Lp Invaginasi

35
1 DEFINISI Invaginasi disebut juga intususepsi (intussusception) secara terminology berasal dari bahasa latin “infus” yang artinya dalam atau masuk dan “suscipere” yang artinya menerima. Invaginasiadalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan obstruksi/ strangulasi. Umumnya bagian yang peroksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal (intususepien) (Pillitteri, 2007). INSIDENSI Insidens penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Invaginasi pada anak dan bayi jarang terjadi tetapi merupakan persoalan yang serius karena merupakan persoalan yang serius karena merupakan penyebab terbanyak obstruksi usus pada anak-anak. Kelainan ini umumnya ditemukan pada bayi usia antara 3-12 bulan dengan rata-raa kejadian pada usia 7-8 bulan. dua pertiga pada usia kurang dari 1 tahun, jarang terjadi pada usia kurang dari 3 bulan dan usia lebih dari 36 bulan. Estimasi insiden adalah 1-4 : 1000 kelahiran hidup, dengan laki-laki disbanding perempuan rasionya 3:1. Insidens pada bulan Maret–Juni meninggi dan pada bulan September – Oktober juga meninggi. Hal tersebut mungkin berhubungan dengan musim kemarau dan musim penghujan dimana pada musim – musim tersebut insidens infeksi saluran nafas dan gastroenteritis meninggi. Sehingga banyak ahli yang

Transcript of Lp Invaginasi

Page 1: Lp Invaginasi

1

DEFINISI

Invaginasi disebut juga intususepsi (intussusception) secara terminology berasal

dari bahasa latin “infus” yang artinya dalam atau masuk dan “suscipere” yang

artinya menerima. Invaginasiadalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk

ke dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan obstruksi/ strangulasi.

Umumnya bagian yang peroksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal

(intususepien) (Pillitteri, 2007).

INSIDENSI

Insidens penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Invaginasi pada anak dan bayi

jarang terjadi tetapi merupakan persoalan yang serius karena merupakan

persoalan yang serius karena merupakan penyebab terbanyak obstruksi usus

pada anak-anak.

Kelainan ini umumnya ditemukan pada bayi usia antara 3-12 bulan dengan rata-

raa kejadian pada usia 7-8 bulan. dua pertiga pada usia kurang dari 1 tahun,

jarang terjadi pada usia kurang dari 3 bulan dan usia lebih dari 36 bulan. Estimasi

insiden adalah 1-4 : 1000 kelahiran hidup, dengan laki-laki disbanding

perempuan rasionya 3:1.

Insidens pada bulan Maret–Juni meninggi dan pada bulan September – Oktober

juga meninggi. Hal tersebut mungkin berhubungan dengan musim kemarau dan

musim penghujan dimana pada musim – musim tersebut insidens infeksi saluran

nafas dan gastroenteritis meninggi. Sehingga banyak ahli yang menganggap

bahwa hypermotilitas usus merupakan salah satu faktor penyebab (White et all,

2011).

ETIOLOGI

Terbagi dua :

1. Idiophatic

Menurut kepustakaan 90–95 % invaginasi pada anak dibawah umur satu

tahun tidak dijumpai penyebab yang spesifik sehingga digolongkan sebagai

“infatile idiphatic intussusceptions”.

Pada waktu operasi hanya ditemukan penebalan dari dinding ileum terminal

berupa hyperplasia jaringan folikel submukosa yang diduga sebagai akibat

Page 2: Lp Invaginasi

2

infeksi virus. Penebalan ini merupakan titik awal (lead point) terjadinya

invaginasi.

Sedangkan teori etiologi yang lain kemungkinan karena adanya kekuatan

yang imbalance di sepanjang dinding usus. Bisa karena adanya massa

sebagai lead point atau sesuatu yang menyebabkan pola peristaltic usus

menjadi kacau, misalnya ileus

2. Kausal

Pada penderita invaginasi yang lebih besar (lebih dua tahun) adanya

kelainan usus sebagai penyebab invaginasi seperti : inverted Meckel’s

diverticulum, polip usus, leiomioma, leiosarkoma, hemangioma, blue rubber

blep nevi, lymphoma, duplikasi usus.

Gross mendapatkan titik awal invaginasi berupa: divertikulum Meckel, polip,

duplikasi usus dan lymphoma pada 42 kasus dari 702 kasus invaginasi anak.

Ein’s dan Raffensperger, pada pengamatannya mendapatkan “Specific

leading points” berupa eosinophilik, granuloma dari ileum, papillary

lymphoid hyperplasia dari ileum hemangioma dan perdarahan submukosa

karena hemophilia atau Henoch’s purpura. Lymphosarcoma sering dijumpai

sebagai penyebab invaginasi pada anak yang berusia diatas enam tahun.

Invaginasi dapat juga terjadi setelah laparotomi, yang biasanya timbul

setelah dua minggu pasca bedah, hal ini terjadi akibat gangguan peristaltik

usus, disebabkan manipulasi usus yang kasar dan lama, diseksi

retroperitoneal yang luas dan hipoksia lokal.

