madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

19
MADZHAB QIRA'AT ALOUR'AN DAN IMPLIKASINYADALAM PENDIDIKAN PEMANUSIAAN Maragustam Siregar Abstraksi Penyeragaman pada hakikatnya merupakan proses kekerasan terhadap perbedaan, pemerkosaan terhadap bakat dan ideologi, peng- kebiran terhadap potensi, dan bentukpenjajahan terhadap kebebasan dan kemerdekaan umat manusia. Bakat, potensi, lingkungan, ruang dan waktu pasti berbeda, dapat serupa tetap! tidak pernah sama. Kemajuan dapat tumbuh karena lahirnya daya cipta dan kreativitas dan daya cipta dan kreativitas tumbuh karena ada kemungkinan untuk mencapai otonsitas dan orisinalitas. Seterusnya otensitas dan orisi- nalitas hanya mungkin berkembang kalau perbedaan bukan hanya diperbolehkan, tetapi dihargai dan diJunjung tinggi. Nabi saw mem- bolehkan berbagai Sistem Qiraat yang membawa implikas! perbedaan hukum, tidak dimaksudkan untuk memecahbelah rasa kemanusiaan diantara umat Islam, tetapi dimaksudkan sebagai pendidikan pemanusiaan manusia yakni meringankan berbagai suku membaca Qur'an, sebagai khazanah kekayaan Ulumul Qur'an dan penghargaan terhadap potensi, kebebasan, bakat dan pengakuan terhadap realitas perbedaan di masyarakat. Dengan demikian madzhab qiraat pada hakikatnya membawa /mplikasi pendidikan pemanusiaan. Kata Kunci: Pemanusiaan, kemanusiaan, Qira'at as-Sab'at, Qira'at As- 'Asyarah, Qira'at Mu'tabarah, dan imam-imam qira'at. A. Pendahuluan Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifatmanusia, berprilaku selayaknya perilaku normal sebagai manusia, atau bertindak dalam logika berpikir sebagai manusia. Pemanusiaan secara leksikal bermakna proses menjadikan manusia agar memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, manusia dalam makna seutuhnya.' Pendidikan merupakan proses pemanusiaan menuju lahirnya manusia bernilai secara kemanusiaan. Kemanusiaan berarti individu yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia, berperilaku selayaknya perilaku normal sebagai manusia, atau bertindakdalam pertimbangan- pertimbangan rasional sebagai manusia. Maka pemanusiaan berarti proses memanusiakan manusia oleh manusia, agar menjadi manusia Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 2. KepenckJikan Illam, V.>1. 2, No. 1, ]>d,r,i.,ri - Juli 2004 85

Transcript of madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

Page 1: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

MADZHAB QIRA'AT ALOUR'AN

DAN IMPLIKASINYADALAM PENDIDIKAN

PEMANUSIAAN

Maragustam Siregar

Abstraksi

Penyeragaman pada hakikatnya merupakan proses kekerasanterhadap perbedaan, pemerkosaan terhadap bakat dan ideologi, peng-kebiran terhadap potensi, dan bentukpenjajahan terhadap kebebasandan kemerdekaan umat manusia. Bakat, potensi, lingkungan, ruangdan waktu pasti berbeda, dapat serupa tetap! tidak pernah sama.Kemajuan dapat tumbuh karena lahirnya daya cipta dan kreativitasdan daya cipta dan kreativitas tumbuh karena ada kemungkinan untukmencapai otonsitas dan orisinalitas. Seterusnya otensitas dan orisi-nalitas hanya mungkin berkembang kalau perbedaan bukan hanyadiperbolehkan, tetapi dihargai dan diJunjung tinggi. Nabi saw mem-bolehkan berbagai Sistem Qiraat yang membawa implikas! perbedaanhukum, tidak dimaksudkan untuk memecahbelah rasa kemanusiaandiantara umat Islam, tetapi dimaksudkan sebagai pendidikanpemanusiaan manusia yakni meringankan berbagai suku membacaQur'an, sebagai khazanah kekayaan Ulumul Qur'an dan penghargaanterhadap potensi, kebebasan, bakat dan pengakuan terhadap realitasperbedaan di masyarakat. Dengan demikian madzhab qiraat padahakikatnya membawa /mplikasi pendidikan pemanusiaan.

Kata Kunci: Pemanusiaan, kemanusiaan, Qira'at as-Sab'at, Qira'at As-'Asyarah, Qira'at Mu'tabarah, dan imam-imam qira'at.

A. Pendahuluan

Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifatmanusia,berprilaku selayaknya perilaku normal sebagai manusia, atau bertindakdalam logika berpikir sebagai manusia. Pemanusiaan secara leksikalbermakna proses menjadikan manusia agar memiliki rasa kemanusiaan,menjadi manusia dewasa, manusia dalam makna seutuhnya.'

Pendidikan merupakan proses pemanusiaan menuju lahirnyamanusia bernilai secara kemanusiaan. Kemanusiaan berarti individuyang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia, berperilaku selayaknyaperilaku normal sebagai manusia, atau bertindakdalam pertimbangan-pertimbangan rasional sebagai manusia. Maka pemanusiaan berartiproses memanusiakan manusia oleh manusia, agar menjadi manusia

Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2003), hal. 2.

KepenckJikan Illam, V.>1. 2, No. 1, ]>d,r,i.,ri - Juli 2004 85

Page 2: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

dewasa sejati, manusia yang sarat dengan tampilan-tampilan nilai-nilai kemanusiaan sebagai pemegang mandat Ilahiyat dan Kultural.Tulisan ini merupakan pengembangan aksentuasi dari tulisansebelumnya.

Proses kodifikasi al-Qur'an pada masa khalifah Usman beradapada titik kritis kemanusiaan sesama muslim karena terjadi salingmenyalahkan antara aliran qira'at yang satu dengan aliran qira'atlainnya, bahkan di antara mereka hampirsaling mengkafirkan. Daerahkekuasaan Islam pada khalifah Usman telah meluas, orang-orang Islamtelah terpencardi berbagai daerah sehingga mengakibatkan kuranglancarnya komunikasi intelektual diantara mereka. Menurut Ash-Shobuni bahwa Penduduk Syam membaca al-Qur'an mengikuti qira'atUbay bin Ka'ab, penduduk Kufah mengikuti qira'atAbdullah bin Mas'ud,dan sebagian yang lain mengikuti qira'atAbu Musa al-Asy'ari. Di antaramereka terdapat perbedaan bunyi hurufdan bacaan.* Karena kuranglancarnya komunikasi di antara para ahli qiraat, yang semula tujuanbervariasinya qiraat al-Qur'an sebagai bentuk rahmat (kemudahandan kelonggaran) bagi umat Islam, tapijustru men]adi semacam ben-cana kemanusiaan. Karena terjadi kerenggangan hubungan diantaramereka.

Klaim qiraatnya paling benardan qiraatorang lain salah meram-bah dimana-mana. Hal ini menimbulkan perpecahan di antara umatIslam. Situasi demikian sangat mencemaskan Khalifah Usman. Untukitu ia mengundang para sahabat terkemuka untuk mengatasinya.Akhirnya dicapai kesepahaman agar mushaf yang ditulis pada masaKhalifah Abu Bakar al-Shiddiq yang disimpan di rumah Hafsah disalinkembali menjadi beberapa mushaf. Hasil penyalinan ini dikirim ke ber-bagai kota, untuk dijadikan rujukan bagi kaum muslimin, terutamasewaktu terjadi perselisihan sistem qira'at. Sementara itu, KhalifahUsman memerintahkan untuk membakar mushaf yang berbeda denganmushaf hasil kodifikasi pada masanya yang dikenal dengan namaMushaf Imam. Kebijakan khalifah Usman ini di satu sisi merugikankarena menyeragamkan qiraat yakni dengan lisan Quraish (dialekorang-orang Quraish), namun disisi lain lebih menguntungkan yakniumat Islam bersatu kembali setelah terjadi saling menyerang danmenyalahkan antara satu dengan yang lain.

