Lp cva
description
Transcript of Lp cva
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA)
A. Definisi
Stroke/Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO)/Cerebro
Vascular Disease (CVD)/Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan
suatu kondisi kehilangan fungsi otak secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner &
Suddarth, 2000: 94) atau merupakan suatu kelainan otak baik secara
fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis
pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah
otak (Doengoes, 2000: 290).
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba
defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari
otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya
sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari
tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur
arteri (aneurisma) (Lynda Juall Carpenito, 1995).
CVA merupakan gangguan sirkulasi cerebral dan sebagai salah
satu manifestasi neurologi yang umum dan timbul secara mendadak
sebagai akibat adanya gangguan suplay dalam ke otak (Depkes RI
1996, hal 149)
Menurut WHO stroke adalah adanya defisit neurologis yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
B. Anatomi Fisiologi
a. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh
kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar
UMM PROFESI NERS
yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem
(batang otak), dan diensefalon. (Satyanegara, 1998)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan
korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus
frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung
jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang
berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi
sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang
merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus
oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima
informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi
oleh duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya
adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus
gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula
oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata
merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung,
vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air
liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang
penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer
serebri dan serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari
batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut
saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran
dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,
epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima
dan pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya
belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus
akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki
UMM PROFESI NERS
atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus
berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang.
Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem
susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan
emosi. (Sylvia A. Price, 1995)
b. Sirkulasi darah otak
Otak menerima 17% curah jantung dan menggunakan 20%
konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme
aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri
karotis interna dan arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium,
keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem
anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.(Satyanegara, 1998)
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria
karotis komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis
interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi
kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri
serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti
nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus
kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan
parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik.
Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis,
parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia
sisi yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui
foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata.
Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris
terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang
menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-
cabang sistem vertebrobasilaris.
Ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak
tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-
cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus
UMM PROFESI NERS
oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ
vestibular. (Sylvia A. Price, 1995)
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem: kelompok
vena interna yang mengumpulkan darah ke vena galen dan sinus
rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan
hemisfer otak yang mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior
dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena
jugularis, dicurahkan menuju ke jantung. (Harsono, 2000)
Sirkulasi Willisi adalah area dimana percabangan arteri basilar
dan karotis internal bersatu. Sirkulus Willisi terdiri atas dua arteri
serebral, arteri komunikans anterior, kedua arteri serebral posterior
dan kedua arteri komunikans anterior. Jaringan sirkulasi ini
memungkinkan darah bersirkulasi dari satu hemisfer ke hemisfer
yang lain dan dari bagain anterior ke posterior otak. Ini merupakan
sistem yang memungkinkan sirkulasi kolateral jika satu pembuluh
mengalami penyumbatan. (Hudak & Gallo, 1996: 254)
C. Etiologi
a. Thrombosis Otak. Thrombosis merupakan penyebab yang paling
umum ari CVA dan yang paling sering menyebabkan thrombosis
otak adalah atherosklerosis. Penyakit tambahan yang paling sering
kali dijumpai pada trombosis hipotensi da tipe lain-lain cidera
vaskuler seperti arteritis.
b. Emboli Serebral. Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak,
oleh bekuan darah atau lemak, udara pada umumnya emboli
berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem nyeri serebral. Emboli serebral pada umumnya berlangsung
cepat dan gejala yang timbul kurang dari 10 - 30 detik.
c. Perdarahan Intraserebral. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
otak, hal ini terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Keadaan
UMM PROFESI NERS
ini pada umumnya terjadi pada usia di atas 50 tahun sehingga
akibat pecahnya pembuluh darah arteri otak.
d. Ruptura Aneurisma Sekuler (Gerry). Merupakan lepuhan yang
lemah dan berdinding tipis yang menonjol pada tempat yang
lemah.
D. Faktor Resiko Stroke
a. Hypertensi, faktor resiko utama
b. Penyakit kardiovaskuler
c. Kadar hematokrit tinggi
d. DM (peningkatan anterogenesis)
e. Pemakaian kontrasepsi oral
f. Penurunan tekanan darah berlebihan dalam jangka panjang
g. Obesitas, perokok, alkoholisme
h. Kadar esterogen yang tinggi
i. Usia > 35 tahun
j. Penyalahgunaan obat
k. Gangguan aliran darah otak sepintas
l. Hyperkolesterolemia
m. Infeksi
n. Kelainan pembuluh darahh otak (karena genetik, infeksi dan ruda
paksa)
o. Lansia
p. Penyakit paru menahun (asma bronkhial)
q. Asam urat
(Brunner & Suddarth, 2000: 94-95, Harsono, 1996:60-65)
E. Klasifikasi
a. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya,
yaitu:
a) Stroke Haemorhagi
UMM PROFESI NERS
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
Kesadaran pasien umumnya menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut
dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang
terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis,
disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan
kapiler. (Djoenaidi Widjaja et. al, 1994)
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
(a) Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama
karena hypertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam
jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak
dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi
cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan
karena hypertensi sering dijumpai di daerah putamen,
talamus, pons dan serebelum. (Simposium Nasional
Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah Syaraf Indonesia,
Siti Rohani, 2000, Juwono, 1993: 19).
