LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother...

43
ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012 LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Transcript of LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother...

Page 1: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Page 2: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Page 3: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Hubungan Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)DPT/HB Combo Dengan Kecemasan Ibu Sebelum melaksanakan Imunisasi di PolindesDesa Karangrejo Wilayah Kerja Puskesamas Ngasem Kediri .........................................The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events FollowingImmunization (AEFI) DPT / HB Combo With Dread Of Mother Before Doing DPT / HBCombo Immunization in Polindes Karangrejo Village of Puskesmas Ngasem,Kediri DistrictSumy Dwi Antono, Koekoeh Hardjito

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan PendampingASI Terlalu Dini di Posyandu Mawar I di Desa Karangrejo ..........................................Analizing Influential Factors In Mother’s Behavior Of Giving Complementary Food OfBrerastfed On Posyandu Mawar I KarangrejoYonathan Kristianto, Maria Anita Yusiana

Variasi Bahan Makanan Campuran (BMC) dalam Meningkatkan Berat Badan BalitaDengan Gizi Kurang (Suatu Analisis di Desa Karangdayu Baureno KabupatenBojonegoro) ........................................................................................................Variation Of Food Mixed (BMC) Increase In Children With Weight Less Nutrition (AnAnalysis of Village Karangdayu Baureno Bojonegoro)Wiwik U, Rahmawati

Hubungan Perilaku dengan Pencapaian Target Persalinan Mahasiswa Prodi DIII KebidananAkademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro Tahun 2011................................................Target Behavior Relationship With Labor Student Achievement DIII Midwifery ProgramAcademic of Health Rajekwesi Bojonegoro 2011Fidrotin Azizah

Hubungan Stres Menghadapai Ujian Praktek Rumah Sakit Dengan TerjadinyaPsikosomatik pada Mahasiswa Semester IV Prodi Keperawatan Rajekwesi Bojonegoro2011 .............................................................................................................................Relations Practice Exam Stress Dealing With Hospitals On Students Of Semester IVPsycosomatic Nursing Progran Of Rajekwesi Bojonegoro 2011Sri Mulyani, Siti Nurul Sya’diyah

Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar Anak di SDN Kedaton IIKecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro .......................................................................The Analysis Factors Associated With Learning Achievment Of Children In SDN KedatonII Kecamatan Kapas Kabupaten BojonegoroSiti Patonah

ISSN : 2087 - 5231

1 - 4

5 - 10

11 - 16

17 - 20

21 - 25

26 - 29

Page 4: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Pengaruh Rendam Air Hangat Pada Kaki Terhadap Kwantitas Tidur Pada Lansia YangMengalami Gangguan Tidur di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri .................................The Influence Of Soaking Feet In Warm Water To Elderly’s Sleeping Quantity On ElderlyWho Experiences Sleeping Disorder At Santo Yoseph Kediri Nursing HomeDyah Kristyarini, Erva Elli Kristanti

Hubungan Tingkat Depresi Dengan Terjadinya Insomnia Pada Lansia Usia 60-70 Tahundi Desa Mayanggeneng Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro ..............................Correlation Between Depression Level With Insomnia Occurrence in 60 - 70 Year OldPeople In Desa Mayanggeneng Kecamatan Kalitidu Kabupaten BojonegoroS. Nurul Sya’diyah

30 - 34

35 - 38

Page 5: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BA YI TENTANG REAKSI KEJADIAN IKUT AN PASCAIMUNISASI (KIPI) DPT/HB COMBO DENGAN KECEMASAN IBU SEBELUM

MELAKSANAKAN IMUNISASI DI POLINDES DESA KARANGREJO WILA YAH KERJAPUSKESMAS NGASEM KEDIRI

The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events FollowingImmunization (AEFI) DPT / HB Combo With Dread Of Mother Before Doing DPT / HB Combo

Immunization in Polindes Karangrejo Village of Puskesmas Ngasem, Kediri District

Sumy Dwi Antono, Koekoeh Hardjito Prodi Kebidanan Kediri Poltekkes Malang

ABSTRACTThere are the side effects after doing DPT immunizitation that is famous of Adverse Events Following

Immunization (AEFI). The role’s mother at immunization programs are very important. So that a knowledgeabout immunization program is very needed doing immunization. The most of children suffering a fever aftergetting the DPT immunization, but it is usual, nevertheless this condition makes most of mother feel worried.The aim this research is to know the relationship of baby’s mother knowledge about the adverse events followingimmunization (AEFI) DPT/Hb Combo with dread of mother before doing DPT/Hb Combo immunization inpolindes karangrejo village of puskesmas ngasem, kediri district.

The Research Design which is used analytic with Cross Sectional Corelation. The Subyek of this Researchis the mother who having baby’s amoung 2nd-11th months. The data result of this research use questioner. Amountof sampel is 37 responder. Result of research will be analysed with Spearman Rank. From the result of thisresearch is gotten the result of t calculate smaller than t of table, so H

o is received and H

1 is rejected (price

0,75748 < 2,0315). The conclusion there aren’t the relationship of baby’s mother knowledge about the adverseevents following immunization (AEFI) DPT/Hb Combo with dread of mother before doing DPT/Hb Comboimmunization

Keyword : Knowledge, Mother, Adverse Events Following Immunization (AEFI), Dread of Before DoingDPT / HB Combo Immunization

ABSTRAKTerdapat efek samping setelah pelaksanaan imunisasi DPT yang dikenal dengan Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI). Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karena suatu pengetahuantentang program imunisasi amat diperlukan dalam pelaksanaan imunisasi. Kebanyakan anak menderita panassetelah mendapat imunisasi DPT, tetapi itu adalah yang wajar, namun seringkali ibu-ibu tegang, cemas dankhawatir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu bayi tentang reaksiKIPI DPT/HB Combo dengan kecemasan ibu sebelum melaksanakan imunisasi DPT/HB Combo.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Korelasional jenisnya CrossSectional. Subyek penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 2-11 bulan. Data hasil penelitian diambilmenggunakan kuesioner. Jumlah sampel sebanyak 37 responden. Setelah itu ditabulasi dan dianalisis dengan ujikorelasi Spearman Rank.

Dari hasil penelitian di dapatkan hasil t hitung lebih kecil dari t tabel maka Ho diterima dan H

1 ditolak

(harga 0,75748 < 2,0315) sehingga kesimpulannya tidak terdapat hubungan pengetahuan ibu bayi tentang reaksiKejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo dengan kecemasan ibu sebelum melaksanakan imunisasiDPT/HB Combo

Kata Kunci : Pengetahuan, Ibu, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Kecemasan sebelum imunisasiDPT/HB Combo

PendahuluanImunisasi penting untuk mencegah penyakit

berbahaya salah satunya adalah imunisasi DPT(Diphteria, Pertussis, Tetanus). Imunisasi DPTmerupakan imunisasi yang digunakan untukmencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dantetanus (A. Aziz, 2008). Kalau anak tidak diberikan

imunisasi DPT maka tubuhnya tidak mempunyaikekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut(Soedjatmiko, 2007). Terdapat efek samping setelahpelaksanaan imunisasi DPT yang dikenal denganKejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau AdverseEvents Following Immunization (AEFI) merupakan

1

Page 6: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

suatu kejadian sakit yang terjadi setelahmenerima imunisasi yang diduga berhubungandengan imunisasi (Depkes, 2000). Peran seorang ibupada program imunisasi sangatlah penting. Karenasuatu pengetahuan tentang program imunisasi amatdiperlukan dalam pelaksanaan imunisasi (MirzalTawi, 2008). Pemahaman persepsi dan pengetahuanibu tentang imunisasi membantu pengembanganprogram kesehatan (Manjunath U, 2003).

Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan oleh Lynda M. Baker (2007) di AmerikaSerikat, pengetahuan ibu berkaitan imunisasi DPThanya 4 ibu dari 30 ibu yang tahu nama dan tujuandari pemberian vaksin pada anak anak mereka dan26 ibu yang tidak tahu nama dan tujuan dari vaksinDPT (Lynda M. Baker 2007).

Kebanyakan anak menderita panas setelahmendapat imunisasi DPT, tetapi itu adalah yangwajar, namun seringkali ibu-ibu tegang, cemas dankhawatir (Tecyya 2009). Selain itu, banyak ibu yangcemas sekali karena timbul bengkak di bekas tempatsuntikan. Untuk anak yang memiliki riwayat kejangdemam, imunisasi DPT tetap aman dan tidakmembahayakan, tetapi banyak ibu yang cemas(Hemas 2007). Adapun penyebab kecemasan ibudikarenakan pemberitaan miring tentang efeksamping imunisasi(Ani M dan Ai S 2009).

Menurut laporan WHO angka cakupanimunisasi untuk DPT secara global adalah 78%.Berarti terdapat 28 juta anak di dunia yang belummendapat imunisasi DPT. 75% dari anak-anak initinggal di 10 negara, diantaranya Indonesia (HarsonoSalimo 2009).

Cakupan imunisasi DPT di Indonesia secaraglobal adalah 70,26% dimana jumlah anak yang tidakmendapatkan imunisasi terbesar ada di tiga propinsidi pulau Jawa (29% dari angka nasional) yaitupropinsi Jawa Barat (46.863), Jawa Timur (47.332)dan Banten (28.359) (Pusat Komunikasi Publik2010). Angka cakupan imunisasi DPT di Jawa timursecara global 70,79% dimana DPT 1 sejumlah 79%,DPT 2 sejumlah 72,69% dan DPT 3 sejumlah 60,68%(M. Faried K 2009).

Program imunisasi di Kabupaten Kedirimasih dibawah standar. Adapun cakupan imunisasiDPT yang berada di bawah target 30% adalah diPuskesmas Ngasem sejumlah 29,6%. Adapun DataKumulatif Pencapaian Imunisasi DPT bulanDesember 2009 di desa Karangrejo yaitu: DPT191,5%, DPT2 *87<7%, DPT3 93,9 %.

Metode PenelitianPenelitian menggunakan desain Korelasi

Cross Sectional. Populasi penelitian adalah ibu yangmempunyai bayi usia 2-11 bulan di PolindesKarangrejo Puskesmas Ngasem Kediri sejumlah 40orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian

ibu yang mempunyai bayi usia 2-11 bulan yaitusejumlah 37 orang. Teknik sampling yang digunakanadalah simple random sampling dengan cara undian.Alat ukur yang digunakan yaitu: kuesioner tentangPengetahuan reaksi KIPI dan Kecemasan ibu sebelummelaksanakan imunisasi. Penelitian dilakukan padatanggal 10 Mei – 17 Mei 2010

Hasil Penelitian dan PembahasanTabel 1Karakteristik Umur Responden di Polindes

Karangrejo Kecamatan Ngasem, Kediri Tahun2010

Tabel 2Karakteristik Pendidikan Responden diPolindes Karangrejo Kecamatan Ngasem,Kediri Tahun 2010

Tabel 1Karakteristik Pekerjaan Responden diPolindes Karangrejo Kecamatan Ngasem,Kediri Tahun 2010

Pekerjaan ibu bayi terbanyak adalah IRT atau tidakbekerja sejumlah 78,4% (29 responden).

Data KhususTabel 4Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Reaksi

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT/HBCombo

2

Page 7: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Pengetahuan ibu bayi tentang reaksi Kejadian IkutanPasca Imunisasi DPT/HB Combo terbanyak adalahmempunyai pengetahuan cukup 54,1% (20responden).

Tabel 5Kecemasan Ibu Sebelum MelaksanakanImunisasi DPT/HB Combo di PolindesKarangrejo Tahun 2010

Hubungan Pengetahuan Ibu Bayi Tentang ReaksiKejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DenganKecemasan Ibu Sebelum Melaksanakan ImunisasiDPT/HB Combo Di Polindes Desa KarangrejoWilayah Kerja Puskesmas Ngasem, Kediri

Dari hasil perhitungan didapatkan hasil thitung sebesar 0,75748, dibandingkan dengan tabelt untuk taraf kesalahan 5%. Dengan dk = 35 diperolehharga t = 2,0315. Jadi hasil t hitung lebih kecil dari ttabel maka H

1 ditolak (harga 0,75748 < 2,0315)

sehingga kesimpulannya tidak terdapat hubunganpengetahuan ibu bayi tentang reaksi Kejadian IkutanPasca Imunisasi (KIPI) DPT/Hb Combo dengankecemasan ibu sebelum melaksanakan imunisasiDPT/Hb Combo

PembahasanDari 37 responden yang telah di teliti

didapatkan bahwa responden memiliki pengetahuancukup 54,1% (20 responden), pengetahuan baik35,1% (13 responden) dan pengetahuan kurang10,8% (4 responden).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukanpengetahuan ibu cukup ke arah baik. Hal ini diperolehdari jumlah nilai jawaban responden yangmempunyai kriteria cukup arah baik dengan nilai >65sejumlah 80% (16 responden) dan cukup kearahkurang dengan nilai <65 sejumlah 20% (4responden).

Hal ini di sebabkan setiap individumemiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerapsuatu informasi yang telah di dapatkan. Pengetahuanmanusia diperoleh melalui alat indra danpengetahuan yang cukup baik ini dipengaruhi olehfaktor ingatan, pemahaman, penerapan tentangsesuatu yang dipelajari. Selain itu juga bisa karenaibu kurang memperhatikan informasi yang di berikanatau ibu kurang konsentrasi dalam pemberianinformasi, sehingga informasi yang diberikan tidakdapat diterima dengan baik.

Dalam penelitian ini responden terbanyakusia 21-25 th sejumlah 45,9%. Umur mempengaruhipengetahuan ibu, khususnya mengenai pengalaman ibusehingga dengan perbedaan usia ibu berbeda pulapengalaman ibu. Hal ini sesuai dengan pendapat Noor(2000) yang dikutip oleh Mirzal Tawi bahwa perbedaanpengalaman ibu dipengaruhi oleh umur individutersebut.

Pendidikan ibu pada penelitian ini terbanyakSMA 67,6%. Pendidikan mempengaruhi tingkatpengetahuan ibu karena semakin tinggi tingkatpendidikan ibu maka semakin banyak pula informasiyang diperoleh. Meskipun pendidikan ibu sudah tinggi(SMA) dalam penerimaan informasi tentang imunisasikhususnya Gejala KIPI DPT, ibu kurang mendapatkan/ bahkan tidak mendapat informasi dalam sekolahnya(pendidikan formal). Sehingga informasi tentang KIPIhanya diperoleh dari pendidikan non formal yaitupenyuluhan dari bidan.

Hal ini sesuai dengan pendapat SoekidjoNotoatmodjo yang dikutip oleh Mirzal Tawi (2008)Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu sangatmempengaruhi terlaksananya kegiatan pelaksanaanimunisasi anak bayi diperoleh baik pendidikan formalmaupun non formal.

Dari hasil penelitian responden yang memilikicemas ringan 67,6% (25 responden), cemas sedang13,5% (5 responden), tidak cemas 13,5% (5responden), cemas berat 2,7% (1 responden), cemasberat sekali 2,7% (1 responden).

Hal ini di sebabkan setiap individumemil iki kemampuan yang berbeda dalammenanggapi suatu respon yang telah di dapatkan.Dalam setiap individu otak memiliki reseptor khususyang membantu regulasi kecemasan sehingga setiapindividu secara otomatis menanggapi rasa cemasberbeda. Sikap orangtua yang cenderung mengalamikecemasan ini karena akan adanya situasi yangmengancam pada bayinya.

Hal ini sesuai dengan teori Biologik dikutipoleh Suliswati (2005) bahwa pada otak terdapat GABA(Gamma Amino Butyric Acid) yang mengontrolaktivitas kecemasan.

Hasil t hitung sebesar 0,75748, dibandingkandengan tabel t untuk taraf kesalahan 5%, dk = 35diperoleh harga t = 2,0315. Jadi hasil t hitung lebihkecil dari t tabel maka H

1 ditolak (harga 0,75748 <

2,0315) sehingga kesimpulannya tidak terdapathubungan pengetahuan ibu bayi tentang reaksiKejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HBCombo dengan kecemasan ibu sebelum melaksanakanimunisasi DPT/HB Combo.

Karena setiap individu memiliki kecemasan,dan kecemasan akan tetap muncul secara otomatisbila tubuh merespon adanya suatu konflik. Hal inisesuai dengan teori kajian keluarga dikutip oleh

3

Page 8: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Suliswati (2005) bahwa kecemasan selalu ada padatiap keluarga.

Meskipun telah memiliki pengetahuan yangbaik terhadap reaksi Kejadian Ikutan Pasca ImunisasiDPT/HB Combo bila seseorang menganggapmembahayakan bagi bayinya maka kecemasan tetapterjadi. Sehingga seseorang yang mempunyaipengetahuan baik belum tentu tidak cemas. Sebaliknyaseseorang yang memiliki pengetahuan cukup ataukurang tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca ImunisasiDPT/HB Combo belum tentu merasa cemas.

KesimpulanSebagian kecil pengetahuan ibu bayi

tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca ImunisasiDPT/HB Combo cukup. Rata– rata kecemasan ibusebelum melaksanakan imunisasi DPT/HB Comboadalah cemas ringan. Sehingga tidak terdapathubungan pengetahuan ibu bayi tentang reaksiKejadian Ikutan Pasca Imunisasi dengan kecemasanibu sebelum melaksanakan imunisasi DPT/HBCombo. Bagi Tempat Penelitian diharapkan Petugaskesehatan memberikan pengertian dan adanyaperlindungan kesehatan jika ada KIPI kepada ibubayi sehingga kecemasan ibu berkura perlu dikajifaktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibudalam melaksanakan imunisasi perlu dikaji lebihlanjut, selain pengetahuan ibu bayi tentang reaksiKejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT/HB Combo

KepustakaanAni M dan Ai S.”Hubungan Antara Tingkat

Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Poliodengan Tingkat Kecemasan PascaImunisasi Polio Pada Anaknya diPosyandu Margasari Tasikmalaya Tahun2007.” 26-12-2009 <http://www.skripsistikes.wordpress.com>

Depkes RI. (2000)Pedoman Operasional PelayananImunisasi. Jakarta Dinkes Prop Jatim.

Harsono Salimo.”Peran Imunisasi untuk MenunjangTumbuh Kembang Balita Anak IndonesiaBerkualitas.” 8 April 2009 <http://pustaka.uns.ac.id>

Lynda M. Baker.”Ibu Pengetahuan dan KebutuhanInformasi Berkaitan dengan ImunisasiAnak.” 2 Jan 2007 <http://translate.google.co.id>

M. Faried K.”Pengembangan Program Imunisasi diJawa Timur.” 13 April 2010 http://www.kalbe.co.id/files

Manjunath U, Pareek. “Pengetahuan dan Persepsi Ibutentang Imunisasi Rutin di Rajasthan.” 27Januari 2010 http://translate.google.co.id

Mirzal Tawi.”Imunisasi dan Faktor yangMempengaruhinya. 12 May 2009 <http://syehaceh.wordpress.com>

Soedjatmiko. “Imunisasi Penting untuk MencegahPenyakit Berbahaya. “ 26 Desember 2009<http://www.ykai.net.com>

Tecyya. ”Demam Sehabis Imunisasi. 25-12-2009<ht tp : / / i budanba l i ta .com/d iskus i /p e r t a n y a a n / 2 6 8 / d e m a m - s e h a b i s -

imunisasi>

4

Page 9: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

ANALISIS FAKT OR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIANMAKANAN PENDAMPING ASI TERLALU DINI DI POSY ANDU MAWAR I

DESA KARANGREJO

ANALYZING INFLUENTIAL FACTORS IN MOTHER’S BEHAVIOR OF GIVINGCOMPLEMENTARY FOOD OF BREASTFED ON POSYANDU MAWAR I KARANGREJO

Yonathan Kristianto, Maria Anita YusianaSTIKES RS BAPTIS KEDIRI

ABSTRACT

Complementary food of breastfed refers to nutritition which is given to children aged 6–24 months inorder to complete their nutrient needs. Complementary feeding of breastfed is very influenced by mother’sbehavior. Giving complementary feeding of breastfed before infant is 6 months results negative impacts to theirhealth such as diarrhea and even death. The purpose of this research was to analyze influential factors inmother’s behavior of giving complementary food of breastfed on Posyandu Mawar I Karangrejo.

