lp SOL GOOD.docx

59
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DEWASA II SOL (Space Occupying Lession) OLEH: Irma Ariani (010109a055) Iwan Wahyudi (010109a057) Juris Purnama P (010109a060) Kadek Oka Aryana (010109a062) Kartiko Heri C (010109a063) Komariatu Astuti (010109a065) Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Jl. Gedongsongo, Candirejo – Ungaran

description

irma

Transcript of lp SOL GOOD.docx

Page 1: lp SOL GOOD.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DEWASA II

SOL (Space Occupying Lession)

OLEH:

Irma Ariani (010109a055)

Iwan Wahyudi (010109a057)

Juris Purnama P (010109a060)

Kadek Oka Aryana (010109a062)

Kartiko Heri C (010109a063)

Komariatu Astuti (010109a065)

Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo

Jl. Gedongsongo, Candirejo – Ungaran

Tahun Ajaran 2011/2012

Page 2: lp SOL GOOD.docx

Kata Pengantar

Puji syukur kehadihat Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasih sayangnya

hingga selesainya laporan pendahuluan tentang SOL (Space Occupying Lession) ini,

shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada tauladan terbaik Rasulullah

Muhammad saw. Penulis mengucapkan banyak terimakasih pada pihak-pihak yang

membantu penyusunan laporan pendahuluan ini.

Saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan lebih lanjut.

Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Page 3: lp SOL GOOD.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diagnosis tumor otak memulai perjalanan ragu, takut, dan harapan bagi

pasien dan nya saga manusia family.The adalah interminglet dengan masalah

yang berkaitan dengan sugtre dan kerugian signifikan fungsi logis neuroligic,

pilihan pengobatan, dan kualitas hidup. pengetahuan abbroad terbaik

menyediakan profesional kesehatan dengan informasi dan keterampilan untuk

merawat pasien dan keluarga dengan cara yang sensitif compasionate, dan

humanistik. dalam hal ini rangka prinsip-prinsip dasar, conseps terkait dengan

tumor otak explorer.

Lokasi anatomi mengacu pada lokasi lesi mengacu pada tentorium sebagai

titik acuan membedakan antara supratentorial series, yang menandakan tumor e

terletak di atas tentorium (belahan otak), dan infratentorial series, yang

menandakan suatu tumor yang terletak di bawah tentorium tersebut (batang otak

dan otak kecil).

Cara kedua dalam memandang lokasi anatomi tumor otak adalah dengan

situs sebenarnya lesi, seperti lobus frontal, lobus temporal, pons atau otak kecil.

Mengetahui lokasi lesi membantu untuk memprediksi defisit kemungkinan

berdasarkan pemahaman tentang fungsi normal dari daerah anatomis.

( Maise, K dkk, 1992 )

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang SOL ( Brain Tumor ) serta

mengaplikasikan ke dalam proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang pengertian dari SOL

(Space Occupying Lession)

b. Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang penyebab/etiologi dari

SOL (Space Occupying Lession)

Page 4: lp SOL GOOD.docx

c. Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang patofisiologi dan

pathway dari SOL (Space Occupying Lession)

d. Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang manifestasi klinis dari

SOL (Space Occupying Lession)

e. Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang komplikasi dari SOL

(Space Occupying Lession)

f. Untuk mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan diagnostik dari

SOL (Space Occupying Lession)

g. Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan medis

dari SOL (Space Occupying Lession)

h. Untuk dapat mengaplikasikan proses keperawatan tentang SOL (Space

Occupying Lession) ( pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, evaluasi ).

Page 5: lp SOL GOOD.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar SOL (Space Occupying Lession)

1. Pengertian SOL (Space Occupying Lession)

SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah

tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak.

Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio

serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial ( Long C , 1996 :

130).

Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial

yang menenpati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu tumbuh

sebagai massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk

kedalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi

jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau

semua kejadian patofisiologi sebagai berikut :

a. Peningkatan tekanan intrakranial ( TIK ) dan edema serebral .

b. Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologi fokal

c. Hidrosefalus

d. Gangguan fungsi hipofisis

Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :

a. Jinak

- Acoustic neuroma

- Meningioma

- Pituitary adenoma

- Astrocytoma ( grade I )

b. Malignant

- Astrocytoma ( grade 2,3,4 )

- Oligodendroglioma

- Apendymoma

Tumor-tumor otak primer menunjukan kira-kira 20% dari semua

penyebab kematian karena kanker, di mana sekitar 20% sampai 40% dari

Page 6: lp SOL GOOD.docx

semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari tempat-tempat lain.

Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar system saraf pusat tetapi jejas

metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal

bagian bawah, pankreas, ginjal, dan kulit ( melanoma )

Insiden tertinggi Pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima

keenam dan ketujuh, dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa,

tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat struktur dan

mendukung sistem otak dan medulla spnalis) dan merupakan supratentoral

(terletak diatas penutup serebelum). Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya

menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernapasan

atau adanya peningkatan TIK

(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2167)

2. Klasifikasi Tumor Otak

Klasifikasi tumor otak diantaranya

a. Tumor-tumor yang berasal dari jaringan otak

Gliomas : tumor penginfiltrasi yang dapat menyerang beberapa bagian

otak : biasanya bagian ini banyak pada bagian otak.

1) Astrositoma (derajat 1 dan 2)

2) Glioblastoma (derajat 3 dan 4 astrositoma)

3) Apendimoma

4) Meduloblastoma

5) Oligodendroglioma

6) Kista koloid

b. Tumor yang muncul dari pembungkus otak :

Meningioma : terbungkus dalam kapsul, dapat dipastikan dengan baik,

pertumbuhan keluar jaringan otak : menekan dari pada menginvasi otak.

c. Tumor yang berkembang didalam atau pada saraf kranial

Neuroma akustik : diturunkan dari lapisan pembungkus saraf akustik saraf

optik spongioblastoma polar.

d. Lesi metastatik

Paling umum dari paru dan payudara

Page 7: lp SOL GOOD.docx

e. Tumor kelenjar tanpa duktus

1) Hipofisis

2) Dinealis

f. Tumor pembuluh darah

1) Hemagioblastoma

2) Angioma

g. Tumor-tumor congenital

Tumor Spesifik

1) Glioma maligna biasanya banyak terjadi pada eoplasma otak yang

jumlahnya kira-kira 45% dari semua tumor otak. Biasanya tumor-

tumor ini tidak dapat dibuang secara oral, karena tumor menyebar

dengan infirtrasi ke dalam sekitas jaringan saraf dan hal ini tidak

dipertimbangkan untuk untuk direksi Tnpa menyebabkan kerusakan

sekalu pada struktur vital.