(b) Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry
atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh
darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di
luar parenkim otak (Juwono, 1993: 19). Pecahnya arteri dan
keluarnya ke ruang sub arachnoid menyebabkan TIK
meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri dan
vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi
otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemi sensorik, afasia, dll). (Simposium
UMM PROFESI NERS
Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah Syaraf
Indonesia, Siti Rohani, 2000).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang
subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul
nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan
tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam
TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan
subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan
subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh
darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari
setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-
9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya
vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang
berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang
subarakhnoid. Vasispasme ini dapat mengakibatkan disfungsi
otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia danlain-lain).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa
otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya
cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak
walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena
akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 %
dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar
glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala
disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha
memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob, yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
UMM PROFESI NERS
Tabel 1. Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Gejala PIS PSA
Timbulnya
Nyeri Kepala
Kesadaran
Kejang
Tanda rangsangan
Meningeal.
Hemiparese
Gangguan saraf
otak
Dalam 1
jam
Hebat
Menurun
Umum
+/-
++
+
1-2 menit
Sangat hebat
Menurun
sementara
Sering fokal
+++
+/-
+++
Disadur dari Laporan Praktik Klinik Keperawatan Medical Bedah di Ruang Syaraf RSUD Dr. Soetomo Surabaya
b) Stroke Non Haemorhagic (CVA Infark)
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi
hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
Kesadaran umummnya baik.
Tabel 2. Perbedaan antara CVA infark dan CVA Bleeding sebagai
berikut:
Gejala (anamnesa) Infark Perdarahan
Permulaan (awitan)
Waktu (saat
“serangan”)
Peringatan
Nyeri Kepala
Sub akut/kurang
mendadak
Bangun pagi/istirahat
+ 50% TIA
+/-
Sangat
akut/mendadak
Sedang aktifitas
-
+++
UMM PROFESI NERS
Kejang
Muntah
Kesadaran menurun
-
-
Kadang sedikit
+
+
+++
Koma/kesadaran
menurun
Kaku kuduk
Kernig
pupil edema
Perdarahan Retina
Bradikardia
Penyakit lain
Pemeriksaan:
Darah pada LP
X foto Skedel
Angiografi
CT Scan
Opthalmoscope
Lumbal pungsi
Tekanan
Warna
Eritrosit
+/-
-
-
-
-
hari ke-4
Tanda adanya
aterosklerosis di
retina, koroner,
perifer. Emboli pada
ke-lainan katub,
fibrilasi, bising
karotis
-
+
Oklusi, stenosis
Densitas berkurang
(lesi hypodensi)
Crossing phenomena
Silver wire art
Normal
Jernih
+++
++
+
+
+
sejak awal
Hampir selalu
hypertensi,
aterosklerosis,
HHD
+
Kemungkinan
pergeseran
glandula pineal
Aneurisma. AVM.
massa intra
hemisfer/ vaso-
spasme.
Massa intrakranial
densitas
bertambah.
(lesi hyperdensi)
Perdarahan retina
atau corpus
UMM PROFESI NERS
Arteriografi
EEG
< 250/mm3
oklusi
di tengah
vitreum
Meningkat
Merah
>1000/mm3
ada shift
shift midline echo
b. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
a) TIA (Trans Iskemik Attack):
Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b)Stroke involusi:
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses
dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c) Stroke komplit:
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen.
Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh
serangan TIA berulang.
F. Manifestasi Klinis
Menurut Hudak dan Gallo dalam bukunya Keperawatan Kritis:
Pendekatan Holistik (1996: 258-260), terdapat manifestasi akibat
stroke, yaitu:
a. Defisit Motorik
Hemiparese, hemiplegia
Distria (kerusakan otot-otot bicara)
Disfagia (kerusakn otot-otot menelan)
b. Defisit Sensori
Defisit visual (umum karena jaras visual terpotong sebagian
besar pada hemisfer serebri)UMM PROFESI NERS
Hemianopsia homonimosa (kehilangan pandangan pada
setengah bidang pandang pada sisi yang sama)
Diplopia (penglihatan ganda)
Penurunan ketajaman penglihatan
Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap sensasi
superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin)
Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap
proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh)
c. Defisit Perseptual (Gangguan dalam merasakan dengan tepat dan
menginterpretasi diri dan/atau lingkungan)
Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal
terhadap ekstremitas yang mengalami paralise; kelainan
unilateral)
Disorientasi (waktu, tempat, orang)
Apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyek-
obyek dengan tepat)
Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan
melalui indera)
Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruang,
memperkirakan ukurannya dan menilai jauhnya
Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau
tempat
Disorientasi kanan kiri
d. Defisit Bahasa/Komunikasi
Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-
pola bicara yang dapat difahami) - dapat berbicara dengan
menggunakan respons satu kata
Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan -
mampu untuk berbicara, tetapi menggunakan kata-kata dengan
tidak tepat dan tidak sadar tentang kesalahan ini)
Afasia global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif) – tidak
mampu berkomunikasi pada setiap tingkat
UMM PROFESI NERS
Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide
dalam tulisan)
e. Defisit Intelektual
Kehilangan memori
Rentang perhatian singkat
Peningkatan distraktibilitas (mudah buyar)
Penilaian buruk
Ketidakmampuan untuk mentransfer pembelajaran dari satu
situasi ke situasi yang lain
Ketidakmampuan untuk menghitung, memberi alasan atau
berpikir secara abstrak
f. Disfungsi Aktivitas Mental dan Psikologis
Labilitas emosional (menunjukkan reaksi dengan mudah atau
tidak tepat)
Kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial
Penurunan toleransi terhadap stres
Ketakutan, permusuhan, frustasi, marah
Kekacauan mental dan keputusasaan
Menarik diri, isolasi
Depresi
g. Gangguan Eliminasi (Kandung kemih dan usus)
Lesi unilateral karena stroke mengakibatkans sensasi dan
kontrol partial kandung kemin, sehingga klien sering mengalami
berkemih, dorongan dan inkontinensia urine.
