LP Kolelitiasis

21
LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS A. Pengertian Cholelitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat batu dikantung empedu atau saluran kandung empedu yang pada umumnya kandungan utamanya adalah kolesterol. (Williams, 2003) Biasanya jika batu terdapat pada saluran empedu lebih dikenal dengan koledokolitiasis. Batu empedu yang memiliki ukuran kecil, lebih berbahaya dibandingkan dengan batu yang berukuran besar. Hal ini dikarenakan batu yang berukuran kecil lebih berpeluang untuk berpindah tempat ke tempat lain. (Anonim, 2011) B. Etiologi Ada beberapa teori yang menyebutkan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung empedu. (Williams, 2003) cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya berbentuk cairan. Apabila cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol tidak larut sehingga membentuk endapan. (Anonim, 2011) Tipe lain dari batu empedu adalah batu pigmen.(Williams, 2003) Batu pigmen disebabkan oleh tumpukan pigmen billirubin dan garam kalsium yang membentuk partikel seperti kristal padat. Hal ini membuat cirinya berbeda. Batu empedu dari tumpukan kolesterol berwarna kekuningan dan tampak mengkilap seperti

description

LP

Transcript of LP Kolelitiasis

LAPORAN PENDAHULUANKOLELITIASIS

A. PengertianCholelitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat batu dikantung empedu atau saluran kandung empedu yang pada umumnya kandungan utamanya adalah kolesterol. (Williams, 2003) Biasanya jika batu terdapat pada saluran empedu lebih dikenal dengan koledokolitiasis. Batu empedu yang memiliki ukuran kecil, lebih berbahaya dibandingkan dengan batu yang berukuran besar. Hal ini dikarenakan batu yang berukuran kecil lebih berpeluang untuk berpindah tempat ke tempat lain. (Anonim, 2011)B. EtiologiAda beberapa teori yang menyebutkan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung empedu.(Williams, 2003) cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya berbentuk cairan. Apabila cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol tidak larut sehingga membentuk endapan. (Anonim, 2011) Tipe lain dari batu empedu adalah batu pigmen.(Williams, 2003) Batu pigmen disebabkan oleh tumpukan pigmen billirubin dan garam kalsium yang membentuk partikel seperti kristal padat. Hal ini membuat cirinya berbeda. Batu empedu dari tumpukan kolesterol berwarna kekuningan dan tampak mengkilap seperti minyak, sedangkan batu pigmen billirubin berwarna hitam dank eras ataupun berwarna coklat tua dan rapuh.(Anonim, 2011)

C. Patofisiologi (pathways)Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan faktor pencetus untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam pembentukan batu, melalui peningkatan sel dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler dan bakteri dapat berperan sebagi pusat faktor pendukung. Akan tetapi infeksi lebih sering menjadi akibat dari pembentukan batu empedu dari pada sebab pembentukan batu empedu.(Smeltzer, 2002)D. Tanda dan Gejala1. Rasa nyeri dan kholik bilierApabila duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, maka kandung empedu akan mengalami distensi dan akirnya akan terinfeksi. Hal ini membuat pasien akan menderita panas dan mungkin akan teraba massa padat pada abdomennya. Pasien dapat mengalami kholik bilier dan rasa nyeri hebat pada daerah abdomen kuadran kanan atas yang menjalar kepunggung ataupun bahu kanan. Rasa nyeri ini biasanya akan disertai mual dan muntah yang akan bertambah hebat ketika makan makanan dalam porsi yang besar. Serangan kholik bilier biasanya disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada.

2. Ikterus

Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu gatah empedu yang tidak lagi dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini juga sering disertai dengan gejal gatal-gatal pada kulit.3. Perubahan warna urine dan feses.

Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat. Biasanya keadaan feses ini disebut feses dempul.4. Defisiensi VitaminObstruksi aliran empedu akan mengganggu absorbs vitamin A, D, E, K yang larut oleh lemak. Hal ini membuat pasien memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin jika obstruksi berlangsung pada jangka waktu yang lama. Pada defisiensi vitamin K akan mengakibatkan terganggunya pembekuan darah yang normal. (Smeltzer, 2002)

E. Pengkajian1. Anamnesis a. Kaji adanya nyeri bagian abdomen kuadran kanan atas serta skala nyerinya.b. Kaji adanya ikterus serta tinja akolis, hal ini harus dicurigai adanya penyakit hati ataupun saluran bilier.c. Umumnya juga ditanyakan warna urin. Warna urin yang kecoklatan juga dapat mengindikasikan terjadinya penyakit empedu.d. Menanyakan warna feses, pada penderita penyakit hati dan empedu dijumpai warna feses yang pucat seperti dempul2. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik dapat difokuskan pada penampilan umum pasien, berat badan, pemeriksaan abdomen karena pada pasien kolelitiasis akan terdapat massa pada abdomen kuadran kanan atas. F. Pemeriksaan Penunjang1. RadiologiPemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus. Disamping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya berada dalam keadan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan kembali. Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi.2. Radiografi : KolesistografiKolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral kolesistografi tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang mengalami obstruksi.(Smeltzer, 2002)3. Sonogram Sonogram dapat mendeteksi batu serta menentukan apakah dinding kandung empedu telah menebal. (Williams, 2003)

4. ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopanereatografi)Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya dapat dilihat pada sat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens. Sebuah kanula dimasukan ke dalam duktus koleduktus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk menentukan keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisassi serta evaluasi percabangan bilier.(Smeltzer, 2002)5. Pemeriksaan daraha. Kenaikan serum kolesterol

b. Kenaikan fosfolipid

c. Penurunan ester kolesterol

d. Kenaikan protrombin serum time

e. Kenaikan bilirubin total, transaminase

f. Penurunan urobilirubin

g. Peningkatan sel darah putih

h. Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di duktus utamaG. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin TimbulPre operasi1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal oleh inflamasi)2. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan peritaltik.3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.4. Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi. Post operasi1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi appenditomi).2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).3. Defisit self care berhubungan dengan nyeri.4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi.H. RENCANA KEPERAWATANPRE OPERASINODIAGNOSA KEPERAWATANNOCNICRASIONAL

1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal oleh inflamasi)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil: Klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Tanda vital dalam rentang normalTD (systole 110-130mmHg, diastole 70-90mmHg), HR(60-100x/menit), RR (16-24x/menit), suhu (36,5-37,50C) Klien tampak rileks mampu tidur/istirahat1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.2. Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri3. Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat / napas dalam4. Berikan aktivitas hiburan (ngobrol dengan anggota keluarga)5. Observasi tanda-tanda vital6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya informasi yang tepat dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien dan menambah pengetahuan pasien tentang nyeri. napas dalam dapat menghirup O2 secara adequate sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan kooping. deteksi dini terhadap perkembangan kesehatan pasien. sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri.

2.Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan peritaltik.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan konstipasi klien teratasi dengan kriteria hasil: BAB 1-2 kali/hari Feses lunak Bising usus 5-30 kali/menit1. Pastikan kebiasaan defekasi klien dan gaya hidup sebelumnya.2. Auskultasi bising usus3. Tinjau ulang pola diet dan jumlah / tipe masukan cairan.4. Berikan makanan tinggi serat.5. Berikan obat sesuai indikasi, contoh : pelunak feses membantu dalam pembentukan jadwal irigasi efektif kembalinya fungsi gastriintestinal mungkin terlambat oleh inflamasi intra peritonial masukan adekuat dan serat, makanan kasar memberikan bentuk dan cairan adalah faktor penting dalam menentukan konsistensi feses. makanan yang tinggi serat dapat memperlancar pencernaan sehingga tidak terjadi konstipasi. obat pelunak feses dapat melunakkan feses sehingga tidak terjadi konstipasi.

