[Ltm] Konsep Pengembangan Iptek
-
Upload
danang-desfri-abdilah -
Category
Documents
-
view
32 -
download
6
description
Transcript of [Ltm] Konsep Pengembangan Iptek
KONSEP PENGEMBANGAN IPTEK
Lembar Tugas Mandiri (LTM)
Home Group 1
Disusun Oleh:
Danang Desfri Abdilah (1406533213)
Disusun untuk Mata Kuliah MPK Agama Islam
Pendidikan Dasar Perguruan Tinggi
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
Kampus UI, Depok
2015
1
I. PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran
agama Islam, sebab kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama yang artinya
“tunduk patuh”, mempunyai makna “tunduk patuh kepada kehendak atau
ketentuan Allah”. Dalam Surat Ali Imran ayat 83, Allah menegaskan bahwa
seluruh isi jagat raya, baik di langit maupun di bumi, selalu berada dalam keadaan
islam, artinya tunduk patuh kepada aturan-aturan Ilahi. Allah memerintahkan
manusia untuk meneliti alam semesta yang berisikan ayat-ayat Allah. Sudah tentu
manusia takkan mampu menunaikan perintah Allah itu jika tidak memiliki ilmu
pengetahuan. Itulah sebabnya, kata alam dan ilmu mempunyai akar huruf yang
sama: ain-lam-mim.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari epistemologi.
Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang tidak
dapat kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu karena pada
dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT
hanya kepada kita, manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal
pikiran. Dengan akal pikiran tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan
ilmu. Akal yang baik dan benar, akan terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula.
Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Namun, dalam mempelajari dan mengaplikasikan iptek
itu sendiri, harus memperhatikan beberapa hal yang penting.Tidak semua sains
dan teknologi yang diciptakan para ilmuwan itu baik untuk kita. Terkadang ada
pula yang menggunakan bahan – bahan berbahaya bagi kesehatan lingkungan
sekitar. Beberapa dari mereka ada yang menyalahgunakan hasil penelitian tsb.
Sesungguhnya Allah melarang kita membuat pengrusakan di bumi, seperti dalam
firman-Nya dalam (Q.S. Al-A’raf : 56).
2
II. ISI
1. IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM
Sesungguhnya Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan.
Menuntut ilmu, dalam ajaran Islam, adalah suatu yang sangat diwajibkan sekali
bagi setiap Muslim, apakah itu menuntut ilmu agama atau ilmu pengetahuan
lainnya. Terkadang orang tidak menyadari betapa pentingnya kedudukan ilmu
dalam kehidupan ini.
Ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan pendidikan sebagai berikut.
(1) QS. Al-Alaq 1-5 yang artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(2) Allah Ta’ala berfirman menerangkan keutamaan ulama dan apa-apa yang
mereka miliki dari kedudukan dan ketinggian:
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang-orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)
1. Firman Allah yang lain:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara
kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat.” (QS.
Al-Mujaadilah: 11)
2. Sungguh Allah telah memuliakan ilmu dan ulama dengan
memberikan kepada mereka kebaikan yang umum dan menyeluruh
sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya:
“Allah menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-
Qur`an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa
yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia
yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran.” (QS. Al-Baqarah: 269).
3
(3) Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama.” (QS. Faathir:28)
(4) Ulama adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang lurus dan
pemahaman yang mendalam, Allah Ta’ala berfirman:
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan
tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”
(Al-’Ankabuut:43)
(5) Selain itu dalam firman Allah:
“Allah dan para malaikat serta orang-orang yang berilmu menyatakan
(bersaksi) bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia
(Allah)” (QS.Ali-‘Imran: 18).
(6) “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui” (QS. An-Nahl: 43).
(7) Firman Allah:
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada
orang-orang yang diberi ilmu”… (QS. Al Ankabut: 49)
10. “Salah satu syarat diterimanya sebuah amal manusia adalam adanya
ilmu. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS.Al-Israa’: 36)
Selain ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu ada juga hadits sebagai
berikut.
1. Dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
�ِر�ِد� َم�ْن� �ُه� اللُه� ُي ا ِب �ِر� ْي �َف�ِّق�ْه�ُه� َخ� �ْن� ِف�ي ُي الِّد�ُي “Barangsiapa yang Allah kehendaki
kebaikan kepadanya, niscaya Allah akan pahamkan dia tentang
agama(nya).” (Muttafaqun ‘alaih)
2. Dari Abud Darda` radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
�َك� َم�ْن� ل �ِّق�ا َس� �ْط�ل�ُب� َط�ِر�ُي �ُه� ُي �ًم�ا، ِف�ْي �َك� ِع�ل ل �ُه� اللُه� َس� �ِّق�ا ِب ِق� َم�ْن� َط�ِر�ُي $ِة�، َط�ِر� َّن �َج� �َّن$ ال �ِة� َو�ِإ �َك �ِئ �ًم�َال � ال �َت ل
�ْه�ا َض�ُع� َت �َح� َّن ْج�� �، َأ �ِم �ِع�ل �ال �ِب �ْط�ال �َّن$ ل �ِم� َو�ِإ �ِع�ال �ْغ�َف�ِر� ال َت �ْس� �ْي �ُه� ل ًم�َو�اِت� ِف�ي َم�ْن� ل ، ِف�ي َو�َم�ْن� الْس$ ْر�ِض�
� � اَأل َو�ال
�اَّن� �َت ْي �ًم�اِء�، ْج�َو�ِف� ِف�ي َح� �َّن$ ال �ًم�ِع�ل�ى ِف�َض�َل� َو�ِإ �ِع�ال �ِّد� ال �ِع�اِب �َف�َض�َل� ال �ِّق�ًم�ِر� َك �ِة� ال �ل �ْي �ِّد�ْر� ل �ِب �ِر� ِع�ل�ى ال اِئ ا َس�
4
، �َو�اَك�ُب� �َك �َّن$ ل �ًم�اِء� َو�ِإ �ِع�ل �ِة� ال َث �اِء�، َو�ْر� �ْي �ِب �ْن �َّن$ اَأل �اِء� َو�ِإ �ْي �ِب �ْن �ِم� اَأل ا ل �اْر� �َّن �َو�اِد�ُي َث �َو�ْر� � ُي َه�ًم�ا، َو�َال $ًم�ا ِد�ْر� �ْن �َوا ِإ َث �ِع� َو�ْر$ ال