Jika lesi stroke ada pada batang otak, maka akan terjadi
kerusakan lateral yang mengakibatkan neuron motorik bagian
atas kandung kemih dengan kehilangan semua kontrol miksi
Kemungkinan untuk memulihkan fungsi normal kandung kemih
sangat baik
Kerusakan fungsi usus akibat dari penurunan tingkat kesadaran,
dehidrasi dan imobilitas
UMM PROFESI NERS
Aliran darah
Obstruksi vena Obstruksi arteri
Dilatasi
tek.kapiler & reduksi aliran drh
Stagnasi darah
Edema interstitial
Adesi & penimbunan trombosit
Diapedesis
Infark hemoragik Gel fibrin
Jendalan darah
tek.pulsasi & aliran darah
Hilangnya aliran pulsatif
Vasoparalisis
Iskemia
Endotelium
Edema seluler
Pelepasan prostasiklin
Diapedesis & penurunan resistensi
sawar darah otak
Edema interstitial
Aliran kolateral
Otak
Edema astrositik
Edema neuronal
Akumulasi lipid, aktivitas lisosomal autofagik, inclusion nuclear & sitoplasmik, vakuolasi, modifikasi dalam mikrotubuli,
inhibisi divisi mikotik
Mati
G. Patofisiologi
Patofisiologi Infark Otak (Proses yang terjadi sesudah obstruksi vena dan arteri)
UMM PROFESI NERS
Pembuluh darah
Trombus/Embolus karena plak ateromatosa, fragmen, lemak, udara, bekuan darah
Oklusi
Perfusi jaringan cerebral
Iskemia
Hypoxia
Metabolisme anaerob
Asam laktat
Aktifitas elektrolit terganggu
Na & K pump gagal
Na & K influk
Retensi cairan
ODEMA SEREBRAL
Nekrotik jaringan otak (mikrositik neuron)
Infark
Gg.kesadaran, kejang fokal, hemiplegia, defek medan penglihatan, afasia
Hypertensi/aterosklerosis
PD lunak Mendesak arteriol
Herniasi/pecahnya tunika intima
Aneurisma PD pecah
Perdarahan
OksipitalSsefalgia mata ipsilateral, hemianopia
Temporalis kiriNyeri telinga homolateral, disfasia, hemianopia, kuadranopia
Parietalis Nyeri homolateral, defisit sensorik kontralateral, hemipares ringan
Frontal Hemiparese kontralateral, sefalgia bifrontal
Gg. rasa nyaman (nyeri), Gg. Istirahat, intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri (sindroma), Gg. Komunikasi/bicara, ketergantungan, Gg.persepsi sensori, Gg. Perfusi jaringan, Gg. Mobilitas fisik, Gg. Konsep diri, Gg. Menelan, integritas kulit, Gg. Nutrisi, resiko injury, dll
Patofisiologi CVA karena Emboli/trombus dan perdarahan
UMM PROFESI NERS
Perdarahan
Subthalamus & mesensefalon dorsal Pupil mengecilReaksi terhadap cahaya lambat
Hemisfer dominanAfasia anomia berat dg pemahaman & repetisi lumayanHemisfer non dominanAnosognosiaKapsula internaHemiparesehemiplegia kontralateral substansia albahemianopiaKapsula internaHemiparesehemiplegia kontralateral
substansia albahemianopia
Subtalamik diensefalonBola mata melirik ke bawah-dalam dg paralisis gerakan ke atas & posisi kedua bola mata melihat ujung hidung
PonsNyeri kepalaRigiditas deserebriHemiplegia kontralateralParalisis fasia homolateralDefiasi mata
Putamen Hemiplegia SefalgiaMuntahKedasaran Defek hemisensorikGg.Grk bola mata
Koma mendadak
Mati
MesensefalonParalisis okulomorius ipsilateral KomaTIK
Medula oblongataGg. JantungGg. PernafasanRefleks telan MuntahHypersalivasiGg. Sistem syaraf simpatis
Hemisfer
FrontalisGg. motorik
ParietalisGg. proses & integrasi informasi sensorik
TemporalisGg. pendengaran
OksipitalisGg. penglihatan & sensori warna
Serebelum Gg. OkulomotorGg. KeseimbanganNistagmusMuntah terus-menerusSingultus
TIK
gg. komunikasi verbal, integritas kulit, mobilitas fisik, perawatan diri, intoleransi aktivitas, konsep diri, ketergan-tungan, dll
gg. rasa nyaman (nyeri)gg. Istirahat/tidurkejangresiko injurygg. Perfusi jaringankebutuhan oksigenintegritas kulitmobilitas fisikperawatan diriintoleransi aktifitasgg. Sensori persepsi
Gg. sensori penglihatan
TIK gg. perfusi jaringangg. Sirkulasibersihan jalan nafas tidak efektifresti aspirasigg. Eliminasi uri & alvigg. Pola nafas tak efektifgg. Nutrisi kurang dari kebutuhanrasa nyamankebersihan mulut, dll
gg. perfusi jaringan, defisit volume cairan, pola nafas tak efektif, resiko perubahan suhu tubuh, resiko infeksi, resiko cedera, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, bersihan jalan nafas tak efektif
UMM PROFESI NERS
Thalamus
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi
CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja,
1993), edema, hematoma, iskemia dan infark (Doengoes, 2000:
292)
MRI: untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
(Marilynn E. Doenges, 2000: 292)
Angiografi serebral: untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998) atau
membantu menenukan penyebab stroke yang lebih spesifik
seperti perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau
ruptur (Doengoes, 2000: 292)
Pemeriksaan foto thorax: dapat memperlihatkan keadaan
jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita
Pemeriksaan laboratorium
Pungsi lumbal: pemeriksaan likuor yang merah biasanya
dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan
yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom)
sewaktu hari-hari pertama. (Satyanegara, 1998). Tekanan
normal biasanya ada trombosis, emboli dan TIA. Sedangkan
tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandungdarah
menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid atau
intrakranial. Kadar protein total meningkat pada kasus
trombosis sehubungan dengan proses inflamasi (Doengoes,
2000: 292)
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum
dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf Misbach,
1999)
UMM PROFESI NERS
Pemeriksaan darah lengkap: unutk mencari kelainan pada darah
itu sendiri. (Linardi Widjaja, 1993)
