Lp Meningitis

28
A. Definisi Miningitis adalah suatu reaksi peradangan yang mengenai satu atau semua lapisan selaput yang menghubungkan jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa, disebabkan oleh bakteri spesifik / non spesifik atau virus. Meningitis adalah infeksi cairan otak dan disertai proses peradangan yang mengenai durameter, piameter, araknoid dan dapat meluas ke permukaan jaringan otak dan medula spinalis yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa yang terdapat secara akut dan kronis. Meningitis dibagi menjadi dua : 1. Meningitis purulenta, yaitu infeksi selaput otak yang disebabkan oleh bakteri non spesifik yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau reaksi purulen pada cairan otak. Penyebabnya adalah pneumonia, hemofilus influensa, E. Coli. 2. Meningitis tuberkulosa, yaitu radang selaput otak dengan eksudasi yang bersifat serosa yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis, lues, virus, riketsia. Berdasarkan lapisan selaput otak yang mengalami radang, meningitis dibagi menjadi: 1. Pakimeningitis, yamg mengalami radang adalah durameter.

description

fiutiuyiuy

Transcript of Lp Meningitis

Page 1: Lp Meningitis

A. Definisi

Miningitis adalah suatu reaksi peradangan yang mengenai satu atau semua

lapisan selaput yang menghubungkan jaringan otak dan sumsum tulang belakang,

yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa, disebabkan oleh bakteri

spesifik / non spesifik atau virus.

Meningitis adalah infeksi cairan otak dan disertai proses peradangan yang

mengenai durameter, piameter, araknoid dan dapat meluas ke permukaan jaringan

otak dan medula spinalis yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa yang

terdapat secara akut dan kronis.

Meningitis dibagi menjadi dua :

1. Meningitis purulenta, yaitu infeksi selaput otak yang disebabkan oleh bakteri

non spesifik yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau reaksi purulen pada

cairan otak. Penyebabnya adalah pneumonia, hemofilus influensa, E. Coli.

2. Meningitis tuberkulosa, yaitu radang selaput otak dengan eksudasi yang

bersifat serosa yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis, lues, virus, riketsia.

Berdasarkan lapisan selaput otak yang mengalami radang, meningitis dibagi

menjadi:

1. Pakimeningitis, yamg mengalami radang adalah durameter.

2. Leptomeningitis, yang mengalami radang adalah araknoid dan piameter.

B. Anatomi & Fisiologi Selaput Otak

Selaput otak terdiri dari 3 lapisan dari luar kedalam yaitu Durameter,

Aranoid dan Piameter.

Durameter terdiri dari lapisan yang berfungsi kecuali di dalam tulang

tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat pada tulang dan terdapat sinus

venosus. Falx serebri adalah lapisan vertikal durameter yang memisahkan kedua

hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium serebri adalah ruang horizontal dari

Durameter yang memisahkan lobus oksipitalis dari serebelum.

Araknoid merupakan membran lembut yang bersatu ditempatnya dengan

paiameter, diantaranya terdapat ruang subaranoid dimana terdapat arteri dan vena

serebral dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Sisterna magna adalah bagian

Page 2: Lp Meningitis

terbesar dari ruang subaranoid disebelah belakang otak belakang, memenuhi celah

diantara serebelum dan medulla oblongata.

Piamater merupakan membran halus yang kaya akan pembuluh darah kecil

yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Piameter adalah lapisan

yang langsung melekat dengan permukaan otak dan seluruh medula spinalis.

Miningitis dapat disebabkan oleh berbagai organisme yang bervariasi, tetapi

ada tiga tipe utama yakni:

1. Infeksi bakteri, piogenik yang disebabkan oleh

bakteri pembentuk pus, terutama meningokokus, pneumokokus, dan basil

influenza.

2. Tuberkulosis, yang disebabkan oleh basil tuberkel

(Mycobacterium tuberculose).

3. Infeksi virus, yang disebabkan oleh agen-agen virus

yang sangat bervariasi.

