 mobil ambulans untuk seluruh unit. Untuk jalur
evakuasi dapat dilihat pada lampiran16
F. Ergonomi
1. Sistem Kerja
Berdasarkan waktu kerja, sistem kerja karyawan dibedakan menjadi 2
yaitu :
a. Bagian staff dan administrasi kantor
Karyawan yang bekerja di bagian staff dan administrasi kantor,
memperoleh ketentuan waktu kerja sebagai berikut:
1) Senin s/d kamis : 07.30 - 15.30 WIB
Istirahat : 11.30 - 12.30 WIB
2) Jum’at : 07.30 - 16.00 WIB
Istirahat : 11.30 - 13.00 WIB
3) Sabtu : 07.30 - 12.30 WIB
Untuk hari Sabtu tidak ada waktu istirahat.
b. Waktu Kerja Bergilir Bagian Produksi, berlaku ketentuan sebagai
berikut:
1) Shift pertama (pagi) berlaku waktu kerja : 06.30-14.30 WIB
2) Shift kedua (siang) berlaku waktu kerja : 14.30-22.30 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3) Shift ketiga (malam) berlaku waktu kerja : 22.30-06.30 WIB
2. Sikap Kerja
Sikap kerja yang dilakukan karyawan dalam melaksanakan tugasnya
adalah dengan sikap kerja duduk, berdiri, bergerak, atau berpindah tempat,
berada di ketinggian, mengangkat dan mengangkut sesuai dengan
keperluan dari masing–masing pekerjaan tenaga kerja itu sendiri
3. Alat Angkat dan Angkut
Alat angkat dan angkut digunakan sebagai alat bantu dalam
transportasi, alat tersebut berupa : forklift, hand pallet, dan lift barang. Alat
angkat angkut digunakan diarea dalam dan luar pabrik untuk mengangkut
bahan baku dan produk. Operator yang bertugas menjalankan pesawat
angkat dan angkut telah mendapatkan surat ijin operasi dan sudah
mengikuti pelatihan sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1985 pasal 4.
G. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
P.T. Pura Barutama merupakan produsen Paper Making, Paper
Converting, Printing-Packaging, Holography, Enggenering, Total Security
System, dan Smart Tecnology. Penyediaan barang yang berkualitas sesuai
permintaan pelanggan dilakukan melalui proses produksi dengan menerapkan
sistem manajemen mutu yang ramah lingkungan dan berbudaya K3 serta
penyempurnaan secara bertahap dan berkesinambungan.
Untuk mendukung tekad tersebut, manajemen berupaya memenuhi
standar mutu yang diterapkan, serta harus memenuhi persyaratan ketentuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dan norma-norma K3 serta peraturan perundangan yang ada. Seluruh
karyawan bertanggung jawab dan mengambil peran dalam upaya
meningkatkan keterampilan, kedisiplinan untuk mengembangkan produk dan
jasa yang berkualitas. Pentaatan terhadap peraturan lingkungan dan ketentuan
K3 serta menjunjung tinggi integritas merupakan hal yang terus dilakukan di
P.T. Pura Barutama.
1. Kebijakan Manajemen K3
Kebijakan Manajemen K3 di P.T. Pura Barutama adalah sebagai berikut :
Bahwa Keselamatan dan Kesehatan kerja merupakan salah satu
faktor penting dalam menunjang kelancaran dan proses produksi. Oleh
karena itu semua pekerjaan yang berada di lingkungan kerja maupun
berada di luar lingkungan kerja harus memahami dan aktif ikut serta dalam
segala kegiatan yang berwawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Kami selaku Pimpinan bertanggung jawab atas pelaksanaan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan perusahaan Pura Group
dan untuk ini perusahaan akan melaksanakan :
a. Kepatuhan terhadap peraturan perundangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan menciptakan mekanisme serta prosedur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di setiap lini bidang pekerjaan,
b. Komitmen managemen yang sadar akan pentingnya
memasyarakatkan dan memperlihatkan Kinerja Kesehatan dan
keselamatan Kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
c. Perencanaan di dalam merancang dan membangun kegiatan kegiatan
usaha, perusahaan selalu berorientasi kepada Kesehatan dan
Keselamatan kerja.
d. Peningkatan kualitas Sumber daya manusia melalui pendidikan dan
pelatihan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, terutama di
dalam memotivasi tanggung jawab individu di dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
e. Pembinaan hubungan kerja sama, bersama instansi lain di dalam
melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
f. Penyelesaian semua masalah yang ditimbulkan dan menciptakan
cara-cara penanganan yang efektif terhadap kemungkinan timbulnya
bahaya di masing-masing tempat kerja.
g. Kepastian bahwa kebijakan dan Komitmen ini dilaksanakan melalui
pelaksanaan menyeluruh atas kegiatan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di seluruh unit kerja dan mensosialisasikan kepada rekanan,
pelanggan serta tamu yang berhubungan dengan perusahaan.
Mengingat Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan tugas kita
bersama (baik pekerja, pengusaha maupun pemerintah). Maka perlu
dibudayakan agar tercipta iklim kerja yang kondusif demi tercapainya
efisiensi dan Produktivitas Nasional.
2. Organisasi K3
Agar pelaksanaan K3 di perusahaan dapat berjalan dengan baik dan
dapat menciptakan kondisi yang sehat dan selamat, maka perlu dibentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
organisasi K3 di dalam struktur organisasi perusahaan. Organisasi K3
harus bertanggung jawab kepada managemen atas penerapan dan
pengembangan K3 di perusahaan.
Pembentukan organisasi K3 secara fungsional akan memudahkan
koordinasi dan kontrol terhadap bahaya yang timbul pada unit kerja dan
dapat memberikan pengaruh kepada pimpinan serta karyawan di unit kerja
masing-masing sehingga pengendalian kerugian yang diakibatkan oleh
kecelakaan, kebakaran, dan insiden lainnya dapat dikendalikan. Organisasi
K3 dibentuk sebagai organisasi struktural.
Organisasi K3 Struktural dibentuk agar dapat menjamin penerapan
K3 di P.T. Pura Barutama sesuai dengan Undang-undang No. 01 tahun
1970. Penerapan K3 diharapkan dapat menimbulkan kondisi yang aman,
nyaman dan produktif.
Adapun tugas dan fungsi P2K3 adalah sebagai berikut :
Tugas : Sebagai suatu badan pertimbangan di tempat kerja untuk
memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak oleh atau
kepada pengusaha atau pimpinan mengenai masalah–masalah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
Fungsi :
1) Menghimpun dan mengolah data-data dan permasalahan keselamatan
dan kesehatan Kerja.
2) Menegakkan dan menjelaskan kepada tenaga kerja tentang :
a) Bermacam-macam sumber bahaya ditempat kerja yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
menimbulkan gangguan K3 dan penanggulangannya.
b) Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja
karena gangguan K3
c) Penggunaan alat pelindung diri
d) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Struktur organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja P.T. Pura Barutama
sebagai berikut :
Gambar 2. Struktur organisasi P2K3 P.T. Pura Barutama.
