LP Mengioma

48
DEFINISI Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign). Meningioma malignant jarang terjadi. Meningioma adala tumor otak jinak yang berasal dari sel-sel yang terdapat pada lapisan meningen serta derivat- derivatnya. Di antara sel-sel meningen itu belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat hubungan erat antara tumor ini dengan villi arachnoid. Timbulnva meningioma kebanvakan di tempat ditemukan banyak villi arachnoid. Dari observasi yang dilakukan Mallary (1920) dan didukung Penfield (1923) didapatkan suatu konsep bahwa sel yang membentuk tumor ini ialah fibroblast sehingga mereka menyebutnya arachnoid fibroblast atau meningeal Fibroblastoma.3 Meningioma berasal dari leptomening yang biasanya berkembang jinak. Gushing, 1922 menamakannya meningioma karena tumor ini yang berdekatan dengan meningen. Ahli patologi pada umumnya Iebih menyukai label histologi dari pada label anatomi untuk suatu tumor. Namun istilah meningioma yang diajukan Gushing (1922) ternyata dapat diterima dan didukung oleh Bailey dan Bucy (1931). Orville Bailey (1940) mengemukakan bahwa sel-sel arachnoid berasal dari neural crest, sel-sel arachnoid disebut Cap cells; pendapat ini didukung Harstadius (1950), bennula dari unsur ectoderm. Zuich tetap menggolongkan meningioma ke

description

Konsep dan Asuhan Keperawatan Mengioma

Transcript of LP Mengioma

Page 1: LP Mengioma

DEFINISI

Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput

pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul

pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya

terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat

jinak (benign). Meningioma malignant jarang terjadi.

Meningioma adala tumor otak jinak yang berasal dari sel-sel yang terdapat

pada lapisan meningen serta derivat-derivatnya. Di antara sel-sel meningen

itu belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat

hubungan erat antara tumor ini dengan villi arachnoid. Timbulnva meningioma

kebanvakan di tempat ditemukan banyak villi arachnoid. Dari observasi yang

dilakukan Mallary (1920) dan didukung Penfield (1923) didapatkan suatu konsep

bahwa sel yang membentuk tumor ini ialah fibroblast sehingga mereka

menyebutnya arachnoid fibroblast atau meningeal Fibroblastoma.3 Meningioma

berasal dari leptomening yang biasanya berkembang jinak. Gushing, 1922

menamakannya meningioma karena tumor ini yang berdekatan dengan

meningen.

Ahli patologi pada umumnya Iebih menyukai label histologi dari pada

label anatomi untuk suatu tumor. Namun istilah meningioma yang diajukan

Gushing (1922) ternyata dapat diterima dan didukung oleh Bailey dan Bucy

(1931).

Orville Bailey (1940) mengemukakan bahwa sel-sel arachnoid berasal dari

neural crest, sel-sel arachnoid disebut Cap cells; pendapat ini didukung

Harstadius (1950), bennula dari unsur ectoderm. Zuich tetap menggolongkan

meningioma ke dalam tumor mesodermal.

Page 2: LP Mengioma

Gambar 1.1 Meningioma pada gambaran CT scan

ETILOLOGI

Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun

beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang

jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Faktor-faktor terpenting sebagai

penyebab meningioma adalah trauma, kehamilan, dan virus. Pada penyelidikan

dilaporkan 1/3 dari meningioma mengalami trauma, Pada beberapa kasus ada

hubungan langsung antara tempat terjadinya trauma dengan tempat timbulnya

tumor. Sehingga disimpulkan bahwa penyebab timbulnya meningioma adalah

trauma. Beberapa penyelidikan berpendapat hanya sedikit bukti yang

menunjukkan adanya hubungan antara meningioma dengan trauma.

Dilaporkan juga bahwa meningioma ini sering timbul pada akhir

kehamilan, mungkin hal ini dapat dijelaskan atas dasar adanya hidrasi otak yang

meningkat pada saat itu. Teori lain menyatakan bahwa virus dapat juga sebagai

penyebabnya. Pada penyelidikan dengan light microscope ditemukan virus like

inclusion bodies dalam nuclei dari meningioma. Tetapi penyelidikan ini

kemudian dibantah bahwa pemeriksaan electron misroscope inclusion bodies ini

adalah proyeksi cytoplasma yang berada dalam membran inti.

Para peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan

asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiornas berisi kromosom

22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen

Page 3: LP Mengioma

supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma

sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain

dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering tetjadi pada usia

muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan

pertumbuhan meningioma.

Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor.

Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki salinan

tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan (PDGFR) dan epidermis

reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang mungkin memberikan kontribusi pada

pertumbuhan tumor ini. Sebelumnya radiasi ke kepala, sejarah payudara kanker,

atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor untuk mengembangkan

meningioma. Multiple meningiomas terjadi pada 5% sampai 15% dari pasien,

terutama mereka dengan neurofibromatosis tipe 2. Beberapa meningioma

memlliki reseptor yang berinteraksi dengan hormon seks progesteron, androgen,

dan jarang estrogen. Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada

jinak meningiomas, baik pada pria dan wanita. Fungsi reseptor ini belum

sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering kali menantang bagi dokter untuk

menasihati pasien perempuan mereka tentang penggunaan hormon jika

mereka memiliki sejarah suatu meningioma. Meskipun peran tepat hormon

dalam pertumbuhan meningioma belum ditentukan, peneliti telah mengamati

bahwa kadang-kadang mungkin meningioma tumbuh lebih cepat pada saat

kehamilan.

MANIFESTASI KLINIK

Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor

pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh

terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari otak atau tekanan pada

nervus atau pembuluh darah). Secara umum, meningioma tidak bisa didiagnosa

pada gejala awal.

Meningioma tumbuhnya perlahan-lahan dan tanpa memberikan gejala-

gejala dalam waktu yang lama, bahkan sampai bertahun-tahun. Ini khas untuk

meningioma tetapi tidak pathognomonis. Diperkirakan meningioma intrakranial

yang merupakan 1,44% dari seluruh otopsi sebagian besar tidak menunjukkan

gejala-gejala dan didapatkan secara kebetulan. Dari permulaan sampai timbulnya

gejala-gejala rata-rata ± 26 bulan, dilaporkan juga gejala-gejala yang lama

timbulnya yaitu antara 20 — 30 tahun. Walaupun demikian gejala-gejala yang

Page 4: LP Mengioma

cepat tidak menyingkir kan adanya meningoma.

Gejala-gejala umum, seperti juga pada tumor intracranial yang lain

misalnya sakit kepala, muntah-muntah, perubahan mental atau gejala-gejala fokal

seperti kejang-kejang, kelumpuhan, atau hemiplegia. Gejala umum ini sering

sudah ada sejak lama bahkan ada yang bertahun-tahun sebelum penderita

mendapat perawatan dan sebelum diagnosa ditegakkan.

