LP HT PSTW

33
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI KONSEP DASAR MEDIK A. Definisi Hipertensi adalah tekanan darah resisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. (Brunner and Suddarth, 2001). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada orang dewasa. Dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg. (Lewis, Medical Surgical Nursing, 2000). Klasifikasi Hipertensi (JNC VII) Tekanan darah TD Sistolik/mmhg TD Diastolik/mmHg Normal Pre hipertensi Hipertensi stage I Hipertensi stage II < 120 120-129 140-159 > 160 dan ata u ata u ata u < 80 80-89 90-99 > 100 B. Anatomi Fisiologi

description

lp hipertensi

Transcript of LP HT PSTW

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

KONSEP DASAR MEDIK

A. Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah resisten dimana tekanan sistoliknya di

atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. (Brunner and

Suddarth, 2001).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada orang dewasa.

Dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan

diastolik > 90 mmHg. (Lewis, Medical Surgical Nursing, 2000).

Klasifikasi Hipertensi (JNC VII)

Tekanan darah TD Sistolik/mmhg TD Diastolik/mmHg

Normal

Pre hipertensi

Hipertensi stage I

Hipertensi stage II

< 120

120-129

140-159

> 160

dan

atau

atau

atau

< 80

80-89

90-99

> 100

B. Anatomi Fisiologi

1. Jantung adalah organ berongga berotot, yang terletak di tengah toraks,

dan ia menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar

300 gram. Agar dapat berfungsi dengan baik, jantung dilindungi oleh

perikardium. Perikardium terdiri dari 2 lapisan; lapisan dalam disebut

perikardium viseralis dan lapisan luar disebut perikardium parietalis.

Kedua lapisan ini dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas yang berfungsi

mengurangi gesekan pada gerakan memompa dari jantung itu sendiri.

Lapisan jantung terdiri atas:

- Apikardium, yaitu lapisan terluar

- Miokardium, yaitu lapisan tengah merupakan lapisan otot

- Endokardium yaitu lapisan terdalam

Ruang jantung terdiri atas:

- Atrium kanan

Atrium kanan berdinding tipis berfungsi untuk penyimpanan darah,

dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik ke dalam

ventrikel kanan dan kemudian paru-paru. Darah masuk melalui vena

kavasuperior, inferior dan sinus koronarius. Yang memisahkan vena

kava dari atrium jantung hanyalah lapisan katub; karena itu

peningkatan tekanan atrium kanan akibat bendungan darah di bagian

kanan jantung akan dikembalikan akibat ke dalam sirkulasi sistemik.

- Ventrikel kanan

Pada kontraksi ventrikel, maka tiap ventrikel harus menghasilkan

kekuatan yang cukup besar untuk dapat memompakan darah yang

diterimanya dari atrium ke sirkulasi pulmonal ataupun sirkulasi

sistemik. Ventrikel kanan menghasilkan kontraksi bertekanan rendah,

yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteria pulmonaris.

Beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih ringan daripada ventrikel

kiri. Akibatnya tebal dinding ventrikel kanan hanya sepertiga dari

tebal dinding ventrikel kiri.

- Atrium kiri

Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru

melalui keempat vena pulmonalis. Antara vena pulmonalis dan atrium

kiri tidak ada katup sejati. Karena itu perubahan tekanan darah atrium

kiri mudah sekali membalik retrograde ke dalam pembuluh paru-paru.

Peningkatan tekanan atrium kiri yang akan menyebabkan bendungan

paru-paru. Darah mengalir dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri

melalui katup mitral.

- Ventrikel kiri

Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk

mengatasi tahanan sirkulasi sistematik, dan mempertahankan darah ke

jaringan perifer. Pada kontraksi, tekanan ventrikel kiri meningkatkan

sekitar 5 kali lebih tinggi dari pada tekanan ventrikel kanan. Ventrikel

kiri mempunyai otot-otot yang tebal dan sekat pembatas kedua

ventrikel juga memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh seluruh

ventrikel pada kontraksi.

