Lp Asfiksia

58
I. Latar Belakang Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Menurut SUSENAS 2001 penyebab kematian utama pada periode neonatal (bayi umur <28 hari) adalah prematuritas disertai berat lahir rendah (29,2 persen), asfiksia lahir (27 persen), tetanus neonatorum (9,5 persen), masalah pemberian makan (9,5 persen), kelainan kongenital (7,3 persen), gangguan hematologi/ikterus (5,6 persen), pnemonia (2,8 persen), dan sepsis (2,2 persen). Dari data ini menunjukkan bahwa asfiksia lahir berada pada tingkat tertinggi kedua setelah BBLR. Di RSUD Gunung Jati Cirebon data pasien rawat inap di Ruang NICU menunjukkan jumlah pasien dengan kasus kegawatan pernafasan serta kematian neonatus yang terjadi selama Bulan Desember 2004 sampai dengan bulan Februari 2005. Data tersebut menunjukkan prosentase yaitu RDS dan asfiksia neonatorum sebesar 72,2 % pada bulan Desember 2004, pada bulan Januari 2005 sebesar 81,5 % dan 85,7 % pada bulan Februari 2005. Begitu pula data pasien rawat inap Ruang Perinatologi menggambarkan

description

LP ASFIKSIA

Transcript of Lp Asfiksia

I

I. Latar BelakangAsfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Menurut SUSENAS 2001 penyebab kematian utama pada periode neonatal (bayi umur 100x/menit

PernafasanTidak adaTak teraturTangis kuat

Refleks saat jalan nafas dibersihkanTidak adaMenyeringaiBatuk/bersin

Tonus ototLunglaiFleksi ekstrimitas (lemah)Fleksi kuat gerak aktif

Warna kulitBiru pucatTubuh merah ekstrimitas biruMerah seluruh tubuh

Nilai 0-3 : Asfiksia berat Nilai 4-6 : Asfiksia sedang Nilai 7-10 : Normal

Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)D. PathwayPersalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan factor lain : anestesi,

Presentasi janin abnormal obat-obatan narkotik

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 paru-paru terisi cairan

Dan kadar CO2 meningkat

Nafas cepat

Apneusuplai O2 suplai O2

Ke paru dlm darah

Kerusakan otak G3 metabolisme

& perubahan asam basa

DJJ & TD Kematian bayi

Asidosis respiratorik

Janin tdk bereaksi

Terhadap rangsangan

G3 perfusi ventilas i

E. Manifestasi klinik

1. Pada Kehamilan

Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari

100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.

a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia

b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia

c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

2. Pada bayi setelah lahir

a. Bayi pucat dan kebiru-biruan

b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada

c. Hipoksia

d. Asidosis metabolik atau respiratori

e. Perubahan fungsi jantung

f. Kegagalan sistem multiorgang. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik, kejang, nistagmus dan menangis kurang baik/tidak baik

F. Pemeriksaan Diagnostik1. Foto polos dada2. USG kepala3. Laboratorium : darah rutin( Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit4. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.

5. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.

G. Penatalaksanaan Medis

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :

1. Memastikan saluran nafas terbuka :

a. Meletakan bayi dalam posisi yang benarb. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu tracheac. Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka

2. Memulai pernapasan :

a. Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau menepuk telapak kakiLakukan penggosokan punggung bayi secara cepat,mengusap atau mengelus tubuh,tungkai dan kepala bayi.b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

3. Mempertahankan sirkulasi darah :

Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatanCara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :

1. Tindakan umum

a. Pengawasan suhub. Pembersihan jalan nafas

c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

2. Tindakan khusus

a. Asfiksia berat

Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.

b. Asfiksia sedang

Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat.H. Proses Keperawatan1. PENGKAJIAN

a. Sirkulasi

i. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).ii. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.iii. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.

iv. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.

b. Eliminasi

Dapat berkemih saat lahir.

c. Makanan/ cairan

i. Berat badan : 2500-4000 gramii. Panjang badan : 44-45 cm

iii. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)

d. Neurosensori

i. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.ii. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).iii. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)

e. Pernafasan

i. Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.ii. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.

iii. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.

f. Keamanan

i. Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).ii. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)

C. PRIORITAS KEPERAWATAN

Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif.

Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh.

Mencegah cidera atau komplikasi.

Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi.

D. DIAGNOSA KEPERAWATANDataProblemEtiologiDiagnosa

1. Obyektif (O) :a. Terdengar suara nafas tambahan

b. Terdengar ronkhi basah ketika auskultasi

c. RR > 24 kali per menitBersihan jalan nafas inefektif.Produksi mucus yang banyak.Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak

2. Obyektif (O) :a. Ekspansi dada tidak sama kanan kiri

b. RR cepat > 24 kali per menit

c. Terdengar suara nafas tambahanPola nafas inefektif. Hipoventilasi /hiperventilasiPola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi

3. Obyektif (O) :a. RR cepat > 24 kali per menitKerusakan pertukaran gas.Ketidakseimbangan perfusi ventilasiKerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi

4. Obyektif (O) :

a. Anak tampak rewelb. Tampak cedera pada anggota tubuh anakRisiko cedera.Anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius

5. Obyektif (O) :a. Suhu anak < 365 0 Cb. Anak tampak rewelRisiko ketidakseimbangan suhu tubuh.Kurangnya suplai O2 dalam darah.Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.

6. Obyektif (O) :Proses keluarga terhenti.Pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

No.Diagnosa Keperawatan dan TujuanIntervensiRasional

1.Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, bersihan jalan nafas kembali efektif.

Dengan kriteria hasil :

d. Tidak menunjukkan demam

e. Tidak menunjukkan cemas

f. Rata-rata repirasi dalam batas normal

g. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas

h. Tidak ada suara nafas tambahan

i. Mudah dalam bernafas.

j. Tidak menunjukkan kegelisahan.

k. Tidak adanya sianosis.

l. PaCO2 dalam batas normal.

m. PaO2 dalam batas normal.

n. Keseimbangan perfusi ventilasi1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction.3. Beritahu keluarga tentang suction.4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan.5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan sesudah suction1. Untuk memungkinkan reoksigenasi.2. Pernapasan bising, ronki dan mengi menunjukkan tertahannya secret.3. Membantu memberikan informasi yang benar pada keluarga.

4. Mencegah obstruksi/aspirasi.5. Membantu untuk mengidentifikasi perbedaan status oksigen sebelum dan sesudah suction.

2.Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif

Kriteria hasil :

a. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif

b. Ekspansi dada simetris

c. Tidak ada bunyi nafas tambahan

d. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender

2. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi3. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan1. Untuk menghilangkan mucus yang terakumulasi dari nasofaring, tracea.2. Bunyi nafas menurun/tak ada bila jalan nafas obstruksi sekunder. Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas/kegagalan pernafasan.3. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

3.Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi

Kriteria hasil :

d. Tidak sesak nafas

e. Fungsi paru dalam batas normal1. Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum2. Pantau saturasi O2 dengan oksimetri3. Berikan oksigen tambahan yang sesuai.1. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi secret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan peningkatan kerja pernafasan.2. Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan/atau saturasi atau peningkatan PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi/perubahan program terapi.

3. Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru.

4.Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan risiko cidera dapat dicegah

Kriteria hasil :

a. Bebas dari cidera/ komplikasi

b. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak

c. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi

2. Pakai sarung tangan steril

3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan adanya anomaly

4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada pemberi pelayanan kesehatan

5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari vaksin hepatitis B bila serum ibu mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag), antigen inti hepatitis B (Hbs Ag) atau antigen E (Hbe Ag).1. Mengurangi kontaminasi silang.

2. Mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi silang.

3. Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada bayi.4. Membantu keluarga untuk mendapatkan pendidikan dan pengetahuan yang benar tentang tanda dan gejala infeksi begitu juga dengan penanganan yang benar.5. Membantu memberi kekebalan anak terhadap agen infeksi.