FAKTOR – FAKTOR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN TERJADINYA

INVAGINASI

sebagai faktor predisposisi ditengarai sebagai berikut:

- penyakit respiratorius bagian atas, bbiasanya karena virus yang

menyebabkan komponen limfatik pada dinding intestinal (Peyer’s patches)

membesar secara signifikan. pembesaran ini menyebabkan penebalan pada

dinding usus dimana memperbesar terjadinya invaginasi

- diare, dimungkinkan karena kekuatan perisaltik yang tidak sama besarnya

pada segmen usus sehingga memicu terjadinya invaginasi

- Penyakit ini sering terjadi pada umur 3–12 bulan, di mana pada saat itu

terjadi perubahan diet makanan dari cair ke padat, perubahan pemberian

Page 3: Lp Invaginasi

3

makanan ini dicurigai sebagai penyebab terjadi invaginasi. Invaginasi kadang

– kadang terjadi setelah/ selama enteritis akut, sehingga dicurigai akibat

peningkatan peristaltik usus. Gastroenteritis akut yang dijumpai pada bayi,

ternyata kuman rota virus adalah agen penyebabnya, pengamatan 30 kasus

invaginasi bayi ditemukan virus ini dalam fesesnya sebanyak 37 %. namun

jenis vaksin rotavirus yang berkaitan dengan terjadinya invaginasi ini

sekarang toidak dipakai lagi. Pada beberapa penelitian terakhir ini didapati

peninggian insidens adenovirus dalam feses penderita invaginasi.

- kistik fibrosis, adanya penumpukan material yang melekat pada bagian dalam

usus halus, menyebabkan juga terjadinya invaginasi

- diduga tindakan masyarakat tradisional berupa pijat perut 

Page 4: Lp Invaginasi

4

JENIS INVAGINASI

Jenis invaginasi dapat dibagi menurut lokasinya pada bagian usus mana yang

terlibat,

1. pada ileum dikenal sebagai jenis ileo ileal dimana usus halus masuk ke

bagian usus halus sendiri. kejadiannya 15%.

2. Pada kolon dikenal dengan jenis colo colica dimana usus besar masuk ke

bagian usus besar sendiri dan sekitar ileo caecal disebut ileocaecal dimana

usus halus masuk ke kolon, jenis – jenis yang disebutkan di atas dikenal

dengan invaginasi tunggal dimana dindingnya terdiri dari tiga lapisan.

kejadian colocolica 10%, sedangkan ileocaecal 75%.

3. Jika dijumpai dindingnya terdiri dari lima lapisan, hal ini sering pada keadaan

yang lebih lanjut disebut jenis invaginasi ganda, sebagai contoh adalah jenis

– jenis ileo – ileo colica atau colo colica.

PATOFISIOLOGI

Berbagai variasi etiologi yang mengakibatkan terjadinya intususepsi pada

dewasa pada intinya adalah  gangguan motilitas usus terdiri dari dua komponen

yaitu satu bagian usus yang bergerak bebas  dan satu bagian usus lainya yang

terfiksir/atau kurang bebas dibandingkan bagian lainnya, karena arah peristaltik

adalah dari oral keanal sehingga bagian yang masuk kelumen usus adalah yang

Page 5: Lp Invaginasi

5

arah oral atau proksimal, keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik usus,

pada keadaan khusus dapat terjadi sebaliknya yang disebut retrograd

intususepsi pada pasien pasca gastrojejunostomi . Akibat adanya segmen usus

yang masuk kesegmen usus lainnya akan menyebabkan dinding usus yang

terjepit sehingga akan mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir

adalah akan menyebabkan nekrosis dinding usus

Perubahan patologik yang diakibatkan intususepsi terutama mengenai

intususeptum. Intususepien biasanya tidak mengalami kerusakan. Perubahan

pada intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian ini oleh karena kontraksi

dari intususepien, dan juga karena terganggunya aliran darah sebagai akibat

penekanan dan tertariknya mesenterium. Edema dan pembengkakan dapat

terjadi. Pembengkakan dapt sedemikian besarnya sehingga menghambat

reduksi. Adanya bendungan menimbulkan perembesan (ozing) lendir dan darah

ke dalam lumen. Ulserasi pada dindidng usus dapat terjadi. Sebagai akibat

strangulasi tidak jarang terjadi gangren. Gangren dapat berakibat lepasnya

bagian yang mengalami prolaps. Pembengkakan ddari intisuseptum umumnya

menutup lumen usus. Akan tetapi tidak jarang pula lumen tetap patent, sehingga

obstruksi komplit kadang-kadang tidak terjadi pada intususepsi (Tumen 1964).

Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus (obstruksi) baik partiil

maupun total dan strangulasi (Boyd, 1956). Hiperperistaltik usus bagian

proksimal yang lebih mobil menyebabkan usus tersebut masuk ke lumen usus

distal. Usus bagian distal yang menerima (intussucipient) ini kemudian

berkontraksi, terjadi edema. Akibatnya terjadi perlekatan yang tidak dapat

kembali normal sehingga terjadi invaginasi

Intestinal obstruksi terdapat dua bentuk yaitu : mekanik obstruksi dan neurogenik

obstruksi paralitik (Meingot’s 90 ; Bailey 90).

Menurut etiologinya ada 3 keadaan :

1. sebab didalam lumen usus

2. sebab pada dinding usus

3. sebab diluar dinding usus (Meingot’s 90)

Menurut tinggi rendahnya dibagi : obstruksi usus halus letak tinggi , obstruksi

usus halus letak rendah dan obstruksi usus besar.

Berdasarkan waktunya dibagi :

1. Acuta intestinal obstruksi

Page 6: Lp Invaginasi

6

2. Cronik intestinal obstruksi

3. Acut super exposed on cronik

Sekitar 85 % dari obstruksi mekanik usus terjadi di usus halus dan 15 % terjadi di

usus besar (Schrock, 82).

Aethiologi obstruksi usus halus menurut Schrock 88 adalah :

1. Adhesion

2. Hernia

3. Neoplasma

4. Intussusception

5. volvulus

6. benda asing

7. batu empedu

8. imflamasi

9. strictura

10. cystic fibrosis

11. hematoma

GAMBARAN KLINIS

Secara klasik perjalanan suatu invaginasi memperlihatkan gambaran sebagai

berikut :

1. Anak atau bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang

baik, tiba–tiba menangis kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas,

penderita tampak seperti kejang dan pucat menahan sakit, serangan nyeri

perut tiap 15-30 menit, lamanya sekitar 1-2 menit, dan selanjutnya interval

serangan menjadi lebih sering. Diluar serangan, anak/ bayi kelihatan seperti

normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi proses invaginasi.

2. Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu diikuti dengan muntah berisi

cairan dan makanan yang ada di lambung. Muntah terjadi 3 jam setelah

terjadi nyeri perut, mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada dalm

lambung, kemudian berisi empedu atau bilions vomiting. Sesudah beberapa

kali serangan dan setiap kalinya memerlukan tenaga, maka di luar serangan

si penderita terlihat lelah dan lesu dan tertidur sampai datang serangan

kembali.

Page 7: Lp Invaginasi

7

3. Proses invaginasi pada mulanya belum terjadi gangguan pasase isi usus

secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses biasa, kemudian feses

bercampur darah segar dan lender (red currant jelly stool). Hal ini terjadi

karena adanya iskemia mukosa usus di daerah invaginasi. Red currant jelly

stool terdiri dari pengelupasan mukosa, darah, dan mucus jaringan usus

Kemudian defekasi hanya berupa darah segar bercampur lendir tanpa feses.

4. Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang,

dengan demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat invaginasi

sebagai suatu massa tumor berbentuk bujur di dalam perut di bagian kanan

atas, kanan bawah, atas tengah atau kiri bawah.

Tumor lebih mudah teraba pada waktu terdapat peristaltik, sedangkan pada

perut bagian kanan bawah teraba kosong yang disebut “dance’s sign” ini

akibat caecum dan kolon naik ke atas, ikut proses invaginasi.

5. bising usus terdengar meninggi selama serangan kolik, menjadi normal

kembali di luar serangan.

6. Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit mengakibatkan

gangguan venous return sehingga terjadi kongesti, oedem, hiperfungsi

goblet sel serta laserasi mukosa usus, ini memperlihatkan gejala berak

darah dan lendir, tanda ini baru dijumpai sesudah 6–8 jam serangan sakit

yang pertama kali, kadang–kadang sesudah 12 jam. Berak darah lendir

ini bervariasi jumlahnya dari kasus ke kasus, ada juga yang dijumpai hanya

pada saat melakukan colok dubur.

7. Sesudah 18 – 24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang tadinya

tersumbat partial berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem yang

semakin bertambah, sehingga pasien dijumpai dengan tanda – tanda

obstruksi, seperti perut kembung dengan gambaran peristaltik usus yang

jelas, muntah warna hijau dan dehidrasi.

8. Oleh karena perut kembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi dan

defekasi hanya berupa darah dan lendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus

akan dijumpai muntah feses, dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan

terganggunya aliran pembuluh darah arteri, pada segmen yang terlibat

menyebabkan nekrosis usus, ganggren, perforasi, peritonitis umum, shock

dan kematian.

Page 8: Lp Invaginasi

8

9. Pemeriksaan colok dubur didapati:

Tonus sphincter melemah, mungkin invaginat dapat diraba berupa massa

seperti pseudo-portio bila invaginasi sudah mencapai region sigmoid.

