LP ISK

84
BAB I LANDASAN TEORI A. MEDIS 1. Pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998). Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau tanpa disertai gejala. (Smeltzer & Bare, 2002, 1428). 2. Anatomi Fisiologi 1

Transcript of LP ISK

Page 1: LP ISK

BAB ILANDASAN TEORI

A. MEDIS

1. Pengertian

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu

keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada

saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah

adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau tanpa

disertai gejala. (Smeltzer & Bare, 2002, 1428).

2. Anatomi Fisiologi

1

Page 2: LP ISK

Gambar I Sistem Perkemihan (sumber anatomi fisiologi)

a. GINJAL

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di

belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat

langsung pada dinding abdomen.

Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah

kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.

Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki –

laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.

Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap –

tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler

terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler

yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman,

serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus

distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.

Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis

viseral (langsung membungkus kapiler glumerolus) yang bentuknya besar

2

Page 3: LP ISK

dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel

yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu

sangat teratur.

Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus

yang keluar dari korpuskel renal disebut dengan tubulus kontortus proksimal

karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus

yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of

Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal

asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

1) Bagian - Bagian Ginjal

Bila sebuah ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal

terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal

(medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).

Gambar II Ginjal (sumber anatomi fisiologi)

a) Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan

penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah

3

Page 4: LP ISK

ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun

bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi

oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai

bownman disebut badan malphigi

Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara

glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah

akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat

tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari

simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

b) Sumsum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut

piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya

disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu

piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal.

Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri

atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara

pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal.

Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan

lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut

urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi,

setelah mengalami berbagai proses.

c) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk

corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis

bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing

bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi

papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus

kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke

4

Page 5: LP ISK

pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih

(vesikula urinaria).

2) Fungsi Ginjal:

a) Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung

nitrogen, misalnya amonia.

b) Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula

dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat

warna).

c) Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.

d) Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan

asam atau basa.

3) Peredaran Darah

Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai

percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan

bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata,

arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler

membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi oleh

alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan

pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian

menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.

4) Persyarafan Ginjal

Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini

berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf

ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan

5

Page 6: LP ISK

sebuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu

hormone adrenalin dan hormn kortison.

b. URETER

Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke

kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang

± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian

terletak dalam rongga pelvis.

Gambar III Dinding Ureter (sumber anatomi fisiologi)

Lapisan dinding ureter terdiri dari :

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b. Lapisan tengah otot polos

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

6

Page 7: LP ISK

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit

sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih

(vesika urinaria).

Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh

ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis

masuk ke dalam kandung kemih.

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan

dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter

terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf

dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

c. VESIKULA URINARIA (Kandung Kemih)

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,

terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.

Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,

berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.

1) Bagian vesika urinaria terdiri dari :

7

Page 8: LP ISK

Gambar IV Vesika Urinaria (sumber anatomi fisiologi)

a) Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah,

bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi

oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.

b) Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

c) Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan

ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium

(lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan

mukosa (lapisan bagian dalam).

2) Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

8

Page 9: LP ISK

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor

yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah

cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi

reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi

relaksasi spinter internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan

akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi

spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis.

Kontraksi spinter eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau

menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf –

saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak

masih utuh.

Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi

inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan

retensi urine (kencing tertahan).

Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar

dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk

relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.

Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter

masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan

dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah

Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena

membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan

menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

d. URETRA

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang

berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

9

Page 10: LP ISK

Pada laki- laki uretra berjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat

kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagian

penis panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki – laki terdiri dari :

a. Uretra Prostaria

b. Uretra membranosa

c. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),

dan lapisan submukosa.

Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring sedikit

kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari

Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari

vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada

wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di

sini hanya sebagai saluran ekskresi.

3. Klasifikasi

Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:

a. Kandung kemih (sistitis)

b. Uretra (uretritis)

c. Prostat (prostatitis)

d. Ginjal (pielonefritis)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:

1. ISK uncomplicated (simple)

ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,

anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama

10

Page 11: LP ISK

mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial

kandung kemih.

2. ISK complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit

diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam

antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila

terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:

a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batuk, reflex vesiko uretral

obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing

menetap dan prostatitis.

b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.

c. Gangguan daya tahan tubuh

d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp

yang memproduksi urease.

(Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. 2001)

4. Etiologi

a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:

1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)

2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated

3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:

1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan

kandung kemih yang kurang efektif

2) Mobilitas menurun

3) Nutrisi yang sering kurang baik

4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral

5) Adanya hambatan pada aliran urin

6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

11

Page 12: LP ISK

(Tessy Agus, Ardaya, Suwanto.2001)

5. Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam

traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari

tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya

ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:

a. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor

anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada

laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine

saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius

(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang

terinfeksi.

b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah

sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal

yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah

penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan

distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

(Price, Sylvia Andrson.1995)

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung

kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.

b. Mobilitas menurun

c. Nutrisi yang sering kurang baik

d. System imunnitas yng menurun

e. Adanya hambatan pada saluran urin

f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii

yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan

12

Page 13: LP ISK

penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media

pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi

ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh

traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara

lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan

cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai

hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,

neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia

60 tahun.

(Parsudi, Imam A.1999)

Pathway ISK

13

Organisme patogen: ex. E.

coli

Faktor Anatomi

AscendingHematogen,

Limfatogen,Organ sekitar

yang terinfeksi

Koloni kuman di Uretra

Pertahanan Lokal

Tubuh Inadekuat

Alat DC

Bakteri pili 1, pili P

Ureter Ginjal

Masuk VU Menempel

di VU

Page 14: LP ISK

(Price, Sylvia Andrson.1995)

6. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):

a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

b. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis

c. Hematuria

d. Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)

a. Demam

b. Menggigil

c. Nyeri panggul dan pinggang

d. Nyeri ketika berkemih

e. Malaise

f. Pusing

g. Mual dan muntah

(Smeltzer, Suzanne C.2001)

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Urinalisis

14

Infeksi Saluran Kemih

Page 15: LP ISK

1) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya

ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang

besar (LPB) sediment air kemih

2) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air

kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik

berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.

b. Bakteriologis

1) Mikroskopis

2) Biakan bakteri

c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik

d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari

urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai

criteria utama adanya infeksi.

e. Metode tes

1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes

Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif: maka

pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika

terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.

2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):

Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia

trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).

3) Tes- tes tambahan:

Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan

ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi

akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau

abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi

ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk

mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

15

Page 16: LP ISK

(Smeltzer, Suzanne C.2001)

8. Penatalaksanaan

Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial

yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek

minimal terhaap flora fekal dan vagina.

Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:

a. Terapi antibiotika dosis tunggal

b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari

c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu

d. Terapi dosis rendah untuk supresi

Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi.

Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif

(mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah

penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.

Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),

trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin

atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini.

Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi

ketidaknyamanan akibat infeksi.

Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:

a. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan

b. Interansi obat

c. Efek samping obat

d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal

Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:

a. Efek nefrotosik obat

b. Efek toksisitas obat

Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya

dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:

16

Page 17: LP ISK

a. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/

b. Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malah

membahanyakan

c. Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?

d. Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?

(Smeltzer, Suzanne C.2001)

9. Prognosis

Prognosis infeksi saluran kemih adalah baik bila dapat diatasi faktor pencetus dan

penyebab terjadinya infeksi tersebut.

(Nugroho, Wahyudi.2000)

10. Komplikasi

a. Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu

saluran kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang

multisistem, dan gangguan fungsi ginjal.

b. Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka

panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya

hipertensi dan gagal ginjal kronik. ISK pada kehamilan dengan BAS

(Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati: pielonefritis, bayi prematur,

anemia, Pregnancy-induced hypertension

c. ISK pada kehamilan: retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, Cerebral

palsy, fetal death.

d. Sistitis emfisematosa : sering terjadi pada pasien DM.

e. Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.

f. Abses perinefrik

(Smeltzer, Suzanne C.2001)

11. Pencegahan

a. Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing, infeksi

kandung kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri , bila

17

Page 18: LP ISK

setelah buang air besar atau air kecil bersihkan dengan cara membersihkan

dari depan ke belakang, dan mencuci kulit di sekitar dan antara rektum dan

vagina setiap hari. Mencuci sebelum dan sesudah berhubungan seksual juga

dapat menurunkan resiko seorang wanita dari ISK.

b. Minum banyak cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran bakteri

melalui sistem urine.

c. Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk buang

air kecil juga bisa membantu mengurangi risiko infeksi kandung kemih atau

ISK.

d. Buang air kecil sebelum dan setelah melakukan hubungan seks dapat flush

setiap bakteri yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan seksual.

e. Vitamin C membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri

berbahaya dalam sistem saluran kemih.

f. Hindari pemakaian celana dalam yang dapat membuat keadaan lembab dan

berpotensi berkembang biaknya bakteri.

(Parsudi, Imam A.1999)

B. ASUHAN DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh

b. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:

1) Adakah riwayat infeksi sebelumnya?

2) Adakah obstruksi pada saluran kemih?

c. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi

nosokomial.

1) Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?

2) Imobilisasi dalam waktu yang lama.

3) Apakah terjadi inkontinensia urine?

d. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih

18

Page 19: LP ISK

1) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi

terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)

2) Adakah disuria?

3) Adakah urgensi?

4) Adakah hesitancy?

5) Adakah bau urine yang menyengat?

6) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan

konsentrasi urine?

7) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian

bawah

8) Adakah nyeri pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran

kemih bagian atas

9) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian

atas.

e. Pengkajian psikologi pasien:

1) Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan

yang telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan

terhadap penyakitnya.

(Doenges, Marilyn E. 1999)

2. Diagnosa Keperawatan Yang Timbul

a. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi

uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.

b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada

kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.

c. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.

d. Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.

e. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

(Doenges, Marilyn E. 1999)

3. Intervensi Keperawatan

19

Page 20: LP ISK

Dx 1 :

Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,

kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.

Kriteria evaluasi:

Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul

Intervensi:

a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola berkemih,

masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang

Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan

dari hasil yang diharapkan

b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.

Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri

c. Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan istirahat;

Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.

d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus

Relaksasi: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi

otot.

e. Berikan perawatan perineal

Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra

f. Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per hari.

Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung

kemih dan naik ke saluran perkemihan.

g. Kolaborasi:

Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga

gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih

dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah

berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit

Rasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan

jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas

Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya

20

Page 21: LP ISK

Rasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi

nyeri

h. Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air

segar . Pemberian air sampai 2400 ml/hari

Rasional: akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan

membentu membilas saluran berkemih

Dx 2:

Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada

kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.

Kriteria Evaluasi:

Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih

(urgensi, oliguri, disuria)

Intervensi:

a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin

Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya

komplikasi

b. Tentukan pola berkemih pasien

c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan

Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.

d. Kaji keluhan kandung kemih penuh

Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi

jaringan(kandung kemih/ginjal)

e. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran

Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat

menjadi toksik pada susunan saraf pusat

f. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam

Rasional: untuk mencegah statis urin

g. Kolaborasi:

Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin

Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal

21

Page 22: LP ISK

Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan

sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.

Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan

masukan sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran

kemih.

Dx 3:

Hipertermi berhubungan dengan penyakit.

Kriteria Evaluasi: suhu 36-370 C, nadi dan respirasi dalam rentan normal,

tidak ada perubahan warna kulit dan pusing.

Intervensi:

a. Observasi suhu tubuh pasien.

Rasional: mengetahui apakah pasien mengalami hipertermi.

b. Monitor warna kulit dan suhu kulit.

Rasional: mengetahui apakah pasien mengalami hipertermi.

c. Tingkatkan cairan intake dan nutrisi.

Rasional: menyeimbangkan suhu tubuh pasien.

d. Ajarkan untuk mengompres pada lipatan paha dan axial.

Rasional: menurunkan panas tubuh pasien.

e. Kolaborasi dengan farmasi dalam pemberian parasetamol.

Rasional: menurunkan panas tubuh pasien yang hipertermi.

Dx.4

Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.

Kriteria Evaluasi: klien bebas dari gejala infeksi, jumlah leukosit dalam batas

normal, status imun normal dan menunjukkan perilaku hidup sehat.

Intervensi:

a. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi.

Rasional: menentukan intervensi selanjutnya.

b. Inspeksi membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, dan drainase.

Rasional: mengetahui tanda infeksi lebih dahulu.

c. Dorong istirahat yang cukup.

22

Page 23: LP ISK

Rasional: istirahat cukup dapat mengurangi terjadinya infeksi.

d. Ajarkan pasien dan keluarga tanda-gejala infeksi.

Rasional: agar pasien dan keluarga memahami saat terjadi tanda-gejala

infeksi.

e. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

Rasional:mengurangi adanya infeksi oleh bakteri.

Dx.5

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

Kriteria Evaluasi: menyatakna mengerti tentang kondisi, pemeriksaan

diagnostic, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.

Intervensi:

a. Kaji ulang prose pemyakit dan harapan yang akan datanng

Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat

pilihan beradasarkan informasi.

b. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah

penyebaran, jelaskna pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic:

tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum

pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.

Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas

dan m,embantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.

c. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk

perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatn sesudah

pemeriksaan

Rasional: instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan

d. Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, inum

sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.

Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda

penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari

23

Page 24: LP ISK

sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urin dan

mencegah pertumbuhan bakteri

e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan

masalah tentang rencana pengobatan.

Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan

dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.

(Doenges, Marilyn E. 1999)

BAB IIPENGELOLAAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Mahasiswa/NIM : Yessika Puspitasari / 1002112

Tanggal : 07 Januari 2013

Jam : 12.00 WIB

A. Identitas

1. Pasien

Nama : Nn.B

Umur : 22 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Pasar Rebo, Jakarta Timur

Status : Belum menikah

Suku : Jawa

Agama : Katolik

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Mahasiswa

Tgl. Masuk RS : 06-01-2013

24

Page 25: LP ISK

No.RM : 01-93-9X-XX

Ruang : E

Diagnosis kerja/medis : Infeksi Saluran Kemih

2. Keluarga / Penanggungjawab

Nama : Tn.Y

Umur : 23 tahun

Hubungan : Teman

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Sleman

B. Riwayat Kesehatan Pasien

1. Kesehatan Pasien :

a. Keluhan utama saat dikaji :

Pasien mengatakan panas.

b. Keluhan tambahan saat dikaji :

Untuk menelan sakit, batuk, mual, lemas dan pusing.

c. Alasan utama masuk Rumah Sakit :

Pasien mengatakan panas hampir 1 bulan untuk menelan sakit, batuk,

mual, lemas dan pusing.

d. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengatakan demam sejak tanggal 2 Januari 2013, karena

semakin hari demamnya tidak turun kemudian pada tanggal 6 Januari

2013 pasien datang ke RS Bethesda. Di IGD pasien diberi terapi cairan

RL, dilakukan pemeriksaan RO Thorax, Pemeriksaan Lab PDL, GDS,

SGOT, SGPT, Ureum Creatinin dan diberi obat Ceftriaxone 1gr/IV,

xillo:dell = 1:1/IM, Rantin 25mg/IV, Primperan 10mg/IV, Naper

1cth/oral dan Cataflam 50mg/oral. Kemudian pasien dirawat di Ruang E

25

Page 26: LP ISK

dan diberi terapi cairan Aminofluid, terapi obat tambahan Pamol dan

Diit BB.

e. Riwayat penyakit yang lalu :

Pasien pernah mengalami ISK 2 bulan yang lalu.

f. Alergi :

- Jenis : Tidak ada alergi

- Reaksi : Tidak ada alergi

- Tindakan : Tidak ada alergi

2. Kesehatan Keluarga :

Dalam keluarga tidak riwayat penyakit Infeksi Saluran Kemih

C. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola Nutrisi-Metabolik

a. Sebelum sakit :

Frekuensi makan : 3x sehari

Jenis makanan/diet : Nasi dan sayur

Porsi yang dihabiskan : Satu porsi

Makanan yang disukai : Semua suka

Makanan yang tidak disukai : Hampir semua makanan disukai

Makanan pantang : Daging

Makanan tambahan/vitamin : Tidak ada

Kebiasaan makan : Di rumah dan di warung

Nafsu makan : Baik, karena setiap porsi yang

diberikan dapat dihabiskan oleh pasien

Banyaknya minum : 4-5 gelas,200cc/gelas= 800/1000cc/hari

Jenis minuman : Air putih dan teh

Minuman yang tidak disukai : Hampir semua minuman suka

Minuman yang disukai : Semua suka

26

Page 27: LP ISK

Perubahan BB 6 bulan terakhir : Tetap 47 kg

b. Selama sakit:

Jenis makanan : BB

Frekuensi makan : 3x sehari

Porsi makan yang dihabiskan : Saat dikaji pasien menghabis-

kan 1 porsi makan

Banyaknya minum dalam sehari : 4 gelas sehari, ±

200cc/gelas= 900cc

Jenis minuman : Air putih

Keluhan :Mual, tidak nafsu makan,

ganggua menelan dan sedikit

haus

2. Pola Eliminasi

a. Sebelum sakit

1) Buang air besar (BAB)

- Frekuensi : 1x sehari

- Waktu : Pagi hari

- Warna : Kuning

- Konsistensi : Padat

- Posisi BAB : Duduk

- Penghantar untuk BAB : Pasien mengatakan tidak pernah

memakai penghantar waktu

BAB

- Pemakaian obat : Tidak ada

- Keluhan lain : Tidak ada

- Upaya yang dilakukan : Tidak ada

2) Buang air kecil (BAK)

- Frekunsi (dalam sehari) : 8x sehari

- Jumlah (cc/24 jam) : 800cc/24jam

27

Page 28: LP ISK

- Warna : Kuning

- Bau : Khas urine

- Keluhan : Tidak ada keluhan

- Upaya yang dilakukan : Tidak ada

b. Selama sakit

1) Buang air besar (BAB)

- Frekuensi : 1-2x sehari (kadang-kadang)

- Waktu : Pagi hari

- Warna : Kuning kecoklatan

- Konsistensi : Lunak

- Keluhan : Tidak ada

- Upaya yang dilakukan : Tidak ada

2) Buang air kecil (BAK)

- Frekuensi : ±5x sehari

- Jumlah : 600cc/24 jam

- Warna : Kuning

- Bau : Khas urine

- Keluhan : Tidak ada keluhan

3. Pola aktifitas istirahat-tidur

a. Sebelum sakit

1) Keadaan aktifitas sehari-hari

- Kebiasaan olahraga : Pasien tidak teratur untuk

berolahraga

- Jenis olahraga : Lari-lari

- Lingkungan rumah : Lingkungan rumah cukup luas,

dan bersih

- Alat bantu untuk memenuhi : Pasien tidak selalu memakai

alat bantu untuk kebutuhan

28

Page 29: LP ISK

- Apakah aktifitas sehari-hari dapat dilakukan sendiri, bantuan

alat, orang lain, sangat tergantung :

AKTIVITAS 0 1 2 3 4

Mandi √

Eliminasi √

Berpakaian/berdandan √

Mobilisasi di tempat tidur √

Pindah √

Ambulansi √

Naik tangga √

Memasak √

Belanja √

Merapikan rumah √

o Ket : 0 : mandiri

1 : dibantu sebagian

2 : perlu bantuan orang lain

3 : perlu bantuan orang lain dan alat

4 : tergantung total

2) Kebutuhan tidur

- Jumlah tidur dalam sehari : ± 7 jam

- Tidur siang : Tidak tentu (± 2 jam)