، �ِم� َخ�َذ�ُه� ِف�ًم�ْن� ل� َذ� َأ �َخ� �َح�ٍّظH َأ َو�اِف�ِرJ ِب “Barangsiapa menempuh suatu jalan yang
padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan
dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat benar-
benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan
sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh
makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang
ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya
keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah
seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan
sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah
mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan
ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah
mengambil bagian yang sangat banyak.” (HR. Abu Dawud no.3641, At-
Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan, lihat Jaami’ul Ushuul 8/6)
3. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Aku
mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
�َض$ِر� ِء�ا اللُه� ْن ًم�ُع� اَم�ِر� $ا َس� �ا َم�َّن �ًئ ْي $ْغ�ُه� َش� �ل �ًم�ا ِف�ِب ًم�ِع�ُه�، َك َّب$ َس� $ٌغN ِف�ِر� �ل َو�ِع�ى َم�ِب� اَم�ُعJ َم�ْن� َأ َس� “Semoga
Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami lalu dia
menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar, maka
kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami daripada
orang yang mendengarnya.” (HR. At-Tirmidziy no.2659 dan isnadnya
shahih, lihat Jaami’ul Ushuul 8/18)
4. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda:
�َذ�ا �ْن� َم�اِت� ِإ �ِّق�ْط�ُع� آِد�َم� اِب �ُه� اْن $ ِع�ًم�ل �َال : َم�ْن� ِإ Jٍث� �َال �ِةJ، َص�ِّد�َق�ِةJ َث اْر�ُي َو� ْج�� J َأ �ِم �َف�ُع� ِع�ل �َت �َّن �ُه�، ُي َو� ِب
� �ِّدJ َأ �ٍحJ َو�ل � َص�ال ُي
�ُه� ِّد�ِع�َو� ل “Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah
amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang
bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim
no.1631)
5. Adapun pahala menuntut ilmu Rasululllah saw. bersabda:
5
“Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat; orang yang menuntut
ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan pahala yang diberikan kepadanya
sama dengan pahala para nabi.” (H.R. Ad-Dailami dari Anas r.a).
6. Sedangkan dalam hadist lain yang diriwayatkan Imam Muslim r.a.:
“Barangsiapa yang melalui suatu jalan guna mencari ilmu pengetahuan,
niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memudahkan baginya jalan ke
surga.” Maka dalam menuntut ilmu niatkanlah semata-mata mencari
keridaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akan dibalas dengan pahala
kebaikan untuk dunia dan akhirat.
7. Dari Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Perumpamaan apa yang aku bawa dari petunjuk dan ilmu adalah seperti air
hujan yang banyak yang menyirami bumi, maka di antara bumi tersebut
terdapat tanah yang subur, menyerap air lalu menumbuhkan rumput dan
ilalang yang banyak. Dan di antaranya terdapat tanah yang kering yang
dapat menahan air maka Allah memberikan manfaat kepada manusia
dengannya sehingga mereka bisa minum darinya, mengairi tanaman
dengannya dan bercocok tanam dengan airnya. Dan air hujan itu pun ada
juga yang turun kepada tanah/lembah yang tandus, tidak bisa menahan air
dan tidak pula menumbuhkan rumput-rumputan. Itulah perumpamaan orang
yang memahami agama Allah dan orang yang mengambil manfaat dengan
apa yang aku bawa, maka ia mengetahui dan mengajarkan ilmunya kepada
yang lainnya, dan perumpamaan orang yang tidak perhatian sama sekali
dengan ilmu tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus
dengannya.” (HR. Al-Bukhariy)
8. Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang berilmu.
“Ulama adalah pewaris para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di
HR Abu Dawud.
9. Bahkan Nabi tidak tanggung-tanggung lebih menghargai seorang
ilmuwan daripada satu kabilah.
“Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya
seorang ‘alim.” (HR Thabrani)
6
10. Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang
sewaktu-waktu bisa tersesat karena kurangnya ilmu. “Keutamaan orang
‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang
paling rendah dari sahabatku.” (HR At Tirmidzi).
11. Nabi Muhammad mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu.
“Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah” begitu sabdanya.
“Tuntutlah ilmu dari sejak lahir hingga sampai ke liang lahat.”
12. Hadits-hadits seperti “Siapa yang meninggalkan kampung halamannya
untuk mencari pengetahuan, ia berada di jalan Allah”, “Tinta seorang ulama
adalah lebih suci daripada darah seorang syahid (martir)”, memberikan
motivasi yang kuat untuk belajar.
13. Dari Ibunda kaum mu’minin, Ummu Abdillah ‘Aisyah rodhiyallohu
‘anha, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah
bersabda: ”Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu (amalan) dalam
urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak.”
(HR. Bukhori dan Muslim). Dan dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa
melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu
tertolak.”
14. Perintah untuk ber-guru sangat dianjurkan walaupun harus sampai
kenegeri Cina. “Uthlubul ‘ilma walaw bishshiin”, tuntutlah ilmu sampai ke
negeri Cina. Hadits ini diri wayatkan dari jalan Abu ‘Atikah Al Bashri, dari
Anas bin Malik.
15. Apabila kamu melewati taman-taman surga, minumlah hingga puas.
Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman
surga itu?” Nabi Saw menjawab, “Majelis-majelis taklim.” (HR. Ath-
Thabrani)
16. “Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)
17. Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah)
ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )
18. Mendapatkan paket MLM Pahala. Dalam menuntut ilmu pasti terjadi
nasehat-menasehati.