Bila jari ditarik, keluar darah bercampur lender

Intussusceptum yang keluar dari rectum jarang ditemukan, keadaan tersebut

harus dibedakan dari prolapsus rectum. Pada invaginasi didapatkan

intussusceptum bebas dari dinding anus sedangkan pada prolapses

berhubungan cesara sirkuler dengan dinding anus. Pada inspeksi sukar

sekali membedakan prolapses rectum dari invaginasi. Diagnosis dapat

ditegakkan dengan pemeriksaan jari sekitar penonjolan untuk menentukan

ada tidaknya celah terbuka.

Perlu perhatian bahwa untuk penderita malnutrisi gejala – gejala invaginasi tidak

khas, tanda–tanda obstruksi usus berhari–hari baru timbul, pada penderita ini

tidak jelas tanda adanya sakit berat, defekasi tidak ada darah, invaginasi dapat

mengalami prolaps melewati anus, hal ini mungkin disebabkan pada pasien

malnutrisi tonus yang melemah, sehingga obstruksi tidak cepat timbul.

Suatu keadaan disebut dengan invaginasi atipikal, bila kasus itu gagal dibuat

diagnosa yang tepat oleh seorang ahli bedah, meskipun keadaan ini kebanyakan

Page 9: Lp Invaginasi

9

terjadi karena ketidaktahuan dokter dibandingkan dengan gejala tidak lazim

pada penderita.

DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosa invaginasi didasarkan pada anamnesis,

pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologi.

Gejala klinis yang menonjol dari invaginasi adalah suatu trias gejala yang terdiri

dari :

1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba – tiba, nyeri bersifat serang –

serangan., nyeri menghilang selama 10 – 20 menit, kemudian timbul lagi

serangan baru.

2. Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan

bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas.

3. Buang air besar campur darah dan lendir

Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba adanya

tumor, oleh karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada

gejala trias invaginasi. Mengingat invaginasi sering terjadi pada anak berumur

di bawah satu tahun, sedangkan penyakit disentri umumnya terjadi pada anak–

anak yang mulai berjalan dan mulai bermain sendiri maka apabila ada pasien

datang berumur di bawah satu tahun, sakit perut yang bersifat kolik sehingga

anak menjadi rewel sepanjang hari / malam, ada muntah, buang air besar

campur darah dan lendir maka pikirkanlah kemungkinan invaginasi.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah leukosit

(leukositosis > 10.000/mm3).

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

1. Photo polos abdomen dibuat dalam 2 arah, posisi supine dan lateral

decubitus kiri (posisi penderita yang dibandingkan dengan bagian kiri di atas

meja dan sinar dar arah mendatar). Posisi ini digunakan untuk mengetahui

invaginasi dan mendeteksi perforasi. Hasilnya didapatkan distribusi udara

didalam usus tidak merata, usus terdesak ke kiri atas, bila telah lanjut terlihat

Page 10: Lp Invaginasi

10

tanda – tanda obstruksi usus dengan gambaran “air fluid level”. Dapat terlihat

“ free air “ bila terjadi perforasi.

2. pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran yang jelas adanya invaginasi.

Invaginasi pada usus biasanya terdapat pada region sub hepatic. gambaran

USG pada invaginasi akan didapt bentukan target sign atau doughnut sign,

yang terdiri dari hypoechoic outer ring dan hyperechoic center. Hypoechoic

doughnut adalah bagian yang udem, apex dari intussusceptum, membentuk

gambaran bulan sabit pada doughnut sign sedangkan hyperechoic center

terdiri dari mesenterium.

3. pemeriksaan roentgen dengan pemberian barium enema yang diikuti oleh X

ray : dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan

bila gejala–gejala klinik meragukan, pada barium enema akan tampak

gambaran cupping, coiled spring appearance. pemberian barium enema

dilakukan jika keadaan umum pasien memungkinkan serta tidak didapatkan

tanda-tanda perforasi dan peritonitis.

Page 11: Lp Invaginasi

11

Page 12: Lp Invaginasi

12

DIAGNOSA BANDING

Gastroenteritis, bila diikuti dengan invaginasi dapat ditandai jika dijumpai

perubahan rasa sakit, muntah dan perdarahan.

Divertikulum Meckel, dengan perdarahan, biasanya tidak ada rasa nyeri.

Page 13: Lp Invaginasi

13

Disentri amoeba, disini diare mengandung lendir dan darah, serta adanya

obstipasi, bila disentri berat disertai adanya nyeri di perut, tenesmus dan

demam.

Enterokolitis, tidak dijumpai adanya nyeri di perut yang hebat.

Prolapsus recti atau Rectal prolaps, dimana biasanya terjadi berulang kali

dan pada colok dubur didapati hubungan antara mukosa dengan kulit

perianal, sedangkan pada invaginasi didapati adanya celah.

KOMPLIKASI

Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan (70%

dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan

aliran air dan natrium dari lumen ke darah. Karena 8 liter cairan diekskresikan ke

dalam saluran cerna setiap hari, dan tidak adanya absorbsi dapat mengakibatkan

penimbunan intralumen yang cepat. muntah serta defekasi disertai darah dan

lender merupakan sumber utama kehilangan cairan dan elektrolite.Pengaruh

atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan eksttrasel yang

mengakibatkan syok hipotensi, syok hipovolemik, pengurangan curah jantung,

penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolic.

