LP GERONTIK IDAR.docx

39
LP Keperawatan Gerontik Samsidar 142 209 0038 RW 02 Kelurahan Kunjung Mae ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DIABETES MELITUS A.Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000). Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa 1

Transcript of LP GERONTIK IDAR.docx

Page 1: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DIABETES MELITUS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi

defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya

keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine

(glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan

hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut /

relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia

(Mansjoer, 2000).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

(Brunner dan Suddarth, 2002).

Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan

multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia.

(Mary,2009)

1

Page 2: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

2. Epidemiologi

Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu

yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka

ini mencakup 15% populasi pada panti lansia.

3. Etiologi

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena

mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-

otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor

predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus

pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:

a) Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,

penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga

insulin tidak berfungsi dengan baik).

b) Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga,

minum alkohol, dll)

c) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat

menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus.

Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat

menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk

mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk

2

Page 3: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes

yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya

karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses

penuaan itu sendiri.

4. Klasifikasi

Diabetes melitus tipe I:

Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik

melalui proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes

Melitus tipe I:

1. Mudah terjadi ketoasidosis

2. Pengobatan harus dengan insulin

3. Onset akut

4. Biasanya kurus

Biasanya terjadi pada umur yang masih muda

1. Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4

2. Didapatkan antibodi sel islet

3. 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

Diabetes melitus tipe II:

Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi

insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin

bersama resistensi insulin. Karakteristik DM tipe II:

3

Page 4: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

1. Sukar terjadi ketoasidosis

2. Pengobatan tidak harus dengan insulin

3. Onset lambat

4. Gemuk atau tidak gemuk

5. Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun

6. Tidak berhubungan dengan HLA

7. Tidak ada antibodi sel islet

8. 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

9. ± 100% kembar identik terkena

5. Manifestasi Klinis

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia

umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda

disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia

disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus

pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi

adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru

terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien

adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah

dan saraf.

Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,

sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai

4

Page 5: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah

adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada

tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai

yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering

ditemukan adalah :

a) Katarak                                     

b) Glaukoma

c) Retinopati

d) Gatal seluruh badan

e) Pruritus Vulvae

f) Infeksi bakteri kulit

g) Infeksi jamur di kulit

h) Dermatopati

i) Neuropati perifer

j) Neuropati viseral

k) Amiotropi

l) Ulkus Neurotropik

m)Penyakit ginjal

n) Penyakit pembuluh darah perifer

o) Penyakit koroner

p) Penyakit pembuluh darah otak

5

Page 6: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

q) Hipertensi

6. Patofisiologi

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu

memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar.

Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di

pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel

dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya

kadar glukosa di dalam darah meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang

merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas.

Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau

langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin

normal  tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel

yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan

glukosa dalam darah menjadi meningkat.

6

Page 7: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

7. Pathway

8. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk

mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada

setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

1. Diet

Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15%

Protein, 75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk

mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak

7

Page 8: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas

reseptor insulin.

2. Latihan

Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.

Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan

bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti program latihan

kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan

pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang

mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas

dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik

untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat

secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi

kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan

emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan

berat badan.

Pemantauan

Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu

diperiksa secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga

harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat

meningkatkan resiko DM pada lansia.

8

Page 9: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

3. Terapi (jika diperlukan)

Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan

efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga

dapat dilakukan untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam

parameter yang  telah ditentukan untuk membatasi komplikasi

penyakit yang membahayakan.

4. Pendidikan

Diet yang harus dikomsumsi

Latihan

Penggunaan insulin

9. Pemeriksaan Diagnostik

Glukosa darah sewaktu

Kadar glukosa darah puasa

Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan:

Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

9

Page 10: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200

mg/dl

10. Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis.

Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes

ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma

(HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati

diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.