2) Adenoma hipofisis (kelenjar pituitary) adalah kelenjar yang relative

kecil terletak pada sela tursika. Kelenjar ini menenmpel pada

hypothalamus melalui sebuah tangkai pendek ( tangkai hipofisial ) dan

dibagi menjadi dua lobus anterior (adeno hipofisis) dan posterior

(neuro hipofisis). Lobus anterior mengeluarkan hormone pertumbuhan,

hormone adreno kortikotrofik (ACTH), hormone perangsang –tiroid

(TSH) prolaktin, hormon-hormon perangsang folikel (FSH), dan

hormon luteinizing (LH) hipofisis posterior menyimpan dan

melepaskan hormon antidiuretik ( vasopressin ) dan oksitosin.

Efek tekanan tumor-tumor hipofisi menunjukan kira-kira 2-8%

dari semua tumor otak dan menyebabkan gejala-gejala akibat tekanan

pada struktur sekitar atau terjadi perubahan hormon ( hiperfungsi dan

hipofungsi . tekanan dari adenoma hipofungsi mungkin mendesak

saraf-saraf optic, khiasma optic, atau saluran optic atau diatas

hypothalamus atau pada ventrikel ketiga bila tumor-tumor menyerang

sinus kavernosa atau meluas ke dalam tulang sphenoid. Pengaruh

tekanan menyebabkan sakit kepala, gangguan fungsi pengelihatan,

gangguan hipothalanus (misal: gangguan tidur, nafsu makan

Page 8: lp SOL GOOD.docx

menurun,suhu dan emosi) peningkatan TIK dan pembesaran serta

erosi sella tursika.

Efek hormoral fungsi hipofisis yang terdapat tumor dapat

menghasilkan satu atau lebih hormon normal yang dihasilkan oleh

hipofisis anterior. Hormon-hormon ini dapat menyebabkan adenoma

hipofisis penyekresi prolaktin (prolaktinoma), sekresi hormon

pertumbuhan oleh adenoma hipofisis yang menyebabkan akromegali

pada orang dewasa dan produksi ACTH oleh adenoma hi[pofisis yang

meningkat pada penyakit chushing. Sekresi TSH atau FSH -LH pada

adenoma tidak sering terjadi. Dimana kedua hormon pertumbuhan

dan prolaktin relative biasa dihasilkan oleh adenoma.

Pasien wanita mempunyai kelenjar hipofisis yang menyekresi

kuantitas prolaktin yang berlebihan dengan menimbulkan amenorea

atau galaktorea (kelebihan atau aliran spontan susu). Pasien pria

dengan prolaktinoma dapat muncul dengan impotensi dan

hipogonadisme.

Akromegali disebabkan oleh kelebihan hormon pertumbuhan,

menimbulkan pembesaran tangan dan kaki distorsi gambaran wajah,

dan tekanan pada saraf-saraf perifer ( sidrom entrapment )

h. Angioma otak (bentuk pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal

yang dapat di dal.am atau diluar daerah otak ). Beberapa kehidupan yang

terdapat angioma menyebabkan gejala-gejala, pada tumor otak lainnya

muncul gejala –gejala. Kadang- kadang diagnose member kesan dengan

adanya angioma yang lain di beberapa tempat dalam kepala atau dengan

sebuah bruit ( suara abnormal ) terdengar sampai di tengkorak. Karena

dinding-dinding pembuluh darah pada angioma tipis, maka pasien beresiko

terhadap adanya cedera vascular serebral ( stroke ). Adanya perdarahan

serebral pada orang di bawah 40 tahun member kesan munkin adanya

angioma,

i. Neuroma akustik adalah sebuah tumor pada saraf cranial kedelapan, saraf

untuk pendengaran dan keseimbangan. Itu biasanya muncul juga dalam

Page 9: lp SOL GOOD.docx

meatus audotori internal, di mana ini sering berkembang sebelum

pengisian serebelopontin berhenti/.

Neuro akustik dapat tumuh lambat dean mencapai ukuran besar

sebelu diagnose di tegakan. Pasien biasanya mengalami kehilangan

pendengaran, tinnitus dan episode vertigo dan gaya berjalan

semponyongan. Akibat tumor menjadi membesar, sensasi nyeri pada

wajah dapat terjadi pada sisi wajah yang sama, sebagai hasil dari tekanan

tumorpada saraf cranial kelima.

Dengan menggunakan teknik sinar x yang diperbaiki dan

penggunaan mikrosop operasi dan istrumen bedah mikro, sehingga tumor-

tumor besar yang dapat diangkat melaui kraniotomi relative kecil.

Beberapa tumor-tumor ini cocok untuk radioterapi stereotaktik dari

beberapa pembedahan.

(Smeltzer & Bare, 2001)

Tumor otak dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yang

membedakan, termasuk primer atau sekunder, asal neuroembrionik, aksial

intra-aksial atau ekstra, ganas atau jinak, dan tumor anak atau orang dewasa.

a. Primary Versus Secondary Brain Tumors

Tumor otak primer berasal dari sel-sel dan struktur biasanya ditemukan di

dalam otak. Metastasis tumor otak berasal dari struktur luar otak, paling

sering dari tumor primer dari payudara, paru-paru, saluran pencernaan, dan

genitourinari. Karsinomatosis adalah suatu kondisi dimana karsinoma

tersebar luas di seluruh tubuh. Kadang-kadang menggunakan

menggambarkan beberapa metastasis lesi pada otak atau meninges.

b. Neuroembrionic Origins

Sistem saraf berasal dari lapisan (luar) ectodermal embrio tersebut. Pada

16 hari lempeng saraf muncul, berubah ke alur saraf dan tabung saraf pada

minggu ketiga sel neuroectodermal tidak dimasukkan ke dalam tabung

bentuk saraf saraf puncak. Tabung saraf dan pial neural berisi dua jenis sel

dibedakan disebut neuroblasted dan glioblasts (spongioblasts). yang

neuroblasts menjadi unit dasar dari struktur dalam sistem saraf, dan disebut

Page 10: lp SOL GOOD.docx

neuron. yang glioblasts dari berbagai sel yang mendukung, melindungi,

dan metabolik yang membantu neuron. mereka kolektif disebut sel glial.

