Lp Hipertensi

33
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI EMERGENCY Disusun oleh : PRADIKA SANGGA PRAMANA ( P 272 20008 102 ) D IV KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2010

description

Laporan Pendahuluan Penyakit Hipertensi ( Cardiovascular )

Transcript of Lp Hipertensi

Page 1: Lp Hipertensi

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI EMERGENCY

Disusun oleh :

PRADIKA SANGGA PRAMANA ( P 272 20008 102 )

D IV KEPERAWATANPOLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2010

Page 2: Lp Hipertensi

I. KONSEP

A. Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 160 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

(Brunner dan Suddarth, 2002).

Pada umumnya hipertensi diklasifikasikan berdasarkan nilai sistole dan

diastolik.

Kategori Sistolik (atas)

mmHg

Distolik (bawah)

mmHg

- Normal tinggi (perbatasan) 130 - 139 85 – 89

- Stadium 1, ringan 140 - 159 90 – 99

- Stadium 2, sedang 160 - 179 100 – 109

- Stadium 3, berat 180 - 209 110 – 119

- Stadium 4, sangat berat 210 120

Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama :

1. Volume cairan yang mengisi pembuluh darah besarnya ditentukan oleh curah

jantung.

2. Tahanan (resistensi) pembuluh darah tepi (perifer) terhadap aliran darah yang

mengalir.

Krisis hipertensi adalah tekanan darah yang mengalami kenaikan yang cepat

sehingga menyebabkan kerusakan organ secara cepat, perbaikan hanya bisa didapat

dengan obat penurun tekanan darah.

Urgensi hipertensi terjadi ketika tekanan darah melonjak naik, tetapi tidak

ada kerusakan organ tubuh sebagai akibatnya, dan tekanan darah dapat diturunkan

dengan aman dalam 24 jam dengan pemberian obat penurun tekanan darah.

Ketika kerusakan organ terjadi sebagai akibat dari tekanan darah yang

sangat tinggi, ini disebut sebagai hipertensi emergency. . Ketika ini terjadi, tekanan

darah harus diturunkan segera (dalam 2 jam) untuk mencegah kerusakan organ. Hal

ini dilakukan dalam unit perawatan intensif rumah sakit.

Page 3: Lp Hipertensi

Kerusakan organ yang terkait dengan hipertensi darurat dapat meliputi :

Perubahan status mental seperti kebingungan atau koma (ensefalopati).

Perdarahan ke dalam otak (stroke).

Gagal jantung.

Nyeri dada (angina).

Cairan di paru-paru (edema paru).

Serangan jantung .

Aneurisma (menggembung pembuluh darah).

Eklampsia (terjadi selama kehamilan).

B. Patofisiologi

Hipertensi merupakan suatu kelainan/ suatu gejala dari gangguan mekanisme

regulasi tekanan darah. Tubuh mempunyai suatu sistem untuk mengatur tingginya

tekana darah yaitu sistem renin angiostenin aldosteron (RAAS). Sel-sel tertentu

ginjal dapat membentuk hormon renin yang dilepaskan apabila tekanan darah di

glumerolus menurun. Hanya terjadi bila jumlah darah yang mengatur melalui ginjal

berkurang. Misalnya karena penurunan volume darah atau penyempitan arteri ginjal.

Dalam plasma, renin bergabung dengan menjadi angiostensin I yang oleh enzim

ACE (Angiostensi convertury enzim) dapat menjadi angiostensin II. Zat ini berdaya

vasokontriktif kuat secara langsung dan dapat langsung menstimulasi sekresi

hormon aldortenon dengan sifat retensi garam sehingga volume darah dan tekanan

darah meningkat.

Disamping regulasi hormon masih terdapat beberapa faktor fisiologi yang

dapat mempengaruhi tekanan darah, antara lain :

1. Stroke volume

Yaitu jumlah darah yang dipompa keluar jantung pada setiap kali konstriksi,

semakin besar volume ini semakin tinggi tekanan darah. Retensi garam

meningkatkan volume cairan sehingga volume meningkat. Maka tekanan atas

dinding pembuluh darahpun meningkat.

Page 4: Lp Hipertensi

2. Kekenyalan dinding arteri

Arteri yang dindingnya sudah mengeras karena endapan kolesterol/ lemak

(artherosclerosis) menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada dinding

yang masih elastis.

