LP Eliminasi

29
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ELEMINASI A. PENGERTIAN Eleminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Eleminasi merupakan pengeluaran racun atau produk limbah dari dalam tubuh. Gangguan Eleminasi urine Gangguan eleminasi urine adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eleminasi urine (Lynda Juall Carpenitro- Moyet, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13, hal 582, 2010). Gangguan eleminasi urine merupakan suatu kehilangan urine involunter yang dikaitkan dengan distensi berlebih pada kandung kemih (Nanda International, Diagnosis Keperawatan 2012-2014, hal 271, 2011). 1. Gangguan Eleminasi Fekal Gangguan eleminasi fekal adalah penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses dan/ atau pengelaran feses yang keras, kering dan banyak (Nanda International, Diagnosis Keperawatan 2012-2014, hal 281, 2011) B. TANDA DAN GEJALA ( DATA MAYOR DAN MINOR) Gangguan Eliminasi Urine

description

ini laporanpendahuluan asuhankeperawatandengan kebutuhan eleminasi, jadi mohon diterima untuk meajuan keperawatn

Transcript of LP Eliminasi

Page 1: LP Eliminasi

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ELEMINASI

A. PENGERTIAN

Eleminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Eleminasi

merupakan pengeluaran racun atau produk limbah dari dalam tubuh.

Gangguan Eleminasi urine

Gangguan eleminasi urine adalah keadaan ketika seorang individu mengalami

atau berisiko mengalami disfungsi eleminasi urine (Lynda Juall Carpenitro-

Moyet, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13, hal 582, 2010).

Gangguan eleminasi urine merupakan suatu kehilangan urine involunter yang

dikaitkan dengan distensi berlebih pada kandung kemih (Nanda International,

Diagnosis Keperawatan 2012-2014, hal 271, 2011).

1. Gangguan Eleminasi Fekal

Gangguan eleminasi fekal adalah penurunan pada frekuensi normal defekasi yang

disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses dan/ atau pengelaran

feses yang keras, kering dan banyak (Nanda International, Diagnosis Keperawatan

2012-2014, hal 281, 2011)

B. TANDA DAN GEJALA ( DATA MAYOR DAN MINOR)

Gangguan Eliminasi Urine

1. Retensi Urine

a. Data mayor (harus terdapat, satu atau lebih)

- Distensi kandung kemih

- Distensi kandung kemih

- Distensi kandung kemih dengan sering berkemih atau menetes

- Residu urine 100 cc atau lebih

b. Data Minor (mungkin terdapat)

- Individu menyatakan bahwa kandung kemihnya tidak kosong setelah

berkemih.

Page 2: LP Eliminasi

2. Inkontinensia urine

a. Ketidakmampuan pasien dalam menahan BAK sebelum mencapai toilet tepat

waktu.

b. Ketidakmampuan pasien untuk mengontrol ekskresi urine

Gangguan Eliminasi Fekal

1. Konstipasi

a. Data mayor (harus terdapat)

- Nyeri pada saat defekassi

- Feses keras dan berbentuk

- Kesulitan dalam defekasi

- Defekasi dilakukan kurang dari tiga kali seminggu

b. Data minor ( mungkin terdapat)

- Mengenjan pada saat defekasi

- Darah merah pada feses

- Massa rektal yang dapat diraba

- Mengeluh rektal terasa penuh

- Bising usus

2. Diare

a. Data mayor ( harus terdapat)

- Pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk

- Peningkatan frekuensi defekasi

- Ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses

b. Data minor ( mungkin terdapat )

- Peningkatan bising usus

- Peningkatan dalam volume feses

Page 3: LP Eliminasi

C. POHON MASALAH

1. Gangguan Eliminasi Urine

Inkontinensia Urine

Retensi Urine

Neuropati (otot tidak mau berkontraksi)

Kerusakan Medula spinalis TH12-L1,

kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis

Distensi kandung kemih

Otot detrusor melemah

Supravesikal (Diabetes Melitus)

