M. SAKTI SHOLIKHIN NIM :...
Transcript of M. SAKTI SHOLIKHIN NIM :...
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN,
PROFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN NASIONAL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
M. SAKTI SHOLIKHIN
NIM : 106081002445
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H / 2010 M
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN,
PROFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN NASIONAL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
M. SAKTI SHOLIKHIN
NIM : 106081002445
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Ir. Ela Patriana, MM, AAAIJ
NIP : 196902032001121003 NIP: 196905282008012010
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H / 2010M
ii
Hari ini, Jum’at Tanggal Empat Mei Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
Ujian skripsi atas nama M. Sakti Sholikhin NIM : 106081002445 dengan judul
skripsi “ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN,
PROFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
NASIONAL”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 04 Juni 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Ir. Ela Patriana, MM, AAAIJ
Ketua Sekretaris
Indoyama Nasarudin, SE, M.AB Arief Mufraini, Lc.Msi
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
Murdiyah Hayati, S.Kom., MM
Penguji proposal
iii
Hari ini, Senin Tanggal Tiga Mei Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama M. Sakti Sholikhin NIM: 106081002445 dengan judul
skripsi “ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN,
PROFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
NASIONAL”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 Mei 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Arief Mufraini. Lc.Msi Ir. Ela Patriana, MM, AAAIJ
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Penguji Ahli
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : M. Sakti Sholikhin Tempat/ Tanggal Lahir : Lamongan, 01 Oktober 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat Lengkap : Desa Kanugrahan Rt 06 Rw 01, Kecamatan
Maduran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur, 62261
Domisili : Jl. Raya Ceger No 48 Kelurahan Jurang Mangu Barat, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan, 15223
Agama : Islam Ayah : Muhari Ibu : Zumaroh Telp/Hp : 085719465987 Email : [email protected] PENDIDIKAN FORMAL
1994 – 2000 : MI Bahrul Ulum Kanugrahan, Lamongan 2000 – 2003 : SMP Negeri 1 Maduran, Lamongan 2003 – 2006 : SMA Negeri 1 Sekaran, Lamongan 2006 – 2010 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI 2003 – 2004 : Koord. Seksi bidang OSIS SMA Negeri 1 Sekaran 2003 – 2004 : Dewan kerja ambalan (DKA) pramuka SMA
Negeri 1 Sekaran 2006 : Lembaga dakwah kampus (LDK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2006 – 2010 : Wakil sekretaris umum Forum mahasiswa
Lamongan (FORMALA) Jabodetabek
v
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF OWNERSHIP STRUCTURE, PROFITABILITY, AND FIRM GROWTH TO DEBT POLICY ON CORPORATE NATIONAL
BANKING
This research purpose to analyse ownership structure influence and control variable to debt policy. This research is focused on corporate banking firm up to period 2004 – 2008. By use of convience is sampling gotten 11 firm those are taken as sample.
This research uses multiple linear regression model. Base regression quiz result points out that simultaneously of ownership structure variable and control variable significanty affect to debt ratio. And partially, ownerships structured variable which consisting of institutional ownership and public ownership are significanty affect to debt ratio. Meanwhile stockholder amount variable are not significanty affect to debt ratio. Controls variable that consisting of profitability and firm growth also have significanty affect to debt ratio.
Key word: Debt ratio, Institutional's ownership, Public ownership, Total Stockholder, Profitability, firm growth, agency theory.
vi
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, PROFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN NASIONAL
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh struktur kepemilikan dan variabel kontrol yang mempengaruhi kebijakan hutang. Penelitian ini difokuskan pada perusahaan perbankan selama periode 2004 – 2008. Dengan menggunakan convience sampling diperoleh 11 perusahaan yang diambil sebagai sampel.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil uji regresi menunjukkan bahwa secara simultan variabel struktur kepemilikan dan variabel kontrol memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Dan secara parsial, variabel struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan institusional dan kepemilikan publik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Sedangkan variabel jumlah pemegang saham tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Variabel kontrol yang terdiri dari profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang.
Kata kunci : Rasio Hutang, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Publik, Jumlah Pemegang Saham, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Teori Keagenan.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas nikmat, rahmat, dan kekuatan yang
diberikan Allah SWT padaku untuk bisa berjuang menyelesaikan amanah dan
segala kewajibanku sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas dan Pertumbuhan
Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Perbankan
Nasional”. Skripsi ini tersusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mengalami banyak kesulitan, namun
dengan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan meski masih jauh dari kesempurnaan.
Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan
berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ayahku dan Ibuku tercinta, yang selalu menguatkan diriku dengan do’a, yang
selalu memberiku kasih sayang, semangat, serta menasehatiku dan
membimbingku untuk keberhasilan dalam segala hal.
2. Seluruh Adik-adiku : Kesmey Nur Mayatun, Vicky Ade Irawan, dan Lailatus Sabrina,
yang turut memberikan semangatnya. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan
memberikan kebahagiaan kepada mereka, Amin.
3. Seluruh keluarga, tetangga, dan sahabat baik yang berada di Jakarta dan sekitarnya
maupun di kampung, terimakasih atas dukungan, serta bantuannya.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
5. Bapak Prof. Dr. Ahamad Rodoni, Pudek I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan
Bisnis selaku dosen pembimbing I, yang selalu memberikan arahan dan nasihat,
terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis.
viii
6. Bapak Indoyama Nasarudin, MAB, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang selalu memberikan arahan dan nasihat, terima kasih atas
nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis.
7. Bapak Arif Mufraini Lc. Msi. selaku dosen mata kuliah metodologi penelitian,
seminar perbankan, dan Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas
bimbingan, motivasi dan arahan yang berharga kepada penulis sehingga menjadi
pengalaman yang tak terlupakan di hati penulis.
8. Ibu Ir. Ela Patriana MM. AAAIJ, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih
atas bimbingan, motivasi dan nasehatnya .
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah khususnya jurusan Manajemen yang telah memberikan Ilmu
yamg sangat berharga bagi saya pribadi..
10. Seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
11. Orang yang tersayang, yang selalu memberiku semangat dan dukungannya,
menasehati dan selalu menghiburku di saat jenuh dan bosan.
12. Sahabat-sahabat terbaikku di kelas Manajemen C, Hery, Ipul, Ilman, Iqbal,
Hesti, yang telah memberi warna dalam hidupku.
13. Sahabat-sahabatku di kelas Manajemen: Imam, Ibnu, Irna, Fiqhy, Maya,
Hansen, Ma’ul, Heri, Hizburrahman, Ade, Finna, Pokayah, Milah, Achi, Intan
Suti, Ucil, Ega, Iah, Kasna, Kiky, Hastri, Noris, Ucok, Madun, Muslim,
Nresna, Nana, Nuri, Rihlah, Nurul Janah dan lain-lain yang tidak bisa
disebutkan satu per satu. Terimakasih atas semuanya.
14. Keluarga besar FORMALA (Forum Mahasiswa Lamongan) Jabodetabek.
15. Dan berbagai pihak yang telah membantu selama masih kuliah dan
penyelesaian skripsi ini.
Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan
rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan
keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak
menutup kemungkinan bila skripsi ini masih banyak kekurangan.
ix
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat membuka jalanku
untuk meraih cita-cita. Amiinnn
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Juni 2010
Penulis
M. Sakti Sholikhin
DAFTAR ISI
x
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
ABSTRACT.................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori..................................................................................... 11
1. Teori Keagenan .............................................................................. 11
2. Struktur Kepemilikan Perusahaan.................................................. 24
3. Kebijakan Hutang........................................................................... 29
4. Variabel Kontrol yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang ............ 35
5. Rasio Keuangan ............................................................................. 38
B. Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 41
xi
C. Kerangka Pemikiran............................................................................. 45
D. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 50
B. Metode Penentuan Sampel................................................................... 50
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 53
D. Metode Analisis dan Uji Hipotesis ...................................................... 54
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel................................... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 63
1. Bank Indonesia............................................................................... 63
2. Institusi Perbankan di Indonesia .................................................... 67
B. Deskriptif Analisis ............................................................................... 69
1. Deskriptif Data Sampel .................................................................. 69
2. Deskriptif Analisis Data................................................................. 69
C. Pengujian dan Pembahasan Hipotesis.................................................. 82
1. Uji Asumsi Klasik......................................................................... 82
2. Uji Hipotesis ................................................................................. 91
D. Interpretasi ........................................................................................... 98
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan .......................................................................................... 102
B. Saran..................................................................................................... 103
C. Implikasi............................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 105
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 110
DAFTAR TABEL
xii
Nomor Keterangan Halaman
3.1 Daftar Perusahaan Perusahaan Perbankan Nasional .............................. 51
3.2 Daftar Perusahaan Sampel ...................................................................... 52
4.1 Rasio Hutang.......................................................................................... 71
4.2 Struktur Kepemilikan Institusional ........................................................ 74
4.3 Struktur Kepemilikan Publik ................................................................. 76
4.4 Jumlah Kelompok Pemegang Saham..................................................... 78
4.5 ROA ....................................................................................................... 79
4.6 Growth ................................................................................................... 80
4.7 Hasil Uji Multikolineritas ...................................................................... 88
4.8 Nilai Durbin Watson .............................................................................. 89
4.9 Nilai Koefisien Determinasi................................................................... 92
4.10 Pengujian Variabel Independen secara Simultan................................... 93
4.11 Pengujian Variabel Independen secara Parsial ...................................... 95
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran............................................................................... 47
4.1 Struktur Organisasi Bank Indonesia ...................................................... 67
4.2 Grafik Normal Probability Plot ................................................................. 84
4.3 Grafik Histogram ................................................................................... 85
4.4 Hasil Uji Normalitas Data...................................................................... 86
4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 91
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
xv
Nomor Keterangan Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Perbankan Nasional.................................. i
Lampiran 2 Struktur Kepemilikan Perusahaan .......................................... ii
Lampiran 3 Profitabilitas dan Pertumbuhan Perusahaan ........................... iv
Lampiran 4 Rasio Hutang Perusahaan ....................................................... vii
Lampiran 5 Hasil Regresi Output SPSS ................................................... x
Lampiran 6 Hasil Regresi Output SPSS setelah Ditransformasi ............... xiv
Lampiran 7 Charts Output SPSS................................................................ xvi
Lampiran 8 Profil Bank.............................................................................. xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkan nilainya, yaitu untuk
memakmurkan pemilik (pemegang saham). Kemakmuran pemilik perusahaan
ditentukan oleh semakin meningkatnya harga saham. Harga saham
menunjukkan nilai perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin
tinggi nilai perusahaan. Untuk memperoleh nilai perusahaan yang diharapkan,
pemilik (pemegang saham) memberikan kepercayaan kepada professional
(manajer dan komisaris) untuk mengelola dan menjalankan perusahaan
(Brigham Gapenski, 2001 : 79)
Pengendalian perusahaan ini diserahkan kepada manajer profesional
karena pemilik perusahaan tidak mampu lagi mengelola perusahaan, pemilik
perusahaan kemampuannya terbatas untuk mengendalikan perusahaan yang
semakin besar dan kompleks. Dengan demikian, manajemen dapat dipandang
sebagai agen dari pemilik perusahaan (prinsipal) yang mempekerjakan
mereka, memberikan wewenang, dan kekuasaaan untuk mengambil keputusan
terbaik yang dapat meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan (Suad
Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2002 : 11).
Manajemen bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik
(shareholders) melalui keputusan atau kebijakan investasi, pendanaan dan
dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. Semakin tinggi
1
harga saham di pasar modal berarti kesejahteraan pemilik semakin meningkat
(Mugiharta, 2003: 2). Dalam menjalankan dan mengelola perusahaan, manajer
memerlukan dana untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, baik untuk
kegiatan operasional maupun untuk ekspansi perusahaan. Dan salah satu
alternatif perusahaan untuk memperoleh dana adalah dengan kebijakan hutang
(Sukmaja, 2009 : 26).
Penerbitan hutang juga rawan terhadap masalah keagenan. Menurut
Brigham dan Daves dalam Masdupi (2005 : 3), manajer seharusnya
memperhatikan kepentingan pemilik perusahaan. Tetapi dalam kenyataannya,
manajemen juga berkepentingan terhadap kemakmuran dirinya sehingga
mernbuat manajer enggan untuk mengambil keputusan yang lebih beresiko.
Jika investasi yang beresiko tersebut gagal, maka laba perusahaan akan turun.
Padahal, ukuran kinerja manajerial adalah laba yang dihasilkan. Dengan
demikian, kegagalan investasi tersebut dapat mengakibatkan manajer tidak
memperoleh insentif atau bonus seperti yang diharapkan. Akibatnya, manajer
tidak lagi memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melainkan
mengambil jalan tengah dengan meminimumkan kerugian potensial dari
pemilik perusahaan.
Penyebab lain konflik antara manajer dengan pemegang saham adalah
keputusan investasi. Para pemegang saham hanya peduli terhadap resiko
sistematis dari saham perusahaan. Oleh karena itu, mereka akan melakukan
diversifikasi portofolio asetnya untuk meminimalkan resiko. Sedangkan
2
manajer lebih mempertimbangkan resiko perusahaan secara keseluruhan.
Dalam konteks keuangan, masalah tersebut muncul antara prinsipal dan agen.
Masalah keagenan tersebut dapat terjadi antara pemilik (shareholders) dengan
manajer, manajer dengan debtholder, serta manajer dan shareholders dengan
debtholder. Konflik tersebut dikenal sebagai masalah keagenan (agency
problem) (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2002: 12).
Fama dalam penelitian yang dilakukan Masdupi (2005 : 3), teori keagenan
merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi kontrol dengan fungsi
kepemilikan. Agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer
atas saham suatu perusahaan kurang dari seratus persen, sehingga manajer
mendapatkan insentif dan kesempatan untuk melakukan tindakan yang tidak
menguntungkan bagi pemilik lain, melainkan cenderung bertindak untuk
mengejar kepentingan dirinya. Insentif tersebut ada karena manajer
memperoleh keuntungan dari tindakan mereka tanpa harus menanggung
semua biaya finansial atas kesalahan dalam pengambilan keputusan dan tidak
berdasarkan maksimalisasi nilai dalam keputusan pendanaan. Sedangkan
kesempatan (peluang) muncul sebagai akibat ketidakmampuan pemegang
saham luar untuk melakukan pengawasan atas semua tindakan yang dilakukan
oleh pihak manajemen.
Konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham dapat
diminimalkan dengan suatu rnekanisme pengawasan yang dapat
mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut. Namun adanya mekanisme
3
pengawasan akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost.
Untuk menekan hal itu, Jensen dan Meckling dalam Sukmaja (2009 : 32)
menyarankan agar manajer dan komisaris diikutsertakan dalam kepemilikan
saham perusahaan. Dengan demikian, pertimbangan kepemilikan dapat
menciptakan kehati-hatian para manajer dan komisaris dalam mengelola
perusahaan. Kebangkrutan perusahaan bukan hanya menjadi tanggung jawab
pemilik utama, namun para manajer dan komisaris juga akan ikut
menanggungnya. Sehingga konsekuensinya para manajer dan komisaris akan
bertindak hati-hati dalam mengelola perusahaan. Oleh karena itu, kepemilikan
saham oleh para manajer dan komisaris menjadi pertimbangan penting ketika
hendak meningkatkan nilai perusahaan.
Kepemilikan saham oleh institusi juga merupakan sarana efektif untuk
memonitoring perilaku manajer dalam perusahaan. Dengan adanya
konsentrasi kepemilikan, maka para pemegang saham besar, seperti
institutional investors akan dapat memonitor perilaku manajemen secara lebih
efektif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover.
Meningkatnya kepemilikan saham oleh institusi juga dapat mengimbangi
kebutuhan terhadap hutang.
Moh’d, et. al dalam Sukmaja (2009 : 37), bentuk distribusi saham antara
pemegang dari luar (outside shareholder) yaitu kepemilikan institusional dan
kepemilikan publik dapat mengurangi biaya keagenan. Hal ini karena
kepemilikan institusional dan kepemilikan publik memiliki hubungan negatif
4
dan signifikan dengan kebijakan hutang. Artinya jika kepemilikan publik
memiliki proporsi saham yang tinggi dalam perusahaan, maka akan membantu
kepemilikan institusional untuk mengawasi kinerja manajer dalam
menggunakan hutang dan aktifitas operasional perusahaan. Sehingga pada
akhirnya dapat mengurangi biaya keagenan.
Kebijakan hutang juga bergantung pada pertumbuhan asset yang dimiliki
perusahaan. Perusahaan yang mempunyai asset besar tentu lebih mudah
memperoleh hutang atau pinjaman dari pada perusahaan yang tidak
mempunyai asset yang besar. Menurut Gapenski dan Daves dalam Sukmaja
(2009 : 42), perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih
mudah mendapatkan hutang dari pada perusahaan yang tidak memiliki
jaminan terhadap hutang.
Kebijakan hutang juga perlu didukung oleh kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba. Para investor menanamkan dananya pada perusahaan adalah
untuk mendapatkan return. Return terdiri dari yield dan capital gain. Semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, maka semakin besar
return yang diharapkan oleh investor. Oleh karena itu, perusahaan yang
memiliki profitabilitas tinggi akan diminati sahamnya oleh investor. Karena
investor tersebut mengharapkan tingkat return yang seimbang dengan tingkat
resiko yang diambilnya. Selain itu, semakin tinggi laba yang diperoleh maka
semakin banyak cadangan dana yang disiapkan untuk membayar hutang
tersebut.
