Ma Rasmus makalah

39
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malnutrisi dapat terjadi akibat dari konsumsi makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup akibat dari penyerapan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, kebiasaan diet jelek, mengikuti mode makanan dan faktor-faktor emosi dapat membatasi konsumsi. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah dilaksanakan melalui berbagai program perbaikan gizi oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan masyarakat. Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada alita. !at gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. !at gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, "itamin, mineral dan air. #$risman, %&&'(1)*+. Kurang nergi rotein #K+ merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang berbeda-beda, pada derajat yang ringan sampai berat. eberapa pengertian Kurang nergi rotein #K +( a. K adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi $ngka Kecukupan izi #$K +. Disebut K apabila berat badannya kurang dari /& 0 indeks berat badan menurut # U+ baku 234-5637. b. 8stilah Kurang nergi rotein #K + digunakan untuk menggambarkan kondisi klinikberspektrum luas yang berkisar antara sedang sampai berat. K yang berat

description

makalah fix

Transcript of Ma Rasmus makalah

37

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMalnutrisi dapat terjadi akibat dari konsumsi makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup akibat dari penyerapan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, kebiasaan diet jelek, mengikuti mode makanan dan faktor-faktor emosi dapat membatasi konsumsi. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah dilaksanakan melalui berbagai program perbaikan gizi oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan masyarakat. Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada Balita.Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157). Kurang Energi Protein(KEP) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang berbeda-beda, pada derajat yang ringan sampai berat. Beberapa pengertian Kurang Energi Protein (KEP):a. KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80 % indeks berat badan menurut (BB/U) baku WHO-NCHS.b. Istilah Kurang Energi Protein (KEP) digunakan untuk menggambarkan kondisi klinik berspektrum luas yang berkisar antara sedang sampai berat. KEP yang berat memperlihatkan gambaran yang pasti dan benar (tidak mungkin salah) artinya pasien hanya berbentuk kulit pembungkus tulang, dan bila berjalan bagaikan tengkorak (Daldiyono dan Thaha, 1998). Almatsier (2004) mengatakan KEP adalah sindroma gabungan antara dua jenis kekurangan energi dan protein, dimana sindroma ini merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia.

1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan UmumUntuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien marasmus dengan menggunakan metode proses keperawatan.1.2.2 Tujuan Khusus:1. mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit marasmus;2. membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan marasmus3. mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan marasmus.

1.3 Implikasi KeperawatanSistem mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan.. Sebagai perawat kita harus mampu untuk memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada pasien. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien meliputi: pengkajian, diagnosa, perencanaan, intervensi dan evaluasi. Jika asuhan keperawatan dilakukan dengan baik dan tepat maka kita akan dapat membantu kesembuhan pasien. Ketika kita menemui pasien yang mengalami tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya gangguan pada sistem pencernaannya, kita dapat melakukan pengkajian kemudian menganalisanya. Setelah menganalisa kita dapat mengambil masalah keperawatan apa saja yang terjadi pada pasien. Kemudian kita dapat memunculkan diagnosa keperawatan.Setelah diagnosa ini kita rumuskan, perawat dapat membuat rencana asuhan keperawatan yang mempunyai tujuan dan kriteria hasil. Diharapkan dengan adanya pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan tersebut, masalah pasien dapat teratasi sebagian maupun teratasi sepenuhnya. Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan diaplikasikan, perawat lalu membuat evaluasi yang berguna untuk mengetahui efektivitas tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dari evaluasi, kita dapat mengkaji lagi data-data kesehatan pasien yang dapat meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Ketika perawat melakukan asuhan keperawatan secara holistic maka masalah kesehatan yang dialami pasien dapat tertangani dengan baik. Lalu pasien dapat kembali pada kondisinya yang optimal.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 DefinisiMalnutrisi adalah masalah utama di dunia berkembang. Marasmus adalah malnutrisi energi-protein yang berat. Anak-anak tampak jelas memiliki berat badan kurang dengan pengecilan otot dan tak ada lemak. Tidak disertai edema. Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat (Depkes RI, 2000). Malnutrisi energi protein (MEP) adalah bentuk malnutrisi yang disebabkan asupan protein dan energi yang tidak adekuat, seperti pada kondisi kelaparan dan anoreksia. Marasmus adalah bentuk MEP berat akibat protein dan energi(kalori) yang tidak adekuat dalam diet. Keadaan ini menyebabkan anak kecil menjadi sangat kurus dengan otot menciut, pertumbuhan terhambat, kulit keriput, dan rambut rontok. Keadaan ini jarang dijumpai dalam masyarakat Eropa dan Amerika Utara yang maju, tapi masih sering ditemukan di negara berkembang ketika terjadi kelaparan.Marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein energi karena kelaparan, semua unsur diet kurang. Marasmus terjadi karena masukan kalori yang tidak adekuat, penyakit usus menahun, kelainan metabolik atau infeksi menahun seperti tuberkulosis (Arisman, 2004).Marasmus adalah kekurangan kalori dalam diit yang berlangsung lama yang akan menimbulkan gejala undernutrition yaitu pertumbuhan kurang atau terhenti, anak masih menangis walaupun telah mendapat minum/ susu, sering bangun waktu malam, konstipasi/ diare, jaringan bawah kulit menghilang, kulit keriput, lemak pipi menghilang sehingga seperti wajah orang tua (Mansjoer, 2000). Marasmus adalah malnutrisi energi protein berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori) dapat terjadi bersama/ tanpa disertai defisiensi protein (Betz, 2002). Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein (Suriyadi, 2001).Dari berbagai penertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa marasmus adalah suatu penyakit malnutrisi energi protein berat akibat dari kurang mendapat masukan makanan dalam waktu lama yang ditandai dengan penurunan berat badan dan atropi jaringan tubuh secara bertahap terutama subkutan sehingga anak tampak lebih tua denagn kulit keriput dan turgor kulit menurun.