Komplikasi akut

Diabetes ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang

berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan

tersebut termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA

dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)

Komplikasi kronis:

a. Retinopati diabetic

Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh

retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat

berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina

10

Page 11: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh

darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat

mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa

mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan

kebutaan permanen.

b. Nefropati diabetic

Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah

glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang

disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular

dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom

Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.

c. Neuropati

Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati

diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan

autonomic.

d. Displidemia

Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.

e. Hipertensi

Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit

ginjal, mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM

tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus

11

Page 12: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa

memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.

f. Kaki diabetic

Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati,

iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan.

Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial

untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat

mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia,

dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.

g. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di

bawah 60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin

atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien

sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik

oral.

12

Page 13: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,

mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya

apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk

menanggulangi penyakitnya.

c. Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot

menurun.

d. Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada

ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,

perubahan tekanan darah

e. Integritas Ego

Stress, ansietas

f. Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

g. Makanan / Cairan

13

Page 14: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat

badan, haus, penggunaan diuretik.

h. Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,

parestesia, gangguan penglihatan.

i. Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

j. Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /

tidak)

k. Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

2. Diagnosa Keperawatan

a) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan peningkatan metabolisme protein, lemak.

b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan  osmotik diuresis

ditandai dengan tugor kulit menurun dan membran mukasa kering.

c) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status

metabolik (neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada

extremitas.

d) Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.

14

Page 15: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

e) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.

f) Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.

3. Perencanaan Keperawatan

a) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan peningkatan metabolisme protein, lemak.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan

kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.

Dengan Kriteria Hasil :

Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat

Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

Tindakan / intervensi Rasional

Mandiri

1) Timbang berat badan sesuai

indikasi.

Mengkaji pemasukan makanan yang

adekuat.

2) Tentukan program diet, pola

makan, dan bandingkan dengan

makanan yang dapat dihabiskan

klien.

Mengidentifikasikan kekurangan dan

penyimpangan dari kebutuhan

terapeutik.

3) Auskultrasi bising usus, catat

nyeri abdomen atau perut

kembung, mual, muntah dan

pertahankan keadaan puasa

Hiperglikemi, gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit

menurunkan motilitas atau fungsi

lambung (distensi atau ileus

15

Page 16: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

sesuai inndikasi. paralitik).

4) Berikan makanan cair yang

mengandung nutrisi dan elektrolit.

Selanjutnya memberikan

makanan yang lebih padat.

Pemberian makanan melalui oral

lebih baik diberikan pada klien sadar

dan fungsi gastrointestinal baik.

5) Identifikasi makanan yang

disukai.

Kerja sama dalam perencanaan

makanan.

6) Libatkan keluarga dalam

perencanaan makan.

Meningkatkan rasa keterlibatannya,

memberi informasi pada keluarga

untuk memahami kebutuhan nutrisi

klien.

7) Observasi tanda hipoglikemia

(perubahan tingkat kesadaran,

kulit lembap atau dingin, denyut

nadi cepat, lapar, peka rangsang,

cemas, sakit kepala, pusing).

Pada metabolism kaborhidrat (gula

darah akan berkurang dan

sementara tetap diberikan tetap

diberikan insulin, maka terjadi

hipoglikemia terjadi tanpa

memperlihatkan perubahan tingkat

kesadaran.

8) Kolaborasi

9) Lakukan pemeriksaan gula darah

dengan finger stick.

Analisa di tempat tidur terhadap gula

darah lebih akurat daripada

memantau gula dalam urine.

10) Pantau pemeriksaan laboratorium

(glukosa darah, aseton, pH,

HCO3)

Gula darah menurun perlahan

dengan penggunaan cairan dan

terapi insulin terkontrol sehingga

glukosa dapat masuk ke dalam sel

dan digunakan untuk sumber kalori.

Saat ini, kadaar aseton menurun dan

16

Page 17: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

asidosis dapat dikoreksi.

11) Berikan pengobatan insulin

secara teratur melalui iv

Insulin regular memiliki awitan cepat

dan dengan cepat pula membantu

memindahkan glukosa ke dalam sel.

Pemberian melalui IV karena

absorpsi dari jaringan subkutan

sangat lambat.

12) Berikan larutan glukosa

( destroksa, setengah salin

normal).