Vesikal (Batu Kandung Kemih)

Retensi urin

Intravesikal (Obstruksi kandung kemih)

Penyumbatan/penyempitan uretra

Kerusakan persyarafan

Kotraksi otot kandung

Tidak mampu menahan

INKONTINENSIA URIN

Keluarnya urin

Penekanan pada abdomen

Bersin, batuk

Kelemahan otot sfingter

Obat anastesi

Page 4: LP Eliminasi

2. Gangguan Eliminasi Fekal

Diare

Toksin tak dapat diserap

cemasTekanan osmotik

meningkat

Hipersekresi air dan

elektrolit (meningkat isi rongga usus)

Hiperperistaltik menurun kesempatan

usus menyerap makanan

Pergeseran air dan elektrolit

ke rongga usus

DIARE

Masuk dan berkembang dalam usus

Faktor infeksi Faktor malabsorpsi karbohidrat,

protein, lemak

Faktor makanan

Faktor psikologi

Page 5: LP Eliminasi

Konstipasi

Diet rendah serat, asupan cairan kurang, kondisi psikis, kondisi metabolik, dan

penyakit yang di derita

Absorbsi cairan dan elektrolit

Memperpanjang waktu transit di kolon karena absorbsi terus berlangsung

Feses mengeras

Gangguan defekasi

Diperlukan rangsangan yang lebih kuat untuk

mendorong feses

Membran mukorektal dan muskulatur tidak peka

terhadap rangsangan fekal

Tekanan intra abdomen meningkat

Rangsangan refleks penyebab rekto anal

Relaksasi sfingter interna dan eksterna

Penggunaan obat-obatan tertentu (seperti, gol. Opiat)dan mengandung AL dan Ca

Spasme setelah makan nyeri kolik pada abdomen

bawah

KONSTIPASI

Kontraksi tidak mendorong

Memperpanjang waktu transit di kolon

Memberi efek pada segmen usus

Page 6: LP Eliminasi

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Gangguan eleminasi urine

Pemeriksaan sistem perkemihan dapat mempengaruhi berkemih. Prosedur-

prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti

IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga

mengurangi produksi urine .Klien tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi cairan

per oral sebelum tes dilakukan. Pembatasan asupan cairan umumnya akan

mengurangi pengeluaran urine. Selain itu pemeriksaan diagnostic seperti tindakan

sistoskop yang melibatkan visualisasi langsung struktur kemih dapat

menimbulkan edema lokal pada uretra dan spasme pada sfingter kandung kemih.

Klien sering mengalami retensi urine setelah menjalani prosedur ini dan dapat

mengeluarkan urine berwarna merah atau merah muda karena perdarahan akibat

trauma pada mukosa uretra atau mukosa kandung kemih. Adapun pemeriksaan

diagnostik yang dilakukan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan urine ( urinalisis)

Warna urine normal yaitu jernih

pH normal yaitu 4,6-8,0

glukosa dalam keadaan normal negatif

Ukuran protein normal sampai 10 mg/100ml

Keton dalam kondisi normal yaitu negatif

Berat jenis yang normal 1,010-1,030

Bakteri dalam keadaan normal negatif

2. Pemeriksaan darah meliputi : HB, SDM, kalium, natrium, pencitraan

radionulida, klorida, fosfat dan magnesium meingkat.

3. Pemeriksaaan ultrasound ginjal

4. Arteriogram ginjal

5. EKG

6. CT scan

7. Enduorologi

8. Urografi

9. Ekstretorius

Kolon kehilangan tonusTidak responsif terhadap

rangsangan normalKONSTIPASI

Page 7: LP Eliminasi

10. Sistouretrogram berkemih

2. Gangguan eleminasi fekal

Pemeriksaan diagnostik, yang melibatkan yang melibatkan visualisasi

struktur saluran GI, sering memerlukan dikosongkannya isi dibagian usus. Klien

tidak diizinkan untuk makan atau minum stelah tengah malam jika esoknya akan

dilakukan pemeriksaan, seperti pemeriksaan yang menggunakan barium enema,

endoskopi saluran GI bagian bawah, atau serangkaian pemeriksaan saluran GI

bagian atas. Pada kasus penggunaan barium enema atau endoskopi, klien biasanya

menerima katartik dan enema. Pengosongan usus dapat mengganggu eliminasi

sampai klien dapat makan dengan normal.