5.Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh normal

Kriteria hasil :

a. Temperatur badan dalam batas normal

b. Tidak terjadi distress pernafasan

c. Tidak gelisah

d. Perubahan warna kulit

e. Bilirubin dalam batas normal1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang hangat.

2. Monitor temperatur dan warna kulit.

3. Monitor TTV.4. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat.5. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu.1. Menghindari terjadinya hipitermia.2. Mengetahui terjadinya hipotermi.3. Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.

4. Menghindari terjadinya hipitermia.

5. Mambantu BBL tetap berada pada keadaan yang sesuai dengan keadaannya.

6.Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat

Kriteria Hasil :

a. Percaya dapat mengatasi masalah.

b. Kestabilan prioritas.

c. Mempunyai rencana darurat.

d. Mengatur ulang cara perawatan.

e. Status kekebalan anggota keluarga.

f. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan.

g. Akses perawatan kesehatan.

h. Kesehatan fisik anggota keluarga1. Buat hubungan dan akui kesulitan situasi pada keluarga.2. Tentukan pengetahuan akan situasi sekarang.3. Ikutsertakan orang terdekat dalam pemberian informasi, pemecahan masalah dan perawatan pasien sesuai kemungkinan.1. Mambantu orang terdekat untuk menerima apa yang terjadi dan berkeinginan untuk membagi masalah dengan staf.2. Sediakan informasi untuk memulai perencanaan perawatan dan membuat keputusan. Kurangnya informasi dapat mengganggu respons pemberi/penerima asuhan terhadap situasi penyakit.

3. Informasi dapat mengurangi perasaan tanpa harapan dan tidak berguna. Keikutsertaan dalam perawatan akan meningkatkan perasaan kontrol dan harga diri.

LANDASAN TEORI ASFIKSIA

1.1 Tinjaun Medis

1.1.1 Pengertian

Asfiksia adalah perubahan patologis yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam udara pernafasan, yang mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnia (Noswantari, 1998)

Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa bernafas dengan spontan dan adekuat (Hanafi, 1994)

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan teratur setelah dilahirkan, disebabkan karena otak mengalami hipoksia, iskemia dan hiperkapnia selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya edema otak dan bermacam gangguan sirkulasi secara klinis ditandai dengan APGAR rendah dan asidosis ( Alimul Aziz, 2006)

1.1.2 Etiologi

1) Faktor ibu

Meliputi : Amnionitis, anemia, diabetes, hipertensi yang diintuksikan oleh kehamilan, obat-obatan dan infeksi, gizi buruk

