LP CVA T R.26 S MAYA.docx

download LP CVA T R.26 S MAYA.docx

of 21

Transcript of LP CVA T R.26 S MAYA.docx

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    1/21

    LAPORAN PENDAHULUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN

    CEREBROVASCULAR ACCIDENT THROMBUS

    (CVA-T)

    Disusun oleh:

    Maya Rachmah Sari

    NIM. 0910723033

    JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2013

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    2/21

    KONSEP CEREBROVASCULAR ACCIDENT THROMBUS

    1. Anatomi Fisiologi Cerebral

    a. Otak

    Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun

    neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum

    (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Serebrum terdiri dari dua

    hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri

    terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab

    untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan

    memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus

    temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus

    oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi

    penglihatan dan menyadari sensasi warna.

    Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang

    menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior

    serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan

    memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk

    mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.

    Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula oblongata, pons

    dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang

    penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan,

    pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang

    penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan

    serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi

    aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat

    stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.

    Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus danhipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal yang

    penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada

    subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau

    tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada

    beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan

    rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah

    dan emosi.

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    3/21

    b. Sirkulasi darah otak

    Otak menerima 17% curah jantung dan menggunakan 20% konsumsi oksigen

    total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang

    arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium,

    keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu

    sirkulus Willisi.

    Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira

    setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang

    kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri

    serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus

    dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian

    (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan

    korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis

    dan frontalis korteks serebri.

    Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama.

    Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan

    pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri

    basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua

    membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris.

    Ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian

    diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian

    diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-

    organ vestibular.

    Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem: kelompok vena interna yang

    mengumpulkan darah ke vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna

    yang terletak di permukaan hemisfer otak yang mencurahkan darah ke sinus sagitalis

    superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis,

    dicurahkan menuju ke jantung.Sirkulasi Willisi adalah area dimana percabangan arteri basilar dan karotis internal

    bersatu. Sirkulus Willisi terdiri atas dua arteri serebral, arteri komunikans anterior, kedua

    arteri serebral posterior dan kedua arteri komunikans anterior. Jaringan sirkulasi ini

    memungkinkan darah bersirkulasi dari satu hemisfer ke hemisfer yang lain dan dari

    bagain anterior ke posterior otak. Ini merupakan sistem yang memungkinkan sirkulasi

    kolateral jika satu pembuluh mengalami penyumbatan.

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    4/21

    2. Definisi CVA

    Stroke/Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO)/Cerebro Vascular Disease

    (CVD)/Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan suatu kondisi kehilangan fungsi otak

    secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke bagian otak atau

    merupakan suatu kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan

    oleh keadaan patologis pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah

    otak. Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena

    insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh

    trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari

    tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma).

    Menurut WHO stroke adalah adanya defisit neurologis yang berkembang cepat

    akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung

    selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang

    jelas selain vaskuler.

    Klasifikasi CVA secara umum

    a. Sesuai dengan perjalanan penyakit ,stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

    Serangan iskemik sepintas (TIA : Transient Ischemic Attact) : merupakan

    gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan menghilang dalam

    beberapa menit sampai beberapa jam.

    Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan stroke

    berlangsung perlahan meskipun akut. Stroke dimana defisit neurologisnya terus

    bertambah berat.

    Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal serangan

    dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana defisit neurologisnya pada saat onset

    lebih berat, bias kemudian membaik/menetap

    b. Klasifikasi berdasarkan patologi: Stroke hemoragi : stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah

    sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara

    lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa.

    Stroke non hemoragi : stroke yang disebabkan embolus dan thrombus.

    3. Etiologi CVA -T

    Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.

    Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    5/21

    dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada

    48 jam setelah thrombosis. Beberapa keadaan yang menyebabkan trombosis otak:

    a. Atherosklerosis

    Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya

    kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis

    bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :

    Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.

    Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.

    Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan

    kepingan thrombus (embolus)

    Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan

    terjadi perdarahan.

    b. Hypercoagulasi pada polysitemia

    Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat

    melambatkan aliran darah serebral.

    c. Arteritis (radang pada arteri)

    4. Faktor Resiko CVA

    Terdapat sejumlah faktor resiko yang tidak dapat diubah. Faktor resiko

    yang tidak dapat dimodifikasi ini mencakup penuaan, kecenderungan genetis

    dan suku bangsa.

    Faktor resiko medis mencakup :

    Hipertensi

    Tingginya kadar zat-zat berlemak seperti kolesterol dalam darah

    Aterosklerosis (mengerasnya arteri)

    Berbagai gangguan jantung, termasuk fibrilasi atrium (misalnya denyut

    jantung tidak teratur), diabetes, dan aneurisma intrakranium yang belum

    pecah

    Riwayat stroke dalam keluarga atau penanda genetis lainnya

    Migrain

    Menurut Arif, faktor resiko stroke yaitu :

    a. Yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA,

    penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot dan homozigot untuk

    homosistinuria

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    6/21

    b. Yang dapat diubah : hipertensi, diabetes melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol

    dan obat, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis, asimtomatis,

    hiperurisemia, dan dislipidemia.

    5. Patofisiologi

    Proses patologik yang mendasari salah satu dari berbagai proses yang terjadi di

    dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa (1) keadaan

    penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti pada atrosklerosis atau trombosis, robeknya

    dinding pembuluh, atau peradangan, (2)berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran

    darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah, (3) gangguan aliran darah akibat bekuan

    atauy embolus infeksi yang berasal dari jantubg atau pembuluh ekstrakranium, atau (4)

    rupture vascular di dalm jaringan otak atau ruang subarakhnoid.

    Gangguan pasokan darah aliran otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri

    yang membentuk sirkulus Willisi : arteri karotis interna dan system vertebrobasilar atau

    semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus

    selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Oklusi di suatu arteri

    tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.

    Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke aliran tertentu di otak. Luasy

    ainfaark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan

    adekuatnya sirkulasi klateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang

    tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (Makin lambat atau makin cepat) oada

    gangguan likal (trombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskular) atau karena gangguan

    umum (hipoksia kaerena ganguan paru dan jantung). Aterosklesrosis sering mnejadi faktor

    penyebab infark pada orak. Trombus dapat bersal dari plak aterosklerotik atau darah beku

    pada area yang srenosis, tempat aliran darah mengalami perlambatan atau terjadi

    turbulensi.

    Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam

    aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak tang disuplai oleh pembuluhdarah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini

    menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri, Edema dapat

    berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan

    berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan, Oleh karena itu, trombosis

    biasanya tidak fatal. jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah

    serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti oleh trombosis. Jika terjadi

    septik esenfalitis atau jika terjadi sisa infeksi pada pembuluh darah yang tersumbat

    menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan

    serebral jika aneurisma pecah atau ruptur.

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    7/21

    Perdarahan darah diotak dapat disebabkan rupturnya aterosklerotik dan hipertensi

    pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan leb9h sering

    menyebabkan kematian dibandingkan keseleuruhan penyakit serebral vaskular karena

    perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan

    yang lebih berat dapat menyebabkan herniasai otak pada falk serebri atau lewat foramen

    magnum.

    Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak dan

    perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak, Perembesan

    darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus,

    talamus dan pons. Jika sirkulasi serebral melambat maka dapat berkembang anoksia

    serebral. Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-

    6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit, Anoreksia serebral daat

    terjadi karena gangguan yang bervariasi dimana salah satunya dalah dari jantung.

    Selain merusak parenkim otak, akibat volume perdahrahn yang relatif banyak akan

    mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan perfusi otak serta

    gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar dan kaskade iskemik

    akiabt menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf fi area yang terkena darah dan

    disekitarnya tertekan lagi.

    6. Manifestasi Klinis

    Stroke iskemik merupakan penyakit yang progresif dengan berbagai macam

    tampilan klinis, dari yang ringan hingga yang berat. Gambaran klinis stroke iskemik dapat

    berupa kelemahan anggota tubuh (jarang pada kedua sisi), hiperrefleksia anggota tubuh,

    kelemahan otot-otot wajah, dysarthria, dysfagia, peningkatan reflex muntah, diplopia,

    nystagmus, kelemahan otot mata, dan penurunan kesadaran.