Gejala-gejala yang paling sering didapatkan adalah sakit kepala. Gejala

Minis lain yang paling sering adalah berturut-turut sebagai berikut:

1) kejang-kejang (±48%)

2) gangguan visus (± 29%)

3) gangguan mental (± 13%)

4) gangguan fokal (± 10%)

Tetapi timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala ini tergantung pada letak

tumor dan tingginya tekanan intrakranial, Tanda-tanda fokal sangat tergantung

dari letak tumor, gejala-gejala bermacam-macam sesuai dengan fungsi jaringan

otak yang ditekan atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat. Menurut Leaven

gangguan fungsi otak ini penting untuk diagnosa dini. Gejala-gejala ini tirnbul

akibat hemodynamic steal dalam satu hemisfer otak, antara hemisfer atau dari

otak kedalam tumor.

1) Sakit Kepala

Merupakan gejala yang paling sering, sakit kepala ini tidak khas, dapat

umum atau terlokalisir ada daerah yang berlainan. Hal ini sudah lazim walaupun

tidak dikaitkan dengan meningkatnya tekanan intracranial. Meningioma Intra

Ventrikuler seringkali mengalami sakit kepala dan peningkatan tekanan

intrakranial, karena meningioma di tempat tersebut dapat bergerak dan dapat

mengadakan penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis. Sakit kepala

tersebut bersifat unilateral dan gejala-gejala ini mungkin hilang timbul. Selain

sakit kepala juga disertai mual dan muntah-muntah.

2) Kejang

Didapati 48% dari kasus meningioma mengalami kejang-kejang terutama

pada meningioma parasagittal dan lobus temporalis, Adanya kejang-kejang ini

akan memperkuat diagnosa.

3) Gangguan Mata

Gangguan mata yang terjadi pada meningioma dapat berupa :

Page 5: LP Mengioma

a) penurunan visus

b) papil oedema

c) nystagmus

d) gangguan yojana penglihatan

e) gangguan gerakan bola mata

f) exophthalmus.

5) Hemiparese

Lebih sering didapatkan pada meningioma dibandingkan dengan tumor-

tumor intrakranial yang lain. 10% dari kasus meningioma didapati kelumpuhan

fokal, Crose dkk mendapatkan tiga dari 13 kasusnya dengan hemi parese

disertai gangguan sensoris dari N V.

6) Gangguan mental

Sering juga didapatkan gangguan mental, tentunya berhubungan pula

dengan lokalisasi dari tumor. Dilaporkan 13% dari kasus-kasus RAAF (29)

dengan gangguan mental. Gejala mental seperti: dullness, confusion stupor

merupakan gejala-gejala yang paling sering.

Disamping gejala-gejala tersebut di atas juga sering didapatkan

gangguan saraf otak (nervus cranialis) terutama yang paling sering dari kasus-

kasus Grouse yaitu N II, V, VI, IXdan X. Gejala yang menarik adalah adanya

Intermittent cerebral symptoms. Pada 219 penderita dengan meiiingioma supra

tentorial didapatkan gangguan fungsi serebral yang mendadak intermitten dan

sementara dapat beberapa menit atau lebih dari sehari. Gejala-gejala dapat

berapa afasia, kelumpuhan dari muka dan lidah, hemi plegia, vertigo, buta,

ataxia, hallusinasi (olfaktoris) dan kejang-kejang. Setengah dari kasus-kasus ini

gangguan fungsi serebral berulang-ulang, karena terjadi pada usia lanjut maka

seringkali diagnosa membingungkan dengan suatu infark otak atau insuffuiensia

serebrovaskuler, migrain, dan multiple sclerosis. Pada umumnya C.V.A. dapat

dibedakan dengan tumor intrakranial dengan adanya gejala-gejala yang

mendadak dan perlahan-lahan diikuti dengan kemajuan dari gejala-gejala

neurologis. Bermacam-macam gejala neurologis yang paling sering menimbulkan

kesalahan diagnosa.

7) Tanda-tanda yang menyesatkan (False Localizing Signs = FLS)

FLS dari tumor-tumor intrakranial adalah tanda-tanda yang tidak

semuanya berhubungan dengan gangguan fungsi pada tempat tumor tersebut.

Biasanya terlihat sebagai gejala fokal dari tempat-tempat yang jauh dari tumor di

Page 6: LP Mengioma

mana hal ini dapat membingungkan untuk menentukan lokalisasi tumor tersehut.

Seperti biasanya diagnosa klinik ditegakkan dari kumpulan/tanda-tanda, tetapi

kurangnya pengetahuan akan FLS menyebabkan kesalahan-kesalahan pada

diagnosa, apabila pada kasus-kasus yang tanda-tandanya tidak jelas. Dari 250

kasus meningioma intrakranial didapatkan 101 kasus dengan FLS. Diagnosa

yang salah karena gejala-gejala yang tidak jelas disertai adanya FLS. Gejala-

gejala yang tidak jelas dapat disebabkan oleh karena adanya Silent area di mana

tumor-tumor itu pada permulaannya tidak menunjukkan gejala-gejala. Yang

termasuk silent area: parasagital anterior, konveksitas frontal dan intraventrikuler.

Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor:

1) Meningioma falx dan parasagittal; nyeri tungkai

2) Meningioma Convexitas; kejang, sakit kepala, deficit neurologis fokal,

perubahan status mental

3) Meningioma Sphenoid; kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan

pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.

4) Meningioma Olfactorius; kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.

5) Meningioma fossa posterior; nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme

otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya

berjalan,

6) Meningioma suprasellar; pembengkakan diskus optikus, masalah visus

7) Spinal meningioma ; nyeri punggung, nyeri dada dan lengan

8) Meningioma Intraorbital ; penurunan visus, penonjolan bola mata

9) Meningioma Intraventrikular ; perubahan mental, sakit kepala, pusing

KLASIFIKASI

Gambaran mikroskopik meningioma amat bervariasi, macam-macam

klasifikasi diusulkan, natnun Orville Bailey (1940) menganggap klasifikasi

meningioma tidak diperlukan. Pandangan ini didasarkan secara biologis karena

variasi-variasi histologis tersebut tidak banyak kaitannya dengan perangai biologi

kelompok tumor ini.

Klasifikasi menurut Kernohan dan Sayre, yaitu Meningioma

meningotheliomatosa (syncytial, eiidothclimatous), Meningioma fibroblastic dan

Meningioma angioblastik. Yang terakhir ada yang menggolongkan sebagai

haemangioperisitoma. Tipe transisional atau tipe campuran digolongkan ke dalam

kelompok meningioma meningotheliomatosa.

WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah

Page 7: LP Mengioma

diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan

derajat pada hasil biopsi yang dilihat di bawah rnikroskop. Penatalaksanaannya

pun berbeda-beda di tiap derajatnya.

a. Grade I

Meningioma tumbuh dengan lambat . Jika tumor tidak menimbulkan

gejala, mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara

periodic. Jika tumor semakin bverkembang, maka pada akhirnya dapat

menimbulkan gejala, kemudian penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan.

Kebanyakan meningioma grade I diterapi dengan tindakan bedah dan observasi

yang continue.

b. Grade II

Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh

lebih cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan

yang lebih tinggi juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini.

Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan.

c. Grade III

Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma

malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang

dari 1 % dari seluruh kejadian meningioma. Pembedahan adalah

penatalaksanaan yang pertama untuk grade III diikuri dengan terapi radiasi. Jika

terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi.

Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtype berdasarkan lokasi dari

tumor.

1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus menlngioma). Falx

adalah selaput yang terletak antara dua sisi otak yang

memisahkan hemisfer kiri dan kanan. Falx cerebri mengandung

pembuluh darah besar. Parasagital meningioma terdapat di sekitar falx

2. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada

permukaan atas otak.

3. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah

belakang rnata. Banyak terjadi pada wanita.

4. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang

menghubungkan otak dengan hidung.

5. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di pemukaan

bawah bagian belakang otak.

Page 8: LP Mengioma

6. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas seila tursica, sebuah

kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitary.

7. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang

berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinalis

setingkat thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis

dapat menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding

dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.

8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang pada atau

di sekitar mata cavum orbita.

9. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi

cairan di seluruh bagian otak.

PATOFISILOLOGI

Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum

diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara

histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang

mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma

sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid diduga memainkan

peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema peritumoral.

Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas.

Kaskade eikosanoid diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan

perkembangan edema peritumoral. Dari lokalisasinya Sebagian besar

meningioma terletak di daerah supratentorial. Insidens ini meningkat terutama

ada daerah yang mengandung granulatio Pacchioni. Lokalisasi terbanyak pada

daerah parasagital dan yang paling sedikit pada fossa posterior.

Etiologi tumor ini diduga berhubimgan dengan genetik, terapi radiasi,

hormon sex, infeksi virus dan riwayat cedera kepala. Sekitar 40-80% tumor ini

mengalami kehilangan material genetik dari lengan panjang kromosom 22, pada

lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada

22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan

NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang

menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu,

deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma.

Terapi radiasi juga dianggap turut berperan dalam genesis meningioma.

Bagaimana peranan radiasi dalani menimbulkan meningioma masih belum jelas.

Page 9: LP Mengioma

Pasien yang mendapatkan terapi radiasi dosis rendah untuk tinea kapitis dapat

berkembang menjadi meningioma multipel di tempat yang terkena radiasi pada

dekade berikutnya. Radiasi kranial dosis tinggi dapat menginduksi terjadinya

meningioma setelah periode laten yang pendek.

Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya

faktor etiologi lainnya mekanisme hormon sex hingga memicu meningioma

hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Pada sekitar 2/3 kasus meningioma

ditemukan reseptor progesterone. Tidak hanya progesteron, reseptor hormon lain

juga ditemukan pada tumor ini termasuk estrogen, androgen, dopamine, dan

reseptor untuk platelet derived growth factor. Beberapa reseptor hormon sex

diekspressikan oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik

dan teknik biologi molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam

konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam sitosol

dari meningioma. Reseptor somatostatin juga ditemukan konsisten pada

meningioma.

Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan

pada meningioma soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma

sama dengan yang ditemukan pada karsinoma mammae. Jacobs dkk (10)

melaporkan. meningioma secara bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma

mammae, tapi beberapa penelitian lainnya melaporkan hubungan karsinoma

mammae dengan mening

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

Gambar 1.2 Lokasi tersering pada meningioma

Page 10: LP Mengioma

Meningioma merupakan tumor otak yang pertumbuhannya lambat dan

tidak menginvasi otak maupun medulla spinalis. Stimulus hormon merupakan

faktor yang penting dalam pertumbuhan meningioma. Pertumbuhan meningioma

dapat menjadi cepat selama periode peningkatan hormon, fase luteal pada siklus

menstruasi dan kehamilan.

Trauma dan virus sebagai kemungkinan penyebab meningioma telah

diteliti, tapi belum didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan virus sebagai

penyebab meningioma. Philips et al melaporkan adanya sedikit peningkatan

kasus meningioma setelah trauma kepala pada populasi western Washington

state.

Gambaran Histopatologi

Meningioma intrakranial banyak ditemukan di regio parasagital,

selanjutnya di daerah permukaan konveks lateral dan falx cerebri. Di kanalis

spinalis meningioma lcbih sering menempati regio torakal. Pertumbuhan tumor ini

mengakibatkan tekanan hebat pada jaringan sekitamya, namun jarang menyebar

ke jaringan otak. Kadang-kadang ditemukan fokus-fokus kalsifikasi kecil-kecil

yang berasai dari psammoma bodies, bahkan dapat ditemukan pembentukan

jaringan tulang baru.

Secara histologis, meningioma biasanya berbentuk globuler dan meliputi

dura secara luas. Pada permukaan potongan, tampak pucat translusen atau

merah kecoklatan homogen serta dapat seperti berpasir. Dikatakan atipikal

jika ditemukan proses mitosis pada 4 sel per lapangan pandang elektron. atau

terdapat peningkatan selularitas, rasio small cell dan nukleus sitoplasma yang

tinggi, uninterupted patternless dan sheet-like growth. Sedangkan pada

anapiastik akan ditemukan peningkatan jumlah mitosis sel, nuklear

pleomorphism, abnormalitas pola pertumbuhan meningioma dan infiltrasi

serebral. Imunohistokimia dapat membantu diagnosis meningioma. Pada pasien

dengan meningioma, 80% menunjukkan adanya epithelial membrane antigen

(EMA) yang positif. Stain negative untuk anti-Leu 7 antibodi (positif pada

Schwannomas) dan glial fibrillary acididprotein (GFAP).

Page 11: LP Mengioma

Gambar 1.3 slide Patologi (Hematoksilin-eosin, X400 perbesaran asli). A,

Meningioma dengan fitur ganas, nukleolus (titik kuning) dan mitosis (panah). B,

intranuklear intnisi sitoplasma (pseudoinclusion).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosa meningioma dapat ditentukan atas beberapa pemeriksaan sebagai

berikut:

1) Elektroensefaiografi (E.E.G.).