The research’s design was correlational. The population was mothers who had infants in age 6 –36months in Posyandu Mawar I Karangrejo’s Village. Using Random Sampling Technique, it was obtained 32respondents as sample. The independent variable was influential factors in mother’s behavior of givingcomplementary food of breastfed such as mother’s knowledge, mother’s occupation, and family’s social economy.The dependent variable was giving complementary food of breastfed. The data were collected using quesitonareand interview. Those were analized using Double Logistic Regresion with significance level 0.025.

The occupation statistic result showed p= 0.999 meaning that mother’s occupation did not influencemother’s behavior in giving complementary food of breastfed. The social economy statistic result showed p=0.999 meaning social economy had no influences to mother’s behavior in complementary food of breastfed.Further, mother’s knowledge statistic result showed p= 0.020 meaning mother’s knowledge influenced mother’sbehavior in giving complementary food of breastfed.

In conclusion, occupation and social economy had no influence giving complementary food of breastfed,but mother’s knowledge influenced toward giving complementary food of breastfed in Posyandu Mawar IKarangrejo.

Keywords: Giving complementary food of breastfed, mother’s behavior

ABSTRAK

Makanan pendamping ASI adalah makanan yang mengandung gizi, diberikan pada anak usia 6–24bulan guna memenuhi kebutuhan gizinya. Pemberian makanan pendamping ASI secara tepat sangat dipengaruhiperilaku ibu yang memiliki bayi. Namun masih banyak ibu yang memberikan makanan pendamping ASI kurangdari 6 bulan, yang mana dapat menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan bayi seperti diare dan bahkandapat menyebabkan kematian pada bayi. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa faktor-faktor yangmempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini di Posyandu Mawar I DesaKarangrejo.

Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah para ibuyang memiliki bayi umur 6–36 bulan di Posyandu Mawar I Desa Karangrejo. Besar sampel adalah 32 respondenyang diperoleh dengan menggunakan tekhnik Random Sampling. Variabel independennya adalah faktor – faktoryang mempengaruhi perilaku ibu meliputi pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, dan sosial ekonomi keluarga. Varibeldependennya adalah pemberian makanan pendamping ASI. Data dikumpulkan dengan kuisioner dan wawancarakemudian dianalisa dengan uji Regresi Logistik Ganda dengan tingkat kemaknaan á d” 0,025.

Hasil uji statistik pekerjaan menunjukkan bahwa p= 0,999 mengindikasikan bahwa pekerjaan tidakmempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini. Hasil uji statistik sosialekonomi menunjukkan bahwa p= 0,999 mengindikasikan bahwa sosial ekonomi tidak mempengaruhi perilaku

5

Page 10: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini. Lebih lanjut, hasil uji statistik pengetahuan ibumenunjukkan p= 0,020 mengindikasikan bahwa pengetahuan ibu mepengaruhi perilaku ibu dalam pemberianmakanan pendamping ASI terlalu dini .

Kesimpulan penelitian ini adalah faktor pekerjaan dan sosial ekonomi tidak mempengaruhi padaperilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI sedangkan faktor pengetahuan mempengaruhi pemberianmakanan pendamping ASI terlalu dini di Posyandu Mawar I di Desa Karangrejo.

Kata kunci: Pemberian makanan pendamping ASI dari, perilaku ibu

PendahuluanASI merupakan makanan terbaik untuk bayi,

karena ASI mengandung hampir semua zat gizidengan komposisi sesuai kebutuhan bayi. WalaupunASI merupakan makanan terbaik bagi bayi denganbertambahnya umur, bayi yang sedang tumbuhmemerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihijumlah yang didapat dari ASI Pada waktu bayiberumur 6 bulan ASI sudah tidak dapat memenuhikebutuhan gizi bayi, dengan demikian bayimemerlukan energi tambahan. ( Prabantini, 2010 ).Dalam hal ini, perilaku ibu yang memiliki bayimemegang peranan penting dalam pemberianmakanan pendamping ASI yang tepat. Banyaknyapara ibu yang memberikan makanan pendamping ASIkurang dari 6 bulan pada bayi saat ini dapatmenyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan bayiseperti bayi menjadi mudah terkena penyakit padasaluran pencenaan seperti diare bahkan dapatmeningkatkan angka kematian bayi. Hal ini terjadikarena ibu kurang mengetahui tentang pemberianmakanan pendamping ASI yang benar, disamping itustatus pekerjaan ibu menjadi alasan ibu memberikanmakanan pendamping ASI terlalu dini karena kurangmempunya waktu untuk anaknya, dan juga statussosial ekonomi keluarga mempengaruhi ibumemberikan makanan pendamping ASI terlalu dinidilihat dari daya beli terhadap makanan pendampingASI yaitu jika semakin baik perekonomian keluargamaka daya beli akan makanan tambahan juga mudah,sebaliknya semakin buruk perekonomian keluarga,maka daya beli akan makanan tambahan lebih sukar(Soraya, 2005). Berdasarkan dari hasil wawancarayang dilakukan oleh peneliti pada 25 ibu pada tanggal3 April 2011 di Posyandu Mawar I desa KarangrejoKecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri, dari datatersebut didapatkan 15 ibu memberikan makanantambahan kurang dari 6 bulan dan 10 ibu memberikanmakanan tambahan lebih dari 6 bulan. Dari sini dapatdiketahui bahwa hampir 60% bayi umur 0 – 6 bulansudah diberikan makanan pendamping ASI.

Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa anak–anak yang diberikan makanan pendamping ASIsetelah berumur 6 bulan umumnya lebih cerdas danmemiliki daya tahan tubuh lebih kuat, mengurangi

resiko terkena alergi akibat makanan. Sedangkan jikamakanan pendamping ASI diberikan terlalu dini justrudapat meningkatkan angka kematian bayi, menggangusistem pencernaan pada bayi, dan apabila terlambatmemberikan juga akan membuat bayi kekurangan gizi(Kodrat, 2010). Tubuh bayi belum memiliki proteinpencernaan yang lengkap. Jumlah asam lambung danpepsin baru meningkat saat bayi berumur 3–4 bulan.Sampai umur sekitar 6 bulan, jumlah enzim amilaseyang diproduksi oleh pankreas belum cukup untukmencerna makanan kasar. Enzim seperti maltase,isomaltase dan sukrase belum mencapai tingkat orangdewasa sebelum bayi umur 7 bulan. Sebelum umur 6–9bulan, jumlah lipase dan bile salts juga sedikit sehinggapencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa.Oleh karena itu jika makanan padat diberikan sebelumsystem pencernaan bayi belum siap untuk menerimanyadapat mengakibatkan makanan tersebut tidak dapatdicerna dengan baik dan dapat menyebabkan gangguanpencernaan timbulnya gas, konstipasi dan sebagainya(Prabantini, 2010)

Makanan pendamping ASI seharusnyadiberikan setelah bayi berumur 6 bulan karena dapatmemberikan manfaat yang besar pada bayi (Kodrat,2010). Peran serta ibu yang memiliki bayi memegangperanan penting untuk mencegah pemberian makananpendamping ASI yang tidak tepat. Selain itu pihakKader di Posyandu juga perlu menggalakkanpendidikan kesehatan pada ibu agar makananpendamping ASI dapat diberikan secara tepat.Pemberian makanan pendamping ASI harus tepat waktukarena jika diberikan terlalu dini ( kurang dari 6 bulan)akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi mengalamigangguan pencernaan atau bisa diare. Faktor-faktoryang mempengaruhi pemberian makanan tambahanpada bayi usia kurang dari enam bulan adalah faktorkesehatan bayi, faktor kesehatan ibu, faktor iklan, faktorpengetahuan ibu, faktor pekerjaan ibu, faktor petugaskesehatan, faktor budaya dan faktor sosial ekonomidalam hal ini perilaku ibu memegang peranan pentinguntuk mencegah pemberian makanan pendamping ASIyang tidak tepat sehingga akan mengurangi resiko bayimengalami gangguan pencernaan dan dapat memilikidaya tahan tubuh yang lebih kuat.

6

Page 11: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Metode PenelitianRancangan penelitian yang digunakan adalah

korelasional. Dimana penelitian bertujuan untukmenjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, danmenguji berdasarkan teori yang ada. Hubungan korelatifmengacu pada kecenderungan pada variasi suatuvariabel diikuti oleh variabel yang lain (Nursalam,2003).Variabel independennya yaitu faktor - faktor yangmempengaruhi perilaku ibu meliputi: (1). Faktorpengetahuan ibu, (2). Faktor pekerjaan ibu, (3). Faktorsosial ekonomi keluarga. Variabel dependennya adalahpemberian makanan pendamping ASI. Populasi dalampenelitian ini adalah semua Ibu yang mempunyai bayiusia 6–36 bulan yang ada di Posyandu Mawar I, DesaKarangrejo, Kabupaten Kediri. Dengan sampel sebanyak48 dengan teknik simple random mpling.

Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan datasecara formal kepada subyek untuk menjawabpertanyaan yang tertulis. Kuesioner akan diberikankepada responden yang memenuhi kriteria inklusi.Jenis pertanyaan tertutup yaitu responden menjawabpertanyaan dengan cara memilih jawaban yang sudahdisediakan oleh peneliti. Kuesioner digunakan untukmengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku ibudalam pemberian makanan pendamping ASI terlaludini dengan menggunakan pertanyaan dimanapertanyaan terdiri dari 2 bagian yaitu yang pertamatentang data demografi dengan jumlah 3 pertanyaan(umur, pendidikan, pekerjaan ). Kedua, faktor – faktoryang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberianmakanan pendamping ASI dengan jumlah 18pertanyaan terdiri dari 15 pertanyaan untuk faktorpengetahuan, 1 pertanyaan untuk faktor pekerjaan, dan2 pertanyaan untuk faktor sosial ekonomi. Datadikumpulkan dengan menggunakan lembar kuesioneruntuk menilai faktor yang mempengaruhi perilaku ibudalam pemberian makanan pendamping ASI terlaludini yang langsung diberikan kepada subyek penelitianyaitu semua ibu yang memiliki batita yang memenuhikriteria inklusi.

PembahasanData UmumTabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik

Responden Berdasarkan Umur di PosyanduMawar I Desa Karangrejo pada tanggal 20Juni – 4 Juli 2011

No. Umur Frekuensi Prosentase

1. 16-25 tahun 14 44 %2. 26-35 tahun 15 47 %3. 36-45 tahun 3 9 %

Jumlah 32 100 %

Berdasarkan tabel 1 didapatkan data palingbanyak responden dengan umur 26 – 35 tahun masing– masing yaitu sebanyak 15 ( 47 % ) responden.

Tabel 2Distribusi Frekuensi Karakteristik RespondenBerdasarkan Umur Bayi di Posyandu Mawar IDs. Karangrejo pada tgl. 20 Juni – 4 Juli 2011

No. Umur bayi Frekuensi Prosentase

1. 6-12 bulan 9 28 %2. 13-24 bulan 16 50 %3. 25-36 bulan 7 22 %

Jumlah 32 100 %

Berdasarkan tabel 2 didapatkan data paling banyakresponden memiliki bayi dengan usia 13 – 24 bulanyaitu sebanyak 16 ( 50 % ).

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik RespondenBerdasarkan Pendidikan di Posyandu MawarI Ds. Karangrejo pada tgl. 20 Juni – 4 Juli 2011

No. Pendidikan Frekuensi %

1. SD 2 6 %2. SMP 6 19 %3. SMA 23 72 %4. Akademi/PT 1 3 %

Jumlah 32 100 %

Berdasarkan tabel 3 didapatkan data sebagianbesar responden dengan pendidikan SMA yaitusebanyak 23 responden ( 72 % ).

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik RespondenBerdasarkan Pekerjaan di Posyandu Mawar IDs. Karangrejo pada tgl. 20 Juni – 4 Juli 2011

No. Pekerjaan Frekuensi %

1. Ibu rumah tangga 21 66 %2. Pegawai swasta 7 22 %3. Wiraswasta 1 3 %4. PNS 0 0 %5. Buruh tani /pabrik 3 9 %6 Polisi 0 0 %

Jumlah 32 100 %

Berdasarkan tabel 4 didapatkan data sebagian besarresponden dengan pekerjaan ibu rumah tangga yaitusebanyak 21 responden ( 66 %).

Data KhususTabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentangPemberian Makanan Pendamping ASI diPosyandu Mawar I Desa Karangrejo padatanggal 20 Juni – 4 Juli 2011

7

Page 12: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

No. Pengetahuan Frekuensi %

1. Baik 13 41 %2. Cukup 9 28 %3. Kurang 10 31 %

Jumlah 32 100 %

Berdasarkan tabel 5 didapatkan data palingbanyak responden memiliki pengetahuanpengetahuan baik, yaitu sebesar 13 responden (41 %).

Tabel 6 Tabulasi Silang Antara Faktor PengetahuanIbu terhadap Pemberian MakananPendamping ASI di Posyandu Mawar I DesaKarangrejo pada tgl. 20 Juni – 4 Juli 2011

Peng. Pemberian Makanan Ibu Pendamping ASI Total

< 6 bulan > 6 bulan

n % n % n %

Kurang 9 28 % 1 3 % 10 31 % Cukup 5 16 % 4 13 % 9 29 % Baik 3 9 % 10 31 % 13 40 %

Total 17 53 % 15 47 % 32 100 %

Uji regresi logistik ganda p = 0,020

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa sebagianbesar ibu yang memberikan makanan pendampingASI terlalu dini memiliki pengetahuan kurangsebanyak 9 responden (28%). Setelah dilakukan ujistatistik regresi logistik ganda yang didasarkan tarafkemaknaan yang ditetapkan (á d” 0,025) didapatkanp = 0,020 maka Ho ditolak dan Ha diterima yangartinya faktor pengetahuan mempengaruhi perilakuibu dalam pemberian makanan pendamping ASIterlalu dini di Posyandu Mawar I Desa Karangrejo

Tabel 7 Distribusi Frekuensi KarakteristikResponden Berdasarkan Sosial Ekonomi diPosyandu Mawar I Desa Karangrejo padatanggal 20 Juni – 4 Juli 2011

No. Sosial Ekonomi Frekuensi %

1. Tinggi 0 0 % 2. Menengah atas 7 22 % 3. Menengah bawah 18 56 % 4. Rendah 7 22 %

Jumlah 32 100 %

Berdasarkan tabel 7 didapatkan data lebihdari 50 % responden memiliki sosial ekonomi.rendahsebanyak 18 responden ( 56 % ).

Tabel 8 Tabulasi Silang Antara Faktor SosialEkonomi Keluarga terhadap PemberianMakanan Pendamping ASI di Posyandu

Mawar I Desa Karangrejo pada tanggal 20Juni – 4 Juli 2011

Sosial EkonomiPemberian MakananPendamping ASI Total

< 6 bulan > 6 bulan

N % N % N %

Rendah 1 3 % 6 19 % 7 22 %Menengah bawah 9 28 % 9 28 % 18 56 %Menengah atas 7 22 % 0 0 % 7 22 %Tinggi 0 0 % 0 0 % 0 0 %

Total 17 53 % 15 47 % 32 100 %

Dari tabel 8 menunjukkan bahwa sebagianbesar ibu yang memiliki sosial ekonomi menengahbawah memberikan makanan pendamping ASI lebihdari 6 bulan yaitu sebanyak 9 responden (28 %). Setelahdilakukan uji statistik regresi logistik ganda yangdidasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (á d”0,025) didapatkan p = 0,315 maka Ho diterima danHa ditolak yang artinya faktor sosial ekonomi tidakmempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian makananpendamping ASI terlalu dini.

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Karakteristik RespondenBerdasarkan Pekerjaan di Posyandu Mawar IDs. Karangrejo pada tgl. 20 Juni – 4 Juli 2011

No. Pekerjaan Frekuensi %

1. Tidak bekerja 21 66 % 2. Bekerja < 7 jam 10 31 % 3. Bekerja > 7 jam 1 3 %

Jumlah 32 100 %

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan data sebagianbesar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 21respoden ( 66 % ).

Tabel 10 Tabulasi Silang Antara Faktor Pekerjaan Ibuterhadap Pemberian Makanan PendampingASI di Posyandu Mawar I Desa Karangrejopada tanggal 20 Juni – 4 Juli 2011

Pekerjaan Pemberian Makanan Ibu Pendamping ASI Total

< 6 bulan > 6 bulan

N % N % N %

Tidak bekerja11 34 % 10 31 % 21 65 % Bekerja < 7 jam 1 3 % 0 0 % 1 3 % Bekerja > 7 jam 5 16 % 5 16 % 10 32 %

Total 17 53 % 15 47 % 32 100 %

Uji regresi linier ganda p = 0,992

8

Page 13: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Dari tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besaribu yang memberikan makanan pendamping ASI terlaludini adalah tidak bekerja sebanyak 11 responden (34 %).Setelah dilakukan uji statistik regresi logistik ganda yangdidasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (á d” 0,025)didapatkan p = 0,992 maka Ho diterima dan Ha ditolakyang artinya faktor pekerjaan tidak mempengaruhi perilakuibu dalam pemberian makanan pendamping ASI terlaludini.

Tabel 11 Distribusi Frekuensi Karakteristik RespondenBerdasarkan Pemberian Makanan PendampingASI di Posyandu Mawar I Desa Karangrejo padatanggal

No. Pemberian MP ASI Frekuensi %

1. Pemberian dini 17 53 %(< 6 bulan)

2. Pemberian tepat 15 47 %(> 6 bulan)

Jumlah 32 100 %

Berdasarkan tabel 4.11 didapatkan data lebihdari 50% responden memberikan makananpendamping ASI kurang dari 6 bulan sebanyak 17responden ( 53 % ).

PembahasanBerdasarkan hasil penelitian analisis faktor

yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberianmakanan pendamping ASI terlalu dini di PosyanduMawar I Desa Karangrejo didapatkan bahwa sebagianbesar ibu yang memberikan makanan pendampingASI kurang dari 6 bulan disebabkan pengetahuankurang yaitu 9 responden (28 %) dimana terdapat 18responden tidak mengetahui pengertian makananpendamping ASI dan 23 responden tidak mengetahuipemberian makanan yang tepat sesuai umur bayi.Setelah dilakukan uji statistik regresi logistik gandayang didasarkan taraf kemaknaan (á dˆ 0,025)didapatkan p = 0,020 maka Ho ditolak dan Haditerima yang artinya faktor pengetahuanmempengaruhi pemberian makanan pendamping ASIterlalu dini. Pengetahuan akan menentukan perilakuseseorang. Secara rasional seorang ibu yang memilikipengetahuan tinggi tentu akan berpikir lebih dalambertindak, dia akan memperhatikan akibat yang akanditerima bila dia bertindak sembarangan. Dalammenjaga kesehatan bayinya terutama dalampemberian makanan pendamping ASI yang tepatseorang ibu dituntut memiliki pengetahuan yangtinggi sehingga pemberian makanan pendamping ASIterlalu dini dapat dicegah. Pengetahuan dipengaruhioleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Adapun faktorekstrinsik meliputi pendidikan, pekerjaan, keadaan

bahan yang akan dipelajari. Sedangkan faktor intrinsikmeliputi umur, kemampuan dan kehendak ataukemauan. Dengan meningkatkan danmengoptimalkan faktor intrinsik yang ada dalam diridan faktor ekstrinsik diharapkan pengetahuan ibu akanmeningkat ( Notoatmojo, 2003 ). Ibu yang memberikanmakanan pendamping ASI kurang dari 6 bulanmemiliki pengetahuan kurang. Hal ini dikarenakanibu tersebut tidak paham akan pengertian makananpendamping ASI dan tidak mengerti waktu pemberianmakanan yang tepat. Pengetahuan responden yangkurang dapat disebabkan karena ibu tersebut kurangaktif dalam mencari informasi tentang pemberianmakanan pendamping secara benar.

