Lp Gastritis

38
BAB I LANDASAN TEORI KELUARGA A. Definisi Keluarga Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga. Terdapat pengertian yang berbeda dalam hal mendefinisikan tentang keluarga. UU. No. 10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Pakar konseling dari yogyakarta, Sayekti (1994) mendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga. Dep.Kes. RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga beserta beberapa orang anggotanya yang terkumpul dan tinggal dalam satu tempat karena pertalian darah, ikatan perkawinan, atau adopsi yang satu sama lainnya saling tergantung dan beriteraksi. Friedman (1998) mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Bailon dan Maglaya (1989) mendefiniskan keluarga adalah dua atau lebih 1

description

Lp Gastritis

Transcript of Lp Gastritis

Page 1: Lp Gastritis

BAB I

LANDASAN TEORI

KELUARGA

A. Definisi Keluarga

Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga. Terdapat pengertian yang

berbeda dalam hal mendefinisikan tentang keluarga. UU. No. 10 tahun 1992 mendefinisikan

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri

dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Pakar konseling dari

yogyakarta, Sayekti (1994) mendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan/ persekutuan hidup

atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau

seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik

anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Dep.Kes. RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri atas kepala keluarga beserta beberapa orang anggotanya yang terkumpul dan

tinggal dalam satu tempat karena pertalian darah, ikatan perkawinan, atau adopsi yang satu

sama lainnya saling tergantung dan beriteraksi. Friedman (1998) mendefinisikan keluarga

adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan

emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari

keluarga. Bailon dan Maglaya (1989) mendefiniskan keluarga adalah dua atau lebih dari dua

individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan

dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam

peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Effendy (2005), Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu

atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Pengertian yang disampaikan para ahli terdapat beberapa persamaan antara lain

antara Sayekti (1994), Dep. Kesehatan. RI (1988), Bailon dan Maglaya (1989) dan Effendi

(2005) yaitu keluarga tergabung karena adanya hubungan perkawinan. namun terdapat

perbedaan pandangan yaitu pandangan dari Friedman (1998) yang tidak menyebutkan secara

spesifik adanya hubungan perkawinan dalam rumah tangga, hanya menyebutkan adanya

keterikatan aturan dan emosional, tetapi pada prinsipnya sama yaitu adanya perkumpulan

1

Page 2: Lp Gastritis

dua orang atau lebih yang hidup bersama, adanya aturan didalamnya, dan adanya interaksi

antar anggota keluarga.

Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa keluarga adalah :

1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau

adopsi.

2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap

memperhatikan satu sama lain.

B. Tujuan Dasar Keluarga

Bergabungnya dua orang atau lebih yang membentuk keluarga, mempunyai suatu

tujuan. Menurut Friedman (1998) tujuan utama keluarga adalah sebagai perantara yaitu

menanggung semua harapan dan kewajiban-kewajiban masyarakat serta membentuk dan

mengubah sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap

individu dalam keluarga.

C. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut Effendy (1998:33) terdiri dari bermacam-macam,

diantaranya: patrilineal, matrilineal, matrilokal, patrilokal dan keluarga kawinan.

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah, sedangkan

matrilineal adalah sama dengan patrilineal hanya hubungan disusun berdasarkan garis ibu.

Matrilokal merupakan sepasang suami-istri yang tinggal dengan keluarga sedarah istri

berbeda dengan patrilokal merupakan kebalikan dari matrilokal yang tinggal dengan

keluarga sedarah suami. Sedangkan keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai

dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga

karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

D. Ciri – Ciri Struktur Keluarga

Struktur keluarga mempunyai ciri-ciri khusus, menurut Effendy (1998:33) yang

mengutip dari Anderson Carter, ciri-ciri struktur keluarga adalah: terorganisasi dimana antar

anggota keluarga saling ketergantungan antara anggota keluarga. Kedua, ada keterbatasan

yaitu setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam

menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. Kektiga. Ada perbedaan dan kekhususan

2

Page 3: Lp Gastritis

yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

E. Type-Type Keluarga

Tipe atau bentuk keluarga berbeda menurut pandangan dan keilmuan serta orang

yang mengelompokkannya. Menurut Suprajitno, SKp (2004:2), tipe keluarga dibagi menjadi

2 kelompok yaitu : 1. kelompok tradisional, 2. Kelompok non tradisional.

Kelompok tradisional dibagi menjadi 2 yaitu : Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu

keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau

diadopsi atau keduanya. dan keluarga besar (Extendeed Family) yaitu keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

Sedangkan kelompok kedua (Non Traditional) yaitu kelompok tradisional dengan

perkembangannya ditambah dengan kelompok lain yaitu: keluarga bentukan kembali

(Dyadic Family) yaitu keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau

kehilangan pasangannya, orang tua tunggal (Single Parent Family) yaitu keluarga yang

terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal

pasangannya, ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (The unmarried teenage mother),

orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (The

single adult living alone), keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The non

marital heterosecual cohabiting family) dan keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang

berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).