Berkenaan dengan keadaan di atas, maka pada pertengahankedua di abad I H, dan pertengahan awal di abad II H, para ahliqira'atterdorong untuk meneliti dan menyeleksi berbagai sistem qira'atal-Qur'an yang berkembang pada saat itu. Masilnya, tujuh sistemqira'at al-Qur'an yang berhasil dipopulerkan dan dilestarikan olehmereka, dinilai sebagai tergolpng mutawat/ryang bersumber dari Nabi .

M. Al! al-Shabuni, al-Thlbyan fl Ulum al-Qur'an (Beirut;Alam al-Kutub,1985),59.

6 MaiU.al Qira'at al-Qm'an... (Maragu<tam Siregar)

Page 3: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

saw. Inilah yang dikenal dengan sebutan qlra'atsab'at(qira'attujuh).*Ternyata perbedaan qiraat ini bukan hanya membawa impilikasi per-bedaan dalam melantunkan ayat-ayat Quran tetapi juga membawaimplikasi perbedaan hukum yang dikandungnya. Perbedaan hukumjuga, membawa polarisasi madzhab di kalangan muslim. Jika perbedaanmadzhab ini tidak ditempatkan pada konteksnya maka akan terjadisaling menyalahkan, saling menjauhi, dan saling pengkaplingankebenaran.

Dalam tukisan ini permasalahan yang diangkat ialah bagaimanamadzhab qira'at al-Qur'an dan implikasinya dalam pendidikanpemanusiaan? Pendidikan dimaksud bukan dalam pengertian yangsempit yaitu berupa aktivitas yang disengaja dan terprogram tetapidalam pengertian luas yaitu sesuatu yang dapat berupa pesan, materi,aktivitas atau lainnya yang mengarah kepada proses pemanusiaanmenuju lahirnya insan bernilai secara kemanusiaan. Karena agendautama pendidikan adalah proses memanusiakan manusia menjadimanusia dewasa/sejati. Signiflkansi akademik dari tulisan ini terlihatpada akibat positif yang ditimbulkan dari perbedaan sistem qira'atyang melahirkan pendidikan pemanusiaan manusia dewasa dan sejati.

B. Madzhab-madzhab Qira'at AI-Qur'an

Qira'at menurut istilah berarti ilmu mengenai cara membacahuruf-huruf atau lafaz-lafaz al-Quran serta perbedaan cara membaca-nya menurutversi orang yang menaqalkannnya. Qira'at ini bersambungsanadnya sampai kepada Rasulullah. Dengan demikian qira'at hanyamembicarakan perbedaan bacaan pada sebagian lafaz-lafaz atauhuruf-hurufal-Qur'an, bukan seluruh lafaz al-Qur'an; cara membacayang dianut oleh suatu mazhab qira'at haruslah didasarkan atas riwayatdari Nabi saw; dan qira'at tersebut ada kalanya hanya memiliki satuversi qira'at dan ada kalanya memiliki beberapa versi qira'at.*

Khalifah Usman ketika mengirim mushaf-mushaf ke seluruhpenjuru kota, disettai dengan ahli qira'atyang qira'atnya sesuai denganmasing-masing mushaf yang diturunkan. Setelah para sahabatberpencar ke seluruh daerah dengan qira'at yang berbeda itu, paratabi'in mengambil dari sahabattersebut. Dengan demikian bermacam-macamlah sumberpengambilan para tabi'in, sehingga masalah ini bisamenciptakan para imam qira'at yang masyhur berkecimpung didalamnya, dan mencurahkan segalanya untuk qira'at dengan memberi

Manna al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur'an (Rlyad: Huquq al-ThabaMahfudzah, t.th.), 131.Ismail, AI-Qira'at Ahkamuha wa Masadiruha (Semarang: Dlna Utama, 1993),hal. 24. Bandingakan dengan: M. Ali al-Sabuni, Op.cit., hal. 229 dan al-Zarkasyi, AI-Burhan fi Ulum AI-Qur'an (Kairo: Isa al-Babi al-Halabi, 1957),hal. 318.

KepemkJikan I>Um, Vol. 2, No. 1, M>ruari - Juli 20(M 87

Page 4: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

tanda-tanda serta menyebarluaskannya. *Menurutal-Zarqani bahwa pedoman dalam penukilan al-Qur'an

itu berdasarkan pada hufadz (para penghafal al-Qur'an). KarenanyaUsman ra mengirimkan setiap mushaf disertai dengan orang yangbanyak persamaan di bidang bacaannya. Masing-masing dari merekamembacakannya di setiap daerah menurut qira'at yang ada padamereka, yang mereka terima dari Baginda Rasulullah saw. Dari merekaitulah terdapat satu kelompok yang siang malam bekerja keras untukmengutip qira'at al-Qur'an. Dan penduduk negeri mereka, telahbersepakat untuk menerima qira'atnya dan tidak pernah terjadi adanyadua orang yang berbeda pendapat tentang lebenaran riwayat dandirayahnya.*

Selanjutnya Zarqani mengatakan , bahwa setelah adanya tokoh-tokoh tersebut banyaklah ahli qira'at yang terkenal di seluruh penjuruserta dikembangkan oleh generasi ke generasi yang berlainan ting-katannya dan berbeda-beda sifatnya. Di antara mereka ada yangsangat baik dalam qira'at, masyhur dari segi riwayat dan dirayahnyadan sebagian yang lain hanya mempunyai satu segi bacaan dan lainnyaada pula yang lebih dari itu. Oleh karena itu timbullah banyak qira'atyang berbeda-beda. Pada masa itu timbullah tokoh-tokoh dan pemimpinumat untuk bekerja keras agar bisa membedakan antara qira'at yangshahih dan yang bathil. Mereka kumpulkan huruf-hurufdan qira'at,menguatkan qira'at dan riwayat serta dirayah, diterangkan mana yangshahih, yang syaz, yang berkembang dan yang punah, denganpedoman-pedoman yang mereka kembangkan dan syarat-syaratyangdiutamakan.'

Tujuh sistem qira'at (qira'atal-sab'ah) merupakan salah satudari ahrufal-sab'ah. Imam Besar Abu Bakar Ahmad bin Musa al-Abbas (dikenal dengan nama Ibn Mujahid) secara tidak sengaja melahir-kan sesuatu yang baru dengan qira'at yang tujuh, sebagai koreksiterhadap qira'at para imam terkemuka. Ibn Mujahidlah yang padapermulaan tahun ke-300 H di Baghdad menghimpun tujuh sistem qira'atdari tujuh Imam al-Haramain (Makkah dan Madinah), Kufah, Basrahdan Syam, yang ahli di bidang ilmu qira'at. Penghimpunan ini sepenuh-nya bersifat kebetulan, sebab di luar itu ada ahli qira'at yang lebihberbobot dan jumlahnyapun tidak sedikit. Abul Abbas bin Ammarmenyesali dan mengecam Ibn Mujahid. Ia menyatakan, orang yangmenetapkan tujuh sistem qira'at itu telah berbuat tidak semestinya.Secara umum ia menciptakan keruwetan dan menanamkan anggapanpada kaum awam bahwa tujuh sistem qura'at itulah yang dimaksudkanoleh hadis.=

' M. AI1 al-Sabuni, Op.Cit., hal. 230." AI-Zarqani, Manahllil al-Irfan H Ulum a/-Qur'an, Jilid I (Beirut: Alam al-Kutub,

Be!rut, 1988), hal. 407.' ibia' Subhl al-Shallh, Mabah/ts fl Ulum a/-Qur'an (Beirut: Dar al-Ilm I! al-Malayin,

1977), hal. 247-248.