2) Faktor uterus

Meliputi : Persalinan lama, presentasi janin abnormal

3) Faktor Plasenta

Meliputi : Plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta

4) Faktor umbilical

Meliputi : Prolaps tali pusat, lilitan tali pusat

5) Faktor janin

Meliputi : Disporposi sefalopelvik, kelainan congenital, kesulitan kelahiran

1.1.3 faktor ibu,faktor bayi,faktor uterus, faktor plasenta

Web Of Caution

Prematur dapat disebabkan karena faktor ibu, bayi,uterus dan plasenta, bayi yang lahir prematur mengalami imaturitas pada alat-alat pernafasan, imunitas dan alat-alat pencernaan. Pada alat pernafasan surfaktan belum terbentuk secara sempurna, sehingga bayi tidak dapat benafas secara spontan mengalami penurunan O2 dan peningkatan CO2 sehingga bayi mengalami asfiksia. Bayi yang mengalami asfiksia mengalami penurunan O2 dalam jaringan sehingga menyebabkan metabolisme anaerob,endotel kapiler dan duktus alveolus rusak mengalami transudasi membentuk fibrin, sehingga jaringan menjadi nekrotik, melapisi alveoli dan mengalami gangguan pertukaran gas. Penurunan O2 dalam jaringan menyebabkan cyanosis sehingga menyebabkan gangguan pertukaran gas. Penurunan O2 menyebabkan O2 dalam otak berkurang sehingga menyebabkan sesak nafas dan terjadi pola nafas tak efektif. Imaturitas imun mengakibatkan terjadinya risti infeksi.Imaturitas alat-alat pencernaan bentuk lambung yang kecil, enzim tidak terbentuk sempurna mengakibatkan penurunan kemampuan mencerna protein dan absorbsi nutrisi dan juga reflek menghisap yang masih lemah mengakibatkan nutrisi tidak adekuat dan terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Prematur juga terjadi imaturitas system termoregulasi yang ditandai dengan hipotalamus belum sempurna mengalami gangguan pengaturan suhu tubuh dan mengakibatkan ketidakefektifan termoregulasi

1.1.4 Klasifikasi

1) Asfiksia Ringan (Vigorous Baby)

Yaitu : APGAR skore 7-10 dalam hal ini bayi dianggap sehat, tidak memerlukan tindakan istimewa

2) Asfiksia Sedang (Mibel Moderete Asfiksia)

Yaitu : APGAR skore 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot kurang baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada

3) Asfiksia Berat

Yaitu : APGAR skore 0-3 pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100x/menit,tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada

TANDAScore

0 - 34 - 67 - 10

Frekuensi jantung

Pernafasan

Tonus otot

Reflek

Warna kulitTidak ada

Tidak ada

Lumpuh

Tidak ada

Biru / pucat< 100x /menit

Berobat tidak teratur

Ekstermitas agak fleksi

Gerakan sedikit

Tubuh kemerahan, ekstermitas biru> 100x /menit

Menangis kuat

Gerakan aktif

Gerakan kuat / melawan

Seluruh tubuh kemerahan

1.1.5 Manifestasi Klinis

1) Pernafasan terganggu

2) Detak jantung menurun

3) Reflek atau respon melemah

4) Tonus otot menurun

5) Warna kulit biru atau pucat

6) Kejang

7) Kegagalan system multi organ

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang

1) Hb 15 20 gr/dl

2) HCT 43 61 %

3) Jumlah sel darah 120 / m3 neotrofil sampai 23.000 24.000 /mm3 hari pertama setelah lahir

4) Bilirubin total 6 mg/dl hari pertama kehidupan, 8 mg/dl : 1 2 hari, 12 mg/dl pada hari ke 3 5

5) Destruksi tetes glukosa pertama selama 4 6 jam pertama setelah lahir rata rata 40 50 mg/dl meningkat 60 70 mg/dl pada hari ke 3

1.1.7 Penatalaksanaan

1) Mengobservasi bayi yang telah berhasil diresustasi untuk kelompok tanda tanda berikut :

a. Pernafasan spontan tidak ada

b. Aktivitas kejang pada 12 jam pertama setelah lahir

c. Penurunan atau peningkatan haluaran urine

d. Perubahan metabolic

e. Peningkatan TIK

2) Mengurangi stimulus lingkungan yang merigikan

3) Memantau tingkat reaksi, aktivitas, tonus otot dan postur bayi

4) Memberi obat obatan yang diprogramkan, misal obat anti kejang

5) Memberi dukungan pernafasan

6) Memantau komplikasi

a. Ukur dan catat asupan dan haluaran untuk mengevaluasi fungsi ginjal

b. Periksa setiap berkemih ( darah )

c. Periksa setiap feses ( darah )

d. Lakukan penentuan glukosa darah untuk mendeteksi hipoglikemia

7) Memberi dan mempertahankan cairan intra vena

8) Memberi penyuluhan dukungan emosional

1.1.8 Komplikasi

1) Perdarahan otak

2) Oliguria

3) Hiperbilirubinemia

4) Kejang sampai koma

5) Pneumothoraks

1.2 Konsep Inkubator

1.2.1 Pengertian Inkubator

Inkubator adalah lemari logam yang berdiri di atas roda. Inkubator dapat dimasuki dari dua arah yang dilengkapi dengan kipas angin sederhana, sistem pemans dan panel pengontrol. Dan juga dalam inkubator terdapat beberapa lubang pintu yang dapat dilalui bayi sehingga tidak banyak mengakibatkan hilangnya panas dan zat asam. Di sekitar pintu terdapat lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai jalan masuk pipa, kabel, alat pemantau di dalam inkubator (Barbara Glover dan Christine Hodson, 1995; 63).