C. Etiologi & Epidemiologi

Miningitis bakteri dapat disebabkan oleh setiap agen bakteri yang

bervariasi. Haemophilus Influenza (Tipe β), Streptococcus pneumoniae, dan

Naisseria Miningitis (meningokokus) bertanggung jawab terhadap meningitis

pada 95 % anak-anak yang lebih tua dari usia 2 bulan. Haemophilus influenzae

merupakan organisme yang dominan pada usia anak-anak 3 bulan sampai dengan

3 tahun, tetapi jarang pada bayi dibawah 3 bulan, yang terlindungi oleh substansi

bakteri yang didapat secara pasif dan pada anak-anak di atas 5 tahun yang mulai

mendapat perlindungan ini.

Organisme lain adalah Streptococus β hemolyticus, Staphylococcus aureus,

dan Escherichia coli. Penyebab utama meningitis neonatus adalah organisme

Streptococcus β hemolyticus dan Escherichia coli. Infeksi Escherichia coli jarang

terjadi pada anak-anak usia setelah bayi (lebih dari 1 tahun). Meningitis

meningokokus (serebrospinal epidemik) terjadi pada bentuk epidemik dan

merupakan satu-satunya tipe yang ditularkan melalui infeksi droplet dari sekresi

nasofaring. Meskipun kondisi ini dapat berkembang pada setiap usia, risiko

Page 3: Lp Meningitis

infeksi meningokokus meningkat dengan seringnya kontak dan oleh karena itu

infeksi terutama terjadi pada anak-anak usia sekolah dan adolesens.

Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan dengan perempuan terutama

pada periode neonatal. Angka kesakitan tertinggi seteleh timbulnya meningitis

mengenai anak-anak pada usia antara kelahiran sampai dengan empat tahun (di

bawah lima tahun). Faktor maternal seperti ketuban pecah dini dan infeksi ibu

hamil selama trimester akhir merupakan penyebab utama meningitis neonatal.

Terjadinya defisiensi pada mekanisme imun dan berkurangnya aktivitas

leukosit dapat mempengaruhi insiden pada bayi baru lahir, anak-anak dengan

defisiensi imunoglobulin, dan anak-anak yang menerima obat-obatan

imunosupresif. Meningitis yang muncul sebagai perluasan dari infeksi-infeksi

bakteri yang bervariasi kemungkinan disebabkan kurangnya resistensi terhadap

berbagai organisme penyebab. Adanya kelainan SSP, prosedur / trauma bedah

saraf, infeksi-infeksi primer dilain organ merupakan faktor-faktor yang

dihubungkan dengan mudahnya terkena penyakit ini.

D. Patofisiologi

Rute infeksi yang paling sering adalah penyebaran vaskuler dari fokus-fokus

infeksi ke tempat lain. Contohnya organisme nasofaring menyerang pembuluh-

pembuluh darah yang terdapat di daerah tersebut dan memasuki aliran darah ke

serebral atau membentuk tromboemboli yang melepaskan emboli sepsis ke dalam

aliran darah. Invasi oleh perluasan langsung dari infeksi-infeksi di sinus paranasal

dan di sinus mastoid jarang terjadi. Organisme-organisme dapat masuk melalui

implantasi langsung setelah luka yang tertembus, fraktur tulang tengkorak yang

memberikan sebuah lubang ke dalam kulit atau sinus, lumbal fungsi, prosedur

pembedahan dan kelainan-kelainan anatomis seperti shunt ventrikuler.

Organisme-organisme yang terimplantasi menyebar ke dalam cairan serebrospinal

oleh penyebaran infeksi sepanjang rongga subarnoid.

Proses infeksi yang terlihat adalah inflamasi, eksudasi akumulasi leukosit

dan tingkat kerusakan jaringan yang bervariasi. Otak menjadi hiperemis, edema,

dan seluruh permukaan otak tertutup oleh lapisan eksudat purulen dengan

Page 4: Lp Meningitis

bervariasi organisme.

Page 5: Lp Meningitis

E. Manifestasi Klinis

1. Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah

laku.

2. Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.

