M. KURNIAWAN DITO. A 50700112029INTRA MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM...
Transcript of M. KURNIAWAN DITO. A 50700112029INTRA MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM...
i
POLA KOMUNIKASI PIMPINAN FAKULTAS TERHADAP LEMBAGA
INTRA MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Oleh
M. KURNIAWAN DITO. A 50700112029
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2016
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : M Kurniawan Dito A
NIM : 50700112029
Tempat/Tgl Lahir : Gorontalo, 5 Mei 1994
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Alamat : Jl. Beringin 2 No.21, Hertasning
Judul : Pola Komunikasi Pimpinan Fakultas Terhadap Lembaga Intra Mahasiswa Fakultas Dakwah & Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini
benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan
duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka
skripsi ini dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Samata, 2 November 2016
Penyusun,
M Kurniawan Dito A
NIM: 50700112029
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat, nikmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga, skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi Pimpinan Fakultas Terhadap Lembaga Intra Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar dapat terselesaikan. Guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw, sebagai suri tauladan, seorang putra padang pasir yang mengemban amanah cukup besar dari Allah SWT sebagai penuntun ke arah yang benar menuju jalan yang diridhai-Nya, serta menuntun umat manusia dari jaman jahiliyah menuju jaman yang berperadaban.
Penyusunan skripsi ini, menjadi ajang untuk memperluas khazanah pengetahuan bagi penulis, dan juga sebagai modal untuk menimba ilmu lebih banyak lagi. Namun penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi, sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, melalui ucapan sederhana ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Musafir Pababari, M.Si, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Wakil Rektor I Bapak Prof. Dr. Mardan,
M.Ag, wakil Rektor II Bapak Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A, dan wakil Rektor
III Ibu Prof. Siti Aisyah, M.A., Ph.D yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menimba ilmu di UIN Alauddin Makassar.
2. Bapak Dr. H. Abd. Rasyid Masri, S.Ag., M.Pd., M.Si., M.M selaku Dekan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, wakil Dekan I
Bapak Dr. Misbahuddin, M.Ag., wakil Dekan II Bapak Dr. H. Mahmuddin,
M.Ag, dan wakil Dekan III Ibu Dr. Nursyamsiah, M.Pd.I yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
v
3. Ibu Ramsiah Tasruddin, S.Ag., M.Si dan Bapak Haidir Fitra Siagian, S.Sos.,
M.Si., Ph.D selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan motivasi
selama penulis menempuh kuliah berupa ilmu, nasehat serta pelayanan sampai
penulis dapat menyelesaikan kuliah.
4. Bapak Dr. Nurhidayat M. Said, M.Ag selaku pembimbing I yang selalu
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membantu dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi yang penulis susun. Nasehat dan motivasi
yang bapak berikan selama proses penyusunan skripsi, membuat penulis merasa
terpacu dan lebih bersemengat untuk belajar lebih giat dan menjadi pribadi yang
lebih bermanfaat lagi bagi orang lain. Terima kasih juga atas pengalaman-
pengalaman yang telah bapak ceritakan yang dapat memotivasi penulis, serta
diselingi candaan sehingga proses bimbingan tidak terasa kaku dan tegang namun
santai tapi serius.
5. Bapak Dr. Muhammad Anshar Akil, ST., M.Si selaku pembimbing II yang selalu
memberikan motivasi dan masukan dalam proses penyusunan skripsi ini. Terima
kasih telah berbagi pengalaman selama berkecimpung dalam dunia fotografi dan
terima kasih juga telah memberikan nasehat dan mengajarkan ilmu fotografi
kepada penulis sebagai modal untuk masuk ke dalam dunia fotografi secara
profesional.
6. Ibu Dr. Nur Syamsiah M.Pd.I selaku munaqisy I dan Ibu Mudzhira Nur
Amrullah, S.Sos., M.Si selaku munaqisy II yang telah memberikan kritik dan
saran sebagai perbaikan dalam menyelesaikan skripsi.
7. Dosen-dosen jurusan Ilmu Komunikasi UIN Alauddin Makassar yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis dan staf jurusan Ilmu
Komunikasi beserta staf akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Alauddin Makassar yang banyak membantu selama proses perkuliahan sampai
pada penyelesaian skripsi ini.
vi
8. Kedua orang tua penulis, Almarhum Bapak Husni Thamrin dan Ibu Herlina E
nte.Terima kasih atas segala pengorbanan, kesabaran, dukungan, semangat,
nasehat dan do’a serta kasih sayang tak terhingga yang tidak bosan-bosannya
selalu engkau curahkan kepada ananda, semoga Bapak dan Ibu selalu berada
dalam lindungan-Nya.
9. Saudaraku tercinta Armando Wicaksono dan Dita Nastiti L yang selalu memacu
semangat, memberikan arahan dan nasehat kepada penulis dalam bersikap.
10. KomAndan (Ilmu Komunikasi A 2012), sahabat sekaligus sebagai keluarga yang
selalu hadir di sisi sahabatnya di kala suka maupun duka, selalu memberi
motivasi, saling mengingatkan kepada kebaikan. Saling maccalla, namun itulah
yang membuat kita lebih dekat bagaikan saudara, saling terbuka dan saling
menasehati. Kita memang tidak sedarah namun kita adalah saudara, jangan lupa
trip kawan, tetaplah seperti kita yang dulu yang suka jalan, karena dengan
berjalan maka kita dapat bertemu kembali.
11. Dompalak Tim Beserta Jajaran Pengurus HMJ IKOM periode 2013-2014 Yang
Sudah memberikan Pelajaran Baru Dalam kehidupan berorganisasi.
12. Keluarga besar Ilmu Komunikasi, terkhusus teman-teman Ilmu Komunikasi 2012
(RELASI) yang sama-sama berjuang menyusun skripsi dan menyelesaikan
studinya, agar kelak dapat memberikan bantuan yang lebih untuk adik-adiknya di
jurusan Ilmu Komunikasi UIN Alauddin.
13. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI),
terkhusus IMIKI PPT UIN Alauddin yang telah yang memberikan banyak ilmu
dan pengembangan pengetahuan mengenai dunia komunikasi, memberikan
banyak pengalaman dan pengetahuan tentang keorganisasian, serta memberikan
kesempatan untuk bersilaturahmi dengan kawan-kawan mahasiswa ilmu
komunikasi di seluruh Indonesia. Terima kasih juga kepada senior-senior IMIKI
Cabang Makassar yang telah memberikan petunjuk, saran dan solusi kepada
penulis untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi selama
bergabung di IMIKI.
vii
14. Terima kasih untuk semua orang yang telah memberikan dukungan moril dan
materil kepada peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung selama
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bemanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan terkhusus bagi penulis.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Samata, 30 Maret 2017
Muhammad Kurniawan Dito. A
50700112029
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL..…………………..…………………………………………………..….. i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………………………………………….. ii
PENGESAHAN SKRIPSI………………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI………………………………………………….………………….. viii
ABSTRAK ………………………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah ………………..………………….……………... 6 C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ....................................... 7 D. Manfaat Penelitian …………………. ................................................ 7 E. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian ………………. 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka ……………………………................................... 9 1. Strategi Komunikasi Organisasi ………………………………… 9 2. Arah Aliran Informasi Organisasi ………………………………. 12
a. Arus Komunikasi ke Bawah ………………………………… 12 b. Arus Komunikasi ke Atas …………………………………… 14 c. Arus Komunikasi Horizontal ……………………………….. 17 d. Arus Komunikasi Lintas Saluran …………………………… 19
3. Langkah – Langkah Komunikasi ……………………………….. 20 B. Kerangka Berpikir ……………………………………………………
24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………............ 26 B. Jenis Penelitian ……………….…………………………………….. 26 C. Populasi dan Teknik Sampling ………………………………......... 27 D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………..…... 27 E. Teknik Analisis Data ……………………..………………………... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Fakultas Dakwah dan Komunikasi………………. 30 1. Sejarah Fakultas Dakwah dan Komunikasi…………………........ 30 2. Visi dan Misi BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi ............... 33 3. Struktur Organisasi BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi …. 34
B. Deskripsi Hasil Penelitian ….............................................................. 35 1. Strategi Komunikasi FDK UIN Alauddin Makassar
ix
dalam Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Program Kerja .. 35 2. Partisipasi Komunikasi HMJ Fakultas Dakwah dan
Komunikasi dalam Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Program Kerja BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar ……………………………………………………….. 47
C. Pembahasan………………………………………………………….. 49 1. Strategi Komunikasi BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar dalam Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Program Kerja…………………………………………. 49 a. Strategi Komunikasi ke Bawah Ketua BEM Fakultas Dakwah
dan Komunikasi……………………………………………… 50 b. Strategi Komunikasi ke Atas Pengurus BEM Fakultas
Dakwah dan Komunikasi……………………………………. 52 c. Strategi Komunikasi Horizontal Pengurus BEM Fakultas
Dakwah dan Komunikasi…………………………………….. 55 d. Strategi Komunikasi Lintas Saluran Pengurus BEM Fakultas
Dakwah dan Komunikasi……………………………………. 56
2. Partisipasi Komunikasi HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi dalam Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Program Kerja BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar ……………………………................ 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………. 60 B. Saran…………………………………………………………………… 61
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 62
x
ABSTRAK Nama : M. Kurniawan Dito. A NIM : 50700112029 Judul : POLA KOMUNIKASI PIMPINAN FAKULTAS TERHADAP
LEMBAGA INTRA MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
Dalam suatu organisasi memerlukan komunikasi secara baik dan terus
menerus, karena salah satu alat ukur efektivitas dan efisiensi suatu organisasi adalah seberapa baik komunikasi dilakukan. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil. Misalnya dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang mengadakan RaKer (Rapat Kerja), komunikasi sangat dibutuhkan dalam mencapai suatu titik kemufakatan bersama untuk pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan kebutuhan untuk mencapai tujuan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang berdasarkan pada pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode survei. Objek pada penelitian ini yaitu komunikasi organisasi terhadap Pimpinan Fakultas, BEM, dan HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Peneliti menggunakan teknik sampling purposif (purposive sampling) teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang ditentukan peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program kerja dapat diidentifikasi melalui empat arah aliran informasi (ke atas, ke bawah, horizontal, dan lintas saluran). Strategi komunikasi ke bawah yang digunakan Ketua BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi adalah dengan melakukan rapat secara rutin.
Rapat yang dilakukan dengan tatap muka secara langsung dan rutin tersebut juga berimbas kepada terlaksananya komunikasi ke atas. Namun masih perlu ditingkatkan kesadaran anggota organisasi untuk memberikan opini atau solusi, serta untuk melaporkan hasil tugas secara langsung. Komunikasi yang terjalin antar tingkatan atau jabatan (komunikasi horizontal) menunjukkan sudah terjalinnya kerja sama, dan informasi dapat tersebar merata dalam tingkatan atau jabatan tersebut.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Komunikasi merupakan aktivitas yang selalu melekat pada manusia. Terdapat
berbagai macam bentuk komunikasi yang dilakukan, baik komunikasi visual, verbal
dan nonverbal, formal dan non formal, komunikasi langsung dan tidak langsung,
gambar atau sandi pun diinterpretasikan memiliki maksud dalam menyampaikan
pesan dapat disebut komunikasi.
Manusia telah melakukan komunikasi sejak dilahirkan di dunia. Tindakan
komunikasi yang dilakukan manusia secara terus menerus selama proses
kehidupannya menjadikan komunikasi sebagai urat nadi kehidupannya. Dari
perspektif agama, Tuhanlah yang mengajarkan manusia untuk melakukan komunikasi
dengan akal dan kemampuan bahasa yang dianugrahkan kepadanya. Allah berfirman
dalam QS. ar-Rahman: 1-4.
Terjemahan:
(Tuhan) yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan
manusia. Mengajarnya pandai berbicara.
Komunikasi sangat penting untuk menjalankan fungsi organisasi dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan komunikasi memungkinkan terjadinya koordinasi
kegiatan yang dilakukan oleh anggota organisasi, karena tanpa komunikasi tidak
mungkin terjadi koordinasi dalam organisasi sosial apapun.