7
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan
pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi
sedikitpun dari pahala mereka. Barangsiapa yang menyeru kepada
kesesatan, maka ia akan menanggung dosa sebanyak dosa orang yang
mengikutinya itu tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka” [Hadits ini
diriwayatkan oleh Muslim no. 2674]
Akidah Islam adalah landasan hidup seorang muslim yang merupakan satu-
satunya asas Negara. Sehingga tidak layak keberadaan sesuatu dalam
institusi Negara, struktur Negara, operasional Negara atau apapun yang
terkait dengan Negara termasuk landasan hukum pendidikan kecuali
berasaskan akidah Islam. Dalam Daulah Khilafah Islamiyah pendidikan
akan diselenggerakan dengan dasar akidah Islam yang tercermin pada
penetapan arah pendidikan, penyusunan kurikulum, dan silabi serta menjadi
dasar dalam kegiatan belajar-mengajar.
Islam mewajibkan setiap muslim untuk memegang teguh ajaran Islam dan
menjadikannya sebagai dasar dalam berpikir dan berbuat, asas dalam
hubungan antar sesama manusia, asas bagi aturan masyarakat, dan asas
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, termasuk dalam menyusun
sistem pendidikan. Penetapan akidah Islam sebagai asas pendidikan tidaklah
berarti bahwa setiap ilmu pengetahuan harus bersumber dari akidah Islam
tapi akidah dijadikan sebagai standar penilaian atau tolak ukur pemikiran
dan perbuatan.
Pada dasarnya, sistem pendidikan Islam didasarkan pada sebuah kesadaran
bahwa setiap muslim wajib menuntut ilmu dan tidak boleh
mengabaikannya. Rasulullah Saw bersabda yang artinya:”menuntut ilmu
wajib bagi setiap muslim”(HR. Ibnu Adi dan Baihaqi). Atas dasar ini,
Negara wajib menyediakan pendidikan bebas biaya kepada warga negaranya
baik muslim maupun non-muslim, miskin maupun kaya. Negara tidak hanya
berkewajiban menyediakan pendidikan yang bebas biaya tetapi juga
berkewajiban menyediakan pendidikan yang berkualitas dengan asas dan
tujuan pendidikan.
Al-qur’an sendiri memuat pemikiran dan keyakinan dari berbagai agama
8
dan golongan di masa Nabi Muhammad Saw. Islam tidak melarang
mempelajari segala macam pemikiran sekalipun bertentangan dengan
akidah Islam, asal diserta koreksi dengan hujjah yang kuat untuk
mengoreksi pendapat yang salah itu. Ilmu yang bertentangan dengan Islam
tentu bukan sebagai suatu pengetahuan yang utama, melainkan semata-mata
dipelajari untuk pengetahuan, menjelaskan kekeliruannya serta memberikan
jawaban yang tepat, jangan mengambilnya sebagai pegangan hidup.
Pendidikan harus diarahkan bagi terbentuknya kepribadian Islam anak didik
dan membina mereka agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta
tsaqafah Islam. Pendidikan juga harus menjadi media utama bagi dakwah
dan menyiapkan anak dididk agar kelak menjadi kader umat yang akan ikut
memajukan masyarakat Islam.
Pendidikan dianggap tidak berhasil apabila tidak menghasilkan keterikatan
pada syariat Islam walaupun peserta didik menguasai ilmu pengetahuan.
Pendidikan Islam adalah upaya sadar yang terstruktur, terprogram, dan
sistematis yang bertujuan mengembangkan manusia yang berkepribadian
Islam, menguasai tsaqofah Islam, dan menguasai ilmu kehidupan (sains
teknologi dan seni) yang memadai, dan selalu menyelesaikan masalah
kehidupan sesuai dengan syariat Islam.
Seorang peserta didik harus dikembangkan semua jenis kecerdesannya baik
itu intelektual, spiritual, emosional, dan politiknya. Kompetensi penguasaan
ilmu yang cukup mencakup tsaqofah Islam maupun ilmu kehidupan, disertai
sikap seseorang atas dasar Islam akan membuat ia selalu menyelesaikan
segala masalah yang dihadapinya sesuai dengan syariat Islam baik itu
masalah pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara.
Al-qur’an dengan tegas menguraikan arti pentingnya ilmu pengetahuan bagi
kepentingan dan kelangsungan hidup manusia, tidak diragukan lagi ayat-
ayatnya sebagian besar berbicara mengenai dasar-dasar kependidikan dalam
arti luas. Al-Qur’an sebagai materi utama dan sumber pedoman, didalamnya
mengandung nilai-nilai kependidikan dalam rangka membudayakan
manusia, ayat-ayatnya banyak memberikan motivasi edukatif bagi manusia.
Islam merupakan sebuah sistem yang memberikan solusi terhadap berbagai
9
problem yang dihadapi manusia. Setiap solusi yang diberikan selaras
dengan fitrah manusia. Dalam konteks pendidikan, Islam telah menentukan
bahwa Negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang
berkenaan dengan sistem pendidikan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat
secara mudah.
2. Paradigma Hubungan Islam dengan IPTEK
Islam dan Ilmu pengetahuan selalu masih mendapat pandangan dikotomis.
Kebanyakan dari kita selalu memisahkan antara agama dan Ilmu Pengetahuan.
Beragam pandangan yang berbeda dalam melihat hubungan antara agama dan
Ilmu Pengetahuan. Kebanyakan menganggap bahwa antara agama dan ilmu
pengetahuan adalah sesuatu yang tidak memiliki hubungan satu sama lain. Freud
malah pernah menegaskan bahwa salah satu ciri masyarakat primitif adalah
masyarakat yang beragama, yang memiliki kepercayaan terhadap sesuatu yang
bersifat abstrak yang dapat dijadikan “Solusi” terhadap persoalan yang
dihadapinya yang tidak dapat terjangkau oleh kekuatan akal manusia. Akan tetapi
tentu pandangan ini berbenturan dengan paham lain yang memiliki cara pandang
berbeda melihat hubungan agama dan Ilmu pengetahuan. Secara ringkas berikut
ini akan diuraikan pandangan dan paradigma hubungan antara Agama dengan
IPTEK. Untuk memahaminya dapat dilihat dari paradigma Sekuler, Sosialis dan
paradigma Islam
a. Paradagima sekuler
Kaum sekuler memandang hubungan agama dan IPTEK adalah merupakan
hal yang terpisah satu sama lain. Dalam pandangan ideologi sekularisme Barat,
Agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-din an al-hayah). Dalam
pandangan ini kedudukan agama tidak dinafikan eksistensinya, akan tapi hanya
dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan Tuhannya. Dalam
artian bahwa peran agama sesungguhnya tidak mengatur kehidupan umum/publik.
