LP Ca Colli R 14

28
Laporan Pendahuluan Ca Colli di Ruang 14 RS Dr Saiful Anwar Malang Oleh Trijati Puspita Lestari 105070207131003 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

description

ca

Transcript of LP Ca Colli R 14

Page 1: LP Ca Colli R 14

Laporan Pendahuluan

Ca Colli

di Ruang 14 RS Dr Saiful Anwar Malang

Oleh

Trijati Puspita Lestari

105070207131003

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2015

Page 2: LP Ca Colli R 14

A. Anatomi Colli

Leher adalah bagian tubuh yang terletak diantara inferior mandibula dan

linea nuchae superior (diatas), dan inc sura jugularis dan tepi superior clavicula (di

bawah). Jaringan leher dibungkus oleh 3 fasia, fasia colli superfisialis

membungkus m.stemokleidomastoideus dan berlanjut ke garis tengah di leher

untuk bertemu dengan fasia sisi lain. Fasia colli media membungkus otot

pretrakeal dan bertemu pula dengan fasia sisi lain di garis tengah yang juga

merupakan pertemuan dengan fasia colli superfisialis. Ke dorsal fasia colli media

membungkus a.carotis communis, v.jugularisintema dan n.vagus menjadi satu.

Fasia colli profunda membungkus m.prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan

fasia colli lateral.

Pembuluh darah arteri pada leher antara lain a.carotis communis

(dilindungi oleh vagina carotica bersama dengan v.jugularis intema dan n.vagus,

setinggi comu superior cartilago thyroidea bercabang menjadi a.carotis intema dan

a.carotis extema), a.subclavia (bercabang menjadi a.vertebralis dan a.mammaria

intema). Pembuluh darah vena antara lain v.jugularis extema dan v.jugularis

intema. Vasa lymphatica meliputi nnll.cervicalis superficialis (berjalan sepanjang

v.jugularis extema) dan nnll.cervicalis profundi (berjalan sepanjang v.jugularis

intema). Inervasi oleh plexus cervicalis, n.facialis, n.glossopharyngeus, dan

n.vagus.

Sistem aliran limfe leher penting untuk dipelajari karena hampir semua

bentuk radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke

kelenjar limfe leher. Kelenjar limfe yang selalu terlibat dalam metastasis tumor

adalah kelenjar limfe rangkaian jugularis intema yang terbentang antara klavicula

sampai dasar tengkorak, dimana rangkaian ini terbagi menjadi kelompok superior,

media dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental,

submandibula, servicalis superficial, retrofaring, paratrakeal, spinalis asesonus,

skalenus anterior dan supraclavicula.

Page 3: LP Ca Colli R 14

B. DEFINISI TUMOR COLLI

Tumor colli adalah setiap massa baik congenital maupun didapat timbul di

segitiga anterior atau posterior leher diantara klavikula pada bagian inferior dan

mandibulae serta dasar tengkorak pada bagian superior. Pada 50% kasus benjolan

pada leher berasal dari tiroid 40% benjolan pada leher disebabkan oleh keganasan,

10% berasal dari peradangan atau kelainan congenital.

Patologi

Pembengkakan pada leher dapat dibagi kedalam 3 golongan:

Kelainan kongenital : kista dan fistel leher lateral dan median, seperti

hygroma colli cysticum, kista dermoid

Inflamasi atau peradangan : limfadenitis sekunder karena inflamasi banal

(acne faciei, kelainan gigi dan tonsilitis) atau proses infamasi yang lebih

spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit garukan kuku,

actinomikosis, toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai

perbesaran kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan

mononukleosis infeksiosa.

Neoplasma : Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma

caroticum yang jarang terdapat (terutama carotid body; tumor glomus

caroticum) yang berasal dari paraganglion caroticum yang terletak di

bifurcatio carotis,merupakan tumor benigna. Selanjutnya tumor benigna

dari kutub bawah glandula parotidea, glandula submandibularis dan

kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe

(limfoma maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis,

glandula tiroidea atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot,

jaringan ikat, lemak dan tulang. Tumor maligna sekunder di leher pada

umumnya adalah metastasis kelenjar limfe suatu tumor epitelial primer

disuatu tempat didaerah kepala dan leher. Jika metastasis kelenjar leher

hanya terdapat didaerah suprac1avikula kemungkinan lebuh besar bahwa

tumor primemya terdapat ditempat lain di dalam tubuh.

