LP dan LK infeksi neonatus

26
BAB 1I KONSEP DASAR PENYAKIT A. Definisi Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada masa antenatal, perinatal, dan postpartum. B. Etiologi Menurut Blane (1961) infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara : 1. Infeksi antenatal Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Kuman melewati batas plasenta dan mengadakan intervilositas masuk ke vena umbilikus sampai ke janin. Kuman tersebut seperti : Virus : rubella, poliomelitis, koksakie, variola, dan lain-lain. Spirokaeta : sifilis. Bakteri : jarang sekali kecuali E. Coli dan listeria. 2. Infeksi intranatal Partus yang lama. Pemeriksaan vagina yang terlalu sering. 3. Infeksi postpartum Penggunaan alat-alat dan perawatan yang tidak steril. Cross infection (infeksi yang telah ada di rumah sakit). C. Klasifikasi 1. Infeksi berat (major infection) a. Sifilis congenital Biasanya terjadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Akibat sifilis ibu terhadap janin tergantung pada beratnya infeksi pada ibu, bilamana pada masa kehamilan terjadi infeksi, pengobatan yang diberikan selama hamil. Infeksi pada janin timbul sesudah kehamilan 14 minggu karena spirokaeta tidak dapat melintasi lapisan sel langhans pada plasenta muda. b. Sepsis neonatorum

Transcript of LP dan LK infeksi neonatus

Page 1: LP dan LK infeksi neonatus

BAB 1I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi

Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada masa

antenatal, perinatal, dan postpartum.

B. Etiologi

Menurut Blane (1961) infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara :

1. Infeksi antenatal

Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Kuman melewati

batas plasenta dan mengadakan intervilositas masuk ke vena umbilikus sampai ke

janin. Kuman tersebut seperti :

Virus : rubella, poliomelitis, koksakie, variola, dan lain-lain.

Spirokaeta : sifilis.

Bakteri : jarang sekali kecuali E. Coli dan listeria.

2. Infeksi intranatal

Partus yang lama.

Pemeriksaan vagina yang terlalu sering.

3. Infeksi postpartum

Penggunaan alat-alat dan perawatan yang tidak steril.

Cross infection (infeksi yang telah ada di rumah sakit).

C. Klasifikasi

1. Infeksi berat (major infection)

a. Sifilis congenital

Biasanya terjadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh Treponema

pallidum. Akibat sifilis ibu terhadap janin tergantung pada beratnya infeksi pada

ibu, bilamana pada masa kehamilan terjadi infeksi, pengobatan yang diberikan

selama hamil. Infeksi pada janin timbul sesudah kehamilan 14 minggu karena

spirokaeta tidak dapat melintasi lapisan sel langhans pada plasenta muda.

b. Sepsis neonatorum

Page 2: LP dan LK infeksi neonatus

Dapat terjadi pada antenatal dan postnatal. Sepsis merupakan keberedaan

mikroorganisme atau toksinnya di dalam darah atau jaringan lain.

c. Meningitis

Biasanya didahului sepsis, penyebab utamanya adalah E.colli, pneumokokus,

stafilokokus, dan sebagainya.

d. Pneumonia congenital

Terjadi pada masa intranatal karena adanya aspirasi likuor amnion yang septik.

Pneumonia harus dicurigai kalau ketuban pecah lama, air ketuban keruh berbau,

dan terdapat kesulitan bernafas pada saat bayi baru lahir.

e. Pneumonia aspirasi

Terjadi pada masa postnatal, merupakan penyebab kematian utama pada bayi

BBLR (berat badan lahir rendah), terjadi aspirasi pada saat pemberian makanan

karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna.

f. Pneumonia karena airborn infection

Infeksi terjadi karena berhubungan dengan orang dewasa yang menderita infeksi

saluran pernapasan. Penyebab biasanya pneumokokus, haemophilus influenzae,

atau virus.

g. Pneumonia stafilokokus

Biasanya terjadi pada neonatus yang lahir di rumah sakit. Penyebabnya yaitu

stapilokokus yang terdapat pada suatu tempat di badan , kemudian menyebar ke

paru.

h. Diare epidemic

Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi, disebabkan oleh E.colli yang

bersifat patogen.