5
Penelitian mengenai hubungan kepemilikan dengan hutang perusahaan
telah dilakukan oleh banyak peneliti. Kim dan Sorensen (1986), Agrawal dan
Mendelker (1987) dan Mehran (1992), sebagaimana diungkapkan oleh
Wahidahwati (2001), menemukan hubungan positif antara kepemilikan
manajerial dengan rasio hutang perusahaan. Sedangkan penelitian Frend dan
Hasbrouk (1988) dan Jensen et al (1992), sebagaimana juga diungkapkan oleh
Wahidahwati (2001), menemukan hubungan negatif antara persentase saham
yang dipegang oleh manajer dengan rasio hutang perusahaan. Penelitian
Bathala et al (1994), sebagaimana diungkapkan oleh Wahidahwati (2001),
menemukan bukti bahwa institusional mempunyai pengaruh negatif terhadap
rasio hutang dan kepemilikan manajerial. Demikian pula penelitian Moh’d et
al (1998), sebagaimana diungkapkan oleh Masdupi (2005), menemukan bukti
bahwa kepemilikan saham oleh pihak institusional mempunyai hubungan
negatif dan signifikan dengan debt ratio.
Penelitian tentang pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan
hutang juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti Indonesia. Wahidahwati
(2001) menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Tetapi dalam
penelitian selanjutnya, Wahidahwati (2002) menemukan bahwa kepemilikan
manajerial mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan hutang
perusahaan. Penelitian Hanafi dan Ismiyanti (2003) menemukan bukti bahwa
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh positif
terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penelitian Tarjo (2005) menemukan
6
bukti bahwa kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh negatif terhadap
level hutang.
Atas pertimbangan penelitian sebelumnya, maka penelitian kali ini
mencoba menggabungkan beberapa variabel yang mempengaruhi kebijakan
hutang, yaitu : struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan
institusional, struktur kepemilikan publik, jumlah pemegang saham,
profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan. Peneliti juga ingin melakukan
penelitian dengan objek perusahaan yang berbeda yaitu industri perbankan.
Peneliti mengambil sampel perusahaan perbankan karena pemilik suatu bank
pasti menginginkan manajemen dari banknya dapat mengoptimalkan sumber
daya yang ada pada bank tersebut, sehingga manajemen mampu menghasilkan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Tujuan akhir dari pengelolaan bank adalah
profit yang tercermin dengan adanya kinerja yang bagus dari bank tersebut.
Untuk mencapai tujuan yang bersifat profit motives dari pemegang saham atau
pemilik bank tersebut, maka pemilik bank senantiasa akan memilih
manajemen yang diharapkan mampu menjalankan usaha bank tersebut dengan
baik dan menguntungkan. Secara umum pemilik bank tidak akan memilih
manajemen yang diperkirakan akan merugikan banknya. Oleh sebab itu,
dalam hubungan antara pemilik bank dengan manajemen selalu ada
“performance contract” di mana pemilik bank mempersyaratkan manajemen
yang dipilih oleh pemilik untuk memaksimalkan keuntungan untuk
kepentingan pemilik bank tersebut.
7
Keberhasilan suatu bank untuk dapat menghasilkan suatu keuntungan
merupakan suatu prestasi yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam
mengelola banknya secara baik dan benar. Dengan demikian maju tidaknya
kegiatan operasional suatu bank sangat tergantung dengan kemampuan dari
manajemen tersebut mengelola banknya masing-masing. Di samping besarnya
peran manajemen dalam mengelola bank agar dapat menghasilkan kinerja
yang baik, peran dari pemilik bank itu sendiri juga cukup besar untuk
memberikan kontribusi dalam memilih manajemen yang bagus. Pemilik suatu
bank seperti halnya pemilik usaha lainnya maupun investor senantiasa
berkeinginan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
meminimalkan resiko usaha yang sekecil mungkin (risk-averse) ( Firmansyah
Raditya, 2006 : 11 ).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, dan
Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan
Perbankan Nasional”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah variabel-variabel independen (kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, kepemilikan publik, jumlah pemegang saham,
8
profitabilitas, dan pertumbuhan asset) berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang.
2. Variabel independen apakah yang berpengaruh paling dominan terhadap
kebijakan hutang.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel independen
(kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan
publik, jumlah pemegang saham, profitabilitas, dan pertumbuhan
asset) terhadap kebijakan hutang.
b. Untuk menganalisis variabel independen yang mempunyai pengaruh
paling dominan terhadap kebijakan hutang.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai kontribusi ilmiah bagi kalangan
akademisi terutama berkaitan dengan pengaruh struktur kepemilikan
terhadap kebijakan hutang dalam mengontrol masalah keagenan.
b. Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri
dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.
c. Bagi civitas akademika dapat menambah informasi sumbangan
pemikiran dan bahan kajian penelitian.
9
d. Perusahaan dapat menjadikan penelitian ini sebagai tambahan
informasi dan bahan pertimbangan manajer dalam menentukan
kebijakan hutang untuk mengurangi masalah keagenan.
e. Investor dapat menjadikan penelitian ini sebagai salah satu referensi
dalam mempertimbangkan keputusan investasi yang berkaitan dengan
teori keagenan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan
Telah lama diketahui bahwa para manajer mungkin memiliki
tujuan-tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan memaksimalkan
kekayaan pemegang saham. Para manajer diberi kekuasaan oleh para
pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, di
mana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal
sebagai teori keagenan (agency theory) (Brigham dan Houston, 2006 :
126).
Bagi perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas, lebih-lebih
yang telah terdaftar di pasar modal, seringkali terjadi pemisahan antara
pengelola perusahaan (pihak manajemen, disebut juga agent) dengan
pemilik perusahaan atau pemegang saham (principal). Di samping itu,
untuk perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas, tanggung jawab
pemilik hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Artinya, apabila
perusahaan mengalami kebangkrutan, maka modal sendiri (ekuitas) yang
telah disetorkan oleh para pemilik perusahaan mungkin sekali akan hilang,
tetapi kekayaan pribadi pemilik tidak diikutsertakan untuk menutup
kerugian tersebut (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2002 : 11).
11
Pada tahun 1976, Michael C. Jensen dan William H. Meckling
menerbitkan paper mengenai penerapan teori keagenan dalam manajemen
keuangan. Mereka mendefinisikan bahwa hubungan keagenan muncul
ketika yang mana satu atau lebih principal (pemegang saham)
menggunakan orang lain atau agent (manajer) untuk bertindak atas
namanya dalam menjalankan aktivitas perusahaan.
Agency theory examines the relationship between the owners and
the managers of the firm. Because of diversified ownership interest,
conflicts between managers and shareholders can arise that impact the
financial decision of the firm (Stanley Block dan A. Hirt, 2000: 10). .
Brigham dan Houston (2006 : 201), hubungan keagenan (agency
relationship) terjadi ketika salah satu atau lebih individu yang disebut
sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut
sebagai agent, untuk melaksanakan sejumlah jasa dan mendelegasikan
kewenagan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dalam
manajemen keuangan, hubungan keagenan utama terjadi di antara (1)
pemegang saham dan manajer dan (2) manajer dan pemilik utang.
J.Fred Weston dan Thomas E. Copeland (2000 : 7) menyatakan
bahwa pada perusahaan modern, kepemilikan perusahaan biasanya sangat
menyebar. Kegiatan operasi perusahaan dijalankan oleh para manajer,
yang biasanya tidak mempunyai kepemilikan saham yang besar. Dalam
teori, para manajer merupakan agen atau wakil dari pemilik, akan tetapi
12
pada kenyataannya mereka mengendalikan perusahaan. Dengan demikian
bisa terjadi konflik kepentingan antara pemilik perusahaan. Ini disebut
“masalah keagenan”, yaitu divergensi kepentingan yang timbul antara
pemilik perusahaan dengan agennya.
Agency problem also arise in creditors and equityholder having
different objectives, thereby causing each party to want to monitor the
others. Similarly, other stakeholders-employees, suppliyer, customer, and
communities – may have different agendas and may want to monitor the
behavior of equityholders and managements. Agency problem occur in
investment, financing, and dividend decisions bu a company (James C.
Van Horne, 2001 : 5).
Masalah keagenan muncul dalam dua bentuk, yaitu antara pemilik
perusahaan (principal) dan dengan pihak manajemen (agent). Tujuan
normatif pengambilan keputusan keuangan yang menyatakan bahwa
keputusan diambil untuk memaksimumkan kemakmuran pemilik
perusahaan, hanya benar apabila pengambil keputusan keuangan (agent)
memang mengambil keputusan dengan maksud untuk kepentingan para
pemilik perusahaan, (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2002 : 12).
Menurut Dermawan Sjahrial (2006: 6), masalah keagenan terjadi
karena adanya perbedaan kepentingan antara pemilik (pemegang saham),
manajer, dan karyawan. Ketiga kelompok tersebut menimbulkan
pertentangan antara kepentingan individu dengan kepentingan perusahaan.
13
Ada kecenderungan manajer lebih mementingkan tujuan individu dari
pada tujuan perusahaan. Tmbulnya pertentangan ini antara lain apabila
perusahaan memiliki free cash flow yang sangat besar, selain itu juga
apabila ada transaksi akuisisi atau pembelian sebuah perusahaan oleh
perusahaan besar dengan menggunakan hutang yang biasa disebut sebagai
leveraged buy out (LBO).
Masalah keagenan tersebut bisa terjadi karena adanya asymmetric
information antara pemilik dan manajer. Manajer memiliki asimetri
informasi terhadap pihak eksternal perusahaan seperti investor dan
kreditor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi
internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan mengetahui informasi
tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Kondisi ini
memberikan kesempatan kepada manajer untuk menggunakan informasi
yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha
untuk memaksimalkan kemakmurannya (Harmono, 2009 : 3)
Teori Asymmetric information theory dikemukakan oleh Myers dan
Majulf pada tahun 1984. Asymmetric information theory adalah situasi di
mana manajer memiliki informasi yang berbeda (lebih baik) mengenai
prospek perusahan dari pada yang dimiliki investor. Asimetris informasi
ini terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih
banyak dari pada pemodal. Akibatnya, ketika struktur modal perusahaan
mengalami perubahan, hal itu dapat membawa informasi kepada
14
pemegang saham yang akan mengakibatkan nilai perusahaan berubah
(Brigham dan Houston, 2006 : 127).
Menurut Mishkin (2008: 268), informasi asimetris mempunyai dua
tipe. Tipe pertama, adverse selection. Pada tipe ini, pihak yang merasa
memiliki informasi lebih sedikit dibandingkan pihak lain tidak akan mau
untuk melakukan perjanjian dengan pihak lain tersebut apapun bentuknya,
dan jika tetap melakukan perjanjian, dia akan membatasi dengan kondisi
yang sangat ketat dan biaya yang sangat tinggi. Contohnya, adalah
kemungkinan konflik yang terjadi antara orang dalam (manajer) dengan
orang luar (investor potensial).
Berbagai cara dapat dilakukan oleh manajer untuk memperoleh
informasi lebih dibandingkan investor, misalnya dengan
menyembunyikan, menyamarkan, memanipulasi informasi yang diberikan
kepada investor. Akibatnya, investor tidak yakin terhadap kualitas
perusahaan, atau membeli saham perusahaan dengan harga sangat rendah.
Contoh lain dari informasi asimetri adalah ketika kreditor dan pemegang
saham minoritas memiliki informasi yang lebih sedikit dibandingkan
manajer dan pemegang saham mayoritas.
Tipe kedua dari informasi asimetri Menurut Mishkin (2008 : 269)
adalah moral hazard. Moral hazard terjadi ketika manajer melakukan
tindakan tanpa sepengetahuan pemilik untuk keuntungan pribadinya dan
menurunkan kesejahteraan pemilik. Contohnya, pada perusahaan yang
relatif besar, dengan terpisahnya kepemilikan dan pengendalian
15
manajemen, maka sulit bagi pemegang saham dan kreditur untuk melihat
sejauh mana kinerja manajer sejalan dengan tujuan yang diinginkan
pemegang saham, manajer mungkin cendrung bekerja kurang optimal.
Moral hazard juga menghambat operasi perusahaan secara efisien.
Berdasarkan teori keagenan, laporan keuangan dipersiapkan oleh
manajemen sebagai pertanggung-jawaban stewardship mereka kepada
prinsipal. Dalam kapasitasnya sebagai pihak yang menyediakan informasi
keuangan dan secara langsung terlibat dalam kegiatan perusahaan,
manajemen memiliki insentif untuk melaporkan segala sesuatu yang dapat
memaksimumkan utilitas dirinya. Cara yang paling sering dilakukan
adalah dengan merekayasa laba (earnings) yang menjadi fokus utama
perhatian pihak eksternal sesuai dengan motivasi yang
melatarbelakanginya.
Brigham dan Houston (2006 : 179), masalah keagenan potensial
terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang
dari 100 persen, sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar
kepentingan dirinya sendiri dan bukan memaksimumkan nilai perusahaan
dalam pengambilan keputusan pendanaan. Kondisi ini terjadi karena
adanya pemisahan antara fungsi pengambilan keputusan dan fungsi
penanggung resiko. Menurut Fama dalam Masdupi (2005 : 3), para
manajer yang bertanggung jawab atas keputusan pendanaan tidak mampu
melakukan diversifikasi investasi pada human capital. Di pihak lain,
pemegang saham pada umumnya hanya mempertimbangkan resiko
16
sitematis atas saham perusahaan. Hal ini terjadi karena pemegang saham
melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik
sedangkan manajer lebih suka mempertimbangkan resiko perusahaan
secara keseluruhan.
a. Hubungan Keagenan antara Pemegang Saham dan Manajer
Brigham dan Houston (2006 : 137), masalah keagenan potensial
terjadi bila proporsi kepemilikan saham manajer kurang dari 100
persen di perusahaan tersebut. Jika perusahaan tersebut adalah
perusahaan perseorangan yang dikelola pemiliknya, manajer-pemilik
diasumsikan akan mengoperasikannya sehingga akan memaksimalkan
kekayaannya sendiri. Akan tetapi, jika manajer-pemilik menjual
sebagian sahamnya kepada pihak luar sehingga perusahaannya tidak
lagi dimilikinya sendiri. Sebuah potensi konflik kepentingan langsung
akan terjadi. Manajer mungkin tidak akan memaksimumkan
keuntungan pemegang saham, karena hanya sebagian dari keuntungan
tersebut akan dibayarkan kepadanya.
Untuk mengatasi konlik kepentingan tersebut, masih menurut
Brigham dan Houston (2006 : 146), yaitu dengan mendorong manajer
untuk bertindak sesuai kepentingan utama dari pemegang saham
melalui insentif-insentif yang memberikan imbalan atas setiap kinerja
yang baik atau hukuman atas kinerja yang buruk. Beberapa mekanisme
17
spesifik yang digunakan untuk memotivasi para manajer untuk
bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham antara lain :
1. Kompensasi Manajerial
Para manajer sudah harus diberi kompensasi yang bertujuan
untuk menarik dan mempertahankan manajer-manajer yang cakap
serta untuk menyelaraskan tindakan manajer sedekat mungkin
dengan kepentingan pemegang saham yang umumnya
berkepentingan dengan memaksimalkan harga saham. seringkali,
perusahan memberikan saham kinerja (performance share), di
aman eksekutif menerima sejumlah saham tergantung dari kinerja
actual perusahaan dan jasa-jasa yang berkelanjutan dari eksekutif
tersebut. Perusahaan juga memberikan opsi saham eksekutif
(executive stock option), yang memungkinkan manajer membeli
saham di waktu ke depan dengan harga tertentu (Brigham dan
Houston, 2006 : 147).
2. Intervensi Langsung Pemegang Saham
Bertahun-tahun yang lalu kebanyakan saham dimiliki oleh
perorangan. Tetapi saat ini mayoritas dimiliki oleh investor-
investor institusi seperti perusahaan asuransi, dana pension, dan
reksadana. Oleh karena itu, para manajer institusional memiliki
kekuatan, jika mereka memilih untuk menggunakannya, untuk
menerapkan pengaruh yang cukup besar atas operasi sebagian
besar perusahaan. Pertama, mereka dapat berbicara dengan
18
manajemen perusahaan dan membuat saran mengenai bagaimana
bisnis perusahaan dijalankan. Kedua, setiap pemegang saham dapat
memberikan usulan yang harus diputuskan dalam rapat umum
tahunan pemegang saham (Brigham dan Houston, 2006 : 147).
3. Ancaman Pemecatan
Hingga saat ini, penyingkiran manajemen dari sebuah
perusahaan besaroleh pemegang sahamnya hanya mempunyai
kemungkunan kecil, sehingga hanya memberikan sedikit ancaman.
Situasi ini terjadi karena saham dari sebagian besar perusahaan
telah terdistribusi dengan begitu luasnya, disertai dengan
pengendalian manajemen atas mekanisme voting yang begitu kuat,
sehingga hamper tidak mungkin bagi para pemegang saham yang
tidak setuju mendapatkan suara yang dibutuhkan untuk
menggulingkan suatu tim manajemen (Brigham dan Houston, 2006
: 148).
4. Ancaman Pengambilalihan
Pengambilalihan tidak bersahabat (hostile takeover) (ketika
manajemen tidak menginginkan perusahaan diambil alih)
kemungkinan besar akan terjadi ketika saham sebuah perusahaan
dinilai terlalu rendah relatif terhadap potensinya akibat manajemen
yang buruk. Dalam pengambil alihan yang tidak bersahabat, para
manajer dari perusahaan yang diakuisisi biasanya dipecat dan jika
ada yang bisa tinggal akan mendapat status dan wewenang yang
19
tidak pasti. Jadi, para manajer memiliki insentif yang kuat untuk
mengambil tindakan-tindakan yang dirancang untuk
memaksimumkan harga saham (Brigham dan Houston, 2006 :
149).
