lp dss IGD.docx

21
1. Pengertian Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000). 2. Etiologi Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1, 2, 3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990). 3. Patofisiologi Meito Asmo S (NIM:SK.109.112) Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD) PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Transcript of lp dss IGD.docx

Page 1: lp dss IGD.docx

1. Pengertian

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai

dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan

renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita;

2000).

2. Etiologi

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam

Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus

dengue tipe 1, 2, 3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di

Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus

dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer

dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan

baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster

Kidney) maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.

(Soedarto, 1990).

3. Patofisiologi

Setelah virus masuk ke dalam tubuh, terjadi viremia yang ditandai dengan

demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal di seluruh badan, hyperemia

tenggorokan, ruam dan bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan

dapat terjadi pada sistem retikula endothelial seperti pembesaran kelenjar

getah bening, hati dan limpa.

Pelepasan zat anafiloksin, histamine dan serotonin serta aktivitas dari

sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 2: lp dss IGD.docx

sehingga cairan dari intro vascular keluar ekstra vascular, akibat terjadi

pengurangan volume plasma, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,

hipoproteinemia, efusi dan syock. Plasma merembes sejak permulaan demam

dan mencapai puncaknya saat syock. Pada pasien dengan syock berat, volume

plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila syock hipovolemik yang

terjadi akibat kehilangan plasma tidak segera diatasi, maka akan terjadi

anoksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Kelainan yang paling

ditemukan pada autopsy adalah perdarahan di bawah kulit berupa petekia,

perdarahan saluran pencernaan, paru-paru dan di jaringan periadrenal.

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 3: lp dss IGD.docx

4. Pathways

Dengue Syok Sindrom (DSS)

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 4: lp dss IGD.docx

5. Tanda dan gejala

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian

turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung

demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri

punggung, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat

menyetainya. (Soedarto, 1990).

Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya

terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi

perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. (Soedarto, 1990).

Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas

hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993). Perdarahan

gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.

(Ngastiyah, 1995).

Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak

yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali

dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan

pada penderita . (Soederta, 1995).

Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,

dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin

pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 5: lp dss IGD.docx

syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang

buruk. (Soedarto, 1995).

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya,

tanda dan gejala lain adalah :

Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.

Asites.

Cairan dalam rongga pleura (kanan).

Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma (Soedarto, 1995).

6. Pemeriksaan penunjang

Hasil laboratorium

Trombosit menurun <100.000/ μ (pada hari sakit ke 3 – 7

Hematokrit meningkat 20% atau lebih

Albumin cenderung menurun

SGOT, SGPT sedikit meningkat

Asidosis metabolik pada lab BGA (pc02 < 35 – 40 mmHg, HCO3

menurun.

Dengue blat 19m positif 19G positif pada hari ke 6.

NS 1 positif

Foto rontgen

Pemeriksaan foto thorax RLD (Right Lateral Dext) :

Efusi Pleura (PEI ………%)

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 6: lp dss IGD.docx

USG

Pada pemeriksaan USG biasanya ditemukan :

Asites dan Efusi pleura

Hepatomegali

7. Pengkajian

a. Data Subjektif

- Panas

- Sakit kepala, lemah

- Nyeri ulu hati

- Mual dan tidak nafsu makan

- Sakit menelan

- Pegal seluruh tubuh

- Nyeri obat, prsendian punggung, kepala

- Haus

b. Data Objektif

- Suhu tinggi, selama 2 – 7 hari

- Kulit terasa panas

- Wajah tampak merah

- Nadi cepat

- Selaput mucosa mulut kering

- Bintik merah di kulit lengan dan kaki

- Hyperemia tenggorokan

- Epistaksis

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 7: lp dss IGD.docx

- Pembesaran hati dan nyeri tekan pada epigastrik

- Uji tourniquet (+)

- Abdomen bias tegang

- Gejala perdarahan pada hari ke-3 atau ke-5 berupa : Petekie, purpura,

ekimosis, hematemesis melena, epistaksis

- Produksi urine menurun kurang dari 30 ml / jam

- Nadi cepat

- Kulit lembab dan dingin

- Akral dingin

- Pernafasan dangkal

- Tekanan darah turun

- Gelisah

- Sianosis perifer pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki

c. Data Laboratorium

- Trombositopenia

- Hematokrit meningkat lebih dari 20%

- Hemoglobin meningkat lebih dari 20%

- Lekopenia

- Hipoproteinemia

- Hiponatremia

- Hipokloromia

- SGOT / SGPT meningkat

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 8: lp dss IGD.docx

8. Diagnosa

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia).

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari

intravaskuler ke ekstravaskuler.

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake inadekuat.

Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan permeabilitas membran

meningkat.

Resiko cedera (perdarahan) berhubungan dengan trombisitopenia.

9. Intervensi keperawatan

Hipertermi berhubungan dengan Proses Infeksi Virus Dengue (Viremia)

Tujuan : Suhu tubuh normal kembali setelah mendapatkan tindakan

perawatan.

Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37 °C, membran mukosa basah,

nadi dalam batas normal (80 – 100 x/mnt), Nyeri otot hilang.

Intervensi :

Berikan kompres (air biasa / kran). Rasional : mengurangi panas dengan

pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan

panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.

Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500 – 2000 cc/hari

(sesuai toleransi). Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang

akibat evaporasi.

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 9: lp dss IGD.docx

Anjurkan keluarga agar mengenakan pakaian yang tipis dan mudah

menyerap keringat pada klien. Rasional : Memberikan rasa nyaman dan

pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang

peningkatan suhu tubuh.

Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3

jam sekali atau lebih sering. Rasional : Mendeteksi dini kekurangan

cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.

Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat antipiretik

sesuai program. Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien

dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan

panas tubuh pasien.

Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Perpindahan Cairan

Dari Intravaskuler Ke Ekstravaskuler

Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan / Tidak terjadi syok

hipovolemik.

Kriteria : Input dan output seimbang, Vital sign dalam batas normal (TD

100/70 mmHg, N: 80 – 120 x/mnt), Tidak ada tanda presyok, Akral

hangat, Capilarry refill < 3 detik, Pulsasi kuat.

Intervensi :

Observas vital sign tiap 3 jam / lebih sering. Rasional : Vital sign

membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 10: lp dss IGD.docx

Observasi capillary Refill.Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi

perifer

Observasi intake dan output. Catat jumlah, warna, konsentrasi, BJ

urine. Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ

diduga dehidrasi.

Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari (sesuai toleransi). Rasional :

Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral

Kolaborasi : Pemberian cairan intravena, plasma atau darah. Rasional :

Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya

hipovolemic syok.

Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan

dengan Intake In Adekuat

Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi.

Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat

badan, Nafsu makan meningkat, porsi makanan yang disajikan mampu

dihabiskan klien, mual dan muntah berkurang.

Intervensi :

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Rasional :

Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.

Observasi dan catat masukan makanan pasien. Rasional : Mengawasi

masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan.

Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan). Rasional : Mengawasi

penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 11: lp dss IGD.docx

Berikan / Anjurkan pada klien untuk makanan sedikit namun sering dan

atau makan diantara waktu makan. Rasional : Makanan sedikit dapat

menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah

distensi gaster.

Berikan dan Bantu oral hygiene. Rasional : Meningkatkan nafsu makan

dan masukan peroral.

Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung

gas. Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penting nutrisi/ makanan bagi

proses penyembuhan.

Sajikan makanan dalam keadaan hangat.

Anjurkan pada klien untuk menarik nafas dalam jika mual.

Kolaborasi dalam pemberian diet lunak dan rendah serat.

Observasi porsi makan klien, berat badan dan keluhan klien.

Resiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan Permeabilitas Membran

Meningkat

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.

Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal.

Intervensi : Monitor keadaan umum pasien. Rasional : Untuk memonitor

kondisi pasien selama perawatan terutama saat terjadi perdarahan.

Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok.

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 12: lp dss IGD.docx

Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih. Rasional : Perawat perlu

terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok /

shock.

Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan

jika terjadi perdarahan. Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga

maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang

cepat dan tepat dapat segera diberikan.

Kolaborasi : Pemberian cairan intravena. Rasional : Cairan intravena

diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.

Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo. Rasional : Untuk

mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan

untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

Resiko Cedera (Perdarahan) berhubungan dengan Trombisitopenia

Tujuan : Tidak terjadi perdarahan selama dalam masa perawatan.

Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80 – 100 x/menit reguler, pulsasi kuat,

tidak ada perdarahan spontan (gusi, hidung, hematemesis dan melena),

trombosit dalam batas normal (150.000/uL)

Intervensi :

Anjurkan pada klien untuk banyak istirahat tirah baring

(bedrest). Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan terjadinya perdarahan.

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 13: lp dss IGD.docx

Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang bahaya yang dapat

timbul akibat dari adanya perdarahan, dan anjurkan untuk segera

melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti di gusi, hidung(epistaksis),

berak darah (melena), atau muntah darah (hematemesis). Rasional :

Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini

bila terjadi perdarahan.

Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara

kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah

dan Observasi tanda-tanda perdarahan serta tanda vital (tekanan darah,

nadi, suhu dan pernafasan).Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan

lebih lanjut.

Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala (darah

lengkap).Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat

diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan

perdarahan yang dialami pasien.

Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda

klinis. Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya

kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan

tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.

Monitor trombosit setiap hari.

Kolaborasi dalam pemberian transfusi (trombosit concentrate)

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 14: lp dss IGD.docx

10. Daftar pustaka

http://www.scribd.com/doc/39010502/Dengue-Shock-Syndrome

http://basuto.wordpress.com/2010/03/28/dss-dengue-syok-

syndrom/

http://karyatulisilmiahkeperawatan.blogspot.com/2009/01/

demam-berdarah-dengue-dbd-dan-asuhan.html

http://makalahmudah.blogspot.com/2009/12/tandar-asuhan-

keperawatan-klien-dengan.html

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013

Page 15: lp dss IGD.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE SYOK SINDROM (DSS)

DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

RSU R.A KARTINI

Disusun Oleh:

MEITO ASMO SNIM: SK.109.112

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL

KENDAL, 2013

Meito Asmo S (NIM:SK.109.112)Prantek Klinik Keperawatan Gawat Darurat (KGD)PSIK STIKES KENDAL TAHUN 2013