1.2.2 Cara Menggunakan Inkubator

Melakukan perawatan bayi dalam inkubator merupakan cara memberikan asuhan keperawatan. Bayi dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suhu lingkungan yang cukup dengan suhu normal. Dengan penatalaksanaan perawatan di dalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.

1) Inkubator Terbuka :

(1) Pemberian inkubator terbuka dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi

(2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan

(3) Membungkus dengan selimut hangat

(4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara

(5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala

(6) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat bahan bayi.

2) Inkubator Tertutup :

(1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan tertentu seperti anpea dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen selalu tersedia.

(2) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung

(3) Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi

(4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh

(5) Pengaturan oksigen selalu diobservasi

(6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 o C.

1.2.3 Pengaturan Suhu Inkubator

Berat Badan Lahir (gram)0 24 jam

( 0 C )2 3 hari

( 0 C )4 7 hari

( 0 C )8 hari

( 0 C )

150034 36 33 35 33 34 32 33

1501 2000 33 34 3332 33 32

2001 2500 3332 33 3232

> 250032 33 3231 32 32

Keterangan :

Apabila suhu kamar 28 29 derajat celcius hendaknya diturunkan 1 derajat celcius setiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat di luar inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.

1.3 Tinjauan Asuhan Keperawatan

1.3.1 Pengkajian

1) Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas atau istirahat

Bayi ampak semi koma saat tidur, menangis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat ( REM ), tidur sehari hari 20 jam

b. Sirkulasi

Tanda : Rata rata nadi pada 12 14 jam setelah kelahiran dapat berfluktuasi dari 70 100 ( tidur ) sampai 180 ( menangis ) pada 4 6 jam meningkat sampai 120, nadi perifer mungkin lemah

c. Eliminasi

Tanda : Abdomen lunak tanpa distensi, bising usus aktif sampai beberapa jam setelah kelahiran, urin tidak berwarna atau kuning pucat

d. Makanan atau cairan

Tanda : BB rata rata 2500 4000 gram, penurunan BB diawali 40 %, saliva dimulut banyak, paltum keras

e. Neurosensori

Tanda : Lingkar kepala 32 37 cm, kontanel anterior dan posterior lunak atau datar, kaput suksedanium mungkin ada selama 3 4 hari, kelopak mata mungkin edema, subkonjungtiva haemoragi, fenomena mata boneka sering ada, bagian telinga atas sejajar dengan bagian dalam dan luar kantung mata, pemeriksaan neurologis adanya reflek masa, plantar palmar, babinski

f. Pernafasan

Tanda : Takipnea sementara dapat terlihat, cuping hidung ringan kadang terlihat, retraksi interkostal, substernal atau subkostal menandakan distres pernafasan

g. Keamanan

Tanda : Sefal hematom dapat tampak sehari setelah kelahiran

h. Seksualitas

Tanda : Labia agak kemerahan / edema, testis turun, skrotum tertutup, kadang fimosis

1.3.2 Rencana Asuhan Keperawatan

1.3.2.1 Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan surfaktan paru yang tidak adekuat

Tujuan : Tidak ada kesulitan bernafas

Kriteria Hasil :

(1). PaO2 dalam batas normal

(2). Frekuensi pernafasan dalm batas normal

Intervensi dan Rasional :

(1). Pertahankan pernafasan dan pantau jantung

R : Sianosis dan takikardi biasanya timbul sebagai hasil dari demam, dehirasi dan hipoksemia