.
b. Hubungan Keagenan antara Pemegang Saham (melalui Manajer) dan
Kreditor
Konflik juga bisa terjadi antara kreditor dan pemegang saham
(melalui manajer). Kreditor memiliki klaim atas sebagian dari laba
perusahaan untuk pembayaran bunga dan pokok utang, dan mereka
memiliki klaim atas asset perusahaan di waktu terjadi kebangkrutan.
Akan tetapi, pemegang saham memiliki kendali (melalui manajernya)
atas keputusan-keputusan yang mempengaruhu profitabilitas dan
resiko keuangan.
Jika pemegang saham bertindak melalui manajemennya,
menyebabkan sebuah perusahaan menjalankan suatu proyek besar baru
yang jauh beresiko dari pada yang diantisipasi oleh para kreditornya.
Peningkatan resiko ini akan menyebabkan tingkat pengembalian yang
diminta dari utang perusahaan ikut meningkat, dn hal ini akan
menyebabkan jatuhnya nilai dari utang yang masih belum jatuh tempo
(Brigham dan Houston, 2006 : 150).
20
Untuk mengatasi masalah keagenan, diperlukan mekanisme untuk
mengawasi (monitoring) manajer agar perilaku oportunistik manajer dapat
dicegah dan manajer bertindak sesuai dengan tujuan perusahaan. Namun
munculnya mekanisme tersebut akan menimbulkan biaya keagenan
(agency cost).
Menurut Jensen dan Meckling, biaya keagenan adalah jumlah dari
pengeluaran untuk pengawasan (monitoring) yang dikeluarkan oleh
pemegang saham.
Agency cost is cost associated with monitoring management to
ensure that it behaves in ways consistent with the firm’s contractual
agreements with creditors and shareholders (Van Horne and Wachowicz,
2001 : 276).
Terdapat tiga macam biaya keagenan, yaitu : biaya pengawasan
yang dikeluarkan oleh pemegang saham untuk mengawasi aktifitas dan
perilaku manajer antara lain membayar auditor untuk mengaudit laporan
keuangan perusahaan dan premi asuransi untuk melindungi asset
perusahaan. Biaya bonding yang ditanggung manajer untuk memberikan
jaminan kepada pemilik bahwa manajer tidak melakukan tindakan yang
merugikan perusahaan. Sedangkan residual loss adalah biaya yang
ditanggung pemegang saham untuk mempengaruhi keputusan manajer
agar meningkatkan kesejahteraan pemegang saham (Slamet Haryono :
2005 : 13).
21
Biaya keagenan menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland
(2000 : 7) adalah :
a. Sistem audit untuk membatasi perilaku manajemen.
b. Berbagai jenis perjanjian yang menyatakan bahwa para manajer tidak
akan menyalahgunakan wewenangnya.
c. Dan perubahan pada sistem organisasi untuk membatasi para manajer
menjalankan praktik-praktik yang tidak dikehendaki.
Dermawan Sjahrial (2006 : 6), dalam upaya untuk meminimumkan
agency problem, diperlukan biaya yang disebut agency cost yang
tercermin dalam empat alternatif :
a. Pengeluaran untuk monitoring.
b. Pengeluaran insentif sebagai kompensasi untuk manajemen atas
prestasi yang konsisten dalam memaksimumkan nilai perusahaan.
c. Fidelity bond, yaitu kontrak antara perusahaan dengan pihak ketiga di
mana pihak ketiga (bonding company) setuju untuk membayar
perusahaan jika manajer berbuat tidak jujur, cara kerjanya mirip
dengan asuransi kerugian.
d. Golden parachutes, yaitu kontrak antara manajemen dan pemegang
saham yang menjamin bahwa manajemen akan mendapatkan
22
kompensasi sejumlah tertentu apabila perusahaan dibeli oleh
perusahaan lain atau terjadi perubahan pengendalian perusahaan.
Dalam mengatasi masalah keagenan dan mengurangi biaya
keagenan, maka dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut : pertama
dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Menurut Jensen dan
Meckling dengan pendekatan ini, masalah keagenan dapat dikurangi
apabila manajer mempunyai kepemilikan saham dalam perusahaan.
Dengan adanya kepemilikan saham oleh manajer, maka manajer akan
merasakan langsung dampak keputusan yang telah diambilnya. Sehingga
tidak mungkin manajer bertindak oportunistik lagi.
Kedua, pendekatan pengawasan internal. Pendekatan ini dilakukan
melalui pendekatan hutang. Jensen menyatakan bahwa hutang dapat
mengendalikan free cash flow secara berlebihan oleh manajer dan dapat
menghindarkan perusahaan dari investasi yang sia-sia.
Ketiga adalah kepemilikan institusional dan kepemilikan publik
sebagai monitoring agent. Moh’d, et. al menyatakan bahwa bentuk
distribusi saham dari luar yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan
publik, dan penyebaran kepemilikan dapat mengurangi biaya keagenan.
Hal ini disebabkan karena kepemilikan oleh institusional merupakan
sumber kekuasaan yang didapat untuk mendukung atau menentang
keberadaan manajemen. Maka konsentrasi atau penyebaran kepemilikan
menjadi satu hal yang relevan.
23
2. Struktur Kepemilikan Perusahaan
Struktur kepemilikan merupakan persentase saham yang dimiliki
oleh insider shareholder dan persentase saham yang dimiliki oleh outside
shareholder. Menurut Jansen dan Meckling dalam Tendi Haruman (2008 :
6), istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa
variabel-variabel yang penting dalam struktur modal perusahaan tidak
hanya ditentukan oleh jumlah hutang dan ekuitas perusahaan. Tetapi juga
oleh persentase kepemilikan oleh manager dan institutional.
Managerial ownership dan institutional investor dapat
mempengaruhi pencarian dana apakah melaui hutang atau right issue. Jika
pendanaan diperoleh dari hutang, berarti rasio hutang terhadap equity akan
meningkat. Sehingga akhirnya akan meningkatkan resiko (Tendi Haruman,
2008 : 8).
Hubungan antara struktur kepemilikan dan kinerja perusahaan
menunjukkan bahwa struktur kepemilikan yang menyebar mengakibatkan
pemantauan yang lemah atas tindakan dan keputusan yang dibuat manajer,
sehingga sulit bagi para pemegang saham untuk secara efektif
mengkoordinasikan tindakannya. Sedangkan struktur kepemilikan yang
lebih terkonsentrasi akan meminimalkan masalah keagenan karena adanya
jalinan lebih kuat antara kepentingan para pemegang saham dan para
manajer.
24
Menurut Bhatala et, al, semakin terkonsentrasi kepemilikan,
pemegang saham semakin intensif untuk memonitor manajer, agar mereka
bertindak selaras dengan kepentingan pemegang saham. Namun
konsentrasi kepemilikan juga berpotensi menimbulkan kerugian. Menurut
Slamet Haryono (2005 : 68), pemegang saham yang terkonsentrasi, akan
lebih mementingkan pemenuhan kesejahteraan lainnya. Seringkali hak-hak
minoritas terabaikan karena pemegang saham minoritas akan selali kalah
dalam pengambilan keputusan strategis meskipun keputusan tersebut
terkadang lebih tepat. Kerugian lainnya adalah pemegang saham akan
menanggung resiko bisnis dan biaya pengawasan sendiri.
Struktur kepemilikan saham dalam perusahaan meliputi :
a. Struktur Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak
manajemen (direktur dan komisaris) yang secara aktif ikut dalam
pengambilan keputusan. Menurut Jensen dan Meckling kepemilikan
manajerial dapat mengatasi keagenan dan dapat mengurangi biaya
keagenan. Dengan adanya kepemilikan saham oleh manajer, maka
manajer akan merasakan langsung akibat dari keputusan yang diambil
sehingga tidak mungkin manajer bertindak oportunistik lagi. Semakin
tinggi tingkat kepemilikan manajerial, maka kepentingan pemegang
saham dan manajer semakin sejajar. Secara matematis nilai
kepemilikan manajerial diperoleh dari persentase kepemilikan saham
oleh direksi dan komisaris.
25
Chen dan Steiner dalam Tendi Haruman (2008 : 9), menyatakan
bahwa kepemilikan manajerial menyebabkan penurunan hutang karena
adanya subtitusi monitoring. Sehingga kepemilikan manajerial bisa
menggantikan peranan hutang dalam mengurangi biaya keagenan.
Friend dan Lang, menunjukkan bahwa debt ratio mempunyai
hubungan negatif dengan manajerial ownership. Ini menunjukkan
bahwa penggunaan hutang akan semakin berkurang seiring dengan
meningkatnya kepemilikan manajerial di dalam perusahaan.
Selanjutnya Moh’d, et. al dalam Sukmaja (2009 : 21), mengadakan
studi mengenai dampak struktur kepemilikan manajerial terhadap
kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur
kepemilikanmanajerial memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap rasio hutang. Artinya, dengan meningkatnya kepemilikan
manajerial di dalam perusahaan, maka perusahaan akan dapat
mengurangi tingkat penggunaan hutang.
Dalam kaitannya dengan kebijakan hutang, kepemilikan manajerial
mempunyai kepentingan lebih besar dalam menjamin kelangsungan
hidup perusahaan karena resiko hutang non-difersifiable manajemen
lebih besar dari investor publik. Dengan kata lain, apabila perusahaan
tidak mampu melunasi hutang, maka dapat mengancam likuiditas
perusahaan dan posisi manajemen. Manajer yang memiliki
kepemilikan saham yang lebih besar dalam perusahaan akan memiliki
26
keinginan yang lebih besar dalam meminimalkan resiko struktur
modal.
Jika struktur kepemilkan saham manajerial tinggi, maka manajer
akan manjadi risk averse. Maksudnya, dengan meningkatnya
kepemilikan manajerial, akan menyebabkan manajer semakin berhati-
hati dalam menggunakan hutang dan menghindari perilaku yang
oportunistik karena mereka ikut menanggung resikonya. Sehingga hal
ini dapat mengontrol masalah keagenan.
b. Struktur Kepemilikan Institusional
Struktur kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan
yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi,
perseroan terbatas, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan
institusi lain). Kepemilikan institusional merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi struktur modal. Adanya kepemilikan oleh
investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang
lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham
mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk
mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.
Menurut Tendi Haruman (2008: 7), kepemilikan institusional
mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen dalam
memgelola perusahaan. Investor subtitusional dapat disubtutusikan
27
untuk melaksanakan peranan mendisiplinkan penggunaan debt
(hutang) dalam struktur modal.
Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan dapat
berdampak pada pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan
perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai
dengan keinginan pemilik perusahaan. Agency cost dapat diminimalisir
dengan beberapa alternatif, salah satunya dengan adanya kepemilikan
investor institusional yang dapat berfungsi sebagai agen monitor.
Moh’d, et. al menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang
saham dari luar yaitu investor institusional akan mengurangi biaya
agensi. Keberadaan pemegang saham institusional dapat mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
manajemen.
Meningkatnya kepemilikan saham oleh institutional investor juga
dapat mengimbangi kebutuhan terhadap hutang. Dengan demikian,
kehadiran institutional investor di dalam perusahaan akan berhubungan
negatif dengan rasio hutang perusahaan. Semakin besar kepemilikan
saham yang dimiliki oleh institutional investor, akan menyebabkan
usaha monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan
perilaku oportunistik oleh para manajer dan memaksa para manajer
untuk mengurangi tingkat hutang secara optimal, sehingga dapat
mengurangi agency cost (Shleifer dan Vishny dalam Faisal, 2003: 16).
28
c. Struktur Kepemilikan Publik
Struktur kepemilikan publik menggambarkan kepemilikan saham
oleh masyarakat, di mana besarnya masing-masing saham yang
dimiliki kurang dari 5% dari total saham yang beredar. Menurut
Moh’d, et. al, bentuk distribusi saham antara pemegang saham dari
luar (outside shareholder) yaitu kepemilikan institusional dan
kepemilikan publik dapat mengurangi agency cost karena mempunyai
hubungan negaif dan signifikan terhadap debt ratio, artinya jika
kepemilikan publik memiliki kepemilikan saham yang tinggi dalam
perusahaan, maka mereka akan membantu kepemilikan institusional
untuk mengawasi kinerja manajer dalam penggunaan hutang dan
aktifitas operasional perusahaan dengan begitu manajer dapat
menggunakan hutang seoptimal mungkin sehingga dapat mengurangi
biaya keagenan.
3. Kebijakan Hutang
Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang
yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk
menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa
mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. Menurut IAI, kewajiban
merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa
lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
29
daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi ( Ghozali dan
Chairiri, 2007) dalam Nina Diah P (2009 : 23).
Menurut Munawir (2004) dalam Nina Diah P (2009: 23), hutang
adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang
belum terpenuhi, di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditor.
Kebijakan hutang menurut Nina Diah P (2009 : 24) adalah
kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh
sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk
membiayai aktivitas operasional perusahaan. Selain itu kebijakan hutang
perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme monitoring terhadap
tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan.
Kebijakan hutang merupakan suatu kebijakan yang dibuat oleh perusahaan
mengenai bagaimana manajer atau pemegang saham menciptakan dan
menggunakan hutang. Hutang merupakan instrument yang sangat sensitif
terhadap perubahan nilai perusahaan. Proporsi hutang dapat berpengaruh
positif atau negatif terhadap nilai perusahaan.
Hutang menurut Nina Diah P (2009: 24) dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang.
a. Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek merupakan hutang yang diharapkan akan
dilunasi dalam waktu 1 tahun, meliputi :
30
1. Hutang dagang adalah hutang yang timbul karena adanya
pembelian barang dagangan.
2. Hutang wesel adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang
tertentu pada suatu tanggal tertentu dimasa depan dan dapat berasal
dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi lainnya.
3. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah
terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
4. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah sebagian
atau seluruh hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang
jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayaran.
5. Penghasilan yang diterima dimuka ( Deferred Revenue) adalah
penerimaan uang untuk penjualan barang dan jasa yang belum
terealisir.
b. Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang merupakan hutang yang jangka waktu
pembayarannya lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca dan sumber-
sumber untuk melunasi hutang jangka panjang adalah sumber bukan
dari kelompok aktiva lancar.
31
Hutang jangka panjang terdiri dari:
1. Hutang obligasi merupakan surat pengakuan hutang (dengan
bunga) jangka panjang yang akan dibayar pada tanggal tertentu
2. Hipotik merupakan penggadaian kekayaan nyata tertentu untuk
mendapatkan suatu pinjaman dengan beban bunga yang tetap.
Kekayaan nyata didefinisikan sebagai real estate, gedung, dan lain-
lain.
3. Hutang bank
Sisi kewajiban (hutang) pada neraca bank mencerminkan kegiatan
penghimpunan dana yang berasal dari berbagai sumber. Dana bank pada
dasarnya berasal dari masyarakat atau pihak ketiga. Menurut Dahlan
Siamat (2004 : 96), sisi kewajiban pada neraca bank antara lain :
a. Giro, yaitu simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya atau dengan pemindah bukuan.giro ini terdiri dari rekening
giro nasabah dan rekening giro bank lainnya.
b. Kewajiban segera lainnya, yaitu kewajiban yang segera harus dibayar
antara lain kepada pemerintah pusat, atau kantor perbendaharaan kas
Negara, transfer antar bank , interbank call money, dan traveler check
valuta asing yang telah dijual.
32
c. Tabungan, yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dengan syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek ataupun bilyet biro.
d. Deposito berjangka, yaitu simpanan yang hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dan bank.
e. Sertifikat deposito, yaitu simpanan dalam bentuk deposito, yang
sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan.
f. Surat berharga yang diterbitkan, dapat berupa surat pengakuan utang
atu promes, wesel dan obligasi.
g. Pinjaman yang diterima, yaitu semua pinjaman yang diterima bank
antara lain kewajiban kepada bank sentral berupa kredit likuiditas,
fasilitas diskonto, dan pinjaman dari bank lain.
h. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang diperoleh dari pihak terkait
dengan bank dan atau dari pihak lain yang memenuhi persyaratan
tertentu, misalnya jangka waktu dan persyaratan pencairan atau
pembayaran kembali sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Kebijakan hutang dikonfirmasikan dengan rasio hutang (debt ratio),
rasio ini menggambarkan besarnya aktiva perusahaan didanai oleh hutang
(Weston dan Copeland, 2000 : 228). Oeh karena itu, semakin rendah rasio
hutang, semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh
kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan dalam
33
struktur modal, maka semakin besar pula kewajibannya. Pada gilirannya
peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang
tersedia bagi pemegang saham.
Para pemilik perusahaan lebih suka perusahaan menciptakan hutang
pada tingkat tertentu untuk menaikkan nilai perusahaan. Hal ini dapat
tercapai bila perilaku manajer dan komisaris harus dapat dikendalikan
melalui keikutsertaan dalam kepemilikan saham perusahaan. Sehingga
kebangkrutan perusahaan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemilik
utama, tetapi manajer juga ikut menanggungnya. Konsekuensinya,
manajer manajer akan berhati-hati dalam menentukan hutang perusahaan.
Oleh karena itu, kepemilikan oleh manajer menjadi penting ketika hendak
meningkatkan nilai perusahaan (Michael C. Jensen) dalam Arthur J.
Keown, et. al (2000 : 127).
Myers dan Majluf dalam S. David Young dan Stephen F. O’byrne
(2001: 138) merumuskan teori struktur modal yang disebut pecking order
teory. Teori ini mendasarkan diri atas informasi asimetrik (asimetric
information), suatu istilah yang menunjukkan bahwa manajemen memiliki
informasi yang lebih banyak (tentang prospek, resiko, dan nilai
perusahaan) dari pada pemodal publik. Manajemen memiliki informasi
yang lebih banyak dari pemodal karena merekalah yang mengambil
keputusan-keputusan keuangan, yang menyusun berbagai rencana
perusahaan, dan sebagainya.