QQ Madzhab Qira'at al-Qur'aii... (Maragustam Siregar)

Page 5: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

Istilah qira'atal-sab'ah tidak dikenal di negeri-negeri Islam ketikapara ulama mulai menciptakan sistem qira'at. Para ahli qira'atterdahulu,seperti Abu Ubaid al-Qosim bin Salman, Abu Ja'far al-Thabari dan AbuHatim as-Sajistani, menyebutjumlah qira'at al-sab'ah jauh lebih banyakdari itu. Istilah qira'atasl-sab'ah baru dikenal orang pada permulaanabad II H, yaitu setelah banyak orang di negeri-negeri Islam manerimabaik sistem qira'at dari beberapa imam dan tidak mau menerimanyadari imam-imam yang lain. Sebenarnya masih banyak sistem qira'atlain seperti Qira'at al-'Asyarah (sistem qira'at sepuluh), Qira'at al-Arba'al-'Asyarah (empat belas sistem qira'at).

C. Qira'at Hu'tabarah (qira'at yang dapat diterima)

MenurutAbdul Hadi al-Fadli bahwa terjadinya perbedaan pen-dapat mengenai sistem qira'at di kalangan ulama antara lain karena:

Pertama: Perbedaan qira'at Nabi saw sewaktu menyampaikandan mengajarkan al-Qur'an kepada para sahabatnya, beliau mem-bacakannya dalam berbagai versi qira'at. Seperti QSAI-Rahman,55:87berbunyi j^. jjij j^. j^ j* ojiss. Lafaz ^>j Pernah dibaca oleh Nabisaw dengan bacaan jj>jj* demikian pula lafaz jj^- pernah dibacaoleh beliau dengan bacaan jj*, sehingga bunyi ayat tersebut menjadi0 * Jjfl J_^ i>j J=- L*SU .

Kedua: Adanya taqrir Nabi saw terhadap berbagai qira'at yangberlaku di kalangan kaum muslimin waktu itu. Hal ini menyangkutperbedaan dialek kebahasaan di antara mereka dalam mengucapkanlafaz-lafaz tertentu. Seperti lafaz ^^L dalam QS Yusuf (12): 35dibaca ^>. , serta ^ dalam QS AI-Baqarah (2):106 dibaca ^danlain-lain.

Ketiga: Satu pendapat mengatakan bahwa perbedaan qira'atitu disebabkan karena berbedanya qira'at yang diturunkan oleh Allahswt kepada Nabi saw melalui malaikat Jibril.

Keempat: Jumhurulama ahli qira'atberpendapat, bahwaadanyaperbedaan qira'at al-Qur'an disebabkan karena adanya riwayat daripara sahabat Nabi saw menyangkut berbagai versi qira'at yang ada.

Kelima: Sebagian ulama berpendapat, bahwa adanya perbedaanqira'at al-Qur'an disebabkan karena adanya perbedaan dialekkebahasaan di kalangan bangsa Arab pada masa turunnya al-Qur'an.'

Secara substansial bahwa semua perbedaan pendapattersebutsebenarnya bersumberdari Nabi saw baik karena beliau menyampaikan-nya dengan qira'at yang berbeda maupun karena taqrir beliau terhadapberbagai versi qiraat sahabat pada waktuitu.

^ Hasanuddin AF, Perbedaan Qira'at dan Pengaruhnya Terhadap JstinbathHukum Dalam al-Qur'an (Jakarta: Raja Grafindo, Pustaka, 1995), hal. 130.

KepemUikan I.l.m, Vol. 2, No. 1, PcWu.ri . Juli 2004 QQ

Page 6: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

Menurut Qadi Jalal al-Din al-Bulqiny bahwa qira'at itu terbagi kedalam mutawatir, ahad dan syaz. Yang mutawatir ialah qira'at tujuhyang masyhur, yang ahad ialah qira'at yang tiga yang menjadipelengkap menjadi qira'atsepuluh, yang kesemuanya dipersamakandengan qira'at para sahabat. Adapun qira'at yang syaz ialah qira'atpara tabi'in seperti qira'at A'smasy, Yahya bin Watsab, Ibn Jubair danlain-lain.'" Ismail mengelompokkan qira'atsepuluh kepada qira'atyangmasyhur yang juga dapat diterima kualitasnya dan dapat dipakaiuntuk membaca al-Qur'an serta wajib meyakininya sebagai al-Qur'an."Sedangkan qira'at ahad ialah qira'at yang sah sanadnya tetapimenyalahi rasam Usmani atau menyalahi kaedah tata bahasa Arabataupun qira'at tersebut tidak terkenal. Dan qira'at ahad ini tidakbolen dipakai untuk membaca al-Qur'an dan tidak wajib meyakininyasebagai al-Qur'an. Seperti dikemukakan oleh Hakim yang diriwayatkandari 'Asim al-Jahdari dari Abu Bakrah dari Nabi saw bahwa lafaz ^JS

dibaca jL3 padaQSTaubah(9):128.

Adapun qira'at syaz menurut Isma'il ialah qira'at yang tidak shahih

sanadnya. Seperti Ibn Samiiqa' membaca :ir.-.V> dengan :.y.;'; dan lafaz

:.iVg dibaca M u pada QS Yunus (10):92."

Dari bermacam-macam qira'atyang ada beberapa qira'atyangdapat diterima (qira'at mu'tabarah) dengan memenuhi tiga syaratyaitu (1) qira'at itu sesuai dengan tulisan pada salah satu mushafUsmani, walaupun hanya tersirat, (2) sesuai dengan salah satu kaedahbahasa Arab dan (3) sanadnya shaheh." Menurut Ibn al-Jaziry bahwaapabila tiga syarat tersebut tidak terpenuhi maka qira'at itu dianggapdha'if, atau syaz atau bathil baik qira'at itu berasal dari qira'at al-sab'ah, atau dari yang lain. Inilah kesepakatan para imam qira'at baikdari generasi sa/afmaupun khalaf."

Ibnu Mujahid membatasi imam qira'at yang dapat diterima dannilainya shaheh adalah berdasarkan imam yang tujuh yaitu: Ibn Amir,Ibn Kasir, Ashim al-Kury, Abu Amr, Hamzah al-Kufy, Imam Nafi' dan Al-Kaisaiy.'= Sebenarnya masih banyak versi pendapat mengenai macam-

M. Ali al-Sabuni, OpCclt. Hal. 232.Ismail, Op. Cit., hal. 87-88.Ibid.Syahin, AI-Q!ra'at al-Qur'aniyah (Kairo: Dar al-Qalm, Kairo, 1966), hal. 257.Ibid., hal. 157.1. Ibn 'Amir, Abdullah al-Yahshuby seorang qadhi di Damaskus pada masapemerintahan Walid Ibn Abdul Malik. Panggilannya, Abu Imran, seorangtabi'in, belajar qira'at dari al-Mughirah Ibn Abl Syihab al-Mahzumy dari Usmanbin Affan dari Rasulullah saw. Beliau wafat pada tahun 118 H. 2. Ibn Kasir,Abu Muhammad Abdullah Ibn Kasir Ad-Dary al-Makky, imam qira'at diMakkah, seorang tabi'in yang pernah hidup bersama sahabat Abdullah binJubair, Abu Ayyub al-Anshari dan Anas bin Malik. Dia wafat pada tahun 120H di Makkah. 3. 'Ashim al-Kury, 'Ashim an-Nujud al-Asady. Dlsebut jugadengan Ibn Bahdalah. Panggilannya adalah Abu Bakar. Ia adalah seorang

MaiU,k.l Qira'at al-Qur'an... (Maraguitam Siregar)

Page 7: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

macam qira'at yang tidak dapat disebutkan di sini sepetti yangdisebutkan oleh al-Suyuthi dalam al-Itqannya."'

