Lp Ateroma

28
KONSEP TEORI KISTA ATEROMA A. Pengertian Kista ateroma adalah benjolan dengan bentuk yang kurang lebih bulat dan berdinding tipis, yang terbentuk dari kelenjar keringat (sebacea), dan terbentuk akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar tersebut. Disebut juga kista sebacea, kista epidermal http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian-kista- ateroma.html . Kista Ateroma bentuknya bulat dan lonjong, biasanya lunak, letaknya dibawah kulit subkutan), dapat digerakan dari dasar dan tidak nyeri http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian- kista-ateroma.html . B. Tanda dan Gejala 1. Banyak dijumpai di kulit yang banyak mengandung kelenjar keringat, misalnya di muka, kepala, punggung. Dan bisa juga dijumpai pada vulva 2. Bentuk bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, dapat digerakkan, melekat pada kulit di atasnya. 3. Isinya cairan kental berwarna putih abu-abu, kadang disertai bau asam. 4. Merah dan nyeri jika terjadi peradangan http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian- kista-ateroma.html

Transcript of Lp Ateroma

Page 1: Lp Ateroma

KONSEP TEORI KISTA ATEROMA

A. Pengertian

Kista ateroma adalah benjolan dengan bentuk yang kurang lebih bulat dan berdinding

tipis, yang terbentuk dari kelenjar keringat (sebacea), dan terbentuk akibat adanya sumbatan

pada muara kelenjar tersebut. Disebut juga kista sebacea, kista epidermal

http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian-kista-ateroma.html.

Kista Ateroma bentuknya bulat dan lonjong, biasanya lunak, letaknya dibawah kulit

subkutan), dapat digerakan dari dasar dan tidak nyeri

http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian-kista-ateroma.html.

B. Tanda dan Gejala

1. Banyak dijumpai di kulit yang banyak mengandung kelenjar keringat, misalnya di

muka, kepala, punggung. Dan bisa juga dijumpai pada vulva

2. Bentuk bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, dapat digerakkan, melekat pada kulit di

atasnya.

3. Isinya cairan kental berwarna putih abu-abu, kadang disertai bau asam.

4. Merah dan nyeri jika terjadi peradangan

http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian-kista-ateroma.html

C. Etiologi

Sumbatan pada muara kelenjar sebacea, dapat disebabkan oleh infeksi, trauma

(luka/benturan), atau jerawat.

Kista Ateroma berasal dari jerawat yang tersumbat muara kelenjarnya dan berisi

kristal kolesterol. Bila Kista Ateroma dibelah, akan ditemui massa putih dan berbau.

(Sumiardi Karakata, Bob Bachsinar, dalam buku bedah minor. 1996:127)

Page 2: Lp Ateroma

D. Patofisiologi

Kista sebasea atau kista ateroma terbentuk akibat sumbatan kelenjar sebasea sehingga

produk kelenjar yang seperti bubur putih abu abu ( ateroma ) terkumpul dalam satu kantong

tipis. Kita sebasea membesar secara perlahan, dapat timbul disemua kulit kecuali tangan dan

kaki yang tidak mengandung kelenjar sebasea. Kista berbentuk tumor yang kurang lebih

bulat, karena kelenjar sebasea terletak di dermis, kista melekat di dermis tetapi bebas dari

dasarnya. Muara kelenjar yang tersumbat menjadi puncak kista yang tampak sebagai titik

yang berwarna kebiruan dermis. Kista dapat terinfeksi sehinga cepat membesar karena proses

inflamasi, bla proses ini berlanjut, isinya berbentuk nanah sehingga menjadi abses

Pembuangan kista harus tuntas, sampai mengankat kantongnya tanpa sisa, bila ada yang

tertinggal, kista akan muncul kembali karena dinding kista merupakan sel kelenjar sebasea

yang selalu bermitosis dan membentuk ateroma.