34
Informasi asimetrik ini mempengaruhi pilihan antara sumber dana
internal (yaitu dana dari hasil operasional perusahaan) ataukah dana
eksternal. Karena itu, teori ini disebut sebagai pecking order theory.
Disebut sebagai pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa
perusahaan akan menentukan hierarki sumber daya yang paling disukai.
Sesuai dengan teori ini, maka investasi akan dibiayai dengan dana internal
terlebih dahulu (yaitu laba yang ditahan) kemudian baru diikuti oleh
penerbitan hutang baru, dan akhirnya dengan penerbitan ekuitas baru.
Menurut Gordon Donalson dalam Sukmaja (2009 : 23), apabila terjadi
asymmetric information akan mendorong perusahaan untuk menggunakan
hutang, bukan menerbitkan saham baru. Ini bisa dipahami karena para
pemodal akan melihat bahwa penawaran saham baru sebagai sinyal buruk,
sehingga harga saham tersebut akan turun bila saham baru tersebut
diterbitkan. Dengan demikian biaya modal sendiri menjadi tinggi dan nilai
perusahaan cenderung menurun. Karena itu bila ada asymmetric
information, Gordon Donalson menyarankan perusahaan untuk
menggunakan dana dengan urutan laba ditahan, hutang, penjualan saham
baru.
4. Variabel Kontrol yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
a. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset
yang dimiliki perusahaan. Penentuan pertumbuhan perusahaan ini
35
didasarkan pada total asset perusahaan pada tahun berjalan dikurangi
total asset tahun sebelumnya, kemudian dibagi total aset tahun
sebelumnya (Sujoko, 2007: 4).
Tingkat pertumbuhan perusahaan dicerminkan oleh pertumbuhan
dalam aktivanya. Pertumbuhan aktiva perusahaan dapat dijadikan
indikator bagi kesempatan pengembangan perusahaan pada waktu
yang akan datang. Karena dapat memberikan gambaran kebutuhan
dana secara total dalam perusahaan (Moeljadi, 2006 : 28).
Perusahaan-perusahaan besar cenderung lebih mudah untuk
memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuannya
mengakses pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa asset bernilai
lebih besar dibanding perusahaan kecil. Selain itu, perusahaan besar
akan cenderung menggunakan dana seiring pertumbuhannya. Tingkat
pertumbuhan perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi
struktur modal, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan pesat
cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan
yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat.
Pertumbuhan perusahaan berbanding lurus dengan ukuran
perusahaan, sehingga semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka
semakin besar pula ukuran perusahaan, sehingga ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap struktur modal karena perusahaan yang lebih
besar akan mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan
36
kecil. Perusahaan yang besar akan lebih aman dalam memperoleh
hutang karena perusahaan mampu dalam pemenuhan kewajibannya
dengan adanya diversifikasi yang lebih luas dan memiliki arus kas
yang stabil.
Perusahaan yang tumbuh dengan pesat, haruns lebih banyak
mengandalkan modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya pengembangan
untuk penjualan saham biasa lebih besar dari pada biaya untuk
penerbitan surat utang yang mendorong perusahaan untuk lebih
banyak mengandalkan utang. Namun, pada saat yang sama perusahaan
yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang
lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk
menggunakan hutang (Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston : 2001
: 164).
b. Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi investor. Sedangkan menurut Sartono (2000 : 89),
profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun modal
sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang, akan sangat
berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini.
37
Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan
tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang
yang relative kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi,
memungkinkan mereka untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan dari kegiatan internal
(Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, 2001: 168).
Smith dan Skousen dalam Sisca Christianty Dewi (2008 : 5),
analisis profitabilitas memberikan bukti pendukung mengenai
kemampuan perusahaan memperoleh laba dan sejauh mana
keefektifan pengelolaan perusahaan. Profitabilitas diukur dengan
menggunakan return on asset (ROA) yang diperoleh dengan cara laba
sebelum pajak yang diperoleh perusahaan dibagi dengan rata-rata total
aset yang dimiliki perusahaan (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001).
5. Rasio Keuangan
Rasio keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 67) adalah
angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan
dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan
informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos
lainnya. Dengan penyederhanaan ini dapat menilai secara cepat hubungan
38
antara pos tadi dan dapat membandingkan dengn rasio lainnya sehingga
kita dapat memperoleh informasi dan penilaian.
Rasio Keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk
menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan
yang terdapat pada pos laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu
hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Sofyan Syafri Harahap, 2007:
67).
Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan
kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian
perusahaan dan prospek di masa datang. Salah satu cara pemrosesan dan
penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian
relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka
yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan (Sofyan
Syafri Harahap, 2007: 71).
.Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang
telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan
kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai
risiko dan peluang di masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan
satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam
rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam
39
penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan (Sofyan Syafri
Harahap, 2007: 76).
Adapun rasio yang sering digunakan menurut Sofyan Syafri Harahap
(2007: 79) adalah :
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangkapanjangnya atau kewajiban –
kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi.
c. Rasio Profitabilitas / Rentabilitas
Rasio rentabilitas atau disebut juga prifitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui kemampuan
dan sumber yang ada seperi kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.
d. Rasio Leverage
Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan
terhadap modal maupun asset.
40
e. Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan
dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan,
pembelian dan kegiatan lainnya.
f. Rasio Pertumbuhan
Rasio ini menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos
perusahan dari tahun ke tahun.
g. Market Based (Penilaian Pasar)
Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus
dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan
prestasi perusahaan di pasar modal.
h. Rasio Produktivitas
Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan
yang dinilai.
B. Penelitian Sebelumnya
Mugiharta (2004), melakukan penelitian untuk menguji pengaruh variabel
Kepemilikan Saham Manajemen (KSM), Dividend Payout Ratio (DPR),
Pertumbuhan Aset, Price Earning Ratio (PER), Return on Investment (ROI)
dan pertumbuhan penjualan terhadap Debt to Equity Ratio (DER) di 15
perusahaan dari 330 perusahaan yang terdaftar di BEJ. Hasil analisis
41
menunjukkan variabel KSM, PER dan ROI yang menunjukkan hasil yang
signifikan terhadap DER perusahaan di BEJ periode 2000-2002, sedangkan
variabel lainnya (DPR, Pertumbuhan Asset, dan pertumbuhan penjualan)
menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan.
Pratiwi Wahyu Hidayati (2006), meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) selama periode 2001-2004. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
dari empat variabel yang diajukan dalam penelitian tersebut yaitu
pertumbuhan penjualan, profitabilitas, pertumbuhan total aktiva, dan
kepemilikan saham manajerial, hanya variabel profitabilitas, pertumbuhan
total aktiva, dan kepemilikan saham manajerial saja yang berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal atau leverage.
Sujoko (2007), meneliti tentang Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Hasil
studi ini menunjukkan bahwa struktur kepemilikan, faktor intern dan faktor
ekstern berpengaruh signifikan terhadap leverage. Struktur kepemilikan,
faktor ekstern, faktor intern,dan leverage berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hasil studi ini tidak mendukung teori keagenan, Jensen dan
Meckling (1976), tetapi hasil studi ini mendukung pecking order theory,
Myers (1984), serta trade off model dan signaling theory, Bhattacarya (1979).
Farid Kasenda (2005), melakukan penelitian tentang pengaruh
kepemilikan institusional, aktiva berwujud, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan dalam industri barang
42
konsumsi di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara kepemilikan institusional, aktiva berwujud, ukuran
perusahaan, dan profitabilitas terhadap struktur modal yang diproyeksikan
dengan rasio total hutang terhadap total asset.
Menurut Erni Masdupi (2005), dalam penelitiannya tentang analissis
dampak struktur kepemilikan pada kebijakan hutang dalam mengontrol
konflik keagenan ditemukan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan terutama kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusi. Kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi kepemilikan saham oleh pihak manajerial, maka perusahaan
akan mampu untuk mengurangi peran hutang sebagai suatu mekanisme untuk
mengurangi masalah keagenan. Demikian pula kepemilikan institusi.
Kepemilikan institusi memiliki hubungan negatif signifikan terhadap
kebijakan hutang perusahaan. Ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusi
dapat digunakan sebagai alat untuk memonitoring dalam rangka
meminimalkan biaya keagenan yang ditimbulkan oleh hutang (agency cost of
debt). Penelitian juga menganalisis pengaruh penyebaran kepemilikan saham
terhadap kebijakan hutang. Hasilnya penyebaran saham berpengaruh negatif
dan tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena jumlah pemegang saham di
Bursa Efek Indonesia terkonsentrasi pada beberapa kelompok pemegang
saham (tidak menyebar). Namun arah hubungan negatif menunjukkan bahwa
penyebaran tidak begitu berpengaruh terhadap posisi manajemen yang
43
konservatif dalam menggunakan hutang. Dalam penelitian ini, peneliti juga
menggunakan variabel kontrol yang juga mempengaruhi kebijakan hutang.
Hasilnya adalah dari lima variabel kontrol yang digunakan, hanya tiga variabel
yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel
tersebut adalah pembayaran deviden (DPR), ukuran perusahaan (SIZE), dan
struktur asset perusahaan. Sedangkan variabel profitabilitas dan tingkat pajak
tidak signifikan terhadap rasio hutang.
Wing Istia Herlambang (2004), melakukan penelitian yang berjudul
pengaruh kepemilikan saham pada struktur modal perusahaan. Hasil penelitian
menunjukkan : pertama, struktur kepemilikan saham perusahaan dari
kepemilikan saham manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur modal. Kedua, kepemilikan saham institusional berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap struktur modal. Variabel kontrol yang
berpengaruh terhadap struktur modal adalah ukuran perusahaan dan fixed
asset.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ernie Hendrawaty (2008),
penelitian yang berjudul pengaruh struktur kepemilikan manajemen internal
perusahaan, resiko bisnis, dan pertumbuhan perusahaan terhadap struktur
modal pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
kepemilikan manajemen internal perusahaan tidak berpengaruh terhadap
struktur modal yang diproyeksikan dengan debt ratio. Hal ini dikarenakan
kepemilikan manajemen internal perusahaan sangat kecil, karena rata-rata
44
saham perusahaan pada sektor manufaktur dikuasai oleh perusahaan atau
instansi. Resiko bisnis yang diproyeksikan dengan ROA berpengaruh negatif
terhadap resiko bisnis yang diproksikan dengan debt ratio perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap resiko bisnis yang
diproyeksikan dengan debt ratio. Hal ini berarti semakin tinggi pertumbuhan
perusahaan maka hutang perusahaan juga semakin meningkat.
Devita Aryasari (2005), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh
struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara insiders ownership,
institutional investor, insiders dan institutional dispersion, firm growth, firm
size, asset structure, firm profitability, dan tax rate terhadap kebijakan utang.
Penelitian ini dilakukan terhadap 21 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta pada tahun 2001 sampai tahun 2003. Hasil penelitian didapatkan
bahwa insiders dan institutional dispersion, firm size dan asset structure
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan utang. Insiders
ownership dan tax rate berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
kebijakan utang. Sedangkan institutional investor dan firm growth
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan utang.
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dimulai dengan mengamati perusahaan perbankan umum
nasional yang ada di dalam bank Indonesia periode tahun 2004-2008.dengan
menggunakan tekhnik purposive sampling, akhirnya diperoleh 11 perusahaan.
45
Kemudian, dari perusahaan tersebut, peneliti mengambil data laporan
keuangan yang berupa : neraca, laporan laba rugi, rasio-rasio keuangan dan
modal saham yang terdiri dari struktur kepemilikan yang terdiri dari :
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik dan
penyebaran kepemilikan saham.
Data tersebut diolah untuk mendapatkan variabel-variabel yang diperlukan
dalam penelitian. Setelah variabel-variabel tersebut diperoleh, kemudian
dilakukan pengujian dengan menggunakan model regresi linear berganda.
Sebelumnya, dilakukan uji normalitas dan uji asumsi klasik terlebih dahulu
untuk memastikan bahwa model yang digunakan tidak mengandung :
multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Selanjutnya dilakukan
uji koefisien determinasi (R2) untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
variabel independen menjelaskan variabel dependen dan dalam hal ini, peneliti
menggunakan Adjusted R2. Setelah itu, dilakukan uji F untuk melihat
pengaruh variabel independen secara simultan dan uji t untuk melihat
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hasil
penelitian kemudian dapat diambil kesimpulan dan dapat diinterpretasikan.
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, yang disesuaikan
dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dibuat kerangka
pemikiran sebagai berikut :
46
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
1. Kepemilikan Institusional
2. Kepemilikan Manajerial
3. Kepemilikan Publik
4. Jumlah Kelompok Pemegang Saham
Variabel Kontrol
1. Profitabilitas
2. Pertumbuhan aktiva
Uji Model Regresi
Kebijakan Hutang
(Debt Ratio)
Struktur Kepemilikan Saham
Regresi Linier Berganda
1. Koefisien Determinasi
2. Uji F
3. Uji t
BANK INDONESIA
Uji Asumsi Klasik
Interpretasi
47
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian disusun berdasarkan kajian pustaka dan hasil
penelitian sebelumnya, sehingga dapa ditarik interfensi terhadap masalah
penelitian dalam bentuk hipotesis alternatif sebagai jawaban sementara
penelitian. Hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen
(kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah
pemegang saham, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan)
terhadap kebijakan hutang secara simultan.
Bi = 0
H1 : terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen
(kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah
pemegang saham, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan)
terhadap kebijakan hutang secara simultan.
Bi ≠ 0
2. H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen
(kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah
pemegang saham, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan)
secara parsial terhadap kebijakan hutang.
B1, B2, B3, … Bx = 0
48
H1 : terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen
(kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah
pemegang saham, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan)
secara parsial terhadap kebijakan hutang.
B1, B2, B3, … Bx ≠ 0
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif karena dalam
penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan
terhadap kebijakan hutang. Data yang digunakan adalah data yang diperoeh
dari Bank Indonesia yang berupa daftar emiten yang masuk dalam Bursa Efek
Indonesia, laporan keuangan, dan laporan modal saham perusahaan perbankan
umum nasional periode 2004 – 2008.
Adapun variabel yang diteliti adalah rasio hutang (debt ratio) sebagai
indikator kebijakan hutang. Variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, kepemilikan publik, dan jumlah pemilik saham sebagai indikator
struktur kepemilikan. Sedangkan variabel kontrol seperti : profitabilitas, dan
pertumbuhan perusahaan.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah bank-bank umum nasional yang ada di bank
Indonesia dan sudah berbadan hukum serta telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Data bank yang akan dipergunakan dalam penelitian ini
adalah data perbankan secara time series pada periode tahun 2004 - 2008
50
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Perbankan Nasional
NO NAMA BANK NO NAMA BANK 1 Bank Nasional Indonesia tbk 21 Bank Bukopin 2 Bank Rakyat Indonesia tbk 22 Bank Windu Kentjana 3 Bank Tabungan Negara 23 Bank Century tbk 4 Bank Ekspor Impor 24 Bank Ekonomi Raharja 5 Bank Mandiri tbk 25 Bank Ganesha 6 Bank Antar Daerah 26 Bank Haga 7 Bank Arta Graha 27 Bank Hagakita 8 Bank Arta Niaga Kencana tbk 28 Bank IFI 9 Bank Bumi Arta 29 Bank Kesawan tbk 10 Bank Bumiputera Indonesia 30 Bank Lippo tbk 11 Bank Central Asia tbk 31 Bank Mayapada Internasional 12 Bank Danamon Indonesia tbk 32 Bank Mega tbk 13 Bank Halim Indonesia 33 Bank Niaga tbk 14 Bank Internasional Indonesia 34 Bank NISP tbk 15 Bank Mestika Dharma 35 Bank Permata tbk 16 Bank Metro Express 36 Pan Indonesia Bank tbk 17 Bank Maspion Indonesia 37 Bank swadesi tbk
18 Bank Nusantara Parahyangan tbk 38 Bank Syariah Mandiri
19 Bank Shinta Indonesia 39 Bank Syariah Muamalat Indonesia tbk
20 Bank Buana Indonesia tbk
Adapun sampel ditentukan menggunakan convience sampling, yaitu
anggota sampel yang dipilih berdasarkan kemudahan memperoleh data dan
tidak menyusahkan mengukurnya serta bersifat kooperatif (Abdul Hamid,
2007) dengan kriteria sebagai berikut :
1. Bank umum nasional konvensional yang sahamnya tercatat di Bursa Efek
Indonesia, yang beroperasi di Indonesia.
51
2. Masih beroperasi hingga tahun 2008
3. Tersedia daftar pemegang saham lengkap dengan proporsi
kepemilikannya.
4. Tersedia laporan keuangan tahunan publikasi tahun 2004 sampai tahun
2008 yang terdiri dari : neraca, laporan laba / rugi dan saldo laba, laporan
perubahan ekuitas, laporan penyediaan modal minimum, laporan kualitas
aktiva produktif dan informasi lainnya, dan catatan atas laporan keuangan.
Setelah dilakaukan seleksi dengan kriteria di atas, diperoleh 11 emiten
yang menjadi sampel penelitian, seperti yang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 3.2
Daftar Perusahaan Sampel
NO KODE EMITEN 1 BBMI PT Bank Mandiri tbk 2 BBNI PT Bank Nasional Indonesia tbk 3 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia tbk 4 BNII PT Bank Internasional Indonesia tbk 5 BBCA PT Bank Central Asia tbk 6 BDMN PT Bank Danamon Indonesia tbk 7 BNLI PT Bank Permata tbk 8 MEGA PT Bank Mega tbk 9 NISP PT OCBC NISP tbk 10 BABP PT ICB Bumiputera tbk 11 BNGA PT CIMB Niaga tbk
52
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu
laporan keuangan perusahaan yang berasal dari Bank Indonesia (BI), Bursa
Efek Indonesia (BEI), dan website masing- masing bank. Sedangkan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan
Untuk memperoleh data, peneliti mengadakan penelitian langsung.