2) X ray foto tengkorak.

3) Angiografi

4) Pneumoensefalografi atau Ventrikulografi.

5) Brain Scan.

6) Computerized Tomography Scan (CT scan).

7) Histopatologik.

8) Tissue Culture.

Page 12: LP Mengioma

1) Elektroensefaiografi (EEG)

Tumor otak memberi EEG abnormal pada 75-85% dari kasus dan 15 - 25% dari

penderita dengan tumor otak mempunyai EEG yang normal. Tumor otak sendiri

tidak memberi aktivitas listrik abnormal. Hanya neuron-neuron yang membuat ini

pada daerah dekat tumor menjadi abnormal sedemikian rupa sehingga

hypersyndironisasi dari pelepasan-pelepasan listrik dari beribu-ribu atau berjuta-

juta sel saraf membentuk gelombang lanibat atau gelombang runcing pada EEG.

Mungkin tumor ini memberi kelainan metabolik dari neuron-neuron didekatnya,

mungkin dengan tekanan langsung, oedema atau raengacau (merusak) innervasi

daerahnya. Meningoma raenunjukkan sedikit abnormalitas pada E.E.G. Pada

kasus-kasus didapatkan 53% dengan focus abnormal. Pada meningioma

intraventriculer enam dari delapan kasus menunjukkan EEG yang abnormal.

2) Foto Tengkorak

Beberapa sarjana menyatakan bahwa perubahan-perabahan dari X foto

tengkorak pada meningioma 22,5% adalah normal, 75,5% abnormal. Kelainan

radiologis tersebut adalah:

a) Hyperostosis : 25% - 44,1 %

b) Pembesaran dari canalis yang dilalui oleh arteri meningiamedia (foramen

Spinosum): 25%

c) Perkapuran dari tumor : 3% — 20%

d) Kerasakan dari tulang : 1,5% -16,1%

e) Pembuatan specule : 4,3% adalah pembuatan tulang-tulang baru sebagai

tiang yang ramping tegak lurus pada permukaan tulang yang normal.

f) Penebalan tulang yang difus

g) Hyperostosis dan kalsifikasi tumor teratama Psammomatous

merupakan tanda yang paling penting untuk diagnosa meningioma disamping

peningkatan Vascularisasi dan kerasakan tulang.

Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada

foto polos. Dinidikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi tulang dan

dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak.

Pembesaran pembuluh darah meninx menggambarkan dilatasi arteri meninx

yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat

bersifat fokal maupun difus .

3) Angiografi

Kelainan pembuluh darah yang paling khas pada meningioma adalah

Page 13: LP Mengioma

adanya pembuluh darah yang meraberi darah pada neoplasma oleh cabang-

cabang arteri sistim karotis ekstema. Bila mendapatkan arteri karotis ekstenia

yang memberi darah ke tumor yang letaknya intrakranial maka ini mungkin sekali

neningioma.

Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat

menimbulkan gambaran "spoke wheel appearance". Selanjutnya arteri dan

kapiler memperlihatkan gambaran vascular yang homogen dan prominen yang

disebut dengan mother and law phenomenon Meningioma menunjukkan dri-ciri

paling khas sebagai berikut:: (i) Mendapat darah dari sistim karotis ekstema. (ii)

Homogenous akan tetapi sharphy sircumscribed cloud, ya itu adanya tumor cloud

yang homogen dari cairan kontras pada selurah tumor. Batas vaskuler intrinsik

dari meningioma sering jelas sekali dan konfigurasinya berbentuk bulat-bulatan

(lobulated). Dan (iii). Tetap adanya cairan kontras dalam tumor.

Terdapat tetap adanya tumor cloud untuk waktu yang agak lama pada

serialogram. Tumor Stain masih terlihat pada film terakhir ialah delapan sainpai

sembilan detik setelali permulaan dari injeksi cairan kontras. (iii) lebih dapat

dipercaya daripada (ii).

4) Pneumoensefalografi atau Ventrikulografi

Pneumografi dapat menunjukkan paling jelas tumor intraventrikuler dan

tumor yang letaknya dalam, dekat pada ventrikel atau mengadakan invasi pada

straktur di garis tengah (invading midline structures).

5) Brain Scan

Brain scan biasanya kurang cermat untuk diagnosa dari tumor yang

tumbuh lambat dan berasal dari glia. Mungkin tak lebih dari separo menunjukkan

Brainscan yang positlp. Keterbatasan atau kejelekan dari radionucleide brainscan

ini ialali tak dapat memberi petunjuk yang dapat dipercaya mengeiiai jenis atau

maeam nature dari lesi. la hanya menunjukkan suatu daerah dengan uptake

yang abnormal dalam kepala, yang dapat sebagai neoplasma, vaskuler, radang

atau trauma. la tak memberi informasi mengenai status dari otak dan derajad dari

deformitas atau adanya edema otak, dilatasi ventrikel atau tekanan intrakranial

yang tinggi. Dalam hal ini, C.T. scan dari otak lebih superior dibandingkan

dengan isotop brain scan.

6) Computerized Tomography scan (CT scan)

CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling

banyak meningioma. Tampak gambran isodense hingga hiperdense pada foto

Page 14: LP Mengioma

sebelum kontras, dan gambaran peningkatan densitas yang homogeny pada foto

kontras. Tumor juga memberikan gambaran komponen cystic dan kalsifikasi

pada beberapa kasus. Udem peritumoral dapat terlihat dengan jelas. Perdarahan

dan cairan intratumoral sampai akumulasi cairan dapat terlihat.

Meningioma biasanya lebih padat dibandingkan dengan otak oleh karena

adanya Calcium dalam tumor. Nilai absorpsi mungkin antara 20-300 Um, dan

lesi-lesi itu dengan densitas sedang, bertambah jelas dengan penyuntikan,

kontras walau dengan jumlah yang sedikit (20 - 40 cc). Bila meningioma dengan

densitas sangat mendekati otak,maka kita dapat salah menerka edema sebagai

tumor dan dapat mendiagnosis salah sebagai glioma. Sesuai dengan laporan

BECKER dkk bila meningioma mengandung banyak calcium, ia sangat padat

dan diagnosisnya jelas.

CT. Scan dapat menunjukkan ventrikel dan ruangan subarachnoid, juga

massa tumor, sering dapat memberi infonnasi tentang lokalisasi secara

terperinci. Histopatologik, Histopatologi dari meningioma menunjukkan gambaran

yang beraneka ragam. Beberapa sarjana membagi menjadi gambaran yang

sederhana didasarkan jenis yang paling sering didapatkan.