Terdapat perbedaan dengan teori lain seperti yang disampaikan oleh Effendy

(1998:33) yang membagi tipe keluarga menjadi 6 tipe/ bentuk keluarga, yaitu: Keluarga inti

(Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Keluarga besar

(Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,

kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

Berbeda dengan keluarga berantai (Serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi karena perceraian atau

kematian, jika suami meninggal maka yang ada adalah keluarga janda dan bila istri

meninggal maka yang terbentuk adalah keluarga duda, bila bentuk keluarga yang terjadi

kerena perceraian maka akan terbentuk dua keluarga yaitu keluarga duda dan keluarga

janda. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami

3

Page 4: Lp Gastritis

dan hidup secara bersama, poligami yaitu satu orang pria dengan lebih dari satu istri dan

masih hidup bersama. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa

pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

F. Tahap Dan Tugas Perkembangan Keluarga

Setiap keluarga mempunyai tahap perkembangan dan tugas perkembangan sendiri

dan mempuyai ciri yang berbeda dengan yang lain. Terdapat beberapa teori tentang tahap

dan tugas perkembangan keluarga, yaitu: menurut Carter dan McGoldrick (1989), tahap

perkembangan terdiri dari : keluarga antara masa bebas (pacaran) dewasa muda,

terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan, keluarga yang memiliki anak usia

muda (anak usia bayi sampai sekolah), keluarga yang memiliki anak dewasa, keluarga yang

mulai melepaskan anaknya untuk keluar rumah, keluarga lansia.

Sedangkan menurut Duvall (1989), tahap perkembangan keluarga dibagi dalam 8

tahap perkembangan yaitu: keluarga baru menikah, keluarga dengan anak baru lahir (usia

anak tertua sampai 30 tahun), keluarga dengan anak prasekolah (usia anak tertua 2 ½ tahun -

5 tahun), keluarga dengan anak usia sekolah (usia anak tertua 6-12 tahun), keluarga mulai

melepaskan anak sebagia dewasa (anak-anaknya mulai meninggalkan rumah), keluarga yang

hanya terdiri dari orang tua saja/ keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan

rumah), keluarga lansia.

Tahap perkembangan keluarga baru menikah, tahap ini dimulai dari pernikahan yang

dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga. Dalam tahap ini keluarga mempunyai tugas

perkembangan yaitu membina hubungan intim yang memuaskan pasangannya, membina

hubungan dengan keluarga lain, teman dan keluarga sosial.

Tahap perkembangan yang kedua, keluarga keluarga dengan anak baru lahir. Yaitu

ditandai dengan kelahiran anak pertama sampai dengan 30 bulan. Tugas perkembangan

keluarga ini adalah mempersiapkan menjadi orang tua, adaptasi dengan perubahan adanya

anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan, mempertahankan

hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak usia pra sekolah.

Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan memenuhi kebutuhan anggota keluarga,

misal kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi,

beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain yang lebih tua

4

Page 5: Lp Gastritis

juga harus terpenuhi, mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar

keluarga, pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab

anggota keluarga, merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Tahap perkembangan yang keempat adalah keluarga dengan anak usia sekolah.

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan

luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas ( yang tidak diperoleh dari sekolah atau

masyarakat ), tugas yang lain adalah mempunyai keintiman pasangan, memenuhi kebutuhan

yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak remaja. Tugas

perkembangan pada tahap ini adalah memberikan kebebasan yang seimbang dan

bertanggung jawab mengingat anak remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai memiliki

otonomi, mempertahankan hubungan intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi

terbuka antara anak dan orang tua, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan

(anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

Tahap perkembangan yang keenam adalah keluarga mulai melepaskan anak sebagai

dewasa. Tugas dalam tahap ini adalah memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti

menjelaskan keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk

mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat, penataan kembali peran orang tua dan

kegiatan dirumah.

Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan usia pertengahan. Pada

tahap ini mempunyai tugas perkembangan mempertahankan kesehatan individu dan

pasangan usia pertengahan, mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan

anak-anaknya dan sebaya, meningkatkan keakraban pasangan.

Tahap perkembangan yang terakhir atau yang kedelapan adalah keluarga usia tua.

Tugas pada perkembangan ini adalah mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga

yang saling menyenangkan pasangan, adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi,

kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga, mempertahankan keakraban

pasangan dan saling merawat dan melak life review masa lalu.

G. Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga

Pemegang kekuasaan dalam tiap keluarga berbeda dalam mengatur kehidupan dalam

5

Page 6: Lp Gastritis

keluarga. Effendy (1998:34) membagi pemegang kekuasaan dalam rumah tangga atau

keluarga dengan tiga jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan

dalam keluarga adalah pihak ayah. Sementara pada keluarga matriakal pihak ibu lebih

dominan dan sebagai pemegang kekuasaan. Dan yang ketiga adalah equalitarian yaitu

keluarga yang dalam keluarga ayah dan ibu sama-sama memegang kekuasaan.

H. Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Effendy (1998: 34)

membagi peranan keluarga dalam tiga peranan yaitu peranan ayah, peranan ibu dan juga

peranan anak. Peranan ayah adalah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak,

berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai

kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat

dari lingkungan.

Peranan ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-

anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai

anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarga, Apabila dalam keluarga sudah mempunyai anak,

maka selain ada peranan ayan, peranan ibu, juga ada peranan anak.

Sedangkan Peranan anak adalah melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.

I. Fungsi Keluarga

Terbentuknya keluarga mempunyai berbagai fungsi dalam menunjang kehidupan

dalam Keluarganya. Beberapa ahli mempunyai perbedaan dalam menyebutkan fungsi dalam

keluarga.

Friedman ( 1998:13 ) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yaitu: Fungsi

afektif. Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan

basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari

seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah;

6

Page 7: Lp Gastritis

saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menrima, saling mendukung, saling

menghargai, dan ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi

dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.

Dari aspek fungsi afektif dapat disimpulkan bahwa fungsi afek merupakan sumber

energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau

masalah keluarga timbul karena fungsi afektif yang tidak terpenuhi.

Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan

social (Friedman, 1998:13). Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai

melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.

Fungsi Reproduksi. Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan

dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka

fugsi ini sedikit terkontrol.

Fungsi Ekonomi. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan makan, pakaian, dan tempat

untuk berlindung (rumah).

Fungsi Perawatan Kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek

asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat

anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhai status kesehatan keluarga. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas

kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Berdasarkan fungsi perawatan keluarga inilah yang kemudian dikembangkan

menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan. Adapun tugas kesehatan keluarga (Friedman,

1998) adalah; mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang

tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau

menciptakan suasana rumah yang sehat dan mempertahankan hubungan dengan

(menggunakan ) fasilitas kesehatan masyarakat.

Fungsi keluarga menurut ahli yang lain yaitu Effendy (1998:35), membagi fungsi

keluarga menjadi fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan

fungsi pendidikan. Fungsi biologis keluarga adalah untuk meneruskan keturunan,

memelihara dan membesarkan anak. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan memelihara

7

Page 8: Lp Gastritis

serta merawat anggota keluarga juga merupakan fungsi biologis yang dapat dijalankan

keluarga (Effendy, 1998:35).

Fungsi psikologis yang dapat dijalankan keluarga adalah memberikan kasih sayang

dan rasa aman, memberikan perhatian di antara anggota keluarga, membina pendewasaan

kepribadian anggota keluarga serta memberikan identitas keluarga. Adapun fungsi

sosialisasi keluarga yaitu membina sosial pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku

sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan yang krusial adalah menaruh nilai-nilai

budaya keluarga (Effendy, 1998:35).

Keluarga juga mempunyai fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan pengaturan penggunaan penghasilan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga tidak hanya sesaat,

tetapi terus berlanjut sehingga keluarga perlu dapat mengatur ekonomi keluarga sehingga

dapat menunjang kehidupan baik sekarang maupun yang akan datang. Untuk

mempersiapkan kebutuhan yang akan datang, keluarga dapat menabung yang berguna

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya

pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya (Effendy, 1998:35).

Memasuki taraf anak sekolah dan dewasa, keluarga mempunyai fungsi pendidikan.

Dalam hal ini fungsi keluarga adalah menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki dan

berguna untuk mempersiapkan anak dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

Keluarga juga melaksanaan fungsi pendidikan baik di rumah maupun diluar rumah dengan

cara mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya (Effendy, 1998:35).

Dari berbagai fungsi di atas, Effendy (1998:36) menyebutkan tiga fungsi pokok

keluarga terhadap anggotanya yaitu asih, asuh dan asah. Asih adalah memberikan kasih

sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan

mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar

kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang

sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Sedangkan asah adalah memenuhi kebutuhan

pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam

8

Page 9: Lp Gastritis

mempersiapkan masa depannya, misalnya dengan menyekolahkan anak-anak (Effendy,

1998:36).