    Menurut Sunden & Suddarth dalm bukunya Keperawtan Medikal Bedah , 2000,

    manifestasi stroke yaitu :

    a. kehilangan motorik hemiplegia, hemiparesis

    paralysis flaksid dan kehilangan atau penurunan refleks tendon

    profunda ( gambaran klinis awal)

    Disfagia (kerusakan otot-otot menelan)

    b. Kehilangan komunikasi

    Disartria

    Afasia

    Apraksia

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    8/21

    c. Gangguan perceptual

    Homonimus hemia nopia ( kehilangan dari setengah lapang

    pandang)

    Gangguan dalam hubungan visual-spasial (seringkali terlihat pada pasien dengan

    hemiplegia kiri)

    Kehilangan sensori : Sedikit kerusakan pada sentuhan atau lebih buruk dengan

    kehilangan propiosepsi, kesulitan dalam mengatur stimuli visual, taktil, dan

    auditori

    d. Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis

    Kerusakan lobus frontal : kapasitas belajar, memori, atau fungsi

    inteklektual kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan . Disfungsi

    tersebut mungkin tercermin dalam rentang perhatian terbatas, kesulitan dalamkomprehensi, ce[at lupa, dan kurang motivasi.

    Depresi, masalah-masalah psikologis lainnya : kelabilan emosional, bermusuhan,

    frustasi, menarik diri, dan kurang kerja sama.

    e. Disfungsi kandung kemih

    Inkontinensia urinarius transien

    Inkontinensia urinarius persisten atau retensi urin ( mungkin simptomatik dari

    kerusakan otak bilateral)

    Inkontinensia urinarius dan defekasi berkelanjutan ( dapat mencerminkan

    kerusakan neurologis ekstensif)

    7. Pemeriksanaan Penunjang

    Pemeriksaan radiologis

    a. Pada kasus stroke, CT-Scan dapat menentukan dan memisahkan antarajaringan

    otak yang infark dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagusjuga untuk menilai

    kalsifikasi jaringan. Berdasarkan beberapa studiterakhir, CT-Scan dapat

    mendeteksi lebih dari 90% kasus stroke iskemik,dan menjadi baku emas dalam

    diagnosis stroke.

    b. Magnetik Resonance Imaging (MRI) secara umum lebih sensitif dibandingkan CT-

    Scan. MRI juga dapat digunakan pada kompresi spinal. Kelemahan alat ini adalah

    tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam peritoneum dan

    fraktur. Kelemahan linnya adalah prosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan

    lebih lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yang mempunyai, harga pemeriksaan

    yang sangat mahal serta tidak dapat dipakai pada pasien yang memakai alat

    pacemaker jantung dan alat bantu pendengaran.

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    9/21

    Pemeriksaan laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada stroke akut meliputi

    beberapa parameter yaitu

    a. Hematologi lengkap

    Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui adanya anemia atau

    leukositosis setelah terjadinya bangkitan atau infeksi sistemik

    b. Kadar gula darah

    Kadar glukosa darah untuk mendeteksi adanya hipoglikemia dan

    hiperglikemia dimana dapat dijumpai gejala neurologis.

    c. Kadar elektrolit

    Pemeriksaan elektrolit bertujuan mendeteksi gangguan natrium, kalium,

    kalsium, fosfat dan magnesium yang semuanya dapat menyebabkan depresi

    susunan saraf pusat. Pemeriksaan ureum dan elektrolit untuk menentukan

    hiponatremia akibat salt wasting

    d. Enzim jantung

    e. Analisis gas darah

    Analisis gas darah perlu dilakukan untuk mendeteksi penyebab metabolik,

    hipoksia dan hiperkapnia. Profil lipid dan enzim jantung untuk menilai faktor resiko

    stroke.

    f. Protrombin time (PT) dan activated thromboplastin time (aPTT), kadar fibrinogen

    serta D-dimer.