3. Pelepasan neurohormon

Antara lain adrenalain dari nerodrenalin yang berfungsi menyempitkan

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. Pada saat emosi

meningkat atau berolahraga yang bertenaga, sistem saraf adrenergik terangsang

dan melepaskan neurohormon. Situasi stres dan merokok juga meningkatkan

produksi neurohormon adrenolin (Sandra M Hettina, 2002).

C. Faktor Penyebab Hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar

yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya

2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain,

misal :

a. Penyakit perenkim ginjal atau vaskuler ginjal

b. Gangguan endokrin diabetes

c. Penyempitan aorta kongenital

d. Neurogenik tumor, enoufalitas, luka bakar, kenaikan volume

intravaskuler dan gangguan psikiatri

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,

sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun

hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian

telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.

Factor tersebut adalah sebagai berikut :

Page 5: Lp Hipertensi

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan

lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah

penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan

Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah

umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin (laki-

laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras (ras kulit hitam lebih

banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah

konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau

makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum

alcohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin )

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari hipertensi, yaitu :

1. Sakit kepala

2. Epitaksis

3. Pusing migren

4. Nokturia

5. Finitus

6. Kelemahan/ letih

7. Mual muntah

8. Sesak nafas

9. Sukar tidur

10. Mata berkunang-kunang

11. Rasa berat ditekuk

12. Kenaikan TD dari normal

13. Penurunan kekuatan gengaman tangan dan reflek tendon dalam

14. Frekuensi jantung meningkat

15. Takipnea

Page 6: Lp Hipertensi

16. Perubahan irama jantung

(Sandra M Hettina, 2002)

Namun, sebagian besar orang tidak merasakan gejala apapun, sehingga

hipertensi ini sulit dideteksi bila tidak rutin memeriksakan tekanan darah. Saat

sudah diketahui, biasanya sudah parah. Karena hal ini lah , hipertensi disebut

silent killer.

Sedangkan untuk Gejala Hipertensi Emergency meliputi:

1. Headache (Sakit kepala)

2. Serangan jantung

3. Chest pain (Nyeri dada )

4. Shortness of breath (Sesak napas )

5. Pembengkakan atau edema (penumpukan cairan dalam jaringan)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

2. Pemeriksaan retina

3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal

dan jantung

4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan

fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

7. Foto dada dan CT scan

F. Komplikasi

Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi yaitu :

1. Kerusakan pembuluh darah, manifestasi muncul sesuai sistem organ yang

terkena

2. Penyakit jantung koroner dengan angina

Page 7: Lp Hipertensi

3. Hipertrofi ventrikel kiri

4. Perubahan fatologis ginjal

5. Perdarahan otak/ stroke

6. Infark serebri

(Brunner dan Suddart, 2002)

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Hb/ HCl untuk menilai hubungan antara sel-sel dari viskositas darah sebagai

faktor resiko dari hiperkoagulasi, enemia, dll.

2. BUN/ creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

3. Glukosa, hiperglikemia akibat tingginya katekolamin akan menambah

hipertensi.

4. Sistem potasium. Bila ditemukan adanya hipokalamia ini merupakan tanda

adanya aldostenon primer sebagai efek samping diuretika.

5. Serum kalsium, bila tinggi biasanya signifikan pada hipertensi.

6. Serum trigliserida dan kolesterol bila tinggi merupakan faktor predisposisi

hipertensi.

7. Tiroid. Hipertirordisme menyebabkan vasokontriksi vaskuler

8. WP untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi, apakah merupakan penyakit

parenkim ginjal atau renal kalikulo.

(Brunner dan Suddart, 2002)

H. PENATALAKSANAANPengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian

dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan

penyakit hipertensi meliputi :

1. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan

dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa

obat ini meliputi :

a. Diet

Page 8: Lp Hipertensi

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

2). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

3). Penurunan berat badan

4). Penurunan asupan etanol

5). Menghentikan merokok

6). Diet tinggi kalium

b. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

1). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,

bersepeda, berenang dan lain-lain

2). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik

atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur

3). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona

latihan

4). Frekuensi latihan sebaiknya 1 x perminggu dan paling baik 2 x

perminggu

c. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1). Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada

subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh

subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan

psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

Page 9: Lp Hipertensi

2). Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita

untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah

saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar

penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu

dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh

Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON

DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD

PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,

antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal

pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada

pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,

ACE inhibitor

b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan

1) Dosis obat pertama dinaikan

2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,

Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh

1) Obat ke-2 diganti

2) Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya

Page 10: Lp Hipertensi

1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4

2) Re-evaluasi dan konsultasi

3. Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan

komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter )

dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan

dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan

darahnya

b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan

darahnya

c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun

bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas

e. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya

tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat

diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter

f. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu

g. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita

h. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

i. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau

keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

j. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x

sehari atau 2 x sehari

k. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping

dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

l. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau

mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas

maksimal

m. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

n. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

o. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.