(2). Pantau warna kulit, mukosa dan kuku

R : Sianosis kuku menggambarkan vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap demam

(3). Pantau konsentrasi oksigen setiap jam dan monitor ABG

R : Untuk memantau perubahan proses penyakit

(4). Berikan O2 dengan kap oksigen

R : Pemberian terapi O2 untuk menjaga PaO2 di atas 60 mmHg, O2 yang diberikan sesuai dengan toleransi pasien

1.3.2.2 Risiko tinggi hipotermia dan hipertermia berhubungan dengan sistem pengaturan suhu tubuh yang belum matang

1) Batasan karakteristik

Mayor (80% - 100%)

Hipotermia :

(1) Penurunan suhu tubuh di bawah 35.50 C (960 F) per rectal

(2) Kulit dingin

(3) Pucat (sedang)

(4) Menggigil (ringan)

Hipertermia

(1) Suhu lebih tinggi dari 37,80 C (1000 F) per oral atau 38,8 0 C (1010 F) per rektal

Minor (50% - 79%)

Hipotermia

(1) Kebingungan mental atau mengantuk atau gelisah

(2) Nadi dan pernafasan menurun

(3) Kakeksia atau malnutrisi

Hipertermia

(1) Kulit kemerahan

(2) Hangat pada sentuhan

(3) Peningkatan frekuensi pernafasan

(4) Takikardia

(5) Menggigil atau merinding

(6) Dehidrasi

2) Tujuan

Menjaga suhu tubuh dalam batas normal yaitu 36 37 5 o C

3) Kriteria hasil :

Bayi akan :

(1) Mempertahankan suhu tubuh normal 36 37 5 o C

(2) Akral hangat

(3) Tidak sianosis

(4) Badan berwarna merah

4) Implementasi dan Rasional

(1) Observasi suhu dengan sering, ulangi setiap 5 menit selama penghatan ulang

R : Hipotermia membuat bayi cenderung pada stress dingin, penggunaan simpanan lemak coklat yang tidak dapat diperbaiki bila ada dan penurunan sensitivitas untuk meningaktkan kadarCO2 (hiperkapnea dan penurunan kadar O2 (hipoksia)

(2) Perhatikan adanya takipnea atau apnea, cyanosis, umum, akrosianosi atau kulit belang, bradikardia, menangis buruk, letargi, evaluasi derajat dan lokasi icterik

R : Tanda-tanda ini menandakan stress dingin yang meningkatkan O2 dan kalori serta membuat bayi cenderung pada asidosis berkenaan dengan metabolic anaerobic

(3) Tempatkan bayi pada penghangat, isolette, incubator, tempat tidur terbuka dengan penyebar hangat, atau tempat tidur bayi terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi yang lebih besar atau lebih tua

R : Mempertahankan lingkungan termometral, membantu mencegah stress dingin

(4) Gunakan lampu pemanas selama prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi dengan penutup plastic atau kersta aluminum bila tepat. Objek panas berkontak dengan tubuh bayi seperti stetoskop

R : Menjaga suhu tubuh bayi dalam batas normal

(5) Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah. Pertahankan kepala bayi tetap tertutup

R : Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi

1.3.2.3 Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan relek menelan dan menghisap lemah

Batasan Karakteristik :

1. Mayor (harus terdapat)

Seseorang yang mengalami puasa dilaporkan atau mempunyai ketidakcukupan masukan makanan, kurang dari yang dianjurkan sehari-hari (RDA) dengan atau tanpa terjadinya penurunan berat badan dan atau kebutuhan metabolic actual atau potensial pada kelebihan masukan terhadap penurunan berat badan

2. Minor (mungkin terdapat)

(1) Berat badan 10% - 20% di bawah normal dan tinggi serta kerangka tubuh di bawah ideal