Sel glial dibagi lagi menjadi astrosit (sel berbentuk bintang),

oligodendrocytes (sel glial dengan proses view), dan sel ependymal (garis

ventrikel). Ini adalah dasar untuk kategori luas dari tumor otak yang

disebut glioma. Glioma lebih lanjut dibagi lagi ke dalam astrocytomas,

oligodendrogliomas, dan ependymomas.

c. Intra-Axial Versus Extra –Axial Brain Tumors.

Intra tumor otak aksial terletak dalam neuraxis pusat (hemisfer serebral,

batang otak, dan otak kecil). Mereka berasal dari sel prekursor neurologlial

dan kebanyakan ditemukan di bagian putih. Ekstra-aksial tumor otak

terletak di luar neuraxis Tengah. Mereka timbul dari saraf kranial, kelenjar

hipofisis, atau meninges.

( Maise, K dkk, 1992 )

3. Etiologi SOL ( Brain Tumor )

Para insiden tahunan tumor otak di amerika serikat adalah perkiraan

menjadi 17500 primer intrakranial neoplas sekunder Neoplasma dan 17400

dan tumor metastasis intrakranial adalah dari pada orang dari segala usia,

dengan halaman insidence keluar engcuring pada anak usia dini dan dalam

lima, enam dan dekade ketujuh. insident yang lebih tinggi pada pria

dibandingkan pada wanita (9,6 vs 7,9 / 100.000) sebuah insident tinggi

glioma ganas dan neuromas adalah huruf pada pria, memakai insidence dari

meningioma dan pituitari adenoma lebih tinggi pada wanita. penyebab tumor

otak primer tidak diketahui. noda tumor tampaknya memiliki dasar bawaan

(epidermoid, dermoid, dan tumor teratoid dan craniophryngiomas). Lainnya

mungkin berhubungan dengan faktor herediter (penyakit huruf reckling

Hausen, untuk sklerosis berous, dan font Hippel-Lindau penyakit).

( Maise, K dkk, 1992 )

Penyebab tumor masih sedikit yang diketahui. Meningioma sedikit

lebih banyak pada wanita. Radiasi merupakan suatu faktor untuk tumbuhnya

tumor otak, trauma, infeksi dan toksin belum dapat dibuktikan sebagai

penyebab tumor otak. Tetapi bahan industri tertentu seperti nitrosurea adalah

Page 11: lp SOL GOOD.docx

korsinogen yang potensial. Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang

mendapat imunosupresan seperti transplantasi ginjal, sumsum tulang dan

pada AIDS (Mansjoer, A, 1999).

Menurut Reeves (2001), tumor otak dapat terjadi karena adanya hal-hal

sebagai berikut :

a. Faktor genetik jenis meningioma, astrositoma, dan nodula fibroma dapat

ditemukan pada anggota keluarga

b. Paparan bahan kimia yang bersifat karsinogenik, misal : methyl

cholantrone/netrosethil urea

c. Virus

4. Manifestasi Klinis

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), tumor otak menunjukkan

manifestasi klinis yang tersebar bila tumor ini menyebabkan peningkatan TIK

(Tekanan Intrakranial) serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor

yang mengganggu bagian spesifik dari otak.

a. Gejala peningkatan tekanan intrakranial

Gejala-gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan-tekanan

yang berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor.

Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak,

cairan cerebrospinal dan darah serebral, semua terletak didalam

tengkorak. Sebagai akibat dari pertumbuhan tumor, maka kompensasi

penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena-vena

intracranial, melalui penurunan volume cairan cerebrospinal (melalui

peningkatan absorbsi dan menurunkan produksi). Penurunan sedang pada

aliran darah serebral dan menurunnya massa jaringan otak intraseluler dan

ektraseluler.

Bila kompensasi ini semua gagal, pasien mengalami tanda dan

gejala peningkatan TIK. Gejala-gejala peningkatan TIK menurut Menurut

Smeltzer dan Bare (2001 :

Page 12: lp SOL GOOD.docx

1) Sakit kepala

Meskipun tidak selalu ada, tetapi ini banyak terjadi di pagi hari

dan menjadi buruk oleh karena batuk, menegang atau melakukan

gerakan yang tiba-tiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor,

tekanan atau penyimpangan struktur sensitive nyeri, atau oleh karena

edema yang mengiringi adanya tumor.

Sakit kepala selalu digambarkan dalam atau meluas atau

dangkal tapi terus menerus. Tumor frontal menghasilkan sakit pada

frontal bilateral, tumor kelenjar hipofisis menghasilkan nyeri dan

menyebar antara dua pelipis (bitemporal), sebelum menyebabkan sakit

kepala yang terletak pada daerah suboksipital bagian belakang kepala.

2) Muntah

Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan, yang selalu

disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal dimedula. Jika muntah

dengan tipe yang kuat, ini digambarkan sebagai muntah proyektil.