(Sumber : Departemen HR_GA, 2011)
Tugas dan Tanggung Jawab :
a) Ketua P2K3
(1) Memimpin semua rapat pleno P2K3 atau menunjuk anggota untuk
Ketua P2K3
Wakil Ketua
P2K3
Sekretaris
P2K3
Seksi
Pelatihan
Seksi
Kebakaran
Seksi
Inspeksi
Anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
memimpinnya.
(2) Menentukan langkah kebijakan demi tercapainya pelaksanaan
program-program P2K3.
(3) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan K3 di perusahaan kepada
kantor setempat melalui pimpinan perusahaan.
(4) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program-program K3 di
perusahaan.
(5) Melaporkan kegiatan P2K3 ke mentri tenaga kerja melalui dinas
Tenaga Kerja setempat sekurang-kurangnya 3 bulan sekali.
b) Wakil Ketua P2K3
Melaksanakan tugas ketua apabila ketua berhalangan.
c) Sekretaris P2K3
(1) Administrasi
(a) Mempersiapkan rapat regular/bulanan P2K3
(b) Menyusun notulen rapat P2K3
(c) Menghimpun semua agenda dan hasil keputusan rapat
(d) Menyebarkan notulen rapat, laporan, dan informasi K3 kepada
anggota P2K3
(e) Menegaskan dan mengklarifikasi hasil keputusan rapat yang telah
dicapai.
(f) Memberikan bantuan atau saran-saran yang diperlukan oleh tim-
tim kerja demi suksesnya program K3.
(g) Membuat laporan ke kantor setempat mengenai adanya unsafe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
action dan unsafe condition di tempat kerja.
(2) Pengendali Dokumen
(a) Memelihara dan mengendalikan seluruh dokumen dan data yang
berhubungan dengan persyaratan P2K3.
(b) Melakukan identifikasi seluruh dokumen dan data sesuai status
revisi terakhir untuk ditinjau dan disetujui oleh personel yang
berwenang sebelum diterbitkan.
(c) Mengadakan perubahan dan modifikasi dokumen dan data yang
dianggap perlu direvisi.
(d) Menetapkan dan memelihara prosedur terdokumen untuk
identifikasi, koleksi, pengindeksan, akses, pengarsipan,
penyimpanan, pemeliharaan dan pemusnahan rekaman mutu pasif.
d) Anggota P2K3
(1) Menghadiri rapat-rapat P2K3
(2) Memberikan kontribusi, masukan, saran, dan usulan dalam rapat P2K3
(3) Menghimpun dan mendapatkan informasi apabila ditugaskan ketua
P2K3 atau ditugaskan oleh rapat P2K3.
(4) Mengkaji masalah K3 yang ada di tempat kerja.
(5) Mempelajari usul dan saran karyawan untuk dibawa dalam rapat
P2K3.
(6) Mengkomunikasikan hasil rapat P2K3 di unit kerja masing-masing.
(7) Membantu melakukan inspeksi K3 dan investigasi kecelakaan kerja
(8) Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
tim kerja masing-masing.
(9) Melaporkan kepada ketua atas kegiatan yang telah dilaksanakan.
3. Audit SMK3
Audit SMK3 merupakan sistem penilaian program dan kinerja K3
yang ada di perusahaan. Sasaran utama dari audit SMK3 adalah
Manajemen Audit dan physical audit. Manajemen audit merupakan
penilaian terhadap pelaksanaan program-program K3 yang ada di
perusahaan. Sedangkan physical audit merupakan penilaian terhadap
perangkat keras di setiap area kerja, termasuk penilaian fisik tempat kerja.
Tujuan dari audit SMK3 yaitu untuk menilai dan mengidentifikasi secara
kritis dan sistematis terhadap semua sumber bahaya potensial, mengukur,
dan memastikan secara obyektif pekerjaan yang berjalan sesuai dengan
standar, menyusun rencana koreksi untuk menentukan langkah dan cara
untuk mengatasi sumber bahaya potensial. Pelaksanaan Audit K3 adalah
audit intern yang dilakukan setiap 6 bulan sekali yang dilakukan oleh Tim
P2K3 dan audit ekstern yang dilakukan setiap 3 tahun sekali atau sesuai
dengan kebutuhan oleh SUCOFINDO.
H. Lingkungan
1. Lingkungan
Dalam kaitannya dengan lingkungan P.T. Pura Barutama melakukan
beberapa kegiatan berupa penghijauan melalui penanaman 1000 pohon,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
penyediaan air bersih yang bekerjasama dengan pihak PDAM , budidaya
karang (coral) di daerah pantai jepara, dan pembudidayaan tanaman jarak
serta pemanfaatnya sebagai biogas.
2. Pengolahan Limbah
P.T. Pura Barutama merupakan perusahaan yang menghasilkan
berbagai kemasan produk kebutuhan sehari-hari. Pada proses produksinya
banyak menggunakan berbagai macam bahan kimia. bahan kimia terdiri
dari solvent, tinta, dan lainnya. Dari masing-masing unit produksi tersebut
menghasilkan berbagai macam limbah yaitu limbah cair, padat, dan gas.
Sebelum dibuang ke lingkungan limbah tersebut telah diolah terlebih
dahulu.
Untuk menghindari pencemaran lingkungan, maka P.T. Pura
Barutama melakukan pengolahan limbah yang secara ringkas dijelaskan
sebagai berikut :
a. Limbah Cair
P.T. Pura Barutama memiliki instalasi pengolahan limbah cair
dengan sistem WWT (Waste Water Treatment). Instalasi tersebut
terletak pada kawasan tersendiri yang disediakan secara khusus untuk
menampung dan mengolah limbah cair yang dihasilkan oleh setiap
unit dari P.T. Pura Barutama. Limbah cair tersebut dialirkan melalui
pipa-pipa saluran bawah tanah untuk dialirkan ke instalasi limbah.
Adapun limbah-limbah tersebut diolah terlebih dahulu sebelum
pada akhirnya dibuang ke lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
b. Limbah Padat
Buangan padat yang ada sebagian besar berasal dari potongan
kertas sisa dari unit Offset. Selain kertas potongan maupun produk
gagal, limbah padat dapat berupa mesin-mesin tua, dan pallet kayu
yang rusak.
Pengolahan buangan padat :
1) Penggunaan kembali untuk proses produksi internal
2) Ditampung sementara di area yang telah disediakan
3) Dijual pada pihak ketiga (lelang)
Sedangkan limbah padat yang berupa sampah dibuang ke TPA.
