Lp Konsep Askep Komunitas

33
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS A. Pengertian Keperawatan Komunitas Lingkup praktik keperawatan komunitas berupa asuhan keperawatan langsung dengan fokus pemenuhan dasar kebutuhan dasar komunitas yang terkait kebiasaan/prilaku dan pola hidup tidak sehat sebagai akibat ketidakmampuan masyarakat beradaptasi dengan lingkunagan internal dan exsternal. Asuhan keperawatan komunitas menggunanakan pendekatan proses keperawatan komunitas, yang terdiri atas pengkajiaan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan entry point pada individu, keluarga, kelompok, atau komunitas. Keperawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).

description

gfdhgfcjgn

Transcript of Lp Konsep Askep Komunitas

Page 1: Lp Konsep Askep Komunitas

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengertian Keperawatan Komunitas

Lingkup praktik keperawatan komunitas berupa asuhan keperawatan langsung

dengan fokus pemenuhan dasar kebutuhan dasar komunitas yang terkait

kebiasaan/prilaku dan pola hidup tidak sehat sebagai akibat ketidakmampuan

masyarakat beradaptasi dengan lingkunagan internal dan exsternal. Asuhan

keperawatan komunitas menggunanakan pendekatan proses keperawatan komunitas,

yang terdiri atas pengkajiaan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan entry

point pada individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.

Keperawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang

merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu

sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit

secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta

resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif

masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan

yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut  (Elisabeth, 2007).

B.    Pengkajian Keperawatan Komunitas (SMD)

Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi program perawatan

kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama-sama

dalam komunitas tersebut. Sasaran dari sosialisasi inimeliputi tokoh masyarakat baik

formal maupun informal, kader masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen di

masyarakat (PKK, karang taruna, dan lainnya). Setelah itu, kegiatan dianjurkan

dengan dilakukannya Survei Mawas Diri (SMD) yang diikuti dengan kegiatan

Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

Survei Mawas Diri adalah kegiatan perkenalan, pengumpulan, dan pengkajian

masalah kesehatan oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah bimbingan

Page 2: Lp Konsep Askep Komunitas

petugas kesehatan atau perawat di desa (Depkes RI, 2007). Tujuan Survei Mawas diri

adalah sebagai berikut.

Masyarakat mengenal, mengumpulkan data, dan mengkaji masalah kesehatan

yang ada di desa

Timbulnya minat dan kesadaran untuk mengetahui masalah kesehatan dan

pentingnya permasalahan tersebut untuk diatasi

Survey Mawas diri dilaksanakan di desa terpilih dengan memilih lokasi tertentu

yang dapat menggambarkan keadaan desa pada umumnya. SMD dilaksanakan oleh

kader masyarakat yang telah ditunjuk dalam pertemuan tingkat desa. Informasi

tentang masalah-masalah kesehatan di desa dapat diperoleh sebanyak mungkin dari

kepala keluarga yang bermukim di lokasi terpilih tersebut. Waktu pelaksanaan SMD

dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan pertemuan desa. Cara pelaksanaan

Survei Mawas Diri adalah sebagai berikut.

Perawat komunitas dan kader yang ditugaskan untuk melakukan survey mawas

diri meliputi : Penentuan sasaran, baik jumlah KK maupun lokasinya

Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan dalam

mengenal masalah kesehatan

Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan, misalnya apakah akan

mempergunakan cara pengamatan atau wawancara. Cara memperoleh informasi

dapat dilakukan dengan kunjungan dari rumah ke rumah atau melalui pertemuan

kelompok sasaran

Pembuatan instrument atau alat untuk memperoleh informasi kesehatan. Misalnya

dengan menyusun daftar pertanyaan (kuesioner) yang akan dipergunakan dalam

wawancara atau membuat daftar hal-hal yang akan dipergunakan dalam

pengamatan.

Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa mengumpulkan

informasi masalah kesehatan sesuai dengan yang direncanaakan.

Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa mengolah

informasi masalah kesehatan yang telah dikumpulkan sehingga dapat diperoleh

perumusan masalah kesehatan dan prioritas masalah kesehatan di wilayahnya.

Page 3: Lp Konsep Askep Komunitas

Pengkajian asauhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian utama, yaitu

inti komunitas (core) dan delapan subsistem yang melengkapinya. Inti komunitas

menjelaskan kondisi penduduk yang dijabarkan dalam demografi, vital statistic,

sejarah komunitas, nilai dan keyakinan, serta riwayat komunitas, sedangkan delapan

subsistem lainnya meliputi lingkingan fisik, pendidikan, keamanan, dan transportasi,

politik dan pemerintah, layanan kesehatan dan social, komunitas, ekonomi, dan

rekreasi.