3) Papiledema (edema pada saraf optik)

Peningkatan tekanan perioptic menghambat drainase vena dari

daerah kepala optik dan retina, sehingga mengakibatkan papilledema.

b. Gejala terlokalisasi

Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah

otak yang terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal,

seperti ketidaknormalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan

kejang

a Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan

gejala seperti kejang-kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang

disebut kejang jacksonian.

b Tumor lobus oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia

homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang

pandangan pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi

penglihatan.

c Tumor serebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan

keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan

Page 13: lp SOL GOOD.docx

kecenderungan jatuh kesisi lesi, otot tidak terkoordinasi dan nistagmus

(gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukkan

gerakan horizontal.

d Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian,

perubahan status emosional dan tingkah laku dan disintregasi perilaku

mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang

merawat diri.

e Tumor sudut serebelopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik

dan memberi rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteritik

gejala pada tumor otak

1) Pertama, tinitus dan kelihatan vertigo, gangguan fungsi saraf

kedelapan

2) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal-gatal pada bagian wajah dan

lidah (berhubungan dengan saraf kranial kelima)

3) Selanjutnya terjadi kelemahan atau paralisis (keterlibatan saraf

kranial ketujuh)

4) Akhirnya karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin

ada abnormalitas pada fungsi motorik

f Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,

gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada

lansia.

( Smeltzer & Bare, 2001)

5. Patofisiologi

a. Hipotesis Monro-Kellie

Patofisiologi tumor otak didasarkan pada pemahaman tentang

Monro-Kellie hipotesis, yang menyatakan bahwa otak telah membatasi

mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan intra kranial

(intra cranial presure/ICP) normal dengan penurunan (1) volume jaringan

otak, (2) cairan serebrospinal (CSF), dan (3) volume darah serebral

(CBV). Kemampuan untuk mengimbangi dan mencegah kenaikan pesat

dalam tekanan intra kranial.

Page 14: lp SOL GOOD.docx

Pemindahan Volume Cairan serebrospinal. Pertama, volume CSF

dalam ventrikel dan ruang subarachnoid menurun. Hal ini dilakukan

dengan menggeser beberapa CSF melalui foramen magnum ke dalam

ruang suarachnoid tulang belakang. Ketika batas kompensasi CSF yang

melampaui, tekanan dalam ventrikel dan meningkatkan subarachnoid

ruang. Hal ini, pada gilirannya, meningkatkan tekanan di dalam tangki air

dan ruang subarachnoid lumbar. Jika monitor ICP di tempat atau jika

punture lumbal dilakukan, tekanan akan recoeded sebagai yang

ditinggikan. Kedua, peningkatan tekanan perioptic menghambat drainase

vena dari daerah kepala optik dan retina, sehingga mengakibatkan

papilledema.

Komponen intrakranial lain yang telah membatasi kemampuan

kompensasi adalah CBV venula Pertama dalam jaringan sekitar tumor

yang dikompresi. Kompresi mengangkat tekanan kapiler dan

menyebabkan edema vasogenic. Setelah edema dimulai, dapat

melanggengkan siklus meningkatnya edema lebih. Kedua, untuk

penyerapan cairan serebrospinal (CSF) terjadi, tekanan dalam ruang

subarachnoid harus lebih besar dari tekanan pada sinus venouses.

Tekanan vena meningkat yang disebabkan oleh tumor menurun

penyerapan CSF dan menghasilkan peningkatan volume CSF dan

tekanan. Jika tekanan CSF peningkatan terjadi secara perlahan,

vasodilatasi arteri dan hasil arteriol. Jika tekanan ventrikel meningkat

dengan cepat, tekanan darah arteial juga harus bangkit dengan cepat

untuk mencegah kolaps vaskuler. Baroreseptor di pemicu sinus karotis

sinus karotis refleks. Efek diamati adalah tekanan darah meningkat,

terutama komponen sistolik, dengan bradikardia bersamaan.

(Risingsystolic tekanan darah, tekanan nadi melebar, dan bradikardia

secara kolektif dikenal sebagai respons Cushing). Ketiga, statis vena

serebral dan peningkatan bersamaan di tingkat CO2 memicu pusat

vasomotor meduler menyebabkan vasodilatasi. Vasodilatasi ini

meningkatkan CBV intrakranial. Salah satu batas kompensasi tercapai,

ICP naik.

Page 15: lp SOL GOOD.docx

b. Pertumbuhan Tumaor Dan Pengaruh Pada Otak

Sebuah tumor otak biasanya akan tumbuh sebagai massa bola

sampai menemukan struktur yang lebih kaku, seperti tulang atau cerebri

falx. Para encocounter dengan zat aplastik memerlukan perubahan dalam

contor neoplasma tersebut. Celss neoplastik juga dapat tumbuh difus

ruang infiltratingtissue, karena beberapa sel tanpa membentuk massa

definete. Ukuran tumor disebabkan karena mulai larges en proliferasi sel

atau sebagai hasil dari nekrosis, akumulasi cairan, perdarahan, atau

akumulasi dari produk oleh degenerasi dalam gumpalan itu.

Tumor mempengaruhi otak melalui kompresi jaringan serebral,

invasi atau infiltrasi jaringan otak, dan kadang-kadang erosi satu.

Mekanisme ini memicu perubahan patofisiologi edema serebral dan

meningkatkan ICP.

c. Edema Serebral

Pada pasien dengan tumor otak, edema vasogenic berkembang

pada jaringan sekitarnya dari tumor karena kompresi. Pada tingkat sel,

permeabilitas meningkat dari sel-sel endotel kapiler dari hasil materi

putih di otak rembesan plasma ke dalam ruang ekstraseluler dan antara

lapisan selubung mielin. Hal ini mengubah potensial listrik dari sel dan

mengganggu aktivitas selular. Edema otak juga dapat berkembang

dengan cepat dari perubahan dalam penghalang darah-otak yang

disebabkan oleh zat yang dilepaskan dari sel tumor. Sebagai edema otak

terus berkembang, dapat menyebabkan tanda dan gejala peningkatan ICP.

d. Peningkatan Tekanan intrakranial

Tanda dan gejala peningkatan ICP akan berkembang sebagai

tumor tumbuh dan meningkatkan edema serebral. Perlahan-lahan tumbuh

alow tumor untuk kompensasi yang lebih besar dari isi intrakranial dari

yang berkembang pesat tumor. Namun, sebagai batas akomodasi volume

intrakranial dan kompensasi tercapai, kenaikan ICP dan gejala

peningkatan ICP menjadi jelas. Ini dimulai periode dekompensasi.