Sedangkan limbah yang berupa B3 diserahkan ke pihak ketiga yaitu
badan yang telah ditunjuk oleh Kementrian Lingkungan Hidup.
c. Limbah Gas
Limbah buangan yang dihasilkan di P.T. Pura Barutama unit
Offset hanya berupa asap yang berasal dari proses pembakaran boiler.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Higene Perusahaan
1. Pengertian potensi bahaya
Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang
dapat menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan kerja. Potensi bahaya
yang terdapat di lingkungan kerja P.T. Pura Barutama yaitu:
a. Terjepit
Bahaya terjepit sering terjadi pada saat penggantian atau
pemeriksaan roll atau peralatan berputar lainnya. Upaya pengendalian
yang telah dilakukan yaitu dengan memasang cover pengaman dan
peringatan serta tanda bahaya pada semua peralatan berputar. Upaya
pengendalian yang dilakukan P.T. Pura Barutama telah sesuai dengan
Undang-undang No. 01 Tahun 1970 Pasal 3 sub r yang berisi
“Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi” (Yanri, 2005).
b. Terpercik
Bahaya terpercik cairan B3 khususnya solvent dan tinta juga
sering terjadi pada proses produksi. Apabila tenaga kerja terpercik
cairan B3 secara terus-menerus maka dapat menimbulkan iritasi. Upaya
yang telah dilakukan perusahaan yakni menyediakan alat pelindung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
diri, sosialisasi MSDS dan pelatihan khusus bagi karyawan yang
berhubungan langsung dengan bahan kimia. Upaya yang telah
dilakukan di P.T. Pura Barutama telah sesuai dengan Undang-undang
No. 01 tahun 1970 pasal 3 sub f tentang memberi alat-alat pelindung
diri kepada para pekerja dan pasal 9 ayat 3 yang berisi Pengurus
diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja
yang berada dibawah pimpinannya dalam pencegahan kecelakaan serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja (Departemen Tenaga
kerja RI, 1997).
c. Tertimpa
Pada area gudang berpotensi tertimpa kertas atau bahan. Untuk
meminimalisir potensi bahaya tersebut di P.T. Pura Barutama telah
melakukan upaya pencegahan berupa pemberian batas ketinggian
penumpukan barang yakni 1,5 m sebagai zona daerah bahaya dan
larangan beristirahat di area gudang serta kewajiban untuk memakai
helm pengaman. Upaya yang telah dilakukan tersebut telah sesuai
dengan Undang-undang No. 01 Tahun 1970 pasal 12 yang berisi
kewajiban tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri yang
diwajibkan (Departemen Tenaga kerja RI, 1997).
2. Faktor Bahaya
Faktor bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang
dapat menimbulkan terjadinya suatu penyakit akibat kerja. Faktor bahaya
yang terdapat di lingkungan kerja P.T. Pura Barutama adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
a. Faktor Fisika
1) Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki
keberadaannya yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Gangguan tersebut tergantung pada jenis dan intensitas kebisingan.
Kebisingan pada intensitas tinggi dapat menurunkan konsentrasi
kerja dan apabila terpapar dalam waktu lama dapat menyebabkan
ketulian baik sementara maupun permanen (Santoso, 2004).
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh
Dinsosnaker Kabupaten Kudus diperoleh hasil pengukuran
kebisingan di P.T. Pura Barutama masih dibawah Nilai Ambang
Batas yang ditentukan, yaitu dibawah 85 dB untuk waktu pemaparan
8 jam per hari dan 40 jam per minggu.
Hal ini sesuai dengan Kepmenaker RI No Kep.51/MEN/1999
tentang Nilai Ambang batas Faktor Fisika di tempat kerja Pasal 3
yang berbunyi : “Nilai Ambang Batas kebisingan ditetapkan sebesar
85 dB A dan telah sesuai dengan pasal 8 yang berbunyi“
Pelaksanaan pengukuran dan penilaian faktor fisika di tempat kerja
berkoordinasi dengan kantor departemen tenaga kerja setempat”.
(Yanri, 2005)
2) Penerangan
Fungsi utama penerangan di tempat kerja adalah untuk
menerangi objek pekerjaan agar terlihat secara jelas, mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dikerjakan dengan cepat, dan produktifitas dapat meningkat
(Santoso, 2004). Dari data hasil pengukuran yang dilakukan oleh
Dinas Sosial Tenaga kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus dari
14 lokasi pengukuran, diketahui 3 lokasi masih kurang
intensitasnya. Lokasi tersebut yaitu bagian cetak 1, potong putihan
dan finishing. Pengaturan pencahayaan di 3 bagian tersebut tidak
hanya menggunakan pencahayaan buatan dari lampu saja melainkan
juga menggunakan pencahayaan alami yang berasal dari sinar
matahari. Pada saat pengukuran di 3 bagian tersebut, sumber
pencahayaan hanya berasal dari lampu dikarenakan pada saat
pengukuran cuaca sedang mendung sehingga hasil pengujian
penerangan masih kurang dari ketentuan. Pemantauan penerangan di
lokasi kerja terus dilakukan secara rutin setiap 6 bulan sekali.
Secara umum hasil pengujian tingkat penerangan di tempat
kerja belum sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 07
tahun 1964 tentang syarat-syarat kebersihan, kesehatan dan
penerangan di tempat kerja. (Yanri, 2005)
Tabel 6. Intensitas Penerangan Sesuai Peraturan
No Intensitas
(lux) Keterangan
1. 20 Penerangan halaman dan jalan lingkungan perusahaan
2. 50 Pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar.
3. 100 Pekerjaan yang membedakan barang kecil secara
sepintas
4. 200 Pekerjaan yang membedakan barang kecil, agak teliti.
5. 300 Pekerjaan teliti, kecil dan halus.
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
6. 500 Membedakan barang halus dengan kontras sedang
untuk waktu yang lama.
7. 1000 Membedakan barang yang sangat halus dengan kontras
yang sangat kurang untuk waktu yang lama.
(Sumber : Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964)
3) Iklim Kerja
Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja yang diukur
dari perpaduan antara suhu udara (suhu basah dan suhu kering),
kelembaban udara, kecepatan aliran udara dan suhu radiasi (Santoso,
2004). Panas di lingkungan kerja berasal dari berbagai sumber
seperti mesin, pengaruh lampu penerangan, ventilasi yang kurang
baik, suhu lingkungan dan sebagainya. Berdasarkan SK Menteri
Tenaga Kerja No. KEP 51/MEN/1999 yang mengatur jumlah jam
kerja dan jam istirahat berdasarkan ISBB adalah sebagai berikut
(Yanri, 2005) :
Tabel 7. Harga ISBB untuk Variasi Kerja
Variasi ISBB ˚C
Kerja ringan Sedang Berat
Kerja terus-menerus
(8 jam per hari) 30 26,7 25
Kerja 75%, istirahat 25% 30,6 28 25,9
Kerja 50%, istirahat 50% 31,4 29,4 27,9
Kerja 25%, istirahat 75% 32,2 31,1 30
(Sumber : SK Menaker No. KEP 51/MEN/1999)
Di P.T. Pura Barutama termasuk variasi kerja terus menerus
dan jenis kerja ringan. Dari data hasil pengukuran terdapat tempat
yang melebihi ISBB yaitu bagian Tinta, Varnish, Lipat, Laminasi
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
dan Finishing. Hal tersebut tidak menjadi masalah yang besar karena
bangunan yang digunakan hanya bersifat sementara dan P.T. Pura
Barutama pada saat ini sedang melakukan renovasi bangunan agar
nilai ISBB dapat berada dibawah NAB sehingga tempat tersebut
lebih nyaman digunakan dalam bekerja.