Komponen lingkungan fisik yang dikaji meliputi lingkungan sekolah dan

tempat tinggal yang mampu mepengaruhi kesehatan, batasan wilayah, luas daerah,

denah atau peta wilayah, iklim, jumlah dan kepadatan penduduk, kesehatan

lingkungan, dan kegiatan penduduk sehari-hari. Lingkungan fisik juga dapat dikaji

melalui wienshield.

Data yang dikaji dari subsistem layanan kesehatan dan sosial meliputi fasilitas

di dalam komunitas dan di luar komunitas. Layanan kesehatan meliputi ketersediaan

layanan kesehatan, bentuk layanan, jenis layanan, sumber daya, karaktersirtik

konsumen, statistik, pembayaran, waktu pelayanan, kemanfaatan, keterjangkuan,

keberlangsungan, dan keberterimaan layanan komunitas. Layanan sosial dapat

meliputi layanan konseling, panti wreda bagi lansia, pusat perbelanjaan, dan lain-lain

yang merupakan sistem pendukung bagi komunitas dalam menyelesaikan masalah

kesehatan. Pengkajiaan pelayanan kesehatan dan sosial juga meliputi kebijakan dari

pemerintah setempat terhadap kedua layanan tersebut.

Pada subsistem ekonomi dikaji pendapatan penduduk, rata-rata penghasilan,

status pekerjaan, jenis pekerjaan, sumber penghasilan, jumlah penduduk miskin,

keberadaan indrustri, toko/pusat pembelanjaan, dan tempat komunitas bekerja, dan

bantuan dana untuk pemeliharaan kesehatan. Komponen ini mempermudah

komunitas memproleh bahan makanan dan sebagainya.

Sementara itu pada komponen politik dan pemerintah dikaji situasi politik dan

pemerintahan di komunitas, peraturan dan kebijakan pemerintah daerah terkait

kesehatan komunitas, dan adaya program kesehatan yang ditunjukan pada penigkatan

kesehatan komunitas

Page 4: Lp Konsep Askep Komunitas

Pengkajian subsistem komunikasi meliputi media informasi yang dimanfaatkan,

bagaimana komunikasi sering dimanfaatkan masyarakat, orang-orang yang

berpengaruh, keikutsertaan dalam pendidikan kesehatan, bagaimana biasanya

komunitas memproleh informasi tentang kesehatan, adakah perkumpulan atau wadah

bagi komunitas sebagai sarana untuk mendapatkan informasi, dari siapa komunitas

memproleh banyak informasi tentang kesehatan, dan adakah sarana komunikasi

formal dan informal dalam komunitas.

Komponen pendidikan meliputi status pendidikan masyarakat, ketersediaan dan

keterjangkauan sarana pendidikan, fasilitas pendidikan yang ada di komunitas, jenis

pendidikan, tingkat pendidikan, komunitas yang buta huruf.

Pengkajian subsistem rekreasi diarahkan pada kebiasaan komunitas berekreasi,

aktivitas di luar rumah termasuk dalam mengisi waktu luang dan jenis rekreasi yang

dapat dimanfaatkan oleh komunitas, dan sarana penyaluran bakat komunitas.

C.     Metode / Instrumen Pengkajian Komunitas

Metode pengumpulan data pengkajian asuhan keperawatan antara lain

Windshield survery, informant interview, observasi partisipasi, dan focus group

discussion (FGD).

1.           Windshield Survery

Windshield survery dilakukan dengan berjalan-jalan di lingkungan komunitas

untuk menentukan gambaran tentang kondisi dan situasi yang terjadi di komunitas,

lingkungan sekitar komunitas, kehidupan komunitas, dan karakteristik penduduk

yang ditemui di jalan saat survai dilakukan. Yang perlu dikaji pada kelompok atau

komunitas adalah :

a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur,

pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat

timbulnya kelompok atau komunitas.

b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :

1) Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan

kepadatan.

Page 5: Lp Konsep Askep Komunitas

2) Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan.

3) Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak

menimbulkan stress.

4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup

menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di

berbagai bidang termasuk kesehatan.

5) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan

atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.

6) System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di

komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan

gangguan nutrisi misalnya televisi, radio, Koran atau leaflet yang diberikan

kepada komunitas.

7) Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah

sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas

UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang diberikan dapat terjangkau,

misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi

tersebut.

8) Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah

biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat

digunakan komunitas untuk mengurangi stress.

c. Status kesehatan komunitas

Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara

lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.

2.           Informant Interview

Sebelum terjun ke masyarakat, instrument pengkajian sebaiknya dikembangkan dan

dipersiapkan terlebih dahulu. Instrument yang perlu dikembangkan untuk melakukan

pengkajian terhadap masyarakat antara lain kuesioner, pedoman wawancara, dan

pedoman observasi. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan agar masyarakat

membina rasa percaya (trust) dengan perawat diperlukan kontak yang lama dengan

Page 6: Lp Konsep Askep Komunitas

komunitas. Perawat juga harus menyertakan lembar persetujuan (informed consent)

komunitas yang dibubuhi tanda tangan atau cap jempol akan melakukan tindakan

yang membutuhkan persetujuan komonitas. Informed consent juga mencantumkan

jaminan kerahasian terhadap isi persetujuan dan dapat yang telah disampaikan.