Indonesia dalam fungsi keluarga membagi menjadi delapan (UU No. 10. tahun 1992

jo PP No.21 tahun 1994:14) yaitu: fungsi keagamaan. Keluarga berfungsi dalam membina,

menerjemahkan, memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari, melengkapi dan

menambah proses kegiatan belajar keagamaan dan membina rasa, sikap dan praktik

kehidupan keluarga beragama. Hal ini dalam keluarga sebagai fondasi menuju keluarga kecil

bahagia dan sejahtera.

Keluarga sebagai fungsi budaya yaitu membina dalam meneruskan norma dan

budaya masyarakat dan bangs, membina dalam menyaring budaya asing yang tidak sesuai,

membina dalam pemecahan masalah dari pengaruh negatif globalisasi, membina agar

berperilaku positif dan membina budaya yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia yang

selaras, sesuai dan seimbang.

Dalam fungsi cinta kasih didalam keluarga, dengan menumbuhkembangkan potensi

kasih sayang, membina tingkahlaku, membina praktik kecintaan terhadap kehidupan

ukhrowi dan mampu memberi dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup yang ideal.

Fungsi perlindungan, dengan memberi rasa aman keluarga baik fisik maupun psikis

dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga. Fungsi reproduksi, membina sebagai

wahana reproduksi sehat dengan memberikan contoh kaidah – kaidah pembentukan

keluarga baik yang berkaitan dengan melahirkan, jarak anak, jumlah ideal anak dalam

keluarga sebagai modal kondusif keluarga. Fungsi sosialisasi, membina proses sosialisasi

dalam meningkatkan kematangan dan kedewasaan anak sehingga dapat bermanfaat positif.

Keluarga berfungsi ekonomi, melakukan kegiatan ekonomi, mengelola, mengatur

hasil kegiatan ekonomi sebagai modal dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia dan

sejahtera. Fungsi pelestarian lingkungan, dengan membina kesadaran, sikap, praktik perilaku

pelestarian lingkungan.

Dari berbagai literatur diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai

bermacam fungsi yang bertujuan dalam mewujudkan keluarga yang penuh dengan sifat asah,

asih dan asuh sehingga dapat terpenuhi tujuan dalam pembentukan keluarga yang sejahtera.

9

Page 10: Lp Gastritis

J. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Keluarga dalam masalah kesehatan mempunyai tugas pemeliharaan kesehatan para

anggotanya dan saling memelihara. Suprajitno (2004:16) membagi 5 tugas kesehatan yang

harus dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau masalah perkembangan

kesehatan setiap anggota keluarga, setelah mengenal keluarga diharapkan mampu

mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. keluarga juga bertugas

memberi keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat

membantu dirinya karena cacat atau usia yang terlalu muda.

Dalam hal lingkungan untuk menjamin kesehatan, keluarga diharapkan dapat

memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi dampak dari lingkungan yang tidak sehat

baik didalam maupun diluar rumah. Suprajitno (2004:18) menambahkan keluarga

memannfaatkan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan dalam menjamin kondisi yang

sehata didalam keluarga.

10

Page 11: Lp Gastritis

BAB II

LANDASAN TEORI

GASTRITIS

I. KONSEP DASAR MEDIK

A. Definisi

a. Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,

kronik, difus atau lokal (Patofisiologi, hal : 376)

b. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. (Kapita Selekta Kedokteran, hal :

492).

B. Anatomi Lambung

Gambar. Anatomi Lambung

Lambung merupakan bagian gastrointestinal yang terletak di antara esophagus dan

duodenum. Dari anatomi topografik lambung duodenum dengan hati, pankreas dan limpa

dapat diperkirakan tukak peptic akan mengalami perforasi ke rongga sekitarnya secara

bebas atau penetrasi ke dalam rongga di sekitarnya, tergantung pada letak tukak.

Berdasarkan faalnya lambung dibagi dalam dua bagian. Tiga perempat proksimal

yang terdiri dari fundus dan korpus, berfungsi sebagai penampung makanan yang ditelan

serta tempat produksi asam lambung. Sedangkan seperempat distal atau antrum kerjanya

mencampur makanan dan mendorongnya ke duodenum serta memproduksi gastrin.