Tanda-tanda dan gejala peningkatan ICP dapat mencakup salah satu atau

semua hal berikut:

Page 16: lp SOL GOOD.docx

a. Deterrioration di tingkat kesadaran (kebingungan, gelisah, pingsan,

koma)

b. Abnormal fungsi pupil

c. Defisit dalam gerakan luar mata

d. Defisit motoris (paresis, kelumpuhan, sikap abnormal)

e. defisit sensoris

f. Perubahan fungsi pernafasan dan tanda-tanda vital lainnya

Pada orang dewasa, tumor otak yang paling berada di wilayah

supratentorial. Sebagai ICP mulai meningkat. Tanpa pengobatan definitif

dan managemen ICP meningkat, akan berakibat kematian.

( Maise, K dkk, 1992 )

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gejala-

gejalanya terjadi berurutan. Gangguan neurologik pada tumor otak

biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor: gangguan fokal

disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial.

Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan

otak, dan infiltrasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan

jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada

tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya glioblastoma multi forme).

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor

yang tumbuh menyebar menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan

suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan

fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan

serebrovaskuler primer.

Serangkaian kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan

neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah

ke otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim

otak sekitarnya sehingga memberat gangguan neurologis fokal.

Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa

faktor: bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema

sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal. Pertumbuhan

tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambil

Page 17: lp SOL GOOD.docx

tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku.

Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya.

Mekanismemya belum seluruhnya di pahami, tatapi diduga disebabkan

oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor.

Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan

edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya

menimbulkan kenaikan intrakaranial dan meningkatkan tekanan

intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan cerebrospinal dari ventrikel lateral

ke ruangan subarachnoid menimbulkan hidrosefalus.

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila

terjadi cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan

sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari

atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak

berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme

kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intara

kranial, olume cairan cerebrospinal, kandungan cairan intra sel, dan

mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak di obati

mengakibatkan hernia unkus atau serebelum. Hernia unkus timbul bila

girus medialis bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior

melalui insisura tentorial oleh masa dalam hemisfer otak. Herniasi

menekan mesensefalon menyabakan hilangnya kesadaran dan menekan

saraf otak ke tiga. Pada herniasi serebelum, tonsil serebelum tergeser ke

bawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior. Kompresi

medula oblongata dan henti pernapasan terjadi dengan cepat. Perubahan

fisologis lain yang terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial yang

cepat adalah bradikardia proresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan

nadi) dan ganguan pernapasan.

(Price &Wilson, 1995).

6. Komplikasi

a. Metastase serebral

Jumlah yang berarti pada pasien yang menderita komplikasi

sistem saraf pusat sebagai hasil kanker sistematik dan penurunan

Page 18: lp SOL GOOD.docx

neurologik disebabkan oleh metastase ke otak. Lesi metatase serebral

adalah komplikasi neurologik yang paling banyak terjadi akibat kangker

sistemik. Kenyataannya keadaan klinik lebih penting bagi banyak pasien

daripada semua bentuk kehidupan kangker yang lama sebagai akibat dari

pengobatan.

Gejala neurologik dan tanda yang terdiri dari sakit kepala,

gangguan gaya berjalan, keburukan pengelihatan, perubahan keperibadian,

perubahan kemampuan mengingat (hilangnya memori dan kebingungan),

kelemahan fokal, paralisis, afasia dan kejang. Masalah-masalah ini dapat

merusak kehidupan antara pasien dan keluarga.

(Smeltzer & Bare, 2002, hal 2172).

b. Meningitis

Meningitis adalah radang pada maningen (memberan yang

mengelilingi otak dan medulla sepinalis) dan disebabkan oleh virus,bakteri

atau organ-organ jamur. Meningitis selanjutnya diklasifikasikan sebagai

asepsis, sepsis, dan tuberkulosa. Meningitis aseptik mengacu pada salah

satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi,limfoma,leukemia,atau

darah dari ruang subarachnoid. Meningitis sepsis menunjukkan meningitis

yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti meningokokus,

stafilokokus atau basilus influenza. Meningitis tuberkulosa disebabkan

oleh basilus tuberkel. Infeksi meningeal umumnya di hubungkan dengan

satu atau dua jenis: melalui salah satu aliran darahsebagai konsenkuensi

dari infeksi-infeksi bagian lain,seperti selulitis,atau penekanan langsung

seperti didapat setelah cedera traumatic tulang wajah. Dalam jumlah kecil

pada beberapa kasus merupakan iatrogenikatau hasil sekunder prosedur

invasife (seperti pungsi lubang) atau alat-alat infasi (seperti alat pemantau

TIK).

(Smeltzer & Bare, 2002, hal 2175).

c. Meningitis Bakteri

Sampai saat ini bentuk paling signifikan dari meningitis adalah tipe

bakteri. Baktri yang paling sring di jumpai pada meningitis bakteri akut

yaitu Neiserriya meningidis (meningitis meningokokus), Streptococcus

Page 19: lp SOL GOOD.docx

pneumoniae (pada dewasa), dan Haemophilus influensae (pada anak-anak

dan dewasa muda). Dari ketiga organism ini jumlahnya sekitar 75% dar

kasus-kasus meningitis bakteri.

Bentuk penularannya melalui kontak langsung, yang mncangkup

droplet dan sekret dari hidung dan tenggorok yang membawa kuman

(paling sering) atau infeksi dari orang lain. Pada hasilnya, banyak yang

tidak dikembangkan menjadi infeksi tetapi menjadi carrier. Insiden

tertinggi pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram negatif, yang

terjadi pada lansia, sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah

saraf atau seseorang yang mengalami gangguan respon imun.

Meningitis bakteri merupakan endemik di Amerika serikat dan

seluruh dunia,dan paling sering terjadi pada musim dingin dan musim

semi. Secara keseluran, insiden meningitis bakteri mengalami kemunduran

dalam dunia bagian barat yg diperlihatkan secara primer dengan setandar

kebersihan dan kehidupan soial yang baik. Kejangkitan paling mungkin

terjadi di antara orang yang hidup dalam kondisi padat seperti kota,

lingkungan institusi yang padat,instalasi militer atau penjara, demikian

juga terjadi di daerah pedesaan. Pada sebagian kecil negara, meningitis

menjadi masalah kesehatan mayoritas.