Page 3: Lp Ateroma

E. Pathway

Etiologi (hormonal, stress, genetic, bakteri)

Hormon androgen menstimulasi kelenjar sebasea

Sebum merembes naik hingga puncak folikel rambut

Mengalir ke luar permukaan kulit (epidermis)

Lesi obstruktif

Gangguan integritas kulit Gangguan citra tubuhAnsietas

Kelenjar sebasea membesar dan mensekresi sebum

Dilatasi folikel sebasea

Penipisan dinding folikuler

Isi folikuler keluar dan mengiritasi dermis

Duktus polisebaseus tersumbat sebum

Lesi baruResiko infeksi

Papula eritematosa Kista inflamatorikPustyla

Page 4: Lp Ateroma

F. Terapi

Penatalaksanaan kista ateroma dilakukan dengan mengambil benjolan dengan

menyertakan kulit dan isinya, tujuannya untuk mengangkat seluruh bagian kista hingga ke

dindingnya secara utuh. Bila dinding kista tertinggal saat eksisi, kista dapat kambuh, oleh

karena itu, harus dipastikan seluruh dinding kista telah terangkat.

Penatalaksaan Kista Ateroma adalah dilakukan pembedahan dengan nama tindakan

Ekstirpasi Kista. Ketika pembedahan, kista harus terangkat bersih beserta kantong/kapsulnya.

Jika tidak, kemungkinan terjadi kekambuhan.

G. Komplikasi

Bila terjadi infeksi sekunder, dan terbentuk abses, dilakukan pembedahan dan

evakuasi nanah, biasanya diberikan antibiotik selama 2 minggu. Setelah luka tenang (3-6

bulan) dapat dilakukan operasi untuk kista ateromanya.

H. Pencegahan

Sampai saat ini belum ada metode pencegahan kista ateroma.

Page 5: Lp Ateroma

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN PERIOPERATIF

(PREOPERATIF, INTRAOPERATIF DAN POSTOPERATIF)

A. Pengertian

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.

Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencangkup 3 fase pengalaman

pembedahan yaitu :

a. Praoperatif

Dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika

pasien dikirim ke meja operasi.

b. Intraoperatif

Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat

pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.

c. Pascaoperatif

Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi

tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.

B. Etiologi

Pembedahan mungkin dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatn medikal

bedah Brunner dan Suddarth ), seperti :

a. Diagnostik, Seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi

b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang

inflamasi

c. Reparatif, Seperti memperbaiki luka yang multipek

d. Rekonstruktif atau Kosmetik, Seperti melakukam mammoplasti atau perbaikan wajah

Page 6: Lp Ateroma

e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh

ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap kemampuan

untuk menelan makanan

D. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiologi

b. Laboratorium : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED, jumlah trombosit,

protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida),

CT/BT, ureum kretinin, BUN, dll

c. Pemeriksaan gula darah

d. Biopsi

E. Komplikasi

a. Perdarahan

b. Syok hipovolemik

c. Trombosis Vena Profunda (TVP)

d. Retensi urin

e. Infeksi luka operasi (dehiscensi, eviserasi,fistula, nekrose, abses )

f. Sepsis

g. Komplikasi multi organ

Page 7: Lp Ateroma

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PERIOPERATIF

A. Fase Praoperatif

Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan untuk

intervensi dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi.prioritas pada

prosedur pembedahan yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan

klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah

ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dean juga menjaga rumah

sakit dan petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut.

Infom consent dilakukan apabila sudah termasuk:

a. Informasi pembedahan yang akan dilakukan

b. Memberitahukan nama dan kualifikasi orang atau petugas yang akan melakukan

pembedahan.

c. Menjelaskan resiko termasuk kerusakan jaringan, kemungkinan komplikasi dan

kemungkinan kematian

d. Rasio kesuksesan pembedahan. Alternatif lain yang dapat ditempuh

Hak – hak klien terhadap consent yang akan dilakukan bila terjadi pembatalan

kemudian

I. Pengkajian Preoperatif

Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara

luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap

klien, dan berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau

diidentifikasi dengan dibandingkan pada data dasar. 

1. Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia

a. Mengukur tinggi dan berat badan

b. Mengukur lipat kulit trisep

c. Mengukur lingkar lengan atas

d. Mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen

e. Kadar elektrolit darah

f. Asupan makanan pre-operatif

Page 8: Lp Ateroma

          Keadaan khusus :

a. Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik

dan mekanik (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.

b. Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens

delirium.