    Polisitemia vera dan trombositemia esensial merupakan kelainan darah yang

    dapat menyebabkan stroke. Polisitemia, nilai hematokrit yang tinggi menyebabkan

    hiperviskositas dan mempengaruhi darah otak. Trombositemia meningkatkan

    kemungkinan terjadinya agregasi dan terbentuknya trombus. PT dan aPTT untuk

    menilai aktivitas koagulasi serta monitoring terapi. Sedangkan D-dimer diperiksa

    untuk mengetahui aktivitas fibrinolisis.

    8. Penatalaksanaan

    Pemeriksaan umum

    a) Sistem jalan nafas dan kardiovaskuler. Pantau ketat di unit perawatan intensif atau

    lebih baik di unit perawatan neurologis.

    b) Lingkungan. Pertahankan tingkat bising yang rendah dan batasi pengunjung sampai

    aneurisma ditangani.

    c) Nyeri. Morfin sulfat (2-4 mg IV setiap 2-4 jam) atau kodein (30-60 mg IM setiap 4

    jam).

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    10/21

    d) Profilaksis gastrointestinal. Ranitidin (150 mg PO 2x sehari atau 50 mg IV setiap 8-12

    jam) atau lansoprazol (30 mg PO sehari)

    e) Profilaksis deep venous thrombosis. Gunakan thigh-high stockings dan rangkaian

    peralatan kompresi pneumatik; heparin (5000 U SC 3x sehari) setelah terapi

    aneurisma.

    f) Tekanan darah. Pertahankan tekanan darah sistolik 90-140 mmHg sebelum terapi

    aneurisma, kemudian jaga tekanan darah sistolik < 200 mmHg.

    g) Glukosa serum. Pertahankan kadar 80-120 mg/dl; gunakan sliding scale atau infus

    kontinu insulin jika perlu

    h) Suhu inti tubuh. Pertahankan pada 37,20C; berikan asetaminofen/parasetamol

    (325-650 mg PO setiap 4-6 jam) dan gunakan peralatan cooling bila diperlukan.

    i) Calcium antagonist. Nimodipin (60 mg PO setiap 4 jam selama 21 hari).

    j) Terapi antifibrinolitik (opsional). Asam aminokaproat (24-48 jam pertama, 5 g IV

    dilanjutkan dengan infus 1,5 g/jam)

    k) Antikonvulsan. Fenitoin (3-5 mg/kg/hari PO atau IV) atau asam valproat (15-45

    mg/kg/hari PO atau IV)

    l) Cairan dan hidrasi. Pertahankan euvolemi (CVP, 5-8mmHg); jika timbul vasospasme

    serebri, pertahankan hipervolemi (CVP, 8-12 mmHg atau PCWP (pulmonal capillary

    wedge pressure) 12-16 mmHg.

    m) Nutrisi. Beri asupan oral (setelah evaluasi menelan) untuk alternatif lain, lebih baik

    pemberian makanan enteral.

    Komplikasi umum

    a) Hidrosefalus. Masukkan drain ventrikular eksternal atau lumbar.

    b) Perdarahan ulang. Berikan terapi suportif dan terapu darurat aneurisma.

    c) Vasospasme serebri. Beri nimodipin; pertahankan hipervolemi atau hipertensi yang

    diinduksi dengan fenilefrin, norepinefrin, atau dopamin; terapi endovascular (angioplasti

    transluminal atau vasodilator langsung)

    d) Bangkitan. Lorazepam (0,1 mg/kg, dengan kecepatan 2 mg/menit) atau diazepam 5-10

    mg, dilanjutkan dengan fenitoin (20 mg/kg IV bolus dengan kecepatan < 50 mg/menit

    sampai dengan 30 mg/kg).

    e) Hiponatremia. Pada SIADH: restriksi cairan; Pada serebral salt wasting syndrome:

    secara agresif gantikan kehilangan cairan dengan 0,9% NaCl atau NaCl hipertonis.

    f) Aritmia miokardia. Metoprolol (12,5-100 mg PO 2x sehari); evaluasi fungsi ventrikel;

    tangani aritmia

    g) Edema pulmonal. Berikan suplementasi oksigen atau ventilasi mekanik bila perlu

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    11/21

    Perawatan jangka panjang

    a) Rehabilitasi. Terapi fisik, pekerjaan, dan bicara

    b) Evaluasi neuropsikologis. Lakukan pemeriksaan global dan domain specifik, rehabilitasi

    kognitifc) Depresi. Pengobatan antidepresan dan psikoterapi

    d) Nyeri kepala kronis. NSAIDs, Antidepresan trisiklik, atau SSRIs; gabapetin.