(Smeltzer & Bare, 2002, hal 2175).

d. Infeksi Intracranial :Abses Otak

Abses otak merupakan kumpulan dari unsure-unsur infeksius

dalam jaringan otak. Ini dapat terjadi melalui invasi otak langsung dari

trauma intrakranial atau pembedahan; melalui penyebaran infeksi dari

daerah lain seperti sinus, telinga dan gigi (infeksi sinus paranasal, otitis

media, sepsis gigi; atau melalui penyebatran infeksi dari organ lain (abses

paru-paru, endokarditis infeksi);dan dapat menjadikan komplikasi yang

berhubungan dengan beberapa bentuk meningitis. Abses otak merupakan

komplikasi yang dikaitkan dengan beberapa bentuk meningitis. Abses otak

adalah komplikasi yang meningkat pada pasien yang sistem imunnya

disupresi baik karena terapi atau penyakit. Untuk mencegah abses otak

maka perlu dilakukan pengobatan yang tepat pada otetis media,

mastoeditis, sinusitis, infeksi gigi dan infeksi sistemik.

Page 20: lp SOL GOOD.docx

(Smeltzer & Bare, 2002, hal 2177).

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Smeltzer & Bare (2001), untuk membantu menentukan

lokasi jejas yang tepat, sebuah deretan pengujian dilakukan, diantaranya :

a. Pencitraan CT : memberikan informasi spesifik yan menyangkut jumlah

ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya edema serebral skunder.

Alat ini juga memberi informasi tentang sistem ventrikuler.

b. MRI : membantu dalam mendiagnosis tumor otak. Ini dgiunakan untuk

menghasilkan deteksi jejas yang kecil, alat ini umumnya juga memabantu

dalam mendeteksi tumor-tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis,

dimana tulang mengganggu dalam gamaran yang menggunakan CT

c. Elektroensefalogram (EEG) : dapat menditeksi gelomang otak abnormal

pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk

mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.

d. Penelitian sitologis pada cairan serebrospinal (CSF) dapat dilakukan

untuk mendeteksi sel-sel ganas, karena tumor-tumor pada sistem saraf

pusat mampu menggusur sel-sel kedalam cairan serebrospinal.

(Smeltzer & Bare, 2002)

8. Penatalaksanaan

a. Pendekatan pembedahan konfensional memerlukan insisi tulang

(kraniotomi). Pendekatan ini digunakan untuk mengobati pasien

meningioma, neuroma akustik, astrositoma kistik, pada serebelum, kista

koloid pada ventrikel ketiga, tumor kongenital seperti kista dermoid dan

beberapa glanuloma.

b. Pendekatan stereotaktik : meliputi penggunaan kerangka tiga dimensi yang

mengikuti lokasi tumor yang sangat tepat, kerangka stereotaktik dan studi

pencitraan multipel (sinar x, CT) yang lengkap digunakan untuk

menentukan lokasi tumor dan memeriksa posisinya. Laser atau radiasi

dapat dilepaskan dengan pendekatan stereotaktik.

c. Modalitas tindakan lain terdiri dari kemoterapi dan terapi sinar radiasi

eksternal, dimana digunakan hanya salah satu model atau kombinasi.

(Smeltzer & Bare, 2002)

Page 21: lp SOL GOOD.docx

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data dasar

Page 22: lp SOL GOOD.docx

Identitas pasien

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama: pusing

2) Riwayat kesehatan sekarang

3) Riwayat kesehatan masa lalu

a) Apakah klien pernah terpajan zat kimia tertentu

b) Penyakit terdahulu

4) Aktivitas dan istirahat

Gejala : Kelemahan atau keletihan, kaki hilang keseimbangan.

Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, ataksia, masalah

dalam keseimbangan, kehilangan tonus otot, otot spastik.

5) Sirkulasi

Gejala : Perubahan pada tekanan darah atau normal (hipertensi),

perubahan frekwensi jantung (bradikardia, takikasrdia yang

diselingi bradikardia).

6) Integritas ego

Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian.

Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung,

depresi dan implusif.

7) Eliminasi

Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami

gangguan fungsi.

8) Makanan atau cairan

Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selama makan.

Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan.

9) Neurosensori

Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian,

vertigo, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada

ekstremitas.

Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya,

diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, fotofobia.

Gangguan pada pengecapan dan penciuman.

Page 23: lp SOL GOOD.docx

Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma.

Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian,

konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah

laku dan memori).

Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi

pada mata, ketidakmampuan mengikuti.

Kehilangan pengindraan

Hemiparese, quadriplesia.

Postur (dekortisasi, desererasi), kejang.

Kehilangan sensasi sebagian tubuh.

Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh

10) Nyeri atau kenyamanan

Gejala : Nyeri kepala dengan intensitas berbeda, biasanya lama.

Tanda : Wajah meringis kesakitan, respon menarik diri, gelisah

tidak bisa beristirahat atau tidur, merintih.

11) Pernapasan

Tanda : Perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea,

potensial obstruksi.

12) Keamanan

Gejala : Pemajanan bahan kimia dan toksik, karsinogen, pemajanan

sinar matahari berlebihan

Tanda : Gangguan penglihatan, gangguan kognitif, gangguan

rentang gerak.

13) Interaksi sosial

Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang,

disatria (Maryiln, Doengoes. 2000).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri kronak b/d peningkatan tekanan intrakranial

b. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d hipoksia jaringan serebral

Page 24: lp SOL GOOD.docx

c. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d ostruksi jalan napas

d. Pola napas tidak efektif b/d penekanan pada medula oblongata

e. Perubahan persepsi sensori visual/penglihatan b/d gangguan penglihatan

f. Kerusakan komunikasi verbal b/d afasia sensorik, kesulitan bicara

g. Resty injury b/d kejang, tidak terkoordinasinya otot-otot. Gangguan

penglihatan.