Gastroenteritis E.colli

Salmonelosis

i. Pielonefritis

Infeksi yang mengenai ginjal bayi.

j. Ostitis akut

Disebabakan oleh metastasis sarang infeksi stafilokokus.

k. Tetanus neonatorum

Page 3: LP dan LK infeksi neonatus

Disebabkan oleh clostridium tetani yang bersifat anaerob dan mengeluarkan

eksotopin yang neurotropik.

2. Infeksi ringan

a. Pemfigus neonatorum

Gelombang jernih yang kemudian berisih nanah lalu kemudian di kelilingi daerah

kemerahan pada kulit disebabkan oleh stafilokokus. Gelembung ini dapat terjadi

berlipat ganda menyebabkan gejala gejala umum yang berat. Kadang kadang kulit

terkelupas dan terjadi dermatitis.

b. Oftalmia neonatorum

Infeksi genokokus pada konjungtiva waktu melewati jalan lahir. Selain itu penyakit

ini dapat ditularkan melalui tangan perawat yang terkontaminasi kuman.

c. Infeksi pusat

Disebabkan oleh stafilokokus aureus, sehingga menimbulkan nanah, edema, dan

kemerahan pada ujung pusat.

d. Moniliasis

Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi yang dapat

menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis, dan lain-lain. Jamur ini dapat secara cepat

menimbulkan infeksi ketika daya tubuh bayi turun.

A. Patofisiologi

Patofisiologi dimulai dengan masuknya bakteri dan mengontaminasi sirkulasi sistemik.

Bakteri melepaskan endotoksin dan menyebabkan terganggunya proses metabolisme secara

progresif. Pada keadaan fulminan (tiba-tiba berat) dapat menyebabkan kerusakan dan kematian

sel karena aktivasi sepsis dengan komplemen. Hasilnya menyebabkan penurunan perfusi

jaringan, asidosis metabolik, serta syok yang menyebabkan disseminated intravaskular

coagulatian (DIC) dan kematian.

Page 4: LP dan LK infeksi neonatus

B. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis dari infeksi neonatus di mulai tanpa gejala, tanda-tanda ringan,

menggigil, iritabel, letargi, gelisah, dan keinginan menyusu yang kurang dapat menjadi tanda-

tanda utama. Temperatur yang tidak stabil dapat meninggi atau kurang dari normal (biasanya

hipotermia terjadi pada bayi BBLR). Perubahan warna kulit, lambatnya waktu pengisian kapiler,

perubahan denyut jantung, frekuensi nafas, berat badan tiba-tiba turun, pergerakan kurang,

muntah dan diare menjadi nyata pada keadaan penyakit yang progresif. Selain itu, dapat terjadi

edema, salerema purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplenomegali, dan kejang. Umumnya

dapat dikatakan bila bayi itu “not doing well” kemungkinan besar ia menderita infeksi.

Manifestasi lainnya adalah data laboratorium yang tidak stabil (khususnya hipoglikemia)

dan neptropenia. Diagnosis dapat dikonfirmasikasikan dengan kultur darah yang positif. Kultur

ini dapat memekan waktu 48 jam. Sedangkan perjalanan sepsis dapat mengakibatkan kematian

dalam beberapa jam. Oleh karena itu, kita harus memulai terapi antibiotik secepatnya. Antibiotik

dapat tidak dilanjutkan kultur darah negatif dan bayi tidak menunjukkan gejala sepsis.

Neonatus terutama BBLR yang dapat tetap hidup selama 72 jam pertama dan bayi

tersebut menunjukkan gejala penyakit atau menderita penyakit kongenital tertentu. Namun

tingkah lakunya berubah dapat dicurigai terjadi infeksi (Hutchinson, 1972).

C. Penegakan diagnosis

Diagnosis infeksi perinatal sangat penting, yaitu di samping untuk kepentingan bayi itu

sendiri juga lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruang perawatannya. Diagnosis infeksi

perinatal tidaklah mudah. Tanda khas seperti yang terdapat pada bayi sering kali tidak

ditemukan. Biasanya diagnosis yang ditegakkan dengan observasi yang teliti, amnesia kehamilan

dan persalinan yang teliti, serta akhirnya dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Infeksi

pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak

menonjol lagi. Walaupun demikian, diagnosis dini dapat kita tegakkan jika kita cukup waspada

terhadap tingkah laku neonatus yang sebagai pertanda awal dari permulaan infeksi umum.