3. Sakit kepala

4. Sakit-sakit pada otot-otot

5. Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada

mata pasien

6. Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI

7. Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap

lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.

8. Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak

terdapat pada virus meningitis.

9. Nausea

10. Vomiting

11. Demam

12. Takikardia

13. Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau

hiponatremia

14. Pasien merasa takut dan cemas.

F. Penularan & Pencegahan

1. Penularan

- Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin,

sering makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama.

- Penyakit ini menyerang pada anak dengan kekebalan yang tidak baik, seperti

penderita malnutrisi, kegemukan, anak yang sering sakit dan sebaginya.

2. Pencegahan

Page 6: Lp Meningitis

- Mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah ke toilet umum,

memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan

makan bergizi dan berolahraga yang teratur adalah sangat baik menghindari

berbagai macam penyakit.

- Pemberian Imunisasi vaksin (vaccine) Meningitis merupakan tindakan yang

tepat terutama di daerah yang diketahui rentan terkena wabah meningitis,

adapun vaccine yang telah dikenal sebagai pencegahan terhadap meningitis

diantaranya adalah:

a. Haemophilus influenzae type b (Hib)

b. Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)

c. Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV)

d. Meningococcal conjugate vaccine (MCV4)

G. Komplikasi

1. Ketidaksesuaian sekresi ADH

2. Pengumpulan cairan subdural

3. Lesi lokal intrakranial dapat mengakibatkan kelumpuhan sebagian badan

4. Hidrocepalus yang berat dan retardasi mental, tuli, kebutaan karena atrofi

nervus II (optikus)

5. Pada meningitis dengan septikemia menyebabkan suam kulit atau luka di

mulut, konjungtivitis.

6. Epilepsi

7. Pneumonia karena aspirasi

8. Efusi subdural, emfisema subdural

9. Keterlambatan bicara

10. Kelumpuhan otot yang disarafi nervus III (okulomotor), nervus IV (toklearis),

nervus VI (abdusen). Ketiga saraf tersebut mengatur gerakan bola mata.

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :

Page 7: Lp Meningitis

a. Meningitis bakterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah

sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positif

terhadap beberapa jenis bakteri.

b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel

darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur

biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.

2. Glukosa serum: meningkat ( meningitis )

3. LDH serum: meningkat ( meningitis bakteri )

4. Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi

bakteri )

5. Elektrolit darah : abnormal .

6. ESR/LED :  meningkat pada meningitis

7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah

pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi

8. MRI/ CT-scan : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat

ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor

9. Rontgen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra

kranial.

I. Managemen Medis

1. Obat Anti Infeksi

a. Meningitis Tuberkuosa :

Isoniazid 10 –20 mg/kg/24 jam oral, 2 x sehari maksimal 500 mg, selama

1½ tahun.

Rifampisin 10 –15 mg/kg/24 jam oral, 1 x sehari selama 1 tahun.

Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam (IM) 1-2 x sehari, selama 3

bulan.

b. Miningitis bakterial, umur < - 2 bulan:

Sefalosporin Generasi ke 3

Ampisilin 150 – 200 mg (400mg)/kg/24 jam IV, 4-6 x sehari, dan

Kloramfenikol 50 mg/kg BB/24 jam IV 4 x / hari.

Page 8: Lp Meningitis

c. Miningitis bakterial umur > 2 bulan:

Ampisilin 150 – 200 mg (400mg)/ kg/24 jam IV, 4-6 sehari .

Kloramfenikol 100 mg/kg/24 jam IV, 4 x sehari atau

Sefalosporin Generasi ke 3.

2. Pengobatan Simtomatis.

a. Diazepam IV; 0,2 – 0,5 mg / kg/dosis, atau rektal : 0,4 – 0,6 mg/kg/

dosis. Kemudian dilanjutkan dengan:

Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 x sehari atau

Fenobarbital 5 – 7 mg /kg/24 jam, 3 kali sehari.

b. Turunkan panas:

Antipiretik: parasetamol/salisilat 10 mg/kg/dosis.