Katub Jantung

Jantung mempunyai empat katup jantung yang berfungsi

mempertahankan aliran darah searah melalui bilik-bilik jantung.

- Katup Atrioventrikularis (Katub AV)

Katup ini memisahkan antara atrium dan ventrikel. Katup ini terdiri

atas 2 katup, yaitu katub trikuspidalis yang terletak antara atrium

kanan dan ventrikel kanan yang mempunyai tiga buah daun katub

mitralis memisahkan atrium dan ventrikel kiri yang mempunyai 2

buah daun katup.

- Katup semilunaris

Katup semilunaris. Terdiri dari katub aorta yang terletak antara

ventrikel kiri dan aorta, sedang katup pulmonalis terletak antara

ventrikel kanan dan arteria pulmonalis. Katup semilunaris mencegah

aliran kembali darah dari aorta atau arteria pulmonalis ke dalam

ventrikel sewaktu ventrikel istirahat.

2. Fungsi jantung:

a) Memompa darah ke jaringan

b) Mensuplai oksigen dan zat nutrisi lain

c) Mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme

3. Sistem peredaran darah dalam tubuh mempunyai 3 sirkulasi:

a) Sirkulasi sistemik

Mengalirkan darah yang mengandung oksigen dan ventrikel kiri ke

seluruh tubuh dengan tekanan yang besar, untuk memenuhi organ

tubuh yang berlainan. Pembuluh sistemik terdiri dari arteria, arteriola,

kapiler, venula, vena. Arteri mempunyai dinding yang elastis, kuat

dan sebagian otot polos, menerima darah langsung dari aorta dengan

tekanan tinggi. Arteriola mempunyai dinding yang elastis, kuat dan

sedikit serabut elastin. Dinding ini sangat peka dan berdilatasi atau

berkontraksi untuk mengatur aliran darah ke jantung kapiler. Dinding

pembuluh kapiler sangat tipis. Terdiri atas satu lapis sel endotel

melalui membran yang tipis dan semipermiabel inilah nutria dan

metabolik berdifusi dari daerah yang tinggi konsentrasinya menuju ke

daerah yang lebih rendah konsentratnya. Venula berfungsi sebagai

saluran pengumpul. Vena adalah saluran yang berdinding relatif tipis

dan berfungsi menyalurkan darah ke jaringan kapiler melalui sistem

vena, masuk ke atrium kanan. Aliran vena ke jantung ini hanya searah

karena ada katup-katup vena.

b) Sirkulasi pulmonal

Mengalirkan darah yang mengandung CO2 di dalam ventrikel kanan

ke paru-paru melalui arteri pulmonal. Mempunyai tekanan yang

rendah, oleh sebab itu beban kerja dan ventrikel kanan lebih ringan

dari ventrikel kiri.

c) Sirkulasi koroner

Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung, mempunyai O 2

dan nutrisi ke miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial

yang kecil-kecil. Jantung dipersarafi oleh koronaria kanan dan kiri.