Menegakkan diagnosis sepsis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :

1. Hitung darah lengkap dengan turunannya

Page 5: LP dan LK infeksi neonatus

Yang terpenting adalah jumlah sel darah merah (WBC).septik neonatus biasanya

menunjukkan penurunan jumlah white blood cell (WBC), yaitu kurang dari 500 mm.

Hitung jenis darah juga menunjukkan banyak WBC tidak matang dalam aliran darah.

Banyaknya darah tidak matang dihubungkan dengan jumlah total WBC

diidentifikasikan bahwa bayi men galami respons yang signifikan.

2. Platelet

Biasanya 150.000 sampai 300.000 mm pada keadaan sepsis platelet menurun, kultur

darah gram negatif atau positif, dan tes sensitivitas. Hasil dari kultur harus tersedia

dalam beberapa jam dan akan mengindikasikan jumlah dan jenis bakteri. Kultur darah

atau sensitivitas membutuhkan waktu 24 – 48 jam untuk mengembangkan dan

mengidentifikasikan jenis patogen serta antibiotik yang sesuai.

3. Lumbal pungsi untuk kultur dan tes sensitivitas pada cairan serebrospinal.

Hal ini dilakukan jika ada indikasi infeksi neuron.

4. Kultur urine

a. Kultur permukaan (surface culture)

Untuk mengidentifikasi kolonisasi, tidak spesifik untuk infeksi bakteri.

b. Pencegahan infeksi pada neonates

Cara pencegahan pada neonatus dapat dibagi sebagai berikut :

1) Cara umum

Pencegahan infeksi neonatus sudah harus dimulai dari periode

antenatal infeksi ibu harus diobati dengan baik, misalnya infeksi

umum, lekorea, dan lain –lain. Di kamar bersalin harus ada pemisahan

yang sempurna antara bagian yang sepsis dengan aseptik. Pemisahan

ini mencakup ruangan, tenaga perawatan, serta alat kedokteran dan alat

perawatan. Ibu yang akan melahirkan sebelumnya masuk kamar

bersalin. Pada kelahiran bayi, pertolongan harus dilakukan secara

aseptik. Suasana kamar bersalin harus sama dengan kamar operasi.

Alat yang digunakan harus steril.

Di kamar bayi yang baru lahir harus ada pemisahan yang sempurna

untuk bayi yang baru lahir dengan partus aseptik dan partus septik.

Pemisahan ini harus mencakup personalia, fasilitas perawatan, dan alat

Page 6: LP dan LK infeksi neonatus

yang digunakan. Selain itu juga dilakukan pemisahan terhadap bayi

yang menderita penyakit menular. Perawat harus mendapat pendidikan

khusus dan mutu perawatan harus baik, apalagi bila kamar perawatan

bayi merupakan suatu kamar perawatan yang khusus. Sebelum dan

sesudah memegang bayi harus cuci tangan. Mencuci tangan dengan

menggunakan sabun antiseptik atau sabun biasa asal cukup lama,

dalam ruangan harus memakai jubah steril, masker, dan sandal khusus.

Dalam ruangan bayi, kita tidak boleh banyak bicara, dan bila

menderita sakit saluran pernapasan atas, tidak boleh masuk kamar bayi.

Dapur susu harus bersih dan cara mencampur harus aspetik air susu ibu

yang dipompa sebelum diberikan kepada bayi harus dipasteurisasi

dulu. Setiap bayi harus punya tempat pakaian tersendiri, begitu juga

inkubator harus sering dibersihkan dan lantai ruangan setiap hari harus

dibersihkan serta setiap minggu dicuci dengan menggunakan

antiseptik.

2) Cara khusus

Pemakaian antibiotik hanya untuk tujuan dan indikasi yang jelas.

Pada beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah lama (lebih dari

12 jam) air ketuban keruh, infeksi sistemik pada ibu, partus yang

lama dan banyak manipulasi intravaginal. Resusitasi yang berat

sering timbul dilema apakah akan digunakan antibiotik secara

prokfilaksis. Penggunaan antibiotik yang banyak dan tidak terarah

dapat menyebabkan timbulnya jamur yang berlebihan, misalnya

kandida albikans. Sebaliknya jika terlambat memberikan antibiotik

pada penyakit infeksi neonatus, sering berakibat kematian.

Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

Bila kemampuan pengawasan klinis dan laboratoriun cukup baik, sebaiknya tidak

perlu memberikan antibiotika profilaksis, antibiotika baru diberikan kalau sudah

terdapat tanda infeksi

Page 7: LP dan LK infeksi neonatus

Bila kemampuan tersebut tidak ada maka dapat digunakan pemberian antibiotik

profilaksis berupa ampisilin 100 mg/kgbb/hari dan gentamisin3-5 mg/kgbb/hari

salama 3-5 hari. Selain hal yang telah diterapkan di atas, petugas yang merupakan

karier hukum tertentu harus hati-hati dalam menjalankan tugas perawatan. Masih

merupakan masalah yang belum terpecahkan apakah para karier ini harus dilarang

bekerja di bangsal perawatan bayi baru lahir dan harus diobati lebih dahulu.

Namun, selama syarat aseptik dan antiseptik diperhatikan kemungkinan petugas

ini untuk menularkan penyakit dapat diatasi.

Ada dua alasan utama yang menyebabkan infeksi neonatus, yaitu perlindungan dari

uterus tidak ada lagi, dan tidak cukupnya daya tahan tubuh neonatus terhadap penyakit. Fetus

dapat terinfeksi dari uterus atau neonatus terinfeksi sepanjang jalan lahir atau dari infeksi

asendens yang mengikuti ruptur membran. Infeksi perinatal menyebabkan transmisi vertikal

infeksi. Contoh transmisi vertikal ini adalah infeksi Toxoplasmosis Other Rubella Cytomegalo

(TORCH), virus dan herpes kongenital, serta hepatitis.

Page 8: LP dan LK infeksi neonatus

BAB II1

KONSEP TEORI INFEKSI NEONATUS

A. Pengkajian

Perawat mempunyai tugas yang penting dalam mengkaji tanda-tanda infeksi pada

neonatus, tanda dan gejala sepsis pada neonatus sering tak terlihat dan dikenali oleh pemberi

keperawatan profesional. Perawat neonatus mempunyai tanggung jawab untuk mengenali tanda-

tanda, sehingga diagnosis dan perawatannya dapat diberikan segera.

1. Biodata bayi

2. Riwayat kesehatan sekarang

a. Sistem saraf pusat

Fontanel yang menonjol.

Letargi.

Temperatur yang tidak stabil.

Hipotonia.

Tremor yang kuat.

b. Sistem pencernaan

Hilangnya keinginan untuk menyusui.

Penurunan intake melalui oral.

Muntah.

Diare.

Distensi abdomen.

c. Sistem integument

Kuning.

Adanya lesi.

Ruam.

d. Sistem pernapasan

Apnea.

Sianosis.

Takipnea.

Page 9: LP dan LK infeksi neonatus

Penurunan saturasi oksigen.

Nasal memerah, mendengkur, dan retraksi dinding dada.

e. Sistem kardiovaskular

Takikardi.

Menurunnya denyut perifer.

Pucat.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita sifilis.

4. Data psikologi

Keluhan dan reaksi bayi terhadap penyakitnya.

Tingkat adaptasi bayi terhadap penyakitnya.

B. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada infeksi neonatus :

1. Tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya sekret di saluran

napas.

2. Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

malas minum, diare, dan muntah.

4. Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan diare dan malas menyusui.

5. Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.

Page 10: LP dan LK infeksi neonatus

C. Intervensi keperawatan

1. Diagnosis 1: tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya sekret di

saluran napas.

Data objektif: bayi tampak sesak napas, gelisah, frekuensi pernapasan meningkat, dan

sekret berlebihan.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan ketidakefektifan pernapasan dapat diatasi.

Kriteria hasil: bayi tidak sesak lagi, bayi tenang, frekuensi pernapasan menurun, sekret di

saluran napas tidak ada lagi.

Intervensi:

a. Tempatkan bayi pada posisi yang nyaman, kepala ditinggikan (misalnya digendong).

Rasional: posisi yang baik dapat membantu melonggarkan jalan napas.

b. Berikan O2 dan bersihkan jalan napas dari sekret.