Wawancara dilakukan kepada key informant atau tokoh yang menguasai program.

3.           Observasi Partisipasi

Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi. Tentukan berapa lama

observasi akan dilakukan, apa, dimana, waktu, dan tempat komunitas yang akan di

observasi. Kegiatan observasi dapat dilakukan menggunakan format observasi yang

sudah disiapkan terlebih dahulu, kemudian catat semua yang terjadi, dengan

tambahan penggunaan kamera atau video. Informasi yang penting diperoleh

menyangkut aktivitas dan arti sikap atau tampilan yang ditemukan di komunitas.

Observasi dilakukan terhadap kepercayaan komunitas, norma, nilai, kekuatan, dan

proses pemecahan masalah di komunitas.

4.           Focus Group Discussion (FGD)

FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk mendapatkan

informasi yang mendalam tentang perasaan dan pikiran mengenai satu topic melaui

proses diskusi kelompok, berdasarkan pengalaman subjektif kelompok sasaran

terhadap satu institusi/produk tertentu FGD bertujuan mengumpulkan data mengenai

persepsi terhadap sesuatu, misalnya, pelayanan yang dan tidak mencari consensus

serta tidak mengambil keputusan menganai tindaka yang harus dilakukan. Peserta

FGD terdiri dari 6-12 orang dan harus homogen, dikelompokkan berdasarkan

kesamaan jenis kelamin, usia, latar belakang social ekonomi (pendidikan,suku, status

perkawinan, dsb). Lama diskusi maksimal 2 jam. Lokasi FGD harus memberikan

situasi yang aman dan nyaman sehingga menjamin narasumber berbicara terbuka dan

wajar

FGD menggunakan diskusi yang terfokus sehingga membutuhkan pedoman

wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, fasilitator, moderato, notulen, dan

observer. Fasilitator dapat menggunakan prtunjuk diskusi agar diskusi terfokus. Peran

fasilitator menjelaskan diskusi, mengarahkan kelompok, mendorong peserta untuk

Page 7: Lp Konsep Askep Komunitas

berpartisipasi dalam diskusi, menciptakan hubungan baik, fleksibel, dan terbuka

terhadap saran, perubahan, gangguan, dan kurangnya partisipasi.

Perekam jalannya diskusi yang paling utama adalah pengamat merangkap

pencatat (observer dan recorder) hal yang perlu dicatat adalah tanggal diskusi, waktu

diskusi diadakan, tempat diskusi, jumlah peserta, tingkat partisipasi peserta, gangguan

selama proses diskusi, pendapat peserta apa yang membuat peserta menolak

menjawab atau membaut peserta tertawa, kesimpulan diskusi , dan sebagainya.

Pengguanaan alat perekam saat SGD berlangsung harus mendapat izin dari

responden terlebih dahulu.

Sebelum membuat instrument pengkajian keperawatan komunitas seperti

kuisioner, pedoman wawancara, pedomanobservasi, atau windshield survey, kisi-kisi

instrument pengkajian sebaiknya dibuat terlebih dahulu, agar data yang akan

ditanyakan dan dikaji kepada komunitas tidak tumpang tindih sehingga waktu yang

digunakan lebih efektif dan efisian

Table kisi-kisi instrument pengkajian komunitas

No variabel Sub-variabel

Item pertanyaan

Sumber data strategi

1 Core demografi NamaUsiaJenis kelamin

Data primer kuisioner

2 Lingkungan fisik3 Pendidikan4 Komunikasi5 Layanan

kesehatan dan social

6 Keamanan dan transportasi

7 Ekonomi8 Politik dan

pemerintahan9 rekreasi

D.     Diagnosis Keperawatan Komunitas

Page 8: Lp Konsep Askep Komunitas

Selain data primer data sekunder yang diperoleh melalui laporan/dokumen

yang sudah dibuat di desa/kelurahan puskesmas, kecamatan, atau dinas kesehatan,

musalnya laporan tahunan puskesmas, monografi desa, profil kesehatan, dsb, juga

perlu dikumpulkan dari komunitas. Setelah dikumpulkan melalui pengkajian, data

selanjutnya dianalisis, sehingga perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan.

Diagnosis dirumuskan terkait garis pertahanan yang mengalami kondisi terancam.