2
Melalui komunikasi para anggota organisasi mampu mendefinisikan tujuan,
menggambarkan peran dan tanggung jawab anggota, mengoordinasikan pelaksanaan
pekerjaan, membentuk jaringan informasi, dan mengembangkan budaya dan iklim
organisasi, yang kesemuanya memandu perilaku para anggota.
Dalam kelompok, organisasi, dan masyarakat, komunikasi adalah sarana yang
dapat mempertemukan kebutuhan dan tujuan kita sendiri dengan kebutuhan dan
tujuan pihak lain. Di dalam organisasi yang lebih besar, masyarakat dan komunitas
dunia, komunikasi menyediakan jaringan hubungan yang memungkinkan kita untuk
melakukan aksi bersama, menghubungkan satu dengan yang lain, dan alat berbagi ide
(Ruben, 2013: 17).
Komunikasi sebagai salah satu aspek penting bagi anggota organisasi
memerlukan perhatian dan perencanaan yang tepat dari managemen puncak. Oleh
sebab itu, perlu adanya pengelolaan informasi yang baik dengan strategi komunikasi
yang tepat sebagai langkah mencapai tujuan organisai.
Dalam suatu organisasi memerlukan komunikasi secara baik dan terus
menerus, karena salah satu alat ukur efektivitas dan efisiensi suatu organisasi adalah
seberapa baik komunikasi dilakukan. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu
organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil. Misalnya dalam organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang mengadakan RaKer (Rapat Kerja), komunikasi
sangat dibutuhkan dalam mencapai suatu titik kemufakatan bersama untuk
pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan kebutuhan untuk mencapai
tujuan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
3
Kesalahan dalam penyampaian pesan dapat menghancurkan citra setiap
organisasi, konflik yang disebabkan karena kesalahan komunikasi dapat
menyebabkan seluruh anggota orgnanisasi menghadapi tekanan dan terjadi ketidak
seimbangan proses perjalanan roda organisasi dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Dalam sebuah organisasi mempunyai tujuan yang sama. Kerja sama dalam
setiap anggota-anggota di dalamnya, memberikan kontribusi kepada organisasi.
Adanya penyampaian proses informasi atau pesan kepada jaringan-jaringan sosial
yang saling ketergantungan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam membangun
dan mempertahankan organisasi yang telah dijalani. Suatu organisasi sangat
membutuhkan atau memerlukan komunikasi yang efektif. Tanpa adanya komunikasi
suatu organisasi tidak dapat terlaksana dengan efektif.
Untuk mencapai komunikasi yang efektif dan terarah, pemimpin organisasi
harus mampu menetapkan arah dan tujuan organisasi khususnya dalam komunikasi.
Semakin intensif komunikasi di dalam organisasi akan membentuk budaya organisasi
dan kerjasama yang baik.
Pentingnya strategi untuk organisasi khususnya pada aspek komunikasi
membentuk eksistensi baik organisasi dimata anggota organisasi dan masyarakat,
karena semua rencana atau program kerja dilakukan dengan baik mengacu pada
langkah-langkah yang ditetapkan pimpinan untuk kemajuan organisasi atau lembaga.
Kebutuhan untuk mencapai tujuan yang baik biasanya dimiliki organisasi yang ingin
terus berkembang. Oleh sebab itu, perlu adanya perencanaan yang matang dan siap
mengendalikan organisasi.
4
Melihat petingnya strategi komunikasi untuk membantu perkembangan
organisasi yang melibatkan seluruh stakeholder dalam mencapai visi dan misi dari
lembaga tersebut. Maka komunikasi yang baik harus terjalin antara seluruh aspek
yang terlibat dalam organisasi untuk menjalin kerjasama. Komunikasi yang baik
bukan ajang untuk menjatuhkan antara anggota satu dan anggota yang lainnya, bukan
ajang untuk menindas atau mendiskriminasikan antara anggota yang satu dan yang
lainnya. Banyak yang salah mengartikan komunikasi dalam organisasi, misalnya
penyampaian pesan untuk mennjatuhkan lawan bicara atau untuk
mendriskriminasikan relasi yang dianggap berbahaya dalam satu naungan organisasi.
Salah satu tantangan besar dalam komunikasi organisasi adalah bagaimana
menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima
informasi dari seluruh bagian organisasi. Terdapat beberapa arah aliran informasi
baik yang satu arah maupun dua arah yang dapat digunakan sebagai strategi untuk
membantu proses komunikasi yang terkendali sesuai kebutuhan individu maupun
organisasi dalam mencapai tujuan. Ketercapaian tujuan organisasi adalah tanggung
jawab seluruh bagian yang terlibat di dalam organisasi, baik dari pemimpin hingga
anggota organisasi.
Dalam Buku Saku Mahasiswa UIN (2012: 7), dinyatakan bahwa setiap
fakultas dan/atau jurusan memiliki suatu organisasi kemahasiswaan intra-kampus
yang menaungi semua aktivitas kemahasiswaan di tingkat fakultas dan/atau jurusan.
Organisasi kemahasiswaan di tingkat fakultas dan/atau jurusan, terdiri dari unsur:
musyawarah Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan/atau program studi dan
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai pelaksana kegiatan kemahasiswaan.
Bentuk atau badan kelengkapan organisasi kemahasiswaan ditetapkan berdasarkan
5
kesepakatan antar-mahasiswa selama tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan statuta PTAI yang bersangkutan.
Sebagai sebuah organisasi yang utuh, BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi
memiliki program kerja. Program kerja dapat diartikan sebagai suatu rencana
kegiatan dari suatu organisasi yang terarah, terpadu dan tersistematis yang dibuat
untuk rentang waktu yang telah ditentukan oleh organisasi. Program kerja
ini akan menjadi pegangan dalam menjalankan rutinitas roda organisasi. Program
kerja juga digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan
organisasi organisasi.
Tidak dapat dipungkiri dalam pelaksaan program kerja BEM Fakultas
Dakwah dan Komunikasi menggunakan komunikasi sebagai media penyebaran
informasi baik dalam lingkup BEM maupun luar organisasi. Penyebaran informasi
dalam organisasi tersebut dapat mengalir melalui empat arah aliran informasi dalam
organisai, terdiri atas arus komunikasi ke bawah, arus komunikasi ke atas, arus
komunikasi horizontal, dan arus komunikasi lintas saluran.
Sebagai organisasi kemahasiswaan tertinggi dalam naungan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, anggota organisasi ini terdiri atas mahasiswa dari enam jurusan di
Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Selain itu, juga terdapat enam organisasi
kemahasiswaan jurusan atau Himpunan Mahasiswa Jurusan, yaitu jurusan Ilmu
Komunikasi, PMI Kons. Kesejahteraan Sosial, Jurnalistik, Manajemen Dakwah,
Bimbingan Penyuluhan Islam, dan Komunikasi Penyiaran Islam. Sehingga selain
menjalin komunikasi yang intensif dalam internal organisasi, BEM juga harus
menjalin komunikasi dengan HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
6
Dalam menjalankan tanggung jawab dan program kerjanya BEM Fakultas
Dakwah dan Komunikasi memiliki strategi komunikasi tersendiri. Namun bagaiman
strategi komunikasi yang digunakan BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi, serta
apakah berjalan sinergis dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Hal ini yang
mendasari untuk dilakukan penelitian tentang “Strategi Komunikasi Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Dakwah dan Komunikasi Dalam Menajalankan Program
Kerja”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program kerja BEM Fakultas
Dakwah dan Komunikasi memerlukan jalinan komunikasi yang baik dan efektif dari
seluruh pengurus BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Komunikasi yang baik
dan efektif diharapkan mampu membangun kerja sama untuk mencapai tujuan
organisasi. Selain meningkatkan komunikasi dalam lingkup organisasi, BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi juga haruslah mampu menjalin komunikasi yang
baik dan efektif pula dengan HMJ yang terdapat di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Kerja sama maupun partisipasi HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi
diharapkan mampu mendorong tercapainya tujuan, visi dan misi organisasi.
Dari latar belakang masalah penelitian yang diuraikan di atas, peneliti
mengidentifikasi dua pertanyaan penelitan, yaitu:
1) Bagaimana strategi komunikasi BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Alauddin Makassar dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program
kerja?
7
2) Bagaimana partisipasi komunikasi HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi
dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program kerja yang ditetapkan
oleh BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasar pada rumusan masalah penelitian yang telah diuraikan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1) Strategi komunikasi yang digunakan BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program
kerja.
2) Partisipasi komunikasi HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi dalam
penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program kerja BEM Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1) Memberikan pemahaman kepada seluruh mahasiswa mengenai strategi
komunikasi yang digunakan BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi dalam
penyusuan, pelaksanaan dan evaluasi program kerja.
2) Agar mahasiswa dapat ikut berpartisipasi dalam penyusuan, pelaksanaan dan
evaluasi program kerja BEM bersama HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar.
8
E. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul dalam
penelitian ini, maka peneliti makna kata-kata kunci dalam judul ini:
1) Strategi komunikasi adalah langkah-langkah atau cara yang patut dikerjakan
demi kelancaran komunikasi baik berupa perencanaan, bentuk komunikasi, pesan
yang disampaikan, media yang digunakan, waktu pelaksanaan dan tahap evaluasi
yang disusun secara sistematis.
2) Program kerja dapat adalah suatu rencana kegiatan dari suatu organisasi yang
terarah, terpadu dan tersistematis yang dibuat untuk rentang waktu yang telah
ditentukan oleh organisasi.
Ruang lingkup penelitian, peneliti memberikan batasan dalam penelitian ini
untuk menghindari kesalahpahaman dan persepsi baru sehingga tidak keluar dari
batasan dan cakupan penelitian. Peneliti hanya fokus pada strategi komunikasi BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada masa kepengurusan 2014/2015. Strategi
komunikasi yang dimaksudkan sebatas pengelolaan arus informasi (ke bawah, ke
atas, horizontal dan lintas saluran) lingkup BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi
dalam pelaksanaan program kerja.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Strategi Komunikasi Organisasi
Strategi adalah prioritas arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh
organisasi (Michael Allison & Jude Kaye, 2004). Dari pengertian tersebut dapat
dipahami, strategi sebagai suatu prioritas dan cara untuk mencapai tujuan dari
organisasi, cara yang digunakan mengacu pada misi untuk mencapai visi organisasi.
Dalam melaksanakan strategi perlu melibatkan seluruh stakeholder organisasi
sehingga terjadi kebersamaan dan konsistensi bagi para anggota organisasi untuk
menjalankan strategi yang telah ditetapkan untuk menapai visi dan misi organisasi.
Pentingnya strategi bagi organisasi sebagai proses pencapaian tujuan
memerlukan perhatian dari seluruh aspek yang memiliki kedudukan sebagai pelaku
strategi. Pelaksanaan perencanaan strategi sebagai pedoman arah individu, kelompok
maupun organisasi dapat membantu efesiensi visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai.
Lebih berfariasi yang direncanakan maka semakin mempermudah organisasi dalam
mencapai tujuan. Oleh karena itu, walaupun banyaknya fariasi strategi yang
digunakan perlu adanya penetapan konkrit yang menjadi ciri khas strategi setiap
organisasi, kelompok maupun individu.
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi
atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu communication yang berarti
pemberitahuan atau pertukaran (Wiryanto, 2004: 6)
10
Apabila dilihat dari segi istilah komunikasi yang berasal dari bahasa latin
yaitu common (bersama-sama). Ketika kita akan melakukan komunikasi atau
interaksi dengan orang lain, maka terlebih dahulu kita menentukan sasaran sebagai
dasar untuk memperoleh pengertian yang sama, baik dalam bentuk pemberitahuan
atau pertukaran informasi antara dua orang atau lebih.
Komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan
simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitakan
makna atau respon dari fikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh
komunikator (Raymond S. Ross, 1983: 8). Shanon & Weaver (1949) dalam Wiryanto
(2004: 7) komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang selalu mempengaruhi
satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi
verbal tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.
Komunikasi manusia adalah proses melalui mana individu dalam hubungan,
kelompok, organisasi, dan masyarakat membuat dan menggunakan informasi untuk
berhubungan satu sama lain dan dengan lingkungannya (Rubben dan Stewart, 2013:
19).