Hal ini belum sesuai dengan SK Menteri Tenaga Kerja No.
KEP 51/MEN/1999 mengenai Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim
Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang diperkenankan.
(Yanri, 2005)
b. Faktor Kimia
Pengukuran faktor kimia berupa pengukuran kadar debu di tempat
kerja. Hasil pengukuran kadar debu di 5 lokasi yaitu area Cetak, area
Cetak 1, area Ponz, area Lipat, dan special room berturut-turut adalah
0,44 ; 0,48 ; 0,19 ; 0,16 ; 0,31. Berdasarkan Surat Edaran Menteri
Tenaga Kerja RI No. SE 01/MEN/1997 tentang NAB faktor kimia
kadar debu di tempat kerja adalah 10 mg/m3 (Departemen Tenaga Kerja
RI, 1997), sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar debu di P.T. Pura
Barutama sudah sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja RI
No. SE 01/MEN/1997 tentang NAB faktor kimia kadar debu di tempat
kerja.
Dan untuk perlindungan kepada tenaga kerja terhadap paparan
uap bahan kimia, perusahaan telah melakukan upaya pengendalian
berupa penggunaan sistem ventilasi serta menyediakan alat pelindung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
diri secara cuma-cuma berupa masker. Upaya yang dilakukan
perusahaan telah sesuai dengan Undang-undang Nomor 01 tahun 1970
tentang Keselamatan kerja pasal 3 sub g yang berisi “mencegah dan
mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan
getaran” dan telah sesuai pasal 14 sub c yang berisi kewajiban pengurus
dalam menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya. (Departemen Tenaga Kerja RI, 1997)
c. Faktor Biologi
Upaya yang dilakukan P.T. Pura Barutama terhadap faktor biologi
di tempat kerja yakni melalui pemberantasan serangga dan binatang
pengerat seperti tikus. Upaya yang telah dilakukan perusahaan telah
sesuai dengan Undang-undang No.01 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 3 yang berisi syarat keselamatan kerja salah satunya yaitu
mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang (Departemen Tenaga Kerja RI, 1997).
d. Faktor mental psikologis
Hubungan kerja antara karyawan satu dengan karyawan lainnya
maupun atasan dengan bawahan merupakan faktor bahaya mental-
psikologis yang harus mendapat perhatian khusus karena dapat
berpengaruh pada tingkat produktivitas karyawan saat bekerja. Upaya
yang dilakukan P.T. Pura Barutama dengan mengadakan acara kumpul
bersama setiap sebulan sekali sesuai dengan Undang-undang Nomor 01
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tahun 1970 pasal 3 ayat 1 sub n yang mengisyarat keselamatan kerja
untuk memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerja (Departemen Tenaga Kerja RI, 1997).
B. Kesehatan kerja
Di P.T. Pura Barutama telah melakukan pembinaan kesehatan kerja
secara terpadu sebagai upaya pelaksanaan pelayanan kesehatan. Upaya ini
dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja
secara optimal untuk menunjang peningkatan produktivitas kerja.
1. Personel
Personel yang bertugas di balai pengobatan adalah seorang dokter
yang telah mengikuti pelatihan hiperkes serta telah memiliki sertifikat
hiperkes. Hal ini telah sesuai dengan Permenakertrans No. Per-
01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter
Perusahaan pasal 1 yang berisi kewajiban perusahaan untuk mengirimkan
setiap dokter perusahaannya guna mendapat latihan dalam bidang Hygiene
Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Yanri, 2005), selain
dokter terdapat juga 4 tenaga paramedis yang memiliki sertifikat pelatihan
Hiperkes hal ini telah sesuai dengan Permenakertrans No.
Per.01/Men/1979 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Tenaga Medis
Perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2. Pelayanan Kesehatan
a. Balai Pengobatan
Balai pengobatan merupakan sarana bagi tenaga kerja yang
mengalami sakit. Perusahaan telah menyediakan 3 balai pengobatan
yang tersebar di 3 kawasan di P.T. Pura Barutama. Hal ni telah sesuai
dengan Permenakertrans No. : Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja (Departemen Tenaga Kerja RI, 1997). Dalam petunjuk
pelaksanaannya menjelaskan bahwa perusahaan yang mempunyai
tenaga kerja lebih dari 500 orang harus menyelenggarakan pelayanan
kesehatan kerja berbentuk poliklinik.
b. Kotak P3K
Sarana kotak P3K merupakan pertolongan pertama yang harus
segera diberikan kepada korban yang mengalami kecelakaan atau
penyakit mendadak yang butuh tindakan cepat dan tepat sebelum
korban dibawa ketempat rujukan. Di dalam Perjanjian Kerja Bersama
telah diatur mengenai sarana P3K pada BAB VIII pasal 34. P.T. Pura
Barutama telah menyediakan fasilitas kotak P3K yang berisikan 21
item di tempat yang mudah dijangkau oleh karyawan yaitu di dekat
pintu masuk dan pintu keluar serta di tengah bagian produksi. Hal ini
sudah sesuai dengan Permenaker No.Per 15/MEN/2008 tentang kotak
P3K di tempat kerja yang berisikan 21 item.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
c. Pelatihan P3K
Pelatihan tindakan P3K bertujuan agar semua tenaga kerja
mampu untuk melakukan tindakan pertolongan saat keadaan darurat
sebelum pertolongan yang lebih lengkap dari dokter atau petugas
lainnya datang. Perusahaan telah mengadakan pelatihan tentang P3K
kepada setiap tenaga kerja baru. Dan setiap setahun sekali diadakan
simulasi atau pelatihan tentang tata cara memberi pertolongan pertama
pada kecelakaan di semua unit. Hal ini sudah sesuai dengan Permenaker
No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja Pasal 2 sub h
tentang Pendidikan Kesehatan untuk Tenaga Kerja (Departemen
Tenaga Kerja RI, 1997).
d. Pemeriksaan Kesehatan
Di dalam Perjanjian Kerja Bersama P.T. Pura Barutama telah
diatur mengenai pelayanan kesehatan dan pemeriksaan berkala yaitu
pada BAB VI. Yang berisi pemeriksaan kesehatan yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja yang dilakukan pada saat
penerimaan tenaga kerja baru.
2) Pemeriksaan khusus
3) Pemeriksaan berkala setiap setahun sekali.
Hal ini telah sesuai dengan Permenaker RI No. Per.02/MEN/1980
tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja, Pasal 2, 3, dan 5 mengenai pemeriksaan kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus (Yanri, 2005).
e. Rumah Sakit Rujukan
Fasilitas rumah sakit rujukan digunakan apabila balai pengobatan
tidak mampu menangani keadaan sakit dari pekerja, selain itu rumah
sakit rujukan digunakan untuk memeriksaan kesehatan tenaga kerja
baik awal, berkala maupun khusus. Upaya yang telah dilakukan
perusahaan dalam menyediakan fasilitas rumah sakit rujukan telah
sesuai dengan Permenaker RI No. Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan tenaga Kerja Pasal 4 yang menyatakan penyelenggaraan
kesehatan dapat diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan
ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain (Yanri, 2005).
f. Jamsostek
Perusahaan telah mengikutsertakan semua tenaga kerjanya dalam
program jamsostek, fasilitas jaminan sosial berupa Jaminan Pelayanan
Kesehatan (JPK), Pelayanan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan
Kematian (JKM), dan Jaminan Hari Tua (JHT). Hal ini telah sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-undang No.03 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Yanri, 2005).
