Lp Sinusitis

22
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SINUSITIS DI BANGSAL D3 RUMAH SAKIT DR. SARDJITO OLEH Sri Sugesti Widianingsih 03/172573/EIK/00353 KULIAH PROFESI

description

sinusitis

Transcript of Lp Sinusitis

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SINUSITISDI BANGSAL D3 RUMAH SAKIT DR. SARDJITO

OLEH

Sri Sugesti Widianingsih

03/172573/EIK/00353

KULIAH PROFESI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2005LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM SENSORI PERSEPSI

SINUSITIS

A. Pengertian

Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi, infeksi virus, bakteri dan jamur. Sinusitis biasa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (Cangjaya, 2002). Fungsi sinus adalah sebagai bilik personansi saat bicara. Sinus menjadi tempat terjadinya infeksi.

B. Etiologi

Berdasarkan jenisnya, sinusitis dapat dibagi sebagai berikut :

1. Sinusitis akut

Sinusitis bersifat akut jika berlangsung selama 3 minggu atau lebih.

Penyebab sinusitis akut menurut Changjaya, 2003 adalah :

Infeksi virus

Sinusitis akut dapat terjadi setelah terinfeksi suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas.

Infeksi bakteri

Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya streptococcus pneumoniae, haemophilus influenzae dan staphilus aerus). Jika pertahanan tubuh menurun/drainase dari sinus tersumbat akibat pilek/infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus. Bakteri bertanggung jawab terhadap meningkatnya 60% kasus sinusitis akut.

Infeksi jamur

Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan system kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur.

Peradangan menahun pada saluran hidung

Pada penderita renitis alergika bisa terjadi sinusitias akut, demikian pula halnya pada penderita renitis vasomotor.

Penyakit tertentu

Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan system kekebalan dan penderita kelainan sekresi lendir.

Penyebab lain menurut Ballenger, 1994 adalah :

Semua keadaan anatomik/fisiologik yang dapat menimbulkan sumbatan drainase dari sinus, menyebabkan statis secret dan hal ini menyebabkan infeksi.

Polip alergi dengan posisi yang tidak menguntungkan, terutama dekat hiatus semilunaris karena menyebabkan sumbatan relatif terhadap drainase dari kelompok anterior.

Infeksi apical dari sisi yang menonjol ke dalam dasar sinus maksila dapat menyebabkan infeksi

2. Sinusitis kronik

jika berlangsung selama 3 8 minggu dan dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Penyebab sinusitis kronik :

Asma

Penyakit alergi

Gangguan system kekebalan/kelainan sekresi maupun pembuangan lendir.

Aktivitas silia yang rusak dapat mengganggu pembersihan sinus yang menyebabkan infeksi sinus berkepanjangan. Sebagai tambahan efek buruk dari merokok dan polusi udara terhadap aktivitas mukosiliar, deviasi septum dapat mengubah arus konveksi aliran udara inspirasi sedemikian rupa, sehingga terdapat daerah kering yang dapat merusak aktivitas silia.

Obstruksi hidung kronik akibat rabor dan edema membran mukosa hidung.

C. Patofisiologi

Perubahan patologis pada umumnya sebagai berikut :

1. Jaringan submukosa diinfiltrasi oleh serum, sedangkan permukaannya kering. Leukosit juga mengisi rongga jaringan sub mukosa.

2. Kapiler berdilatasi, mukosa sangat menebal dan merah akibat edema dan pembengkakan struktur subepitel. Pada stadium ini biasanya tidak ada kelainan epitel.

3. Setelah beberapa jam atau sehari dua hari, serum dan leukosit keluar melalui epitel yang melapisi mukosa, kemudian bercampur dengan bakteri, debris epitel, dan mucus. Pada beberapa kasus, perdarahan kapiler terjadi, dan darah bercampur dengan secret. Secret yang mula-mula encer dan sedikit, kemudian menjadi kental dan banyak, karena terjadi koagulasi fibrin dan serum.