Louis Forsdale (1981) dalam Arni Muhammah (2009: 2) “communication is
the process by which a system is established, maintained, and altered by means of
shared signal that operate according to rule”. Komunikasi adalah suatu proses
memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem
dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Pada difinisi ini komunikasi dipandang
sebagai suatu proses. Kata signal maksudnya adalah signal yang berupa verbal dan
nonverbal yang mempunyai aturan tertentu. Dengan adanya aturan ini menjadikan
11
orang yang menerima signal yang telah mengetahui aturannya akan dapat memahami
maksud dari signal yang telah diterimanya.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan komunikasi merupakan ide
yang dipikirkan atau perasaan yang dirasakan oleh komunikator kemudian
disampaikan melalui media kepada komunikan, dan komunikan dapat memahami
sehingga timbul efek tertentu serta menimbulkan feedback kepada komunikator,
proses tersebut dimaksudkan untuk menjalin hubungan satu sama lain dan dengan
lingkungannya.
Schein (1982) dalam Arni Muhammad (2009: 23) mengatakan bahwa
organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
beberapa tujuan umum melalui pembagian kerja dan fungsi hierarki otoritas dan
tanggung jawab. Schien juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik
tertentu, yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan
bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia dengan bagian lain dan
tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam
organisasi tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dan bagian lain menandakan
bahwa organisasi yang dimaksud Schein adalah merupakan suatu sistem.
Organisasi merupakan suatu struktur hubungan manusia. Struktur ini didesain
oleh manusia dank arena itu tidak sempurna. Organisasi bertumbuh dan bertambah
matang sebagian melalui suatu skema yang didesain dan sebagian lagi melalui
keadaan yang tidak diatur.elemen pertumbuhan yang didesain adalah suatu respons
rasionala terhadap tekanan dari dalam untuk memperluas atau untuk membentuk
hubungan kembali karena diperlukan secara fungsional (Arni Muhammad, 2009: 25).
12
2. Arah Aliran Informasi Organisasi
Dalam komunikasi organisasi berbicara tentang informasi yang berpindah
secara formal dari seseorang yang otoritasnya lebih tinggi kepada orang lain yang
otoritasnya lebih rendah (komunikasi ke bawah); informasiyang bergerak dari suatu
jabatan lebih rendah kepada orang yang otoritasnya lebih tinggi (komunikasi ke atas);
komunikasi yang bergerak diantara orang-orang dan jabatan-jabatan yang tidak
menjadi atasan ataupun bawahan satu dengan yang lainnya dan mereka menempati
bagian fungsional yang berbeda (komunikasi lintas-saluran) (Pace dan Faules, 1998:
184).
a. Arus Komunikasi ke Bawah
Davis dalam (Pace dan Faules, 1998: 184) menyatakan komunikasi ke bawah
dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas
lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan
bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada pegawai; namun, dalam organisasi
kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen.
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para
atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah
digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan
pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan,
disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijakan umum (Arni Muhammad, 2009: 108).
Gambar 1. menunjukkan arus komunikasi ke bawah yang mengalirkan
informasi atau pesan dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang
otoritassnya lebih rendah melalui tiga tahapan atau tingkatan.
13
Gambar 1. Arus Komunikasi Ke Bawah
Sumber: Adaptasi dari buku Pace dan Faules (2006: 184)
Katz dan Kahn (1966) dalam Pace dan Faules (1998: 184) menyatakan
terdapat lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada
bawahan: (1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi
mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai
kebijakan dan praktik-praktik organisasi, (4) informasi mengenai kinerja bawahan,
dan (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission).
Terdapat enam kriteria yang sering digunakan untuk memilih metode
penyampaian informasi kepada bawahan (Level & Galle, 1988).
1) Ketersediaan. Metode-metode yang tersedia dalam organisasi cenderung
dipergunakan. Setelah mengiventarisasikan metode yang tersedia, organisasi
dapat memutuskan metode apa yang dapat ditambahkan untuk suatu program
keseluruhan yang lebih efektif.
2) Biaya. Metode yang paling murah cenderung dipilih untuk penyebaran informasi
rutin dan yang tidak mendesak. Bila diperlukan atau diinginkan penyebaran
Pimpinan
Kepala Bagian
Kepala Bagian
Kepala Bagian
Anggota Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
14
informasi yang tidak rutin dan mendesak, metode yang lebih mahal tetapi lebih
cepat dapat digunakan.
3) Pengaruh. Metode yang tampaknya memberi pengaruh atau kesan paling besar
sering dipilih daripada metode yang baku.
4) Relevansi. Metode yang tampak paling relevan dengan tujuan yang ingin dicapai
akan lebih sering dipilih. Bila tujuannya singkat dan sekedar menyampaikan
informasi, dapat dilakukan dengan pembicaraan diikuti oleh memo. Bila
tujuannya menyampaikan masalah yang rinciannya rumit, metode laporan teknis
tertulis adalah metode yang mungkin akan dipilih.
5) Respon. Metode yang dipilih akan dipengaruhi oleh ketentuan apakah
dikehendaki atau diperlukan respon khusus terhadap informasi tersebut. Dalam
lingkungan pelatihan mungkin diinginkan mengggunakan metode yang
memungkinnkan dan mendorong pesertapelatihan untuk bersikap tanggap dan
mengajukan pertanyaan. Dalam kasus seperti ini, pertemuan tatap muka mungkin
menjadi metode yang dipilih.
6) Keahlian. Metode yang tampaknya sesuai dengan kemampuan pengirim untuk
menggunakan dan dengan kemampuan penerima untuk memahaminya cenderung
digunakan daripada metode yang tampaknya di luar kemampuan komunikator
atau di luar kemampuan pemahaman pegawai yang menerimanya.
b. Arus Komunikasi ke Atas
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan
atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Komunikasi
yang dilakukan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi dilakukan
15
sebagai bentuk perhatian bawahan terhadap manajemen organisasi dalam proses
pelaksanaan pekerjaan.
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi
(penyelia). Semua pegawai dalam sebuah organisasi, kecuali mungkin mereka yang
menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke atas, yaitu sebagai bawahan
dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informass dari atau memberi
informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi dari pada dia (Pace dan
Faules, 1998).
Informasi atau pesan dari bawahan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
atasan untuk mengambil suatu keputusan. Bahkan arus komunikasi ini (pada Gambar
2.) menjadi salah satu strategi untuk mengembangkan suatu organisasi.
Gambar 2. Arus Komunikasi Ke Atas
Sumber: Adaptasi dari buku Pace dan Faules (2006: 184)
Pimpinan
Kepala Bagian
Kepala Bagian
Kepala Bagian
Anggota Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
16
Dalam Pace dan Faules (2006: 190) menyebutkan pentingnya komunikasi ke
atas karena beberapa alasan berikut:
1) Aliran informasi ke atass memberi informasi berharga untuk pembuatan
keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan
orang-orang lainnya (Sharma, 1979).
2) Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka
siap menerima informasi dari merekadan seberapa baik bawahan menerima apa
yang dikatakan kepada mereka (Planty dan Machaver, 1952).
3) Komunikasi ke atas memungkinkan –bahkan mendorong- omelan dan keluh
kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu
mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya (Conboy, 1976).
4) Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi
dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan
menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi (Planty dan
Machaver, 1952).
5) Komunikasi ke atas mengizikan penyelia untuk menentukan apakah bawahan
memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah (Planty dan
Machaver, 1952).
6) Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka
dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan
organisasi tersebut (Harriman, 1974)
Rubben dan Stewart (2013: 342) menyatakan komunikasi ke atas memiliki
beberapa fungsi, termasuk:
17
1) Memberikan masukan untuk pengambilan keputusan.
2) Manesehati tentang informasi yang dibutuhkan supervise.
3) Memberikan informasi berkenaan dengan penerimaan supervise terhadap
informasi, kepuasan, dan moralitas.
4) Menampung dan menyalurkan keluhan dan pengaduan secara konstruktif.
5) Membiarkan atasan untuk menilai efek komunikasi ke bawah yang dilakukan
sebelumnya.
6) Membantu bawahan mengatasi masalah dam memfasilitasi keterlibatan mereka.
c. Arus Komunikasi Horisontal
Komunikasi horisontal adalah komunikasi secara mendatar yang terdiri dari
penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja atau tingkatan
kedudukan yang sama. Komunikasi ini biasanya dilakukan oleh anggota organisasi
lebih banyak pada situasi tidak formal.
T. Hani Handoko (1984: 282) memberikan definisi yang cukup singkat dan
memiliki maksud yang sama mengenai komunikasi lateral atau horisontal, yaitu
meliputi hal-hal berikut:
1) Komunikasi di antara dalam kelompok kerja yang sama
2) Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen-departemen pada
tingkatan organisasi yang sama.
Pada gambar 3. berikut menunjukkan arus komunikasi horizontal atau sesama
tingkatan yang terjalin pada sebuah organisasi. Selain berfungsi sebagai proses
penyampaian informasi di antara rekan-rekan tingkatan, komunikasi ini juga
meningkatakan kerja sama pada tingkatan tersebut.
18
Gambar 3. Arus Komunikasi Ke Horizontal
Sumber: Adaptasi dari buku Pace dan Faules (2006: 184)
Pace dan Faules (2006: 195) penelitian dan pengalaman menyatakan bahwa
komunikasi horizontal muncul paling sedikit karena enam alasan berikut:
1) Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja.
2) Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan.
3) Untuk memecahkan masalah.
4) Untuk memperoleh pemahaman bersama.
5) Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan.
6) Untuk menumbuhkan dukungan antarpersona.
Bentuk komunikasi horizontal pada dasarnya bersifat koordinatif, dan
merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Sehingga komunikasi ini
dirancang untuk mempermudah koordinasi dan penanganan masalah (T. Hani
Handoko, 1984: 282)
Pengarahan komunikasi yang sifatnya horizontal sangat mempermudah
anggota organisasi dalam menyelesaikan masalah perkerjaan maupun masalah lain
Pimpinan
Kepala Bagian
Kepala Bagian
Kepala Bagian
Anggota Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
19
yang dimilikinya. Pembagian tugas maupun mempermudah pelaksanaan pekerjaan
sesame tingkatan dalam satu departemen sangat membantu apabila dikomunikasikan
secara intensif. Setiap masalah dapat terselesaikan apabila dikomunikasikan secara
cepat dengan sesama anggota setingkat sehingga tidak harus semua masalah
pekerjaan sampai pada manajemen puncak.
d. Arus Komunikasi Lintas Saluran
Dalam kebanyakan organisasi, muncul keinginan untuk berbagi informasi
melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan
maupun bawahan mereka. Mereka melintasi jalur fungsional dan berkomuikasi
dengan orang-orang yang diawasi dan mengawasi tetapi bukan atasan atau bawahan
mereka. Mereka tidak memiliki otoritas lini untuk mengarahkan orang-orang yang
berkomunikasi dengan mereka dan terutama harus mempromosikan gagasan mereka.
Namun, mereka memiliki mobilitas tinggi dalam organisasi; mereka dapat
mengunjungi bagian lain atau meninggalkan departemen mereka hanya untuk terlibat
dalam komunikasi informal (Davis, 1967).
Fayol (1916 - 1940) dalam Pace dan Faules (2006: 198) menunjukkan bahwa
komunikasi lintas saluran merupakan hal yang pantas, bahkan perlu pada suatu saat,
terutama bagi anggota tingkat lebih rendah dalam suatu saluran.
Arus komunikasi lintas saluran menjadi salah satu pengikat atau pembentuk
ikatan emosional seluruh anggota dalam organisasi. Aliran informasi pada arus
komunikasi lintas saluran sudah tidak mengikuti struktur organisasi seperti yang
tampak pada Gambar 4. berikut.
20
Gambar 4 Arus Komunikasi Ke Lintas Saluran
Sumber: Adaptasi dari buku Pace dan Faules (2006: 184)
Komunikasi horizontal dan komunikasi lintas saluran mencakup hubungan
lateral yang penting bagi komunikasi organisasi yang efektif (Pace dan Faules, 2006:
199). Aliran komunikasi lintas saluran sifatnya tidak memperhatikan posisi atau
jabatan, bahkan tidak melalui struktur organisasi yang telah ditetapkan.