3. Gizi Kerja
Pura Barutama belum menyediakan kantin, untuk meningkatkan gizi
kerja karyawan maka P.T. Pura Barutama memberikan jatah makan berupa
uang baik untuk karyawan shift day maupun normal day, dan pemberian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
susu sachet bagi operator khusus serta pudding bagi karyawan yang
bekerja di shift malam. Hal ini belum sesuai dengan Permenakertrans No.
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja dan S.E menakertrans
No.SE.01/MEN/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Makan.
(Yanri, 2005)
C. Keselamatan kerja
1. Keselamatan Kerja Boiler
Boiler merupakan alat pemanas yang digunakan untuk merubah air
menjadi uap panas dengan jalan pemanasan yang diperoleh dari bahan
bakar. Penggunaan boiler rentang menimbulkan peledakan apabila tidak
sesuai dengan ketentuan. Ketentuan tersebut antara lain syarat air
pengisian harus jernih, kadar PH sekitar 8,5-9,5 dengan kesadahan total
mendekati nol, selain itu harus dilakukan pemeriksaan tekanan dan suhu
saat boiler bekerja melalui alat yang dinamakan manometer. Upaya yang
dilakukan perusahaan dalam mencegah peledakan yang ditimbulkan oleh
boiler sudah sesua dengan Undang-undang No. 01 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 3 sub c yang berisi salah satu syarat-syarat
keselamatan kerja untuk mencegah dan mengurangi bahaya peledakaan.
(Departemen Tenaga Kerja, 1997)
2. Prosedur tanggap darurat
Di P.T. Pura Barutama prosedur tanggap darurat digunakan untuk
menghadapi keadaan darurat terutama untuk menanggulangi kebakaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Prosedur tanggap darurat dilaksanakan dengan kegiatan yang meliputi
pembentukan personil yang bertanggung jawab dalam penanggulangan
keadaan gawat darurat dan penyediaan fasilitas tanggap darurat. Prosedur
ini dibuat untuk mencegah atau mengurangi jatuhnya korban manusia dan
asset perusahaan. Untuk penanggulangan keadaan darurat dibutuhkan
fasilitas yang memadai, di P.T. Pura Barutama telah disediakan fasilitas
tanggap darurat antara lain: Pos Darurat, tempat berkumpul sementara,
sirine darurat, eye wash fountain, ambulan, dan penyediaan tangga darurat.
Hal ini telah sesuai dengan Undang-undang Nomor 01 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja Pasal 3 sub d yang menjelaskan mengenai syarat-syarat
keselamatan kerja salah satunya yaitu memberi kesempatan atau jalan
menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain
yang berbahaya (Departemen Tenaga Kerja, 1997).
3. Alat Pelindung Diri
Undang- undang No. 01 tahun 1970 pasal 12 dan 14 menyatakan
bahwa setiap tenaga kerja harus memakai APD. Alat pelindung diri
merupakan salah satu alat yang dipergunakan tenaga kerja untuk
melindungi diri dari bahaya yang ada di tempat kerja sehingga dapat
meningkatkan keselamatan kerja. Perusahaan mempunyai kewajiban untuk
menyediakan APD yang dibutuhkan oleh tenaga kerja. Penyediaan APD di
P.T. Pura Barutama telah mencukupi kebutuhan, baik dalam jenis maupun
jumlahnya. Tetapi masih ada sebagian tenaga kerja yang belum menyadari
pentingnya memakai APD dalam suatu pekerjaan dan perlu diingatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
apabila tenaga kerja tidak memakai APD. Untuk penyediaan dan
perawatannya menjadi tanggung jawab P2K3 di setiap unitnya. Secara
keseluruhan P.T. Pura Barutama telah memenuhi peraturan perundang-
undangan No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja pasal 9 ayat 1
sub b yang berisi pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada
setiap tenaga kerja baru tentang semua pengaman dan alat pelindung diri
yang diwajibkan dalam tempat kerja dan 14 sub c yang berisi pengurus
diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri
yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya
(Departemen Tenaga Kerja, 1997).
4. Komunikasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
a. Pemasangan poster dan spanduk K3
Pemasangan poster dan spanduk K3 yang dipasang di tempat yang
strategis merupakan media komunikatif untuk menghimbau tenaga
kerja agar mau berperilaku selamat. Untuk pemasangan poster
hendaknya lebih menekankan pada kerugian maupun keuntungan
melakukan tindakan selamat di tempat kerja. Dengan adanya
pemasangan poster dan spanduk diharapkan para pekerja selalu
waspada terhadap bahaya serta dapat berhati-hati dalam melakukan
pekerjaan. Upaya yang dilakukan Perusahaan dalam pemasangan poster
dan spanduk telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 01 Tahun
1970 pasal 14 poin b yang berisi “Memasang dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah
terlihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja” (Yanri, 2005).
b. Induksi K3
Kegiatan induksi dilaksanakan agar para pekerja, maupun tamu
yang datang mengerti tentang bahaya yang ada di perusahaan sehingga
mereka mengetahui cara aman agar terhindar dari bahaya tersebut.
Pelaksanaan induksi harus dilakukan secara rutin, sehingga semua tamu
yang datang mengerti tentang bahaya yang ada. Secara umum
pelaksanaan induksi K3 telah sesuai dengan Undang-undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 9 ayat 1 mengenai
kewajiban pengurus untuk menunjukan dan menjelaskan kepada tenaga
kerja baru tentang kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat
timbul ditempat kerja, alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerja. (Yanri, 2005)
5. Investigasi
Investigasi kecelakaan merupakan suatu kegiatan inspeksi tempat
kerja secara khusus, yang dilakukan setelah terjadinya peristiwa
kecelakaan atau incident yang menimbulkan penderitaan kepada manusia
serta mengakibatkan kerugian dan kerusakan terhadap property atau harta
benda dan asset perusahaan lainnya. Investigasi kecelakaan dilakukan
dengan cara pelaporan kecelakaan kerja. Dengan laporan tersebut dapat
diketahui apa yang benar-benar terjadi sehingga dapat direncanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
langkah-langkah yang perlu diambil agar kecelakaan tidak terulang
kembali. Hal ini dilakukan dengan target mengurangi jumlah kecelakaan
yang terjadi. Upaya yang dilakukan di P.T. Pura Barutama tersebut sudah
sesuai dengan Undang-undang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 11 ayat 1 yang menyatakan bahwa pengurus diwajibkan
melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh menteri tenaga kerja
(Departemen Tenaga Kerja, 1997).