2. Status Pernafasan

a. Berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan

b. Latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif

c. Pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)

d. Riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.

3. Status Kardiovaskuler

a. Penyakit kardiovaskuler

b. Kebiasaan merubah posisi secara mendadak

c. Riwayat immobilisasi berkepanjangan

d. Hipotensi atau hipoksia

e. Kelebihan cairan/darah

f. Tanda-tanda vital

g. Riwayat perdarahan.

4. Fungsi Hepatik dan Ginjal

a. Kelainan hepar

b. Riwayat penyakit hepar

c. Status asam basa dan metabolism

d. Riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.

5. Fungsi Endokrin

a. Riwayat penyakit diabetes

b. Kadar gula darah

c. Riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal

6. Fungsi Imunologi

a. kaji adanya alergi

b. riwayat transfusi darah

Page 9: Lp Ateroma

c. riwayat asthma bronchial

d. terapi kortikosteroid

e. riwayat transplantasi ginjal

f. terapi radiasi

g. kemoterapi

h. penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)

i. suhu tubuh.

7. Sistem Integumen

a. keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia

b. warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit

c. alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur

mandibula, radiasi pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.

d. Perawatan mulut oleh pasien.

8. Terapi Medikasi Sebelumnya

a. obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya

b. kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler

c. diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia

d. fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia

e. antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek

hipotensif anesthesia

f. tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang

g. insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan

h. antibiotik : paralysis system pernafasan.

9. Pertimbangan Gerontologi

a. penyakit kronis

b. ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala)

c. fungsi jantung

d. fungsi ginjal

e. aktivitas gastrointestinal

f. dehidrasi, konstipasi, malbutrisi

g. keterbatasan sensori penglihatan

h. penurunan sensitivitas sentuhan

i. riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar

j. arthritis

Page 10: Lp Ateroma

k. keadaan mulut (gigi palsu)

l. kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu

tubuh

m. penyakit pribadi

 

II. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien perioperatif

dapat mencangkup :

1. Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah dan hasil pembedahan.

2. Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif dan harapan

pascaoperatif.

III. Rencana Keperawatan

1. Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah ( anastesi,nyeri ) dan

hasil akhir pembedahan

Tujuan : menurunkan ansietas dan cemas praoperatif

Intervensi :

a. Kaji ketakutan dan kecemasan pasien sebelum dilakukan pembedahan.

(Memberi data dasar untuk pengkajian praoperatif).

b. Kaji pengetahuan pasien mengenai prosedur pembedahan dan

kemungkinan hasil akhir pembedahan.

(Memberiakn dasar yang lebih lanjut).

c. Evaluasi perubahan makna bagi pasien dan anggota keluarga atau

pasangannya .

(Memudahakan pemahan akan reaksi atau respon pasien terhadap

kemungkinan hasil akhir pembedahan).

d. Dorong pasien untuk mengutarakan dengan kata-kata reaksi , perasaan dan

ketakutannya.

(Verbalisasi respon sering diperlukan untuk mengkaji pemahan pasien

terhadap hal-hal tersebut dan pemecahannya).

e. Dorong pasien untuk membagi perasaanya denagn pasangannya.

Page 11: Lp Ateroma

(Memudahkan pasien dan pasanagnya untuk menerima dukungan bersama

dan mengurangi perasaan terisolasi satu sama lain).

2. Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protocol praoperatif dan harapan

pasca operatif.

Tujuan ; meningkatan pengetahuan tentang persiapan  praoperatif dan harapan

pasca operatif

Intervensi ;

a. Mengikut sertakan pasien dalam persiapan praoperatif.

(Keikutsertaan pasien dalam prosedur persiapan praoperatif akan dapat

sedikit mengurangi resiko yang didapat pada pasca operatif).

b. Menjelaskan dan mendemostrasiakn tentang latihan-latihan pasca operatif.