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    12/21

    KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CVA-T

    1. Pengkajian

    a. Identitas klien: Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis

    kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam

    masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa medis.

    b. Keluhan utama: Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,

    bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.

    c. Riwayat penyakit sekarang: Identifikasi faktor penyebab, Kaji saat mulai timbul;

    apakah saat tidur/ istirahat atau pada saat aktivitas, Bagaimana tanda dan gejala

    berkembang; tiba-tiba kemungkinan stroke karena emboli dan pendarahan, tetapi

    bila onsetnya berkembang secara bertahap kemungkinan stoke trombosis,

    Bagaimana gejalanya; bila langsung memburuk setelah onset yang pertama

    kemungkinan karena pendarahan, tetapi bila mulai membaik setelah onset pertama

    karena emboli, bila tanda dan gejala hilang kurang dari 24 jam kemungkinan TIA,

    Observasi selama proses interview/ wawancara meliputi; level kesadaran, itelektual

    dan memory, kesulitan bicara dan mendengar, Adanya kesulitan dalam sensorik,

    motorik, dan visual.

    d. Riwayat penyakit dahulu: Ada atau tidaknya riwayat trauma kepala, hipertensi,

    cardiac desease, obesitas, DM, anemia, sakit kepala, gaya hidup kurang olahraga,

    penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator dan obat-obat adiktif.

    e. Riwayat penyakit keluarga: Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita

    hipertensi ataupun diabetes militus.

    f. Riwayat psikososial: Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya

    untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan

    keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran

    klien dan keluarga.

    g. Pola-pola fungsi kesehatan:

    Pola kebiasaan. Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol.Pola nutrisi dan metabolisme , adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan

    menurun, mual muntah pada fase akut.

    Pola eliminasi: Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi

    biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

    Pola aktivitas dan latihan, adanya kesukaran untuk beraktivitas karena

    kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah,

    Pola tidur dan istirahat biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat

    karena kejang otot/nyeri otot,

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    13/21

    Pola hubungan dan peran: Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien

    mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.

    Pola persepsi dan konsep diri: Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,

    mudah marah, tidak kooperatif.

    Pola sensori dan kognitif: Pada pola sensori klien mengalami gangguan

    penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/ sentuhan menurun pada muka

    dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan

    memori dan proses berpikir.

    Pola reproduksi seksual: Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari

    beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis

    histamin.

    Pola penanggulangan stress: Klien biasanya mengalami kesulitan untuk

    memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan

    berkomunikasi.

    Pola tata nilai dan kepercayaan: Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena

    tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi

    tubuh.

    Pemeriksaan fisik (Brunner dan Suddarth, 2002)

    Keadaan umum: mengelami penurunan kesadaran, Suara bicara : kadangmengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/afasia:

    tanda-tanda vital: TD meningkat, nadi bervariasi.

    Tingkat kesadaran

    Tingkat

    Responsivitas

    Klinis

    Terjaga

    Sadar

    Letargi

    Stupor

    Semikomatosa

    koma

    Normal

    Dapat tidur lebih dari biasanya, sedikit bingung saat

    pertama kali terjaga, tetapi berorientasi sempurna ketika

    terbangun.

    Mengantuk tetapi dapat mengikuti perintah sederhana

    ketika dirangsang.

    Sangat sulit untuk dibangunkan, tidak konsisten dalam

    mengikuti perintah sederhana atau berbicara satu kata

    atau frase pendek.

    Gerak bertujuan ketika dirangsang tidak mengikuti

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    14/21

    perintah, atau berbicara koheren.

    Dapat berespon dengan postur secara refleks ketika

    distimulasi atau dapat tidak beresepon pada setiap

    stimulus.