PENATALAKSANAAN

Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan

diberikan, jika pertolongan sudah diberikan kurang dari 24 jam dari serangan

pertama maka akan memberikan prognosis yang lebih baik.

Penatalaksanaan yang utama pada penderita invaginasi adalah rehidrasi,

ditambah dengan pemberian per oral untuk sementara dihentikan maka mutlak

penderita diberi cairan secara intravena. Pemberian cairan intravena bias

berupa normal salain dan natrium laktat atau natrium asetat dengan

perbandingan 4:1, ditambahkan dengan elektrolit seperti kalium, magnesium,

dan zinc (50-100 mg/ hari), juga diberikan vitamin B12 karena adanya gangguan

absorbs vitamin B12 akibat obstruksi pada ileum. Yang harus diperhatikan

adalah jumlah urin agar tidak terjadi overload cairan.

Penatalaksanaan penanganan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak

dahulu mencakup dua tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik :

Page 14: Lp Invaginasi

14

1. Reduksi secara nonoperatif

Dengan menggunakan barium enema atau udara atau NaCl yang

dimasukkan melalui rektal kemudian diikuti oleh X-Ray. Mula-mula tampak

bayangan barium bergerak berbentuk cupping pada tempat invaginasi.

Dengan tekanan hidrostatik sebesar 1 meter air, barium didorong kea rah

proksimal. Tidak boleh dilakukan pengurutan atau penekanan perut sewaktu

dilakukan reposisi hidrostatatik ini. Pengobatan dianggap berhasil jika barium

sudah mencapai ileum terminalis. Pada saat itu pasase usus kembali normal.

Seirin dengan pemeriksaan zat kontras kembali trlihat coiled spring

appearance. Gambaran tersebut disebabkan sisa-sisa barium pada haustra

sepanjang bekas tempat invaginasi.

Telah disebutkan pada bab terdahulu bahwa barium enema berfungsi dalam

diagnostik dan terapi. Barium enema dapat diberikan bila tidak dijumpai

kontra indikasi seperti :

Adanya tanda obstruksi usus yang jelas baik secara klinis maupun pada

foto abdomen

Dijumpai tanda – tanda peritonitis

Gejala invaginasi sudah lewat dari 24 jam

Dijumpai tanda – tanda dehidrasi berat.

Usia penderita diatas 2 tahun

Hasil reduksi ini akan memuaskan jika dalam keadaan tenang tidak

menangis atau gelisah karena kesakitan oleh karena itu pemberian sedatif

sangat membantu.

Kateter yang telah diolesi pelicin dimasukkan ke rektum dan difiksasi

dengan plester, melalui kateter bubur barium dialirkan dari kontainer yang

terletak 3 kaki di atas meja penderita dan aliran bubur barium dideteksi

dengan alat floroskopi sampai meniskus intussusepsi dapat diidentifikasi

dan dibuat foto. Meniskus sering dijumpai pada kolon transversum

dan bagian proksimal kolon descendens.

Bila kolom bubur barium bergerak maju menandai proses reduksi sedang

berlanjut, tetapi bila kolom bubur barium berhenti dapat diulangi 2 – 3 kali

dengan jarak waktu 3 – 5 menit. Reduksi dinyatakan gagal bila tekanan

barium dipertahankan selama 10 – 15 menit tetapi tidak dijumpai

Page 15: Lp Invaginasi

15

kemajuan. Antara percobaan reduksi pertama, kedua dan ketiga, bubur

barium dievakuasi terlebih dahulu.

Reduksi barium enema dinyatakan berhasil apabila :

Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai

massa feses dan udara.

Pada floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian

usus halus, jadi

adanya refluks ke dalam ileum.

Hilangnya massa tumor di abdomen.

Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta

norit test positif.

Penderita perlu dirawat inap selama 2–3 hari karena sering dijumpai

kekambuhan selama 36 jam pertama.

Keberhasilan tindakan ini tergantung kepada beberapa hal antara lain, waktu

sejak timbulnya gejala pertama, penyebab invaginasi, jenis invaginasi dan

teknis pelaksanaannya,

Page 16: Lp Invaginasi

16

2. Reduksi dengan operasi

Kadang-kadang reposisi barium tidak berhasil, misalnya pada umur kurang

dari 3 bulan dan invaginasi ileo-ileal. Bayangan kontras dalam bentuk

cupping tidak mencapai ileum terminalis sehingga memerlukan operasi.