Larutan glukosa ditambahkan

setelah insulin dan cairan membawa

gula darah sekitar 250 mg /dl.

Dengan metabolism karbohidrat

mendekati normal, perawatan

diberikan untuk menghindari

hipoglikemia.

13) Konsultasi dengan ahli gizi. Bermanfaat dalam penghitungan dan

penyesuaian diet untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan  osmotik diuresis ditandai

dengan tugor kulit menurun dan membran mukosa kering.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan

cairan atau hidrasi pasien terpenuhi

Dengan kriteria Hasil :

Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital

stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,

17

Page 18: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas

normal.

Tindakan / Intervensi Rasional

Mandiri

1. Kaji riwayat klien sehubungan

dengan lamanya atau intensitas

dari gejala seperti muntah dan

pengeluaran urine yang

berlebihan.

Membantu memperkirakan

kekurangan volume total. Adanya

proses infeksi mengakibatkan

demam dan keadaan

hipermetabolik yang meningkatkan

kehilangan air.

2. Pantau tanda – tanda vital, catat

adanya perubahan tekanan darah

ortostatik.

Hipovolemi dimanifestasikan oleh

hipotensi dan takikardia. Perkiraan

berat ringannya hipovolemi saat

tekanan darah sistolik turun ≥ 10

mmHg dari posisi berbaring ke

duduk atau berdiri.

3. Pantau pola napas seperti

adanya pernapasan Kussmaul

atau pernapasan yang berbau

keton.

Perlu mengeluarkan asam karbonat

melalui pernapasan yang

menghasilkan kompensasi alkalosis

respiratoris terhadap keadaan

ketoasidosis. Napas bau aseton

disebabkan pemecahan asam

asetoasetat dan harus berkurang

bila ketosis terkoreksi.

4. Pantau frekuensi dan kualitas

pernapasan, penggunaan otot

Hiperglikemia dan asidosis

menyebabkan pola dan frekuensi

18

Page 19: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

bantu napas, adanya periode

apnea dan sianosi.

pernapasan normal. Akan tetapi

peningkatan kerja pernapasan,

pernapasan dangkal dan cepat

serta sianosis merupakan indikasi

dari kelelahan pernapasan atau

kehilangan kemampuan melalui

kompensasi pada asidosis.`

5. Pantau suhu, warna kulit, atau

kelembapannya.

Demam, menggigil, dan diaphoresis

adalah hal umum terjadi pada

proses infeksi, demam dengan kulit

kemerahan, kering merupakan

tanda dehidrasi.

6. Kaji nadi perifer, pengisian

kapiler, turgor kulit, dan

membrane mukosa.

Merupakan indicator tingkat

dehidrasi atau volume sirkulasi yang

adekuat.

7. Pantau masukan dan

pengeluaran.

Memperkirakan kebutuhan cairan

pengganti, fungsi ginjal, dan

keefektifan terapi yang diberikan.

8. Ukur berat badan setiap hari. Memberikan hasil pengkajian

terbaik dari status cairan yang

sedang berlangsung dan

selanjutnya dalam memberikan

cairan pengganti.

9. Pertahankan pemberian cairan

minimal 2500 ml/hari.

Mempertahankan hidrasi atau

volume sirkulasi.

10. Tingkatkan lingkungan yang

menimbulkan rasa nyaman.

Selimuti klien dengan kain yang

Menghindari pemanasan yang

berlebihan terhadap klien lebih

lanjut dapat menimbulkan

19

Page 20: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

tipis. kehilangan cairan.

11.Kaji adanya perubahan mental

atau sensori.

Perubahan mental berhubungan

dengan hiperglikemi atau

hipoglikemi, elektrolit abnormal,

asidosis, penurunan perfusi

serebral, dan hipoksia. Penyebab

yang tidak tertangani, gangguan

kesadaran menjadi predisposisi

aspirasi pada klien.

12.Observasi mual, nyeri abdomen,

muntah, dan distensi lambung.

Kekurangan cairan dan elektrolit

mengubah motilitas lambung

sehinnga sering menimbulkan

muntah dan secara potensial

menimbulkan kekurangan cairan

dan elektrolit.