Data yang diperlukan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari
pihak lain (sudah tersedia). Data tersebut diperoleh dari Bank Indonesia,
Bursa Efek Indonesia (BEI), Indonesian Capital Market Directory,
website BEI, website BI, dan website masing-masing bank. Data sekunder
berisi tentang data-data laporan keuangan dan komposisi kepemilikan
saham tahun 2004 - 2008.
2. Library Research
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula dengan
membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber
dari buku-buku, artikel, dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian
ini. Peneliti melakukan penelitian dengan membaca, mengutip bahan-
bahan yang berkenaan dengan penelitian. Sumber – sumber tersebut
digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk menganalisis dan membahas
permasalahan penelitian ini.
53
D. Metode Analisis dan Uji Hipotesis
1. Metode Analisis Regresi Berganda
Metode analisis yang paling tepat untuk penelitian ini adalah
metode regresi berganda, yaitu model yang digunakan untuk menganalisa
pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
Bentuk persamaan model regresi berganda yang menggunakan data
cross section dirumuskan sebagai berikut :
Di mana :
Y = Rasio hutang (debt ratio)
a = Konstanta (intersept)
b = Koefisien regresi variabel independen
X1 = Struktur kepemilikan manajerial
X2 = Struktur kepemilikan institusional
X3 = Struktur kepemilikan publik
X4 = Jumlah kelompok pemegang saham
X5 = Profitabilitas
Y = a + b1X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +b6X6+ e
54
X6 = Pertumbuhan perusahaan
e = Error term
Pelaksanaan perhitungan dari persamaan analisis regresi beganda
menggunakan bantuan program statistical program for social science
(SPSS) for windows realese 17.0.
2. Uji Asumsi Klasik
Metode analisis regresi linier berganda dikatakan baik apabila
memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik
seperti : normalitas, multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam
variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan
layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi
normal atau mendekati normal.
Cara untuk mendeteksi normalitas data menurut Nugroho (2005 :
27), adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah :
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
55
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tersebut tidak
memenuhi asumsi normalitas.
b. Multikolineritas
Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya
variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel
independen lain dalam suatu model. Kemiripan antar variabel
independen dalam suatu model menyebabkan terjadinya korelasi yang
sangat kuat antara satu variabel independen dengan variabel
independen yang lain. Selain itu, deteksi terhadap multikolineritas juga
bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan
kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsian masing-masing
variabel independen.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolineritas di dalam model regresi menurut Nugroho (2005 : 30),
adalah dengan melihat nilai tolerance dan variace inflation factor
(VIF). Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak
kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan bebas dari
multikolineritas. Selain itu, jika nilai koefisien determinan R2, R
square di atas 0,6 namun tidak ada variabel independen yang
berpengaruh terhadap variabel dependen, maka ditengarai model
tersebut terkena asumsi multikolineritas.
56
c. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah di dalam suatu
model regresi berganda terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena adanya
observasi yang berurutan, sepanjang berkaitan satu sama lain.
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah autokorelasi
menurut Nugroho (2005 : 33), adalah dengan cara sebagai berikut :
1. 1,60 < DW < 2,40. Kesimpulannya tidak terjadi kondisi
autokorelasi.
2. 1,39 < DW < 1,60 atau 2,40 < DW < 2,61. Tidak dapat
disimpulkan (inconclusive).
3. DW < 1,39. Kesimpulannya terjadi autokorelasi negatif.
4. DW > 2,61. Kesimpulannya terjadi autokorelasi positif.
d. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadinya
perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang
diprediksi dengan studentzed delete residual nilai tersebut. Model
regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan
residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan lain,
atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentzed
57
delete residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan nilai tersebut
homokesdastisitas.
Menurut Nugroho (2005 : 35), model regresi linear berganda tidak
terdapat heteroskedastisitas jika pada pola gambar scatterplot :
1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka
0.
2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
3. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar
variabel independent menjelaskan variabel dependen. Bila nilai
koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y
tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara apabila R2 = 1,
artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X.
Dengan kata lain bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan berada
tepat pada garis regresi.
58
b. Pengaruh Variabel Independen Secara Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi
tersebut. Bila nilai F hitung lebih besar dari F tabel atau tingkat
signifikannya lebih kecil dari 5% (α = 5% = 0,05) maka hal ini
menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ho ditolak yang berarti bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap
variabel dependen.
Untuk menghitung F hitung digunakan rumus sebagai berikut:
Dimana: R2 = Koefisien Determinasi
n = Jumlah pengamatan/sampel
K-1 = Jumlah variabel eksogen
Apabila Fhitung > Ftabel = H0 ditolak, H1 diterima
Apabila Fhitung < Ftabel = H0 diterima, H1 ditolak
F = ( ) ( )12
2
/12/
−−− knRR
c. Pengaruh Variabel Independen Secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel eksogen
terhadap variabel endogen secara parsial. Bila t hitung lebih besar atau
lebih kecil dari t tabel atau nilai signifikan lebih kecil dari 5% (α = 5% =
59
0,05) maka Ho ditolak yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan variabel independen terhadap variabel dependen.
Untuk menghitung t hitung digunakan rumus sebagai berikut:
Di mana:
r = koefisien regresi
n = jumlah variabel
T hitung > T tabel = H0 ditolak, H1 diterima
T hitung < T tabel = H0 diterima, H1 ditolak
Thitung =
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Kebijakan Hutang (Y)
Kebijakan hutang merupakan kebijakan tentang seberapa besar
perusahaan dibiayai oleh hutang. Kebijakan hutang dikonfirmasikan
dengan rasio hutang (debt ratio). Rasio ini menggambarkan besarnya
aktiva perusahaan didanai oleh hutang (Weston dan Copeland, 2000 :
228). Rasio hutang diberi simbol DR dan diukur dengan rumus sebagai
berikut :
60
2. Struktur Kepemilikan
a. Kepemilikan Manajerial (X1)
Kepemilikan manajerial menggambarkan kepemilikan saham oleh
manajemen perusahaan yang diukur berdasarkan persentase jumlah
saham yang dimiliki oleh pihak manajemen terhadap jumlah saham
yang beredar (Iturriaga dan Sanz dalam Sukmaja, 2009 ; 57). Rasio ini
diberi simbol INSDR.
b. Kepemilikan Institusional (X2)
Kepemilikan institusional merupakan gambaran kepemilikan
saham oleh investor institusi yang diukur berdasarkan persentase
jumlah saham yang dimiliki oleh institusi terhadap jumlah saham yang
beredar (Moh’d, et al).
61
c. Kepemilikan Publik (X3)
Kepemilikan publik merupakan gambaran kepemilikan saham oleh
masyarakat yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah saham yang
dimiliki masyarakat dengan jumlah saham yang beredar (Moh’d, et
al).
d. Penyebaran Kepemilikan Saham (X4)
Penyebaran kepemilkan saham adalah jumlah kelompok pemegang
saham perusahan dari tahun ke tahun. Variabel ini diberi simbol JML.
3. Variabel Kontrol
a. Profitabilitas (X5)
Profitabilitas diukur dengan menggunakan ROA, yaitu dengan
menggunakan hasil bagi laba bersih sebelum pajak dengan rata-rata
total aktiva (Moh’d, et al).
62
b. Pertumbuhan Perusahaan (X6)
Pertumbuhan perusahaan diukur dari pertumbuhan total aktiva dari
tahun ke tahun. Rasio ini diberi simbol Growth.
63
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Bank Indonesia
a. Status dan Kedudukan Bank Indonesia
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dimulai ketika sebuah
undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia,
dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009.
Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu
lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan / atau pihak
lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-
undang ini.
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan
dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana
ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan
mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia
64
juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam
bentuk apapun dari pihak manapun juga.
Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank
Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas
moneter secara lebih efektif dan efisien. Status Bank Indonesia baik
sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata ditetapkan
dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia
berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan
pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat
luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum
perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di
dalam maupun di luar pengadilan.
b. Misi, Visi dan Sasaran Strategis Bank Indonesia
1. Misi Bank Indonesia
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui
pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas
sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang
yang berkesinambungan.
2. Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya
(kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan
65
nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang
rendah dan stabil.
3. Sasaran Strategis Bank Indonesia
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, Bank Indonesia
menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu :
a. Terpeliharanya kestabilan moneter
b. Terpeliharanya stabilitas sistem keuangan
c. Terpeliharanya kondisi keuangan Bank Indonesia yang sehat
dan akuntabel
d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen moneter
e. Memelihara SSK : (i) melalui efektifitas pengaturan dan
pengawasan bank, surveillance sektor keuangan, dan
manajemen krisis serta (ii) mendorong fungsi intermediasi
f. Memelihara keamanan dan efisiensi sistem pembayaran
g. Meningkatkan kapabilitas organisasi, SDM dan sistem
informasi
h. Memperkuat institusi melalui good governance, efektivitas
komunikasi dan kerangka hukum
i. Mengoptimalkan pencapaian dan manfaat inisiatif Bank
Indonesia.
66
c. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
1. Tujuan Bank Indonesia
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia
mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua
aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa,
serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi,
sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal
ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai
Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan
demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak
akan dapat diukur dengan mudah.
2. Tugas Bank Indonesia
Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia didukung
oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga
bidang tugas tersebut adalah menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, dan yang terakhir adalah mengatur dan mengawasi
bank. Ketiga bidang tugas tersebut perlu diintegrasi agar tujuan
67
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai
secara efektif dan efisien.
d. Struktur Organisasi Bank Indonesia
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bank Indonesia
DEWAN GUBERNUR
Kantor Bank Indonesia (41)
KANTOR PUSAT
Kantor Perwakilan (4)
Manajemen Intern
Sistem Pembayaran
Moneter Perbankan
2. Institusi Perbankan di Indonesia
Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip
kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai
penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat
banyak.
68
Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri
atas bank umum dan BPR. Bank umum adalah bank yang dapat
menghimpun dana dari masyarakat dalarn bentuk giro, deposito berjangka,
dan tabungan, memberikan pinjaman dan jasa lalu lintas pembayaran
dalam bidang keuangan kepada masyarakat. Sedangkan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan dari masyarakat
hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya
disamakan dengan itu dan memberikan pinjaman kepada masyarakat.
Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan
operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki
jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam
kegiatan usahanya dianut dual bank sistem, yaitu bank umum dapat
melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi pada hanya dapat
melakukan kegiatan usaha bank konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah.
69
B. Deskriptif Analisis
1. Deskriptif Data Sampel
Berdasarkan pengambilan sampel secara purposive sampling, maka
diperoleh data sebagai berikut :
a. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bank Indonesia dan telah go
public selama periode 2004 – 2008, berjumlah 11 perusahaan.
b. Menerbitkan laporan keuangan secara kontinyu selama periode 2004 –
2008 dan mempunyai tahun buku yang berakhir 31 Desember,
berjumlah 11 perusahaan.
c. Perusahaan tidak menunjukkan saldo total ekuitas dan laba negatif
selama periode 2004 – 2008, berjumlah 11 perusahaan.
d. Perusahaan memiliki struktur kepemilikan yang terdiri dari
kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik berjumah 11
perusahaan. Dan perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan
manajerial berjumkah 11 perusahaan.
2. Deskriptif Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan
bantuan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0, untuk dapat mengolah data
dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti. Penjelasan lebih
lanjut dari variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :
70
a. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang merupakan kebijakan tentang seberapa besar
perusahaan dibiayai oleh hutang. Kebijakan hutang dikonfirmasikan
dengan rasio hutang (debt ratio). Rasio ini menggambarkan besarnya
aktiva perusahaan didanai oleh hutang. Rasio hutang diukur dengan
membandingkan total aktiva. Adapun rasio yang diperoleh berdasarkan
perhitungan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Rasio Hutang
Rasio Hutang
NO KODE 2004 2005 2006 2007 2008
1 BBMI 0.8855 0.8923 0.8893 0.9068 0.9197 2 BBNI 0.8975 0.9048 0.9199 0.9055 0.9136 3 BBRI 0.8855 0.8961 0.9035 0.9162 0.922 4 BABP 0.9275 0.9263 0.9018 0.9127 0.9129 5 BBCA 0.9167 0.9052 0.9078 0.9144 0.9147 6 BDMN 0.8429 0.8388 0.8621 0.858 0.9094 7 BNII 0.8999 0.8936 0.8854 0.8854 0.8775 8 MEGA 0.9361 0.9452 0.935 0.9329 0.898 9 BNGA 0.9254 0.8762 0.9371 0.924 0.8683 10 NISP 0.9026 0.8659 0.8793 0.8755 0.8762 11 BNLI 0.9397 0.9312 0.9036 0.8983 0.9198
Tertinggi 0.9397 0.9452 0.9371 0.9329 0.922 Terendah 0.8429 0.8388 0.8621 0.858 0.8683 Rata-rata 0.9053 0.8977 0.9022 0.9027 0.9029
Sumber : Bank Indonesia (data setelah diolah)
Tabel di atas menunjukkan bahwa rasio hutang tertinggi pada
tahun 2004 dimiliki oleh PT Bank Permata tbk sebesar 0,9397
71
(93,97%), pada tahun 2005 dimiliki oleh PT Bank Mega tbk sebesar
0.9452 (94,52%), pada tahun 2006 dimiliki oleh PT Bank CIMB
Niaga sebesar 0.9371 (93,71%), dan pada tahun 2008, rasio hutang
tertinggi dimiliki oleh PT Bank Rakyat Indonesia tbk (BRI) yaitu
sebesar 0.922 (92,2%).
Sedangkan rasio hutang terendah pada tahun 2004,2005,2006 dan
2007 dimiliki oleh PT Bank Danamon Indonesia tbk sebesar 0,8429
(84,29%), 0,8388 (83,88%), 0.8621 (86,21%) dan 0,858 (85,8%).
Sedangkan rasio hutang terendah pada tahun 2008 dimiliki oleh PT
Bank CIMB Niaga tbk yaitu sebesar 0.8683 (86,83%).
Dan rata-rata rasio hutang pada tahun 2004 sebesar 0,9053
(90,53%), artinya pada tahun 2004, rata-rata perusahaan perbankan
yang menjadi objek penelitian tersebut rata-rata sebesar 90,53 %, lebih
dari setengah dari aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Dan jika
aset itu tidak digunakan seoptimal mungkin, maka akan meningkatkan
resiko kebangkrutan. Sedangkan pada tahun-tahun berikutnya, rata-rata
rasio hutang tersebut menunjukkan angka: tahun 2005 sebesar 0,8977
(89,77%), tahun 2006 sebesar 0,9022 (90,22%), tahun 2007 sebesar
0,9027 (90,27%) dan tahun 2008 sebesar 0,9029 (90,29%).
b. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan terdiri dari kepemilikan manajerial (X1),
kepemilikan institusional (X2), kepemilikan publik (X3), dan jumlah
72
pemegang saham (X5). Penjelasan lebih lanjut dari variabel struktur
kepemilikan adalah sebagai berikut :
1. Kepemilikan Manajerial (X1)
Kepemilikan manajerial menggambarkan kepemilikan
saham oleh direksi dan komisaris perusahaan. Kepemilikan
manajerial ini diukur dengan persentase jumlah saham yang
dimiliki direksi dan komisaris perusahaan. Rasio ini digunakan
untuk mengetahui proporsi kepemilikan oleh manajemen
perusahaan terhadap jumlah saham beredar.
Data yang diperoleh dari Bank Indonesia menunjukkan
bahwa kepemilikan manajerial perusahaan perbankan nasional
yang menjadi objek penelitian periode 2004-2008 adalah 0% atau
kurang dari 5%. Ini menunjukkan bahwa dengan kepemilikan
manajerial yang rendah, kekuasaan yang dimiliki oleh pihak
manajemen atas perusahaan juga semakin rendah. Hal ini juga
menyebabkan segala tindakan dan keputusan yang dilakaukan oleh
manajer diawasi oleh pihak institusi atau publik.
2. Kepemilikan Institusional (X2)
Kepemilikan institusional menggambarkan kepemilikan
saham oleh investor institusi seperti pemerintah, bank, asuransi,
dan lain sebagainya. Kepemilikan institusional diukur dengan
persentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi
73
terhadap jumlah saham yang beredar. Adapun rasio yang diperoleh
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2
Struktur Kepemilikan Institusional
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL NO KODE
2004 2005 2006 2007 2008 1 BBMI 0.6954 0.7876 0.6786 0.6727 0.66972 BBNI 0.9912 0.9912 0.9912 0.7636 0.76363 BBRI 0.5908 0.5816 0.5697 0.5683 0.56794 BABP 0.7328 0.7328 0.7305 0.7305 0.73055 BBCA 0.5627 0.5118 0.5152 0.5152 0.48346 BDMN 0.7626 0.7641 0.7424 0.6805 0.67867 BNII 0.6856 0.6844 0.6242 0.6805 0.97528 MEGA 0.5728 0.5728 0.522 0.5522 0.57829 BNGA 0.6 0.6425 0.9388 0.6313 0.938810 NISP 0.6456 0.7946 0.7946 0.7957 0.819 11 BNLI 0.8927 0.8926 0.8901 0.8901 0.8901
Tertinggi 0.9912 0.9912 0.9912 0.8901 0.9752Terendah 0.5627 0.5118 0.5152 0.5152 0.4834Rata-rata 0.7029 0.7232 0.7270 0.6800 0.7359
Sumber : Bank Indonesia (data setelah diolah)
Struktur kepemilikan saham oleh institusi merupakan
kepemilikan yang dominan. Berdasarkan tabel di atas, rata-rata
kepemilikan saham institusi 0,7029 (70,29%) pada tahun 2004,
0,7232 (72,32%) pada tahun 2005, 0,7270 (72,70%) pada tahun
2006, dan 0,68 (68%) pada tahun 2007 serta 0,7359 (73,59%) pada
tahun 2008.