Faktor pekerjaan, yang mempengaruhi perilakuibu dalam pemberian makanan pendamping ASIterlalu dini di Posyandu Mawar I Desa Karangrejodidapatkan bahwa sebagian besar ibu yangmemberikan makanan pendamping ASI kurang dari6 bulan adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 11responden (34 %). Setelah dilakukan uji statistikregresi logistik ganda yang didasarkan tarafkemaknaan (á dˆ 0,025) didapatkan p = 0,992 makaHo diterima dan Ha ditolak yang artinya faktorpekerjaan tidak mempengaruhi pemberian makananpendamping ASI terlalu dini. Secara teori faktorpekerjaan berhubungan dengan aktivitas ibu setiapharinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Pekerjaan ibu bisa dilakukan di rumah, ditempat kerjabaik yang dekat maupun yang jauh dari rumah. Dalamhal ini lamanya seorang ibu meninggalkan bayinyauntuk bekerja sehari – hari menjadi alasan pemberianmakanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan( Suhardjo, 2003 ). Tidak ada pengaruh antara faktorpekerjaan dengan pemberian makanan pendampingASI terlalu dini. Hal ini disebabkan karena ibumemiliki kebiasaan secara turun – temurun bahwa bayiakan rewel jika hanya diberikan ASI ekskusif selama6 bulan sehingga ibu tersebut memutuskanmemberikan makanan pendamping ASI kurang dari6 bulan. Jadi apabila tidak ada pengaruh antarapekerjaan dengan pemberian makanan pendampingASI terlalu dini perlu dicari faktor lain yangmempengaruhi pemberian makanan pendamping ASIterlalu dini, seperti sosial budaya yang ada padalingkungan setempat.

Demikian pula faktor sosial ekonomi jg tidakmempengaruhi ibu dalam pemberian makananpendamping ASI terlalu dini di Posyandu Mawar IDesa Karangrejo didapatkan bahwa sebagian besar ibuyang memberikan makanan pendamping ASI mulaidari 6 bulan adalah responden yang memiliki sosialekonomi rendah yaitu sebanyak 9 responden (28%).Setelah dilakukan uji statistik regresi logistik ganda

9

Page 14: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

yang didasarkan taraf kemaknaan (á dˆ 0,025)didapatkan p = 0,315 maka Ho diterima dan H1ditolak yang artinya faktor sosial ekonomi tidakmempengaruhi pemberian makanan pendamping ASIterlalu dini. Faktor sosial ekonomi adalah faktor yangberhubungan dengan kondisi keuangan yangmenyebabkan daya beli untuk makanan tambahansemakin besar. Dalam hal pemberian makanantambahan, pendapatan merupakan hal yang pentingkarena semakin baik perekonomian keluarga makadaya beli akan makanan tambahan akan semakinmudah, sebaliknya jika semakin buruk perekonomiankeluarga maka daya beli akan makanan tambahanakan semakin sukar ( Suhardjo, 2003 ). Pemberianmakanan pendamping ASI yang tepat dominan terjadipada responden yang memiliki sosial ekonomirendah. Faktor sosial ekonomi tidak mempengaruhipemberian makanan pendamping ASI dikarenakanpemberian makanan pendamping ASI yang tepatjustru diberikan oleh ibu yang memiliki tingkat sosialekonomi rendah. Hal ini disebabkan ibu tersebutmampu menyediakan makanan pendamping ASIsendiri tanpa harus membeli dari produk pabrikseperti pisang yang dihaluskan. Jadi apabila tidakada pengaruh antara sosial ekonomi denganpemberian makanan pendamping ASI terlalu diniperlu dicari faktor lain yang mempengaruhipemberian makanan pendamping ASI terlalu dini,seperti sosial budaya yang ada pada lingkungansetempat.

Kesimpulan dan SaranDari tiga faktor penelitian hanya faktor

pengetahuan ibu yang mempengaruhi, sedangkanfaktor pekerjaan dan sosial ekonomi tidakmempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian makananpendamping ASI pada bayi umur 6 – 36 bulan diwilayah Posyandu Mawar I desa Karangrejo KabupatenKediri. Ibu diharapkan lebih meningkatkanpengetahuan tentang makanan pendamping ASI sepertiaktif mengikuti penyuluhan di pos pelayanan terpadu,dan mencari informasi dari radio, televisi, dan suratkabar. Posyandu perlu meningkatan frekuensipenyuluhan.

Daftar PustakaKodrat, Laksono. (2010). Dahsyatnya ASI dan Laktasi.

Yogyakarta : Media Baca

Notoatmojo, (2002). Metodologi PenelitianKeperawatan. Jakarta : Rineka Cipta,

Prabantini, Dwi. (2010). A to Z Makanan PendampingASI. Yogyakarta : ANDI

Soraya.(2005). Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini,http://www.bayikita.wordpress.com. diakses9 April 2011

Suhardjo. (2003). Pemberian Makanan Pada BayiDan Anak. Yogyakarta : Kanisius

10

Page 15: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

VARIASI BAHAN MAKANAN CAMPURAN (BMC) DALAM MENINGKA TKANBERAT BADAN BALIT A DENGAN GIZI KURANG

(Suatu Analisis di Desa Karangdayu Baureno Kabupaten Bojonegoro )

VARIATION OF FOOD MIXED (BMC) INCREASE INCHILDREN WITH WEIGHT LESS NUTRITION

(An Analysis of Village Karangdayu Baureno Bojonegoro)

Wiwik U, Rahmawati

Akes Rajekwesi Bojonegoro Prodi Keperawatan

AbstractChild is the next generation the ideals of the nation, that grows and blossoms optimal nutritional needs

must be met. Common problems we face are still malnourished. One of the factors its cause the still low of publicknowledge about maintenance of nutrition toddlers in particular ingredient composite food. Provision of FoodMixture (BMC) is a material containing high carbohydrate and protein as a solution. This feed material comprisesa mixture of soy and rice because of readily available and easily processed as a hawker. Purpose of the study todetermine the weight difference toddler (1-5 years) are given snacks Food Mixture (BMC) and not on malnutritionin the village Karangdayu Baureno Bojonegoro district in 2012.

The study is a quasi-experimental, time series design. Population of all children with malnutrition were26, samples taken by simple random sampling technique with a large sample of 12 respondents treated groupand 12 respondents as a control. Indenpendent variable is the provision of BMC and the dependent variable isweight gain. Test used was a repeated measure ANOVA test statistiuk to determine the effect of BMC on thetreatment and analysis of independent sample t-test to test for differences in body weight between the treatmentand control groups.

On the treatment group there were weight gain in the first and second week after being given the BMC,with an increasing trend over time. Demonstrated a linear relationship with the sig. 0.002, meaning that therelationship of body weight linear BMC, while the control group did not increase.

The conclusion to be given less BMC in infants nutrition, the body weight increased. Weight infantswho were given BMC malnutrition better than those not given the BMC no difference in weight gain before thegiven BMC. Therefore, researchers recommend the parents to make snacks from BMC as snacks that containhigh calories and protein.

Key words: Mixed Food, toddlers, nutrition less.

Abstraks

Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa, supaya tumbuh dan kembangnya optimal harusterpenuhi kebutuhan nutrisinya. Masalah umum yang masih kita hadapi adalah gizi kurang. Salah satu faktorpenyebabnya masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan gizi balita khususnya bahanmakanan campuran. Pemberian Bahan Makanan Campuran (BMC) merupakan bahan yang mengandung tinggikarbohidrat dan protein sebagai satu solusinya. Bahan makan ini terdiri dari campuran antara kedelai dan beraskarena mudah didapat dan mudah diolah sebagai jajanan. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan beratbadan balita (1-5 tahun) yang diberikan jajanan Bahan Makanan Campuran (BMC) dan tidak pada gizi kurangdi desa Karangdayu Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro tahun 2012.

Penelitian ini merupakan eksperimen semu, dengan desain time series. Populasinya semua balita dengangizi kurang sebanyak 26, sampel diambil dengan teknik simple random sampling dengan besar sampel 12responden kelompok perlakuan dan 12 responden sebagai kontrol. Variabel indenpendennya adalah pemberianBMC dan variabel dependennya adalah berat badan. Uji yang digunakan adalah uji statistiuk anova repeatedmeasure untuk mengetahui pengaruh BMC pada kelompok perlakuan dan Analisis independent sample t-testuntuk menguji perbedaan berat badan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

11

Page 16: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Pada kelompok perlakuan terdapat kenaikan berat badan pada minggu pertama dan kedua setelah diberiBMC, dengan tren yang semakin meningkat seiring waktu. Hubungan linear ditunjukkan dengan sig. 0,002,artinya hubungan BMC terhadap berat badan linear, Sedangkan kelompok kontrol tidak mengalami kenaikan.

Kesimpulannya dengan diberikan BMC pada balita Gizi kurang, maka berat badan semakin meningkat.Berat badan balita gizi kurang yang diberi BMC lebih baik daripada yang tidak diberi BMC ada perbedaan beratbadan sebelum diberi BMC. Karena itu peneliti merekomendasikan orang tua untuk membuatkan jajanan dariBMC sebagai jajanan yang mengandung nilai kalori dan protein yang tinggi.

Kata kunci: Bahan Makanan Campuran, balita, Gizi kurang

PendahuluanSalah satu tujuan Pembangunan Nasional

dalam GBHN adalah untuk meningkatkan kualitasmanusia dan masyarakat Indonesia. Salah satu faktorpeningkatan kualitas manusia adalah gizi. Gizimerupakan salah satu faktor yang penting dalammenentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraanmanusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabilaterdapat keseimbangan mental orang tersebut,terdapat kaitan yang sangat erat antara status gizidengan konsumsi makanan (Hananto Wiryo, 2002 :1). Dalam melakukan suatu aktivitas motorik,dibutuhkan ketersediaan energi yang cukup banyakuntuk berdiri, berjalan dan berlari melibatkan suatumekanisme yang mengeluarkan energi yang tinggi,khususnya anak usia 1-5 tahun memerlukan makananyang banyak mengandung energi.

Hasil pemantauan status gizi (PSG) dari 76200balita yang diperiksa berdasarkan BB/U dan BB/TBdi Kabupaten Bojonegoro tahun 2009 sebanyak 817balita (1,07%) dengan gizi buruk, 9197 balita(12,07%) dengan gizi kurang, 64963 balita (1,07%)dengan gizi baik dan 1223 balita (1,60%) dengan gizilebih. Tahun 2010 balita yang ditimbang 73.490 yangmengalami gizi buruk 189 (0,26%) dan BGM 2054(2,79%). Di wilayah Puskesmas Baureno tahun 2009dari 3016 balita sebanyak 16 balita (0,53%) dengangizi buruk, 258 balita (8,55%) gizi kurang, 2721 balita(90,22%) gizi baik dan sebanyak 21 balita (0,70%)dengan gizi lebih. Pada tahun 2010 bayi yangditimbang 5051 yang mengalami gizi buruk 3 anak(0,14%) sedangkan yang BGM 26 balita (1,12%).Diantaranya Desa Karangdayu terdapat 273 balitayang ditimbang terdapat 3 gizi buruk dan 26 gizikurang.

Gizi pada masa bayi dan anak-anak sangatberpengaruh penting untuk pertumbuhan danperkembangannya. Gizi yang kurang pada anakmenyebabkan anak menjadi kurus, pertumbuhannyaterhambat, ini terjadi karena kurang energi protein(KEP) atau zat pembangun dan kurang tenaga darimakanan yang dikonsumsinya. Periode penting dalamtumbuh kembang anak adalah masa balita, karena

masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhidan menentukan perkembangan anak selanjutnya.Pada masa balita ini perkembangan kemampuanberbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosionaldan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakanlandasan perkembangan berikutnya. Perkembanganmoral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentukpada masa ini. Bahkan ada sarjana yang mengatakanbahwa “the child is the father of the man” sehinggatiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun bilatidak terdeteksi apalagi tidak di tangani dengan baikakan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelakdi kemudian hari (Soetjiningsih, 1995 : 30). Banyakpenelitian yang menerangkan tentang pengaruh giziterhadap kecerdasan serta perkembangan motorikkasar. Pada kurang energi protein (KEP) anak menjaditidak aktif, apatis, pasif dan tidak mampuberkonsentrasi, akibatnya anak dalam melakukankegiatan eksplorasi lingkungan fisik disekitarnyahanya mampu sebentar saja dibandingkan dengananak yang gizinya baik, yang mampumelakukannya dalam waktu yang lebih lama (Endah,2008).

Maraknya makanan dan jajanan ringan seperticiki, pentol, tempura dan lain-lain diperdagangkandengan menarik dan rasa yang enak dan lebih gurihsehingga anak lebih menyukainya, dibalik itumakanan tersebut tidak mengandung zat gizi yangdiperlukan untuk pertumbuhan. Jika anak-anakmemakannya dia kurang menyukai makanan pokok.Anak balita dengan usia 1-5 tahun merupakan fasepertumbuhan anak yang memerlukan asupan zat giziyang lebih banyak daripada usia dewasa. Kekuranganasupan gizi pada usia 1-5 tahun akan menimbulkangangguan pertumbuhan jaringan, sehingga rawanterjadinya gizi kurang dan gizi buruk. PemberianBahan Makanan Campuran (BMC) dan edukasipemberian makanan yang benar sesuai umur anakyaitu dengan penyuluhan gizi seimbang merupakansalah satu solusinya(Almatsier Sunita, 2001 : 37).Bahan Makanan Campuran bisa diberikan sebagaiselingan diantara makanan pokok. Bahan makan ini

12

Page 17: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

2. Jarak KelahiranTabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan

Jarak Kelahiran balita di DesaKarangdayu tahun 2012

Jarak Lahir Kelp. Kelpperlakuan kontrol

f % f %

Anak pertama 5 41,7 6 50< 5 tahun 3 33,3 3 255-10 tahun 2 16,7 2 16,7> 10 tahun 2 16,7 1 8,3

Total 12 100 12 100

Dari 12 responden, kebanyakan merupakananak pertama, yaitu sebanyak 5 responden (41,7%).

3. Status ImunisasiTabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status

Imunisasi balita di Desa Karangdayu th. 2012

Imunisasi Kelp perlakuan Kelp control

f % f %

Lengkap 12 100 12 100

Total 12 100 12 100

Seluruh responden (100%) telah mendapatkanimunisasi lengkap.

4. Berat Badan LahirTabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan

Berat Badan Lahir balita di DesaKarangdayu tahun 2012

Berat badan Kelp perlakuan Kelp kontrol

Lahir f % f %

> 2500 gram 12 100 12 100

Total 12 100 12 100

Seluruh responden (100%) mempunyai beratbadan lahir lebih dari 2500 gram.

.5. Umur Ibu

Tabel 5 Karakteristik Responden BerdasarkanUmur Ibu balita di Desa Karangdayu tahun2012

Umur Kelp perlakuan Kelp kontrol

F % F %

< 20 tahun 3 25 1 8,3 21-30 tahun 4 33,3 7 58,3 31-40 tahun 4 33,3 4 33,3 41-50 tahun 1 8,3

Total 12 100 12 100

terdiri dari campuran antara kedelai dan beras karenamudah didapat dan mudah diolah sebagai jajanan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisisperbedaan berat badan balita gizi kurang padakelompok dengan pemberian variasi BMC dankelompok kontrol.

Alat dan Bahan PenelitianRancangan penelitian yang digunakan

eksperimen semu, dengan desain time series, dimanavariabel diukur lebih dari satu kali, dan pengukuranvariabel dilakukan oleh tenaga profesional. populasiadalah semua balita gizi kurang yang berada di DesaKarangdayu Kecamatan Baureno KabupatenBojonegoro sebanyak 26. Populasiny semua balita gizikurang di Desa Karangdayu Baureno KabupatenBojonegoro dengan teknik. simpel random sampling,Terdapat dua kelompok sampel pada penelitian ini,yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol,dimana pengalokasian sampel pada dua kelompoktidak dilakukan secara acak. Pada penelitian inisampel yang kami gunakan sebanyak 12 respondenkelompok perlakukan dan 12 responden kelompokkontrol dengan variabel independen pemberian BMCdan dependennya Berat badan . Data primer yangdigunakan untuk penelitian diperoleh dari hasilpenimbangan untuk mengetahui berat badan. Datasekunder diperoleh dari data Bidan Desa Karangdayudan KMS/Buku KIA untuk mengetahui umur Balita.Teknik analisis data hasil penelitian dilakukan dengandeskriptif disajikan dalam bentuk tabulasi distribusifrekuensi. Dilanjutkan analisis secara analitik denganstatistik uji anova repeated measure untukmenganalisis pengaruh BMC pada kelompokperlakuan, dan dengan menggunakan uji independentsample t-test untuk menguji perbedaan berat badanantara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Hasil Penelitian dan Pembahasan1. Umur Responen

Tabel 1 Karakteristik Responden BerdasarkanUmur balita di Desa Karangdayu tahun2012

Umur Kelp perlakuan Kelp kontrol

F % F %

12-24 bulan 3 25 6 50 25-36 bulan 4 33,3 1 8,3 37-48 bulan 3 25 4 33,3 49-60 bulan 2 16,7 1 8,3

Total 12 100 12 100

Dari 12 responden, kebanyakan respondenberusia 25-36 bulan, yaitu sebanyak 4 responden(33,3%).

13

Page 18: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Dari 12 ibu responden, umur ibu didominasiumur 21-30 tahun sebanyak 4 orang (33,3%) dan usia31-40 tahun sebanyak 4 orang (33,3%).

6. Pendidikan IbuTabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan

Pendidikan Ibu balita di Desa KarangdayuTahun 2012

Pendidikan Kelp perlakuan Kelp kontrol

f % f %

SD 4 33,3 2 16,7 SMP 6 50 7 58,3 SMA 1 8,3 3 25 PT 1 8,3

Total 12 100 12 100

Dari 12 ibu responden, setengahnyaberpendidikan SMP yaitu 6 orang (50%).

7. Pekerjaan IbuTabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan

Pekerjaan Ibu balita di Desa Karangdayutahun 2012

Pekerjaan Kelp perlakuan Kelp control

f % f %

Petani 1 8,3 3 25 IRT 10 83,3 8 66,7 Buruh 1 8,3 1 8,3

Total 12 100 12 100

Sebagian besar pekerjaan ibu adalahsebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 10 orang(83,3%).

8. Penghasilan IbuTabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan

Penghasilan Ibu balita di DesaKarangdayu tahun 2012

Penghasilan Kelp perlakuan Kelp control

f % f %

Di atas UMR 1 8,3 1 8,3 Di bawah UMR 1 8,3 3 25 Tidak berpenghasilan 10 83,3 8 66,7

Total 12 100 12 100

Sebagian besar ibu tidak berpenghasilan, yaitusebanyak 10 orang (83,3%)

9. Pengetahuan Ibu tentang Gizi BalitaTabel 9 Karakteristik Responden Berdasarkan

Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita diDesa Karangdayu tahun 2012

PengetahuanKelp perlakuan Kelp kontrol

f % f %

Baik 0 0 0 0 Cukup 10 83,3 7 58,3 Kurang 2 8,3 5 41,7

Total 12 100 12 100

Sebagian besar pengetahuan ibu tentang gizibalita dalam kategori cukup, yaitu sebanyak 10 orang(83,3%).