4. Pada banyak kasus, resolusi (terjadi) dengan absorbsi eksudat dan berhentinya pengeluaran leukosit memakan waktu 10 - 14 hari.

5. Akan tetapi pada kasus lain, peradangan berlangsung dari tipe kongesti ke tipe purulen, leukosit dikeluarkan dalam jumlah yang besar sekali. Resolusi masih mungkin, meskipun tidak selalu terjadi, karena perubahan jaringan belum menetap. Kecuali proses segera berhenti, perubahan jaringan akan menjadi permanen, maka terjadi keadaan kronis. Tulang di bawahnya dapat memperlihatkan tanda osteitis dan akan diganti dengan nekrose tulang.

Perluasan infeksi sinus ke bagian lain dapat terjadi :

1. Melalui suatu tromboflebitis dari vena yang perforasi;

2. Perluasan langsung melalui bagian dinding sinus yang ulserasi atau nekrotik;

3. Dengan terjadinya defek;

4. Melalui jalur vaskuler dalam bentuk bakteremia.

Masih dipertanyakan apakah infeksi dapat disebarkan dari sinus secara limfatik.

Pada sinusitis kronik, perubahan permukaan mirip dengan peradangan akut supuratif yang mengenai mukosa dan jaringan tulang lainnya. Bentuk permukaan mukosa dapat granular, berjonjot-jonjot, penonjolan seperti jamur, penebalan seperti bantal, dan lain-lain. Pada kasus lama terdapat penebalan hiperplastik. Mukosa dapat rusak pada beberapa tempat akibat ulserasi, sehingga tampak licin dan telanjang, atau dapat menjadi lunak atau kasar akibat karies. Pada beberapa kasus, didapati nekrosis dan sekuestrasi tulang, atau mungkin ini telah diabsorbsi.

Pemeriksaan mikroskopis pada bagian mukosa kadang-kadang memperlihatkan hilangnya epitel dan kelenjar, yang digantikan oleh jaringan ikat. Ulserasi pada mukosa sering dikelilingi oleh jaringan granulasi, terutama jika ada nekrosis tulang. Jaringan granulasi dapat meluas ke periostinum, sehingga mempersatukan tulang dengan mukosa. Jika hal ini terjadi, bagian superficial tulang diabsorbsi sehingga menjadi kasar. Osteofit, atau kepingan atau lempengan tulang, yang terjadi akibat eksudasi plastik, kadang-kadang terbentuk di permukaan tulang.

D. Manifestasi Klinis

1. Nyeri

Nyeri biasanya sesuai dengan daerah yang terkena, yaitu :

Sinusitis maksilaris : nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi, sakit kepala.

Sinusitis frpntalis : sakit kepala di dahi.

Sinusitis etmoidalis : nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi, nyeri tekan di pinggiran hidung, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.

Sinusitis sfenoidalis : nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang atau kadang menyababkan sakit telinga dan leher.

2. Sakit kepala nyeri pendengaran

Sakit kepala merupakan salah satu tanda yang paling umum dan paling penting pada sinusitis. Sakit kepala akan meningkat jika membungkukkan badan ke depan dan jika badan tiba-tiba digerakkan. Sakit kepala ini akan menetap saat menutup mata, saat istirahat atau saat berada di kamar yang gelap. Sakit kepala timbul tiap hari mulai pukul 10 - 11 dan berakhir pukul 3 - 4 sore. Pada sinusitis kronik nyeri dan sakit kepala mungkin tidak ada kecuali bila terjadi gangguan drainase dan fentilasi.3. Nyeri pada pendengaran

Nyeri bila disentuh dan nyeri pada penekanan jari mungkin terjadi pada penyakit di sinus-sinus yang sehubungan dengan permukaan wajah seperti sinus frontalis, sinus etmoro anterior dan sinus maksila.

4. Gangguan penghidu

Indra penghidu dapat disesatkan (parosmia), pasien mencium bau yang tidak tercium oleh hidung normal. Keluhan yang sering adalah hilangnya penghidu (anosmia), terjadi karena sumbatan pada fisura olfaktorius di daerah kontra media. Pada kasus anemia, dapat terjadi karena degenerasi filamen terminal N. olfaktorius.