Prosedur pemeriksaan menggunakan barium menimbulkan masalah

tambahan. Barium mengeras jika dibiarkan di dalam saluran GI. Hal ini dapat

menyebabkan konstipasi atau impaksi usus. Seorang klien harus menerimakatartik

untuk meningkatkan eliminasi barium setelah prosedur dilakukan. Klien yang

menglami kegagalan dalam mengevakuasi semua barium, mungkin usus klien

perlu dibersihkan dengan menggunakan enema. Adapun pemeriksaan diagnostik

yang dilakukan pada gangguan eleminasi fekal yaitu :

a. Anuskopi

b. Prosktosigmoidoskopi

c. Rontgen dengan kontras

d. Pemeriksaan laboratorium feses

e. Pemeriksaan fisik

Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang, hanya

pada bagian yang tampak saja.

- Inspeksi, amati abdomen untuk melihat bentuknya,

simetrisitas, adanya distensi atau gerak peristaltik.

- Auskultasi, dengan bising usus, lalu perhatikan intensitas,

frekuensi dan kualitasnya.

- Perkusi, lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui

adanya distensi berupa cairan, massa atau udara. Mulailah

pada bagian kanan atas dan seterusnya.

Page 8: LP Eliminasi

- Palpasi, lakukan palpasi untuk mengetahui kostitensi

abdomen serta adanya nyeri tekan atau massa dipermukaan

abdomen.

Rektum dan anus, pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau

sims.

Feses, amati feses klien dan catat konstitensi, bentuk, bau, warna,

dan jumlahnya.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS

Gangguan eleminasi urine

1. Penatalaksanaan medis inkontinensia urine yaitu:

a. Pemanfaatan kartu berkemih

b. Terapi non famakologi

c. Terapi farmakologi

d. Terapi pembedahan

e. Modalitas lain

2. Penatalaksanaan medis retensio urine yaitu

a. Kateterisasi urethra.

b. Dilatasi urethra dengan boudy.

c. Drainage suprapubik.

Gangguan Eliminasi Fekal

1. Penatalaksanaan medis konstipasi

a. Pengobatan non-farmakologis

b. Pengobatan farmakologis

2. Penatalaksanaan medis diare

a. Pemberian cairan

b. Pengobatan dietetik (cara pemberian makanan)

c. Obat- obatan

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian pada kebutuhan eleminasi urine meliputi :

a. Riwayat keperawatan

Page 9: LP Eliminasi

Riwayat keperawatan mencakup tinjauan ulang pola eleminasi dan gejala-gejala

perubahan urinarius serta mengkaji faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

klien untuk berkemih secara normal.

1. Pola perkemihan

Perawat menanyakan pada klien mengenai pola berkemih hariannya,

tremasuk frekuensi dan waktunya, volume normal urine yang dikeluarkan

setiap kali berkemih, dan adanya perubahan yang terjadi baru-baru ini.