- Tidur malam : ± 5 jam

- Tidur yang diutamakan : Tidur malam

- Kebiasaan pengantar tidur : Tidak ada

- Pasien tidur dengan : Sendiri

- Perangkat yang digunakan : Selimut, bantal,guling

- Keluhan : Tidak ada

3) Kebutuhan istirahat

29

Page 30: LP ISK

- Kapan : Siang hari

- Berapa lama : ± 2 jam

- Kegiatan waktu luang : Santai

- Menyediakan waktu istirahat : Ada

- Dalam suasana apa pasien bisa istirahat : Tenang

b. Selama sakit

1) Keadaan aktifitas

AKTIVITAS 0 1 2 3 4

Mandi √

Makan/minum √

Berpakaian/berdandan √

Toileting √

Mobilisasi di TT √

Ambulansi/ROM √

Berpindah √

o Ket : 0 : mandiri

1 : dibantu sebagian

2 : perlu bantuan orang lain

3 : perlu bantuan orang lain dan alat

4 : tergantung total

2) Kebutuhan tidur

- Jumlah tidur dalam sehari

Tidur siang : ± 2 jam

Tidur malam : ± 7 jam

- Penghantar untuk tidur : Tidak ada

- Keluhan tidur : Tidak ada

- Pasien kesakitan : TIdak

3) Kebutuhan istirahat

- Perasaan pasien : Pasien mengatakan lemas dan

pusing

30

Page 31: LP ISK

- Pasien merasa terganggu dengan lingkungan baru : Tidak

- Alat-alat medik yang mengganggu : Tidak ada

4. Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)

a. Kebersihan Kulit

- Kapan kebiasaan mandi : 2x sehari, pagi dan sore hari

- Mandi menggunakan : Sabun

- Keluhan : Tidak ada keluhan

b. Kebersihan Rambut

- Mencuci rambut dengan : shampoo

- Keluhan : Tidak ada keluhan

c. Kebersihan Telinga

- Kapan merawat telinga : Membersihkan telinga saat

mandi

- Menggunakan alat pendengar : Tidak

- Keluahan : Tidak ada keluhan

d. Kebersihan Mata

- Kebiasaan membersihkan mata : Saat mandi

- Keluhan : Tidak ada keluhan

e. Kebersihan Mulut

- Berapa kali menggosok gigi : Kadang 2x sehari

- Menggunakan pasta gigi : Iya

- Keluhan : Tidak ada keluhan

f. Kebersihan Kuku

- Kapan memotong kuku : Bila kuku sudah panjang

- Cat kuku : Sering menggunakan cat kuku

- Keluhan : Tidak ada keluhan

5. Pola Pemeliharaan Kesehatan

a. Penggunaan tembakau

31

Page 32: LP ISK

Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi tembakau

b. NAPZA

Pasien mengatakan tidak pernah memakai NAPZA

c. Alkohol

Pasien mengatakan tidak pernah minum alkohol

d. Intelektual

- Pasien hanya mengetahui penyakit yang diderita

- Pasien tidak mengerti perawatan, pencegahan penyakit yang diderita

6. Pola Reproduksi-Seksualitas

a. Gangguan hubungan seksual : Tidak ada gangguan

b. Pemahaman fungsi seksual : -

c. Perkembangan karakteristik sekunder : -

d. Masalah menstruasi : Tidak ada masalah

e. Pap smear terakhir : -

f. Pemerikasaan payudara : -

7. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori

a. Keadaan mental : Sadar

b. Berbicara : Jelas

c. Bahasa yang dikuasai : Indonesia dan Inggris

d. Kemampuan membaca : Baik

e. Kemampuan berkomunikasi : Bisa berkomunikasai dengan baik

f. Kemampuan memahami informasi : Pasien memahami setiap informasi

g. Tingkat ansietas : Sedang, karena sudah pernah

mengalami ISK

h. Keterampilan berkomunikasi : Memadai

i. Pendengaran : Tidak ada keluhan

j. Penglihatan : Baik

k. Vertigo : Tidak

32

Page 33: LP ISK

l. Nyeri : Nyeri kepala

m. Upaya yang dilakukan : Teman pasien mengajak bicara dan

menyuruh pasien beristirahat

8. Pola Konsep Diri

a. Identitas diri : Pasien mampu menyebutkan nama dan tempat

tinggalnya

b. Ideal diri : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan

segera pulang

c. Harga diri : Pasien tidak merasa malu ketika kerabat

berkunjung ke rumah sakit

d. Gambaran diri : Pasien sangat senang saat bisa bercerita

e. Peran diri : Pasien sebagai keluarga biasa

9. Pola Koping

a. Pengambilan keputusan :

Dibantu orang lain, teman dan keluarga

b. Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah :

Mencari pertolongan

10. Pola Peran-Berhubungan

a. Status pekerjaan : Tidak bekerja

b. Jenis pekerjaa : -

c. Klien berkecimpung dalam organisasi masyarakat : Tidak

d. System pendukung : Teman dan orang tua

e. Dukungan keluarga di Rumah Sakit : Keluarga dan teman sangat

baik dalam memberi dukungan

f. Kesulitan dalam keluarga

- Hubungan dengan orang tua : Tidak ada

- Hubungan dengan anak saudara : Tidak ada

- Hubungan perkawinan : Tidak ada

33

Page 34: LP ISK

g. Selama sakit

- Hubungn dengan anggota keluarga :

Baik

- Hubungan dengan masyarakat :

Baik, saat jam kunjung ada teman yang menengok

- Hubungan dengan pasien lain, anggota kesehatan lain :

Komunikatif

11. Pola Nilai dan Keyakinan

a. Sebelum sakit

- Agama : Katolik

- Larangan agama : Tidak ada

- Kegiatan keagamaan :

Macam : Pergi kegereja

Frekuensi : Setiap hari minggu

b. Selama sakit

- Kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan: Berdoa

- Membutuhkan bantuan : Iya

- Membutuhkan kunjungan rohaniawan : Iya

D. Pengkajian Fisik

1. Pengukuran TB : 157cm

2. Pengukuran BB : 47kg

3. Tanda vital

1. Tekanan darah : 100/70 mmHg

Diukur di : Tangan kanan (vena brachioradialis)

Posisi pasien : Fowler

Ukuran manset : Dewasa

2. Nadi : 100 x/menit

34

Page 35: LP ISK

Regular/ireguler : Reguler

Diukur di : Tangan kanan (vena radialis)