Gambar 2.2.1 anak dengan marasmus

2.2 EpidemiologiKurang Energi Protein paling sering ditemukan di negara-negara sedang berkembang. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi. Penderita KEP banyak ditemukan balita penderita KEP berjenis kelamin perempuan daripada laki-laki (60,20% : 39,80%). . Sedangkan Agustina Lubis dkk. (1997) menemukan prevalensi laki-laki : perempuan adalah 1 : 4.; menurutnya hal ini disebabkan karena perbedaan nilai anak, anak laki-laki dianggap lebih berharga daripada anak perempuan sehingga anak laki-laki akan mendapatkan perawatan kesehatan dan pemberian makanan yang lebih baik. Dari segi golongan umur, balita penderita KEP lebih banyak ditemukan pada usia 12 s/d 23 bulan, yaitu sebesar 50,00%. Balita pada usia ini, baru memasuki suatu tahapan baru dalam proses tumbuh kembangnya. Di antaranya tahapan untuk mulai beralih dari ketergantungan yang besar pada ASI atau susu formula ke makanan semi adat. Sebagian balita mengalami masa ini tanpa kesulitan, namun sebagian lagi menderita kesulitan makan yang berat.2.3 EtiologiEtiologi dari penyakit marasmus antara lain masukan zat gizi yang tidak adekuat, kebiasaan makan yang tidak tepat, kelainan metabolik dan malabsorpsi, malformasi kongenital pada saluran pencernaan, penyakit ginjal menahun, keadaan ekonomi keluarga (Arisman, 2004). Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara umum penyebab marasmus adalah sebagai berikut.a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer. b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital. c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreasd. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuate. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukupf. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab maramus yang lain disingkirkan h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang kurang akan menimbulkan marasmus i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.Ada dua faktor penyebab terjadinya gizi buruk adalah sebagai berikut.1. Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.2. Penyebab tidak langsung, Ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik maupun gizinya (Dinkes SU, 2006). Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan yang kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.2.4 Tanda dan GejalaGejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) : a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan ototototnya, tinggal tulang terbungkus kulit b. Wajah seperti orang tua c. Iga gambang dan perut cekung d. Otot paha mengendor (baggy pant) e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar.Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat teap tampak relatif normal selama beberapa waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedkit (Nelson, 2000). Selain itu, tanda dan gejala dari penyakit marasmus antara lain badan kurus kering tampak seperti orang tua, lethargi, irritable, kulit keriput (turgor kulit jelek), ubun-ubun cekung pada bayi, jaringan subkutan hilang, malaise, kelaparan dan apatis.