Gambaran Berat Badan Balita pada KelompokPerlakuan

Gambar 1 Gambaran Berat Badan Balita padaKelompok Perlakuan Sebelum diberiBMC, Minggu I dan Minggu II Setelahdiberi BMC Balita di Desa KarangdayuKabupaten Bojonegoro Tahun 2012

Gambar 1 menunjukkan series 1 adalah beratbadan sebelum diberi BMC, series 2 adalah berat badanminggu pertama setelah diberi BMC, dan series 3 adalahberat badan minggu kedua setelah diberi BMC.Berdasarkan gambar tersebut, meskipun tidakmenonjol, tetapi dapat dilihat terjadinya kenaikan beratbadan pada minggu pertama dan kedua setelah diberiBMC, dengan tren yang semakin meningkat seiringwaktu.

14

Page 19: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Gambaran Berat Badan Balita Pada KelompokKontr ol

Gambar 2 Gambaran Berat Badan Balita padaPengukuran I, Minggu II dan MingguIII Balita Kelompok Kontrol di DesaKarangdayu Kabupaten BojonegoroTahun 2012

Gambar 2 menunjukkan series 1 adalah beratbadan pengukuran pertama, series 2 adalah beratbadan minggu kedua, dan series 3 adalah beratbadan minggu ketiga. Berdasarkan gambar tersebut,dapat dilihat bahwa berat badan balita bervariasi.Gambar tersebut menunjukkan adanya peningkatanberat badan, berat badan tetap dan adanyapenurunan berat badan dari awal pengukuran.meskipun t idak menonjol, tetapi tren yangditunjukkan, menggambarkan berat badan menurunseiring waktu.

Gambaran Perbandingan Berat Badan BalitaKelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Gambar 3 Gambaran Perbandingan Berat BadanBalita pada Kelompok Perlakuan danKelompok Kontrol pada PengukuranAwal dan Pengukuran Akhir.

Gambar 3 menunjukkan series 1 adalahpengukuran berat badan pada kelompok perlakuansebelum diberi BMC, disaat yang sama kelompokkontrol juga diukur berat badannya yang ditunjukkanpada series 3. Series 2 adalah berat badan kelompokperlakuan setelah dua minggu diberi BMC, di saatyang sama kelompok kontrol juga diukur beratbadannya yang ditunjukkan pada series 4. Pada gambartersebut tampak jelas bahwa pada kelompok perlakuan,tren berat badan cenderung terus meningkat,sedangkan pada kelompok kontrol tren berat badancenderung tetap dan menurun.

PembahasanKebanyakan responden berusia 25-36 bulan.

Pada masa balita, kekebalan tubuh juga rendah,sehingga mudah terserang infeksi. Dalam masa ini,apabila tidak mendapatkan perhatian khusus akanmudah terjadi masalah gizi kurang. Usia todler dimanapada usia ini anak perlu energi banyak untukmelakukan aktivitas motorik yang sangat banyak Jikazat energi tidak terpenuhi maka badan menjadi kurussehingga sangat rentan terhadap penyakit gizi.

Perubahan berat badan kelompok perlakuandapat ditunjukkan pada grafik tersebut menunjukkansuatu pola dari kenaikan berat badan. Berdasarkangrafik tersebut, meskipun tidak menonjol, tetapi dapatdilihat terjadinya kenaikan berat badan pada minggupertama dan kedua setelah diberi BMC, dengan trenyang semakin meningkat seiring waktu. Berdasarkanuji Anava Repeated Measure, didapatkan hasil nilaisphericity Assumed sig. 0.001. Nilai tersebut lebih kecildari á (5%), sehingga Ho ditolak. Kesimpulannya adaperbedaan berat badan sebelum diberi BMC, minggupertama dan minggu kedua setelah diberi BMC.Hubungan linear ditunjukkan dengan sig. 0,002, artinyahubungan BMC terhadap berat badan linear, semakinlama diberikan BMC, maka berat badan semakinmeningkat. Pada kelompok perlakuan, terbukti BMCdapat meningkatkan berat badan. Berat badanmerupakan ukuran antropometri yang paling seringdigunakan. Berat badan menggambarkan jumlah dariprotein, lemak, air dan mineral pada tulang (Supariasa,2002). Berat badan merupakan salah satu parameteryang memberikan gambaran masa tubuh. Dalamkeadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dankeseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat giziterjamin, maka berat badan berkembang mengikutipertambahan umur (Wirjatmadi dan Adriani, 2006).Bahan Makanan Campuran (BMC) merupakanmakanan yang terbuat dari bahan kacang-kacangan dantepung beras yang diformulasikan sehingga memenuhikecukupan nilai kalori dan gizi (LIPI,2011). Kedelai(kadang-kadang ditambah “kacang” di depan namanya)

15

Page 20: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

merupakan sumber utama protein nabati dan minyaknabati dunia. Jumlah kalori yang dihasilkan 5,65 kkal.Manfaat kedelai sebagai meningkatkan metabolismetubuh, menguatkan sistem imun. Protein yangterkandung dalam kedelai adalah asam amino argirindan glisin kedua asam amino ini merupakan komponenpenyusun hormon insulin dan glikogen yang disekresioleh kelenjar pankreas sehingga semakin tinggi asupanprotein dari kedelai sekresi insulin dan glikogen kedalam jaringan tubuh semakin meningkat sehinggamenekan kadar glukosa saraf dan diubah menjadienergi (Ahira A, 2010) . Beras merupakan bahanmakanan yang kandungan terbesarnya adalahkarbohidrat, serat yang terdapat pada tepung berascocok untuk memenuni kebutuhan energi bagi anak-anak. Manfaat beras seratnya mempu menyerap airsehingga bisa lebih lama dalam lambung. Serat berasjuga mampu mengikat sisa metabolisme dalampencernaan. Keistimewaan beras karena mengandunngnilai gizi yang tinggi sehingga mampu memeliharastamina kesehatan tubuh (Artikel Indonesia ).Kandungan kalori beras 4,10 kkal (Arisman, 2007).

Dari penjelasan tersebut dapat dipahamibahwa bahan makanan campuran sangat baik untukmeningkatkan berat badan balita dengan gizi kurang,karena selain mendapatkan asupan makanan darirumah tangga, BMC merupakan bahan makanantambahan yang bisa diberikan sebagai selingandiantara dua waktu makan, sehingga merupakankomposisi yang bagus untuk menambah nilai gizi bagitubuh balita. Selain itu, kandungan dasar beras yangmengandung serat yang bisa menyerap air sehinggabisa lebih lama dalam lambung juga menimbulkanrasa kenyang padaa balita sehingga mengurangikeinginan balita untuk jajan makanan dengankandungan gizi yang tidak jelas, sehingga polakonsumsi makanan lebih bernutrisi.

Berdasarkan uji Anava Repeated Measure,didapatkan hasil nilai sphericity Assumed sig. 0.001.Nilai tersebut lebih kecil dari á (5%), sehingga Hoditolak. Kesimpulannya ada perbedaan berat badansebelum diberi BMC, minggu pertama dan minggukedua setelah diberi BMC. Hubungan linearditunjukkan dengan sig. 0,002, artinya hubunganBMC terhadap berat badan linear, semakin lamadiberikan BMC, maka berat badan semakinmeningkat.

Berdasarkan uji Anava Repeated Measure,didapatkan hasil nilai Greenhouse-Geisser sig. 0.063dan nilai Huynh-Feldt sig. 0.061. Nilai tersebut lebihbesar dari á (5%), sehingga Ho diterima.Kesimpulannya tidak ada perbedaan berat badan padapengukuran awal, pengukuran minggu kedua danpengukuran akhir.

Berdasarkan uji Independet Sample T-Test, ujihomogenitas Levene’s Test menunjukkan sig. 0.565.Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada keduakelompok menunjukkan variasi yang homogen. T-Testmenunjukkan sig. 0.006, nilai ini lebih kecil dari á(5%) sehingga Ho ditolak, sehingga hal inimenunjukkan ada perbedaan berat badan antarakelompok perlakuan dengan kelompok kontrol,dengan nilai mean yang ditunjukkan pada kelompokperlakuan 10.744 dan kelompok kontrol 9.7808. Halini menggambarkan bahwa berat badan balita gizikurang yang diberi BMC lebih baik daripada yangtidak diberi BMC.

Kesimpulan dan SaranSemakin lama diberikan BMC, maka berat

badan balita semakin meningkat sedangkan kelompokkontrol tidak mengalami peningkatan beratbadan.Berat badan balita gizi kurang yang diberi BMClebih baik daripada yang tidak diberi BMC. Hendaknyaibu membuatkan jajanan BMC sebagai jajanan yangmengandung nilai kalori dan protein yang tinggi. Sertamembuat variasi jajanan

KepustakaanAlmatsier,S (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Cetakan

ke- 4, Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Arisman, MB. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan.EGC. Jakarta.

Endah, 2008. Aspek Perkembangan Motorik DanKetergantungan Dengan Aspek FisikDan Intelektual Anak. http://parentingislami.woedpress.com/ 2008/03/03.diakses 25/05/2010.

Riskesdas, (2007). Laporan Nasional, Jakarta: DirjenPembinaan Kesehatan Masyarakat,Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Sukirman, (2001). Perlu Paradigma Baru UntukMenanggulangi Masalah Gizi Makro DiIndonesia. Bogor.

Wirjatmadi, B. dan Adriani, M., (2006). PenilaianStatus Gizi, Surabaya: FakultasKesehatan Masyarakat UNAIRSurabaya.

.Yasheive.2012. Imunisasi Dasar. www.http/

scribd.com/doc/32379202. Diakses 22Maret 2012

16

Page 21: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN PENCAP AIAN TARGET PERSALINAN MAHASISW APRODI DIII KEBIDANAN AKADEMI KESEHA TAN RAJEKWESI

BOJONEGORO TAHUN 2011

TARGET BEHAVIOR RELATIONSHIP WITH LABOR STUDENT ACHIEVEMENT DIIIMIDWIFER Y PROGRAM ACADEMY OF HEALTH RAJEKWESI BOJONEGORO 2011

OlehFidrotin Azizah

Prodi III keperawatan Akes Rajekwesi Bojonegoro

ABSTRACTOne of the competencies to be achieved by the Academy of Health Rajekwesi midwifery students are

labor target achievement of at least 35 times, while the factors that can support the success of the clinicalpractice of obstetrics assessed on the achievement of delivery targets to be met during the educational processin akes Rajekwesi Bojonegoro DIII Midwifery Program, but not all students can achieve the target of 100% infinal delivery, based on the recapitulation of the final childbirth education targets in 2010 that students couldachieve less than 80% of the total number of student. In effort to determine the relationship of behavior withstudent achievement of delivery targets the DIII Midwifery Program researchers conducted a study conductedin August-September 2011 at the Academy of Health Rajekwesi Bojonegoro.

This type of observational study design with analytical, and Cros-sectional approach, the inferentialstatistical analysis techniques with a significant level of 5% and the level of confidence (95% confidence level).Linear regression analysis techniques using simplified based on the functional or causal relationships betweenthe independent variables with one dependent variable.

The results showed any increase in the behavior score will give an increase of 0.610 achievement ofdelivery targets, Ho is rejected.

The conclusion of good behavior can accelerate student achievement of the target labor Prodi DIIIMidwifery Bojonegoro Rajekwesi Health Academy 2011. Respondents should be more disciplined in recording.

Keywords: Behavior, Labor student target

ABSTRAKSSalah satu kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa kebidanan Akademi Kesehatan Rajekwesi

adalah percapaian target persalinan sebanyak minimal 35 kali, sedangkan faktor yang dapat mendukungkeberhasilan praktek klinik kebidanan dinilai pada pencapaian target persalinan yang harus dipenuhi selamaproses pendidikan di Akes Rajekwesi Bojonegoro Prodi DIII Kebidanan, namun tidak semua mahasiswa bisamencapai target persalinan 100% disemester akhir ,berdasarkan hasil rekapitulasi pendidikan target persalinandisemeter akhir pada tahun 2010 yang bisa dicapai mahasiswa kurang dari 80% dari total jumlah mahasiswa.Dalamupaya mengetahui hubungan perilaku dengan pencapaian target persalinan mahasiswa Prodi DIII Kebidananmaka peneliti melakukan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Agustus- September 2011 di AkademiKesehatan Rajekwesi Bojonegoro.

Jenis penelitian ini observasional dengan desain analitik, serta pendekatan Cros sectional, dengananalisa tehnik statistik inferensial dengan taraf signifikan 5% dan taraf kepercayaan (confidence level sebesar95%). Tehnik analisis menggunakan Regresi linier disederhanakan didasarkan pada hubungan fungsional ataupunkausal antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen.

Hasil penelitian menunjukkan setiap kenaikan satu skor perilaku akan memberikan peningkatanpencapaian target persalinan sebesar 0,610, Ho ditolak.

Kesimpulannya perilaku baik bisa mempercepat pencapaian target persalinan mahasiswa Prodi DIIIKebidanan Akademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro 2011. Hendaknya responden lebih disiplin dalampencatatan.

Kata kunci : Perilaku, Target persalinan mahasiswa

17

Page 22: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Pendahuluan Pendidikan kesehatan sebagai bagian integral

dari pembangunan kesehatan secara Nasionalmerupakan salah satu elemen penting dalammewujudkan Indonesia sehat 2010. sesuai dengan tugasfungsinya pendidikan kesehatan mempunyai misiantara lain mutu lulusan,mutu institusi danmeningkatkan kemitraan serta kemandirian institusidalam melaksanakan pendidikan Kesehatan.

Pendidikan Kebidanan bertujuan untukmenghasilkan bidan profesional. Proses pendidikanterdiri dari tahap pembelajaran dikelas danpembelajaran dilapangan (klinik) untuk dapatmenyiapkan lulusan yang mampu memberikanpelayanan kebidanan berdasarkan ilmu dan tekhnologikebidanan.

Akademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoromenggunakan kurikulum Departemen Kesehatan RI2002 dimana mahasiswa menyelesaikan 110 SKS yangterdiri 45,5% teori dan 55,5% praktikum dan klinik(Anonim 2006) salah satu kompetensi yang harusdicapai oleh mahasiswa kebidanan Akademi KesehatanRajekwesi adalah percapaian target persalinansebanyak minimal 35 kali . Salah satu faktor yang dapatmendukung keberhasilan praktek klinik kebidanandinilai pada pencapaian target persalian yang harusdipenuhi selama proses pendidikan di Akes RajekwesiBojonegoro Prodi DIII Kebidanan sebanyak 35 kalipertolongan persalinan , namun tidak semuamahasiswa bisa mencapai target persalinan 100%disemester akhir , kondisi demikian banyak hal yangbisa mempengaruhi karena dalam keberhasilan prosesbelajar memerlukan empat faktor penunjang antara lainfaktor dari luar meliputi faktor lingkungan, faktorinstrumental, faktor fisiologis dan psikologis(Djamarah 2004) faktor psikologis merupakan faktordari dalam yang merupakan hal utama dalamkeberhasilan belajar salah satunya adalah perilaku,perilaku manusia pada hakikatnya adalah prosesinteraksi individu dengan lingkungannya sebagaimanifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup(Pusdiknas,Depkes RI,1990)

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku yangbisa berdampak pada keberhasilan seseorang yangmeliputi disiplin, minat dan komunikasi. Dengankemampuan ini maka mahasiswa akan mampu untukmengenal siapa dirinya, mengendalikan dirinya,memotivasi dirinya, berempati terhadap lingkungansekitarnya dan memiliki keterampilan social yang akanmeningkatan pencapaian target persalianan karenaadanya proses belajar yang didasari oleh kesadaranmahasiswa itu sendiri dan itu tergantung dari disiplin,minat dan bagaimana mahasiswa berinteraksi.

Metode penelitianDesain penelitian dalam penelitian ini adalah

observasional dengan metode analitik menggunkanpendekatan cross sectional. Penelitian ini menggalivariabel perilaku mahasiswa D III Kebidanan danvariabel pencapaian target persalinan denganmelakukan pengukuran, pengamatan pada saatbersamaan. Populasi penelitian ini adalah mahasiswaAkademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro Prodi DIIIKebidanan semester VI sejumlah 140 mahasiswadengan sampel sebanyak 30 mahasiswa. Pengambilansampel dengan teknik sampel probability samplingcara simple random sampling .Variabel independennyaperilaku mahasiswa sedangkan variabel dependennyapencapaian target persalinan. Pengumpulan datadengan menggunakan kuesioner close endedquetion.Kuesioner digunakan untuk menj aring datavariabel terikat (x) sedangkan variabel terikat (Y)menggunakan data observasi data rekapitulasi targetpersalinan. Analisa data yang digunakan dalampenelitian ini adalah tehnik statistik inferensialdengan taraf signifikan 5% dan taraf kepercayaan(confidence level sebesar 95%). Regresi linierdisederhanakan didasarkan pada hubungan fungsionalataupun kausal antara satu variabel independendengan satu variabel dependen

Hasil penelitianKarakteristik responden menurut variabel – variabelpenelitianTabel 1 Distribusi Perilaku Mahasiswa Prodi DIII

Kebidanan di Akademi KesehatanRajekwesi Bojonegoro Tahun 2011.

No. Perilaku (Disiplin,minat, Jumlah Prosentase komunikasi)

1. Sangat baik 13 mahasiswa 43,4% 2. Baik 4 mahasiswa 13,3% 3. Cukup baik 9 mahasiswa 30% 4. Kurang baik 4 mahasiswa 13,3%

Total 30 mahasiswa 100%

Tabel 2 Distribusi pencapaian target pesalinanmahasiswa prodi DIII Kebidanan AkademiKesehatan Rajekwesi Bojonegoro

No. Pencapaian target Jumlah Prosentase

1. Tercapai 16 mahasiswa 55% 2. Tidak tercapai 14 mahasiswa 45%

Total 30 mahasiswa 100%

Hasil analisis hubungan antara perilakumahasiswa dengan pencapaian target persalinan

18

Page 23: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Tabel 3 Nilai rata – rata perilaku mahasiswa denganpencapaian target persalinan mahasiswaProdi DIII Kebidanan Akadem KesehatanRajekwesi Bojonegoro 2011.