6. Keselamatan Kerja Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan di P.T. Pura Barutama adalah bahan
kimia yang dapat menyebabkan sesak napas dan iritasi apabila terkena
bagian tubuh misalnya solvent (campuran antara toluene dan etil asetat),
tinta, dan melamin. Untuk meminimalisir kejadian sesak napas dan iritasi,
perusahaan telah mewajibkan pekerja untuk memakai alat pelindung diri.
Alat pelindung diri juga sudah disediakan secara cuma-cuma berupa
masker, sarung tangan yang digunakan saat pengadukan bahan dan
pakaian kerja berlengan panjang. Hal ini telah sesuai dengan Undang-
undang No.01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 sub c yang
berisi kewajiban pengurus adalah menyediakan secara cuma-cuma semua
alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya (Departemen Tenaga Kerja, 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
7. Ijin kerja
P.T. Pura Barutama Kudus merupakan industri manufactur yang
memberlakukan sistem ijin kerja sebagai salah satu upaya pencegahan
kecelakaan.
Sistem ijin kerja tersebut diberlakukan untuk seluruh karyawan dan
kontraktor P.T. Pura Barutama. Dengan sistem ijin kerja semua langkah-
langkah yang diperlukan untuk membuat lingkungan kerja aman terlebih
dahulu dilakukan sebelum melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi.
Setiap pekerjaan di P.T. Pura Barutama seperti pekerjaan di area mudah
terbakar, bertegangan tinggi, bekerja diketinggian telah dilakukan melalui
ijin kerja. Sistem ijin kerja adalah prosedur awal yang akan
mengidentifikasi bahaya, hal ini sesuai dengan Permenaker No.
05/MEN/1966 tentang SMK3 pada lampiran 2 bagian 6 yang menyatakan
bahwa untuk setiap tugas-tugas yang berisiko tinggi jika perlu diterapkan
suatu sistem kerja dan terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan
(Yanri, 2005).
8. Inspeksi keselamatan kerja
Menurut Bird dan Germain (1986) bahwa inspeksi merupakan suatu cara
terbaik untuk menemukan masalah-masalah dan menilai resikonya sebelum
kerugian atau kecelakaan dan penyakit akibat kerja benar-benar terjadi. P.T. Pura
Barutama telah melaksanakan inspeksi keselamatan kerja secara teratur baik
terjadwal maupun tidak, hal ini sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1996
tentang kewajiban perusahaan dalam mengukur, memantau dan mengevaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan (Yanri, 2005).
9. Sarana Pemadam Kebakaran
Dalam penanggulangan gawat darurat yang disebabkan oleh
kebakaran, P.T. Pura Barutama telah menyediakan sarana pemadam
kebakaran berupa :
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR merupakan alat yang digunakan untuk memadamkan api
sebelum api membesar. Jenis APAR yang beredar dipasaran meliputi
Foam, CO2, AF 11, dan serbuk kimia kering. Pemakaian APAR harus
disesuaikan dengan bahan yang terbakar agar tidak menimbulkan
kerugian. Penempatan APAR di lokasi yang mudah dilihat strategis
dengan tinggi peletakan 125 cm dari batas lantai serta jarak antar APAR
yang tidak melebihi 15 m telah sesuai dengan Permenaker
No.Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan APAR khususnya Bab II Pasal 4 mengenai pemasangan
APAR (Yanri, 2005).
APAR yang telah terpasang juga diperiksa keadaan fisik, tekanan,
dan kandungan isinya setiap 4 bulan sekali. Pemeriksaan APAR
dilakukan oleh petugas dari penyuplai APAR, satpam, dan pengawas
internal. Cheklist hasil pemeriksaan APAR dapat dilihat pada lampiran
15. Hal ini telah sesuai dengan Permenaker No.Per.04/MEN/1980 Bab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
III Pasal 11 yang menyatakan setiap APAR harus diperiksa 2 kali dalam
setahun.
b. Fire Alarm
Fire alarm merupakan suatu alat yang dapat menghasilkan bunyi
apabila terdapat potensi kebakaran maupun kejadian kebakaran.
Rangkaian fire alarm menjadi satu dengan alat pendeteksi panas (heat
detector) maupun alat pendeteksi asap (smoke detector). Sistem kerja
dari fire alarm yakni apabila alat pendeteksi panas ataupun alat
pendeteksi asap menangkap adanya sinyal (panas ataupun asap) maka
secara otomatis fire alarm akan berbunyi sendiri. Pemeriksaan fire
alarm dilakukan setiap seminggu sekali oleh petugas pemadam
kebakaran perusahaan (satpam), dibantu oleh ahli K3 bidang kebakaran.
Chek list pemeriksaan fire alarm dapat dilihat pada lampiran 13. Secara
umum pemasangan fire alarm di tempat kerja sudah sesuai dengan
Permenaker No.Per.02/MEN/1983 tentang instalasi alarm kebakaran
automatik (Yanri, 2005).
D. Ergonomi
Ergonomi merupakan salah satu ilmu yang berupaya untuk
mendapatkan keserasian antara manusia dengan alat kerja yang digunakan.
Tujuannya adalah agar tenaga kerja aman dalam melakukan pekerjaannya,
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Dengan terbaginya sistem
kerja menjadi dua bagian, yaitu waktu kerja tetap dan waktu kerja bergilir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
diharapkan dengan istirahat yang ada tenaga kerja dapat memulihkan
tenaganya untuk kembali bekerja dengan nyaman. P.T. Pura Barutama
memberlakukan sistem kerja selama 7 jam per hari, Hal ini sesuai dengan
Undang-undang No. 13 tahun 2003 pasal 77 mengenai pengaturan waktu
kerja (Yanri, 2005).
Sikap kerja yang terdapat di P.T. Pura Barutama adalah duduk, dengan
menggunakan kursi dan meja yang ergonomis, karena sudah sesuai dengan
struktur tubuh tenaga kerja, demikian juga dengan mesin-mesin yang
digunakan. Walaupun mesin yang digunakan merupakan mesin import tetapi
mesin tersebut telah sesuai dengan antropometri orang Indonesia pada
umumnya, sehingga tenaga kerja tidak mengalami kesulitan dalam
mengoperasikan mesin tersebut. Pada awal penerimaan tenaga kerja baru,
P.T. Pura Barutama telah menyeleksi calon tenaga kerjanya dengan syarat-
syarat tertentu termasuk tinggi badan. Di perusahaan tersebut juga telah
menerapkan sistem house keeping dengan cukup baik terutama dibagian
kantor misalnya penataan meja komputer dan dokumen-dokumen yang ada di
perusahaan. Hal ini telah sesuai dengan Undang-Undang No. 01 tahun1970
pasal 3 ayat 1 sub (m) yang menyatakan bahwa salah satu syarat-syarat
tenaga keselamatan kerja untuk memperoleh keserasian antara tenaga kerja,
alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
Penyediaan alat angkat-angkut bertujuan untuk memudahkan tenaga
kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya, dan juga untuk efisiensi waktu.
Alat angkat-angkut yang tersedia umumnya dapat berfungsi dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Sedangkan untuk forklift dikemudikan oleh operator yang sudah mempunyai
Surat Ijin Operasi (SIO). Contoh SIO dapat dilihat pada lampiran 21.
