LP GERONTIK IDAR.docx
-
Upload
idar-aries -
Category
Documents
-
view
113 -
download
4
Transcript of LP GERONTIK IDAR.docx
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DIABETES MELITUS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi
defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya
keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine
(glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut /
relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan
multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia.
(Mary,2009)
1
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
2. Epidemiologi
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu
yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka
ini mencakup 15% populasi pada panti lansia.
3. Etiologi
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena
mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-
otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor
predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus
pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:
a) Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,
penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga
insulin tidak berfungsi dengan baik).
b) Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga,
minum alkohol, dll)
c) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat
menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat
menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk
mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk
2
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes
yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya
karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses
penuaan itu sendiri.
4. Klasifikasi
Diabetes melitus tipe I:
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik
melalui proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes
Melitus tipe I:
1. Mudah terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan harus dengan insulin
3. Onset akut
4. Biasanya kurus
Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
1. Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
2. Didapatkan antibodi sel islet
3. 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
Diabetes melitus tipe II:
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin
bersama resistensi insulin. Karakteristik DM tipe II:
3
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
1. Sukar terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan tidak harus dengan insulin
3. Onset lambat
4. Gemuk atau tidak gemuk
5. Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6. Tidak berhubungan dengan HLA
7. Tidak ada antibodi sel islet
8. 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9. ± 100% kembar identik terkena
5. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda
disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia
disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus
pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi
adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru
terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien
adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah
dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai
4
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah
adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada
tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai
yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
a) Katarak
b) Glaukoma
c) Retinopati
d) Gatal seluruh badan
e) Pruritus Vulvae
f) Infeksi bakteri kulit
g) Infeksi jamur di kulit
h) Dermatopati
i) Neuropati perifer
j) Neuropati viseral
k) Amiotropi
l) Ulkus Neurotropik
m)Penyakit ginjal
n) Penyakit pembuluh darah perifer
o) Penyakit koroner
p) Penyakit pembuluh darah otak
5
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
q) Hipertensi
6. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar.
Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di
pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya
kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang
merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas.
Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau
langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel
yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan
glukosa dalam darah menjadi meningkat.
6
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
7. Pathway
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada
setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15%
Protein, 75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk
mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak
7
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas
reseptor insulin.
2. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.
Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan
bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti program latihan
kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan
pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang
mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas
dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik
untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat
secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi
kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan
emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan
berat badan.
Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu
diperiksa secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga
harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat
meningkatkan resiko DM pada lansia.
8
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
3. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan
efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga
dapat dilakukan untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam
parameter yang telah ditentukan untuk membatasi komplikasi
penyakit yang membahayakan.
4. Pendidikan
Diet yang harus dikomsumsi
Latihan
Penggunaan insulin
9. Pemeriksaan Diagnostik
Glukosa darah sewaktu
Kadar glukosa darah puasa
Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
9
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl
10. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis.
Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes
ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma
(HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati
diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang
berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan
tersebut termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA
dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
Komplikasi kronis:
a. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh
retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat
berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina
10
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh
darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat
mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa
mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan
kebutaan permanen.
b. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah
glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang
disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular
dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom
Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
c. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati
diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan
autonomic.
d. Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
e. Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit
ginjal, mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM
tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus
11
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa
memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.
f. Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati,
iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan.
Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial
untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat
mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia,
dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
g. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di
bawah 60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin
atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien
sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik
oral.
12
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
c. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
d. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
e. Integritas Ego
Stress, ansietas
f. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
g. Makanan / Cairan
13
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia, gangguan penglihatan.
i. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak)
k. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme protein, lemak.
b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis
ditandai dengan tugor kulit menurun dan membran mukasa kering.
c) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolik (neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada
extremitas.
d) Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
14
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
e) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
f) Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.
3. Perencanaan Keperawatan
a) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Dengan Kriteria Hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Tindakan / intervensi Rasional
Mandiri
1) Timbang berat badan sesuai
indikasi.
Mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat.
2) Tentukan program diet, pola
makan, dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan
klien.
Mengidentifikasikan kekurangan dan
penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik.