Rasional: O2 mengatasi kebutuhan tubuh akan oksigen dan membersihkan jalan

napas akan mengurangi sumbatan di saluran napas.

c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik.

Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi.

2. Diagnosis 2: gangguan pemenuhan nutrisi yang berhubungan dengan malas minum, diare,

dan muntah.

Data objektif: bayi malas minum atau menyusui, muntah, diare, berat badan menurun, dan

gelisah.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, gangguan pemenuhan nutrisi dapat diatasi.

Kriteria hasil: muntah dan diare berhenti, bayi mau disusui.

Intervensi:

a. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI.

Rasional: ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi yang dapat memberikan

imunitas.

b. Auskultasi bising usus.

Rasional: penurunan aliran darah dapat menurunkan peristaltik usus.

c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan seperti antibiotik dan

pemberian cairan.

Page 11: LP dan LK infeksi neonatus

Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi yang akan memperberat infeksi.

3. Diagnosis 3: kurangnya volume cairan tubuh yang berhubungan dengan diare, muntah, dan

malas minum.

Data objektif:

a. Turgor buruk dan kulit kering.

b. Membran mukosa kering.

c. Hipertermi.

d. Masa menyusui.

e. Diare.

f. Muntah.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, volume cairan kembali normal.

Kriteria hasil: suhu normal,membran mukosa dan kulit tidak lagi kering.

Intervensi:

a. Anjurkan pada ibu tetap memberikan ASI.

Rasional: ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi dapat memberikan imunitas.

b. Awasi masukan dan pengeluaran, catat dan ukur frekuensi diare, dan kehilangan

cairan.

Rasional: perubahan pada kualitas susu sangat mempengaruhi kebutuhan cairan dan

peningkatan risiko dehidrasi.

c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan dan terapi cairan.

Rasional: terapi cairan dapat membantu mengurangi gangguan cairan tubuh.

4. Diagnosis 4 : perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu tubuh bayi kembali normal.

Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda hipertermi

Intervensi :

a. Pantau suhu pasien (derajat dan pola ) ; perhatikan bunyi menggigil / diaforesis.

Rasional : suhu 38,9 derajat sampai 41 derajat menunjukan proses penyakit infeksius

akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.

b. Pantau suhu lungkunagn, batasi atau tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.

Page 12: LP dan LK infeksi neonatus

Rasional : suhu ruangan atau jumlah selimut harus di ubah untuk mempertahankan

suhu mendekati normal.

c. Berikan kompres mandi hangat ; hindari penggunaan alcohol

Rasional : dapat membantu mengurangi demam

d. Kolaborasi :

Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (tylenol).

Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada

hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi

pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang

terinfeksi.

Berikan antibiotic

Rasional : antimikroba mengobati infeksi yang menjadi penyebab penyakit.

5. Diagnosis 5 : Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, bayi tidak rewel

Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda nyeri,bayi nampak tenang.

Intervensi :

a. Menjelaskan proses terjadinya infeksi kepada keluarga klien.

Rasional : agar tidak adda kekhawatiran saat terjadi sesuatu

b. Beri lingkungan tenang dan nyaman

Rasional : menurunkan reaksi terhadap terhadap stimulus dari luar agar dapat

meningkatkan istrahat atau relaksasi.

D. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,

mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan

perawat dan bukan atas putunjuk tenaga kesehatan lain.

Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan

bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

Page 13: LP dan LK infeksi neonatus

E. Evaluasi keperawatan

Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang

hendak dicapai.

Page 14: LP dan LK infeksi neonatus

BAB 1V

KASUS INFEKSI NEONATUS

Bayi I, usia 14 hari. Berjenis kelamin perempuan. Di bawa orang tuanya kerumah sakit

mitra sehat pada tanggal 01 mei 2013. Ibu pasien mengatakan anaknya mencret dan demam sejak

2 hari yang lalu. Feses cair tanpa mengandung darah. Bayi I sering muntah dan tidak mau

menyusui. Mukosa bibir terlihat kering. Turgor kurang. Bayi I terlihat rewel. Dari hasil

pemeriksaan tanda tanda vital diperoleh data HR 130x/menit, RR 60x/menit, T 38C, bayi N

didiagnosa diare epidemik akibat salmonelosis.