Ancaman terhadap garis pertahanan fleksibel memunculkan diagnosis potensial;

terhadap garis normal memunculkan diagnosis resik; dan terhadap garis pertahanan

resisten memunculkan diagnosis actual/gangguan. Analisis data dibuat dalam bentuk

matriks

Table format analisis data komunitas

Data Diagnosis keperawatan komunitas

Insiden TB dalam 6 bulan terahir ….% proporsi penduduk dengan kasus TB Status gizi seluruh anggota keluarga ..% Status imunisasi balita Ventilasi udara dalam rumah… Riwayat frekwnsi batuk lama (lebih dari 3

bulan)…% …% keluarga belum memenfaatkan fasilitas

kesehatan ..% pengetahuan keluarga tentang TB masih

rendah

Tingginya angka TB diwilayah …. Yang berhubungan dengan tidak adekuatnya penggunaan fasilitas layanan kesehatan untuk penanggulangan tb dan keterbatasan kualitas sasran pelayanan TB

91% remaja mengalami keputihan 40% remaja yang mengalami keputihan

menderita gatal Upaya yang dilakukan remaja dalam

mengatasi keputihan 83% didiamkan saja 55% remaja memiliki kemampuan tentang

kesehatan reprosuksi yang masih rendah 40,8% remaja meliki pengetahuan terkait

kebiasaan hygiene personal kesehatan reproduksi yang masih rendah

Resiko meningkatnya kejadian infertilitas pada agregat remaja di wilayah …. Yang berhubungan dengan tingginya kejadian gangguan organ reproduksi remaja dan kurangnya kebiasaan perawatan organ reproduksi remaja.

Page 9: Lp Konsep Askep Komunitas

Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis sebagai

berikut.

1.      Diagnosis sejahtera

Diagnosis sejahtera/ wellness digunakan bila komunitas mempunyai potensi untuk

ditingkatkan, belum ada data maladapti. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas

potensial, hanya terdiri dari komponen problem (p) saja, tanpa komponen etiologi (e).

Contoh diagnosis sejahtera/ wellness:

Potensial peningkatan tumbuh kembang pada balita dir t 05 rw 01 desa x kecamatan

A, ditandai dengan cakupan imunisasi 95% (95%), 80% berat badan balita di atas

garis merah KMS, 80% pendidikan ibu adalah SMA, cakupan posyandu 95%.

2.      Diagnosis ancaman ( risiko)

Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, tetapi

sudah ditemukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan timbulnya

gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas risiko terdiri atas problem

(p), etiologi (e) , dan symptom/ sign (s).

Contoh diagnose risiko:

Resiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT 05, RW 01 desa x kecamatan A

yang berhubungan dengan koping masyarakat yang tidak efektif ditandai dengan

pernah terjadi perkelahian antar- RT, kegiatan gotonbg royong , dan silaturahmi,

rutin rw jarang dilakukan, penyuluhan kesehatan terkait kesehatan jiwa belum

pernah dilakukan, masyarakat sering berkumpul dengan melakukan kegiatan yang

tidak positif seperti berjudi.

3.      Diagnosis actual/ gangguan

Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/ masalah kesehatandi

komunitas, yang didukung oleh beberapa data maladaptive. Perumusan diagnosis

keperawatan komunitas actual terdiri atas problem (p), etiologi (e), dan symptom/sign

(s)

Contoh diagnosis actual:

gangguan/masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja yang

berhubungan dengan kurangnya kebiasaan hygiene Personal, ditandai dengan 92%

Page 10: Lp Konsep Askep Komunitas

remaja mengatakan mengalami keputihan patologis, upaya yang dilakukan remaja

dalam mengatasi keputihan 80% didiamkan saja, 92% remaja mengatakan belum

pernah memperoleh informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan.

Tingginya kasus diare di wilayah RW 5 kelurahan X yang berhubungan dengan

tidak adekuatnya penggunaan fasilitas layanan kesehatan untuk penanggulangan

diare, keterbatasan, dan kualitas sarana pelayanan diare.

E.    Prioritas Diagnosis Keperawatan Komunitas

Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan prioritas

masalah kesehatan komunitas yang perlu ditetapkan bersama masyarakat melalui

musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokakarya mini masyarakat. Prioritas

masalah dibuat berdasarkan kategori dapat diatasi, kemudahan, dan kekhususan,

mengingat banyaknya masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Pemilihan masalah ini

sangat penting dilakukan, agar implementasi yang dilakukan benar-benar bermanfaat

bagi masyarakat dan secara tidak langsung akan membangun rasa percaya diri dan

kompetensi masyarakat untuk mengatasi masalah yang lain (Bract, 1990 dalam

Helvie, 1998). Penentuan prioritas masalah keperawatan komunitas dapat dilakukan

melalui metode berikut.

1.      Paper and Pencil Tool (Ervin, 2002)

Masalah

Pentingnya masalah untuk dipecahkan :1 Rendah2 Sedang3 Tinggi

Kemungkinan perubahan positif jika diatasi :0 Tidak ada1 Rendah2 Sedang3 Tinggi

Peningkatan terhadap kualitas hidup bila diatasi :0 tidak ada1 Rendah2 Sedang

Total

Resiko meningkatnya kejadian infertilitas pada agregat remaja

3 3 3 9

Kurangnya kebiasaan hygiene personal

3 2 2 7

Page 11: Lp Konsep Askep Komunitas

2.      Scoring diagnosis keperawatan komunitas (DepKes, 2003)

Masalah keperawatan A B C D E F G H Total

Resiko meningkatnya

kejadian infertilitas

pada agregat remaja.