Frekuensi berkemih bervariasi pada setiap individu dan sesuai dengan

asupan serta jenis-jenis haluaran cairan dari jalur yang lain. Waktu

berkemih yang umum ialah saat bangun tidur, setelah makan, dan sebelum

tidur. Kebanyakna orang berkemih rata-rata sebanyak lima kali atau lebih

dalam satu hari. Klien yang sering berkemih padamalam hari kemungkinan

mengalami penyakit ginjal atau pembesaran prostat. Informasi tentang

pola berkemih merupakan dasar yang tidak dapat dipungkiri untuk

membuat suatu perbandingan. Dibawah merupakan gejala umum pada

perubahan perkemihan :

Urgensi : merasakan kebutuhan untuk segera berkemih

Disuria : merasa nyeri atau sudut berkemih

Frekuensi : berkemih dengan sering

Keraguan : sulit memulai berkemih

Poliuria : mengeluarkan sejumlah besar urine

Oliguria : haluaran urine menurun dibandingkan cairan yang masuk

( biasanya kurang dari 400 ml dalam 24 jam )

Nukturia : berkemih berlebihan atau sering pada malam hari

Dribling ( urine yang menetes) : kebocoran atau rembesan urine

walaupun ada kontrol terhadap pengeluaran urine.

Hematuria : terdapat darah dalam urine

Retensi : akumulasi urine di dalam kandung kemih disertai

ketidakmampuan kandung kemih untuk benar-benar

mengosongkan diri

Residu urine : volume urine yang tersisa setalah berkemih ( volume

100 ml atau lebih )

2. Gejala perubahan perkemihan

Page 10: LP Eliminasi

Gejala tertentu yang khusus terkait dengan perubahan perkemihan, dapat

timbul dalam lebih dari satu jenis gangguan. Selama pengkajian, perawat

menanyakan klien tentang gejala-gejala yang tertera. Perawat juag

mengkaji pengetahuan klien mengenai kondisi atau faktor-faktor yang

mempresipitasi atau memperburuk gejala tersebut.

3. Faktor yang mempengaruhi perkemihan

Perawat merangkum faktor-faktor dalam riwayat klien, yang dalam

kondisi normal mempengaruhi perkemihannya, seperti usia, faktor-faktor

lingkungan dan riwayat pengobatan.

b. Pengkajian fisik

Pengkajian fisik memungkinkan perawat untuk menentukan keberadaan dan

tingkat keparahan masalah eleminasi urine.organ utama yang ditinjau kembali

meliputi kulit, ginjal, kandung kemih, dan uretra.

c. Pengkajian urine

Pengkajian urine dilakukan dengan mengukur asupan cairan dan haluaran urine

serta mengobservasi karakteristik urine klien.

1. Asupan dan haluaran

2. Karatekristik urine

3. Pemeriksaan urine

Pengkajian pada kebutuhan eleminasi eleminasi meliputi :

a. Riwayat keperawatan

1. Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah

2. Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara

mempertahankan pola.

3. Deskripsi feses : warna, bau, dan tekstur.

4. Diet : makanamempengaruhi defekasi, makanan yang

biasa dimakan, makanan yang dihindari, dan pola makan

yang teratur atau tidak.

5. Cairan : jumlah dan jenis minuman/hari

6. Aktivitas : kegiatan sehari-hari

7. Kegiatan yang spesifik.

Page 11: LP Eliminasi

8. Sters : stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk

menghadapi atau bagaimana menerima.

9. Pembedahan/penyakit menetap.

b. Pengkajian fisik

Perawat melakukan pengkajian fisik sistem dan fungsi tubuh yang kemungkinan

dipengaruhi oleh adanya masalah eleminasi. Ada beberapa pemeriksaan fisik pada

seorang klien yaitu :

1. Mulut : inspeksi gigi, lidah, dan gusi klien.

2. Abdomen : perawat menginspeksi keempat kuadaran abdomen untuk

melihat warna, bentuk, kesimetrisan, dan warna kulit..