Page 15: LP dan LK infeksi neonatus

BAB V

LAPORAN KASUS PADA BAYI

DENGAN INFEKSI NEONATUS

Pengkajian tgl. : 01 mei 2013 Jam : 10.00

MRS tanggal : 01 mei 2013 No. RM :56748833

Diagnosa Masuk : Diare epidemik oleh salmonelosis

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : bayi I

Usia : 14 hari

Jenis kelamin: perempuan

Suku : Jawa

Agama : islam

Pendidikan :

Alamat :

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1. Keluhan Utama : mencret sejak 2 hari yang lalu, feses cair tanpa ampas, berwarna kuning

dan berbau khas.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

ibu klien mengatakan anaknya mencret, BAB cair dengan frekuensi 5x sehari. Ibu klien

juga mengatakan anaknya demam sejak 2 hari yang lalu, muntah serta keinginan menyusu

kurang. Mukosa bibir terlihat kering, Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data

sebagai berikut: HR 130x/menit,Suhu 38oc,RR 62X/menit.

C. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA

1. Riwayat Penyakit yg pernah diderita : tidak ada

2. Riwayat Penyakit Alergi: tidak ada

3. Riwayat Operasi : tidak ada

4. Imunisasi : bayi I baru mendapatkan imunisasi hepatitis.

Page 16: LP dan LK infeksi neonatus

D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Penyakit yang pernah diderita keluarga : tidak ditemukan adanya penyakit genetik di

keluarga.

Lingkungan rumah dan komunitas: lingkungan rumah klien kotor.

E. RIWAYAT NUTRISI SEBELUM SAKIT

Nafsu makan: keinginan menghisap kuat.

Pola : setiap 2 jam sekali.

Minum: Jenis : ASI

F. RIWAYAT INTRANATAL DAN POSTNATAL

Jumlah Kunjungan ANC ibu saat hamil : 2 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester

2 dan 2 kali pada trimester 3.

ANC Ke : bidan

Penyakit dan kompilkasi selama kehamilan : tidak terdapat penyakit dan komplikasi

selama kehamilan.

Persalinan ditong oleh : Bidan

Cara melahirkan : Pervaginam

Usaha nafas janin ketika dilahirkan: dengan bantuan oksigenasi, nasal kanul 2 lpm.

Cairan ketuban : Keruh

APGAR score :Normal: Menit pertama ( 6 ) menit kelima ( 9 )

G. RIWAYAT PERTUMBUHAN

BB saat ini : 2,8 Kg, TB : 53 cm

BB Lahir : 2400 gr, LD : 34 cm LK: 33 cm LLA: 12 cm

Panjang Lahir: 48 cm

Page 17: LP dan LK infeksi neonatus

H. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda-tanda vital

S : 38,ºC , N : 130 x/mnt,

RR : 60 x/mnt

Keadaan Umum : lemah

2. Sistem Pernafasan (B1)

a. Bentuk dada : simetris

b. Suara Nafas : vesikuler

c. Irama napas : teratur

d. Retraksi otot bantu nafas : tidak ada

3. Sistem Kardiovakuler (B2)

a. Keluhan nyeri dada: tidak

b. Irama jantung : teratur

c. CRT : < 3 detik

d. Bunyi jantung: Normal

e. Konjungtiva : pucat

f. Akral :Panas

4. Sistem Persarafan (B3)

a. Kesadaran: composmentis

GCS : Eye:4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total:15

b. Pupil : isokor

c. Bentuk Hidung : Normal

d. Reflek Fisiologis :Menghisap (+),Menggengam (+),pergerakan kaki dan tangan :

lemah

Page 18: LP dan LK infeksi neonatus

5. Sistem Perkemihan (B4)

Pola : ganti pampers 3x sehari

Warna : kekuningan

Bau: khas

6. Sistem Pencernaan (B5)

a. TB : 53 cm BB : 2,8 kg

b. Mukosa mulut : kering

Muntah (+) Bising usus : > 18x/mnt

c. BAB : > 5x/hr, konsistensi:cair

Bau BAB: khas Warna BAB:kuning

d. Nafsu menyusui: Menurun. jenis : ASI

7. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)

a. Pergerakan sendi: terbatas

b. Kelainan ekstremitas :tidak

c. Kelainan tl. Belakang :tidak

d. Fraktur : tidak

e. Traksi/spalk/gips: tidak ada

f. Kompartemen sindrom:tidak

g. Kulit: ikterik

h. Turgor : kurang

i. Oedema:Tidak ada

Page 19: LP dan LK infeksi neonatus

j. Kekuatan otot:

3 3

3 3

I .Data penunjang :

- Pemeriksaan bilirubin 30 april 2012, hasil : 7,9 mg/dl

- Glukosa : 69 mg/dl

- Haemoglobin : 13,5 gr %

- Erytrocit ; 3,72

- Mikrobiologik biakan feses : salmonelosis (+)

J .Terapy :

- Inj Viccilin 100 mg/12 jam

- Inj cefotaxim 100mg/12 jam

- Foto therapy continue sejak tanggal 30 april 2012

-

Page 20: LP dan LK infeksi neonatus

Analisa data

No Data Etiologi Masalah

Ds : ibu pasien

mengatakan bayinya

mencret dan keinginan

menyusui menurun.

Do :

Feses : cair tanpa darah

Frekuensi : > 5x

Turgor : kurang

Mukosa bibir: kering

Muntah (+)

T : 38oc

RR: 60x/mnt

TD: 80/60

N : 130x/mnt

Kuman menyerang traktus

digestivus usus halus

Menyerang submukosa

Penurunan lactase

Laktosa tidak dapat diserap

Menuju kolon

Peningkatan osmotic kolon

Menarik cairan

Feses encer

Peningkatan frekuensi bab

Defisit volume cairan

Kekurangan volume

cairan

2. Ds :ibu pasien

mengatakan bahwa

bayinya demam.

Do :

Mukosa bibir: kering

T : 38oc

RR: 60x/mnt

TD: 80/60

N : 130x/mnt

Infasi salmonelosis

Terjadi inflamasi

Respon inflamasi

Merangsang termoregulasi

hipotalamus

Hipertermia

Page 21: LP dan LK infeksi neonatus

Mikrobiogik biakan

feses : infeksi

salmonelosis (+)

Peningkatan suhu tubuh

Hipertermia

Diagnosa keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan sekunder akibat diare.

2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.

Page 22: LP dan LK infeksi neonatus

Intervensi keperawatan

No Diagnosa Intervensi rasional

1. Kekurangan volume

cairan b.d kehilangan

sekunder akibat diare.

Tujuan :

Setelah dilakukan

intervensi

keperawatan selama

2x24 jam,pasien tidak

menunjukan adanya

tanda tanda dehidrasi.

KH:

RR: 30-60x/menit

N : 110-120x/menit

TD: 60-90 mmhg

T: 36,8oC-37

0C.

Mukosa bibir lembab

Turgor baik

Nafsu menyusui

meningkat.

Konsitensi feses

lunak.

1. Pantau BB, suhu ,

kelembapan rongga oral,

volume dan konsentrasi

urin.

2. Kaji ttv

3. Kolaborasikan :

pemberian cairan

parenteral.

4. Mempertahankan

pemberian asi.

5. Kolaborasikan :

antidiare.

6. Kolaborasikan:

pemberian tambahan

elektrolit.mis kalium.

1.memberikan

informasi tentang

keseimbangan cairan,

fungsi ginjal.

2.hipotensi, takikadi

demam merupakan

respon terhadap

hilangnya cairan.

3.sebagai pengganti

cairan yang hilang dan

sebagai asupan cairan.

4.asi tetap diperlukan

oleh bayi selama diare.

Asi banyak

mengandung nutrisi

yang diperlukan bayi.

5.menurunkan

kehilangan cairan di

usus.

6.elektrolit yang

hilang dalam jumlah

besar dapat

menyebabkan asidosis

karena kehilangan

bikarbonat.

Page 23: LP dan LK infeksi neonatus

2 Hipertermia b.d proses

infeksi

Tujuan :

Setelah dilakukan

intervensi

keperawatan dalam

2x24 jam pasien

terbebas dari tanda

tanda hipotermia atau

terjadi penurunan suhu

tubuh.

KH:

RR: 30-60x/menit

N : 110-120x/menit

TD: 60-90 mmhg

T: 36,8oC-37

0C.