Reposisi langsung dengan operasi tanpa dilakukan dengan reposisi barium

terlebih dahulu jika telah terjadi perforasi, peritonitis, dan tanda-tanda

obstruksi. Keadaan ini biasanya berlangsung selama 48 jam. Demikian pula

pada kasus-kasus relaps. Kejadian invaginasi berulang setelah reposisi

barium sekitar 11% dan 3% pada operasi tanpa resesksi usus. Biasanya

reseksi dilakukan jika aliran darah tidak pulih kembali setelah dihangatkan

dengan larutan fisiologik. Jika terjadi invaginasi ulang maka langsung

dilakukan reposisi secara operatif.

a. Memperbaiki keadaan umum

Tindakan ini sangat menentukan prognosis, janganlah melakukan

tindakan operasi sebelum terlebih dahulu keadaan umum pasien

diperbaiki. Pasien baru boleh dioperasi apabila sudah yakin bahwa

perfusi jaringan telah baik, hal ini di tandai apabila produksi urine

sekitar 0,5–1 cc/kg BB/jam. Nadi kurang dari 120x/menit, pernafasan

tidak melebihi 40x/menit, akral yang tadinya dingin dan lembab telah

berubah menjadi hangat dan kering, turgor kulit mulai membaik dan

temperature badan tidak lebih dari 38ºC.

Page 17: Lp Invaginasi

17

Biasanya perfusi jaringan akan baik apabila setengah dari perhitungan

dehidrasi telah masuk, sisanya dapat diberikan sambil operasi berjalan

dan pasca bedah.

Yang dilakukan dalam usaha memperbaiki keadaan umum adalah :

a) Pemberian cairan dan elektrolit untuk rehidrasi (resusitasi).

b) Tindakan dekompresi abdomen dengan pemasangan sonde lambung.

c) Pemberian antibiotika dan sedatif.

Suatu kesalahan besar apabila buru – buru melakukan operasi karena

takut usus menjadi nekrosis padahal perfusi jaringan masih buruk.

Harus diingat bahwa obat anestesi dan stress operasi akan memperberat

keadaan umum penderita serta perfusi jaringan yang belum baik akan

menyebabkan bertumpuknya hasil metabolik di jaringan yang seharusnya

dibuang lewat ginjal dan pernafasan, begitu pula perfusi jaringan yang

belum baik akan mengakibatkan oksigenasi jaringan akan buruk pula. Bila

dipaksakan kelainan – kelainan itu akan irreversible.

b. Tindakan untuk mereposisi usus

Tindakan selama operasi tergantung kepada penemuan keadaan usus,

reposisi manual dengan cara “milking” dilakukan dengan halus dan

sabar, juga bergantung pada keterampilan dan pengalaman operator.

Insisi operasi untuk tindakan ini dilakukan secara transversal (melintang),

pada anak–anak dibawah umur 2 tahun dianjurkan insisi transversal

supraumbilikal oleh karena letaknya relatif lebih tinggi.

Ada juga yang menganjurkan insisi transversal infraumbilikal dengan

alasan lebih mudah untuk eksplorasi malrotasi usus, mereduksi invaginasi

dan tindakan apendektomi bila dibutuhkan.

Tidak ada batasan yang tegas kapan kita harus berhenti mencoba

reposisi manual itu.

Reseksi usus dilakukan apabila : pada kasus yang tidak berhasil direduksi

dengan cara manual, bila viabilitas usus diragukan atau ditemukan

kelainan patologis sebagai penyebab invaginasi.

Setelah usus direseksi dilakukan anastomosis ”end to end”, apabila hal ini

memungkinkan, bila tidak mungkin maka dilakukan “exteriorisasi” atau

enterostomi.

Page 18: Lp Invaginasi

18

Pre Operative:

Sebelum dilakukan tindakan reduksi, maka terhadap penderita : dipuasakan,

resusitasi cairan, dekompressi dengan pemasangan pipa lambung. Pada

kasus dehidrasi berat bias diberikan cairan 20 cc/kg, cairan yang dipakai bias

langsung dengan menggunakan koloid diberikan melalui syringe. Jika akses

secara vena sulit bias dilakukan itraosseus. Pembedahan bisa ditunda,

selama masih dilakukan dekompresi abdomen, rehidrasi, dan koreksi

elektrolit. Tetapi harus diingat bahwa asidosis metabolic yang mungkin terjadi

tidak akan bias dikoreksi sampai segmen usus yang nekrosis direseksi

terlebih dahulu.

Bila sudah dijumpai tanda gangguan pasase usus dan hasil pemeriksaan

laboratorium dijumpai peninggian dari jumlah leukosit maka saat ini

antibiotika berspektrum luas dapat diberikan. Narkotik seperti Demerol dapat

diberikan (1mg/kg BB) untuk menghilangkan rasa sakit.

Tehnik Operasi

Invaginasi bila mungkin di reduksi intraabdominal dengan

melakukan milking mulai dari usus distal sampai ke usus bagian

proksimal.

Milking dilakukan secara perlahan terutama pada bagian proksimal usus

yang invaginasi.

Bila reposisi berhasil, lakukan pemeriksaan viabilitas usus yang

mengalami invaginasi, perubahan warna dan edema usus yang

mengalami invaginasi pada mulanya dapat tidak tampak, basahi usus

tersebut dengan   NaCl 0,9 % hangat sehingga gambaran usus lebih

jelas.