Kualitas : Kuat

3. Suhu : 38,90 C

Diukur di : Axila

4. Repirasi : 22x/menit

Regular/ireguler : Reguler

Tipe pernafasan : Dada

4. Tingkat kesadaran : Compos mentis

GCS : 15 E: 4 V: 5 M: 6

5. Keadaan umum : Pasien tampak sakit ringan

Pasien tampak lemah, bisa berkomunikasi dengan baik

dengan perawat dan teman

Terpasang infuse RL 20 tetes/menit di tangan kanan

tanggal 06-01-2013

6. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

1) Rambut

a) Rambut pasien berwarna hitam, rambut berminyak

b) Bentuk kepala bulat

c) Tidak terdapat bekas luka pada kulit kepala

d) Tidak terdapat nyeri tekan pada kepala

e) Terdapat finger print pada dahi

2) Mata

a) Wajah pasien berwarna sawo matang kemerahan dan berminyak

b) Mata kiri dan kanan pasien simetris

35

Page 36: LP ISK

c) Pupil kana-kiri isokor

d) Sclera berwarna putih keruh

e) Konjungtiva berwarna merah pucat

f) Reflek cahaya kanan (+) kiri (+)

3) Telinga

a) Telinga kanan dan kiri simetris

b) Tidak terdapat luka pada daun telinga kanan dan kiri

c) Tidak terdapat nyeri tekan pada telinga kanan dan kiri

4) Hidung

a) Septum tepat berada di tengah

b) Lubang hidung kiri dan kanan simetris

c) Terdapat sedikit kotoran pada kedua lubang hidung

5) Mulut dan Tenggorokan

a) Kemampuan bicara jelas

b) Bibir berwarna merah pucat

c) Membran mukosa kering

d) Tonsil T1

e) Uvula berada di tengah

6) Leher

a) Leher berwarna sawo matang

b) Tidak terdapat bekas luka pada leher

c) Tidak terdapat nyeri tekan pada leher

d) Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

36

Page 37: LP ISK

7) Dada

a) Inspeksi : dada berwarna sawo matang, tidak terdapat bekas

luka pada dada, simetris dada kanan dan kiri, ictus

cordis pada ICS 5

b) Palpasi : pernafasan dada kiri dan kanan simetris, tidak

terdapat nyeri tekan pada dada, vocal rensonan teraba

sama di semua bagian.

c) Perkusi : terdengar sonor pada lapang paru.

d) Auskultasi : tidak ada suara tambahan disemua lapang paru.

8) Abdomen

a) Inspeksi : perut berwarna sawo matang, tidak terdapat bekas

luka pada perut, umbilicus tepat di tengah, kotor.

b) Auskultasi : peristaltic usus : 19x/menit.

c) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada kwadran kanan bawah dan

kiri bawah

d) Perkusi : suara tympani pada abdomen.

9) Genetalia

Tidak terpasang DC.

10) Anus

Tidak terdapat hemoroid.

11) Integument

Turgor kulit pasien tidak elastic.

12) Ekstremitas

37

Page 38: LP ISK

a) Atas

Anggota gerak lengkap, warna kulit sawo matang, turgor kulit tidak

elastis, tidak terdapat kelainan jari pada tangan kanan dan kiri,

terpasang infus RL-500 20 tetes/menit di tangan kanan, kekuatan

otot kanan-kiri : 5/5

b) Bawah

Anggota gerak lengkap, warna kulit sawo matang, turgor kulit tidak

elastis, tidak terdapat kelainan jari pada kaki kanan dan kiri,

kekuatan otot kaki kanan dan kiri 5/5

E. Diagnostik Test

1. Ro. Thorax

Corakan grondhovaskuler kasar, air bronchogram minimal, suspek bronchitis,

besar cor dalam batas normal.

2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

a) Tanggal 06 Januari 2013

No Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

1 Ureum 9.7 mg/dL 10.0-50.0

2 Creatinin 0.63 mg/dL 0.50-0.90

3 Hemoglobin 12.5 gr/dl 12.0-18.0

4 Leukosit 8,23 Rbu/mmk 4.50-11.00

5 Eosinofil 0.2 % 0.0-5.0

6 Basofil 0.1 % 0.0-0.2

7 Segmen 76.9 % 47.0-80.0

8 Limfosit 16.0 % 13.0-40.0

9 Monosit 6.8 % 2.0-11.0

10 Hematokrit 35.5 % 36.0-46.0

38

Page 39: LP ISK

11 Eritrosit 4.20 Juta/mmk 4.10-5.30

12 RDW 13.00 % 11.60-14.80

13 MCV 84.50 Fl 92.00-121.00

14 MCH 29.80 pg 31.00-37.00

15 MCHC 35.20 g/dl 29.00-36.00

16 LED 1 jam 29.0 mm 3.0-14.00

westegram

17 LED 2 jam 55.0 mm

18 Golongan Darah O

19 SGOT (AST) 16.9 u/L 0.0-32.0

20 SGPT (ALT) 12.1 u/L 0.0-32.0

21 Glukosa sewaktu 105 mg/dL 70-140

22 Warna Urin Kuning

23 BJ 1.020

24 pH 6.0

25 Bakteri + sedikit

26 Leko Pucat 1 +

27 Sel Gliter -

28 Leko Gelap 2 +

29 Eritrosit 2 +

30 Epitel 2 +

31 Ca Oxalat -

32 Urat -

33 Silinder -

34 Hialin -

35 Granular -

36 Epitel -

39

Page 40: LP ISK

F. PROGRAM PENGOBATAN

1. Parenteral 6. Terapi cairan

a. Cernavit 1x1 fl a. Infus RL 20 tetes /menit

b. Aminofluid 1x1 fe b. Aminofluid 500 ml

2. Non parenteral

a. Ceftriaxone 2x1 tablet

b. Rantin 2x1 tablet

c. Primperan 2x1 tablet

d. Pamol 3x1 tablet

e. Cataflam 2x1 tablet

3. Diet BB, 3x sehari

4. Pasien bedrest

5. Tidak menggunakan O2

G. Analisa Obat

No Nama Obat Indikasi Kontraindikasi Efek samping

1. Infus RL 20 tetes /menit

Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.

Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.

2. Aminofluid Suplai asam amino, elektrolit dan air sebelum dan sesudah, pada individu dengan hipoproteinemia atau malnutrisi ringan

Koma hepatik, atau resiko koma hepatik, gangguan ginjal berat atau azotemia, gagal jantung kongestif, asidosis berat,

Ruam kulit, nyeri dada, palpiasi edema serebral, pulmoner dan perifer, hiperkalemia, asidosis, intoksikasi air, nyeri vaskuler,

40

Page 41: LP ISK

karena kurangnya asupan oral.

gangguan metabolisme elektrolit yang abnormal, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipermagnesemia, hiperkalsemia.

flebitis, menggigil, demam, rasa hangat dan sakit kepala.

3. Cernevit Vitamin parenteral untuk dewasa dan anak usia lebih dari 11 tahun yang tidak mungkin atau tidak cukup diberikan secara oral.

Hipervitaminosis atau hipersensitif terhadap vitamin B1 (tiamin).