74
PT Bank Nasional Indonesia tbk (BBNI) merupakan
perusahaan yang memiliki kepemilikan saham institusi tertinggi
sebesar 0,9912 (99,12%) selama tahun 2004-2006. Pada tahun
2007, kepemilikan saham institusi tertinggi dimiliki oleh PT Bank
Permata tbk, yaitu sebesar 0,8901 (89,01%), sedangkan
kepemilikan saham tertinggi pada tahun 2008 dimiliki oleh PT
Bank Internasional Indonesia tbk yaitu sebesar 0,9752 (97,52%).
Sementara kepemilikan saham institusi terendah adalah PT
Bank Central Asia tbk (BBCA), sebesar 0,5627 (56,27%) pada
tahun 2004, 0,5118 (51,18%) pada tahun 2005, 0,5121 (51,52%)
pada tahun 2006 dan 2007 serta 0,4834 (48,34%) pada tahun 2008.
Dengan kepemilikan institusi yang dominan, menunjukkan
bahwa pemegang saham institusi dapat melakukan monitoring
terhadap kinerja manajemen dengan lebih efektif dan dapat
meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover. Selain itu,
meningkatnya kepemilikan saham oleh institusi dapat
mengimbangi kebutuhan terhadap hutang.
3. Kepemilikan Publik (X3)
Kepemilikan publik menggambarkan kepemilikan saham
oleh publik atau masyarakat luas, diukur dengan persentase jumlah
saham yang dimiliki masyarakat. Adapun rasio yang diperoleh dari
indikator-indikator yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut :
75
Tabel 4.3
Struktur Kepemilikan Publik
KEPEMILIKAN PUBLIK NO KODE
2004 2005 2006 2007 2008 1 BBMI 0.3046 0.2124 0.3214 0.3273 0.3303 2 BBNI 0.0088 0.0088 0.0088 0.2364 0.2364 3 BBRI 0.4092 0.4184 0.4303 0.4317 0.4321 4 BABP 0.2672 0.2672 0.2695 0.2695 0.2695 5 BBCA 0.4373 0.4882 0.4848 0.4848 0.5166 6 BDMN 0.2374 0.2359 0.2576 0.3195 0.3214 7 BNII 0.3144 0.3156 0.3758 0.3145 0.248 8 MEGA 0.4272 0.4272 0.478 0.4478 0.4218 9 BNGA 0.4 0.3575 0.0612 0.3687 0.612 10 NISP 0.3544 0.2054 0.2054 0.2043 0.181 11 BNLI 0.1073 0.1074 0.1099 0.1099 0.1099
Tertinggi 0.4373 0.4882 0.4848 0.4848 0.612 Terendah 0.0088 0.0088 0.0088 0.1099 0.1099 Rata-rata 0.2970 0.2767 0.2729 0.3194 0.3344
Sumber : Bank Indonesia (data setelah diolah)
Dari data di atas, struktur kepemilikan saham publik atau
masyarakat pada tahun 2004 memperlihatkan rata-rata sebesar
0,2970 (29,70%), kemudian menurun menjadi 0,2767 (27,67%)
pada tahun 2005, dan 0,2729 (27,29%) pada tahun 2006. Kemudian
pada tahun 2007, rata-rata kepemilikan saham publik mengalami
peningkatan menjadi 0,3194 (31,94%) dan pada tahun 2008,
kepemilikan publik sebesar 0,3344 (33,44%).
Kepemilikan saham publik tertinggi adalah PT Bank
Central Asia tbk (BBCA), yaitu sebesar 0,4373 (43,73%) pada
76
tahun 2004, 0,4882 (48,82%) pada tahun 2005, dan 0,4848
(48,48%) pada tahun 2006 dan 2007. Sedangkan kepemilikan
saham publik tertinggi pada tahun 2008 adalah PT Bank CIMB
Niaga, yaitu sebesar 0,612 (61,2%).
Kepemilikan saham publik terendah adalah PT Bank
Nasional Indonesia tbk (BBNI) yaitu 0,0088 (0.88%) pada tahun
2004 sampai dengan tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2007 dan
2008, kepemilikan saham publik terendah dimiliki oleh PT Bank
Permata tbk, yaitu sebesar 0,1099 (10,99%).
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kepemilikan publik perusahaan perbankan yang menjadi objek
penelitian memiliki kepemilikan mulai dari 0,88% hingga 61,2%.
Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan publik dapat
menimbulkan usaha pengawasan dan kontrol yang kuat terhadap
perilaku oportunistik manajer, sehingga pemanfaatan akan aktiva
perusahaan akan semakin efektif dan efisien.
4. Jumlah Kelompok Pemilik Saham (X4)
Jumlah kelompok pemilik saham adalah penyebaran
kepemilikan saham, baik itu kepemilikan saham institusional,
kepemilikan saham manajerial, maupun kepemilikan saham publik
(Erni Masdupi : 2005). Jumlah pemilik saham adalah sebagai
berikut :
77
Tabel 4.4
Jumlah Kelompok Pemegang Saham
JUMLAH PEMEGANG SAHAM NO KODE
2004 2005 2006 2007 2008 1 BBMI 3 3 2 2 2 2 BBNI 2 2 2 2 2 3 BBRI 2 2 2 2 2 4 BABP 3 3 3 3 3 5 BBCA 4 3 4 4 4 6 BDMN 3 3 3 2 2 7 BNII 5 4 3 4 3 8 MEGA 2 2 2 2 2 9 BNGA 2 2 3 2 3 10 NISP 5 3 3 3 3 11 BNLI 4 4 3 3 3
Tertinggi 5 4 4 4 4 Terendah 2 2 2 2 2
Sumber : Bank Indonesia (data setelah diolah)
Dari data di atas, jumlah pemilik saham tertinggi ada 5
orang atau kelompok pemegang saham. Sedangkan jumlah pemilik
saham terendah yaitu 2 orang atau kelompok pemegang saham. Hal
ini disebabkan, jumlah pemegang saham di Bursa Efek Indonesia
terkonsentrasi pada beberapa kelompok pemegang saham (tidak
menyebar).
78
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
1. Profitabilitas (X5)
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan dari investor . Profitabilitas diukur dengan
menggunakan return on asset (ROA) yang diperoleh dengan cara
laba sebelum pajak yang diperoleh perusahaan dibagi dengan rata-
rata total aset yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan data,
diperoleh hasil seperti dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.5
ROA
ROA NO KODE
2004 2005 2006 2007 2008 1 BBMI 0.0319 0.0319 0.0047 0.024 0.0269 2 BBNI 0.0245 0.0161 0.0185 0.0085 0.0112 3 BBRI 0.0577 0.0504 0.0436 0.0461 0.0418 4 BABP 0.0127 -0.0124 0.0026 0.0057 0.0009 5 BBCA 0.0321 0.0344 0.038 0.0334 0.0342 6 BDMN 0.0451 0.0426 0.024 0.025 0.0158 7 BNII 0.0235 0.0172 0.0143 0.0123 0.0123 8 MEGA 0.0299 0.0125 0.008 0.0233 0.0198 9 BNGA 0.0291 0.021 0.0227 0.025 0.011 10 NISP 0.025 0.0152 0.0155 0.0131 0.0154 11 BNLI 0.023 0.012 0.012 0.019 0.017
Tertinggi 0.0577 0.0504 0.0436 0.0461 0.0418 Terendah 0.0127 -0.0124 0.0026 0.0057 0.0009 Rata-rata 0.0304 0.0219 0.0185 0.0214 0.0187
Sumber : Bank Indonesia (data setelah diolah)
79
Dari data di atas, rata-rata kemampuan perusahaan untuk
memperoleh profitabilitas tahun 2004 adalah sebesar 0.03034
(3,03%). Kemudian pada tahun 2005, profitabilitas rata-rata
mengalami penurunan menjadi sebesar 0.0219 (2,19%) dan pada
tahun 2006, profitabilitas rata-rata menjadi 0,0185 (1,85%). Namun
pada tahun 2007, profitabilitas rata-rata mengalami peningkatan
menjadi 0,0214 (2,14%) dan pada tahun 2008, profitabilitas rata-
rata kembali menurun menjadi 0,0187 (1,87%).
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa profitabilitas
tertinggi pada tahun 2004 sampai tahun 2008 dimiliki oleh PT
Bank Rakyat Indonesia tbk (BBRI), yaitu sebesar 0,0577 (5,77%)
pada tahun 2004, 0,0504 (5,04%) pada tahun 2005, 0,0436 (4,36%)
pada tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2008, berturut-
turut adalah 0,0461 (4,61%) dan 0,0418 (4,18%). Sedangkan
perusahaan yang memiliki profitabilitas terendah adalah Bank ICB
Bumiputera tbk (BABP). Selama 5 tahun berturut-turut sejak tahun
2004 sebesar 0,0127 (1,27%), tahun 2005 sebesar -0,0124 (-
1,24%), tahun 2006 sebesar 0,0026 (0,26%), dan tahun 2007 dan
2008 berturut-turut adalah 0,0057 (0,57%) dan 0,0009 (0,09%).
Dari uraian di atas, diketahui bahwa perusahaan-perusahaan
objek penelitian, mengalami fluktuasi dalam memperoleh profit.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan profitabilitas yang rendah,
kemampuan perusahaan untuk menggunakan hutang relatif besar.
80
2. Pertumbuhan Perusahaan (X6)
Perusahaan dengan asset yang fleksibel cenderung
menggunakan hutang lebih besar dari pada perusahaan yang
memiliki asset yang tidak fleksibel. Variabel pertumbuhan asset
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan hutang
dengan jaminan jumlah asset yang dimiliki (collateral value of
asset). Rasio ini diukur dari pertumbuhan total aktiva dari tahun ke
tahun. Rasio pertumbuhan perusahaan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
81
Tabel 4.6
Growth
GROWTH NO KODE
2004 2005 2006 2007 2008 1 BBMI -0.0224 0.0545 0.0075 0.1556 0.1033 2 BBNI 0.0347 0.0757 0.1285 0.0725 0.0917 3 BBRI 0.1152 0.1282 0.2065 0.2401 0.1724 4 BABP 0.1438 0.1183 0.2028 0.1467 -0.0093 5 BBCA 0.1061 0.0061 0.1505 0.1888 0.1126 6 BDMN 0.086 0.1367 0.1612 0.081 0.1737 7 BNII 0.0332 0.2438 0.0191 0 0.0466 8 MEGA 0.2583 0.2558 0.1893 0.1127 -0.0013 9 BNGA 0.229 0.2593 0.1096 0.5019 0.0911 10 NISP 0.1339 0.1131 0.1708 0.1644 0.1541 11 BNLI 0.0864 0.0866 0.0841 0.0361 0.2738
Tertinggi 0.2583 0.2593 0.2065 0.5019 0.2738 Terendah -0.0224 0.0061 0.0075 0 -0.0093 Rata-rata 0.1094 0.1343 0.1299 0.1545 0.1098
Sumber : Bank Indonesia (data setelah diolah)
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan
perusahaan yang menjadi objek penelitian tahun 2004 adalah
0,1094 (10,94%), kemudian pada tahun 2005, pertumbuhan
perusahaan mengalami peningkatan menjadi 0,1343 (13,43%).
Namun, pada tahun 2006, rata-rata pertumbuhan perusahaan
kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 0,1299 (12,99%).
Pada tahun 2007, rata-rata pertumbuhan perusahaan 0,1545
(15,45%) dan pada tahun 2008, rata-rata pertumbuhan asset
perusahaan sebesar 0,1098 (10,98%). Peningkatan pertumbuhan
perusahaan akan dapat memberikan peluang yang lebih besar
82
dalam mengakses pasar modal. Kemudahan dalam mengakses
pasar modal, berarti perusahaan memiliki kemampuan untuk
mendapatkan dana.
Petumbuhan perusahaan tertinggi pada tahun 2004 dimiliki
oleh PT Bank Mega Tbk, yaitu sebesar 0,2583 (25,83%). Pada
tahun 2005, petumbuhan perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT
Bank CIMB Niaga tbk, yaitu sebesar 0,2593 (25,93%). Pada tahun
2006, petumbuhan perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT Bank
Rakyat Indonesia tbk (BBRI), yaitu sebesar 0,2065 (20,65%).
Sedangkan pada tahun 2007, petumbuhan perusahaan tertinggi
dimiliki oleh PT Bank CIMB Niaga tbk, yaitu sebesar 0,5019
(50,19%), dan pada tahun 2008, petumbuhan perusahaan tertinggi
dimiliki oleh PT Bank Permata tbk, yaitu sebesar 0,2738 (27,38%).
Perusahaan yang memiliki pertumbuhan perusahaan
terendah adalah PT Bank Mandiri tbk, yaitu sebesar -0,0224 (-
2,24%) pada tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2005,
pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh PT Bank Central
Asia tbk (BBCA), yaitu sebesar 0,0061 (0,61%). Pada tahun 2006,
pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh PT Bank Mandiri
tbk, yaitu sebesar 0,0075 (0,75%). Dan pada tahun 2007,
pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh PT Bank
Internasional Indonesia tbk, yaitu sebesar 0 %. Pada tahun 2008,
83
pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh PT Bank ICB
Bumiputera, yaitu sebesar – 0,0093 (- 0,93%).
C. Pengujian dan Pembahasan Hipotesis
1. Uji Asumsi Klasik
Metode analisis regresi berganda dikatakan baik apabila memenuhi
asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik seperti :
multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji bahwa variabel linear
yang tidak bias. Variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah
struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional,
struktur kepemilikan publik, jumlah pemegang saham, profitabilitas, dan
pertumbuhan perusahaan.
Setelah dilakukan uji asumsi klasik dengan bantuan program SPSS
17.0, variabel struktur kepemilikan manajerial dikeluarkan karena nilainya
konstan atau tidak mempunyai hubungan dengan variabel dependen. Hal
ini disebabkan karena semua perusahaan yang menjadi objek penelitian
tidak memiliki struktur kepemilikan manajerial.
Akhirnya variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
struktur kepemilikan institusional, struktur kepemilikan publik, jumlah
pemegang saham, profitabiitas, dan pertumbuhan perusahaan.
84
a. Uji Normalitas
Normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data dalam
variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan
layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi
normal. Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan kurva
normal P-plot. Data dikatakan normal apabila gambar distribusi dengan
titik-titik data yang menyebar disekitar garis diagonal, dan penyebaran
titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.
Uji normalitas dalam model ini menyatakan bahwa data yang ada
tidak terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
pengolahan data dengan SPSS 17.0 menggunakan uji normalitas dengan
melihat grafik normal probability plot.
Gambar 4.2
Grafik Normal Probability Plot
Sumber : output SPSS (data setelah diolah)
85
Dari grafik normal probability plot terlihat titik – titik yang
menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya agak menjauh
dari garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi
menyalahi atau tidak memenuhi asumsi klasik.
Akhirnya penulis menggunakan transformasi data dengan Ln(x)
untuk variabel dependen dan variabel independen. Selanjutnya
dilakukan pengujian dengan grafik dari hasil regresi yang telah
ditransformasi.
Gambar 4.3
Grafik Histogram
Sumber : Output SPSS (data setelah diolah)
Berdasarkan grafik histogram pada gambar 4.2 tampak bahwa
residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetri tidak
menceng ke kanan atau ke kiri atau dapat dikatakan grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal.
86
Gambar 4.4
Hasil Uji Normalitas Data
Sumber : Output SPSS (data setelah diolah)
Hasil uji normalitas data di atas, menunjukkan bahwa data
menyebar dan mengikuti arah garis diagonal. Maka, dapat disimpulkan
bahwa model yang digunakan dalam analisis ini telah memenuhi asumsi
normalitas data.
87
b. Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel
independen yang lain dalam suatu model. Kemiripan antar variabel
independen dalam suatu model menyebabkan terjadinya korelasi yang
sangat kuat antara satu variabel independen dengan satu variabel yang
lain. Selain itu, deteksi terhadap uji multikolineritas juga bertujuan
untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan
mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolineritas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai variance
inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak
kurang dari 0,1, maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari
multikolineritas.
88
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolineritas
Collinearity Statistic 2004-2008 Tollerance VIF
Kepemilikan Institusional 0,365 2,739 Kepemilikan Publik 0,401 2,494 Jumlah Pemilik saham 0,915 1,093 Pertumbuhan Perusahaan 0,935 1,070 Profitabilitas 0,816 1,226
Sumber : Output SPSS (data setelah diolah)
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai variance inflation factor
(VIF) tidak lebih dari 10 dan niai tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal
ini berarti bahwa model ini terbebas dari multikolineritas dan layak
digunakan dalam penelitian.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah di dalam suatu
model regresi, terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena adanya observasi
yang berurutan, sepanjang berkaitan satu sama lain. Model regresi yang
baik adalah model yang terbebas dari masalah autokorelasi.
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah autokorelasi
adalah dengan cara sebagai berikut :
89
1. 1,60 < DW < 2,40. Kesimpulannya tidak terjadi kondisi
autokorelasi.
2. 1,39 < DW < 1,60 atau 2,40 < DW < 2,61. Tidak dapat
disimpulkan (inconclusive).