(2) Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah dan lingkar otot

(3) Pertengahan lengan kurang 60% dan ukuran standar

(4) Kelemahan dan nyeri tekan otot

(5) Mudah tersinggung dan bingung

(6) Penurunan albumin serum

(7) Penurunan transferin atau kapasitas pengikat zat besi

Tujuan : Nutrisi terpenuhi secara adekuat

Kriteria Hasil :

(1). Minum meningkat secara bertahap

(2). BB meningkat sesuai usia

(3). Reflek menghisap dan menelan kua

(4). Tidak Muntah

Intervensi dan Rasional :

(1). Timbang BB tiap hari

R : Peningkatan dan penurunan BB merupakan indikasi masukan nutrisi

(2). Berikan susu atau ASI tiap 3 jam sekali,beri waktu istirahat

R : Meningkatkan masukan nutrisi yang adekuat

(3). Observasi intake dan output

R : Pemasukan dan pengeluaran intake output yang seimbang mengindikasikan masukan nutrisi yang adekuat

(4). Posisikan bayi miring setelah pemberian minum

R : Posisi bayi miring mencegah terjadinya aspirasi

(5). Kolaborasi dalam pemberian vitamin

R : Vitamin dapat menambah pemasukan nutrisi

1.2.2.4 Diagnosa : Pola nafas tak efektif berhubungan dengan imaturitas pada system pernafasan

1) Batasan karakteristik

Mayor (harus terdapat)

Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari biasanya), perubahan nadi (frekuensi, irama dan kualitas)

Minor (mungkin terdapat)

(1) Ortopnea

(2) Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi

(3) Irama pernafasan tidak teratur

(4) Pernafasan yang berat

2) Tujuan : Pola nafas menjadi efektif

3) Kriteria Hasil :

(1). Tidak terjadi sumbatan jalan nafas

(2). Nafas dalam batas normal

4) Intervensi dan Rasional :

(1). Observasi tanda tanda vital nafas tiap 4 jam

R : Tanda vital terutama nafas sebagai indikator adanya sumbatan jalan nafas

(2). Hisap lendir jika terdapat sumbatan pada jalan nafas

R : Membebaskan jalan nafas dari sumbatan

(3). Berikan posisi semifowler

R : Memungkinkan paru paru dapat bekerja optimal

(4). Hindari posisi kepala hiperekstensi

R : Posisi tersebut dapat menyumbat jalan nafas

(5). Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

R : Terapi dapat membantu penyembuhan pasien

1.2.2.5 Diagnosa : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan imaturitas imunologi

1) Batasan Karakteristik

Terdapat tanda-tanda infeksi seperti kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa

2) Tujuan : Infeksi tidak terjadi

3) Kriteria Hasil :

(1). Suhu dalam batas normal

(2). Tanda tanda infeksi tidak ada

(3). WBC dalam batas normal

4) Intervensi dan Rasional :

(1). Obsevasi tanda tanda vital tiap 4 jam

R : Tanda vital terutama suhu sebagai indikator adanya infeksi

(2). Observasi tanda tanda infeksi

R : Penemuan dini tanda infeksi sebagai acuan daln perawatan

(3). Rawat bayi dalam inkubator

R : Perawatan bayi dalam inkubator sebagai masa penyesuaian bayi

(4). Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan

R : Mencuci tangan dapat mencegah terjadinya infeksi silang

(5). Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik

R : Antibiotik dapat memutus mata rantai penyebaran virus

2.3 Evaluasi

1) Pasien dapat bernafas dengan normal

2) Suhu lingkungan normal

3) Nutrisi pasien terpenuhi secara adekuat

4) Pola nafas pasien efektif

5) Tidak terjadi infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Doengoes, E. Marilyn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Buku 2. Jakarta : Salemba Medika

Markum. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : FKUI

Nelson. (2002). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2. Jakarta : EGC

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGCKerusakan pertukaran gas

Resiko cedera

Proses keluarga terhenti

Resiko ketdkseimbangn suhu tubuh

Pola nafas inefektif

Bersihan jln nafas tidak efektif