Page 11: Lp Hipertensi

II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Fokus Pengkajian (Doengoes, M.E dan Moorhouse : 2000)

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipneu

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner

dan penyakit cerebrovaskuler.

Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial, dan kenaikan tekanan darah

diperlukan untuk menegakkan diagnosis)

Hipotensi postural, nadi, denyut apikal, frekuensi atau irama,

bunyi jantung.

c. Integritas ego

Gejala : Riwayat perusahaan keperibadian, ansietas, depresi, euforia,

atau marah kronik.

Faktor-faktor stres multiple (hubungan, keuangan, yang

beerkaitan dengan pekerjaan)

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,

tangisan yang meledak

Gerak taangan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat,

pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.

Page 12: Lp Hipertensi

d. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi / obstruksi atau

riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)

e. Makanan / cairan

Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan (tinggi

garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (gorengan, keju, telur),

kandungan tinggi kalori.

Mual-muntah

Perubahan berat badan akhir-akhir ini

Riwayat penggunaan diuretik

Tanda : Berat badan normal atau obesitas.

Adanya edema, kongesti vena, glikosuria

f. Neurosensori

Gejala : Keluhan pening atau pusing

Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan

menghilang secara spontan setelah beberapa jam).

Episoe kebas dan kelemahan pada satu sesi tubuh.

Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)

Episode epistaksis

Tanda : Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi

bicara,afek, proses pikir atau memori (ingatan)

Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan

atau reflek tendon dalam.

Perubahan-perubahan retinal optik : dari sklerosis atau

penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan

Page 13: Lp Hipertensi

sklerotik dengan edema, eksudat, dan hemoragi tergantung

pada berat atau lamanya hipertensi.

g. Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)

Nyeri hilang timbul pada tungkai (indikasi arterosklerosis pada

arteri esktremitas bawah)

Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi

sebelumnya

Nyeri abdomen atau massa

h. Pernapasan

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja

Takipneu, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal

Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum

Riwayat merokok

Tanda : Distres respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan

Bunyi napas tambahan (krakels / mengi)

Sianosis

i. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi atau cara berjalan

Episode parestesia unilateral transien

Hipotensi postural

Page 14: Lp Hipertensi

j. Pembelajaran atau penyuluhan

Gejala : Faktor-fakto risiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis,

penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler

atau ginjal.

Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika, Amerika, Asia

Tenggara.

Penggunaan pil KB atau hormon lain : penggunaan obat atau

alkohol.

C. Diagnosa (Doengoes, M.E dan Moorhouse : 2000)

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplay O2 dan

kebutuhan tubuh

3. Nyeri kepala (pusing) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular

cerebral

4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan masukan berlebihan, pola

hidup monoton

5. Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasional, sistem

pendukung tidak adekuat

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan kurang

pengetahuan

Page 15: Lp Hipertensi

C. Fokus intervensi (Doengoes, M.E dan Moorhouse : 2000)

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi.

Tujuan : Tidak terjadi adanya tanda-tanda dan gejala-gejala penurunan

curah jantung.

KH : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD atau

beban kerja jantung.

- Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat

diterima.

- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam

rentang normal pasien.

Intervensi :

a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan atau paha untuk evaluasi awal.

b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.

d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler

e. Catat edema umum atau tertentu.

f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau keributan

lingkungan

g. Pertahankan pembatasan aktivitas sepeti istirahat di tempat tidur atau

kursi.

h. Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher,

meninggikan kepala tempat tidur.

i. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imaginasi, aktivitas pengalihan.

Page 16: Lp Hipertensi

j. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay O2 dan

kebutuhan tubuh

Tujuan : Toleransi aktivitas tubuh Meningkat.

KH : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan atau

diperlukan

- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang

dapat diukur.

- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi

aktivitas.