13.Observasi adanya perasaan

kelelahan yang meningkat,

edema, peningkatan berat badan,

nadi tidak teratur, dan distensi

vaskuler.

Pemberian cairan untuk perbaikan

yang cepat berpotensi menimbulkan

kelebihan cairan dan gagal jantung

kronis.

14.Kolaborasi

15. Berikan terapi cairan sesuai

indikasi:

Normal salin atau setengah

normal salin dengan atau tanpa

dekstrosa.

Albumin, plasma, atau dekstran.

Tipe dan jumlah cairan tergantung

pada derajat kekurangan cairan dan

respon klien secara individual.

Plasma ekspander (pengganti)

dibutuhkan jika mengancam jiwa

20

Page 21: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

atau tekanan darah sudah tidak

dapat kembali normal dengan

usaha rehidrasi yang telah

dilakukan.

Pasang kateter urine. Memberikan pengukuran yang tepat

terhadap pengeluaran urine

terutama jika neuropati otonom

menimbulkan retensi atau

inkontinensia.

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status

metabolik (neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidakterjadi

komplikasi.

Dengan Kriteria Hasil : - menunjukan peningkatan integritas kulit

·       Menghindari cidera kulit

Tindakan  / intervensi Rasional

Mandiri

1. Inspeksi kulit terhadap perubahan

warna,turgor,vaskuler,perhatikan

kemerahan.

Menandakan aliran sirkulasi buruk

yang dapat menimbulkan infeksi

2. Ubah posisi setiap 2 jam beri

bantalan pada tonjolan tulang

Menurunkan tekanan pada edema

dan menurunkan iskemia

3. Pertahankan alas kering dan

bebas lipatan

Menurunkan iritasi dermal

21

Page 22: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

4. Beri perawatan kulit seperti

penggunaan  lotion

Menghilangkan kekeringan pada

kulit dan robekan pada kulit

5. Lakukan perawatan luka dengan

teknik aseptik

Mencegah terjadinya infeksi

6. Anjurkan pasien untuk menjaga

agar kuku tetap pendek

Menurunkan resiko cedera pada

kulit oleh karena garukan

7. Motivasi klien untuk makan

makanan TKTP

Makanan TKTP dapat membantu

penyembuhan jaringan kulit  yang

rusak

d. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kelelahan

dapat teratasi.

Kriteria hasil klien dapat:

1. Mengidentifikasikan pola keletihan setiap hari.

2. Mengidentifikasi tanda dan gejala peningkatan aktivitas penyakit yang

mempengaruhi toleransi aktivitas.

3. Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.

4. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam

aktivitas yang diinginkan.

22

Page 23: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

Tindakan / intervensi Rasional

Mandiri

1. Diskusikan kebutuhan akan

aktivitas. Buat jadwal

perencanaan dan identifikasi

aktivitas yang menimbulkan

kelelahan.

Pendidikan dapat memberikan

motivasi untuk meningkatkan tingkat

aktivitas meskipun klien sangat

lemah.

2. Diskusikan penyebab keletihan

seperti nyeri sendi, penurunan

efisiensi tidur, peningkatan upaya

yang diperlukan untuk ADL.

Dengan mengetahui penyebab

keletihan, dapat menyusun jadwal

aktivitas.

3. Bantu mengidentivikasi pola

energi dan buat rentang

keletihan. Skala 0-10 (0=tidak

lelah, 10= sangat kelelahan)

Mengidentifikasi waktu puncak

energi dan kelelahan membantu

dalam merencanakan akivitas untuk

memaksimalkan konserfasi energi

dan produktivitas.

4. Berikan aktivitas alternatif dengan

periode istirahat yang cukup/

tanpa diganggu.

Mencegah kelelahan yang berlebih.

5. Pantau nadi , frekuensi nafas,

serta tekanan darah sebelum dan

seudah melakukan aktivitas.

Mengindikasikan tingkat aktivitas

yang dapat ditoleransi secara

fisiologis.

