LP PROM.doc
Transcript of LP PROM.doc
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA PROM (Premature
Rupture of Membrane)
RUANG KAMAR BERSALIN
RUMAH SAKIT NGUDI WALUYO WLINGI
STASE KEPERAWATAN MATERNITAS
Disusun oleh :KHOTIMAH MULYASARI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2016
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan di ruang Kaber RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi yang disusun oleh:
Nama : Khotimah Mulyasari
NIM : -
Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu tugas
profesi Ners Departemen Keperawatan Maternitas.
Wlingi, Januari 2016
Mahasiswa (Ners Muda)
(Khotimah
Mulyasari)
Mengetahui,
Pembimbing K Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
“Premature Rupture of Membrane”
A. DEFINISI
Ketuban pecah dini (PROM, premature rupture of membrane) adalah kondisi dimana ketuban pecah sebelum proses persalinan dan usia gestasi ≥37 minggu. Jika ketuban pecah pada usia gestasi <37 minggu, maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur (PPROM, preterm premature rupture of membrane). Terdapat istilah periode laten, yaitu waktu dari ruptur hingga terjadinya proses persalinan. Makin muda usia gestasi ketika ketuban pecah, periode laten akan semakin panjang. Ketuban pecah saat usia gestasi cukup bukan, 75% proses bersalin terjadi dalam 24 jam. Jika ketuban pecah di usia 26 minggu, 50% ibu hamil akan terjadi persalinan dalam 1 minggu sedangkan usia gestasi 32 minggu, persalinan terjadi dalam waktu 24-48 jam.
Ketuban dapat pecah karena kontraksi uterus dan peregangan berulang yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh sehingga pecah. Salah satu faktor dari ketuban pecah dini adalah kurangnya asam askorbat, yang merupakan komponen kolagen. Pada kehamilan trimester awal, selaput ketuban sangat kuat. Namun, pada trimester ketiga menjadi mudah pecah berkaitan dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Sedangkan pada kehamilan prematur, biasanya
penyebabnya adalah infeksi dari vagina, polihidramnion, dan inkompeten serviks.
B. ETIOLOGIEtiologi dari ketuban pecah dini antara lain:
1. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, dan kelainan genetik)
2. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia dan meningkatnya enzim proteolitik. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadinya kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin muda usia kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin dan komplikasi ketuban pecah dini meningkat.
3. Multipara, grandemultipara, pada kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi proses embriogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis dan yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda – tanda inpartu.
4. Overdistensi uterus pada hidramnion, kehamilan ganda, dan sevalopelvik disproporsi. Hidramnion atau sering disebut polihidramnion adalah banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Hidramnion dapat terjadi pada kasus anensefalus, atresia esophagus, gemeli, dan ibu yang mengalami diabetes melitus gestasional. Ibu dengan diabetes melitus gestasional akan melahirkan bayi dengan
berat badan berlebihan pada semua usia kehamilan sehingga kadar cairan amnion juga akan berlebih. Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih sehingga kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar.
5. Merokok selama kehamilan
6. Inkompetensi serviks (leher Rahim) menyebabkan dinding ketuban yang paling bawah mendapatkan
tekanan yang semakin tinggi.
Inkompetensi serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka di tengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Serviks memiliki suatu kelainan anatomi yang nyata, yang bisa disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks sehingga memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.
7. Peningkatan tekanan inta uterinTekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapatmenyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya : a. Trauma : hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
amniosintesisb. GemelliKehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
8. MakrosomiaMakrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau overdistensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang, tipis dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
9. Penyakit infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini. Membrana khorioamniotik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik.Infeksi merupakan faktor yang cukup berperan pada persalinan preterm dengan ketuban pecah dini. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan amnionitis.
10.Riwayat persalinan dengan KPD sebelumnya: resiko 2-4x.
C. KLASIFIKASIBerdasarkan penyebabnya PROM dibagi menjadi :1. PROM Spontan; terjadi karena lemahnya selaput
ketuban atau kurang terlindungi karena cervix terbuka (incompetent cervical)
2. PROM dengan penyebab sebelumnya; dapat terjadi karena adanya trauma jatuh, coitus, hidramnion, infeksi, dll.
D. PATOFISIOLOGIMekanisme ketuban pecah dini dalam persalinan
secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme
kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan MMP mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit perodotitis di mana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.