3) Auskultrasi bising usus, catat
nyeri abdomen atau perut
kembung, mual, muntah dan
pertahankan keadaan puasa
Hiperglikemi, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
menurunkan motilitas atau fungsi
lambung (distensi atau ileus
15
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
sesuai inndikasi. paralitik).
4) Berikan makanan cair yang
mengandung nutrisi dan elektrolit.
Selanjutnya memberikan
makanan yang lebih padat.
Pemberian makanan melalui oral
lebih baik diberikan pada klien sadar
dan fungsi gastrointestinal baik.
5) Identifikasi makanan yang
disukai.
Kerja sama dalam perencanaan
makanan.
6) Libatkan keluarga dalam
perencanaan makan.
Meningkatkan rasa keterlibatannya,
memberi informasi pada keluarga
untuk memahami kebutuhan nutrisi
klien.
7) Observasi tanda hipoglikemia
(perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembap atau dingin, denyut
nadi cepat, lapar, peka rangsang,
cemas, sakit kepala, pusing).
Pada metabolism kaborhidrat (gula
darah akan berkurang dan
sementara tetap diberikan tetap
diberikan insulin, maka terjadi
hipoglikemia terjadi tanpa
memperlihatkan perubahan tingkat
kesadaran.
8) Kolaborasi
9) Lakukan pemeriksaan gula darah
dengan finger stick.
Analisa di tempat tidur terhadap gula
darah lebih akurat daripada
memantau gula dalam urine.
10) Pantau pemeriksaan laboratorium
(glukosa darah, aseton, pH,
HCO3)
Gula darah menurun perlahan
dengan penggunaan cairan dan
terapi insulin terkontrol sehingga
glukosa dapat masuk ke dalam sel
dan digunakan untuk sumber kalori.
Saat ini, kadaar aseton menurun dan
16
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
asidosis dapat dikoreksi.
11) Berikan pengobatan insulin
secara teratur melalui iv
Insulin regular memiliki awitan cepat
dan dengan cepat pula membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.
Pemberian melalui IV karena
absorpsi dari jaringan subkutan
sangat lambat.
12) Berikan larutan glukosa
( destroksa, setengah salin
normal).
Larutan glukosa ditambahkan
setelah insulin dan cairan membawa
gula darah sekitar 250 mg /dl.
Dengan metabolism karbohidrat
mendekati normal, perawatan
diberikan untuk menghindari
hipoglikemia.
13) Konsultasi dengan ahli gizi. Bermanfaat dalam penghitungan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai
dengan tugor kulit menurun dan membran mukosa kering.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan
cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Dengan kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
17
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
Tindakan / Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji riwayat klien sehubungan
dengan lamanya atau intensitas
dari gejala seperti muntah dan
pengeluaran urine yang
berlebihan.
Membantu memperkirakan
kekurangan volume total. Adanya
proses infeksi mengakibatkan
demam dan keadaan
hipermetabolik yang meningkatkan
kehilangan air.
2. Pantau tanda – tanda vital, catat
adanya perubahan tekanan darah
ortostatik.
Hipovolemi dimanifestasikan oleh
hipotensi dan takikardia. Perkiraan
berat ringannya hipovolemi saat
tekanan darah sistolik turun ≥ 10
mmHg dari posisi berbaring ke
duduk atau berdiri.
3. Pantau pola napas seperti
adanya pernapasan Kussmaul
atau pernapasan yang berbau
keton.
Perlu mengeluarkan asam karbonat
melalui pernapasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis. Napas bau aseton
disebabkan pemecahan asam
asetoasetat dan harus berkurang
bila ketosis terkoreksi.
4. Pantau frekuensi dan kualitas
pernapasan, penggunaan otot
Hiperglikemia dan asidosis
menyebabkan pola dan frekuensi
18
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
bantu napas, adanya periode
apnea dan sianosi.
pernapasan normal. Akan tetapi
peningkatan kerja pernapasan,
pernapasan dangkal dan cepat
serta sianosis merupakan indikasi
dari kelelahan pernapasan atau
kehilangan kemampuan melalui
kompensasi pada asidosis.`
5. Pantau suhu, warna kulit, atau
kelembapannya.
Demam, menggigil, dan diaphoresis
adalah hal umum terjadi pada
proses infeksi, demam dengan kulit
kemerahan, kering merupakan
tanda dehidrasi.
6. Kaji nadi perifer, pengisian
kapiler, turgor kulit, dan
membrane mukosa.