Kenaikan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase selama pemberian bolus Intra Vena, alergi, sakit pada pemberian injeksi Intra Muskular.

4. Ceftriaxone Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap Ceftriaxone, seperti: infeksi saluran nafas, infeksi THT, infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis, infeksi tulang, sendi dan jaringan lunak, infeksi intra abdominal, infeksi genital (termasuk gonore), profilaksis perioperatif, dan infeksi pada pasien dengan gangguan pertahanan tubuh.

Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin (sebagai reaksi alergi silang).

Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah seperti anaphilaxis bisa terjadi) efek GI (diare/radang usus besar) efek lainnya (infeksi candidal).

5. Rantin Ulkus duodenum aktif, ulkus lambung aktif yang tidak membahayakan dan kondisi hipersekretori pathologikal seperti Sindroma Zollinger-Ellison.

Disfungsi ginjal & hati, hamil, menyusui, anak-anak, keganasan lambung.

Sakit kepala, pusing, gangguan pencernaan, ruam kulit.

6. Primperan Gangguan lambung-usus, mabuk perjalanan, mual di

Keadaan dimana jika terjadi perangsangan saluran pencernaan

Reaksi ekstrapiramidal, pusing, rasa lelah,

41

Page 42: LP ISK

pagi hari, mual dan muntah karena obat, anoreksia (kehilangan nafsu makan), kembung, ulkus peptikum, stenosis pilorik (bersifat ringan), dispepsia, nyeri pada ulu hati, gastroduodenitis, dispepsia sesudah gastrektomi, endoskopi, dan intubasi.

bisa membahayakan, seperti penyumbatan usus, feokromositoma, epilepsi.

mengantuk, sakit kepala, depresi, keresahan/kegelisahan, gangguan saluran pencernaan, hipertensi.

7. Pamol Untuk meringankan:Rasa sakit atau nyeri, misalnya : sakit kepala, sakit gigi, sesudah pencabutan gigi, nyeri pada otot.Demam misalnya karena imunisasi.

Penderita yang hipersensitif terhadap Paracetamol. Gangguan fungsi hati berat.

Jarang terjadi, efek samping yang tidak spesifik pada pemakaian Paracetamol pernati dilaporkan. Mual, muntah, diare, diaforesis, pallor dan sakit perut. Pada dosis besar dan pemakaian lama dapat menyebabkan kerusakan hati.

8. Cataflam Keadaan meradang setelah traumatic yang disertai rasa sakit atau nyeri , peradangan atau nyeri setelah operasi, sebagai tambahan pada infeksi THT yang meradang yang disertai nyeri hebat. Sindroma nyeri pada tulang belakang, reumatisme non artikular.

Hipersensitif terhadap Diklofenak atau obat-obat anti radang non steroid lainnya.

Kadang-kadang:Gangguan lambung usus, sakit kepala, pusing, vertigo, kemerahan pada kulit, peningkatan serum transaminase.Jarang :Ulkus peptikum, abnormalitas fungsi ginjal, perdarahan saluran pencernaan, hepatitis, hipersensitifitas.

42

Page 43: LP ISK

H. Analisa Data

No Data Masalah Penyebab1 DS:

- Pasien mengatakan sedikit nyeri saat berkemih.

DO: - Tekanan Darah 100/70 mmHg- Nadi 100 x/mnt- Wajah menyeringai saat

berkemih

Nyeri akut Agen inflamasi

2 DS: - Pasien mengatakan demam- Pasien mengatakan merasa

pusingDO: - Suhu 38,90 C- Kulit kemerahan- Kulit teraba hangat- Nadi 100 x/mnt

Hipertermi Penyakit

3 DS:- Pasien mengatakan lemas- Pasien mengatakan sedikit

Kekurangan volume cairan

Intake tidak adekuat

43

Page 44: LP ISK

hausDO: - Turgor kulit tidak elastic- Suhu 38,90 C- Membrane mukosa kering

I. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosis Keperawatan1 Nyeri akut berhubungan dengan agen inflamasi ditandai dengan:

DS:- Pasien mengatakan sedikit nyeri saat berkemih.

DO: - Tekanan Darah 100/70 mmHg- Nadi 100 x/mnt- Wajah menyeringai saat berkemih

2 Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan:DS: - Pasien mengatakan demam- Pasien mengatakan merasa pusing

DO: - Suhu 38,90 C- Kulit kemerahan- Kulit teraba hangat- Nadi 100 x/mnt

44

Page 45: LP ISK

3 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan:DS:- Pasien mengatakan lemas- Pasien mengatakan sedikit haus

DO: - Turgor kulit tidak elastic- Suhu 38,90 C- Membrane mukosa kering

45

Page 46: LP ISK

J. Rencana Keperawatan

Nama Pasien : Nn.B

Umur : 22 th

Ruangan : E/10 B

No Diagnosis keperawatan &

Data Penunjang

Tindakan Keperawatan

RasionalTujuan Dan Kriteria Hasil Tindakan

1 Tgl 07 Januari 2013, jam 12.00 WIB.Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan:DS:- Pasien mengatakan

sedikit nyeri saat berkemih.

DO: - Tekanan Darah 100/70

mmHg- Nadi 100 x/mnt- Wajah menyeringai

saat berkemih

Tgl 07 Januari 2013, jam 12.00 WIB.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria:- Mampu mengontrol nyeri- Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

- Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

- Tanda vital dalam rentang normal

- Tidak mengalami gangguan tidur

Tgl 07 Januari 2013, jam 12.00 WIB.1. Kaji keadaan umum

pasien dan pantau GCS setiap 6 jam sekali.

2. Kaji nyeri kepala setiap 6 jam sekali, baik itu intensitas, frekuensi, durasi, lokasi.

3. Pantau tanda-tanda vital:- adanya hipertensi /

hipotensi- frekuensi dan irama

jantung- pola dan irama dari

pernapasan.

Tgl 07 Januari 2013, jam 12.00 WIB.1. Mengetahui keadaan umum

pasien, tingkat kesakitan, dan mengobservasi apabila terjadi perubahan GCS.

2. Untuk mengetahui derajat/tingkat nyeri yang dialami pasien.

3. Hipotensi postural dapat menjadi faktor pencetus. Hipotensi dapat terjadi karena syok (kolaps sirkulasi vaskuler). Peningkatan TIK dapat terjadi.- Perubahan terutama adanya

bradikardia dapat terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak.

- Ketidakteraturan

46

Page 47: LP ISK

4. Anjurkan untuk tirah baring dan batasi aktivitas yang menambah nyeri kepala, misal : jangan banyak bicara dulu.

5. Ajarkan teknik relaksasi kepada pasien.

6. Berikan obat analgetika. Misal : ceftriaxone dan cataflam.

pernapasan dapat memberikan gambaran, lokasi kerusakan serebral / peningkatan TIK.

