LP Kanker Mamae

42
LAPORAN PENDAHULUAN KARSINOMA MAMAE Di Susun Oleh: Reza Syahbandi Jasma Wijaya, S.Kep YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

description

CA MAMAE

Transcript of LP Kanker Mamae

LAPORAN PENDAHULUAN

KARSINOMA MAMAE

Di Susun Oleh:

Reza Syahbandi Jasma Wijaya, S.Kep

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MATARAM

2015

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. Pengertian Carsinoma Mammae

Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan

jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya,

tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko

Prodjo, 2010)

Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel

normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal,

berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah

(Lynda Juall Carpenito, 2010).

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada

payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini

menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak

dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada

bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah

bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel

kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.

(Erik T, 2009)

2. Klasifikasi Kanker Payudara

Menurut Lynda Juall Carpenito, 2010 mengklasifikasikan CaMamae

menjadi 3, yaitu :

a) Klasifikasi Patologik

1) Paget’s disease

Paget’s disease merupakan bentuk kanker yang dalam taraf

permulaan manifestasinya sebagai eksema menahun putting susu,

yang biasanya merah dan menebal. Suatu tumor sub areoler bisa

teraba. Sedang pada umumnya kanker payudara yang berinfiltrasi

ke kulit mempunyai prognosis yang buruk namun pada paget’s

disease prognosisnya lebih baik. Paget’s disease merupakan suatu

kanker intraduktal yang tumbuh dibagian terminal dari duktus

laktiferus. Secara patologik cirri-cirinya adalah: sel-sel

paget(seperti pasir), hipertrofi sel epidermoid, infiltrasi sel-sel

bundar di bawah epidermis.

2) Kanker duktus laktiferus

Comedo carcinoma terdiri dari sel-sel kanker non papillary dan

intraductal, sering dengan nekrosis sentral sehingga pada

permukaan potongan terlihat seperti terisi kelenjar, jarang sekali

comedo carcinoma hanya pada saluran saja biasanya akan

mengadakan infiltrasi kesekitarnya menjadi infiltrating comedo

carcinoma.

Adeno carcinoma dengan infiltrasi dan fibrosis, ini adalah kanker

yang lazim ditemukan 75 % kanker payudara adalah tipe ini.

Karena banyak terdiri dari fibrosis umumnya agak besar dan keras.

Kanker ini disebut juga dengan tipe scirrbus yaitu tumor yang

mengadakan infiltrasi ke kulit dan kedasar.

3) Medullary carcinoma

Tumor ini biasanya sangat dalam di dalam kelenjar

mammae, biasanya tidak seberapa keras, dan kadang-kadang

disertai kista dan mempunyai kapsul. Tumor ini kurang infiltratif

disbanding dengan tipe scirrbus dan mestatasis ke ketiak sangat

lama. Prognosis tumor ini lebih baik dari tipe-tipe tumor yang lain.

4) Kanker dari Lobulus

Kanker lobulus sering timbul sebagai carcinoma in situ

dengan lobulus yang membesar. Secara mikroskopik, kelihatan

lobulus atau kumpulan lobulus yang berisi kelompok sel-sel asinus

dengan bebrapa mitosis. Kalau mengadakan infiltrasi hamper tidak

dapat dibedakan dengan tipe scirrbus.

b) Klasifikasi klinik

1) Steinthal I : kanker payudara besarnya sampai 2 cm dan

tidak memiliki anak sebar.

2) Steinthal II : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan

anak sebar dikelenjar ketiak.

3) Steinthal III : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan

anak sebar di kelenjar ketiak, infra dan supraklavikular, atau

infiltrasi ke fasia pektoralis atau ke kulit atau kanker payudara

yang apert (memecah ke kulit).