Ada dua kelompok pembengkakan di leher yaitu di lateral maupun di midline/line

mediana :

Page 4: LP Ca Colli R 14

1. Benjolan di lateral

Aneurisma subc1avia

Iga servikal

Tumor badan karotis

Tumor c1avikularis

Neurofibroma

Hygroma kistik

Limfonodi-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis

Kista branchiogenik

Tumor otot

Tumor strnomastoideus

Kantung faringeal

Kelenjar ludah-inflamasi, tunor. Sindroma sjorgen

Lipoma subcutan, dan subfascia

Kista sebasea

Laringokel

2. Benjolan di Linea mediana

Lipoma

Kista sebasea

Limfonodi submental-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis

Pembesaran kelenjar thyroid-diffuse, multinodular, nodular soliter

Kista thyroglossus

Dermoid sublingual

Bursa subhyoid

Pembagian mengenai Penyebaran Tumor ke kelenjar

limfe

N0 : belum ada tumor di leher

N1 : ada tumor leher homolateral dan tumor masih mudah

bergerak

N2 : ada tumor kontralateral atau bilateral, masih mudah

bergerak.

Page 5: LP Ca Colli R 14

N3 : ada tumor leher kontralateral atau bilateral, tidakdapat

bergerak

C. ETIOLOGI

yang menyebabkan ca colli adalah sebagai berikut:

Usia = terdapat resiko malignasi apabila didapat nodul tiroid pada usia

<>45 tahun.

Sex = wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar dari pada pria.

Riwayat penyakit serupa dalam keluarga; adanya keterlibatan genetic pada

karsinoma ini.

Ras

ras asia dan kulit putih pada umumnya mempunyai resiko tinggi. Pernah

menderita penyakit pembesaran kelenjar tiroid. Terdapat 5% struma

nodosa mengalami degenrasi maligna.

Geografis tempat tinggal. Yang berasal dari daerah kaya iodium umumnya

menderita karsinoma tiroid papilare sedangkan yang berasal dari daerah

endemik goiter umumnya menderita karsinom tiroid folikulare.

Radiasi pada leher dan kepala. Pengaruh radiasi pada kanak-kanak dapat

menyebabkan malignansi tiroid 30-50% dan pada dewasa 20%

D. MANIFESTASI KLINIS

Kecurigaan klinis adanya ca colli didasarkan pada observasi yang dikonfirmasikan

dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan tinggi, sedang dan

rendah. Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah:

riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.

pertumbuhan tumor cepat.

nodul teraba keras.

fiksasi daerah sekitar.

paralisis pita suara.

pembesaran kelenjar limpa regional.

adanya metastasis jauh.

Kecurigaan sedang adalah:

Page 6: LP Ca Colli R 14

usia <> 60 tahun.

riwayat radiasi leher.

jenis kelamin pria dengan nodul soliter.

tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar.

diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.

Kecurigaan rendah adalah: tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.

Gejala klinis yang dijumpai dapat berupa penekanan organ sekitar, gangguan dan

rasa sakit waktu menelan, sulit benafas, suara serak, limfadenopati leher serta

dapat terjadi metastasi jauh. Paling sering ke paru-paru, tulang dan hati.

E. Patofisiologi

Ca colli merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di

depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk

metabolisme tubuh. Infiltrasi ca colli dapat ditemukan di trachea, laring, faring,

esophagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan

kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase

hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker ini berdiferensiasi

mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium pembesaran kelenjar

getah bening. Lokasi kelenjar getah bening yang bisa membesar dan bisa teraba

pada perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga kelenjar getah bening yang

terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat diraba yakni didalam rongga perut.

Penyebab dari pembesaran kelenjar getah bening adalah infeksi non spesifik,

infeksi spesifik (TBC), keganasan (lymphoma).

Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang peranan

terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus

anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat

penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi.

F. Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi

adanya benjolan di leher depan atau lateral

bila terlihat sesak, waspada adanya penekanan pada trakea

Page 7: LP Ca Colli R 14

2. Palpasi

benjolan kita palpasi, kalau dari tiroid maka pada waktu menelan

akan ikut ke atas.

pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel

dengan konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan keras

bergantung dari jenis patologi anatominya tetapi biasanya massa

yang merupakan suatu karsinoma berukuran >4 cm dengan

konsistensi keras dan tidak bisa digerakkan dari dasarnya.

bila kelenjar besar sekali tetapi belum terlihat gejala sesak napas,

kita bisa tetap curiga ada tidaknya penekanan pada trakhea,

caranya dengan menekan lobus lateral kelenjar maka akan timbul

stridor akibat penekanan pada trakea.

perlu diketahui juga ada tidaknya pembesaran kgb regional secara

lengkap.

dicari juga ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, clavicula,

sternum serta tempat metastase jauh lainnya di paru, hati, ginjal

dan otak.

G. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum

ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon

dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada

ca colli dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin

(HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid

diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid,

namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator

tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum

dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.

Radiology

Page 8: LP Ca Colli R 14

foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique dengan

posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya

kalsifikasi.

dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya metastase

dan pendesakkan trakea.

esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya infiltrasi

ke esophagus.

pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda metastase

ke tulang belakang yang bersangkutan. Ct scan atau mri untuk mengevaluasi

staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai sampai di mana

metastase terjadi.

Ultrasonografi

Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang secara

klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan pembesaran.

Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan kistik serta dapat

dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan fnab.

Scanning tiroid

Dengan sifat jaringan tiroid maka pemeriksaan scanning ini dapat memberikan

beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar tiroid. Kegunaan

pemeriksaan ini, yaitu:

memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.

memperlihatkan multiple nodul pada struma yang klinis kelihatan seperti

nodul soliter.

memperlihatkan retrosternal struma

mencari occul neoplasma pada tiroid.

mengindentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi tiroid.

mengindentifikasi ektopik tiroid.

mencari daerah metastase setelah total tiroidektmi.

needle biopsy; dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau fnab

(biopsy jarum halus).

Page 9: LP Ca Colli R 14

Pemeriksaan potong beku

Dengan cara ini diharapkan dapat membedakan jinak atau ganas waktu operasi

berlangsung, dan sekaligus untuk menentukan tindakan operasi definitive.

Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.

BIOPSI ASPIRASI

Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan

sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada

tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi

diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum

no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk

pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi

karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma

meduler.

H. Penatalaksanaan

Pembedahan

Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah

nodul tersebut supek benigna atau maligna. Bila suspek maligna ditentukan pula

apakah kasus tersebut operable atau inoperable. Bila operable, operasi yang

dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik, atau lobektomi subtotal dengan

resiko bila ganas ada kemungkinan sel- sel karsinoma yang tertinggal. Tindakan

yang biasa dilakukan adalah tiroidektomi total.

Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan sediaan beku dan ada persangkaan

keganasan, pemeriksaan prefarat sediaan beku dilakukan dengan potongan-

potongan kebeberapa arah. Bila hasilnya jinak, lobektomi saja sudah cukup

memadai. Bila ganas, lobus kontralateral diangkat seluruhnya (tiroidektomi

totalis). Dapat pula dilakukan near total tiroidektomi. Jika hasil pemeriksaan

kelenjar getah bening dicurigai adanya metastasis, dilakukan diseksi radikal

kelenjar getah bening pada sisi yang bersangkutan.

Page 10: LP Ca Colli R 14

Radiasi

Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus

kontralateral, maka dilakukan:

radiasi interna dengan i131. Hanya tumor- tumor berdifferensiasi baik

yang mempunyai afinitas terhadap i131 terutama yang follicular. Radiasi

interna dilakukan dengan syarat jaringan tiroid afinitasnya lebih besar

harus dihilangkan dulu dengan jalan operasi atau ablasio dengan

pemberian i131 dosis yang lebih tinggi sehingga jaringan tiroid normal

rusak semua, baru sisa i131 bisa merusak jaringan tumor.

radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor- tumor

inoperable atau anaplastik yang tidak berafinitas dengan i131. Sebaiknya

dengan sinar elektron15- 20 mw dengan dosis 400 rad. Sumsum tulang

harus dilindungi. Radiasi eksterna diberikan juga untuk terapi paliatif bagi

tumor yang telah bermetastasis.

Khemoterapi

Pada ca colli yang bermetastasis regional yang inoperable juga pada tumor yang

bermetastasis jauh yang berdifferensiasi buruk.

Follow- up

Enam minggu setelah tindakan tiroidektomi total dilakukan pemeriksaan sidik

terhadap sisa jaringan tiroid normal. Bila ada dilakukan ablasio dengan i131,

kemudian dilanjutkan dengan terapi supresi dengan sampai kadar tshs <>

Pada follow ca colli berdifferensiasi baik diperiksa kadar human tiroglobulin. Dan

pada karsinoma tiroid medullare diperiksa kadar kalsitonin.

I. Komplikasi

Komplikasi yang seringkali muncul adalah pada tiroidektomi yang meliputi:

1) Perdarahan. Resiko ini minimum, namun hati- hati dalam mengamankan

hemostatis dan penggunaan drain setelah operasi.

2) Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan

embolisme udara. Dengan tindakan anestesi mutakhir, ventilasi tekanan

positif yang intermitten, dan teknik bedah yang cermat, bahaya ini dapat di

minimalkan.

Page 11: LP Ca Colli R 14

3) Trauma pada nervus laringeus rekurens. Ia menimbulkan paralisis

sebagian atau total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah yang

kuat dan ke hati- hatian pada saat operasi harus diutamakan.

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Sistem Integumen

1) Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus

2) Inspeksi kemerahan & gatal, eritema

3) Perhatikan pigmentasi kulit

4) Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah

b. Sistem Gastrointestinalis

1) Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah

pemberian kemotherapi

2) Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit

3) Kaji diare & konstipasi

4) Kaji anoreksia

5) Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan

c. Sistem Hematopoetik

1) Kaji Netropenia

Kaji tanda infeksi

Auskultasi paru

Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe

Kaji suhu

2) Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat

3) Kaji Anemia

Warna kulit, capilarry refill

Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo

d. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular

1) Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non

produktif – terutama bleomisin

2) Kaji tanda CHF

3) Lakukan pemeriksaan EKG

e. Sistem Neuromuskular

1) Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik

2) Perhatikan adanya parestesia

Page 12: LP Ca Colli R 14

3) Evaluasi refleks

4) Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki

5) Kaji gangguan pendengaran

6) Diskusikan ADL

f. Sistem genitourinari

1) Kaji frekwensi BAK

2) Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine

3) Kaji : hematuria, oliguria, anuria

4) Monitor BUN, kreatinin

K. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

c. Resiko terhadap perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah

trombosit

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan

muntah

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau

stomatitis

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens

kemoterapi, radioterapi, imobilitas.

g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat

pada penampilan.

L. Intervensi Keperawatan

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan

tubuh

Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Intervensi :

1). Pantau suhu dengan teliti

Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

Page 13: LP Ca Colli R 14

2). Tempatkan anak dalam ruangan khusus

Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber

infeksi

3). Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk

melaksanakan teknik mencuci tangan dengan baik

Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif

4). Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif

Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko

infeksi

5). Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi

seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi

Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi

6). Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik

Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk

pertumbuhan organisme

7). Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi

seluler

8). Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia

Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh

9). Berikan antibiotik sesuai ketentuan

Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi

khusus

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Intervensi :

1). Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk

berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari

Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan

2). Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan

Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler

atau penyambungan jaringan

Page 14: LP Ca Colli R 14

3). Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang

diinginkan atau dibutuhkan

Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu

pemilihan intervensi

4). Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan

diri

c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan

muntah

Tujuan : – Tidak terjadi kekurangan volume cairan

-Pasien tidak mengalami mual dan muntah

Intervensi :

1). Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi

Rasional : untuk mencegah mual dan muntah

2). Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program

kemoterapi

Rasional : untuk mencegah episode berulang

3). Kaji respon anak terhadap anti emetik

Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum

berhasil

4). Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat

Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan

muntah

5). Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik

6). Berikan cairan intravena sesuai ketentuan

Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping

kemoterapi dan atau stomatitis

Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat

Intervensi :

Page 15: LP Ca Colli R 14

1). Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan

Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat

langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi

2). Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,

rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera

makan anak meningkat

Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal

3). Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu

bubuk atau suplemen yang dijual bebas

Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi

4). Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan

makanan

Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan

5). Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering

Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan

baik

6). Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient

Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga

cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat

memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan

kalori dan protein yang adekuat

7). Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein

kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang

dari normal

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens

kemoterapi, radioterapi, imobilitas

Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit

Intervensi :

1). Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan

daerah perianal

Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi

Page 16: LP Ca Colli R 14

2). Ubah posisi dengan sering

Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada

kulit

3). Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan

Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit

4). Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker

Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi

dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi

5). Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang

kering

Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit

6). Dorong masukan kalori protein yang adekuat

Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative

7). Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi

Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan

f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan

cepat pada penampilan

Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

Intervensi :

1). Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa

gaya dan warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok

Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut

terhadap kerontokan rambut

2). Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar

matahari, angin atau dingin

Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut

3). Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih,

pendek dan halus

Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial

4). Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan

mungkin warna atau teksturnya agak berbeda

Page 17: LP Ca Colli R 14

Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap

perubahan penampilan rambut baru

5). Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis

kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang

menarik

Rasional : untuk meningkatkan penampilan

Page 18: LP Ca Colli R 14
Page 19: LP Ca Colli R 14

DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. Jakarta : EGC.

Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.Robin S.L. dan Kumar V. 1995. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC.

Tjakra, Ahmad. 1991. Patologi. Jakarta : Bagian Patologi FKUIWilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.