7) Pembiakan jaringan (Tissue Culture)

Sejak tahun 1928 pembiakan jaringan meningioma telah dilakukan, tetapi

tidak didapatkan bentuk-bentuk pertunibuhan, sampai COSTERO dkk pada th

1955 mendapatkan pertunibuhan meningioma whorls yang khusus. Bentuk

whorls tidak selaiti didapatkan pada semua pembiakan jaringan meningioma,

tetapi whorls ini merupakan tanda khas adanya meningioma dan tidak pernah

didapatkan pada tumor-tumor yang lain baik intra maupun ekstraserebral.l

Menurat U.I.C.C. (Unio Intemationalis Contra Cancrum) gambaran histopatologi

sebagai berikut:

a) Epitheloid

b) Meningotheliomatous

c) Endotheliomatous

d) Fibroblastic / Fibromatous

e) Psammomatous

Pemeriksaan Radiologi

Umumnya pada banyak pasien, tidak ditemukan kelainan pada

pemeriksaan radiografi. Foto polos kepala dapat memberikan gambaran

kalsifikasi karena ada meningioma pada dasar tulang kepala dengan bentuk

Page 15: LP Mengioma

yang konveks. Meningioma dapat mengakibatkan reaktif hyperostosis yang tidak

berhubungan dengan ukuran tumor. Osteolisis jarang mengakibatkan

meningioma yang jinak dan malignan.

Pemeriksaan foto polos kepala sebagai penunjang penyaki meningioma

masih memiliki derajat kepercayaan yang tinggi. Gambaran yang sering terlihat

plak yang hyperostosis, dan bentuk sphenoid , dan pterion.

Kalsifikasi tanpa adanya tumor pada foto polos kepala dapat menunjukkan hasil

false-negatif pada meningioma. Banyak pasien dengan meningioma otak dapat

ditegakkan secara langsung dengan menggunakan CT atau MRI.

a. Foto polos Otak

Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto

polos. Foto polos diindikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi tulang

dan dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak.

Pembesaran pembuluh darah meninx menggambarkan dilatasi arteri meninx

yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat

bersifat fokal maupun difus.

b. Computed Tomography (CT scan)

CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak

meningioma. Tampak gambaran isodense hingga hiperdense pada foto sebelum

kontras, dan gambaran peningkatan densitas yang homogen pada foto kontras.

Tumor juga memberikan gambaran komponen kistik dan kalsifikasi pada

beberapa kasus. Udem peritumoral dapat terlihat dengan jelas. Perdarahan dan

cairan intratumoral sampai akumulasi cairan dapat terlihat.

CT-scan memiliki kelebihan untuk menggambarkan meningioma. Invasi

sepanjang dura serebri sering muncul akibat provokasi dari respon osteoblas,

yang menyebabkan hiperostosis.8 Gambaran CT-scan paling baik untuk

menunjukkan kalsifikasi dari meningioma; dapat dilihat pada gambar-gambar

berikut. The CT nature of the calcification may be nodular, fine and punctate, or

dense. Penelitian histologi membuktikan bahwa proses kalsifikasi > 45% adalah

meningioma.

Page 16: LP Mengioma

Gambar 1.

Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan meningioma fossa media.

Massa kalsifikasi melekat pada anterior tulang petrous kanan. Terlihat kalsifikasi

berbentuk cincin dan punctata. Tidak terlihat adanya edema.

Gambar 2.

Dua kasus berbeda. A, B. CT-scan menunjukkan kalsifikasi meningioma dari

lobus parietal. C, D. CT-scan nonkontras potongan axial menunjukkan massa

kalsifikasi yang homogeny melekat pata tulang parietal kanan. Jaringan lunak

tumor banyak terlihat pada bagian posterior. Penyebab kalsifikasi minor lain pada

hemispere serebri kiri disebabkan oleh penyakit parasit. Gambaran MRI

potongan coronal T2 menunjukkan deposit kalsium (seperti bintang) yang

dikelilingi jaringan solid. Pada kasus ini tidak terlihat edema.

CT-scan efektif menunjukkan hyperostosis, destruksi tulang, erosi pada

perlekatan dura. Hiperostosis sering terlihat 15-20% pada pasien. Lihat gambar

berikut.

Page 17: LP Mengioma

Gambar 3.

Meningioma otak. Gambaran CT-Scan tanpa zat kontras menunjukkan sebuah

meningioma maligna di lobus frontal yang muncul seperti massa dengan

densitas tinggi. Kavitas kistik bisa berupa nekrosis tumor, perdarahan yang lama,

degenaratif kistik atau CSF yang terjebak. Edema dan pergeseran Midline ke

bagian kiri anterior juga dapat terlihat.

Gambar 4.

Meningioma otak. CT-Scan tanpa kontras menunjukkan meningioma maligna di

lobus frontal. Dapat terlihat peningkatan densitas dan massa yang homogen dan

perselubungan yang berbentuk cincin.

Gambar 5.

Meningioma otak. Meningioma maligna pada lobus frontal. CT-scan pada frontal

internal cerebri dan gambaran diploic menunjukkan erosi dan infiltrasi tulang.

Page 18: LP Mengioma

CT-scan dapat menunjukkan perdarahan tumor akut dan pelebaran pembuluh

darah pada kalvarium.

Massa yang homogeny dengan densitas yang sama mengelilingi otak dapat 25-

33% adalah meningioma. Densitas meningioma lebih tinggi disbanding otak.

Meningioma dapat menimbulkan edema yang luas, necrosis dan jarang terjadi

perdarahan. Edema tidak terjadi pada 50% pasien karena pertumbuhan yang

lambat, tetapi dapat meluas. Edema lebih dominan terjadi di lapisan white matter,

dan mengakibatkan penurunan densitas. Lihat gambar berikut.

Gambar 6.

Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan isodensitas sphenoid-wing

meningioma. Fissura Sylvii kiri kolaps sebagian.

Gambar 7.

Meningioma Otak. CT-scan menunjukkan meningioma isodensitas spenoid.

Massa meningioma terlihat setelah diberi injeksi zat kontras secara intravena.

Zat kontras pada CT-Scan akan menunjukkan tumor dengan densitas sedang

sampai kuat; dapat dilihat pada gambar-gambar dibawah.

Page 19: LP Mengioma

Gambar 8.

Meningioma Otak. Meningioma pada lobus parietal. CT-scan dengan kontras

menunjukkan lingkaran, peningkatan desitas, dan massa unilobus. Perlekatan

massa pada bagian dura serebral, sehingga adanya terlihat edema yang jelas

pada otak.

Gambar 9.

Meningioma otak. Meningioma lobus parietal. Injeksi pada arteri meningeal

media menunjukkan adanya perkumpulan tumor. Vaskularisasi yang meningkat

dapat di lihat di posterior dari massa. Vena drainase tidak terlihat.