Kompres air / es

c. Pengobatan Suportif

Cairan intravena

Zat asam.

J. Pengkajian Keperawatan

1. Biodata klien

2. Riwayat kesehatan yang lalu

- Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?

-  Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?

- Pernahkah operasi daerah kepala ?

3. Riwayat kesehatan sekarang

Aktivitas

Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).

Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.

Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis.

Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat,

takikardi, disritmia.

Eliminasi

Page 9: Lp Meningitis

Tanda : Inkontinensi dan retensi.

Makanan/cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.

Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.

Higiene

Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.

Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,

kehilangan sensasi, kejang, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman.

Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, halusinasi, kehilangan

memori, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal,

babinski positif, reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada

laki-laki.

Tes Kernig dalam pengkajian meningitis

Nyeri/keamanan

Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal).

Tanda : gelisah,  menangis.

Page 10: Lp Meningitis

Pernafasan

Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.

Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

K. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis (iritasi meningen)

2. Gangguan perfusi jaringan serebral sehubungan dengan peningkatan tekanan

intrakranial

3. Nausea berhubungan dengan meningitis, peningkatan tekanan intrakranial

4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah dan anoreksia.

6. Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan bernafas dan perubahan dalam

status kesehatan

7. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbatasan informasi.

8. Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental

dan penurunan tingkat kesadaran

L. Rencana Keperawatan

NANDA

Dx.1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis (iritasi meningen)

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 3 jam pasien menunjukkan

penurunan nyeri, dibuktikan dengan kriteria hasil:

a. Dapat tidur dengan tenang

b. Memverbalisasikan penurunan nyeri

c. Tanda vital DBN

NIC

Rencana intervensi yang akan dilakukan:

1. Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang.

R/ Menurukan reaksi terhadap rangsangan ekternal atau kesensitifan terhadap

cahaya dan menganjurkan pasien untuk beristirahat.

Page 11: Lp Meningitis

2. Kompres dingin (es) pada kepala dan kain dingin pada mata.

R/ Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah otak.

3. Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-

hati.

R/ Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan

rasa sakit / discomfort.

4. Kolaborasi : pemberikan obat analgesik.

R/ Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit. Catatan : Narkotika

merupakan kontraindikasi karena berdampak pada status neurologis sehingga

sukar untuk dikaji.

5. Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali

R/ Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan

keperawatan yang selanjutnya.

NANDA

Dx.2. Gangguan perfusi jaringan serebral sehubungan dengan peningkatan

tekanan intrakranial

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam pasien menunjukkan

keefektifan perfusi jaringan serebral, dibuktikan dengan kriteria hasil:

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal

b. Rasa sakit kepala berkurang

c. Kesadaran meningkat

d. Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda

tekanan intrakranial yang meningkat.

NIC

Rencana intervensi yang akan dilakukan:

1. Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal.

R/ Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk

terjadinya herniasi otak.

2. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.

Page 12: Lp Meningitis

R/ Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.

3. Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-hati

pada hipertensi sistolik.

R/ Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan

darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan

menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan

dengan peningkatan sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan diastolik.

Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.

4. Monitor intake dan output.

R/ hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko

dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea yang menurunkan

intake per oral.

5. Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk

mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.

R/ Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen.

Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi

diri dari efek valsava.

6. Kolaborasi: Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.

R/ Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial,

vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral.

7. Kolaborasi: Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen

R/ Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada

tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral.

8. Kolaborasi: Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel,

Antibiotika.

R/ Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler.

Menurunkan edema serebri dan Menurunkan metabolik sel / konsumsi dan

kejang.

Page 13: Lp Meningitis

NANDA

Dx.3. Nausea berhubungan dengan meningitis

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 3 jam pasien menunjukkan

perasaan mual berkurang, dibuktikan dengan kriteria hasil:

a. Dapat memvervalisasi penyebab mual

b. Dapat memanajemen mual dengan teknik nonfarmakologi

NIC

Rencana intervensi yang akan dilakukan:

1. Dorong untuk memonitor adanya nausea.

R/ dengan memonitor adanya mual sejak awal maka pencegahan akan

terjadinya mual dilakukan dengan segera sehingga tidak sampai menimbulkan

muntah

2. Dorong strategi belajar yang digunakan untuk memanajemen nausea.

R/ dengan mempelajari manajemen mual maka apabila suatu saat mual datang,

pasien dapat mengantisipasinya sendiri.