Page 25: lp SOL GOOD.docx

3. Rencana Keperawatan

Hari/

TglNo Dianosa Tujuan Intervensi Rasional TTD

1 Nyeri b/d peningkatan

TIK

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x 24 jam

diharapkan nyeri

berkurang dengan KH :

a Pasien melaporkan

nyeri berkurang skala

nyeri : 1-3/4-6

b Ekspresi wajah

tampak rileks

c Tanda-tanda vital

dalam batan normal

N : 60-100x/menit

RR: 16-24x/ menit

a Tinggikan kepala pasien 15-

45 derajat.

b Ajarkan teknik relaksasi dan

motivasi pasien untuk

melakukannya

c Pertahankan lingkungan

yang tenang, suyi dan

pencahayaan yang

redup/turunkan stimulasi

eksternal

d Berikan kompres dingin

pada kepala

e Anjurkan pasien untuk

a. Meningkatkan aliran balik

vena dari kepala, sehingga

akan mengurangi resiko

terjadinya peningkatan TIK.

b. Membantu untuk

mengurangi rasa sakit

c. Tindakan ini meningkatkan

istirahat dan menurunkan

rangsangan, membantu

menurunkan TIK

d. Meningkatkan rasa nyaman

dengan menurunkan

vasodilatasi

e. Aktivitas yang dilakukan

Page 26: lp SOL GOOD.docx

Hari/

TglNo Dianosa Tujuan Intervensi Rasional TTD

mengurangi aktivitas

f Masase pada daerah kepala/

leher/ lengan, jika pasien

dapat mentoleransi sentuhan

g Kolaborasi : berikan

analgesik sesuai indikasi

terus menerus dapat

meningkatkan TIK dengan

menimbulkan efek stimulasi

kumulatif.

f. Menghilangkan ketegangan

dan meningkatkan relaksasi

otot

g. Pemberian obat analgesik

dilakukan guna mengganggu

atau memblok tranmisi

stimulus agar terjadi

perubahan persepsi dengan

cara mengurangi kortikal

terhadap nyeri

Page 27: lp SOL GOOD.docx

Hari/

TglNo Dianosa Tujuan Intervensi Rasional TTD

2 Perubahan perfusi

jaringan serebral b/d

hipoksia jaringan

serebral

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x 24 jam

diharapkan

- GCS : E5 M6 V4

- Tidak ada tanda-tanda

peninkatan TIK

(nyeri, papil edema,

muntah proyektil)

- Fungsi motorik dan

sensori normal

- TTV dalam batas N

N : 60-80x/ menit

RR : 16-24x/ menit

S : 36,5-37,5 ºC

TD :

- Sistol : 100-

130

a Pantau status neurologis

secara teratur.

b Pertahankan kepala/ leher

pada posisi tengah atau pada

posisi netral, sokong dengan

gulungan handuk kecil atau

bantal kecil

c Turunkan stimulasi eksternal

dan berikan kenyamanan

a. Mengkaji adanya

kecenderungan pada

tingkat kesadaran dan

potensial peningkatan TIK

dan bermanfaat dalam

menentukan lokasi,

perluasan dan

perkembangan kerusakan

SSP

b. Kepala yang miring pada

salah satu sisi menekan vena

jugularis dan menghambat

aliran darah vena yang

selanjutnya akan

meningkatkan TIK

c. Memberikan efek

ketenangan, menurunkan

reaksi fisiolgis tubuh dan

Page 28: lp SOL GOOD.docx

Hari/

TglNo Dianosa Tujuan Intervensi Rasional TTD

- Diastol : 60-

90

d Bantu pasien untuk

menghindari/ membatasi

batuk, muntah, pengeluaran

feses yang dipaksakan/

mengejan jika mungkin

Kolaborasi:

e Tinggikan kepala pasien 15-

45º sesuai indikasi/ yang

dapat ditoleransi

f Berikan oksigen tambahan

sesuai indikasi

meningkatkan istirahat untuk

mempertahankan atau

menurunkan TIK

d. Aktivitas ini akan

meningkatkan tekanan intra

toraks dan intra abdomen

yang dapat meningkatkan

TIK

e. Meningkatkan aliran balik

vena dari kepala, sehingga

akan mengurangi kongesti

dan edema atau resiko

terjadinya PTIK

f. Menurunkan hipoksemia,

yang mana dapat

meningkatkan vasodilatasi

dan volume darah serebral

Page 29: lp SOL GOOD.docx

Hari/

TglNo Dianosa Tujuan Intervensi Rasional TTD

yang meningkatkan TIK

Page 30: lp SOL GOOD.docx

Hari/

TglNo Dianosa Tujuan Intervensi Rasional TTD

3 Bersihan jalan napas

tidak efektif b/d

obstruksi jalan napas

Setelah dilakukan

tindakan kep selama

3x24 jam diharapkan

bersihan jalan napas

efektif dengan KH :

a RR : 16-24x/ menit

b Suara napas vesikuler

(fase I:E : 1:2)

c Sianosis tidak ada

a Mengatur posisi tidur semi

atau high fowler

b Memersihkan sekret dari

mulut, suction jika

memungkinkan

Kolaborasi:

c Memberikan O2 sesuai

indikasi

a. Memberikan kesempatan

paru-paru berkembang

secara maksimal akibat

diafragma turun kebawah

b. Membersihkan saluran

napas secara mekanis pada

pasien yang tidak dapat

melakukannya dikarenakan

ketidak efektifan batuk atau

penurunan kesadaran.

c. Berfungsi meningkatkan

kadar tekanan parsial O2

dan CO2 dalam darah

Page 31: lp SOL GOOD.docx

Hari/

TglNo Dianosa Tujuan Intervensi Rasional TTD

4 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan

tindakan kep selama

1x24 jam diharapkan

bersihan jalan napas

efektif dengan KH :

d RR : 16-24x/ menit

e Dispnea berkurang

f Ekspasi paru adekuat

ka=ki

g Pergerakan dada

simetris/ tidak ada

retraksi

a Atur posisi pasien semi

fowler

b Apabila pasien sudah sadar,

anjurkan untuk latihan napas

dalam

c Kolaborasi dengan tim medis

dalam pemberian th/ O2

d Monitor pemberian O2

a. Posisi semi fowler akan

mengurangi penekanan isi

ronga perut terhadap

diaphragma, sehingga

ekspansi paru tidak

terganggu

b. Napas dalam akan

memfasilitasi

pengembangan maksimum

paru-paru/saluran udara

kecil.