d) Sistem jantung dan tekanan arteri

Katup AV akan terbuka dan darah mengalir dari atrium ke ventrikel

bertekanan rendah yang sedang mengalami relaksasi, sampai ventrikel

berkontraksi. Katup aorta dan pulmonalis tertutup, karena tekanan di

aorta dan arteri pulmonalis lebih besar daripada tekanan di dalam

ventrikel yang berelaksi. Hal ini memungkinkan darah berkumpul di

dalam ventrikel. Periode ini disebut diastole. Terdengarlah bunyi jantung

kedua sewaktu ventrikel berkontraksi, tekanan di dalam ventrikel menjadi

lebih besar daripada di atrium dan katup AV tertutup. Dalam waktu

singkat, tekanan di aorta dan arteri pulmonalis masih lebih tinggi

daripada tekanan di dalam ventrikel, sehingga katup aorta dan pulmonalis

tetap tertutup, seiring dengan peningkatan tekanan di dalam ventrikel,

katup aorta dan pulmonalis terbuka secara cepat dan darah mengalir

keluar ventrikel dengan kecepatan dan tekanan tinggi. Periode ini disebut

sistol. Terdengar bunyi jantung pertama. Pada akhir sistol, ventrikel

kembali relaksasi. Arteri pulmonalis dan aorta adalah pembuluh berotot

yang membesar saat aliran darah dari ventrikel datang. Keduanya

menahan darah sebelum mengalirkannya ke sistem vaskuler, tidak dalam

denyutan besar, tetapi dalam suatu arus yang tetap. Tekanan sistolik

adalah tekanan darah arteri yang dihasilkan selama kontraksi ventrikel.

Tekanan diastole adalah tekanan darah arteri yang dihasilkan sewaktu

ventrikel relaksasi.

Perubahan Sistem Kardiovaskuler pada Lanjut Usia

Menua (Aging) adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

untuk memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan

fungsi normalnya. Proses ini berlangsung terus-menerus sepanjang hidup

seseorang. Tidak seperti kondisi patologis, setiap manusia pasti akan mengalami

proses menua. Aging sudah terprogram dalam genetik masing-masing individual,

tapi faktor eksternal sangat berperan dalam memodifikasi proses ini, sehingga

proses menua-pun berlangsung dengan tingkat kecepatan yang berbeda pada tiap

orang. Hal inilah yang menjelaskan mengapa beberapa orang dapat tampak lebih

tua/muda dari usia kronologisnya. Status kondisi fisik dan aktivitas seseorang

dapat secara radikal mempengaruhi fungsi kardiovaskular saat dia tua. 

Menua secara fisiologis ditandai dengan semakin menghilangnya fungsi

dari banyak organ tubuh. Bersamaan dengan itu meningkat pula insiden penyakit

seperti coronary arterial disease (CAD), penyakit-penyakit serebrovaskular,

penyakit ginjal dan paru. Hal ini akan menyebabkan semakin cepatnya tubuh

kehilangan fungsi-fungsi organnya. 

Seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup dapat kita perkirakan juga

akan adanya peningkatan pada prevalensi-prevalensi penyakit yang terjadi pada

orang tua. Penyakit jantung pada orang tua merupakan masalah global yang

sampai saat ini masih menjadi salah satu prioritas utama. Hal ini dikarenakan

penyakit jantung adalah merupakan penyebab terbesar mortalitas, morbiditas dan

disabilitas pada orang tua.

Perubahan Fisiologis Jantung Akibat Penuaan

Proses menua akan menyebabkan perubahan pada sistem kardiovaskular.

Hal ini pada akhirnya juga akan menyebabkan perubahan pada fisiologi jantung.

Perubahan fisiologi jantung ini harus kita bedakan dari efek patologis yang

terjadi karena penyakit lain, seperti pada penyakit coronary arterial disease yang

juga sering terjadi dengan meningkatnya umur. 

Ada sebuah masalah besar dalam mengukur dampak menua terhadap

fisiologi jantung, yaitu mengenai masalah penyakit laten yang terdapat pada

lansia. Hal ini dapat dilihat dari prevalensi penyakit CAD pada hasil autopsi, di

mana ditemukan lebih dari 60% pasien meninggal yang berumur 60 tahun atau

lebih, mengalami 75% oklusi atau lebih besar, pada setidaknya satu arteri

koronaria. Sedangkan pada hasil pendataan lain tercatat hanya sekitar 20%

pasien berumur >80 tahun yang secara klinis mempunyai manifestasi CAD. Jelas

hal ini menggambarkan bahwa pada sebagian lansia, penyakit CAD adalah

asimptomatik.

Hal ini sangat menyulitkan bagi kita dalam mengadakan penelitian

mengenai efek fisiologis menua pada jantung. Kita harus terlebih dahulu

menyingkirkan kemungkinan penyakit lain seperti CAD pada sekelompok lansia

yang sepertinya sehat. Akan tetapi, tidak semua penelitian dilakukan dengan

terlebih dahulu menyingkirkan penyakit laten yang mungkin terdapat. Hal inilah

yang sering menyebabkan terdapatnya perbedaan dalam hasil pendataan pada

sejumlah penelitian.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung

1. Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin

(aging pigment) pada serat-serat miokardium.

2. Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi

rangka dari jantung. Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan

perubahan sirkumferens menjadi lebih besar sehingga katup menebal.

Bising jantung (murmur) yang disebabkan dari kekakuan katup sering

ditemukan pada lansia.

3. Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan

pengatur irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang

sebanyak 50%-75% sejak manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari

nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi fibrosis. Sedangkan pada

berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat selular.

Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.

4. Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini

menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit

walaupun terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian

darah ke jantung juga melambat.

5. Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini

disebabkan karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolik

menurun.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah

1. Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini

menyebabkan meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa

sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat. Keadaan ini akan

berakhir dengan yang disebut “Isolated aortic incompetence”. Selain itu

akan terjadi juga penurunan dalam tekanan diastolik.

2. Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor ß-adrenergik.

Selain itu reaksi terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan

kemoreseptor juga menurun. Perubahan respons terhadap baroreseptor

dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi Ortostatik pada lansia.

3. Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan

melambat.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah

1. Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah

pun menurun.

2. Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun.

Juga terjadi penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting untuk

menjaga imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi tubuh

terhadap infeksi menurun.

1) Etiologi

a) Hipertensi primer

- Faktor keturunan

- Obesitas

- Usia (> 65 tahun)

- Merokok

- Alkohol

- Konsumsi garam yang berlebihan

b) Hipertensi sekunder

- Penyakit ginjal

- Obat-obatan seperti NSAID

- Kontrasepsi oral

- DM

2) Manifestasi klinik

Penyebab pasti dari hipertensi primer belum diketahui, tetapi diduga

faktor-faktor berikut ini yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan

darah:

Keturunan

Merupakan faktor genetik yang diturunkan. Meskipun belum

diketahui secara jelas mengapa hal ini bisa menimbulkan peningkatan

tekanan darah.

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Rangsangan

pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls bergerak ke bawah

melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

norepinefrin. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya yang dapat memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh

darah vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke

ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor yang kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh konteks adrenal. Ini menyebabkan retensi natrium dan

air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

intravaskuler.

Dari faktor-faktor tersebut di atas dapat menimbulkan peningkatan

tekanan darah. Peningkatan tekanan darah menimbulkan pembuluh

darah menjadi kaku, menyempit yang dapat mengganggu aliran darah.

Aliran darah yang mengalir dan membawa serta oksigen tetapi tidak

dapat mengalir sempurna membawa akibat buruk bagi organ-organ

yang penting seperti:

1. Otak

Apabila pembuluh darah sudah menebal dan aliran darah

tidak lagi sempurna, sedikit dan tersendat maka otak akan

menderita kekurangan pasokan darah dan oksigen. Bila terjadi

terus menerus akan menyebabkan infark dan bila sudah terjadi

ruptur pembuluh darah dapat mengakibatkan komplikasi stroke.

2. Jantung

Apabila terjadi gangguan aliran darah ke jantung maka

beban kerja jantung meningkat untuk memenuhi suplai oksigen

dan darah ke sistemik. Jika hal ini berlangsung lama maka akan

terjadi hipertropi ventrikel kiri, yang berakibat pada suatu saat

jantung akan mengalami keadaan payah jantung. Arterosklerosis

akan menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah arteri

koronaria yang memperdarahi jantung itu sendiri. Akibatnya

suplai darah dan oksigen ke jantung berkurang maka akan terjadi

iskemia kemudian infark.

3. Ginjal

Terjadi penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan

kemampuan ginjal memfiltrasi mereabsorbsi, sekresi menjadi

berkurang. Hal ini dapat menyebabkan nefrosklerosis, bila hal ini

berlangsung lama dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal, bila

tidak ditangani secara tepat dapat mengakibatkan gagal kronik.