3. Identifikasi faktor yang mungkin terhadap nausea.

R/ mempermudah menentukan apa saja yang mungkin dapat menyebabkan

mual sehingga hal tersebut dapat dihindari.

4. Identifikasi strategi yang mungkin untuk menghilangkan nausea.

R/ strategi relaksasi atau distraksi mungkin dapat memanajemen mual apabila

suatu saat mual terjadi

5. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi.

R/ dengan mengajarkan teknik distraksi pada pasien sebagai usaha

mengalihkan perhatian dari rasa mual.

6. Anjurkan istirahat dan tidur yang adekuat untuk memfasilitasi hilangnya

nausea.

R/ dengan istirahat atau tidur perasaan mual mungkin akan menghilang dengan

sendirinya.

Page 14: Lp Meningitis

NANDA

Dx.4. Hipertermi berhubungan dengan penyakit

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 3 jam pasien menunjukkan

penurunan suhu tubuh, dibuktikan dengan kriteria hasil:

a. Suhu tubuh DBN

b. Tidak terjadi kenaikan TTV

NIC

Rencana intervensi yang akan dilakukan:

1. Monitor temperatur secara sering, jika sesuai.

R/ suhu tubuh pasien menunjukkan secara singkat bagaimana keadaan

tubuhnya secara umum.

2. Monitor warna dan temperatur kulit.

R/ warna kulit yang berubah menjadi kemerahan mengindikasikan adanya

kenaikan suhu tubuh.

3. Monitor tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi napas.

R/ tanda vital yang didapat mencerminkan keadaan pasien secara umum.

4. Kolaborasi: penggunaan antipiretik.

R/ tindakan kolaborasi pemberian antibiotic merupakan salah satu cara untuk

memanajemen panas secara farmakologi apabila panas tidak bisa turun dengan

tindakan nonfarmakologi.

5. Kenakan klien pakaian yang tipis.

R/ dengan menggunakan pakaian yang tipis maka tubuh tetap terjaga

kelembabanya dan suhunya.

NANDA

Dx.5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah dan anoreksia

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam pasien menunjukkan

Page 15: Lp Meningitis

nutrisi kurang teratasi dengan indikator:

a. Mendapat nutrisi yang adekuat

b. Klien tidak mengalami kehilangan BB lebih lanjut

c. Membran mukosa lembab

d. Kulit tidak kering

NIC

Rencana intervensi yang akan dilakukan:

1. Kaji adanya alergi makanan

R/ menghindari makanan yang mungkin akan menyebabkan alergi bagi klien

sehingga klien tidak mempunyai keinginan untuk makan.

2. Monitor adanya penurunan BB

R/ membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya

bila BB dan pengukuran BMI kurang dari normal.

3. Berikan perawaatan oral

R/ kebersihan oral menhilangkan bakteri penumbuh bau mulut dan

eningkatkan rangsangan /nafsu makan

4. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering

R/ masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering biasanya ditoleransi

klien dengan baik

5. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori tinggi protein

R/ kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk

menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting

dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat.

6. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan

R/ dengan posisi makan yang nyaman maka klien akan lebih tertarik untuk

makan makanan yang disediakan.

7. Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi yang adekuat

R/ bekerjasama dan berdiskusi dengan keluarga akan lebih memberikan

pemahaman akan pentingnya keluarga meningkatkan pemasukan nutrisi yang

adekuat untuk klien.

8. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

Page 16: Lp Meningitis

R/ tindakan atau pengobatan yang akan dilakukan menurunkan nafsu makan

klien, sehingga bisa didahulukan makan dulu kemudian baru diberi

pengobatan atau tindakan.