3.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan dapat dipertahankan dengan kriteria hasil: kelembaban membrane mukosa turgor kulit baik Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam Tanda-tanda vital dalam batas normalTD (systole 110-130mmHg, diastole 70-90mmHg), HR(60-100x/menit), RR (16-24x/menit), suhu (36,5-37,50C)

1. Monitor tanda-tanda vital2. Kaji membrane mukosa, kaji tugor kulit dan pengisian kapiler.3. Awasi masukan dan haluaran, catat warna urine/konsentrasi, berat jenis.4. Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus.5. Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir.6. Pertahankan penghisapan gaster/usus.7. Kolaborasi pemberian cairan IV dan elektrolit Tanda yang membantu mengidentifikasikan fluktuasi volume intravaskuler. Indicator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler. Penurunan haluaran urin pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan. Indicator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan per oral. Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecah-pecah Selang NG biasanya dimasukkan pada praoperasi dan dipertahankan pada fase segera pascaoperasi untuk dekompresi usus, meningkatkan istirahat usus, mencegah mentah. Peritoneum bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi dapat terjadi ketidakseimbangan elektrolit

4.Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan kecemasab klien berkurang dengan kriteria hasil: Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat teratasi Tampak rileks1. Evaluasi tingkat ansietas, catat verbal dan non verbal pasien.2. Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan3. Jadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentikan tidur.4. Anjurkan keluarga untuk menemani disamping klien ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat, penting pada prosedur diagnostik dan pembedahan. dapat meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan tersebut melibatkan pembedahan. membatasi kelemahan, menghemat energi dan meningkatkan kemampuan koping. Mengurangi kecemasan klien

POST OPERASINODIAGNOSA KEPERAWATANNOCNICRASIONAL

1.Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi appenditomi).

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil: Melaporkan nyeri berkurang Klien tampak rileks Dapat tidur dengan tepat Tanda-tanda vital dalam batas normalTD (systole 110-130mmHg, diastole 70-90mmHg), HR(60-100x/menit), RR (16-24x/menit), suhu (36,5-37,50C)

1. Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.2. Monitor tanda-tanda vital3. Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler.4. Dorong ambulasi dini.5. Berikan aktivitas hiburan.6. Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika. Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri. deteksi dini terhadap perkembangan kesehatan pasien. Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang. Meningkatkan kormolisasi fungsi organ. meningkatkan relaksasi. Menghilangkan nyeri.

2.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan infeksi dapat diatasi dengan kriteria hasil: Klien bebas dari tanda-tanda infeksi Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul)1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada area insisi2. Monitor tanda-tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental3. Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik, termasuk cuci tangan efektif.4. Pertahankan teknik aseptik ketat pada perawatan luka insisi / terbuka, bersihkan dengan betadine.5. Awasi / batasi pengunjung dan siap kebutuhan.6. Kolaborasi tim medis dalam pemberian antibiotik Dugaan adanya infeksi Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain. mencegah meluas dan membatasi penyebaran organisme infektif / kontaminasi silang. menurunkan resiko terpajan. terapi ditunjukkan pada bakteri anaerob dan hasil aerob gra negatif.

3.Defisit self care berhubungan dengan nyeri.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebersihan klien dapt dipertahankan dengan kriteria hasil: klien bebas dari bau badan klien tampak bersih ADLs klien dapat mandiri atau dengan bantuan1. Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci rambut dan potong kuku klien.2. Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.3. Berikan Hynege Edukasi pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.4. Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.5. Bimbing keluarga klien memandikan / menyeka pasien6. Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien. Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan kesehatan. Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene. Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan Agar keterampilan dapat diterapkan Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.

4.Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan bertambah dengan kriteria hasil: menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan berpartisipasi dalam program pengobatan1. Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi2. Anjuran menggunakan laksatif/pelembek feses ringan bila perlu dan hindari enema3. Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengamati balutan, pembatasan mandi, dan kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan/pengikat4. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medic, contoh peningkatan nyeri edema/eritema luka, adanya drainase, demam Memberikan informasi pada pasien untuk merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah. Membantu kembali ke fungsi usus semula mencegah ngejan saat defekasi Pemahaman meningkatkan kerja sama dengan terapi, meningkatkan penyembuhan Upaya intervensi menurunkan resiko komplikasi lambatnya penyembuhan peritonitis.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2011. Nucleus Precise News Letter. Jakarta

NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Vol 2. EGC: Jakarta

Williams, L.S., Hopper, P.D. 2003. Understanding Medical Surgical Nursing, Second edition. F.A Davis Company : Philadelphia