Variabel Indikator Nilai

Rata-rata Terbesar Terkecil 1. Perilaku

Mahasiswa 1. Disiplin2. Minat3. Komunikasi 13,73 18 8

2. PencapaianTarget target persalinan persalinan 33,60 46 22

Dari ketiga indikator perilaku mahasiswa biladilihat dari nilai rata-rata 13,73 dengan nilaiterkcil 8 dan nilai terbesar 18 memperlihatkanbahwa rata-rata skor perilaku mahasiswa adalahcukup karena kisaran nilai rata-rata dibawah nilaiterbesar dan diatas nilai terkecil. Bila dilihat daritotal skor pencapaian target persalinan denganrata- rata 33,60 dengan nilai terkecil 22 dan nilaiterbesar 46, hal ini berarti kondisi pencapaiantarget persalinan secara keseluruhan juga dalamkategori cukup. Nilai regresi antara perilakumahasiswa dengan pencapaian terget persalinanmenghasilkan persamaan regresi seperti : Y=1,596+ 0,610X..........................(1)Dari persamaan (1) tersebut dapat ditemukanbahwa setiap kenaikan satu skor perilakumahasiswa akan memberikan peningkatanpencapaian target persalinan kurang sebesar0,610. hubungan tabel perilaku mahasiswakurang dapat dilihat dari nilai thitung=14,800yang lebih besar dari t0,05=2,048 yang berartibahwa perilaku mahasiswa mempunyaihubungan yang signifikan dengan pencapaiantarget persalinan. Untuk pengujian lebih lanjutpengujian hipotesis perilaku mahasiswa dapatdilihat dari hasil analisis ragam regresi sepertiterlihat pada tabel 5. Analisis Ragam Regresi

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F0,05 Variasi bebas Kuadrat Tengah

Regresi 1 992,351 992,351 219,046 420

Galat 28 126,849 4,530

Total 29 1119,200

Dari tabel 4.5 tersebut nilai F hitung 219.046yang lebih besar dari F0,05 yaitu 4,20 yang berartibahwa variabel bebas yaitu perilaku mahasiswa

mempunyai hubungan secara signifikan terhadapkondisi pencapaian target persalinan. Untukmengetahui seberapa besar pengaruh perilakumahasiswa terhadap pencapian target persalinandapat dilihat dari nilai R Square (koefisiendeterminasi). Dari tabel diketahui bahwa nilai Rsquare = 0,887 hal ini berarti bahwa hubunganperilaku mahasiswa terhadap pencapaian targetperalinan adalah sebesar 88,7% sedangkan 1,3%dipengaruhi oleh faktor lain.

PembahasanBila dilihat dari total skor pencapaian target

persalinan dengan rata- rata 33,60 dengan nilai terkecil22 dan nilai terbesar 46, hal ini berarti kondisipencapaian target persalinan secara keseluruhan jugadalam kategori cukup. Sedangkan bila dilihatdidapatkan hasil nilai Fhitung 219.046 yang lebih besardari F0,05 yaitu 4,20 yang berarti bahwa variabel bebasyaitu perilaku mahasiswa mempunyai hubungan secarasignifikan terhadap kondisi pencapaian targetpersalinan.

Secara teori banyak faktor yang mempengaruhikeberhasilan mahasiswa dalam belajar baik teorimaupun praktek keberhasilan proses belajarmemerlukan empat faktor penunjang antara lain faktordari luar meliputi faktor lingkungan, faktorinstrumental, faktor fisiologis dan psikologis (Djamarah2004).

Faktor psikologis merupakan faktor dari dalamyang merupakan hal utama dalam keberhasilan belajarsalah satunya adalah perilaku yang meliputikedisiplinan,minat,motivasi dan komunikasi(Djamarah2004) perilaku manusia pada hakikatnya adalah prosesinteraksi individu dengan lingkungannya sebagaimanifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup(Pusdiknas,Depkes RI,1990). Dengan kemampuan inimaka mahasiswa akan mampu untuk mengenal siapadirinya, mengendalikan dirinya, memotivasi dirinya,berempati terhadap lingkungan sekitarnya dan memilikiketerampilan social yang akan meningkatan pencapaiantarget persalianan karena adanya proses belajar yangdidasari oleh kesadaran mahasiswa itu sendiri dan itutergantung dari disiplin, minat dan bagaimanamahasiswa berinteraksi. Hal ini dibuktikan dengan nilaithitung yang lebih besar dari pada ttabel dan nilaiFhitung yang lebih dari Ftabel.hubungan perilakudengan pencapaian target persalinan ini juga dibuktikandengan nilai regresi yang dibentuk persamaan padapersamaan 1. Dari persamaan (1) tersebut dapatdikemukakan bahwa setiap kenaikan satu skor perilakuakan memberikan peningkatan pencapaian targetpersalinan sebesar 0,610. dari sini terbukti bahwa ada

19

Page 24: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

hubungan antara perilaku dengan pencapaian targetpersalinan mahasiswa Prodi DIII Kebidanan AkademiKesehatan Rajekwesi Bojonegoro, sesuai dengan teoriyang ada.

KesimpulanPerilaku mahasiswa berhubungan secara

signifikan terhadap pencapaian target persalinan.Semakin disiplin dan sigap perilaku dalam berusahamaka mahasiswa semakin banyak targetpersalinannya.

KepustakaanLiza. 2009. Prestasi Belajar. http : // www.box.net,diakses pada tanggal 02

September 2009

________. (2003). Konsep dan Penerapan MetodologiPenelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika

Machfoedz Ircam. (2006).Metodologi

Penelitian.Fitramaya: Yogyakarta

20

Page 25: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

HUBUNGAN STRES MENGHADAPI UJIAN PRAKTIK RUMAH SAKIT DENGANTERJADINY A PSIKOSOMATIK PADA MAHASISWA SEMESTER IV PRODI

KEPERAWATAN RAJEKWESI BOJONEGORO 2011

RELATIONS PRACTICE EXAM STRESS DEALING WITH HOSPITALS ON STUDENTS OFSEMESTER IV PSYCHOSOMATIC NURSING PROGRAM OF RAJEKWESI BOJONEGORO 2011

Sri Mulyani, Siti Nurul Sya’diyahProdi Keperawatan Akes Rajekwesi Bojonegoro

ABSTRACTStress happened especially organ area (physical stress or somatic) like other disease and infection which

move mechanism adjustment of somatic so that returning its balance. Trouble of Psychosomatic can happenmoments a which facing a problem like student to face test, Because that students are claimed to learn diligentlyand get good value. Target of this research analyses relation of stress face hospital practice test with the happeningof psychosomatic at semester student of IV Nursing Program of Rajekwesi Bojonegoro.

Design of this research is analytic with approach by sectional cross, its population is all student ofsemester IV Nursing Program of Rajekwesi Bojonegoro year 2011 then conducted by election of sample withaccidental sampling and obtained 102 responder. Data collecting with questionery then conducted by editing,coding, and scoring of tabulating and also analyses data with table cross.

Result of research show less than a half of responder stress counted 48 responder (47,06%) and more thana half of responder happened psychosomatic counted 60 responder (58,82%).

There is relation which is significant between level of stress in face of test of hospital practice test with thehappening of psychosomatic at student of semester IV Nursing Program Of Rajekwesi Bojonegoro. So that toprevent the happening of stress to be psychosomatic hence previous student previously have to give guidanceabout managing stress truly in order not to happened psychosomatic and draw up test and also everythingbetter.

Key Words : Stress, Psychosomatic, Hospital Practice Test

ABSTRAKSStres terjadi terutama pada bidang bagian badan (stres fisik atau somatik) seperti infeksi dan penyakit lain

yang menggerakkan mekanisme penyesuaian somatik agar mengembalikan keseimbangannya. Gangguanpsikosomatik dapat terjadi saat-saat seorang yang sedang menghadapi suatu masalah seperti mahasiswa yangakan menghadapi ujian, Karena mahasiswa itu dituntut belajar dengan rajin dan menghasilkan nilai yang baik.Tujuan penelitian ini menganalisa hubungan stres menghadapi ujian praktik rumah sakit dengan terjadinyapsikosomatik pada mahasiswa semester IV Prodi Keperawatan Rajekwesi Bojonegoro.

Desain penelitian penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional, populasinya adalahseluruh mahasiswa semester IV Prodi Keperawatan Rajekwesi Bojonegoro tahun 2011 kemudian dilakukanpemilihan sampel dengan accidental sampling dan diperoleh 102 responden. Pengumpulan data dengan kuesionerkemudian dilakukan editing, coding, scoring dan tabulating serta analisa data dengan cross table.

Hasil penelitian menunjukkan kurang dari sebagian responden mengalami stress sedang sebanyak 48responden (47,06%) dan lebih dari sebagian responden terjadi psikosomatik sebanyak 60 responden (58,82%).

Ada hubungan yang siginifikan antara tingkat stress dalam menghadapi ujian praktik rumah sakit denganterjadinya psikosomatik pada mahasiswa semester IV Prodi Keperawatan Rajekwesi Bojonegoro. Sehingga untukmencegah terjadinya stres dan psikosomatis maka mahasiswa sebelumnya sebelumnya harus diberi pengarahantentang mengelola stres dengan benar agar tidak terjadi psikosomatik dan mempersiapkan ujian serta segalasesuatunya dengan baik.

Kata kunci : Stres, Psikosomatik, Ujian Praktik Rumah Sakit

PendahuluanStres menurut Prof. Will F. Maramis seorang

psikologi ternama merupakan tuntutan penyesuaian diridan sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita, bila

kita tidak dapat mengatasinya dengan baik, maka akanterus muncul gangguan badan ataupun gangguan jiwa.Stres terjadi terutama pada bidang bagian badan (stres

21

Page 26: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

fisik atau somatik) seperti infeksi dan penyakit lainyang menggerakkan mekanisme penyesuaian somatikagar mengembalikan keseimbangannya. Gangguanpsikosomatik dapat terjadi saat-saat seorang yangsedang menghadapi suatu masalah seperti mahasiswayang akan menghadapi ujian, Sehingga membuatmahasiswa itu untuk dituntut belajar dengan rajindan menghasilkan nilai yang baik, Itu menjadi suatutuntutan dan penekanan sehingga dapat terjadigangguan psikosomatik. Setiap individu memilihpemicu stress yang berbeda-beda, stress padamahasiswa mungkin lebih berfokus pada masalahakademik. Seperti pada saat menghadapi ujianmahasiswa harus mengulang atau HER dalam ujianhal-hal seperti itu yang membuat mahasiswa harusbanyak belajar. Tidak boleh sering keluar. Menjagakesehatan dan waktu-waktu untuk bermain samateman akan berkurang sebab harus difokuskan ketanggung jawabnya yaitu sebagai mahasiswa yangsedang menghadapi suatu ujian dan orang tua ataudosen menuntut harus mendapatkan nilai yang bagusagar tidak mengulang atau HER kembali(Girdano,2005). kenyataannya masih banyak mahasiswa yangmengalami psikosomatik karena stress yang dialamisaat menjelang ujian karena sebagian mahasiswa adayang belum memahami sepenuhnya materi ujiantersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan Lazarus danFolkman dalam Anselman (2009) menunjukkanbahwa sumber stress pada mahasiswa yang lebihbesar merupakan sumber eksternal yaitu faktor dosenpembimbing (16,88%) dan faktor kesulitanmendapatkan sumber pustaka (16,88%). Padaumumnya tidak ada gejala stres yang sangatmenonjol. Namun ada beberapa gejala stres yangsignifikan seperti gejala kognitif (29%) berupakesulitan berkonsentrasi dan mudah lupa, gejalabehavioral (16%) seperti membentuk orang lain,gejala mental (18%) seperti menyalahkan diri, cepatmarah, tidak tenang, mimpi buruk, dan lain-lain,gejala fisik (19%) seperti sakit kepala, sakit nafas,diare, gatal-gatal, dan lain-lain. Dari survey awalyang dilakukan dengan wawancara kepada 10mahasiswa didapatkan 5 mahasiswa mengalamistress psikosomatik.

Daya tahan stress atau nilai ambangfrustasi(stress / frustacion tolerance “ FrustatieDrempel”) pada setiap orang berbeda-beda. Hal initergantung pada keadaan somatopsiko-sosial orangitu. Ada orang yang peka terhadap stress tertentuyang dinamakan stress spesifik, karena pengalamandahulu yang menyakitkan tidak dapat diatasinyadengan baik. Seandainya seorang mahasiswa yangmendapat nilai ujian kurang bagus sehingga

mahasiswa harus mengulang kembali pada akhirnyamahasiswa masih mendapatkan nilai HER ujian yangmasih kurang memenuhi standart atau kurang bagus.Bila suatu organisme mengalami stress maka segeraakan ada usaha untuk mengatasinya. Hal ini dikenalsebagai homeostasis yaitu organisme yang dengan caraterus menerus mempertahankan keadaankeseimbangan dalam batas tertentu supaya dapat hidupterus.

Bila terjadi suatu konflik, maka timbullah gejala-gejala holistik pada manusia. Bila hal ini berlangsungsedikit lama dan berlebihan maka terjadilah neurosa,yaitu gejala-gejalanya sebagian besar terletak padabidang kejiwaan, seperti neurosa cemas,neurosahisterik, neurosafobik, neurosaobsesif,kompresif dan neurosa depresi.Akan tetapi disampingkomponen psikologik ini hampir selain terjadi jugagangguan fungsi bagian badankarena tubuh manusiabersifat danbereaksi secara holistik.Sering terjadiperkembangan neurotik yang memperlihatkan gejala-gejala yang sebagian besar atau semata-mata karenagangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai olehsusunan saraf vegetatif. Perkembangan neurotikinilahyang disebut gangguan psikosomatik ataupsikofisiologik.Bila gangguan itu terjadi pada alatsomato-motorik atau somato-sensorik maka dinamakanreaksi konversi dan termasuk dalam bagianneurosahisterik.

Jika terjadi stress sampai menjadipsikosomatik maka penderita tersebut harus pergi kepsikiater, istirahat, dan melupakan stress atau bebansementara agar badan tidak menjadi sakit, kemudiandiperiksakan ke dokter agar mengetahui diagnosa yangtepat. Dengan kesabaran dan simpati sudah banyakpenderita dengan gangguan psikosomatik yangditolong (W.F. Maramis, 1998).Dengan kesabaran dansimpati sudah banyak penderita dengan gangguanpsikosometik yang ditolong.saat ini tidak jarang doktermelemahkan situasi terapeutik dengan mengatakansuatu diagnose sembarang saja. Bila seorang gagaldalam suatu usaha, maka mungkin ia akan melakukanlangkah-langkah yaitu: 1) Mempelajari danmenentukan persoalan, 2) Menyusun alternatifpenyelesaian, 3) Menentukan tindakan yangmempunyai kemungkinan paling besar akan berhasildengan akibat yang paling menguntungkan, 4)Bertindak, dan 5) Menilai hasil tindakan supaya dapatdiambil langkah yang lain bila kurang memuaskan atauada kesalahan (Maramis, 1998). Bila mahasiswa sudahmengalami hal seperti itu maka mahasiswa harus pergike dosen, pembimbing konseling, teman atau sahabatdan orang untuk mengungkapkan permasalahannyadan untuk memecahkan masalah tersebut juga harusberibadah agar lebih tenang.

22

Page 27: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan desain penelitian

“analitik korelasional” yang merupakan penelitianyang mengkaji hubungan antara variabel dengan caramencari, menjelaskan suatu hubungan,memperkirakan dan menguji berdasarkan teori yangada, serta menggunakan pendekatan “crosssectional”.

Dalam penelitian ini desain penelitiannyabertujuan Menganal is is Hubungan StresMenghadapi Ujian Praktik Rumah Sakit DenganTerjadinya Psikosomatik Pada MahasiswaSemester IV Prodi Keperawatan RajekwesiBojonegoro 2011. Populasi pada penelitian iniadalah seluruh mahasiswa semester IV ProdiKeperawatan Rajekwesi Bojonegoro tahun 2011dengan jumlah populasi berjumlah 138 orang.Sampel diambil dari sebagian mahasiswa semesterIV Prodi Keperawatan Rajekwesi Bojonegorotahun 2011 dengan jumlah populasi 102responden. Penelitian ini menggunakan non-probability sampling jenis accidental sampling.Pada penelitian ini variabel Independennya adalah“stress mahasiswa menghadapi ujian praktekRumah Sakit”. Pada peneli t ian ini variabeldependennya adalah “kejadian psikosomatik”.Data dianalisis dengan uji Selanjutnya datadianalisa dengan metode analisis deskriptif. Untukmengetahui hubungan antara dua variabel denganmenggunakan tabulasi silang (cross table) antaravariabel stres (variabel x) dan variabel kejadianpsikosomatis (variabel y).

Hasil Penelitian dan PembahasanTabel 1Distribusi responden berdasarkan stress

menghadapi ujian praktik rumah sakit padamahasiswa semester IV Prodi KeperawatanRajekwesi Bojonegoro tahun 2011

No Stress menghadapi Jumlah Prosentase ujian praktik rumah sakit (%)

1. Ringan 7 5,88 2. Sedang 48 47,06 3. Berat 47 46,08

Jumlah 102 100

Sumber : data primer bulan Juni 2011.

Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskanbahwa dari 102 responden yang menunjukkankurang dari sebagian mengalami stress sedangsebanyak 48 orang (47,06%).

Tabel 2Distribusi terjadinya psikosomatik padamahasiswa semester IV Prodi KeperawatanRajekwesi Bojonegoro 2011.

No. Terjadinya psikosomatik Jumlah Pros. (%)

1. Terjadi psikosomatik 60 58,82 2 . Tidak terjadi psikosomatik 42 41,18

Jumlah 102 100%

Sumber : Data primer bulan Juni 2011.

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwadari 102 responden yang diteliti menunjukkan lebihdari sebagian terjadi psikosomatik yaitu 60 orang(58,82%) terjadi psikosomatik.

1. Tabulasi silang antara stress dalam menghadapiujian praktik rumah sakit dengan terjadinyapsikosomatik pada mahasiswa semester IV prodikeperawatan rajekwesi Bojonegoro

Tabel 3Tabulasi silang antara stress dalammenghadapi ujian praktik rumah sakitdengan terjadinya psikosomatik padamahasiswa semester IV Prodi KeperawatanRajekwesi Bojonegoro tahun 2011.

No. Stres Psikosomatikmengha Terjadi Tidak f Jumlah

dapi psikoso terjadi %ujian matik psikoso

praktik matik

1. Ringan 0 (0%) 7 (100%) 7 1002. Sedang 24 (50%) 24 (50%) 48 1003. Berat 36 (76,6%) 11 (23,4%) 47 100

Jumlah 60 (58,8%) 42 (41,2%) 102 100

Sumber : Data primerbulan Juli 2011.

Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwadari 47 mahasiswa yang yang mengalami stres beratterdapat 36 mahasiswa (76,6%) terjadi psikosomatik,sedangkan dari 7 mahasiswa yang mengalami stresringan seluruhnya (100%) tidak terjadi psikosomatik.

PembahasanBerdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa

dari 102 responden yang menunjukkan kurang darisebagian mengalami stress sedang sebanyak 48 orang(47,06%).

23

Page 28: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Stres merupakan tuntutan penyesuaian diri dansesuai yang mengganggu keseimbangan kita. Bilatidak mengatasinya dengan baik, maka akan terusmuncul gangguan badan ataupun gangguan jiwa(Maramis, 1999).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Braznitedan Golberger (2001) mengatakan bahwa setiapindividu memiliki ambang stress yang berbeda-beda,karena karakteristik individu akan mempengaruhitingkatan stress yang dialaminya. Adaptasi merupakansuatu bentuk respon tubuh sebagai homeostasis padasistem lingkungan internal dan termasuk didalamnyapenstabilan biologis internal dan pemeliharaanpsikologis dalam hal jati diri dan rasa harga dirimenurut Everly dan Giardone dalam Munandar (1995)stress dapat ditandai dengan tiga gejala utama yaitumood, muskuloskeletal (otot rangka) dan visceral(organ dalam tubuh).

Berdasarkan hasil penelitian diasumsikanbahwa responden yang menghadapi ujian praktikrumah sakit mengalami sering mengalami stres.Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa kejadianpenuh stres yang paling sering dihadapi respondenadalah hal-hal yang berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi ujian praktek rumah sakit,responden yang pada usia 19-20 tahun jalan pikiranmereka masih pada kesenangan pribadi dan bermaindengan teman sebaya. Hal ini mengakibatkan apabilamereka menghadapi masalah yang agak beratlangsung menjadi suatu beban hingga menimbulkanmasalah psikosomatik seperti stres. Hal-hal yangmenyebabkab stres menghadapi ujian praktik di rumahsakit antara lain kedisiplinan, peraturan dan tugasdimana mahasiswa harus menguasai teori dan praktiksehingga mahasiswa dituntut dengan nilai yang baik.Jika mahasiswa tidak lulus maka harus mengulang.Jika masih belum bisa mendapat nilai yang baik makamahasiswa harus menjalani pemantapan. Keadaanitulah yang bisa membuat mahasiswa tertekansehingga mahasiswa menjadi stress.