Ternyata perbedaan qira'at tersebut menjadikan hubungansesama muslim renggang, bahkan saling mengklaim bahwa dipihaknya-lah yang paling benar. Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malikbahwasanya ia berkata: Sesungguhnya Hudzaifah Ibn al-Yaman datangkepada Usman, ketika itu penduduk Syam bersama-sama denganpenduduk Irak sedang berperang menaklukkan daerah Armenia danAdzerbeijan. Tiba-tiba Hudzaifah merasa tercengang melihat perbedaansistem qira'at. Hudzaifah berkata kepada Usman: Ya Amirul Mukmininperhatikanlah umat ini sebelum mereka terlibat dalam perselisihantentang masalah kitab sebagaimana perselisihan di antara kaum Yahudidan Nasrani."

D. Imlikasi Perbedaan Qira'atterhadap Hukum dan PendidikanPemanusiaan

Pencanangan komisi UNESCO dalam mempersiapkan pendidikanmanusia abad XXI, manusia perlu dilatih untuk bisa berfikir (learnlnghow to think), bisa berbuat atau melakukan sesuatu (learning howto do), dan bisa menghayati hidupnya men]adi seorang pribadisebagaimana ia ingin menjadi (learning to be). Tidak kalah pentingdari itu semua adalah bela]ar bagaimana belajar baik secara mandirimaupun dalam kerja sama dengan orang lain, karena mereka jugaperlu belajar untuk hidup bersama orang lain (learning to livetogether)."' Dalam konteks perbedaan qira'at harus diletakkan padapembelajaran manusia agar mampu learning to live together. Karenaadanya perbedaan qira'at maka sedikit banyak akan membawa implikasihukum yang berbeda yang pada akhimya membawa polarisasi madzhabdalam masyarakat. Dalam hal ini al-Zarkasyi mengemukakan" bahwa

tabi'in yang wafat pada sekitar tahun 127/128 H. 4. Abu 'Amr, Abu 'AmarZabban Ibn 'Ala Ibn Ammar al-Bashry, seorang guru besar pada rawi. DisebutJuga namanya dengan Yahya. Beliau wafat di Kufah pada tahun 154 H. 5.Hamzah al-Kufy, Hamzah Ibn Habib Ibn Imarah az-Zayyat al-Fardhi at-Thalmyseorang bekas hamba Ikrimah Ibn Robi at-Taimy. Dipanggil dengan IbnImarah, wafat di Hawan pada masa Khalifah Abu Ja'far al-Manshur tahun156 H. 6. Imam Nafi', Abu Ruwaim Nafi' Ibn Abdur Rahman Ibn Abi Na'im al-Laltsy, asalnya dari Isfahan. Dengan wafatnya Nafi' berakhirlahkepemimpinan para qori' di Madinah al-Munawwarah. Beliau wafat pada tahun169 H. 7. AI-Kisaiy, Ali Ibn Hamzah, seorang Imam Nahwu golongan Kufah.Dipanggil sengan nama Abul Hasan. 6eliau wafat di Rabawiyah yaitu sebuahdesa di Negerl Ray ketika ia dalam perjalanan ke Khurasan bersama al-Rasyld pada tahun 189 H.

" Jalal al-Din al-Suyuthi, AI-Itqan fi Ulum al-Qur'an, Juz I (Mesir: SyirkahMaktabah, 1951), hal. 133.

" M. Ali al-Sabuni, Op.Cit., hal. 60.^ A.Atmadl dan Y. Setlyanfngsih (editor), Transformasi Pendidikan Memasukt

Milenium Ketiga (Yogyakarta: Penerbit Kanislus, 2000), hal. 6-7." AI-Zarkasyi, Op.C/t., hal. 326.

, Vol. 2, No. 1, M>ruari - Ju]i 2004 Q ]

Page 8: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

dengan perbedaan qira'at muncullah perbedaan dalam hukum. Olehkarena itu para ulama Fiqih membangun hukum batalnya wudhu orangyang disentuh (bukan mahram) dan tidak batalnya wudhu atas dasarperbedaan qira'at pada "kamu sentuh" J dan"kamu saling menyen-

tuh" f**n (QS An-Nisa, 4:43). Demikian juga bolehnya hubunganseks yang sedang haid ketika terputus haidnya dan tidak bolehnyahingga ia mandi junub, dibangun atas dasar perbedaan qira'at merekapada bacaan "hingga mereka bersuci" j_^k,^ (QS al-Baqarah,2:222).

Dalam kemungkinan maksud ayat-ayat al-Qur'an berbeda sesuaidengan pemahaman masing-masing pembaca al-Qur'an. M. QuraishShihab mengemukakan bahwa setiap nash atau redaksi mengandungdua dalalah (kemungkinan arti). Bagi pengucapnya, nash tersebuthanya mengandung satu arti saja, yakni yang dimaksudkan olehnya.Inilah yang disebut dalalah haqiqiyyah. Tetapi, bagi para pendengaratau pembaca, dalalahnya bersifat relatif. Mereka tidak dapatmemastikan maksud pembicara. Pemahaman mereka terhadap nashtersebut dipengaruhi oleh banyak hal. Mereka dapat berbeda pendapat.Yang kedua ini dinamai dalalah nishbiyyah.^

Berikut ini diantara contoh kenyataan bahwa perbedaan qiraatmembawa lmplikasi perbedaan hukum, selanjutnya membuat polarisasialiran atau madzhab dalam pengalamalan hukum Islam.

1. Firman Allah swt QS AI-Nisa (4): 43: Ayat ini menjelaskanbahwa salah satu penyebab seorang bertayamum dan dalam keadaantidak ada air, bila ia "menyentuh" wanita (.ui^L_i). Menurut IbnuMujahid, bahwa Ibn Kasir, Nafi', 'Ashim, Abu 'Amr, dan Ibn 'Amir membaca,uui _v sedangkan Hamzah dan al-Kisa'i membacanya dengan.ua^_j"- Dalam I'rabul Qur'an dijelaskan bahwa .u>^J ada tigamacam pendapat ulama tentang maknanya yaitu (1) hubungan seksual(r^j*) (2) bersentuh (fjA,) (3) bersentuh dan berhubungan seksual(j^LB>Vi^). Akantetapi menurutMuhammad binYazid, bahwayanglebihtepatmakna fL-v ialah berciuman (^s) dan semisalnya, karenakedua belah pihak (yang berciuman) bersifat aktif, sementara makna(f^j) adalah menyentuh karena pihak wanita (yang disentuh) dalamhal initidakaktif."

Menurut mazhab Hanafi dan Maliki, semata-mata bersentuhanantara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak membatalkanwudhu. Sebab, menurut Hanafi, kata (<**ji) di sini berarti hubungan

-seksual dan menurut Maliki berarti bersentuhan yang disertai dengan

M.Quralsh Shihab, Membumikan al-Qur'an (Bandung: Mizan, 1992), hal. 138.Hasanuddin Af, Op.Cit., hal. 206.Zahid, I'rabul Qur'an, Juz I (Beirut: 'Alam al-Kutub, 1988), hal. 459.

2 MaJzKat Qira'at al-Qur'an... (Maragultam Siregar)

Page 9: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

nafsu berahi. Sedangkan menurut Mazhab Syafi'i, bersentuhan semataakan membatalkan wudhu baik yang menyentuh maupun yangdisentuh. Kata (^v) dalam ilmu sftarafmerupakan bentuk kara kerjamusyarakah, adanya interaksi antara yang menyentuh dan disentuh.Sedangkan qira'at (^) adalah bentuk kata kerja muta'addi (transitif)yang tidak mengandung unsur musyarakah. Karena itu, qira'atpertama mendukung pendapat Mazhab Hanafi dan Maliki, dan qira'atkedua mendukung pendapat Mazhab Syafi'i.