Agama hanya berkaitan dengan sesuatu yang terpisah dari kepentingan dunia.
Paradigma Sekuler menegaskan bahwa agama dan IPTEK tidak bisa mencampuri
dan mengintervensi yang lainnya. Agama dan iptek sama sekali terpisah baik
secara ontologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal),
10
epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis
(berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).
b. Paradigma sosialis
Kaum sosialis dalam melihat hubungan agama dan IPTEK sedikit lebih
ekstrim dari pandangan Sekuler. Jika Pada Sekuler tidak menafikan peran agama,
pada kaum sisialis tidak demikian. Kaum sosialis memandang hubungan agama
dan IPTEK mendudukan peran agama sama sekali di tiadakan. Dalam urusan
pengetahuan sosialis menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak
ada, dus, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan IPTEK. IPTEK bisa
berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma sosialis
ini mirip dengan paradigma sekuler, tapi siftnya lebih ekstrem. Jika paham sekuler
mengnaggap agama berfungsi secara sekularistik, dimana tidak dinafikan
keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia
dengan Tuhan. Sementara paham sosialis memandang agama kedudukannya
secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari
kehidupan manusia.
c. Paradigma Islam
Pandangan tentang hubungan agama dan IPTEK berbeda dalam sudut
pandang Islam. Sebagai agama yang universal hubungan Agama dan IPTEK
adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Agama adalah dasar
dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu
pengetahuan.
Aqidah Islam adalah yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam Al-
Qur`an dan Al-Hadits menjadi qa’idah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu
asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan
manusia (An-Nabhani, 2001). Paradigma ini memerintahkan manusia untuk
membangun segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari
aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun (artinya) :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.” (QS Al-al-Alaq
[96] : Dalam konsep ajaran Islam, dipahami bahwa tanpa Ilmu pengetahuan, maka
seseoran tidak akan dapat memeiliki ke-imanan. Iman akan lahir dari pengenalan,
pemahaman, yang kemudian menumbuhkan keyakinan. “Tidak ada Iman tanpa
11
Ilmu. Dengan demikian kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam sIlam menempati
posisi tertinggi.
3. Perjalanan Iptek Dalam Perspektif Agama Islam
Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia juga mengalami
perkembangan dan mengalami perubahan positif dan perubahan
negatif. Teknologi yang muncul saat ini merupakan hasil perkembangan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan tentang gejala alam yang
diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah. Sedangkan teknologi adalah
pengetahuan dan keterampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari
segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan
mengembangkan iptek.
Perkembangan iptek saat ini meliputi berbagai bidang diantaranya meliputi
bidang komunikasi, kesehatan, transportasi dan bidang-bidang lainnya yang
semakin kompleks. Islam sebagai agama yang tawazun, tidak melarang manusia
memanfatkan berbagai macam teknologi saat ini. Oleh karena itu, manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah S.W.T. yang paling sempurna sekaligus sebagai
khalifah di bumi, manusia perlu mengungkap seluruh nikmat Allah yang masih
tersembunyi dengan Ilmu pengetahuan sebagai wujud syukur manusia terhadap
nikmat yang diberikan oleh Allah S.W.T. Ilmu pengetahuan tersebut
dikembangkan menjadi teknologi yang mampu mempermudah manusia untuk
hidup di dunia. Tidaklah heran bila Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut
ilmu, bahkan dalam hadist mengatakan
“ Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina ”
Allah S.W.T. juga akan memberikan karunia yang melimpah bagi
orang yang mau menuntut ilmu.
Dalam surah Al-Alaq ayat 1, Allah S.W.T. berfirman:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.”
12
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa manusia telah diperintahkan untuk
membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala
pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah
dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang
merupakan asas Aqidah Islam.
4. KONTRIBUSI ISLAM DALAM PERKEMBANGAN IPTEK
Islam adalah agama terakhir sebagai peInilah peran pertama yang dimainkan
Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan
aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh
Rasulullah SAW. Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum
muslimin saat ini. Bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui
atau tidak, kini umat Islam telah telah terjerumus dalam sikap mengekor Barat
dalam segala-galanya yakni dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam
konsep ilmu pengetahuan. Istilah yang sesuai untuk umat Islam saat ini adalah
sok-sokan untuk menjadi kebarat-baratan.
Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di
dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem ekonomi
kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma
sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang
bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya Teori Darwin
yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam. Kekeliruan
paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu perubahan fundamental dan
perombakan total.
Dengan cara mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan
paradigma Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham
sekularisme) yang seharusnya dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan
manusia. Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah
Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus
bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek
harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits
dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya.
13
Jika kita menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek, bukan berarti
bahwa ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada
ayat tertentu, atau hadis tertentu. Kalau pun ada ayat atau hadis yang cocok
dengan fakta sains, itu adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala
sesuatu. Dasar ini diterangkan dalam surat QS An-Nisaa` ayat 126 yaitu :
yang artinya : Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di
bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu
Dalam QS Ath-Thalaq 65 :12)
yang artinya : Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula
bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu.
Dari dua penggalan ayat di atas , bukan berarti konsep iptek harus
bersumber pada ayat atau hadis tertentu. Misalnya saja dalam astronomi ada ayat
yang menjelaskan bahwa matahari sebagai pancaran cahaya dan panas (QS Nuh
71 : 16), bahwa langit (bahan alam semesta) berasal dari asap (gas) sedangkan
galaksi-galaksi tercipta dari kondensasi (pemekatan) gas tersebut (QS Fushshilat
41 : 11-12), dan seterusnya. Ada sekitar 750 ayat dalam Al-Qur`an yang semacam
ini. Ayat-ayat ini menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah sehingga meliputi
segala sesuatu, dan menjadi tolok ukur kesimpulan iptek, bukan berarti bahwa
konsep iptek wajib didasarkan pada ayat-ayat tertentu.