c. Pemerian th/O2 dapat

meningkatkan oksigenasi

otak untuk mencegah

hipoksia

d. Untuk mencegah

pemberian O2 berlebihan,

iritasi saluran napas

Page 32: lp SOL GOOD.docx

Hari/

TglNo Dianosa Tujuan Intervensi Rasional TTD

5 Perubahan sepsi sensori

penglihatan

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan bersihan jalan

napas efektif dengan

KH :

Pasien tidak menunjukan

tanda-tanda cidera

a Orientasikan pasien terhadap

lingkungan, staf, orang lain

diareanya

b Dorong orang terdekat untuk

tingal dengan pasien

c Lakukan tindakan untuk

membantu pasien untuk

menangani keterbatasan

penglihatan, misal dengan

mengatur perabot, ingatkan

memutar kepala ke subyek

yang terlihat

a. Memberikan peningkatan

kenyamanan dan

menurunkan cemas dan

disorientasi

b. Menurunkan kebingungan

c. Menurunkan bahaya

keamanan sehubungan

dengan perubahan lapang

pandang/ kehilangan

penglihatan

Page 33: lp SOL GOOD.docx

Hari/

TglNo Dianosa Tujuan Intervensi Rasional TTD

6 Kerusakan komunikasi

verbal

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam

diharapkan kerusakan

komunikasi verbal dapat

diminimalkandengan

KH :

- Pasien menggunakan

metode komunikasi

dimana kebutuhan

dapat diekspresikan

- Pasien menggunakan

sumber-sumber

dengan tepat

a. Bedakan antara afasia

dengan disatria

a. Intervensi yang dipilih

tergantung pada tipe

kerusakan

Afasia : g3 dalam

menggunakan dan

menginterprestasikan

simbol-simbol bahasa dan

mungkin melibatkan

komponen sensorik dan

motorik

Disatria : dapat memahami,

membaca dan menulis

bahasa tetapi mengalami

kesulitan membentuk/

mengucapkan kata

sehubungan kelemahan dan

paralisis dari otot-otot

Page 34: lp SOL GOOD.docx

Hari/

TglNo Dianosa Tujuan Intervensi Rasional TTD

b. Tunjukkan obyek dan minta

pasien untuk menyebutkan

benda tersebut

c. Berikan metode komunikasi

alternatif/ seperti menulis

d. Anjurkan keluarga/orang

terdekat mempertahankan

usahanya untuk

berkomunikasi dengan

pasien

e. Diskusikan mengenai hal-hal

yang dikenal pasien, seperti

pekerjaan, keluarga, hobi

daerah oral

b. Melakukan penilaian

terhadap kerusakan motorik

c. Memberikan komunikasi

tentang kebutuhan

berdasarkan keadaan

d. Mengurangi isolasi sosial

pasien dan meningkatkan

penciptaan komunikasi

yang efektif.

e. Meningkatkan percakapan

yang bermakna dan

memberikan kesempatan

untuk ketrampilan praktis

Page 35: lp SOL GOOD.docx

Hari/

TglNo Dianosa Tujuan Intervensi Rasional TTD

7 Resiko injury b/d kejang Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan injury tidak

terjadi dengan KH:

Pasien tidak mengalami

injury saat kejang

a. Gali bersama-sama dengan

pasien stimulasi yang dapat

menjadi pencetus kejang.

b. Berikan keamanan pada

pasien dengan memberi

penghalang tempat tidur,

pertahankan penghalang

tempat tidur tetap terpasang.

c. Tinggallah bersama pasien

dalam waktu beberapa lama

selama/setelah kejang.

d. Masukkan jalan napas

buatan yang terbuat dari

plastik, biarkan pasien

a. Beberapa obat dan

stimulasi lain (kurang tidur,

lampu yang terlalu

terang)dapat meningkatkan

aktivitas otak, yang

meningkatkan resiko

terjadinya kejang.

b. Melindungi pasien jika

terjadi kejang.

c. Meningkatkan keamanan

pasien.

d. Menurunkan resiko

terjadinya trauma mulut.

Page 36: lp SOL GOOD.docx

Hari/

TglNo Dianosa Tujuan Intervensi Rasional TTD

menggigit benda lunak

diantara gigi-gigi.

e. Atur kepala tempatkan diatas

area yang empuk/lunak

f. Berikan obat sesuai indikasi

seperti fenitoin (dilantin),

diazepam (valium),

fenoorbital (lumina)

e. Menurunkan resiko trauma

fisik.

f. Merupakan indikasi untuk

penanganan dan

pencegahan kejang.

Page 37: lp SOL GOOD.docx

4. Evaluasi

Hasil yang diharapkan :

a. Melakukan aktivitas merawat diri sepanjang waktu yang

memungkinkan :

1) Menggunakan alat-alat bantu atau menerima bantuan.

2) Jadwal periode istirahat berkala untuk memberikan partisipasi dalam

perawatan diri.

b. Mempertahankan status nutrisi yang optimal bila memungkinkan

1) Makan dan menerima makanan dalam keterbatasan kondisi

2) Menerima bantuan untuk makan bila diindikasikan

c. Melaporkan ansietas berkurang

1) Gelisah berkurang dan tidur lebih baik

2) Mengungkapkan kekuatiran tentang kematian

3) Berpartisipasi dalam aktivitas pribadi yang penting selama mungkin

d. Anggota keluarga mencari bantuan sesuai kebutuhan

1) Menunjukkan kemampuan untuk mandi, makan dan perawatan untuk

pasien

2) Mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran pada tenaga kesehatan

yang tepat

3) Mendiskusikan dan mencari perawatan hospice sebagai pilihannya.

Page 38: lp SOL GOOD.docx

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

Long Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah, Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan. Bandung : Yayasan IADK

Maise, K., Walker, R., Gargan, R., & Victor, J. 1992. Intracranial Arterial Cisplatin

Associated Optic and Otic Toxicity. Archives of Neurology, 49, 83-86.

Mansyoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapius FK UI.

Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah V Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Sylvia. A Price. 2000. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Penyakit Jilid l. Jakarta:

EGC.