Intervensi :

a. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih

dari 20 kali permenit di atas frekuensi istirahat.

b. Instruksikasn pasien tentang tehnik penghematan energi, misal

menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir.

c. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri

bertahap jika dapat ditoleransi.

d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.

3. Nyeri kepala (pusing) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular

cerebral.

Tujuan : Nyeri dapat teratasi

KH : - Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau

terkontrol

- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.

Page 17: Lp Hipertensi

- Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Intervensi :

a. Mempertahanakn tirah baring selama fase akut.

b. Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit

kepala,misal : kompres dingin pada dahi, tehnik relaksasi.

c. Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat

meningkatkan sakit kepala, misal : mengejan saat BAB, batuk panjang,

membungkuk

d. Bantuan pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

e. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi

perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk

menghentikan perdarahan.

f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, anti ancietas, misal : lorazepam,

diazepam.

4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan masukan berlebihan, pola

hidup monoton.

Tujuan : Pemenuhan nutrisi tidak terganggu

KH : - Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan

- Menunjukkan perubahan pola makan, mempertahankan berat

badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal

Intervensi :

a. Kaji pemahaman pasien tentang berhubungan langsung antara hipertensi

dan kegemukan.

Page 18: Lp Hipertensi

b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan

lemak, garam dan gula sesuai indikasi.

c. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

d. Kaji ulang masukan kalori harian dan piliah diet.

e. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan pasien.

f. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian.

g. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan

dengan kejenuhan lemak tinggi.

h. Kolaborasi dengan ahli gizi.

5. Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasional, sistem

pendukung tidak adekuat.

Tujuan : Kopping individu efektif

KH : - Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya.

- Menyatakan kesadaran kemampuan koping atau kekuatan pribadi.

- Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah

untuk mengubahnya atau menghindari.

- Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan atau metode koping

efektif.

Intervensi :

a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku.

b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan

konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,

ketidakmampuan untuk mengatasi masalah.

c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan

strategi untuk mengatasinya.

Page 19: Lp Hipertensi

d. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan

partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.

e. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.

f. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan

hidup yang perlu.

6. Resiko penurunan kondisi kesehatan diri berhubungan dengan kurang

pengetahuan.

Tujuan : Kondisi kesehatan tidak menurun

KH : - Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen

pengobatan.

- Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi

yang perlu diperhatikan.

- Mempertahankan TD dalam parameter normal.

Intervensi :

a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar.

b. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal, jelaskan tentang hipertensi dan

efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.

c. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler

yang dapat diubah.

d. Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam

membuat rencana untuk berhenti merokok.

e. Instruksikan dan peragakan tehnik pemantauan TD mandiri.

f. Sarankan untuk sering mengubah posisi, olahraga kaki saat berbaring

g. Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau cairan

tinggi kalium, misalnya jeruk, pisang, tomat, kentang dan lain-lain.

Page 20: Lp Hipertensi

h. Bantu pasien untuk menurunkan atau menghilangkan kafein.

i. Dorong pasien untuk membuat program olahraga sendiri seperti olahraga

aerobik ringan.

7. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan

dengan gangguan sirkulasi

Tujuan : perfusi jaringan tidak terganggu

KH : - Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti

ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak

ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam

batas normal.

- Haluaran urin 30 ml/ menit

- Tanda-tanda vital stabil

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur

b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan

pemantau tekanan arteri jika tersedia

c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan

d. Amati adanya hipotensi mendadak

e. Ukur masukan dan pengeluaran

f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan

g. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan

Page 21: Lp Hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC.

Chung, Edward.K. 2005. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta: EGC.

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta : Kanisius.

Kodim, Nasrin. 2003. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, Jakarta : EGC

IOWA Outcomes Project. 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. USA: Mosby Year Book

IOWA Intervention Project. 2006. Nursing Intervention Classification (NIC). USA: Mosby Year Book

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. Jakarta: FK-UI.

Marvyn, Leonard. 2005. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta: Penerbit Arcan.

Nanda, 2005, Nursing Diagnosis Deffinition and Classification. USA: Mosby Year Book

Price, A. Sylvia. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC

Semple Peter. 2006. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Penerbit Arcan.

Sobel, Barry J, et all. 2009Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi. Jakarta: Hipokrates.

Soeparman. 2008. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid ke-1. Jakarta: FKUI.

Smith, Tom. 2005. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya?. Jakarta: Penerbit Arcan, .

Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2008