5. Pembengkakan/edema

Jika sinus yang berbatasan dengan kulit terkena secara akut dapat terjadi pembengkakan dan udema kulit yang ringan akibat periostitis. Palpasi dengan jari mendapati sensasi seperti ada penebalan ringan/seperti meraba beludru.

6. Secret nasal

Pus dalam rongga hidung dapat berarti empisema dalam sinus, mukosa hidung jarang merupakan pusat focus peradangan supuratif, sinus-sinus lainlah yang merupakan pusat fukus peradangan semacam ini. Adanya pus dalam rongga menandakan adanya suatu peradangan sinus.

Gejala yang lainnya adalah :

1. Tidak enak badan

2. Demam

3. Letih, lesu

4. Batuk, yang mungkin memburuk pada malam hari

E. Pemeriksaan Penunjang1. Transiluminasi

Transiluminasi menggunakan angka sebagai parameternya

Transiluminasi akan menunjukkan angka 0 atau 1 apabila terjadi sinusitis (sinus penuh dengan cairan)

2. Rontgen sinus paranasalis

Sinusitis akan menunjukkan gambaran berupa

a. Penebalan mukosa,

b. Opasifikasi sinus ( berkurangnya pneumatisasi)

c. Gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang dapat dilihat pada foto waters.

Bagaimanapun juga, harus diingat bhwa foto SPN 3 posisi ini memiliki kekurangan dimana kadang kadang bayangan bibir dapat dikacaukan dengan penebalan mukosa sinus.

3. CT Scan

CT Scan adalah pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran yang paling baik akan adanya kelainan pada mukosa dan variasi antominya yang relevan untuk mendiagnosis sinusitis kronis maupun akut.

Walaupun demikian, harus diingat bahwa CT Scan menggunakan dosis radiasi yang sangat besar yang berbahaya bagi mata.

4. Sinoscopy

Sinoscopy merupakan satu satunya cara yang memberikan informasi akurat tentang perubahan mukosa sinus, jumlah sekret yang ada di dalam sinus, dan letak dan keadaan dari ostium sinus.

Yang menjadi masalah adalah pemeriksaan sinoscopy memberikan suatu keadaan yang tidak menyenangkan buat pasien.

5. Pemeriksaan mikrobiologi

Biakan yang berasal fari hidung bagian posterior dan nasofaring biasanya lebih akurat dibandingkan dengan biakan yang berasal dari hidung bagian anterior. Namun demikian, pengambilan biakan hidung posterior juga lebih sulit. Biakan bakteri spesifik pada sinusitis dilakukan dengan menagspirasi pus dari inus yang terkena. Seringkali diberikan suatu antibiotik yang sesuai untuk membasmi mikroorganisme yang lebih umum untuk penyakit ini.

F. Penatalaksanaan

1. Sinusitis akut

Tujuan pengobatan sinusitis akut adalah mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri.

Pengobatan untuk sinusitis akut biasanya diberikan :

a. Dekongestan untuk mengurangi penyumbatan

Dekongestan oral yang umum diberikan adalah Drixoral dan Dimetapp sedangkan dekongestan harus diberikan dengan posisi kepala pasien ke belakang untuk meningkatkan drainage maksimal.

b. Antibiotik untuk mengendalikan infeksi

Antibiotik pilihan adalah Amoksisilin dan Ampisilin, bagi yang alergi diganti dengan alternatif Trimetoprim/Sulfametoksazol (Baktrim OS, Spektra DS).

c. Obat pereda nyeri untuk mengurangi nyeri

Dekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya boleh dipakai selama waktu yang terbatas (karena pemakaian jangka panjang bisa menyebabkan penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung). Untuk mengurangi penyumbatan, pembengkakan dan peradangan bisa diberikan obat semprot hidung yang mengandung steroid.

Kabut hangat dan irigasi salin efektif untuk membuka sumbatan saluran, sehingga memungkinkan drainage rabas pulen.