Ciri yang cukup menonjol pada anatomi lambung adalah peredaran darahnya yang

sangat kaya dan berasal dari empat jurusan dengan pembuluh nadi besar di pinggir

kurvatura mayor dan minor serta dalam dinding lambung. Di belakang dan di tepi media

11

Page 12: Lp Gastritis

duodenum juga ditemukan arteri besar (arteri gastroduodenalis). Perdarahan hebat bisa

terjadi karena erosi dinding arteri itu pada tukak peptic lambung dan duodenum. Vena

lambung dan duodenum bermuara ke vena porta. Peredaran vena ini kaya dengan

hubungan kolateral ke organ yang ada hubungan embrional dengan lambung dan

duodenum. Persarafan simpatis lambung seperti biasa melalui serabut saraf yang

menyertai arteri. Impuls nyeri dihantarkan melalui serabut parasimpatis berasal dari

nervus vagus dan mengurus sel parietal di fundus dan korpus lambung. Sel ini berfungsi

menghasilkan asam lambung. Nervous vagus anterior (sinister), memberi cabang ke

kandung empedu, hati, dan antrum sebagai saraf latarget anterior, sedangkan nervus

vagus posterior (dexter) memberi cabang ke ganglion seliakus untuk visera lain di perut

dan ke antrum sebagai saraf laterjet posterior.

Fungsi utama lambung adalah sebagai penerima makanan dan minuman oleh

fundus dan korpus dan penghancur oleh kerja antrum di samping turut bekerja dalam

pencernaan awal oleh aksi kimia asam lambung dan pepsin. Fungsi lambung yang

berkaitan dengan gerakan adalah penyimpanan dan pencampuran makanan serta

pengosongan lambung. Kemampuan lambung menampung makanan mencapai 1500 ml

karena ia mampu menyesuaikan ukurannya dengan kenaikan tekanan intra luminal tanpa

peregangan dinding (relaksasi resptif). Fungsi ini diatur oleh nervus vagus dan hilang

setelah vagotomi. Ini antara lain yang mendasari turunnya kapasitas penampungan pada

penderita tumor lambung lanjut sehingga ia cepat kenyang.

Peristaltik terjadi bila lambung mengembang akibat adanya makanan dan

minuman. Kontraksi yang kuat pada antrum (dindingnya paling tebal) akan mencampur

makanan dengan enzim lambung kemudian mengosongkannya ke duodenum secara

bertahap. Daging tak berlemak, nasi,dan sayur meninggalkan lambung dalam 3 jam

sedangkan makanan yang tinggi lemak di lambung sampai 6-12 jam.

C. Etiologi

Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi. Jika ditemukan

pada corpus dan fundus, biasanya disebabkan oleh stress. Jika disebabkan karena obat-

obatan AINS terutama ditemukan di daerah antrum, namun dapat juga menyeluruh.

Gastritis akut dapat pula timbul tanpa diketahui penyebabnya. Penyebab yang sering

dijumpai ialah :

12

Page 13: Lp Gastritis

a. Obat analgetik-anti inflamasi, terutama aspirin.

b. Bahan kimia misalnya lisol.

c. Merokok.

d. Alcohol.

e. Stress fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal

pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.

f. Refleks usus lambung.

g. Endotoksin.

D. Patofisiologi

Aspirin, alkohol, nikotin dan zat-zat lain masuk ke dalam lambung. di dalam

lambung terdapat sawar mukosa lambung yang berfungsi sebagai proteksi. Tetapi bila

sawar mukosa lambung melemah atau rusak oleh bahan tersebut di atas, asam

hidroklorida dan pepsin berdifusi ke dalam mukosa. Asam hidroklorida merangsang

pengeluaran histamin 2. Histamin 2 yang dikeluarkan tersebut merangsang sel-sel parietal

untuk mensekresi lebih banyak asam yang berdifusi kembali ke mukosa untuk

merangsang pengeluaran histamin lebih lanjut, yang memicu pengeluaran lebih banyak

asam dan seterusnya sehingga tercipta suatu lingkaran setan menyebabkan erosi mukosa

yang terus membesar di bawah pengaruh asam dan pepsin.

E. Manifestasi Klinik

1. Mual, muntah.

2. Nyeri epigastrium.

3. Anoreksia.

4. Hematemesis.

5. Perdarahan.

6. Rasa selalu kenyang (tidak lapar).

F. Komplikasi

Komplikasi yang penting adalah :

a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang-

kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.

b. Terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat.

c. Jarang terjadi perforasi.

13

Page 14: Lp Gastritis

d. Anemia pernisiosa.

e. Penyempitan daerah antrum pilorus.

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Analisis HCl lambung untuk mengetahui sekresi lambung.

b. Endoskopi untuk mengetahui erosi pada mukosa lambung.

c. Histopatologi untuk melihat batasan-batasan kelainan pada sel-sel kelenjar mukosa

lambung.

d. Tes serologis untuk mendeteksi Helicobacter pylori.

H. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan dalam hal ini meliputi :

a. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.

b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dijumpai.

c. Diet, makan makanan yang lunak, mudah dicerna dan menghindari makanan yang

dapat merangsang peningkatan asam lambung seperti jangan makan yang pedas,

asam, minum kopi, dan sayur yang mengandung gas.

d. Pemberian obat-obat seperti antasid atau obat-obat ulkus lambung lainnya :

1.) Diberikan anti histamin Cimetidine 1 amp/8 jam.