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa dari102 responden yang diteliti menunjukkan lebih darisebagian terjadi psikosomatik yaitu 60 orang (58,82%)terjadi psikosomatik.

Gangguan psikosomatik dapat timbul apabilastress tersebut tidak dikelola dengan baik. Misalnyamahasiswa yang akan menghadapi ujian praktik,mahasiswa harus ditekan untuk memahami materi danpraktik serta diharuskan untuk mendapat nilai yangtinggi agar bisa lulus. Jika mahasiswa tidak mendapatnilai yang tinggi maka mahasiswa dianggap tidaklulus dan harus mengulang. Hal seperti itu yangmembuat mahasiswa tertekan. Sebab waktu dan

pikiran harus terfokus pada ujian sehingga menjadisuatu tekanan yang bisa mengarah ke spikosomatisjika stress dikelola dengan benar (Maramis, 1999).

Berdasarkan hasil penelitian responden yangmempunyai psikosomatik, mereka dipengaruhi olehtuntutan dalam ujian praktik rumah sakit yang dianggapmahasiswa berat seperti harus menghadapi ujian praktikdi rumah sakit dengan tuntutan mahasiswa harus mampumenguasai teori dan praktik serta harus lulus dengannilai yang tinggi sehingga waktu dan pikiran mahasiswaharus terfokus pada ujian praktik rumah sakit. Jikamahasiswa tidak mendapatkan nilai yang tinggi dan tidaklulus maka mahasiswa harus mengulang. Hal itumenimbulkan suatu tekanan terhadap psikis mahasiswayang dapat juga muncul menjadi keluhan-keluhan padafisik seperti pusing dan sebagainya. Timbulnya gejalapsikosomatis akan berbeda pada setiap mahasiswa karenamekanisme koping dan faktor yang lain yang bisamenjadi pemicu timbulnya psikosomatis berbeda-bedapada setiap individu.

Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa dari47 mahasiswa yang yang mengalami stres beratterdapat 36 mahasiswa (76,6%) terjadi psikosomatik,sedangkan dari 7 mahasiswa yang mengalami stresringan seluruhnya (100%) tidak terjadi psikosomatik.

Jika stres yang terus menerus akan timbulterjadinya psikosomatik, melihat macamnya gangguanpsikosomatik, maka nyata bahwa terdapat hubungandengan mekanisme faaliah yang normal yang dapatdiproduksi, akan tetapi pada gangguan psikosomatikreaksi ini terlalu berat atau terjadi distorsi. Reaksi-reaksiini ialah reaksi-reaksi stres tipe terhadap stress danmenolong organisme dalam keadaan darurat, tetapimenyukarkan juga bila berlangsung terlalu keras atasterlalu lama. Reaksi-reaksi abnormal ini merupakanreflek-reflek perlindungan. Mekanisme dapat disamakandengan reflek batuk, bersin dan sebagainya (MaramisWF, 1999).

Berdasarkan hasil penelitian bahwamahasiswa dengan tingkat stress tinggi dapatmengalami psikosomatik, karena tingkat stress yangtinggi tidak dikelola dengan baik akan mengarah padapsikosomatik yang pada akhirnya mempengaruhifungsi organ-organ dalam tubuh. Karena ujian praktikrumah sakit adalah suatu tuntutan dimana mahasiswaharus menguasai teori dan praktik agar mahasiswamendapatkan nilai yang baik. Itu yang menjadi suatutekanan yang berat bagi mahasiswa, dan akanmenimbulkan stres. Hubungan menghadapi stressdengan terjadinya psikosomatik merupakan proses.Dalam proses tersebut, hal yang mendatangkan stressyaitu ujian praktik rumah sakit dan mahasiswa adalahsaling berkaitan. Hal itu membutuhkan usaha

24

Page 29: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

penyesuaian atau penyeimbangan yang terus-menerus. perbedaan cara, kemampuan dankeberhasilan orang-orang dalam mempengaruhidampak yang mendatangkan stress itu berbeda makastress yang dihadapi juga berbeda. Oleh karena itu,stres dapat berdampak pada biologis, psikologis,spiritual.

Kesimpulan dan SaranKurang dari sebagian responden mengalami

stres sedang menghadapi ujian praktek rumah sakit,lebih dari sebagian terjadi masalah psikosomatik padaresponden yang menghadapi ujian praktek rumahsakit sehingga ada Jika mahasiswa stres dalammenghadapi ujian praktik rumah sakit maka terjadimasalah psikosomatik. Sehingga perlu belajar secaratuntas menghadapi ujian.

DAFTAR PUSTAKAGiovani. 2000. Psikologi. www.rumahbelajar.

psikologi.com, diakses tanggal 2 Mei 2011.

.Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya: Airlangga University.

Morgan. 1986. Segi Praktis Psikiatri. Jakarta : BinaRupa Aksara.

Pratiwi. 2000. Ujian Praktek Kesehatan.www.artikata.com, diakses tanggal 2 Mei2011.

Rasmun. 2004. Keperawatan Kesehatan MentalPsikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.Jakarta : CV. Sagung Seto.

25

Page 30: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

ANALISIS FAKT OR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DISDN KEDATON II KECAMA TAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO

THE ANALYSIS FACTORS ASSOCIATED WITH LEARNING ACHIEVEMENT OFCHILDREN IN SDN KEDATON II KECAMATAN KAPAS BOJONEGORO

Siti PatonahProdi Keperawatan Akademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro

ABSTRACTTwo factors influence learning achievement in human beings one of them is motivation, while external

factors such as family, including family characteristics, school. Goal research associated with learningachievement of children in SDN Kedaton II Kec. Kapas Kab.Bojonegoro

The study design used analytic cross sectional correlational approach. Its population is 3,4,5-graders inSDN Kedaton II Kapas Bojonegoro as many as 63 people, with a sample of 56 people taken by simple randomsampling.

The results showed that most respondents in the category of motivation was (51.8%), parental characteristicsof respondents on the job less than a majority were farmers (40%), in education more than most in the mediumcategory (60%). Learning achievement almost half of respondents in the category of adequate(48.3%)

In conclusion, there is a relationship between motivation, parental characteristics to children’s learningachievement. Expected to improve learning achievement, the child must get used to train the memory by meansof diligent study, do not give priority to play.

Keywords: motivation, learning achievement, parental characteristics

ABSTRAKSPrestasi belajar dipengaruhi dua faktor dari dalam diri manusia salah satunya motivasi, sedangkan faktor

dari luar diri manusia seperti lingkungan keluarga termasuk karakteristik keluarga, sekolah. Tujuan penelitianmenganalisis faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar anak di SDN Kedaton II Kecamatan KapasKabupaten Bojonegoro

Desain penelitian yang digunakan analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasinyaadalah anak kelas 3,4,5 di SDN Kedaton II Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro sebanyak 63 orang, dengansampel 56 orang yang diambil dengan simple random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi responden sebagian dalam kategori sedang (51,8 %),karakteristik orang tua responden pada pekerjaan kurang dari sebagian adalah petani (40%), pada pendidikanlebih dari sebagian dalam kategori menengah ( 60 %). Prestasi belajar responden hampir sebagian dalam kategoricukup ( 48,3 %).

Kesimpulan dari penelitian ada hubungan antara motivasi, karakteristik orang tua dengan prestasi belajaranak. Diharapkan untuk meningkatkan prestasi belajar, anak harus membiasakan diri melatih daya ingat dengancara belajar yang rajin, tidak mengutamakan bermain

Kata Kunci : Motivasi, Prestasi belajar, Karakteristik orangtua

PendahuluanPrestasi belajar adalah suatu bukti

keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswadalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai denganbobot yang dicapainya (Muhammad Abu, 2008).Menurut Asnawi, 2009 prestasi belajar dipengaruhioleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktoreksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasaldari dalam manusia yang terdiri dari : faktor fisiologis

(karena sakit, karena kurang sehat, karena cacat tubuh),dan faktor psikologis (intelegensi, bakat, minat,motivasi dan faktor kesehatan mental). Faktor eksternalyaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia yangterdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolahdan lingkungan masyarakat dan media massa.Fenomena yang ada di desa terutama di desa Kedatondan sekitarnya banyak anak SD yang motivasi

26

Page 31: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

belajarnya kurang yang berakibat nilai raport merekajuga rendah, hal ini disebabkan kurangnya perhatianorang tua tetapi bisa juga karena mereka asik bermainsehingga lupa dengan pelajaran.

Data dari SDN Kedaton II jumlah siswa daritahun ke tahun terjadi penurunan tetapi tidak terlalubanyak, sedangkan prestasi belajar siswa yangdievaluasi melalui nilai raport pada akhir semestercenderung stabil.

Dalam proses belajar mengajar motivasisangat besar peranannya terhadap prestasi belajar(Asnawi Yahya, 2009). Karena dengan adanyamotivasi dapat menumbuhkan minat belajar siswa.Bagi siswa yang memiliki motivasi yang kuat akanmempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatanbelajar mengajar. Sehingga boleh jadi siswa yangmemiliki intelegensi yang cukup tinggi menjadi gagalkarena kekurangan motivasi, sebab hasil belajar ituakan optimal bila terdapat motivasi yang tepat.Karenanya, bila siswa mengalami kegagalan dalambelajar, hal ini bukanlah semata-mata kesalahansiswa, tetapi mungkin saja guru tidak berhasil dalammembangkitkan motivasi siswa atau karena keluargatidak mendukung.

Dengan demikian ada beberapa bentuk dancara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatanbelajar di sekolah. Beberapa bentuk dan caramotivasi tersebut diantaranya : Memberi angka,hadiah , Saingan/kompetisi, Memberi ulangan,Mengetahui hasil, Pujian, Hukuman, Hasrat untukbelajar, Minat, Tujuan yang diakui, dan yang tudakkalah penting adalah dukungan dari keluarga atauorang tua (Riza M, 2007).

Metode PenelitianDesain penelitian ini adalah analitik

korelasional, yaitu suatu metode penelitian yangdilakukan untuk mencari, menjelaskan suatuhubungan, memperkirakan dan menguji berdasarkanteori yang ada (Nursalam, 2008). Dengan pendekatancross sectional ( Soekidjo N, 2008).

Pada penelitian ini populasinya adalah anakkelas 3,4,5 di SDN Kedaton II Kecamatan kapasKabupaten Bojonegoro sebanyak 63 orang, denganbesar sampel 56 orang. Pada penelitian inimenggunakan probability sampling yaitu simplerandom sampling (Almatsier Sunita, 2005). Padapenelitian ini variabel independent motivasi dankarakteristik orang tua, sedangkan Variabeldependent prestasi belajar.

Hasil PenelitianTabel 1Distribusi motivasi responden di SDN

Kedaton II Kecamatan Kapas KabupatenBojonegoro,tahun 2011

No Motivasi Jumlah Persentase (%)

1. Tinggi 12 21,5 2. Sedang 29 51,8 3. Rendah 11 19,7

Jumlah 56 100

Sumber : Data primer pengisian kuisionerNopember 2011

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa motivasiresponden sebagian sedang ada 29 siswa ( 51,8 %)

Karakteristik Orang Tua Responden1. Jenis Pekerjaan

Gambar 1 Diagram Pie Distribusi jenis pekerjaan orangtua Responden di SDN Kedaton II KecamatanKapas Kabupaten Bojonegoro tahun 2011

Dari gb.1 menunjukkan bahwa dari 56Responden yang diteliti, sebagian bekerja sebagaipetani yaitu sejumlah 22 responden (40%).

Tabel 2 Distribusi pendidikan orang tua respondendi SDN Kedaton II Kecamatan KapasKabupaten Bojonegoro,tahun 2011

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. Tinggi 11 20 2. Menengah 34 60 3. Rendah 11 20

Jumlah 56 100

Sumber : Data primer pengisian kuisionerNopember 2011

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa pendidikanorang tua responden lebih dari sebagian dalamkategori menengah yaitu ada 34 responden ( 60 %).

Prestasi BelajarTabel 3 Distribusi Prestasi Belajar responden di SDN

Kedaton II Kecamatan Kapas KabupatenBojonegoro, tahun 2011

No. Prestasi belajar Jumlah Persenta se (%)

1. Baik 15 26,72. Cukup 27 48,33. Rendah 14 25

Jumlah 56 100

Sumber : Data primer pengisian kuisionerNopember 2011

2 0 15

4 0

PNSWiraswastapetaniTidak bekerja

27

Page 32: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa prestasibelajar responden hampir sebagian dalam kategoricukup, yaitu ada 27 responden ( 48,3 %).

Pembahasan1. Hubungan Motivasi dengan Prestasi Belajar Siswa

Setelah dilakukan uji korelasi didapatkanhasil tingkat signifikasi 0.004, hal ini menunjukkanada hubungan antara motivasi dan prestasi belajar.

Secara teori dikatakan bahwa motivasi adaintrinsik dan ekstrinsik. motivasi intrinsik adalahmotivasi yang timbul dari dalam diri seseorang ataumotivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar(Slameto, 2008 )

Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaanyang datang dari luar individu siswa, yangmendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatudorongan yang tidak secara mutlak berkaitan denganaktivitas belajar, misalnya siswa rajin belajar untukmemperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orangtuanya, pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertibsekolah, suri tauladan orang tua, guru dan lain-lainmerupakan contoh konkrit dari motivasi ekstrinsikyang dapat mendorong siswa untuk belajar.

Dalam perspektif kognitif, motivasiintrinsik lebih signifikan bagi siswa karena lebihmurni dan langgeng serta tidak bergantung padadorongan atau pengaruh orang lain. Perlu ditegaskan,bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dantidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajartetap penting, karena kemungkinan besar keadaansiswa itu dinamis berubah-ubah dan juga mungkinkomponen-komponen lain dalam proses belajarmengajar ada yang kurang menarik bagi siswasehingga siswa tidak bersemangat dalam melakukanproses belajar mengajar baik di sekolah maupun dirumah. Bahwa setiap siswa tidak sama tingkatmotivasi belajarnya, maka motivasi ekstrinsik sangatdiperlukan dan dapat diberikan secara tepat.

Di dalam kegiatan belajar mengajar perananmotivasi baik intrinsic maupun ekstrinsik sangatdiperlukan. Dengan motivasi, siswa dapatmengembangkan aktifitas dan inisiatif sehinggadapat mengarahkan dan memelihara kerukunan dalammelakukan kegiatan belajar.

Pada kenyataannya hal tersebut sesuai denganhasil penelitian, sehingga Motivasi sangat berperandalam belajar, siswa yang dalam proses belajarmempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akantekun dan berhasil belajarnya. Makin tepat motivasiyang diberikan, makin berhasil pelajaran itu. Makamotivasi senantiasa akan menentukan intensitas

usaha belajar bagi siswa, sehingga diharapkan siswauntuk meningkatkan motivasi belajarnya dan yangpaling penting adalah orang-orang yang adadisekitarnya diharapkan membantu untukmembangkitkan motivasi siswa seperti guru dan orangtunya.

2. Hubungan Karakteristik Orang Tua denganPrestasi Belajar Siswa

Setelah dilakukan uji korelasi didapatkanhasil tingkat signifikasi untuk pendidikan 0,016, danpekerjaan 0,005, hal ini menunjukkan ada hubunganantara karakteristik orang tua dengan prestasi belajar,baik pada pendidikan maupun pekerjaan.

Pendidikan adalah jenjang sekolah formal yangditempuh oleh orang tua siswa uang dibuktikandengan ijazah atau nilai raport dari sekolah yangbersangkutan.

Semakin tinggi pendidikan orang tua makatingkat kesadaran akan mendidik anak juga akanmeningkat. Hal ini disebabkan karena tingkatpendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan yangdimiliki sehingga akan berdampak pada optimalnyapendidikan anak yang ditunjukkan dengan memberidukungan pada anak untuk rajin dan giat belajar.Pendidikan yang tinggi juga dapat membuat seseorangmenjadi lebih terbuka terhadap semua informasi yangada, termasuk juga informasi tentang pendidikananak.

Secara teori dikatakan apa yang dilakukanorang tua akan ditiru oleh anak, karena sifat anakadalah meniru apa yang ada disekitarnya. Jika orangtua pendidikannya semakin tinggi maka anak secaraotomatis akan melihat orangtuanya dan orang tuaakan mendidik anak dan mendorong agar anaknyaberprestasi.

KesimpulanAda hubungan antara motivasi, karakteristik

orang tua dengan prestasi belajar. Diharapkan siswadi SDN Kedaton II Kecamatan Kapas KabupatenBojonegoro untuk membiasakan diri melatih dayaingat dengan cara belajar yang rajin, tidakmengutamakan bermain dan melihat TV meskipunacara kesayangan , yang paling penting harus bisamembagi waktu sehingga saat ulangan bisamengerjakan dengan baik dan didapatkan hasilulangan yang maksimal dan meningkatkan prestasibelajar.Bagi keluarga dianjurkan untuk memberikanpemantauan lebih pada anaknya dan senantiasamemberi dukungan pada anak, yang paling pentingadalah contoh dengan selalu belajar atau membaca,sehingga anak terbiasa melihat orang-orang

28

Page 33: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

disekitarnya belajar dan menjadi kebiasaan belajarpada dirinya. Bagi guru bisa membangkitkan motivasibelajar siswa dengan menggunakan berbagai macamcara untuk memotivasi belajar siswa

Daftar PustakaAbu Muhammad I A, 2008, Prestasi Belajar,

etd.eprints.ums.ac.id, diakses 20 Juli 2011

Almatsier Sunita, 2005, Penuntun StatistikKesehatan, Jakarta: Gramedia PustakaUtama

Asnawi Yahya, 2009, Kajian Teoritis Prestasi Belajar,www.scribd.com/doc/prestasi belajar-kajian.teoritis, diakses 20 Juli 2011

Notoatmodjo Soekidjo, 2008, Metodologi Penelitian,Jakarta, PT Rineka Cipta

Nursalam, 2008, Metodologi Penelitian, Jakarta,Salemba Medika

Riza M, 2007, Hubungsan antara motivasi denganPsikopatologi Siswa, www.kalbe.co.id/files/cdk, diakses 20 Juli 2011

Slameto, 2008, Belajar dan Faktor-faktor yangMempengaruhinya, (Jakarta : RinekaCipta,

29

Page 34: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

PENGARUH RENDAM AIR HANGA T PADA KAKI TERHADAP KUANTIT AS TIDURPADA LANSIA YANG MENGALAMIGANGGUAN TIDUR DI PANTI WREDHA

SANTO YOSEPH KEDIRI

THE INFLUENCE OF SOAKING FEET IN WARM WATER TO ELDERLY’S SLEEPINGQUANTITY ON ELDERLY WHO EXPERIENCES SLEEPING DISORDER AT SANTO

YOSEPH KEDIRI NURSING HOME

Dyah Kristyarini, Erva Elli KristantiSTIKES RS. Baptis Kediri

ABTRACTSoaking feet in warm water (with temperature 37-39o C) is a technique that evokes soparifik’s effect

(feeling asleep) and overcomes sleeping disorder. Sleeping disorder is not easily solved. Therefore, it will influencelife quality and relates to mortalities. The normal sleeping quatity of elderly (age>60 years) is 6 hours per day.The purpose of the research was to know the influence of soaking feet in warm water to elderly’s sleepingquantity on elderly who experiences sleeping disorder at Santo Yoseph Kediri Nursing Home.