4) Steinthal IV : kanker payudara dengan metatasis jauh

misal ke tengkorak, tulang punggung, paru-paru, ahti dan

panggul.

c) Klasisikasi TNM kanker payudara

T artinya tumor, N artinya nodule atau kelenjar yang membesar

regional, M artinya metastase

1) Tumor primer (T) :

Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan

T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer

Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor

(a) T1 :Tumor <>

T1a : Tumor <>

T1b :Tumor 0,5 – 1 cm

T1c :Tumor 1 – 2 cm

(b) T2 :Tumor 2 – 5 cm

(c) T3 : Tumor diatas 5 cm

(d) T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke

dinding thorax atau kulit :

T4a : Melekat pada dinding dada

T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange

T4c : T4a dan T4b

T4d : Mastitis karsinomatosis

2) Nodus limfe regional (N) :

(a) Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

(b) N0 : Tidak teraba kelenjar axial

(c) N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak

melekat

(d) N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang

melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya

(e) N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

3) Metastas jauh (M) :

(a) Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan

(b) M0 : Tidak ada metastase jauh

(c) M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

3. Etiologi Dan Faktor Predisposisi

Menurut C. J. H. Van de Velde (2011) penyebab Carsinoma mamae

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

b) Ca Payudara yang terdahulu

Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah

organ berpasangan

c) Keluarga

Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini,

dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.

d) Kelainan payudara ( benigna )

Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah

ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang

porliferatif sedikit meningkat.

e) Makanan, berat badan dan faktor resiko lain

Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat,

sedangkan berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan

kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan oestrogen pada

wanita post menopouse.

f) Faktor endokrin dan reproduksi.

Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30

tahun Menarche kurang dari 12 tahun

g) Obat anti konseptiva oral.

Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun

mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.

Beberapa factor risiko pada karsinoma mammae dalam kalangan

oncologist (Muchlis Ramli, dkk, 2010) di antaranya :

a) Umur > 30 tahun, bertambah besar sampai usia 50 tahun dan setelah

menopause

b) tidak kawin/nulipara setelah 35 tahun risikonya 2 kali lebih besar

c) anak pertama lahir serelah usia 35 tahun

d) menarche kurang dari 12 tahun risikonya 1,7-3,4 kali lebih tinggi dari

pada wanita dengan menarche yang dating pada suia normal atau lebih

dari 12 tahun.

e) menopause dating terlambat lebih dari 55 tahun, risikonya 2,5-5 kali

lebih tinggi

f) pernah mengalami infeksi, trauma atau operasi tumor jinak payudara

risikonya 3-9 kali lebih besar

g) adanya kanker payudara kontralateral, risikonya 3-9 kali lebih besar

h) pernah mengalami operasi ginekologis-tumor ovarium, riskonya 3-4

kali lebih intggi

i) radiasi dinding dada risikonya 2-3 kali lebih besar

j) riwayat keluarga ada yang menderita kanker payudara pada ibu,

saudara perempuan ibu, saudara perempuan, adik/kakak, risikonya 2-3

kali lebih tinggi.

k) kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak seperti kelainan

fibrokistik yang ganas akan meningkatkan risiko untuk mendapat

kanker payudara 11 kali lebih tinggi.

4. Manifestasi klinik

Menurut William Godson III. M. D 2009, manifestasi klinis dapat dibagi

menjadi dua yaitu :

a. Tanda carsinoma

Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada

tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips

b. Gejala carsinoma

Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu,

puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang,

berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase.

Menurut Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 2008, tanda dan gejala ca

mamae pada umumnya yaitu :

1) Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara

2) Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran

karena mulai timbul pembengkakan

3) Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting

susu, mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada

payudara

4)  Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas

5) Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi

dan terjadi retraksi

6) Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.

7) Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).

8) Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh

lain

5. Patofisiologi

Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering

terjadi pada sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan

perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi

carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu

7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang

cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada

ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah

bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran

langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran

darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 2008 )

6. PathwaysFaktor predisposisi dan resiko tinggi

Hiper plasia pada sel mammae

Mendesakjaringan sekitar

MendesakSel syaraf

MendesakPembuluh darah

(Sumber : Muchlis Ramli dkk, 2010)

Mensuplai nutrisi ke

jaringan ca

Menekan jaringan pada mammae

Nyeri

Aliran darah terhambat

Peningkatan konsistensi mammae

Hipermetabolis ke jaringan

Suplai nutrisi jaringan lain

Berat badan turun

Mammae membengkak

Massa tumor mendesak ke jaringan luar

Perfusi jaringan terganggu

Ulkus

Gg integritas kulit/ jaringan

Ukuran mammae abnormal

Mammae asimetrik

Gg body image

hipoxia

Necrose jaringan

Infeksi

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Interupsi sel saraf sel

Kurang pengetahuan

Cemas

Infiltrasi pleura parietale

Expansi paru menurun

Gg pola nafas

Bakteri Patogen

7. Pemeriksaan penunjang

Menurut Lynda Juall Carpenito, 2010, untuk membantu menegakkan

diagnosa Ca mamae dapat dilakukan beberapa pemeriksaan diantaranya:

a) Dasar diagnosis karsinoma mammae :

1) Dasar diagnosis klinis, tumor pada mamae yang tumbuh progtresif

dengan tanda-tanda infiltrasi dan atau metastase

2) Dasar diagnostic patologi, tumor dengan tanda-tanda keganasan

b) Pemeriksaan :

1) Mamografi: memperlihatkan struktur internal payudara, dapat

untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi

pada tahap awal.

2) Galaktografi: mamogram dengan kontras dilakukan dengan

menginjeksikan zat kontras ke dalam aliran duktus.

3) Ultrasound: dapat membantu dalam membedakan antara massa

padat dan kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras,

hasil komplemen dari mamografi.

4) Xeroradiografi: menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi

tumor.

5) Termografi: mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai

”titik panas” karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian

suhu kulit yang lebih tinggi.

6) Diafanografi (transimulasi): mengidentifikasi tumor atau massa

dengan membedakan bahwa jaringan mentransmisikan dan

menyebarkan sinar. Prosedur masih diteliti dan dipertimbangkan

kurang akurat daripada mamografi.

7) Scan CT dan MRI: teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit

payudara, khususnya massa yang lebih besar atau tumor kecil,

payudara mengeras yang sulit diperiksa dengan mamografi. Teknik

ini tidak bisa untuk pemeriksaan rutin dan tidak untuk mamografi.

8) Biopsi payudara (jarum atau eksisi): memberikan diagnosa definitif

terhadap massa dan berguna untuk klasifikasi histologi pentahapan

dan seleksi terapi yang tepat.

9) Asai hormon reseptor: menyatakan apakah sel tumor atau spesimen

biopsi mengandung reseptor hormon (estrogen dan progresteron).

Pada sel malignan, reseptor kompleks estrogen-plus merangsang

pertumbuhan dan pembagian sel. Kurang lebih duapertiga semua

wanita dengan kanker payudara reseptor estrogennya positif dan

cenderung berespon baik terhadap terapi hormon menyertai terapi

primer untuk memperluas periode bebas penyakit dan kehidupan.

10) Foto dada, pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah dan scan

tulang: dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.

8. Komplikasi

Menurut Lynda Juall Carpenito, 2010 penyebaran kanker dapat

menyebabkan beberapa komplikasi lain diantaranya

a. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke

paru,pleura, tulang dan hati.

b. Selain itu Komplikasi Ca Mammae yaitu: metastase ke jaringan sekitar

melalui saluran limfe dan pembuluh darah kapiler ( penyebaran

limfogen dan hematogen, penyebarab hematogen dan limfogen dapat

mengenai hati, paru, tulang, sum-sum tulang ,otak ,syaraf. gangguan

neuro varkuler

c.  Faktor patologi

d. Fibrosis payudara

e. Kematian

9. Penatalaksanaan

Menurut Lynda Juall Carpenito, 2010 penatalaksanaan medis untuk kasus

carsinoma mamae menjadi :

a. Medis

1) Pembedahan

(a) Mastectomy radikal yang dimodifikasi

Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot

pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat

namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak

diangkat.

