mad

5
 Gangguan ca mpuran anxietas dan depresif mer upakan pen yak it tersendiri dan dinamakan demikian karena secara bersamaan didapati gejala-gejala depresi  dan anxi etas (cema s) pada penderita . Per lu dipe rhat ikan bahwa baik geja la-ge jala depresi maupun geja la-ge jala anxietas yang ada tida k memenu hi kriteria diagnosis untuk episode depresi dan gangguan anxietas. (Maramis, Willy (!""#). Ilmu Kedokteran Jiwa. $irlangga %ni&ersity) $rtinya 'angguan ini mencakup pasien yang memiliki gejala kecemasan dan depresi, te ta pi ti da k memenuhi krit er ia di agnost ik untuk suatu gangguan kec emasan maupun suatu gangguan mood. ombi nasi gej al a depresi  dan kecemasan menyebabkan gangguan ungsional yang bermakna pada orang yang terkena. Etiologi : Penyebab gangguan ini kurang jelas. 'ejala muncul biasanya disebabkan interaksi dari aspek-aspek biopsikososial termasuk genetik dengan beberapa situasi, stres atau trauma yang merupa kan stresso r muneul nya gejala ini. *i sistem sara pusat bebe rapa mediator utama dari gejala ini adal ah. nore pinep hrine dan sero tonin. +ebenarnya anxietas diperantarai oleh suatu system kompleks yang melibatkan system li mbic, thal amus, ko rteks r ontal secara anatomis dan nore pi ne ri n, serotonin dan '$$ pada sistem neurokimia, yang mana hingga saat ini belum dik etahui jelas bagaimana kerja bagian-bagian tersebut menimbulkan anxietas. eg itu pul a pad a dep resi wal apun penyeb abnya ti dak dap at dip ast ika n namun biasanya ditemukan de sensi relati salah sa tu atau beberapa aminergic neurotransmi tter (no ead ranali ne, seroto nin, dop ami ne) pad a sinaps neuron di susunan sara pusat khususnya sistem limbic, DIAGNOSIS Berdasarkan PPDGJ III kri teria diagnostik untuk gangguan campuran anxietas dan depresi adala! se"agai "erikut:   / erdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, di mana masing-masing tidak menunj ukk an rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. %ntuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.  ila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus dipertimbangka n kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas obik.

description

xkkk

Transcript of mad

Gangguan campuran anxietas dan depresif merupakan penyakit tersendiri dan dinamakan demikian karena secara bersamaan didapati gejala-gejala depresi dan anxietas (cemas) pada penderita. Perlu diperhatikan bahwa baik gejala-gejala depresi maupun gejala-gejala anxietas yang ada tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk episode depresi dan gangguan anxietas. (Maramis, Willy F (2009). Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University)Artinya Gangguan ini mencakup pasien yang memiliki gejala kecemasan dan depresi, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu gangguan kecemasan maupun suatu gangguan mood. Kombinasi gejala depresi dan kecemasan menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna pada orang yang terkena.Etiologi :Penyebab gangguan ini kurang jelas. Gejala muncul biasanya disebabkan interaksi dari aspek-aspek biopsikososial termasuk genetik dengan beberapa situasi, stres atau trauma yang merupakan stressor muneulnya gejala ini. Di sistem saraf pusat beberapa mediator utama dari gejala ini adalah. norepinephrine dan serotonin. Sebenarnya anxietas diperantarai oleh suatu system kompleks yang melibatkan system limbic, thalamus, korteks frontal secara anatomis dan norepinefrin, serotonin dan GABA pada sistem neurokimia, yang mana hingga saat ini belum diketahui jelas bagaimana kerja bagian-bagian tersebut menimbulkan anxietas. Begitu pula pada depresi walapun penyebabnya tidak dapat dipastikan namun biasanya ditemukan defisensi relatif salah satu atau beberapa aminergic neurotransmitter (noeadranaline, serotonin, dopamine) pada sinaps neuron di susunan saraf pusat khususnya sistem limbic,

