Ludwig Van Beethoven

18
Beethoven: Mahakarya Musik dari Seorang Tuna Rungu! Beethoven: Mahakarya Musik dari Seorang Tuna Rungu!

Transcript of Ludwig Van Beethoven

Page 1: Ludwig Van Beethoven

Beethoven: Mahakarya Musik dari Seorang Tuna Rungu!

Beethoven: Mahakarya Musik dari Seorang Tuna Rungu!

Page 2: Ludwig Van Beethoven

 

Bagi seluruh orang yang berkecimpung di dunia musik, ketajaman pendengaran merupakan salah satu hal esensial. Tidak berfungsinya pendengaran (ketulian) menjadi vonis mati bagi karir seorang pemusik.  Namun anggapan itu tidak berlaku bagi Ludwig van Beethoven.

Pada masanya Beethoven terkenal temperamental, penyendiri dan eksentrik!

Kalangan musik mengenal Beethoven sebagai salah satu komposer terbesar dunia. Masyarakat pada masanya hidup mengenalnya sebagai komposer yang memiliki temperamen buruk, seorang yang penyendiri dan eksentrik.

Namun tak bisa disangkal, semua orang mengagumi Beethoven karena perjuangannya untuk membuktikan bahwa tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Dia mampu  menghasilkan karya dan berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mengarang banyak komposisi dengan kualitas terbaik dari ketuliannya. Tak ada yang menyangka ketika mendengar musiknya, bahwa penciptanya seorang yang tuli. Bagaimana mungkin seorang yang buta suara bisa menghasilkan karya sedemikian agung dan indah?

Sekilas tentang Ludwig van Beethoven

Ludwig van Beethoven adalah seorang komponis, konduktor, dan pemain musik klasik dari Bonn, Jerman. Ia dipandang sebagai salah satu komponis terbesar dunia dan merupakan salah satu dari trio terkenal dari masa peralihan Klasik- Romantik dalam music klasik, di samping Mozart dan Haydn. Jika music Haydn digambarkan sebagai danau yang tenang, music Mozart adalah aliran sungai yang riang, maka music Beethoven dianalogikan dengan laut yang bergelora.

Page 3: Ludwig Van Beethoven

Semasa kanak-kanak, bakat music Beethoven tampak jelas. Hal ini yang membuat ayahnya bersikap keras terhadapnya, dengan harapan Beethoven mampu menyaingi kepopuleran Mozart yang disebut sebagai ‘Anak Ajaib’ dalam musik.

Pada 1787, Beethoven  berkunjung ke Wina dan diperkenalkan kepada Mozart dan saat itu Mozart mengatakan Beethoven akan menjadi musikus yang luar biasa jika kemampuan musiknya dikembangkan. Perjumpaan keduanya berlangsung singkat karena Beethoven harus kembali ke Jerman. Pada tahun 1792 Beethoven kembali ke Wina dan belajar pada Haydn yang kala itu disebut sebagai komposer tersohor di Wina.

Sejak umur pertengahan dua puluhan, Beethoven telah menjadi pianis yang populer di antara para bangsawan dan kalangan atas Wina, Austria. Selain itu, dia mampu menerbitkan dan menjual komposisi musiknya tanpa kesulitan apa pun. Namun, pada tahun 1801 (sewaktu berumur 26 tahun), dimulailah masa-masa gangguan pendengarannya. Walaupun mencari pengobatan sana-sini, ketuliannya malah semakin progresif. Kesulitan dalam mendengar membuatnya menjadi penyendiri dan mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat.

Pada 1817 ia menjadi tuli sepenuhnya. Meskipun ia tak lagi bisa bermain dalam konser karena ketuliannya, ia terus menciptakan komposisi musik. Pada masa tuli sepenuhnya ini, Beethoven malah menjadi kreatif dan menciptakan sebagian karya-karyanya yang terbesar. Ia menjalani sisa hidupnya di Wina dan meninggal karena penyakit ginjal.