Jadi, yang dimaksud menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek
bukanlah bahwa konsep iptek wajib bersumber kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits,
tapi yang dimaksud, bahwa iptek wajib berstandar pada Al-Qur`an dan Al-Hadits.
Ringkasnya, Al-Qur`an dan Al-Hadits adalah standar (miqyas) iptek, dan
bukannya sumber (mashdar) iptek. Artinya, apa pun konsep iptek yang
dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, dan tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits itu. Jika suatu konsep iptek
bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, maka konsep itu berarti harus
ditolak. Misalnya saja Teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah
hasil evolusi dari organisme sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi
14
melalui seleksi alam menjadi organisme yang lebih kompleks hingga menjadi
manusia modern sekarang.
Berarti, manusia sekarang bukan keturunan manusia pertama, Nabi Adam
AS, tapi hasil dari evolusi organisme. Ini bertentangan dengan firman Allah SWT
yang menegaskan, Adam AS adalah manusia pertama, dan bahwa seluruh
manusia sekarang adalah keturunan Adam AS itu, bukan keturunan makhluk
lainnya sebagaimana fantasi Teori Darwin (Zallum, 2001). Firman Allah SWT
(artinya) : “(Dialah Tuhan) yang memulai penciptaan manusia dari tanah,
kemudian Dia menciptakan keturunannya dari sari pati air yang hina (mani).” (QS
As-Sajdah 32 : 7) “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal” (QS Al-Hujuraat 49 : 13)
Implikasi lain dari prinsip ini, yaitu Al-Qur`an dan Al-Hadits hanyalah standar
iptek, dan bukan sumber iptek, adalah bahwa umat Islam boleh mengambi iptek
dari sumber kaum non muslim (orang kafir).
Dulu Nabi SAW menerapkan penggalian parit di sekeliling Madinah,
padahal strategi militer itu berasal dari tradisi kaum Persia yang beragama Majusi.
Dulu Nabi SAW juga pernah memerintahkan dua sahabatnya memepelajari teknik
persenjataan ke Yaman, padahal di Yaman dulu penduduknya adalah Ahli Kitab
(Kristen). Umar bin Khatab pernah mengambil sistem administrasi dan pendataan
Baitul Mal (Kas Negara), yang berasal dari Romawi yang beragama Kristen. Jadi,
selama tidak bertentangan dengan aqidah dan syariah Islam, iptek dapat diadopsi
dari kaum kafir.
Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam
harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum
syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana
pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan
oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang
telah diharamkan syariah Islam. Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada
banyak ayat dan juga hadits yang mewajibkan umat Islam menyesuaikan
perbuatannya (termasuk menggunakan iptek) dengan ketentuan hukum Allah dan
Rasul-Nya. Antara lain firman Allah (artinya) : “Maka demi Tuhanmu, mereka
15
(pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad)
sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan” (QS An-Nisaa` 4 : 65)
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya” (QS Al-Araaf 7 : 3)
5. DAMPAK IPTEK DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
manusia. Hal ini mengakibatkan terjadinya perkembangan ilmu dan pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dapat berdampak positif
maupun dampak negatif. di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat
memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern yang tersedia untuk
pendidikan, industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat
bermanfaat. Dengan adanya jaringan telekomunikasi orang yang terpisahkan
ratusan kilometer jaraknya mampu berkomunikasi dengan baik seolah seperti
berdekatan. Contoh lainnya ditemukannya mesin jahit, dalam 1 menit bisa
dilakukan sekitar 7000 tusukan jarum jahit. Bandingkan kalau kita menjahit
dengan tangan, hanya bisa 23 tusukan per menit. Sungguh luar biasa
perkembangan iptek bagi kehidupan manusia.
Di sisi lain, iptek juga mampu berdampak negatif karena dianggap merugikan dan
membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah menewaskan
ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Pada tahun
1995, Elizabetta, seorang bayi Italia, lahir dari rahim bibinya setelah dua tahun
ibunya bernama Luigi meninggal. Ovum dan sperma orang tuanya yang asli,
ternyata telah disimpan dalam tabung dan kemudian baru dititipkan pada bibinya,
Elenna adik Luigi. Bayi tabung di Barat bisa berjalan walaupun asal usul sperma
dan ovumnya bukan dari suami isteri.
Bioteknologi dapat digunakan untuk mengubah mikroorganisme yang sudah
berbahaya, menjadi lebih berbahaya, misalnya mengubah sifat genetik virus
influenza hingga mampu membunuh manusia dalam beberapa menit saja. Kloning
hewan rintisan Ian Willmut yang sukses menghasilkan domba kloning bernama
Dolly, akhir-akhir ini diterapkan pada manusia (human cloning). Lingkungan
hidup seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit mengalami
kerusakan dan pencemaran yang sangat parah dan berbahaya. Beberapa varian
16
tanaman pangan hasil rekayasa genetika juga diindikasikan berbahaya bagi
kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan teknologi internet sebagai
sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk
mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian.
Dari uraian di atas kita bisa tahu bahwa peran agama sebagai pedoman hidup
menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Mampukah agama memberi
tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya
mengeliminasi dampak negatifnya seminimal mungkin? Sejauh manakah agama
Islam dapat berperan dalam mengendalikan perkembangan teknologi modern?
Tugas kita sebagai satu-satunya khalifah di bumi yang paling sempurna adalah
mampu memilah-milah perkembangan iptek yang sesuai dengan ajaran islam
tanpa harus berpikir kolot.
a. Paradigma Terhadap IPTEK
IPTEK adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara detail, ilmu
pengetahuan adalah pengetahuan gejala alam yang diperoleh melalui metode
ilmiah. Sedangkan teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang
merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan itu sendiri.