4. Mata

Aliran darah terganggu pada mata menyebabkan

vasokonstriksi arteriolar pembuluh darah mata yang menyebabkan

ruptur pembuluh darah retina.

3) Tanda dan Gejala

a) Palpitasi

b) Sakit kepala

c) Pusing

d) Merasa tegang di tengkuk

e) Kelemahan

f) Gangguan penglihatan

g) Gelisah

h) Mual dan muntah

i) Edema

4) Test Diagnostik/ Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan darah

Serum elektrolit (natrium, kalium, klorida)

Kolesterol dan trigliserid

BUN dan kreatinin

Asam urat

Glukosa darah

Hemoglobin dan hematokrit

b) Urinalisa: darah (+), protein (+), glukosa (+)

Mengisyaratkan disfungsi ginjal.

c) Foto thorax: dapat ditemukan pada pembesaran ventrikel kiri

d) CT-scan : mengkaji tumor serebral

e) EKG: menunjukkan pembesaran jantung, gangguan konduksi

seperti aritmia

f) Arteriografi: mengetahui lokasi pasti dan lesi/tingkat obstruksi dan

perubahan patologis pembuluh darah arteri.

5) Komplikasi

a) CVD/Stroke

Apabila pembuluh darah sudah menebal dan aliran darah tidak lagi

sempurna, sedikit dan tersedat maka otak akan menderita

kekurangan pasokan darah dan oksigen. Bila terjadi terus-menerus

akan menyebabkan infark dan bila terjadi ruptur akan menyebabkan

stroke.

b) Hipertropi ventrikel kiri

Terjadi gangguan aliran darah ke jantung maka beban kerja

jantung meningkat untuk memenuhi suplai oksigen dan darah ke

sistemik yang apabila berlangsung lama dapat terjadi hipertropi

ventrikel kiri.

c) Gagal ginjal

Terjadi ketika jantung tidak mampu memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh

6) Diagnosa Pembanding

a) Angina Pektoris

b) Cardio megali

c) Hemorargi strok

7) Penatalaksanaan Medik

a) Tirah baring

b) Diit: rendah kalori, rendah garam

c) Pemberian obat-obat hipertensi:

d) Angiotensin Converting Enzim (ACE) Inhibitor antara lain:

Catropril, Ramipril

e) Beta Adrenergic Blocker, antara lain: Nifedipine, Nicardipine.

f) Alfa adrenergic yang bekerja pada sentral antara lain:

Methyldopa, Clonidine Hydrochloride (Catapres)

g) Diuretik antara lain Furosemide, Chlorthalidone,

Hydrochlorothiazide.

h) Anti Adrenergic yang bekerja pada perifer antara lain: Reserpine,

Guanadel.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

a) Kebiasaan: mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung garam berlebihan, lemak dan gorengan.

b) Kebiasaan merokok

c) Konsumsi alkohol

d) Pemahaman dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi.

e) Riwayat hipertensi dalam keluarga

2. Pola nutrisi metabolik

a) Mual, muntah

b) Mengkonsumsi makanan yang berlemak

c) Kebiasaan minum kopi

3. Pola eliminasi

a) Pola BAK: adanya tahanan/mengejan, warna, frekuensi,

nyeri

b) Pola BAB: teratur/tidak, ada nyeri atau tahanan saat BAB

4. Pola aktivitas dan latihan

a) Kelelahan

b) Nyeri dada

c) Palpitasi

d) Pernafasan cepat dan dalam

5. Pola persepsi kognitif

a) Nyeri kepala, pusing

b) Penglihatan kabur

c) Pola reproduksi dan seksualitas

d) Riwayat pemakaian kontrasepsi oral.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

peningkatan tahanan pembuluh darah perifer.

2. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vaskuler

serebral.

3. Intoleran beraktivitas berhubungan dengan kematian,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertropi ventrikel.

5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit.

7. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, anoreksia.

C. Perencanaan Keperawatan

DP 1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

peningkatan tahanan pembuluh darah perifer.