4. Untuk mengurangi nyeri kepala dan mencegah makin luasnya infark akibat meningkatnya aktivitas.

5. Untuk mengalihkan perhatian pasien pada nyeri sehingga pasien tidak merasa nyeri.

6. Untuk mengurangi nyeri pada pasien.

2 Tgl 07 Januari 2013, jam 12.00 WIB.Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan:DS: - Pasien mengatakan

demam- Pasien mengatakan

merasa pusing

Tgl 07 Januari 2013, jam 12.00 WIB.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam hipertermi dapat teratasi dengan kriteria:- Suhu pasien 36-370C- Nadi dan respirasi dalam

rentang normal- Tidak ada perubahan

Tgl 07 Januari 2013, jam 12.00 WIB.1. Observasi suhu

sesering mungkin.2. Observasi warna dan

suhu kulit.

3. Observasi tekanan darah nadi dan respirasi.

Tgl 07 Januari 2013, jam 12.00 WIB.1. Mengidentifikasi terjadinya

peningkatan suhu tubuh.2. Mengidentifikasi adanya

kemerahan pada kulit mengetahui bila pasien masi mengalami hipertermi.

3. Tekanan darah, nadi dan respirasi yang normal merupakan indikasi tidak

47

Page 48: LP ISK

DO: - Suhu 38,90 C- Kulit kemerahan- Kulit teraba hangat- Nadi 100 x/mnt

warna kulit- Tidak ada pusing dan

merasa nyaman4. Berikan cairan

intravena.5. Ajarkan keluarga untuk

kompres pada lipat paha dan axila dan memberikan minum sedikit-sedikit tapi sering.

6. Kolaborasi dalam pemberian pamol.

terjadinya hipertermi.4. Cairan intravena akan membuat

suhu tubuh menurun.5. Kompresan pada lipat paha dan

axila pada pasien hipertermi dapat menurunkan suhu tubuh pasien.

6. Pemberian obat dapat menurunkan suhu tubuh pasien.

3 Tgl 07 Januari 2013, jam 12.00 WIB.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan:DS:- Pasien mengatakan

lemas- Pasien mengatakan

sedikit haus

DO: - Turgor kulit tidak

elastic- Suhu 38,90 C

Tgl 07 Januari 2013, jam 12.00 WIB.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam kekuranagn volume cairan dapat teratasi dengan kriteria klien dapat:- Tekanan darah, nadi, suhu

tubuh dalam batas normal- Tidak ada tanda dehidrasi,

elastic turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebih

- Intake oral dan intravena adekuat

Tgl 07 Januari 2013, jam 12.00 WIB.

a. Observasi status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat).

b. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan.

c. Observasi TTV .

d. Berikan cairan oral.

e. Dorong keluarga untuk membantu pasien

Tgl 07 Januari 2013, jam 12.00 WIB.1. Kelembaban mukosa dan

adanya nadi yang adekuat menggambarkan tidak terjadinya hidrasi pada pasien.

2. Hasil lab dapat menentukan apakah pasien masih mengalami deficit volume cairan atau tidak.

3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal menandakan pasien tidak mengalami deficit cairan.

4. Cairan oral dapat menyeimbangkan cairan dalam tubuh.

5. Pemasukan intake adekuat dapat mengatasi terjadinya

48

Page 49: LP ISK

- Membrane mukosa kering

makan.f. Kolaborasi dalam

pemberian cairan intra vena.

kekurangan volume cairan.6. Cairan intravena dapat

meningkatkan volume cairan tubuh pasien.

49

Page 50: LP ISK

K. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Nn.B

Ruangan : E/10 B

N

O

DIAGNOSA TGL/JAM IMPLEMENTASI PARAF

1. DX.1 07 Januari 201312.20

12.30

12.40

12.50

13.30

13.40

I : - Mengobservasi KU pasien

KU : gelisah,pusing, kesadaran CM,GCS : 15 ( E:4, V:5, M :6 )

- Mengobservasi tanda vital sign pasien:TD : 100/70mmHg N : 84x/mntS : 38,90CR :22x/mnt

- Mengajarkan tekhnik nafas dalam

- Mengobservasi KU pasien, pasien gelisah, pusing

- Menganjurkan pasien untuk istirahat

E :DS : Pasien mengatakan sedikit sakit untuk BAKDO : TD : 100/70mmHg S : 38,90C N : 80x/mnt R : 22x/mnt

2. DX.2 07 Januari 201312.30

12.30

12.30

13.00

13.50

I :- Observasi suhu pasien 38,90 C

- Mengobservasi kemerahan pada kulit pasien

- Mengobservasi tekanan darah 100/70mmHg dan respirasi 22x/mnt

- Mengecek pemasukan oral pasien

50

Page 51: LP ISK

E : DS :Pasien mengatakan kepala pusingDO :Suhu pasien 38,90 C

3. DX .3 07 Januari 201312.40

13.00

13.30

I :- Mengobservasi turgor kulit

pasien tidak elastic- Mengobservasi membrane

mukosa pasien kering- Memberikan minum kepada

pasien- Balance cairan pasien

CM: 700cc CK: 500cc BC:+200cc

E : DS :Pasien mengatakan minta minum karena haus DO : Klien lemes, turgor kulit tidak elastic dan membrane mukosa kering

4. DX.1 08 Januari 201307.30

08.00

08.10

12.00

13.45

S : Pasien mengatakan masih nyeriO : KU sedang ,Kes Compos MentisA : Masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6I :- Mengobservasi KU klien Klien

gelisah, pusing berkurang- Mengkaji tanda vital:

TD : 100/60mmHgN :95x/mntS :37,80CR : 20x/mnt

- Memberi obat per oral ceftriaxone 2x1 tablet dan cataflam 2x1 tablet.