    Respon motorik Respon verbal Membuka mata

    Menurut

    Terlokalisasi

    Menghindar

    Fleksi abnormal

    Ekstensi abnormal

    Tidak ada

    6

    5

    4

    3

    2

    1

    Orientasi

    Bingung

    Kata tidak

    dimengerti

    Hanya suara

    Tidak ada

    5

    4

    3

    2

    1

    Spontan

    Terhadap

    panggilan

    Terhadap nyeri

    Tidak dapat

    4

    3

    2

    1

    Fungsi Serebral

    Penilaian Respons

    Perhatian

    Daya ingat

    Perasaan (afektif)Bahasa

    Pikiran

    Persepsi

    Rentang perhatian ke depan dan ke belakang

    Jangka pendek: Mengingat 3 buah benda dalam 5 menit.

    Jangka panjang: mengingat nama depan ibunya, menu

    makanan pagi, dst.

    Suasana hati yang tercermin pada tubuh, ekspresi tubuh.Isi dan kualitas ucapan spontan, pegulangan kalimat,

    kemampuan menyebutkan suatu benda dan membaca.

    Orientasi terhadap tempat, orang dan waktu, menghitung.

    Menyalin gambar, menunjuk, dan memperagakan.

    Pemeriksaan integument:

    Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika

    kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu

    juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang

    menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.

    Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis.

    Rambut : umumnya tidak ada kelainan.

    Pemeriksaan leher dan kepala:

    Kepala: bentuk normocephalik

    Wajah: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi.

    Leher: kaku kuduk jarang terjadi.

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    15/21

    Pemeriksaan dada: Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas

    terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan

    tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.

    Pemeriksaan abdomen: Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed

    rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.

    Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus: Kadang terdapat incontinensia atau

    retensio urine.

    Pemeriksaan ekstremitas: Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu

    sisi tubuh.

    Pemeriksaan neurologi:

    Saraf Kranial

    - Saraf Kranial I (olfaktorius/ penciuman) : Biasanya pada klien

    stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.

    - Saraf Kranial II (optikus/ penglihatan) : Disfungsi persepsi visual

    karena gangguan jaras sensorik primer di antara mata dan korteks visual.

    - Saraf Kranial III, IV, dan VI (okulomotorius/ mengangkat kelopak mata,

    troklearis, dan abdusens) : Apabila akibat stroke mengakibatkan paralisis

    seisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan

    konjugat unilateral di sisi yang sakit.

    - Saraf Kranial V (trigeminus) : paralisis saraf trigeminus, didapatkan

    penurunan kemampuan koodinasi gerakan mengunyah. Penyimpangan

    rahang bawah ke sisi ipsilateral dan kelumpuhan seisi otot-otot

    pterigoideus internus dan eksternus.

    - Saraf Kranial VII (fasialis) : persepsi pengecapan dalam batas normal,

    wajah asimetris, otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.

    - Saraf Kranial VIII (vestibulokoklearis) : tidak dietmukan tuli konduktif

    dan tuli perseptif.

    - Saraf Kranial IX dan X (glosofaringeus dan vagus) : Kemampuanmenelan kurang baik, kesukaran membuka mulut.

    - Saraf Kranial XI (aksesoris) : tidak ada atrofi otot

    sternokleidomastoideus dan trapesius.

    - Saraf Kranial XII (hipoglosus) : lidah simetris, terdapat deviasi pada

    satu sisi dan fasikulasi. Indra pengecap normal.

    Sistem Motorik

    Refleks : pada fase akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.

    Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan

    refleks patologis. Gerakan involunter :pada umumnya kejang.

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    16/21

    Sistem sensorik

    Pemeriksaan neurologi yang biasa didapatkan pada pasien CVA trombosis

    - Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan nervus

    cranialis VII dan XII central.

    - Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/ kelemahan pada

    salah satu sisi tubuh.

    - Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi.

    - Pemeriksaan refleks: Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan

    menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali

    didahuli dengan refleks patologis.

    Pemeriksaan reflek fisiologis

    a. Reflek bisep: respon fisiologinya fleksi lengan pada sendi siku.

    b. Reflek trisep : respon fisiologisnya ekstensi lengan bawah pada sendi siku.

    c. Reflek brachiradialis: respon fisiologis fleksi pada lengan bawah, supinasi

    pada siku dan tangan

    d. Reflek patella: respon fisiologis plantar fleksi kaki karena kontraksi m.