Selama hidupnya, Beethoven menghasilkan 9 simfoni, 32 sonata piano, 5 piano concerto, 10 sonata untuk piano dan biola, serangkaian karya untuk kuartet gesek, musik vokal, musik teater, dan banyak lagi. Karyanya sangat orisinal dan merupakan kombinasi luar biasa dari kedalaman perasaan dengan kesempurnaan  alunan nadanya. Beethoven mengangkat musik instrumental ke tingkat nilai seni yang amat tinggi. Banyak terobosan baru dalam gaya music yang digubahnya dan membawa pengaruh abadi bagi dunia music.

Beberapa Mitos-Fakta tentang Gangguan Pendengaran Beethoven

1. Banyak orang beranggapan Beethoven langsung mengalami ketulian total. Faktanya, pendengarannya mengalami degradasi perlahan-lahan. Di usia 26, Beethoven mulai mengalami ketulian. Dia tidak bisa mendengar nada dengan frekuensi

Page 4: Ludwig Van Beethoven

tinggi. Hal itu semakin menguatkan dugaan bahwa yang dialaminya adalah ketulian karena gangguan saraf pendengaran.

2. Sampai saat ini, penyebab gangguan pendengaran pada Beethoven tidak diketahui. Dugaan yang muncul adalah penyakit tipus, sifilis, keracunan timbal, bahkan mungkin kebiasaannya untuk membenamkan kepala ke air dingin agar dia bisa tetap terjaga. Beberapa minggu setelah kematiannya, makam Beethoven dibongkar dan dilakukan autopsi terhadap jasadnya. Hasil autopsi mengatakan, Beethoven mengalami pelebaran pada telinganya yang semakin mengganggu kualitas pendengaran seiring dengan berjalannya waktu. Hasil pemeriksaan pada rambutnya mengatakan hal lain. Ditemukan adanya kadar timbal yang tinggi pada rambutnya, yang mungkin saja menjadi penyebab gangguan pendengarannya dan iritabilitasnya.

3. Selain kualitas pendengaran yang menurun,  Beethoven mengalami rasa berdenging di telinga / tinitus yang sangat mengganggu. Hal ini terungkap di dalam surat kepada teman-teman dekatnya. Rasa denging ini membuat dia sulit mengapresiasi music dan berkomunikasi dengan sekitarnya.

4. Beethoven memakai tulisan sebagai cara berkomunikasi ketika dirinya mengalami ketulian total. Tulisan dalam buku tersebut sampai sekarang dipakai para mahasiswa music untuk belajar menginterprestasi music Beethoven. Dari tulisannya dalam buku percakapan itu, kita bisa mengetahui bagaimana seharusnya music Beethoven dipertunjukkan, dan rasa cintanya pada seni, yang dianggap Beethoven sebagai sesuatu yang sakral.

Hikmah dari Kisah Hidup Beethoven dengan Keterbatasannya

1. Ada masanya ketika seorang penyandang tuna rungu mengisolasi diri, menjauhkan diri dari sekitarnya.

Di awal munculnya gejala gangguan pendengarannya, Beethoven berusaha menutupinya agar orang sekitarnya tidak tahu. Dia mengucilkan dirinya sendiri, menghindari percakapan dengan orang banyak, sehingga orang menganggap dia tidak ramah dan eksentrik. Begitu pula dengan penyandang tuna rungu di masa sekarang ini.

Para penyandang tuna ungu hidup dalam keadaan terisolasi dalam kehidupan masyarakat karena keterbatasan komunikasi yang mereka miliki. Sebagai akibatnya, dari sisi personalitas, para tuna

Page 5: Ludwig Van Beethoven

rungu menjadi pribadi-pribadi yang sulit bersosialisasi. Ini semua akhirnya memunculkan kesenjangan sosial yang dirasakan oleh mereka.

2. Ada masanya ketika timbul depresi, namun ada masanya juga untuk bangkit kembali. 

Beberapa kali Beethoven memiliki pikiran bunuh diri, terbukti dari surat-surat yang ditulisnya kepada teman-teman akrabnya. Dia beberapa kali putus asa dengan keadaan dirinya, karena tidak ada pengobatan pada masa itu yang mampu menyembuhkan gangguan pendengarannya.

Setelah kurang lebih 1 tahun bergulat dengan perasaan depresi, Beethoven akhirnya berusaha bangkit dengan menggubah Simfoni no 3, Eroica. Simfoni ini menggambarkan perjuangannya dalam menghadapi masa-masa depresi karena ketuliannya.