Periperal kistik dapat mengakibatkan cairan serebrospinal terperangkap yang

dapat dilihat pada gambaran berikut.

Gambar 10.

Meningioma otak. Tentorium posterior meningioma dengan potongan coronal

pada CT-scan dengan zat kontras. Terdapat massa yang berbatas tegas dengan

Page 20: LP Mengioma

peningkatan densitas di sepanjang tentorium. Penumpukan cairan serebrospinal,

edema subtle, hemodensitas, dan dilatasi ventrikel.

Komponen-kompenen kistik pada meningioma dapat terlihat di dalam tumor atau

antara tumor dengan jaringan otak, oleh karena itu disebut CSF yang terjebak.

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk mengevaluasi

meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala tergantung

pada lokasi tumor berada.9 Kelebihan MRI dalam memberikan gambaran

meningioma adalah resolusi 3 dimensi. Kemampuan MRI untuk membedakan

tipe dari jaringan ikat, kemampuan multiplanar, dan rekonstruksi 3D. Dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 11.

Meningioma Parasagital. A. MRI nonkontras potongan sagital T1 menunjukkan

massa dural yang padat dengan invasi dan kompresi terhadap korteks parietal.

B. MRI dengan zat kontras potongan sagittal T1 menunujukkan perlekatan

sebagian tumor. C. Potongan Koronal T2 menunjukkan massa padat yang

menunjukkan jaringan padat. Gambaran ini menunjukkan meningioma

fibroblastik. D. MRI potongan axial T1 dengan zat kontras menujukkan

hiperintensitas yanr terletak di sumsum tulang.

Gambar 12.

A. Nonkontras angio-MRI lateral menunjukkan oklusi sinus sagital ssuperior

akibat invasi oleh meningioma. B. MRI rekonstruksi menunjukkan obstruksi vena-

venas sagital dan memperlihatkan tumor dalam 3D.

MRI dapat memperlihatkan vaskularisasi tumor, pembesaran arteri, dan invasi

Page 21: LP Mengioma

sinus venos, dan hubungan antara tumor dengan dengan

sekeliilingnya.Kelebihan lain dapat melihat area juxtasellar dan fossa posterior

dan kadang dapat menunjukkan hubungan penyebaran penyakit melalui CSF.

Kemampuan multiplanar adalah kemampuan untuk memvisualisasikan kontak

tumor dengan meningen, kapsul tumor, dan kontras pada meningeal dapat

memperjelas tumor. Dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 13.

Meningioma otak. MRI nonkontras menunjukkan meningioma parasagital.

Gambaran homogen menunjukkan massa yang bulat dengan kapsul tipis. Tumor

terletak pada dura sagitalis kiri. Massa tampak mendorong trigonum ventrikel.

Gambar 14.

Meningioma otak. MRI nonkontras potongan axial menunjukkan paarasagital

meningioma. Gambar T1 menunjukkan homogenitas, panjang T1 dan massa

dilapisi kapsul. Tumor melekat pada falx serebri bagian kiri. Massa terlihat

disepanjang girus serebri.

Page 22: LP Mengioma

Gambar 15.

Meningioma multiple: A. Sagittal T1 menunjukkan fossa posterior dan

meningioma parietal. B Gadolinium pada Sagittal T1 menunjukkan

pengkontrasan massa. C. T2 coronal menunjukkan penampilan intensitas rendah

dari massa posterior setelah embolisasi endovaskular.

Gambar 16.

Maligna dan multiple meningioma. Seorang lelaki kulit putih, 47 tahun dibedah

dengan Gamma Knife karena meningioma conveks, diikuti dengan pembedahan

micro untuk mengangkat tumor pada tahun 2001. A, B. 4 tahun yang lalu -

Desember 2005- MRI menunjukkan sebuah massa sisa di paretal dan occipital.

Sinus sigmoid kiri tersumbat. C, D. Sebuah meningioma kecil pada frontal kanan

juga dioperasi radiologi pada waktu yang sama. Edema dan peningkatan

intensitas setelah injeksi gadolinium.

Diagnosis Banding

Diagnosa banding tergantung dari bentuk gejala sebenamya dan usia

penclerita. Telah dibuat sejumlah diagnosa banding pada beberapa

penyelidikan.Kira-kira separo dari kasus-kasus dengan insuffisiensia serebral

sepintas lalu dan berulang-ulang pada penderita yang tua menyerupai infark otak

atau insuffiensia serebro vaskuler. Seringkali juga menyerupai chronic subdural

hematoma, perdarahan subarachnoid dan meningitis serosa.

PENATALAKSANAAN

Page 23: LP Mengioma

a. Operatif

Penatalaksanaan meningioma terganting dari lokasi dan ukuran tumor itu

sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan

pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini

antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh

terhadap sel saraf. dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan

atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah

berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak

hanya mengangkat selurah tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan

tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi.

Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian

antikonvulsan dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi

pemberian H2 antagonis beberapa hari sebelum operas! dilaksanakan.

Pemberian antibiotik perioperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua

pasien untuk organisme stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin generasi III

yang memiliki aktifitas terhadap organisem pseudomonas, serta pemberian

inetronidazol (untuk organisme anaerob) ditambalikan apabila operas!

direncanakan dengan pendekatan melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau

mastoid .

Klasifikasi penatalaksanaan dari ukuran reseksi pada meningioma intracranial:

1) Grade I Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal

2) Grade II Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura

3) Grade III Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan

dura, atau mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang atau

tulang yang hiperostotik)

4) Grade IV Reseksi parsial tumor

5) Grade V Dekompresi sederhana (biopsy)

b. Radioterapi

Penggunaan external beam irradiation pada meningioma semakin banyak

dipakai untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan

efektif untuk melanjutkan terapi operasi meningioma reseksi subtotal, kasus-

kasus rekurensi baik yang didaliului dengan operasi sebelumnya ataupun tidak,

Pada kasus meningioma yang tidak dapat dioperasi karena lokasi yang sulit,

keadaan pasien yang buruk, atau pada pasien yang menolak dilakukan operasi,

external beam irradiation masih belum menunjukkan keefektifitasannya. Teori

Page 24: LP Mengioma

terakhir menyatakan terapi external beam irradiation tampaknya akan efektif

pada kasus meiiingioma yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang

mendukung teori ini belurn banyak dikemukakan .

Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan

pertimbangan koraplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf

optikus sangat rentan mengalami kerusakan akibat radioterapi. Koraplikasi lain

yang dapat ditimbulkan berupa insufisiensi pituitari ataupun nekrosis akibat

radioterapi.

c. Radiasi Stereotoktik

Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali

diperkenalkan pada tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton beam.