(Latiahn latihan iniakan dibutuhkan oleh apsien setelah operasi).

c. Memberikan penjelasan yang jelas dan sederhana tentang perawatan pasca

operatif.

(Pasien harus mengetahui segala informasitentang perawatan pasca

operatif).

d. Memberikan penjelasan tentang medikasi praanestesi.

(Pasien tidak akan menolak medikasi-mediska prasnestesi yang akan

dilakukan oleh perawat,dokter,ataupun ahli anestesi).

e. Menganjurkan pasien untuk tetap berada ditempat tidur sebelum prisedur

dilakukan.

(Minimalnya aktifitas yang dilakukan akan sangat berpengaruh pada saat

dilakukan pembedahan).

f. Menganjurkan pasien untuk rileks selama masa transformasi keunit

operasi.

(Suasana rileks sanagt dibutuhkan karma apabila  pasien cemaas akan

berpenagruh pada hasil akhir pembedahan).

g. Menjelaskan penggunaan pagar tem,pat tidu pada pasien dan keluarga.

h. (Penggunaan tempat tidur sanagt dibutuhkan untuk mengurangi resiko

cedera/kecelakaan).

Page 12: Lp Ateroma

IV. Implementasi

Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan apa yang ada di intervensi

keperawatn.

V. Evaluasi

Hasil yang diharapkan :

1. Ansietas berkurang.

a. Mendiskusikan kekhawatiran yang berkaitan dengan tipe ansietas dan

induksi dengan ahli anastesi

b. Mengungkapkan suatu pemahaman tentang medikasi praanastesi dan

anastesi umum

c. Mendiskusikan kekhawatiran saat – saat terakhir dengan perawat atau

dokter

d. Mendiskusikan masalah – masalah finansial dengan pekerja sosial, bila

diperlukan

e. Meminta kunjungan tokoh agama bila diperlukan

f. Benar – benar relaks setelah dikunjungi oleh anggota tim kesehatan.

2. Peningkatan pengetahuan pasien tentang persiapan praoperatif dan harapan

pasca operatif

a. Ikut serta dalam persiapan pra operatif

b. Menunjukkan dan menggambarkan latihan yang diperkirakan akan

dilakukan pasien setelah operasi

c. Menelaah informasi tentang perawatan pasca operatif

d. Menerima medikasi praanestesi

e. Tetap berada ditempat tidur

f. Refleks selama transformasi penggunaan pagar tempat tidur.

Page 13: Lp Ateroma

B. Fase Intraoperatif

Fase intraoperatif dari perawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk atau pindah

kebagian atau departemen bedah dan berakhir pada saat pasien dipindahkan keruang

pemulihan. Pada fase ini lingkup aktifitas dapat meliputi : memasang infus (IV),

memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang

prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.

Type Anastesi :

a. General Anastesy yaitu hilangnya seluruh sensasi dan kesadaran termasuk reflek

batuk dan reflek muntah sehingga harus dijaga dari adanya aspirasi. Biasanya

diberikan secara intra vena atau inhalasi.

b. Regional Anastesi yaitu menghambat jalannya impuls saraf ke dan darin area atau

bagian tubuh. Klien kehilangan sensasi pada sebagian tubuhnya tetapi tetap sadar.

Tekhnik Anastesi Regional :

1. Topikal (Surface) yaitu anastesi langsung pada kulit dan membran mukosa untuk

menbuka bagian kulit, luka dan luka bakar. Misalnya lidocaine dan benzocaine,

jenis ini biasanya cepat diserap dan bereaksi cepat.

2. Local Aqnastesi (Infiltrasi), yaitu anestesi yang disuntikan pada area tertentu dan

digunakan untuk pembedahan minor, misalnya lidocaine atau tetracaine 0,1%

3. Blick Nerve (Bier Block), obat anastesi disuntikan didaerah syaraf atau kumpulan

syaraf kecil untuk menghasilkan sesasi pada daerah kecil pada tubuh.

4. Anastesi Spinal, termasuk blik pada subbarracnoid. Yaitu obat anastesi disuntikan

kedaerah ke daerah surrachnoid sampai ke spinal cord.