2.) Diberikan anti emetik misalnya Raclonid 1 amp/8 jam 3 x 1 atau kalau perlu.

3.) Diberikan obat penetralisir asam lambung misalnya Antasida 3 x 1.

4.) Diberikan antibiotik misalnya Amoxicillin 500 mg 3 x 1.

14

Page 15: Lp Gastritis

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mengatasi, dan memulihkan kesehatan

melalui 4 tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian data.

Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses keperawatan.

Diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien, agar dapat memberi arah

kepada tindakan keperawatan. Sebagai sumber informasi dapat digunakan yaitu :

pasien, keluarga, anak, saudara, teman, petugas kesehatan lainnya.

Tahap pengkajian meliputi 4 kegiatan yaitu :

b. Pengumpulan data.

Data yang berhubungan dengan kasus gastritis :

1.) Biodata.

a.) Identitas klien : nama, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan alamat.

b.) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,

pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan alamat serta hubungan keluarga.

2.) Riwayat kesehatan sekarang.

a.) Adanya nyeri epigastrium.

b.) Disertau mual, muntah, anoreksia.

3.) Riwayat kesehatan sebelumnya.

a.) Alkohol.

b.) Makan yang pedas.

c.) Obat-obatan.

d.) Riwayat diabetes mellitus.

e.) Riwayat toksik

4.) Aspek-aspek lain yang berhubungan misalnya pola istirahat, aspek psikososial

dan spiritual.

5.) Data-data pengkajian klien.

- Aktivitas/istirahat.

15

Page 16: Lp Gastritis

Gejala : Kelemahan, kelelahan.

Tanda : Tachikardia, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas).

- Sirkulasi.

Gejala :Hipotensi termasuk postural, takikardia, disritmia,

kelemahan/nadi perifer lemah, pengisian kapiler lembut/ perlahan.

Warna kulit : pucat, sianosis.

Kelembaban kulit : berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut,

respon psikologik).

- Integritas ego.

Gejala :Faktor stress akut atau kronik (keuangan, hubungan, kerja)

Tanda :Tanda ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian

menyempit, gemetar, suara gemetar.

- Eliminasi.

Gejala :Riwayat penyakit sebelumnya karena perdarahan gastro intestinal

atau masalah yang berhubungan dengan gastro intestinal.

Misalnya : luka peptic/gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi

gaster.

Tanda :Nyeri tekan abdomen, distensi.

Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif

setelah perdarahan. Karakteristik feses diare, darah warna gelap,

kecoklatan atau kadang merah cerah : berbusa, bau busuk

(steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan

antasida).

Haluaran urine : menurun, pekat.

- Makanan/cairan

Gejala :Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga

obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).

Masalah menelan, cekukan.

Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual/muntah. Tidak toleran

terhadap makanan, contoh makanan pedas, cokelat ; diet khusus

untuk penyakit ulkus sebelumnya.

16

Page 17: Lp Gastritis

Tanda :Muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa

bekuan darah.

Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor

kulit buruk (perdarahan kronis).

Berat Jenis urine meningkat.

- Neurosensori

Gejala :Rasa berdenyut, pusing sakit kepala karena sinar, kelemahan.

Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu rentang dari

agak cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan, dan

koma (tergantung pada volume sirkulasi/ oksigenisasi).

- Nyeri/kenyamanan

Gejala :Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih.

Rasa ketidaknyamanan/distres samar-samar setelah makan banyak

dan hilang dengan makan (gastritis akut).

Nyeri epigastrium kiri/tengah menyebar ke punggung 1 – 2 jam

setelah makan dan hilang dengan makan antasida (Ulkus gaster).

Nyeri epigastrium terlokalisir di kanan 4 jam setelah makan

bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida

(ulkus duodenal).

Tak ada nyeri (varises esofageal atau gastritis).

Faktor pencetus : makanan, rokok, alcohol, penggunaan obat

tertentu (salsilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stressor

psikologis.

Tanda :Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,

berkeringat, perhatian menyempit.

- Keamanan

Gejala :Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya : ASA.

Tanda :Peningkatan suhu.

Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis/ hipertensi

portal).

- Penyuluhan/pembelajaran

17

Page 18: Lp Gastritis

Gejala :Adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang mengandung

ASA, alcohol, steroid.

NSAID menyebabkan perdarahan GI.

Keluhan saat ini dapat dterima karena (misalnya : anemia) atau

diagnosa yang berhubungan dengan (misalnya trauma kepala), flu

usus, atau episode muntah berat.