3.  Selalu ada kreativitas dan bakat lebih bagi seseorang yang memiliki kecacatan fisik

Di awal menurunnya kualitas pendengaran, Beethoven menjadi ketakutan tidak mampu mengarang karya music lagi. Di saat-saat itu, karyanya paling banyak dihasilkan. Ini membuat para biografernya berpendapat, ketidakmampuan pendengarannya membuat dia menjadi lebih kreatif, membuat dia mampu untuk mereka bunyi dari dalam diri tanpa perlu mendengar bunyi lain dari luar.

Memang telah terbukti, banyak orang dengan kecacatan fisik mampu menunjukkan dirinya lebih hebat daripada orang tanpa kecacatan fisik, dengan menghasilkan karya-karya fenomenal. Hidup mereka pun menjadi inspirasi bagi banyak orang.

4. Kegagalan bukanlah batu sandungan, melainkan batu loncatan.

Beethoven tidak pernah melakukan pertunjukan di depan umum lagi sejak  mengalami kegagalan dalam konser musik Simfoni no 9, Emperor. Namun ia terus menggubah karya-karya music.

Banyak pakar berpendapat, karya-karya yang dibuatnya ketika ia mengalami tuli total justru adalah karya-karyanya yang terbesar. Kegagalan pasti dialami setiap orang, tetapi jangan jadikan kegagalan sebagai batu sandungan, melainkan sebagai batu loncatan!

Kisah Beethoven telah memberikan satu pelajaran bagi kita semua. Seorang dengan gangguan pendengaran mampu menjadi seorang komposer terbesar dunia. Perjuangan dan keberanian Beethoven menginspirasi semua orang, terutama tuna rungu lainnya, untuk hidup dengan semaksimal mungkin dan pantang menyerah. Kecacatan fisik bukanlah halangan untuk berkarya dan hidup dengan semaksimal mungkin!

 Referensi:

Page 6: Ludwig Van Beethoven

Photo by telegraph.co.uk

Gemintang.com – Pernahkah kamu kehilangan sesuatu yang sangat berarti? Entah itu orang yang kamu sayangi atau barang yang kamu anggap berharga? Bagaimana perasaanmu? Apa yang kamu lakukan selanjutnya? Apakah kamu akan berkubang dalam keputus-asaan atas kehilanganmu? Ataukah kamu segera bangkit dan mulai maju ke depan? Hal ini juga dialami seorang musisi besar dunia, Ludwig van Beethoven. Di masa keemasaannya, ia kehilangan pendengarannya dan divonis menderita tuli total! Padahal seluruh hidupnya ia curahkan untuk musik.

Ketika Beethoven mulai menginjak usia 28 tahun, karya dan namanya sudah tersohor di dunia musik Eropa. Berbagai konser tunggal ia lakoni dan karya gubahannya pun disambut dengan hangat oleh penikmat musik pada waktu itu. Namun, suatu pagi di tahun 1789, ia tiba-tiba tidak dapat mendengar apa-apa. Hal ini mengejutkannya, ia pun menutup rapat-rapat ketuliannya ini karena masih merupakan tuli kambuhan.

Namun, di usianya yang ke-32, tulinya semakin memburuk sampai akhirnya ia tuli total. Dalam keputusaannya, ia pun mulai menulis surat kematian yang tertanggal 6 Oktober 1802. Sambil menangis ia menulis surat itu sampai akhirnya ia tertidur. Namun, keesokan harinya, di dalam keheningan total ia terbangun mengingat suara alam yang biasa didengarnya ketika kecil.

Ia pun berlari keluar dan memandang alam sekitarnya, sambil berkata, “Benar, walaupun aku kehilangan pendengaranku, memoriku akan suara alam masih ada.” Dalam ketuliannya, Beethoven berhasil menelurkan mahakaryanya dalam Simfoni seri I-IX.

Apa yang dialami Beethoven memang sempat mematahkan semangatnya, namun keinginan untuk terus bertahan dalam keterbatasannya lebih besar. Biarlah kisah ini menginspirasi kita untuk tetap bertahan dalam keadaan sesulit apapun. Carilah hal-hal positif yang akan menguatkan kita untuk tetap maju menjalani hidup. Jangan menyerah, teruskan hidup Anda.