3. Rektum : perawat menginspeksi daerah sekitar anus untuk melihat adanya

lesi, perubahan warna, inflamasi dan hemoroid.

c. Karakteristik feses

1. Warna yang normal : kuning (bayi), cokelat (dewasa)

2. Bau yang normal : menyengat yang dipengaruhi oleh tipe makanan

3. Konsistensi yang normal : lunak, berbentuk

4. Frekuensi yang normal : bervariasi ; bayi 4-6 kali sehari ( jika

mengonsumsi ASI) atau 1-3 kali sehari ( jika mengonsumsi susu botol ) ;

orang dewasa setiap hari atau 2-3 kali seminggu

5. Jumlah yang normal : 150 gr per hari ( orang dewasa)

6. Bentuk yang normal : menyerupai diameter rektum

7. Unsur-unsur yang normal : makanan tidak dicerna, bakteri mati, lemak,

pigmen empedu, sel-sel yang melapisi mukosa usus, air

d. Pemeriksaan Laboratorium

1. Analisis kandungan feses : untuk mengetahui kondisi patologis seperti :

tumor, perdarahan dan infeksi.

2. Tes Guaiak : pemeriksaan darah samar di feses yang mengitung jumlah

darah mikroskopik di dalam feses.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan Eliminasi Urine

1. Retensi urine

Definisi : pengosongan kandung kemih tidak komplet.

Page 12: LP Eliminasi

Batasan karakteristik

Tidak ada haluaran urine

Distensi kandung kemih

Menetes

Disuria

Sering berkemih

Inkotinensia aliran berlebih

Residu urine

Sensasi kandung kemih penuh

Berkemih sedikit

Faktor yang berhubungan

Sumbatan

Tekanan ureter tinggi

Inhibisi arkus refleks

Sfingter kuat

2. Gangguan pola eliminasi urine: inkontinensia berhubungan dengan:

a. Gangguan neuromuskuler

b. Spasme bladder

c. Trauma pelvic

d. Infeksi saluran kemih

e. Trauma medulla spinalis

Gangguan Eliminasi fekal

1. Konstipasi

Definisi : penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan

atau pengeluaran tidak lengkap feses dan/ atau pengeluaran feses yang keras,

kering, dan banyak.

Batasan Karakteristik :

Nyeri abdomen

Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot.

Page 13: LP Eliminasi

Nyeri tekan abdomen tanpa teraba resistensi otot.

Anoreksia

Penampilan tidak khas pada lansia (misal, perubahan pada status mental,

inkontinensia urinarius, jatuh yang tidak ada penyebabnya, peningkatan suhu

tubuh

Borborigmi

Darah merah pada feses.

Perubahan pada pola defekasi

Penurunan frekuensi.

Penurunan volume feses.

Distensi abdomen

Rasa rektal penuh.

Rasa tekanan rektal.

Keletihan umum

Feses keras dan berbentuk

Sakit kepala

Bising usus hiperaktif.

Bising usus hipoaktif.

Peningkatan tekanan abdomen

Tidak dapat makan.

Mual.

Rembesan feses cair.

Nyeri pada saat defekasi.

Masa abdomen yang dapat diraba.

Masa rektal yang dapat diraba.

Adanya feses lunak, seperti pasta di dalam rektum.

Perkusi abdomen pekak.

Sering flatus.

Mengejan pada saat defekasi.

Tidak dapat mengeluarkan feses.

Muntah.

Faktor yang berhubungan

Fungsional

Page 14: LP Eliminasi

Kelemahan otot abdomen

Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi.

Ketidakadekuatan toileting (misal, batasan waktu, posisi untuk defekasi,

privasi).

Kurang aktivitas fisik.

Kebiasaan defekasi tidak teratur.

Perubahan lingkungan saat ini.

Psikologis

Depresi.

Stres emosi.

Konfusi mental.

Farmakologis

Antasida mengandung aluminium.

Antikolinergik.

Antikonvulsan.

Antidepresan.

Agens antilipemik.

Garam bismuth.

Kalsium karbonat.

Penyekat saluran kalsium.

Diuretik.

Garam besi.

Penyalahgunaan laksatif.

Agens antiinflamasi.

Nonsteroid.

Opiat.

Penotiazid.

Sedatif.

Simpatomimetik

Mekanis

Page 15: LP Eliminasi

Ketidakseimbangan elektrolit.

Hemoroid

Penyakit Hirschsprung.