3. DW < 1,39. Kesimpulannya terjadi autokorelasi negatif.
4. DW > 2,61. Kesimpulannya terjadi autokorelasi positif.
Tabel 4.8
Nilai Durbin Watson
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .539a .291 .217 .0239110 2.015 a. Predictors: (Constant), LNROA, LNJML, LNPUBLIC, LNGROWTH, LNINS b. Dependent Variable: LNDR
Sumber : output SPSS (data setelah diolah)
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson adalah
2,015. Nilai ini terletak antara 1,60 <DW< 2,40. Hal ini berarti bahwa
pada tahun 2004-2008, tidak terjadi masalah autokorelasi. Dengan
demikian, model regresi ini layak dipakai dalam pengujian.
90
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadinya
perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang
diprediksi dengan studentized delete residual nilai tersebut. Model
regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan
residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang
lain. Atau, adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan
studentized delete residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan nilai
tersebut homoskedastisitas.
Ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat
dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut. Analisis pada
gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda
tidak terdapat heteroskedastisitas jika :
1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka
0.
2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
3. Penyebran titik-titik data tidak boleh membentuk pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
91
Gambar 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Output SPSS (data setelah diolah)
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar di atas,
di bawah, dan di sekitar angka nol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
model regresi berganda ini terbebas dari asumsi klasik
heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian.
2. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) merupakan suatu ukuran yang
penting dalam regresi. Hal ini karena Koefisien determinasi (Adjusted
R2) dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang
diestimasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
92
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai
Adjusted R2 dikatakan baik jika di atas 0,5. hal ini karena nilai R2
berkisar antara 0 sampai 1.
Nilai Adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai
Adjusted R2 mendekati 1 berarti variabel-variabel dependen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Dengan model regresi linear
berganda, diperoleh hasil pengujian sebagai berikut :
Tabel 4.9
Nilai Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .539a .291 .217 .0239110 a. Predictors: (Constant), LNROA, LNJML, LNPUBLIC, LNGROWTH, LNINS b. Dependent Variable: LNDR
Sumber : Output SPSS (data setelah diolah)
Berdasarkan tabel di atas, nilai koefisien determinasi yang sudah
disesuaikan (adjusted R2) sebesar 0,217. Artinya 21,7% variabel
dependen (rasio hutang) dijelaskan oleh variabel independen seperti
kepemilikan institusional, kepemilikan publik, jumlah pemegang
93
saham, profitabilitas (ROA), dan pertumbuhan perusahaan (growth).
Sedangkan sisanya 78,3% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel
independen yang digunakan.
b. Pengaruh Variabel Independen Secara Simultan (Uji F)
Uji simultan dengan uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama.
Apabila F hitung lebih besar dari F tabel (F hit > F tab) dan tingkat
signifikannya lebih kecil dari α : 5% (0,05) (sig < α), maka hal itu
menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa
variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Dengan model regresi berganda, diperoleh
hasil pengujian sebagai berikut :
Tabel 4.10
Pengujian Variabel Independen secara Simultan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .011 5 .002 3.933 .005a
Residual .027 48 .001
1
Total .039 53
a. Predictors: (Constant), LNROA, LNJML, LNPUBLIC, LNGROWTH, LNINS b. Dependent Variable: LNDR
Sumber : Output SPSS (data setelah diolah)
94
Berdasarkan tabel di atas, nilai F hitung sebesar 3,933 dan nilai F tabel
sebesar 2,56. Ini berarti bahwa F hitung > F tabel (3,933 > 2,56). Dan
tingkat signifikasinya lebih kecil dari α : 5% (0,05) (sig < α), maka hal
itu menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa
semua variabel independen seperti : kepemilikan institusonal,
kepemilikan publik, jumlah pemilik saham, profitabilitas, dan
pertumbuhan perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap rasio hutang.
c. Pengaruh Variabel Independen Secara Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap
variabel dependen. Apabila T hitung lebih besar dari T tabel (T hit > T tab)
dan nilai signifikan T hitung lebih kecil dari α : 5% (0,05) (sig < α),
berarti terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen secara
parsial dengan variabel dependen. Dengan menggunakan metode
analisis regresi linear berganda, diperoleh hasil sebagai berikut :
95
Tabel 4.11
Pengujian Variabel Independen secara Parsial
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) -.203 .033 -6.092 .000
LNINS -.106 .028 -.774 -3.849 .000 .365 2.739
LNPUBLIC -.017 .006 -.603 -3.139 .003 .401 2.494
LNJML .001 .012 .014 .107 .915 .915 1.093
LNROA -.012 .005 -.339 -2.517 .015 .816 1.226
1
LNGROWTH .006 .003 .255 2.026 .048 .935 1.070
a. Dependent Variable: LNDR
Sumber : Output SPSS (data setelah diolah)
Berdasarkan tabel di atas, besarnya pengaruh masing-masing
variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel
dependen dapat dijelaskan sebagai berikut : kepemilikan institusional,
dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa T hitung > T tabel (-3.849 >
1,675) dan tingkat signifikasinya sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf
signifikan α : 5% (0,05) (sig < α). Dengan demikian, secara parsial
hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, kepemilikan
institusional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rasio
hutang. Dan koefisien regresi sebesar – 0,106 menunjukkan hubungan
yang negatif. Artinya, jika terjadi perubahan struktur kepemilikan
96
institusional sebesar 1%, maka rasio hutang akan mengalami
penurunan sebesar 0,106 (10,6%).
Pada tabel 4.13 diketahui bahwa kepemilikan publik menunjukkan
nilai T hitung > T tabel (- 3.139 > 1,675) dan tingkat signifikasinya
sebesar 0,003 lebih kecil dari taraf signifikan α : 5% (0,05) (sig < α).
Dengan demikian, secara parsial hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1
diterima. Artinya, kepemilikan publik juga mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap rasio hutang. Dan koefisien regresi sebesar – 0,017
juga menunjukkan hubungan yang negatif. Artinya, jika terjadi
perubahan struktur kepemilikan publik sebesar 1%, maka rasio hutang
juga akan mengalami penurunan sebesar 0,017 (1,7%).
Sebaran kepemilikan saham yang diukur dari jumlah pemegang
saham dalam tabel 4.13 diketahui bahwa variabel jumlah kepemilikan
saham menunjukkan nilai T hitung < T tabel (0,107 < 1,675) dan tingkat
signifikasinya sebesar 0,915 lebih besar dari taraf signifikan α : 5%
(0,05) (sig < α). Dengan demikian, secara parsial hipotesis H0 diterima
dan hipotesis H1 ditolak. Artinya, jumlah pemegang saham tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Dan
koefisien regresi sebesar 0,001 menunjukkan hubungan yang positif.
Artinya, jika terjadi perubahan jumlah pemegang saham sebesar 1%,
maka rasio hutang juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,001
(0,1%).
97
Profitabilitas yang diukur dengan ROA memiliki nilai T hitung > T
tabel (-2,517 > 1,675) dan tingkat signifikasinya sebesar 0,015 lebih
kecil dari taraf signifikan α : 5% (0,05) (sig < α). Dengan demikian,
secara parsial hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima. Artinya,
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba (profitabilitas)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rasio hutang. Dan
koefisien regresi sebesar – 0,012 juga menunjukkan hubungan yang
negatif. Artinya, jika terjadi perubahan profitabilitas sebesar 1%, maka
rasio hutang juga akan mengalami penurunan sebesar 0,012 (1,2%).
Variabel pertumbuhan perusahaan (growth) memiliki nilai T hitung >
T tabel (2.026 > 1,675) dan tingkat signifikasinya sebesar 0,048 lebih
kecil dari taraf signifikan α : 5% (0,05) (sig < α). Dengan demikian,
secara parsial hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima. Artinya,
pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap rasio hutang. Dan koefisien regresi sebesar 0,006
menunjukkan hubungan yang positif. Artinya, jika terjadi perubahan
growth sebesar 1%, maka rasio hutang akan meningkat sebesar 0,006
(0,6%).
Konstanta sebesar -0.203 menyatakan bahwa jika variabel
independen yaitu : kepemilikan institusional, kepemilikan publik,
jumlah pemegang saham, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan
bernilai tetap atau konstan, maka nilai dari variabel dependen yaitu
rasio hutang adalah sebesar – 0,203 (-20,3%).
98
D. Interpretasi
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, maka dapat disusun persamaan regresi
untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = – 0,203 - 0,106 X2 - 0,017 X3 + 0,001 X4 - 0,012 X5 + 0.006 X6 + e
Dari hasil pengujian hipotesis, maka dapat diinterpretasikan bahwa dari 5
variabel yang digunakan, ada 4 variabel yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (rasio hutang), yaitu kepemilikan institusional,
kepemilikan publik, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan. Sementara
variabel jumlah pemegang saham tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen (rasio hutang).
Kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian
ini konsisten dengan teori dan penelitian yang dilakukan oleh Moh’d et al
(1998), Bathala et al (1994), dan Erni Masdupi (2005). Kehadiran institusional
investor dapat digunakan sebagai alat untuk memonitoring manajemen dalam
rangka untuk meminimumkan biaya keagenan yang ditimbulkan oleh hutang
(agency cost of debt). Hal ini karena kepemilikan oleh institusional merupakan
sumber kekuasaan yang didapat untuk mendukung atau menentang
keberadaan manajemen. Meningkatnya kepemilikan saham oleh institusional
investor juga dapat mengimbangi kebutuhan terhadap hutang. Dengan
demikian, kehadiran institusional investor di dalam perusahaan, akan
99
berhubungan negatif dengan rasio hutang perusahaan (Shleifer dan Vishny
dalam Faisal : 2003).
Kepemilikan saham oleh publik (masyarakat) juga memiliki pengaruh
yang negatif dan signifikan terhadap rasio hutang. Penelitian ini konsisten
dengan teori dan penelitian yang dilakukan oleh Moh’d et al (1998),
Kepemilikan saham publik yang tinggi dalam perusahaan, maka mereka akan
dapat membantu kepemilikan institusional untuk mengawasi kinerja manajer
dalam penggunaan hutang dan aktifitas operasional perusahaan. Dengan
begitu, manajer dapat menggunakan hutang seoptimal mungkin sehingga
dapat mengurangi biaya keagenan.
Pengaruh penyebaran saham yang diukur dari jumlah kelompok pemegang
saham tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
Hal ini disebabkan jumlah pemegang saham di Bursa Efek Indonesia
terkonsentrasi pada beberapa kelompok pemegang saham (tidak menyebar).
Sehingga penyebaran pemegang saham tidak begitu mempengaruhi terhadap
posisi manajemen yang konservatif terhadap penggunaan hutang.
Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA juga memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap rasio hutang. Koefisien regresi sebesar – 0,012 juga
menunjukkan hubungan yang negatif. Artinya, jika terjadi perubahan
profitabilitas sebesar 1%, maka rasio hutang juga akan mengalami penurunan
sebesar 0,012 (1,2%). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba yang tinggi akan mengurangi penggunaan hutang
100
dalam sumber pendanaannya. Hal ini disebabkan ROA yang tinggi
memungkinkan perusahaan melakukan permodalan dengan laba ditahan saja
(Brigham dan Houston, 2006:43). Hasil pengujian hipotesis ini konsisten
dengan teori dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Myers (1984),
Jensen et al (1992), Moh’d et al (1998), dan Erni Masdupi (2005) yang
mengemukakan bahwa kemampuan perusahaan memperoleh laba mempunyai
pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif dengan rasio hutang.
Variabel pertumbuhan perusahaan (growth) juga mempunyai pengaruh
yang signifikan dan terhadap rasio hutang. Arah hubungannya juga positif.
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan
dicerminkan oleh pertumbuhan aktivanya. Perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal
eksternal dimaksudkan untuk mengantisipasi peningkatan di semua bidang.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan growth rate mempunyai
pengaruh signifikan yang positif terhadap struktur modal (Brigham dan
Houston, 2006:43). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
Moh’d, et. al (1998), dan Wahidahwati ( 2001 ) yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan pertumbuhan perusahaan terhadap hutang
dengan pendekatan agency theory. Dalam hal ini perusahaan cenderung untuk
meningkatkan hutang karena perusahaan membutuhkan dana yang besar
seiring pertumbuhannya. Hal ini dikarenakan tidak mencukupinya dana
internal sehingga perusahaan membutuhkan dana eksternal berupa hutang.
101
Dari empat variabel yang signifikan, yaitu kepemilikan institusional,
kepemilikan publik, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan, maka dapat
dilihat variabel yang paling dominan terhadap kebijakan hutang, yaitu
kepemilikan institusional, karena nilai Betanya paling besar yaitu 0,106.
102
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-
bab sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
(kepemilikan institusional, kepemilikan publik, jumlah pemegang
saham,profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan) terhadap variabel
dependen (kebijakan hutang) secara bersama-sama pada perusahaan
perbankan yang menjadi objek penelitian pada periode 2004 - 2008.
Kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang perusahaan. Kepemilikan saham oleh publik
(masyarakat) juga memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
rasio hutang. Pengaruh penyebaran saham yang diukur dari jumlah
kelompok pemegang saham tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kebijakan hutang. Variabel profitabilitas yang diukur dengan
ROA juga memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap rasio
hutang. Variabel pertumbuhan perusahaan (growth) mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan dan terhadap rasio hutang.
2. Dari empat variabel yang signifikan, yaitu kepemilikan institusional,
kepemilikan publik, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan, maka
103
dapat dilihat variabel yang paling dominan terhadap kebijakan hutang,
yaitu kepemilikan institusional, karena nilai Betanya paling besar yaitu
0,106.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, meka penulis
mengemukakan beberapa saran yang mungkin bermanfaat, di antaranya :
1. Variabel independen dalam penelitian ini hanya dapat menjelaskan 21,7%
saja terhadap variabel dependen, sehingga untuk penelitian lebih lanjut,
dapat dilakukan dengan mengganti atau menambahkan variabel
independen dengan variabel lain selain variabel yang telah digunakan.
sehingga dapat menjelaskan secara keseluruhan.
2. Memperluas penelitian dengan cara memperpanjang periode penelitian
dengan menambah tahun amatan dan juga memperbanyak jumlah sampel
untuk penelitian yang akan datang.
3. Penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan memperluas model
penelitian sebelumnyan. Menggunakan metode dan alat uji yang lebih
lengkap dan akurat sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih valid.
104
C. Implikasi
1. Bagi investor, kebijakan hutang dan struktur kepemilikan dapat dijadikan
pertimbangan dalam menentukan dan memutuskan investasi yang akan
dilaksanakan. Karena setiap investor menginginkan prospek yang baik
bagi perusahaannya di masa depan.
2. Bagi manajemen perusahaan, selain variabel insiders, institutional, dan
public investor yang telah dijelaskan di atas, juga disarankan untuk
mempertimbangkan variabel-variabel lain seperti profitabilitas dan
pertumbuhan perusahaan dalam pengambilan keputusan mengenai
kabijakan hutang perusahaan. Karena faktor-faktor tersebut mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Dengan
mempertimbangkan faktor tersebut, diharapkan akan membantu
perusahaan dalam membuat kebijakan tentang tingkat hutang yang optimal
dalam struktur modal perusahaan sehingga dapat meminimumkan biaya
keagenan dan memaksimumkan nilai perusahaan.
3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat terus dikembangkan dengan
memperluas sampel penelitian, tidak hanya pada perusahaan perbankan.
Namun juga pada kelompok – kelompok perusahaan yang lainnya. Selain
itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat dikembangkan dengan model
penelitian yang baru.
105
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Faisal. 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kelima. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Ahmad B, Thoriq. 2008. Analisis Pengaruh Kepemilikan Managerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakn Hutang dengan Menggunakan Kontrol Deviden dan Asset pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Http://etd.eprints.ums.ac.id /788/1/B100030447.
Aryasari, Devita. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Utang Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=107567.
Bank Indonesia. 2009. Kajian Stabilitas Keuangan. No. 13, September 2009. Jakarta.
Block, Stanley B. dan Geoffrey A. Hirt. 2000. Foundation of financial management. The McGraw-Hill Compenies, Inc.
Brigham, E.F, Gapenski, E.C dan Daves P.R. 2001. Intermediate Financial Management. USA : The Dryden Press, Harcourt Brace College Pub.
Brigham, E.F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan, Buku Dua. Jakarta : Erlangga.
------------------------------------------------. 2006. Foundamental of Financial Management, (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan) edisi 10. Jakarta : Salemba Empat.
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Copeland, Thomas E. dan J. Fred Weston. 2000. Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga.
Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Deviden. Jurnal bisnis dan akuntansi, Vol. 10, No.1.
Faisal. 2003. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol.5, No.3.
106
Fabozzi, Frank J. dan Pamela P. Peterson. 2003. Financial Management & Analysis. New Jersey: John Wiley & Sons, inc.
Feliana, Yie Ke. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Perusahaan dan Transaksi dengan Pihak-Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa terhadap Daya Informasi Akuntansi. Makassar: Simposium nasional akuntansi X. www.unhas.ac.id.
Haddad, Muliaman D, dkk.2003. Kajian Mengenai Struktur Kepemilikan Bank di Indonesia. www.bi.go.id.
Hamid, Abdul. 2007 .Buku Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta : FEIS UIN Press.
Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Harmono. 2009. Manajemen Keuangan : Berbasis Balance Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Haruman, Tendi. 2008. Struktur Kepemilikan, Keputusan Keuangan, dan Nilai Perusahaan. Finance and Banking Journal, Vol. 10, No. 2.
Haryono, Slamet. 2005. Struktur kepemilikan dalam Bingkai Teori Keagenan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.5, No.1.
Hendrawaty, Ernie. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajemen Internal Perusahaan, Resiko Bisnis dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Http://digilib.unila.ac.id /files/disk1/32/laptunilapp-gdl-res-2009-penelitier-1570-2008_lp_-i.