(b) Mastectomy total

Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan

lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak

disayat dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat.

(c) Lumpectomy/tumor

Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak

turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm

jaringan payudara normal yang berada di sekitar tumor

tersebut.

(d) Wide excision/mastektomy parsial.

Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.

(e) Ouadranectomy.

Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan

otot pectoralis mayor.

(f) Radiotherapy

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak

jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping:

kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi

pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.

(g) Chemotherapy

Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar

dalam aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang

nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.

(h) Manipulasi hormonal.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang

sudah bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral

oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin

lainnya.

b. Keperawatan

1. Promotif : Memberikan penjelasan dan informasi tentang penyakit,

penyebab dampak terhadap kesehatan dan pencegahan melalui

metode penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan misalnya

pemeriksaan Sadari

2. Preventif : Menyarankan untuk mengurangi dan menghindari

merokok dan mengurangi minum – minuman beralkohol

3. Kuratif : Menganjurkan pengobatan ke rumah sakit dan melakukan

skrining bila diperlukan.

4. Rehabilitatif :Menfalisitasi klien untuk melakukan pengecekan

kembali kondisi klien ke rumah sakit atau tenaga kesehatan.

B. KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN

1. Pengkajian 

a. Identitas, (lihat factor-faktor predisposisi)

b. Keluhan utama ada benjolan pada payu dara dan lain-lain keluahan

serta sejak kapan , riwayat penyakit ( perjalanan penyakit, pengobatan

yang telah diberikan), faktro etiologi/resiko.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya

benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah

dan mengeras, bengkak dan nyeri.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada

mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada

bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian

dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker

ovarium atau kanker serviks.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada

kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien

pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau

kanker serviks.

f. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

1) Kepala       : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala

umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian

anterior dan oksipital dibagian posterior.

2) Rambut     : biasanya tersebar merata, tidak terlalu

kering, tidak terlalu berminyak.

3) Mata          : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan

fungsi mata. Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada

nyeri tekan.

4) Telinga      : normalnya bentuk dan posisi simetris.

Tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan

fungsi pendengaran.

5) Hidung      : bentuk dan fungsi normal, tidak ada

infeksi dan nyeri tekan.

6) Mulut        : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan

perasa.

7) Leher         : biasanya terjadi pembesaran KGB.

8) Dada         : adanya kelainan kulit berupa peau

d’orange, dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang.

9) Hepar        : biasanya tidak ada pembesaran hepar.

10) Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada

ektremitas.

g. Pengkajian (Bio-Psiko-Sos-Spiritual)

1) Persepsi dan Manajemen

Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa

pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya

benjolan biasa.

2) Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,

muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat

mengkonsumsi makanan mengandung MSG.

3) Eliminasi

Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami

melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.

4) Aktivitas dan Latihan

Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan

klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.

5) Kognitif dan Persepsi

Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga

kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun

motorik.

6) Istirahat dan Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

7) Persepsi dan Konsep Diri

Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau

kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri,

malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.

8) Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan

dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.

9) Reproduksi dan Seksual

Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada

tingkat kepuasan.

10) Koping dan Toleransi Stress

Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan

keputus asaan.

11) Nilai dan Keyakinan

Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya

dengan lapang dada.

2. Masalah keperawatan :

a. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma

karena pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.

b. Kerusakan integristas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi,

adanya edema, destruksi jaringan.

c. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase

limpatik necrose jaringan.

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan

pilihan pengobatan

f. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak

dikenal, ketidakpastian tentang hasil pengobatan carsinoma, perasaan

putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan pengetahuan tentang

carsinoma dan pengobatan.

g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan

atau perubahan gambaran mammae.

3. Intervensi

a. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit

(penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf,

obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai

dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu

memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.