2 3 2 5 2 3 2 2 21

Kurangnya kebiasaan

hygiene personal

3 4 3 3 3 3 3 3 25

Keterangan : Pembobotan :

A.    Risiko keparahan 1. Sangat rendah

B.     Minat masyarakat 2. Rendah

C.     Kemungkinan diatasi 3. Cukup

D.    Waktu 4. Tinggi

E.     Dana 5. Sangat tinggi

F.      Fasilitas

G.    Sumber daya

H.    Tempat

F.     Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

Musyawarah Masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga desa

untuk membahas hasil Survei mawas Diri dan merencanakan penanggulangan

masalah kesehatan yang diperoleh dari Survei Mawas Diri (Depkes RI, 2007). Tujuan

dari MMD ini adalah sebagai berikut

  Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya

  Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan MMd adalah sebagai

berikut :

  Musyawarah masyarakat desa harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas

puskesmas, dan sector terkait di kecamatan

  MMD dilaksanakan dib alai desa atau tempat pertemuan lain yang ada di desa

  MMD dilaksanakan segera setelah SMD dilaksanakan

Page 12: Lp Konsep Askep Komunitas

Cara pelaksanaan MMD adalah sebagai berikut :

  Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin oleh kepala

desa

  Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat

dengan mempergunakan alat peraga, poster, dan lain-lain dengan dipimpin oleh

ibu desa

  Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD

  Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan

masalah dan hasil SMD, dilanjutkan dengan rekomendasi teknis dari petugas

kesehatan di desa atau perawat komunitas

  Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan dengan dipimpin oleh

kepala desa

  penutup

G.      Intervensi : Plan Of Action (POA)

Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta

rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk

mengatasi atau meminimalkan stresor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga

tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan

fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan

pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson &

McFarlane, 2000).

Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan

tujuan jangka panjang (tujuan umum/TUM) mengacu pada bagaimana mengatasi

problem/masalah (P) di komunitas, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek

(tujuan khusus/TUK) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E). Tujuan

jangka pendek harus SMART (S= spesifik, M= measurable/dapat diukur, A=

achievable/dapat dicapai, R= reality, T= time limited/ punya limit waktu).

Page 13: Lp Konsep Askep Komunitas

Diagnosis Keperawatan Komunitas

TUM TUK

Risiko meningkatnya kejadian infertilitas pada agregat remaja putrid di wilayah ….. yang berhubungan dengan tingginya kejadian gangguan organ reproduksi remaja dan kurangnya kebiasaan perawatan organ reproduksi remaja.

Tidak terjadi gangguan infertilitas pada agregat remaja putri di ….

  Pengetahuan remaja terkait kesehatan reproduksi meningkat dari …% menjadi ……%.

  Menurunnya jumlah siswi yang mengalami keputihan dari …% menjadi …..%.

  Terjadi peningkatan perilaku remaja terkait kebiasaan perawatan organ reproduksi sehari – hari dari ….% menjadi ….. %.

  Remaja sudah memanfaatkan layanan UKS untuk membantu mengatasi masalah remaja.

Tingginya angka TB di wilayah …. Yang berhubungan dengan tidak adekuatnya penggunaan fasilitas layanan kesehatan untuk penanggulangan TB dan keterbatasan kualitas sarana pelayanan TB.

Meningkatnya kemandirian masyarakat di …. dalam menolong dirinya sendiri agar terhindar dari penyebaran TB.

  Terjadi peningkatan pengetahuan keluarga tentang penanganan TB dari ,,,% menjadi …%.

  Terjadi peningkatan kualitas saranan kesehatan untuk penanggulangan TB.

  Penemuan kasuss TB secara mandiri oleh masyarakat.

Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan secara

operasional dalam planning of action (POA) yang disusun dan disepakati bersama

masyarakat saat MMD atau lokakarya mini masyarakat.

Tabel rencana kegiatan asuhan keperawatan komunitas

DiagnosisKeperawatan

Komunitas

TUM TUK Rencana Kegiatan

Evaluasi

Tingginya angka TB di wilayah …. Yang berhubungan dengan tidak adekuatnya penggunaan

Meningkatnya kemandirian masyarakat di …. dalam menolong dirinya sendiri agar terhindar

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu bulan, diharapkan:

Terjadi

1. Beri penyuluhan tentang TB dan perawatannya.

2.  Ajarkan masyarakat keterampilan dalam menangani

Kriteria evaluasi : pengetahuan masyarakat tentang TB meningkat.