Gangguan neurologis

Obesitas

Obstruksi pasca bedah

Kehamilan

Pembesaran prostat

Abses rektal

Fisura anal rektal

Striktur anal rektal

Prolaps rektal

Ulkus rektal

Rektokel

Tumor

Fisiologis

Perubahan pola makan

Perubahan makanan

Penurunan motilitas traktus gastrointestinal

Dehidrasi

Ketidakadekutan gigi geligi

Ketidakadekuatan higiene oral

Asupan serat tidak cukup

Asupan cairan tidak cukup

Kebiasaan makan buruk

2. Diare

Definisi : pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk

Batasan karakteristik

Nyeri abdomen

Sedikitnya tiga kali defekasi perhari

Kram

Page 16: LP Eliminasi

Bising usus hiperaktif

Ada dorongan

Faktor yang berhubungan

Psikologis

Ansietas

Tingkat stres tinggi

Situasional

Efek samping obat

Penyalahgunaan alkohol

Kontaminan

Penyalahgunaan laksatif

Radiasi

Toksin

Melakukan perjalanan

Selang makan

Fisiologis

Proses infeksi

Inflamasi

Iritasi

Malabsorpsi

Parasit

Page 17: LP Eliminasi

F. INTERVENSI KEPERAWATAN

Gangguan Eliminasi Urine

No Diagnosa

Keperawatan yang

mungkin muncul

Tujuan Intervensi Rasional

1 Gangguan pola

eliminasi urine:

inkontinensia

kemungkinan

berhubungan

dengan....

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

...x24 jam diharapkan

pola eliminasi urine

pasien normal dengan

kriteria hasil:

Pasien dapat

mengontrol

pengeluaran urine

setiap 4 jam

Tidak ada tanda-

tanda retensi dan

inkontinensia

urine

Pasien berkemih

dalam keadaan

rileks

1. Monitor keadaan

bladder setiap 2

jam

2. Tingkatkan

aktivitas dengan

kolaborasi

dokter/fisioterapi

3. Kolaborasi dalam

bladder training

4. Hindari factor

pencetus

inkontinensia

urine seperti

cemas

5. Kolaborasi dengan

dokter dalam

pengobatan dan

kateterisasi

6. Jelaskan tentang

Pengobatan

Kateter

Penyebab

Tindakan

lainnya

1. Membantu

mencegah distensi

atau komplikasi

2. Meningkatkan

kekuatan otot

ginjal dan fungsi

bladder

3. Menguatkan otot

dasar pelvis

4. Mengurangi atau

menghindari

inkontinensia

5. Mengatasi faktor

penyebab

6. Meningkatkan

pengetahuan dan

diharapkan pasien

lebih kooperatif

2 Retensi urine

kemungkinan

berhubungan

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

3x24 jam diharapkan

1. Monitor keadaan

bladder setiap 2

1. Menentukan

masalah

Page 18: LP Eliminasi

dengan... tanda dan gejala

retensi urine pasien

tidak ada dengan

kriteria hasil:

Pasien dapat

mengontrol

pengeluaran

bladder setiap 4

jam.

jam

2. Ukur intake dan

output cairan

setiap 4 jam

3. Berikan cairan

2000 ml/hari

dengan kolaborasi

4. Kurangi minum

setelah jam 6

malam

5. Kaji dan monitor

analisis urine

elektrolit dan berat

badan

6. Lakukan latihan

pergerakan

7. Lakukan relaksasi

ketika duduk

berkemih

8. Ajarkan teknik

latihan dengan

kolaborasi

dokter/fisioterapi

9. Kolaborasi dalam

pemasangan

kateter

2. Memonitor

keseimbangan

cairan

3. Menjaga defisit

cairan

4. Mencegah

nokturia

5. Membantu

memonitor

keseimbangan

cairan

6. Meningkatkan

fungsi ginjal dan

bladder

7. Relaksasi pikiran

dapat

meningkatkan

kemampuan

berkemih

8. Menguatkan otot

pelvis

9. Mengeluarkan

urine

Gangguan Eliminasi Fekal

NO Diagnosa

Keperawatan

Tindakan dan

Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

1. Gangguan

pola

Setelah

diberikan

NIC : Konstipation atau

impaction management

a. Monitor tanda dan

a. Mencegah dan

mengatasi konstipasi

Page 19: LP Eliminasi

eliminasi

fekal :

konstipasi

berhubunga

n dengan...