The research’s design was Pre Experiment research with One-Group pre test post test approach. Thepopulation was all elderly at Santo Yoseph Kediri Nursing Home that experience sleep disorder. Using PurposiveTechnique Sampling, it was obtained 22 respondents who met inclusion criteria. The independent variable wassoaking feet in warm water while the dependent variable was sleeping quantity. The data were collected usingelderly’s sleeping observation sheet and analyzed using Wilcoxson statistic test with significance level á = 0.05.

The result of the research showed elderly’s sleeping quantity before given soaking feet in warm waterwas 4.88 hours per day. Further, the sleeping quantity after given soaking feet in warm water was 6.20 hoursper day. Obviously, the elderly’s sleeping quantity increased 1.32 hours per day after given soaking feet inwarm water.

In conclusion, soaking feet in warm water influenced elderly’s sleeping quantity on elderly whoexperiences sleeping disorder at Santo Yoseph Kediri Nursing Home.

Keywords: Soaking feet in warm water, Sleeping quantity

ABSTRAK

Rendam air hangat dengan suhu 37-39o C pada kaki merupakan tehnik yang menyebabkan soparifik’seffect (rasa kantuk) dan dapat digunakan untuk mengatasi gangguan tidur. Gangguan tidur bukanlah hal yangmudah untuk diatasi. Hal ini selain mengganggu kualitas hidup lansia juga berdampak pada kematian. Kualitastidur yang normal bagi orang tua atau lansia (berusia lebih dari 60 tahun) adalah 6 jam per hari. Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui pengaruh rendam air hangat pada kaki terhadap kuantitas tidur pada lansia yangmengalami gangguan tidur di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri.

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah pra eksperimen dengan pendekatan One-Group pre testpost test. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri yang mengalamigangguan tidur. Dengan menggunakan tehnik Purposive Sampling diperoleh 22 responden yang memenuhikriteria inklusi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah rendam air hangat pada kaki sedangkan variableterikatnya dalah kualitas tidur. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui lembar observasi kuantitas tidurlansia. Data tersebut kemudian dites dengan menggunakan Wilcoxson Statistic Test dengan level signifikansi α= 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur pada lansia adalah 4,88 jam per hari sebelumdiberikan perlakuan rendam air hangat pada kaki. Setelah diberikan perlakuan rendam air hangat pada kaki,kualitas tidur lansia menjadi 6,20 jam per hari. Jika ditilik lebih rinci, kualitas tidur lansia di Panti WredhaSanto Yoseph Kediri meningkat 1,32 jam per hari setelah mendapat perlakuan rendam air hangat pada kaki.

Dapat disimpulkan, bahwa terdapat pengaruh yang siknifikan dari rendam air hangat pada kaki terhadapkuantitas tidur pada lansia yang mengalami gangguan tidur di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri.

Kata Kunci : Merendam kaki dalam air hangat, Kwantitas tidur.

30

Page 35: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

PendahuluanArea minat yang terbesar bagi lansia adalah

peningkatan kesehatan. Salah satu aspek utama daripeningkatan kesehatan untuk lansia adalahpemeliharaan tidur untuk memastikan pemulihanfungsi tubuh sampai tingkat fungsional yang optimaldan untuk memastikan keterjagaan di siang hari gunamenyelesaikan tugas-tugas dan menikmati kualitashidup yang tinggi (Stanley, 2006). Masalah insomnia(sukar tidur) saat ini sering dialami oleh banyak orangterutama lansia. Hal tersebut disebabkan oleh banyakstress yang di alami setiap hari. Tidur sangatdibutuhkan bagi tubuh kita untuk penyembuhan danperbaikan sistem tubuh (Joni H, 2008). Kuantitas tidurpada manusia bergantung pada tingkat perkembangan.Lama tidur yang dibutuhkan seseorang tergantung pulapada usia. Semakin tua usia seseorang, semakin sedikitpula lama tidur yang diperlukan. Seseorang dikatakankualitas tidurnya dapat terpenuhi bila mampumencapai tahapan tidur REM. Kualitas tersebut dapatmenunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidurdan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengankebutuhannya (A. Azis Alimul Hidayat, 2006).

Menurut data dari Biro Pusat Statistikmenyebutkan bahwa persentase lansia akan meningkatdari 7,4% menjadi 11,34% dari total pendudukIndonesia pada tahun 2020 (Supartondo, 2005).Berdasarkan hasil wawancara awal dengan 27 lansia diPanti Wredha St.Yoseph Kediri pada tanggal 25 Oktober2010, mengalami gangguan tidur sejumlah 25 orang(92,5%). Keluhan tidur umumnya berupa waktu tiduryang kurang, sering terbangun untuk ke kamar mandi,mudah terbangun di malam hari, bangun pagi lebihawal, rasa mengantuk sepanjang hari dan sering tertidursejenak. Lansia rentan terhadap insomnia karena adanyaperubahan pola tidur, biasanya menyerang tahap 4 atautidur dalam. Masalah tidur meliputi insomnia,hipersomnia, parasomnia, narkolepsi, apnoe tidur,mendengkur, dan mengigau (Wartonah, 2004).Gangguan tidur jika tidak segera diatasi maka akanmempengaruhi kualitas hidup dan berhubungan denganangka mortalitas yang tinggi (Stanley, 2006).

Kebanyakan lansia mengalami gangguan tiduryang disebabkan oleh banyak faktor misal : pensiunan,perubahan pola sosial, kematian pasangan atau temandekat, peningkatan penggunaan obat-obatan, penyakityang baru saja di alami, perubahan irama sirkadian.Meskipun perubahan-perubahan pola tidur dianggapsebagai bagian normal dari proses penuaan, informasiterbaru menunjukkan bahwa banyak dari gangguan iniyang berkaitan dengan proses patologis yang menyertaipenuaan (Stanley, 2006). Gangguan tidur dipengaruhijuga oleh perubahan fisik pada lansia misal : sel, sistempersyarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan,

sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem kulit,sistem muskuloskeletal, sistem endokrin, sistemgenitourinaria (Wahyudi Nugroho, 2000).

Gangguan tidur dapat menyebabkan jumlahwaktu tidur pada lansia berkurang, untuk mengatasimasalah tidur berbagai usaha dapat dilakukan denganmendengarkan musik, baca buku, mandi air hangat,minuman hangat, tempat tidur yang nyaman,merendam kaki dalam air hangat yang bertemperatur37-390C maka akan bisa mengatasi gejala gangguantidur (Yolanda Amirta, 2007). Berdasarkan hal tersebutpeneliti perlu untuk melaksanakan penelitian gunamenganalisis pengaruh rendam air hangat pada kakiterhadap kuantitas tidur pada lansia yang mengalamigangguan tidur di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri.

Metode PenelitianDesain penelitian ini menggunakan pra

eksperimen dengan pendekatan One-group pra test-post test. One-group pra test-post test untukmengungkapkan hubungan sebab akibat dengan caramelibatkan satu kelompok subjek (Nursalam, 2003).Suatu penelitian dengan cara memberikan pretest(pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum dilakukanrendam air hangat, kemudian dilakukan kembali posttest (pengamatan akhir) setelah rendah air hangat.Apabila dalam uji normalitas menggunakan ujistatistik Shapiro-Wilk pada kelompok data dengan hasiltidak normal maka uji paired (berpasangan)diturunkan menggunakan uji statistik Wilcoxon.Populasi yang diambil untuk penelitian ini adalahsemua lansia yang mengalami gangguan tidur di PantiWredha Santo Yoseph Kediri yang berjumlah 25 orang.Sampel penelitian ini lansia yang mengalamigangguan tidur di Panti Wredha Santo Yoseph Kediriyang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 22 orang.

Hasil PenelitianTabel 1 Kuantitas Tidur Pada Lansia yang Mengalami

Gangguan Tidur di Panti Wredha Santo YosephKediri Sebelum diberikan Rendam Air Hangatpada Kaki pada tgl. 18 – 30 April 2011

No. (sebelum No. (sebelum No.Resp. perlakuanResp. perlakuan Resp.

/jam) /jam)

1 5 9 4,5 17 52 5 10 5 18 4,53 5 11 5,25 19 54 4,5 12 5 20 4,335 5 13 4,5 21 56 5 14 5 22 4,337 5 15 58 5,25 16 5,25

31

Page 36: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Tabel 2 Descriptive Statistic-Frequency KuantitasTidur pada Lansia yang Mengalami GangguanTidur di Panti Wredha Santo Yoseph KediriSebelum diberikan Rendam Air Hangat padaKaki pada tgl. 18 – 30 April 2011

Kuantitas Descriptive Statistic-Frequency (Jam)

tidur Meanv Median Mode Min. Max.

Sebelum 4,88 5 5 4,33 5,25

Setelah dilakukan Descriptive Statistic-Frequency kuantitas tidur pada lansia yang mengalamigangguan tidur Di Panti Wredha Santo Yoseph Kedirisebelum diberikan rendam air hangat pada kakididapatkan bahwa nilai yaitu mean : 4,88 jam/hari (4jam 53 menit), median : 5 jam/hari, mode : 5 jam/hari, minimum : 4,33 jam/hari (4 jam 20 menit), danmaximum 5,25 jam/hari (5 jam 15 menit).

Tabel 5 Kuantitas Tidur Pada Lansia YangMengalami Gangguan Tidur Di Panti WredhaSanto Yoseph Kediri Sesudah DiberikanRendam Air Hangat pada Kaki pada Tanggal18 – 30 April 2011.

No. Kuantitas No. Kuantitas No. KuantitasResp. tidur stlh Resp. tidur stlh Resp. tidur stlh

rendam air rendam air rendam airhangat hangat hangatH ke-3 H ke-3 H ke-3

1. 6 9 6,5 17 6,52. 6,5 10 6,5 18 63. 5,5 11 6,5 19 64. 6,5 12 6,5 20 6,55. 6 13 6,5 21 66. 6,5 14 6 22 5,57. 6 15 68. 6 16 6,5

Tabel 6 Descriptive Statistic-Frequency KuantitasTidur pada Lansia yang Mengalami GangguanTidur di Panti Wredha Santo Yoseph KediriSesudah diberikan Rendam Air Hangat PadaKaki pada Tanggal 18 – 30 April 2011.

Kuantitas Descriptive Statistic-Frequency (Jam)

tidur Meanv Median Mode Min. Max.

Setelah 6.20 6,25 6,5 5,5 6,5

Setelah dilakukan Descriptive Statistic-Frequency kuantitas tidur pada lansia yang mengalamigangguan tidur Di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri

sebelum diberikan rendam air hangat pada kakididapatkan bahwa nilai yaitu mean : 6,20 jam/hari (6jam 12 menit), median : 6,25 jam/hari (6 jam 15menit), mode : 6,5 jam/hari (6 jam 30 menit),minimum : 5,5 jam/hari (5 jam 30 menit), danmaximum 6,5 jam/hari (6 jam 30 menit).

Tabel 7 Uji Statistik Perubahan Kuantitas Tidur padaLansia yang mengalami Gangguan Tidur diPanti Wredha Santo Yoseph Kediri sebelumdan sesudah diberikan Rendam Air Hangatpada Kaki pada Tanggal 18 – 30 April 2011.

Kuantitas Tidur (dlm jam)

Setelah No. Sebelum rendam air SelisihResp. rendam air hangat (Peningkatan)

hangat hari ke 3(dlm jam)

1 5 6 12 5 6,5 1.53 5 5,5 0.54 4,5 6,5 25 5 6 16 5 6,5 1.57 5 6 18 5,25 6 0.759 4,5 6,5 210 5 6,5 1.511 5,25 6,5 1.2512 5 6,5 1.513 4,5 6,5 214 5 6 115 5 6 116 5,25 6,5 1.2517 5 6,5 1.518 4,5 6 1.519 5 6 120 4,33 6,5 2.1721 5 6 122 4,33 5,5 1.17

Uji Shapiro-Wilk

Normalitas p=0,000 p=0,000

Uji Wilcoxon

Statistik P=0,000

Mean 1,32selisih

Setelah dilakukan uji normalitas datakuantitas tidur pada lansia yang mengalami gangguantidur di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri sebelum

32

Page 37: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

dan sesudah diberikan rendam air hangat pada kakimenggunakan uji statistik Shapiro-Wilk berdasarkantaraf signifikansi yang ditetapkan adalah

α

> 0,05didapat p sebelum =0,000 dan p sesudah =0,000.Karena hasil nilai kedua kelompok data adalah p <

α

maka diambil kesimpulan bahwa distribusi kelompokdata adalah tidak normal.

Setelah dilakukan uji statistik Wilcoxondengan Software SPSS versi 16 dengan tarafsignifikansi yang ditetapkan adalah

α

< 0,05 padakuantitas tidur pada lansia yang mengalami gangguantidur di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri sebelumdan sesudah diberikan rendam air hangat pada kakididapatkan p=0,000. Karena hasil nilai kelompok datatersebut adalah p <

α

yang berarti H0 ditolak dan H

1

diterima, maka dapat diambil kesimpulan bahwakuantitas tidur pada lansia yang mengalami gangguantidur di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri sebelumdan sesudah diberikan rendam air hangat pada kakimengalami perubahan yang signifikan dengan rata -rata perubahan atau peningkatan kuantitas tidur tiapresponden adalah 1,32 jam/hari (1 jam 19 menit).

PembahasanMasalah insomnia (sukar tidur) saat ini sering

dialami oleh banyak orang terutama lansia. Haltersebut disebabkan oleh banyak stress yang di alamisetiap hari. Tidur sangat dibutuhkan bagi tubuh kitauntuk penyembuhan dan perbaikan sistem tubuh (JoniH, 2008). Semakin tua usia seseorang, semakin sedikitpula lama tidur yang diperlukan. Seseorang dikatakankualitas tidurnya dapat terpenuhi bila mampumencapai tahapan tidur REM. Kebanyakan lansiamengalami gangguan tidur yang disebabkan olehbanyak faktor misal : pensiunan, perubahan pola sosial,kematian pasangan atau teman dekat, peningkatanpenggunaan obat-obatan, penyakit yang baru saja dialami, perubahan irama sirkadian. Meskipunperubahan-perubahan pola tidur dianggap sebagaibagian normal dari proses penuaan, informasi terbarumenunjukkan bahwa banyak dari gangguan ini yangberkaitan dengan proses patologis yang menyertaipenuaan (Stanley, 2006). Gangguan tidur dipengaruhijuga oleh perubahan fisik pada lansia misal : sel, sistempersyarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan,sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem kulit,sistem muskuloskeletal, sistem endokrin, sistemgenitourinaria (Wahyudi Nugroho, 2000). Gangguantidur jika tidak segera diatasi maka akanmempengaruhi kualitas hidup dan berhubungandengan angka mortalitas yang tinggi (Stanley, 2006).

Rata- rata kuantitas tidur sebelum diberikanrendam air hangat pada kaki pada lansia yaitu 4,88

jam/hari (4 jam 53 menit) dimana rata - rata tersebutdibawah kuantitas tidur normal pada lansia ataudewasa tua (usia >60 tahun) yang normalnyamempunyai kuantitas tidur sekitar 6 jam/hari. Hal inikemungkinan dipengaruhi faktor-faktor diantaranyabiologis, emosional, dan medis yang berperan, jugapada kebiasan tidur yang buruk. Kemungkinan jugafaktor usia dimana diketahui bahwa lebih dari 50%responden berumur 71-80 tahun yaitu sebanyak 12responden (54,5%) yang mengalami gangguan polatidur, dan juga kemungkinan faktor yangmempengaruhi kuantitas tidur lansia yaitu riwayatpenyakit dimana bahwa paling besar respondenmemiliki riwayat penyakit lain yaitu pusing, nyerisendi, masuk angin sebanyak 13 responden (59,1%).Dari data tersebut memperlihatkan bahwa lansiamempunyai kuantitas tidur yang kurang baik dipengaruhi suatu masalah.

Rendam air hangat pada kaki merupakan suatuprinsip kerja air hangat terhadap stimulasi tidur,merendam kaki dalam air hangat yang bertemperatur37-39o C akan menimbulkan efek soparifik (efek ingintidur) dan mengatasi gangguan tidur (Yolanda Amirta,2007). Rendam air hangat pada kaki merupakantehnik stimulasi tidur yang dilakukan dengan caramerendam kaki dalam air hangat bersuhu 37-39oC(Barbara Hegner, 2003). Untuk mendapatkan hasilyang efektif, rendam air hangat pada kaki sebaiknyadilakukan sebelum tidur malam. Lakukan secara rutinselama 3 - 6 hari, maka akan memberikan relaksasipada tubuh sehingga dapat mengatasi gangguan tidur(Yolanda Amirta, 2007). Efek therapeutik denganmenggunakan suhu hangat : meningkatkansensibilitas jaringan kolagen, meningkatkan relaksasifisik dan psikologis, untuk mengurangi spasme otot,mengurangi pembengkakan dan eksudat,meningkatkan peredaran darah, terjadinyavasodilatasi pada kulit disebabkan adanya bradikinindari kelenjar hormon dan terjadi dilatasi pada ototdan pembuluh darah ketika terkena perangsanganhangat (Maria Synder, 1992).

Rata- rata kuantitas tidur lansia sesudah diberikanrendam air hangat pada kaki pada lansia yaitu : 6,20jam/hari (6 jam 12 menit) maka rendam air hangatdapat meningkatkan kuantitas tidur pada lansia ataudewasa tua (usia >60 tahun) yang normalnyamempunyai kuantitas tidur sekitar 6 jam/hari. Lansiasetelah diberi rendam air hangat lansia beberapa lansiamengatakan bahwa tidur lebih nyaman, tidur tenangdan lelap. Hal ini sesuai dengan efek relaksasi yangdi peroleh dengan merendam kaki pada air hangatterutama pada malam hari. Riwayat penyakitkemungkinan dapat mempengaruhi kualitas tidur, atau

33

Page 38: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

bahkan efektif walaupun lansia mempunyai riwayatpenyakit, dibuktikan dari data demografi, beberapalansia yang mempunyai riwayat penyakit hipertensidan asam urat mempunyai peningkatan kuantitas tidurlebih baik dari pada riwayat penyakit yang lain.

Hasil penelitian menyatakan bahwa adapeningkatan kuantitas tidur sesudah diberikan rendamair hangat pada kaki ini membuktikan teori bahwamerendam kaki dalam air hangat yang bertemperatur37-39oC akan menimbulkan efek soparifik (efek ingintidur) dan mengatasi gangguan tidur (Yolanda Amirta,2007). Rendam air hangat pada kaki merupakantehnik stimulasi tidur yang dilakukan dengan caramerendam kaki dalam air hangat bersuhu 37-39oC(Barbara Hegner, 2003). Untuk mendapatkan hasilyang efektif, rendam air hangat pada kaki sebaiknyadilakukan sebelum tidur malam. Lakukan secara rutinselama 3 - 6 hari, maka akan memberikan relaksasipada tubuh sehingga dapat mengatasi gangguan tidur(Yolanda Amirta, 2007). Rata- rata peningkatankuantitas tidur yaitu 1,32 jam/hari (1 jam 19 menit).Hal ini berdasarkan fisiolologi bahwa didaerah kakiterdapat syaraf-syaraf terutama di kulit yaitu flexusvenosus dari rangkaian syaraf ini stimulasi diteruskanke kornu posterior kemudian dilanjutkan ke medulaspinalis, dari sini diteruskan ke lamina I,II,III RadiksDorsalis, selanjutnya ke ventro basal talamus danmasuk ke batang otak tepatnya di daerah rafe bagianbawah pons dan medula disinilah terjadi efek soparifik(ingin tidur). (Guyton, 1997).