3. Langkah-langkah Komunikasi
Dalam dunia yang ketat dan penuh persaingan, setiap individu maupun
organisasi harus memiliki prinsip dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuan
yang jelas, terlebih lagi dalam organisai haruslah terdapat berbagai macam alternatif
strategi disetiap bidang atau departemen. Dengan menggunakan strategi yang tepat,
maka setidaknya dapat meminimalisir hambatan yang berdampak besar.
Pimpinan
Kepala Bagian
Kepala Bagian
Kepala Bagian
Anggota Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
21
Dalam melaksanakan strategi komunikasi organisasi, terdapat beberapa langkah
yang perlu dilaksanakan untuk mencapai tujuan komunikasi yang dilakukan,
diantaranya:
1) Mengenal Lingkungan Organisasi
Pengenalan lingkungan sebagai langkah awal komunikasi, pengenalan ini terkait
dengan pengenalan karakter lawan interaksi yang kita lakukan, karena tidak
semua orang yang terdapat di dalam organisasi memiliki karakter yang sama.
Pengenalan terhadap individu dan lingkungan sangat dibutuhkan, karena dengan
pengenalan tersebut komunikator dapat mempermudah menyampaikan pesan dan
menerima dapat memahami maksud pesan yang disampaikan komunikator. Jika
tidak adanya pengenalan maka tidak menutup kemungkinan terjadi pengulangan
penyampaian pesan atau akan terjadi kesalahan persepsi dari makna pesan yang
dimaksudkan.
2) Pesan
Yang dimaksud pesan adalah susunan symbol yang penuh arti tentang orang,
objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang (Arni Muhammad,
2009: 68).
Pesa disusun sesuai rencana dan memiliki maksud agar dapat mempengaruhi
lawan interaksi sehingga terjadi umpan balik yang relevan dengan pesan yang
dimaksudkan. Apabila pesan tidak tersusun secara sistematis dan kurang atau
banyaknya simbol yang mengabulkan maksud, maka dapat terjadi kesalahan
dalam pemaknaan pesan, ini berdampak pada pelaksanaan umpan balik dan
privasi komunikator sebagai pengirim pesan. Penyapaian pesan dibedakan antara
22
setiap orang di dalam organisasi pada tingkat dan kedudukannya (Hidayat, 2010:
35).
3) Media
Media komunikasi dapat disebut sebagai alat untuk menyampaikan suatu pesan
agar lebih mudah dipahami oleh komunikan. Oleh sebab itu, pemilihan media
yang tepat dalam penyampaian pesan menentukan efekivitas komunikasi yang
dilakukan sehingga sampai pada umpan balik yang tepat.
Penggunaan media di dalam organisasi dibedakan antara tingkatan dan masing-
masing kedudukan. Misalnya media komunikasi ke bawah dengan menggunakan
media surat edaran, papan pengumuman, buku penuntun, rapat, pertemuan, dan
memo. Komunikasi ke atas menggunakan media surat, proposal, laporan, dan
pertemuan. Komunikasi horizontal dapat menggunakan media konferensi, rapat
kelompok, pertemuan panitia, telepon dan surat. Dan komunikasi lintas saluran
menggunakan media pertemuan, dan percakapan secara langsung.
4) Jaringan
Jaringan komunikasi internal organisasi terdapat empat arah komunikasi yaitu
jaringan komunikasi ke bawah, ke atas, komunikasi horizontal, dan komunikasi
lintas saluran. Jaringan komunikasi dapat dilihat pada sub bab sebelumnya.
5) Umpan Balik
Umpan balik adalah komunikasi perasaan dan tanggapan dari seorang individu
kepada individu lainnya tentang perilaku dan gaya kerja individu yang terakhir
(Pareek, 1994: 75).
Pemberian umpan balik selain dalam bentuk lisan, juga dapat berbentuk
tindakan, yaitu berupa realitas pesan yang diterima dalam bentuk tindakan.
23
Semakin sering umpan balik terjadi maka semakin terbentuk budaya keterbukaan
anggota organisasi.
6) Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya memiliki dua hal, yaitu penilaian terhadap jalannya
program komunikasi selama komunikasi berlangsung, yaitu dengan cara menilai
engineering noise: gangguan akibat dari medium yang digunakan, baik oleh
penerima maupun pengirim pesan dan semantic noise: gangguan yang timbul
dari susunan kata-kata, lambang-lambang, isyarat, dan lain-lain, sehingga tidak
dapat dipahami oleh penerima pesan atau audiens.
Sedangkan untuk evaluasi sesudah komunikasi berlangsung, yaitu dengan cara:
a. Audience Coverage, yaitu memperhatikan seberapa banyak dan macam
komunikan yang mendengarkan agar dapat mencapai proporsi.
b. Audience Response, yaitu apakah pesan yang disampaikan menguntungkan
untuk meraka dan bukan pengulangan.
c. Communication Impact, yaitu setelah terdapat reaksi pendengar, seberapa
besar pengaruh pesan yang bertahan padanya.
d. Proses of Influence, yaitu suatu proses komunikasi yang seperti apa sehingga
dapat mempengaruhi komunikan (Fajar, 2009: 216).
7) Pedoman Komunikasi yang Baik
Terdapat beberapa pedoman yang disusun American management Assocations
(AMA) dan dikutip T. Hani Handoko (1984:290) untuk meningkatkan
komunikasi organisasi, yang secara ringkas disebutkan:
a. Cari kejelasan gagasan terlebih dahulu sebelum dikomunikasikan,
b. Teliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi,
24
c. Pertimbangkan keadaan fisik manusia keseluruhan kapan saja komunikasi
akan dilakukan,
d. Konsultasikan dengan pihak lain bila perlu dalam perencanaan komunikasi,
e. Perhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita selama
berkomunikasi,
f. Ambil kesempatan bila timbul untuk mendapatkan segala sesuatu yang
membantu terjadi umpan balik,
g. Perhatikan konsistensi komunikasi,
h. Tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi, dan
i. Jadilah pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk dimengerti
tetapi untuk mengerti.
B. Kerangka Berpikir
Pelaksanaan program kerja sebuah organisasi tidak bisa terlepas dari proses
komunikasi. Komunikasi yang dilakukan tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan
individu juga bertujuan agar program kerja dapat terlaksana dan dapat
mengembangkan organisasi. Agar tercapai tujuan komunikasi yang dimaksudkan,
dibutuhkan strategi dan langkah-langkah komunikasi yang tepat.
Strategi komunikasi organisasi salah satunya mengendalikan komunikasi
internal organisasi. Pengendalian arus komunikasi ke bawah, ke atas, horisontal dan
lintas saluran secara baik dan efektif serta dengan mengikuti langkah-langkah
komunikasi yang tepat akan berakhir dengan terlaksananya program kerja yang telah
dicanangkan.
25
Gambar berikut mendeskripsikan kerangka konsep penelitian tentang
“Strategi Komunikasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Dakwah dan
Komunkasi UIN Alauddin Makassar Dalam Menjalankan Program Kerja”.
Gambar 5. Kerangka Konsep Penelitian
Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2014
Kerangka di atas menggambarkan bahwa dalam pelaksanan program kerja
yang akan dilaksanakan atau dijalankan oleh BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi
memerlukan jalinan komunikasi yang intensif dan jelas arah tujuan komunikasinya.
Kemudian untuk mencapai tujuan komunikasi yang dimaksudkan untuk memberi dan
menerima informasi tersebut diperlukan strategi dan dan langkah-langkah komunikasi
yang tepat yang tampak pada seberapa intensifnya aliran informasi dari berbagai arah
aliran informasi.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang
berlokasi di kampus 2 UIN Alauddin Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 63, Samata-
Gowa. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1 Waktu Penelitian
Kegiatan Bulan
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Pra Observasi Penyusunan proposal penelitian
Penelitian Lapangan
Penulisan laporan
Penyerahan laporan
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang berdasarkan pada
pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode survei. Metode survei adalah penelitian
yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-gejala atas permasalahan
yang timbul. Kajiannya tidak perlu mendalam hingga menyelidiki mengapa gejala-
gejala tersebut ada atau menganalisis hubungan atas berbagai gejala. Fakta-fakta yang
27
ada lebih digunakan untuk pemecahan masalah dari pada untuk pengujian hipotesis
(Umar, 2004: 42).
C. Populasi dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus BEM dan pengurus HMJ
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, berdasarkan surat Keputusan Dekan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar No. 68 Tahun 2014, sebanyak 142
orang.
Peneliti menggunakan teknik sampling purposif (purposive sampling) teknik
ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang
ditentukan peneliti berdasarkan tujuan penelitian, (Rachmat, 2009: 156). Dalam
penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 51 orang.
Jumlah tersebut diambil sesuai dengan kriteria-kriteria yang peneliti tentukan.
Sampel tersebut mampu mencerminkan semua unsur dalam populasi secara
proporsional, sehingga dapat mewakili keadaan sebenarnya dalam keseluruhan
populasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1) Observasi. Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang
dipandang dapat dijadikan sumber data, misalnya mengikuti rapat dan meminta
arsip hasil rapat kerja atau agenda BEM Fakultas terkait strategi komunikasi.
28
2) Wawancara. Untuk memperoleh data yang objektif, peneliti membutuhkan
informasi melalui penelitian dengan melakukan wawancara dengan ketua BEM
Fakultas mengenai penetapan dan strategi komunikasi BEM Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
3) Kuesioner. Yaitu pengumpulan informasi dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan kepada responden dalam bentuk tulisan. Sumber data melalui
kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas strategi komunikasi
organisasi, utamanya dari setiap HMJ yang ada di Fakultass Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
E. Teknik Analisis Data
Moleong dalam Rachmat (2009: 165) mendefinisikan analisis data sebagai
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hepotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data. Dalam proses penelitian ini peneliti menggunakan
analisis data secara deskriptif kuantitatif untuk memaparkan hasil yang diperoleh.
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan peristiwa, perilaku, atau objek,
tertentu lainnya (Rachmat, 2009: 167).
Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Likert.
Menurut Sugiono (2000: 73), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Alternatif jawaban dari setiap pertanyaan pada angket yang diberikan kepada
responden adalah selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah.
29
Dalam menghitung data angket, penulis menggunakan rumus persentase
sebagai berikut:
Keterangan: P : Persentase yang dicari
F : Frekuensi jawabab responden
N : Jumlah responden
P = _F_ x 100% N
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Fakultas Dakwah dan Komunikasi
1. Sejarah Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Pada awal berdirinya, IAIN Alauddin Ujung Pandang hanya mempunyai 3
fakultas, masing-masing Fakultas Syari’ah, Fakultas Tarbiyah, dan Fakultas
Usuluddin. Ketiga Fakultas tersebut merupakan fakultas-fakultas agama dari
Universitas Muslim Indonesia (UMI) kemudian dalam rangka pendirian IAIN di
Ujung Pandang, ketiga fakultas UMI tersebut dijadikan fakultas-fakultas cabang dari
fakultas yang ada di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selanjutnya ketiga Fakultas
cabang tersebut dijadikan sebagai salah satu syarat berdirinya satu IAIN. Maka
terbentuklah IAIN Alauddin Ujung Pandang yang memiliki 3 fakultas yaitu Fakultas
Syari’ah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Usuluddin.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat muslim di Makassar serta
mengembangkan visi dan misi IAIN Alauddin, maka dibuka lagi satu fakultas yaitu
Fakultas Adab IAIN Alauddin Ujung Pandang sehingga di IAIN Ujung Pandang
memiliki empat fakultas. Pembukaan Fakultas Adab tersebut berdasar Surat
Keputusan Menteri Agama RI Nomor: 148 Tahun 1967, tanggal 23 November 1967,
tidak lama sesudah Fakultas Adab dibuka, maka dibuka lagi satu fakultas yaitu
Fakultas Dakwah yang berkedudukan di Bulukumba (sekarang sudah direlokasi ke
Makassar).