6. Tingkatkan partisipasi klien dalam

melakukan aktivitas sehari-hari

sesuai kebutuhan.

Memungkinkan kepercayaan diri/

harga diri yang positif sesuai tingkat

aktivitas yang dapat ditoleransi.

7. Ajarkan untuk mengidentifikasi

tanda dan gejala yang

menunjukkan peningkatan

Membantu dalam mengantisipasi

terjadinya keletihan yang

berlebihan.

23

Page 24: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

aktivitas penyakit dan

mengurangi aktivitas, seperti

demam, penurunan berat badan,

keletihan makin memburuk.

e. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi

tanda-tanda infeksi

Dengan Kriteria hasil :

1. Tidak ada rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesia.

2. Terjadi perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.

Rencana / intervensi Rasional

Mandiri

1. Observasi tanda-tanda infeksi

dan peradangan sperti demam,

kemerahan, adanya pus pada

luka, sputum purulen, urine

warna keruh atau berkabut.

Pasien mungkin masuk dengan

infeksi yang biasanya telah

mencetuskan keadaan ketoasidosis

atau dapat mengalami infeksi

nosokomial.

2. Tingkatkan upaya pencegahan

dengan melakukan cuci tangan

yang baik pada semua orang

yang berhubungan dengan

pasien termasuk pasiennya

Mencegah timbulnya infeksi

nosokomial.

24

Page 25: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

sendiri.

3. Pertahankan teknik aseptik pada

prosedur invasif.

Kadar glukosa yang tinggi dalam

darah akan menjadi meddia terbaik

dalam pertumbuhan kuman.

4. Berikan perawatan kulit dengan

teratur dan sungguh-sungguh,

masase daerah tulang yang

tertekan, jaga kulit tetap kering,

linen kering dan tetap kencang.

Sirkulasi perifer bisa terganggu dan

menempatkan pasien pada

peningkatan risiko terjadinya

kerusakan pada kulit.

5. Berikan tisue dan tempat sputum

pada tempat yang mudah

dijangkau untuk penampungan

sputum atau secret yang lainnya.

Mengurangi penyebaran infeksi.

6. Kolaborasi

7. Lakukan pemeriksaan kultur dan

sensitifitas sesuai dengan

indikasi.

Untuk mengidentifikasi adanya

organisme sehingga dapat memilih

atau memberikan terapi antibiotik

yang terbaik.

8. Berikan obat antibiotik yang

sesuai

Penanganan awal dapat mambantu

mencegah timbulnya sepsis.

f. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi

injuri

25

Page 26: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

Dengan Kriteria hasil :

1. Dapat menunjukkan terjadinya perubahan perilaku untuk menurunkan

factor risiko dan untuk melindungi diri dari cidera.

2. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

Rencana / Intervensi Rasional

Mandiri

1. Hindarkan lantai yang licin. Lantai licin dapat menyebabkan

risiko jatuh pada pasien.

2. Gunakan bed yang rendah. Mempermudah pasien untuk naik

dan turun dari tempat tidur.

3. Orientasikan klien dengan

ruangan.

Lansia daya ingatnya sudah

menurun, sehingga diperlukan

orientasi ruangan agar lansia bisa

menyesuaikan diri terhadap

ruangan.

4. Bantu klien dalam melakukan

aktivitas sehari-hari

Lansia sudah mengalami

penurunan dalam fisik, sehingga

dalam melakukan aktivitas sehari

diperlukan bantuan dari orang

lainsesuai dengan yang dapat

ditoleransi

5. Bantu pasien dalam ambulasi

atau perubahan posisi

Keterbatasan aktivitas tergantung

pada kondisi lansia.

26

Page 27: LP GERONTIK IDAR.docx

LP Keperawatan GerontikSamsidar 142 209 0038RW 02 Kelurahan Kunjung Mae

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 Jakarta :

EGC.

Ikram, Ainal. 1996 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada

Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga. Jakarta : FKUI

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :

Salemba Medika

Luecknote, Annette Geisler. 1997. Pengkajian Gerontologi. Jakarta: EGC.

Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan

Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan.  Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 . Jakarta : EGC.

27