Dalam menyikapi hubungan IPTEK dengan agama, ada golongan yang
menganggap bahwa IPTEK dengan agama adalah dua hal yang terpisah dan tidak
bisa menyatu. Anggapan ini disebut paradigma sekuleris. Bahkan ada yang
menganggap bahwa agama itu sebenarnya tidak ada. Hubungan IPTEK dengan
agama lepas total. Anggapan ini disebut paradigma sosialis.
Selain paradigma di atas, ada juga paradigma Islam. Dalam paradigma
tersebut, adanya pemahaman bahwa perkembangan IPTEK berkaitan dengan
ajaran-ajaran agama Islam. Agama Islam diyakini sebaga dasar dari ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Paradigma Islam inilah yang mencetak para cendikiawan yang unggul
dalam bidang IPTEK dan soleh sehingga menciptakan kejayaan Islam pada tahun
700 M -1400 M. Pada masa-masa itu, muncul tokoh-tokoh yang sangat terkenal
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti Ibnu Sina di bidang
kedokteran, Al Khawarzmi di bidang matematika, Jabir bin Hayyan di bidang
Kimia, Al-Battani di bidang astronomi, dan banyak tokoh lainnya.
17
b. Peran Islam Terhadap IPTEK
Aqidah Islam harus dijadikan dasar dalam penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan ini merupakan peranan Islam yang harus diterapkan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini termasuk dalam
paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
Paradigma Islam harus menjadi pemikiran umat Islam bukan paradigma sekuler.
Diakui atau tidak, kebanyakan dari umat Islam itu sendiri menganut paradigma
sekuler. Mereka mulai memisahkan ilmu pengetahuan dengan agama padahal
pengetahuan itu sendiri datangnya dari agama dan agama menjelaskan
pengetahuan itu dengan lengkap dan jelas.
Dalam menyikapi perkembangan IPTEK, bukan berarti kita sepenuhnya
konsep-konsep IPTEK itu bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Al-Qur’an dan
Hadits harus dijadikan sebagai tolak ukur benar atau salahnya ilmu pengetahuan
dan konsep teknologi itu dan konsep-konsep IPTEK tersebut tidak boleh lepas dan
keluar dari inti kandungan Al-Qur’an dan Hadits. Jika kita menjadikan aqidah
Islam sebagai landasan IPTEK, bukan berarti bahwa ilmu-ilmu pengetahuan alam
seperti ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada
ayat ertentu, atau hadits tertentu. Kalau pun ada ayat atau hadis yang cocok
dengan fakta sains, itu adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala
sesuatu (lihat Q.S. An-Nisaa` [4]:126 dan Q.S. Ath- Thalaq [65]: 12). Seperti
dalam ilmu astronomi, kita menemukan ayat berikut: “Dan apakah orang-orang
yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?”(Q.S. Al-Anbiyaa [21]:30). Ayat tersebut menjelaskan tentang proses
penciptaan bumi dan ini berhubungan dengan teori Big Bang yang telah
dikemukakan ilmuwan Barat. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an dan ilmu
pengetahuan alam tidak bisa dipisahkan dan Al-Qur’an merupakan tolak ukur
kebenaran dari suatu teori ilmu pengetahuan alam.
18
Intinya, Al-Qur’an dan Hadits menjadi standar ilmu pengetahuan dan
teknologi dan bukan menjadi sumber IPTEK. Ini berarti bahwa apapun konsep
IPTEK yang dikembangkan harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits dan tidak
boleh bertentangan dengan keduanya. Jika konsep IPTEK itu terbukti
bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits, konsep IPTEK tersebut harus ditolak
dan tidak boleh dikembangkan lebih lanjut. Misalnya, teori Darwin yang
menyatakan bahwa manusia berasal dari evolusi organisme yang lebih rendah dari
manusia. Teori ini bertentangan dengan isi Al-Qur’an dan Hadits yang
menerangkan bahwa manusia pertama di dunia adalah Nabi Adam a.s. bukan
organisme yang lebih rendah dari manusia. Teori Darwin ini wajib ditolak dan
dilarang untuk dipercayai.
Dengan menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai tolak ukur dari konsep
IPTEK, umat Islam seharusnya tahu membedakan teknologi yang halal dan haram
karena tidak semua teknologi di dunia ini diperbolehkan atau halal untuk
digunakan.
Pandangan bahwa semua teknologi itu boleh atau halal untuk digunakan
asalkan bisa digunakan dan bisa memenuhi kebutuhan atau keperluan manusia
merupakan pandangan yang salah. Tidak semua teknologi yang mampu
memenuhi keperluan manusia bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Misalnya,
penggunaan bom atom untuk menghancurkan banyak orang dan lingkungan
dengan cara yang tidak baik. Ada juga teknologi yang memungkinkan manusia
berkembang biak dengan cara aseksual seperti bayi tabung, padahal manusia pada
hakikatnya berkembang biak dengan cara seksual.
Pemanfaatan konsep IPTEK akan menjadi lebih berkah dan bermanfaat
dengan didasari dengan keimanan dan ketakwaan. Dengan adanya keimanan dan
ketakwaan dalam pemanfaatan konsep IPTEK, manusia menjadi semakin yakin
bahwa Allah SWT. mempunyai ilmu yang Maha Luas, dan semakin berusaha
untuk menciptakan teknologi yang bermanfaat dan berguna bagi manusia yang
lain.
19
c. Islam dan Perkembangan TIK
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sampai saat ini
menunjukkan angka yang bisa dibilang menakjubkan. Manusia menjadi lebih
mudah berinteraksi dan berkomunikasi.
Namun, ada beberapa dampak negatif yang diperoleh dari perkembangan
TIK ini jika manusia tidak berlaku wajar. Misalnya, manusia lebih memilih untuk
teleponan atau sms, atau skype-an (semacam aplikasi video call) daripada
bersilaturrahmi secara langsung. Penggunaan jejaring sosial seperti Facebook dan
Twitter juga cukup merajalela. Dari jejaring sosial ini, bermunculan
penyimpangan-penyimpangan dan hal-hal yang berbau SARA. Semakin banyak
akun-akun yang menjelek-jelekkan suatu agama atas nama agama.