I. Komplikasi dan Pencegahan Stroke.
Aspirasi.
Paralitic illeus.
Atrial fibrilasi.
Diabetus insipidus.
Peningkatan TIK.
Hidrochepalus.
J. Pencegahan
Kontrol teratur tekanan darah.
Menghentikanmerokok.
Menurunkan konsumsi kholesterol dan kontrol cholesterol rutin.
Mempertahankan kadar gula normal.
Mencegah minum alkohol.
Latihan fisik teratur.
Cegah obesitas.
Mencegah penyakit jantung dapat mengurangi resiko stroke.
K. Pengobatan
1. Konservatif.
a. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
b. Mengurangi edema post iskemik
Gliserol
Diberikan dalam larutan NaCl atau D5% dengan konsentrasi
10% (500ml/hari), diberikan perinfus selama 8 jam (tetesan
maksimal 90 tetes/menit) selama 5 hari, setelah itu diberikan
gliserol per oral selama 2 minggu/lebih dengan dosis 4x30
ml/hari
Manitol
Diberikan sebagai pengganti gliserol
UMM PROFESI NERS
2. Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu
dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial
yang menetap akan membahayakan kehidupan klien.
3. Pada fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari ) perlu :
Terapi wicara.
Terapi fisik.
Stoking anti embolisme.
L. Pengkajian
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses
keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah
kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga
kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan
perumusan diagnosis keperawatan. (Lismidar, 1990)
a) Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang
status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis,
sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status
ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Marilynn E.
Doenges et al, 1998)
(a)Data demografi
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),
jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
(b)Keluhan utama
Didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf
Misbach, 1999)
(c) Riwayat penyakit sekarang
UMM PROFESI NERS
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000)
Sedangkan stroke infark tidak terlalu mendadak, saat istirahat
atau bangun pagi, kadang nyeri copula, tidak kejang dan tidak
muntah, kesadaran masih baik.
(d)Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator,
obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995)
(e)Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000)
(f) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya
untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini
dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga.(Harsono, 1996)
(g)Pola-pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol,
penggunaan obat kontrasepsi oral.
Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya gejala nafsu makan menurun, mual muntah pada
fase akut, kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi,
tenggorokan, disfagia ditandai dengan kesulitan menelan,
obesitas (Doengoes, 2000: 291)
Pola eliminasi
UMM PROFESI NERS
Gejala menunjukkan adanya perubahan pola berkemih
seperti inkontinensia urine, anuria. Adanya distensi abdomen
(distesi bladder berlebih), bising usus negatif (ilius paralitik),
pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus.(Doengoes, 1998 dan Doengoes, 2000: 290)
Pola aktivitas dan latihan
Gejala menunjukkan danya kesukaran untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
Tanda yang muncul adalah gangguan tonus otot
(flaksid, spastis), paralitik (hemiplegia) dan terjadi kelemahan
umum, gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran
(Doengoes, 1998, 2000: 290)
Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat
karena kejang otot/nyeri otot
Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan
bicara.
Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, tidak kooperatif.
Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan
penglihatan/ kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan
menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola
kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses
berpikir.
Pola reproduksi seksual
UMM PROFESI NERS
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari
beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti
hipertensi, antagonis histamin.
Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan
masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan
berkomunikasi.
Integritas ego
Terdapat gejala perasaan tak berdaya, perasaan putus
asa dengan tanda emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk
marah, sedih dan gembira, kesulian mengekspresikan diri
(Doengoes, 2000: 290)
Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah
laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah
satu sisi tubuh. (Marilynn E. Doenges, 2000)
(h) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
Pemeriksaan integumen
Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat
dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di
samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena klien
stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
Rambut : umumnya tidak ada kelainan
Pemeriksaan kepala dan leher
UMM PROFESI NERS
Kepala : bentuk normocephalik
Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah
satu sisi
Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas
terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan,
pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan
menelan, adanya hambatan jalan nafas. Merokok merupakan
faktor resiko.
Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest
yang lama, dan kadang terdapat kembung.
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat
gangguan nervus cranialis VII dan XII central. Penglihatan
menurun, diplopia, gangguan rasa pengecapan dan
penciuman, paralisis atau parese wajah.
Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/
kelemahan pada salah satu sisi tubuh, kelemahan,
kesemutan, kebas, genggaman tidak sama, refleks tendon
melemah secara kontralateral, apraksia
Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi,
hilangnya rangsang sensorik kontralteral.
Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.
UMM PROFESI NERS
Sinkop/pusing, sakitkepala, gangguan status
mental/tingkat kesadaran, gangguan fungsi kognitif
seperti penurunan memori, pemecahan masalah, afasia,
kekakuan nukhal, kejang, dll (Jusuf Misbach, 1999,
Doengoes, 2000: 291).
M.Masalah Keperawatan
1. Risiko ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral
2. Penurunan curah jantung
3. Nyeri akut
4. Ketidakefektifan pola nafas
5. Hambatan mobilitas fisik
6. Kerusakan Memori
7. Defisit Perawatan Diri Mandi
UMM PROFESI NERS
N
o
Diagnosa
Keperawatan
NOC NIC
1. Risiko
ketidakefektifan
Perfusi jaringan
serebral b/d
□ Masa tromboplastin
parsial abnormal
□ Masa protombin
abnormal
□ Segmen ventrikel
kiri akinetik
□ Aterosklerosis
aortik
□ Diseksi arteri
□ Fibrilasi atrium
□ Miksoma atrium
□ Tumor otak
NOC :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan perfusi
jaringan serebral adekuat
dengan kriteria hasil :
□ Fungsi neurologis normal
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tekanan intra kranial dalam
batas normal
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tidak terdapat nyeri kepala
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tidak terdapat cartid bruit
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tidak terdapat kegelisahan
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tidak terdapat lesu
NIC :
Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring
(Monitor tekanan intrakranial)
□ Berikan informasi kepada keluarga
□ Monitor tekanan perfusi serebral
□ Catat respon pasien terhadap stimuli
□ Monitor tekanan intrakranial pasien dan
respon neurology terhadap aktivitas
□ Monitor jumlah drainage cairan
serebrospinal
□ Monitor intake dan output cairan
□ Restrain pasien jika perlu
□ Monitor suhu dan angka WBC
□ Kolaborasi pemberian antibiotik
□ Posisikan pasien pada posisi semifowler
UMM PROFESI NERS
□ Stenosis karotid
□ Aneurosis serebri
□ Koagulopati
□ Kardiomiopati
dilatasi
□ Koagulopati
intravaskuler
diseminata
□ Embolisme
□ Trauma kepala
□ Hiperkolesterolemi
a
□ Hipertensi
□ Endokarditis
inefektif
□ Katup prostetik
inefektif
□ Katup prostetik
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tidak terdapat kecemasan
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tidak ada agitasi
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tidak terdapat muntah
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tidak pingsan
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Minimalkan stimuli dari lingkungan
Cerebral Perfussion Promotion
□ Kolaborasi dengan dokter untuk
menentukan parameter hemodinamik yang
diperlukan,
□ pertahankan posisi kepala pasien lebih
tinggi 15 derajat
□ hindari aktivitas secara tiba-tiba
□ pertahankan serum glukosa pada rentang
normal
□ monitor tanda-tanda perdarahan
□ monitor status neurologi
UMM PROFESI NERS
mekanis
□ Stenosis mitral
□ Neoplasma otak
□ Baru terjadi infark
miokardium
□ Sindrom sick sinus
□ Penyalahgunaan
zat
□ Terapi trombolitik
□ Efek samping
terkait terapi
2. Penurunan curah
jantung b/d
□ Perubahan
afterload
□ Perubahan
kontraktilitas
NOC :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan pompa jantung
efektif dengan kriteria hasil:
□ Tekanan darah dbn
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
Cardiac Care :
□ Evaluasi adanya nyeri dada
( intensitas,lokasi, durasi)
□ Catat adanya disritmia jantung
□ Monitor status kardiovaskuler
□ Monitor status pernafasan yang
UMM PROFESI NERS
□ Perubahan
frekuensi jantung
□ Perubahan preload
□ Perubahan irama
□ Perubahan volume
sekuncup
□ Nadi dbn
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Toleransi terhadap aktivitas
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Ukuran jantung normal
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ JVP normal
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tidak terdapat kelemahan
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ EKG dalam batas normal
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan status sirkulasi
adekuat dengan kriteria hasil:
menandakan gagal jantung
□ Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
□ Monitor adanya perubahan tekanan darah
□ Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
□ Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
□ Monitor toleransi aktivitas pasien
□ Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
□ Anjurkan untuk menurunkan stress
□ Catat tanda dan gejala dari penurunan
curah jantung.
□ Monitor EKG
□ Monitor status pernafasan
□ Monitor keseimbangan cairan (intake dan
output)
UMM PROFESI NERS
□ RR dalam batas normal
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tekanan darah systole dbn
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tekanan darah diastole dbn
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Nadi dbn
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tidak terdapat anemia
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
Balance cairan :
- wanita : 40-50cc/kg BB/24 jam
- IWL : 10-15cc/kgBB/24 jam
- Urine output : 0,5-1ml/kgBB/jam
- Feses : 200ml/24 jam
Kesimpulan : Total : input-output
□ Kolaborasi dengan dokter dan apoteker
untuk pemberian medikasi
□ Pantau respon pasien terhadap obat yang
diberikan.
□ Monitor adanya dypnea
□ Monitor adanya kelemahan.
□ Kontrol MAP (mean arterial pressure)
Fluid / Electrolyte Management :
□ Monitor tanda-tanda vital.
□ Monitor pemberian cairan dan elektrolit
sesuai program
□ Kolaborasi pemberian cairan infus sesuai
UMM PROFESI NERS
kebutuhan
□ Kolaborasi pemberian tranfusi darah sesuai
kebutuhan
□ Monitor pemberian transfusi darah dan
adanya reaksi tranfusi.