HYD: - Tekanan darah berkurang sampai batas normal (100/70 mmHg-

120/80 mmHg).

D. Capillary refill kembali dalam 2 detik, nadi teraba, kulit hangat dan tidak

pucat.

Intervensi:

Monitor dan catat tanda dan gejala perfusi jaringan sistemik yang

berkurang.

o Rasional: Adanya pucat, dingin, kulit lembab, peningkatan TD

dan H R mencerminkan penurunan curah jantung.

Anjurkan pasien untuk bedrest, posisi tidur kepala lebih ditinggikan.

o Rasional: Memberikan rasa nyaman dan mengurangi

ketegangan.

Anjurkan pasien untuk mengurangi rokok atau berhenti merokok.

o Rasional: Merokok menyebabkan vasokonstriksi.

Berikan cairan perparenteral sesuai dengan indikasi dan batasi konsumsi

garam.

o Rasional: Mengurangi retensi cairan.

Kolaborasi: berikan obat-obat anti hipertensi, antidiuretika.

o Rasional: Membantu menurunkan tensi dan mengurangi

kelebihan cairan.

DP 2. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vaskuler

serebral.

HYD: Nyeri kepala berkurang sampai dengan hilang dengan kriteria:

Keluhan nyeri berkurang/hilang

Ekspresi wajah rileks

Partisipasi dalam beraktivitas

Intervensi:

a. Kaji keluhan pasien.

Rasional: Untuk menentukan tindakan keperawatan.

b. Kaji karakteristik sakit kepala: tipe, intensitas, waktu.

Rasional: Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.

c. Tirah baring selama fase akut.

Rasional: Meminimalkan stimulasi/meningkatkan stimulasi.

d. Kaji tanda verbal dan non verbal terhadap nyeri.

Rasional: Mengurangi distensi.

e. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala mis:

kompres dingin, pijat punggung dan leher, redupkan lampu kamar, teknik

relaksasi.

Rasional: Menurunkan tekanan vaskular cerebral dan memperlambat/

memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit

kepala.

f. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi

perdarahan hidung atau kompres hidung untuk menghentikan perdarahan.

Rasional: Meningkatkan kenyamanan umum, kompres hidung dapat

mengganggu, menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut,

menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan membran

mukosa.

g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti hipertensi, analgesic

atau ansietas.

Rasional: Menurunkan tekanan darah, menurunkan/mengontrol nyeri dan

mengurangi tegangan yang diperberat oleh stres.

DP 3. Tidak toleransi beraktivitas berhubungan dengan menurunnya

oksigenisasi jaringan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat,

kelemahan fisik.

HYD: - Pasien tidak menunjukan tanda-tanda kelelahan dan kelemahan.

Toleransi dalam beraktivitas meningkat.

Pasien dapat melakukan aktivitas.

Intervensi:

a. Kaji aktivitas perawatan diri yang dibutuhkan.

Rasional: Kebutuhan perawatan diri terpenuhi.

b. Tempatkan barang-barang yang dibutuhkan pada tempat yang mudah

dijangkau pasien.

Rasional: Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri.

c. Monitor tanda-tanda pasien telah dapat bertoleransi terhadap aktivitas

seperti:

Pasien tidak menunjukan kelemahan/kelelahan

Interest terhadap aktivitas dan perawatan

Tekanan darah dalam batas normal sesuai dengan kondisi pasien

Rasional: Membantu menentukan tindakan selanjutnya.

d. Jelaskan pada pasien bahwa istirahat merupakan bagian dari prosedur

pengobatan.

Rasional: Pasien ikut berpartisipasi dalam pengobatan.

e. Batasi aktivitas.

Rasional: Membantu menurunkan kebutuhan oksigen.

f. Kurangi aktivitas di sekitarnya dan kebisingan lingkungan.

Rasional: Memberi rasa nyaman dan menurunkan ketegangan.

g. Tingkatkan aktivitas pasien secara bertahap dan tingkatkan kemandirian

pasien.