(lyd/rut)

Page 8: Ludwig Van Beethoven

Ludwig van Beethoven (dibaptis 17 Desember 1770 di Bonn, wafat 26 Maret 1827 di Wina) adalah seorang komponis musik klasik dari Jerman. Karyanya yang terkenal adalah simfoni ke-lima dan ke-sembilan, dan juga lagu piano Für Elise. Ia dipandang sebagai salah satu komponis yang terbesar dan merupakan tokoh penting dalam masa peralihan antara Zaman Klasik dan Zaman Romantik. Semasa muda, ia adalah pianis yang berbakat, populer di antara orang-orang penting dan kaya di Wina, Austria, tempatnya tinggal. Namun, pada tahun 1801, ia mulai menjadi tuli.

Ketuliannya semakin parah dan pada 1817 ia menjadi tuli sepenuhnya. Meskipun ia tak lagi bisa bermain dalam konser, ia terus mencipta musik, dan pada masa ini mencipta sebagian karya-karyanya yang terbesar. Ia menjalani sisa hidupnya di Wina dan tak pernah menikah.

Daftar isi

1 Keluarga dan masa muda o 1.1 Keluarga o 1.2 Masa muda

2 Berguru kepada Haydn 3 Di Wina

o 3.1 Awal karier o 3.2 Mulai periode ketulian o 3.3 Lepas dari masa kemuraman o 3.4 Symphony No. 3 Eroica o 3.5 Gaya komposisi baru o 3.6 Pentas opera Fidelio o 3.7 Ingin pindah dari Wina o 3.8 Krisis keuangan o 3.9 Konser besar o 3.10 Missa Solemnis

4 Lihat pula 5 Pranala luar

Keluarga dan masa muda

Keluarga

Kakek Beethoven, Ludwig Louis van Beethoven (1712-1773) bertugas sebagai penyanyi di kapel istana Bonn. Ayahnya, Johann van Beethoven (1740-1792) bekerja sebagai penyanyi tenor untuk pangeran Bonn (dari tahun 1752). Ibunya bernama Maria Magdalena Keverich (1767-1787). Johann van Beethoven memaksa anaknya latihan piano berjam-jam karena menginginkan anaknya menjadi 'anak ajaib' seperti Mozart. Beethoven mengadakan konser pertamanya pada tanggal 26 Maret 1778 tapi kepandaiannya tak setara dengan Mozart pada usia yang sama.

Page 9: Ludwig Van Beethoven

Rumah kelahiran Beethoven di Bonn

Masa muda

Guru komposisi pertama Beethoven adalah Christian Gottlob Neefe (1748-1798). Neefe yang melihat bakat musik Beethoven mengajari Beethoven memainkan komposisi-komposisi milik Bach dan cara berimprovisasi, dia juga membantu Beethoven menerbitkan karya pertamanya (1783). Dalam sebuah majalah musik, Neefe menulis bahwa Beethoven bisa menjadi ‘Mozart’ yang kedua seandainya ia meneruskan kariernya.

Page 10: Ludwig Van Beethoven

Beethoven pada usia 13 tahun

Pangeran Bonn, Franz Xaver Stelker menunjuk Beethoven sebagai wakil Neefe dalam bermain organ dan harpsikord. Pada 1783, Beethoven menerbitkan tiga sonata yang didekasikan kepada Pangeran Franz, tapi karena ia belum mendapatkan gaji dari pekerjaannya, Beethoven meminta untuk menjadi wakil Neefe secara resmi. Permohonan ini dikabulkan pada tahun 1784. Pada 1785, Beethoven menggubah tiga trio piano untuk pangeran namun karya ini tak diterbitkan sampai Beethoven meninggal. Pada saat yang sama, Beethoven belajar musik pada Franz Ries.

Pada 1787, Beethoven pergi ke Wina atas perintah Pangeran. Di sana ia bertemu dengan Mozart dan memainkan piano di depannya. Mozart sangat kagum dengan Beethoven dan dia mengatakan bahwa Beethoven bisa menjadi musikus besar pada masa depan nanti. Kunjungan Beethoven hanya sementara karena uangnya habis, dia juga dipanggil pulang ke Bonn karena ibunya sakit parah akibat TBC, yang kemudian merenggut nyawanya pada 17 Juli 1787. Beethoven terbeban mengurusi kedua adiknya yang masih kecil. Karena ayahnya pemabuk dan menghambur-hamburkan uang untuk alkohol, Beethoven meminta agar gaji ayahnya diberikan kepadanya. Beethoven mendapat penghasilan tetap dengan memberi les piano kepada keluarga bangsawan.