asuhan

keperawatan

selama ...x 24

jam

diharapkan

pola eliminasi

fekal pasien

normal

dengan

kriteria hasil :

NOC : Bowel

elimination

- Buang air besar

/ BAB dengan

konsistensi

lembek

- Pasien

menyatakan

mampu

mengontrol

pola BAB

- Mempertahank

an pola

eliminasi usus

tanpa ileus

gejala konstipasi

b. Monitor frekuensi,

warna, dan

konsistensi.

c. Anjurkan pada

pasien untuk makan

buah-buahan dan

serat tinggi dengan

konsultasi bagian

gizi.

d. Mobilisasi bertahap

e. Kolaborasikan

dengan tenaga medis

mengenai pemberian

laksatif, enema dan

pengobatan

f. Berikan pendidikan

kesehatan tentang :

kebiasaan diet,

cairan dan makanan

yang mengandung

gas, aktivitas dan

kebiasaan BAB

g. Intruksikan agar

pasien tidak

mengejan saat

defekasi

b. Mengetahui penyebab

dini terjadinya

konstipasi

c. Meningkatkan

pergerakan usus.

d. Untuk merangsang

eliminasi defekasi

pasien.

e. Meningkatkan

eliminasi

f. Mengurangi atau

menghindari

inkontinensia

g. Untuk mencegah

perubahan pada

tanda vital,

limbung atau

perdarahan.

2. Gangguan pola

eliminasi fekal :

diare

berhubungan

dengan...

Setelah

diberikan

asuhan

keperawatan

selama ...x 24

jam

a. Timbang berat

badan pasien

b. Ajarkan pasien

untuk menggunakan

obat antidiare yang

benar

c. Instruksikan

a. Untuk mengetahui

berat badan pasien dan

untuk melakukan

tindakan selanjutnya.

b. Agar tidak

menimbulkan

masalah/diare yang

Page 20: LP Eliminasi

diharapkan

feses pasien

berbentuk dan

lembek

dengan

kriteria hasil :

NOC:

-        Bowel

elimination

-        Fluid Balance

-        Hydration

-         Electrolyte

and Acid base

Balance

Kriteria Hasil :

-   Feses

berbentuk, BAB

sehari sekali-

tiga hari

-   Menjaga daerah

sekitar rectal

dari iritasi

-    Tidak

mengalami diare

pasien/keluarga

untuk mencatat

warna, jumlah,

frekuensi dan

konsistensi dari

feses

d. Evaluasi intake

makanan yang

masuk

e. Anjurkan pasien

untuk menghindari

susu, kopi, makanan

pedas, dan makanan

yang mengiritasi

saluran cerna.

f. Ajarkan tehnik

menurunkan stress

g. Kolaborasi

pemberian obat

antidiare

berlanjut

c. Mengetahui

perkembangan pasien

tentang diarenya.

d. Mengetahui penyebab

diare.

e. Menghindari

terjadinya diare yang

lebih parah.

f. Stres meningkatkan

stimulus bowel.

g. Mempertahankan

status hidrasi

Page 21: LP Eliminasi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2013.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC

Nanda.2012-2014.Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta: EGC

Potter &Perry.2010.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2.Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

Wilkinson,Judith M.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan,Diagnosis NANDA, Intervensi

NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9.Jakarta: EGC

Wartonah, tarwoto.2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan.Jakarta:Salemba Medik

Brooker,Christine.2001.Kamus Saku Keperawatan.Jakarta:EGC