2.5 Patofisiologi Malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), kuman penyebab (agent), lingkungan (environment ). Faktor diet atau makanan memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit marasmus, tetapi beberapa faktor lain juga memiliki peranan penting dalam terjadinya marasmus . Marasmus adalah compensated malnutrition. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, namun kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam dapat terjadi kekurangan glukosa. Hal ini mengakibatkan katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton . Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton sebagai sumber energi jika kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.Pada keadaan ini yang terlihat jelas ialah pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak di bawa kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan, sehingga harus didapat dari tubuh itu sendiri. Hal ini menyebabkan cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat terkadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk albumin yang cukup .Proses metabolik anak pada dasarnya sama, akan tetapi relative lebih aktif dibandingkan dengan orang dewasa. Anak membutuhkan lebih banyak makanan untuk tiap kilogram berat badannya untuk pertumbuhan dan pertukaran energi yang lebih aktif. Tubuh yang hidup seperti halnya dengan mesin memerlukan bahan bakar dan bahan untuk pengganti maupun perbaikan. Anak yang sedang tumbuh memerlukan makanan tambahan untuk pertumbuhan. Keperluan ini dapat dipenuhi dengan pemberian makanan yang mengandung cukup kalori. Dalam makanan tersebut harus cukup tersedia protein, karbohidrat, mineral, air, vitamin dan beberapa macam asam lemak dalam jumlah tertentu. Pada keadaan awal, umumnya tidak ditemukan kelainan biokimia, tetapi pada keadaan lanjut akan didapatkan kadar albumin yang rendah, sedangkan globulin yang meninggi. Jika kebutuhan akan kalori telah dipenuhi, tetapi makanan yang diberikan tidak mengandung semua nutrient yang esensial untuk manusia, maka secara lambat kesehatan orang tersebut akan terganggu. Gejala yang timbul tergantung kepada kekurangan jenis nutrient dalam dietnya. Defisiensi protein akan mengakibatkan timbulnya gejala defisiensi protein atau lebih dikenal dengan nama Kwashiorkor. Defisiensi vitamin A yang berlangsung lama menimbulkan penyakit defisiensi vitamin A atau Xeropthalmia. Defisiensi vitamin D mengakibatkan penyakit yang disebut Rikets dan sebagainya.

2.6 Prognosis . Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering disebabkan oleh karena infeksi, sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis ini tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan, walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang irrever- sibel dari sel-sel tubuh akibat under nutrition.

2.7 KomplikasiKompikasi yang dapat dialami oleh penderita gizi buruk sangatlah bervariasi. Sistem organ yang terganggu akibat kurang gizi adalah pencernaan, ginjal, jantung dan gangguan hormonal. Kematian juga dapat terjadi jika derajat penyakitnya semakin berat dan disertai komplikasi penyakit infeksi.

2.8 PengobatanDalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase. a. Tahap Penyesuaian Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien menerima makanan hingga ia mampu menerima diet tinggi energi dan tingi protein (TETP). Tahap penyesuaian ini dapat berlangsung singkat, adalah selama 1-2 minggu atau lebih lama, bergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan mencerna makanan. Jika berat badan pasien kurang dari 7 kg, makanan yang diberikan berupa makanan bayi. Makanan utama adalah formula yang dimodifikasi. Contoh: susu rendah laktosa +2,5-5% glukosa +2% tepung. Secara berangsur ditambahkan makanan lumat dan makanan lembek. Bila ada, berikan ASI. Jika berat badan pasien 7 kg atau lebih, makanan diberikan seperti makanan untuk anak di atas 1 tahun. Pemberian makanan dimulai dengan makanan cair, kemudian makanan lunak dan makanan biasa, dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan sehari. 2. Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari. 3. Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara bertahap dengan keenceran 1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing tahap selama 2-3 hari. Untuk meningkatkan energi ditambahkan 5% glukosa, dan 4. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali sehari tiap 2-3 jam. Bila konsumsi per-oral tidak mencukupi, perlu diberi tambahan makanan lewat pipa (per-sonde) (RSCM, 2003). b. Tahap Penyembuhan Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah baik, secara berangsur, tiap 1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan hingga konsumsi mencapai 150-200 kkal/kg berat badan sehari dan 2-5 gram protein/kg berat badan sehari. c. Tahap Lanjutan Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah dibiasakan memperoleh makanan biasa yang bukan merupakan diet TETP. Kepada orang tua hendaknya diberikan penyuluhan kesehatan dan gizi, khususnya tentang mengatur makanan, memilih bahan makanan, dan mengolahnya sesuai dengan kemampuan daya belinya. Suplementasi zat gizi yang mungkin diperlukan adalah : 1. Glukosa biasanya secara intravena diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia. 2. KCl, sesuai dengan kebutuhan, diberikan bila ada hipokalemia. 3. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila terdapat hipomagnesimia. 4. Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000 SI peroral atau 100.000 SI secara intra muskuler. Bila terdapat xeroftalmia, vitamin A diberikan dengan dosis total 50.000 SI/kg berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI. 5. Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-oral. Zat besi (Fe) dan asam folat diberikan bila terdapat anemia yang biasanya menyertai KKP berat.