Hal ini sudah sesuai dengan Permenaker No. Per 01/MEN/1989 tentang
klasifikasi dan syarat-syarat operator keran angkat.
E. Managemen Keselamatan dan kesehatan kerja
1. Kebijakan K3
Kebijakan K3 dibuat sebagai bukti tertulis bahwa perusahaan
tersebut memiliki komitmen terhadap upaya penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Kebijakan K3 berisi tentang tanggung jawab pimpinan
atas pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di seluruh
lingkungan perusahaan se Pura Group. Kebijakan K3 di P.T. Pura
Barutama dapat dilihat di lampiran 1. Kebijakan K3 tersebut telah ditanda
tangani oleh wakil president direktur dan telah ditempelkan di tempat-
tempat strategis sebagai bentuk sosialisasi kepada karyawan. Hal ini telah
sesuai dengan Permenaker No.Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Yanri, 2005).
2. Audit SMK3
Secara umum, Tujuan pelaksanaan audit SMK3 antara lain :
a. Untuk menilai secara kritis dan sistematis segala potensi bahaya yang
berkaitan dengan proses produksi.
b. Untuk memastikan bahwa K3 telah diterapkan di perusahaan sesuai
dengan peraturan perundangan maupun kebijakan perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
c. Untuk menentukan langkah-langkah pengendalian potensi bahaya
sebelum timbul kecelakaan dan kerugian terhadap aset-aset perusahaan.
Pelaksanaan audit K3 di suatu perusahaan akan memberikan manfaat-
manfaat bagi perusahaan persangkautan, manfaat-manfaat yang diperoleh
antara lain :
a. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur
operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insident,
dan kerugian-kerugian lainnya.
b. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3
di perusahaan.
c. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan
bidang K3
d. Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang
K3 khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit
(Tarwaka, 2008).
P.T. Pura Barutama telah melakukan audit internal setiap 6 bulan sekali.
Audit internal dilakukan oleh para ahli K3 group. Selain audit internal,
P.T. Pura Barutama juga telah melakukan audit eksternal melalui badan
audit yang ditunjuk oleh menteri yaitu SUCOFINDO. Pelaksanaan audit
eksternal dilakukan setiap 3 tahun sekali. Hal ini sudah sesuai dengan
Permenaker No.Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya pasal 5 yang menyatakan
bahwa pelaksanaan audit dilakukan melalui badan audit yang ditunjuk oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
menteri dan pasal 6 yang menyatakan pelaksanaan audit SMK3
dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga tahun.
3. Organisasi K3
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dibentuk
sebagai penjabaran UU No.1/1970 BAB.VI. Pasal 10 tentang P2K3.
Manfaat dari P2K3 adalah mengembangkan kerjasama bidang K3,
meningkatkan kesadaran dan partisipasi tenaga kerja terhadap K3, forum
komunikasi dalam bidang K3 dan menciptakan tempat kerja yang nihil
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Program Kerja Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di P.T. Pura Barutama adalah
rapat P2K3, inventarisasi permasalahan K3, identifikasi sumber bahaya,
inspeksi atau safety patrol, investigasi, audit, pendidikan dan latihan,
prosedur dan tata cara evakuasi, catatan dan data K3, serta laporan
pertanggung jawaban.
Hal ini telah sesuai dengan peraturan yang berlaku yakni Permenaker
No. Per. 04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Yanri, 2005).
F. Lingkungan
Pengelolaan Limbah
Sebagai perusahaan yang banyak menggunakan bahan kimia dalam
proses produksi, maka perusahaan sadar akan adanya dampak negative dari
proses tersebut yaitu adanya limbah. Oleh sebab itu perusahaan sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
intensif dalam melakukan usaha untuk mengolah limbah agar tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan.
Pengelolaan limbah yang ada di perusahaan dilakukan sesuai dengan
macam limbahnya. Limbah gas yang terdapat di P.T. Pura Barutama berasal
dari boiler di unit power plant. Untuk limbah padat, P.T. Pura Barutama
menyediakan jasa lelang yang hanya diperuntukan bagi instansi di luar
perusahaan. Namun Apabila masih dapat digunakan oleh perusahaan maka
limbah padat akan di rolling. Sedangkan untuk limbah cair, diolah pada
instalasi pengolahan liimbah yang terletak jauh dari perusahaan dan
pemukiman penduduk. Limbah cair yang ada pada P.T. Pura Barutama yang
juga termasuk limbah B3 berupa solvent bekas dan oli bekas, akan diserahkan
kepada pihak ketiga untuk pengolahan lebih lanjut. Adapun pihak ketiga yang
ditunjuk oleh badan kementrian lingkungan hidup meliputi PT. Gamster Jaya,
PT. Umbul Mulyo dan CV. Jaya Abadi. Hal ini sesuai dengan UU No. 01
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang mana disebutkan perlunya
dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah (Departemen
Tenaga Kerja RI, 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil magang, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. P.T. Pura Barutama adalah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan
dan pengepakan. Berdiri pada tahun 1908 sebagai perusahaan rumahan yang
hanya mempekerjakan 8 karyawan. Kini P.T. Pura Barutama memiliki 20
pabrik yang tersebar di daerah Kudus dan memiliki 7.750 karyawan.
2. Proses produksi percetakan dan pengepakan di P.T. Pura Barutama meliputi
pemilihan bahan baku, potong putihan, proses cetak (varnish, foil, laminasi
dan emboss), cabut, lipat, dan finishing.
3. Potensi bahaya fisik yang banyak terjadi di P.T. Pura Barutama berupa
tertimpa barang atau tumpukan kertas, terjepit, dan terpercik cairan kimia.
Faktor bahaya yang ada di P.T. Pura Barutama, antara lain:
a. Kebisingan, hasil pengukuran kebisingan yang telah dilakukan P.T. Pura
Barutama Kudus telah sesuai dengan SK. Menteri No. 01 /MEN/1999
tentang NAB faktor fisik di tempat kerja.
b. Penerangan, di P.T. Pura Barutama ada beberapa tempat yakni di bagian
cetak 1, potong putihan dan finishing yang intensitas penerangan kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang
Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Di Tempat Kerja.
c. Iklim kerja, di P.T. Pura Barutama ada beberapa tempat yaitu di bagian
Tinta, Varnish, Lipat, Laminasi dan Finishing masih belum sesuai dengan
SK Menteri Tenaga Kerja No. KEP 51/MEN/1999.
d. Kadar debu, hasil pengukuran kadar debu di P.T. Pura Barutama sudah
sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja RI No. SE
01/MEN/1997 yang menyatakan NAB faktor kimia kadar debu di tempat
kerja adalah 10 mg/m³.