Mukosa bibir lembab

1. Pantau suhu pasien .

perhatikan adanya

diaphoresis dan

menggigil.

2. Berikan kompres air

yang sesuai suhu

ruangan. Hindari

kompres dingin atau

penggunaan alcohol.

3. Kolaborasikan :

pemberian antibiotik.

4. Kolaborasikan:

permberian antipiretik.

1.membantu dalam

diagnose dan

intervensi yang akan

dilakukan selanjutnya.

2.dapat menurunkan

demam. Air dingin dan

alcohol mungkin

menyebabkan

kedinginan.

3. untuk menekan

terjadinya infeksi

sistemik salmonelos

yang sangat cepat

menyebar melalui

darah.

4.antipiretik digunakan

untuk menurunkan

panas pada pasien.

Page 24: LP dan LK infeksi neonatus

Implementasi keperawatan.

Tgl/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi

01/5/13

13.00

13.30

15.00

15.30

18.00

Kekurangan

volume cairan

bd kehilangan

sekunder akibat

diare.

Kekurangan

volume cairan

bd kehilangan

sekunder akibat

diare.

Hipertermia bd

proses infeksi

Kekurangan

volume cairan

bd kehilangan

sekunder akibat

diare

Hipertermia bd

proses infeksi

1. Memantau BB, suhu ,

kelembapan rongga oral, volume

dan konsentrasi urin.

2. Mengkaji ttv

3. Memantau suhu pasien .

perhatikan adanya diaphoresis

dan menggigil.

4. mengkolaborasikan : pemberian

cairan parenteral

5. mengkolaborasikan : pemberian

antibiotik.

S : ibu pasien

mengatakan bahwa

anaknya mencret dan

demam.

O : Feses : cair tanpa

darah

Frekuensi : > 5x

Turgor : kurang

Mukosa bibir: kering

Muntah (+)

T : 38oc

RR: 60x/mnt

TD: 80/60

N : 130x/mnt

A : masalah belum

teratasi

P : intervensi

dilanjutkan.

Page 25: LP dan LK infeksi neonatus

01/5/13

21.00

21.15

22.00

24.00

Kekurangan

volume cairan

bd kehilangan

sekunder akibat

diare

Kekurangan

volume cairan

bd kehilangan

sekunder akibat

diare

Hipertermia bd

proses infeksi

Kekurangan

volume cairan

bd kehilangan

sekunder akibat

diare

Hipertermia bd

proses infeksi

6. mengkolaborasikan pemberian

tambahan elektrolit

7. Mempertahankan pemberian asi.

8. Memberikan kompres air yang

sesuai suhu ruangan. Hindari

kompres dingin atau penggunaan

alcohol

9. Memantau BB, suhu ,

kelembapan rongga oral, volume

dan konsentrasi urin.

10. Mengkolaborasikan pemberian

antipiretik.

S : ibu pasien

mengatakan bahwa

anaknya mencret dan

demam.

O : Feses : cair tanpa

darah

Frekuensi : > 5x

Turgor : kurang

Mukosa bibir: kering

Muntah (+)

T : 38oc

RR: 60x/mnt

TD: 80/60

N : 130x/mnt

A : masalah belum

teratasi

P : intervensi

dilanjutkan.

2/5/13

09.00

09.15

Kekurangan

volume cairan

bd kehilangan

11. mengkolaborasikan : antidiare

S : ibu pasien

mengatakan bahwa

anaknya mencret dan

Page 26: LP dan LK infeksi neonatus

11.00

13.00

sekunder akibat

diare

Kekurangan

volume cairan

bd kehilangan

sekunder akibat

diare

Hipertermia bd

proses infeksi

Hipertermia bd

proses infeksi

12. mengkaji ttv

13. mengkolaborasikan : pemberian

antibiotic

14. Memberikan kompres air yang

sesuai suhu ruangan. Hindari

kompres dingin atau penggunaan

alcohol

demam.

O : Feses : cair tanpa

darah

Frekuensi : > 5x

Turgor : kurang

Mukosa bibir: kering

Muntah (+)

T : 38oc

RR: 60x/mnt

TD: 80/60

N : 130x/mnt

A : masalah belum

teratasi

P : intervensi

dilanjutkan.