2.9 PencegahanTindakan pencegahan terhadap penyakit marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi. Tindakan pencegahan bertujuan untuk mengurangi insidensi dan menurunkan angka kematian. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang menjadi yang menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut, maka untuk melakukan pencegahan dapat melakukan beberapa langkahadalah sebagai berikut. 1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun yang merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi.2. Pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 3 tahun ke atas.3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan.4. Pemberian imunisasi.5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.6. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang kepada ibu-ibu yang memiliki balita. Penyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang (perbandingan jumlah karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral berdasarkan umur dan berat badan)7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.8.Faktor ekonomi,dalam world food conference di Roma tahun 1974 telah dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan, sedangkan kemiskinan pendudukan merupakan akibat lanjutannya. Ditekankan pula perlunya bahan makanan yang bergizi baik di samping kuantitasnya. Merencanakan pengaturan makan untuk seorang bayi atau anak. Jika kita hendak menentukan makanan yang tepat untuk seorang bayi atau anak, maka kita perlu melakukan beberapa langkah adalah sebagai berikut.1. Menentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien dengan menggunakan data tentang kebutuhan nutrien.2. Menentukan jenis bahan makanan yang dipilih untuk menterjemahkan nutrien yang diperlukan dengan menggunakan daftar komposisi nutrien dari berbagai macam bahan makanan.3. Menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan (menu) yang dikehendaki.

BAB 3. PATHWAY

Gangguan citra diriWajah seperti orang tua, keriputRisiko tinggi InfeksiLipolisis protein 3 detik, (Capernito,2000).b. Pemeriksaan fisik abdomen antara lain:1. Inspeksia) klien tampak kurus, ada edema pada muka dan kaki;b) warna rambut kemerahan, kering dan mudah patah/dicabut;c) mata terlihat cekung dan pucat;d) terlihat pergerakan usus;e) ada pembesaran/edema pada tungkai.2. Auskultasia) bunyi peristaltik usus meningkat;b) bunyi paru-paru wheezing dan ronchi.3. Perkusia) terdengar adanya shifting dullnees;b) terdengar bunyi hipertimpani.4. Palpasihati: terjadi pembesaran hati.c. Pemeriksaaan fisik untuk pertumbuhan anak. 1. Mengukur tinggi badan dan berat badan anak2. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter)3. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.4. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas (LLA) untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).

d. Pemeriksaan Laboratorium1. Biokimia: Hb anemia karena kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan berbagai vitamin, kadar albumin yang rendah karena kurangnya konsumsi protein, kadar globumin normal atau sedikit tinggi, kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah daripada asam amino non esensial.2. Biopsi: ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua sel hati mengandung vakual lemak yang besar. 3. Autopsi: menunjukkan kelainan pada hampir semua organ tubuh, seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi virus usus, detrofi sistem limfold dan atrofi kelenjar timus.