Tujuan : Tingkat kenyamanan klien meningkat, nyeri

teratasi

Kriteria hasil :

- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui

aktivitas

- Melaporkan nyeri yang dialaminya, nyeri

berkurang

- Mengikuti program pengobatan

- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan

pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin

- Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang

- Nyeri tekan tidak ada

- Ekspresi wajah tenang

- Luka sembuh dengan baik

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji karakteristik nyeri,

skala nyeri, sifat nyeri, lokasi

dan penyebaran.

b. Beri posisi yang

menyenangkan.

c. Anjurkan teknik relaksasi

napas dalam.

d. Ukur tanda-tanda vital

e. Penatalaksanaan pemberian

analgetik

a. Untuk mengetahui sejauhmana

perkembangan rasa nyeri yang

dirasakan oleh klien sehingga

dapat dijadikan sebagai acuan

untuk intervensi selanjutnya.

b. Dapat mempengaruhi

kemampuan klien untuk

rileks/istirahat secara efektif

dan dapat mengurangi nyeri.

c. Relaksasi napas dalam dapat

mengurangi rasa nyeri dan

memperlancar sirkulasi O2 ke

seluruh jaringan.

d. Peningkatan tanda-tanda vital

dapat menjadi acuan adanya

peningkatan nyeri

e. Analgetik dapat memblok

rangsangan nyeri sehingga

dapat nyeri tidak dipersepsikan.

b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek

radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi

dan anemia.

Kriteria hasil :

- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan

kondisi spesifik

- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji integritas kulit untuk

melihat adanya efek samping

therapi kanker, amati

penyembuhan luka.

b. Anjurkan klien untuk tidak

menggaruk bagian yang gatal.

c. Ubah posisi klien secara

teratur.

d. Berikan advise pada klien

untuk menghindari pemakaian

cream kulit, minyak, bedak

tanpa rekomendasi dokter.

a. Memberikan informasi untuk

perencanaan asuhan dan

mengembangkan identifikasi awal

terhadap perubahan integritas kulit.

b. Menghindari perlukaan yang

dapat menimbulkan infeksi.

c. Menghindari penekanan yang

terus menerus pada suatu daerah

tertentu.

d. Mencegah trauma berlanjut

pada kulit dan produk yang kontra

indikatif

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan bakteri patogen / tidak

adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek

kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive

Tujuan : Tidak terjadi Infeksi

Kriteria hasil :

- Tidak ada tanda – tanda infeksi.Ø

- Luka dapat sembuh dengan sempurna.Ø

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji adanya tanda – tanda

infeksi.

b. Lakukan pencucian tangan

sebelum dan sesudah prosedur

tindakan.

c. Lakukan prosedur invasif

secara aseptik dan antiseptik.

a. Untuk mengetahui secara dini

adanya tanda – tanda infeksi

sehingga dapat segera diberikan

b. Menghindari resiko penyebaran

kuman penyebab infeksi.

c. Untuk menghindari kontaminasi

dengan kuman penyebab infeksi.

d. Penatalaksanaan pemberian

antibiotik.

d. Menghambat perkembangan

kuman sehingga tidak terjadi

proses infeksi.lien mampu

mengidentifikasi dan

berpartisipasi dalam tindakan

pecegahan infeksi

d. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan

hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi

khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung,

kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue,

ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan

intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat

badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa

otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.

Kriteria hasil :

- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan

tidak ada tanda malnutrisi

- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat

- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan

penyakitnya

INTERVENSI RASIONAL

a. Monitor intake makanan

setiap hari, apakah klien

makan sesuai dengan

kebutuhannya.

b. Timbang dan ukur berat

badan, ukuran triceps serta

amati penurunan berat badan.

c. Kaji pucat, penyembuhan

luka yang lambat dan

a. Memberikan informasi tentang

status gizi klien.

b. Memberikan informasi tentang

penambahan dan penurunan berat

badan klien.

c. Menunjukkan keadaan gizi

klien sangat buruk.

pembesaran kelenjar parotis.

d. Anjurkan klien untuk

mengkonsumsi makanan

tinggi kalori dengan intake

cairan yang adekuat. Anjurkan

pula makanan kecil untuk

klien.

e. Kontrol faktor lingkungan

seperti bau busuk atau bising.