Setelah itu penggunaan stereotaktik radioterapi ini semakin banyak dilakukan

untuk meningioma. Sumber energi yang digunakan didapat melalui teknik yang

bervariasi, yang paling sering digunakan adalah sinar foton yang berasal dari Co

gamma (gamma knife) atau linear accelerators (LINAC) dan partikel berat

(proton, ion helium) dari cyclotrons. Semua teknik radioterapi dengan stereotaktik

ini dapat mengurangi kornplikasi, terutama pada lesi dengan diameter kurang

dari 2,5 cm.

Steiner dan koleganya menganalisa pasien meningioma yang diterapi

dengan gamma knife dan diobservasi selama 5 tahun. Mereka menemukan

sekitar 88% pertumbuhan tumor ternyata dapat dikontrol. Kondziolka dan kawan-

kawan memperhitungkan pengontrolan pertumbuhan tumor dalam 2 tahun pada

96 % kasus. Bara-baru ini peneliti yang sama melakukan studi dengan sampel 99

pasien yang diikuti selama 5 hingga 10 tahun dan didapatkan pengontrolan

pertumbuhan tumor sekitar 93 % kasus dengan 61 % massa tumor mengecil.

Kejadian defisit neurologis baru pada pasien yang diterapi dengan stereotaktik

tersebut kejadiannya sekitar 5 % .

d. Kemoterapi

Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum

banyak diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun maligna.

Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal atau jinak

barn sedikit sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan regimen

kemoterapi (baik intravena atau intraarterial cis-platinum, decarbazine (DTIC)

dan adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan

Yung), walaupun regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan

Page 25: LP Mengioma

lunak. Laporan dari Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan

cyclopliosphamide, adriamycin, dan vincristine dapat memperbaiki angka

harapan hidup dengan rata-rata sekitar 5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi

lain seperti hydroxyurea sedang dalam penelitian. Pertumbuhan sel pada

meningioma dihambat pada fase S dari siklus sel dan menginduksi apoptosis dari

beberapa sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu kasus

pemberian hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-pasien dengan

rekurensi dan meningioma yang tidak dapat direseksi. Pemberian Alfainterferon

dilaporkan dapat memperpanjang waktu terjadinya rekurensi pada kasus

meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang menimbulkon

toksisitas dibanding pemberian dengan kemoterapi.

Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada kasus

dengan meningioma. Preparat yang dipakai biasanya tamoxifen (anti estrogen)

dan mifepristone (anti progesteron). Tamoxifen (40 mg/m2 2 kali/hari selama 4

hari dan dilanjiitkan 10 mg 2 kali/hari) telah digunakan oleh kelompok onkolologi

Southwest pada 19 pasien dengan meningioma yang sulit dilakukan reseksi dan

refrakter. Terdapat pertumbuhan tumor pada 10 pasien, stabilisasi sementara

pertumbuhan tumor pada 6 pasien, dan respon minimal atau parsial pada tiga

pasien .

Pada dua studi terpisah dilakukan pemberian mifepristone (RU486) 200

mg perhari selama 2 hingga 31 bulan. Pada studi yang pertama didapatkan 5

dari 14 pasien menunjukkan perbaikan secara objektif yaitu sedikit pengurangan

massa tumor pada empat pasien dan satu pasien gangguan lapang pandangnya

membaik walaupun tidak terdapat pengurangan massa tumor; terdapat

pertumbuhan ulang pada salah satu pasien tersebut. Pada studi yang kedua dari

kelompok Netherlands dengan jumlah pasien 10 orang menunjukkan

pertumbuhan tumor berlanjut pada empat pasien, stabil pada tiga pasien, dan

pengurangan ukuran yang minimal pada tiga pasien. Tiga jenis obat tersebut

sedang dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar pada

meningioma tetapi sampai sekarang belum ada terapi yang menjadi prosedur

tetap untuk terapi pada tumor ini .

Page 26: LP Mengioma

PROGNOSIS

Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan

tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada

orang dewasa snrvivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak,

dilaporkan survival rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif,

perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat

besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10%

meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi,

Sejak 18 tahun meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan bila letaknya

mudah dapat diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila ada:

1) Invasi dan kerusakan tulang

2) tumor tidak berkapsul pada saat operasi

3) invasi pada jaringan otak.

Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan,

dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka

kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi

selama lima tahun (1942-1946) adalah 7,9% dan (1957-1966) adalah 8,5%.

Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitu

perdarahan dan edema otak.

Page 27: LP Mengioma

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

Data Subjektif

Identitas Pasien dan Penanggung Jawab

Nama

Jenis kelamin

Usia

Status

Agama

Alamat

Pekerjaan

Pendidikan

Bahasa

Suku bangsa

Dx Medis

Sumber biaya

Riwayat keluarga

Genogram

Keterangan genogram

Status kesehatan

Status kesehatan saat ini

Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)

Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini

Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

Status kesehatan masa lalu

Penyakit yang pernah dialami

Pernah dirawat

Alergi

Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan kesehatan)

Riwayat penyakit keluarga

Diagnosa Medis dan Therapi

.

Page 28: LP Mengioma

Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :

Bernafas

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk,

serta ukur respirasi rate. 

Makan

Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS,

apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.

Minum

Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada

perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya). 

Eliminasi (BAB / BAK)

Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.

Gerak dan aktifitas

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan

aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah

didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di RS. 

Rasa Nyaman

Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya,

misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan

PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan

skala nyeri) 

Kebersihan Diri

Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS 

Rasa Aman

Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang

diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani

keluarganya selama di RS.

Sosial dan komunikasi

Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan

lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya). 

Pengetahuan 

Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini

dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya. 

Rekreasi 

Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.

Page 29: LP Mengioma

Spiritual 

Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien

menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun

sebaliknya.

Data Objektif

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

Tingkat kesadaran CCS

Tanda-tanda vital

Keadaan fisik 

Kepala dan leher

Dada

Payudara dan ketiak

Abdomen

Genitalia

Integument

Ekstremitas

Pemeriksaan neurologist

Pengkajian saraf cranial 

Olfaktori(penciuman )

Optic (penglihatan )

Okulomotor(gerak ekstraokular mata,dilatasi pupil)

Troklear(gerak bola mata ke atas ke bawah)

Trigeminal(sensori kulit wajah,pergerakan otot rahang)

Abdusens(gerakan bola mata menyamping)

Fasial(ekspresi fasial dan pengecapan)

Auditori(pendengaran)

Glosofaringeal(pengecapan,kemampuan menelan,gerak lidah)

Vagus(sensasi faring,gerakan pita suara)

Aksesori(gerakan kepala dan bahu)

Hipoglosal(posisi lidah)

Pemeriksaan ROM AKTIF & PASIF

Pemeriksaan Penunjang

Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada

sistem ventrikel dan cisterna.