    Quadrisep femoris

    e. Reflek achiles: respon fisiologis plantar fleksi kaki karena kontraksi m.

    Gastroenemius.

    Reflek pathologis

    a. Reflek babinski respon: positif apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari

    kaki dan pengemabngan jari kaki lainnya.

    b. Reflek chaddok Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai

    mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

    c. Reflek schaeffer Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki,

    disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

    d. Reflek oppenheim Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki,disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

    e. Reflek gordon Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki,

    disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

    h. Reflek gonda Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai

    mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    17/21

    PATHWAY CVA-TROMBUS

    Gangguan eliminasi uri dan alvi

    Tidak dapat menahan

    tekanan uri dan alvi

    Kelemahan

    sfingter ani

    dan sfingter

    uretra

    Disfungsi

    kandung

    kemih dan

    saluran

    pencernaan

    Resiko

    bersihan jalan

    napas tidak

    efektif

    Kemampuan

    batuk

    menurun dan

    produksi

    sekret

    Resiko

    kerusakan

    integritas kulit

    Penekanan

    jaringan

    setempat

    Defisit

    perawatan diri

    Penurunan

    tingkat

    kesadaran

    Perubahan

    pemenuhan

    nutrisi

    Kelemahan

    fisik umum

    Intake nutrisi

    tidak adekuat

    Koma

    Resiko peningkatan

    tekanan intrakranial

    Herniasi falk serebri

    &foramen magnum

    Kerusakan

    komunikasi

    verbal

    Disartria,

    Disfasia

    dan

    apraksia

    Disfungsi

    bahasa dan

    komunikasi

    Kopingindividu

    tidak efektif

    Perubahan

    proses

    berpikir

    Kerusakan

    fungsi kognitif

    dan psikologis

    Kerusakan pada

    lobus frontal

    Hemiplegi dan

    Hemisparesis

    Kehilangan

    kontrol volunter

    Penurunan

    perfusi jaringan

    serebral

    Infark Serebral

    Defisit Neurologis

    Stroke (CVA)

    Edema dan kongesti jaringan sekitar

    Iskemik jaringan otak

    Pembuluh darah oklusi

    Trombus serebral

    Aterosklerosis, hiperkoagulasi dan artesis

    Faktor-Faktor Resiko

    Gangguan mobilitas fisik

    Depresi saraf kardiovaskular

    dan pernafasan

    Nyeri akut

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    18/21

    2. Diagnosa keperawatan

    a. Resiko peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan penekanan

    jaringan serebral

    b. Perubahan perfusi jaringan serebaral berhbungan dengan oklusi otak

    c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubunagn ketidakmampuan batuk efektif

    d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskular

    e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral

    f. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama

    3. Diangnosa dan intervensi keperawatan

    a. Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume intrakranial,

    penekanan jaringan otak, dan edema serebri.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi

    peningkatan TIK.

    Kriteria hasil:

    - Tidak gelisah

    - Keluhan nyeri kepala tidak ada

    - Mual dan muntah tidak ada

    - GCS 456

    - Tidak ada papiledema

    - TTV dalam batas normal

    Intervensi Rasional

    Kaji keadaan klien, penyebab koma/

    penurnan perfusi jaringan dan

    kemungkinan penyebab peningkatan

    TIK

    Memperioritaskan intervensi, status

    neurologis/ tanda-tanda kegagalan untuk

    menentukan kegawatan atau tindakan

    pembedahan.

    Memonitor TTV tiap 4 jam. Suatu keadaan normal bila sirkulasi

    serebri terpelihara dengan baik.Peningkatan TD, bradikardi, disritmia,

    dispnea merupakan tanda peningkatan

    TIK. Peningkatan kebutuhan

    metabolisme dan O2 akan meningkatkan

    TIK.