Dalam menyikapi hal tersebut, umat Islam seharusnya tidak terlalu ikut
terlibat dengan memaki atau menghina akun-akun yang seperti itu di jejaring
sosial karena sebenarnya tujuan pembuat akun hina itu adalah untuk membuat
para pembacanya panas dan makin menjelekkan suatu agama lain.
Di samping banyaknya bermunculan akun yang berbau SARA itu, ternyata
ada banyak juga akun yang berhubungan dengan dakwah. Ini menunjukkan bahwa
banyak umat Islam yang mampu memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi untuk berdakwah sehingga masyarakat yang masih
mempunyai ilmu agama yang sedikit dan sering online di dunia maya bisa melihat
isi dakwah itu.
6. IPTEK
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Islam sebagai landasan ilmu pengetahuan. Menurut
konsep umum (barat) ilmu adalah pengetahuan manusia mengenai segala sesuatu
yang dapat diindra oleh potensi manusia (penglihatan, pendengaran, pengertian,
perasaan, dan keyakinan) melalui akal atau proses berpikir (logika). Pengetahuan
yang telah dirumuskan secara sistematis merupakan formula yang disebut ilmu
pengetahuan (sains). Dalam Al-Qur’an keduanya disebut “ilmu”[2].Ilmu adalah
sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai
penemuan rekayasa dan ide-ide.
Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan bagi
20
kesejahteraan dan kenyamanan manusia. Kalau demikian, mesin atau alat canggih
yang dipergunakan manusia bukanlah teknologi, walaupun secara umum alat-alat
tersebut sering diasosiasikan sebagai teknologi[3]. Adapun teknologi adalah
terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang
lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi.
Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran
sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
IPTEK dalam Al-Qur’an
Pada saat Al-Qur’an diturunkan belum banyak teori ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini.teori-teori klasik pada umumnya berhubungan dengan persoalan jagat
raya. Di sisi lain, kitab suci yang telah di turunkan saat itu (zabur, injil, taurat, dan
al-qur’an). Masih belum cukup mampu memberikan penggambaran dan solusi
ilmiah rasional tentang jagat raya. Al-Qur’an dalam konteks ini diturunkan selain
untuk membenarkan kitab-kitab sebelumnya, juga sebagai pembeda antara baik
dan buruk daam hal etika, benar dan salah dalam hal logika, dan antara indah dan
jelek dalam hal:
Artinya:
“Dia menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya,
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat
dan Injil sebelum (Al-Qur’an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia
menurunkan Al Furqan (Pembeda).” (Q.S. Al imron/3 : 3-4)
Ayat di atas menjelaskan bahwa salah satu fungsi Al-Qur’an adalah sebagai
pembeda, yakni membedakan antara yang benar dan yang salah, baik dalam
pengamatan maupun teori, yang menyangkut masalah jagat raya, dan yang
menyangkut kisah masa lalu maupun kehidupan yang akan datang [4].
IPTEK dalam As-Sunnah
Assunnah sebagai sumber hukum kedua sesudah Al-Qur’an antara lain berfungsi
menjelaskan informasi yang di dapat di Al-Qur’an. Kedudukan assunnah sebagai
21
sumber hukum islam yang tidak dapat di pisahkan dengan Al- Qur’an telah di
nyatakan Allah di dalam firman- Nya[5]
Artinya:
“Dan Aku telah turunkan kepadamu peringatan agar kamu menjelaskan kepada
umat manusia apa-apa (ayat Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepada mereka
agar mereka berpikir.” (QS. An-Nahl / 16:44).
IPTEK dan Seni Menurut Islam
IPTEK menurut Islam
Agama Islam memberikan konsep yang jelas akan keberadaan manusia di muka
bumi. keberadaan manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah Allah fi al-ardh,
atau sebagai wakil Allah di muka bumi. Oleh karena itu, jika Allah swt.
merupakan Sang Pencipta seluruh jagad raya seisinya ini, maka sebagai wakil
Allah di muka bumi, kita wajib untuk ‘memelihara’, ‘melestarikan’, serta
‘membudayakan’ semua ciptaan Allah tersebut.
Dalam QS. Al-‘alaq (96): 1-5, kita dapat membaca secara tegs bahwa manusia
diharuskan iqra’ atau bacalah!. Iqra’ yang tertulis dalam ayat 1 maupun ayat 3
surah tersebut haruslah diartikan dengan lebih luas lagi, yaitu membaca, melihat,
observasi, atau meneliti. Dengan demikian, ayat 1 sampai dengan 5 surat Al-‘Alaq
di atas adalah perintah kepada semua umat manusia khususnya umat Islam, untuk
mencari ilmu pengetahuan[9].
Dalam QS. Al-Jatsiah (45): 13, Allah swt. telah memberikan firasat akan
kegunaan alam bagi umat manusia:
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi semuanya, (sebagai rahmat_ dari-Nya. Sesungguhnya yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir”.
Jelaslah bahwa ayat 13 itu menyatakan bahwa ‘seluruh isi langit dan bumi akan
ditundukkan oleh al-khaliq bagi umat manusia melalui sains yang diterapkan
dengan teknologi, diberikan kepada mereka yang mau melibatkan akalnya dan
menggunakan pikirannya’.
Islam mendorong umatnya untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) guna kesejahteraan umat, baik lahir maupun batin.
22
Selain ayat-ayat Al-Qur’an di atas, terdapat beberapa sabda Rasulullah
Muhammad saw. yang berisi dorongan kepada umat Islam untuk mencari ilmu
pengetahuan. Berikut ini beberapa sabda Rasulullah berkenaan dengan pencarian
ilmu pengetahuan:
Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim
Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri China
Carilah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat
Jadi jelaslah kiranya bahwa sesungguhnya peranan Islam dalam pengembangan
iptek adalah memberikan wawasan serta dorongan yang aktif, sebagaimana
tampak pada ayat-ayat Al-Qur’an di atas serta sabda Rasulullah[10].