Hindarkan makanan yang

terlalu manis, berlemak dan

pedas.

f. Ciptakan suasana makan

yang menyenangkan misalnya

makan bersama teman atau

keluarga.

g. Anjurkan tehnik relaksasi,

visualisasi, latihan moderate

sebelum makan.

h. Anjurkan komunikasi

terbuka tentang problem

anoreksia yang dialami klien.

Kolaboratif

i. Amati studi laboraturium

seperti total limposit, serum

transferin dan albumin

j. Berikan pengobatan sesuai

indikasi

Phenotiazine,

antidopaminergic,

corticosteroids, vitamins

d. Kalori merupakan sumber

energi.

e. Mencegah mual muntah,

distensi berlebihan, dispepsia yang

menyebabkan penurunan nafsu

makan serta mengurangi stimulus

berbahaya yang dapat

meningkatkan ansietas.

f. Agar klien merasa seperti

berada dirumah sendiri.

g. Untuk menimbulkan perasaan

ingin makan/membangkitkan

selera makan.

h. Agar dapat diatasi secara

bersama-sama (dengan ahli gizi,

perawat dan klien).

i. Untuk mengetahui/menegakkan

terjadinya gangguan nutrisi sebagi

akibat perjalanan penyakit,

pengobatan dan perawatan

terhadap klien.

j. Membantu menghilangkan

gejala penyakit, efek samping dan

meningkatkan status kesehatan

klien.

k. Mempermudah intake makanan

khususnya A,D,E dan B6,

antacida

k. Pasang pipa nasogastrik

untuk memberikan makanan

secara enteral, imbangi

dengan infus.

dan minuman dengan hasil yang

maksimal dan tepat sesuai

kebutuhan.

e. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi,

keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan

masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti

intruksi/pencegahan komplikasi.

Kriteria hasil :

- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan

pengobatan pada ting-katan siap.

- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan

mengikuti prosedur tersebut.

- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan

berpartisipasi dalam pengo- batan.

- Bekerjasama dengan pemberi informasi.

INTERVENSI RASIONAL

a. Review pengertian klien

dan keluarga tentang

diagnosa, pengobatan dan

akibatnya.

b. Tentukan persepsi klien

tentang kanker dan

pengobatannya, ceritakan

pada klien tentang

pengalaman klien lain yang

menderita kanker.

a. Menghindari adanya duplikasi

dan pengulangan terhadap

pengetahuan klien.

b. Memungkinkan dilakukan

pembenaran terhadap kesalahan

persepsi dan konsepsi serta

kesalahan pengertian.

c. Membantu klien dalam

c. Beri informasi yang akurat

dan faktual. Jawab pertanyaan

secara spesifik, hindarkan

informasi yang tidak

diperlukan.

d. Berikan bimbingan kepada

klien/keluarga sebelum

mengikuti prosedur

pengobatan, therapy yang

lama, komplikasi. Jujurlah

pada klien.

e. Anjurkan klien untuk

memberikan umpan balik

verbal dan mengkoreksi

miskonsepsi tentang

penyakitnya.

f. Review klien /keluarga

tentang pentingnya status

nutrisi yang optimal.

g. Anjurkan klien untuk

mengkaji membran mukosa

mulutnya secara rutin,

perhatikan adanya eritema,

ulcerasi.

h. Anjurkan klien memelihara

kebersihan kulit dan rambut.

memahami proses penyakit.

d. Membantu klien dan keluarga

dalam membuat keputusan

pengobatan.

e. Mengetahui sampai sejauhmana

pemahaman klien dan keluarga

mengenai penyakit klien.

f. Meningkatkan pengetahuan

klien dan keluarga mengenai nutrisi

yang adekuat.

g. Mengkaji perkembangan

proses-proses penyembuhan dan

tanda-tanda infeksi serta masalah

dengan kesehatan mulut yang dapat

mempengaruhi intake makanan dan

minuman.

h. Meningkatkan integritas kulit

dan kepala.

f. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan

kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi,

persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan

peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan

peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri,

stimulasi simpatetik.