4. Upaya penerapan kesehatan di P.T. Pura Barutama meliputi :
a. Penyediaan dokter perusahaan dan tenaga paramedis yang telah memiliki
sertifikat pelatihan Hyperkes. Hal ini sudah sesuai dengan Permenakertrans
Nomor : Per-01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi
Dokter Perusahaan dan Permenakertrans No. Per.01/Men/1979 tentang
Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi Tenaga medis Perusahaan.
b. Pemberian pelayanan kesehatan berupa
1) Penyediaan balai pengobatan yang tersebar di 3 kawasan P.T. Pura
Barutama. Hal ini sudah sesuai dengan Permenakertrans No :
Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
2) Penyediaan kotak P3K di setiap area. Kotak P3K berisi : kapas putih, rol
pembalut gulung, kassa steril, rol plester lebar, gunting, dan berbagai
jenis obat-obatan. Penyediaan kotak P3K telah sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Permenakertrans RI No: Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja Pasal 2.
3) Pelatihan P3K bagi tenaga kerja baru serta simulasi yang dilaksanakan
setiap setahun sekali telah sesuai dengan Permenaker No.3/MEN/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja Pasal 2 sub h tentang Pendidikan
Kesehatan untuk Tenaga Kerja.
4) Adanya pemeriksaan kesehatan tenaga kerja awal, berkala, dan khusus.
Hal ini sudah sesuai dengan Permenaker RI No. Per.02/MEN/1980
tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja, Pasal 2, 3, dan 5.
5) Penyediaan rumah sakit rujukan di daerah Kudus dan Semarang. Hal ini
telah sesuai dengan Permenaker RI No. Per.03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan tenaga Kerja Pasal 4.
6) Adanya jaminan sosial bagi tenaga kerja. Hal ini sudah sesuai dengan
Undang-undang No.03 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja
c. Gizi Kerja
Di P.T. Pura Barutama belum menyediakan fasilitas kantin.
Karyawan hanya memperoleh uang makan sebagai pengganti. Hal ini
belum sesuai dengan Permenakertrans No. 03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja dan S.E menakertrans No.SE.01/MEN/1979
tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Makan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
5. Penerapan Keselamatan Kerja di P.T. Pura Barutama, meliputi :
a. Keselamatan kerja bidang boiler, upaya yang dilakukan perusahaan dalam
mencegah timbulnya ledakan dari boiler telah sesuai dengan Undang-
undang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 sub c.
b. Keselamatan bahan kimia, upaya yang telah dilakukan perusahaan dengan
memberikan APD secara cuma-cuma telah sesuai dengan Undang-undang
No.01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 sub c.
c. Pengadaan komunikasi K3 meliputi pemasangan poster dan spanduk yang
berisi himbauan tentang K3 telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor
01 Tahun 1970 pasal 14 poin b. Dan untuk pemberian induksi terhadap
tamu serta pengunjung telah sesuai dengan Undang-undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 9 ayat 1.
d. Pemberlakuan ijin kerja telah sesuai dengan Permenaker No.
05/MEN/1966 tentang SMK3 pada lampiran 2 bagian 6 dan penerapan
inspeksi K3 yang dilakukan sudah sesuai dengan Permenaker No.
05/MEN/1996 pasal 4 ayat 1 poin d.
e. Pelaksanaan investigasi sudah sesuai dengan Undang-undang No. 01
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 11 ayat 1 dan Penyediaan
APD secara cuma-cuma telah sesuai dengan Undang-undang No. 01 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja 14 sub c.
f. Penyediaan sarana pemadam kebakaran telah sesuai dengan Permenaker
No.Per.02/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Alat Pemadam Api Ringan dan untuk penyediaan fire alarm otomatis telah
sesuai dengan Permenaker No.Per.02/MEN/1983 tentang instalasi alarm
kebakaran automatik.
g. Adanya prosedur tanggap darurat telah sesuai dengan Undang-undang
Nomor 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 mengenai syarat-
syarat keselamatan kerja.
6. Penerapan Ergonomi di tempat kerja sudah baik, penerapan ergonomi
meliputi sistem kerja, sikap kerja dan alat angkat-angkut telah sesuai dengan
Undang-Undang No. 01 tahun1970 pasal 3 ayat 1 sub (m) yang menyatakan
bahwa salah satu syarat-syarat tenaga keselamatan kerja adalah untuk
memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya dan Permenaker No. Per 01/MEN/1989 tentang klasifikasi
dan syarat-syarat operator keran angkat.
7. Penerapan sistem manajemen K3 di PT Pura Barutama meliputi adanya
kebijakan K3, struktur organisasi K3, dan pelaksanaan audit SMK3. Secara
keseluruhan penerapan SMK 3 sudah berjalan baik. Dan sudah sesuai dengan
Permenaker No.Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
8. Pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan perusahaan yakni pengolahan
air limbah dengan sistem WWT , pembuangan limbah padat dengan sistem
lelang, dan pembuangan limbah B3 ke badan yang ditunjuk oleh kementerian
lingkungan hidup telah sesuai dengan UU No. 01 Tahun 1970 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Keselamatan Kerja yang mana disebutkan perlunya dilakukan pembuangan
atau pemusnahan sampah atau limbah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat memberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. P.T. Pura Barutama belum memiliki safety departemen, mengingat bahwa
keselamatan dan kesehatan kerja adalah pekerjaan yang penting dan
merupakan pekerjaan pokok alangkah lebih baik jika dibentuk safety
department agar pelaksanaan K3 lebih optimal.
2. Pada bagian cetak, potong putihan, finishing diketahui intensitas
peneranganya tidak sesuai menurut PMP No. 07 tahun 1964 maka sebaiknya
diberikan tambahan lampu sebagai tindakan darurat apabila penerangan alami
tidak maksimal, hal ini bertujuan agar pekerja terhindar dari penyakit akibat
kerja dan kecelakaan kerja.
3. Suhu di bagian tinta, varnish, lipat, laminasi, dan finishing diketahui melebihi
NAB yaitu 300C maka sebaiknya diberikan tambahan AC (Air Conditioner)
atau local exhaust fan agar udara sekitar tidak terlalu panas dan untuk pekerja
diberikan pakaian kerja yang berbahan cotton atau bahan lainnya yang dapat
menyerap keringat selain itu perlu disediakan air minum yang diletakkan di
dekat pekerja, sehingga kelelahan kerja akibat faktor lingkungan dapat
diminimalisasikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
4. Perlu didirikan kantin untuk mempermudah pemantauan asupan gizi
karyawan. Kantin sebaiknya menyediakan berbagai masakan (empat sehat
lima sempurna) dengan fasilitas meliputi tempat cuci tangan, lantai, tempat
pencucian piring harus bersih dan intensitas penerangan serta suhu harus
sesuai, sehingga kantin tidak hanya berfungsi sebagai tempat makan namun
juga sebagai tempat istirahat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Tenaga Kerja RI, 1997. Himpunan Peraturan Perundang-undangan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Iqra Media.
Pura Group, 2010. Perjanjian Kerja Bersama. Kudus
Ramli, S., 2009. Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
PT. Dian Rakyat.
Santoso, G., 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
Prestasi Pustaka.
Suma’mur P.K., 1996. Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV
Haji Mas Agung.
, 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV
Haji Mas Agung.
Tarwaka, 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta :
Harapan Press.
Yanri, Z., 2005. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Kesehatan Kerja.
Jakarta : Lembaga OSHNET Indonesia.