9. Monitor turgor kulit, monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb

dan kadar Ht

R/ turgor kulit serta kelembaban mencerminkan keadaan cairan dan nutrisi

yang ada pada anak. Hb dan Ht mencerminkan bagaimana keadaan klien

melalui hasil labolatorium darah.

10. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan klien

R/ keperluan nutrisi anak akan terpenuhi dengan perhitungan dari tim gizi.

11. Pertahankan terapi IV line

R/ pemasukan nutrisi melalui terapi IV line merupakan salah satu intervensi

yang dapat digunakan agar nutrisi tetap adekuat apabila klien tidak bisa

makan dengan per oral dan tidak terpasang NGT/TPN.

NANDA

Dx.6. Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan bernafas dan perubahan

dalam status kesehatan

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam pasien menunjukkan

penurunan tingkat kecemasan, dibuktikan dengan kriteria hasil:

a. Pasien mengenal perasaannya

b. Menyatakan cemas berkurang

NIC

Rencana intervensi yang akan dilakukan:

1. Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut.

R/ cemas yang berkelanjutan dapat memperburuk kondisi klien.

2. Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan.

R/ reaksi verbal/non verbal menunjukkan rasa agitasi, marah, dan gelisah.

3. Menyarankan orang terdekat untuk mendampingi selama tindakan.

Page 17: Lp Meningitis

R/ keberadaan orang terdekat dapat membuat tenang.

4. Berikan lingkungan yang tenang dan aman.

R/ mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.

5. Melakukan tindakan yang tidak memicu kecemasan terlebih dahulu.

R/ memberikan waktu kepada klien untuk beradaptasi terhadap perawat.

NANDA

Dx.7. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbatasan informasi

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 60 menit pasien menunjukkan

pengetahuan keluarga bertambah, dibuktikan dengan kriteria hasil:

a. Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.

b. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.

c. Keluarga mentaati setiap proses keperawatan.

NIC

Rencana intervensi yang akan dilakukan:

1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga.

R/ Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan

kebenaran informasi yang didapat.

2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang.

R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah

wawasan keluarga.

3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan

R/ agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan.

4. Berikan Health Education tentang cara menolong keluarga yang kejang dan

mencegah kejang.

R/ sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam

mengatasi masalah kesehatan.

Page 18: Lp Meningitis

NANDA

Dx.8. Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental

dan penurunan tingkat kesadaran

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam pasien menunjukkan

tidak terjadi injuri, dibuktikan dengan kriteria hasil:

1. Lingkungan tetap terjaga aman dari bahaya injuri

2. Tidak terjadi injuri pada badan pasien

NIC

Rencana intervensi yang akan dilakukan:

1. Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya.

R/ Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai

dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.

2. Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman,

dan alat suction selalu berada dekat pasien.

R/ Melindungi pasien bila kejang terjadi.

3. Pertahankan bedrest total selama fase akut.

R/ Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia terjadi.

4. Kolaborasi: Berikan terapi sesuai advis seperti; diazepam, phenobarbital, dll.

R/ Untuk mencegah atau mengurangi kejang. Catatan : Phenobarbital dapat

menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi.

Page 19: Lp Meningitis

Daftar Pustaka

Muttaqin, arif. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan system

persyarafan. Jakarta : Selemba Medika, 2008.

Guyton and hall. Buku ajar fsikologi kedokteran. Jakarta : EGC, 2006.

Kapita Selekta Kedokteran FKUI, Media Aesculapius, Jakarta, 1999

Brunner / Suddarth. Buku saku keperawatan medikal bedah,EGC, Jakarta, 2000.

Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.

Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta.

EGC. 1995.

Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medikal Bedah, Brunner and

Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.

Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai

Penerbit FKUI, Jakarta

Nanda. 2011. Nursing Diagnosis : Definitions & Classifications.

McCloskey, Joanne C., Bulechek, Gloria M. 1997. Nursing Intervention

Classification (NIC). USA : Mosby.

Johnson, Marion et al. 1997. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA :

Mosby.

Ackley, BJ and Ladwig, GB. Nursing Diagnosis Handbook: An Evidence-Based

Guide to Planning Care. 2012. USA : Mosby.