Fakultas Dakwah (sejak tahun 2006 telah berubah nama menjadi Fakultas
Dakwah dan Komunikasi) pada awalnya berlokasi di Kabupaten Bulukumba (sekitar
31
153 km arah selatan Kota Makassar). Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang ide
pendiriannya telah muncul pada tahun 1968 di Bulukumba atas inisiatif dan prakarsa
pemerintah daerah dan tokoh masyarakat dan berstatus sebagai Fakultas Ushuluddin
filial Bulukumba, kemudian diresmikan menjadi menjadi Fakultas Dakwah IAIN
Cabang Bulukumba oleh Menteri Agama RI (Bapak K.H. Muhammad Dahlan) pada
tanggal 1 Rabiul Awal 1390 H di Palu Sulawesi Tengah berdasarkan SK Menteri
Agama RI No. 253 Tahun 1970 tanggal 31 September 1970 berstatus filial atas
inisiatif Rektor IAIN Alauddin (sekarang UIN Alauddin), Drs. H. Muhyuddin Zain
dan Dra. Syamsiah Noor ditunjuk sebagai dekan, sedangkan penanggung jawab
adalah Bupati Kepala Daerah Tk. II Bulukumba, Drs. Andi Bakri Tandaramang dan
dibantu beberapa tokoh masyarakat Bulukumba.
Pada tahun 1971, berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI No. 253
mengubah status “filial” menjadi Fakultas Dakwah “cabang” Bulukumba dan
memiliki satu jurusan yaitu Bimbingan Penyuluhan Masyarakat (BPM). Kemudian
Keputusan Menteri Agama RI No. 65 tahun 192 tanggal 14 Juli 1982 status cabang
ditingkatkan menjadi fakultas Madya. Setahun kemudian, dengan dasar SK Rektor
No. 31 tahun 1983 tanggal 10 September 1983 dibuka tingkat Doktoral dan diberi
kewenangan untuk mencetak sarjana lengkap.
Selanjutnya dengan keputusan Presiden RI No. 9 tahun 297 serta realisasinya
melalui Keputusan Menteri Agama RI No. 18 tahun 1988 maka Fakultas Dakwah
dialihkan ke Ujung Pandang (sekarang Makassar) dengan menambahkan satu jurusan
lagi yaitu Penerangan dan Penyiaran Agama Islam (PPAI) dan pada tahun 1989/1990
jurusan BPM diubah namanya menjadi Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam
32
(BPAI). Sejak peralihannya ke Ujung Pandang, Faktultas Dakwah banyak mengalami
kemajuan dan perubahan baik kuantitas maupun kualitas dosen serta mahasiswa.
Sejak itu seiring dengan perkembangan mahasiswa serta dinamika akademis
secara nasional dibuka jurusan-jurusan lain dan perubahan nama. Dua jurusan yang
diubah namanya adalah BPAI menjadi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) dan
Jurusan PPAI menjadu Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Disamping itu, dibuka
pula jurusan baru yaitu Jurusan Manajemen Dakwah (MD) dan Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) serta jurusan Teknik Informatika (kini
bergabung dengan Fakultas Sains dan Teknologi). Dan pada tahun 2001/2002 dibuka
Program Diploma dua (D.2 BPI) baik di Makassar maupun di daerah-daerah
(Bulukumba, Maros, Luwu, Tanah Toraja dan Mamuju).
Pada tahun 2005/2006 dibuka lagi jurusan baru yaitu Jurusan Jurnalistik,
sesuai surat Depdiknas RI No. 4035/D/T.2005 perihal: Rekomendasi penambahan
program-program studi baru pada UIN Alauddin Makassar, tertanggal 9 Desember
2005, dan pada tahun akademik 2007/2008 telah dibuka konsentrasi Kessos yang
bernaung di bawah Jurusan/Prodi PMI, serta pada tahun akademik 2008/2009 juga
dibuka Jurusan Ilmu Komunikasi sesuai surat Depdiknas No. 2419/D/T/2007 perihal
Rekomendasi penyelenggaraan program-program studi baru pada UIN Alauddin.
Fakultas Dakwah tumbuh dan berkembang seirama dengan perkembangan
masyarakat. Salah satu wujud perkembangan Fakultas Dakwah ialah berubahnya
nama Fakultas Dakwah menjadi Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan
dikembangkannya jurusan yang ada. Jika pada awal berdirinya, hanya membina
jurusan Dakwah, kini sudah memiliki enam jurusan yaitu: Komunikasi dan Penyiaran
Islam (KPI), Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI), Manajemen Dakwah (MD),
33
Pengembangan Masyarakat Islam (konsentrasi Kesejahteraan Sosial), Jurnalistik dan
Ilmu Komunikasi.
Fakultas Dakwah telah berubah nama menjadi Fakultas Dakwah dan
Komunikasi sejak dikeluarkannya Organisasi dan Tatakerja (ortaker) UIN Alauddin
Makassar melalui Peraturan Menteri Agama RI No. 5 tahun 2006 tanggal 16 Maret
2006.
2. Visi dan Misi BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Adapun visi dan misi BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Makassar adalah sebagai berikut:
Visi
“Menciptakan Badan Eksekutif Mahasiswa yang inovatif, progresif, berkarakter, dan
visioner dalam berlembaga”
Misi
1. Menjadikan Fakultas Dakwah dan Komunikasi sebagai kiblat lahirnya kegiatan-
kegiatan yang berorientasi pada pengembangan minat dan bakat mahasiswa.
2. Mengoptimalkan fungsi pengawalan dan komunikas akademik bagi mahasiswa
terhadap birokrasi fakultas.
3. Mewujudkan komunikasi dan kepemimpinan yang kolektif.
4. Memberdayakan organisasi intra, serta lembaga-lembaga lainnya pada lingkup
fakultas dakwah dan komunikasi dalam upaya peningkatan mutu berlembaga
bagi mahasiswa.
34
3. Struktur Organisasi BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Ketua : Fathul Khair
Wakil Ketua I : Ramli
Wakil Ketua II : Muh. Adzanulhamdi
Wakil Ketua III : Nirwan Wahyudi AR
Sekretaris : Nasrullah
Wakil Sekretaris I : Din Fathul Munir
Wakil Sekretaris II : Aan Srialam Irian
Wakil Sekretaris III : Mursyd HM
Bendahara : Nur Elisa Syamsul
Wakil Bendahara : Riski Amelia Ananda
Bidang-Bidang
A. Pembinaan Akhlak dan Moral 1. Amirullah (Ketua)
2. Andi Ummi R. (Anggota)
3. Firman (Anggota)
4. Rahman (Anggota)
5. Syahrul N. (Anggota)
6. Ridwan Kamil (Anggota)
B. Penalaran dan Keilmuan 1. Mulkiyan (Ketua)
2. Mirdad (Anggota)
3. Helmy (Anggota)
4. Aulil Asmi (Anggota)
5. Vivi Riski I. (Anggota)
6. Fadli Jamil (Anggota)
C. Pembinaan Bakat dan Minat 1. Ahmad Muslimin (Ketua)
2. A. Fahcrul R (Anggota)
3. Saidil Alwi (Anggota)
4. Ilham Maulana (Anggota)
5. Anggraeni F.P. (Anggota)
6. Dewi Inrasari (Anggota)
D. Bidang Advokasi dan Pengabdian 1. Ihwan (Ketua)
2. Fathuddin (Anggota)
3. Soundry (Anggota)
4. Syafruddin (Anggota)
5. Yusran (Anggota)
6. Puji Vantama (Anggota)
35
E. Pembinaan Organisasi 1. Ardianto Irwan (Ketua)
2. Ummi Sa’dah
(Anggota)
3. Junaiddin (Anggota)
4. Nurhayani (Anggota)
5. Ilman Afiah (Anggota)
6. Ika Agustini (Anggota)
F. Penelitian dan Pengembangan 1. Miftahul K. (Ketua)
2. Irfansyah (Anggota)
3. Sri Wahyuni (Anggota)
4. Saktriawan (Anggota)
5. Indra Alam (Anggota)
6. Haerini Musa (Anggota)
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Strategi Komunikasi FDK UIN Alauddin Makassar dalam Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Program Kerja
Wawancara peneliti lakukan dengan Ketua BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar yang berkaitan dengan strategi komunikasi
dimaksudkan untuk mendukung data hasil angket. Di samping itu juga dimaksudkan
untuk mendapat informasi yang tidak terdapat pada angket tetapi masih terkait pada
pokok bahasan. Oleh karena itu, peneliti mendeskripsikan data hasil wawancara
sebagai berikut:
Berdasarkan wawancara dengan Ketua BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar yang dilakukan pada hari Rabu, 13 Agustus
2014, dapat diketahui bahwa strategi yang digunakan dalam mengelola komunikasi
ke bawah lingkup BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi adalah dengan rutin
melakukan pertemuan formal dalam bentuk rapat yang terdiri atas rapat pengurus dan
rapat presidium.
“… Terkhusus di BEM ada rapat pengurus dan rapat presidium. Rapat pengurus biasa dilakukan seminggu sekali, dan rapat presidium dilakukan dua minggu sekali. Tergantung kebutuhan, setiap keputusan-keputusan atau komunikasi
36
yang dilakukan biasa dilakukan rapat secara formalnya”(Wawancara Ketua BEM FDK, 13 Agustus 2014).
Komunikasi yang dilakukan BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan
HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar sifatnya langsung
persuasif antarpersonal dengan ketua-ketua HMJ. Komunikasi yang dilakukan secara
persuasis tersebut justru selalu mendapatkan umpan balik secara langsung dari ketua-
ketua HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi berupa saran atau tanggapan terkait
informasi yang disampaikan.
“… Komunikasi dengan HMJ biasa komunikasi langsung persuasif antarpersonal dengan ketua-ketua HMJ, jadi sangat jarang kita lakukan komunikasi formal dalam forum-forum rapat.
…………………………………………………………………………………… Komunikasi yang dilakukan dengan HMJ hanya sebatas meminta pandangan, masukan-masukan dari HMJ-HMJ. Setiap melakukan komunikasi pasti ada tanggapan atau masukan-masukan dari informasi yang kita berikan atau sekedar meminta masukan dari HMJ”(Wawancara Ketua BEM FDK, 13 Agustus 2014).
Pemanfaatan berbagai jenis media untuk penyebaran informasi dalam lingkup
internal maupun eksternal BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi sebagai bentuk
komunikasi lintas saluran juga dilakukan kerap digunakan pengurus BEM Fakutas
Dakwah dan Komunikasi. Komunikasi tersebut juga dimaksudkan untuk
mengundang hadir pada program kerja BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Alauddin Makassar.
“… Dalam internal BEM menggunakan telpon, sms, media-media sosial. Sedangkan untuk penyebaran informasi keluar secara umum kita menggunakan spanduk, baliho, pamflet-pamflet, sms, telpon, sosial media, atau secara formal menggunakan surat kepada HMJ agar mengutus peserta untuk hadir setiap pelaksanaan program kerja”(Wawancara Ketua BEM FDK, 13 Agustus 2014).
Penerapan struktur orgnaisasi sebagai jalur atau garis-garis komunikasi sudah
diterapkan dalam kepengurusan BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Alauddin Makassar. Penerapan berupa pembagian jalur komunikasi setiap wakil dan
37
sekertaris BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada setiap bidang-bidang dalam
organisasi. Namun secara umum dalam pelaksanaan program kerja melibatkan
seluruh anggota organisasi dari semua bidang termasuk wakil-wakil ketua dan wakil-
wakil sekertaris.
“… Jadi jalur komunikasinya itu wakil ketua satu dan wakil sekertaris satu fokus pada bidang satu dan dua, wakil ketua dua dan wakil sekertaris dua fokus pada bidang tiga dan empat, wakil ketua tiga dan wakil sekertaris tiga fokus pada bidang lima dan enam. Namun secara umum dalam pelaksanaan program kerja kita libatkan semua, semisal bidang satu melaksanakan program kerja. Semua bidang dilibatkan dalam struktur kepanitiaan. Begitupun dengan wakil-wakil ketua dan sekertaris”(Wawancara Ketua BEM FDK, 13 Agustus 2014).
