Lp Isolasi Sosial
-
Upload
rudy-sodara-yach -
Category
Documents
-
view
66 -
download
7
description
Transcript of Lp Isolasi Sosial
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP14.1102.203
PROGRAM PROFESI NERSFAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMURMAKASSAR
2015NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP
14.1102.203
LAPORAN PENDAHULUANISOLASI SOSIAL
I. MASALAH UTAMA Isolasi sosial
II. PENGKAJIAN KEPERAWATAN A. Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu
untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari
interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain,
yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada
perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang
lain (DepKes, 1998).
B. Proses Terjadinya Masalah Rentang Respons Isolasi Sosial : Menarik Diri
Respon adaptif Respon maladaptif
Menyendiri Otonomi
Bekerja sama interdependen
merasa sendiri depedensi
curiga
Menarik diri
Ketergantungan
Manipulasi curiga
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP14.1102.203
1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas
normal ketika menyelesaikan masalah. Sikap yang termasuk
dalam respon adaptif antara lain : menyendiri/respon dalam
merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya,
otonomi/kemampuan dalam menentukan dan menyampaikan
ide dan pikiran serta perasaan, bekerja sama/kemampuan
saling membutuhkan, dan interdependen/saling ketergantungan
dalam hubungan interpersonal.
2. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari
norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Yang termasuk
perilaku respon maladaptif antara lain : Menarik diri (mengalami
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan
orang lain), ketergantungan (gagal mengembangkan rasa
percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain),
manipulasi (mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam), dan curiga (gagal mengembangkan rasa percaya
terhadap orang lain).
C. Etiologi 1. Factor predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Faktor perkembangan kemampuan membina hubungan
yang sehat tergantung dari pengalaman selama proses
tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memilki
tugas yang harus dilalui indifidu dengan sukses, karna
apabila tugas perkembangan ini tidak terpenuhi akan
menghambat perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP14.1102.203
kasih sayang,perhatian dan kehangatan dari ibu
(pengasuh)pada bayi akan membari rasa tidak aman yang
dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
b. Factor biologi
Genetic adalah salah satu factor pendukung ganguan jiwa,
fakor genetic dapat menunjang terhadap respon sosial
maladaptive ada bukri terdahulu tentang terlibatnya
neurotransmitter dalam perkembangan ganguan ini namun
tahap masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
c. Factor sosial budaya
Factor sosial budaya dapat menjadi factor pendukung
terjadinya ganguan dalm membina hubungan dengan orang
lain, misalnya angota keluarga, yang tidak produktif,
diasingkan dari orang lain.
d. Faktor komunikasi dalam keluarga.
Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan
seseorang kedalam ganguan berhubungan bila keluarga
hanya mengkounikasikan hal-hal yang negative akan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
2. Factor prefitasiStressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian
kehidupan yang penuh stress seperti kehilangan yang
mempengaruhi kemampuan indifidu untuk berhubungan dengan
orang lain dan menyebabkan ansietas.
a. Stressor sosial kultur
Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit
keluar dan berpisah dengan orang yang berarti dalam
kehidupannya, misalnya dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologis
Ansietas berkepanjangan terjadi bersama dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasi tuntutan untuk
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP14.1102.203
berpisah dangan orang terdekat atau kebanyakan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan dapat
menimbulkan ansietas tinggi.
3. Mekanisme kopingMekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya.Mekanisme koping yang sering digunakan
pada menarik diri adalah proyeksi dan represi :
a. Proyeksi adalah keinginan yang tidak dapat
ditoleransi ,mencurahkan emosi kepada oranglain,. Karena
kesalahan yang dilakukan sendiri.
b. Regresi adalah menghindari setres,kecemasan dengan
menampilkan prilaku kembali seperti pada perkembangan
anak
c. Represi adalah menekan perasaan atau pengalaman yang
menyakitkan atau komflik atau ingatan dari kesadaran yang
cendrung memperkuat mekanisme ego lainya.
D. Masalah Keperawatan 1. Resiko perubahanm persepsi sensori: halusinasi……..
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Gangguan konseps diri: harga diri rendah
E. Pohon Masalah
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi .
2. Isolasi sosial.
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP14.1102.203
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Isolasi sosial: menarik diriCore Problem
Etiologi
Efek
IV. RENCANA KEPERAWATAN A. Diagnosa Keperawatan 1: Resiko perubahan persepsi sensori:
halusinasi.
Tujuan umum: Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi
Tujuan khusus:a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik,
memperkenalkan diri, jelaskan tuiuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji dengan
jelas tentang topik, tempat, waktu.
b. Beri perhatian dan penghargaan: temani kilen walau tidak
menjawab
c. Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan
terburu buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti
pembicaraan klien.
b. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan:a. Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
b. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang
lain
Tindakan:a. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
b. Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk
bergaul.
d. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien
perawat, klien perawat klien lain, perawat-klien kelompok, klien
keluarga.
Tindakan:
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP14.1102.203
a. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika
mungkin perawat yang sama.
b. Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
c. Tingkatkan interaksi secara bertahap
d. Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
e. Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
f. Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik
e. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan
dengan orang lain.
Tindakan:a. Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi / kegiatan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
f. Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan:a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
melalui pertemuan keluarga
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
B. Diagnosa 2: Isolasi sosial.
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terpeutik
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan :a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilikiklien.
b. Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.
c. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP14.1102.203
Tindakan :a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkn
penggunaannya.
4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampun yang dimiliki
Tindakan :a. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit
dan kemampuannya
Tindakan :a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP14.1102.203
DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998
Kusuma, Farida dan Hartono.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika; 2010.
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
Stuart, G.W and Sundeen. Principle and practice of psychiatric nursing. 5thed.
St Louis Mosby Year Book.1995
Stuart. G.W and Laraia. Principle and practice of psychiatric nursing.7thed. St Louis Mosby Year Book. 2001
Townsed, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri:pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Edisi ketiga. Alih Bahasa: Novi Helera C.D. Jakarta. EGC. Jakarta1998.
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung. 2000
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP14.1102.203
ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL
No.Pasien Keluarga
SPIP SPIk
1. Mengidentifikasi penyebab
isolasi sosial pasien
Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Berdiskusi dengan pasien
tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
Menjelaskan pengertian,
tanda dan gejala isolasi
sosial yang dialami pasien
beserta proses terjadinya.
3. Berdiskusi dengan pasien
tentang kerugian berinteraksi
dengan orang lain
Menjelaskan cara-cara
merawat pasien isolasi social
4. Mengajarkan pasien cara
berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien
memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan
harian
SPIIP SPIIk
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
Melatih keluarga
mempraktekkan cara
merawat pasien dengan
isolasi social
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP14.1102.203
2. Memberikan kesempatan
kepada pasien mempraktekkan
cara berkenalan dengan satu
orang
Melatih keluarga
mempraktekkan cara
merawat langsung kepada
pasien isolasi sosial
3. Membantu pasien memasukkan
kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan
harian
SPIIIP SPIIIk
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
Membantu keluarga
membuat jadwal aktivitas di
rumah termasuk minum obat
(discharge planning)2. Memberikan kesempatan
kepada pasien mempraktekkan
cara berkenalan dengan dua
orang atau lebih
Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP14.1102.203