2. Sinusitis kronis

Pengobatan untuk mengurangi sinusitis kronis :

a. Diberikan antibiotik dan dekongestan.b. Untuk mengurangi peradangan biasanya diberikan obat semprot hidung yang mengandung steroid.c. Jika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid peroral (melalui mulut).Hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman :

a. Menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas.b. Obat semprot hidung yang mengandung larutan garam .c. Kompres hangat di daerah sinus yang terkena.Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya jalan untuk mengobati sinusitis kronis adalah pembedahan. Tindakan bedah jarang dilakukan pada terapi sinusitis akut, jika dikerjakan biasanya hanya setelah gagal dengan bermacam-macam terapi. Pembedahan yang diindikasikan pada sinusitis kronis untuk memperbaiki deformitas structural yang menyumbat ostio (ostium) sinus dengan tujuan mempermudah drainage. Pembedahan dapat mencakup eksisi atau kateterisasi polip, perbaikan penyimpangan septum, menginsisi serta drainase sinus. Dianjurkan pindah ke daerah dengan iklim kering.

Luksasi koonka hidung seringkali memperbaiki drainage melalui hiatus semikularis. Untuk mencapai hal ini, analgetik local pertama-tama dilakukan dengan meletakkan kapas yang dibasahi 1 - 2% tetrakain pada permukaan medical dan lateral dari ujung anterior konka media. Setelah 10 menit, luksaso konka dapat dengan mudah silakukan dengan meletakkan alat yang pipih di bawah dinding lateral konka dan mematahkan ke arah medial. Perdarahan minimal.

Pembedahan yang dapat dilakukan secara intranasal antrostomy dan Operasi Cadwell Luch. Dalam pelaksanaannya antrum maksilaris dibuka melalui hidung. Kemudian dengan cara lebih radikal antrum dibuka melalui mulut. Hanya dengan pembukaan kecil dibuat dengan cara intra nasal. Pembedahan model Cadwell Luch dengan memakai drainage permanen ke dalam hidung. Kedua jenis pembedahan tersebut dilakukan dengan anestesi lokal.

BAB IIASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Anamnesa

Riwayat kesehatan ?

Apakah pasien menggunakan spray hidung ?

Adakah riwayat alergi ?

Apakah punya riwayat asma ?

Adakah komplikasi sinusitis (selulitis orbita parah, abses subperiosteal, trombosis sinus kavernosus, meningitis, abses otak ?

Adakah demam, sakit kepala hebat, dan kaku kuduk ? (tanda potensial komplikasi)

Pemeriksaan rontgent sinus ? (untuk mengalihkan kemungkinan kelainan lain seperti tumor, fistula, dan alergi)

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Inspeksi hidung external : lesi, asimetri, atau inflamasi, depormitas.

Inspeksi hidung internal.

Anjurkan pasien untuk mendongakkan kepala ke belakang, sementara pemeriksa dengan perlahan mendorong ujung hidung keatas untuk memeriksa struktur internal hidung :

Mukosa diinspeksi tehadap warna, pembengkakan, eksudat, atau perdarahan. Mukosa hidung normalnya lebih merah dibandingkan mukosa mulut tetapi dapat tampak membengkak dan hyperemia pada keadaan terdapatnya common cold. Namun demikian, rinitis alergi, diduga bila mukosa tampak pucat dan bengkak.

Septum diinspeksi terhadap deviasi, pervorasi, atau perdarahan.

Inspeksi turbinat inferior dan mediana dengan cara kepala pasien didongakkan ke belakang.

b. Palpasi

Sinus frontalis dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan. Metode lain untuk pengujian sinus adalah transiluminasi tenggorok untuk mendeteksi udara/cairan dari dalam sinus. Untuk sinus frontal perawat menaikkan pen light di dalam supraorbital pada tulang frontal. Cahaya masuk tulang ke dalam sinus, udara normal ditemukan pada sinus, warna gelap ini adalah cairan. Sinus maxilaris tempat perawat meletakkan pen light diantara rongga orbita ketika inspeksi.