Pelaksanaan komunikasi yang sesuai dengan struktur organisasi dalam bentuk
pembagian garis-garis komunikasi menunjukkan arus komunikasi dalam lingkup
BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi dapat terkontrol. Garis komunikasi yang
jelas memudahkan anggota organisasi dalam menerima maupun memberi informasi.
Selain wawancara yang dilakukan peneliti kepada Ketua BEM Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, peneliti juga menyebarkaan
angket kepada pengurus BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Berdasarkan data
hasil angket yang disebarkan peneliti kepada pengurus BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, maka dapat dianalisis dan diketahui skor/penilaian dari setiap
pertanyaan yang terkait strategi komunikasi ke bawah, ke atas, horizontal dan lintas
saluran organisasi tersebut.
Jawaban responden pada tabel 2 berikut menunjukkan strategi komunikasi ke
bawah yang dilakukan Ketua BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Makassar dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program kerja.
38
Tabel 2 Komunikasi ke Bawah Ketua BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Selalu Sering Kadang-kadang
Jarang Tidak Pernah Total
Memberi tugas dan fungsi monitoring
7 7 1 0 0 15
46.7% 46.7% 6.7% - - 100%
Penyampaian perubahan kebijakan
8 6 1 0 0 15
53.3% 40% 6.7% - - 100%
Penyampaian informasi jelas dan mudah dipahami
11 4 0 0 0 15
73.3% 26.7% - - - 100%
Rapat/ musyawarah pelaksanaan program kerja
12 2 1 0 0 15
80% 13.3% 6.7% - - 100%
Menggunakan rapat untuk penyampaian informasi umum
12 3 0 0 0 15
80% 20% - - - 100%
Evaluasi program kerja 7 6 1 1 0 15
46.7% 40% 6.7% 6.7% - 100%
Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2014
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa
Ketua BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi sudah melakukan komunikasi ke
bawah dengan intensif. Masing-masing sebanyak 7 orang (46,7 %) pengurus BEM
FDK menjawab bahwa Ketua BEM FDK selalu dan sering melakukan komunikasi
39
kepada bawahan secara langsung dalam memberikan tugas dan menjalankan fungsi
monitoring dengan intensif. Sedangkan hanya 1 orang (6,7 %) yang menjawab
kadang-kadang, serta tidak ada pengurus BEM FDK yang menjawab jarang dan tidak
pernah menunjukkan bahwa Ketua BEM benar-benar sudah melakukan komunikasi
ke bawah secara langsung dalam memberi tugas dan menjalankan fungsi monitoring
dengan intensif.
Sikap untuk melakukan komunikasi ke bawah dalam penyampaian perubahan
secara intensif juga tampak dilaksanakan Ketua BEM FDK. Persentase tertinggi
sebanyak 8 orang (53,3%) pengurus BEM FDK menyatakan Ketua BEM FDK selalu
melakukan komunikasi ke bawah dalam penyampaian kebijakan. Kemudian sebanyak
6 orang (40%) menjawab sering, 1 orang (6,7%) menjawab kadang-kadang, dan tidak
ada yang menjawab jarang dan tidak pernah dilakukan komunikasi ke bawah oleh
Ketua BEM dalam menyampaikan kebijakan.
Keterampilan Ketua BEM FDK dalam berkomunikasi atau menyampaikan
informasi kepada bawahannya sudah baik. Sebanyak 11 orang (73,3%) responden
menjawab bahwa cara penyampaian informasi yang dilakukan Ketua BEM selalu
jelas dan mudah dipahami. Kemudian selebihnya dari responden yakni sebanyak 4
orang (26,7%) menjawab bahwa Ketua BEM FDk sering menyampaikan informasi
kepada bawahannya dengan jelas dan mudah dipahami.
Pelibatan bawahan dalam musyawarah pelaksanaan program kerja menjadi
salah satu strategi Ketua BEM FDK untuk kesuksesan suatu program kerja.
Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada pengurus BEM FDK, sebanyak 12
orang (80%) menjawab bahwa Ketua BEM FDK selalu melibatkan bawahan dalam
musyawarah pelaksanaan program kerja. Sebanyak 2 orang (13,3%) menjawab sering
40
dan 1 orang (6,7) menjawab kadang-kadang, serta tidak ada yang menjawab jarang
dan tidak pernah, menunjukkan bahwa Ketua BEM sudah intensif melibatkan
bawahan dalam pelaksanaan program kerja.
Data tersebut kembali didukung pada jawaban pengurus BEM FDK pada
pertanyaan mengenai penggunaan media rapat oleh Ketua BEM FDK untuk
menyampaikan informasi umum. Sebanyak 12 orang (80%) responden menyatakan
Ketua BEM FDK selalu menggunakan media rapat untuk penyampaian informasi
umum. Dan selebihnya dari responden yakni sebanyak 3 orang (20%) menjawab
bahwa penggunaan media rapat untuk penyampaian informasi umum sering
dilakukan oleh Ketua BEM FDK.
Tingginya intensitas penggunaan rapat yang melibatkan seluruh pengurus
BEM FDK, membuat komunikasi antara atasan dan bawahan dapat berkomunikasi
dan memperoleh informasi secara langsung. Hal tersebut menjadikan alur
penyampaian informasi yang disampaikan Ketua BEM FDK kurang sesuai dengan
struktur organisai. Hasil angket yang diberikan kepada pengurus BEM FDK terkait
penyampaian informasi Ketua BEM FDK sesuai struktru organisasi menunjukkan
jawaban yang bervariatif. Sebanyak 4 orang (26,7%) menjawab selalu, 7 orang
(46,7%) menjawab sering, masing-masing 2 orang (13,3%) menjawab kadang-kadang
dan tidak pernah sesuai struktur organisasi.
Melakukan evaluasi terhadap program kerja yang sudah dilaksanakan
merupakan proses akhir dari sebuah program kerja. Evaluasi ini dibutuhkan sebagai
tolak ukur keberhasilan pelaksanaan program kerja. Selain itu, proses ini menjadi
sebagai laporan pertanggungjawaban atas apa yang sudah dikerjakan. Berdasarkan
41
hasil hasil angket pada tabel 2. menunjukkan bahwa Ketua BEM FDK sudah
melakukan evaluasi pada program kerja yang sudak dilaksanakan.
Sebanyak 7 orang (46,7%) pengurus BEM FDK menyatakan bahwa Ketua
BEM FDK selalu melakukan evaluasi program kerja yang telah direalisasikan.
Sedangkan 6 orang (40%) responden menjawab evaluasi program kerja sering
dilakukan oleh Ketua BEM, dan masing-masing 1 orang (6,7%) menyatakan kadang-
kadang dan jarang dilakukan evaluasi program kerja oleh Ketua BEM FDK.
Selain penyampaian pesan atau informasi yang mengalir dari atasan kepada
bawahan dalam hal ini Ketua BEM kepada bawahannya, juga terdapat aliran
informasi yang mengalir atau mengarah ke atas. Tabel 3 menunjukkan hasil
kuestioner yang disebarkan kepada pengurus BEM FDK terkait pelaksanaan
komunikasi ke atas yang dilakukan oleh pengurus BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
Tabel 3 Komunikasi ke Atas Pengurus BEM
Fakultas Dakwah dan KomunikasiUIN Alauddin Makassar
Menyelesaiakan masalah
terkait program kerja Memberikan opini/ solusi dan
melaporkan hasil tugas
Selalu 3 20 % 3 20 %
Sering 7 46.7 % 4 26.7 %
Kadang-Kadang 3 20 % 6 40 %
Jarang 2 13.3 % 1 6.7 %
Tidak Pernah 0 - 1 6.7 %
Total 15 100 % 15 100 %
42
Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2014
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa responden dalam hal
ini pengurus BEM FDK cukup perhatian pada pekerjaan atau program kerja yang
dilakukan. Apabila terdapat masalah dalam pelaksanaan program kerja, sebanyak 3
orang (20%) menjawab selalu dan 7 orang (46,7%) menjawab sering melakukan
komunikasi ke atas (jabatan lebih tinggi) untuk menyelesaikan masalah terkait
program kerja. Sedangkan hanya 3 orang (20%) menjawab kadang-kadang dan 2
orang (13,3%) menjawab jarang melakukan komunikasi ke atas untuk menyelesaikan
masalah program kerjanya.
Kesadaran untuk melakukan komunikasi ke atas guna memberikan opini atau
solusi, serta untuk melaporkan hasil tugas secara langsung masih perlu ditingkatakan
bagi pengurus BEM FDK. Tigginya persentase jawaban kadang-kadang yakni
sebanyak 6 orang (40%) serta masih adanya responden yang menjawab jaran dan
tidak pernah (masing-masing 1 orang (6,7%)) menunjukkan kurangnya intensitas
komunikasi ke atas untuk memberikan opini atau solusi, serta melaporkan hasil tugas
secara langsung. Namun, atasan atau Ketua BEM FDK tidak bersifat otoriter terbukti
dengan 3 orang (20%) menjawab selalu dan 4 orang lainnya (26,7%) menjawab
sering melakukan komunikasi ke atas untuk memberikan opini atau solusi, serta
melaporkan hasil tugas secara langsung.
Kerja sama sesama tingkatan dapat terbentuk melalui komunikasi yang
terjalin secara intensif. Arus komunikasi horizontal atau komunikasi sesama tingkatan
(jabatan) juga sudah dilakukan secara intensif oleh pengurus BEM FDK. Tabel 4
43
berikut menunjukkan komunikasi horizontal yang dilakukan oleh pengurus BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
Tabel 4. Komunikasi Horizontal Pengurus BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Memberi dan memperoleh
informasi Melihat koordinasi dalam pelaksanaan program kerja
Selalu 3 20.0 % 3 20.0 %
Sering 7 46.7 % 6 40.0 %
Kadan-Kadang 5 33.3 % 5 33.3 %
Jarang 0 - 1 6.7 %
Tidak Pernah 0 - 0 -
Total 15 100 % 15 100 %
Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa arus komunikasi horizontal atau sesama
tingkatan (jabatan) sudah berjalan intensif namun masih perlu ditingkatkan. Data
tersbut menunjukkan sebanyak 3 orang (20%) menjawab selalu memberi dan
memperoleh informasi dari sesama tingkatan (jabatan). Persentase tertinggi sebanyak
7 orang (46,7%) menyatakan sering melakukan komunikasi horizontal untuk
memberi dan menerima informasi. Sedangkan sebanyak 5 orang (33,3%) lainnya
menjawab kadang-kadang melakukanukan komunikasi tersebut.
Tabel 4 di atas juga menunjukkan jawaban responden yang melihat koordinasi
yang terjalin sesama tingkatan (jabatan) dalam pelaksanaan program kerja BEM
44
Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Persesntase jawaban tertinggi yakni sebanyak 6
orang (40%) menyatakan sering melihat koordinasi sesama tingakatan (jabatan) yang
terjalin dalam pelaksanaan program kerja BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Sebanyak 3 orang (20%) menjawab selalu dan 5 orang (33,3%) menjawab kadang-
kadang melihat koordinasi yang terjalin sesama tingkatan dalam pelaksanaan program
kerja, namun masih ada 1 orang (6,7%) yang menjawab jarang melihat koordinasi
tersebut.
Komunikasi yang terjalin dalam internal suatu organisasi tidak selalu berjalan
sesuai struktur organisasi yang dimiliki. Komunikasi yang melewati jalur
fungsionalnya atau disebut komunikasi lintas saluran dilakukan untuk menjalin
komunikasi informal atau pribadi. Namun selain itu juga dimaksudkan untuk
meminta bantuan dalam pelaksanaan program kerja. Tabel 5 berikut menunjukkan
hasil angket terkait komunikasi lintas saluran yang dilakukan oleh pengurus BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
Tabel 5. Komunikasi Lintas Saluran Pengurus BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Melakukan komunikasi
informal/ pribadi Meminta bantuan dalam
pelaksanaan program kerja
Selalu 6 40.0 % 6 40.0 %
Sering 5 33.3 % 4 26.7 %
Kadan-Kadang 4 26.7 % 5 33.3 %
Jarang 0 - 0 -
Tidak Pernah 0 - 0 -
45
Total 15 100 % 15 100 %
Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2014
Berdasarkan data hasil angket di atas, menunjukkan bahwa sebanyak 6 orang
(40%) pengurus BEM FDK menjawab selalu melakukan komunikasi informal atau
pribadi dengan teman yang berbeda tingaktan (jabatan). Sebanyak 5 orang (33,3%)
pengurus BEM FDK menyatakan sering melakukan komunikasi lintas saluran berupa
komunikasi informal atau pribadi. Sedangkan 4 orang (26,7%) pengurus BEM FDK
yang lain menjawab kadang-kadang melakukan komunikasi informal atau pribadi
tersebut.