Dalam Mafatih al-Ghaib disebutkan, menurut Ibn Abbas, al-Hassan, Mujahid, Qatadah dan Abu Hanifah bahwa yang dimaksuddengan Laamastum ialah hubungan seksual. Sedangkan Ibn Mas'ud ,Ibn Umar, al-Nakha'i dan Imam Syafi'i berpendapat bahwa yangdimaksud ialah bersentuh kulit baik dalam bentuk persetubuhan maupundalam bentuk lainnya. AI-Razi menguatkan pendapat terakhir, karenamakna hakiki dari lamasa ialah menyentuh dengan tangan. Suatulafaz haruslah diartikan dengan pengertian hakiki. Sekalipun menurutal-Qasimiy dapat diartikan dengan makna "bersetubuh" tapi hal itumakna majazinya. Suatu lafaz haruslah diartikan dengan maknahakikinya.*> Hemat penulis, batalnya wudhu dengan sebab bersentuhankulit antara laki-laki dan wanita yang bukan muhrim, baik bersentuhanitu sekedarataupun sampal hubungan seksual. Karena inilah arti hakikidari kata (u^) (menyentuh) dan (o-v) (bersentuhan).

2. Firman Allah dalam suratAI-Baqarah (2): 222. Ayat ini memberiinformasi larangan bagi suami melakukan hubungan seksual denganisteri yang sedang haid. Larangan tersebut berakhir dengan, ]ika istrisudah suci kembali (^j&,J^). Dalam Kitab AI-Saba'at disebutkan bahwaada dua cara membaca kalimat tersebut yaitu menurut Hamzah, al-Kisa'i dan 'Ashim riwayat Syu'bah, membacanya dengan (^j^)Sedangkan Ibn Kasir, Nafi', Abu 'Amr, Ibn 'Amir dan 'Ashim riwayatHafsh, membacanya dengan (oji)."

Sebagian ulama menafsirkan qira'at : ]anganlah kamu ber-hubungan seksual dengan istri sampai mereka suci (_*ui)- Sedangkanqira'at (o'j i) menafsirkannya dengan "janganlah kamu bersenggamadengan mereka, sampai mereka bersuci (_iia). DalamtafsirAI-Jami'liAhkam al-Qur'an disebutkan bahwa pengertian ( _^s) ada yangmenafsirkan dengan mandi; ada dengan wudhu; ada dengan mencucuifarjinya (kemaluan) tempat keluarnya darah haid tersebut; dan ada

M.AIi al-Sabuni, Op.Clt., hal. 301-302.Imam Muhammad al-Razi, Mafatih al-Ghaib, Juz IX (Kairo: Dar al-Fikr, t,th),hal. 115. Bandingakn dengan Muhammad Jamal at-Din al-Qasimi, Mahasinal-Ta'w/l, Juz V (Mesir: Isa al-Babi al-Halabl, 1957), hal. 1257.Mu]ahld, Kitab al-Sab'at fi al-Qira'at, (Meslar: Dar al-Ma'arif, tt.), hal. 182;M. Ali al-Sabuni, Op..Cit., hal. 301-302.

K>pen<liJiLan I.lam, Vol. 2, No. 1, Rj>ra.ri - Juli 2004 93

Page 10: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

pula yang menafsirkannya dengan mencuci atau membersihkan farjdan berwudhu.*>

Sehubungan dengan ini, Imam Malik, Imam Syafi'i, al-Awza'idan al-Sawi berpendapat, bahwa seorang suami haram hukumnyabersenggama dengan seorang istrinya yang sedang dalam haid, sampaiistrinya itu berhenti dari haid dan mandi ]unub. Imam as-Syafl'i memberialasan qira'atmutawatirat (qira'at sab'ah). Bila ada dua versi qira'atdan dapat digabungkan, maka kita wajib menggabungkannya. Sehinggamen]adi "Tidak boleh suami bersenggama dengan istri yang sedanghaid, sampai istrinya itu berhenti dari darah haidnya (suci) dan mandijunub. Alasan lain ialah penggalan ayat berikutnya yaitu (y, i -jj^ o,)bahwa boleh suami berhubungan seksual dengan istrinya yang telahmenjalani haid, apabila telah bersuci dengan cara mandi."

Sementara itu Abu Hanifah menafsirkan (u'Jte<s*j*xjZVj)dengan: janganlah kamu bersenggama dengan mereka sampai merekasuci, yakni telah berhenti dari haid. Dengan demikian suami bolehmelakukan hubungan seksual dengan istri mereka setelah darah haidmereka berhenti.*' Sehubungan dengan perbedaan pendapattersebut,Hasanuddin berpendapat bahwa batas keharaman seorang suamimelakukan hubungan seksual dengan istrinya yang haid itu ialah sampaiwanita tersebut suci dalam arti telah berhenti dari haidnya dan telahmandi dari hadas besarnya. Hal ini mengingat pengertian (j*ui)dalamrangkaian ayat tersebut yaitu (^,jk^j^ isi)."

3. FirmanAllah dalam suratAI-Maidah (5): 6. Persoalandalamayat ini apakah dalam berwudhu itu wajib membasuh kedua kaki (^a>jj)atau cukup dengan menyapunya saja. Menurut al-Khinn, bahwaperbedaan ini timbul dari perbedaan qira'at. Nafi', Ibn Amir dan al-Kisai membaca (fSivJ ) dengan nasab (fathah lam). Sedangkan IbnKasir, Abu Amirdan Hamzah membacanya denganjarr(kasrah lam).Dengan mengambil qira'atnashab,jumhurulama berpendapatwajibnyamembasuh kedua kaki dan tidak memadai dengan menyapunya.Pendapat ini mereka perkuat dengan beberapa hadis. Syi'ah Imamiyahberpegang pada qira'atjarrsehingga mereka mewajibkan menyapukedua kaki dalam berwudhu. Pendapatyang sama diriwayatkanjugadari Ibn Abbas dan Anas bin Malik.'"Senada dengan iti Jahidmengemukakan bahwa wajib menyapu kedua kaki bagi yang memilihqira'at kasrah lam dan wajib membasuh bagi yang memilih qira'atfathah lam. Qira'at fathah lam menunjukkan bahwa kedua kaki dalam

AI-Qurthubi, AI-Jaml' al-Ahkam al-Qur'an, Juz III (tt. t.d), hal. 88.AI-Razi, JuzVI, dp. C!t., hl. 73. AI-Qasimi, Juz III, Op.Cit. hal 562.AI-Qurthubi, Op. Cit. hal. 88-89. AI-Razi, Juz VI, Op. Cit. hal. 73.Hasanuddin AF, Op. Cit. hal. 205.RamlI Abdul Wahld, Ulumul Qur'an, (Jakarta: Raja Graflndo Persada, 1994),hal. 125-126.

4 MaJzLJ> Qira'>t aLQui'an... (Maragu>Um SireJ>r)

Page 11: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

berwudhu wajib dicuci (dibasuh) karena ma'tuf kepada i u ( fS> j ).Sementara qira'at jarr lam menurut lahirnya menunjukkan bahwakedua kaki dalam berwudhu hanya wajib diusap dengan air, yangdalam hal ini ma'thufkepada (^j)i>>^J>)-"

Dari contoh-contoh di atas dapat digambarkan bagaimanakontribusi perbedaan qira'at al-Qur'an terhadap hukum Islam.Selanjutnya perbedaan hukum yang dipahami dari nash (ayat atauhadis) yang satu, akan berakibat kepada polarisasi masyarakatpengguna hukum. Jika perbedaan ini tidak ditempatkan pada konteksdan kelonggaran maka akan terjadi saling mengagungkan kelompokatau alirannya. Ini membahayakan bagi pendidikan pemanusiaan.