5. Epidural Anastesi, injeksi pada daerah dalam spinal tetapi diluar duramater.

Manajemen Keperawatan :

1. Pengkajian

Pengkajian menggunakan data dan catatan dari pasien untuk mengidentifikasi

variabel yang dapat mempengaruhi perawatan dan yang berguna sebagai

pedoman untuk mengenbangkan rencana paerawat pasien individual, yaitu :

Page 14: Lp Ateroma

a. Identifikasi pasien

b. Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien perkebijakan bagian

c. Telaah catatan pasien terhadap adanya:

1) Informed yang benar dengan tanda tangan pasien

2) Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

3) Hasil pemeriksaan diagnostic

4) Kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan

5) Ceklis praoperatif

d. Lengkapi pengkajian keperawatan praoperatif segera

1) Status fisiologis, misalnya tingkat sehat – sakit, tingkat kesadaran

2) Status Psikosial, misalnya ekspresi kekhawatiran , tingkat ansietas,

masalah komunikasi verbal, mekanisme koping

3) Status fisik, misalnya tempat operasi, kondisi kulit dan efektivitas

persiapan, pencukuran, atau obat penghilangh rambut.

2. Intervensi Keperawatan

a. Berikan asuhan keperawatan berdasarkan pada prioritas kebutuhan pasien :

1) Atur dan jaga agar peralatan syaktion berguna dengan baik.

2) Atur peralatan pemantauan invasif.

3) Bantu saat pemasangan jalur (arteri /CVP ).

4) Lakukan tindakan kenyamanan fisik yang sesuai bagi pasien.

5) Posisikan pasien dengan tepat untuk prosedur anastesi dan

pembedahan, pertahankan kelurusan tubuh sesuai fungsi.

6) Ikuti tahapan sesuai dengan prosedur bedah :

a) Lakukan scrab/bersihan dengan terampil

Page 15: Lp Ateroma

b) Berespon terhadap kebutuhan pasien dengan antisipasi peralatan

dan bahan apa yang dibutuhkan sebelu diminta.

7) Ikuti prosedur yang telah ditetapkan sebagai contoh :

Perawatan dan pemakaian darah dan komponen darah

a) Perawatan dan penanganan spesimen, jaringan dan kultur.

b) Persiapan kulit antiseptic

c) Membuka dan menutup sarung tangan.

d) Menghitung kasa, instrumen, jarum.

e) Tekhnik septic

f) Penatalaksanaan kateter urine.

g) Penatalaksanaan drainase

8) Komunikasikan situasi yang merugikan pada ahli bedah, ahli anastesi/

perawat yang bertanggung jawab/ bertindak yang tepat untuk

mengontrol atau menangani situasi.

9) Gunakan peralatan secara bijaksana untuk menghemat biaya.

10) Bantu ahli bedah dan anastesi untuk menerapkan rencana penerapan

mereka.

b. Bertindak sebagai advotkat pasien

1) Berikan privasi fisik

2) Jaga kerahasiaan

3) Berikan keselamatan dan kenyamanan fisik

c. Informasikan pasien dengan pengalaman intraoperatif

1) Jelaskan segala stimulasi sensori yang akan dialami.

2) Gunakan keterampilan komunikasi umum

Page 16: Lp Ateroma

d. Koordinasi aktivitas bagi personil lain yang terlibat dalamperawatan

pasien. Seperti X – ray, laboratorium, ICU.

e. Operasikan dan atasi semua masalah peralatan yang umumnya digunakan

diruang operai dan tugaskan dilayanan khusus.

f. Ikut serta dalam konferensi perawatan pasien.

g. Dokumentasikan semua observasi dan tindakan.

h. Komunikasikan baik verbal dan tulisan mengenai status kesehatan pasien

saat pemindahan dari ruang operasi.

3. Implementasi

Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan apa yang ada di intervensi

keperawatn.