Merupakan indicator tingkat
dehidrasi atau volume sirkulasi yang
adekuat.
7. Pantau masukan dan
pengeluaran.
Memperkirakan kebutuhan cairan
pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan terapi yang diberikan.
8. Ukur berat badan setiap hari. Memberikan hasil pengkajian
terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan
cairan pengganti.
9. Pertahankan pemberian cairan
minimal 2500 ml/hari.
Mempertahankan hidrasi atau
volume sirkulasi.
10. Tingkatkan lingkungan yang
menimbulkan rasa nyaman.
Selimuti klien dengan kain yang
Menghindari pemanasan yang
berlebihan terhadap klien lebih
lanjut dapat menimbulkan
19
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
tipis. kehilangan cairan.
11.Kaji adanya perubahan mental
atau sensori.
Perubahan mental berhubungan
dengan hiperglikemi atau
hipoglikemi, elektrolit abnormal,
asidosis, penurunan perfusi
serebral, dan hipoksia. Penyebab
yang tidak tertangani, gangguan
kesadaran menjadi predisposisi
aspirasi pada klien.
12.Observasi mual, nyeri abdomen,
muntah, dan distensi lambung.
Kekurangan cairan dan elektrolit
mengubah motilitas lambung
sehinnga sering menimbulkan
muntah dan secara potensial
menimbulkan kekurangan cairan
dan elektrolit.
13.Observasi adanya perasaan
kelelahan yang meningkat,
edema, peningkatan berat badan,
nadi tidak teratur, dan distensi
vaskuler.
Pemberian cairan untuk perbaikan
yang cepat berpotensi menimbulkan
kelebihan cairan dan gagal jantung
kronis.
14.Kolaborasi
15. Berikan terapi cairan sesuai
indikasi:
Normal salin atau setengah
normal salin dengan atau tanpa
dekstrosa.
Albumin, plasma, atau dekstran.
Tipe dan jumlah cairan tergantung
pada derajat kekurangan cairan dan
respon klien secara individual.
Plasma ekspander (pengganti)
dibutuhkan jika mengancam jiwa
20
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
atau tekanan darah sudah tidak
dapat kembali normal dengan
usaha rehidrasi yang telah
dilakukan.
Pasang kateter urine. Memberikan pengukuran yang tepat
terhadap pengeluaran urine
terutama jika neuropati otonom
menimbulkan retensi atau
inkontinensia.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolik (neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidakterjadi
komplikasi.
Dengan Kriteria Hasil : - menunjukan peningkatan integritas kulit
· Menghindari cidera kulit
Tindakan / intervensi Rasional
Mandiri
1. Inspeksi kulit terhadap perubahan
warna,turgor,vaskuler,perhatikan
kemerahan.
Menandakan aliran sirkulasi buruk
yang dapat menimbulkan infeksi
2. Ubah posisi setiap 2 jam beri
bantalan pada tonjolan tulang
Menurunkan tekanan pada edema
dan menurunkan iskemia
3. Pertahankan alas kering dan
bebas lipatan
Menurunkan iritasi dermal
21
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
4. Beri perawatan kulit seperti
penggunaan lotion
Menghilangkan kekeringan pada
kulit dan robekan pada kulit
5. Lakukan perawatan luka dengan
teknik aseptik
Mencegah terjadinya infeksi
6. Anjurkan pasien untuk menjaga
agar kuku tetap pendek
Menurunkan resiko cedera pada
kulit oleh karena garukan
7. Motivasi klien untuk makan
makanan TKTP
Makanan TKTP dapat membantu
penyembuhan jaringan kulit yang
rusak
d. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kelelahan
dapat teratasi.
Kriteria hasil klien dapat:
1. Mengidentifikasikan pola keletihan setiap hari.
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala peningkatan aktivitas penyakit yang
mempengaruhi toleransi aktivitas.
3. Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
4. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan.
22
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
Tindakan / intervensi Rasional
Mandiri
1. Diskusikan kebutuhan akan
aktivitas. Buat jadwal
perencanaan dan identifikasi
aktivitas yang menimbulkan
kelelahan.
Pendidikan dapat memberikan
motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun klien sangat
lemah.
2. Diskusikan penyebab keletihan
seperti nyeri sendi, penurunan
efisiensi tidur, peningkatan upaya
yang diperlukan untuk ADL.