Page 30: LP Mengioma

CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.

Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,

penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi

selatursika.

Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan

kepekaan neuron.

Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan

intra serebral.

Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal

dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak

yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan perfusi cerebral

Nyeri akut

Resiko cidera

Gangguan mobilitas fisik

Ansietas berhubungan

Resiko kekurangan nutrisi

3.Rencana tindakan

Dx1. Nyeri akut

Tujuan :Setelah diberikan askep selama …..x24 jam,diharapakan nyeri yang

dirasakan pasien berkurang dengan ,kriteria hasil:

Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol,

Wajah pasien tidak meringis 

Intervensi :

mandiri

1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang

memperburuk dan meredakan.

R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien.

Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu

hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk

mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.

2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah,

gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.

R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.

Page 31: LP Mengioma

3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika

nyeri timbul.

R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi

beratnya serangan.

4. Berikan kompres dingin pada kepala.

R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi

Kolaborsi 

Berikan analgesik sesuai indikasi atau program medis.

R/ : menurunkan nyeri

Dx 2. Gangguan perfusi cerebral

Tujuan :setelah diberikan askep selama ….x24 jam,diharapkan gangguan

perfusi jaringan berkurang/hilang,dengan kriteria hasil:

Pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran

biasa/perbaikan.kognisi,dan fungsi motorik/sensorik

Tanda-tanda vita stabil

Intervensi:

mandiri

1.Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat

menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK

R/untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat

2. Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart

R/mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial

adanya peningkatan TIK 

3.Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana

R/ mengukur kesadaran secara keseluruhan 

4. Pantau tekanan darah

R/normalnya,autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan

pada saat fluktasi tekanan darah sistemik 

5.Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan

dan penglihatan kabur

R/gangguan penglihatan yang dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik

pada otak ,mempunyai konskuensi terhadap keamanan dan akan

mempengaruhi intervensi

Page 32: LP Mengioma

5Pantau suhu lingkungan sesuai indikasi

R/demam dapat mencerminkan kerusakan hipotalamus .selanjutnya akan

terjadi peningkatan TIK 

6. Pantau intake, output, dan ukur berat badan sesuai indikasi

R/ bermanfaat sebagai indicator dari total cairan tubuh yang terintegrasi

dengan perfusi jaringan 

7.Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai

R/petunjuk nonverbal ini mengindikasikan adanya peningkatan TIK

8.Hindari /batasi penggunaan restein

R/restein mekanik dapat menanbah respons melawan yang akan

meningkatkan TIK 

Kolaborasi 

1.tinggikan kepala pasien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat

ditoleransi

R/meningkatkan aliran balik vena dari kepala,sehingga akan mengurangi

kongesti dan edema atau resiko terjadi peningkatan TIK 

Dx 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24

jam ,diharapkan Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi ,dengan criteria hasil:

-Nutrisi klien terpenuhi

- Mual berkurang sampai dengan hilang.

Intervensi 

mandiri

1.Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.

R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.

2. Kaji kebiasaan makan klien.

R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan

klien.

3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.

R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi

mual.

4. Timbang berat badan bila memungkinkan.

R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.

Page 33: LP Mengioma

Kolaborasi 

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin

R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam

lemak.

4.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang

meliputi tindakan – tindakan yang direncanakan oleh perawat

Dalam melaksanakan proses keperawatan harus kerjasama dengan tim

kesehatan – kesehatan yang lain keluarga klien dan dengan klien sendiri,

meliputi 3 hal :

a. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan memperhatikan kode

etik dengan standar praktek dan sumber – sumber yang ada.

b. Mengidentifikasi respon klien.

c. Mendokumentasikan/mengevakuasi pelaksanaan tindakan

keperawatan dan respon pasien.

Faktor – faktor yang perlu di perhatikan :

Kebutuhan klien.

Dasar dari tindakan.

Kemampuan perseorangan dan keahlian/keterampilan dari perawat.

Sumber – sumber dari keluarga dank lien sendiri.

Sumber – sumber dari instansi.

5.evaluasi

Pada tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon

pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil ya ng

diharapkan telah tercapai. Evaluasi yang merupakan proses terus menerus,

diperlukan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang

dilaksanakan.

Evaluasi merupakan proses interaktif dan kontinu, karena setip tindakan

keperawatan dilakukan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam

berhubungan dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon

pasien, revisi intervensi/hasil pasien yang mungkin diperlukan

Page 34: LP Mengioma

DAFTAR PUSTAKA

Black, P., Morokoff, A., Zauberman, J., Claus, E., dan Carroll, R. 2007.

Meningiomas: Science and Surgery. Journal Online: Clinical Neurosurgery •

Volume 54, 2007.

Denizot, Y., Armas, R., Durand, K., Robert, S., JacquesMoreau, J., dan Caire, F.

2009. Analysis of Several PLA2 mRNA in HumanMeningiomas. Artikel Online:

Hindawi Publishing Corporation Mediators of Inflammation Volume 2009, Article

ID 689430, 8 pages

Fynn, E. 2006. Multiple Meningiomas. Jurnal Online: SA Journal of Radiology •

June 2006.

Gazzeri, R., dan Galarza, M. 2007. Growth of a Meningioma in a Transsexual

Patient after Estrogen-Progestin Therapy. Jurnal Online: n engl j med 357;23

www.nejm.org december 6, 2007.

Lee, A., Wallace, C, Rewcastle, B., dan Sutherland, G. 1998. Metastases to

Meningioma. Jurnal Online: AJNR Am J Neuroradiol 19:1120 -1122, June 1998.

Ojo, A. 2006. Multiple Meningiomas. Jurnal Online: SA JOURNAL OF

RADIOLOGY • June 2006.

Yekeler, E., Dursun, M., Yilmazbayhan, D., dan Tunaci, A. 2005. Multiple

pulmonary metastases from intracranial meningioma: MR imaging findings.

Jurnal Online: Diagn Interv Radiol 2005; 11:28-30.

Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas Kedokteran

Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.

Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian

Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.

Netter HF, etc. Spinal nerve origin. In: Neuroanatomy and neurophysiology. USA:

Icon Custom Communication: 2002. P. 24

Meningiomas. [cited 2009 November 20]. Available from: www.

Mayfieldclinic.com

Meningioma[cited 2009 November 20]. Available from:. http://www.cancer.net

Fyann E, Khan N, Ojo A. Meningioma. In: SA Journal of Article Radiology. SA:

Medical University of Southern Africa; 2004. p. 3-5.