Berguru kepada Haydn

Pada 1792, Joseph Haydn sedang menetap di Wina untuk sementara dalam perjalanannya menuju London. Pangeran Waldstein, salah satu teman dekat Beethoven berhasil membujuk Pangeran Franz untuk membiayai perjalanan Beethoven menuju Wina untuk belajar komposisi pada Haydn.

Pelajaran komposisi Beethoven pada Haydn tak berjalan dengan baik. Haydn memang guru yang ramah dan baik namun dia tak memberi banyak perhatian dan tidak mengoreksi tugasnya dengan teliti. Haydn menghargai Beethoven walau dia kurang mengerti ide-ide musiknya. Beethoven tanpa sepengetahuan Haydn belajar komposisi di bawah bimbingan Johann Schenk. Pangeran Franz memanggil Beethoven pulang ke Bonn tetapi Beethoven memilih untuk tinggal di Wina dan berkarier di sana sampai ia meninggal.

Pada saat Haydn pergi ke London pada awal 1794, Beethoven belajar komposisi pada Johann Georg Alberchtsberger dan Antonio Salieri. Beethoven memulai kariernya di Wina sebagai pianis. Pada Maret 1795, Beethoven membawakan Piano Concerto in Bb Major, Op. 19, dia juga mengadakan kunjungan ke Praha, Dresden, Leipzig, dan Berlin pada 1796.

Page 11: Ludwig Van Beethoven

Di Wina

Awal karier

Pada awal kariernya di Wina, Beethoven masih mendapat gaji dari Pangeran Franz, selain itu ia juga dibantu oleh beberapa bangsawan yang mendukungnya, antara lain Pangeran Carl von Lichnowsky. Beethoven mendedikasikan kepadanya salah satu sonata pianonya yang paling terkenal, Sonata in C Minor ‘Pathetique’, Op. 13. Masa awal Wina merupakan masa yang cukup produktif bagi Beethoven. Komposisi-komposisi yang ia gubah antara lain simfoni no. 1 dan 2, lima sonata piano termasuk ‘Moonlight’ sonata dan ‘Pastorale’ sonata, sonata biola keempat dan kelima (Op. 23 dan Op. 24), variasi cello pada Bei Mannern, welche Liebe fuhle milik Mozart, Quintet Op. 18, Septet in Eb Major, Op. 20, dan Quintet, Op. 29. Beethoven tidak hanya populer sebagai pianis virtuoso namun juga sebagai komponis. Murid-muridnya kebanyakan berasal dari keluarga aristokrat.

Mulai periode ketulian

Pada pertengahan 1801, Beethoven menyadari bahwa daya pendengarannya mulai berkurang akibat otoslerosis. Sebuah surat yang ditemukan di sebuah rumah Beethoven di Heiligenstadt dekat Wina yang dikenal sebagai ‘Warisan Heiligenstadt’ berisikan betapa sedihnya Beethoven karena penyakit yang dialaminya. Kesedihannya memang wajar karena pada saat itu Beethoven sedang dalam puncak kariernya. Karena penyakit ini, Beethoven menjadi depresi dan dia menjadi semakin minder dalam pergaulan sosial. Salah satu alasan lain depresinya Beethoven adalah karena ia tak berhasil mendapatkan ‘teman hidup’. Banyak wanita bangsawan yang sering dicintainya namun umumnya cintanya bertepuk sebelah tangan.

Lepas dari masa kemuraman

Pada tahun 1802, Beethoven keluar dari kemuramannya. Dia melanjutkan membuat komposisi. Pada tahun 1803 dia mementaskan Piano Concerto in Eb Major, Op. 37 dan tampil sebagai solois. Pada tahun yang sama Beethoven juga memainkan Violin Sonata Op. 47 miliknya dengan violinis virtuoso George Polgreen Bridgetower (1799-1860) dan mempersembahkan karya tersebut kepada Rudolph Kreutzer.