Harus dipahami oleh setiap penganut aliran atau madzhab bahwamanusia adalah makhluk hidup dengan segala individualitasnya. Artinyamasing-masing manusia memiliki karakteristik sendiri berdasarakanpotensi yang dimilikinya, baik lahirmaupun batin. Kalau prinsip indivi-dualitas dan otoritas pendapat seseorang tidak dipahami, maka yangterjadi adalah kesenjangan dan saling menyalahkan yang pada akhirnyaterjadi disharmoni sosial. Memahami manusia dengan individualitasdan otoritas pendapatnya berarti menyadari manusla sebagai pribadiyang memiliki kemerdekaan dan kebebasan pemahaman.

Kemanusiaan menurut Alia All Izetbegovic ialah sebagai suatupaham mengenai pengukuhan dan kemerdekaannya, yakni nilainyasebagai manusia." Nilai-nilai kemanusiaan berakarpada penclptaanmanusia. Manusia tercipta sebagai makhluk dinamis, yaitu bahwamanusia terus menerus berkembang dan berubah setiap saat. Ber-dasarkan tesis ini, maka nilai-nilai kemanusiaanjuga mengalami per-kembangan dan perubahan pula. Dengan kata lain, nilal-nilaikemanusiaan itu berubah sejalan dengan perubahan waktu. Berubahberarti mengalami pergeseran, yaitu bergeser dari satu tahapan menujuke tahapan yang lain, darl satu tingkatan menuju ketlngkatanberikutnya.**

Dimensi theocentris (hablun min Allah) dan anthropocentris(hablun min al-Nas) adalah dua dimensi bagaikan dua sisi mata uang.Kesalehan seseorang kepada Tuhan tidaklah dianggap cukupjlka tidakdisertai dengan kesalehannya kepada sesama manusia dan makhluklainnya. Sekalipun kedua dimensi itu berbeda tetapi harus dibangundan dimengerti secara integral. Menurut Nurcholish Madjid bahwayang pertama (theocentris) merupakan dimensi keimanan dan takwayang personal, sedangkan yang kedua (anthropocentris) adalahdimensi amal kebajikan (amalal-shalihah) yang sosial. Karena sifatnyayang personal, maka keimanan dan ketakwaan adalah dengan

Jahid, Op. Cit. hal 9.Alia Ali Izetbegovic, Istam antara Timur dan Barat, (Bandung: Pustaka, 1993),hal. 38.Murtadha Muthari, Fitah, (Jakarta: Lentera, 1999), hal. 77.

KepencUJikan I<Um, Vol. 2, No. 1, lUm,ari . Juli 2004 95

Page 12: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

sendirinya bersifatpr/vate, suatu rahasia yang tersimpan rapatdalammasing-mamsing pribadi manusia tanpa kemungkinan orang lain ikutcampur. Sedangkan amal kebajikan (antarmanusia) yang sosial dengansendirinya bersifat public atau umum dan terbuka, sehingga harusselalu ada hak pada masyarakat untuk ikut campur dalam bentukpengawasan dan pengimbangan.*"

Dimensi anthropocentris harus berlandaskan dimensi theocenrisdan dimensi theocentris pada hakikatnya mewujudkan kesejahteraananthropocentris. Rasa kemanusiaan yang berpisah dari rasa ketuhananakan menjadikan manusia memberhalakan manusia. Makna sejati darikemanusiaan itu sendiri terletak pada kebersamaannya denganketuhanan. Demkian juga rasa ketuhanan tidak akan memperolehmakna yang luhur bila tidak diikuti dengan rasa kemanusiaan. MenurutMuhammatQuthub bahwa manusia dalam pandangan Islam bukanlahdiharapkan menjadi malaikat, tetapi bukan pula syaitan, sekalipunmanusia berpotensi untuk menjadi setan karena kejahatan yangdiperbuatnya, dan pada keadaan lain naikjiwa ke ketinggian malaikatkarena kesuciannya. Akan tetapi dengan keadaan wataknya beradadiantara keduannya yaitu meliputi kebaikan, seperti halnya mencakupjuga tentang kejahatan." Dengan demikian manusia berada padatitik keseimbangan antara kehidupan ketuhanan dan kemanusiaan(theocentris dan anthropocentris).

Menurut Heidegger bahwa eksistensi manusia adalah eksistensibersama. Hubungan sosial antarmanusia ini mengandalkan hubungandua subyekyang saling meminta supaya diterima dengan hati yangjujurdan baik. Oleh karenanya hubungan dasarantara dua subyekmerupakan hubungan keadilan, kebaikan dan egaliter. Manusia laindipandang sebagai pribadi yang harus dipersilakan mengembangkandirinya sendiri.^ Perbedaan sistem qira'attidaklah dimaksudkan untukmemecah belah umat Islam, tetapi justru dengan perbedaan qira'atitu akan memperkaya khazanah keilmuan, sekaligus mengajari umatIslam agar menjadi manusia bersosial. Manusia bersosial ialah manusiayang dapat melakukan keseimbangan yang benar, berkomitmenterhadap semua hubungannya dengan manusia lainnya, di rumah ataudi masyarakat." Bahkan menurut hadis yang shaheh bahwa hasilijtihad seseorang apabila benar mendapat dua kebajikan sedangkankalau salah masih diberi satu kebajikan yang sempurna. Artinya satukebajikan yang diberikan kepada mujtahid sekalipun hasilnya salahtidak lain kerena proses kesungguhannya mencari dan menemukan

Hanna Djumhana Bastaman, Meraih.Hidup Bermakna: Kisah Pribadi denganPengalaman Tragis, (Jakarta: Paramadina, 1996), hal. Xxiii-xxiv.Muhammad Quthub, AI-Insan baina al-Maddiyah wa al-Islam, Cet. III, (Mesir:Dar al-Kutub al-Arabiyah, 1968), hal. 8.A. Atmadi dan Y. Setyaningsih, Op. Cit. hal. 22-23.Ali Abdul Halim Madmud, Pendidikan Ruhani, (Jakarta: Gema Insanl Press,Jakarta, 2000), hal. 34.

Q MatUKat Qita'at al-Qur'an... (MaragusUm Siregar)

Page 13: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

berbagai tuntunan yang berimplikasi kemanusiaan. Sikap membangga-kan pendapat dan menyingkirkan pendapat yang berbeda merupakansikapjahi/iyah dan kemunduran yang bertentangan dengan Islam.Tujuan pendidikan Islam bukan pada semata-mata dilihat dari output-nya, tetapi yang lebih penting dari itu ialah prosesnya. Tauhid danpluralisme menganjurkan manusia untuk bersikap toleran, lapang dadadan terbuka. Islam melarang manusia untuk memutlakkan kebenaranpendapat pribadi, takabburdan menganggap dirinya lebih baik darimanusia lainnya. Sikaptersebutcenderung membuatmanusia menjadisosokyang otoriter, eksploitatiffeodal, dan represif.^

Dengan demikian implikasi perbedaan qira'atterhadap pendidikanpemanusiaan antara lain dapat dicerna sebagai berikut:

Pertama: Adanya pengakuan ekstensi perbedaan pendapatmemungkinkan seseorang menjadi lebih manusiawi (being humanize)sehingga disebut dewasa dan mandiri. Itulah misi dan tujuan dariproses pembelajaran dengan memahami perbedaan qira'at. MenurutAndreas Harefa bertumbuh menjadi dewasa dan mandiri berarti semakinmampu bertanggung jawab atas diri sendiri, berarti menolakpendiktean/pemaksaan kehendak dari apapun yang berada di luardiri, berarti semakin mengenal diri, semakinjujurdengan diri sendiridan semakin lebih manusiawi.^' Agenda proses pemanusiaan dipandangberhasil manakala dengan itu lahir manusia dewasa sejati, manusiayang saratdengan tampilan nilai-nilai kemanusiaan.^

Pengakuan terhadap perbedaan seperti perbedaan pendapat,aliran, kelompok, partai, madzhab atau lainnya menjadikan dirinyaterhindar dari sifat eksklusivisme yakni menganggap aliran ataukelompok atau madzhabnya yang paling benar. Kelompok atau di luaryang berbeda dengannya wajib dihabisi atau dikikis, atau pemeluknyadikonversi karena, baik ajaran atau ideologinya maupun penganutnyadinilai terkutuk dalam pandangan Tuhan, apalagi pandangan kelompokatau madzhabnya.