Data pada tabel di atas juga menunjukkan bahwa sebanyak 6 orang (40%)
pengurus BEM FDK menyatakan selalu melakukan komunikasi lintas saluran untuk
meminta bantuan dalam pelaksanaan program kerja, dan 4 orang (26,7%) pengurus
BEM FDK juga mengatakan sering melakukan komunikasi tersebut. Kemudian 5
orang (33,3%) pengurus BEM FDK juga melakukan komunikasi lintas saluran untuk
meminta bantuan dalam pelaksanaan program kerja namun masih dalam intensitas
kadang-kadang.
Tingginya intensitas jawaban pengurus BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar yang melakukan komunikasi linta saluran
berpengaruh pada penggunaan struktur organisasi sebagai alur komunikasi. Grafik
pada Gambar 2 berikut menujukkan kurangnya arus komunikasi yang sesuai struktur
organisasi.
46
Gambar 6. Grafik Pelaksanaan Komunikasi yang Sesuai Struktur Organisasi
Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2014
Berdasarkan garfik di atas menunjukkan persentase tertinggi jawaban
responden adalah sebanyak 7 orang (46,7%) menjawab melaksanakan komunikasi
sesuai struktur organisasi dalam intensitas kadang-kadang, dan sebanyak 4 orang
(26,%) menyatakan sering melaksanakannya. Persentase jawaban yang sama yakni
sebesar 13,3% (2 orang) menyatakan selalu dan tidak pernah melakukan komunikasi
yang sesuai struktur organisasi menunjukkan masih kurangnya pelaksanaan
komunikasi yang sesuai dengan struktur organisasi BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak Pernah
47
2. Partisipasi Komunikasi HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi dalam Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Program Kerja BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Sebagai organisasi kemahasiswaan tertinggi dalam lingkup fakultas, BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi juga harus menjalin komunikasi maupun kerja
sama dengan HMJ yang terdapat di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Makassar. Partisipasi yang diberikan oleh HMJ FDK akan membantu BEM Fakultas
Dakwah dan Komunikasi dalam mensukseskan program kerja maupun visi dan misi
organisasi. Untuk mengetahui partisipasi HMJ FDK dalam program kerja BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Partisipasi HMJ dalam Program Kerja BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Keterlibatan dalam program
kerja BEM FDK Memberi feedback pada
program kerja BEM FDK
Selalu 3 8.3 % 1 2.8 %
Sering 3 8.3 % 2 5.6 %
Kadan-Kadang 15 41.7 % 6 16.7 %
Jarang 7 19.4 % 15 41.7 %
Tidak Pernah 8 22.2 % 12 33.3 %
Total 36 100 % 36 100 %
Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2014
Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada pengurus HMJ Fakultas
Dakwah dan Komunikasi tentang keterlibatan responden dalam program kerja BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi menunjukkan hasil yang variatif. Persentase
48
tertinggi jawaban responden adalah sebanyak 15 orang (41,7%) menjawab kadang-
kadang mengikuti atau terlibat dalam program kerja BEM FDK. Tingginya responden
yang menjawab jarang (7 orang (19,4%)) dan tidak pernah (8 orang (22,2%) terlibat
dalam program kerja BEM FDK dibanding jawaban selalu dan sering yang masing-
masing hanya sebanyak 3 orang (8,3%) menunjukkan masih kurangnya keterlibatan
pengurus HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi dalam program kerja BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
Partisipasi pengurus HMJ FDK dalam memberikan feedback berupa
memberikan gagasan atau opini terkait program kerja BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar masih kurang. Hal ini ditunjukkan dengan
persentase jawaban tertinggi yakni sebanyak 15 orang (41,7%) menjawab jarang dan
12 orang (33,3%) menjawab tidak pernah memberikan gagasan atau opini terkait
program kerja BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Sebanyak 6 orang (16,7%)
menyatakan turut memberikan gagasan atau opini terkait program kerja BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi namun masih dalam intensitas kadang-kadang.
Sedangkan hanya 1 orang (2,8%) menjawab selalu dan 2 orang (5,6%) menjawab
sering memberikan feedback berupa gagasan atau opini terkait program kerja BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
49
C. Pembahasan
Data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan Ketua BEM FDK
dan penyebaran angket kepada sumber data kemudian dideskripsikan sehingga
membentuk data yang seutuhnya.
Interpretasi data dari hasil penelitian melalui angket, wawancara dan observasi
menunjukkan strategi komunikasi BEM FDK serta partisipasi HMJ FDK dalam
penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi program kerja BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
1. Strategi Komunikasi BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar dalam Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Program Kerja
Dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program kerja BEM Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar tidak dapat terlepas dari
komunikasi organisasi. Dalam komunikasi organisasi berbicara tentang informasi
yang berpindah secara formal dari seseorang yang otoritasnya lebih tinggi kepada
orang lain yang otoritasnya lebih rendah (komunikasi ke bawah); informasiyang
bergerak dari suatu jabatan lebih rendah kepada orang yang otoritasnya lebih tinggi
(komunikasi ke atas); komunikasi yang bergerak diantara orang-orang dan jabatan-
jabatan yang tidak menjadi atasan ataupun bawahan satu dengan yang lainnya dan
mereka menempati bagian fungsional yang berbeda (komunikasi lintas-saluran).
Dengan mengetahui intensitas komunikasi serta informasi yang mengalir
melalui empat arus komunikasi yang mengalirkan informasi tersebut, dapat diketahui
strategi komunikasi yang digunakan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi
program kerja BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
50
a. Strategi Komunikasi ke Bawah Ketua BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Berdasarkan sumber data hasil penelitian yang disimpulkan mengenai strategi
komunikasi ke bawah yang dilakukan Ketua BEM dalam internal BEM Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar sudah berjalan dengan intensif.
Komunikasi kepada bawahan secara langsung dalam menyampaikan
kebijakan, memberikan tugas, dan menjalankan fungsi monitoring dalam internal
organisasi sudah dilaksanakan dengan intensif oleh Ketua BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Komunikasi ke bawah yang dilakukan secara intensif oleh Ketua BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi menjadikan anggota organisasi akan mudah
memahami dengan jelas setiap tugas, kebijakan, maupun informasi yang diberikan
oleh Ketua BEM.
Arni Muhammad (2009: 108) mengungkapkan bahwa kebanyakan
komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan
dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan
pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijakan umum.
Fungsi monitoring yang dijalankan secara intensif menjadikan Ketua BEM
akan mengetahui kinerja dan permasalahan yang dihadapi oleh bawahannya. Selain
itu, dari sisi anggota organisasi akan mempunyai rasa memiliki terhadapat tugas yang
diberikan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Katz dan Kahn (1966) dalam
(Pace dan Faules, 1998: 184) mengenai jenis informasi yang biasa dikomunikasikan
dari atasan kepada bawahan: (1) informasi mengenai bagaimana melakukan
pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3)
informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi, (4) informasi mengenai
51
kinerja bawahan, dan (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense
of mission).
Keterampilan Ketua BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi dalam
menyampaikan informasi dengan jelas dan mudah dipahami memudahkan anggota
organisasi untuk menerima setiap informasi yang disampaikan. Penyampaian
informasi yang jelas dan mudah dipahami akan menjadikan anggota organisasi dapat
mengerjakan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pemanfaatan media rapat untuk musyawarah terkait kebijakan maupun
program kerja yang melibatkan seluruh anggota organisasi menunjukkan bahwa
Ketua BEM FDK tidak otoriter. Hal tersebut memberikan efek positif terhadap
anggota organisasi, yakni dengan turut memberikan gagasan atau opini terkait
program kerja, serta ikut serta dalam pelaksanaan program kerja BEM Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
Pemanfaatan media rapat dan keterampilan Ketua BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi dalam memberikan informasi menunjukkan pemilihan metode
penyampaian informasi kepada bawahan bersesuaian dengan kriteria yang diberikan
Level dan Galle dalam (Pace dan Faules, 1998: 184).
1) Ketersediaan. Metode-metode yang tersedia dalam organisasi cenderung
dipergunakan. Setelah mengiventarisasikan metode yang tersedia, organisasi
dapat memutuskan metode apa yang dapat ditambahkan untuk suatu program
keseluruhan yang lebih efektif.
2) Biaya. Metode yang paling murah cenderung dipilih untuk penyebaran informasi
rutin dan yang tidak mendesak. Bila diperlukan atau diinginkan penyebaran
52
informasi yang tidak rutin dan mendesak, metode yang lebih mahal tetapi lebih
cepat dapat digunakan.
3) Pengaruh. Metode yang tampaknya memberi pengaruh atau kesan paling besar
sering dipilih daripada metode yang baku.
4) Relevansi. Metode yang tampak paling relevan dengan tujuan yang ingin dicapai
akan lebih sering dipilih. Bila tujuannya singkat dan sekedar menyampaikan
informasi, dapat dilakukan dengan pembicaraan diikuti oleh memo. Bila
tujuannya menyampaikan masalah yang rinciannya rumit, metode laporan teknis
tertulis adalah metode yang mungkin akan dipilih.
5) Respon. Metode yang dipilih akan dipengaruhi oleh ketentuan apakah
dikehendaki atau diperlukan respon khusus terhadap informasi tersebut. Bila
dikehendaki atau diperlukan respon, maka metode lisan secara tatap muka dalam
bentuk interpersonal atau rapat mungkin lebih tepat dipilih.
6) Keahlian. Metode yang tampaknya sesuai dengan kemampuan pengirim untuk
menggunakan dan dengan kemampuan penerima untuk memahaminya cenderung
digunakan daripada metode yang tampaknya di luar kemampuan komunikator
atau di luar kemampuan pemahaman bawahan yang menerimanya.
b. Strategi Komunikasi ke Atas Pengurus BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi
Pelaksanaan komunikasi ke atas dalam lingkup BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar sudah terlaksana walaupun masih perlu di
tingkatkan kembali. Peningkatan dapat difokuskan pada kesadaran anggota orgnasisai
untuk memberikan opini atau solusi, serta untuk melaporkan hasil tugas secara
langsung. Hal ini berdasarkan hasil angket sebagai sumber data peneliti menunjukkan
53
intensitas komunikasi ke atas untuk memberikan opini atau solusi, serta melaporkan
hasil tugas secara langsung masih kurang.
Peran aktif anggota organisasi dalam memberikan opini atau solusi kepada
atasan dapat menjadi acuan dari atasan sebelum mengambil keputusan. Pengambilan
keputusan melalui musyawarah atau rapat dengan peran aktif anggota organisasi
untuk memberikan opini atau solusi dapat mengurangi bahkan menghindarkan
interpensi ataupun skat-skat antara atasan dan bawahan.
Peningkatan peran aktif untuk melakukan komunikasi ke atas perlu dilakukan
karena Pace dan Faules (2006: 190) menyebutkan pentingnya komunikasi ke atas
karena beberapa alasan berikut:
1) Aliran informasi ke atass memberi informasi berharga untuk pembuatan
keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan
orang-orang lainnya (Sharma, 1979).
2) Komunikasi ke atas memberitahukan kepada atasan kapan bawahan mereka siap
menerima informasi dari merekadan seberapa baik bawahan menerima apa yang
dikatakan kepada mereka (Planty dan Machaver, 1952).
3) Komunikasi ke atas memungkinkan –bahkan mendorong- omelan dan keluh
kesah muncul ke permukaan sehingga atasan tahu apa yang mengganggu mereka
yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya (Conboy, 1976).
4) Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi
dengan memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengajukan pertanyaan dan
menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi (Planty dan
Machaver, 1952).
54
5) Komunikasi ke atas mengizikan atasan untuk menentukan apakah bawahan
memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah (Planty dan
Machaver, 1952).
6) Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka
dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan
organisasi tersebut (Harriman, 1974)
Tingginya perhatian pada pekerjaan atau program kerja yang dilaksanakan
ditunjukkan dengan tingginya persentase yang melakukan komunikasi ke atas untuk
menyelesaikan masalah terkait program kerja. Komunikasi ini dimaksudkan untuk
mengetahui secara benar proses penyelesaian program kerja yang sedang
dilaksanakan. Selain itu, anggota organisasi juga dapat menyampaikan keluhan atau
permasalahan yang dihadapai dalam pelaksanaan program kerja tersebut. Hal tersebut
sesuai dengan salah satu fungsi komunikasi ke atas yang dinyatakan Rubben dan
Stewart (2013: 342), yakni membantu bawahan mengatasi masalah dan memfasilitasi
keterlibatan mereka.
Meningkatkan intensitas komunikasi ke atas sangat diperlukan agar
kepemimpinan organisasi tidak terkesan otoriter. Dengan lancarnya komunikasi ke
atas dalam sebuah organisasi, maka pimpinan atau atasan organisasi tersebut dapat
mengetahui perkembangan atau permasalahan yang terjadi pada level bawahan
organisasi tersebut.
55
c. Strategi Komunikasi Horizontal Pengurus BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan komunikasi
horizontal dalam lingkup BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Makassar sudah terjalin. Pengurus BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi sudah
melakukan komunikasi horizontal atau komunikasi sesama tingkatan dengan
intensitas yang cukup tinggi, serta memperoleh informasi dari komunikasi horizontal
yang telah dilakukannya.
Pengarahan komunikasi yang sifatnya horizontal sangat mempermudah
anggota organisasi dalam menyelesaikan masalah perkerjaan maupun masalah lain
yang dimilikinya. Pembagian tugas maupun mempermudah pelaksanaan pekerjaan
sesama tingkatan dalam satu departemen sangat membantu apabila dikomunikasikan
secara intensif. Setiap masalah dapat terselesaikan apabila dikomunikasikan secara
cepat dengan sesama anggota setingkat sehingga tidak harus semua masalah
pekerjaan sampai pada manajemen puncak.
Komunikasi horizontal atau komunikasi sesama tingkatan yang telah
dilakukan dalam lingkup BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi menunjukkan kerja
sama sesama tingkatan atau jabatan dalam organisasi ini sudah terjalin. Komunikasi
horizontal yang berjalan intensif berdampak baik bagi organisasi karena setiap
informasi yang diterima akan dibagikan atau disebarkan ke sesama tingkatan atau
jabatan. Komunikasi horizontal ini selain untuk berbagi informasi mengenai program
kerja, juga dimanfaatkan untuk pemecahan masalah atau memperoleh pemahaman
bersama dalam satu tingkatan atau jabatan agar kerja sama dapat tetap terjaga dan
program kerja dapat terlaksana dengan baik.
56
Pace dan Faules (2006: 195) penelitian dan pengalaman menyatakan bahwa
komunikasi horizontal muncul paling sedikit karena enam alasan berikut:
1) Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja.
2) Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan.
3) Untuk memecahkan masalah.
4) Untuk memperoleh pemahaman bersama.
5) Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan.
6) Untuk menumbuhkan dukungan antarpersona.
d. Strategi Komunikasi Lintas Saluran Pengurus BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan komunikasi lintas
saluran dalam lingkup BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Makassar sudah terbangun. Dalam pelaksanaan program kerja BEM FDK terjalin
kerja sama yang baik antar anggota organisasi yang berbeda tingkat
kedudukan/jabatan. Tingginya intensitas komunikasi lintas saluran membentuk suatu
kedekatan emosional para anggota organisasi yang berbeda tinggkatan kedudukan
sehingga membuka peluang keterbukaan diri para pelaku komunikasi lintas saluran
untuk meminta bantuan pada teman yang berbeda tingkat kedudukan.
Fayol (1916 - 1940) dalam Pace dan Faules (2006: 198) menunjukkan bahwa
komunikasi lintas saluran merupakan hal yang pantas, bahkan perlu pada suatu saat,
terutama bagi anggota tingkat lebih rendah dalam suatu saluran.
Persentase jawaban angket yang tinggi menunjukkan terjalinnya komunikasi
lintas saluran pengurus BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi baik berupa
komunikasi informal atau pribadi, maupun untuk meminta bantuan dalam
57
pelaksanaan program kerja. Komunikasi ini wajar terjadi dalam sebuah organisasi
karena tidak menutup kemungkinan dalam pelaksanaan program kerja, anggota
bidang organisasi meminta bantuan kepada ketua bidang yang lain tanpa mengikuti
struktur organisasi. Hal ini juga diperkuat dengan rendahnya intensitas responden
yang melaksanakan komunikasi sesuai struktur organiasi.
Davis (1967) dalam Pace dan Faules (2006: 197) mengungkapkan mereka
melintasi jalur fungsional dan berkomunikasi dengan orang-orang yang diawasi dan
yang mengawasi tetapi bukan atasan atau bawahan mereka. Mereka tidak memiliki
otoritas lini untuk mengarahkan orang-orang yang berkomunikasi dengan mereka dan
terutama harus mempromosikan gagasan-gagasan mereka. Namun, mereka memiliki
mobilitas tinggi dalam organisasi, mereka dapat mengunjungi bagian lain atau
meninggalkan bagian mereka hanya untuk terlibat dalam komunikasi informal.
Ketua BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi mengungkapkan bahwa secara
umum dalam pelaksanaan program kerja melibatkan seluruh anggota organisasi dari
semua bidang termasuk wakil-wakil ketua, sekertaris dan wakil-wakil sekertaris.
Sehingga dengan melibatkan seluruh anggota organisasi dapat saling membantu
dalam melaksanakan tugasnya.
2. Partisipasi Komunikasi HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi dalam
Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Program Kerja BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Dari hasil penelitian wawancara maupun angket yang dilakukan peneliti
terkait partisipasi komunikasi HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Makassar menunjukkan masih kurang intensif. Hal tersebut disebabkan oleh
kurangnya pelibatan dalam program kerja BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar.
58
Intensitas komunikasi BEM dengan HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar perlu ditingkatkan. Sebagai salah satu publik dari BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, HMJ perlu diberi informasi terkait program kerja
bahkan dilibatan langsung. Arni Muhammad (2008: 197) mengungkapkan bahwa
tujuan komunikasi publik terutama sekali adalah untuk memberikan informasi kepada
sejumlah besar orang mengenai organisasi. Selain dari itu komunikasi publik juga
bertujuan untuk menjalin hubungan organisasi dengan masyarakat luar organisasi.
Kurangnya program kerja maupun kegiatan BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi yang bekerja sama dengan HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi
menjadi menyebabkan komunikasi antara BEM dan HMJ Fakultas Dakwah dan
Komunikasi kurang intensif. Pelibatan HMJ dalam rapat kerja BEM Fakultas
Dakwah dan Komunikasi yang kurang intensif juga menjadi salah satu pemicu
kurangnya komunikasi ke bawah tersebut. Pelibatan HMJ dalam pelaksanaan
program kerja BEM Fakultas Dakwah dan Komuikasi akan meningkat kerja sama,
serta dapat menjadi jalan percepatan dalam mencapai visi dan misi BEM Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
Partisipasi HMJ dalam perencanaan atau rapat kerja BEM Fakultas Dakwah
dan Komunikasi yang masih kurang menjadi salah satu penyebab komunikasi
organisasi antara BEM dan HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi belum cukup
baik. Komunikasi yang dilakukan Ketua BEM dan ketua-ketua HMJ hanya sebatas
komunikasi persuasif yang sifatnya nonformal dimaksudkan untuk meminta saran
terkait program kerja yang akan dilaksanakan. Komunikasi secara formal yang
dilakukan berupa pemberian surat undangan untuk menjadi peserta dalam kegiatan
BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
59
Sebagai organisasi yang berdiri dalam satu naungan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, serta BEM FDK sebagai organisasi mahasiswa tertinggi di fakultas
haruslah mampu menjalin kerja sama dengan seluruh HMJ FDK. Komunikasi yang
intensif, pelibatan dalam program kerja, serta penggunaan media yang tepat untuk
bersosialisasi akan mampu menjadi jalur terciptanya kerja sama tersebut.
Sebagaimana dikemukakan Arni Muhammad (2008: 198) organisasi sebagai system
terbuka harus berhubungan dengan lingkungan luarnya, terutama sekali dengan
badan-badan yang berpengaruh kepada organisasi itu sendiri.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada BAB IV, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Strategi komunikasi BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Makassar dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program kerja dapat
diidentifikasi melalui empat arah aliran informasi (ke atas, ke bawah, horizontal,
dan lintas saluran). Strategi komunikasi ke bawah yang digunakan Ketua BEM
Fakultas Dakwah dan Komunikasi adalah dengan melakukan rapat secara rutin.
Rapat yang dilakukan dengan tatap muka secara langsung dan rutin tersebut juga
berimbas kepada terlaksananya komunikasi ke atas. Namun masih perlu
ditingkatkan kesadaran anggota organisasi untuk memberikan opini atau solusi,
serta untuk melaporkan hasil tugas secara langsung. Komunikasi yang terjalin
antar tingkatan atau jabatan (komunikasi horizontal) menunjukkan sudah
terjalinnya kerja sama, dan informasi dapat tersebar merata dalam tingkatan atau
jabatan tersebut. Selain itu, pelaksanaan program kerja yang melibatkan seluruh
anggota organisasi baik atasan mapun bawahan, membentuk komunikasi lintas
saluran dalam internal organisasi dapat berjalan harmonis.
2) Partisipasi komunikasi HMJ Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Makassar menunjukkan intensitas yang masih kurang. Hal tersebut disebabkan
kurangnya pelibatan dalam program kerja BEM Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
61
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti dapat
menberikan saran sebagai berikut:
1) Ketua dan pengurus BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Makassar hendaknya mempertahankan dan meningkatkan intensitas komunikasi
yang sudah terjalin dalam internal organisasi agar tujuan organisasi dapat
tercapai.
2) BEM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar hendaknya
meningkatkan peran aktif HMJ dalam penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi
program kerja. Dengan melibatkan HMJ dalam program kerja BEM dapat
meningkatkan hubungan keduanya serta sebagai salah satu cara mempermudah
tercapainhya tujuan organisasi.
62
DAFTAR PUSTAKA
Allison, Michael dan Jude Kaye, Perencanaan Strategi Bagi Organisasi NirlabaI. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2004.
Ardial, H. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta Bumi Aksara. 2014
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineke Cipta. 2005
Berger, Charles R, dkk. Handbook Ilmu Komunikasi. Terjemahn Derta Sri Widowatie. Bandung: Nusa Media. 2014.
David, Fred R. Strategic Management: Manajemen Strategis Konsep. Jakarta: Salemba Empat. 2006
Efendy, Onong Uchjana. Human Relations dan Public Relations. Bandung: Mandar Maju. 1993.
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009.
Handoko, T. Hani. Manajemen. Yogyakarta: BPFE. 1984.
Kriyanto, Rachmat. Teknik Praktis Riset: Disertai Contoh Praktis Riset Medi. Public Relations. Advertising. Komunikasi Organisasi. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana, 2009.
Kriyanto, Rachmat. Teknik Praktis Riset: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana. 2009.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Terjemahan Deddy Mulyana. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1998.
Pareek, Uday. Prilaku Organisasi: Pedoman ke Arah Pemahaman Proses Komunikasi Antar Pribadi dan Motivasi Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. 1994
Ruben, Brent D. & Lea P. Stewart. Komunikasi dan Perilaku Manusia. Terjemahan Ibnu Hamad. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Cet. Ke-7. Bandung: Alfabeta. 2000
UIN Alauddin Makassar. Buku Saku Mahasiswa: Pedoman Aturan dan Ketentuan Dalam Kehidupan Kampus. Makassar: Berkah Utami. 2012
Umar, Husein. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia. 2002
Warsanto. Etika Komunikasi Kantor. Yogyakarta: Kanisius. 1987.
Winardi, J. Manajemen Prilakui Organisasi. Jakarta: Kencana. 2004
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo. 2004