Page 12: Ludwig Van Beethoven

Symphony No. 3 Eroica

Pada tahun 1805 menggubah Symphony No. 3 in Eb ‘Eroica’, Op. 55. Menurut temannya, Ferdinand Ries, Beethoven merobek judul asli simfoni yang didekasikan untuk Napoleon Bonaparte itu. Beethoven sangat marah setelah tahu bahwa Napoleon mengumumkan dirinya menjadi kaisar Perancis. Beethoven mengubah judul simfoni asli ini, ‘Bonaparte’ dan menulis ‘Sinfonia Eroica…composta per festiggiare il sovvenire de un grand’ uomo’ yang berarti ‘Simfoni eroika, ditulis untuk mengenang seseorang yang agung’.

Tulisan ‘Sinfonia Grande intitolata Bonaparte del Sigre’ yang terdapat pada kopi manuskrip simfoni yang pertama dan kedua dihapus Beethoven secara paksa dan meninggalkan bekas lubang. Namun, kemarahan Beethoven hanya sebentar karena beberapa bulan setelah penobatan Napoleon, Beethoven mengirim surat pada Breitkopf & Härtel ‘titel simfoni itu sebenarnya Bonaparte’ dan pada tahun 1810 dia menulis bahwa ‘misa ini mungkin bisa juga didekasikan untuk Napoleon’. Simfoni tersebut dipentaskan di kediaman Pangeran Lobkowitz pada akhir tahun 1804.

Gaya komposisi baru

Dengan simfoni Eroica, Beethoven memperlihatkan sikap yang mau berjuang dari masa depresinya dan tak mau kalah oleh penyakit. Menurut Carl Czerny, muridnya, Beethoven mencoba gaya komposisi baru sewaktu mengerjakan tiga sonata piano, Op. 31. Hasilnya terlihat pada tiga sonata miliknya, Piano Sonata in C Major ‘Waldstein’, Op. 53, Piano Sonata in F Major, Op. 54, dan Piano Sonata in F Minor ‘Appasionata’, Op. 57. Tapi, Beethoven pernah mengomel pada Czerny bahwa dia agak kesal karena publik hanya menyukai ‘Moonlight’ sonata miliknya padahal dia bisa menciptakan lagu-lagu yang lebih bagus dari lagu itu.

Simfoni kelima Beethoven dianggap sebagai simfoni yang memulai gaya baru. Pada simfoni ini, terdapat tempo nada yang seperti mars. Hal ini tak pernah terjadi pada masa-masa sebelum Beethoven.

Pentas opera Fidelio

Pada tahun 1805, sebuah teater mementaskan opera milik Beethoven, Fidelio, yang memiliki judul asli Leonore. Namun, pementasan ini tak berhasil karena pada beberapa hari sebelumnya, Wina ditaklukkan oleh Napoleon. Fidelio direvisi oleh Beethoven dua kali, tahun 1806 dan 1814. Beethoven juga menciptakan empat overture untuk Fidelio yang diberi judul Overture Leonore no. 1, 2, dan 3. Overture ke-4 diberi nama Overture Fidelio.

Sesungguhnya Beethoven belum memiliki pendapatan tetap. Dia baru menerima honor setelah menyelesaikan pesanan musik atau ada karyanya yang diterbitkan. Pada 22 Desember 1808, Beethoven mengadakan konser untuk mencari dana di teater Wina. Konser ini menampilkan banyak karya Beethoven yang terbaru, antara lain Symphony No. 5 in C Minor, Op. 67 dan Symphony No. 6 in F Major, Op. 68, konserto piano no. 4, dan Fantasien, Op. 80. Konser ini belum diketahui kesuksesannya dari segi keuangan.