Perkembangan IPTEK di Dunia Islam
Masa sebelumnya yang telah membelenggu dunia barat dengan kefakuman
berpikir dinamis karena pengaruh doktrin agama yang sangat kolot dan sekaligus
merupakan “masa kegelapan barat”, justru merupakan masa gemilangnya
peradaban sains bagi “dunia Islam”. Pusat-pusat peradaban dan sains Islam pada
sekitar abad 7 hingga abad 14 terbentang dari Spanyol hingga India.
Pada masa-masa itu lahir sejumlah sarjana dan penemu muslim yang sangat
berpengaruh bagi perkembangan IPTEK selanjutnya. Para sarjana dan ahli-ahli
ilmu pengetahuan muslim selama abad pertengahan telah banyak menemukan
teori dan rumus serta dasar-dasar bagi sains modern sebelum orang-orang barat
mengenal ilmu-ilmu itu. Di bawah ini contoh sebagian sarjana muslim dan hasil
temuan yang mempengaruhi perkembangan IPTEK yaitu:1) Ilmu pasti dan
astronomi Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmy (780 – 848 M)
Ia adalah ilmuwan muslim yang paling popular di bidang ilmu pasti. Oleh orang
Eropa disebut juga Al-gorismus yang kemudian lebih dikenal dalam matematika
sebagai Al-goritma atau logaritma. Abu Abdillah Ibn Sinan Al-Battani (858 – 929
M) Ia adalah ahli astronomi dari Irak. Ia adalah tokoh yang pertama kali
menggunakan ilmu ukur ruang (Stereometri) untuk menentuksn letak bintang-
bintang di langit. Beliau juga menulis buku astronomi dengan judul “Al-Zayju al-
Shabi” (kalender astronomi) yang membahas tentang perjalanan matahari,
peredaran bulan, pergerakan bintang-bintang dan system gerhana.
23
2) Ilmu Fisika
Al-Hasan Ibn Hasan Ibn Haytsam (965 – 1039 M)
Dia adalah ilmuan yang merencanakan pembangunan bendungan yang tinggi
(Saddu Al-ali) di Aswan (Sungai Nil) dan kubah Universitas Al-Azhar di Kairo.
Dia juga sangat rajin menulis. Karangan beliau berjumlah 200 buku, 47 judul di
antaranya tentang matematika dan fisika dan 58 buku tentang teknik sedangkan
selebihnya terdiri dari bermacam ilmu pengetahuan.
3) Ilmu Kimia
Izzuddin Aidamar Ibn Ali al-Jaldaki ( …. – 1360 M)
Ia ahli fisika yang menguraikan penjelasan tentang sifat-sifat suatu benda, cara
menghasilkan dan memurnikannya, serta persenyawaannya. Salah satu teorinya
yang sangat popular adalah “tiap bahan tidak akan bersenyawa kecuali dengan
perbandingan bobot tertentu.
4) Ilmu Kedokteran
Abu Bakar Muhammad Ibn Zakariya Al-Razi (858 – 925 M)
Beliau adalah seorang dokter yang sangat berhasil dalam melakukan pengobatan
dan penelitian penyakit-penyakit. Cara penelitian yang beliau lakukan
menggunakan medium daging hewan. Oleh pemerintah beliau diminta untuk
membuat rumah sakit yag terhindar dari lingkungan yang terkena kuman. Tiap
tiap obat yang dibuatnya terlebih dahulu dicobakan untuk mengobati monyet
sebelum digunakan untuk manusia.
24
III. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran Islam dalam
perkembangan IPTEK adalah menjadikan paradigma Islam sebagai pandangan
utama dan menjadikan syariah Islam sebagai dasar dalam penerapan dan
pemanfaatan konsep IPTEK.
Perkembangan IPTEK itu harus diikuti dengan keimanan dan ketakwaan
agar tidak menjadikan IPTEK itu sebagai tuan bagi manusia itu sendiri padahal
IPTEK merupakan hasil dari keterampilan manusia dengan dilandasi Al-Qur’an
dan Hadits.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fahmi Zamzam (2010). Bidayatul Hidayah (Permulaan Jalan Hidayah).
Kedah : Khazanah Banjariah
Abd. Fatah Jalal, Asas-asas Pendidikan Islam, Bandung Diponegoro, 1988.
Abdul Kholiq et.al, Pemikiran Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999.
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terj
Drs. Hery Noor Ali, Bandung: CV, Diponegoro, 1992.
Abu Bakar Atjeh, Filsafat dalam Islam, Semarang: CV. Ramadhani, 1971.
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Kajian Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000.
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: PT. Al-Ma’arif,
Cetakan VIII, 1989.
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pres, 2002
Chabib Thoha, dkk Kapita Selekta Pendidikan Islam,cet. I Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996.
Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Sixty Edition Internasional Students,
Edition 146, Graw – Hill, Kogakusa, LTD.
Haidar Putra Dauly, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Hasan Hafidz, Dasar-dasar Pendidikan dan Ilmu Jiwa, Solo: Ramadhani, 1989.
Hasan Langgulung, Asas–asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al–Husna,
1992.
26
____________, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan, Jakarta Al-Husna Zikra, 1995.
Kaelany HD. 2010. Islam Agama Universal Edisi Revisi. Jakarta: Midada Rahma
Press.
Iman, Muhammad Sohibul. 1996. Perlunya Islamisasi Sains. Jakarta: ISTECS
Yahya, Harun. 2011. Keajaiban Al-Qur’an. Jakarta: Mizan
Abdullah, Amin dkk. 2004. Integrasi Sains-Islam: Mempertemukan Epistemologi
Islam dan Sains. Yogyakarta: Pilar Religia.
Al-Qardhawi, Yusuf. 2000. Islam & Seni. Bandung: Pustaka Hidayah
Aminuddin, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Nurdin, Ali dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Universitas Terbuka
Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ. 1998. Al-Islam dan IPTEK II. Jakarta: Raja
Grafindo Persaja
Mita. 2012. IPTEK dan Seni Manurut Pandangan Islam. (online) http://mitaunair-
fk12.web.unair.ac.iddiakses: 27 April 2014.
27