Herlambang, Wing Istia. 2004. Pengaruh Kepemilikan Saham pada Struktur Modal Perusahaan (Suatu Studi Empiris pada Pasar Modal di Indonesia). Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Http : www.digilib.ui.ac.id /opac/themes/libri2/detail.jsp?id=94130.
Husnan, Suad, dan Enny Pudjiaastuti. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Edisi Ketiga. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Ismiyanti, Fitri dan M. Hanafi Mamduh. 2004. Struktur Kepemilikan, Resiko, dan Kebijakan Hutang : Analisis Persamaan Simultan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.19, No.2.
Isnanta. 2008. Pengaruh Corporate Governancedan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Rac.uii.ac.id.
107
Jensen, Michael C, dan William H. Meckling. 1976. Managerial Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economic. No.3.
Jensen, Michael C. 1986. Agency Cost of free cash flow, corporate finance, and takeovers. American Economic Review.
Jensen, G.D. Solberg, dan T. Zorn. 1992. Simultaneous Determination Of Insider Ownership, Debt, And Deviden Policies. Journal of Financial and Quantitative Analysis.
Judisseno, Rimsky. 2005. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kasenda, Farid. 2005. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Aktiva Berwujud, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perussahaan dalam Industry Barang Konsumsi di BEJ. Fakultas Ekonomi UI. Http://Garuda.Dikti.Go.Id.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta : Rajawali Pers.
---------. 2004. Pemasaran Bank. Jakarta : Kencana Prenada Media.
---------. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya : Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Keown, Arthur J. dan David S. Scott, Jr et al. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku Dua. Jakarta : Salemba Empat.
Mankiw, Gregory. 2006 Principles of Economics (Pengantar Ekonomi Mikro). Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat.
Masdupi, Erni. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.20, No.1. I-Lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataid=8863.
Mayasto, Hartawan Hari. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Struktur Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, dan Jumlah Dewan Komisaris Perusahaan terhadap Pengaturan Laba (Earnings Manajemen). Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. www.ums.ac.id.
Mishkin, Frederic. C. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan : Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat.
Modigliani, Franco, Frank J. Fabozi, dan Michael G. Ferri. 2000. Pasar dan Lembaga Keuangan, Buku Satu. Jakarta : Salemba Empat, Prentice Hall.
108
Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Jilid 1. Surabaya : Bayumedia Publishing.
Moh’d, Mahmoud A, Larry G. Perry, dan James N. Rimbey. 1998. The Impact Of Ownership Structure On Corporate Debt Policy : A Time Series Cross-Sectional Analysis. Journal of Finance.
Mugiharta. 2003. Analisis Kepemilikan Saham Manajemen dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Debt to Equity Ratio Di Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. www.eprints.undip.ac.id/8194/1/mugiharta.pdf.
Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistic Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : Andi
Pithaloka, Nina Diah. 2009. Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang: dengan Pendekatan Pecking Order Theory. Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Http://fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/ 0511031013.
Raditya, Firmansyah. 2006. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Persero dan Perbankan Swasta Nasional Go Public. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Www. rac.uii.ac.id/server/document/Public.
Ramadhan, Taufan. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di BEJ Periode 2004-2006. Fakultas ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Http : //etd.eprints.ums.ac.id.
Rodoni, Ahmad. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Center for Sosial Economics Studies.
Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta : Andi
Setiawan, Maman dkk. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik
Perusahaan, dan Karakteristik Tata Kelola Korporasi terhadap Kinerja Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran. Www.unpad.ac.id.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Kelima. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Sjahrial, Dermawan. 2006. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Mitra Wacana Media.
109
Sugeng, Bambang.2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen Di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Jurnal ekonomi bisnis tahun 14 no. 1. Www. Fe.um.ac.id.
Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra. http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MAN.
Sukmaja. 2009. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang dalam Mengontrol Masalah Keagenan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Susilo, dkk. 2000. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Jakarta : Alfabeta
Tarjo. 2005. Analisis Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Publik Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.8, No.1.
Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi Dua. Jakarta: Salemba Empat.
Umar, Husein. 2000. Research Methode in Finance and Banking. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wahidawati. 2001. Pengaruh kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah perspektif Agency Theory. Simposium Nasional Akuntansi IV.
Weston, J. Fred. 2001. Manajemen Keuangan : Edisi Kesembilan Jilid Satu. Jakarta : Binarupa Aksara.
Wijaya, Faried dan Soetatwo Hadiwigeno. 2000. Lembaga-Lembaga Keuangan dan Bank, Edisi Dua. Yogyakarta : BPPFE.
Van Horne, James. C. 2001. Financial Management and Policy. New Jersey : Prestice Hall, inc.
Van Horne, James C. dan John M. Wachowicz, Jr. 2005. Fundamental of Financial Management. New Jersey : Prestice Hall, inc.
Young, S.David, dan Stephen F. O’byrne. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai. Jakarta : Salemba Empat.
110
111
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Perbankan Nasional
NO NAMA BANK NO NAMA BANK 1 Bank Nasional Indonesia tbk 21 Bank Bukopin 2 Bank Rakyat Indonesia tbk 22 Bank Windu Kentjana 3 Bank Tabungan Negara 23 Bank Century tbk 4 Bank Ekspor Impor 24 Bank Ekonomi Raharja 5 Bank Mandiri tbk 25 Bank Ganesha 6 Bank Antar Daerah 26 Bank Haga 7 Bank Arta Graha 27 Bank Hagakita 8 Bank Arta Niaga Kencana tbk 28 Bank IFI 9 Bank Bumi Arta 29 Bank Kesawan tbk 10 Bank Bumiputera Indonesia 30 Bank Lippo tbk 11 Bank Central Asia tbk 31 Bank Mayapada Internasional 12 Bank Danamon Indonesia tbk 32 Bank Mega tbk 13 Bank Halim Indonesia 33 Bank Niaga tbk 14 Bank Internasional Indonesia 34 Bank NISP tbk 15 Bank Mestika Dharma 35 Bank Permata tbk 16 Bank Metro Express 36 Pan Indonesia Bank tbk 17 Bank Maspion Indonesia 37 Bank swadesi tbk
18 Bank Nusantara Parahyangan tbk 38 Bank Syariah Mandiri
19 Bank Shinta Indonesia 39 Bank Syariah Muamalat Indonesia tbk
20 Bank Buana Indonesia tbk
i
Lampiran 2
TABEL STRUKTUR KEPEMILIKAN PERUSAHAAN
N BANK/TAHUN Institusional Manajerial Publik Jumlah
Pemegang Saham
1 bank mandiri 04 0.6954 0 0.3046 3 2 bank bni 04 0.9912 0 0.0088 2 3 bank bri 04 0.5908 0 0.4092 2 4 bank bumi putera 04 0.7328 0 0.2672 3 5 bank bca 04 0.5627 0 0.4373 4 6 bank danamon 04 0.7626 0 0.2374 3 7 bii 04 0.6856 0 0.3144 5 8 bank mega 04 0.5728 0 0.4272 2 9 bank niaga 04 0.6 0 0.4 2 10 bank nisp 04 0.6456 0 0.3544 5 11 bank permata 04 0.8927 0 0.1073 4 12 bank mandiri 05 0.7876 0 0.2124 3 13 bank bni 05 0.9912 0 0.0088 2 14 bank bri 05 0.5816 0 0.4184 2 15 bank bumi putera 05 0.7328 0 0.2672 3 16 bank bca 05 0.5118 0 0.4882 3 17 bank danamon 05 0.7641 0 0.2359 3 18 bii 05 0.6844 0 0.3156 4 19 bank mega 05 0.5728 0 0.4272 2 20 bank niaga 05 0.6425 0 0.3575 2 21 bank nisp 05 0.7946 0 0.2054 3 22 bank permata 05 0.8926 0 0.1074 4 23 bank mandiri 06 0.6786 0 0.3214 2 24 bank bni 06 0.9912 0 0.0088 2 25 bank bri 06 0.5697 0 0.4303 2 26 bank bumi putera 06 0.7305 0 0.2695 3 27 bank bca 06 0.5152 0 0.4848 4 28 bank danamon 06 0.7424 0 0.2576 3 29 bii 06 0.6242 0 0.3758 3 30 bank mega 06 0.522 0 0.478 2 31 bank niaga 06 0.9388 0 0.0612 3 32 bank nisp 06 0.7946 0 0.2054 3 33 bank permata 06 0.8901 0 0.1099 3 34 bank mandiri 07 0.6727 0 0.3273 2 35 bank bni 07 0.7636 0 0.2364 2 36 bank bri 07 0.5683 0 0.4317 2 37 bank bumi putera 07 0.7305 0 0.2695 3 38 bank bca 07 0.5152 0 0.4848 4
ii
39 bank danamon 07 0.6805 0 0.3195 2 40 bii 07 0.6805 0 0.3145 4 41 bank mega 07 0.5522 0 0.4478 2 42 bank niaga 07 0.6313 0 0.3687 2 43 bank nisp 07 0.7957 0 0.2043 3 44 bank permata 07 0.8901 0 0.1099 3 45 bank mandiri 08 0.6697 0 0.3303 2 46 bank bni 08 0.7636 0 0.2364 2 47 bank bri 08 0.5679 0 0.4321 2 48 bank bumi putera 08 0.7305 0 0.2695 3 49 bank bca 08 0.4834 0 0.5166 4 50 bank danamon 08 0.6786 0 0.3214 2 51 bii 08 0.9752 0 0.248 3 52 bank mega 08 0.5782 0 0.4218 2 53 bank niaga 08 0.9388 0 0.612 3 54 bank nisp 08 0.819 0 0.181 3 55 bank permata 08 0.8901 0 0.1099 3
iii
Lampiran 3
TABEL PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN
N BANK/TAHUN ROA GROWTH
1 BANK MANDIRI 04 0.0319 -0.0224
2 BANK BNI 04 0.0245 0.0347
3 BANK BRI 04 0.0577 0.1152
4 BANK BUMI PUTERA 040.0127 0.1438
5 BANK BCA 04 0.0321 0.1061
6 BANK DANAMON 04 0.0451 0.086
7 BII 04 0.0235 0.0332
8 BANK MEGA 04 0.0299 0.2583
9 BANK NIAGA 04 0.0291 0.229
10 BANK NISP 04 0.025 0.1339
11 BANK PERMATA 04 0.023 0.0864
12 BANK MANDIRI 05 0.0319 0.0545
13 BANK BNI 05 0.0161 0.0757
14 BANK BRI 05 0.0504 0.1282
15 BANK BUMI PUTERA 05-0.0124 0.1183
16 BANK BCA 05 0.0344 0.0061
17 BANK DANAMON 05 0.0426 0.1367
18 BII 05 0.0172 0.2438
19 BANK MEGA 05 0.0125 0.2558
20 BANK NIAGA 05 0.021 0.2593
iv
21 BANK NISP 05 0.0152 0.1131
22 BANK PERMATA 05 0.012 0.0866
23 BANK MANDIRI 06 0.0047 0.0075
24 BANK BNI 06 0.0185 0.1285
25 BANK BRI 06 0.0436 0.2065
26 BANK BUMI PUTERA 060.0026 0.2028
27 BANK BCA 06 0.038 0.1505
28 BANK DANAMON 06 0.024 0.1612
29 BII 06 0.0143 0.0191
30 BANK MEGA 06 0.008 0.1893
31 BANK NIAGA 06 0.0227 0.1096
32 BANK NISP 06 0.0155 0.1708
33 BANK PERMATA 06 0.012 0.0841
34 BANK MANDIRI 07 0.024 0.1556
35 BANK BNI 07 0.0085 0.0725
36 BANK BRI 07 0.0461 0.2401
37 BANK BUMI PUTERA 070.0057 0.1467
38 BANK BCA 07 0.0334 0.1888
39 BANK DANAMON 07 0.025 0.081
40 BII 07 0.0123 0
41 BANK MEGA 07 0.0233 0.1127
42 BANK NIAGA 07 0.025 0.5019
43 BANK NISP 07 0.0131 0.1644
44 BANK PERMATA 07 0.019 0.0361
v
45 BANK MANDIRI 08 0.0269 0.1033
46 BANK BNI 08 0.0112 0.0917
47 BANK BRI 08 0.0418 0.1724
48 BANK BUMI PUTERA 080.0009 -0.0093
49 BANK BCA 08 0.0342 0.1126
50 BANK DANAMON 08 0.0158 0.1737
51 BII 08 0.0123 0.0466
52 BANK MEGA 08 0.0198 -0.0013
53 BANK NIAGA 08 0.011 0.0911
54 BANK NISP 08 0.0154 0.1541
55 BANK PERMATA 08 0.017 0.2738
vi
Lampiran 4
TABEL RASIO HUTANG PERUSAHAAN
N BANK/TAHUN RASIO HUTANG
1 BANK MANDIRI 04 0.8855
2 BANK BNI 04 0.8975
3 BANK BRI 04 0.8855
4 BANK BUMI PUTERA 04 0.9275
5 BANK BCA 04 0.9167
6 BANK DANAMON 04 0.8429
7 BII 04 0.8999
8 BANK MEGA 04 0.9361
9 BANK NIAGA 04 0.9254
10 BANK NISP 04 0.9026
11 BANK PERMATA 04 0.9397
12 BANK MANDIRI 05 0.8923
13 BANK BNI 05 0.9048
14 BANK BRI 05 0.8961
15 BANK BUMI PUTERA 05 0.9263
16 BANK BCA 05 0.9052
17 BANK DANAMON 05 0.8388
18 BII 05 0.8936
19 BANK MEGA 05 0.9452
20 BANK NIAGA 05 0.8762
21 BANK NISP 05 0.8659
22 BANK PERMATA 05 0.9312
vii
23 BANK MANDIRI 06 0.8893
24 BANK BNI 06 0.9199
25 BANK BRI 06 0.9035
26 BANK BUMI PUTERA 06 0.9018
27 BANK BCA 06 0.9078
28 BANK DANAMON 06 0.8621
29 BII 06 0.8854
30 BANK MEGA 06 0.935
31 BANK NIAGA 06 0.9371
32 BANK NISP 06 0.8793
33 BANK PERMATA 06 0.9036
34 BANK MANDIRI 07 0.9068
35 BANK BNI 07 0.9055
36 BANK BRI 07 0.9162
37 BANK BUMI PUTERA 07 0.9127
38 BANK BCA 07 0.9144
39 BANK DANAMON 07 0.858
40 BII 07 0.8854
41 BANK MEGA 07 0.9329
42 BANK NIAGA 07 0.924
43 BANK NISP 07 0.8755
44 BANK PERMATA 07 0.8983
45 BANK MANDIRI 08 0.9197
46 BANK BNI 08 0.9136
47 BANK BRI 08 0.922
48 BANK BUMI PUTERA 08 0.9129
viii
49 BANK BCA 08 0.9147
50 BANK DANAMON 08 0.9094
51 BII 08 0.8775
52 BANK MEGA 08 0.898
53 BANK NIAGA 08 0.8683
54 BANK NISP 08 0.8762
55 BANK PERMATA 08 0.9198
ix
Lampiran 5
HASIL REGRESI OUTPUT SPSS
Warnings
For models with dependent variable DR, the following variables are constants or have
missing correlations: MNJ. They will be deleted from the analysis.
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 GROWTH, ROA,
JML, PUBLIC,
INSa
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .443a .196 .114 .0227521 2.164
a. Predictors: (Constant), GROWTH, ROA, JML, PUBLIC, INS
b. Dependent Variable: DR
x
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) .992 .044 22.326 .000
INS -.092 .042 -.535 -2.182 .034 .273 3.660
PUBLIC -.058 .041 -.335 -1.428 .160 .298 3.361
JML .000 .004 -.034 -.258 .797 .951 1.052
ROA -.541 .251 -.302 -2.157 .036 .838 1.194
1
GROWTH .062 .036 .231 1.707 .094 .897 1.115
a. Dependent Variable: DR
xi
xii
xiii
Lampiran 6
HASIL OUTPUT SPSS SETELAH DITRANSFORMASI
Regression
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 LNGROWTH,
LNPUBLIC,
LNJML, LNROA,
LNINSa
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .539a .291 .217 .0239110 2.015
a. Predictors: (Constant), LNGROWTH, LNPUBLIC, LNJML, LNROA, LNINS
b. Dependent Variable: LNDR
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .011 5 .002 3.933 .005a
Residual .027 48 .001 1
Total .039 53
a. Predictors: (Constant), LNGROWTH, LNPUBLIC, LNJML, LNROA, LNINS
b. Dependent Variable: LNDR
xiv
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value -.144344 -.070084 -.103750 .0145646 54
Std. Predicted Value -2.787 2.311 .000 1.000 54
Standard Error of Predicted
Value
.004 .015 .008 .003 54
Adjusted Predicted Value -.145429 -.070629 -.103603 .0154507 54
Residual -.0556045 .0555437 .0000000 .0227552 54
Std. Residual -2.325 2.323 .000 .952 54
Stud. Residual -2.408 2.433 -.003 .991 54
Deleted Residual -.0596145 .0609299 -.0001466 .0247295 54
Stud. Deleted Residual -2.541 2.571 -.004 1.014 54
Mahal. Distance .778 19.117 4.907 4.336 54
Cook's Distance .000 .096 .014 .020 54
Centered Leverage Value .015 .361 .093 .082 54
a. Dependent Variable: LNDR
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) -.203 .033 -6.092 .000
LNINS -.106 .028 -.774 -3.849 .000 .365 2.739
LNPUBLIC -.017 .006 -.603 -3.139 .003 .401 2.494
LNJML .001 .012 .014 .107 .915 .915 1.093
LNROA -.012 .005 -.339 -2.517 .015 .816 1.226
1
LNGROWTH .006 .003 .255 2.026 .048 .935 1.070
a. Dependent Variable: LNDR
xv
Lampiran 7 Charts
xvi
xvii