Page 13: Ludwig Van Beethoven

Ingin pindah dari Wina

Pada tahun 1808, Beethoven sesungguhnya ingin pindah dan bekerja pada Jerome Napoleon di Cassel dengan gaji 2400 gulden/tahun. Namun, teman-temannya dari kalangan bangsawannya, antara lain Pangeran Rudolph , Pangeran Lobkowitz, dan Kinsky meminta Beethoven untuk tetap tinggal dengan jaminan mereka akan membayar gaji Beethoven sebesar 4000 Gulden per tahun. Beethoven juga membuat komposisi Piano Concerto No. 5 in B Flat Major ‘Emperor’, Op. 73, yang didekasikan untuk Pangeran Rudolph dan String Quartet in E Flat Major, Op. 74. Pada tahun yang sama, Napoleon menduduki kembali kota Wina sehingga banyak bangsawan yang melarikan diri dari sana. Beethoven menciptakan Piano Sonata in Eb ‘Les adieux’, Op. 81a.

Krisis keuangan

Pada tahun 1811, Beethoven semakin depresi pada masa sulit ini. Terutama karena ia tak berhasil mendapat jodoh. Salah satu wanita yang ia pinang adalah Countess Therese Malfatti namun ia ditolak. Beethoven juga mengalami krisis keuangan karena terjadi penurunan mata uang kertas di Wina. Harga uang menjadi seperlima dari mata uang terbaru. Beethoven juga mengalami perselisihan dengan adiknya, Johann. Namun, Beethoven mulai mengerjakan Symphony No. 7 in A Major, Op. 92 dan selesai pada awal 1812.

Pada musim semi tahun 1812, Beethoven berkunjung ke spa di Teplitz dan bertemu dengan Johann Wolfgang von Goethe, salah satu orang yang paling ia kagumi semenjak masa kecilnya. Pada tanggal 8 Desember 1813, Beethoven membuat simfoni ‘perang’ berjudul Wellington’s Victory. Beberapa komponis terkenal seperti Hummel, Mayseder, Moscheles, dan Salieri ikut ambil bagian pada pementasan simfoni ini.

Konser besar

Pada tanggal 29 November 1814, Beethoven mementaskan Fidelio yang sukses besar. Sebagian besar anggota kongres Wina ikut menonton opera ini. Di luar kesuksesan tersebut, pendengaran Beethoven semakin lama bertambah parah. Keadaan ini bertambah parah karena Beethoven menuntut hak orang tua asuh atas keponakannya, Karl. Beethoven menganggap ibu Karl tak sanggup mengasuh keponakannya. Beethoven memenangkan kasus ini namun ia pun bukan orang tua yang baik untuk Karl. Anak itu akhirnya menjadi tertekan dan mulai bergaul dengan geng anak-anak nakal. Puncaknya adalah pada tahun 1816, saat Karl mencoba bunuh diri. Hal ini membuat Beethoven cukup mengalami depresi. Setelah sembuh, Karl kembali ke ibunya dan masuk ke sekolah militer.

Pada tahun 1817, Beethoven keluar dari depresi dan kemurungannya. Hal ini terlihat dengan saat dia membuat Piano Sonata in A Major, Op. 101. Pada tahun 1817, Beethoven menggubah beberapa komposisi untuk seorang penulis Inggris, Richard Ford. Namun, karya-karya ini tak pernah diketahui sampai ditemukan di Inggris pada tahun 1999. Selain itu, Beethoven juga mulai merencanakan untuk menggubah piano sonata-nya yang paling revolusioner, Piano Sonata in Bb 'Hammerklavier', Op. 106.

Missa Solemnis

Page 14: Ludwig Van Beethoven

Pada tahun 1822, Beethoven menggubah Missa Solemnis untuk penobatan Pangeran Rudolph sebagai uskup di Olomouc pada tahun 1819. Beethoven juga memulai rancangan simfoni ke-9-nya.

Pada 7 Mei 1824, Beethoven mementaskan Missa Solemnis beserta Simfoni ke-9 di Wina. Konser ini sukses besar. Tapi ada berita yang mengatakan bahwa Beethoven tidak sadar kalau konsernya telah selesai dan terus membaca partitur. Caroline Unger, salah satu solois alto dalam simfoni tersebut harus menarik baju Beethoven agar dia mau berbalik dan melihat ke arah penonton yang bertepuk tangan dengan meriah.

Pada tahun 1826, Beethoven menderita demam tinggi yang ternyata disebabkan oleh sakit ginjal. Penyakitnya tak tertolong dan dia meninggal pada 26 Maret 1827.

Note book : Ludwig van beethoven mempunyai anak dan istri tetapi dirahasiakan karena dianggap mahal