□ Pantau respon pasien.
Vital Sign Monitoring
□ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
□ Catat adanya fluktuasi tekanan darah
□ Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
□ Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
□ Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
□ Monitor kualitas dari nadi
□ Monitor adanya pulsus paradoksus
□ Monitor adanya pulsus alterans
UMM PROFESI NERS
□ Monitor jumlah dan irama jantung
□ Monitor bunyi jantung
□ Monitor frekuensi dan irama pernapasan
□ Monitor suara paru
□ Monitor pola pernapasan abnormal
□ Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
□ Monitor sianosis perifer
□ Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
□ Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
3. Nyeri akut
berhubungan dengan
□ agen cedera
biologis
□ agen cedera fisik
NOC :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan Nyeri
terkontrol dengan kriteria
hasil :
□ Mengenali faktor penyebab
Manajemen nyeri (Pain Management) :
□ Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
□ Kaji nyeri secara komprehensif meliputi
(lokasi, karakteristik, dan onset, durasi,
UMM PROFESI NERS
□ agen cedera
psikologis
□ agen cedera zat
kimia
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Mengenali onset (lamanya
sakit)
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Menggunakan metode
pencegahan untuk
mengurangi nyeri
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Menggunakan metode
nonanalgetik untuk
mengurangi nyeri
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Mengunakan analgesik
sesuai dengan kebutuhan
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Mencari bantuan tenaga
kesehatan
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Melaporkan gejala pada
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri)
□ Kaji skala nyeri
□ Gunakan komunikasi terapeutik agar klien
dapat mengekspresikan nyeri
□ Kaji factor yang dapat menyebabkan nyeri
timbul
□ Anjurkan pada pasien untuk cukup istirahat
□ Control lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
□ Monitor tanda tanda vital
□ Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
(relaksasi) untuk mengurangi nyeri
□ Jelaskan factor factor yang dapat
mempengaruhi nyeri
□ Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat
UMM PROFESI NERS
petugas kesehatan
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Mengenali gejala gejala
nyeri
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Melaporkan nyeri yang
sudah terkontrol
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
Analgesic Administration
□ Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
□ Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
□ Cek riwayat alergi
□ Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
□ Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
□ Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
□ Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
□ Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
□ Berikan analgesik tepat waktu terutama
UMM PROFESI NERS
saat nyeri hebat
□ Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
4. Ketidakefektifan
pola nafas
berhubungan dengan
□ Ansietas
□ Posisi tubuh
□ Deformitas tulang
□ Deformitas dinding
dada
□ Keletihan
□ Hiperventilasi
□ Sindrom
hipoventilasi
□ Gangguan
muskuloskeletal
□ Kerusakan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan menunjukkan
status pernapasan :
ventilasi adekuat :
□ RR dbn (dalam batas
normal) <16-24 x/mnt
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Irama nafas dalam batas
normal.
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ inspirasi dalam batas
normal
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tidak terdapat pernafasan
mulut (lips breathing)
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
Oxygen Therapy :
□ Jaga kepatenan jalan nafas.
□ Kolaborasi pemberian Oksigenasi dengan tim
medis: (vol tidalxBBxRR/ 1000)
□ Siapkan peralatan oksigenasi.
□ Cek secara rutin pemberian aliran
oksigenasasi dan konsentrasi berapa x/mnt.
□ Monitor efektifitas terapi oksigenasi.
□ Observasi adanya hypoventilasi.
□ Monitor adanya keracunan Oksigenasi.
□ Monitor keselamatan pasien selama
membutuhkan oksigenasi
Respiratory Monitoring :
□ Monitor rata-rata pernafasan, ritme,
UMM PROFESI NERS
neurologis
□ Imaturitas
neurologis
□ Disfungsi
neuromuskular
□ Obesitas
□ Nyeri
□ Keletihan otot
pernafasan
□ Cedera medula
spinalis
□ Tidak terdapat dyspnea
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Tidak terdapat ortopnea
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
kedalaman dan kesulitan bernafas
□ Catat adanya retraksi dada
□ Monitor pola nafas
□ monitor adanya kelelahan otot-otot diafragma
□ auskultasi suara nafas
□ monitor adanya kecemasan pada pasien
□ catat nilai BGA
□ monitor adanya dipsneu
□ monitor hasil pemeriksaan X-Ray
Anxiety Reduction :
□ Jelaskan bahwa kita memahami kecemasan
yang dialami pasien
□ Berada didekat pasien dan yakinkan akan
UMM PROFESI NERS
keamanan pasien
□ Anjurkan keluarga untuk mendampingi pasien
□ Komunikasi secara terapeutik dengan pasien
□ Dengarkan segala keluhan pasien
□ Berikan support pada pasien
□ Ajarkan pasien untuk melakukan tehnik
relaksasi
5. Hambatan mobilitas
fisik b/d
Intoleransi aktivitas
Ansietas
Gangguan kognitif
Kontraktur
Penurunan
ketahanan tubuh
Penurunan kendali
otot
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …... jam
level mobilitas adekuat
adekuat dengan kriteria hasil :
Pergerakan Otot
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
Pergerakan sendi
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
Penampilan postur tubuh
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
Terapi Pergerakan Sendi
Menentukan batasan pergerakan sendi
Latih ROM aktif dan pasif klien
Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian
yang longgar
Identifikasi lokasi nyeri sebelum melakukan
ROM aktif atau pasif
Motivasi klien dan keluarga untuk tetap
melaksanakan ROM aktif dan pasif secara
mandiri
UMM PROFESI NERS
Penurunan massa
otot
Penurunan
kekuatan otot
Keterlambatan
perkembangan
Ketidaknyamanan
Kaku sendi
Kurang dukungan
lingkungan(mis:
fisik/sosial)
Keterbatasan
ketahanan
kardiovascular
Kerusakan
integritas struktur
tulang
Malnutrisi
Gangguan
musculoskeletal
Gangguan
Kemampuan Berpindah
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
Motivasi klien untuk membuat jadwal latihan
ROM secara rutin.