4.1.4 Analisa DataNo. DataEtiologiProblem

1.DS : Keluarga klien mengeluhkan badan klien lemahDO: berat badan turun, berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan, edema, rambut kering, kusam, jarang, putih dan mudah dicabut, kulit kering dan bersisik, hepar membesar, hb rendah, mata pucat dan cekung.intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang)Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2.DS: respon verbal dari klien dan keluarga.DO: klien BAB lebih dari 3kali dalam seharidiare, mual, muntahDefisit volume cairan

3.DS: keluarga klien menyatakan klien tidak bergairah dan lesu.DO: klien kulit bersisisk, keringgangguan nutrisi/status metabolikGangguan integritas kulit

4.DS:respon verbal klien yang terlihat tidak ceria.DO: klien lemah, lesu, pusing, Hb rendah, BB tidak sesuai dengan tinggi badan, mata pucatkerusakan pertahanan tubuhResiko tinggi infeksi

5.DS: pernyataan keluarga tentang ketidakmampuan keluarga merawat klien DO:klien mengalami anoreksia dan mual.kurang informasiKurang pengetahuan

6. DS: keluarga klien mengeluhkan tidak adanya nafsu makan pada klien.DO: BB turun dan jauh dari IMB, terlihat perut yang buncit dan klien mengalami anoreksia serta mual.melemahnya kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.Perubahan pertumbuhan dan perkembangan

7. DS: keluarga klien mengatakan anaknya takut atau bertemu dengan orang asingDO: Wajah pasien tampak seperti orang tua (berkerut)

perubahan wajah yang menyerupai orang tuaGangguan citra diri

4.2 Diagnosa keperawatana. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).b. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare, mual, muntah.c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh, ditandai dengan: badan lemah, lesu, pusing, Hb rendah, BB tidak sesuai dengan tinggi badan, mata pucate. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.f. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.g. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi. h. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan wajah yang menyerupai orang tua ditandai dengan anak menjadi pemalu dan tidak percaya diri dan memalingkan wajah.

5

1.2 4.3 Intervensi Keperawatan1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang) Diagnosa KeperawatanKriteria Hasil (NOC)Intervensi (NIC)Rasional

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang) (Wong, 2004), yang ditandai dengan:DS : Klien mengeluh badan lemah, anoreksia, lesu, mudah lelahDO: berat badan turun, berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan, edema, rambut kering, kusam, jarang, putih dan mudah dicabut, kulit kering dan bersisik, hepar membesar, hb rendah, mata pucat dan cekung.Pasien mendapat nutrisi yang adekuat.Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pasien akan dapat meningkatkan masukan oral. Nafsu makan meningkat badan tidak lemah, ceria dan segar BB normal, hb normal edema hilang rambut distribusi rata, hitam nampak berminyak hepar tidak membesar

Dapatkan riwayat diet Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan Gunakan alat makan yang dikenalnya Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak untuk makan mereka Sajikan makansedikit tapi sering Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah berikan makanan TKTP, dilakukan secara bertahap observasi intake dan output observasi TTV kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian vitamin dan gizi untuk makanannya. penyuluhan kesehatan Riwayat diet untuk data klien Sebagai support untuk anak ketika makan Untuk menambah semangat makan si anak Mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, memberi semangat untuk anak Menggunakan alat makan yang dikenal oleh anak akan menambah semangat untuk makanm Memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Mempertahankan keseimbangan kebutuhan protein dan kalori anak Memastikan haluaran output sesuai dengan intake anak Memenuhi kebutuhan anak untuk kebutuhan tubuhnya Menambah pengetahuan anak dan keluarga

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare, mual, muntah (Carpenito, 2001:140).Diagnosa KeperawatanKriteria Hasil (NOC)Intervensi (NIC)Rasional

Defisit volume cairan berhubungan dengan diare, mual, muntah.DS: respon verbal dari klien dan keluarga.DO: klien BAB sehari > 3kaliTidak terjadi dehidrasiSetelah dilakukan tindakan keerawatan, diharakan klien akan daat: Mukosa bibir lembab tidak terjadi peningkatan suhu turgor kulit baik Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi Monitor jumlah dan tipe masukan cairan Ukur kaluaran urine dengan akurat Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Tawarkan makanan ringan Atur kemungkinan transfusi Pelihara IV line Monitor respon klien dengan penambahan cairan

Untuk mengetahui TTV dan tanda dehidrasi anak Untuk mengetahui cairan pada anak Untuk mengetahui keseimbangan antara input dan output Meningkatkan nutrisi klien Mempercepat pemulihan volume cairan yang berkurang Mencegah infeksi Mengidentifikasi apakah terdapat reaksi alergi atau reaksi yang tidak diinginkan.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.Diagnosa KeperawatanKriteria Hasil (NOC)Intervensi (NIC)Rasional

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.DS: keluarga klien menyatakan klien tidak bergairah dan lesu.DO: klien kulit bersisisk, kering.Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit

Kriteria hasil : kulit tidak kering kulit tidak bersisik elastisitas normal Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi Massage kulit Kriteria hasilususnya diatas penonjolan tulang Ubah posisi baring pasien setiap 2 jam. Mencegah terjadinya kerusakan pada kulit Mandi dapat menjaga kebersihan kulit Massage dapat mencegah terjadinya kerusakan kulit Baring yang sering akan mengakibatkan penekanan pada kulit

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh, ditandai dengan: badan lemah, lesu, pusing, Hb rendah, BB tidak sesuai dengan tinggi badan, mata pucatDiagnosa KeperawatanKriteria Hasil (NOC)IntervensiRasional

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh, ditandai dengan: badan lemah, lesu, pusing, Hb rendah, BB tidak sesuai dengan tinggi badan, mata pucatDS:respon verbal klien yang terlihat tidak ceria.DO: klien lemah, lesu, pusing, Hb rendah, BB tidak sesuai dengan tinggi badan, mata pucatTujuan :Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

Kriteria hasil: suhu tubuh normal (36,60 C-37,70 C) lekosit dalam batas normal badan tidak lemah dan ceria pusing berkurang Hb normal kembali BB normal kembali mata tidak pucat Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril Instruksikan tenaga kesehatan dan keluarga dalam prosedur kontrol infeksi berikan makanan TKTP monitoring TTV Beri antibiotik sesuai program Tangan yang bersih akan terhindar dari kuman Alat yang bersih/steril tidak akan mengakibatkan infeksi Mempertahankan keseimbangan kebutuhan protein dan kalori anak Memastikan TTV anak tetap dalam batas normal Antibiotik sebagai pengobatan

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit pasienDiagnosa KeperawatanKriteria Hasil (NOC)Intervensi (NIC)Rasional

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien dan anoreksiaDO:klien mengalami anoreksia dan mual.DS: ketidakmampuan keluarga merawat klienTujuan : pengetahuan pasien dan keluarga bertambahKriteria hasil: Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala. Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien Pengetahuan orang tua pasien mempengaruhi perawatan pasien Jawaban sesuai indikasi agar tidak membingungkan orangtua pasien Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien Menambah wawasan orangtua klien dalam perawatan pasien.

6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.Diagnosa KeperawatanKriteria Hasil (NOC)Intervensi (NIC)Rasional

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.DS: tidak adanya nafsu makan klien.DO: BB turun dan jauh dari IMB, terlihatperut yang buncit dan klien mengalami anoreksia serta mual.

Tujuan : Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.

Kriteria hasil : Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan Berikan mainan sesuai usia anak. Tiap anak mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan usianya Memastikan perkembangan anak tetap dalam batas normal Memberikan kesempatan anak untuk tetap beraktivitas Mainan yang sesuai dengan usia akan membuat anak tertarik dan kooperatif

7. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan wajah yang menyerupai orang tua ditandai dengan anak menjadi pemalu dan tidak percaya diri dan memalingkan wajahDiagnosa KeerawatanKriteria Hasil (NOC)Intervensi (NIC)Rasional

Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan wajah yang menyerupai orang tua ditandai dengan anak menjadi pemalu dan tidak percaya diri dan memalingkan wajah

Tujuan : Anak mampu mengubah body image menjadi positif.

Kriteria hasil : mempertahankan interaksi sosial, mampu mengidentifikasi kekuatan personal, body image positif Kaji secara verbal dan nonverbal Respon pasien terhadap tubuhnya Monitor frekuensi mengkritik dirinya Jelaskan tentang pengobatan, perawatan dan prognosis penyakit Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil Mengkaji seberapa besar gangguan yang muncul Dapat dijadikan sumber motivasi Meyakinkan pasien tentang perawatan maupun medis yang dilakukan dapat mempercepat proses penyembuhan dandapat memberi pasien harapan positif Mempermudah kontak sosial dan membangkitan PD pasien

4.4 Implementasi KeperawatanNoDiagnosa KeperawatanImplementasi KeperawatanTanda tangan

1Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang)1. Mendapatkan riwayat diet2. Mendorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan3. Meminta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan4. Mengunakan alat makan yang dikenalnya5. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak untuk makan mereka6. Menyajikan makan sedikit tapi sering7. Menyajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

2Defisit volume cairan berhubungan dengan diare, mual, muntah1. Mendapatkan riwayat tanda-tanda vital2. Menghitung input dan output klien3. Mengukur haluaran keakuratan urin klien

3Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.1. Menggunakan lotion setiap setelah mandi pada kulit klien.2. Mendorong orangtua dalam memandikan klien 2x sehari.3. Mendapatkan massage kulit secara rutin tiap 2 hari sekali.

4Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh1. Melakukan cuci tangan sebelum dan setelah tindakan2. Menginstruksikan tim kesehatan dan keluarga untuk protap kontrol nfeksi3. Menyajikan makanan tinggi karbohidrat dan protein 4. Mendapatkan riwayat tanda-tanda vital

5Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi1. Meningkatkan program pendidikan kesehatan kepada keluarga klien2. Mendapatkan riwayat diet sesuai indikasi3. Mendorong keluarga untuk menyajikan makanan tinggi serat dan intake cairan yang adekuat

6Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.1. Meningkatkan pendidikan kesehatan yang sesuai tumbuh kembang klien2. Mendapatkan riwayat pemeriksaan DDST3. Mendorong keluarga untuk membantu klien memenuhi tugas perkembangan4. Modifikasi tempat tidur klien dengan adanya mainan yang sesuai seusia klien

7Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan wajah yang menyerupai orang tua ditandai dengan anak menjadi pemalu dan tidak percaya diri dan memalingkan wajah

1. Menjelaskan tentang pengobatan, perawatan dan prognosis penyakit2. Mendorong klien mengungkapkan perasaanya3. Memfasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

4.5 Evaluasi KeperawatanNoDiagnosaEvaluasiNama dan Paraf

1Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang)S: orang tua pasien mengatakan sus, anak saya nafsu makan O: BB pasien naikA: tujuan telah tercapaiP: hentikan tindakan keperawatan

2Defisit volume cairan berhubungan dengan diare, mual, muntahS: orang tua pasien mengatakan sus, anak saya sudah tidak diare lagi.O: mukosa bibir lembab dan turgor kulit membaikA: tujuan telah tercapaiP: hentikan tindakan keperawatan

3Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.S: orang tua pasien mengatakan sus, anak saya sudah tidak bersisik lagi kulitnya.O: kulit sudah elastic dan tidak bersisikA: tujuan telah tercapaiP: hentikan tindakan keperawatan

4Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuhS: orang tua pasien mengatakan sus, anak saya sudah tidak pucat lagi matanya.O: suhu normal dan Hb normalA: tujuan telah tercapaiP: hentikan tindakan keperawatan

5Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasiS: orang tua pasien mengatakan sus, saya suda tau penyebabnya.O: Nampak perubahan persepsi dari segi kognitifA: tujuan telah tercapaiP: hentikan tindakan keperawatan

6Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.S: orang tua pasien mengatakan sus, anak saya sudah mau bermain.O: aktivitas motorik sudah dilakukan sesuai tumbuh kembangA: tujuan telah tercapaiP: hentikan tindakan keperawatan

7Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan wajah yang menyerupai orang tua ditandai dengan anak menjadi pemalu dan tidak percaya diri dan memalingkan wajah

S: orang tua pasien mengatakan sus, anak saya sudah ngomong dengan orang lain.O: pasien dapat berinteraksi dengan orang sekitarA: tujuan telah tercapaiP: hentikan tindakan keperawatan

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada Balita. Penyebabnya multifaktorial antara lain asupan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan serta ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi dan keadaan ekonomi yang rendah. Diagnosis berdasarkan gambaran klinis yaitu untuk menentukan penyebab dari perlunya anamnesis makanan dan penyakit lain. Pencegahan terhadap marasmus ditujukan kepada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan, serta penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein. Penatalaksanaan di rumah sakit yang dibagi atas: tahap awal, tahap penyesuaian dan rehabilitasi.

5.2 Saran Sebagai seorang perawat diharapakan kita mampu memahami konsep penyakit dan asuhan keperawatan marasmus sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKAAdiningsih. 2010. Waspadai Gizi Balita Anda Tip Mengatasi anak sulit makan Sulit makan sayur dan minum susu. Jakarta: Gramedia.Berhman, Kliegman dan Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Vol 1. Jakarta: EGC.Carpenito, L. J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGCChris Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.Wong, L. D & Whaleys, 2004. Pedoman Klinis Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.