Page 14: Lp Konsep Askep Komunitas

fasilitas layanan kesehatan untuk penanggulangan TB dan keterbatasan kualitas sarana pelayanan TB.

dari penyebaran TB.

peningkatan pengetahuan keluarga tentang penanganan TB dari … % menjadi …%

Terjadi peningkatan kualitas sarana kesehatan untuk penanggulangan TB.

Penemuan kasus TB secara mandiri oleh masyarakat.

gejala TB, melakukan tindakan pencegahan penularan TB.

3.   Deteksi kasus TB di masyarakat melalui skrining.

4.   Bagikan leaflet setelah penyuluhan TB.

5.   Lakukan pembinaan kader dalam kemampuan penemuan kasus dan penanganan TB.

6.   Lakukan kerjasama dengan institusi pendidikan formal dan informal untuk melaksanakan program terkait pencegahan dan penanggulangan TB.

Standar evaluasi:

1.   70 % keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda/gejala, dan penyebab TB.

2.   75 % keluarga mampu melakukan tindakan pencegahan TB.

3.   75% kader mampu menemukan kasus TB dan melakukan penanganan TB.

H.    Implementasi

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan

program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah masyarakat. Sering

kali, perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup

untuk merencanakan implementasi. Implementasi melibatkan aktivitas tertentu

sehingga program yang ada dapat dilaksanakan, diterima, dan direvisi jika tidak

berjalan. Implementasi keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan

komunitas menggunakan strategi proses kelompok, pendidikan kesehatan, kemitraan

(partnership), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Perawat komunitas

menggali dan meningkatkan potensi komunitas untuk dapat mandiri dalam

memelihara kesehatannya.

Page 15: Lp Konsep Askep Komunitas

Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan perubahan

masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari anggota

masyarakat. Perubahan nilai dan norma di masyarakat dapat disebabkan oleh faktor

eksternal, seperti adanya undang-undang, situasi politik, dan kejadian kritis eksternal

masyarakat. Dukungan eksternal ini juga dapat dijadikan daya pendorong bagi

tindakan kelompok untuk melakukan perubahan prilaku masyarakat. Organisasi

ekternal dapat menggunakan model social planning dan locality development untuk

melakukan perubahan, menggalakkan kemitraan dengan memanfaatkan sumber daya

internal dan sumber daya eksternal.

Perawat komunitas harus memiliki pengetahuan yang memadai agar dapat

memfasilitasi perubahan dengan baik, termasuk pengetahuan tentang teori dan model

berubah. Perubahan yang terjadi di masyarakat sebaiknya dimulai dari tingkat

individu, keluarga, masyarakat, dan sistem di masyarakat. Ada beberapa model

berubah (Ervin, 2002), yaitu :

1.      Model berubah Kurt Lewin

Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga, dan komunitas tidak lagi nyaman

dengan kondisi yang ada. Model ini terdiri dari :

  Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru implementasi dilakukan,

dengan tujuan membantu komunitas menjadi siap untuk melakukan perubahan.

  Change yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada kelompok

  Refreezing meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi stabil melalui

pemantauan dan evaluasi.

Contoh : pada kasus flu burung, saat unfreezing berubah menjadi refreezing, perawat

komunitas perlu mempertahankan kondisi yang ada dengan melakukan kemitraan

tentang bagaimana kebiasaan masyarakat yang sudah bagus dapat dipertahankan dan

kebiasaan masyarakat yang kurang mendukung kesehatan tidak lagi terjadi, seperti

kebiasaan tidak melakukan cuci tangan.

2.      Strategi berubah Chin & Benne

Strategi berubah ini sangat cocok digunakan oleh perawat komunitas dalam mengkaji

status individu, kelompok, dan masyarakat dalam membuat keputusan untuk berubah.

Page 16: Lp Konsep Askep Komunitas

Strategi ini merupakan strategi untuk melakukan perubahan di komunitas, bukan

tahap proses berubah. Menurut model ini untuk melakukan perubahan diperlukan

strategi perubahan yaitu :

  Rational empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan di komunitas, perlu

terdapat fakta dan pertimbangan tentang seberapa besar keuntungan yang diperoleh

dengan adanya perubahan tersebut. Contoh : adanya kebiasaan merokok yang banyak

terjadi di masyarakat, terutama remaja, diperlukan peran perawat komunitas untuk

memfasilitasi perubahan dengan memberikan promosi kesehatan bahaya merokok

melalui media,seperti poster, leaflet, modul data kejadian kesakitan dan kematian

akibat merokok atau mengajak melihat langsung kondisi korban akibat rokok.

Dengan adanya fakta, diharapkan terjadi perubahan pada individu.

  Normative reedukatif yaitu pertimbangan tentang keselarasan perubahan dengan

norma yang ada di masyarakat.

  Power coercive yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi baik politik

maupun sanksi ekonomi. Misalnya sanksi terhadap perokok yang merokok di tempat

umum berupa denda atau kurungan.