Masalah kesehatan yang lama misalnya : sirosis, alcoholisme,

hepatitis, gangguan makan.

Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,9 hari.

Rencana pemulangan :

Dapat memerlukan perubahan program terapi/pengobatan.

- Pemeriksaan diagnostik

EGD (esofagogastroduodenoskopi) : tes diagnostik kunci untuk

perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan/derajat

ulkus jaringan/cedera.

Minum barium untuk foto rontgen untuk membedakan diagnosa

penyebab/sisi lesi.

Analisa gaster : mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster. Penurunan

atau jumlah normal diduga ulkus gaster.

Angiografi : vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat

disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolateral

dan kemungkinan sisi perdarahan.

Hb/Ht : penurunan kadar terjadi dalam 6 – 24 jam setelah perdarahan

mulai.

Jumlah darah lengkap : dapat meningkat, menunjukkan respon tubuh

terhadap cedera.

Analisa gastrin serum : peningkatan kadar diduga sindrom Zollinger –

Allison atau kemungkinan adanya penyembuhan ulkus yang buruk.

Normal atau rendah pada gastritis tipe B.

Kadar pepsinogen ; meningkat dengan penetralisir ulkus duodenal, kadar

rendah diduga gastritis.

18

Page 19: Lp Gastritis

Sel parietal antibody serum : adanya dugaan gastritis kronis.

c. Klasifikasi data.

Mengklasifikasikan dalam data subjektif dan data objektif.

1.) Data subjektif.

Adalah persepsi klien terhadap masalah-masalah yang dikeluhkan sehubungan

dengan gastritis.

2.) Data obyektif.

Adalah semua data senjang pada klien dengan gastritis yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, dan hasil-hasil

pemeriksaan diagnostik).

d. Analisa data.

Dengan melihat data subjektif dan data obyektif dapat ditentukan permasalahan

yang dihadapi oleh klien dan dengan memperhatikan patofisiologi mengenai

penyebab penyakit gastritis sampai permasalahannya tersebut.

B. Diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual dan potensial dari

individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan proses kehidupan”.

(Carpenito, 1995). Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem pencernaan gastritis, baik aktual maupun potensial adalah sebagai

berikut ;

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada mukosa

lambung.

2. Resiko terjadinya gangguan pemenuhan nutirisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup

dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.

4. Kecemasan klien berhubungan dengan status kesehatannya.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

6. Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit.

19

Page 20: Lp Gastritis

C. Rencana/Intervensi Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada mukosa

lambung.

Tujuan : Rasa nyeri teratasi.

Intervensi :

1.) Kaji tingkat nyeri.

Rasional : Dengan mengetahui tingkat nyeri klien dapat membantu dalam

menentukan tindakan selanjutnya.

2.) Anjurkan klien berbaring dengan posisi yang menyenangkan.

Rasional : Posisi yang menyenangkan dapat mengurangi nyeri dan mencegah

arus balik asam lambung ke esophagus.

3.) Anjurkan klien untuk menghindari makanan/minuman yang dapat merangsang

timbulnya rasa sakit/nyeri.

4.) Beri minum air putih hangat 5 – 8 gelas/hari.

Rasional : Air putih yang hangat dapat berfungsi untuk menetralisir asam

lambung.

5.) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian cimetidin.

Rasional : Cimetidin adalah obat bersifat H2 reseptor antagonis yang

berguna untuk menekan produksi asam lambung

b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup

dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.

Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan.

Kriteria : Muntah tidak ada, klien minum 6 – 8 gelas/hari.

Intervensi keperawatan :

1. Catat karakteristik muntah dan/atau drainase.

Rasional : membantu dalam membedakan penyebab distres gaster.

2. Awasi tanda vital. Ukur TD dengan posisi duduk, berbaring. Berdiri bila

mungkin.

20

Page 21: Lp Gastritis

Rasional :perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar

kehilangan cairan.

3. Pertahankan tirah baring, mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi.

Rasional : aktivitas/muntah meningkatkan tekanan intra-abdomen.

4. Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.

Rasional : mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida.

Kolaborasi

5. Berikan cairan sesuai indikasi.

Rasional : penggantian cairan bergantung pada derajat hipovolemia.

c. Resiko terjadinya gangguan pemenuhan nutirisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan : Tidak mengalami malnutrisi lebih lanjut.

Intervensi :

1.) Kaji kebiasaan makan dan minum klien.

Rasional : Mengetahui pola makan dan minum klien dapat membantu dalam

memenuhi kebutuhannya.

2.) Saji makanan yang menarik dan selalu hangat.