    Evaluasi pupil. Reaksi pupil dan pergerakan kembali

    bola mata merupakan tanda dari

    gangguan saraf jika batang otak

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    19/21

    terkoyak. Keseimbangansaraf antara

    simpatis dan parasimpatis merupakan

    respons refleks saraf kranial.

    Kaji peningkatan istirahat dan tingkah

    laku pada pgi hari.

    Tingkah laku non verbal merupakan

    indikasi peningkatan TIK atau

    memberikan refleks nyeri dimana klien

    tidak mampu mengungkapkan keluha

    secara verbal.

    Palpasi pembesaran bladder dan

    monitor adanya konstipasi.

    Dapat meningkatkan respon otomatis

    yang potensial menaikkan TIK.

    Obaservasi kesadaran dengan GCS Perubahan kesadaran menunjukkan

    peningkatan TIK dan berguna untuk

    menentukan lokasi dan perkembangan

    penyakit.

    Kolaborasi:

    O2 sesuai indikasi

    Diuretik osmosis

    Steroid (deksametason)

    Analgesik

    Antihipertensi

    Mengurangi hipoksemia.

    Mengurangi edema.

    Menurunkan inflamasi dan edema.

    Mengurangi nyeri

    Mengurangi kerusakan jaringan.

    b. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intraserebri,

    oklusi otak, vasospasme, dan edema otak.

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam perfusi jaringan

    otak dapat tercapai secara optimal.

    Kriteria hasil:

    - Tidak gelisah

    - Keluhan nyeri kepala , mual, kejang tidak ada

    - GCS 456

    - Pupil isokor

    - Refleks cahaya +

    - TTV dalam rentang normal (TD: 110-120/80-90 mmHg; nadi: 60-100 x/menit;

    suhu: 36,5-37,50C; RR: 16-20 x/menit)

    Intervensi Rasional

    Tirah baring tanpa bantal. Menurunkan resiko terjadinya herniasi

    otak.

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    20/21

    Monitor asupan dan keluaran. Mencegah terjadinya dehidrasi.

    Batasi pengunjung. Rangsangan aktivitas dapat

    meningkatkan tekanan intrakranial.

    Kolaborasi:

    Cairan perinfus dengan ketat.

    Monitor AGD bila perlu O2 tambahan.

    Steroid

    Aminofel.

    Antibiotik

    Meminimalkan fluktuasi pada beban

    vaskuler dan TIK, restriksi cairan dan

    cairan dapat menurunkan edema.

    Adanya asidosis disertai pelepasan O2

    pada tingkat sel dapat menyebabkan

    iskemia serebri.

    Menurunkan permeabilitas kapiler

    Menurunkan edema serebri

    Menurunkan konsumsi sel/ metabolik

    dan kejang.

    c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret,

    penurunan mobilitas fisik, dan penurunan tingkat kesadaran.

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam klien mampu meningkatkan

    dan mempertahankan jalan nafas tetap bersih dan mencegah aspirasi.

    Klriteria hasil:- Bunyi nafas bersih

    - Tidak ada penumpukan sekrest di saluran nafas

    - Dapat melakukan batuk efektif

    - RR 16-20 x/menit

    Intervensi Rasional

    Kaji keadaan jalan nafas Obstuksi dapat terjadi karena akumulasi sekret ata

    sisa cairan mukus, perdarahan.

    Evaluasi pergerakan dada

    dan auskultasi kedua lapang

    paru.

    Pergerakan dada simetris dengan suara nafas dari

    paru-paru mengindikasikan tidak ada sumbatan.

    Ubah posisi setap 2 jam

    dengan teratur.

    Mengurangi risiko atelektasis.

    Kolaborasikan:

    Aminofisil, alupen, dan

    bronkosol.

    Mengatur venstilasi dan melepaskan sekret karena

    relaksasi otot.

  • 8/14/2019 LP CVA T R.26 S MAYA.docx

    21/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

    Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta

    Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem

    Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta

    Price & Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC: Jakarta

    Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik

    Edisi 4. EGC: Jakarta

    Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta

    Herdman, T.Heater, Phd, RN. 2012. NANDA International NURSING DIAGNOSIS:

    DEFINITIONS & CLASSIFICATION 2012-2014. United Kingdom: WILEY-

    BLACKWELL.