Kedua: Menjadikan manusia memahami pluralisme dan lebihtoleran. Keragaman pendapat, budaya, bahasa dan sejenisnya bukanuntuk menunjukkan bahwa secara kodrati yang satu lebih baik dariyang lain melainkan agar masing-masing individu atau kelompok salingmengenal, memahami dan bekerja sama (QS AI-Hujurat (49); 13).Sikap jumud, eksploitatif, otoriter, feodal dan represif sangatbertentangan dengan pendidikan pemanusiaan dalam Islam. Makaseorang makmum yang memilih qira'at(^UL) dengan mad pada maaadalam shalat, tidak harus memisahkan diri dari imam yang memilih

Ismail SM dan Abdul Mukti (editor), Pendidikan Islam, Demokratisasi danMasyarakat Madani (Yogyakarta: Pustaka Pela]ar, 2000), hal. 211-212.Andreas Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar (Jakarta: Kompas MediaNusantara, 2001), hal. 39-40.Sudarwan Danim, Op. Cit. hal. 4.

n I>l.m, Vol. 2, No. 1, lV-l,n,ari - )uli 2004 97

Page 14: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

qira'at ( >^L) tanpa mad pada maa karena kedua qira'at tersebut

sama-sama shaheh. Seorang makmun yang mengikuti imam yangmembaca Qunut waktu shalat shubuh tidak mufarraqah (memisahkandiri) dari jama'ah yang diikutinya. Baik imam maupun makmum padasubstansinya sama-sama bertu]uan mendekatkan diri kepada Tuhanyang satu. Setiap orang harus belajar menjadi pemberani (couregious)dalam arti menerima perbedaan sebagai suatu kenyataan yang wajardan manusiawi bahkan kekuatan raksasa serta pantas disyukuri danbukan disesali, apalagi ditiadakan.

Ketiga: Perbedaaan ahli qira'atdan para pengikutnya dijadikansebagai 'ibrah (pendidikan kemanusiaan) karena sejatinya mereka itusama-sama mengembangkan potensi masing-masing sehingga ber-manfaat bagi umat sesudahnya. Masing-masing pihak tetap masihdalam kerangka menjalankan tugas khalifahnya di muka bumi. Menurutas-Shadr bahwa hubungan sosial kekhalifahan terdiri dari keempatsisi berikut: pihak yang mengangkat khalifah, yaitu Allah, khalifahyakni manusia, hal-hal yang ditempatkan di bawah tanggung ]awabsang khalifah yaitu alam dan umat manusia/' Khusus hubungan antarmanusia adalah hubungan antrara dua orang sahabat yang menjalan-kan kewajiban yang sama sebagai khalifah dan pengabdi Allah, bukanhubungan antara seorang ma]ikan dengan budak atau pelayan.Hubungan antara majikan dengan pelayannya didasari oleh kedudukansosialnya.

Kelima, manusia dalam kebebasannya mengolah spritualitasnyauntuk dapat menyadari eksistensi Tuhan. Menyadari eksistensi Tuhanakan melahirkantanggungjawab kepada Sang Ilahi. MenurutAndreasHarefa, lahirnya tanggung jawab itu, ialah karena didorong oleh adanyakesadaran mengenai hakikat diri sebagai makhluk langit, makhluk moral-spritual (moral spritual being) dan tidak hidup hanya untuk rninumdan makan.

Keempat: Hubungan antar manusia adalah hubungan antaradua orang rekan yang menjalankan kewajiban yang sama sebagaikhalifah Allah, bukan hubungan antara seorang majikan dengan budakatau pelayannya. Dengan demikian manusia harus merasa bertanggungjawab kepada Tuhan, sebagai pemberi khalifah, penganugerah roh,jiwa dan tubuh, yang membekalinya dengan nurani (moralitas), akalbudi (rasionalitas) dan kemauan atau hasrat untuk beraktivitas.Manusia juga harus bertangung jawab kepada dirinya sendiri dalamarti mengekspresikan dirinya secara utuh dan penuh, meng-aktualisasikan dirinya dan memerdekakan semua potensinya. Ia jugabertanggung jawab untuk menguasai dirinya, mengontrol dan >mengendalikan diri (self-mastery). MenurutAndreas Harefa, manusia

M. Baqir al-al-Shadir, Sejarah dalam Perspektif al-Qur'an Sebuah Ana/isis(Jakarta: Pustaka Hiadayah, 1990), hal. 119.

8 MaJzkat Qira'at al-Qur'an... (Maragurtam Siregar)

Page 15: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

bertanggung jawab kepada sesama manusia, kepada masyarakatsekitarnya. Ia perlu belajar mengenali dan menghayati nilai-nilaisynnoetis, yaitu nilai-nilai mengenai keserasian hubungan antarpribadi(inter-subject relationshlp), belajar menjadi makhluk yangcompasslonate (berkepedulian sosial) dan bukan sekedarpass/onate(memuja hasrat dan kemauan sendiri/kelompok)."

Selanjutnya pemanusiaan manusia harus dilanjutkan denganproses pendidikan. Tentunya proses pendidikan tidak hanya terbataspada formal tetapi juga dalam pendidikan informal dan nonformal.Menurut A. Waidl bahwa untuk melealisir pendidikan berdimensi ke-manusiaan tanpa kekerasan, maka praktek kependidikan memperhati-kan beberapa hal yaitu, pertama menjadikan kritik sebagai metodologi.Kedua, kurikulum yang integratifdan kritis. Ada dua syaratdikatakansebuah kurikulum terintegrasi yaitu adanya keseimbangan dankebersamaan antara sektortransendental dengan imanen dan adanyaintegarasi antara teori dan praksis. Ketiga, adanya relasi guru-siswayang transformatif."

Pendidikan bukan hanya memberikan keleluasaan terhadappengabdian spritual, melainkan yang lebih penting lagi harus memung-kinkan terselesaikannya berbagai peristiwa tragis kemanusiaan sepertipenindasan, pembodohan, teror, radikalisme, keterbelakangan, danpermasalahan lingkungan. Agarwacana kemanusiaan tanpa kekerasantetap dikedepankan dalam pendidikan, kurikulum harus menyajikanmaterl yang memungkinkan bagi tumbuhnya sikap kritis bagi pesertadidik. Menurut Abdul Mukti bahwa salah satu alternatif metodologisdalam praktik pendidikan Islam yang berdimensi egalitarlan dankemanusiaan ialah model kader yakni kontekstualisasi tauhid,demistifikasi guru dan reciprocal teach!ng."

Tauhid adalah akar dalam hati yang menumbuhkan sikapmemanusiakan manusia dan sikap egalitarian karena dengan pengakuanhanya Allah Maha Kuasa, Maha Tahu dan Maha Memberi memberiimplikasi kepada keterbebasan manusia dari perbudakan kehidupandunia. Manusia lain dianggap sama dan karenanya harus salingmenghormati sesuai dengan harkatdan martabat kemanusiaan yangtelah dianugerahkan Allah kepada manusia. Kedudukan seseorangbukan terletak pada perbedaan etnis, wama kulit, kekayaan, pangkatdan lain-lain tetapi sejauh manusia punya kualitas iman dan takwanyakepada Allah. Untuk itu akartauhid harus membumi, dan termanifestasidalam sikap dan perbuatan.

Demistifikasi guru artinya menempatkan guru pada posisinyasebagai manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya,sekalipun guru harus dapat sebagai agent ofknowledge (orang yang

Andreas Harefa, Op. Clt. hal. 136-137.A. Atmadl dan Y. Setiyan!ngsih (editor), Op. Clt. hal. 24-26.Isma!l SM dan Abdul Mukti (Editor), Pendidikan Islam, Demokratisasl danMasyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pela]ar, 2000), hal. 313.