Rasional: Memelihara tonus otot, kemampuan gerak tubuh dan

membantu meningkatkan harga diri pasien.

DP 4. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan

hipertrofi ventrikel, peningkatan overload, iskemik miokard.

HYD: - Berpartisipasi dalam beraktivitas yang menurunkan TD/beban

kerja jantung.

Mempertahankan TD normal.

Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.

Intervensi:

a. Pantau TD tiap 4 jam.

Rasional: Waspada terhadap peningkatan TD sehingga bisa segera

dilakukan antisipasi.

b. Catat keberadaan kualitas denyutan sentral dan perifer.

Rasional: Denyut carotis, radialis, femoralis mungkin teramati. Denyut

tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari

vasokonstriksi.

c. Amati warna kulit, kelembaban suhu dan capillary refill.

Rasional: Adanya kelainan mencerminkan vasokonstriksi/penurunan

curah jantung.

d. Catat adanya edema.

Rasional: Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan

ginjal/vaskuler.

e. Beri lingkungan tenang dan nyaman.

Rasional: Membantu menurunkan rangsangan simpatis dan meningkatkan

relaksasi.

f. Pertahankan pembatasan aktivitas.

Rasional: Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi

tekanan darah.

g. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imaginasi.

Rasional:

h. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.

Rasional: Waspada terhadap adanya efek samping obat.

i. Berikan obat sesuai instruksi dokter.

Rasional: Mempercepat penyembuhan.

DP 5. Inefektif penatalaksanaan regiment terapeutik berhubungan

dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet,

obat-obatan faktor dan perawatan tindak lanjut.

HYD: - Mampu mengungkapkan pengetahuan tentang penyakit hipertensi.

Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan

hipertensi.

Pasien mampu mengungkapkan cara kerja obat dan efek samping obat.

Intervensi:

a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam menerima informasi.

Rasional: Menentukan metode dan cara penyampaian informasi.

b. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan efeknya pada jantung.

Rasional: Memberikan pemahaman tentang hubungan tekanan darah

yang naik dan komplikasi.

c. Beri informasi pada klien tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan

penyakit vaskuler seperti obesitas, merokok, stress.

Rasional: Faktor-faktor yang dapat menunjukkan hubungan antara pola

hidup dengan hipertensi.

d. Atasi masalah dengan pasien mengidentifikasi cara dimana mengubah

gaya hidup yang tepat untuk mengurangi faktor-faktor tersebut.

Rasional: Faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit dukungan

petunjuk dan empati meningkatkan toleransi pasien.

e. Diskusikan tanda dan gejala yang memerlukan perhatikan medik cepat

seperti peningkatan kelelahan, nafas pendek, edema.

Rasional: Pemahaman sendiri meningkatkan tanggung jawab pasien

dalam pemeliharaan kesehatan dan mencegah komplikasi.

f. Beri penjelasan tentang alasan pemberian obat dan efek samping obat.

Rasional: Informasi yang adekuat dan pemahaman tentang efek samping

obat akan meningkatkan kerjasama rencana pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Black, Joyce M. (1997). Medical Surgical Nursing: Clinical Management

for Continuity of Care, Fifth Edition, WB. Saunders Company.

2. Brunner and Suddarth (2000). Text book of Medical Surgical Nursing ;

alih bahasa: Agung Waluyo. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah .

Edisi 8, vol. 2. Jakarta: EGC.

3. Doenges, Marilynn E. (1999). Nursing Care Plans: Guidelines for

Planning and Documenting Patient Care; Alih bahasa: I Made Kariasa.

Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

4. http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=1&iddtl=4

5. Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and

Management of Clinical Problem, Fifth edition Mosby.

6. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan

Proses Keperawatan. Jilid 2. Cetakan 1. Jakarta: EGC.

7. Price, Sylvia Anderson (1995). Phatophysiology: Clinical Concept of

Disease Process ; alih bahasa: Peter Anugerah; Patofisiologi: Konsep

Klinis Proses-proses Penyakit . Edisi 4. Vol 2. Jakarta: EGC.