Bila usus tampak nekrotik, biarkan sejenak dan lakukan penilaian ulang

untuk menghindari dilakukannya reseksi usus yang mungkin tidak perlu

dilakukan.  Hal ini dapat terjadi pada < 5% kasus. Faktor etiologi seperti

divertikel Meckel atau polip intestinal dapat terjadi pada 3-4% kasus

invaginasi pada anak.

Bila invaginasi tidak dapat di reduksi secara sempurna, segmen yang

tidak dapat di reduksi dapat di reseksi dan dilakukan end-to-end

anastomosis.

Reseksi juga dilakukan pada usus yang nekrosis.

Page 19: Lp Invaginasi

19

Komplikasi Operasi

Invaginasi berulang

Ileus berkepanjangan

Post Operative:

Pada kasus tanpa reseksi Nasogastric tube berguna sebagai dekompresi

pada saluran cerna selama 1–2 hari dan penderita tetap dengan infus.

Setelah oedem dari intestine menghilang, pasase dan peristaltik akan

segera terdengar. Kembalinya fungsi intestine ditandai dengan

menghilangnya cairan kehijauan dari nasogastric tube. Abdomen menjadi

lunak, tidak distensi. Dapat juga didapati peningkatan suhu tubuh pasca

operasi yang akan turun secara perlahan. Antibiotika dapat diberikan satu kali

pemberian pada kasus dengan reduksi. Pada kasus dengan reseksi

perawatan menjadi lebih lama.

Page 20: Lp Invaginasi

20

ASUHAN KEPERAWATAN UMUM PADA INVAGINASI (White et all, 2011; Doengoes et all, 2010; Luxner, 2005; Pillitteri, 2007)

1. Pengkajian

a. Pengkajian fisik secara umum

b. Riwayat kesehatan

c. Observasi pola feses dan tingkah laku sebelum dan sesudah operasi

d. Observasi tingkah laku anak/bayi

e. Observasi manifestasi terjadi intususepsi:

1) Nyeri abdomen paroksismal

2) Anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada

3) Anak kelihatan normal dan nyaman selama interval diantara

episode nyeri

4) Muntah

5) Letargi

6) Feses seperti jeli kismis mengandung darah dan mucus, tes

hemocculi positif.

7) Feses tidak ada meningkat

8) Distensi abdomen dan nyeri tekan

9) Massa terpalpasi yang seperti sosis di abdomen

10)Anus yang terlihat tidak biasa, dapat tampak seperti prolaps rectal.

11)Dehidrasi dan demam sampai kenaikan 410C

12)Keadaan seperti syok dengan nadi cepat, pucat dan keringat

banyak

f. Observasi manifestasi intususepsi yang kronis

1) Diare

2) Anoreksia

3) Kehilangan berat badan

4) Kadang – kadang muntah

5) Nyeri yang periodic

6) Nyeri tanpa gejala lain

g. Kaji dengan prosedur diagnostik dan tes seperti pemeriksaan foto

polos abdomen, barium enema dan ultrasonogram

Page 21: Lp Invaginasi

21

2. Masalah Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri invaginasi usus.

2) Defisiensi volume cairan berhubungan dengan muntah, perdarahan

dan akumulasi cairan dan elektrolit dalam lumen.

3) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, lingkungan

yang asing.

4) Inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi, demam.

5) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri insisi pembedahan.

3. Perencanaan

a. Preoperasi

Diagnosa keperawatan : nyeri akut berhubungan dengan agen injuri

fisik invaginasi usus.

Tujuan: berkurangnya nyeri sesuai dengan toleransi yang dirasakan

anak.

Kriteria Hasil : anak menunjukkan tanda – tanda tidak ada nyeri atau

ketidaknyamanan yang minimum.

Intervensi :

1) Observasi perilaku anak sebagai indikator nyeri, dapat peka

rangsang dan sangat sensitif untuk perawatan atau letargi atau

tidak responsive.

2) Perlakuan anak dengan sangat lembut.

3) Jelaskan penyebab nyeri dan yakinkan orangtua tentang tujuan tes

diagnostik dan pengobatan.

4) Yakinkan anak bahwa analgesik yang diberikan akan mengurangi

rasa nyeri yang dirasakan.

5) Jelaskan tentang intususepsi dan reduksi hidrostatik usus yang

dapat mengurangi intususepsi.

6) Jelaskan resiko terjadinya nyeri yang berulang.

7) Kolaborasi: berikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.

Page 22: Lp Invaginasi

22

Diagnosa keperawatan: Defisiensi volume cairan berhubungan

dengan muntah, perdarahan dan

akumulasi cairan dan elektrolit dalam

lumen.

Tujuan: volume sirkulasi (keseimbangan cairan dan elektrolit) dapat

dipertahankan.

Kriteria Hasil: tanda – tanda syok hipovolemik tidak terjadi.

Intervensi:

1) Pantau tanda vital, catat adanya hipotensi, takikardi, takipnea,

demam.