Kcpe,.,liJiUn I,l.m, Vol. 2, No. 1, P.U,ori - JuIi 2004 99

Page 16: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

memiliki kedalaman ilmu) tetapi bukan source ofknowledge (sumberilmu), comm!t to mora/ity (orang yang bermoral) tetapi bukan thesource ofmorality (sumber moral).

Reciprocal teaching (pengajaran timbal balik) berarti pesertadidik ditempatkan sebagai subyek belajar yang memiliki pengetahuan,pengalaman dan ketrampilan yang berbeda. Para pendidik harusmengakui perbedaan individual peserta didik baik dari sisi potensi-potensi internalnya maupun pengalamannya. Perbedaan individualpeserta didik harus dapat diakomodir oleh guru dengan berbagaistrategi pembelajaran yang tepat. Dalam posisi ini guru tentunyaharus kaya dengan variasi metodologi pembelajaran Islam. Tanpapemilikan metodologi tersebut, akan mengabaikan berbagai perbedaanindividual peserta didik. Tentu hal ini akan membawa dampak negatifbagi proses pendidikan yang berdimensi kemanusiaan.

E. Kesimpulan

Dari berbagai gambaran di atas dapat disimpulkan sebagaiberikut:

Pertama: Qira'at al-Qur'an merupakan suatu mazhab tertentudalam pengucapan al-Qur'anyang dianut oleh seorang imam qira'tyang berbeda dengan mazhab lainnya berdasarkan riwayatyang sanad-sanadnya bersambung kepada Nabi saw dan dinilai mutawatir. Sepertiqira'at al-sab'ah dan qira'at al-'asyarah. Terjadinya perbedaan qira'atitu dipengaruhi oleh banyak faktor.

Kedua: Pada tujuan substansialnya bahwa dengan adanyaperbedaan sistem qira'at al-Qur'an akan berimplikasi pada perbedaanhukum. Perbedaan hukum menimbulkan polarisasi aliran di masyarakat.Tu]uan variasi qira'at Qur'an pada hakikatnya disamping untukmeringankan kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat dalammembaca Qur'an, juga sebagai sebuah pengakuan dan penghormatanterhadap perbedaan serta sebuah kekayaan khazanah keilmuan dalamIslam. Pengakuan terhadap perbedaan dari Nabi saw merupakanpembelajaran pemanusiaan kepada umatmanusia. Maka perbedaanqira'at harus ditempatkan pada konteks pemanusiaan berupamenjadikan seseorang lebih manusiawi sehingga menjadi lebih dewasadan mandiri, menjadikan manusia lebih menyadari pluralisme dan lebihtoleran sesama manusia yang berbeda paham dan pendapat, danmenjadikan hubungan manusia lebih kohesifdan bermakna.

Ketiga: Penyeragaman dalam hal apa saja sesungguhnyamerupakan kekerasan terhadap perbedaan, pemerkosaan terhadapbakat, pengingkatan terhadap realitas, pengkebiran terhadap perbeda-an potensi individu, dan bentuk penjajahan terhadap kebebasan dankemerdekaan. Sebaliknya penghormatan terhadap perbedaan danpemberdayaan terhadap semua potensi pada hakikatnya sebuahpendidikan pemanusiaan manusia yang dijunjung tinggi oleh ajaran

| Q0 MadzHat Qira'at al-Qur'an... (Maragustam Siregar)

Page 17: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

Islam. Dengan pemanusiaan manusia akan berakibat terhadapberkembangnya daya cipta dan kreativitas yang pada ujungnya akanmemetik kema]uan dalam lingkungan yang damai sejahtera. Selanjutnyauntuk menciptakan pendidikan berdimensi kemanusiaan harus diaplikandalam metoiogi pengajaran dalam pendidikan yang sebenarnya.

Wallahu a'lam bisshawab.

Kependi<hkan lsl.,m, Vol. 2. No. 1, Pekruari - J,.!i 2004 1O1

Page 18: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

DAFTAR PUSTAKA

A.Atmadi dan Y. Setiyaningsih (editor), Transformasi PendidikanMemasuki Milenium Ketiga (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,2000).

Ali Abdul Halim Madmud, Pendidikan Ruhani, terj. Abdul Hayyie al-Kattamo (Jakarta: Gema Insani Press, Jakarta, 2000).

Alia Ali Izetbegovic, Islam antara Timurdan Barat, (Bandung: Pustaka,1993).

Andreas Harefa, MenjadiManusia Pembe/a/ar(Jakarta: Kompas MediaNusantara, 2001)

Depag RI, AI-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra,1989).

Hanna Djumhana Bastaman, Meraih Hidup Bermakna: Kisah Pribadidengan Pengalaman Tragis, (Jakarta: Paramadina, 1996).

Hasanuddin AF, Perbedaan Qira'at dan Pengaruhnya TerhadapIstinbath Hukum Dalam al-Qur'an (Jakarta: Raja Grafindo,Pustaka, 1995).

Ismall SM dan Abdul Mukti (editor), Pendidikan Islam, DemokratisasidanMasyarafcatMadam'(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000).

Ismail, Sya'ban Muhammad, AI-Qira'at Ahkamuha wa Masadiruha(Semarang: Dina Utama, 1993).

M. Baqir al-al-Shadir, Sejarah dalam Perspektif al-Qur'an Sebuah^na//s/s(Jakarta: Pustaka Hiadayah, 1990).

Manna al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur'an (Riyad: Huquq al-Thab'a Mahfudzah, t.th.).

Muhammad Quraish Shihab, Membum!kan al-Qur'an, (Bandung: Mizan,1992)

Muhammad Quthub, AI-Insan baina al-Maddiyah wa al-Islam, Cet.III, (Mesir: Daral-Kutubal-Arabiyah, 1968).

Mujahid,K/taba/-Sab'atfia/-Q/ra'at,(Mesiar: Daral-Ma'arif,tt.).Murtadha Muthari, Fitah, H. Af]fMuhammad (penterjemah), (Jakarta:

Lentera, 1999).Qasimi, Mahaasin al-Ta'wiil, JuzV(Mesir: Isa al-Babi al-Halabi, 1957).Qurtubi al, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari, AI-Jami'lil

Ahkam al-Qur'an Juz ke-3 dan 5.(ttp t.th).Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur'an, (Jakarta: Ra]a Grafindo Persada,

1994)._ . .'- Razi al-, Imam Muhammad, Mafaatih al-Ghaib, Juz IX (Kairo: Dar al-'

Fikr, t,th).Shabuni Muhammad Ali, al-Thibyan fi Ulum al-Qur'an (Beirut:Alam al-

Kutub, 1985).

MadzKaL Qira'at al-Qur'an... {Maragustam Siregar)

Page 19: madzhab qiraat alquran dan imlikasinya dalam pendidikan ...

Subh AI-Shalih, Mabahits fi Ulum al-Qur'an ( Beirut: Dar al-Ilm lilMalayin, 1977).

Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan,(Yogyakarta: Pustaka Pela]ar, 2003).

Suyuti al 3alal al-Din, AI-Itqan fi Ulum al-Qur'an, Juz I (Mesir: SyirkahMaktabah, 1951).

Syabin,AI-Qlra'atal-Qur'aniyah, (Kairo: Daral-Qalm, Kairo, 1966).Zahid, I'raabu/ Qur'an, Juz I (Beirut: 'Alam al-Kutub, 1988).Zarqani al, Manahlli/ al-Irfan fi Ulum al-Qur'an, Jilid I (Beirut: Alam al-

Kutub, Beirut, 1988).

Kep>raUikut lilam, Vol. 2, No. 1, Rlruari - Juli 2004 O3