E. Manifestasi KlinisTanda dan gejala yang tampak pada PROM adalah: Keluar air ketuban warna putih, keruh, kuning, hijau,
atau kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi Janin mudah diraba Konsistensi rahim lebih keras Rahim lebih kecil jika dibandingkan dengan usia
kehamilan Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air
ketuban sudah kering. Inspeksi : tampak air ketuban mengalir, selaput
ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.F. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal.
Persalinan PrematurSetelah ketuban pecah biasanya segera disusul
oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada usia kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
InfeksiResiko infeksi ibu dan anak meningkat pada
Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,pneumonia,omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah Dini premature,infeksi lebih sering daripada aterm.Secara umum insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
Hipoksia Dan AsfiksiaDengan pecahnya ketuban terjadi
oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban janin maka semakin gawat.
Sindroma Deformitas JaninKetuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi pulmonar.
G. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan labaratorium yang dapat dilakukan pada
PROM adalah: Test Lakmus (Nitrazin test)
Dilakukan untuk menentukan cairan ketuban, jumlah cairan ketuban, usia kehamilan, dan kelainan janin
Test LEA (Leukosit Esterace)Penting dilakukan untuk menentukan apakah
terjadi infeksi atau tidak. Infeksi dapat ditandai dengan peningkatan suhu tubuh ibu (>380C) air ketuban keruh dan berbau dan test LEA menunjukkan leukosit darah >15.000/mm
AmniocentesisDilakukan dengan cara mengambil cairan
amnion untuk mengetahui adanya kelainan congenital pada janin, maturitas paru, dan hemolitik disease.
USGUntuk menentukan usia kehamilan, indeks cairan
amnion berkurang
H. Penatalaksanaan
Konservatif :1. Rawat rumah sakit dengan tirah baring.2. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.3. Umur kehamilan kurang 37 minggu.4. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg
selama 5 hari.5. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan
memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
6. Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
7. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
8. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
Aktif :Bila didapatkan infeksi berat maka berikan
antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan.1. Induksi atau akselerasi persalinan.2. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau
akselerasi persalinan mengalami kegagalan.3. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda
infeksi uterus berat ditemukan
I. PATHWAYPre eklamsi berat DM maternal
Kehamilan kembar
Letak plasenta defek neuralisisBerubah terbuka
Abrupsio Plasenta polihidramnion penyebab lain :
Kehamilan multiple, persalinan pre term, incompetent cervical, trauma, persalinan lama
PROM
PROM spontan PROM dengan penyebab
Lemahnya selaput ketuban adanya trauma
Incompetent servical
Air ketuban pecah hipertermi konsistensi rahim lebihKeras
Cemas Resiko Infeksi tekanan abdomen
Kurang Pengetahuan
Ggn Mobilitas Fisik Nyeri
Ggn Istirahat Tidur
J. MASALAH KEPERAWATANa. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dinib. Risiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi persalinanc. Cemas berhubungan dengan kehilangan kehamilan
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontruksi uteruse. Risiko tinggi untuk trauma fetal berhubungan dengan hypoxiaf. Defisiensi pengetahuan b.d tidak familier dengan sumber informasi
K. Asuhan KeperawatanETIOLOGI NOC NIC
Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Infection Control (Kontrol infeksi)
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila perlu
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi Batasi pengunjung Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan Dorong istirahat Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positifCemas b/d kematian Anxiety control
Coping Impulse control
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) Gunakan pendekatan
yang menenangkan Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
Dorong keluarga untuk menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
Defisiensi pengetahuan b.d tidak familier dengan sumber informasi
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
Teaching : disease Process1. Berikan penilaian
tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba IAC, et al. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: EGC; 2009. Hal.119-21.
2. Soewarto, S. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Winkjosastro H., Saifuddin
A.B., dan Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009. Hal. 677-680.
3. NANDA International. 2012. Jakarta : EGC.
4. NOC-NIC International. 2012.