3.      First order and second order change

Menurut model ini first order bertujuan mengubah substansi atau isi di dalam

sistem, sedangkan pada second order, perubahan ditujukan pada sistemnya. Contoh :

Adanya resiko pergaulan bebas yang saat ini marak di kalangan remaja,perawat

komonitas perlu mengubah substansi yang ada dalam system (frist order) seperti

membentuk dan melihat kader kesehatan remaja (KKR) di sekolah dan dimasyarakat,

melakukan promosi kesehatan kepada siswa, guru, orang tua dan masyarakat

melakukan dukungan lintas –sektor dan lintas-program kepada aparat terkait program

melalui jaringan kemitraan, dsb.selain itu ,diperlukan juga perubahan pada system

(second order) termasuk fasilitas yang ada, seperti menyediakan klinik remaja,

revitalisasi UKS di sekolah, kebijakan pemerintah terkait remaja, dsb.

Mengukur adanya perubahan masyarakat pada tingkat induvidu, dapat diketahui

dari tingkat kesadaran individu terhadap perubahan, bagaimana individu mengerti

tentang masalah yang dihadap, tingkat partisipasi individu, dan adanyan perubahan

Page 17: Lp Konsep Askep Komunitas

dalam bentuk tingkah laku yang ditampilkan. Adanya role model yang ada

dimasyarakat dapat dijadikan pendorong untuk mengubah norma dan praktik individu

dalam perubahan masyarakat.

Pada tingkat masyarakat, perubahan lebih difokuskan pada kelompok dan

oeganisasi, termasuk adanya perubahan kebijakan yang berhubungan dengan masalah

yang terjadi di masyarakat, adanya dukungan dan partisipasi dalam kegiatan

masyarakat serta aktivitas lain yang berhubungan dengan penyelesaian masalah.

Perubahan dimasyarakat dapat dievaluasi melalui pengembangan koalisi, partisipasi

masyarakat dalam dukungan untuk mencapai tujuan, dan perubahan nilai dan norma

yang berlaku di masyarakat.

Setiap akan melakukan kegiatan dimasyarakat /implementasi

program,sebaiknya dibuat dahulu laporan pendahuluan (LP) kegiatan asuhan

keperawatan komonitas yang meliputi:

1.      Latar belakang yang berisi kriteria komonitas, data yang perlu dikaji lebih lanjut

terkait implementasi yang akan dilakukan,dan masalah keperawatan komonitas

yang terkait dengan implementasi saat ini.

2.      Proses keperawatan komonitas yang berisi diagnose keperawatan komonitas,

tujuan umum, dan tujuan khusus.

3.      Implementasi tindakan keperawatan, yang berisi topik kegiatan, target kegiatan,

metode, strategi kegiatan, media dan alat bantu yang dipergunakan , waktu dan

tempat pelaksanaan kegiatan, pengorganisasian petugas kesehatan beserta tugas,

susunan acara, setting tempat acara.

4.      Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi hasil

dengan menyebutkan target persentase pencapaian hasil yang diinginkan.

Pelaksanaan kegiatan perkesmas, dilakukan berdasarkan POA Perkesmas yang

telah disusun. Pemantauan kegiatan perkesmas secara berkala dilaksanakan oleh

kepala puskesmas dan coordinator puskesmas dengan melakukan diskusi tentang

permasalahan yang dihadapi terkait pelaksanaan perkesmas serta melakukan

penilaian setia akhir tahun dengan membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan

Page 18: Lp Konsep Askep Komunitas

dengan rencana yang telah disusun. Pembahasan masalah perkesmas dapat dilakukan

dengan cara mengadakan kegiatan :

1.      Lokakarya Mini Bulanan

Lokakarya mini bulanan dilakukan setian bulan di puskesmas, dihadiri oleh staf

puskesmas dan unit penunjangnya untauk membahas kinerja internal puskesmas

termasuk cakupan, mutu pembiayaan, masalah, dan hambtan yang ditemui termasuk

pelaksanaan perkesmas dan kaitanya dengan masalah lintas program lainnya.

2.      Lokakarya Mini Tribulanan

Lokakarya mini tribulanan dilakukan setiap 3 bulan sekali, dipimpin oleh camat dan

dihadari oleh staf puskesmas dan unit penunjangnya, instansi lintas- sektor tingkat

kecamatan untuk membahas masalah dalam pelaksanaan puskesmas termasuk

perkesmas terkait dengan lintas – sektor dan pemasalahan yang terjadi untuk

mendapatkan penyelesaiannya.