4. Evaluasi

a. Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dari ruang

operasi yaitu cara bernafas, warna kulit, selang invasif ( IV), drain kateter

berfungsi secara normal, balutan adekuat tidak terlalu ketat.

b. Ikut serta dalam mrngidentifikasi praktek keperawatan pasien yang tidak

aman dan menanganinya dengan baik.

c. Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan.

d. Melaporkan dan mendokumentasikan

e. Menunjukkan pemahaman tentang prinsip aseptik dan praktek

keperawatan teknis.

f. Mengenali tanggung gugat legal dari keperrawatan preoperatif.

C. Fase Post operatif

Fase Post operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir

dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup keperawatan

mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase pascaoperatif

Page 17: Lp Ateroma

langsung, focus termasuk mengkaji efek dari agens anastesia, dan memantau fungsi vital

serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan

penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, dan rujukan

yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan

pemulangan.

Setiap fase ditelaah lebih detail lagi dalam unit ini. Kapan berkaitan dan memungkinkan,

proses keperawatan pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, intervensi, dan

evaluasi.

1. Pengkajian Pascaoperatif di Ruang Pemulihan

Menentukan respon langsung pasien terhadap intervensi pembedahan.

Unit Bedah

a. Mengevaluasi efektivitas dari asuhan keperawatan di ruang operasi

b. Menentukan tingkat kepuasan pasien dengan asuhan yang diberikan selama

selama periode perioperatif

c. Mengevaluasi produk – produk yang digunakan pada pasien di ruang operasi.

d. Menentukan status psikologis pasien

e. Membantu dalam perencanaan pemulangan

Di Rumah/Klinik

a. Gali persepsi pasien tentang pembedahan dalam kaitannya dengan agen

anastesi, dampak pada citra tubuh, penyimpangan, imobilisasi.

b. Tentukan persepsi keluarga tentang pembedahan.

2. Diagnose Keperawatan

Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan insisi operatif , pengaturan

posisi dan peregangan otot selamapembedahan ginjal.

3. Intervensi Keperawatan

a. Diagnosa keperawatan : nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan

dengan insisi operatif , pengaturan posisi dan peregangan otot

selamapembedahan ginjal.

Page 18: Lp Ateroma

Tujuan: penguranagn rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman

Intervensi :

1) Kaji tingkat nyeri pasien.

2) (Memberikan data dasar untuk mengevaluasi keberhasilan strategi dalam

meredakan rasa nyeri).

3) Berikan preparat analgesic yang diresepkan.

(Meningkatkan pengurangan rasa nyeri).

4) Lakukan kompres hangat dan masase pada daerah yang terasa pegal serta

mengalami gangguan rasa nyaman

(Meningkatkan relaksasi dan peredaan nyeri otot serta gangguan rasa

nyaman).

5) Fiksasi luka insisi dengan kedua belah tangan atau bantal pada saat

melakukan gerakan atau melakukan latihan batuk

(Meminimalkan tarikan atau tegangan pada luka insisi dan memberikan

dukungan pada pasien).

6) Bantu dan dorong ambulasi dini

(Dimudahkan dilanjutkannya kembali latihan aktivitas otot).

4. Implementasi Keperawtan

Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan apa yang ada di intervensi

keperawatn.

5. Evaluasi Keperawatan

a. Pengurangan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman.

1) Melaporkan pengurangan rasa nyeri yang hebat dan gangguan rasa

nyaman.

2) Menggunakan preparat analgesic seperti yang diresepkan

3) Menyebutkan rasional penggunaan kompres hangat dan masase

4) Melatih otot yang pegal dalam batas-batas yang direkomendasikan.

5) Secara bertahap meningkatkan aktivitas dan latihan.

6) Menggunakan teknik untuk mengalihkan perhatian , melakukan latihan

relaksasi dan imajinasi untuk mengurangi rasa nyeri.

Page 19: Lp Ateroma

7) Memperlihatkan tidak adanya manifestasi pada timgkah laku akibat nyeri

dan gangguan rasa nyaman ( missal :kegelisahan,perspirasi, ekspresi nyeri

secara lisan ).

8) Turut berpartisipasi dalam latihan menarik nafas dalam dan batuk efektif.

 

Page 20: Lp Ateroma

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.I.

Jakarta: EGC

(http://www.scribd.com/doc/35940914/Perioperatif-Presentation)

http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian-kista-ateroma.html