DIAGNOSIS Berdasarkan PPDGJ-III kriteria diagnostik untuk gangguan campuran anxietas dan depresi adalah sebagai berikut: Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, di mana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian. Gambaran klinis :Ansietas dan gangguannya dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, renjatan, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, takikardi, palpitasi, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing. Rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya.Gejala utama dari depresi adalah afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas. Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah: konsentrasi dan perhatian berkurang; harga diri dan kepercayaan diri berkurang; gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna; pandangan masa depan yang suram dan pesimistis; gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri; tidur terganggu; nafsu makan berkurang.Untuk gangguan campuran anxietas dan depresi, kedua gejala baik gejala anxietas maupun gejala depresi tetap ada namun kedua-duanya tidak menunjukkan gejala yang cukup berat atau lebih menonjol antara satu dengan lainnyaDIAGNOSIS BANDINGDiantara gangguan anxietas, gangguan anxietas menyeluruh merupakan gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih dengan gangguan campuran anxietas depresi. Diantara gangguan mood, gangguan dstimik, dan gangguan depresif ringan adalah gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih dengan gangguan campuran anxietas depresi. Diantara gangguan kepribadian, gangguan kepribadian mengindar, dependen dan obsesif kompulsif dapat memiliki gejala yang mirip dengan gejala gangguan campuran anxietas depresif. Diagnosis gangguan somatoform juga harus dipertimbangkan.

PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSISBeberapa data menyatakan peristiwa kehidupan berhubungan dengan onset gangguan ini. Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan akan terjadinya gangguan. Hal ini berkaitan pula dengan berat-ringannya gangguan tersebut. Selama perjalanan penyakit, dominasi gejala anxietas dan depresif dapat bergantian. Prognosis nya tidak diketahui.

TERAPIPengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan campuran anxietas dan depresi adalah kemungkinan pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapetik, farmakoterapetik, dan pendekatan suportif.

Psikoterapi : Pendekatan psikoterapetik utama untuk gangguan ini adalah kognitif-perilaku, suportif, dan berorientasi-tilikan (insight). Klinisi mungkin mampu sendirian atau dengan bantuan pasien atau keluarganya untuk mengubah lingkungan dan dengan demikian menurunkan tekanan yang penuh keteganganFarmakoterapi : Keputusan untuk meresepkan suatu obat pada pasien dengan gangguan kecemasan campuran anxietas dan depresi hams jarang dilakukan pada kunjungan pertama. Karena sifat gangguan yang berlangsung lama, suatu rencana pengobatan hares dengan cermat dijelaskan.Dua golongan obat utama yang dipakai dalam pengobatan gangguan anxietas adalah Benzodiazepine dan Non-Benzodiazepine, dengan Benzodiazepine sebagai pilihan utama. Pemakaian benzodiazepin dengan waktu paruh sedang (8 sampai 15 jam) kemungkinan menghindari beberapa efek merugikan, Untuk diazepam sediaan tab. 2-5mg, ampul 10 mg/2cc dosis anjuran l0-30mg/hari 2-3xsehari, i.v./i.m 2-10mg /3-4 jam.Sedang untuk depresi dipakai golongan Trisiklik, Tetrasiklik, MAOI-reversible, SSRI, dan Atypical anti depresi. Dimana SSRI menjadi pilihan utama, SSRI dipilih mengingat efek samping yang ditimbulkan relatif lebih ringan.namun obat ini memiliki harga yang mahal oleh karenanya trisiklik masih sering digunakan. Contoh obat golongan ini adalah fluoxetine,sertraline,paroxetine,citalopram,fluvoxamineEfek samping Obal Anti-depresi dapat berupa : Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif rnenurun, d11); Efek Antikolinergik (mulut keying, retensi urin, penglihatan kabur., konstipasi, sinus takikardia, dsb); Efek Anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi); Efek Nourotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi,insomnia). Efek samping yang tidak berat biasanya berkurang setelah 2-3 minggu.Sumber :- Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Kaplan dan Sadock: Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis. Edisi Ketujuh. Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997 - Kaplan H, Sadock B, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat Widya Medika, Jakarta, 1998 - Buku saku Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III dan DSM -5 - Maramis, Willy F (2009). Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University - Scrib gangguan campuran anxietas dan depresif

PrognosisPerlangsungan dari gangguan ini bersifat kronis residif dan prognosisnya sukar diramalkan. Sebanyak 25 % dari penderita gangguan ini mengalami gangguan panik.1

DAFTAR PUSTAKA1. Idrus F. Anxietas dan Hipertensi. [online]. 2006 Mar 1 [cited 2008 Mar 16] ; Vol.27 No.1, Available from URL : http://www.j_med_nus.com2. Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. p. 1-62.3. Wibisono S. Simposium Anxietas Konsep Diagnosis dan Terapi Mutakhir. Jakarta; 19904. Maramis W.F. Nerosa. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press; 2004. p.250-625. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa / PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2001. p. 74.6. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001.7. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis obat Psikotropika ed. Ketiga. Jakarta : Bagian ilmu kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atmajaya; 2001