Kriteria hasil :

- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.

- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi

dalam pengobatan.

INTERVENSI RASIONAL

a. Tentukan pengalaman klien

sebelumnya terhadap

penyakit yang dideritanya.

b. Berikan informasi tentang

prognosis secara akurat.

c. Beri kesempatan pada klien

untuk mengekspresikan rasa

marah, takut, konfrontasi.

Beri informasi dengan emosi

wajar dan ekspresi yang

sesuai.

d. Jelaskan pengobatan, tujuan

dan efek samping. Bantu

klien mempersiapkan diri

dalam pengobatan.

e. Catat koping yang tidak

efektif seperti kurang

interaksi sosial, ketidak

berdayaan dll.

f. Anjurkan untuk

mengembangkan interaksi

dengan support system.

a. Data-data mengenai pengalaman

klien sebelumnya akan memberikan

dasar untuk penyuluhan dan

menghindari adanya duplikasi.

b. Pemberian informasi dapat

membantu klien dalam memahami

proses penyakitnya.

c. Dapat menurunkan kecemasan

klien.

d. Membantu klien dalam

memahami kebutuhan untuk

pengobatan dan efek sampingnya.

e. Mengetahui dan menggali pola

koping klien serta

mengatasinya/memberikan solusi

dalam upaya meningkatkan

kekuatan dalam mengatasi

kecemasan.

f. Agar klien memperoleh

dukungan dari orang yang

terdekat/keluarga.

g. Berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman.

h. Pertahankan kontak dengan

klien, bicara dan sentuhlah

dengan wajar.

g. Memberikan kesempatan pada

klien untuk

berpikir/merenung/istirahat.

h. Klien mendapatkan kepercayaan

diri dan keyakinan bahwa dia benar-

benar ditolong.

g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam

penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh.

Kriteria hasil :

- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.

- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi

dalam pengobatan

INTERVENSI RASIONAL

a. Dorong pasien untuk

mengekspresikan perasaan

khususnya mengenai pikiran,

perasaan, pandangan dirinya.

b. Catat prilaku

menarik diri. Peningkatan

ketergantungan, manipulasi

atau tidak terlibat pada

perawatan.

c. Pertahankan

pendekatan positif selama

aktivitas perawatan.

d. Kaji respon negatif

terhadap perubahan

penampilan (menyangkal

a. Membantu

pasien untuk menyadari

perasaannya yang tidak biasa

b. Dugaan

masalah pada penilaian yang dapat

memerlukan evaluasi tindak lanjut

dan terapi yang lebih ketat.

c. Bantu

pasien/orang terdekat untuk

menerima perubahan tubuh dan

merasakan baik tentang diri

sendiri.

d. Respon klien

yang negatfi diperlukan bantuan

perubahan, penurunan

kemampuan merawat diri,

isolasi sosial, penolakan untuk

mendiskusikan masa depan.

baik fisik mapun psikis-moral

untuk memenuhi kebutuhan sejhri-

sehari.

DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs. 1997. Medical Surgical Nursing :

Clinical Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders

Company, Philadelphia

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC.

Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall (2010), Buku saku diagnosa keperawatan dan

dokumentasi, edisi 4, Alih Bahasa Yasman Asih, Jakarta, EGC

C. J. H. Van de Velde (2009), Ilmu bedah, Edisi 5, Alih Bahasa “ Arjono”

Penerbit Kedokteran, Jakarta, EGC

Carpenito, Lynda Juall (2010), Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih

Bahasa Monica Ester, Jakarta, EGC

Doenges, Marilyn E, et all. 2010. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning

and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company,

Philadelphia.

Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.

EGC. Jakarta.

Lab. UPF Bedah, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi , RSDS-FKUA, Surabaya

Long, Barbara C. 2008. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan

Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1,

Yayasan IAPK Pajajaran, Bandung.

Muchlis Ramli dkk, 2010. Deteksi Dini Kanker, FKUI, Jakarta.