Dengan mengetahui penyebab
keletihan, dapat menyusun jadwal
aktivitas.
3. Bantu mengidentivikasi pola
energi dan buat rentang
keletihan. Skala 0-10 (0=tidak
lelah, 10= sangat kelelahan)
Mengidentifikasi waktu puncak
energi dan kelelahan membantu
dalam merencanakan akivitas untuk
memaksimalkan konserfasi energi
dan produktivitas.
4. Berikan aktivitas alternatif dengan
periode istirahat yang cukup/
tanpa diganggu.
Mencegah kelelahan yang berlebih.
5. Pantau nadi , frekuensi nafas,
serta tekanan darah sebelum dan
seudah melakukan aktivitas.
Mengindikasikan tingkat aktivitas
yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
6. Tingkatkan partisipasi klien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai kebutuhan.
Memungkinkan kepercayaan diri/
harga diri yang positif sesuai tingkat
aktivitas yang dapat ditoleransi.
7. Ajarkan untuk mengidentifikasi
tanda dan gejala yang
menunjukkan peningkatan
Membantu dalam mengantisipasi
terjadinya keletihan yang
berlebihan.
23
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
aktivitas penyakit dan
mengurangi aktivitas, seperti
demam, penurunan berat badan,
keletihan makin memburuk.
e. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi
tanda-tanda infeksi
Dengan Kriteria hasil :
1. Tidak ada rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesia.
2. Terjadi perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Rencana / intervensi Rasional
Mandiri
1. Observasi tanda-tanda infeksi
dan peradangan sperti demam,
kemerahan, adanya pus pada
luka, sputum purulen, urine
warna keruh atau berkabut.
Pasien mungkin masuk dengan
infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis
atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.
2. Tingkatkan upaya pencegahan
dengan melakukan cuci tangan
yang baik pada semua orang
yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya
Mencegah timbulnya infeksi
nosokomial.
24
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
sendiri.
3. Pertahankan teknik aseptik pada
prosedur invasif.
Kadar glukosa yang tinggi dalam
darah akan menjadi meddia terbaik
dalam pertumbuhan kuman.
4. Berikan perawatan kulit dengan
teratur dan sungguh-sungguh,
masase daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit tetap kering,
linen kering dan tetap kencang.
Sirkulasi perifer bisa terganggu dan
menempatkan pasien pada
peningkatan risiko terjadinya
kerusakan pada kulit.
5. Berikan tisue dan tempat sputum
pada tempat yang mudah
dijangkau untuk penampungan
sputum atau secret yang lainnya.
Mengurangi penyebaran infeksi.
6. Kolaborasi
7. Lakukan pemeriksaan kultur dan
sensitifitas sesuai dengan
indikasi.
Untuk mengidentifikasi adanya
organisme sehingga dapat memilih
atau memberikan terapi antibiotik
yang terbaik.
8. Berikan obat antibiotik yang
sesuai
Penanganan awal dapat mambantu
mencegah timbulnya sepsis.
f. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi
injuri
25
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
Dengan Kriteria hasil :
1. Dapat menunjukkan terjadinya perubahan perilaku untuk menurunkan
factor risiko dan untuk melindungi diri dari cidera.
2. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Rencana / Intervensi Rasional
Mandiri
1. Hindarkan lantai yang licin. Lantai licin dapat menyebabkan
risiko jatuh pada pasien.
2. Gunakan bed yang rendah. Mempermudah pasien untuk naik
dan turun dari tempat tidur.
3. Orientasikan klien dengan
ruangan.
Lansia daya ingatnya sudah
menurun, sehingga diperlukan
orientasi ruangan agar lansia bisa
menyesuaikan diri terhadap
ruangan.
4. Bantu klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
Lansia sudah mengalami
penurunan dalam fisik, sehingga
dalam melakukan aktivitas sehari
diperlukan bantuan dari orang
lainsesuai dengan yang dapat
ditoleransi
5. Bantu pasien dalam ambulasi
atau perubahan posisi
Keterbatasan aktivitas tergantung
pada kondisi lansia.
26
LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 Jakarta :
EGC.
Ikram, Ainal. 1996 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada
Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga. Jakarta : FKUI
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :
Salemba Medika
Luecknote, Annette Geisler. 1997. Pengkajian Gerontologi. Jakarta: EGC.
Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan
Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 . Jakarta : EGC.
27