B. Diagnosa keperawatan .1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mucus berlebih.2. Nyeri sehubungan dengan adanya sumbatan drainase sinus.3. Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya daya tahan tubuh.4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap atau perubahan dalam status kesehatan.5. Gangguan persepsi sensori menghidu berhubungan dengan Sumbatan pada fisura olfaktorius

C. Rencana keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mucus berlebih.Outcome : Bersihan jalan nafas efektif, yang dibuktikan dengan :

Sekresi diluluhkan atau dihisap secara minimal

Bunyi nafas terdengar bersih setelah pengobatan.

Pasien atau orang terdekat mampu untuk melakukan proses tindakan bersihan jalan nafas.

Intervensi :

1) Kaji suara nafas, frekwensi, sputum dankeluhan pasien.

2) Jelaskan pasien tentang efek samping spray hidung seperti rebound yang akan terjadi jika pemakaian berlebihan.

3) Ajarkan pada pasien/keluarga tentang pentingnya perubahan pada sputum seperti warna, karakteristik, jumlah dan ban,

4) Kolaborasi dokter untuk tindakan suction hidung

5) Kolaborasi dokter untuk tindakan irigasi sinus.

2. Nyeri sehubungan dengan adanya sumbatan drainase sinus.Tujuan : Nyeri berkurang

Outcome :

Pasien mengatakan nyeri berkurang

Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur selama 3 4 jam pada malam hari.

Pasien mengatakan dapat istirahat/aktivitas tanpa terganggu.

Ekspresi wajah tampak rilek.

Tekanan darah 120/70 140/90 mmHg.

Nadi 60 100 x/menit.

Intervensi :

1) Kaji keluhan nyeri pasien dan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi

2) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyebab nyeri pengibatan dan perawatan.

3) Jelaskan pasien/keluarga perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatannya.

4) Jelaskan pasien tentang berbagai strategi untuk menambah penurunan rasa nyeri (relaksasi, petunjuk imagery, aktivitas diversional, dan sebagainya)

5) Ajarkan/awasi pasien menggunakan strategi yang dipilih untuk menambah penurunan rasa nyeri.

6) berikan kompres hangat dan anjurkan pasien istirahat untuk meningkatkan penurunan rasa nyeri.

7) Berikan support system

8) Ciptakan lingkungan yang nyaman.

9) Berikan umpan balik positif atas kemajuan penyakit pasien.

10) Kolaborasi dokter untuk pemberian terapi analgetik.3. Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya daya tahan tubuh. Rusaknya jaringan dan pemaparan terhadap lingkungan.

Penyakit kronis.

Kurangnya pengetahuan untuk menghindar dari lingkungan patogen.

Outcome :

Status imun

Status infeksi

Intervensi :

1) Kaji dan monitor tanda-tanda vital : suhu, nadi setiap 4 jam, laporkan bila ada kenaikan suhu.

2) Observasi warna, bau dan konsistensi sputum.

3) Ajarkan pada pasien untuk memilih makanan yang tinggi kalori, tinggi protein dan tinggi vitamin.

4) Berikan dorongan kepada pasien untuk minum air 2500 ml/hari.

5) Kolaborasi dokter untuk pemeriksaan sputum, Ronsen sinus, pemeriksaan kultus setiap hari, pemeriksaan hitung sel leukosit.

6) Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter.

7) Anjurkan pasien untuk menghindari hal-hal yang memicu alergi.

4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap atau perubahan dalam status kesehatan.

Out come :

Tingkat kecemasan menurun

Memperlihatkan ketrampilan-ketrampilan koping yang efektif

Intervensi :

1) Monitor tingkat kecemasan pasien.

2) Pertahankan lingkungan yang aman dan tenang dengan menurunkan rangsangan.

3) Beri petunjuk untuk turut serta dalam perawatan diri.

4) Beri dorongan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya.

5) Bantu pasien dalam mengidentifikasi mekanisme koping yang adaptif.

6) Review proses pemecahan masalah.