2) Pantau masukan dan haluaran.

3) Perhatikan adanya mendengkur atau pernafasan cepat dan

dangkal jika berada pada keadaan syok.

4) Pantau frekuensi nadi dengan cernat dan ketahui rentang nadi

yang tepat untuk usia anak.

5) Laporkan adanya takikardi yang mengindikasikan syok.

6) Kurangi suhu karena demam meningkatkan metabolisme dan

membuat oksigenasi selama anestesi menjadi lebih sulit.

7) Kolaborasi:

a) Lakukan pemeriksaan laboratorium: Hb/Ht, elektrolit, protein,

albumin, BUN, kreatinin.

b) Berikan plasma/darah, cairan, elektrolit, diuretic sesuai indikasi

untuk memelihara volume darah sirkulasi.

Diagnosa keperawatan: ansietas berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan, lingkungan yang asing.

Tujuan: rasa cemas pada anak dapat berkurang

Kriteria hasil: anak dapat beristirahat dengan tenang dan melakukan

prosedur tanpa cemas.

Intervensi:

1) Beri pendidikan kesehatan sebelum dilakukan operasi untuk

mengurangi rasa cemas.

Page 23: Lp Invaginasi

23

2) Orientasikan klien dengan lingkungan yang masih asing.

3) Pertahankan ada orang yang selalu menemani klien untuk

meningkatkan rasa aman.

4) Jelaskan alasan dilakukan tindakan pembedahan.

5) Jelaskan semua prosedur pembedahan yang akan dilakukan.

b. Post operasi

Diagnosa keperawatan: nyeri akut berhubungan dengan agen injuri

insisi pembedahan.

Tujuan: berkurangnya rasa nyeri sesuai dengan toleransi pada anak.

Kriteria Hasil: anak menunjukkan tanda – tanda tidak ada nyeri atau

ketidaknyamanan yang minimum.

Intervensi:

1) Hindarkan palpasi area operasi jika tidak diperlukan.

2) Masukkan selang rektal jika diindikasikan, untuk membebaskan

udara.

3) Dorong untuk buang air untuk mencegah distensi vesika urinaria.

4) Berikan perawatan mulut untuk memberikan rasa nyaman.

5) Lubrikasi lubang hidung untuk mengurangi iritasi.

6) Berikan posisi yang nyaman pada anak jika tidak ada

kontraindikasi.

7) Kolaborasi:

a) Berikan analgesi untuk mengatasi rasa nyeri.

b) Berikan antiemetik sesuai pesanan untuk rasa mual dan

muntah.

Diagnosa keparawatan: inefektif termoregulasi berhubungan dengan

proses inflamasi, demam.

Tujuan: termoregulasi tubuh anak normal.

Kriteria Hasil: tidak ada tanda – tanda kenaikan suhu.

Intervensi:

Page 24: Lp Invaginasi

24

1) Gunakan tindakan pendinginan untuk mengurangi demam,

sebaiknya 1 jam setelah pemberian antipiretik.

a) Meningkatkan sirkulasi udara.

b) Mengurangi temperatur lingkungan.

c) Menggunakan pakaian yang ringan / tipis.

d) Paparkan kulit terhadap udara.

e) Gunakan kompres dingin pada kulit.

2) Cegah terjadi kedinginan, bila anak menggigil tambahkan pakaian.

3) Monitor temperatur.

4) Kolaborasi: berikan antipiretik sesuai dengan berat badan bayi.

5) Evaluasi

a) Nyeri pada abdomen dapat berkurang

b) Syok hipovolemik dapat teratasi dengan segera melakukan

koreksi terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit.

c) Obstrusi usus dapat teratasi untuk memperbaiki kelangsungan

dan fungsi usus kembali normal.

DAFTAR PUSTAKA

Chandrawati, Pertiwi Febriana. Invaginasi. http://fra-7m16-stor05.cloudzer.net/dl/0e1271a9-7885-4c0e-a1f2-e5e58d1f160e

Doengoes, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances., and Murr, Alice C. 2010. Nursing Diagnosis Manual: Planning, Individualizing, and Documenting Client Care 3rd ed. Philadelphia: F.A Davis.

http://nursingcrib.com/nursing-notes-reviewer/intussusception/

http://nursingfile.com/nursing-care-plan/nursing-interventions/nursing-interventions-for-intussusception.html

http://www.unboundmedicine.com/nursingcentral/ub/view/Diseases-and-Disorders/73639/all/intussusception

Luxner, Karla L. 2005. Delmar’s Pediatric Nursing Care Plans 3rd ed. New York: Thomson Delmar Learning.

Pillitteri, Adele. 2007. Maternal and Child Health Nursing: Care of the Childbearing and Childrearing Family. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Page 25: Lp Invaginasi

25

White, Lois., Duncan, Gena., Baumle, Wendy. 2011. Foundations of Maternal and Pediatric Nursing Third Edition. New York: Cengage Learning.