UMM PROFESI NERS
neuromuscular
Nyeri
Program
pembatasan gerak
6. Kerusakan Memori
b.d Gangguan
Neurologis
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
Kerusakan Memori teratasi
dengan kriteria hasil :
□ Mengingat dengan segera
informasi yang tepat
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Mengingat informasi yang
baru saja disampaikan
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Mengingat informasi yang
telah lalu
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
Latihan daya ingat
□ Diskusikan dengan pasien dan keluarga
tentang beberapa masalah ingatan
□ Merangsang dengan mengulang pemikiran
pasien kemarin dengan cepat
□ Mengingat tentang pengalaman di masa lalu
dengan pasien
□ Lakukan teknik memori yang tepat seperti
imajinasi visual, peralatan yang membantu
ingatan, permainan memori, isyarat memori,
teknik gabungan, membuat daftar,
menggunakan komputer, menggunakan label
UMM PROFESI NERS
nama atau melatih ulang informasi
□ Bantu dalam meninjau tugas pembelajaran,
seperti praktek belajar dan mengingat
informasi lisan dan bergambar yang disajikan
□ Berikan pelatihan untuk orientasi seperti
pasien berlatih informasi pribadi dan tanggal
yang sesuai
□ Berikan kesempatan untuk berkonsentrasi
seperti sebuah permainan pertandingan
pasang kartu
□ Berikan kesempatan menggunakan ingatan
untuk beberapa peristiwa seperti
menanyakan kepada pasien tentang ingatan
yang baru-baru ini
□ Panduan untuk pembelajaran baru seperti
menemukan letak geografis di peta
□ Sediakan gambaran ingatan yang dikenali
□ Bentuk metode pengajaran yang sesuai untuk
UMM PROFESI NERS
mengorganisasi informasi pasien
□ Mengacu pada terapi kerja yang sesuai
□ Anjurkan pasien untuk berpartisipasi di
dalam group program pelatihan memori yang
sesuai
□ Pantau tingkah laku atau perilaku pasien
selama terapi
□ Identifikasi dan memperbaiki kesalahan
pasien dalam orientasi
□ Pantau perubahan dalam memori selama
pelatihan
Orientasi Kenyataan
□ Menyapa pasien menurut namanya ketika
berinteraksi
□ Pendekatan perlahan pada pasien dan
berhadapan
□ Gunakan pendekatan yang tenang dan tidak
terburu-buru ketika berinteraksi dengan
UMM PROFESI NERS
pasien
□ Gunakan pendekatan yang konsisten (seperti
ketegasan, keramahan yang aktif, keramahan
yang pasif, hal yang sesuai dengan fakta, dan
tidak menuntut) itu menggambarkan
kebutuhan khusus dan kemampuan dari
pasien
□ Bicara dalam cara yang berbeda dengan
kecepatan yang tepat, suara dan nada suara
□ Berikan arahan tahap demi tahap, satu untuk
satu waktu
□ Berikan intruksi sesuai kapasitas pasien
□ Informasikan kepada pasien tempat dan
waktu yang diperlukan
□ Berikan kata-kata yang bermartabat dalam
berbicara dengan pasien (misalnya
memberikan penjelasan alternatif,
menghindari pembalahan, dan menghindari
percobaan untuk meyakinkan pasien)
UMM PROFESI NERS
□ Minta pasien untuk mengulangi pikiran
terakhir yang sesuai
□ Menyela dengan mengubah subjek atau
menanggapi hal itu untuk merasakan motif,
lebih konsen kepada perkataan
□ Beri satu petunjuk sederhana setiap waktu
□ Gunakan gerakan dan objek untuk
memperluas pemahaman komunikasi verbal
□ Gunakan pasien dalam dasar “di sini dan
sekarang” di aktifitas (misalnya : ADL) yang
fokus dan konkrit
□ Berikan peningkatan psiko dan sikap
(misalnya : Pasien yang bergerak melalui
gerakan tangan yang di perlukan untuk sikat
gigi) yang di perlukan untuk penyelesaian
tugas
□ Minta penggunaan bantuan masukan sensori
(misalnya : Kaca mata, pendengaran dan gigi
palsu)
UMM PROFESI NERS
□ Anjurkan pasien untuk memakai pakaian
pribadi dengan bantuan yang dibutuhkan
□ Sediakan benda-benda yang melambangkan
identitas kelamin/gender (misalnya : tas dan
topi)
□ Gunakan isyarat gambar untuk
mempromosikan sesuai penggunaan item
□ Hindari situasi yang tidak begitu dikenali
□ Siapkan pasien untuk perubahan akan
lingkungan rutinitas biasanya, sebelum
kejadiannya
□ Berikan istirahat dan tidur yang cukup,
termasuk jangka pendek waktu tidur siang
□ Berikan pelayanan perawatan yang sangat
akrab dengan pasien
□ Minta keluarga untuk berpartisipasi di dalam
perawatan pada kemampuan, kebutuhan dan
pilihan
□ Berikan sebuah konsekuensi lingkungan fisik
UMM PROFESI NERS
dan kegiatan setiap hari
□ Berikan akses untuk objek yang dikenal
dengan tepat, ketika mungkin
□ Label berita di lingkungan untuk memajukan
pengenalan
□ Atur manusia dan rangsangan sensori
lingkungan
□ (misalnya : Mengunjungi sesi, Pemandangan,
Suara, Cahaya, Penciuman, dan sesuatu yang
dapat di rasakan ) berdasarkan yang pasien
butuhkan
□ Gunakan isyarat lingkungan (misalnya:
tanda, gambar, jam,kalender, dan warna
lingkungan) untuk merangsang memori,
reorient, dan meningkatkan tindakan yang
tepat
□ Hilangkan rangsangan, bila mungkin
membuat salah persepsi dalam keterangan-
keterangan pasien (misalnya gambar pada
UMM PROFESI NERS
dinding dan televisi)
□ Berikan akses untuk berita peristiwa yang
sedang beredar (misalnya televisi, surat
kabar, radio dan laporan lisan) pada saat
yang tepat
□ Libatkan diri pasien di sebuah orientasi
realita kelompok ketika tepat pada waktunya
dan tersedia.