- Mengobservasi KU pasien, pasien gelisah

E : DS : pasien mengatakan nyeri suprapubik berkurang,DO : pasien gelisah

51

Page 52: LP ISK

TD : 100/60mmHg N : 95x/mnt R :20x/mnt S :380C

5 Dx 2 08 Januari 201307.40

08.0008.10

12.00

13.00

13.30

S :Pasien mengatakan masi merasa sedikit demamO: Kulit pasien teraba hangat dan kemerahanA:Masalah belum teratasiP:lanjutkan intervensi 1-6I :- Mengkaji suhu pasien 380C- Memberikan obat pamol.- Mengecek cairan intravena

pasien- Membantu memberikan minum

pada pasien- Memotivasi keluarga untuk

memberikan minum sedikit-sedikit tetapi sering

E : DS : pasien mengatakan masih sedikit pusingDO : suhu pasien 380C, kulit teraba hangat

6 DX.3 07 Januari 201308.00

08.30

08.3009.0010.00

S :O : mulut pasien terlihat masih keringA : masalah belum teratasiP : lanjutkan intervensi1-6I- Mengobservasi mukosa pasien

kering- Nadi pasien 95x/mnt- Membantu pasien untuk minum- Mengajarkan pada keluarga

untuk memberikan minum sedikit-sedikit tapi sering

- Balance cairan pada pasien CM:900cc CK:750cc BC:+150

52

Page 53: LP ISK

13.30E : DS : -DO : nadi pasien 95x/mnt, membrane mukosa kering, Balance cairan pada pasien CM:900cc CK:750cc BC:+150

Diagnosa Medis : Infeksi Saluran Kemih

53

Page 54: LP ISK

BAB IIIPEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang pasien kelolaan Nn. B dengan Infeksi Saluran Kemih,

yang telah dikelola dua hari di ruang E Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada

7-8 Januari 2013 dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan mulai dari

pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, menentukan rencana

tindakan keperawatan, melakukan implementasi, evaluasi sampai

pendokumentasian kasus kelolaan.

A. Pengkajian Keperawatan

Dari pengkajian yang telah dilakukan pada klien Ny. K diperoleh data hasil;

klien mengalami demam, nyeri pada supra pubik dan nyeri saat pasien

berkemih. Tanda tanda tersebut sesuai dengan karakteristik Infeksi Saluran

Kemih menurut teori pengkajian Merlyn E Doengoes, 2000, yaitu

B. Diagnosa Keperawatan

Dalam pengelolaan kasus Nn.B ditemukan beberapa diagnosa keperawatan

yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

2. Hipertermi berhubungan dengan infeksi.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme

regulasi.

Pada tinjauan teori menurut Merlynn E Doengoes, 2000, 2003 dan Effendy,

1995 dan disesuaikan dengan NANDA 2009-2011 adalah :

1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan nyeri.

2. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

imobilisasi.

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, parestesia,

flaksid/paralisis hipotonik (awal), paralisis spastis.

4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan

neuromuskuler, kehilangan tonus/kontrol otot fasial/oral;

kelemahan/kelelahan umum.

5. Peningkatan suhu tubuh ( hipertermi ) berhubungan dengan proses

penyakit ( viremia )

54

Page 55: LP ISK

6. Nyeri berhubungan dengan proses patologi penyakit

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

8. Perubahan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang

lemah

9. Kecemasan ringan sedang sehubungan dengan kondisi pasien yang

memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.

10. Gangguan proses keluarga sehubungan dengan anggota keluarga dirawat

di rumah sakit.

11. Resiko infeksi sehubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus /

NGT).

Dari tiga diagnosa yang muncul pada kasus kelolaan, ada tiga diagnosa sama

dan ada 11 diagnosa yang tidak diangkat karena kurang sesuai dengan keadaan

klien.

C. Perencanaan

Dilakukan penulisan perencanaan dengan menyesuaikan teori Doengoes 2000

dan NANDA 2011 :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen inflamasi.

Tindakan yang sudah dilakukan antara lain

a. Observasi keadaan umum pasien dan pantau GCS setiap 6 jam sekali

b. Kaji nyeri kepala setiap 6 jam sekali, baik itu intensitas, frekuensi,

durasi, lokasi.

c. Pantau tanda-tanda vital:

Adanya hipertensi / hipotensi

Frekuensi dan irama jantung

Pola dan irama dari pernapasan.

d. Anjurkan untuk tirah baring dan batasi aktivitas yang menambah nyeri

kepala, misal : jangan banyak bicara dulu.

e. Ajarkan teknik relaksasi kepada pasien.

f. Berikan obat analgetika.

Misal : ceftriaxone dan cataflam.

55

Page 56: LP ISK

2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.

Tindakan yang sudah dilakukan

a. Kaji Observasi suhu sesering mungkin.

b. Observasi warna dan suhu kulit.

c. Observasi tekanan darah nadi dan respirasi.

d. Berikan cairan intravena.

e. Ajarkan keluarga untuk kompres pada lipat paha dan axila dan

memberikan minum sedikit-sedikit tapi sering.

f. Kolaborasi dalam pemberian pamol.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat.

Tindakan yang sudah dilakukan

a. Observasi status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi

adekuat).

b. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan.

c. Observasi TTV .

d. Berikan cairan oral.

e. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.

f. Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena.

D. Implementasi

Tahap implementasi asuhan keperawatan dilaksanakan selama dua hari, 7-8

Januari 2013.

Implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen inflamasi.

Tindakan yang sudah dilakukan antara lain

a. Observasi keadaan umum pasien dan pantau GCS setiap 6 jam sekali

b. Kaji nyeri kepala setiap 6 jam sekali, baik itu intensitas, frekuensi,

durasi, lokasi.

c. Pantau tanda-tanda vital:

Adanya hipertensi / hipotensi

Frekuensi dan irama jantung

Pola dan irama dari pernapasan.

56

Page 57: LP ISK

d. Ajarkan teknik relaksasi kepada pasien.

e. Berikan obat analgetika.

Misal : ceftriaxone dan cataflam.

2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.

Tindakan yang sudah dilakukan

a. Kaji Observasi suhu sesering mungkin.

b. Observasi warna dan suhu kulit.

c. Observasi tekanan darah nadi dan respirasi.

d. Berikan cairan intravena.

e. Kolaborasi dalam pemberian pamol.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat.

Tindakan yang sudah dilakukan

a. Observasi status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi

adekuat).

b. Observasi TTV .

c. Berikan cairan oral.

d. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.

e. Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena.

E. Evaluasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen inflamasi, mulai teratasi karena

pasien mengatakan nyeri pada area supra pubik mulai berkurang.

2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit, belum teratasi karena klien

mengataan badan masih demam dan pusing. Suhu tubuh pasien 380C.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake tidak

adekuat,mulai teratasi karena Balance Cairan pasien +150cc namun

membrane mukosa pasien masih kering.

57

Page 58: LP ISK

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen inflamasi, mulai teratasi karena

pasien mengatakan nyeri pada area supra pubik mulai berkurang.

2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit, belum teratasi karena klien

mengataan badan masih demam dan pusing. Suhu tubuh pasien 380C.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake tidak

adekuat,mulai teratasi karena Balance Cairan pasien +150cc namun

membrane mukosa pasien masih kering.

4. Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam dua diagnosa

memperoleh hasil masalah teratasi sebagian dan masih ada diagnosa

yang belum teratasi.

B. Saran

1. STIKES BETHESDA

Melanjutkan kegiatan dan pertahankan kualitas pengajaran pada

mahasiswa.

2. Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

Pertahankan kwalitas pelayanan perawatan kepada pasien.

58