3.      Refleksi Diskusi Kasus (RDK)

Refleksi diskusi kasus merupakan metode yang digunakan dalam merefleksikan

pengalaman dalam satu kelompok diskusi untuk berbagai pengetahuan dan

pengalaman yang didasarkan atas standar yang berlaku. Proses diskusi ini

memberikan ruang dan waktu bagi peserta diskusi untuk merefleksikan pengalaman

masing-masing serta kemampuannya tanpa tekanan kelompok, terkondisi, setiap

peserta saling mendukung, member kesempatan belajar terutama bagi peserta yang

tidak terbiasa dan kurang percaya diri dalammenyampaikan pendapat (WHO.2003).

RDK dilakukan minimal seminggu sekali, dihadapi oleh perawat perkesmas di

puskesmas untuk membahas masalah teknis perkesmas.

Dalam pemberian asuhan keperawatan komunitas kepada individu / kluarga /

kelompok dan masyarakat agar pemahaman dan ketrampilan perawat komonitas lebih

meningkat. Adapun persyaratan metode RDK adalah:

a)      Kelompok terdiri atas 5-8 orang.

b)      Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi sebagai

penyaji,dan sisanya sebagai peserta.

c)      Posisi fasilitator, penyaji, dan peserta lain dalam diskusi setara (equal).

Page 19: Lp Konsep Askep Komunitas

d)     Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman yang terkait asuhan

keperawatan di komonitas yang menarik untuk dibahas dan di diskusikan, perlu

penanganan dan pemecahan masalah.

e)      Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya

agar peserta dapat bertatapan dan berkomonikasi secara bebas.

f)       Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu

saat, peserta lainya memperhatiakan dan mendengarkan.

g)      Tidak diperkenakan ada dominasi, kritik yang dapat memojokkan peserta

lainnya.

h)      Peserta berbagi (sharing) pengalaman selama satu jam dan dilakukan secara

rutin.

i)        Setiap anggota secara bergiliran mendapat kesempatan sebagai fasilitator,

penyaji, dan anggota peserta diskusi.

j)        Selama diskusi, diusahakan agar tidak ada peserta yang tertekan atau terpojok.

Yang diharapkan justru dukungan dan dorongan dari setiap peserta agar terbiasa

menyampaikan pendapat mereka masing-masing.

I.    Evaluasi Tindakan Keerawatan Komunitas

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan

sekumpulan informasi yang sistemik berkenaan dengan program kerja dan efektivitas

dari serangkaian program yang digunakan masyarakat terkait program kegiatan,

karakteristik, dan hasil yang telah dicapai (patton, 1986 dalam Helvie, 1998).

Program evaluasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencanaan

program dan pengambil kebijakan tentang efektivitas dan efisiensi program. Evaluasi

merupakan sekumpulan metode dan ketrampilan untuk menentukan apakah program

sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan masyarakat. Evaluasi digunakan untuk

mengetahui beberapa tujuan yang diharapkan telah tercapai dan apakah itervensi yang

dilakukan efektif untuk masyarakat setempat sesuai dengan kondisi dan situasi

masyarakat, apakah sesuai dengan rencana atau apakah dapat mengatasi masalah

masyarakat. Evaluasi ditunjukan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan

Page 20: Lp Konsep Askep Komunitas

masyarakat dan program apa yang dibutuhkan masyarakat, apakah media yang

digunakan tepat , ada tidaknya program perencanaan yang dapat di implementasikan,

apakah program dapat menjangkau masyarakat, siapa yang yang menjadi target

sasaran program, apakah program yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat. Evaluasi juga bertujuan mengidentifikasi masalah dalam perkembangan

program dan penyelesaian. Program evaluasi dilaksanakan untuk memastikan apakah

ada hasil program sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya

program sumber daya, dan waktu pelaksanaan program yang telah dilakukan.

Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan apakah prioritas program yang disusun

sudah memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan membandingkan perbedaan program

terkait keefektifannya.

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil. Evaluasi program

merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses

pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan. Evaluasi

proses difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil.

Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan ( knowledge) , sikap

( attitude), dan perubahan prilaku masyarakat.

Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan

balik selama program berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatif dilakukan setelah

program selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan

keputusan. Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan dengan cara

mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program. Pengukuran efektivitas

program dikomonitas dapat dilihat berdasarkan:

1.      pengukuran komonitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan dengan cara

mengukur kesehatan ibu dan anak, mengukur kesehatan komonitas.

2.      pengukuran komonitas sebagai pengalaman Pembina hubungan. Pengukuran

dilakukan dengan cara melakukan pengukuran social dari determinan kesehatan.

3.      pengukuran komonitas sebagai sumber. Ini dilakukan dengan mengukur tingkat

keberasilan pada kluarga atau masyarakat sebagai sumber informasi dan sumber

intervensi kegiatan.

Page 21: Lp Konsep Askep Komunitas

DAFTAR PUSTAKA

         -  Efendi, Ferry. Keperawatan kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam

Keperawatan. Jakarta.  Salemba Medika. 2009.

           -  Henny, Achjar Komang Ayu. Asuhan Keperawatan Komunitas : Teori dan praktek .

Jakarta : EGC, 2011.