□ Berikan pendidikan jiwa untuk keluarga dan
orang lain mengenai promosi untuk orientasi
kenyatan.
□ Pantau perubahan dalam orientasi, kognitiv
dan fungsi perilaku dan kualitas hidup.
7. Defisit Perawatan
Diri Mandi b/d
Ketidakmampuan
merasakan bagian
tubuh
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kepada pasien
selama 3 X 24 jam maka pasien
dapat melakukan perawatan
diri mandi secara baik dan
benar dengan kriteria hasil :
BATHING
□ membantu dengan kursi mandi, bak mandi,
mandi di samping tempat tidur, shower
berdiri, atau Sitz Mandi, selama cocok atau
diinginkan
UMM PROFESI NERS
□ Masuk dan keluar kamar
mandi
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ dapat menyediakan mandi
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ memperoleh air untuk
mandi
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ menyalakan air
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ mengatur suhu air
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ mengatur aliran air
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ mandi di wastafel
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ mandi di bak mand
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ mencuci rambut, jika dibutuhkan atau
diinginkan
□ memandikan dengan air yang hangat
□ membantu perawatan perineum, jika
diperlukan
□ membantu dengan penambah kebersihan (ex.
Deodorant atu parfum)
□ mencukur pasien, sesuai indikasi
□ memakaikan hand and body untuk daerah kulit
yang kering
□ menganjurkan cuci tangan setelah dari kamar
mandi atau sebelum makan
□ monitori kondisi kulit setelah mandi
Ear Care
□ Bersihkan telinga bagian luar dengan kain
pencuci di bungkuskan ke jari
UMM PROFESI NERS
□ mandi di shower
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ mencuci wajah
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ membersihkan tubuh atas
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ membersihkan tubuh bawah
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ membersihkan daerah
perineum
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Mengeringkan Tubuh
□ 1 □ 2 □ 3 □ 4 □ 5
□ Instruksi pasien bagaimana cara
membersihkan telinga
□ Instruksi ke pasien untuk tidak menggunakan
benda yang kecil atau ujung jari ( contoh:
cotton bad, jepitan rambut, tusuk gigi,dan
benda lain) untuk bersihkan serumen.
Self-care Assistance: BATHING/HYGIENE
□ memepertimbangkan budaya pasien ketika
mempromosikan aktifitas perawatan diri
□ mempertimbangkan umur pasien ketika
mempromosikan aktifitas perawatan diri
□ menentukan kwantitas dan tipe bantuan yang
dibutuhkan)
□ taruh handuk, sabun, deodorant, peralatan
cukur, dan peralatan lain disamping atau
didalam kamar mandi
□ menyediakan barang yang diinginkan pasien
(deodorant, sikat gigi, sambun mandi, losion,
UMM PROFESI NERS
dan produk aroma terapi)
□ menyediakan lingkungan yang terapeutik
dengan memastikan kehangatan, relaksasi,
privasi, dan pengalaman seseorang
□ fasilitasi pasien menyikat gigi, disesuaikan
□ fasilitasi pasien mandi sendiri, disesuaikan
□ monitori kebersihan kuku, berdasarkan
kemampuan perawatan diri pasien
□ monitori integritas kulit pasien
□ memelihara ritual kebersihan
□ menyediakan bantuan sampai pasien benar-
benar bisa untukmengasumsi perawatan diri
K et erangan Penilaian NOC :
Score
Keterangan
UMM PROFESI NERS
1 sangat membahayakan sekali/ kondisi sangat berat/ tidak menunjukkan perubahan/ tidak adekuat/tidak pernah menunjukkan
2 banyak hal yang membahayakan/ masih banyak hal yang memberatkan kondisi/ perubahan sangat terbatas/ sedikit adekuat/ jarang menunjukkan
3 cukup membahayakan/ kondisi cukup atau sedang dalam menunjukkan perbaikan/ perubahan taraf sedang/ cukup adekuat/kadang-kadang menunjukkan
4 membahayakan dalam tingkat ringan/ sedikit lagi sudah membaik/ banyak prubahan/ adekuat tingkat sedang/ sering menunjukkan
5 kondisi sudah tidak membahayakan/ kondisi baik/ berubah sesuai target/ sangat adekuat/ selalu menunjukkan
UMM PROFESI NERS