Rasional : Penyajian makanan yang menarik,. Hangat dengan porsi kecil tapi

sering dapat mencegah kejenuhan klien terhadap makanan tertentu dan

memberi kesempatan pada usus untuk mengabsorbsi makanan yang

lebih banyak.

3.) Berikan makanan yang berkalori tinggi, volume tambahan dari kalori rendah.

Rasional : Memperoleh penambahan intake kalori pada volume yang kecil tapi

padat.

4.) Perbolehkan keluarga membawakan makanan dari rumah.

Rasional : Makanan dari rumah mungkin lebih diterima oleh klien.

5.) Lakukan penimbangan berat badan 1 kali dalam seminggu.

Rasional : Penimbangan berat badan secara teratur sebagai salah satu indicator

untuk mengetahui status nutrisi.

6.) Berikan HE tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi dan berikan

makanan secara teratur.

21

Page 22: Lp Gastritis

Rasional : Klien dapat mengetahui pentingnya nutrisi bagi tubuh dan kegunaan

makan secara teratur.

d. Kecemasan klien berhubungan dengan status kesehatannya.

Tujuan : Kecemasan berkurang/hilang

Intervensi :

1.) Kaji tingkat kecemasan.

Rasional : Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan klien,

sehingga memudahkan dalam pemberian tindakan selanjutnya.

2.) Beri informasi yang benar tentang penyakitnya.

Rasional : Klien memahami dan mengerti tentang keadaannya sehingga mau

bekerja sama dalam perawatannya/pengo-batan.

3.) Dengarkan semua keluhannya.

Rasional : Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman

dalam segala hal tindakan yang diberikan.

4.) Beri dorongan spiritual.

Rasional : Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan

penyakitnya, masih ada yang berkusa menyembuhkannya yaitu Tuhan

Yang Maha Esa.

e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), tentang proses penyakit, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya   informasi tentang

penyakitnya.

Tujuan :

Pengetahuan klien tentang perawatan di rumah bertambah setelah diberikan

pendidikan kesehatan tentang Gastritis

Kriteria Hasil :

Klien menyatakan pemahaman penyebab perdarahannya sendiri (bila tahu) dan

penggunaan tindakan pengobatan.

Intervensi :

1. Kaji sejauh mana ketidakmengertian klien dan keluarga tentang penyakit yang

diderita.

22

Page 23: Lp Gastritis

Rasional: Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah informasi dan

memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai

kebutuhan.

2. Diskusikan dengan klien untuk melakukan pendidikan kesehatan.

Rasional : Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama

dengan klien.

3. Berikan penjelasan tentang penyakit yang klien derita, cara pengobatan dan

perawatan di rumah serta pencegahan kekambuhan penyakit.

Rasional: Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan

informasi/ keputusan tentang masa depan dan kontrol masalah kesehatan.

4. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam

pendidikan kesehatan.

Rasional: Memberikan kesempatan klien dan keluarga untuk lebih memahami

tentang penyakitnya.

5. Berikan evaluasi terhadap keefektifan pendidikan kesehatan.

Rasional: Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien setelah diberi pendidikan

kesehatan.

6. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian antibiotika dan obat-obatan untuk

menurunkan sekresi lambung.

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan :

Klien dapat beraktivitas secara optimal sesuai keadaan

Criteria :

- Klien terlihat segar.

- Klien mampu meme-nuhi kebutuhannya sesuai dengan ke-mampuannya.

Intervensi :

1. Kaji aktivitas yang dapat di-lakukan oleh klien.

Rasional : Dapat diketahui aktivitas yang dapat dilakukan klien untuk menentukan

in-tervensi selanjutnya.

2. Berikan bantuan minimal pada aktivitas yang dapat dilakukan klien.

Rasional : Meningkatkan kemandirian klien.

23

Page 24: Lp Gastritis

3. Dekatkan alat-alat yang di-butuhkan klien.

Rasional : Memudahkan klien dalam memenuhi kebutuhannya serta mengurangi

penggunaan energi.

4. Libatkan keluarga dalam perawatan klien.

Rasional : Agar keluarga kooperatif dalam pengo-batan dan perawatan

24

Page 25: Lp Gastritis

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn, dkk, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. EGC : Jakarta.

Nugroho, dr, Taufan, dkk, 2010. Kamus Pintar Kesehatan Kedokteran, keperawatan, dan

kebidanan. Mulia Medika : Yogyakarta.

Price, A. Sylvia, dkk, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi

6. EGC : Jakarta.

Smeltzer, C. Suzanne, dkk, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Edisi 8 Vol 1. EGC :

Jakarta.

http://askep-topbgt.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-gastritis.html Diakses Senin

08/01/2011 jam 20.00.

http://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-gastritis-dan_13.html. Diakses

senin, 08/01/2011.jam 20.00

25