Kesimpulan dan SaranSetelah rendam air hangat pada kaki lansia

kuantitas tidur pada lansia di Panti Wredha Santo

Yoseph meningkat dari 4,88 jam/hari (5 jam 53 menit)menjadi 20 jam/ hari (6 jam 12 menit). Rendam kakihendaknya menjadi pola kebiasaan pada lansia tidakhanya pada yang mengalami gangguan tidur.

Daftar PustakaAlimul H., Aziz, (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar

Manusia Aplikasi Konsep dan ProsesKeperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Artur, C. Guyton,( 1990). Fisiologi Manusia danMekanisme Penyakit . EGC : Jakarta

Amirta, Yolanda,( 2007). Sehat Murah dengan Air.Keluarga Dokter : Jakarta

Joni Hariyanto, (2008). Makalah Seminar Sehari TehnikSirep untuk memenuhi Kebutuhan TidurLansia. Tanggal 8 Januari 2008

Supartondo dkk, (2004). Asuhan BerkesinambunganPada Usia Lanjut dan Pasien Geriatri. Jakarta: Ilmu Penyakit Dalam FKUI, hal : 74,75

Stanley, Mickey, (2006). Buku Ajar KeperawatanGerontik. Jakarta : EGC

Synder, Maria, (1992). Independent NursingIntervention. Delmer Publishing : Bandung

Wartonah, (2004). Keperawatan Kesehatan Jiwa danPsikiatrik. Jakarta : EGC. Hal: 83,87,88

34

Page 39: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

HUBUNGAN TINGKA T DEPRESI DENGAN TERJADINY AINSOMNIA PADA LANSIAUSIA 60-70 TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMA TAN KALITIDU

KABUPATEN BOJONEGORO

THE CORRELATION BETWEEN DEPRESSION LEVEL WITH INSOMNIA OCCURRENCEIN 60 – 70 YEAR OLD PEOPLE IN DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU

KABUPATEN BOJONEGORO

S. Nurul Sya’diyahProdi Keperawatan Akes Rajekwesi Bojonegoro

ABSTRACT

Depression is one of the cause of insomnia occurrence in aging people depression can cause someoneto become sorrowful, sleepless and feels exhausted when. The purpose of this research is to analyze the correlationbetween depression level with insomnia occurrence aging peolpe in Desa Mayanggeneng Kecamatan KalitiduKabupaten Bojonegoro.

Analytic method applied is by using cross sectional approach with population consists of 60 - 70 yearold people in Desa Mayanggeneng Kec. Kalitidu Kab. Bojonegoro. Purpose sampling is used, there are 50respondents this research is using two variables : depression as the independent variable insomnia in agingpeople as dependent variable. The data is collected by using questionaire sheet and analyzed by with spearmanRho test.

Result of this research shows that light depression 23 responders ( 46%), 18 responders ( 36%) were notdepressed, 7 responders were medium depressed ( 14%) and 2 responder ( 4%) are heavy depressed.There are28 respondents who experienced insomnia (56%) and 22 respondents who didn’t experience insomnia (44%).Result of statistical test spearman rho is 0,002 having value significant is meaning there is correlation betweendepression with insomnia in aging people.

Result of this research shows that there is correlation between depression with insomnia in agingpeople. The prevention of depression in aging people is expected to protect them from the risk of insomnia.

Keyword : depression, insomnia, aging people

ABSTRAK Depresi merupakan salah satu penyebab terjadinya insomnia pada lansia karena depresi menyebabkan

seseorang menjadi sedih, susah tidur dan merasa lelah saat bangun tidur. Tujuan dalam penelitian ini adalahmenganalisa hubungan tingkat depresi dengan terjadinya insomnia pada lansia di Desa Mayanggeneng KecamatanKalitidu Kabupaten Bojonegoro.

Metode yang digunakan adalah analitik dengan menggunakan pendekatan cross seksional denganpopulasi lansia usia 60 – 70 tahun di Desa Mayanggeneng Kec. Kalitidu Kab. Bojonegoro, dengan teknik Purposivesampling, 50 responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan menggunakan dua variabel yaitu variabelindependen depresi dan variabel dependen insomnia pada lansia metode pengumpulan data dengan lembarkuesioner dan analisa data dengan uji spearman rho.

Hasil penelitian sebagian besar responden mengalami depresi ringan sebanyak 23 responden (46%),tidak depresi sebanyak 18 responden (36%), depresi sedang sebanyak 7 responden (14%) dan depresi beratsebanyak 2 responden (4%) lansia mengalami insomnia sebanyak 28 responden (56%) dan tidak insomniasebanyak 22 responden (44%). Hasil dari uji statistik dan spearman rho menunjukkan nilai r < 0,05 yaitusebesar 0,002 yang mempunyai nilai signifikan yang berarti ada hubungan antara depresi dengan insomnia padalansia.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan antara depresi dengan insomnia pada lansia.Oleh sebab itu diharapkan lansia untuk mencegah terjadinya depresi agar terhindar dari resiko insomnia.

Kata kunci : depresi, insomnia, lansia

35

Page 40: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

PendahuluanDepresi merupakan salah satu penyebab

terjadinya insomnia pada lansia, karena depresimenyebabkan seseorang menjadi sedih, susah tidurdan merasa lelah saat bangun tidur. Selain depresi,faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya insomniapada lansia adalah stress atau kecemasan, kematianpasangan hidup, penggunaan obat yang meningkatdan kondisi sakit fisik yang menimbulkan gangguanaktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani, rohanidan sosial (Margatan Arcole, 1997:71). Dilaporkanpula jumlah lansia di Propinsi Jawa Timur pada tahun2003 sebanyak + 986.000 jiwa. Dari sekian banyakjumlah lansia tersebut dilaporkan angka insiden yangmengalami insomnia adalah sebesar 37,5% (NugrohoWahyudi, 2000:03). Salah satu penyebab terjadinyainsomnia pada lansia adalah depresi. Dampak yangsering terjadi pada lansia yang mengalami insomniayaitu peningkatan suhu badan, mudah capek, pusing,perubahan kepribadian dan perilaku, menarik diri,bingung dan disorientasi terhadap tempat dan waktu(Priharjo Robert, 1998:28). Insomnia akibat daridepresi akan membahayakan fisik maupun mentalpada lansia, maka disini peran perawat sangat pentingdalam pemeliharaan kesehatan fisik maupun mentalsecara komprehensif yaitu melalui upaya preventif,promotif, kuratif dan rehabilitatif, sehingga denganpenelitian ini dapat menjadi langkah petugaskesehatan khususnya di puskesmas yang menyangkutjuga pemeliharaan kesehatan lansia untuk selalumemberikan penyuluhan tentang dampak depresi padalansia.

Metode PenelitianJenis penelitian ini menggunakan pendekatan

cross sectional . Populasi pada penelitian ini adalahseluruh lansia yang ada di Desa MayanggenengKecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro denganjumlah 340 responden terdiri dari 2 RW / 9 RT danlansia yang berumur 60-70 tahun 120 orang. Besarsampel 50 dengan menggunakan tehnik samplingnyapurposive sampling. Variabel independen dalampenelitian ini adalah depresi dan variabel dependendalam penelitian ini adalah insomnia pada lansia.Pengumpulan data dengan kuesioner pada respondenmelalui wawancara terpimpin dan hasilnya dirata–rata. Analisa data dengan korelasi tata jenjang dengantingkat kemaknaan p < 0,05

Hasil dan Pembahasan1. Distribusi despresi pada lansia

Tabel 1 Distribusi Depresi pada lansia di DesaMayanggeneng Kecamatan Kalitidu

Kabupaten Bojonegoro pada Bulan Mei-Juli 2010

No Depresi Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak depresi 18 36 2. Depresi ringan 23 46 3. Depresi sedang 7 14 4. Depresi berat 2 4

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa lansiadi Desa Mayanggeneng Kecamatan Kalitidu KabupatenBojonegoro tidak mengalami depresi sebanyak 18responden (36%) depresi ringan sebanyak 23 responden(46%), depresi sedang sebanyak 7 responden (14%) dandepresi berat sebanyak 2 responden (4%).

2. Distribusi insomnia pada lansiaTabel 2 Distribusi Insomnia pada Lansia di Desa

Mayanggeneng Kecamatan KalitiduKabupaten Bojonegoro pada Bulan Mei –Juli 2010

No Insomnia Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak insomnia 22 44 2. Insomnia 28 56

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwalansia yang ada di Desa Mayanggeneng KecamatanKalitidu Kabupaten Bojonegoro adalah tidak mengalamiinsomnia sebanyak 22 responden (44%) dan mengalamiinsomnia sebanyak 28 responden (56%).

3. Tabulasi silang antara depresi dengan insomnia padalansiaTabel 3 Tabulasi Silang Antara Depresi dengan

Insomnia pada Lansia di Desa MayanggenengKecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoropada Bulan Mei–Juli 2010

Insomnia Insomnia Tidak Total insomnia

DepresiN % N % N %

Tidak depresi 14 28 4 8 18 36Depresi ringan 5 10 18 36 23 46Depresi sedang 3 6 4 8 7 14Depresi berat 0 0 2 4 2 4

Jumlah 22 44 28 56 50 100

Coefficient Corellation = 0,432 r=0,002

36

Page 41: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

Dari hasil analisis dengan menggunakan ujistatistik correlation spearman rho menunjukkan nilair < 0,05 yaitu 0,002 dan correlation coefficient 0,432yang berarti bahwa variabel depresi dan insomniamempunyai nilai signifikan, berarti ada hubunganantara depresi dengan insomnia pada lansia di DesaMayanggeneng Kecamatan Kalitidu KabupatenBojonegoro tahun 2010

PembahasanBerdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa

lansia di Desa Mayanggeneng Kecamatan KalitiduKabupaten Bojonegoro tidak mengalami depresisebanyak 18 responden (36%) depresi ringan sebanyak23 responden (46%), depresi sedang sebanyak 7responden (14%) dan depresi berat sebanyak 2responden (4%). Depresi adalah suatu perasaan sedihdan pesimis yang berhubungan dengan suatupenderitaan dapat berupa serangan yang ditujukanpada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam.Gejala-gejala umum seperti pandangan kosong, kurangatau ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, aktivitasmenurun, kurangnya nafsu makan, sedih dan jugasusah tidur di malam hari dan bangun terlambat(Nugroho Wahjudi, 1995:77).

Usia adalah salah satu faktor depresi padalansia. Seseorang dengan usia tua akan mengalamiperubahan pada struktur tubuh dan terjadinyapenurunan respon tubuh terhadap perubahan ataustres, baik yang datang dalam tubuh sendiri maupunyang datang dari luar sehingga dapat menimbulkangangguan kesehatan terutama kesehatan mental yaituterjadinya depresi pada seseorang.

Berdasar hasil penelitian di DesaMayanggeneng Kecamatan Kalitidu KabupatenBojonegoro rata-rata lansia berusia 60-65 tahunsebanyak 32 responden (64%). Dengan adanya usialansia semakin tua maka semakin banyak pulaperubahan yang terjadi khususnya perubahan mentalatau stress pada diri lansia tersebut. Perubahan mentaldisini tidak bisa mencari nafkah lagi atau bekerja,merasa tidak berharga dilingkungan keluarga karenatidak dapat membantu atau melakukan aktifitas untukmeringankan beban keluarga dan merasa hidupnyamenyebabkan depresi pada lansia. Oleh karena itudiharapkan bagi anggota keluarga yang mempunyailansia menjaga dan merawat kondisi fisiknya, seringaktif dalam berkomunikasi, memberikan semangat dankesempatan kepada lansia untuk mengutarakanpendapat serta melibatkan lansia dalam kegiatansehari-hari sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

sehingga dengan adanya tindakan tersebut dapatmencegah resiko terjadinya depresi pada lansia.

Sedangkan tabel 2 menggambarkan bahwalansia yang ada di Desa Mayanggeneng KecamatanKalitidu Kabupaten Bojonegoro adalah tidakmengalami insomnia sebanyak 22 responden (44%) danmengalami insomnia sebanyak 28 responden (56%).Insomnia adalah suatu keadaan seseorang dengankuantitas dan kualitas tidur yang kurang. Gejalaseseorang yang mengalami insomnia seperti kesulitanjatuh tidur atau tidak tercapainya tidur nyenyak.Keadaan ini bisa berlangsung sepanjang malam dandalam tempo berhari-hari, berminggu-minggu ataulebih, merasa lelah saat bangun tidur dan tidakmerasakan kesegaran, sakit kepala di pagi hari,kesulitan berkonsentrasi, psikologi mudah marah, matamerah dan mengantuk disiang hari (Williams Adrian,2005:15).

Berdasarkan penelitian bahwa sebagian besarlansia mengalami insomnia, hal ini disebabkan karenalanjut usia menjalani kemunduran kerja fisik sehinggamenimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari sepertinyeri kepala dan nyeri sendi-sendi. Dengan adanyanyeri tersebut dapat mempengaruhi kebutuhan istirahattidur seseorang sehingga lansia mengalami insomniaatau kesulitan untuk tidur.

Dari hasil analisis dengan menggunakan ujistatistik correlation spearman rho menunjukkan nilair < 0,05 yaitu 0,002 dan correlation coefficient 0,432yang berarti bahwa variabel depresi dan insomniamempunyai nilai signifikan, berarti ada hubunganantara depresi dengan insomnia pada lansia di DesaMayanggeneng Kecamatan Kalitidu KabupatenBojonegoro pada bulan Januari 2009 . nsomniamerupakan suatu keadaan seseorang dengan kuantitasdan kualitas tidur yang kurang. Faktor-faktor yangdapat menyebabkan insomnia adalah pensiunan danperubahan pola sosial, kematian pasangan dan temandekat, penggunaan obat yang meningkat, kondisi fisik,stress atau kecemasan, efek samping pengobatan, polamakan yang buruk kurang berolah raga dan insomnia(Williams Adrian, 2005:5). Depresi merupakan salahsatu penyebab terjadinya insomnia pada lansia. Depresiadalah suatu perasaan sedih dan pesimis yangberhubungan dengan suatu penderitaan dapat berupaserangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaanmarah yang dalam (Nugroho Wahyudi, 1995:77).

Dengan demikian bahwa depresi merupakansalah satu penyebab terjadinya insomnia pada lansia.Depresi merupakan faktor yang sangat pentingterjadinya gangguan istirahat tidur. Seseorang yang

37

Page 42: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

tidak mengalami depresi akan terhindar dariinsomnia. Sebaliknya seseorang yang sedih, merasabersalah, merasa tidak puas dengan hidup, menarikdiri dari sosial, maka orang tersebut semakin terkenaresiko insomnia. Oleh karena itu depresi dapatmenyebabkan insomnia pada lansia.

Kesimpulan dan SaranLansia di desa Mayanggeneng Kec Kalitidu

Kabupaten Bojonegoro kurang dari sebagianmengalami depresi ringan sebanyak 23 responden(46%) dengan lebih dari sebagian mengalamiinsomnia sebanyak 28 responden (56%). Untukmengurangi terjadinya depresi perlunya lansia dapatmelakukan aktifitas tetap sesuai dengankemampuannya sehingga tidak terjadi kekosonganwaktu, gizi cukup dan schedule, olahrada dan ibadah.

Daftar Pustaka

Endang Lanywaty. (2001). Insomnia (Gangguan SulitTidur). Yogyakarta : Kanisius.

Wahid Iqbal Mubarok, dkk. (2006). Ilmu KeperawatanKomunitas 2. Jakarta : CV. Sagung Seto.

Wahyudi Nugroho. (2001). Perawatan Lanjut Usia.Jakarta : EGC.

Wahyudi Nugroho. (2001). Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC.

Will iams Adrian. (2001). Insomnia. Jakarta :Apratana.

38

Page 43: LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro filePUSKESMAS NGASEM KEDIRI The Relationship Of Baby’s Mother Knowledge About The Adverse Events Following Immunization (AEFI) DPT / HB Combo With

ASUHAN KESEHATAN VOL. 5 No. 3, April 2012

LPPM AKES Rajekwesi Bojonegoro

PETUNJUK PENULISAN

Jurnal ASUHAN KESEHATAN menerima hasil penilitian, kajian konsep yang merupakan pemikiran inovasihasil telaah pustaka dan pembahasan tinjauan pustaka yang belum pernah dipublikasikan yang bermanfaat untukmenunjang kemajuan Ilmu Pendidikan di bidang Kesehatan di dalam maupun luar negeri.1. Judul, menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas, ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa

Inggris, penulis diharapkan mencantumkan pula judul ringkasan dengan susunan karakter 40 karakter/ketukanbeserta nama penulis utama yang akan dituliskan sebagai judul pelari ( running title ).

2. Nama Penulis, tanpa gelar disertai catatan kaki tentang instansi penulis bekerja, jumlah penulis yang terteradalam artikel minimal 2 orang, maksimal 4 orang.

3. Alamat, berupa Instansi tempat penulis bekerja dilengkapi dengan alamat Pos lengkap dan alamat e-mail jikaada ( untuk penulisan korespondensi ).

4. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris, minimal 100 kata dan merupakan intisari seluruh tulisan disertakan3-5 kata kunci ( key word ).

5. Daftar Pustaka ditulis sesuai metode Harvard style.

Artikel Hasil Penelitian1. Pendahuluan

Berisi latar belakang, penjelasan mengenai penelitian terkait yang up to date dan nilai lebih penelitian yangmerupakan inovasi kutipan dari daftar pustaka dibuat dengan tanda (1) berdasarkan nomor dalam daftarpustaka.

2. Metode PenelitianMenjelaskan kronologi penelitian termasuk cara menyiapkan bahan penelitian, rancangan atau desain penelitian,prosedur penelitian ( dalam bentuk algoritma, pseudocode atau lainnya ), cara pengujian dan pengambilandata. Pada bagian ini boleh juga diberikan dasar teori, Tabel dan Gambar dibuat centre seperti dibawah inidiacu pada naskah.

3. Hasil dan PembahasanPada bagian ini berisi hasil penelitian yang dilakukan sekaligus dibahas secara komprehansif. Hasil bisaberupa gambar, grafik, tabel, da lain - lain yang mempermudah pembaca paham da diacu di naskah. Jikabahasa terlalu panjang dapat dibuat sub - sub judul.

4. Kesimpulan dan SaranMemberikan pernyataan bahwa apa yang diharapkan sebagaimana dalam pendahuluan akhirnya dapatdiperoleh hasil dan pembahasan, sehingga terdapat kesesuaian.Selain itu juga ditambahkan prospekpengembangan dari hasil penelitian dan aplikasi lebih jauh yang menjadi prospek kajian berikutnya.

Petunjuk UmumPenulisan MakalahMakalah diketik pada kertas A4, degan huruf time new roman 10, spasi tunggal, jarak dari tepi 3 cm, jumlahhalaman maksimal 20.Setiap halaman diberi nomor urut dari mulai halaman judul sampai halaman terakhir.Kirimkan sebuah makalah asli disertai dengan 2 fotocopy serta soft copy file dalam bentuk CD. Tulis nama filedan program yang digunakan dalam CD.

TabelSetiap tabel harus diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan urutan penyebutan dalam teks. Setiaptabel diberi judul singkat. Setiap kolom diberi sub judul singkat. Tempatkan penjelasan pada catatan kaki, bukanpada judul jurnal, tabel maksimal 6 buah.

Makalah/artikel dikirim ke alamat :Redaksi ASUHAN KESEHATAN Jurnal Kesehatan Akes Rajekwesi BojonegoroJL.KHR. Moh. Rosyid KM. 05 Ngumpakdaelm BojonegoroTelp. 0353 882197 Fax. 0353 881902 e-mail : [email protected]

39